Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

19
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS ERUPSI GIGI MOLAR 1 PERMANEN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut dipengaruhi zat gizi, baik secara sistemik maupun secara lokal. Pada tahap dini pertumbuhan gigi, proses ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu Ca, P, F, dan vitamin dalam diet. Status gizi seringkali dicerminkan oleh kesehatan umum seorang individu. Gigi yang tidak terbentuk dengan baik, tanggal atau sakit bisa berakibat konsumsi makan yang tidak adekuat, selanjutnya diikuti oleh gangguan pencernaan dan kesehatan yang kurang sempurna. 1 Masa prasekolah menjadi masa dimana anak-anak mulai melakukan aktivitas belajar dan melakukan interaksi sosial yang lebih luas. Anak-anak prasekolah juga membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan dan tentunya energi yang mereka butuhkan untuk melakukan aktivitas belajar dan bermain yang biasa mereka lakukan di taman kanak-kanak. Pada umur pra sekolah gigi permanen pertama yang biasanya telah erupsi adalah gigi molar pertama. Gigi ini diperkirakan erupsi pada umur 6-7 tahun. 10 Gigi molar pertama termasuk gigi posterior yang mempunyai ukuran terbesar dari semua gigi yang berfungsi untuk proses pengunyahan yaitu untuk menggiling dan menghancurkan makanan. Orang tua menganggap bahwa erupsi gigi merupakan kejadian yang penting dalam pertumbuhan anak, dan mereka sering menunjukkan perhatian mengenai waktu erupsi gigi. Waktu erupsi gigi permanen telah diteliti diantara populasi yang berbeda dan kelompok etnik yang berbeda. Juga dilaporkan bahwa beberapa variabel seperti faktor genetik dan hormonal, geografis, budaya, jenis kelamin, seperti juga status ekonomi dan

description

a

Transcript of Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Page 1: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS ERUPSI GIGI MOLAR 1 PERMANEN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut dipengaruhi zat gizi, baik secara sistemik

maupun secara lokal. Pada tahap dini pertumbuhan gigi, proses ini dipengaruhi oleh sejumlah

faktor, yaitu Ca, P, F, dan vitamin dalam diet. Status gizi seringkali dicerminkan oleh kesehatan

umum seorang individu. Gigi yang tidak terbentuk dengan baik, tanggal atau sakit bisa berakibat

konsumsi makan yang tidak adekuat, selanjutnya diikuti oleh gangguan pencernaan dan

kesehatan yang kurang sempurna.1

Masa prasekolah menjadi masa dimana anak-anak mulai melakukan aktivitas belajar dan

melakukan interaksi sosial yang lebih luas. Anak-anak prasekolah juga membutuhkan asupan

gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan dan tentunya energi yang

mereka butuhkan untuk melakukan aktivitas belajar dan bermain yang biasa mereka lakukan di

taman kanak-kanak.

Pada umur pra sekolah gigi permanen pertama yang biasanya telah erupsi adalah gigi

molar pertama. Gigi ini diperkirakan erupsi pada umur 6-7 tahun.10 Gigi molar pertama termasuk

gigi posterior yang mempunyai ukuran terbesar dari semua gigi yang berfungsi untuk proses

pengunyahan yaitu untuk menggiling dan menghancurkan makanan.

Orang tua menganggap bahwa erupsi gigi merupakan kejadian yang penting dalam

pertumbuhan anak, dan mereka sering menunjukkan perhatian mengenai waktu erupsi

gigi. Waktu erupsi gigi permanen telah diteliti diantara populasi yang berbeda dan kelompok

etnik yang berbeda. Juga dilaporkan bahwa beberapa variabel seperti faktor genetik dan

hormonal, geografis, budaya, jenis kelamin, seperti juga status ekonomi dan status gizi serta

parameter pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap waktu erupsi dan kemunculannya.2

Gizi atau nutrisi sangat dibutuhkan tubuh anak terutama untuk pertumbuhan mereka,

begitupun erupsi gigi juga merupakan suatu proses pertumbuhan gigi, dimana banyak faktor

yang dapat mempengaruhi proses erupsi tersebut termasuk juga gizi atau nutrisi.

Page 2: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Kecamatan Rappocini adalah salah satu dari 14 kecamatan di kota Makassar yang

terletak di pusat kota ibu kota propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah kecamatan Rappocini dengan

luas 9,23 km2 terbagi dalam 10 kelurahan. Di kecamatan Rappocini terdapat 2 Rumah Sakit, 3

puskesmas, 3 pustu, 2 Rumah Sakir Bersalin, dan 93 posyandu.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan

status gizi dengan status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan

Rappocini Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan status erupsi molar pertama permanen

pada anak TK di Kecamatan Rappocini Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi

dengan status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini

Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hubungan

status gizi dengan status erupsi gigi sehingga orang tua lebih memperhatikan asupan gizi anak

mereka untuk membantu pertumbuhan gigi anak.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

Status gizi merupakan kecukupan gizi bagi tubuh yang disesuaikan dengan jumlah masukan dan

pemanfaatan gizi oleh tubuh. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan yang

diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi dan pengeluaran gizi yang terlihat

melalui variabel tertentu.3

Page 3: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif untuk kemudian

dibandingkan dengan baku yang telah tersedia.4

Komponen penilaian status gizi meliputi (1) asupan pangan, (2) pemeriksaan biokimiawi,

(3) pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, (4) pemeriksaan antropometris, serta

(5) data psikososial.4

Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam “Body measurement and

human nutrition” yang di tulis oleh Brozek tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966)

sebagai : pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada

tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.5, 6

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal

lemak dibawah kulit.6

Pemakaian untuk menilai status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan

dengan variabel antropometri lainnya seperti berat badan perumur(BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur

(LLA/U), rasio lingkar kepala menurut lingkar dada (LK/LD), dan sebagainya.3

a. Umur

faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan

menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.6

b. Berat badan

Merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai untuk memeriksa kesehatan

anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling

banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh orang buta huruf.

Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi, keadaan tumbuh

kembang. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada

tulang.4,6,7

Page 4: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

2.2 Morfologi gigi molar pertama permanen

Gigi molar permanen merupakan gigi yang terletak paling posterior di dalam mulut, dan disebut

pertama kedua dan ketiga, menurut posisinya ia tidak menggantikan posisi gigi susu manapun.

Gigi molar mempunyai permukaan oklusal terbesar dari semua gigi dan mempunyai fungsi

mengunyah yang penting untuk menggiling dan menghancurkan makanan.8

Molar pertama atas lebih besar daripada molar kedua, yang kedua lebih besar daripada yang

ketiga, dan keadaan ini terutama karena penurunan bertahap ukuran cuspis distolingual yang

bahkan tidak bisa ada pada molar ketiga. Bentuk oklusal molar atas berbentuk jajaran genjang

dibandingkan bentuk molar bawah yang lebih bujursangkar. Molar pertama bawah merupakan

molar terbesar pada rahang bawah. Ia mempunyai ukuran terbesar pada mesiodistal bila

dibanding dengan molar atas yang mempunyai ukuran bukopalatal yang lebih lebar.8

2.3. Erupsi Gigi

El-Nofely dan Iscan mendefinisikan erupsi gigi sebagai ” gigi yang keluar melalui jaringan

alveolar hingga mengenai antagonis atau yang menghalangi”. Steggerda dan hill (1942),

Gustafson dan Koch (1974) dan Filipsson (1975) secara bersama-sama menyetujui bahwa gigi

dikatakan erupsi ketika gigi pertamakali tampak melewati gusi. Hillson (1996) mendefinisikan

erupsi gigi sebagai ” suatu proses oleh gigi tersebut, pada tulang crypte, bermigrasi melalui

rahang dan muncul ke dalam mulut.9

a. Kronologi gigi molar pertama permanen.10

Tabel 1 Kronologi gigi molar pertama permanen

Regio Awal pembentukan jaringan keras Email lengkap Erupsi

M1RA Pada saat kelahiran 2½-3 thn 6-7 thn

M1 RB Pada saat kelahiran 2½-3 thn 6-7 thn

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi erupsi gigi

Page 5: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Ada banyak teori-teori berdasarkan proses yang menyebabkan kemunculan gigi dari cryptenya

dan erupsi melewati gusi. Brauer dan Bahador (1942) menjelaskan bahwa prinsip biologi yang

sama yang dapat juga diaplikasikan pada tubuh juga mengontrol pertumbuhan gigi. Oleh karena

itu, variasi akan terjadi dalam klasifikasi dan erupsi gigi. Steggerda dan Hill (1942)

mengemukakan bahwa tidak hanya tekanan biologi yang ada, tetapi juga faktor-faktor lokal,

seperti gizi dan lingkungan yang mempengaruhi waktu erupsi dari masing-masing gigi. Faktor-

faktor biologi dapat berperan pada pertumbuhan keseluruhan dari gigi termasuk faktor-faktor

genetik dan reaksi endokrin ( Steggerda dan Hill, 1942; Garn dkk., 1965; Phral-Anderson dan

Van der Linden, 1972, Davidson dan Rodd, 2001). Tambahan pula, jenis kelamin dan keturunan

merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi erupsi gigi.9

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian : Observasional analitik

3.2 Rancangan Penelitian : Cross sectional study

3.3 Lokasi Penelitian : TK di Kecamatan Rappocini Makassar

3.4 Waktu Penelitian : 26 Maret – 01 April 2008

3.5 Populasi Penelitian : Semua murid Tk di Kecamatan Rappocini Kota Makassar

3.6 Metode sampling : Cluster random sampling

Di Kecamatan Rappocini terdapat sepuluh kelurahan dengan 36 TK. Kami mengambil kelurahan

sebgai cluster. Dari masing-masing cluster di ambil satu TK

secara acak. Karena ada satu kelurahan yang tidak memiliki

TK maka jumlah TK yang terambil adalah 9 TK. Semua

jumlah murid di 9 TK tersebut diambil seluruhnya.

3.7 Kriteria sample :

murid TK yang bersedia untuk diperiksa serta mengembalikan dan mengisi lengkap

kuesioner yang di berikan

Page 6: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Berusia ≥ 5tahun

3.8 Jumlah sampel : 163 murid

3.9 Alat dan bahan

- Alat : Alat diagnostik, lampu senter, handskun, masker, gelas, handuk putih, alat tulis menulis,

timbangan badan, meteran.

- Bahan : Air, alkohol 70 %, betadine, kapas.

3.10 Data

a. Jenis data : Data primer

b. Penyajian data : Dalam bentuk tabel

c. Pengolahan data : Komputer program SPSS versi 15.0

d. Analisa data : Uji Chi-square

3.11 Defenisi Operasional :

1. Status gizi : Keadaan yang menunjukkan asupan nutrisi diukur dengan menggunakan

indeks antropometri meliputi :

Pengukuran berat badan: berat badan diukur dengan menggunakan timbangan

badan dimana anak memakai seragam sekolah dan diminta membuka kaos kaki masing-masing,

lalu berat badannya dicatat berdasarkan angka yang tertera pada timbangan.

Umur: informasi yang diberikan oleh orangtua murid pada kuesioner yang

diberikan

2. Erupsi Gigi : Apabila salah satu dari 4 gigi molar pertama permanen dimana mahkota gigi

telah tampak di permukaan gusi meskipun belum tampak seluruhnya dianggap telah erupsi

3. Anak TK : Semua anak yang terdaftar di TK yang berumur ≥ 5 tahun yang mewakili

kecamatan Rappocini Kota Makassar.

3.12 Kriteria Penilaian

Page 7: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Kriteria penilaian untuk status gizi :

Klasifikasi status gizi menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999

menggunakan indeks WHO-NCHS berdasarkan median BB/U, dikutip dari Supariasa I DN, Bakri

B, Fajar Ibnu:6

Gizi lebih = > 120%

Gizi baik = 80% - 120%

Gizi sedang = 70% - 79,9%

Gizi kurang = 60% - 69,9%

Gizi buruk = <>

3.13 Jalannya penelitian

Kecamatan Rappocini Kotamadya Makassar dipilih sebagai lokasi penelitian. Diperoleh

data dari UPTD bahwa kecamatan tersebut memiliki 10 kelurahan dengan 36 TK. Dari masing-

masing kelurahan diambil 1 TK secara acak, tetapi karena ada satu kelurahan tidak memiliki TK

maka yang diambil hanya 9 TK

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret – 01 April 2008 di 9 TKyang terdapat di

Kecamatan Rappocini Kota Makassar

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan formulir survey yang diperoleh di bagian IKGM FKG

UNHAS. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

1. Anak dicatat nama, umur dan jenis kelamin

2. Sebelum diperiksa, responden ditimbang dan diukur tinggi badannya

3. Anak dipersilahkan duduk dengan posisi menghadap sumber cahaya

4. Anak diperiksa keadaan gigi geliginya kemudian dicatat

5. Selama pemeriksaan, anak diberikan DHE

Page 8: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Setelah pemeriksaan, anak dibagikan kuisioner untuk dibawa pulang dan diisi oleh

orangtua

Data formulir survey dan kuisioner yang telah dikembalikan, ditabulasi dan diolah

3

KECAMATAN RAPPOCINI.14 Alur Penelitian

Kassi-kassi

Gunung Sari

Rappo-cini

Bonto-

makkio

Mappala

Banta-bantaeng

Tidung

Buakana

Karun-

rung

Ballaparang

TK. DW.Pe-rumnas

TK. Umin- da

TK. ABA Rappocini

TK. ABA I

TK Sandy Putra

TK ABA III

Page 9: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

TK Ali Imran

TK HM. Asik

TK Almirah

76 murid

26

Murid

21

Murid

26

Murid

41

Murid

43

Murid

25

Murid

45

Murid

22

Murid

325 murid TK

255 murid TK diperiksa & diberi kuesioner

Page 10: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Berdasarkan kriteria inklusi maka di peroleh, n=163 murid TK

Analisa Data

Hasil

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang dilakukan pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar diperoleh 36 TK

dengan jumlah seluruh murid adalah 1239 anak. Dari 36 TK di ambil 9 TK dengan jumlah

seluruh murid adalah 325 anak. Pada saat penelitian dilaksanakan hanya 255 anak TK yang

hadir dan bersedia untuk di periksa. Setelah dipilih sesuai kriteria sampel maka di dapatkan 163

sampel. Dari hasil olah data diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1 Distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan dan status gizi pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar

Variabel

Status Erupsi

JumlahBelum Erupsi Erupsi

N(%) N(%)

Umur (Tahun)

3 1 (0,6%) 0 (0,0%) 1 (0,6%)

4 12 (6,8%) 0 (0,0%) 12 (6,8%)

5 57 (32,4%) 31 (17,6%) 88 (50,0%)

6 22 (12,5%) 50 (28,4%) 72 (40,9%)

Page 11: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

7 1 (0,6%) 84 (47,7%) 3 (1,7%)

Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)

Sex

Laki-laki

Perempuan

41 (23,3%)

51 (29,0%)

47 (26,7%)

37 (21,0%)

88 (50,0%)

88 (50,0%)

Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)

Berat Badan

11-18 73 (41,5%) 64 (36,4%) 137 (77,8%)

19-25 14 (8,0%) 18 (10,2%) 32 (18,2%)

26-32 4 (2,3%) 2 (1,1%) 6 (3,4%)

33-39 1 (0,6%) 0 (0,0%) 1 (0,6%)

Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)

Status Gizi

Baik 70 (39,8%) 71 (40,3%) 141 (80,1%)

Page 12: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Lebih 23 (13,1%) 12 (6,8%) 35 (19,9%)

Jumlah 93 (52,8%) 83 (47,2%) 176 (100,0%)

Tabel 1 menyajikan distribusi status erupsi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan berat

badan pada anak TK di keamatan Rappocini Makassar. Dari tabel tersebut diperoleh hasil

bahwa dari 176 anak TK yang diteliti, status gigi yang belum erupsi, paling banyak ditemukan

pada anak TK yang berumur 5 tahun dengan persentase sebesar 32,4%, begitupun dengan

status gigi yang telah erupsi paling banyak ditemukan pada anak TK yang berumur 5 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, status gigi yang belum erupsi paling banyak ditemukan pada

anak perempuan yaitu 51 anak dengan persentase 29,0%, sedangkan status gigi yang telah

erupsi paling banyak ditemukan pada anak laki-laki yaitu 47 anak dengan persentase 21,0%.

Pada tabel 1 juga menyajikan distribusi status erupsi berdasarkan berat badan. Dari

tabel diatas didapatkan bahwa anak dengan berat badan 11-18 kg memiliki status gigi belum

erupsi yang paling tinggi yaitu 73 anak atau 41,5%, begitupun status gigi yang telah erupsi

banyak ditemukan pada anak dengan berat badan antara 11-18 kg yaitu 64 anak atau 36,4%.

Berdasarkan status gizi di peroleh hasil dimana anak TK dengan status gizi baik lebih

banyak ditemukan yang telah erupsi molar pertama permanennya yaitu 71 anak dengan

persentase 40,3%, begitupun dengan status gigi yang telah erupsi yaitu 70 anak dengan

persentase 49,8%.

Tabel 2 Distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan unsur tiap regio pada anak TK

di kecamatan Rappocini kota Makassar

Unsur Status Erupsi

Page 13: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Belum Erupsi Erupsi

N (%) N(%)

16 121 (74,2%) 42 (25,8%)

26 122 (74,8%) 41 (25,2%)

36 95 (58,3%) 68 (41,7%)

46 95 (58,3%) 68 (41,7%)

Jumlah 163 (100,0%) 163 (100,0%)

Untuk distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan unsur tiap regio

pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar, hasilnya menunjukkan bahwa status erupsi

yang paling tinggi adalah unsur 36 dan 46 dengan persentase yang sama yaitu 41,5%,

sedangkan status gigi yang belum erupsi paling tinggi ditemukan pada unsur 26 dengan

persentase 74,8%.

Tabel 3 Hubungan status gizi dengan status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di

Kecamatan Rappocini Kota Makassar

Status Erupsi Status Gizi Jumlah p

Page 14: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

Baik Lebih

Belum Erupsi 67 (41,1%) 13 (8,0%) 80 (49,1%)

0,751Erupsi 71 (43,6%) 12 (7,4%) 83 (50,9%)

Jumlah 138 (84,7%)

25 (15,3%) 163 (100,0%)

Uji Chi-square, Signifikan (p<>

Pada tabel 3 menyajikan hubungan antara status gizi dengan status erupsi molar

pertama permanen pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar. Hasil uji statistik

menggunakan uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status

gizi dengan status erupsi molar pertama permanen , dimana tingkat signifikan adalah p< p="

0,751..

PEMBAHASAN

Tabel 1 menyajikan distribusi status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di

kecamatan Rappocini kota Makassar. Berdasarkan umurnya di peroleh hasil bahwa anak umur 5

tahun paling banyak yang belum erupsi molar pertama permanennya, sedangkan yang telah

erupsi paling banyak pada anak yang berumur 6 tahun. Hal ini sesuai dengan teori dimana molar

pertama permanen diperkirakan erupsi pada umur 6-7 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang telah erupsi molar pertama

permanennya dibandingkan dengan anak perempuan. Gleiser dan hunt (1955) dan Miles (1963)

menemukan bahwa perbedaan jenis kelamin pada pertumbuhan gigi jauh lebih sedikit dari yang

mereka temukan pada tulang. Glesier dan Hunt (1955) menyatakan bahwa pada tahap yang

sama dari pertumbuhan gigi permanen, umur rata-rata anak perempuan adalah sekitar 95%

Page 15: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

daripada anak laki-laki. Berdasarkan teori anak perempuan lebih cepat erupsi dibandingkan

dengan anak laki-laki.

Pada tabel 2 yang menyajikan distribusi status erupsi molar pertama permanen

berdasarkan unsur tiap regio pada anak TK di kecamatan Rappocini kota Makassar. Dari tabel

terlihat bahwa gigi yang paling banyak erupsi adalah gigi-geligi rahang bawah dibandingkan

dengan gigi-geligi pada rahang atas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nazeer B. Khan dkk yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-

rata waktu erupsi gigi rahang atas dan rahang bawah.

Variasi dari urutan erupsi gigi dipercaya karena multifaktorial. Meskipun demikian,

hubungan yang paling kuat yang dapat dilihat, terjadi antara erupsi gigi dan pertumbuhan

tulang.11 Berdasarkan hal tersebut mungkin saja berkaitan dengan pertumbuhan rahang bawah

yang lebih baik daripada rahang atas, sehingga pada penelitian ini didapatkan bahwa gigi-geligi

rahang bawah lebih banyak yang telah mengalami erupsi dibandingkan dengan gigi-geligi

rahang atas.

Pada tabel 3 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi

dan status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK, hal ini bertentangan dengan hasil

penelitian di india yang melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara status nutrisi yang

buruk dengan keterlambatan erupsi gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan El-Nofely dan Iscan pada tahun 1989 dilaporkan

bahwa anak dengan malnutrisi diantara lingkungan dengan sosial ekonomi yang rendah

memperlihatkan keterlambatan erupsi gigi. Meskipun demikian, penelitian lainnya yang dilakukan

Demirjian meyatakan secara tidak langsung bahwa gizi dan tekanan sosial tidak memiliki efek

yang signifikan pada pembentukan gigi seperti yang mereka lakukan pada kriteria pertumbuhan

tubuh lainnya seperti tinggi badan, berat badan, skeletal, dan kematangan seksual.9

Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status

erupsi gigi molar permanen pada anak TK hal ini di sajikan pada tabel 4 dimana semua hasil uji

statistik menunjukkan hasil p> 0,05. faktor yang mungkin mempengaruhi hal tersebut adalah

karena pada sampel tidak ditemukan adanya status gizi kurang dan status gizi buruk sehingga

tidak didapatkan pengaruh yang begitu jelas. Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

hasil penelitian ini adalah pada saat dilakukan pengukuran berat badan alat ukur yang kami

Page 16: Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen

gunakan yaiut timbangan badan kemungkinan setelah digunakan pada satu anak tidak di

kalibrasi ulang sehingga didapatkan kesalahan dalam pengukuran berat badan.

Tempat yang kami pilih sebagai lokasi penelitian merupakan daerah dimana tingkat

perekonomian masyarakatnya sudah sangat baik sehingga tidak ditemukan anak TK yang

memiliki status gizi kurang atau buruk, dimana pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di

India melaporkan hasil yang signifikan antara anak dengan status gizi buruk dengan erupsi gigi

dimana hasil ini diperkuar pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Rami-Reddy dkk, sehingga

mungkin hal ini juga yang mempengaruhi hasil penelitian.

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi selain dari faktor gizi misalnya saja

genetik, hormonal, ras, ataupun dari jaringan disekitar gigi misalnya ligamentum periodontal

yang dapat mendorong gigi untuk muncul ke permukaan gusi. Hal-hal tersebut diatas mungkin

saja jauh lebih berpengaruh terhadap erupsi gigi dibandingkan dengan status gizi sehingga dari

penelitian ini juga tidak di dapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan status

erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Status gizi anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar yang paling banyak adalah

status gizi normal

2. Status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota

Makassar yang paling banyak adalah yang belum erupsi dibandingkan yang sudah erupsi

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status erupsi molar

pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.