Hubungan Pola Makan Pada Anak
description
Transcript of Hubungan Pola Makan Pada Anak
HUBUNGAN POLA MAKAN PADA ANAK-ANAK POSYANDU MEKAR BIRU IV DESA CIBIRU WETAN RT 03/RW 06 DENGAN INDEKS KARIES
KARYA TULIS ILMIAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA III PADA JURUSAN
KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
DISUSUN OLEH
BETTY NOOR HIDAYAH
NIM : P17325111036
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
BANDUNG 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan hal yang perlu diperhatikan, hal
ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk
Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia ialah
yang berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyakit gigi dan mulut tersebut
adalah penyakit jaringan penyangga dan karies gigi.
Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi penduduk Indonesia yang bermasalah
dengan gigi dan mulut sebanyak 23,4 %. Untuk menentukan prevalensi karies gigi,
dilakukan pengukuran indeks karies pada suatu populasi. Indeks adalah ukuran yang
dinyatakan dengan angka dari suatu golongan atau kelompok terhadap suatu penyakit
gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan
dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.
Menurut penelitian Decker dan Loveren di Amerika Serikat tahun 2003
menyatakan bahwa karies gigi merupakan salah satu penyakit anak yang paling
umum di Amerika Serikat dan mengalami peningkatan prevalensi dengan usia
sepanjang masa dewasa. Anak usia 5-9 tahun yang memiliki lesi karies sebanyak
51,6%. Hasil penelitian Oktrianda (2011), diketahui bahwa jumlah responden di SDN
66 Payakumbuh sebanyak 86 siswa, 84% dari responden menderita penyakit karies
2
gigi. Sedangkan data menurut Riskesdas (2007), diantara anak usia 6-12 tahun yang
paling tinggi bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut adalah usia 5-9 tahun yaitu
sebesar 21,6 %. Hal ini dapat terjadi karena anak-anak usia prasekolah dan sekolah
dasar masih mempunyai perilaku atau kebiasaan yang kurang menunjang terhadap
kesehatan gigi, salah satunya dari pola makan.
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu
kelompok masyarakat tertentu (Hartono,2000). Pola makan adalah suatu cara atau
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit(DepkesRI,2009). Apabila anak-anak memiliki pola makan yang mengandun
kariogenik dapat mempengaruhi terhadap terjadinya karies gigi.
Makanan kariogenik adalah makanan yang kaya akan gula. Sifat makanan
kariogenik adalah lengket serta melekat pada permukaaan gigi dan mudah terselip
diantara celah-celah gigi seperti coklat, permen, biskuit, roti, kue-kue dan lain-lain.
Makanan kariogenik banyak dijual di pasaran dan sangat digemari anak-anak,
sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidrat kariogenik dengan
kejadian karies gigi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang, ” Hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV
Desa Cibiru Wetan RT 03/ RW 06 dengan indeks karies.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
ingin di temukan dan ingin diketahui adalah “ Bagaimana hubungan pola makan pada
anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks
karies ?”
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV
Desa CibiruWetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.
2. Tujuan Khusus
2.1 Untuk mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu
Mekar Biru IV Desa CibiruWetan RT 03/RW 06.
2.2 Untuk mengetahui angka terjadinya karies pada anak-anak posyandu
Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 .
2.3 Untuk mengetahui hubungan pola makan pada anak-anak posyandu
Mekar Biru IVDesa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks
karies.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Manfaat Teoritik ini adalah sebagai berikut :
1.1 Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru
Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.
1.2 Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu
keperawatan gigi tentang hubungan pola makan pada anak-anak posyandu Mekar
Biru IVDesa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 dengan indeks karies.
1.3 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk perpustakaan di
Kampus Keperawatan Gigi tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul hubungan
pola makan pada anak-anak posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT
03/RW 06 dengan indeks karies.
2.Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini bagi penelitian selanjutnya adalah dapat dijadikan data
dasar penelitian selanjutnya, dan bagi penulis sendiri adalah untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, terutama mengenai hubungan pola makan pada anak-anak
posyandu Mekar Biru IV dengan indeks karies.
5
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji tentang hubungan pola makan pada anak-anak
posyandu Mekar Biru IV Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab.
Bandung dengan indeks karies.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies
gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah
hancur di dalam mulut. Dari penelitian Altano (1980) dan Menaker (1980) menyatakan
adanya hubungan antara masukan karbohidrat dengan karies. Hubungan antara konsumsi
karbohidrat dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada
permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi dan
pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam
sehingga pH rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka
struktur email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering
menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman
rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut.
Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :
1. Bentuk Fisik
Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta
mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies disbanding
bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu,
permen dan lain-lainnya ( Bibby, 1975 dan 1983 ; Newburn,1978;Konig dan
6
7
Hoogendoorn,1982). Bibby dan Huang ( 1980 ) membuktikan dalam percobaan in
vitro bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi dibandingkan dengan
susu kering. Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu saja.
Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan makanan lebih
lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi
dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan
mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat
menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada
buah segar adalah kadar vitamin,kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air
serta sifat-sifat yang merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang
mempunyai sifat sebagai pembersih alami seperti apel, bengkoang,pir,jeruk.
2. Jenis
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan
dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida, mono sakarida dan sukrosa
terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dibandingkan karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan
cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula
dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa
dalam diet seseorang.
8
3. Frekuensi konsumsi
Frekuensi makanan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi
tetapi juga karies. Dari penelitian Rugg-Gunn et al ( 1980 ) menyatakan banyaknya
intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula.
Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snack
lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan
bahwa karies didasarkan oleh frekuensi yang tinggi makan makanan kecil. Dari
beberapa penelitian lain ditemukan hal-hal sebagai berikut ( Silverstone, 1981 ) :
1. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies.
2. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi
dalam bentuk yang lengket.
3. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang
manis dan lengket ditingkatkan.
4. aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.
5. karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-makanan manis
yang lengket dari bahan makanan.
9
B. Karies
1. Pengertian Karies
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm,
dan diet ( khususnya komponen karbohidrat yang dapat di fermentasikan oleh bakteri
plak menjadi asam ) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan
memerlukan cukup waktu untuk terjadinya. Proses karies umumnya berlangsung
cukup lama dan sering tidak disadari. Proses karies bisa terjadi dalam 1-2 tahun
sebelum terdeteksi oleh saraf sehingga sakit gigi baru terasa (Hoesin,2008)
2. Proses Terjadinya Karies
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan
gigi. Gula dari sisa makanan dan bakteri akan menempel dan pada waktu tertentu
akan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
( sekitar pH 5,5 ) sehingga menyebabkan demineralisasi email, yang akan berlanjut
menjadi karies gigi. ( lis.Z 2000 )
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat
berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang
tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies
yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan adalah rasa ngilu bila gigi
terkena rangsang panas, dingin atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah
besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi syaraf
10
dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses
peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi
bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat
menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.
3. Etiologi Karies
Faktor penyebab karies tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang
bersinambungan. Karies baru bisa terjadi hanya kalau ke empat faktor itu ada yaitu :
a. Bakteri Kariogenik
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri berserta produk-produknya,
yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Streptococcus muutans dan laktobasilus
merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur
dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakharida ekstra seluler yang sangat lengket dari
karbohidrat makanan.
b. permukaan gigi yang rentan
Permukaan oklusal
Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol yang relative tinggi
sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan relative dalam. Bentuk
11
morfologi gigi sulung tidak banyak bervariasi kecuali gigi molar sulung pertama atas
dalam bentuk dan ukurannya. Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan
memudahkan terjadinya karies.
Permukaan halus
Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak antar gigi sulung
merupakan kontak bidang. Hal ini disebabkan bentuk permukaan proksimal gigi
sulung agak datar. Keadaan ini akan menyulitkan pembersihannya.
Susunan gigi sulung
Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya
karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Pada umumnya susunan gigi molar
sulung rapat sedangkan gigi insisivus sulung renggang. Dari berbagai penelitian
disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita karies
dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.
c. Tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri.
Nutrisi sangat di perlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat
pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam membentuk
kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga karies.
Makanan akan mempengaruhi keadaan di dalam mulut secara lokal selama
pengunyahan dan setelah ditelan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
12
perkembangan masa pre dan pasca erupsi ( Altano, 1980 dan Menaker, 1980). Nutrisi
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur , ukuran,
komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies.
d. Waktu
Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi ( Newsburn,1978;Konig dan
Hoogendoorn,1982 ).
Di dalam mulut terdapat saliva, kemampuan saliva untuk mendipositkan
kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses
karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh
karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau
tahun.
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula,maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam
dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan
proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah
2 jam.
13
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak
sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Remineralisasi meningkat jika ada ion
flour. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga
mempengaruhi pH nya. Jika aliran saliva berkurang atau menghilang, maka karies
mungkin akan tidak terkendali.
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies.
4. Pengukuran Keaktivan Karies
Indeks def-t
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies gigi dan skor dari indeks
karies. Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang
atau sekelompok orang. Untuk gigi sulung disebut def, oleh Gruebbel tahun 1944
(James dan Beal, 1981). Indeks karies gigi def-t adalah jumlah gigi karies yang masih
bisa ditambal (decayed (d) = untuk gigi sulung), ditambah dengan gigi karies yang
tidak dapat ditambal lagi atau gigi dicabut (extracted (e) = untuk gigi sulung) dan
jumlah gigi karies yang sudah ditambal (filled (f) = untuk gigi sulung). Indeks def-t
untuk gigi sulung.
Batasan prevalensi dan indeks ini dapat secara seragam digunakan untuk
mengumpulkan data sehingga diketahui keadaan kesahatan gigi rata-rata setiap orang
14
di suatu populasi tertentu ( Muhler, 1954; Finn,1977; WHO, 1977; Barmes, 1981;
James dan Beal,1981;Jong, 1981).
C. Hubungan Pola Makan dengan Lubang gigi atau def-t
1. Karbohidrat dengan Molaritas Rendah dan Molaritas Tinggi
Bila kita lalai membersihkan gigi, maka terbentuklah suatu lapisan plak pada
permukaan gigi. Plak seperti yang telah kita ketahui mengandung banyak kuman-
kuman. Kuman-kuman plak senang sekali makanan-makanan yang manis-manis,
gula adalah makanan dan sumber tenaga kuman , gula menyebabkan mereka
tumbuh subur dan makin banyak.
Apabila kita makan-makanan yang manis-manis, sisa gula yang melekat
pada gigi akan diubah oleh kuman-kuman plak menjadi asam. Permukaan gigi
yang terkena oleh asam akan larut menjadi berlubang. Setiapkali kita makan gula
atau makanan yang manis, ingatlah agar segera membersihkannya dengan
menyikat gigi, atau kumur-kumur agar gigi tetap bersih dan sehat.
Menurut Makinen pada tahun 1977 sebagai berikut : seperti telah dijelaskan
mikroba keriogenik Streptococcus yang berada dalam mulut, secara anaerobik
melalui enzim yang diproduksinya mampu mencerna atau menghidrolisis sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil metabolisma jenis gula tersebut,
terbentuklah polimer rantai panjang dari glukosa yang disebut dekstran atau
polimer rantai panjang dari fruktosa yang disebut levans. Jenis polimer-polimer
15
tersebut kemudian berkembang menjadi noda pada permukaan gigi. Noda-noda
tersebut bersifat gel yang sangat lengket sekali. Proses pengeroposan gigi sendiri
disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu produk hasil sampingan dari
metabolisir fruktosa dan levans.
Karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui
proses sintesa akan di rubah menjadi asam dan polisakharida. Secara klinis ada
perbedaan yang besar dalam pengaruh karbohidrat terhadap jaringan gigi.
Karbohidrat dengan molaritas rendah , seperti sacharosa ( gula biet, gula tebu, gula
merah ), glukosa, fruktosa dan maltose, akan segera diubah menjadi zat-zat yang
merusak jaringan mulut. Makanan yang mengandung zat pati seperti roti, kentang,
nasi, spaghetti dan sebagainya ( tanpa gula ) akan di pecah menjadi maltose
melalui proses yang berlangsung relative lama, dan baru akan di ubah oleh bakteri-
bakteri pada plak. Ditinjau dari sudut kesehatan gigi, resiko kerusakan jaringan
mulut telah sangat berkurang. Ludah juga mengandung karbohidrat, tetapi
kandungannya demikian rendahnya, sehingga berakibatkan metabolism bakteri
karies, gingivitis ) akan sangat berkurang bila, secara teratur, permukaan gigi di
bersihkan dari plak dan bakteri.
Sifat kariogenik yang rendah dari makanan yang terbuat dari zat pati terbukti
dengan penelitian epidemiologi, yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang
belum berkembang dimana pola makanan terutama terdiri atas zat pati, dan juga
dari eksperimen binatang.
16
Hubungan antara pola makan dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya
dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa
makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi
bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut
menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur email gigi akan
terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan
produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga
mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut.
17
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASINAL
3.1 Kerangkan Konsep
Berdasarkan teori yang ada dapat di gambarkan bentuk kerangka konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut :
INDEPENDENT VARIABLE DEPENDENT VARIABLE
Bagan Kerangka Konsep penelitian menurut Notoatmodjo, 2010 modifikasi
Variabel bebas ( independent variabel ) pada penelitian ini adalah pola makan
pada anak posyandu.
Sedangkan variabel terikat atau tergantung (dependent variable ) pada
penelitian ini adalah indeks karies pada anak posyandu Mekar Biru IV.
Pola makan:
Bentuk fisik makanan
Jenis makanan
Frekuensi makanan kariogenik
Indeks Karies
18
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional, yaitu bentuk makanan, jenis makan dan frekuensi makanan
kariogenik (variabel independent) dengan indeks karies (variabel dependen) diukur
pada satu saat artinya setiap subjek hanya diukur satu kali saja dan pengukuran subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan, tidak ada tindak lanjut (Arikunto, 1996)
4.2 Waktu dan Tempat
Waktu penelitian : Bulan Mei sampai Juni.
Tempat penelitian :Posyandu di Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi
Kab. Bandung.
4.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak posyandu Mekar Biru IV
Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab. Bandung.
22
19
2. Sampel
Pada penelitian ini tidak ada pengambilan sample karena semua populasi diambil
sebagai obyek penelitian.
4.4 Teknik Sample dan Pengumpulan Data
Teknik Sample
Pengambilan sample dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Total
Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria peneliti.
Inklusi :
1. Anak-anak balita yang tercatat dan mengikuti pos pelayanan terpadu usia dua
sampai lima tahun.
2. Sehari-hari tinggal di Desa Cibiru Wetan RT 03/RW 06 Kec. Cileunyi Kab.
Bandung.
Eksklusi :
1. Anak-anak balita yang tercatat dan mengikuti pos pelayanan terpadu dua tahun
berturut-turut.
4.5 Pengolahan dan Analisa Hasil
Data yang telah terkumpul yaitu data identitas sample, data kejadian karies,
data pola makan, diolah menggunakan rumus persentase, kemudian disajikan dalam
23
20
bentuk tabel. Selanjutnya hubungan antara pola makan dengan indeks def-t dianalisa
dengan menggunakan rumus chi-square dengan tingkat Hct kepercayaan 95%,
kemudian data akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.
Langkah rumus chi square :
Analyze, descriptives statistics, crosstabs.
Masukkan variabel pola makan ke dalam rows (karena bertindak sebagai
variabel bebas).
Masukkan variabel def-t ke dalam column (karena bertindak sebagai variabel
tergantung).
Klik kotak statistics lalu pilih Chi square pada kiri atas kotak, lalu ketik
continue.
Aktivkan kotak cell, lalu pilih observed (untuk menampilkan nilai observed)
dan expected ( untuk menampilkan nilai expected) pada kotak count, lalu
continue.
Proses telah selesai. Klik Continue lalu klik Ok.
24
21
DAFTAR PUSTAKA
Auther.2013.Makalah Karbohidrat.http://artikelkesmas.blogspot.com.23 januari2013.
Auther.2011.Kesehatan Gigi Makanan Sukrosa yang Menyebabkan Terjadinya
Karies Gigi.http://tugas2kuliah.wordpress.com.08 desember 2011.
Auther.2011.Kesehatan Gigi Makanan Sukrosa yang Menyebabkan Terjadinya
Karies Gigi.http://tugas2kuliah.wordpress.com.8 desember 2011..
Auther.2010.Angka Koreksi Karies .http://ejournal .litbang. depkes .go.id/index
.php/MPK/article/viewFile/782/870.
Auther.2013.Journal Persentase Pengguna Protesa DiIndonesia .http ://journal
.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/1301/1190.
Auther.2000.Early Childhood Caries.http://www.ada.org/2057.aspx
Auther.2004.Baby Bottle Tooth Decay.http://www.ada.org/3383.aspx?currentTab=2
Auther.2009. konsep pola makan.http://akperla.blogspot.com/2009/08/konsep-pola-makan.html
Auther.2013.Riskesdas gigi dan Mulut .http://depkes .go.id/ downloads /riskesdas2
013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Agtini,Magdarina Destri.2010. Persentase Pengguna Protesa di Indonesia.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/782/870.
22
Edwino,A.M,Kidd,JjoystonBechel.1999.Dasar dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya .Jakarta:EGC.
HiranyaPutri,Megananda,Julianti,ElizaHeri,danNurjanah,Neneng.2010.Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi .Jakarta
:EGC.
HouwinkB.1993.Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gajah Mada University .
Yogyakarta:Press.
J.Arends.etall.1982.Prevalensi Dalam Kedokteran Gigi dan Dasar Ilmiahnya .Jakarta
:Indonesian Dental Industries,Pt.Denta.
Kidd,Edwin,A.M.1991.Dasar-dasar penyakit Karies dan Penanggulangannya
.Jakarta :EGC.
Kesehatan Gigi danMulut.Jakarta :EGC.
Radiah .Mintjelungan,Christy dan Wayan Mariati, Ni .2013. Gambaran Status Karies dan Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada mahasiswa Asal Ternado di Manado .old.fk.ub.ac.id/.../MAJALAH%20WIDYA%20AYU%
Suwelo,is.1992.Karies gigi pada anak dengan berbagai factor etiologi : kajian pada
anak prasekolah.jakarta:EGC.
Sukmono, Suryawati. Syahdrajat, Tantur. Handayani, Tri. Resmisari, Titiek.Wahyuni, Sri.2009.prevalensi karies gigi pada balita .http: //tantursyah .blogspot. com /200 /03/prevalensi-karies-gigi-pada-balita-usia-11.html .
23
Sastroasmoro,s.2002.Dasar dasar Methodologi Penelitian Klinis Edisi ke 2 . CV
.Jakarta :Sagung Seto.
Tarigan,s.1990.Karies Gigi .Hipokrates,Jakarta.
Worotitjan, Indry ,Mintjelungan, Christy N dan Gunawan,Paulina .2013. Pengalaman
Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa
KiawaKecamatanKewangkoanUtara.http//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi
/article/.../2168
Widodorini, Trining. Balbeid, Merlya dan P,Widya Ayu. Hubungan Pola Jajan di
Sekolah dengan Tingkat def-t dan DMF-T Murid Kelas II Madrasah Ibtidaiyah
Genukwatu Kecamatan Ngoro Kabupaten
Jombang .http//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/.../2170
.