Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen
-
Upload
raden-ricky-kuncahyo -
Category
Documents
-
view
60 -
download
2
description
Transcript of Hubungan Status Gizi Dengan Status Erupsi Gigi Molar 1 Permanen
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS ERUPSI GIGI MOLAR 1 PERMANEN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut dipengaruhi zat gizi, baik secara sistemik
maupun secara lokal. Pada tahap dini pertumbuhan gigi, proses ini dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, yaitu Ca, P, F, dan vitamin dalam diet. Status gizi seringkali dicerminkan oleh kesehatan
umum seorang individu. Gigi yang tidak terbentuk dengan baik, tanggal atau sakit bisa berakibat
konsumsi makan yang tidak adekuat, selanjutnya diikuti oleh gangguan pencernaan dan
kesehatan yang kurang sempurna.1
Masa prasekolah menjadi masa dimana anak-anak mulai melakukan aktivitas belajar dan
melakukan interaksi sosial yang lebih luas. Anak-anak prasekolah juga membutuhkan asupan
gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan dan tentunya energi yang
mereka butuhkan untuk melakukan aktivitas belajar dan bermain yang biasa mereka lakukan di
taman kanak-kanak.
Pada umur pra sekolah gigi permanen pertama yang biasanya telah erupsi adalah gigi
molar pertama. Gigi ini diperkirakan erupsi pada umur 6-7 tahun.10 Gigi molar pertama termasuk
gigi posterior yang mempunyai ukuran terbesar dari semua gigi yang berfungsi untuk proses
pengunyahan yaitu untuk menggiling dan menghancurkan makanan.
Orang tua menganggap bahwa erupsi gigi merupakan kejadian yang penting dalam
pertumbuhan anak, dan mereka sering menunjukkan perhatian mengenai waktu erupsi
gigi. Waktu erupsi gigi permanen telah diteliti diantara populasi yang berbeda dan kelompok
etnik yang berbeda. Juga dilaporkan bahwa beberapa variabel seperti faktor genetik dan
hormonal, geografis, budaya, jenis kelamin, seperti juga status ekonomi dan status gizi serta
parameter pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap waktu erupsi dan kemunculannya.2
Gizi atau nutrisi sangat dibutuhkan tubuh anak terutama untuk pertumbuhan mereka,
begitupun erupsi gigi juga merupakan suatu proses pertumbuhan gigi, dimana banyak faktor
yang dapat mempengaruhi proses erupsi tersebut termasuk juga gizi atau nutrisi.
Kecamatan Rappocini adalah salah satu dari 14 kecamatan di kota Makassar yang
terletak di pusat kota ibu kota propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah kecamatan Rappocini dengan
luas 9,23 km2 terbagi dalam 10 kelurahan. Di kecamatan Rappocini terdapat 2 Rumah Sakit, 3
puskesmas, 3 pustu, 2 Rumah Sakir Bersalin, dan 93 posyandu.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan
status gizi dengan status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan
Rappocini Kota Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan status erupsi molar pertama permanen
pada anak TK di Kecamatan Rappocini Makassar.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi
dengan status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini
Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hubungan
status gizi dengan status erupsi gigi sehingga orang tua lebih memperhatikan asupan gizi anak
mereka untuk membantu pertumbuhan gigi anak.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
Status gizi merupakan kecukupan gizi bagi tubuh yang disesuaikan dengan jumlah masukan dan
pemanfaatan gizi oleh tubuh. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi dan pengeluaran gizi yang terlihat
melalui variabel tertentu.3
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif untuk kemudian
dibandingkan dengan baku yang telah tersedia.4
Komponen penilaian status gizi meliputi (1) asupan pangan, (2) pemeriksaan biokimiawi,
(3) pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, (4) pemeriksaan antropometris, serta
(5) data psikososial.4
Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam “Body measurement and
human nutrition” yang di tulis oleh Brozek tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966)
sebagai : pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.5, 6
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak dibawah kulit.6
Pemakaian untuk menilai status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel antropometri lainnya seperti berat badan perumur(BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur
(LLA/U), rasio lingkar kepala menurut lingkar dada (LK/LD), dan sebagainya.3
a. Umur
faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.6
b. Berat badan
Merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai untuk memeriksa kesehatan
anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling
banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh orang buta huruf.
Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi, keadaan tumbuh
kembang. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang.4,6,7
2.2 Morfologi gigi molar pertama permanen
Gigi molar permanen merupakan gigi yang terletak paling posterior di dalam mulut, dan disebut
pertama kedua dan ketiga, menurut posisinya ia tidak menggantikan posisi gigi susu manapun.
Gigi molar mempunyai permukaan oklusal terbesar dari semua gigi dan mempunyai fungsi
mengunyah yang penting untuk menggiling dan menghancurkan makanan.8
Molar pertama atas lebih besar daripada molar kedua, yang kedua lebih besar daripada yang
ketiga, dan keadaan ini terutama karena penurunan bertahap ukuran cuspis distolingual yang
bahkan tidak bisa ada pada molar ketiga. Bentuk oklusal molar atas berbentuk jajaran genjang
dibandingkan bentuk molar bawah yang lebih bujursangkar. Molar pertama bawah merupakan
molar terbesar pada rahang bawah. Ia mempunyai ukuran terbesar pada mesiodistal bila
dibanding dengan molar atas yang mempunyai ukuran bukopalatal yang lebih lebar.8
2.3. Erupsi Gigi
El-Nofely dan Iscan mendefinisikan erupsi gigi sebagai ” gigi yang keluar melalui jaringan
alveolar hingga mengenai antagonis atau yang menghalangi”. Steggerda dan hill (1942),
Gustafson dan Koch (1974) dan Filipsson (1975) secara bersama-sama menyetujui bahwa gigi
dikatakan erupsi ketika gigi pertamakali tampak melewati gusi. Hillson (1996) mendefinisikan
erupsi gigi sebagai ” suatu proses oleh gigi tersebut, pada tulang crypte, bermigrasi melalui
rahang dan muncul ke dalam mulut.9
a. Kronologi gigi molar pertama permanen.10
Tabel 1 Kronologi gigi molar pertama permanen
Regio Awal pembentukan jaringan keras Email lengkap Erupsi
M1RA Pada saat kelahiran 2½-3 thn 6-7 thn
M1 RB Pada saat kelahiran 2½-3 thn 6-7 thn
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi erupsi gigi
Ada banyak teori-teori berdasarkan proses yang menyebabkan kemunculan gigi dari cryptenya
dan erupsi melewati gusi. Brauer dan Bahador (1942) menjelaskan bahwa prinsip biologi yang
sama yang dapat juga diaplikasikan pada tubuh juga mengontrol pertumbuhan gigi. Oleh karena
itu, variasi akan terjadi dalam klasifikasi dan erupsi gigi. Steggerda dan Hill (1942)
mengemukakan bahwa tidak hanya tekanan biologi yang ada, tetapi juga faktor-faktor lokal,
seperti gizi dan lingkungan yang mempengaruhi waktu erupsi dari masing-masing gigi. Faktor-
faktor biologi dapat berperan pada pertumbuhan keseluruhan dari gigi termasuk faktor-faktor
genetik dan reaksi endokrin ( Steggerda dan Hill, 1942; Garn dkk., 1965; Phral-Anderson dan
Van der Linden, 1972, Davidson dan Rodd, 2001). Tambahan pula, jenis kelamin dan keturunan
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi erupsi gigi.9
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian : Observasional analitik
3.2 Rancangan Penelitian : Cross sectional study
3.3 Lokasi Penelitian : TK di Kecamatan Rappocini Makassar
3.4 Waktu Penelitian : 26 Maret – 01 April 2008
3.5 Populasi Penelitian : Semua murid Tk di Kecamatan Rappocini Kota Makassar
3.6 Metode sampling : Cluster random sampling
Di Kecamatan Rappocini terdapat sepuluh kelurahan dengan 36 TK. Kami mengambil kelurahan
sebgai cluster. Dari masing-masing cluster di ambil satu TK
secara acak. Karena ada satu kelurahan yang tidak memiliki
TK maka jumlah TK yang terambil adalah 9 TK. Semua
jumlah murid di 9 TK tersebut diambil seluruhnya.
3.7 Kriteria sample :
murid TK yang bersedia untuk diperiksa serta mengembalikan dan mengisi lengkap
kuesioner yang di berikan
Berusia ≥ 5tahun
3.8 Jumlah sampel : 163 murid
3.9 Alat dan bahan
- Alat : Alat diagnostik, lampu senter, handskun, masker, gelas, handuk putih, alat tulis menulis,
timbangan badan, meteran.
- Bahan : Air, alkohol 70 %, betadine, kapas.
3.10 Data
a. Jenis data : Data primer
b. Penyajian data : Dalam bentuk tabel
c. Pengolahan data : Komputer program SPSS versi 15.0
d. Analisa data : Uji Chi-square
3.11 Defenisi Operasional :
1. Status gizi : Keadaan yang menunjukkan asupan nutrisi diukur dengan menggunakan
indeks antropometri meliputi :
Pengukuran berat badan: berat badan diukur dengan menggunakan timbangan
badan dimana anak memakai seragam sekolah dan diminta membuka kaos kaki masing-masing,
lalu berat badannya dicatat berdasarkan angka yang tertera pada timbangan.
Umur: informasi yang diberikan oleh orangtua murid pada kuesioner yang
diberikan
2. Erupsi Gigi : Apabila salah satu dari 4 gigi molar pertama permanen dimana mahkota gigi
telah tampak di permukaan gusi meskipun belum tampak seluruhnya dianggap telah erupsi
3. Anak TK : Semua anak yang terdaftar di TK yang berumur ≥ 5 tahun yang mewakili
kecamatan Rappocini Kota Makassar.
3.12 Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian untuk status gizi :
Klasifikasi status gizi menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999
menggunakan indeks WHO-NCHS berdasarkan median BB/U, dikutip dari Supariasa I DN, Bakri
B, Fajar Ibnu:6
Gizi lebih = > 120%
Gizi baik = 80% - 120%
Gizi sedang = 70% - 79,9%
Gizi kurang = 60% - 69,9%
Gizi buruk = <>
3.13 Jalannya penelitian
Kecamatan Rappocini Kotamadya Makassar dipilih sebagai lokasi penelitian. Diperoleh
data dari UPTD bahwa kecamatan tersebut memiliki 10 kelurahan dengan 36 TK. Dari masing-
masing kelurahan diambil 1 TK secara acak, tetapi karena ada satu kelurahan tidak memiliki TK
maka yang diambil hanya 9 TK
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret – 01 April 2008 di 9 TKyang terdapat di
Kecamatan Rappocini Kota Makassar
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan formulir survey yang diperoleh di bagian IKGM FKG
UNHAS. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
1. Anak dicatat nama, umur dan jenis kelamin
2. Sebelum diperiksa, responden ditimbang dan diukur tinggi badannya
3. Anak dipersilahkan duduk dengan posisi menghadap sumber cahaya
4. Anak diperiksa keadaan gigi geliginya kemudian dicatat
5. Selama pemeriksaan, anak diberikan DHE
Setelah pemeriksaan, anak dibagikan kuisioner untuk dibawa pulang dan diisi oleh
orangtua
Data formulir survey dan kuisioner yang telah dikembalikan, ditabulasi dan diolah
3
KECAMATAN RAPPOCINI.14 Alur Penelitian
Kassi-kassi
Gunung Sari
Rappo-cini
Bonto-
makkio
Mappala
Banta-bantaeng
Tidung
Buakana
Karun-
rung
Ballaparang
TK. DW.Pe-rumnas
TK. Umin- da
TK. ABA Rappocini
TK. ABA I
TK Sandy Putra
TK ABA III
TK Ali Imran
TK HM. Asik
TK Almirah
76 murid
26
Murid
21
Murid
26
Murid
41
Murid
43
Murid
25
Murid
45
Murid
22
Murid
325 murid TK
255 murid TK diperiksa & diberi kuesioner
Berdasarkan kriteria inklusi maka di peroleh, n=163 murid TK
Analisa Data
Hasil
HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar diperoleh 36 TK
dengan jumlah seluruh murid adalah 1239 anak. Dari 36 TK di ambil 9 TK dengan jumlah
seluruh murid adalah 325 anak. Pada saat penelitian dilaksanakan hanya 255 anak TK yang
hadir dan bersedia untuk di periksa. Setelah dipilih sesuai kriteria sampel maka di dapatkan 163
sampel. Dari hasil olah data diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan dan status gizi pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar
Variabel
Status Erupsi
JumlahBelum Erupsi Erupsi
N(%) N(%)
Umur (Tahun)
3 1 (0,6%) 0 (0,0%) 1 (0,6%)
4 12 (6,8%) 0 (0,0%) 12 (6,8%)
5 57 (32,4%) 31 (17,6%) 88 (50,0%)
6 22 (12,5%) 50 (28,4%) 72 (40,9%)
7 1 (0,6%) 84 (47,7%) 3 (1,7%)
Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)
Sex
Laki-laki
Perempuan
41 (23,3%)
51 (29,0%)
47 (26,7%)
37 (21,0%)
88 (50,0%)
88 (50,0%)
Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)
Berat Badan
11-18 73 (41,5%) 64 (36,4%) 137 (77,8%)
19-25 14 (8,0%) 18 (10,2%) 32 (18,2%)
26-32 4 (2,3%) 2 (1,1%) 6 (3,4%)
33-39 1 (0,6%) 0 (0,0%) 1 (0,6%)
Jumlah 92 (52,3%) 84 (47,7%) 176 (100,0%)
Status Gizi
Baik 70 (39,8%) 71 (40,3%) 141 (80,1%)
Lebih 23 (13,1%) 12 (6,8%) 35 (19,9%)
Jumlah 93 (52,8%) 83 (47,2%) 176 (100,0%)
Tabel 1 menyajikan distribusi status erupsi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan berat
badan pada anak TK di keamatan Rappocini Makassar. Dari tabel tersebut diperoleh hasil
bahwa dari 176 anak TK yang diteliti, status gigi yang belum erupsi, paling banyak ditemukan
pada anak TK yang berumur 5 tahun dengan persentase sebesar 32,4%, begitupun dengan
status gigi yang telah erupsi paling banyak ditemukan pada anak TK yang berumur 5 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, status gigi yang belum erupsi paling banyak ditemukan pada
anak perempuan yaitu 51 anak dengan persentase 29,0%, sedangkan status gigi yang telah
erupsi paling banyak ditemukan pada anak laki-laki yaitu 47 anak dengan persentase 21,0%.
Pada tabel 1 juga menyajikan distribusi status erupsi berdasarkan berat badan. Dari
tabel diatas didapatkan bahwa anak dengan berat badan 11-18 kg memiliki status gigi belum
erupsi yang paling tinggi yaitu 73 anak atau 41,5%, begitupun status gigi yang telah erupsi
banyak ditemukan pada anak dengan berat badan antara 11-18 kg yaitu 64 anak atau 36,4%.
Berdasarkan status gizi di peroleh hasil dimana anak TK dengan status gizi baik lebih
banyak ditemukan yang telah erupsi molar pertama permanennya yaitu 71 anak dengan
persentase 40,3%, begitupun dengan status gigi yang telah erupsi yaitu 70 anak dengan
persentase 49,8%.
Tabel 2 Distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan unsur tiap regio pada anak TK
di kecamatan Rappocini kota Makassar
Unsur Status Erupsi
Belum Erupsi Erupsi
N (%) N(%)
16 121 (74,2%) 42 (25,8%)
26 122 (74,8%) 41 (25,2%)
36 95 (58,3%) 68 (41,7%)
46 95 (58,3%) 68 (41,7%)
Jumlah 163 (100,0%) 163 (100,0%)
Untuk distribusi status erupsi molar pertama permanen berdasarkan unsur tiap regio
pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar, hasilnya menunjukkan bahwa status erupsi
yang paling tinggi adalah unsur 36 dan 46 dengan persentase yang sama yaitu 41,5%,
sedangkan status gigi yang belum erupsi paling tinggi ditemukan pada unsur 26 dengan
persentase 74,8%.
Tabel 3 Hubungan status gizi dengan status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di
Kecamatan Rappocini Kota Makassar
Status Erupsi Status Gizi Jumlah p
Baik Lebih
Belum Erupsi 67 (41,1%) 13 (8,0%) 80 (49,1%)
0,751Erupsi 71 (43,6%) 12 (7,4%) 83 (50,9%)
Jumlah 138 (84,7%)
25 (15,3%) 163 (100,0%)
Uji Chi-square, Signifikan (p<>
Pada tabel 3 menyajikan hubungan antara status gizi dengan status erupsi molar
pertama permanen pada anak TK di kecamatan Rappocini Makassar. Hasil uji statistik
menggunakan uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan status erupsi molar pertama permanen , dimana tingkat signifikan adalah p< p="
0,751..
PEMBAHASAN
Tabel 1 menyajikan distribusi status erupsi molar pertama permanen pada anak TK di
kecamatan Rappocini kota Makassar. Berdasarkan umurnya di peroleh hasil bahwa anak umur 5
tahun paling banyak yang belum erupsi molar pertama permanennya, sedangkan yang telah
erupsi paling banyak pada anak yang berumur 6 tahun. Hal ini sesuai dengan teori dimana molar
pertama permanen diperkirakan erupsi pada umur 6-7 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang telah erupsi molar pertama
permanennya dibandingkan dengan anak perempuan. Gleiser dan hunt (1955) dan Miles (1963)
menemukan bahwa perbedaan jenis kelamin pada pertumbuhan gigi jauh lebih sedikit dari yang
mereka temukan pada tulang. Glesier dan Hunt (1955) menyatakan bahwa pada tahap yang
sama dari pertumbuhan gigi permanen, umur rata-rata anak perempuan adalah sekitar 95%
daripada anak laki-laki. Berdasarkan teori anak perempuan lebih cepat erupsi dibandingkan
dengan anak laki-laki.
Pada tabel 2 yang menyajikan distribusi status erupsi molar pertama permanen
berdasarkan unsur tiap regio pada anak TK di kecamatan Rappocini kota Makassar. Dari tabel
terlihat bahwa gigi yang paling banyak erupsi adalah gigi-geligi rahang bawah dibandingkan
dengan gigi-geligi pada rahang atas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nazeer B. Khan dkk yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata waktu erupsi gigi rahang atas dan rahang bawah.
Variasi dari urutan erupsi gigi dipercaya karena multifaktorial. Meskipun demikian,
hubungan yang paling kuat yang dapat dilihat, terjadi antara erupsi gigi dan pertumbuhan
tulang.11 Berdasarkan hal tersebut mungkin saja berkaitan dengan pertumbuhan rahang bawah
yang lebih baik daripada rahang atas, sehingga pada penelitian ini didapatkan bahwa gigi-geligi
rahang bawah lebih banyak yang telah mengalami erupsi dibandingkan dengan gigi-geligi
rahang atas.
Pada tabel 3 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi
dan status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK, hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian di india yang melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara status nutrisi yang
buruk dengan keterlambatan erupsi gigi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan El-Nofely dan Iscan pada tahun 1989 dilaporkan
bahwa anak dengan malnutrisi diantara lingkungan dengan sosial ekonomi yang rendah
memperlihatkan keterlambatan erupsi gigi. Meskipun demikian, penelitian lainnya yang dilakukan
Demirjian meyatakan secara tidak langsung bahwa gizi dan tekanan sosial tidak memiliki efek
yang signifikan pada pembentukan gigi seperti yang mereka lakukan pada kriteria pertumbuhan
tubuh lainnya seperti tinggi badan, berat badan, skeletal, dan kematangan seksual.9
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status
erupsi gigi molar permanen pada anak TK hal ini di sajikan pada tabel 4 dimana semua hasil uji
statistik menunjukkan hasil p> 0,05. faktor yang mungkin mempengaruhi hal tersebut adalah
karena pada sampel tidak ditemukan adanya status gizi kurang dan status gizi buruk sehingga
tidak didapatkan pengaruh yang begitu jelas. Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
hasil penelitian ini adalah pada saat dilakukan pengukuran berat badan alat ukur yang kami
gunakan yaiut timbangan badan kemungkinan setelah digunakan pada satu anak tidak di
kalibrasi ulang sehingga didapatkan kesalahan dalam pengukuran berat badan.
Tempat yang kami pilih sebagai lokasi penelitian merupakan daerah dimana tingkat
perekonomian masyarakatnya sudah sangat baik sehingga tidak ditemukan anak TK yang
memiliki status gizi kurang atau buruk, dimana pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di
India melaporkan hasil yang signifikan antara anak dengan status gizi buruk dengan erupsi gigi
dimana hasil ini diperkuar pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Rami-Reddy dkk, sehingga
mungkin hal ini juga yang mempengaruhi hasil penelitian.
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi selain dari faktor gizi misalnya saja
genetik, hormonal, ras, ataupun dari jaringan disekitar gigi misalnya ligamentum periodontal
yang dapat mendorong gigi untuk muncul ke permukaan gusi. Hal-hal tersebut diatas mungkin
saja jauh lebih berpengaruh terhadap erupsi gigi dibandingkan dengan status gizi sehingga dari
penelitian ini juga tidak di dapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan status
erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Status gizi anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar yang paling banyak adalah
status gizi normal
2. Status erupsi gigi molar pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota
Makassar yang paling banyak adalah yang belum erupsi dibandingkan yang sudah erupsi
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status erupsi molar
pertama permanen pada anak TK di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.