HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH …digilib.unila.ac.id/30002/13/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH …digilib.unila.ac.id/30002/13/SKRIPSI TANPA BAB...
HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH DI
BANGSAL BEDAH RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK TAHUN 2017
(Skripsi)
Oleh
MUHAMMAD IZ ZUDDIN ADHA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH DI
BANGSAL BEDAH RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK TAHUN 2017
Oleh
MUHAMMAD IZ ZUDDIN ADHA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
AGE AND HYPERTENSION RELATIONSHIP WITH THE INCIDENCE
OF BPH IN SURGICAL WARD RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK IN 2017
By
MUHAMMAD IZ ZUDDIN ADHA
Background: Data from several studies mentioned that benign prostate
hyperplasia often occurs in old age. About 50% of men over 50 years of age are
known to have pathological evidence of BPH. Age and hypertension are known to
be factors in the process of BPH. The purpose of this study was to determine the
relationship between age and hypertension with the incidence of BPH in Surgery
Ward RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Year 2017.
Method: The research use case control study method. Types of The data used are
secondary data types that obtained from medical records. Samples were taken
from hospital surgery ward Dr. H. Abdul Moeloek Year 2017. The sampling
technique is consecutive sampling. Data analysis was performed by univariate
analysis, bivariate analysis with chi-square, and multivariate analysis with
multiple logistic regression method.
Result: The mean age of the study subjects was 66.00 ± 10.17 years for the case
group. In the control group the mean age of the study subjects was 53.36 ± 16.19
years. In the case group, the percentage of hypertension was 36,7% while the non-
hypertension was 63,3%. In the control group, the percentage of hypertension was
10% while non-hypertension was 90%. The results showed that age (OR =
11.947; p value=0.009) and hypertension (OR = 7,898; p value=0.017) were the
risk factor for BPH.
Conclusion: There is a relationship of age with the incidence of BPH in Surgical
Ward RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Year 2017. There is a relationship of
hypertension with the incidence of BPH in Surgical Ward RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Year 2017.
Keyword: Benign Prostate Hyperplasia, risk factors
ABSTRAK
HUBUNGAN USIA DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN BPH DI
BANGSAL BEDAH RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK TAHUN 2017
Oleh
MUHAMMAD IZ ZUDDIN ADHA
Latar belakang: Benign prostate hyperplasia (BPH) sering terjadi pada usia
lanjut. Sekitar 50% laki-laki yang memiliki usia diatas 50 tahun diketahui
memiliki bukti patologi BPH. Usia dan hipertensi diketahui menjadi faktor dalam
proses terjadinya BPH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode case control study. Jenis data yang
dipakai adalah data sekunder dari rekam medis. Sampel di ambil dari pasien
bangsal bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017. Teknik pengambilan
sampel adalah consecutive sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis
univariat, analisis bivariat dengan chi-square, dan analisis multivariat dengan
metode regresi logistik ganda.
Hasil: Rerata usia subjek penelitian adalah 66,00 ± 10,17 tahun untuk kelompok
kasus. dan 53,36 ± 16,19 tahun untuk kelompok kontrol. Pada kelompok kasus
persentase hipertensi sebesar 36,7% sedangkan yang tidak hipertensi sebesar
63,3%. Pada kelompok kontrol persentase hipertensi sebesar 10% sedangkan yang
tidak hipertensi sebesar 90%. Hasil penelitian menunjukan bahwa usia ≥50 tahun
(OR = 11,947; nilai p=0,009) dan hipertensi (OR = 7,898; nilai p=0,017)
merupakan faktor resiko terjadinya BPH.
Simpulan: Terdapat hubungan usia dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017. Terdapat hubungan hipertensi dengan
kejadian BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeleok Tahun 2017.
Kata kunci: pembesaran prostat jinak, faktor resiko
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 18 April 1997, sebagai anak kedua
dari Bapak Zulmar dan Ibu Surati Wuryaningsih.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 2 Wates pada tahun 2009,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Pringsewu pada
tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1
Gadingrejo pada tahun 2014.
Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) (2014-2017) dan Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI) (2014-2016).
Karya ini
Didedikasikan dengan rasa terima kasih dan penghargaan kepada
seluruh Keluarga dan Sahabat
Yang telah menginspirasi dan memberikan semangat
“Segala sesuatu yang terjadi pada hidup kita telah ditakdirkan oleh
Allah SWT, Jadi bijaklah dalam setiap mengambil langkah”
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Usia dan Hipertensi
dengan Kejadian BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Tahun 2017”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan,
bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka
dengan segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar- besarnya kepada:
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor
Universitas Lampung;
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan
Fakultas Kedoketran Universitas Lampung;
dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp. PA., selaku Pembimbing Utama dan
sebagai pembimbing PKM, atas kesediaannya untuk meluangkan
banyak waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik
yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
dr. Dian Isti Angraini, S. Ked., M.P.H, selaku Pembimbing Kedua
atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat,
bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
Dr. dr. Muhartono, S. Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Penguji
Utama pada Ujian Skripsi, terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-
saran yang telah banyak diberikan;
dr. Ahmad Fauzi, S. Ked., M. Kes., Sp, OT., selaku Pembimbing
Akademik atas nasihat, bimbingan, saran dan kritik yang
bermanfaat selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran ini;
Seluruh staf dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas
ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses
perkuliahan;
Seluruh staf akademik, administrasi, dan tata usaha Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung yang telah sangat membantu,
memberikan waktu dan tenaga serta kesabarannya selama dalam
proses penyelesaian penelitian ini;
Terimakasih teruntuk Abi dan Umi yang sangat saya cintai dan
sayangi atas doa, perhatian, semangat, kesabaran, kasih sayang, dan
dukungan.
Terimakasih kepada kakak terhebat saya Zulfah Az Zahra yang
selalu memberikan saya nasihat dan semangat selama ini dan adik-
adik tercinta saya, Syahidah, Anas, dan Abdillah.
Terimakasih kepada seluruh sahabat Al-Qossam (Achmad Agus
Purwanto, Dzulfiqar, dan M. Yogi Maryadi) dan teman-teman
Mahasiswa Angkatan 2014 yang telah menemani perjuangan di
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Terimakasih kepada kawan-kawan FSI Ibnu Sina dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung yang telah memberikan
warna pada kehidupan saya di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan, untuk
itu saran, kritik dan masukan yang membangun dibutuhkan. Semoga
Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak. Terimakasih
Bandar Lampung, 24 Januari 2018
Penulis
Muhammad Iz Zuddin Adha
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain ..................................................................... 5
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6
2.1.1 Kelenjar Prostat ...................................................................................... 6
2.1.2 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) ....................................................... 8
2.2 Kerangka Teori ............................................................................................ 19
2.3 Kerangka Konsep ........................................................................................ 20
2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 20
ii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 22
3.3.1 Populasi ................................................................................................ 22
3.3.2 Sampel .................................................................................................. 22
3.4 Kriteria Penelitian ........................................................................................ 23
3.4.1 Kelompok Kasus................................................................................... 23
3.4.2 Kriteria Kelompok Kontrol .................................................................. 24
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................... 24
3.5.1 Variabel Independen ............................................................................. 24
3.5.2 Variabel Terikat .................................................................................... 24
3.6 Definisi Operasional .................................................................................... 25
3.7 Instrumen, Cara Pengambilan Data dan Alur Penelitian ............................. 26
3.7.1 Instrumen Penelitian ............................................................................. 26
3.7.2 Cara Pengambilan Data ........................................................................ 26
3.7.3 Alur Penelitian ...................................................................................... 27
3.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 28
3.7.1 Rencana Penolahan Data ...................................................................... 28
3.7.2 Analisis Data......................................................................................... 28
3.7.3 Analisis Multivariat .............................................................................. 30
3.9 Etika Penelitian ............................................................................................ 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Variabel ......................................................................... 25
2. Nilai Besar Risiko (Odds Ratio/OR) Paparan Terhadap Kasus ...................... 29
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Posisi Kelenjar Prostat ...................................................................................... 7
2. Histologi Kelenjar Prostat ................................................................................. 8
3. Perbedaan gambaran prostat normal dengan BPH. ........................................... 9
4. Digital Rectal .................................................................................................. 11
5. Patogenesis BPH ............................................................................................. 13
6. Kerangka Teori................................................................................................ 19
7. Kerangka Konsep ............................................................................................ 20
8. Alur Penelitian. ............................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lower urinary tractus symptoms (LUTS) adalah masalah yang banyak dialami
oleh laki-laki di seluruh dunia. Masalah yang dialami berupa frekuensi
berkemih yang meningkat, nokturia, inkontinensia urin, aliran urin yang
lambat, aliran urin yang terputus atau sensasi tidak puas setelah berkemih.
Laki-laki yang mengalami LUTS secara langsung akan menganggu kualitas
hidup dan menjadi penyebab morbiditas (Arslantas et al., 2017).
Terdapat 384 juta orang (8.2%) di dunia mengalami masalah LUTS pada
tahun 2008. Secara perhitungan diperkirakan pada tahun 2018 akan meningkat
menjadi 8.5%. Di Indonesia, prevalensi terjadinya LUTS berkisar 13% dan di
Asia angka prevalensinya berkisar antara 19.7-24.4% (Sumardi et al., 2011).
Dalam sepuluh tahun terakhir laki-laki yang di diagnosis LUTS selalu
mengalami peningkatan. Gejala yang timbul pada LUTS dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu penyakit yang berasosiasi dengan peningkatan
gejala LUTS adalah benign prostate hyperplasia (BPH) (Egan, 2016).
2
Benign prostate hyperplasia adalah penyakit tumor jinak yang terjadi pada
kelenjar prostat. Kelenjar prostat adalah organ yang rentan akan terjadinya
pembesaran. Sebenarnya kelenjar yang mengalami pembesaran adalah
kelenjar periuretra sedangkan jaringan dari prostat yang asli akan terdorong ke
perifer dan membentuk kapsul. Secara histopatologi, BPH mempunyai
karakterisktik peningkatan jumlah epitel dan sel stroma area periuretra pada
prostat. Kapsul yang terbentuk pada BPH akan berperan pada terjadinya
LUTS (Foster, 2008).
Benign prostate hyperplasia sering terjadi pada usia lanjut. Sekitar 50% laki-
laki yang memiliki usia diatas 50 tahun diketahui memiliki bukti patologi
BPH (Chughtai et al., 2016). Pada studi lain diketahui sekitar 1/3 laki-laki
yang berusia 40-79 tahun menderita LUTS sedang sampai berat yang
disebabkan oleh BPH. Di Indonesia angka kejadian BPH masih belum pasti,
karena belum banyak penelitian tentang angka kejadiannya. Tetapi di dua
rumah sakit besar di Jakarta yaitu Sumberwaras dan Cipto Mangunkusumo
selama tiga tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus (Kidingallo et al., 2011).
Angka kejadian BPH di Provinsi Lampung cukup banyak, khususnya di
RSUD Abdul Moeloek. Dilaporkan bahwa terdapat 31 pasien yang dirawat di
tahun 2017 (RSAM, 2017).
Benign prostate hyperplasia hingga saat ini masih belum diketahui dengan
pasti faktor penyebabnya. Meskipun sudah dilakukan penelitian yang intensif
3
sejak lima dekade yang lalu sampai saat ini penyebab dan hubungan
penyebabnya masih belum diketahui dengan jelas. Secara molekular diduga
terjadi penambahan jumlah sel karena proliferasi epitel dan stroma atau
kegagalan apoptosis sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi. Hormon
androgen, estrogen, interkasi epitel-stroma, growth factor, dan
neurotransmitter diduga sebagai yang bertanggung jawab dalam proses
hiperplasia. Faktor usia adalah yang paling berpengaruh terhadap perubahan
kadar hormon tersebut (Foster, 2008).
Faktor usia memegang peranan penting dalam terjadinya BPH. Namun,
dibeberapa studi membuktikan sindrom metabolik berperan terhadap
terjadinya pembesaran kelenjar prostat (Kwon et al., 2013). Sindrom
metabolik adalah kumpulan ketidaknormalan metabolisme, diantaranya,
obesitas, intoleransi glukosa, dislipidemia, dan hipertensi.
Hipertensi diketahui berhubungan dengan kejadian LUTS namun masih belum
terbukti berhubungan dengan BPH (Parsons 2007). Tetapi ada penelitian yang
menyebutkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik darah berasosiasi secara
signifikan dengan laju pembesaran prostat (Pan et al. 2014). Oleh karena itu,
peneliti ingin menganalisis hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian
BPH di Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang
diambil adalah sebagi berikut.
a. Apakah terdapat hubungan usia dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017?
b. Apakah terdapat hubungan hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-fakor resiko yang berhubungan dengan BPH di
Bangsal Bedah dan Poliklinik Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun
2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan usia dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
b. Mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat mengetahui hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian BPH di
Bangsal Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
5
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu Urologi
serta penerapan ilmu metodologi penelitian yang telah didapatkan selama
kuliah.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian
lebih lanjut yang lebih spesifik.
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca
Memberikan informasi terkait hubungan usia dan hipertensi dengan kejadian
BPH di Bangsal RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kelenjar Prostat
Prostat adalah salah satu organ reproduksi pada laki-laki yang memiliki
bentuk seperti kenari. Kelenjar ini berfungsi untuk menambah volume cairan
semen. Cairan yang dihasilkan sangat berperan dalam kesuburan seorang
pria (Simon, 2006).
Prostat merupakan kelenjar aksesoris terbesar pada sistem reproduksi laki-
laki. Susuanannya berupa dua pertiga terdiri dari glandular dan satu pertiga
terdiri dari fibromuskular. Secara anatomis lobus prostat terbagi atas,
isthmus prostat, lobus inferoposterior, lobus prostatae deexter et sinister, dan
lobus medius. Prostat diperdarahi oleh arteri vesicalis inferior, arteri rectalis
media, dan arteri pudenda interna (Moore & Dalley, 2013). Letak kelenjar
prostat disajikan pada gambar 1.
7
(Sumber : Simon, 2006)
Gambar 1. Posisi Kelenjar Prostat
Secara histologi, kelenjar prostat mengandung sebagian besar kelenjar
tubuloasinar bercabang yang kecil. Sebagian yang lain mengandung agregasi
sekretorik padat yaitu concretio prostatica di dalam asininya (Eroschenko,
2010). Kelenjar tubuloacinar prostat disusun oleh epitel bertingkat kuboid
atau silindris. Stroma fibromuskular pada prostat mengelilingi kelenjar-
kelenjar. Prostat dikelilingi suatu simpai fibroelastis dengan otot polos.
Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan membaginya dalam lobus-
lobus yang tidak berbatas tegas pada orang dewasa. Seperti halnya vesikula
seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung pada kadar testosteron
(Junqueira & Caneiro, 2007). Histologi kelenjar prostat disajikan pada
gambar 2.
8
(Sumber : Eroschenko, 2010)
Gambar 2. Histologi Kelenjar Prostat.
2.1.2 Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
2.1.2.1 Definisi Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Benign prostate hyperplasia adalah diagnosis histologikal, yaitu proliferasi
jaringan ikat, otot polos, dan epitel kelenjar pada zona transisi prostat yang
tidak terkendali. Secara klinis BPH didiagnosis ketika terjadi obstruksi
saluran kemih yang diakibatkan oleh pembesaran prostat (Vuichoud &
Loughlin, 2015).
Benign prostate hyperplasia atau bisa disebut BPH secara definisi umum
adalah terjadinya pembesaran prostat secara jinak. BPH juga dikenal
9
dengan benign prostatic hypertrophy atau benign prostatic obstruction.
Pertumbuhan prostat terjadi pada dua periode utama. Pertama, saat masa
pubertas akan terjadi pembesaran prostat dua kali ukuran awal. Kedua,
dimulai ketika usia 25 tahun hingga sepanjang kehidupan. Kasus BPH
sering terjadi ketika pertumbuhan fase kedua (Simon, 2006). Perbedaan
gambaran prostat dengan pembesaran prostat disajikan pada gambar 3.
(Sumber : Chughtai et al., 2016)
Gambar 3. Perbedaan Gambaran Prostat Normal dengan BPH.
2.1.2.2 Epidemiologi
Benign prostate hyperplasia sering terjadi pada usia lanjut. Sekitar 50%
laki-laki yang memiliki usia diatas 50 tahun diketahui memiliki bukti
patologi BPH (Chughtai et al., 2016). Pada studi lain diketahui sekitar 1/3
laki-laki yang berusia 40-79 tahun menderita LUTS sedang sampai berat
yang disebabkan oleh BPH. Di Indonesia angka kejadian BPH masih
belum pasti, karena belum banyak penelitian tentang angka kejadiannya.
10
Tetapi di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu Sumberwaras dan Cipto
Mangunkusumo selama tiga tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus
(Kidingallo et al., 2011).
2.1.2.3 Gejala dan Tanda
a. Gejala Umum BPH adalah sebagai berikut :
1. Sering berkemih
2. Sulit berkemih
3. Nyeri saat berkemih
4. Urin berdarah
5. Nyeri saat ejakulasi
6. Cairan ejakulasi berdarah
7. Gangguan ereksi
8. Nyeri pinggul atau punggung
Gejala klinis BPH dikelompokkan menjadi dua yaitu gejala obstruktif
dan gejala iritatif.Gejala obstruktif yaitu kumpulan gejala berupa
pancaran urin lemah (loss of force), pancaran urin terputus-putus
(intermittency), hesitancy, tidak puas ketika selesai berkemih (sense
of residual urine), keluarnya sisa urin pada akhir berkemih (terminal
dribbling), dan rasa ingin berkemih ketika selesai berkemih (double
voiding). Gejala iritatif meliputi terbangun di tengah malam karena
11
sering berkemih (nocturia), sulit menahan untuk berkemih (urgency),
frekeunsi berkemih yang tidak normal (polakisuria), terkadang terjadi
urin berdarah (hematuria) (Kirby et al, 1997). Gejala yang timbul
pada BPH sering diakibatkan karena uretra yang tertutup dan kandung
kemih yang bekerja terlalu keras untuk mendorong urin melewati
uretra yang tertutup (Simon, 2006).
b. Tanda
Tanda klinis terpenting BPH adalah ditemukannya pembesaran
konsistensi kenyal pada pemeriksaan colok dubur / digital rectal
examination (DRE). Apabila teraba indurasi atau terdapat bagian yang
teraba keras, perlu dipikirkan kemungkinan prostat stadium 1 dan 2
(Simon, 2006). Pemeriksaan digital rectal disajikan pada gambar 4.
(Sumber : Simon, 2006)
Gambar 4. Digital Rectal.
12
2.1.2.4 Etiopatogenesis
Konsensus tentang etiologi BPH tidak ditemui hingga saat ini. Ada banyak
pendapat, seperti perubahan fungsi urodinamik karena meningkatnya
uretra angulasi prostat. Beberapa telah menemukan bahwa peristiwa
molekuler, seperti peningkatan stress oksidatif, kerusakan iskemik akibat
gangguan pembuluh darah, hilangnya regulator negatif kontrol siklus sel,
atau perubahan kadar hormon terkait usia. Namun, sebagian besar
postulasi etiologi mengarah ke peradangan prostat sebagai inisiator BPH
(Schauer & Rowley, 2011).
Etiologi BPH kemungkinan kompleks dan multi-faktorial, meskipun jelas
bahwa gangguan ini bersifat progresif dan berhubungan dengan
peradangan kronis (Delongchamps et al., 2008). Risiko gejala BPH telah
terbukti secara signifikan lebih tinggi pada pria dengan peradangan
intraprostatic kronis (Chughtai et al., 2011).
Meskipun penyebab BPH masih belum sepenuhnya dipahami, saat ini
diketahui bahwa androgen dan estrogen berperan secara sinergis dalam
pembentukannya. Proses terjadinya BPH sudah jelas dibutuhkan adanya
testis yang utuh. Sehingga BPH tidak akan terjadi pada laki-laki yang
dikebiri sebelum onset pubertas, sesuai dengan peran utama androgen
dalam patogenesisnya (Kumar et al., 2014). Patogenesis BPH disajikan
pada gambar 5.
13
(Sumber : Chughtai et al., 2016)
Gambar 5. Patogenesis BPH.
2.1.2.5 Faktor Resiko
Patofisiologi yang menjelaskan mengenai perkembangan BPH sangat
rumit dan sangat sedikit yang diketahui. Banyak faktor resiko yang
berperan baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat
dimodifikasi. Bahkan faktor resiko tersebut masih belum sepenuhnya
diteliti (Chughtai et al., 2016). Faktor resiko BPH salah satunya adalah
sindrom metabolik diantaranya obesitas, hipertensi, diet, hormon seks.
Selain itu faktor yang paling berperan adalah bertambahnya usia.
14
a. Faktor Usia
Faktor usia adalah yang paling berperan penting dalam proses
terjadinya BPH dan telah dikonfirmasi oleh berbagai penelitian.
Sebagai contoh, dalam sebuah studi dari 278 orang (Usia rata-rata
pada awal penelitian: 58 tahun) yang terdaftar di Baltimore
Longitudinal Study of Aging yang memiliki mengalami setidaknya
dua scan MRI untuk menentukan prostat volume, volume prostat rata-
rata adalah 28,1 ml (kisaran: 4,4-135,0 ml) pada MRI pertama dan
31,1 ml (kisaran: 8,7-237,3 ml) pada akhir masa studi dengan median
tindak lanjut selama 4,3 tahun (Loeb et al., 2009). Dilaporkan bahwa
volume prostat meningkat pada tingkat rata-rata 0,6 ml per tahun
(kisaran: 9,9 ke 62,1 ml), yang mewakili rata-rata tahunan perubahan
2,5% (Loeb et al., 2009). Meskipun keparahan gejala tidak bisa
berkorelasi langsung dengan volume prostat, namun memiliki volume
prostat yang besar merupakan faktor risiko untuk perkembangan
menjadi LUTS. Artinya, prostat lebih besar terkait dengan
peningkatan risiko retensi urin, resiko ke depan perlu untuk operasi
dan peningkatan gejala klinis dari BPH (Roehrborn et al., 2011).
b. Obesitas
Dalam beberapa studi dijelaskan bahwa, obesitas menjadi faktor
resiko dalam terjadinya BPH. Peningkatan jaringan adipose telah
terbukti berasosiasi dengan peningkatan volume prostat. Pada
pengukuran waist-to-hip ratio, setiap peningkatan 0.05 terbukti
15
berasosiasi dengan peningkatan 10% resiko terjadinya BPH (Kristal et
al., 2007). Dalam penelitian lain diketahui bahwa laki-laki dengan
IMT 25-29.9 kg/m2 dibandingkan dengan IMT<25 kg/m2 memiliki
resiko lebih besar terjadinya pembesaran prostat dengan nilai odd
ratio 1.41, pada IMT 30-34 kg/m2 memiliki odd ratio 1.27, dan pada
IMT>35 kg/m2 memiliki odd ratio 3.52 (Parsons, 2007). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Jung et al. (2016), diketahui bahwa
lingkar perut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume
prostat. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Besiroglu et al. (2017) yang menjelaskan lingkar perut berkorelasi
dengan terjadinya peningkatan volume prostat.
c. Profil Lipid
Kadar kolesterol diketahui memiliki pengaruh dalam proses
pembesaran prostat. Namun, bukti tentang faktor ini masih sangat
sedikit. Studi tentang faktor ini tidak semuanya mengatakan
berasosisasi dengan pembesaran prostat. Pada penelitian cohort di
swedia menyebutkan bahwa HDL yang rendah berasosiasi dengan
peningkatan volume prostat. Sedangkan pada penelitian di turki
menyebutkan bahwa profil lipid tidak berasosiasi secara signifikan
terhadap peningkatan volume prostat (Parsons, 2007). Abdollah et al.
(2011) melakukan pemeriksaan pada 158 pria dan melaporkan bahwa
individu yang memliki high-density lipoprotein (HDL) cholesterol
(<1,18 mmol/l) memiliki volume prostat yang besar (rata-rata 49 ml
16
vs 39 ml ; p=0.002). Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh
Besiroglu et al. (2017) menjelaskan bahwa pada analisis mulitvariat,
variabel profil lipid memiliki hubungan yang sangat signifikan
dengan peningkatan volume prostat.
d. Hipertensi
Hipertensi diketahui memiliki peranan dalam peningkatan volume
prostat. Berawal dari uji pada hewan yang dilakukan oleh Golomb et
al. (2000), diketahui bahwa hipertensi yang dialami oleh tikus
berpengaruh terhadap pembesaran prostat. Pada penelitian cohort
yang pernah dilakukan, disimpulkan bahwa adanya hipertensi
mengakibatkan peningkatan resiko sebanyak 1.5 kali lipat untuk dapat
timbul gejala LUTS/BPH. (Abdollah et al., 2011). Hasil yang sama
juga didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Pan et al. (2014),
bahwa tekanan sistolik dan diastolik darah berasosiasi secara
signifikan dengan laju pembesaran prostat.
2.1.2.6 Pemeriksaan
Pemerikasaan pada pasien BPH dilakukan dengan dua spesimen, yaitu
darah dan urin. Pemeriksaan darah dilakukan dengan kreatinin serum,
elektrolit, dan PSA (Prostate Spesific Antigen). Sementara itu,
pemeriksaan urin yang dilakukan adalah sedimen urin dan kultur
(Baltimore, 2007).
17
Prostate Specific Antigen (PSA) disintesis oleh sel epitel kelenjar prostat
dan bersifat organ spesifik tetapi bukan kanker spesifik. Serum PSA dapat
dipakai untuk mengetahui perjalanan penyakit dari BPH, dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti pertumbuhan volume prostat lebih cepat, keluhan
akibat BPH atau laju pancaran urin lebih buruk, dan lebih mudah
terjadinya retensi urin akut. Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat
diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA makin
cepat laju pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata
setiap tahun pada kadar PSA 0,2−1,3 ng/dl adalah 0,7 mL/tahun,
sedangkan pada kadar PSA 1,4−3,2 ng/dl sebesar 2,1 mL/tahun, dan kadar
PSA 3,3−9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun. Kadar PSA di dalam serum dapat
mengalami peningkatan pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat
(biopsi prostat atau TURP), pada retensi urin akut, kateterisasi, keganasan
prostat, dan usia yang makin tua (IAUI, 2003).
Pada pemeriksaan aliran urin dilakukan juga tes urodinamik. Pemeriksaan
ini berupa prosedur untuk menilai apakah uretra dan kandung kemih
berfungsi dengan baik dalam menampung dan mengalirkan urin. Pada
pemeriksaan urodinamik seringkali focus untuk menilai kemampuan
kandung kemih untuk menahan urin dan mengosongkannya. Pemeriksaan
tersebut meliputi, uroflowmetri, postvoid residual measurement, dan
melihat apakah ada urin residu pada kandung kemih (Simon, 2006).
18
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah biposi. Biopsi adalah
peosedur pengambilan bagian kecil jaringan prostat untuk dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopis. Pada pemeriksaan ini bisa dinilai apakah
pasien mengalami BPH atau bahkan mengalami kanker prostat (Simon,
2006).
2.1.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup
pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat
keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan pasien yang
diakibatkan oleh penyakitnya (IAUI, 2003). Penatalaksanaan yang
diberikan berupa modifikasi gaya hidup, watchful waiting, terapi
farmakologi, prosedur non-bedah, dan pembedahan (Levy & Samraj,
2007; Davidson & Chutka, 2008; LaSpina & Haas, 2008). Tujuan dari
penatalaksanaan adalah untuk memaksimalkan aliran urin, meringankan
gejala, dan menghambat atau mencegah perkembangan BPH (Tanguay et
al., 2009).
2.2 Kerangka Teori
Secara teori kejadian BPH dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah usia, keturunan, hipertensi, obesitas, dan profil
lipid. Kerangkat teori dari penelitian ini disajikan pada gambar 6.
Gambar 6. Kerangka Teori Hubungan Usia dan Hipertensi dengan Kejadian BPH.
Gaya Hidup
Suku/ras
Riwayat keluarga
Geografis
Aktivitas Fisik
Genetik
Perilaku
Desa
Kota Obesitas
Hipertensi
Dislipidemia
BPH
Pola Makan
Usia
19
20
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini disajikan pada gambar 7.
Gambar 7. Kerangka Konsep.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2017.
b. Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian BPH di Bangsal
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
Usia
Hipertensi
BPH
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan
rancangan case control. Case control merupakan rancangan studi
epidemiologi yang mengkaji hubungan penyakit dan paparan (faktor
penelitian). Desain penelitian ini mampu dipergunakan untuk mencari
hubungan seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi terjadinya penyakit
(Notoatmodjo, 2010).
Kelebihan menggunakan desain penelitian ini adalah relatif mudah dan murah,
cocok digunakan untuk penelitian pada penyakit dengan periode laten yang
panjang. Subjek penelitian yang dipilih didasarkan status penyakit. Desain
penelitian ini dapat digunakan untuk meneliti beberapa paparan terhadap
sebuah penyakit sekaligus (Notoatmodjo, 2010).
22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
yang berlangsung sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di Bangsal Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2017 yang tercatat dalam
rekam medik.
3.3.2 Sampel
Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan metode consecutive.
Besar sampel ditentukan dengan rumus analitik kategorik tidak bepasangan
sebagai berikut.
Keterangan:
n1 = besar sampel kasus
n2 = besar sampel kontrol
23
Z = derivat baku alfa dengan tingkat kemaknaan 95%, hipotesis
dua arah sehingga Z = 1,96
Z = derivat baku beta dengan kekuatan uji penelitian 80%,
sehingga 0,842
OR = Odd Ratio faktor usia dengan nilai 4,566. (Sumber :
Amalia, 2007)
P2 = proporsi pada keompok yang sudah diketahui nilainya
yaitu, 0,6. (Sumber : Amalia, 2007)
Q2 = 1- P2
P1 = proporsi paparan pada kelompok kontrol dengan nilai 0,91
(Sumber : Amalia, 2007)
P = Proporsi total =
Q = 1-P
Berdasarkan rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan besar sampel minimal sebanyak 30 sampel kontrol dan 30
sampel kasus dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kelompok Kasus
Kriteria inklusi kelompok kasus pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
24
a. Pasien bangsal bedah RSUD Abdul Moeloek tahun 2017.
b. Pasien didiagnosis BPH secara klinis.
c. Memiliki rekam medik.
Kriteria eksklusi kelompok kasus pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pasien yang didiagnosis kanker prostat.
b. Pasien yang memiliki penyakit diabetes melitus.
3.4.2 Kriteria Kelompok Kontrol
Kriteria inklusi kelompok kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pasien tidak didiagnosis BPH secara klinis.
b. Pasien bangsal bedah RSUD Abdul Moeloek tahun 2017.
c. Memiliki rekam medik.
Kriteria eksklusi kelompok kontrol pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Pasien yang didiagnosis kanker prostat.
b. Pasien yang memiliki penyakit diabetes melitus.
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia dan hipertensi.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah BPH.
25
3.6 Definisi Operasional
Definisi Operasional dari penelitian ini disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Usia Usia pasien pada saat
didiagnosa terkena BPH.
Rekam
Medis
1. ≥50 tahun
2. <50 tahun
Ordinal
2. Hipertensi Suatu kondisi di mana
tekanan sistolik darah
≥140 mmHg dan / atau
diastolik ≥90 mmHg
(WHO, 2013)
Rekam
Medis
1. Hipertensi
(tekanan
sistolik ≥140
mmHg dan /
atau diastolik
≥90 mmHg)
2. Tidak
Hipertensi
(tekanan
sistolik <140
mmHg dan /
atau diastolic
<90 mmHg).
Ordinal
3. BPH Proliferasi jaringan ikat,
otot polos, dan epitel
kelenjar pada zona
transisi prostat yang
tidak terkendali.
Rekam
medik
1. BPH (diagnosis
berdasarkan
pemeriksaan
klinis)
2. Tidak BPH
(tidak BPH
secara
pemeriksaan
klinis)
Nominal
26
3.7 Instrumen, Cara Pengambilan Data dan Alur Penelitian
3.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai
dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan
untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah sebagai berikut.
a. Alat tulis
Alat tulis adalah peralatan yang di gunakan untuk mencatat data
penelitian.
b. Rekam medis
Rekam medis digunakan unuk mengetahui data klinis responden.
3.7.2 Cara Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa sekunder. Data
sekunder diperoleh dari pihak rumah sakit berkaitan tentang daftar, jumlah
pasien, dan rekam medis yang ada di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
27
3.7.3 Alur Penelitian
Alur pada penelitian ini disajikan pada gambar 8.
Gambar 8. Alur Penelitian.
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pengolahan Data
Penelusuran Kepustakaan
dan Survey Pendahuluan
Penyusunan Proposal,
Pengajuan Kaji Etik
Penelitian, dan Koordinasi
Analisis dengan SPSS
Pemeriksaan rekam medis
28
3.7 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Rencana Penolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul. Tahap pertama
adalah melakukan editing terhadap data yang tersedia.Pada tahap ini,
peneliti memeriksa data responden dan memastikan bahwa seluruh data
yang diperoleh sudah lengkap serta sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Tahap kedua adalah coding, yaitu memberikan kode-kode untuk
data-data tertentu agar memudahkan tabulasi dan analisa data. Tahap ketiga
adalah entry atau memasukkan data ke komputer untuk selanjutnya
dilakukan pengolahan data dengan teknik komputerisasi.
3.7.2 Analisis Data
3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan untuk menganalisis setiap variabel penelitian berupa
distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. Analisis dilakukan
menggunakan program statistik untuk mengetahui distribusi frekuensi
responden berdasarkan usia, hipertensi, dan BPH.
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara variabel
bebas (usia dan hipertensi) dengan variabel terikat (BPH). Kedua jenis
variabel pada penelitian ini sama-sama menggunakan skala kategorik.
Dilakukan analisis terhadap variabel kategorik tidak berpasangan. Oleh
karena itu, uji analisis dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square.
Syarat chi square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari
29
lima maksimal 20% dari jumlah sel. Alternatif dari uji ini adalah uji
Fisher.
Kemaknaan perhitungan stastitika digunakan batas 0,05 terhadap
hipotesis, berarti jika P Value ≤ 0,05 maka Ho ditolakdan Ha diterima,
artinya ada hubungan antara variable independen dengan variabel
dependen. Jika P value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
yang di uji.
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai besar resiko (Odd Ratio/OR)
paparan terhadap kasus dengan menggunakan tabel 2×2 sebagai berikut.
Tabel 2. Nilai Besar Risiko (Odds Ratio/OR) Paparan Terhadap Kasus
Penyakit
Paparan
Kasus
(+)
Kontrol
(-) Total
Terpapar a b a+b
Tidak Terpapar c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
30
Besar nilai odd rasio dinyatakan dengan rumus OR = ad/bc, dengan
confidence interval 95%. Hasil interpretasi nilai OR adalah sebagai
berikut.
a. Bila OR >1 CI 95 % tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa
faktor yang diteliti merupakan faktor risiko.
b. Bila OR >1 CI 95 % mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa faktor
yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
c. Bila OR < 1 CI 95 % tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa
faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.
3.7.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen yang
paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat yang
digunakan adalah regresi logistik, dengan tingkat kepercayaan 95% dan
menggunakan metode menentukan odds rasio variabel kategorik dikotom.
Variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah
variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25.
3.9 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat persetujuan etik
4349/UN26.8/DL/2017.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Faktor usia merupakan faktor resiko kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
2. Faktor hipertensi merupakan faktor resiko kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
3. Faktor usia merupakan faktor yang lebih dominan berpengaruh
dibandingkan faktor hipertensi pada kejadian BPH di Bangsal Bedah
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2017.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitan dengan variabel yang
lebih banyak untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai faktor
resiko kejadian BPH.
2. Masyarakat dan pihak terkait agar lebih waspada terhadap faktor resiko
terjadinya BPH yaitu pada laki-laki dengan usia ≥50 tahun dan adanya
riwayat hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdollah F, Briganti A, Suardi N, Castiglione F, Gallina A, Capitanio U, et al.
2011. Metabolic syndrome and benign prostatic hyperplasia: Evidence of a
potential relationship, hypothesized etiology, and prevention. Korean
Journal of Urology. 52(8):507–516.
Amalia. 2007. Faktor-faktor risiko terjadinya pembesaran prostat jinak. [Thesis].
Semarang: Universitas Diponegoro.
Arslantas D, Gokler ME, Unsal A, Baseskioglu B. 2017. Prevalence of Lower
Urinary Tract Symptoms Among Individuals Aged 50 Years and Over and
Its Effect on the Quality of Life in a Semi-Rural Area of Western Turkey.
LUTS: Lower Urinary Tract Symptoms. 9(1):5–9.
Baltimore MD. 2007. Severe Form of "Enlarged Prostate" Disease Discovered.
Johns Hopkins Medical Institutions
Besiroglu H, Dursun M, Otunctemur A, Ozbek E. 2017. The association between
triglyceride high density lipoprotein cholesterol ratio and benign prostate
hyperplasia in non-diabetic patients:a cross-sectional study. The Aging
Male. 20(3):198–204.
Chughtai B, Forde J, Thomas D, Laor L, Hossack T, Woo H, et al. 2016. Benign
prostatic hyperplasia. Nature Reviews Disease Primers, [Online Journal]
[diunduh 22 Maret 2017]. Tersedia dari:
http://www.nature.com/articles/nrdp201631.
Chughtai B, Lee R, Te A., Kaplan S. 2011. Role of inflammation in benign
prostatic hyperplasia. Reviews in urology. 13(3):47–50.
Davidson JH, Chutka DS. 2008. Benign prostatic hyperplasia: treat or wait?. J
Farm Pract. 57(7):454-63.
Delongchamps NB, de la Roza G, Chandan V, Jones R, Sunhelmer R, Threatte
G, et al. 2008. Evaluation of Prostatitis in Autopsied Prostates-Is Chronic
Inflammation More Associated With Benign Prostatic Hyperplasia or
Cancer? Journal of Urology. 179(5):1736–1740.
Egan KB. 2016. The Epidemiology of Benign Prostatic Hyperplasia Associated
with Lower Urinary Tract Symptoms: Prevalence and Incident Rates. The
Urologic clinics of North America. 43(3):289–97.
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore. Jakarta: EGC.
Foster CS. 2008. Pathology of benign prostatic hyperplasia. Prostate. 45(Suppl.
9):4–14.
Guo LJ, Zhang XH, Li PK, Na YQ. 2005. Association study between benign
prostatic hyperplasia and primary hypertension. Zhonghua wai ke zha zhi
Chinnese Journal. 43(2), 108-111.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2003. Panduan penatalaksanaan
(Guidelines) benign prostatic hyperplasia (BPH) di Indonesia. Surabaya.
Jung JH, Ahn S, Song J, Chang S, Kim K, Kwon S, et al. 2016. Obesity as a Risk
Factor for Prostatic Enlargement : A Retrospective Cohort Study in Korea.
Int Neurourol J. 20(4):321–328.
Junqueira L, Caneiro. 2007. Histologi Dasar : Teks dan Atlas. Jakarta: EGC.
Kidingallo Y, Murtala B, Ilyas M, Palinrugi AM. 2011. Kesesuaian ultrasonografi
transabdominal dan transrektal pada penentuan karakteristik pembesaran
prostat. Universitas Stuttgart. 1(2):158–164.
Kirby, Roger S, Christmas, Timothy J. 1997. Benign Prostatic Hiperplasia. Mosby
International.
Kristal AR, Arnold K, Schenk J, Neuhouser M, Weiss N, Goodman P, et al. 2007.
Race/Ethnicity, Obesity, Health Related Behaviors and the Risk of
Symptomatic Benign Prostatic Hyperplasia: Results From the Prostate
Cancer Prevention Trial. Journal of Urology. 177(4):1395–1400.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
Kwon H, Kang HC , Lee JH. 2013. Relationship between predictors of the risk of
clinical progression of benign prostatic hyperplasia and metabolic
syndrome in men with moderate to severe lower urinary tract symptoms.
Urology. 81(6):1325–1329.
LaSpina M, Haas GP. 2008. Update on the diagnosis and management of prostate
cancer. Can J Urol. 15(Suppl 1):3-13.
Levy A, Samraj GP. 2007. Benign prostatic hyperplasia: when to 'watch and wait,'
when and how to treat. Cleve Clin J Med. 74(suppl 3):15-20.
Loeb S, Kettermann A, Carter H, Ferruci L, Metter EJ, Walsh P. 2009. Prostate
Volume Changes Over Time: Results From the Baltimore Longitudinal
Study of Aging. Journal of Urology. 182(4):1458–1462.
Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Jakarta: Erlangga.
Nandheesa H. 2008. Benign prostatic hyperplasia : dietary and metabolic risk
factors. Int Urol Nephrol. 40(3):649-656.
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Pan J, Jiang C, Luo R, Zhou X. 2014. Association of metabolic syndrome and
benign prostatic hyperplasia in Chinese patients of different age decades.
Urologia Internationalis. 93(1):10–16.
Parsons JK. 2010. Benign Prostatic Hyperplasia and Male Lower Urinary Tract
Symptoms: Epidemiology and Risk Factors. Current Bladder Dysfunction
Reports. 5(4):212–218.
Parsons JK. 2007. Modifiable risk factors for benign prostatic hyperplasia and
lower urinary tract symptoms: new approaches to old problems. The
Journal of urology. 178(2):395–401.
Purnomo B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.
Roehrborn CG, Barkin J, Siami P, Tubaro A, Wilson T, Morril B, et al. 2011.
Clinical outcomes after combined therapy with dutasteride plus tamsulosin
or either monotherapy in men with benign prostatic hyperplasia (BPH) by
baseline characteristics: 4-Year results from the randomized, double-blind
Combination of Avodart and Tamsulo. BJU International. 107(6):946–
954.
Ryl A, Rotter I, Miazgowski T, Slojewski M, Dolegowska B, Lubkoswska A, et
al. 2015. Metabolic syndrome and benign prostatic hyperplasia:
association or coincidence?. Diabetol Metab Syndr. 7:94
Schauer IG, Rowley DR. 2011. The functional role of reactive stroma in benign
prostatic hyperplasia. Differentiation. 82(4–5):200–210.
Simon HB. 2006. Prostate Enlargement: Benign Prostatic Hyperplasia. National
Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. [Online
Journal] [diunduh 21 Maret 2017]. Tersedia dari:
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/prostateenlargement/.
Sumardi R, Mochtar C, Santoso B, Setiati S, Nuhonni S, Trihono P, et al. 2011.
Prevalence of Urinary Incontinence, Risk Factors and Its Impact :
Multivariate Analysis from Indonesian Nationwide Survey. Acta Med
Indones-Indones J Intern Med. 46(3):175–182.
Tanguay S, Awde M, Brock G, Casey R, Kozak Y, Nickel J, et al. 2009.
Diagnosis and management of benign prostatic hyperplasia in primary
care. Canadian Urological Association Journal. 3(3 Suppl 2):S92–S100.
Vuichoud C, Loughlin KR. 2015. Benign prostatic hyperplasia: epidemiology,
economics and evaluation. The Canadian journal of urology. 22(Suppl
1):1–6.
World Health Organization. 2013. A global brief on Hypertension: silent killer,
global public health crises. Geneva : WHO.