hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam...

download hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda AcehSkripsi Lia Anggraini

of 67

Transcript of hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam...

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    1/67

    i

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN

    AKSEPTABILITAS DENGAN PEMAKAIANINTRA UTERINE

    DEVICE DI PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

    memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

    gelar sarjana kedokteran

    Oleh:

    LIA ANGGRAINI

    NIM : 0907101010024

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    DARUSSALAM BANDA ACEH

    2013

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    2/67

    ii

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    3/67

    ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena berkat

    karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

    judul Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Akseptabilitas dengan Pemakaian

    Intra Uterine Device di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Salawat dan Salam

    semoga tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, beserta keluarga

    dan sahabat beliau yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh ilmu

    pengetahuan ini.

    Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter

    Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Oleh karena itu, penulis ingin

    menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

    Syiah Kuala.

    2. dr. Liza Salawati, M.Kes selaku dosen pembimbing pertama yang telah

    meluangkan waktu dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    3. dr. Mohd. Andalas, Sp.OG, FMAS selaku dosen pembimbing kedua pada

    tahap penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktu dan membimbing

    penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    4. dr. Sarah Ika Nainggolan, Sp.OG selaku dosen pembimbing kedua pada tahap

    penyusunan proposal yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis

    hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    5. dr. Tgk. Puspa Dewi, Sp.OG selaku dosen penguji yang telah memberikan

    masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.

    6. dr. Nasyaruddin Herry Taufik, Sp.RM selaku dosen penguji pada tahap ujian

    proposal yang telah memberikan masukan-masukan demi perbaikan skripsi

    ini.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    4/67

    iii

    7. dr. Zulkarnain, M.Sc selaku dosen penguji pada tahap ujian skripsi yang telah

    memberikan masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.

    8. dr. Jufriady Ismi, Sp.U, M.Kes selaku dosen wali yang telah mendidik penulis

    selama lebih dari 3 tahun ini.

    9. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah

    memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

    10. Tim Pengelola Skripsi (TPS) dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas

    Syiah Kuala yang selama ini sudah membantu penulis selama perkuliahan.

    11. Guru-guru penulis dari masa TK sampai SMA yang telah mengajarkan penulis

    banyak hal tanpa pamrih hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

    12. Orang-orang terpenting dalam hidup penulis, Ayahanda Harry Mardianto dan

    Ibunda Sriaty Matondang tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan

    mendukung penulis baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan. Tak lupa kepada adik penulis Dian Novianti yang juga

    memberikan semangat kepada penulis dan kepada kakak tercinta Almh.

    Henny Yulita Sari yang selalu menjadi teladan bagi penulis dalam menuntut

    ilmu.

    13. Sahabat-sahabat penulis, Alivia Rizky Nuriyanto dan Rosa Galica Gita

    Gressia yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi serta turut

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    14. Rizky Munandar yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    15. Teman-teman angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

    yang setia menjadi teman seperjuangan.

    16. Para pegawai Puskesmas Kuta Alam yang selalu bersedia membantu penulisdalam melaksanakan penelitian.

    17. Para responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

    diwawancarai dalam rangka penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian, bahasan maupun

    dari segi materi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    5/67

    iv

    mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak

    demi penyempurnaan tulisan ini

    Banda Aceh, 2013

    Penulis

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    6/67

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. v

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR .....................................................................................viii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

    ABSTRAK ..................................................................................................... x

    ABSTRACT. ................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

    1.3.1 Tujuan Umum

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

    1.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keluarga Berencana .................................................................................. 52.2 Kontrasepsi ................................................................................................ 5

    2.3Intra Uterine Device ................................................................................. 6

    2.3.1 Definisi IUD ...................................................................................... 6

    2.3.2 Jenis-Jenis IUD .................................................................................. 6

    2.3.3 Efektifitas .......................................................................................... 7

    2.3.4 Mekanisme Kerja IUD ...................................................................... 8

    2.3.5 Keuntungan IUD ............................................................................... 8

    2.3.6 Kerugian IUD .................................................................................... 8

    2.3.7 Indikasi Pemakaian IUD ................................................................... 9

    2.3.8 Kontraindikasi Pemakaian IUD ......................................................... 9

    2.3.9 Pemasangan IUD ............................................................................... 92.3.10 Teknik Pelepasan IUD ..................................................................... 12

    2.4 Pengetahuan ............................................................................................... 12

    2.5 Pendidikan ................................................................................................. 13

    2.6 Akseptabilitas ............................................................................................ 15

    2.7 Kerangka Teori .......................................................................................... 18

    2.8 Kerangka Konsep ...................................................................................... 19

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 20

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 20

    3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................................. 20

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    7/67

    vi

    3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 20

    3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 20

    3.3.1 Populasi ............................................................................................. 20

    3.3.2 Sampel ............................................................................................... 20

    3.3.3 Kriteria Sampel ................................................................................. 203.3.4 Cara Pengambilan Sampel ................................................................ 21

    3.4 Defenisi Operasional ................................................................................. 21

    3.5 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 22

    3.5.1 Sumber Data ...................................................................................... 23

    3.5.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 23

    3.5.3 Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................................... 23

    3.6 Metode Pengukuran Variabel .................................................................... 24

    3.7 Prosedur Penelitian .................................................................................... 25

    3.8 Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 26

    3.9 Analisis Data Penelitian ............................................................................ 26

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 28

    4.1.1 Pemakaian IUD ................................................................................. 28

    4.1.2 Pengetahuan ...................................................................................... 28

    4.1.3 Pendidikan ........................................................................................ 29

    4.1.4 Akseptabilitas ................................................................................... 30

    4.1.5 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD ...... 31

    4.1.6 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD ......... 32

    4.1.7 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD .......................... 33

    4.2 Pembahasan ............................................................................................... 33

    4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh ............................................................................ 33

    4.2.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh ............................................................................ 35

    4.2.3 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh ............................................................................ 36

    4.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 38

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 39

    5.2 Saran........................................................................................................... 39

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    8/67

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh......................................................................................................28

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB terhadap IUD di Ruang

    KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh..............................................28

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor .........................................29

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam

    Banda Aceh...30Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor KB di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh.................................................................................30

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor.......................................30

    Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh .....................................................31

    Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh ....................................................32

    Tabel 4.9 Hubungan Akseptabilitas Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh .....................................................33

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    9/67

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Skema Landasan Teori ................................................................ 18

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 19

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    10/67

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

    Lampiran 2. Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

    Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

    Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

    Lampiran 6. Data Distribusi Frekuensi

    Lampiran 7. Data Hasil Tabulasi Silang

    Lampiran 8. Master Data

    Lampiran 9. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

    Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    11/67

    x

    ABSTRAK

    Pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh kontrasepsi

    hormonal dan bersifat jangka pendek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

    hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik

    observasional dengan menggunakan desain Cross Sectional Survey. Sampel terdiri

    dari 33 responden yang dipilih dengan cara Accidental Sampling. Analisis data

    menggunakanFishers Exact Testpada interval kepercayaan 95% dengan =0,05.

    Hasil penelitian ini menunjukkan 21,21% menggunakan kontrasepsi IUD dan

    78,79% menggunakan jenis kontrasepsi lain. Hasil uji statistik penelitian ini

    adalah terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas dengan pemakaian

    IUD (p value 0,003), tidak terdapat hubungan antara pengetahuan denganpemakaian IUD (p value 0,670) dan tidak terdapat hubungan antara pendidikan

    dengan pemakaian IUD (p value 1,000). Kesimpulan pada penelitian ini adalah

    terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas dengan pemakaian IUD

    dan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan pendidikan dengan

    pemakaian IUD.

    Kata kunci: pemakaian IUD, akseptor, Puskesmas Kuta Alam

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    12/67

    xi

    ABSTRACT

    The use of contraceptive method in Indonesia still dominated by hormonal

    contraceptive and short periode contraceptive. This study aims to analyze therelation of knowledge, education and acception to the use of IUD contraceptives

    in Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. This study is the analytical descriptive

    observational method using Cross Sectional Survey design. The sample consisted

    of 33 respondents selected by Accidental Sampling, analyzed using Fishers Exact

    Test with confident interval 95% and =0,05. The results showed 22,21% of

    respondents use a IUD contraceptive and 78,79% used other types of

    contraception. The results statistic indicates a significant relation exists between

    acception of the use of IUD contraceptive (p value 0,003), whereas knowledge (p

    value 0,670) and education (p value 1,000) of respondents did not indicate a

    relation to the use of IUD contraceptive. It can be concluded that acception of

    acceptors have a significant relation with the use of IUD contraceptive andknowledge and education have not either.

    Key words: the use of IUD contraceptive, acceptors, Puskesmas Kuta Alam

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    13/67

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk

    adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan

    Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk, program KB juga

    bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun

    2015 seperti tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015

    indikator 5b (BKKBN,2011). Perkembangan program Keluarga Berencana (KB)

    di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh

    masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah berhasil

    menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut

    berjalan dengan lancer. Adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta KB

    baru mengalami peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal

    ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya

    (BKKBN, 2003).

    Strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, salah

    satunya adalah meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

    (MKJP) sepertiIntra Uterine Device (IUD), implant dan sterilisasi. Target RPJM

    2010-2014 dalam peningkatan pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 25,9%

    dan pencapaian peserta KB baru MKJP sebesar 12,9% (BKKBN, 2011).

    IUD adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan 150 juta

    wanita di dunia untuk membatasi dan mengontrol kehamilan. Namun, IUD tidak

    biasa digunakan di Amerika Serikat. Kurang dari 3% wanita Amerika yang

    menggunakan IUD. Hal yang sama terjadi pada tahun 2002 di mana hanya 0,1%

    wanita di Amerika Serikat yang menggunakan IUD. Beberapa penelitian di

    Amerika menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan

    mengenai IUD. Masyarakat kota di Amerika melaporkan kurangnya pembahasan

    dan informasi mengenai IUD dari penyedia layanan kesehatan, media dan jaringan

    informasi sehingga menyebabkan rendahnya pemakaian IUD (Diaz, 2011).

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    14/67

    2

    IUD telah digunakan sekitar 23% (162 juta wanita) akseptor dari semua

    jenis KB di Vietnam pada tahun 2007, menjadikan IUD sebagai metode

    kontrasepsi terbanyak dipilih setelah sterilisasi. Penelitian yang dilakukan di tiga

    pusat pelayanan kesehatan Vietnam pada tahun 2006-2009 menunjukkan, dari

    1316 peserta KB IUD, 12,1% mengalami pencabutan setelah 12 bulan

    pemasangan, 19,4% setelah 24 bulan dan 26,9% setelah 36 bulan. Tingkat

    pencabutan IUD tertinggi yaitu pada wanita usia tua dan petani. Tingginya tingkat

    pencabutan IUD ini diduga akibat ketidakpuasan akseptor dengan pelayanan IUD

    yang diberikan oleh pemberi layanan kesehatan di tempat mereka melakukan

    pemasangan IUD (Park, 2011).

    Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode

    1991-2007, pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh

    kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung

    mengalami penurunan, yakni 13,3% (SDKI 1991), 10,3% (SDKI 1997), turun

    menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003) dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007).

    Menurut hasil Mini Survey 2010, pencapaian peserta KB baru MKJP mencapai

    sekitar 11,6%, sementara untuk pencapaian prevalensi IUD sekitar 4,7% (BKKBN

    2011).

    Pencapaian peserta KB baru di Provinsi Aceh bulan Desember 2011

    diketahui sebanyak 15.289 akseptor, di mana peserta KB baru untuk kontrasepsi

    IUD sebanyak 366 akseptor atau sekitar 2,39% dari total pemakaian alat

    kontrasepsi, sedangkan jumlah peserta KB lama yang telah mengalami

    pencabutan IUD sampai dengan bulan Desember 2011 dengan berbagai alasan

    meliputi: 1) oleh Klinik Keluarga Berencana (KKB) sebanyak 360 akseptor; 2)

    oleh Dokter Praktek Swasta (DPS) sebanyak 4 akseptor; 3) oleh Bidan PraktekSwasta (BPS) sebanyak 168 akseptor, dengan jumlah seluruhnya adalah 532

    akseptor (BKKBN, 2011).

    Data dari Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh didapatkan bahwa jumlah

    akseptor KB pada tahun 2011 sebanyak 5650 akseptor, di mana akseptor KB

    untuk kontrasepsi IUD sebanyak 973 orang atau sekitar 17,22% dari seluruh

    akseptor KB. Dengan jumlah ini IUD menjadi alat kontrasepsi pilihan ketiga

    terbanyak setelah KB pil dan suntik oleh akseptor di Puskesmas Kuta Alam Banda

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    15/67

    3

    Aceh, dengan jumlah peminat jenis alat kontrasepsi lainnya, seperti KB suntik

    sebanyak 1631 orang (28,87%), KB pil 2082 orang (36,85%), kondom 689 orang

    (12,19%), implan sebanyak 140 orang (2,48%), MOW 131 orang (2,31%) dan

    MOP 3 orang (0,05%).

    Tingkat pemakaian kontrasepsi IUD dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

    antaranya pengetahuan, sikap, dukungan suami, umur akseptor, konseling dan

    penyuluhan, adanya efek samping pemakaian serta fasilitas pelayanan KB

    (Hartanto, 2007). Sedangkan menurut Maryatun (2009) beberapa faktor yang

    mempengaruhi penggunaan IUD adalah umur, paritas, pendapatan, pendidikan,

    pengaruh nilai anak, pengaruh pelayanan (akses, kualitas pelayanan dan image/

    penerimaan KB). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan

    pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di Puskesmas

    Kuta Alam Banda Aceh.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui

    apakah terdapat hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan

    pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

    berhubungan dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Tujuan khusus penelitian ini adalah:

    a. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi

    IUD.

    b. Mengetahui hubungan pengetahuan akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

    IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    c. Mengetahui hubungan pendidikan akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

    IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    16/67

    4

    d. Mengetahui hubungan akseptabilitas akseptor dengan pemakaian kontrasepsi

    IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi instansi terkait

    1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam memberikan

    informasi mengenai kontrasepsi kepada masyarakat sehingga dapat menambah

    pengetahuan masyarakat.

    2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam memberikan

    informasi mengenai kontrasepsi kepada masyarakat sehingga dapat menambahminat masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi, khususnya IUD.

    1.4.2 Bagi ilmu pengetahuan

    Diharapkan dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa

    mendatang dan peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti dalam bidang ini lebih

    lanjut.

    1.5 Hipotesis Penelitian

    1. Ada hubungan antara pengetahuan akseptor dengan pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    2. Ada hubungan antara pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    3. Ada hubungan antara akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    17/67

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keluarga Berencana

    Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah

    tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: 1)

    menghindari kelahiran yang tidak diinginkan; 2) mendapatkan kelahiran yang

    diinginkan; 3) mengatur interval di antara kelahiran; 4) mengontrol waktu saat

    kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri; 5) menentukan jumlah

    anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Keluarga berencana adalah upaya

    peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

    perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

    kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

    (Juliantoro, 2000).

    Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).

    Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan, baik oleh pemerintah maupun

    swasta, dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat

    bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas,

    dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa (Depkes, 2001).

    2.2 Kontrasepsi

    Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

    Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang

    bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi

    (Wiknjosastro, 2008).

    Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal

    itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak

    menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur

    menurut kebutuhan; 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus;

    5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6) mudah pelaksanaannya; 7) murah

    harganya, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8) dapat

    diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Wiknjosastro, 2008).

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    18/67

    6

    Menurut Wiknjosastro (2008), efektivitas (daya guna) suatu cara

    kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat yakni:

    1. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness) yaitu kemampuan suatu cara

    kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,

    apabila cara tersebut diberikan secara terus-menerus dan sesuai dengan

    petunjuk yang diberikan.

    2. Daya guna pemakaian (use effectiveness) yaitu kemampuan suatu cara

    kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari di mana pemakaiannya dipengaruhi

    oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan

    dan sebagainya.

    2.3Intra Uterine Device

    2.3.1 Definisi

    IUD adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium sulfat

    (agar terlihat melalui alat sinar X atau sonografi) dan mengandung tembaga (Cu T

    380A ParaGard produksi Ortho), progesterone (Progesterone T Progestasert

    System produksiAlza Corporation) atau levonorgestrel (Mirena produksiBerlex).

    Alat ini dimasukkan ke dalam ruang endometrium melalui kanalis servikalis serta

    memiliki ujung monofilamen nilon yang membentang dari serviks ke vagina. IUD

    bekerja terutama dengan mencegah sperma membuahi ovum. IUD ini bekerja

    dengan menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan dalam tuba dan uterus

    yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun ovum. Selain itu, Mirena

    dan Progestasert mempertebal mucus serviks serta mengganggu aktivitas

    endometrium sehingga menghambat gerakan sperma (Morgan, 2009).

    2.3.2 Jenis-Jenis IUD

    Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis IUD. IUD dapat

    dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang

    termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes

    Loop, Salf-T-coil, Multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu-T380A, Spring coil, Margulies

    spiral, dan lain-lain; sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup

    dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring,

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    19/67

    7

    cincin gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnbeg bow, dan lain-lain (Wiknjosastro,

    2008).

    Menurut Bari (2003), jenis-jenis dari IUD adalah:

    1. IUD CuT-380A: kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T

    diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), tersedia di

    Indonesia dan terdapat dimana-mana. IUD tipe Cu-T380A efektif paling lama

    10 tahun, masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak terutama pada

    bulan-bulan pertama pemakaian dan akseptor mengalami sedikit

    ketidaknyamanan setelah IUD dipasang.

    2. IUD Nova T (Schering): IUD berbentuk seperti huruf T, ukurannya kecil

    antara 3-4 cm, terbuat dari bahan plastik lentur dan dililiti oleh kawat halus

    yang terbuat dari bahan tembaga. Terdapat benang halus pada ujung bawahnya

    yang berfungsi sebagai alat kontrol atau indikator keberadaan IUD di dalam

    rahim. Efektifitas IUD ini tergolong baik, hampir mendekati 99,4% dalam

    mencegah kehamilan. IUD dipasang di dalam rahim untuk jangka waktu yang

    cukup lama, antara 8-10 tahun.

    3. IUD dengan progestin: jenis IUD yang mengandung hormone steroid adalah

    Prigestase (mengandung progesteron) dan Mirena (mengandung

    levonorgestrel). IUD ini sangat efektif yaitu 0,5-1 kehamilan per 100

    perempuan selama satu tahun penggunaan.

    2.3.3 Efektifitas

    Sebagai kontrasepsi, IUD memiliki efektifitas yang tinggi yaitu berkisar

    97-99%. Tipe Paragard dapat dipakai sampai 10 tahun, Mirena dapat dipakai

    sampai 5 tahun dan tipe Progestasert dapat dipakai sampai 1 tahun (Morgan,2009). Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka

    kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan, tanpa

    terjadinya kehamilan atau tanpa pengeluaran karena alasan medis ataupun pribadi.

    Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per

    tahun.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    20/67

    8

    2.3.4 Mekanisme Kerja IUD

    Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti.

    Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan

    reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat

    menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada

    pemakai IUD, sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang

    mengandung spermatozoa. IUD bioaktif, mekanisme kerjanya selain

    menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ion logam atau

    bahan lain yang terlarut dalam IUD mempunyai pengaruh terhadap sperma.

    Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga

    (Cu); pengaruh IUD bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama

    makin berkurang (Wiknjosastro, 2008).

    Cara kerja IUD menurut Saifuddin (2006) adalah: (1) menghambat

    kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi; (2) mempengaruhi fertilisasi

    sebelum ovum mencapai kavum uteri; (3) IUD bekerja terutama mencegah

    sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam

    alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi;

    (4) memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

    2.3.5 Keuntungan IUD

    IUD mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:

    1) umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu

    kali motivasi; 2) tidak menimbulkan efek sistemik; 3) ekonomis dan cocok untuk

    penggunaan secara massal; 4) efektivitas cukup tinggi; 5) reversibel; 6)

    merupakan metode yang relatif bebas perawatan (Wiknjosastro, 2008).

    2.3.6 Kerugian IUD

    Ada beberapa kerugian/ efek samping dari penggunaan metode kontrasepsi

    IUD, di antaranya: 1) perdarahan; 2) rasa nyeri dan kejang perut (menurun seiring

    waktu); 3) gangguan pada suami; 4) ekspulsi (pengeluaran sendiri, terutama

    selama 6 bulan pertama penggunaan) (Winknjosastro, 2008). Beberapa

    komplikasi akibat pemakaian IUD adalah: 1) infeksi (risiko lebih tinggi terinfeksi

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    21/67

    9

    HIV); 2) perforasi atau perlekatan uterus; 3) peningkatan resiko penyakit radang

    panggul (PRP) (Morgan, 2009).

    2.3.7 Indikasi Pemakaian IUD

    Beberapa indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah: 1) wanita yang

    telah mempunyai anak hidup satu atau lebih; 2) ingin menjarangkan kehamilan; 3)

    sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara

    permanen (kontrasepsi mantap), biasanya dipasang IUD yang efeknya lama; 4)

    tidak boleh atau tidak cocok memakai alat kontrasepsi hormonal (mengidap

    penyakit jantung, hipertensi, hati); 5) berusia diatas 35 tahun di mana kontrasepsi

    hormonal dapat kurang menguntungkan (Meilani, 2010).

    2.3.8 Kontraindikasi Pemakaian IUD

    Kontraindikasi untuk pemasangan IUD dapat dibagi atas dua golongan

    yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi yang mutlak. Yang termasuk

    ke dalam kontraindikasi relatif ialah: 1) nulipara; 2) memiliki banyak pasangan

    seksual atau kecenderungan yang kuat bahwa wanita tersebut akan memiliki

    banyak pasangan selama memakai IUD; 3) mioma uteri dengan adanya perubahan

    bentuk pada uterus; 4) insufisiensi serviks uteri; 5) uterus dengan parut pada

    dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma dan sebagainya;

    6) kelainan yang jinak pada serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri. Termasuk

    kontraindikasi mutlak ialah: 1) kehamilan; 2) adanya infeksi yang aktif pada

    traktus genitalis; 3) adanya tumor ganas pada traktus genitalis; 4) adanya

    metroragia yang belum disembuhkan; 5) pasangan yang tidak lestari/ wanita yang

    sering berganti pasangan (Wiknjosastro, 2008).

    2.3.9 Pemasangan IUD

    Menurut Winkjosastro (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut:

    1. Sewaktu haid sedang berlangsung, namun faktor-faktor berikut ini perlu

    dipertimbangkan saat pemasangan IUD: 1) infeksi dan laju ekspulsi lebih

    tinggi bila IUD dipasang saat menstruasi; 2) serviks berdilatasi pada siklus

    pertengahan sama saat menstruasi sehingga IUD dapat dipasang semudah

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    22/67

    10

    waktu siklus pertengahan, namun dengan laju infeksi dan ekspulsi yang lebih

    rendah; 3) pemasangan setelah hari ke-18 siklus dapat berakibat lebih nyeri

    dan perdarahan singkat. Bila pasien bersenggama tanpa alat kontrasepsi sejak

    hari menstruasi terakhir atau sejak pelahiran, maka harus diperiksa adanya

    kehamilan.

    2. Sewaktu postpartum, segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau

    setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah enam bulan bila menggunakan

    metode amenorea laktasi (MAL).

    3. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

    4. Sewaktu postabortum, setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7

    hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi.

    5. Beberapa hari setelah haid terakhir

    Menurut Morgan (2009), prosedur berikut ini perlu dipatuhi saat

    memasang IUD:

    1. Ingatkan pasien untuk bergerak perlahan dan hati-hati saat pemasangan IUD.

    Bacalah selalu aturan pakai untuk IUD khusus yang Anda pasang.

    2. Setengah jam sebelum pemasangan, pertimbangkan untuk memberi inhibitor

    prostaglandin, seperti ibuprofen untuk mengatasi ketidaknyamanan.

    3. Jelaskan prosedur untuk membantu pasien relaks.

    4. Perlihatkan dan jelaskan tentang IUD.

    5. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan posisi uterus. Perforasi

    paling sering terjadi pada uterus yang berada dalam keadaan retrofleksi yang

    tidak terdiagnosis sebelum IUD dipasang.

    6. Perlihatkan serviks dan bersihkan serviks dengan larutan antiseptik, misalnya

    larutan yodium 1:2500. Bila yodium tersedia dalam bentuk larutan, lakukanuji alergi terhadap yodium.

    7. Pertimbangkan pemberian injeksi anestesia lokal interserviks pada proses

    pemasangan atau gunakanHurricaine Spray.

    8. Genggam bibir anterior serviks dengan tenakulum, kira-kira 1,5-2 cm dari

    tulang jika uterus dalam keadaan anteversi. Bila posisi uterus retroversi,

    genggam bagian posterior serviks. Penggunaan tenakulum tidak selalu

    diperlukan, namun umumnya direkomendasikan.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    23/67

    11

    9. Pasang sonde uterus perlahan dan hati-hati. Letakkan kapas pada serviks saat

    sonde dipasang. Angkat sonde dan kapas pada waktu yang sama. Tindakan

    dapat memfasilitasi pengukuran tinggi uterus sampai 0,25 cm.

    10. Pasang IUD ke dalam barel penginsersi dengan teknik steril.

    11. Lakukan traksi lembut pada tenakulum dan masukkan barel penginsersi ke

    dalam kanalis serviks sampai ke fundus.

    12. Masukkan IUD ke dalam rongga tersebut sesuai instruksi IUD.

    13. Pada kelompok wanita yang tidak hamil selama beberapa tahun, perlu

    diberikan kewaspadaan mengenai latihan prosedur. Mereka lebih cenderung

    mengalami serangan vasovagal dan nyeri pasca pemasangan. Masalah ini juga

    umum terjadi pada wanita yang sedang cemas atau mereka yang memiliki

    kanalis servikalis yang sempit, ruang uterus yang kecil, lambung dalam

    keadaan kosong atau riwayat pingsan.

    14. Bila menggunakan IUD yang bertali, jepit tali tersebut. Biarkan menjuntai

    sekitar 5 cm. Hal ini memungkinkan untuk memotongnya pada waktu nanti.

    Pastikan untuk selalu mencatat panjang tali pada catatan pasien.

    15. Biarkan pasien merasakan sendiri tali IUD tersebut sebelum meninggalkan

    ruang pemeriksaan. Pasien perlu pula diingatkan untuk merasakan IUD sendiri

    setiap masa setelah menstruasi

    Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam

    rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu

    serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah

    bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau

    bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus

    dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulanberikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali

    (Saifuddin, 2007).

    2.3.10 Teknik pelepasan IUD

    Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD

    yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau

    dengan cunam. Kadang-kadang benang IUD tidak tampak di ostium uteri

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    24/67

    12

    eksternum. Tidak terlihatnya benang IUD ini dapat disebabkan oleh 1) akseptor

    menjadi hamil; 2) perforasi uterus; 3) ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor;

    4) perubahan letak IUD sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus,

    seperti pada mioma uterus (Wiknjosastro, 2008).

    Menurut Morgan (2009), prosedur pelepasan IUD adalah sebagai berikut:

    1. Hindari putusnya tali dengan cara menarik secara mantap dan perlahan serta

    lepaskan IUD secara perlahan. Bila IUD tidak mudah dikeluarkan, lakukan

    sonde uterus dan secara perlahan putar sonde 90 derajat.

    2. Bila dengan penarikan lembut IUD tidak lepas, konsultasikan untuk tindakan

    dilatasi dan kuretase.

    3. Pelepasan IUD selama menstruasi sedikit lebih mudah.

    2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian IUD

    2.4.1 Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

    penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui

    pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

    raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh

    dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau

    media massa, elektronik. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

    langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

    dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang

    lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu

    maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan

    untuk meningkatkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo, 2007).

    Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

    mengadopsi perilaku baru, dari diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan

    yaitu :

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    25/67

    13

    1. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

    2. Interest(merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, di sini sikap subjek mulai

    timbul.

    3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

    tersebut bagi dirinya.

    4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

    yang dikehendaki oleh stimulus.

    5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

    Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB, di antaranya

    dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk

    mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik

    maka kepatuhan dalam melaksanakan program KB akan meningkat dan

    sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB

    berkurang (Maryatun, 2009).

    Beberapa penelitian menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian

    kontrasepsi IUD dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode

    tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi IUD

    disebabkan informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap

    (Bessinger, 2001). Informasi tentang kontrasepsi IUD sangat dibutuhkan bagi

    akseptor KB. Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan KB yang sangat

    berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna untuk mengetahui

    apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai

    dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangatmenentukan pemilihan alat kontrasepsi yang akan dipakai, sehingga informasi

    yang lengkap mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan

    metode kontrasepsi yang akan dipakai (Katz, 2001).

    2.4.2 Pendidikan

    Pendidikan merupakan suatu proses menolong dan memajukan

    pertumbuhan serta perkembangan seseorang individu dengan aspek jasmani, akal,

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    26/67

    14

    emosional, seni dan moral (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan Undang-Undang

    No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan dibagi

    menjadi:

    1. Dasar (SD/SLTP atau sederajat)

    2. Menengah (SLTA atau sederajat)

    3. Tinggi (DIII/S1)

    Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan sangat

    rendah bahkan masih banyak yang buta huruf. Dengan keadaan ini, mereka akan

    sulit untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dari penyuluhan kesehatan apabila cara

    penyampaiannya tidak disesuaikan dengan keadaan tingkat pendidikan. Selain itu,

    tidak dimengertinya bahasa yang digunakan oleh petugas dapat menghambat

    komunikasi antara mereka dan semua ini dapat mempengaruhi perilaku hidup

    sehat. Pendidikan dapat mencakup pendidikan formal, pelatihan dan penyuluhan.

    Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat

    mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan

    seseorang makin tinggi pula pengetahuannya tentang kesehatan (Notoatmodjo,

    2007).

    Pembangunan yang diselenggarakan setiap negara telah dapat

    meningkatkan pendidikan warga negara sehingga lebih mampu menerima arus

    informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang kesehatan

    bahkan terjadi pertukaran kebudayaan antarbangsa. Melalui pendidikan lebih

    mudah dapat menjabarkan dan makin mudah diterima berbagai informasi

    sehingga terjadilah berbagai perubahan dalam masyarakat, di antaranya: (1)

    perubahan perilaku seksual; (2) gerakan keluarga berencana makin diterima; (3)

    usia harapan hidup makin panjang; (4) masyarakat berhak ikut serta menentukanpelayanan perawatan terhadap dirinya (Manuaba, 2001).

    Pendidikan mendorong masyarakat untuk menyadari bahwa pengendalian

    susunan dan jumlah keturunan dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga lebih

    mampu menumbuhkan kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2001). Tingkat

    pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk

    menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa tingkat

    pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat kontrasepsi.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    27/67

    15

    Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi

    secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi IUD dan

    implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah, sedangkan

    responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk

    menggunakan metode kontrasepsi IUD (Magadi, 2003).

    2.4.3 Akseptabilitas

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau

    aktivitas, akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

    merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

    suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

    Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoatmodjo, 2007):

    1. Menerima (receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan (objek), mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa

    perlakuan, sikap terhadap objek.

    2. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

    yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

    menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas

    pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

    3. Menghargai (valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

    lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnyaseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang

    anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah tif terhadap gizi

    anak.

    4. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

    resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau

    menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan orang tuanya sendiri.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    28/67

    16

    Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, upaya untuk

    lebih meningkatkan penerimaan keluarga berencana masih dapat digalakkan.

    Sebagai bukti, masih banyak kehamilan terjadi, yang sebenarnya tidak diinginkan,

    tetapi masyarakat belum mempergunakan salah satu metode KB efektif

    (Manuaba, 2001). Tidak ada alat kontrasepsi yang sempurna jika kita

    mempertimbangkan efek samping maupun keefektifannya. Semua alat kontrasepsi

    mempunyai keuntungan dan kerugian yang harus dipadukan secara cermat dengan

    keadaan akseptor. Karena itu perlu penentuan yang cermat bagi masing-masing

    individu untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan untuk

    mengoptimalkan penerimaan akseptor (Benson, 2008).

    Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan

    jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,

    tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode

    kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status

    kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang

    tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan

    norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk ini semua, konseling merupakan

    bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana.

    Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan

    keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi

    (Informed Choice) yang akan digunakannya (Saifuddin, 2006).

    Akseptor yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB,

    karena: (Saifuddin, 2006)

    1. Informed choice adalah suatu kondisi akseptor/ calon akseptor KB yang

    memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapatinformasi yang lengkap melalui konseling.

    2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci

    yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.

    3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami

    kontrasepsi yang akan dipakai.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    29/67

    17

    4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan

    kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan

    dipilihnya.

    5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan

    masyarakat.

    6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan

    cepat berobat ke tempat pelayanan.

    7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan

    pemakaian kontrasepsinya.

    Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

    klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual

    bagi setiap klien. Namun, secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal

    menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut:

    1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.

    2. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

    mencegah terjadinya kehamilan.

    3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

    budaya di masyarakat.

    4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

    5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

    kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

    Penelitian Katz tahun 2002 menunjukkan bahwa rendahnya pemakaian

    metode kontrasepsi jangka lama terutama IUD di El Salvador karena tiga hal:

    adanya rumor dan mitos tentang metode kontrasepsi tersebut, tidak cukupnya

    perhatian terhadap metode tesebut selama pelayanan keluarga berencana dan tidakcukupnya jumlah pemberi pelayanan keluarga berencana terhadap metode tersebut

    (Katz et al, 2002).

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    30/67

    18

    2.5 Kerangka Teori

    Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas sebelumnya, maka kerangka

    teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Skema Landasan Teori

    Notoatmodjo, 2007

    - Pengetahuan

    - Pendidikan

    - Umur

    - Sikap

    Katz, 2002

    - Pengetahuan

    - Pengaruh pelayanan

    KB (akses

    pelayanan, kualitas

    pelayanan,

    image/penerimaanKB)

    Pemakaian

    IUD

    Maryatun, 2009

    - Faktor individu dan sosial: umur,

    paritas, pendidikan, pengetahuan,

    pendapatan

    - Faktor nilai anak dan keinginan

    memiliki anak

    - Faktor pelayanan kesehatan: akses,pelayanan, penerimaan KB

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    31/67

    19

    2.6 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara variabel dependen

    dengan variabel independen yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

    yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil penelusuran tinjauan kepustakaan

    dimaksud serta tujuan penelitian maka dapat ditemukan beberapa hal yang

    berhubungan dengan pemakaian IUD pada akseptor KB.

    Variabel Bebas (Independen) Varibel Terikat (dependen)

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

    Pengetahuan

    Pemakaian IUDPendidikan

    Akseptabilitas

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    32/67

    20

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik observasional

    dengan rancangan cross sectional survey di mana tujuan peneliti untuk melihat

    hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD.

    Cross sectional survey merupakan salah satu bentuk studi observasional yang

    paling sering dilakukan mencakup semua penelitian di mana pengumpulan data

    dan pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu waktu (Arikunto,

    2006).

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan Maret

    2013.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang berkunjung

    ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh tahun 2012 dan 2013.

    3.3.2 Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah akseptor KB yang berkunjung ke

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari bulan November 2012 sampai dengan

    Januari 2013.

    3.3.3 Kriteria Sampel

    Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:

    1. Kriteria Inklusi

    a. Akseptor yang bersedia diwawancarai.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    33/67

    21

    b. Akseptor yang bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi

    responden.

    2. Kriteria Eksklusi

    a. Akseptor yang tidak kooperatif

    3.3.4 Cara Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability Sampling dengan

    metode Accidental Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang

    dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

    tersedia pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2007).

    Setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan

    analisis bivariat membutuhkan minimal 30 subjek penelitian. Ukuran sampel

    sebesar 30 subjek tersebut merupakan ukuran sampel minimal setelah peneliti

    melakukan restriksi terhadap populasi sumber sampel, ini bertujuan agar data

    penelitian nantinya dapat diperbandingkan dan dianalisis secara statistik dengan

    uji statistik. Tidak ada rumus untuk mendapatkan n=30, karena ukuran sampel

    tersebut merupakan rule of thumb (Thabane, 2005 dalam Murti, 2010).

    3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Untuk memudahkan memahami pengertian dari variabel-variabel dalam

    penelitian ini, maka akan dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:

    3.4.1 Variabel Terikat (Variabel Dependen)

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemakaian IUD. Pemakaian

    IUD berarti menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim sebagai metode

    kontrasepsi pilihan akseptor; alat ukur yang digunakan adalah kuesioner; cara

    ukur melalui wawancara langsung kepada responden dengan panduan kuesioner;

    hasil ukur yang digunakan adalah Ya jika akseptor sedang memakai IUD

    sebagai alat kontrasepsi dan Tidak jika akseptor sedang menggunakan alat

    kontrasepsi jenis lain, seperti pil, suntik, implan; skala yang digunakan dalam

    variabel terikat ini adalah nominal.

    3.4.2 Variabel Bebas (Variabel Independen)

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    34/67

    22

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah

    seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam

    penelitian ini pengetahuan dimaksudkan sebagai kemampuan responden dalam hal

    pemahaman mengenai program KB dan alat kontrasepsi, khususnya IUD; alat

    ukur yang digunakan dalam mengukur pengetahuan adalah kuesioner; cara ukur

    melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Baik dan

    Kurang; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

    2. Pendidikan

    Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah dilalui responden; alat

    ukur yang digunakan dalam mengukur pendidikan adalah kuesioner; cara ukur

    melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Tinggi dan

    Menengah dan Dasar dan Tidak Sekolah; skala ukur yang digunakan adalah

    ordinal.

    3. Akseptabilitas

    Akseptabilitas adalah penerimaan. Dalam penelitian ini akseptabilitas

    dimaksudkan sebagai penerimaan IUD sebagai alat kontrasepsi dari sudut

    pandang akseptor sendiri, pasangan, agama dan lingkungan budaya di masyarakat;

    alat ukur yang digunakan dalam pengukuran akseptabilitas adalah kuesioner; cara

    ukur melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Ya

    dan Tidak; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

    3.5 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pembagian

    kuesioner serta melihat buku register pengguna kontrasepsi untuk melihatcakupan pemakaian IUD dan alat kontrasepsi jenis lain. Kuesioner adalah

    sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

    responden (Chandra, 2008), yang terdiri dari:

    1. Alat pengumpulan data bagian A yang merupakan identitas dari akseptor KB,

    terdiri dari pertanyaan yang meliputi: nomor responden, alamat dan

    pendidikan terakhir responden.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    35/67

    23

    2. Alat pengumpulan data bagian B yang berisi pertanyaan yang bertujuan untuk

    mengetahui jenis kontrasepsi yang sedang digunakan oleh responden.

    3. Alat pengumpulan data bagian C yang berisi daftar pernyataan yang bertujuan

    untuk melihat gambaran pengetahuan responden mengenai IUD.

    4. Alat pengumpulan data bagian D yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan

    untuk melihat gambaran akseptabilitas responden terhadap IUD.

    3.5.1 Sumber Data

    Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden

    dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu kepada

    variabel yang diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil buku register

    untuk melihat cakupan pemakaian IUD.

    3.5.2 Instrumen Penelitian

    Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

    kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada, yang

    telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang akan diberikan kepada responden

    yaitu akseptor KB yang datang ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh yang berisi

    pertanyaan tentang pemakaian IUD, pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas.

    3.5.3 Uji Coba Instrumen Penelitian

    Uji coba telah dilakukan dengan wawancara kepada 10 responden yaitu

    akseptor KB di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Uji coba instrumen yang

    dilakukan berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil uji instrumen untuk

    menilai validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah disusun, kemudian

    dianalisis dengan menggunakan rumus Cronbach's Alpha.

    1. Uji Validitas

    Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada suatu alat ukur agar alat ukurtersebut benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui

    bahwa kuesioner yang telah disusun mampu mengukur yang hendak diukur, maka

    perlu diuji dengan uji korelasi antara nilai tiap item pertanyaan dengan skor total

    pertanyaan tersebut. Bila semua pertanyaan itu memiliki korelasi yang bermakna,

    berarti pertanyaan tersebut valid atau sesuai dengan yang hendak diukur

    (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan

    membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai kritis terhadap 10

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    36/67

    24

    responden dengan menggunakan df= n-2 atau 10-2= 8 dengan taraf signifikan 5%

    diperoleh nilai kritis tabel (r tabel= 0,632). Nilai korelasi dari pertanyaan pada

    kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hasil >0,632. Dari hasil pengujian validitas

    didapatkan nilai r hitung untuk 35 pertanyaan >0,632 terlihat pada kolom

    Corrected Item-Total Correlation (Lampiran 5), maka seluruh pertanyaan pada

    kuesioner dinyatakan valid dan signifikan.

    2. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur

    dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

    pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

    terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

    (Notoatmodjo, 2007). Uji reliabilitas tersebut dilakukan dengan rumus Cronbach

    Alpha yaitu membandingkan nilai r hasil (nilai alpha) dengan r tabel. Bila nilai r

    alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil

    pengujian reliabilitas kuesioner didapatkan nilai r alpha untuk pertanyaan

    mengenai pengetahuan adalah 0,967 dan akseptabilitas 0,978 yang berarti bahwa

    dari semua item pertanyaan yang diujicobakan nilai r alpha > r tabel (>0,632) dan

    dinyatakan reliabel (Lampiran 5).

    3.6 Metode Pengukuran Variabel

    Untuk mempermudah dalam mengukur variabel yang akan diteliti, maka

    dibuat pengukuran variabel menurut kuesioner sebagai berikut:

    1. Pemakaian IUD

    Pengukuran variabel pemakaian IUD didasarkan pada skala nominal

    dengan kategori:a. Ya, jika akseptor KB menggunakan kontrasepsi IUD

    b. Tidak, jika akseptor KB menggunakan kontrasepsi jenis lain (pil, suntik,

    implan)

    2. Pengetahuan

    Pengukuran variabel pengetahuan akseptor didasarkan pada skala ordinal

    dari beberapa pernyataan kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

    a. Baik : Apabila jumlah skor Mean

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    37/67

    25

    b. Kurang : Apabila jumlah skor < Mean

    3. Pendidikan

    Pengukuran variabel pendidikan akseptor didasarkan pada skala ordinal

    dengan kategori:

    a. Tinggi dan menengah

    b. Dasar dan tidak sekolah

    4. Akseptabilitas

    Pengukuran variabel akseptabilitas didasarkan pada skala ordinal dari

    beberapa pertanyaan kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

    a. Ya : Apabila jumlah skor Mean

    b. Tidak : Apabila jumlah skor < Mean

    3.7 Prosedur Penelitian

    Peneliti mencari data awal yaitu jumlah akseptor KB yang menggunakan

    IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dengan menyerahkan surat izin

    pengambilan data yang dikeluarkan oleh Pembantu Dekan I kepada Kepala

    Puskesmas. Setelah mendapat izin pengambilan data dari pihak Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh, peneliti mengumpulkan data akseptor KB di Puskesmas

    tersebut. Selanjutnya peneliti mulai menetapkan populasi dan menentukan sampel

    penelitian. Peneliti melakukan uji kuesioner yang berisi 35 pertanyaan terhadap

    10 orang responden yaitu akseptor KB di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar

    dengan menyerahkan surat izin uji kuesioner yang dikeluarkan oleh Pembantu

    Dekan I kepada Kepala Puskesmas. Peneliti melakukan uji kuesioner, kemudian

    peneliti mencari data primer dengan membagikan kuesioner kepada responden.

    Peneliti juga memberikan lembar permohonan menjadi responden dan lembarpersetujuan menjadi responden.

    3.8 Teknik Pengolahan Data

    Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian.

    Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses

    pengolahan data adalah:

    1. Editing (memeriksa data)

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    38/67

    26

    Memeriksa data yang telah dikumpulkan. Yang dilakukan pada kegiatan

    memeriksa data ialah:

    a. Menjumlah, ialah menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan yang

    telah diisi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah

    ditentukan.

    b. Melakukan koreksi, ialah proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal

    yang salah atau kurang jelas.

    2. Coding (memberi kode)

    Memberi kode pada semua variabel, terutama data klasifikasi, untuk

    mempermudah proses pengolahan data.

    3. Transfering

    Memindahkan data yang diperoleh dan disusun ke dalam tabel.

    4. Tabulating (menyusun data)

    Pengorganisasian data yang telah di-coding sedemikian rupa agar dengan

    mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

    (Budiarto, 2001).

    3.9 Analisis Data Penelitian

    Analisis data dilakukan dengan uji statistik, berupa analisis univariat dan

    bivariat:

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel penelitian. Variabel yang

    dianalisis adalah pemakaian IUD, pengetahuan, pendidikan, dan akseptabilitas.

    Kemudian data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

    2. Analisis BivariatAnalisis data ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

    pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di Puskesmas

    Kuta Alam Banda Aceh. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square, dengan

    kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (Probabilitas) yang dihasilkan

    dengan Confidence Interval (CI) 95%, dengan kriteria sebagai berikut:

    1. Jikap value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.

    2. Jikap value 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    39/67

    27

    Jika uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji

    alternatifnya yaitu uji Fisher(Sopiyudin, 2009).

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    40/67

    28

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Pemakaian IUD

    Setelah dilakukan pengumpulan data penelitian dari tanggal 5 November

    2012 sampai dengan 5 Januari 2013 di ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh didapatkan jumlah 33 responden, diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel

    4.1.

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh

    Pemakaian IUD Frekuensi (n) Persentase (%)

    Ya 7 21.21

    Tidak 26 78.79

    Total 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 33 akseptor yang

    berkunjung ke ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, sebanyak 21,21%

    memakai kontrasepsi IUD.

    4.1.2 Pengetahuan

    Hasil penilaian pengetahuan akseptor KB dapat disajikan dalam bentuk

    tabel distribusi frekuensi berikut.

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB terhadap IUD di Ruang

    KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

    Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

    Baik 19 57.58

    Kurang 14 42.42

    Total 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 33 akseptor yang

    berkunjung ke ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh sebanyak 57,58%

    memiliki pengetahuan baik mengenai IUD.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    41/67

    29

    Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara

    dengan menggunakan kuesioner maka didapatkan skor masing-masing

    pertanyaan. Gambaran secara lengkap dan jelas diperlihatkan pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor

    PengetahuanBaik Kurang

    n % n %

    Alat dalam program KB 33 100 0 0

    Kandungan hormon dalam kontrasepsi IUD 28 84.8 5 15.2

    Jenis IUD 22 66.7 11 33.3

    Cara Kerja IUD 33 100 0 0

    IUD dalam mencegah kehamilan 32 97.0 1 3.0

    Indikasi IUD pada nulipara 13 39.4 20 60.6Kontraindikasi IUD pada wanita yang terpapar PMS 29 87.9 4 12.1

    Indikasi pelepasan IUD 31 93.9 2 6.1

    Efek IUD saat berhubungan suami istri 26 78.8 7 21.2

    Pemasangan dan pencabutan IUD 30 90.9 3 9.1

    Efektifitas IUD 30 90.9 3 9.1

    Efek samping perdarahan pada IUD 31 93.9 2 6.1

    Pemasangan IUD pada ibu postpartum 20 60.6 13 39.4

    Pemasangan IUD pada ibu postabortus 22 66.7 11 33.3

    Gangguan yang ditimbulkan IUD 22 66.7 11 33.3

    Pengaruh IUD terhadap ASI 24 72.7 9 27.3Angka kegagalan pemakaian IUD 19 57.6 14 42.4

    Kontrol ulang pada akseptor IUD 31 93.9 2 6.1

    Keputihan akibat pemakaian IUD 27 81.8 6 18.2

    Masa percobaan pemakaian IUD 30 90.9 3 9.1

    Hasil wawancara dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang

    diajukan sebanyak 60,6% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi

    pemakaian IUD pada nulipara, 42,4% kurang mengetahui tentang kemungkinan

    kegagalan pada pemakaian IUD dan 39,4% responden masih kurang mengetahui

    tentang indikasi pemasangan IUD pada ibu postpartum.

    4.1.3 Pendidikan

    Hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk pendidikan akseptor KB

    disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut.

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    42/67

    30

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam

    Banda Aceh

    Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

    Tinggi dan Menengah 22 66.67Dasar dan Tidak Sekolah 11 33.33

    Total 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa akseptor yang berkunjung ke

    ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada umumnya dengan pendidikan

    tinggi dan menengah (Perguruan Tinggi dan SMA) sebanyak 66,67%.

    4.1.4 Akseptabilitas

    Hasil penilaian akseptabilitas akseptor dapat disajikan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi berikut.

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor KB di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh

    Akseptabilitas Frekuensi (n) Persentase (%)

    Ya 16 48.48

    Tidak 17 51.52

    Total 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa akseptor yang berkunjung ke

    ruang KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada umumnya tidak menunjukkan

    akseptabilitas terhadap IUD sebanyak 51,52%.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner maka

    didapatkan skor masing-masing pertanyaan. Gambaran secara lengkap

    diperlihatkan pada Tabel 4.6.

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor

    AkseptabilitasYa Tidak

    n % n %

    Konseling IUD 32 97.0 1 3.0

    Minat memakai IUD dengan informasi yang lengkap 16 48.5 17 51.5

    Dukungan suami untuk pemakaian IUD 24 72.7 9 27.3

    Sikap terhadap efek samping IUD 0 0 33 100

    Sikap terhadap pendapat tidak baik mengenai IUD 32 97.0 1 3.0

    Kepercayaan akan efektifitas IUD 19 57.6 14 42.4

    Sikap terhadap angka kegagalan IUD 8 24.2 25 75.8

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    43/67

    31

    Lanjutan Tabel 4.6

    AkseptabilitasYa Tidak

    n % n %

    Keyakinan bahwa IUD aman 25 75.8 8 24.2Minat memakai IUD terkait keamanannya 16 48.5 17 51.5

    Minat memakai IUD terkait masa percobaan 12 36.4 21 63.6

    Minat memakai IUD terkait pengaruh terhadap ASI 18 54.5 15 45.5

    Minat memakai IUD terkait kemungkinan

    perdarahan 0 0 33 100

    Minat memakai IUD terkait rasa kurang nyaman

    saat berhubungan suami istri 1 3 32 97

    Minat menggunakan IUD sebagai kontrasepsi halal 12 36.4 21 63.6

    Dukungan suami untuk pemakaian IUD sebagai

    kontrasepsi halal 17 51.5 16 48.5

    Hasil wawancara dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang

    diajukan terdapat 100% responden masih memiliki sikap negatif terhadap efek

    samping IUD dan tidak berminat menggunakan IUD terkait perdarahan yang

    ditimbulkan. Sebanyak 97,0% responden juga tidak berminat memakai IUD

    terkait kemungkinan rasa kurang nyaman saat berhubungan suami istri, 75,8%

    responden menunjukkan sikap negatif terhadap kemungkinan kegagalan pada

    pemakaian IUD, 63,6% tidak berminat memakai IUD terkait adanya masa

    percobaan pemakaian walaupun dengan alasan IUD sebagai alat kontrasepsi yang

    halal. Sebanyak 51,5% responden juga tidak berminat memakai IUD walaupun

    sudah dibekali informasi yang lengkap tentang IUD.

    4.1.5 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD

    Hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian IUD dapat

    disajikan dalam bentuk tabel silang berikut.

    Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

    Pengetahuan

    Pemakaian IUDTotal

    p value RPTidak Ya

    n % n % n %

    Kurang 12 85.71 2 14.29 14 1000.670 1.16

    Baik 14 73.68 5 26.32 19 100

    Total 26 78.79 7 21.21 33 100

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    44/67

    32

    Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang

    berpengetahuan kurang maupun yang berpengetahuan baik sama-sama tidak

    memakai IUD sebagai alat kontrasepsi dengan persentase yang berpengetahuan

    kurang 85,71% dan yang berpengetahuan baik 73,68%.

    Hasil uji statistik dengan Fishers Exact Testuntuk variabel pengetahuan

    pada interval kepercayaan 95% dengan =0,05 menunjukkan p value 0,670

    sehingga H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara

    pengetahuan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh dengan RP 1,16 artinya akseptor yang memiliki pengetahuan kurang baik

    mempunyai peluang 1,16 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan dengan

    akseptor yang memiliki pengetahuan baik.

    4.1.6 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD

    Hubungan pendidikan akseptor KB dengan pemakaian IUD disajikan

    dalam bentuk tabel silang berikut.

    Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

    PendidikanPemakaian IUD Total p

    valueRPYa Tidak

    n % n % n %

    Tinggi dan Menengah 5 22.73 17 77.27 22 100 1.000 1.25

    Dasar dan Tidak

    Sekolah 2 18.18 9 81.82 11 100

    Total 7 21.21 26 78.79 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang

    berpendidikan dasar dan tidak sekolah maupun yang berpendidikan tinggi dan

    menengah sama-sama tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi dengan

    persentase masing-masing untuk akseptor yang berpendidikan dasar dan tidak

    sekolah sebesar 81,82% dan yang berpendidikan tinggi dan menengah sebesar

    77,27%.

    Hasil uji statistik dengan Fishers Exact Test untuk variabel pendidikan

    pada interval kepercayaan 95% dengan =0,05 menunjukkan p value 1,000

    sehingga H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara

    pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    45/67

    33

    Aceh dengan RP 1,25 artinya akseptor yang berpendidikan dasar dan tidak

    sekolah mempunyai peluang 1,25 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan

    dengan akseptor yang berpendidikan tinggi dan menengah.

    4.1.7 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD

    Hubungan akseptabilitas akseptor KB dengan pemakaian IUD disajikan

    dalam bentuk tabel silang berikut.

    Tabel 4.9 Hubungan Akseptabilitas Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di

    Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

    Akseptabilitas

    Pemakaian IUDTotal

    p value RPTidak Yan % n % n %

    Tidak 17 100 0 0 17 1000.003 1.78

    Ya 9 56.25 7 43.75 16 100

    Total 26 78.79 7 21.21 33 100

    Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa akseptor KB yang tidak

    memiliki akseptabilitas terhadap IUD sebanyak 100% tidak memakai IUD sebagai

    alat kontrasepsi.

    Hasil uji statistik dengan Fishers Exact Testuntuk variabel akseptabilitas

    pada interval kepercayaan 95% dengan =0,05 menunjukkan p value 0,003

    sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

    akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh dengan RP 1,78 artinya akseptor yang tidak memiliki akseptabilitas

    mempunyai peluang 1,78 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan dengan

    akseptor yang memiliki akseptabilitas.

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh

    Hasil analisis data diketahui bahwa sebagian besar akseptor yang

    berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, baik yang berpengetahuan

    kurang sebanyak 85,71% maupun berpengetahuan baik sebanyak 73,68% sama-

    sama tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi. Data tersebut menunjukkan

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    46/67

    34

    bahwa akseptor dengan pengetahuan kurang dan akseptor dengan pengetahuan

    baik cenderung tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil wawancara

    dengan responden, dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terdapat 100%

    responden mengetahui tentang cara kerja IUD sebagai alat kontrasepsi, namun

    60,6% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi pemakaian IUD pada

    ibu nulipara, 42,4% kurang mengetahui tentang kemungkinan kegagalan pada

    pemakaian IUD dan 39,4% responden masih kurang mengetahui tentang indikasi

    pemasangan IUD pada ibu postpartum. Asumsi peneliti bahwa masih ada akseptor

    yang pengetahuannya masih kurang kemungkinan karena beberapa hal, pertama,

    masih kurang lengkapnya informasi yang diperoleh dari petugas pelayanan KB

    atau masih belum optimalnya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas pelayanan

    KB sehingga belum mampu mempengaruhi motivasi akseptor untuk memakai

    IUD. Kedua, mungkin saja pengetahuan para akseptor memang baik, namun

    sosial budaya dalam masyarakat, lingkungan setempat dan dukungan suami

    mempengaruhi akseptor untuk tidak memilih IUD. Kemungkinan lainnya adalah

    hasil ini berkaitan dengan keterbatasan penelitian di mana dipengaruhi oleh

    jumlah sampel yang minimal dengan desain Cross Sectional Survey sehingga

    belum mampu menggambarkan secara pasti korelasi antara pengetahuan dan

    pemakaian IUD.

    Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Fishers Exact Test pada

    interval kepercayaan 95% dengan =0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan

    antara pengetahuan dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

    dengan p value 0,670. Artinya, dalam penelitian ini, pengetahuan tidak

    mempengaruhi akseptor untuk memakai kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini

    bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) yangmenyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian

    IUD pada akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo.

    Menurut Maryatun (2009), ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya

    program KB, di antaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor

    pendukung lainnya. Sedangkan menurut Bertrand (1994) dalam Maryatun (2009),

    pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor langsung

    maupun tidak langsung. Faktor yang secara langsung berpengaruh dengan

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    47/67

    35

    pemakaian alat kontrasepsi adalah permintaan KB, persepsi akseptor dan

    pemanfaatan peayanan kesehatan, sedangkan faktor yang secara tidak langsung

    berpengaruh dengan pemakaian alat kontrasepsi antara lain pengembangan

    program, penyediaan pelayanan KB, akses, kualitas pelayanan, image/penerimaan

    KB, faktor sosial dan individu, nilai dan demand terhadap anak. Faktor yang

    berhubungan langsung dengan pemakaian kontrasepsi lainnya adalah persepsi ibu.

    Persepsi ibu dan berbagai dukungan terhadap pemakaian alat kontrasepsi terutama

    suami ataupun masyarakat akan berpengaruh terhadap akseptor. Suami

    dihubungan dengan orang terdekat dengan akseptor dan masyarakat dihubungkan

    dengan norma yang dianut akseptor dalam hidup di masyarakat.

    4.2.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta

    Alam Banda Aceh

    Hasil analisis data berdasarkan pendidikan akseptor KB yang berkunjung

    ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh menunjukkan bahwa baik akseptor yang

    berpendidikan dasar sebanyak 81,82% maupun yang berpendidikan tinggi dan

    menengah sebanyak 77,27% sama-sama tidak memakai kontrasepsi IUD. Data

    tersebut menunjukkan bahwa akseptor yang berpendidikan dasar serta

    berpendidikan tinggi dan menengah cenderung tidak memakai IUD.

    Hasil uji statistik menggunakan Fishers Exact Test pada interval

    kepercayaan 95% dengan =0,05, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

    pendidikan akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    Aceh dengan p value 1,000. Artinya, dalam penelitian ini, pendidikan akseptor

    tidak mempengaruhi mereka untuk memakai kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini

    sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) yang menyatakan

    bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemakaian IUD pada

    akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo, namun bertentangan dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Magadi (2003) di Kenya yang menunjukkan bahwa

    responden yang berpendidikan tinggi berpeluang lebih tinggi menggunakan alat

    kontrasepsi IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan

    rendah.

    Menurut Maryatun (2009), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

    dengan pemakaian metode kontrasepsi IUD. Berarti tidak terdapat kecenderungan

  • 7/23/2019 hubungan pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas terhadap pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda

    48/67

    36

    bahwa pendidikan tinggi seseorang akan berpengaruh terhadap pemakaian metode

    kontrasepsi IUD. Namun menurut Magadi (2003) tingkat pendidikan juga

    berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah

    anak. Peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat

    kontrasepsi.

    Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan merupakan suatu proses

    menolong dan memajukan pertumbuhan serta perkembangan seseorang individu

    dengan aspek jasmani, akal, emosional, seni dan moral. Tingkat pendidikan dan

    pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi keinginan individu dan pasangan

    untuk menentukan jumlah anak. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan juga

    berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang cermat sesuai dengan