Hubungan Rumah Sakit

10
Hubungan Rumah Sakit dengan Pasien Dipandang dari Sudut Hukum dan Etika Ny. H. Emma Suratman, SH Ketua Pengurus Pusat PERHUKI, Jakarta PENDAHULUAN Sesuai dengan apa yang digariskan dalasm Sistem Kese- hatan Nasional (SKN), maka pembangunan kesehatan ditujukan pada tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kese- hatan tersebut berbagai upaya harus diselenggarakan yang meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (peningkatan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan). Kesemua upaya ini harus dilaksanakan secara terpadu serasi dan berke- sinambungan. Saat ini penyelenggara berbagai upaya tersebut telah secara tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Salah satu unsur penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut adalah Sarana Kesehatah. Rumah Sakit se- bagai sarana kesehatan memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun kadang- kadang usaha mulia rumah sakit ini dapat membawa malapetaka yang pada akhirnya akan berurusan dengan meja hijau. Salah satu aspek yang penting dalam kaitan ini adalah hubungan pasien dengan Rumah Sakit dengan penekanan pada aspek etik dan hukum. RUMAH SAKIT SEBAGAI SARANA KESEHATAN Dalam Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan Bab I Ketentuan Umum, diberi batasan mengenai sarana kese- hatan yaitu :"Sarana kesehatan adalah tempat untuk menye- lenggarakan upaya kesehatan". Sedangkan dalam Bab VI Bagian Ketiga Pasal 56 dikatakan bahwa Sarana kesehatan meliputi Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI Hospital Expo, Jakarta, 21 25 November 1993.

description

jj

Transcript of Hubungan Rumah Sakit

Hubungan Rumah Sakit

Hubungan Rumah Sakitdengan Pasien Dipandang dari SudutHukum dan EtikaNy. H. Emma Suratman, SHKetua Pengurus Pusat PERHUKI, JakartaPENDAHULUANSesuai dengan apa yang digariskan dalasm Sistem Kese-hatan Nasional (SKN), maka pembangunan kesehatan ditujukanpada tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiappenduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakatyang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dariTujuan Nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kese-hatan tersebut berbagai upaya harus diselenggarakan yangmeliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (peningkatan),kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan). Kesemuaupaya ini harus dilaksanakan secara terpadu serasi dan berke-sinambungan.Saat ini penyelenggara berbagai upaya tersebut telah secarategas diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992tentang Kesehatan. Salah satu unsur penyelenggaraan upayakesehatan tersebut adalah Sarana Kesehatah. Rumah Sakit se-bagai sarana kesehatan memegang peranan penting untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun kadang-kadang usaha mulia rumah sakit ini dapat membawa malapetakayang pada akhirnya akan berurusan dengan meja hijau. Salahsatu aspek yang penting dalam kaitan ini adalah hubunganpasien dengan Rumah Sakit dengan penekanan pada aspek etikdan hukum.RUMAH SAKIT SEBAGAI SARANA KESEHATANDalam Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang KesehatanBab I Ketentuan Umum, diberi batasan mengenai sarana kese-hatan yaitu :"Sarana kesehatan adalah tempat untuk menye-lenggarakan upaya kesehatan". Sedangkan dalam Bab VI BagianKetiga Pasal 56 dikatakan bahwa Sarana kesehatan meliputiMakalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI Hospital Expo, Jakarta,21 25 November 1993.balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakitumum,rumah sakit khusus dan seterusnya. Dengan demikian rumahsakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah satu upayakesehatan yaitu upaya pelayanan kesehatan(health services).Dalam pasal 58 dinyatakan pula bahwa sarana kesehatantertentu harus berbentuk badan hukum antara lain rumah sakit.Ini berarti bahwa rumah sakit tidak dapat diselenggarakan olehorang perorangan (individu,natuurlijk persoon),tetapi harusdiselenggarakan oleh suatu badan hukum(rechts persoon)yangdapat berupa perkumpulan, yayasan atau perseroan terbatas.Jelas disini bahwa rumah sakit tidak dapat diselenggarakan olehsebuah firma atau perseroan komanditer karena keduanyabukanlah badan hukuin.Dalam kenyataannya ada perbedaan pendapat mengenaiyayasan, apakah yayasan suatu badan hukum atau bukan, karenamemang pengaturan mengenai yayasan berupa peraturan per-undang-undangan belum ada. Tetapi ada suatu yurisprudensiyang menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum.DalamKetentuan Peralihan dari Undang-undang Nomor 23/1992 dinyatakan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak diundangkan-nya Undang-Undang ini, semua sarana kesehatan tertentu yangbelum berbentuk badan hukum harus menyesuaikan statusnyamenjadi badan hukum.ETIKA RUMAH SAKIT (HOSPITAL ETHICS)Dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan ter-dapat ikatan antara berbagai fihak yaitu pasien, dokter dan rumahsakit yang kesemuanya diatur hak dan kewajibannya. Dalammakalah ini hanya akan dibicarakan hubungan antara duafihak saja yaitu pasien dan rumah sakit.50Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994

Hubungan antara pasien dan rumah sakit diatur oleh duamacam norma yaitu norma etika dan norma hukum. Norma etikarumah sakit telah diatur dalam Keputusan MenteriKesehatan No.924/Menkes/SK/XII/1986 yang menyatakan berlakunya KodeEtik Rumah Sakit Indonesia. Dalam Etik Rumah Sakit Indonesia(PERSI) antara lain dinyatakan bahwa :1) Pancasila merupakan asas Etik Rumah Sakit Indonesia2) Rumah Sakit mengutamakan misi kemanusiaan berdasar-kan Ketuhanan Yang Maha Esa.3) Rumah Sakit telah berkembang menjadi unit sosio eko-nomis yang makin kompleks dan oleh karena itu perlu dikelolasecara profesional hingga dapat menjalankan tugasnya denganbaik.4) RumahSakit membina hubungan kerja inter dan antarrumahsakit dengan didasarkan rasa kebersamaan.Keempat butir aturan ini dijabarkan lebih lanjut dalam butir-butir yang lebih rinci.Dalam penjabaran sehubungan Kode Etik Rumah SakitIndonesia terdapat suatu kejanggalan ditinjau dari segi ilmuhukum, jika ditinjau arti dari kata "Etika" itu sendiri. Menurutliteratur terdapat beberapa definisi atau batasan mengenai Etika.1) Drs. H. Hasbullah Bakry, SH memberi definisi Etika sebagaiberikut :"Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baikdan mana yang buruk dengan melihat pada amal perbuatanmanusia sejauh yang dapat diketahui akal fikiran".2) Kamus Umum Bahasa Indonesia memberi definisi sebagaiberikut :"Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yangburuk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)".Selanjutnya dikatakan bahwa :"Etika mengandung nilaimengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan ataumasyarakat".3) Ensiklopedi Indonesia (hal 973) menyatakan :"Ei i ka adalahilmu tentang kesusilaan (moral) yang menentukan bagaimanapatutnya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang baik danapa yang buruk : segala ucapan atau tindakan harus senantiasaberdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tentang peri keadaan hidupdalam arti kata seluas-Iuasnya."4) Kamus Bahasa Inggris Webster s Dictionary memberi de-finisi sebagai berikut : "Ethics is the science that treats of the principles of humanmorals and duty : moral philosophy". The moral system of an individual, group etc". "Character or the ideals of character manifested by a race orpeople".Dari definisi-definisi tersebut di atas, jelas bahwa etikaberhubungan erat dengan moral, dengan perbedaan antara baikdan buruk. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa etika me-nyangkut suatu kelompok tertentu.HUKUM RUMAH SAKIT (HOSPITAL LAW)Hukum Rumah Sakit adalah sebagian dari hukum kesehatan(health law)yang merupakan pula bagian dari hukum padaumumnya.1) Van Apeldoorn menyatakan bahwa tidak mungkin mem-berikan definisi yang tepat tentang hukum mengingat banyakaspek yang tercakup di dalamnya.2) Dr. E. Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam HukumIndonesia memberi definisi sebagai berikut :"Hukum adalahhimpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-la-rangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat danseharusnya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan olehkarena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkantindakan dari fihak pemerintah (penguasa) masyarakat tersebut".Dari definisi tersebut jelaslah bahwa hukum bermaksudmengatur tata tertib dalam masyarakat dan memberikan ke-damaian antara anggota masyarakat tersebut (handhaving vanrust en orde); dan untuk menjamin bahwa setiap anggota masya-rakat mentaati petunjukhidup tersebut, kaidah hukum dilengkapidengan unsur yang memaksa (dwang element) yang lazim dise-but sanksi. Hukum dalam hal ini berbeda dengan etika; etikahanya mengikat suatu kelompok orang saja, sedangkan hukummerupakan suatu norma yang mengikat seluruh masyarakat(algemeen bindend) dan mengatur seluruh masyarakat (alge-meen regelend).PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUMJika kita simak uraian di atas tentang Etika Rumah Sakit danHukum Rumah Sakit maka terdapat beberapa perbedaan,meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Memang antaraEtika dan Hukum tidak dapat dipisahkan meskipun keduanyadapat dibedakan (Ethiek en recht zijn niet te scheiden, maar welte ondercheiden). Jadi meskipun terdapat perbedaan antarakeduanya, dalam keadaan sehari-hari ada kalanya tidak nyata.Perbedaan yang jelas antara keduanya terlihat pada unsur sanksi.Dalam pelanggaran Etika maka sanksi diberikan oleh ke-lompok itu sendiri atas dasar pelanggaran moral (kesusilaan)atau dignity (harga diri). Sanksi ini ditetapkan oleh kelompok itusendiri dan penegakannya juga dilaksanakan oleh kelompok itusendiri. Pada pelanggaran hukum maka sanksi diberikan olehfihak penguasa dan sanksi ini dapat berupa sanksi administratif,sanksi perdata (ganti rugi) atau sanksi pidana (denda atau penjara/kurungan).Oleh karena antara kedua hal ini tidak ada perbedaan yangjelas, maka berlakunya Kode Etik sebaiknya tidak diatur dengansuatu Keputusan Pemerintah karena penetapan berlakunya suatuKode Etik dengan suatu Keputusan Penguasa akan mengubahKode Etik tersebut menjadi Hukum Positif yang algemeen bin-dend dan algemeen regelend tadi.HUBUNGAN RUMAH SAKIT DAN PASIENSebagaimana telah disebutkan di atas, rumah sakit adalahsarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat, khususnya pasien. Rumah sakit memberikan pe-layanan kesehatan kepada pasien memerlukan tenaga kesehatanyang bertugas memberikan pelayanan kesehatan sesuai denganprofesinya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan/mediskepada pasien, baik rumah sakit maupun tenaga kesehatan/medis harus memperhatikan norma etika dan hukum yang ber-laku. Bagi rumah sakit berlaku Kode Etik Rumah Sakit Indonesia(ERSI) sedangkan bagi para dokter dan dokter gigi berlakuCermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 199451