Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

18
HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA-AMERIKA SERIKAT Hubungan RI-Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Secara resmi, hubungan diplomatik kedua negara ditandai dengan pembukaan Kedutaan Besar di masing-masing negara. Tanggal 28 Desember 1949, AS membuka Kedutaan Besar di Jakarta dan menunjuk Duta Besar AS pertama untuk Indonesia, Horace Merle Cochran. Tanggal 20 Februari 1950, Indonesia menunjuk Dr. Ali Sastroamidjojo sebagai Duta Besar RI pertama untuk AS. Indonesia menjalin hubungan politik dan strategis yang cukup baik dengan Amerika Serikat (AS) terutama sejak Rezim Orde Baru berkuasa di Indonesia yaitu paruh kedua dekade 1960-an. Namun hubungan ekonomi kedua pihak tidak cukup berkembang dibandingkan dengan hubungan ekonomi AS dengan negara tetangga Indonesia, seperti Si ngapura dan Australia. Dominasi aspek politik dan strategis dalam hubungan kedua negara mengakibatkan AS dan Indonesia kurang mengembangkan potensi-potensi ekonomi diantara keduanya. Sejak tahun 2009, AS juga dilanda krisis ekonomi. Upaya peningkatan hubungan kedua belah pihak muncul dalam beberapa tahun terakhir karena dorongan Duta Besar Indonesia yang baru dan upaya AS untuk mencari pasar lebih besar dalam rangka pemulihan krisis e konominya. Pada bulan November 2010 pemimpin kedua negara menandatangani the US- Indonesia Compherensive Partnership Agreement (US-Indonesia CPA) yang merupakan komitmen jangka panjang kedua negara untuk meningkatkan dan memperdalam hubungan bilateral. Sa lah satu sektor yang menjadi fokus kerja sama adalah sektor ekonomi.

description

da

Transcript of Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Page 1: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA-AMERIKA SERIKAT

Hubungan RI-Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Secara resmi, hubungan diplomatik kedua negara ditandai dengan pembukaan Kedutaan Besar di masing-masing negara. Tanggal 28 Desember 1949, AS membuka Kedutaan Besar di Jakarta dan menunjuk Duta Besar AS pertama untuk Indonesia, Horace Merle Cochran. Tanggal 20 Februari 1950, Indonesia menunjuk Dr. Ali Sastroamidjojo sebagai Duta Besar RI pertama untuk AS.

Indonesia menjalin hubungan politik dan strategis yang cukup baik dengan Amerika Serikat (AS) terutama sejak Rezim Orde Baru berkuasa di Indonesia yaitu paruh kedua dekade 1960-an. Namun hubungan ekonomi kedua pihak tidak cukup berkembang dibandingkan dengan hubungan ekonomi AS dengan negara tetangga Indonesia, seperti Singapura dan Australia. Dominasi aspek politik dan strategis dalam hubungan kedua negara mengakibatkan AS dan Indonesia kurang mengembangkan potensi-potensi ekonomi diantara keduanya. Sejak tahun 2009, AS juga dilanda krisis ekonomi. Upaya peningkatan hubungan kedua belah pihak muncul dalam beberapa tahun terakhir karena dorongan Duta Besar Indonesia yang baru dan upaya AS untuk mencari pasar lebih besar dalam rangka pemulihan krisis ekonominya. Pada bulan November 2010 pemimpin kedua negara menandatangani the US-Indonesia Compherensive Partnership Agreement (US-Indonesia CPA) yang merupakan komitmen jangka panjang kedua negara untuk meningkatkan dan memperdalam hubungan bilateral. Salah satu sektor yang menjadi fokus kerja sama adalah sektor ekonomi.

Selain menandatangani CPA, upaya Pemerintah Indonesia dan AS untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara ditandai dengan pembentukan beberapa forum untuk memfasilitasi dialog dan kerjasama ekonomi diantara kedua negara. Forum dan insiatif tersebut terdiri atas: US-Indonesia Trade and Investment Dialogue, Commercial Dialogue, dan Overseas Private Investment Corporation (OPIC). Selain itu, Indonesia menjadi satu dari negara fokus ekspor AS yang tercantum dalam National Export Initiatives (NEI), dan AS menyelenggarakan Global Entrepreneurship Program (GEP) untuk mendorong wirausaha di Indonesia dan United States Trade and Development Agency (USTDA) Geothermal Development untuk mendorong kerja sama energi.

Page 2: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

EKSPOR-IMPOR INDONESIA-AMERIKA SERIKAT

Di bidang perdagangan, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat cukup besar, tahun 1987 mencapai US$ 3.416,6 juta yang jauh lebih besar dibanding impor Indonesia dari Amerika Serikat pada tahun yang sama, yaitu sebesar US$ 1.290,6 juta.

Bagi Indonesia sendiri, dari sisi ekspor keberadaan Amerika menguntungkan dari sisi ekspor nonmigas. Pasalnya, pasar ekspor non-migas Indonesia lebih besar ke Amerika dibanding ke negara China. Sehingga, ekspor produk nonmigas Indonesia ke Amerika tahun 2009 mencapai 10,5 miliar dollar Amerika dan ekspor non-migas ke China tumbuh dengan sebesar 8,9 miliar dollar Amerika.

Jenis Barang Ekspor-Impor Indonesia-Amerika Serikat

Komoditi ekspor utama Indonesia ke AS antara lain seperti getah karet, getah perca, barang elektronik, barang hasil industri pakaian, mebel, sampai perkakas. Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat didominasi oleh produk non-migas. Dari tahun ke tahun, ekspor migas Indonesia ke Amerika Serikat hanya sekitar 5 persen dari nilai total ekspor. Sepuluh komoditi ekspor non migas utama Indonesia ke Amerika Serikat adalah; tekstil, karet dan produk turunannya, barang elektronik dan komponennya, alas kaki, udang, furniture, kopi, coklat, minyak kelapa sawit, dan komponen kendaraan bermotor.

Kegiatan ekspor komoditas dari Indonesia ke Amerika Serikat tetap tinggi, meski negara adidaya tersebut sedang menghadapi ketidakpastian politik. Jenis komoditas yang permintaannya tinggi ke AS antara lain udang, kopi dan ikan. Komoditas ini memang menjadi primadona bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara tropis dengan hasil kopi yang menjadi salah satu terbaik di dunia. Khusus udang dan ikan, dua komoditas ini juga menjadi primadona bagi Indonesia karena Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan hasil komoditas hasil laut yang terkemuka. Hal ini juga pernah diakui sendiri oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat mengunjungi Bali pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pasifik Economic Cooperation (APEC) awal bulan Oktober ini di Bali. "Permintaan komoditas ini tetap tinggi. Mereka konservatif terhadap target yang ada," tambahnya.

Sedangkan Amerika Serikat adalah pemasok utama alat transportasi pesawat terbang dan kereta api serta berbagai peralatan untuk mengembangkan sektor energi Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat juga mengekspor kapal, kapas, gandum dan bahan kimia. Beras, Pemerintah terus meningkatkan pasokan beras di dalam negeri. Namun, pasokan tersebut masih mengandalkan beras dari luar negeri. Salah satunya dari Amerika Serikat sebesar 55 ton atau US$ 93 ribu. Kedelai, Komoditi bahan baku tahu dan tempe ini mencatatkan volume

Page 3: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

impor sebesar 73 ribu ton atau US$ 45,5 juta. Kedelai dari Amerika Serikat tetap masih dominan dengan 71 ribu ton atau US$ 43,8 juta.

Nilai Ekspor-Impor Indonesia-Amerika Serikat

Neraca perdagangan merupakan catatan yang berisi nilai barang-barang yangdiekspor maupun diimpor oleh suatu negara. Kegiatan ekspor suatu negaramenimbulkan hak yang berupa penerimaan pembayaran atau piutang, sedangkanimpor barang dari luar negeri menimbulkan kewajiban membayar ke luar negeriatau utang negeri. Neraca perdagangan dibuat agar suatu negara dapat mengetahuiperkembangan perdagangan internasional yang dilakukan.

Keadaan neraca perdagangan suatu negara ada tiga kemungkinan yaitu surplus,defisit, atau seimbang. Neraca perdagangan disebut surplus jika nilai ekspor lebihbesar daripada nilai impor. Sebaliknya, neraca perdagangan disebut defisit jika nilaiekspor lebih kecil daripada nilai impor. Neraca perdagangan disebut seimbang jikanilai ekspor yang sama dengan nilai impor.

Sedangkan Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry book keeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit. 

Data pada tabel berikut ini adalah data perdagangan barang Amerika Serikat (ekspor, impor dan selisih) dengan Indonesia dalam juta dolarA.S. selama 12 tahun dari tahun 1997-2008.

Page 4: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Trade in Goods (Imports, Exportsand Trade Balance) Amerika with Indonesia

All figures are in millions of U.S. dollars

No Year Exports Imports Balance

1 1997 4.522,20 9.188,30 -4.666,102 1998 2.299,10 9.340,70 -7.041,60

-7.487,10-7.965,20

3 1999 2.038,40 9.525,504 2000 2.401,70 10.366,905 2001 2.520,50 10.103,50 -7.583,006 2002 2.555,80 9.643,40 -7.087,607 2003 2.516,40 9.515,10 -6.998,708 2004 2.671,40 10.810,50 -8.139,109 2005 3.053,90 12.014,30 -8.960,0010 2006 3.078,50 13424,70 -10.346,2011 2007 4.234,80 14.301,30 -10.066,40

12 2008 5.913,10 15.799,00 -9.885,90 -

T o t a l 37.805,80 134.033,20 -96.226,90

Sumber: Diolah dari U.S. CENSUS BUREAU, FOREIGN TRAD

Tabel diatas merupakan neraca perdagangan Amerika yang memuat catatan transaksi perdagangan Amerika-Indonesia (ekspor, import, dan selisih) selama kurun waktu 12 tahun dari periode 1997-2008 yang bersumber dari U.S. Census Bureau, Foreign Trade. Untuk membaca tabel neraca perdagangan Amerika di atas bila ekspor bagi Amerika maka itu berarti impor bagi Indonesia. Begitu pula impor bagi Amerika, maka bagi Indonesia adalah ekspor.

Berdasarkan Neraca Perdagangan (Balance of Trade) Amerika di atas, nilai ekspor barang Indonesia ke Amerika Iebih besar daripada nilai impor barang Indonesia dari Amerika. Bagi Indonesia, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Amerika (ekspor > impor). Sedangkan bagi Amerika sebaliknya. Artinya Amerika mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia.

Total nilai impor barang Indonesia dari Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 37.805,80 juta dolarA.S. dan total nilai ekspor barang Indonesia ke Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 134.033,20 juta dolarA.S. Secara rata-rata impor barang Indonesia dari Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 3.150,48 juta dolar A.S dan rata-rata ekspor barang Indonesia ke Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 11.169,43 juta dolarA.S.

Page 5: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Nilai impor barang Indonesia dari Amerika yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 5.913,10 juta dolarA.S. dan yang terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 2.038,40 juta dolarA.S. Nilai impor barang Indonesia dari Amerika yang tertinggi terjadi pada masa peristiwa krisis keuangan melanda Amerika. Sementara impor barang Indoensia dari Amerika yang terendah terjadi masa krisis ekonomi melanda Indonesia yaitu tahun 1999.

Tabel di atas menjelaskan bahwa total nilai impor barang Indonesia dari Amerika sebesar 37.805,80 juta A.S. Iebih kecil dibandingkan dengan ekspor barang Indonesia ke Amerika sebesar 134.033,20 juta dolarA.S. Dengan kata lain, Indonesia lebih banyak menjual barang ke Amerika daripada menerima barang dari Amerika. Karena ekspor barang Indonesia ke Amerika lebih besar daripada impor barang Indonesia dari Amerika, maka Indonesia mengalami surplus perdagangan (ekspor > impor) dengan Amerika sebesar96.226,90 juta dolarA.S.

Dari sisi Amerika, Amerika Iebih sedikit menjual (mengekspor) barang ke Indonesia sebesar 3.150,48 juta dolarA.S. dibandingkan dengan Amerika membeli (mengimpor) barang dari Indonesia sebesar 134.033,20juta dolarA.S. Karena ekspor barang dari Amerika ke Indonesia lebih kecil daripada impor barang dari Indonesia ke Amerika, maka Amerika mengalami defisit perdagangan (ekspor < impor) dengan Indonesia.

NERACA PERDAGANGANINDONESIA dengan AMERIKA SERIKAT

Periode: 2010 – 2015 (Nilai : Ribu US$)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014Trend(%

) 2010-2014

Jan-Jan Perub.(%)

2015/20142014 2015

TOTAL PERDAGANGA

N

23.665.785,2

27.272.345,3

26.476.998,5

24.757.366,4

24.700.012,2

-0,111.965.735,

22.037.358,

13,64

MIGAS 1.039.952,2 891.137,0 417.198,9 801.510,3 740.834,7 -7,54 44.476,2 196.279,2 341,31

NON MIGAS22.625.833,

126.381.208,

226.059.799,

623.955.856,

123.959.177,

40,18

1.921.259,0

1.841.078,9

-4,17

EKSPOR14.266.634,

816.459.139,

014.874.386,

415.691.706,

416.529.904,

42,50

1.328.922,2

1.454.960,7

9,48

MIGAS 940.172,0 774.894,3 283.445,4 609.789,2 673.123,4 -8,68 43.350,6 193.836,2 347,14

NON MIGAS13.326.462,

815.684.244,

714.590.941,

015.081.917,

215.856.781,

13,13

1.285.571,6

1.261.124,5

-1,90

IMPOR 9.399.150,410.813.206,

311.602.612,

19.065.660,0 8.170.107,7 -4,46 636.813,0 582.397,4 -8,54

MIGAS 99.780,2 116.242,8 133.753,5 191.721,1 67.711,4 -2,71 1.125,6 2.443,1 117,04

NON MIGAS 9.299.370,310.696.963,

511.468.858,

68.873.938,8 8.102.396,3 -4,52 635.687,4 579.954,3 -8,77

NERACA PERDAGANGA

N4.867.484,3 5.645.932,7 3.271.774,4 6.626.046,5 8.359.796,7 13,22 692.109,1 872.563,3 26,07

MIGAS 840.391,8 658.651,5 149.692,0 418.068,1 605.412,0 -10,51 42.225,0 191.393,1 353,27

NON MIGAS 4.027.092,5 4.987.281,2 3.122.082,4 6.207.978,4 7.754.384,8 16,53 649.884,1 681.170,2 4,81

Page 6: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ketiga Indonesia setelah Jepang dan China.

Pada September 2010, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika mencapai US$1,02 miliar atau mengontribusi 34,52 persen. Sedangkan ekspor nonmigas ke Jepang mencapai nilai terbesar yaitu US$1,39 miliar, disusul China US$1,09 miliar. Secara total, ekspor nonmigas per September 2010 mencapai US$10,13 miliar atau turun 13,66 persen dibanding Agustus 2010. Namun, dibanding September 2009, ekspor nonmigas itu meningkat 25,18 persen.

Bila dibandingkan dengan nilai impor dari Amerika Serikat yang mencapai US$971,4 juta selama Agustus 2010, Indonesia masih surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam itu.

Dalam, hubungan dagang, AS merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia setelah Cina dan Jepang. Neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat menunjukkan nilai yang positif. Ekspor nonmigas yaitu karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik mendominasi komoditas Indonesia yang dikirim ke AS. Nilai ekspor nonmigas Indonesia secara keseluruhan mengalami tren yang meningkat, kecuali di tahun 2009 sebagai dampak dari krisis ekonomi di AS; kenaikan ekspor tahun 2010 dan 2011 mencapai 31,49% dan15,37% (Kementrian Perdagangan, 2012). AS juga merupakan salah satu negara asal impor terbesar, bersama dengan negara-negara ASEAN, Jepang, dan Cina. Nilai impor Indonesia dari Amerika Serikat pada tahun 2011 mencakup 6,09% dari total impor Indonesia, lebih kecil dari nilai impor tahun 2009 dan 2010.

Walaupun tren sejak tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki nilai transaksi berjalan yang positif, terjadi defisit transaksi berjalan yang mencapai 3,1% dari PDB pada awal tahun 2012 dan 2,6% dari PDB pada kuartal ketiga 2012. Salah satu penyebab defisit transaksi berjalan sebesar USD 561,1 juta pada periode Januari – Oktober 2012 adalah impor pesawat dari AS ke Indonesia.

Data yang dilansir secara resmi oleh US Department of Commerce menyebutkan bahwa perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) pada 2013 tercatat sebagai perdagangan terbesar sepanjang sejarah kedua hubungan bilateral kedua negara tersebut. Total perdagangan kedua negara tersebut mencapai US$ 27,97 miliar. Nilai total perdagangan tersebut meningkat 7,58% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai US$ 25,99 miliar.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menrinci tentang kegiatan ekspor impor Indonesia-Amerika. Diantaranya ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2013 tercatat sebesar US$ 18,88 miliar atau naik 4,89% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai US$ 17,99 miliar. Produk nonmigas masih mendominasi ekspor Indonesia ke AS tahun ini dengan nilai US$

Page 7: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

17,99 miliar. Ekspor nonmigas tersebut mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,88%. “Sementara itu, impor Indonesia dari AS pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 13,65% dengan nilai US$ 9,09 miliar”, jelas Bayu di Jakarta, Rabu (12/2).

Lebih lanjut, Wamendag menyampaikan bahwa berdasarkan data US Department of Commerce, terdapat empat produk ekspor Indonesia ke AS dengan nilai di atas US$ 1 miliar yang mengalami pertumbuhan positif, yaitu pakaian tenun (HS 62) dengan nilai US$ 2,25 miliar atau naik 5,94%, mesin listrik (HS 85) dengan nilai US$ 1,58 miliar atau naik 2,34%, alas kaki (HS 64) dengan nilai US$ 1,15 miliar atau naik 22,8%, serta ikan dan seafood (HS 03) dengan nilai US$ 1,03 miliar atau naik 14,43%.

Sebagai catatan, total perdagangan 10 negara ASEAN dengan AS pada tahun 2013 mencapai US$ 205,95 miliar atau naik 3,84%. Di antara negara ASEAN tersebut, Indonesia menempati urutan ke-5 terbesar sebagai negara mitra dagang AS. Negara ASEAN yang melakukan perdagangan terbesar dengan AS adalah Singapura dengan nilai US$ 48,55 miliar (turun 4,35%), Malaysia US$ 40,29 miliar (naik 3,91%), Thailand US$ 37,99 miliar (naik 2,7%), dan Vietnam US$ 29,66 miliar (naik 19,17%). “Peningkatan perdagangan ini merupakan tren yang baik, mengingat situasi perdagangan global yang belum pulih 100%. Kondisi ini juga menunjukkan sudah terjadi pemulihan ekonomi di AS,” tukasnya.

Kesimpulan

Hubungan perdagangan barang antara Indonesia - Amerika selama periode 1997-2008 memberikan keuntungan bersama kepada masing-masing negara. Oleh karena itu hubungan kerja-sama ekonomi Indonesia-Amerika saling membutuhkan. Di satu sisi Indonesia dapat menjual atau mengekspor barangbarang Indonesia ke Amerika. Di sisi yang lain Amerika juga dapat menjual barangnya ke Indonesia yang bagi Indonesia adalah impor barang Amerika.

Amerika merupakan salah satu pasar utama barang produk Indonesia. Amerika sebagai pasar utama barang produk Indonesia mengandung anti menjalin hubungan kerja-sama ekonomi dengan Amerika lebih memberikan keuntungan bagi Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia merasa perlu untuk menjaga keharmonisan hubungan Indonesia-Amerika karena neraca perdagangan Indonesia-Amerika membuktikan bahwa Indonesia memperoleh surplus perdagangan dengan Amerika sebesar 96.226,40 juta dolarA.S. selama kurun waktu 1997-2008.

Rata-rata tingkat pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika selama periode 1997-2008 sebesar 5%. Rata-rata tingkat pertumbuhan impor barang Indonesia dari Amerika selama kurun waktu 18 tahun sebesar 2%. Itu artinya rata-rata tingkat pertumbuhan ekspor barang Indonesia ke Amerika lebih besar 3% daripada rata-rata tingkat impor barang

Page 8: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Indonesia dari Amerika. Sementara rata-rata tingkat pertumbuhan surplus perdagangan Indonesia dengan Amerika sebesar 6% selama periode 1997-2008. Indonesia memperoleh manfaat langsung dari hubungan dagang dengan Amerika dalam konteks selalu mengalami surplus perdagangan.

Saran

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika selalu menunjukkan bahwa Indonesia selalu mengalami surplus perdagangan dengan Amerika karena nilai ekspor barang Indonesia ke Amerika, daripada impor barang dari Amerika. Sebagai konsekuensi logisnya, Indonesia harus bersikap tetap menjaga hubungan internasional khususnya dengan Amerika Serikat secara saling menghargai dan saling memberikan manfaat di dalam kebijakan luar negeri Indonesia.

Sementara usaha-usaha meningkatkan cadangan devisa harus diupayakan secara maksimal dengan cara di antaranya meningkatkan ekspor dan mengurangi impor balk secara volume maupun pangsa pasar serta menggalakkan diversifikasi ekspor. Kendati Amerika masih tetap menjadi pasar utama ekspor Indonesia, alternatif pasar baru harus menjadi target perdagangan Indonesia di kemudian hari. Pasar baru ini akan melahirkan keanekaragamkan komoditi ekspor baru.

INVESTASI INDONESIA-AMERIKA SERIKAT

Selain meningkatkan volume perdagangan Amerika Indonesia , aspek ekonomi lainnya adalah peningkatan investasi dan keamanan investasi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia. Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhammad Lutfi Investasi Amerika Serikat di Indonesia selama 5 tahun terakhir ini sudah tidak masuk 5 besar, karena AS sudah banyak memindahkan tujuan investasinya dari Indonesia ke sejumlah negara lain (18/12/2008). Oleh karena itu pemerintah menginginkan adanya peningkatan investasi AS di Indonesia, Pemerintah selalu beralasan bahwa peningkatan investasi asing akan meningkatkan perekonomian Indonesia yang akhirnya akan meningkatkan kesejahtertaan rakyat Indonesia.

Selama ini sebenarnya investasi Asing lebih banyak merugikan dan menyengsarakan rakyat apalagi investasi yang ditanamkan oleh perusahaan-perusahaan AS. Ada 3 faktor yang bisa kita jadikan bukti bahwa Investasi AS telah banyak merugikan perekonomian indonesia dan menyengsarakan rakyat. Pertama, Investasi yang dilakukan perusahan AS seperti Exxon Mobil Oil, Caltex, Freeport dan Newmont adalah investasi di bidang ekploitasi barang tambang. Salah satu alasan pemerintah mengundang investasi asing adalah untuk mengatasi pengangguran padahal Investasi dibidang tambang tidak banyak menyerap tenaga kerja sehingga tidak akan mampu mengurangi pengangguran yang terjadi saat ini.

Page 9: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Kedua, Para Investor dengan prinsip kapitalis yaitu meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya telah mengakibatkan Kerusakan ekosisitem dan lingkungan alam serta lingkungan sosial. Penambangan yang dilakukan oleh Freeport, New Mont dan beberapa perusahan tambang lainnya telah menghasilkan galian berupa potential acid drainase (air asam tambang) dan limbah tailing. PT Newmont telah merusak pantai Buyat dan Sumbawa bagian barat dengan diikuti oleh aktifitas pembuangan limbah tailing ke laut dalam jumlah yang lebih besar yaitu mencapai 120.000 ton per hari, 60 kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dibuang Newmont di pantai buyat Minahasa Sulawesi Utara. Apalagi saat ini pemrintah telah mengijinkan penambangan di daerah hutan lindung maka terjadilah kerusakan hutan akan semakin bertambah, saat ini laju kerusakan hutan mencapai 1,6-2 juta hektare per tahun. Luas hutan Indonesia 50 tahun terakhir diperkirakan terus menyusut, dari 162 juta hektare menjadi 98 juta hektare. Walhi mencatat 96,5 juta hektare atau 72 persen dari 134 juta hektare hutan tropis Indonesia telah hilang. Salah satu akibatnya adalah kekeringan dan bencana banjir seperti banjir bandang yang menimpa bohorok – sumatera telah merusak ratusan rumah, beberapa cottage beserta fasilitas publik, dan juga telah menewaskan 90 orang, beberapa orang luka-luka dan masih puluhan orang yang hilang.

Ketiga, Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau kontrak karya selalu berpihak dan menguntungkan investor akan tetapi merugikan pemerintah dan rakyat dalam kasus Freport di Papua Pemrintah Indonesia hanya mendapatkan 18,72 % itupun 9,36 % miliki swasta sedangkan sisanya dimiliki Freepoort padahal PT Freeport saat ini telah berhasil mengeruk sekitar 30 juta ton tembaga dan 2,744 milyar gram emas Indonesia mengeksploitasi pertambangan di Papua bekerja atas dasar kontrak karya yang ditandatangani dengan pemerintah Indonesia. Sementara dalam kasus blok Cepu Exxon mobile mendapat konsesi 50 % padahal berdasarkan hasil survei dan kajian (technical evaluation study, TEA) Humpuss Patragas tahun 1992-1995, cadangan minyak Cepu mencapai 10,9 miliar barel, lebih besar dari Cadangan minyak yang sebelumnya ditemukan di Indonesia secara hanya sekitar 9,7 miliar barel. Sementara dalam kontar karya gas di Pulau Natuna lebih fantasisi lagi semua hasil gas 100 % milik Exxon mobile sementara pemerintah hanya mendapat pajak penjualan, maka saat ini exxon berusaha untuk memperpanjang kontrak tersebut yang sebenarnya sudah berakhir tahun 2005 kemudian diperpanjang sampai tahun 2007 dan sekarang sedang negoisasi untk diperpanjang lagi, dan perlu diketahui Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.

Page 10: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Kesimpulan

Kerjasama transaksi perdagangan dan ekonomi dengan Amerika mengalami defisit. Bentuk kerjasama selama ini yang dilakukan harus dievaluasi dan direnegosiasikan lagi. Disamping itu investasi asing dalam hal ini yang dilakukan oleh perusahaan Amerika justru lebih banyak menimbulkan kerugian dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh bangsa Indonesia. Artinya, hubungan perdagangan dan investasi yang dilakukan RI-Amerika meskipun sudah memberikan dampak positif (profit), tetapi masih dipandang lebih banyak dampak negatif (loss)-nya, seperti halnya dalam menentukan berbagai kebijakan ekonomi/perdagangan seringkali tunduk pada kebijakan Amerika ketimbang kebutuhan nasional, termasuk keputusan negara dalam bidang politik ekonomi selalu yang tidak independen.

Karenanya dapat disimpulkan bahwa hubungan ekonomi antara RI dan Amerika lebih menguntungkan bagi Amerika dan lebih merugikan bagi RI. Dengan kata lain, Indonesia harus berani secara tegas melakukan terobosan dalam strategi perdagangan internasionalnya dengan tanpa mengikuti ‘pesanan dan tekanan’ politik Amerika dan merenegosiasi berbagai kerjasama bidang ekonomi yang seringkali keuntungan yang didapatkan lebih sedikit dibandingkan kerugiannya, oleh karena itu, saatnya Indonesia menentukan sikapnya sendiri dalam berekonomi tanpa dikendalikan oleh kepentingan Amerika dengan dalih ‘efisiensi’.

Di bidang investasi, pada tahun 2010 realisasi investasi AS di Indonesia mencapai US$ 930,8 juta, meningkat 542,7% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah US$ 171,5 juta. Dengan jumlah tersebut, AS merupakan investor terbesar ke-tiga di Indonesia setelah Singapura dan Inggris. Untuk periode Januari-Maret 2011, nilai investasi AS di Indonesia mencapai 359,1 juta USD atau urutan kedua terbesar setelah Singapura.

Untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi RI-AS, terdapat forum”Trade Investment Council” (TIC) tingkat Menteri guna membahas dan menyelesaikan berbagai isu perdagangan dan investasi kedua negara. TIC terdiri dari empat Working Group, yaitu WG on Industrial and Agricultural Products, WG on Illegal Logging and Asociated Trade, WG on Intellectual Property Rights, dan WG on Investment.

Sementara itu dalam rangka menjamin investasi AS di Indonesia, pada tanggal 14 April 2010 di Washington, D.C. telah ditandatangani persetujuan Investment Support Agreement-Overseas Private Investment Corporation (ISA-OPIC) RI-AS oleh Kepala BKPM dan Acting President OPIC. Perjanjian ISA-OPIC ini telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden RI nomor 48 tahun 2010 tanggal 19 Juli 2010 dan diharapkan dapat meningkatkan minat investor AS menanamkan modal di Indonesia.

Page 11: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

Dukungan Kewirausahaan: Amerika Serikat menegaskan komitmennya untuk mempromosikan kewirausahaan di Indonesia melalui kompetisi rencana bisnis yang disponsori oleh Global Entrepreneurship Program (GEP), yang melibatkan 32 bisnis pemula di Indonesia, 11 pengusaha dan investor terkemuka dari AS. Komitmen tersebut juga ditunjukkan dalam bentuk dukungan terhadap KTT Kewirausahawan pertama di ASEAN pada bulan Juli lalu di mana Menlu Clinton memberikan sambutannya.

Dukungan AS untuk Investasi Energi di Indonesia: U.S-Indonesia Energy Dialogue mendukung beberapa acara yang diselenggarakan selama tahun 2011 untuk mempromosikan pertumbuhan dan investasi di sektor energi di Indonesia, termasuk pelatihan dari USTDA dalam pengembangan tenaga listrik panas bumi di enam lokasi di Indonesia dengan fokus pada proses tender yang jelas dan transparan. Pada bulan Mei 2011, Departemen Energi AS menyelenggarkan U.S-Indonesia Investment Energy Roundtable yang mempertemukan para pejabat senior dari kedua negara dengan sektor swasta untuk membahas peluang dan peningkatan investasi di bidang energi.

Konperensi Perdagangan dan Investasi OPIC: Lebih dari 300 peserta yang mewakili 22 negara dan lebih dari 100 perusahaan AS menghadiri konperensi investasiinternasional yang diselenggarakan oleh Overseas Private Investment Corporation (OPIC) di Jakarta, Mei 2011. OPIC setuju untuk memberikan pembiayaan jangka panjang sebesar 21 Juta dolar untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas penggilingan padi modern di Jawa Timur yang akan membantu lebih dari 50.000 keluarga petani propinsi ini.

Hibah untuk PT Kereta Api Indonesia: September 2011, U.S. Trade and Development Agency (USTDA) memberikan hibah bantuan teknis senilai 593.000 dolar kepada PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), operator kereta api milik negara, untuk mengembangkan rencana strategis dalam meningkatkan kapasitas sistem sinyal dan jaringan telekomunikasi.

Page 12: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat

TUGAS

EKONOMI INTERNASIONALHUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA-AMERIKA SERIKAT

Nama : Erika Phinarto

No. Stambuk : 1311018

Kelas : Manajemen C

UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR

Page 13: Hubungan Perdagangan Indonesia Dan Amerika Serikat