HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy,...

78
HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Febianza Mawaddah Putri NIM: 1113103000064 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy,...

Page 1: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR

TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA

SMA X DI TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Febianza Mawaddah Putri

NIM: 1113103000064

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Oktober 2016

Febianza Mawaddah Putri

Materai

6000

Page 3: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI

PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Febianza Mawaddah Putri

NIM: 1113103000064

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL

NIP. -

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19770727 200604 2 001

Page 4: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI

DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X

DI TANGERANG SELATAN ini yang diajukan oleh Febianza Mawaddah Putri

(NIM: 1113103000064), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

Oktober 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan

Dokter

Ciputat, Oktober 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dr. Marita Fadhilah, Ph.D

NIP. - NIP. 19780314 200604 2 001

Penguji I Penguji II

dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dr. Zulhafdy, Sp.M

NIP. - NIP. 19570808 198612 1 001

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD

Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19780507 200501 1 005

Page 5: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta para

pengikutnya sampai akhir zaman.

Penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan,

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter yang selalu

membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa

pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dan dr. Marita Fadhilah, Ph.D selaku

dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu membimbing dan

mengarahkan saya dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah

menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penangung jawab modul riset

mahasiswa PSKPD 2013 yang telah memotivasi kami untuk

menyelesaikan riset tepat waktu.

Page 6: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

vi

5. Kedua orang tua saya yang tercinta, Ir. Syamsudin Hadi Sutarto dan Dewi

Kartika, SE, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, motivasi dan

do'a kepada saya.

6. Untuk teman seperjuangan penelitian saya Isna Akmalia, Zaima Dzatul

Ilma dan M. Iqbal Khusni yang saling bahu-membahu dan memotivasi

dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh mahasiswa PSKPD 2013 serta teman-teman dan sahabat saya

yang selalu memberi dukungan.

8. Mbak Maria dan tim dari Perusahaan Hearing Vision yang telah

membantu dalam pengambilan data pemeriksaan audiometri.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran, agar penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan

bermanfaat untuk berbagai pihak. Demikian laporan penelitian ini saya tulis,

semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Ciputat, September 2016

Penulis

Page 7: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

vii

ABSTRAK

Febianza Mawaddah Putri. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Hubungan Penggunaan Peranti Dengar terhadap Fungsi Pendengaran Pada

Siswa Sma X Di Tangerang Selatan. 2016.

Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah tuli yang terjadi setelah

beberapa waktu terpapar bising dengan frekuensi tertentu. Penggunaan peranti

dengar (PD) memiliki hubungan dengan kejadian GPAB pada remaja. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan PD dengan fungsi

pendengaran yang dilihat dari kejadian takik melalui pengisian kuesioner dan

pemeriksaan audiometri nada murni pada 47 siswa/i SMA X di Tangerang

Selatan. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara penggunaan PD dengan kejadian takik (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara penggunaan PD dengan fungsi pendengaran pada siswa

SMA X di Tangerang Selatan.

Kata kunci: Peranti dengar, takik, gangguan pendengaran akibat bising, siswa

SMA, remaja

ABSTRACT

Febianza Mawaddah Putri. Medical Study Program and Doctor Profession.

Association Between The Using of Listening Device and Hearing Function on

X Senior High School Student in South Tangerang. 2016.

Noise induced hearing loss (NIHL) is hearing lose that occur after long-term noise

exposure. The using of listening device (LD) have an association with NIHL in

teenager. This study aimed to know the association between the using of listening

device and hearing function that can be seen in the notch event through the

questioner completation and pure tone audiometry examination on 47 X senior

high school students in South Tangerang. The result of this study show that there

is no significant association between the using of LD with notch event (p>0.05). It

can be concluded that there is no significant association between the using of LD

with hearing function on X senior high school students in South Tangerang.

Keywords: Listening device, notchs, noise induced hearing loss, high school

students, teenager

Page 8: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4.1 Tujuan umum ...................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan khusus ..................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5.1 Bagi Peneliti ....................................................................................... 4

1.5.2 Bagi Subjek Penelitian ........................................................................ 4

1.5.3 Bagi Masyarakat ................................................................................. 4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 5

2.1.1 Anatomi Telinga ................................................................................. 5

2.1.2 Gelombang Bunyi Alami .................................................................... 10

2.1.3 Fisiologi Pendengaran ........................................................................ 10

Page 9: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

ix

2.1.4 Klasifikasi Bunyi ................................................................................ 15

2.1.5 Jenis Kebisingan ................................................................................. 17

2.1.6 Kelainan Pendengaran ........................................................................ 18

2.1.7 Pengaruh Kebisingan pada Pendengaran ............................................ 19

2.1.8 PD dan Nilai Ambang Batas Kebisingan ........................................... 23

2.1.9 Pemeriksaan Audiometri Nada Murni ................................................ 27

2.2 Kerangka Teori ......................................................................................... 31

2.3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 32

2.4 Definisi Operasional ................................................................................. 33

BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

3.1 Disain Penelitian ....................................................................................... 35

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 35

3.3 Populasi Penelitian ................................................................................... 35

3.3.1 Populasi dan Sampel yang Diteliti…………………………………...35

3.3.1.1 Populasi Target…………………………………………………35

3.3.1.2 Populasi Terjangkau ..................................................................35

3.3.1.3 Sampel………………………………………………………….35

3.3.2 Jumlah Sampel .................................................................................... 36

3.3.3 Jenis Data dan Cara Pemilihan Sampel .............................................. 37

3.3.3.1 Jenis Data ................................................................................... 37

3.3.3.2 Cara Pengumpulan Data ............................................................ 37

3.3.3.3 Alat dan Bahan Pengumpulan Data ........................................... 37

3.3.4 Kriteria Sampel ................................................................................... 38

3.3.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................................... 38

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi ........................................................................ 38

3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................................ 38

3.4.1 Alur Penelitian .................................................................................... 40

3.5 Manajemen Data ....................................................................................... 40

3.5.1 Pengumpulan Data .............................................................................. 40

3.5.2 Pengolahan Data ................................................................................. 41

3.5.3 Analisa Data ....................................................................................... 41

Page 10: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

x

3.5.3.1 Analisis Data Univariat… ..................................................... …41

3.5.3.2 Analisis Data Bivariat ................................................................ 41

3.5.4 Rencana Penyajian Data ..................................................................... 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 43

4.1 Karakteristik Percontoh ............................................................................ 44

4.2 Prevalensi Kejadian Takik dan Ambang Dengar pada Pengguna PD

Berisiko dan Pengguna PD Tidak Berisiko pada Siswa SMA X ............. 47

4.3 Hubungan Perilaku Penggunaan PD terhadap Kejadian Takik ................ 48

4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 51

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52

5.1 Simpulan ................................................................................................... 52

5.2 Saran ......................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54

LAMPIRAN ....................................................................................................... 58

Page 11: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Kebisingan Komunitas .............................................................. 18

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan ......................................................... 26

Tabel 2.3 Batas Paparan Kebisingan yang Diizinkan Menurut Occupational Safety

and Health Administration (OSHA) ................................................... 27

Tabel 2.4 Derajat Gangguan Pendengaran ISO .................................................. 28

Tabel 2.5 Definisi Operasional ........................................................................... 33

Tabel 4.1 Karakteristik Percontoh....................................................................... 44

Tabel 4.2 Perilaku Penggunaan PD ..................................................................... 45

Tabel 4.3 Prevalensi Kejadian Takik dan Ambang Dengar pada Pengguna PD

Berisiko dan Pengguna PD Tidak Berisiko pada Siswa SMA X ....... 48

Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Penggunaan PD terhadap Kejadian Takik .......... 48

Tabel 4.5 Hubungan Ambang Dengar terhadap Kejadian Takik ........................ 50

Page 12: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Telinga ............................................................................. 5

Gambar 2.2. Bagian Koklea ................................................................................ 8

Gambar 2.3. Potongan Satu Putaran Koklea ....................................................... 9

Gambar 2.4. Organ Corti ..................................................................................... 9

Gambar 2.5. Stimulasi Reseptor Pendengaran .................................................... 12

Gambar 2.6. Gelombang Frekuensi di Regio Membran Basilar ......................... 13

Gambar 2.7. Nada, Intensitas, dan Timbre ......................................................... 17

Gambar 2.8. Senheiser HDA 200 Circumaural Headphone ............................... 23

Gambar 2.9. TDH- Type Supra-aural Headphone. Model 51.1 315 .................. 24

Gambar 2.10. Earbud/Earphones ....................................................................... 25

Gambar 2.11. Canalphone/ In-Ear_Monitor Headsphone ................................. 25

Gambar 6.1 Anamnesis Perilaku Penggunaan PD .............................................. 58

Gambar 6.2 Pemeriksaan Dosis Bising ............................................................... 58

Gambar 6.3 Pemeriksaan Audiometri Nada Murni............................................. 58

Page 13: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data .............. 58

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ........................................................................ 59

Lampiran 3 Audiogram Pemeriksaan Audiometri .............................................. 61

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik............................................................................. 62

Lampiran 5 Gambar Proses Penelitian ................................................................ 64

Lampiran 6 Riwayat Penulis ............................................................................... 65

Page 14: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi sudah semakin pesat di zaman globalisasi ini.

Salah satunya adalah dalam bidang teknologi audiovisual. Fenomena ini

dapat terlihat dengan bermunculannya produk-produk MP3 player yang

dilengkapi dengan perangkat peranti dengar (PD) dalam bentuk yang beragam

dengan kapasitas penghasil suara yang bervariasi, seperti earphone, headset,

dan lain-lain.1

Pengunaan PD ini pun sudah sangat meluas di berbagai kalangan,

terutama di kalangan remaja. Hasil penelitian American Academy of

Pediatrics yang menggunakan responden penelitian sejumlah 4310 remaja

yang berusia 12 – 19 tahun menunjukan bahwa terjadi peningkatan

penggunaan PD pada kalangan remaja, baik remaja laki-laki maupun remaja

perempuan. Data hasil penelitian tersebut menunjukan penggunaan PD pada

remaja laki-laki sebesar 24,0% dan pada remaja perempuan sebesar 15,6%

pada tahun 1988-1994. Kemudian persentase penggunaan PD ini meningkat

menjadi 39,5% pada remaja laki-laki dan 29,7% pada remaja perempuan pada

tahun 2005-2006. Penelitian tersebut juga memperlihatkan data peningkatan

pada ambang pendengaran dan peningkatan kejadian gangguan pendengaran

pada remaja akibat terpapar suara bising meskipun hasil yang didapatkan

tidak signifikan.2

Akibat populernya penggunaan PD ini, jutaan remaja berpotensi

terkena risiko kehilangan pendengaran permanen karena mendengarkan

musik favoritnya.3 Music-induced hearing loss atau gangguan dengar akibat

musik mungkin saja terlibat pada masalah kesehatan publik, yakni

meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda yang mengalami berbagai

gejala, seperti distorsi, tinitus, hiperakusis dan perubahan ambang dengar.4,5

Rata-rata PD memiliki kapasitas intensitas maksimal sebesar 120

desibel (dB). Berdasarkan hasil penelitian, ambang suara minimal yang dapat

menurunkan fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan paparan lebih dari 8

Page 15: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

2

jam per hari.6 Sedangkan paparan suara berintensitas 110 dB selama 1 jam

per hari dapat menurunkan fungsi pendengaran.7,8

Peningkatan ambang

dengar kedua telinga biasanya terjadi setelah paparan suara dengan frekuensi

tinggi yakni 3 – 6 kHz.6 Oleh karena itu, pengaruh pemakaian PD terhadap

penurunan fungsi pendengaran dipengaruhi oleh faktor tingginya intensitas

dan frekuensi pemakaian PD tersebut.

Suatu penelitian di Belanda pada remaja usia 12-18 tahun

menyebutkan para siswa, terutama laki-laki, sering menggunakan MP3

players dengan volume maksimal.9 MP3 Players dilengkapi dengan

perangkat headphone, sehingga remaja dapat menggunakan volume keras saat

mendengarkan musik tanpa harus mengganggu sekitarnya.1

Remaja

cenderung menggunakan volume keras terutama pada suasana lingkungan

yang berisik atau gaduh.10

Kebanyakan remaja mengatakan bahwa mereka

tidak merasa terganggu dengan kebiasaan mendengarkan musik dengan

volume keras.1

Suatu studi di Amerika pada 5249 anak berusia 6 – 19 tahun oleh

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III by Niskar

et al melaporkan 12,5% anak mengalami noise induced threshold shifts

(NITS) pada salah satu atau kedua telinganya akibat paparan suara gaduh,

salah satu di antaranya merupakan suara musik keras.11

Penelitian oleh Scientific Committee on Emerging and Newly

Identified Health Risks tentang risiko kesehatan pada pemutar musik pribadi

menyimpulkan bahwa kebiasaan sehari-hari mendengarkan musik dengan

volume tertentu dapat meningkatkan risiko kehilangan pendengaran

permanen pada 5-10% pendengar setelah paparan 5 tahun atau lebih.12

Fenomena maraknya penggunaan PD di kalangan remaja Indonesia

menimbulkan ketertarikan untuk meneliti hubungan penggunaan PD dengan

penurunan fungsi pendengaran dengan cara membandingkan fungsi

pendengaran pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko. Selain

itu, penelitian ini dianggap sangat penting untuk dilakukan, karena penurunan

fungsi pendengaran akibat penggunaan PD pada siswa SMA mungkin saja

akan berpengaruh pada terhambatnya proses belajar. Jika proses belajar

Page 16: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

3

terhambat, maka akan berpengaruh pada penurunan kualitas pendidikan

siswa-siswi SMA yang akan menjadi generasi penerus bangsa nantinya,

sehingga menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia di Indonesia

di masa depan.

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh penggunaan PD

pada remaja dengan cara membandingkan fungsi pendengaran pada remaja

pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko menggunakan desain

cross sectional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pertanyaan penelitian yang

dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan

antara penggunaan PD terhadap fungsi pendengaran pada siswa SMA X di

Tangerang Selatan?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara penggunaan PD terhadap fungsi

pendengaran pada siswa SMA X di Tangerang Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara penggunaan PD terhadap fungsi

pendengaran pada siswa SMA X di Tangerang Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran perilaku penggunaan PD, yakni status

penggunaan PD, lama penggunaan PD, durasi penggunaan PD

dalam satu hari, frekuensi penggunaan PD dalam satu minggu,

tingkat volume/dosis kebisingan dan kemampuan bercakap-cakap

saat menggunakan PD.

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku penggunaan

PD dengan kejadian takik pada pemeriksaan audiometri.

Page 17: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hasil

pemeriksaan pendengaran menggunakan audiometri pada siswa/i

SMA.

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan

penggunaan PD dengan fungsi pendengaran pada siswa/i SMA.

1.5.2 Bagi Subjek Penelitian

Sebagai bahan informasi mengenai hubungan penggunaan PD

dengan fungsi pendengaran pada siswa/i SMA X di Tangerang Selatan.

1.5.3 Bagi Masyarakat Luas

Memberikan masukan kepada instansi pendidikan, kesehatan,

media informasi dan komunikasi, serta pihak-pihak yang terlibat

mengenai hubungan penggunaan PD dengan fungsi pendengaran pada

siswa/i SMA X di Tangerang Selatan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang hubungan penggunaan PD dengan fungsi

pendengaran ini dilakukan terhadap siswa/i kelas XI SMA di SMA terpilih di

sekitar wilayah Tangerang Selatan. Penelitian ini membahas tentang

karakteristik pengguna PD pada siswa/i kelas XI SMA berdasarkan usia dan

jenis kelamin, gambaran penggunaan PD, hasil pemeriksaan audiometri nada

murni dan hubungan antara perilaku penggunaan PD dengan kejadian takik.

Page 18: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Anatomi Telinga

Telinga terbagi menjadi tiga bagian:13

a. Telinga eksternal (luar), berfungsi untuk mengumpulkan

gelombang suara dan meneruskannya ke bagian dalam.

b. Telinga tengah, berfungsi untuk menyampaikan vibrasi suara ke

oval window (jendela oval).

c. Telinga internal (dalam), berfungsi sebagai tempat beradanya

reseptor pendengaran dan keseimbangan.

Gambar 2.1. Anatomi Telinga

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Page 19: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

6

Telinga eksternal (luar) terdiri dari aurikula (daun telinga),

saluran pendengaran eksternal, dan membran timpani (gendang telinga).

Aurikula terbentuk dari kartilago elastin yang dilapisi oleh kulit. Bagian

yang melingkar dari aurikula disebut heliks dan bagian inferiornya

disebut lobule. Aurikula menempel pada kepala dengan ligamen dan

otot-ototnya. Saluran pendengaran luar berbentuk tabung dengan

panjang 2,5 cm (1 inchi) yang terletak di tulang temporal dan berakhir

di gendang telinga. Membran timpani adalah dinding pemisah yang

tipis dan semitransparan yang memisahkan saluran pendengaran luar

dengan telinga tengah. Membran timpani dibungkus oleh epidermis dan

dilapisi oleh epitel kuboid selapis. Di antara lapisan epitel terdapat

jaringan ikat yang mengandung kolagen, serat elastin, dan fibroblas.13

Saluran pendengaran luar mengandung sedikit rambut dan

kelenjar keringat khusus yang disebut kelenjar serumen yang

menyekresi kotoran telinga atau serumen. Kombinasi dari rambut

telinga dan serumen membantu mencegah debu dan benda asing

memasuki telinga. Serumen juga mencegah kerusakan serta

melembutkan kulit di bagian saluran telinga luar. Normalnya serumen

akan kering dan keluar dari saluran telinga dengan mekanisme tubuh

alami.13

Telinga tengah adalah rongga kecil berisi udara di bagian tulang

tengkorak bagian temporal. Telinga tengah dipisahkan dari telinga luar

oleh membran timpani dan dipisahkan dari telinga dalam oleh tulang

tipis yang mengandung dua jendela kecil yang disebut oval window

(jendela oval) dan round window (jendela bundar). Di dalam telinga

tengah, terdapat tulang-tulang telinga yang berartikulasi satu sama lain

melalui sendi-sendi sinovial. Tulang-tulang tersebut disebut maleus,

inkus, dan stapes. Tangkai maleus melekat di permukaan bagian dalam

membran timpani. Maleus terikat dengan badan inkus oleh ligamen

kecil. Inkus berartikulasi dengan kepala stapes. Bagian kaki stapes

Page 20: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

7

menempel pada oval window. Di bawah oval window, terdapat round

window.13

Selain ligamen, terdapat pula dua otot skelet yang menempel

pada osikel (tulang-tulang pendengaran). Kedua otot skelet itu adalah

muskulus tensor timpani yang diinervasi oleh cabang mandibular

nervus trigerminus (V) dan muskulus stapedius yang diinervasi oleh

nervus fasial (VII). Muskulus tensor timpani berfungsi membatasi

pergerakan dan meningkatkan tegangan pada gendang telinga guna

mencegah kerusakan telinga dalam akibat suara keras. Sedangkan,

muskulus stapedius berfungsi mengurangi getaran yang besar akibat

suara keras untuk menjaga oval window dari kerusakan dan juga

mengurangi sensitivitas pendengaran. Pada dinding depan telinga

tengah, terdapat suatu celah yang disebut sebagai tuba eustachius yang

menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Tuba eustachius

pada kondisi normal akan tertutup pada bagian ujungnya di daerah

faring. Saat menelan atau menguap, tuba eustachius terbuka,

membiarkan udara masuk dan keluar dari telinga tengah sampai tekanan

pada telinga tengah sama dengan tekanan atmosfer. Tuba eustachius

juga bisa menjadi jalan masuk patogen dari hidung dan tenggorok ke

dalam telinga.13

Telinga dalam disebut juga labirin karena bentuk salurannya

yang sangat kompleks. Secara struktural, telinga dalam terbagi menjadi

dua bagian utama yakni labirin tulang di bagian luar dan labirin

membranosa di bagian dalam. Labirin tulang terbagi menjadi tiga

bagian yakni kanalis semisirkularis dan vestibulum yang mengandung

reseptor keseimbangan, dan koklea yang mengandung reseptor

pendengaran.13

Labirin tulang mengandung cairan yang disebut perilimfe.

Cairan yang secara kimiawi mirip dengan cairan serebrospinal ini

mengelilingi labirin membranosa. Labirin membranosa yang berbentuk

tabung panjang berlapis epitel ini memiliki bentuk yang sama dengan

Page 21: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

8

labirin tulang. Labirin membranosa mengandung cairan yang disebut

endolimfe. Level ion potasium (K+) pada endolimfe sangat tinggi

dibandingkan pada cairan ekstraselular, ion potasium ini berperan pada

penghantaran sinyal pendengaran.13

Gambar 2.2. Bagian Koklea

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Terdapat vestibulum yang merupakan tabung berbentuk oval di

tengah labirin tulang. Labirin membranosa pada vestibulum

mengandung dua saluran yang mirip kantung yakni utrikulus dan

sakulus. Di bagian superior dan posterior dari vestibulum, terdapat tiga

tulang kanalis semisirkularis yang masing-masing terletak pada sudut

yang sama antara satu sama lain. Berdasarkan posisinya, tiga tulang

kanalis semisirkularis tersebut disebut kanalis semisirkularis anterior,

posterior, dan lateral. Kanalis semisirkularis anterior dan posterior

terletak vertikal, sedangkan kanalis semisirkularis lateral terletak

horizontal. Di ujung setiap kanal, terdapat pelebaran yang disebut

ampula. Bagian labirin membranosa yang terletak di dalam tulang

kanalis semisirkularis disebut duktus semisirkularis. Struktur ini

terhubung dengan utrikulus pada vestibulum. Cabang vestibular dari

nervus vetibulokoklearis (VIII) terdiri dari nervus ampular, utrikular,

dan sakular.13

Page 22: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

9

Bagian anterior dari vestibulum adalah koklea, sebuah saluran

tulang yang berbentuk spiral yang mirip dengan rumah siput. Koklea

terbagi menjadi tiga bagian yakni duktus koklearis (skala media), skala

vestibuli, dan skala timpani. Duktus koklearis adalah terusan dari labirin

membranosa ke arah koklea yang teirisi oleh endolimfe. Di atas duktus

koklearis, terdapat skala vestibuli yang berujung di oval window.

Sedangkan di bawahnya terdapat skala timpani yang berujung di round

window. Skala vestibuli dan skala timpani merupakan bagian dari

labirin tulang pada koklea, maka dari itu ruang tersebut terisi oleh

perilimfe. Seluruh bagian skala vestibuli dan skala timpani dipisahkan

oleh duktus koklearis, kecuali pada bagian apeks koklea yang disebut

helikotrema.13

Gambar 2.3. Potongan Satu Putaran Koklea

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Gambar 2.4. Organ Corti

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Page 23: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

10

Skala vestibuli dan duktus koklearis dipisahkan oleh membran

vestibular (membran Reissner), sedangkan duktus koklearis dan skala

timpani dipisahkan oleh membran basilar. Membran basilar

mengandung 20.000 sampai 30.000 serat basilar yang keluar dari

sumbu tulang di koklea, yaitu modiolus, menuju ke dinding luar. Serat

ini kaku dan elastis pada salah satu ujung bebasnya sehingga dapat

bergetar seperti buluh harmonika.13

Organ Corti terdapat pada membran basilar. Organ Corti

mengandung 16000 sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.

Terdapat dua kelompok sel rambut, yakni sel rambut dalam yang terdiri

dari satu baris dan sel rambut luar yang terdiri dari tiga baris. Pada

ujung apikal setiap sel rambut, terdapat 40-80 stereosilia yang

menyentuh atau tertanam pada endolimfe duktus koklearis. Pada ujung

basal, sel rambut dalam dan sel rambut luar bersinaps dengan neuron

sensorik orde pertama dan dengan neuron motorik dari cabang koklear

nervus vestibulokoklearis (VIII). Walaupun sel rambut luar lebih

banyak dari sel rambut dalam, tetapi sel rambut dalam bersinaps lebih

banyak dengan neuron sensorik orde pertama yakni sekitar 90-95%.

Sebaliknya, 90% neuron motorik bersinaps dengan sel rambut luar.13

2.1.2 Gelombang Bunyi Alami

Gelombang bunyi adalah pergantian tekanan tinggi dan rendah

yang merambat dalam arah yang sama melalui suatu medium (seperti

udara). Gelombang bunyi berasal dari benda yang bergetar. Frekuensi

getaran bunyi digambarkan dengan tinggi puncak gelombang. Semakin

tinggi frekuensi getaran bunyi, semakin tinggi puncak gelombangnya.

Bunyi yang terdengar jelas oleh telinga manusia adalah bunyi yang

bergetar dengan frekuensi antara 500 – 5000 Hertz (Hz; 1 Hz = 1 siklus

per detik). Bunyi yang sepenuhnya bisa terdengar oleh manusia berada

pada rentang antara 20 – 20.000 Hz. Suara berbicara biasanya

berfrekuensi 100 – 3000 Hz. Semakin besar intensitas (ukuran atau

amplitudo) getaran, semakin keras bunyi tersebut. Intensitas bunyi

Page 24: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

11

diukur dalam satuan unit yang disebut desibel (dB). Peningkatan satu

desibel sama dengan peningkatan sepuluh kali lipat intensitas bunyi.13

2.1.3 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar melalui beberapa tahap kejadian berikut:13

1. Aurikula menangkap gelombang suara dan diteruskan ke saluran

pendengaran eksternal.

2. Gelombang suara yang sampai ke gendang telinga menyebabkan

pergantian tekanan tinggi dan rendah, sehingga gendang telinga

bergetar maju dan mundur. Jarak perpindahannya bergantung pada

intensitas dan frekuensi gelombang suara. Gendang telinga

bergetar pelan terhadap frekuensi suara yang rendah dan bergetar

kencang terhadap frekuensi suara yang tinggi.

3. Area tengah gendang telinga terhubung oleh maleus yang juga ikut

bergetar. Getaran itu kemudian diteruskan ke inkus dan kemudian

ke stapes.

4. Stapes bergerak ke luar dan ke dalam, sehingga oval window

tertarik ke luar dan terdorong ke dalam. Oval window bergetar 20

kali lebih keras daripada gendang telinga karena osikel secara

efisien mentransmisikan getaran kecil yang tersebar di area

permukaan yang luas (gendang telinga) menjadi getaran besar pada

permukaan yang lebih kecil (oval window).

5. Pergerakan oval window menghasilkan gelombang tekanan cairan

perilimfe di koklea. Oval window yang terdorong ke dalam

membuat perilimfe pada skala vestibuli ikut terdorong.

6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala

timpani kemudian ke round window, menyebabkan round window

terdorong keluar ke telinga tengah.

Page 25: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

12

7. Selama gelombang tekanan mendorong dinding skala vestibuli dan

skala timpani, gelombang tekanan tersebut juga mendorong

membran vestibular ke depan dan ke belakang, sehingga

membentuk gelombang tekanan di endolimfe pada duktus

koklearis.

8. Gelombang tekanan di endolimfe menyebabkan membran basilar

bergetar yang kemudian menyebabkan sel-sel rambut pada organ

Corti bergerak ke arah yang berlawanan dari membran tektorial.

Hal ini menyebabkan membengkoknya stereosilia yang kemudian

menciptakan potensial reseptor dan mengaktifkan impuls saraf.

Gambar 2.5. Stimulasi Reseptor Pendengaran

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Gelombang bunyi dalam berbagai frekuensi menghasilkan

getaran yang berbeda pada tiap segmen membran basilar. Setiap

segmen dari membran basilar akan teraktifkan oleh frekuensi tertentu.

Serat basilar pada membran basilar di basis koklea (bagian yang lebih

dekat ke oval window) lebih pendek dan lebih kaku, sehingga bunyi

dengan frekuensi keras sekitar 20.000 Hz akan menstimulasi getaran

terbaik pada segmen ini. Sedangkan pada apeks koklea (bagian yang

dekat dengan helikotrema), memiliki serat basilar lebih panjang dan

Page 26: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

13

lebih fleksibel, sehingga bunyi dengan frekuensi rendah sekitar 20 Hz

akan menyebabkan getaran terbaik pada segmen ini.14

Seperti telah

dijelaskan sebelumnya, kerasnya suara setara dengan instensitas

gelombang suara. Gelombang suara dengan intensitas tinggi

menyebabkan getaran yang lebih besar pada membran basilar,

sehingga menyebabkan terbentuknya frekuensi impuls saraf yang lebih

tinggi memasuki otak. Suara yang lebih keras juga menstimulasi sel-

sel rambut dalam jumlah yang lebih banyak.13

Gambar 2.6 Gelombang Frekuensi di Regio Membran Basilar

Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

Sel rambut mentranduksi getaran mekanik menjadi sinyal

elektrik. Membran basilar yang bergetar menyebabkan berkas rambut

di apeks sel rambut membengkok ke depan dan ke belakang

mendorong satu sama lain. Ujung rantai protein menghubungkan ujung

setiap stereosilium dengan kanal ion berpintu mekanik yang

dinamakan kanal transduksi pada stereosilium di sebelahnya yang

lebih tinggi. Streosilia membengkok ke arah stereosilia yang lebih

tinggi, sehingga ujung rantai menyentak kanal transduksi dan

membukanya. Pembukaan kanal ini menyebabkan kation pada

endolimfe, terutama K+, memasuki sitosol sel rambut, sehingga

terciptalah depolarisasi potensial reseptor. Depolarisasi menyebar

sepanjang membran plasma dan membuka kanal Ca2+

berpintu voltase

di basis sel rambut. Akhirnya Ca2+

masuk dan memicu eksositosis

vesikel sinaptik yang mengandung neurotransmitter (kemungkinan

Page 27: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

14

glutamat). Selama pengeluaran neurotransmitter, frekuensi impuls

saraf pada neuron sensorik orde pertama yang bersinaps dengan basis

sel rambut meningkat. Pembengkokan stereosilia dalam arah yang

berlawanan menutup kanal transduksi, menyebabkan terjadinya

hiperpolarisasi, dan menurunkan produksi neurotransmitter dari sel

rambut. Hal ini menurunkan frekuensi impuls saraf pada neuron

sensorik.14

Koklea juga memiliki kemampuan untuk memproduksi bunyi.

Bunyi ini biasa disebut otoacoustic emissions. Bunyi ini baru bisa

terdengar bila kita menaruh mikrofon yang sensitif di samping

gendang telinga. Bunyi tersebut dihasilkan oleh getaran sel rambut luar

yang terjadi sebagai respon terhadap gelombang bunyi dan sinyal dari

neuron motorik. Selama berdepolarisasi dan berepolarisasi, sel rambut

luar secara cepat memendek dan memanjang. Kekerapan getaran ini

menimbulkan perubahan kekakuan membran tektorial dan

mempertinggi pergerakan membran basilar yang kemudian

memperkuat respon sel rambut dalam. Pada saat yang sama, getaran

sel rambut luar tersebut membentuk gelombang bunyi yang merambat

ke arah stapes dan meninggalkan telinga sebagai otocoustic emission.14

Pembengkokan stereosilia dari sel rambut pada organ Corti

menyebabkan pengeluaran neurotransmitter (kemungkinan glutamat),

yang membangkitkan impuls saraf pada neuron sensorik yang

menginervasi sel rambut. Badan sel neuron sensorik terletak di ganglia

spiral. Impuls saraf berjalan di sepanjang akson neuron tersebut, yang

membentuk cabang koklear dari nervus vestibulokoklearis (VIII).

Akson ini bersinaps dengan neuron di nukleus koklearis di medula

oblongata pada sisi yang sama. Beberapa akson dari nukleus koklearis

menyilang di medula, naik melalui jalur yang dinamakan meniskus

lateral di sisi yang berlawanan, dan berakhir di colliculus inferior pada

midbrain. Beberapa akson lain dari nukleus koklearis berakhir di

nukleus olivary superior di pons pada setiap sisi. Perbedaan waktu

Page 28: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

15

tempuh impuls saraf untuk sampai ke nukleus olivary superior

membuat kita mampu menentukan lokasi sumber suara. Akson dari

nukleus olivary superior juga berjalan naik melalui jaras meniskus

lateral di kedua sisi dan berakhir di colliculi inferior. Impuls saraf

disampaikan dari setiap colliculus inferior ke nukleus geniculatum

medial di talamus dan pada akhirnya akan sampai di korteks auditori

primer pada korteks serebral, lobus temporal pada serebrum.13

2.1.4 Klasifikasi Bunyi

Berdasarkan frekuensinya bunyi diklasifikasikan menjadi 3

bagian, antara lain:14

a. Frekuensi bunyi antara 0-16 Hz (Infrasound)

Frekuensi 0-16 Hz ini biasanya ditimbulkan oleh getaran

tanah, getaran bangunan maupun truk mobil. Frekuensi di bawah 16

Hz akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, kelesuan dan

kadang-kadang menimbulkan perubahan penglihatan. Vibrasi bunyi

dengan frekuensi ini akan menyebabkan resonansi dan menimbulkan

rasa nyeri jika mengenai tubuh.

b. Frekuensi bunyi antara 16-20.000 Hz (Frekuensi pendengaran)

Kepekaan telinga manusia terjadi pada frekuensi bunyi antara

16-40.000 Hz. Pada frekuensi 1.000 Hz, kepekaan telinga manusia

adalah 0 (dB = 0). Nilai ambang rata-rata secara internasional

terletak di daerah 1.000 Hz.

c. Frekuensi bunyi di atas 20.000 Hz (Ultrasound):

Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik/bunyi ultra.

Frekuensi ini dalam bidang kedokteran dipergunakan untuk alat

diagnosis. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh frekuensi yang tinggi

mempunyai daya tembus jaringan cukup besar.

Page 29: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

16

Suara ditandai oleh nada (tone, tinggi-rendahnya suara),

intensitas (kekuatan, kepekakan, loudness), dan timbre (kualitas,

warnanada). Nada suatu suara (misalnya, not C atau not G)

ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran,

semakin tinggi nadanya. Telinga manusia bisa mendengar pada

frekuensi 20 – 20.000 Hz, tetapi paling sensitif pada frekuensi 1000

– 4000 Hz.15

Intensitas suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang

suara, atau perbedaan tekanan, antara daerah pemampatan yang

bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan rendah.

Semakin besar amplitudo, semakin keras suaranya. Telinga manusia

dapat mendeteksi suara dalam rentang intensitas yang lebar, dari

bisikan halus sampai suara pesawat jet yang memekakkan telinga.

Intensitas dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu ukuran logaritmik

intensitas dibandingkan dengan suara terendah yang dapat terdengar

dan disebut dengan ambang pendengaran. Karena hubungan yang

bersifat Iogaritmik, setiap peningkatan sepuluh desibel menandakan

peningkatan intensitas sepuluh kali lipat.15

Timbre bergantung pada nada tambahan (overtones), yaitu

frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Adanya nada-nada

tambahan menyebabkan alat musik mengeluarkan suara yang

berbeda untuk nada yang sama.15

Page 30: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

17

Gambar 2.7 Nada, Intensitas, dan Timbre

Sumber: Human Physiology From Cells to Systems, Sherwood, 2010

2.1.5 Jenis Kebisingan

Secara umum bising adalah bunyi yang tidak

diinginkan/dikehendaki.

Sedangkan secara audiologi, bising adalah

campuran nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang

intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan

pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Organ Corti untuk

reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hz - 6000 Hz sering mengalami

kerusakan. Frekuensi 4000 Hz merupakan frekuensi yang paling berat

mengalami kerusakan.16

Secara umum, kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan

intensitas, kontinuitas dan frekuensi. Jenis kebisingan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Steady state and narrow band noise

Kebisingan yang terus-menerus dengan spektrum suara yang sempit

seperti suara mesin dan kipas angin.

2. Nonsteady state and narrow band noise

Kebisingan yang tidak terus-menerus dengan spektrum suara yang

sempit seperti suara mesin gergaji dan katup uap.

Page 31: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

18

3. Kebisingan intermiten

Kebisingan yang terjadi sewaktu-waktu dan terputus seperti suara

pesawat terbang dan kereta api.

4. Kebisingan impulsif

Kebisingan yang impulsif atau memekakkan telinga seperti bunyi

tembakan bedil, meriam atau ledakan bom.17

Tabel 2.1 Batas Kebisingan Komunitas17

Intensitas Kebisingan Batas Tertinggi Jenis Kebisingan

Menulikan 120

110

100

Halilintar

Meriam

Mesin uap

Sangat hiruk 90

80

70

60

Perusahaan sangat gaduh

Kantor gaduh

Jalan pada umumnya

Rumah gaduh

Sedang 50

40

Kantor pada umumnya

Percakapan kuat

Radio perlahan

Tenang 30

20

10

Rumah tenang

Kantor perorangan

Auditorium

Percakapan

Suara daun-daun berbisik

Batas dengar terendah 0

Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan, Chandra, 2005

2.1.6 Kelainan Pendengaran

Kelainan pendengaran mencakup beberapa tipe tuli. Tuli dibagi

menjadi dua tipe, antara lain:18

(1) Tuli yang disebabkan oleh kerusakan koklea, nervus auditorius,

atau sirkuit susunan saraf pusat dari telinga, disebut “tuli

sensorineural”.

(2) Tuli yang disebabkan oleh kerusakan struktur fisik telinga yang

menghantarkan bunyi ke koklea, disebut “tuli konduksi”.

Page 32: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

19

2.1.7 Pengaruh Kebisingan pada Pendengaran

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak

dikehendaki. Definisi ini menunjukan bahwa pengertian bising itu

sebenarnya sangat subjektif, artinya tergantung masing-masing

individu, waktu, dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara

audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai

frekuensi.16

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan yaitu

intensitas bising, frekuensi bising, lamanya waktu pemaparan bising,

kerentanan individu, jenis kelamin, usia, dan kelainan telinga.19

Perubahan ambang dengar akibat paparan bising dapat

berupa:19

1. Adaptasi

Telinga akan merasa terganggu pada saat pertama kali terpapar

bising, namun lama-kelamaan telinga akan terbiasa karena proses

adaptasi, sehingga suara yang terdengar tidak terasa begitu keras

seperti pada awal pemaparan.

2. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran yang bersifat sementara,

artinya dapat kembali seperti semula. Keadaaan ini berlangsung

beberapa menit, beberapa jam, bahkan sampai beberapa minggu

setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini

awalnya terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila pemaparan

berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang sementara ini akan

menyebar pada frekuensi di sekitarnya. Semakin tinggi intensitas dan

lama waktu pemaparan, semakin besar pula perubahan nilai ambang

pendengarannya. Respon individu terhadap kebisingan tidak sama,

tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.

Page 33: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

20

3. Peningkatan ambang dengar menetap

Peningkatan ambang dengar menetap ini terjadi setelah

seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada

frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan

bersifat permanen, artinya tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang

pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 – 20 tahun terjadi

pemaparan, namun ada pula yang mengatakan baru setelah 10 – 15

tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari

bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah

melakukan pemeriksaan audiogram.

Noise Induced Hearing Loss (NIHL) atau Gangguan

Pendengaran Akibat Bising (GPAB) diduga disebabkan oleh adanya

stress mekanis dan metabolik pada organ sensorik auditorik bersamaan

dengan kerusakan sel sensorik atau kerusakan total organ Corti di

dalam koklea. Kehilangan sel sensorik adalah penyebab NIHL yang

paling penting. Kepekaan terhadap stres pada sel rambut luar berada

dalam rentang 0 – 50 dB, sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50

dB. Frekuensi yang sangat tinggi (di atas 8 kHz) mempengaruhi dasar

koklea.

Beberapa proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan

sel rambut akibat pajanan terhadap bising meliputi:20

1. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan

robeknya membran Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan

perilimfe bercampur. Hal ini menyebabkan rusaknya sel rambut.

2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan

organ Corti dengan pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang

mengakibatkan kerusakan sel rambut.

3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat merusak sel

rambut dengan melepaskan organ Corti atau merobek membran

basilar.

Page 34: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

21

Selain itu, terdapat pula proses metabolik yang dapat

menyebabkan kerusakan sel rambut akibat pajanan bising, yakni:20

1. Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam retikulum endoplasma

sel rambut serta pembengkakan mitokondria dapat menyebabkan

robeknya membran sel dan hilangnya sel rambut.

2. Kelelahan metabolik akibat gangguan enzim yang esensial untuk

pembentukan energi, biosintesis protein, dan pengangkutan ion

dapat merusak sel rambut.

Tuli akibat bising mempengaruhi sel-sel rambut pada organ

Corti di koklea. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut

luar yang menunjukan adanya degenerasi yang meningkat sebanding

dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut

luar menjadi kurang kaku sehingga respon terhadap stimulasi

berkurang. Bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan

menyebabkan lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.

Sel-sel rambut akan mati dengan hilangnya stereosilia dan digantikan

oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel

rambut dalam dan sel-sel penunjang juga akan rusak. Suara dengan

intensitas tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis

oleh karena penurunan atau bahkan penghentian aliran darah pada stria

vaskularis dan ligamen spiralis. Semakin meluasnya kerusakan pada

sel-sel rambut dapat menimbulkan degenerasi pada saraf yang dapat

juga dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.19

Daerah organ Corti sekitar 8 – 10 mm dari ujung basal (sesuai

dengan daerah 4 kHz pada audiogram) dianggap sebagai daerah yang

secara khas rentan terhadap kebisingan. Hal ini dikarenakan daerah 4

kHz mungkin lebih rentan karena inufisiensi vaskular akibat bentuk

anatomis yang tidak biasa di daerah ini. Selain itu, amplitudo

pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di daerah 4 kHz

Page 35: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

22

saat perambatan gelombang yang berjalan masih cukup tinggi dan

struktur anatomi koklea menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4

kHz.19

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising

adalah:21

1. Bersifat sensorineural.

2. Bersifat bilateral.

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing

loss). Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

4. Tidak dijumpai penurunan pendengaran yang signifikan apabila

paparan bising dihentikan.

5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000

Hz, 4000 Hz, dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat

terjadi pada frekuensi 4000 Hz.

6. Ketulian pada frekuensi 3000 Hz, 4000 Hz, dan 6000 Hz akan

tercapai akibat paparan bising yang konstan dalam 10 – 15 tahun.

Bising juga dapat menyebabkan efek pendengaran lain yang

disebut tinitus (suara berdenging di dalam telinga). Tinitus biasanya

timbul segera setelah pajanan terhadap bising dan dapat menjadi

permanen jika pajanan terus berlangsung. Tinitus akibat pajanan bising

biasanya bernada tinggi. Selain tinitus, bising juga dapat menyebabkan

vertigo. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan yang amat

kuat seperti suara mesin jet dan ledakan suara api.20

Bising juga dapat menyebabkan beberapa efek pada organ selain

pendengaran. Meningkatnya kadar kebisingan dapat menimbulkan

reaksi stres dengan variasi detak jantung, tekanan darah, pernapasan,

gula darah, dan kadar lemak darah. Selain itu, bising juga dapat

Page 36: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

23

menyebabkan bertambahnya motilitas saluran pencernaan dan tukak

lambung.20

2.1.8 PD dan Nilai Ambang Batas Kebisingan

Peranti dengar (PD) adalah sepasang pengeras suara yang di

gunakan dekat dengan telinga penggunanya. PD dihubungkan ke

sumber sinyal seperti handphone, laptop, radio, CD player, portable

media player dan lain lain.22

Jenis-jenis PD yang biasa di gunakan bersama media pemutar

musik, antara lain:23

(1) Circumaural, yakni PD yang sepenuhnya mengelilingi telinga. Hal

tersebut memungkinkan telinga penggunanya untuk sepenuhnya

tertutup, sehingga memberikan banyak isolasi dari luar, sehingga

dapat meredam kebisingan (noise-canceling headphone)

lingkungan yang tidak diinginkan. Hal ini memungkinkan

penggunanya untuk dapat mendengarkan musik dengan volume

minimum meskipun di lingkungan yang bising.

Gambar 2.8. Senheiser HDA 200 Circumaural Headphone

Sumber: Basic Instrumen and Calibration, Frank, 2000

Page 37: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

24

(2) Supra-aural atau earpad headphone merupakan PD yang menempel

pada permukaan daun telinga namun tidak sepenuhnya menutupi

telinga seperti circumaural. Supra-aural headphone ukurannya

lebih kecil circumaural headphone, sehingga lebih praktis untuk

dibawa-bawa. Namun, karena headphone jenis ini hanya menempel

pada sebagian daun telinga, suara lingkungan tidak dapat benar –

benar di redam seperti pada headphone jenis circumaural.

Gambar 2.9.TDH- Type Supra-Aural Headphone. Model 51.1 315

Sumber: Basic Instrumen and Calibration, Frank, 2000

(3) Earbud atau earphones merupakan salah satu bentuk dari inter aural

headphone. Ukuranya jauh lebih kecil dibanding dua jenis

headphone sebelumnya. Penggunaanya langsung ditempatkan di

luar kanal telinga. Bentuknya yang kecil membuat headphone jenis

ini paling mudah dibawa-bawa dalam perjalanan. Namun, beberapa

pengguna merasa tidak nyaman dengan betuknya yang kaku dan

terbuat dari plastik. Selain itu, ukurannya terkadang tidak sesuai

dengan ukuran telinga penggunanya. Headphone jenis ini tidak

memiliki kemampuan meredam suara llingkungan sebaik dua

headphone sebelumnya. Hal ini memungkinkan penggunanya untuk

menaikkan tingkat volume saat mendengarkan musik di lingkungan

yang bising seperti jalan raya, kafetaria dan lain-lain.

Page 38: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

25

Gambar 2.10. Earbud/Earphones

Sumber: Basic Instrumen and Calibration, Frank, 2000

(4) Canalphone atau In-Ear-Monitor (IEM) merupakan jenis dari inter

aural headphone. Seperti namanya In- Ear-monitor, headphone ini

di gunakan dengan memasukkan bagian eartip dari headphone

kedalam bagian depan lubang telinga yang bertujuan untuk

“menyegel” telinga. Segel umumnya memiliki dua fungsi, yakni

untuk memblokir kebisingan dan untuk membentuk ruang akustik

dalam rangka mencapai suara lebih jelas. Canalphone jauh lebih

baik dalam meredam suara lingkungan (29- 377 dB) di banding

headphone jenis circumaural dan supraaural (8-11 dB).

Gambar 2.11. Canalphone/ In-Ear_Monitor Headsphone

Sumber: Basic Instrumen and Calibration, Frank, 2000

Penelitian yang dilakukan oleh Peter M. Rabinowitz, MD

mengatakan bahwa stereo headphone memiliki tingkat kebisingan sama

dengan lokomotif kereta yaitu 100 dB. Rabinowitz mengangkat kasus

Page 39: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

26

seorang remaja perempuan yang mengalami peningkatan ambang

dengar menetap. Remaja tersebut diketahui memiliki kebiasan

mendengarkan musik berjam-jam melalui headphone. Hasil tes

audiometri yang dilakukan menunjukan adanya peningkatan 30 dB pada

frekuensi 4.000 Hz.24

Untuk menghindari kasus GPAB, diperlukan informasi

mengenai nilai ambang batas kebisingan yang diperbolehkan. Berikut

adalah tabel yang menunjukkan nilai ambang batas kebisingan.25

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan25

Catatan :

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun hanya sesaat

Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011

Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dB(A)

8

4

2

1

30

15

7,5

3,75

1,88

0,94

28,12

14,06

7,03

3,52

1,76

0,88

0,44

0,22

0,11

Jam

Menit

Detik

85

88

91

94

97

100

103

106

109

112

115

118

121

124

127

130

133

136

139

Page 40: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

27

Tabel 2.3 Batas Paparan Kebisingan yang Diizinkan Menurut

Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

Sumber: Safety and Health Regulations for Construction, OSHA, 2002.

2.1.9 Pemeriksaan Audiometri Nada Murni

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti

mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri digunakan

untuk mengukur ambang dengar. Selain itu, audiometri juga digunakan

untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan

gangguan pendengaran.26

Audiometri nada murni adalah suatu uji pendengaran dengan

menggunakan alat elektronik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada

murni dari berbagai frekuensi 250-500 Hz, 1000-2000 Hz, 4000-8000

Sound level (dBA) Permitted duration per workday (hrs)

90 8.00

91 6.96

92 6.06

93 5.28

94 4.60

95 4.00

96 3.48

97 3.03

98 2.63

99 2.30

100 2.00

101 1.73

102 1.52

103 1.32

104 1.15

105 1.00

106 0.86

107 0.76

108 0.66

109 0.56

110 0.50

111 0.43

112 0.38

113 0.33

114 0.28

115 0.25

116 0.21

Page 41: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

28

Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang

dihasilkan disalurkan melalui headphone dan vibrator tulang ke telinga

orang yang diperiksa pendengarannya. Pemeriksaan yang dilakukan

bertujuan untuk mengukur ambang dengar melalui hantaran udara dan

hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan

didapatkan kurva atau audiogram hantaran tulang dan hantaran udara.

Audiogram ini dapat menunjukan derajat ambang dengar seseorang.26

Audiogram juga dapat membedakan jenis gangguan pendengarannya,

apakah tuli konduktif, tuli sensorineural atau tuli campur.16

Tabel 2.4. Derajat Gangguan Pendengaran ISO16

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit THT, Soepardi EA, 2012

Langkah – langkah pemeriksaan audiometri adalah sebagai

berikut:27

A. Persiapan Pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan audiometri, perlu dilakuan

persiapan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan fisik telinga dilakukan sebelum pemeriksaan

audiometri. Daun telinga dan liang telinga diinspeksi untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya sumbatan serumen,

perforasi membran timpani atau kelainan struktur telinga.

Pengukuran dimulai dari telinga yang sehat terlebih dahulu.

Pasien diminta utuk melepas alat bantu dengar jika

menggunakannya.

AMBANG DENGAR (dB) INTERPRETASI

0 – 25

>25 – 40

>40 – 55

>55 – 70

>70 – 90

>90

Normal

T. ringan

T. sedang

T. sedang berat

T. berat

T. sangat berat

Page 42: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

29

2. Pasien diperiksa dalam posisi duduk. Posisi pasien diatur

sedemikian rupa agar pasien tidak mendapat pentunjuk visual

terhadap pemeriksaan yang dilakukan.

3. Instruksi diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh

pasien. Bila keadaan tidak memungkinkan, instruksi dapat

disampaikan dalam bentuk tulisan. Instruksi meliputi:

a. Tujuan tes, yakni untuk mengidentifikasi ambang

pendengaran pasien dan adanya gangguan pendengaran.

b. Duduk diam dan tidak berbicara saat pemeriksaan.

c. Masing-masing telinga akan diperiksa dengan berbagai

frekuensi dan kekerasan bunyi.

d. Pasien diminta untuk mengangkat jari sesuai sisi telinga

yang mendengar suara dan menurunkannya apabila sudah

tidak terdengar.

B. Pemeriksaan Ambang Dengar Hantaran Udara

Langkah-langkah pemeriksaan ambang dengar hantaran udara

adalah sebagai berikut:

1. Pasien diminta untuk menggunakan supra-aural

headphone. Sisi headphone yang berwarna merah untuk

telinga kanan dan warna biru untuk telinga kiri.

2. Dilakukan pengenalan suara pada pasien dengan

memberikan stimulus pada frekuensi 1000 Hz sebesar 30

dB. Jika tidak didapatkan respon pasien, amplitudo

dibesarkan sampai didapatkan respon.

3. Setiap stimulus diberikan selama 1-2 detik.

4. Jeda antara stimulus yang diberikan dapat bervariasi, tetapi

tidak lebih cepat dari waktu pemberian stimulus.

5. Amplitudo stimulus yang diberikan bergantung pada respon

pasien terhadap stimulus. Apabila pasien berespon terhadap

Page 43: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

30

stimulus, amplitudo diturunkan 10 dB. Apabila pasien

gagal memberikan respon, amplitudo dinaikan 5 dB.

6. Stimulus diberikan berturut turut pada frekuensi 1000 Hz,

2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, dan 8000 Hz.

Selanjutnya dilakukan tes ulang pada frekuensi 1000 Hz.

Kemudian dilanjutkan dengan tes pada frekuensi 500 Hz

dan 250 Hz. Apabila didapatkan beda 20 dB antara

frekuensi yang diperiksa, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

interoktaf.

7. Ambang dengar ditentukan pada amplitudo minimal yang

dapat dideteksi oleh pasien dengan benar minimal 2 dari 3

kali pemberian stimulus pada amplitudo yang sama.

Apabila pada pemeriksaan kedua pada frekuensi 1000 Hz

didapatkan ambang dengar lebih dari 5 dB, maka diambil

ambang dengar yang terendah dari kedua pemeriksaan.

8. Memberikan notasi audiogram pada grafik audiometri.

Setelah didapat ambang dengar pada frekuensi yang

diperiksa, besarnya ambang dengar pada tiap frekuensi

dicatat dengan menempatkan notasi audiogram yang sesuai

pada grafik. Gambar notasi audiogram tercantum pada

penjelasan di atas.

Page 44: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

31

Paparan bising berulang

2.2 Kerangka Teori

Siswa/i SMA

Pergegangan

berlebihan

membran basalis

Bising lingkungan:

Kendaraan bermotor

Tempat tinggal di

kawasan pabrik

Tempat tinggal dekat

rel kereta api

dll.

Gangguan pendengaran

akibat bising permanen

Gangguan pendengaran akibat

bising sementara

↑ permeabilitas membran

mitikondria sel rambut

luar

Kerusakan

saraf

Pembentukan

ROS/RNS

↑ influks

Ca2+

↑ eksitasi

glutamat

post-sinaps

Penggunaan PD:

Intensitas

Frekuensi

Durasi

Perilaku kebiasaan:

Merokok

Alkohol

dll.

Pembentukan

sitokin

inflamasi

(TNF α, IL-1)

Lipid

peroksidase

Kerusakan

sel rambut

luar

Ketidakseimbangan

osmotik

Aktivasi

caspase 9 dan

sitokrom C

Apoptosis

sel

Page 45: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

32

2.3 Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel bebas

Variabel tergantung

Variabel yang tidak diteliti

Variabel perancu

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Pengguna PD

berisiko dan

pengguna PD tidak

berisiko

- Intensitas bising

- Frekuensi bising

- Lama paparan bising

Penurunan fungsi

pendengaran

(Peningkatan

ambang

pendengaran,

takik, tuli

sensorineural)

Karakteristik subjek:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Kerentanan individu

- Tinggal di dekat daerah

yang terpapar bising

- Sumbatan serumen

- Kelainan struktur organ

dalam telinga

Page 46: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

33

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.5 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara pengukuran Skala

pengukuran

1. Ambang

dengar

Ambang dengar

≤25 dB (normal),

>25-40 dB (tuli

ringan), >40-55

dB (tuli sedang),

>55-70 dB (tuli

sedang berat),

>70-90 dB (tuli

berat), >90 dB

(tuli sangat

berat)16

Tenaga

audiologis

terlatih

Audio-

meter nada

murni

meng-

gunakan

hantaran

udara

Telinga subjek diukur

dengan 6 frekuensi

dalam spektrum

pendengaran, dan

kehilangan

pendengaran

ditentukan untuk

masing-masing

frekuensi tersebut.

Nominal

2. Perilaku

Penggunaan

PD

Gambaran dari

lama penggunaan

PD, frekuensi

penggunaan PD

dalam satu

minggu dan durasi

penggunaan PD

dalam satu hari.

Peneliti Kuesioner Responden diminta

untuk mengisi

kuesioner yang berisi

pertanyaan tentang

perilaku penggunaan

PD.

Nominal

3. Dosis bising Tingkat volume

yang digunakan

saat menggunakan

PD

Peneliti - Kuesioner

- Media

player dan

PD jenis

headphone

- Responden diminta

mengisi kuesioner

tentang tingkat

volume suara yang

biasa digunakan.

- Responden diminta

mendengarkan lagu

dari media player

dengan menggunakan

PD yang disediakan

dan memilih tingkat

volume yang biasa

digunakan.

Nominal

4. Gambaran

gejala

gangguan

pendengaran

Telinga

berdenging,

telinga lebih

sensitif terhadap

suara, dan

kesulitan

memahami

pembicaraan di

tempat ramai.

Peneliti Kuesi-oner Responden diminta

untuk menyatakan

pernah atau tidak

pernah merasakan

keluhan tersebut

semenjak aktif

menggunakan PD.

Nominal

Page 47: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

34

Tabel 2.4 Definisi Operasional (Sambungan)

No. Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara pengukuran Skala

pengukuran

5. Pengguna

PD berisiko

Pengguna PD

dengan skor

penggunaan PD 1-

13

Peneliti Kuesioner Responden diminta

untuk mengisi

kuesioner mengenai

frekuensi

penggunaan PD

dalam satu minggu.

Nominal

6. Pengguna

PD tidak

berisiko

Pengguna PD

dengan skor

penggunaan PD

14-22

Peneliti Kuesioner Responden diminta

untuk mengisi

kuesioner mengenai

frekuensi

penggunaan PD

dalam satu minggu.

Nominal

7. Takik Terdapat kenaikan

intensitas ≥10 dB

pada frekuensi

4000 Hz

dibandingkan

dengan frekuensi

sebelumnya (2000

Hz)

Tenaga

audiologis

terlatih

Audiometer

nada murni

hantaran

udara

Telinga subjek

diukur dengan 6

frekuensi dalam

spektrum

pendengaran,

kemudian dilihat

adanya penurunan

intensitas ≥10 dB

pada frekuensi 4000

Hz dibandingkan

dengan frekuensi

sebelumnya (2000

Hz)

Nominal

Page 48: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan

menggunakan desain cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2016 di satu SMA yang

terpilih di wilayah Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sampel yang Diteliti

3.3.1.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa/i

SMA pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko.

3.3.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa/i

kelas XI SMA tahun ajaran 2015-2016 yang merupakan

pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko di satu

SMA terpilih di daerah Ciputat.

3.3.1.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI

SMA tahun ajaran 2015-2016 yang merupakan pengguna PD

berisiko dan pengguna PD tidak berisiko di satu SMA terpilih

di daerah Ciputat yang memenuhi kriteria inklusi peneliti.

Page 49: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

36

3.3.2 Jumlah Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus sampel untuk penelitian analitik tidak

berpasangan dengan variabel kategorik.28

√ √

Keterangan:

= deviat baku alfa = 1,96; dengan = 0,05 (ditetapkan peneliti)

= deviat baku beta = 0,80 (ditetapkan peneliti)

RR = risiko relatif yang dianggap bermakna secara klinis

P2 = proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko (dari pustaka)

P1 = proporsi efek pada kelompok dengan faktor risiko = RR x P2

P =

Q = 1 – P

Perhitungan:

( √ √

)

(

)

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan rumus di atas,

jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini

berjumlah 43 responden.

Page 50: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

37

3.3.3 Jenis Data dan Cara Pengambilan Sampel

3.3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang diambil merupakan data primer.

3.3.3.2 Cara Pengumpulan Data

Pemilihan SMA yang akan dijadikan tempat penelitian

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Seluruh siswa

kelas XI SMA pada sekolah yang terpilih diminta untuk

mengisi kuesioner tentang kebiasaan penggunaan PD.

Kuesioner ini digunakan untuk mengelompokkan para siswa ke

dalam kelompok pengguna PD berisiko dan kelompok

pengguna PD tidak berisiko. Kemudian diambil beberapa

sampel secara simple random sampling dari masing-masing

kelompok sampai tercapai jumlah sampel minimum.

3.3.3.3 Alat dan Bahan Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat atau fasilitas dalam

pengumpulan data untuk menunjang pekerjaanya dan

memperoleh hasil yang lebih baik sehingga mempermudah

pengolahan data. Alat yang digunakan dalam pengumpulan

data untuk penelitian ini antara lain:

1. Headphone

2. Kuisioner gambaran perilaku penggunaan LD

3. Multimeasure application

4. Audiometri

5. Mp3 player (laptop)

6. Ruangan yang sunyi dengan intensitas bising sekitar 50 dB

Page 51: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

38

3.3.4 Kriteria Sampel

3.3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini

adalah:

Siswa/i kelas XI SMA dengan struktur telinga normal,

gendang telinga utuh dan tanpa sumbatan serumen.

Siswa/i kelas XI SMA yang hadir saat pemeriksaan

audiometri dilakukan.

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria subjek yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini

adalah:

Siswa/i kelas XI SMA yang memiliki kelainan struktur

telinga, mengalami perforasi gendang telinga dan memiliki

sumbatan serumen pada telinga.

Siswa/i kelas XI SMA yang tidak hadir saat pemeriksaan

atau tidak bersedia untuk berpartisipasi.

3.4 Cara Kerja Penelitian

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Merumuskan pertanyaan penelitian.

b. Menetapkan disain penelitian, yakni cross sectional.

c. Menentukan besar sampel.

d. Pemilihan SMA yang akan dijadikan tempat penelitian berdasarkan

teknik purposive sampling.

Page 52: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

39

e. Permohonan izin pelaksanaan penelitian ke pihak sekolah yang akan

dijadikan lokasi penelitian.

f. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan subjek penelitian

dengan informed consent.

g. Membagikan kuesioner kepada seluruh siswa/i kelas XI di SMA terpilih

untuk diisi.

h. Membagi siswa/i SMA dalam dua kelompok besar, yakni kelompok

pengguna PD berisiko dan kelompok pengguna PD tidak berisiko.

i. Memilih siswa/i dari kelompok pengguna PD berisiko dan pengguna

PD tidak berisiko yang akan dijadikan sampel dengan teknik simple

random sampling.

j. Melakukan uji fungsi pendengaran dengan tes audiometri nada murni

kepada siswa/i yang terpilih menjadi sampel.

k. Pengumpulan data dari pengisian kuesioner dan hasil pengukuran

fungsi pendengaran dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

l. Proses pengolahan data.

m. Pelaporan hasil penelitian.

Page 53: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

40

3.4.1 Alur Penelitian

3.5 Manajemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Data penelitian ini merupakan data primer yang didapatkan dari

kuesioner dan hasil pemeriksaan audiometri nada murni kepada

subjek yang diteliti. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan seputar

identitas subjek (nama, usia, jenis kelamin) dan gambaran perilaku

penggunaan PD. Pengukuran audiometri dilakukan untuk menentukan

derajat ambang dengar dan melihat kejadian takik pada subjek.

Kemudian data dari kuesioner dicocokkan dengan hasil pengukuran

audiometri tersebut untuk membandingkan fungsi pendengaran pada

pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko.

Siswa/i SMA Kelas XI

Pemilihan sampel dengan teknik simple

random sampling untuk pemeriksaan

Ambang dengar Takik

Pengisian kuesioner

Pemisahan kelompok pengguna PD berisiko dan

kelompok pengguna PD tidak berisiko

Pemeriksaan

audiometri nada murni

Sampel terpilih

Anamnesis mengenai perilaku

penggunaan PD

Pemeriksaan dosis

bising

Kriteria inklusi

Kriteria eksklusi

Page 54: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

41

3.5.2 Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Proses editing adalah memastikan data kuesioner telah terisi

dengan lengkap dan data hasil pengukuran fungsi pendengaran

audiometri sudah tepat.

b. Pemberian Kode (Coding)

Data diklasifikasikan dan diberikan kode untuk memudahkan

analisis pada setiap variabel penelitian serta memudahkan

pengolahan dengan komputer.

c. Pemasukan dan Pemprosesan Data (Entry Data)

Data akan dimasukan ke media komputer dan diolah dengan

menggunakan aplikasi program statistik yaitu SPSS.

d. Pembersihan Data (Cleaning Data)

Pembersihan data dilakukan untuk memeriksa kembali data yang

telah masuk dalam media komputer dan memperbaikinya apabila

dalam data tersebut masih terdapat kesalahan.

3.5.3 Analisa Data

3.5.3.1 Analisis Data Univariat

Analisis data univariat bertujuan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel dependen dan independen

sehingga dapat membantu analisis bivariat lebih mendalam.

Analisis ini dilakukan untuk lebih memahami karakteristik

data yang ada. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi serta interpretasinya.29

3.5.3.2 Analisis Data Bivariat

Analisis data bivariat bertujuan untuk mengetahui

kemaknaan hubungan antara variabel dependen dan variabel

Page 55: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

42

independen. Pada penelitian ini, digunakan uji Fisher untuk

dua kelompok tidak berpasangan yang memiliki maksud

pemilihan individu pada kelompok yang satu tidak bergantung

pada karakteristik individu kelompok lainnya.28

Penelitian ini menggunakan uji Fisher untuk

mengetahui hubungan perilaku penggunaan PD dengan

kejadian takik pada siswa kelas XI SMA yang merupakan

pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko.

Variabel bebasnya adalah kategori penggunaan PD, sedangkan

variabel tergantungnya adalah kejadian takik.

Hasil uji statistik tersebut akan memberikan nilai p.

Nilai α yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 0,05

dengan interval kepercayaan atau confidence interval (CI)

sebesar 95%, sehingga pemaknaan nilai p adalah sebagai

berikut:28

Jika p<0,05; maka hipotesis nol ditolak, artinya ada hubungan

bermakna antara penggunaan PD dengan fungsi pendengaran.

Jika p>0,05; maka hipotesis nol tidak ditolak, artinya tidak ada

hubungan bermakna antara penggunaan PD dengan fungsi

pendengaran.

3.5.4 Rencana Penyajian Data

Data akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi

frekuensi dan grafik yang memperlihatkan hasil pemeriksaan fungsi

pendengaran dengan audiometri pada pengguna PD berisiko dan

pengguna PD tidak berisiko (dalam dB) disandingkan dengan beberapa

frekuensi suara (250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan

8000 Hz).

Page 56: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan

PD terhadap fungsi pendengaran pada remaja. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Mei 2016 pada siswa/i kelas XI di salah satu SMA yang terpilih di Tangerang

Selatan. Pemilihan SMA dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel

dalam penelitian ini dipilih dengan cara simple random sampling, sehingga

terpilih 50 siswa dari 200 siswa/i kelas XI untuk menjadi responden penelitian.

Disain penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah cross

sectional. Hasil penelitian didapatkan melalui data primer yakni dengan cara

pengisian kuesioner, wawancara dan pemeriksaan audiometri nada murni.

Sebelum dipilih 50 siswa untuk menjadi responden, seluruh siswa/i kelas

XI SMA di SMA X melakukan pengisian kuesioner untuk mengetahui perilaku

penggunaan PD yang meliputi status penggunaan PD, lama penggunaan PD,

durasi penggunaan PD dalam satu hari, frekuensi penggunaan PD dalam satu

minggu, dosis kebisingan PD yang biasa didengarkan dan kemampuan bercakap-

cakap saat menggunakan PD. Setelah itu siswa/i dibagi dalam dua kelompok,

yakni kelompok pengguna PD berisiko dan kelompok pengguna PD tidak

berisiko. Pembagian kelompok tersebut didasarkan pada nilai cutoff dari skor

perilaku penggunaan PD pada kuesioner. Skor perilaku penggunaan PD tersebut

terdiri dari beberapa kriteria, yakni status penggunaan PD (skor 1-2), lama

penggunaan PD (skor 1-4), durasi penggunaan PD dalam satu hari (skor 1-3),

frekuensi penggunaan PD dalam satu minggu (skor 1-5), dosis kebisingan PD

(skor 1-6) dan kemampuan bercakap-cakap saat menggunakan PD (skor 1-2).

Semakin rendah skornya, pengguna PD semakin berisiko untuk mengalami

GPAB. Total skor maksimal dari seluruh kriteria adalah 22, sehingga responden

yang mempunyai skor 1-13 digolongkan ke dalam kelompok pengguna PD

berisiko dan responden yang mempunyai skor 14-22 digolongkan ke dalam

kelompok pengguna PD tidak berisiko. Setelah itu peneliti memilih 50 siswa

untuk menjadi responden yang dilakukan pemeriksaan audiometri.

Page 57: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

44

Pemeriksaan audiometri dilakukan pada kunjungan kedua di SMA X.

Ruang pemeriksaan yang dipilih adalah ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di

sekolah tersebut. Sebelum pemeriksaan dilakukan, bising lingkungan di ruang

pemeriksaan tersebut diperiksa menggunakan alat multimeasure application.

Berdasarkan hasil pemeriksaan bising lingkungan sebelum pemeriksaan, ruang

UKS tersebut memiliki bising sebesar 50 dB.

Siswa/i yang telah terpilih menjadi responden penelitian dipanggil satu-

persatu ke dalam ruang pemeriksaan. Terdapat dua responden yang tidak hadir

pada saat pemeriksaan audiometri dan satu responden yang memiliki gangguan

konduktif pada telinganya, sehingga total responden menjadi 47 orang.

Terdapat dua pos pemeriksaan, yakni pos pemeriksaan dosis bising dan

pos pemeriksaan audiometri. Sebelum pemeriksaan dosis bising dan audiometri

dilakukan, setiap responden diwawancara mengenai perilaku penggunaan PD.

Pemeriksaan dosis bising dilakukan menggunakan laptop Lenovo tipe IdeaPad

S210 Touch dan headphone jenis circumaural bermerek Rlens dengan sensitivitas

106 dB ± 3 dB. Responden diminta untuk memejamkan mata sambil

mendengarkan musik dari headphone yang disambungkan ke media player laptop.

Volume suara awal diatur menjadi 0 atau tidak ada suara sama sekali, kemudian

responden diminta untuk menaikkan sendiri volume suaranya sampai volume

yang biasa digunakan atau dirasa nyaman. Pemeriksaan audiometri nada murni

dilakukan pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000

Hz. Pemeriksaan audiometri ini dilakukan oleh audiologis yang sudah terlatih dari

perusahaan Hearing Vision.

4.1 Karakteristik Percontoh

Tabel 4.1 Karakteristik Percontoh

Variabel Pengguna PD Berisiko Pengguna PD Tidak Berisiko

Rerata Usia 16,5 (±0.69 SD) 16,3 (±0.77 SD)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

11 (37,9%)

18 (62,1%)

5 (27,8%)

13 (72,2%)

Page 58: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

45

Penelitian ini diikuti oleh siswa/i SMA kelas XI yang memiliki variasi

usia 15 – 19 tahun. Kelompok pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak

berisiko memiliki rerata usia yang relatif sama (Tabel 4.1). Rerata usia pada

pengguna PD berisiko adalah 16,5 (±0.69 SD), sedangkan rerata usia pada

pengguna PD tidak berisiko adalah 16,3 (±0.77 SD). Perbandingan jenis

kelamin responden pada kelompok pengguna PD berisiko dan kelompok

pengguna PD tidak berisiko juga relatif sama. Kelompok pengguna PD

berisiko memiliki perbandingan jenis kelamin sebesar 37,9% laki-laki dan

62,1% perempuan, sedangkan kelompok pengguna PD tidak berisiko memiliki

perbandingan jenis kelamin sebesar 27,8% laki-laki dan 72,2% perempuan.

Secara keseluruhan jumlah responden perempuan lebih banyak dari responden

laki-laki.

Tabel 4.2 Perilaku Penggunaan PD

Variabel n (%)

Pengguna PD

1. Pengguna PD

2. Bukan Pengguna PD

Lama Penggunaan PD

1. < 1 tahun

2. 1 – 2 tahun

3. 3 tahun

4. > 3 tahun

47 (100)

0 (0)

2 (4,3)

10 (21,3)

9 (19,1)

26 (55,3)

Durasi Penggunaan Per Hari

1. < 1 jam

2. 1 – 2 jam

3. > 2 jam

24 (51,1)

17 (36,2)

6 (12,8)

Frekuensi Penggunaan Per Minggu

1. 0 hari

2. 1 – 2 hari/minggu

3. 3 – 4 hari/minggu

4. 5 – 6 hari/minggu

5. Setiap hari

0 (0)

13 (27,7)

9 (19,1)

8 (17,0)

17 (36,2)

Dosis Kebisingan PD

1. <20%

2. 20% - 30%

3. 40% - 50%

4. 60% - 70%

5. 80% - 90%

6. 100%

Kemampuan Bercakap-cakap saat

Menggunakan PD

1. Mampu

2. Tidak mampu

0 (0)

3 (6,4)

20 (42,6)

17 (36,2)

7 (14,9)

0 (0)

19 (40,4)

28 (59,6)

Page 59: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

46

Gambaran perilaku penggunaan PD didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner dan dikonfirmasi dengan wawancara langsung (Tabel 4.2). Hasil

dari pengisian kuesioner dan wawancara tersebut menunjukan bahwa seluruh

responden merupakan pengguna PD. Lama penggunaan PD paling banyak

adalah >3 tahun, durasi penggunaan PD dalam satu hari paling banyak adalah

<1 jam dan frekuensi penggunaan PD dalam satu minggu paling banyak

adalah setiap hari. Dosis bising yang paling banyak digunakan adalah sekitar

40%-50%. Data dosis bising hasil pemeriksaan langsung tidak dapat

digunakan karena tidak adanya alat dosimeter untuk menyesuaikan volume

dari media player laptop dan headphone yang digunakan dengan standar yang

ada, sehingga data dosis bising diambil dari hasil pengisian kuesioner.

Lama penggunaan PD >3 tahun dan penggunaan PD setiap hari perlu

menjadi perhatian, karena berdasarkan literatur, gangguan pendengaran akibat

bising (GPAB) atau noise induce hearing lose (NIHL) dapat disebabkan oleh

paparan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang lama, yakni sekitar

5 sampai 10 tahun.16

Berdasarkan literatur yang lain, kenaikan ambang

pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi

pemaparan, namun terdapat pendapat lain yang menyebutkan GPAB baru

akan terjadi setelah 10 sampai 15 tahun terjadi pemaparan.19

Sebesar 59,6% responden tidak mampu bercakap-cakap dengan jelas

saat menggunakan PD sehingga harus menurunkan volume atau melepas PD.

Hal ini menunjukan bahwa lebih dari setengah responden menggunakan PD

dengan volume yang cukup keras sehingga menyebabkan suara lingkungan

tidak dapat terdengar dengan jelas.

Dosis kebisingan PD sebesar 40%-50% masih aman untuk digunakan

apabila penggunaan PD tidak digunakan lebih dari 4 jam dalam sehari. Dosis

bising sebesar 80%-90% cukup berisiko menimbulkan GPAB bila digunakan

lebih dari 1 jam per hari. Berdasarkan literatur penggunaan pemutar musik

digital dengan volume maksimal, yakni sekitar 100 desibel, hanya boleh

digunakan maksimal 5 menit.16

Maka dari itu, penting sekali untuk

menyesuaikan intensitas, frekuensi dan dosis bising yang digunakan dalam

Page 60: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

47

penggunaan PD. Sangat dianjurkan penggunaan volume rendah agar lebih

aman untuk pendengaran.

Selain itu, untuk mencegah terjadinya GPAB akibat penggunaan PD,

remaja harus diberikan informasi dan peringatan dini, seperti pengenalan pada

level volume musik yang aman untuk didengarkan.30,31

Hal tersebut bukan

merupakan tanggung jawab dari produsen MP3 players saja, tetapi juga

merupakan tanggung jawab sekolah, pemegang kebijakan kesehatan dan

orangtua untuk memberikan informasi kepada remaja tentang potensi bahaya

mendengarkan musik keras dengan menggunakan PD dan cara memproteksi

diri terhadap bahaya tersebut.9

4.2 Prevalensi Kejadian Takik dan Ambang Dengar pada Pengguna PD

Berisiko dan Pengguna PD Tidak Berisiko

Tabel 4.3 Prevalensi Kejadian Takik dan Ambang Dengar pada Pengguna PD

Berisiko dan Pengguna PD Tidak Berisiko pada Siswa SMA X

Pengguna Berisiko Pengguna Tidak Berisko

n (%) n (%)

Takik AD 1 (3,4) 1 (5,6)

Takik AS 2 (6,9) 0 (0)

Takik Gabungan

Ambang dengar kanan ≤ 25 dB

Ambang dengar kanan > 25 dB

Ambang dengar kiri ≤ 25 dB

Ambang dengar kiri > 25 dB

3 (10,3)

28 (96,6)

1 (3,4)

28 (96,6)

1 (3,4)

1 (5,6)

14 (77,8)

4 (22,2)

14 (77,8)

4 (22,2)

Takik dinyatakan apabila terdapat kenaikan intensitas ≥10 dB pada

frekuensi 4000 Hz dibandingkan dengan frekuensi sebelumnya (2000 Hz).16

Data pemeriksaan audiometri menunjukan bahwa responden pengguna PD

yang mengalami takik di telinga kanan sebesar 3,4%, telinga kiri sebesar

6,9% dan takik gabungan sebesar 10,3% (Tabel 4.3). Sedangkan pada

pengguna PD tidak berisiko, responden yang mengalami takik di telinga

kanan sebesar 5,6%, telinga kiri sebesar 0% dan takik gabungan sebesar

Page 61: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

48

5,6%. Data ini menunjukan bahwa kejadian takik lebih banyak terjadi pada

pengguna PD berisiko daripada pengguna PD tidak berisiko.

Ambang dengar dihitung dari rerata intensitas di frekuensi 500 Hz,

1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz. Ambang dengar 0 – 25 dB masih tergolong

normal, sedangkan ambang dengar >25 dB masuk ke dalam kategori tuli

ringan. Data di atas menunjukan persentase responden pada kelompok

pengguna PD berisiko dan pengguna PD tidak berisiko yang memiliki

ambang dengar ≤ 25 dB dan > 25 dB. Jumlah responden pada pengguna PD

berisiko yang ambang dengar telinga kanan dan kirinya >25 dB sebesar 3,4%.

Sedangkan jumlah responden pada pengguna tidak berisiko yang ambang

dengarnya >25 dB sebesar 22,2%. Data tersebut menunjukan bahwa

pengguna tidak berisiko memiliki peningkatan ambang dengar yang lebih

tinggi.

4.3 Hubungan Perilaku Penggunaan PD terhadap Kejadian Takik

Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba menghubungkan perilaku

penggunaan PD dengan fungsi pendengaran pada responden dengan melihat

adanya kejadian takik.

Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Penggunaan PD terhadap Kejadian Takik

Kategori Kejadian Takik Total p-value

Kategori Pengguna PD Takik Tidak Takik

Berisiko 3 26 29

Tidak Berisiko 1 17 18

Total 4 43 47 1,000

Jumlah responden yang mengalami kejadian takik pada kelompok

pengguna PD berisiko sebanyak 3 orang, sedangkan pada pengguna PD tidak

berisiko sebanyak 1 orang.

Hubungan penggunaan PD terhadap kejadian takik diuji

menggunakan Fisher. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan

antara penggunaan PD terhadap kejadian takik (p=1,000). Hal ini berbeda

dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang

Page 62: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

49

mendapatkan hasil bermakna pada hubungan antara penggunaan PD dengan

fungsi pendengaran.

Hal ini dapat disebabkan oleh karena responden yang dipilih pada

penelitian ini memiliki rerata usia remaja yang tergolong muda, yakni sekitar

16 tahun. Usia muda memungkinkan sel-sel rambut telinga lebih cepat dan

mudah mengompensasi kerusakan sel akibat paparan bising yang keras dan

kontinu. Suatu penelitian di Jerman menunjukan bahwa prevalensi takik

hanya sebesar 2,9% pada 1843 remaja usia 15-16 tahun yang memiliki risiko

terpapar suara musik.32

Sedangkan pada penelitian-penelitian lainnya yang

notabene dilakukan di luar negeri, subjek penelitian yang dipilih memilki usia

rerata yang lebih tinggi. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kejadian

GPAB biasanya belum terjadi pada usia 12-19 tahun, namun akan meningkat

pada usia di atas 20 tahun.33

Hasil yang tidak signifikan dari penelitian ini juga dapat disebabkan

oleh kurangnya durasi, intensitas, frekuensi dan volume bising sehingga tidak

terlalu berpengaruh dengan kejadian GPAB. Suatu peneltian membandingkan

kejadian takik antara kelompok pengguna PD dengan 8-h equivalent music

exposure levels (LAeq8h) <75dB dan kelompok pengguna PD dengan

LAeq8h ≥75 dB. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat

inseiden tinitus, gangguan mendengar dan ambang dengar yang lebih tinggi

pada pada pengguna PD dengan LAeq8h >85 dB yang sudah menjadi

pengguna selama 4 tahun.34

Selain itu, kebiasaan remaja di negara barat yang rutin mengonsumsi

alkohol dan rokok diperkirakan juga memengaruhi hasil penelitian. Suatu

penelitian menyebutkan bahwa paparan bising kontinu yang dibarengi

dengan konsumsi alkohol dan rokok dapat meningkatkan risiko tuli

senorineural dan meningkatkan perluasan dari kerusakan organ

pendengaran.35

Kebiasaan remaja barat mendengarkan musik keras di acara-acara

konser dan diskotik juga dapat mempengaruhi hasil penelitian.37

Remaja

Page 63: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

50

barat biasanya terpapar musik diskotik secara kontinu selama empat jam

dalam seminggu. Suatu penelitian menyebutkan prevalensi GPAB pada

remaja dengan rerata usia 18 tahun akibat kombinasi dari paparan konser

musik rock, diskotik dan earphone adalah sebesar 36%.38

Volume suara

musik diskotik yang bervariasi antara 104,3 dB sampai 112,4 dB merupakan

volume yang cukup berisiko untuk menimbulkan gangguan pendengaran.36

Beberapa faktor ini pada akhirnya dapat mempengaruhi kebermaknaan

hubungan GPAB dan paparan musik keras dengan perantara PD pada

penelitian-penelitian sebelumnya.

Fungsi pendengaran tidak dinilai dari ambang dengar karena pada

penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan otoskopi sebelum pemeriksaan

audiometri. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya beberapa kemungkinan

seperti serumen atau kelainan konduktif lainnya yang tidak terdeteksi dan

dapat menyebabkan peningkatan ambang dengar pada pemeriksaan

audiometri. Sehingga pada penelitian ini data ambang dengar tidak digunakan

untuk menghindari adanya bias informasi.

Tabel 4.5 Hubungan Ambang Dengar terhadap Kejadian Takik

Ambang dengar Kategori Kejadian Takik Total p-value

Tidak Takik Takik

Dextra ≤ 25 dB

Dextra > 25 dB

Total

38

5

43

4

0

4

42

5

47

1,000

Sinistra ≤ 25 dB

Sinistra > 25 dB

Total

38

5

43

4

0

4

42

5

47

1,000

Analisis hubungan ambang dengar terhadap kejadian takik

menunjukan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara ambang dengar kanan

dan kiri terhadap kejadian takik (Fisher; p=1,000). Hal ini menunjukan bahwa

tidak dilakukannya otoskopi sebelum pemeriksaan audiometri kemungkinan

besar tidak memengaruhi kejadian takik yang diperoleh.

Data ambang dengar menunjukan bahwa hanya terdapat 5 responden

yang mengalami ambang dengar >25 dB. Hal ini menunjukan bahwa

Page 64: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

51

kemungkinan kejadian ambang dengar yang meningkat disebabkan oleh

kelainan konduktif seperti serumen dan tidak dipengaruhi oleh bising

lingkungan.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Tidak dilakukannya

pemeriksaan otoskopi sebelum pemeriksaan audiometri pada peneltian ini

menimbulkan bias informasi dari hasil pemeriksaan audiometri. Responden

yang mengalami sumbatan serumen, perforasi membran timpani dan kelainan

struktur telinga lainnya tidak dapat diidentifikasi karena tidak adanya

pemeriksaan otoskopi.27

Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan

mengidentifikasi penurunan ambang dengar di frekuensi tertentu. Penurunan

ambang dengar pada gangguan konduktif akan cenderung terjadi pada

frekuensi tinggi dibanding frekuensi rendah. Sedangkan pada gangguan

sensorineural, penurunan ambang dengar terjadi pada frekuensi nada tinggi

dan memiliki kekhasan berupa kejadian takik.16

Tidak dilakukannya anamnesis mengenai paparan bising lingkungan

selain dari penggunaan PD juga dapat menimbulkan bias informasi. Sehingga

apabila terjadi penurunan ambang dengar atau kejadian takik pada hasil

pemeriksaan, belum dapat dipastikan sepenuhnya bahwa gangguan tersebut

diakibatkan oleh penggunaan PD.

Data pemeriksaan dosis bising menggunakan circumaural headphone

dan media player laptop tidak dapat digunakan karena tidak adanya alat

dosimeter yang dapat mengonversi volume media player laptop dalam satuan

persen ke dalam satuan desibel.

Pemeriksaan audiometri nada murni tidak dilakukan di ruang kedap

suara dengan standar bising yang sesuai. Menurut OSHA, intensitas bising

maksimum pada ruang pemeriksaan audiometri adalah 40 dB.39

Hal ini

menyebabkan data peningkatan ambang dengar tidak dapat dipastikan sebagai

gangguan pendengaran, sehingga penelitian ini tidak dapat meneliti hubungan

antara perilaku penggunaan PD dengan peningkatan ambang dengar atau

gangguan pendengaran.

Page 65: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Seluruh responden merupakan pengguna PD. Lama penggunaan PD paling

banyak adalah >3 tahun, durasi penggunaan PD dalam satu hari paling

banyak adalah <1 jam dan frekuensi penggunaan PD dalam satu minggu

paling banyak adalah setiap hari. Sedangkan untuk dosis kebisingan PD

yang paling banyak digunakan adalah sekitar 40%-50%. Pengguna PD

yang mampu bercakap-cakap saaat menggunakan PD sebesar 59,6%.

2. Tidak didapatkan hubungan antara perilaku penggunaan PD dengan GPAB

yang dilihat dari kejadian takik (Fisher; p>0,05).

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukannya

pemeriksaan otoskopi sebelum pemeriksaan audiometri untuk

menyingkirkan bias informasi dari hasil pemeriksaan akibat gangguan

konduktif, seperti sumbatan serumen dan perforasi membran timpani.

Selain itu diperlukan pula pemeriksaan otoacoustic emissions (OAE) dan

timpanometri untuk lebih memastikan gangguan pendengaran.

Anamnesis mengenai risiko paparan bising di luar penggunaan PD

perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan faktor terjadinya

GPAB di luar penggunaan PD.

Diperlukan alat dosimeter untuk mengonversi volume media

player laptop dalam satuan persen ke dalam satuan desibel agar data dosis

bising dapat diambil dari hasil pemeriksaan langsung.

Pemeriksaan audiometri harus dilakukan di ruang kedap suara

dengan intensitas bising dibawah 40 dB untuk menentukan secara akurat

gangguan pendengaran yang dilihat dari peningkatan ambang dengar.

Page 66: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

53

Diperlukan booth audiometri yang dapat dibawa saat akan melakukan

pemeriksaan audiometri di tempat-tempat tertentu.

Page 67: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Hellstrom PA, Axelsson A. Sound levels, hearing habits and hazards of

using portable cassette players. J Sound Vib. 1998;127:521-8.

2. Elisabeth H, Marcia AT, Christopher H. Prevalence of noise-induced

hearing-treshold shifts and hearing loss among us youths. Pediatrics.

2011;127:e39.

3. Kasper CA. The simple guide to optimum hearing health for the MP3

generation. New York: Au D; 2006.

4. Chung JH, Des Roches CM, Meunier J, Eavey RD. Evaluation of noise-

induced hearing loss in young people using a web-based survey technique.

Pediatrics. 2005;115:861-7.

5. Crandell C, Mills TL, Gauthier R. Knowledge, behaviors, and attitudes

about hearing loss and hearing protection among racial/ethnically diverse

young adults. J Natl Med Assoc. 2004;96:176-86.

6. Rabinowitz P. Noised induced hearing loss. American Family Physician.

2000;61:2749-60.

7. Lukes E, Johnson M. Hearing conservation: an-industry school

partnership. J Sch Nurs. 1999;15:22-5.

8. Broste SK, Hansen DA, Strand RL, Stueland DT. Hearing loss among

high school farm students. Am J Public Health. 1989;79:619-22.

9. Vogel I, Brug J, Hosli EJ, van der Ploeg CP, Raat H. MP3 players and

hearing loss: adolescents’ perceptions of loud music and hearing

conservation. J Pediatr. 2008 Mar;152(3):400-4

10. Fligor BJ, Ives T. Does earphone type affect risk for recreational noise-

induced hearing loss?. Etymotic Reasearch. 2006.

11. Niskar AS, Kieszak SM, Holmes AE. Estimated prevalences of noise-

induced threshold shifts among children 6 – 19 years of age. Pediatrics

1988 – 1944; 108: 40-43.

Page 68: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

55

12. Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks. z.

Brussels: European Commission 2008.

13. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology 12th

edition. US America: John Wiley & Sons 2009; 620-33

14. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

1996; 87-95.

15. Sherwood L. Human physiology from cells to systems. Edisi 7. USA:

Brooks/Cole 2010; 213-16.

16. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise

Induced Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J

& Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-7. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI 2012; 42-45.

17. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2005; 169-70.

18. Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran edisi Keduabelas.

Singapura: Elsevier 2011; 681-90.

19. Rambe A. Gangguan pendengaran akibat bising. Fakultas Kedokteran

Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera

Utara: USU Digital Library 2003.

20. Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC 2009.

21. Brookhouser PE, Worthington DW, Kelly WJ. Noise-induced hearing loss

in children. Laryngoscope 1992;102:645-55.

22. Airo E. Pekkarinen J. Olkinuora PS. Listening To Music With Earphones:

A Noise Exposure Assessment. Hearnet 2007. Diakses di:

http://www.saif.com/_files/SafetyHealthGuides/S-839.pdf pada tanggal

1/8/2016.

Page 69: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

56

23. Frank T. Basic Instrumen and Calibration. Dalam: Roeser RJ, Valente M,

Hosford-Dunn H. Audiologi Diagnosis. United State of America: Thieme

Medical Publisher 2000; 185-187.

24. Rabinowitz PM. Hearing Loss and Personal Music Players. BMJ 2010.

Diakses di: http://www.bmj.com/content/340/bmj.c1261.full pada tanggal

1/8/2016.

25. Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Nomor: KEP 51/MEN/1999. Tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.1999.

26. Hernita SY. Perbanding Ketepatan Tes Garpu Tala dengan Audiometri

Nada Murni dalam Penentuan Jenis Kurang Pendengaran. 2005. Diakses

di: http://www.m3undip.org/ed1/artikel_05.htm

27. Penuntun Pemeriksaan Audiometri. Dalam: Penuntun Praktikum Fisiologi

Modul Indra. Jakarta: Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia 2010.

28. Ghazali MV, Sastromihardjo S, Soedjarwo SR. Studi Cross Sectional.

Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara 1995;66-77.

29. Dahlan M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika 2011; 2-15.

30. Biassoni EC, Serra MR, Richtert U. Recreational noise exposure and its

effect on the hearing of adolescents. Part II: development of hearing

disorders. Int J Audiol 2005;44:74-85.

31. Hellstrom PA, Axelsson A, Costa O. Temporary threshold shift induced by

music. Scand Audiol Suppl 1998;48:87-94.

32. Twardella D, Perez-Alvarez C, Steffens T, Bolte G, Fromme H, Verdugo-

Raab U. The prevalence of audiometric notches in adolescents in

Germany: The Ohrkan-study. Noise Health 2013;15:412-9

Page 70: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

57

33. Daniel E. Noise and hearing loss: a review. J Sch Health. 2007;77(5):

225–231

34. Sulaiman AH1, Husain R, Seluakumaran K. Hearing Risk among Young

Personal Listening Device Users: Effects at High-Frequency and

Extended High-Frequency Audiogram Thresholds. J Int Adv Otol 2015

Aug;11(2):104-9.

35. Heyman MH, Storch S, Anent ME. The fat overload syndrome. Am J Dis

Child 1981; 135: 628-30.

36. Serra MR, Biassoni EC, Utz R, Minoldo G, Franco G, et al. Recreational

noise exposure and its effects on the hearing of adolescents. Part I: An

interdisciplinary long-term study. Int J Audiol 2005; 44, 65-73.

37. Bogoch II, House RA, Kudla I. Perceptions about hearing protection and

noise-induced hearing loss of attendees of rock concerts. Canadian Journal

of Public Health 2005; 96.

38. Williams W, Beach EF, Gilliver M. Clubbing: the cumulative effect of

noise exposure from attendance at dance clubs and night clubs on whole-

of-life noise exposure. Noise Health 2010;12:155-8.

39. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1981).

Occupational Noise Exposure: Hearing Conservation Amendment. Fed.

Regist. 46(11), 4078-4181

Page 71: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

58

Lampiran 1

Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Page 72: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

59

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA

KELAS DUA SMA TERHADAP PENGGUNAAN

PERSONAL LISTENING DEVICE (PLD)

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama

2. Usia Kelas:

3. No HP

4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

II. GAMBARAN PENGGUNAAN HEADSET

KEBIASAAN ANDA MENGGUNAKAN HEADSET

1. Apakah anda mendengarkan music

menggunakan headset?

1. Ya

2. Tidak

2. Sudah berapa lama anda

mengunakan headset?

1. < 1 tahun

2. 1-2 tahun

3. 3 tahun

4. > 3 tahun

3. Dalam seminggu berapa hari anda

mendengarkan musik menggunakan

headset?

1. 1-2 hari/minggu

2. 3-4 hari/minggu

3. 5-6 hari/ minggu

4. Setiap hari

4. Berapa lama waktu yang anda

gunakan setiap kali medengarkan

musiK menggunakan headset?

1. < 1 jam

2. 1-2 jam

3. >2 jam

5. Apa yang biasanya Anda gunakan untuk

mendengarkan musik?

1. Ipod

2. Mp3/Mp4 player

3. Handphone (HP)

4. Laptop/Komputer

7. Lain-lain : ____________

6. Berapa tingkat volume yang biasa

anda set di media player anda saat

mendengarkan musik menggunakan

headset?

1. < 20 %

2. 20 % - 30 %

3. 40% - 50 %

4. 60 % - 70 %

5. 80 % - 90 %

6. 100 %

Page 73: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

60

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

7. Headset jenis apa yang biasanya

anda gunakan?

1. Circumaural

2. Supra-aural

3. Earbuds atau earphones

4. Canalphones

8. Pada saat anda menggunakan

headset (pada kedua telinga) ,

Apakah anda dapat dengan jelas

melakukan percakapan tanpa harus

menurunkan volume/ mematikan

media player anda?

1. Ya dapat

2. Tidak dapat

Page 74: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

61

Lampiran 3

Audiogram Pemeriksaan Audiometri

Page 75: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

62

Lampiran 4

Hasil Uji Statistik

A. Uji Normalitas dan Varians Data

Tests of Normality

Takik

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Perilaku Penggunaan

PD

1.00 .152 43 .014 .957 43 .108

2.00 .283 4 . .863 4 .272

a. Lilliefors Significance Correction

Page 76: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

63

Lampiran 4

Hasil Uji Statistik (Lanjutan)

B. Uji Fisher

Cutoff 60% * Takik Crosstabulation

Count

Takik

Total 1.00 2.00

Cutoff 60% Berisiko 26 3 29

Tidak Berisiko 17 1 18

Total 43 4 47

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .327a 1 .567

Continuity Correctionb .001 1 .973

Likelihood Ratio .346 1 .557

Fisher's Exact Test 1.000 .502

Linear-by-Linear

Association .320 1 .571

N of Valid Cases 47

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.53.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 77: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

64

Lampiran 5

Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.1 Anamnesis

Perilaku Penggunaan PD

Gambar 6.2 Pemeriksaan

Dosis Bising

Gambar 6.3 Pemeriksaan

Audiometri Nada Murni

Page 78: HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR … · dr. Ibnu Harris Fadillah, Sp.THT-KL dan dr. Zulhafdy, Sp.M yang telah menyediakan waktunya untuk menjadi dewan penguji skripsi saya. ...

65

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Febianza Mawaddah Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 2 Februari 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cendrawasih IV No. I RT 004/015

Jatisampurna, Bekasi 17433

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2001-2007 : SDIT Al-Ishmah

2007-2010 : SMPIT Al-Ishmah

2010-2013 : SMA Negeri 5 Bekasi

2013-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta