Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

26
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PLTU TERHADAP KEHIDUPAN NELAYAN DIPESISIR PANTAI CELUKAN BAWANG PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Transcript of Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

Page 1: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

HUBUNGAN PEMBANGUNAN PLTU TERHADAP

KEHIDUPAN NELAYAN DIPESISIR PANTAI

CELUKAN BAWANG

PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH :

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelistrikan merupakan infrastruktur penting bagi pertumbuhan ekonomi

daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai penunjang tenaga

listrik secara terpadu dengan memanfaatkan terciptanya industri ketenagalistrikan

yg mandiri, transparan, kompetitif, efisien, andal, aman, dan ramah lingkungan.

Dimana tujuannya adalah untuk mendukung pertumbuhan perekonomian dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat Bali. Diharapkan dengan adanya sistem

kelistrikan di Bali dapat tercipta kondisi yang diinginkan oleh masyarakat Bali,

diantaranya pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan, menciptakan sistem pengusahaan ketenaga-listrikan yang kondusif,

melaksanakan pengaturan usaha penyediaan seoptimal mungkin sumber energi

setempat, energi alternatif terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil

tersebar, serta dapat menyediakan energi listrik dalam jumlah dan mutu yang

memadai dengan harga yang terjangkau.

Selama ini, kebutuhan listrik masyarakat Bali dipasok dari tiga sumber

utama yaitu kabel bawah laut Jawa-Bali, PLTU Gilimanuk dan PLTG Denpasar.

Daya total ketiga sumber itu adalah 440 MW, sementara kebutuhan listrik di Bali

rata-rata 380 MW. Jika terjadi gangguan pada salah satu dari ketiga pembangkit,

dipastikan Bali akan mengalami masalah dengan listrik. Jika tidak gelap total,

mungkin pemadaman secara bergilir. Ditambah lagi sebelumnya PLTG Gilimanuk

sempat mengalami overhaul. Namun seiring dengan beroperasinya kembali PLTG

ini pasokan listrik untuk Bali akan bertambah lagi. Kini PLTU Gilimanuk mampu

menghasilkan tenaga listrik sebesar 130 MW dan bila digabung dengan

pembangkit lainnya akan diperoleh listrik sebesar 530 MW.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membuat pasokan listrik di

Bali stabil adalah dengan membangun pembangkit listrik tambahan. Diantaranya

adalah pembangunan PLTU. PLTU rencananya akan dibangun di Dusun

Pungkukan, Desa Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng. Dimana bahan bakar

yang digunakan adalah batu bara. Diharapkan dengan adanya Pembangkit listrik

Page 3: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 3

ini dapat menanggulangi permasalahan kelistrikan di Bali dan menciptakan

kondisi yang diinginkan oleh masyarakat Bali khususnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah

bagaimana hubungan pembangunan PLTU terhadap kehidupan nelayan di pesisir

pantai Celukan Bawang.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan

pembangunan PLTU terhadap kehidupan nelayan dipesisir pantai Celukan

Bawang.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai suatu referensi tentang dampak pembangunan PLTU

bagi kehidupan masyarakat terutama masyarakat dipesisir pantai Celukan

Bawang.

2. Dapat digunakan sebagai acuan bagi investor pembangunan PLTU di Celukan

Bawang.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan paper ini, metode yang digunakan adalah metode

kepustakaaan, observasi, interview dan metode analisis data. Metode kepustakaan

adalah metode pengumpulan data yang berasal dari beberapa sumber berupa buku

dan internet. Sedangkan metode interview dan observasi dilakukan secara

langsung di Dusun Pungkukan, Desa Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng

khususnya dipesisir pantai Celukan Bawang. Dan metode analisis data adalah

metode dimana dari data-data yang telah terkumpul, dibahas, dianalisa dan ditarik

kesimpulan kemudian diolah dan disusun secara sistematik dan terurut.

Page 4: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 4

1.6 Bagan Penyusunan Karya Tulis Pembangunan PLTU Celukan Bawang

MULAI

Kehidupan Nelayan di Pesisir PantaiCelukan Bawang Sebelum

Pembangunan PLTU

Rencana Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Ijin Pembangunan

Kajian Dampak Pembangunan PLTU

Dampak Positif

(DP)

Dampak Negatif

(DN)

DN > DP

Solusi

Mempertimbangkan kembali

YA

TIDAK

Sosialisasi

STOP

Pembangunan PLTUCelukan Bawang

Page 5: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Lingkungan Hidup

2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup. Termasuk juga manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain. Lingkungan hidup itu terdiri dari 2 komponen, yaitu Komponen biotik

dan Komponen abiotik. Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari

makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia. Sedangkan Komponen

abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda – benda mati seperti air, tanah,

udara, cahaya, matahari dan sebagainya.

Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama makhluk lain

yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah

sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap

manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka

manusia tidaklah dapat hidup. Kenyataan ini dapat kita lihat dengan

mengandaikan di bumi ini tidak ada hewan dan tumbuhan, maka tidak ada

makanan dan oksigen. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara setiap makhluk di

Bumi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan pada makhluk yang satu

dapat mempengaruhi makhluk yang lain.

2.1.2 Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan atau dapat juga disebut dengan polusi adalah

perubahan keadaan lingkungan yang terutama dilakukan oleh manusia yang

berpengaruh buruk terhadap lingkungan tersebut dan manusia itu sendiri serta

dapat pula mempengaruhi lingkungan yang lebih luas. Terdapat beberapa jenis

pencemaran lingkungan diantaranya adalah pencemaran udara, air, laut, dan

pencemaran-pencemaran lainnya.

Page 6: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 6

Sekitar 99% dari udara yang kita isap ialah gas nitrogen dan oksigen.

Sisanya gas lain yang diantaranya terdapat gas pencemar. Di daerah perkotaan

yang ramai, gas pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik,

pembangkit tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih, dan gas pencemar

lainnya yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia.

Gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan dan bahan

lainnya. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi karena polusi

udara akan dapat juga mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga

menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi.

Selain itu polusi udara sangat berhubungan dengan pencemaran air.

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan

dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan

oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat

tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang

sangat kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk

pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu

kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing

ikan dan sebagainya. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air yang

akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut

sekitarnya.

Namun kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan.

Sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan

organisme yang hidup di dalamnya. Di lain pihak, lautan juga merupakan tempat

pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi

oleh manusia. Diperkirakan 20% dari benda asing yang dibuang ke laut ialah

limbah industri berupa lumpur lunak (sludge), lumpur yang bercampur dengan

bahan kimia toksik, agen infeksi, dan bahan padat yang berasal dari endapan

pengolahan limbah. Permasalahannya adalah limbah yang bercampur dengan

bahan kimia toksik dan plastik tidak dapat terdegradasi secara alamiah, sehingga

dapat menyebabkan toksik terhadap ikan dan organisme laut lainnya. Biasanya

Page 7: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 7

hanya terdapat sedikit kehidupan pada lokasi laut yang tercemar berat oleh bahan

kimia toksik ini.

2.1.3 Pengertian Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup adalah keadaan lingkungan yang dapat

memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan dalam hidup manusia

di suatu wilayah. Kualitas lingkungan dicirikan dari suasana yang membuat orang

betah atau kerasan tinggal di tempatnya sendiri, berbagai kebutuhan hidup

terpenuhi dari dasar atau fisik seperti makan minum, perumahan, sampai

kebutuhan rohani seperti pendidikan, rasa aman, ibadah, dan sebagainya. Kualitas

lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya.

1. Lingkungan Biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan

abiotik. Dapat dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung

seimbang.

2. Lingkungan Sosial Ekonomi adalah lingkungan manusia dalam hubungan

dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat dikatakan

baik jika kebutuhan hidupnya mencukupi.

3. Lingkungan Budaya adalah segala kondisi baik berupa materi maupun non

materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya.

Dapat dikatakan baik jika memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua

anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem

budayanya.

2.2 Kehidupan Masyarakat Pesisir Pantai

Dalam pendekatan geografi – budaya lingkungan sosial pesisir secara

umum mencakup kesatuan – kesatuan hidup manusia yang berdiam dan

mengembangkan kehidupan sosial di daerah yang relative dekat ke laut. Dengan

kata lain yang termasuk ke dalam katagori lingkungan sosial pesisir adalah

masyarakat yang berdiam didaratan yang dekat dengan laut dan masyarakat yang

secara khas menghabiskan sebagian besar masa hidupnya diatas perairan laut.

Page 8: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 8

Berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah

pesisir dengan segala kondisi geografisnya maka masyarakat yang berdiam di

pesisir setidaknya dapat kita kategorikan menjadi tiga yaitu :

1. Masyarakat perairan

Kesatuan – kesatuan sosial yang hidup dari sumber daya perairan (laut, sungai,

atau pantai) cenderung terasing dari kontak – kontak dengan masyarakat –

masyarakat lain, lebih banyak berada di lingkungan perairan dari pada darat,

berpindah – pindah tempat disuatu wilayah (territorial) perairan tertentu.

Kehidupan sosial mereka cenderung hidup dalam kelompok – kelompok

kekerabatan setingkat klen kecil.

2. Masyarakat nelayan

Golongan masyarakat pesisir yang dapat dianggap paling banyak memanfaatkan

hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan

hidupnya. Masyarakat nelayan umumnya telah bermukim secara tetap didaerah

– daerah yang mudah mengalami kontak – kontak dengan masyarakat –

masyarakat lain. Hasil laut yang mereka peroleh tidak hanya untuk di konsumsi

sendiri melainkan untuk didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak –

pihak lain.

3. Masyarakat pesisir tradisional

Masyarakat – masyarakat pesisir seperti ini memang berdiam dekat perairan

laut, akan tetapi sedikit sekali yang menggantungkan kelangsungan hidup dari

sumber daya laut. Mereka cenderung memanfaatkan sumber daya daratan,

Page 9: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 9

2.3 Pembangunan Pembangkit Listrik

Perencanaan pembangunan sarana kelistrikan dimulai jauh sebelum

pembangunannya. Semakin besar ukuran sarana kelistrikan yang dibangun,

semakin lama waktu yang diperlukan dan semakin banyak pertimbangan yang

harus dipikirkan. Pertanyaan tentang apa yang akan dibangun dan mengapa harus

dibangun, akan menjadi sorotan tajam dari masyarakat Indonesia maupun asing

terutama yang berkepentingan. Apalagi bila ditanyakan di mana akan dibangun?

Tanah yang diperuntukkan bagi atau yang terkait dengan pembangunan akan

mempunyai nilai yang berbeda dengan sebelumnya. Tentunya tidak mudah

memperkirakan dampak dari informasi tentang hal ini. Belum lagi tentang

pemilihan sumber energi primer yang sebagian adalah sumber energi primer tak

terbarukan. Selanjutnya, pertanyaan tentang kapan, oleh siapa dan bagaimana cara

melaksanakan perencanaan dan pembangunannya juga menjadi bahan

pertimbangan bagi si perencana. Berapa biaya dan siapa penyandang dananya

harus menjadi pertimbangan si perencana.

Pada tahap pembangunan semua hal tentang pembangunan sudah lebih

jelas dan tinggal melaksanakan dibandingkan dengan tahap perencanaan. Tetapi

dalam kenyataannya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan justru sangat

besar. Pada tahap pembangunan ini harus diperhatikan kapan harus selesai,

keterlambatan akan sangat merugikan. Biaya pembangunan harus diusahakan

sesuai dengan rencana. Secara garis besar, proses pembangunan suatu sarana

kelistrikan dapat dibagi dalam beberapa tahap dan jenis kegiatan. Pertama adalah

tahap prakonstruksi yang meliputi kegiatan pencarian dan penyelidikan tanah serta

pembebasan tanah.

Tahap kedua adalah tahap konstruksi yang meliputi kegiatan mobilisasi

tenaga kerja, peralatan dan material, penebangan/pembersihan ruang bebas,

pembangunan fondasi yang dilanjutkan dengan pendirian menara atau tiang dan

penarikan kawat sebagai penghantar arus listrik. Tahap selanjutnya adalah tahap

operasional yang meliputi kegiatan penyaluran tenaga listrik dan pemeliharaan

sarana kelistrikan.

Sarana kelistrikan, terutama pusat-pusat pembangkit dan penyalur tidak

dapat dibangun di sembarang daerah. Oleh sebab itu sebelum sarana kelistrikan

Page 10: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 10

tersebut dibangun, terlebih dahulu daerah yang dipilih diteliti melalui suatu

prosedur yang diatur dalam undang-undang dan dikenal sebagai Studi Kelayakan

Analisis Dampak Lingkungan (Studi AMDAL). Suatu daerah dianggap layak

menjadi lokasi pembangunan sarana kelistrikan, jika sudah memenuhi standar

nilai yang ditetapkan dalam studi ini pada semua tahap pembangunan di atas

terhadap komponen lingkungan yang mengalami dampak dari rencana proyek

pembangunan sarana kelistrikan.

Sebelum AMDAL dilakukan, terlebih dahulu Rona Awal Lingkungan

Hidup disusun. Penyusunan Rona Awal Lingkungan Hidup ini berdasarkan Surat

Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 14/MENLH/3/1994,

tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Rona Awal Lingkungan Hidup akan menyajikan serangkaian informasi

mengenai berbagai komponen penting yang akan melandasi penilaian AMDAL

terhadap suatu daerah lokasi pilihan pembangunan sarana kelistrikan. Adapun

komponen-komponen yang tersaji dalam Rona Awal Lingkungan Hidup adalah

Komponen Lingkungan Hidup Fisik, Biologi dan Sosial Budaya yang berpotensi

terkena dampak penting proyek pembangunan sarana kelistrikan terutama SUTT

dan SUTET, serta komponen lingkungan yang memiliki arti ekologis dan

ekonomis. Demikian juga komponen-komponen kondisi kualitatif dan kuantitatif

berbagai sumber alam pada jalur pembangunan tersebut.

Yang dimaksud dengan Komponen Lingkungan Fisik, antara lain iklim,

fisiologi dan geologi, ruang, lahan dan tanah. Sedangkan Komponen Biologi

meliputi flora dan fauna, kemudian Komponen Sosial Budaya yang mencakup

komponen kependudukan, keadaan sarana dan prasarana sosial, kegiatan

perekonomian dan sosial budaya.

Pada tiap wilayah yang sedang dalam proses pembangunan sarana

kelistrikan, pasti akan mengalami perubahan terhadap lingkungannya. Melalui

studi AMDAL tiap perubahan/dampak yang mungkin terjadi akan diamati, untuk

menentukan langkah antisipasi penanggulangan dampak tersebut. Dengan studi

AMDAL ini juga, pengolahan terhadap limbah dan polusi hasil dari pengelolaan

listrik di pusat pembangkit yang berdampak negatif terhadap lingkungan hidup di

sekitarnya dikaji kembali. Unsur-unsur dari hasil pembuangan tidak sepenuhnya

Page 11: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 11

merupakan sampah, tetapi ada yang dapat diolah kembali menjadi bahan yang

dapat dipakai ulang atau diminimalisasi reaksi negatifnya hingga dapat dilepas

kembali ke alam sebagai bahan yang tidak merusak lingkungan.

AMDAL harus dilakukan mengingat sebagian besar wilayah yang dilalui

dan menjadi lokasi pembangunan sarana kelistrikan adalah wilayah pedesaan,

pegunungan dan perbukitan yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alam

yang sangat potensial, di samping lingkungan alami dan sosialnya yang homogen

dan sederhana. Sedangkan pada daerah pemukiman, hutan produksi dan

perkebunan akan dilalui oleh sebagian kecil saja. Melalui studi AMDAL, PLN

dapat memperoleh data mengenai alternatif teknis apa selanjutnya yang tepat

untuk diterapkan dalam mengantisipasi berbagai dampak dari pembangunan

sarana kelistrikan di wilayah-wilayah yang dilalui jalur pembangunan, baik yang

tidak maupun yang telah menjadi kawasan hunian penduduk. Hal ini untuk

menjaga kesejahteraan dan keamanan hidup masyarakat penghuni daerah sekitar

sarana kelistrikan, sekaligus menjaga kestabilan pengadaan pasokan listrik bagi

seluruh konsumennya.

Seperti telah diungkap di atas, bahwa pelaksanaan AMDAL tidak lepas

dari pengawasan pemerintah, maka pelaksanaannya diatur dalam undang-undang

dan peraturan pemerintah untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyat. Adapun

undang-undang dan peraturan tersebut, antara lain adalah undang-undang tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, peraturan

pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, surat keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib

Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta Peraturan

Menteri Pertambangan dan Energi tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan

Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.

Sebagai tahap awal proses pembangunan sarana kelistrikan berwawasan

lingkungan, terutama SUTT dan SUTET, ditentukan suatu ruang bebas yang

mengacu pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang Ruang Bebas

Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.

Ruang bebas yang dimaksud di sini adalah ruang di sekeliling kawat penghantar

listrik yang membentuk jarak bebas minimum sepanjang SUTT dan SUTET, dan

Page 12: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 12

di dalamnya harus dibebaskan dari segala aktivitas manusia maupun makhluk

hidup lain serta benda apapun.

Ruang bebas ini berguna untuk menjaga keamanan dan kenyamanan

masyarakat yang menghuni daerah sekitar SUTT dan SUTET dari hal-hal yang

tidak diinginkan, seperti terkena sengatan elektrostatis atau kesetrum. Untuk

menghindari sengatan elektrostatis, semua material logam seperti atap seng, pagar

besi dan sejenisnya yang ada di bawah SUTT dan SUTET dikubur dalam tanah.

Dengan adanya ruang bebas ini, proses pembangunan dan hasil bangunan sarana

kelistrikan nantinya tidak akan mengganggu kawasan hunian dan aktivitas

masyarakat. Ilustrasi di atas akan menjelaskan seperti apa dan bagaimana

penerapan ruang bebas terhadap kawasan pemukiman dan daerah aktivitas

penduduk.

Dampak penting yang terjadi pada lingkungan di wilayah pembangunan

proyek sarana kelistrikan sebagai akibat perubahan komponen lingkungan, akan

terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang langsung terjadi

pada tahap prakonstruksi misalnya akan terjadi pembebasan tanah rakyat sebagai

lahan bangunan. Sejauh ini, PLN berusaha memberikan ganti rugi atau

kompensasi yang sepandan kepada masyarakat yang tanahnya terkena proyek

pembangunan SUTT dan SUTET. Sampai saat ini proses pemberian kompensasi

tidak pernah mengalami kendala yang berarti berkat kerjasama yang baik antara

PLN, pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah tersebut.

Dalam upaya penanggulangan dampak tidak langsung pembangunan

sarana kelistrikan, PLN melakukan pencegahan pada proses operasi yang

berpotensi menimbulkan dampak lingkungan serta penanggulangan pada titik-titik

yang sudah menghasilkan bahan pencemar. Pencegahan dan penanggulangan itu

tertuang dalam berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan tentang pengelolaan

dan pengendalian dampak lingkungan. Penerapan peraturan dan kebijakan

tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan

lembaga lingkungan hidup terkait, melalui pemantauan berkala terhadap aspek-

aspek lingkungan yang berpotensi terkena dampak negatif terhadap kelestarian

lingkungan.

Kebijakan tersebut menggambarkan komitmen dan kepedulian PLN

Page 13: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 13

terhadap pelestarian fungsi serta perbaikan aspek lingkungan hidup sekitar sarana

kelistrikan sebagai akibat pengoperasian unit-unit kerja Perusahaan. Peduli

terhadap sumber daya alam yang digunakan dan dampak lingkungannya. Sadar

akan manfaat konservasi energi di lingkungan kerja dan kepedulian sosial di

sekitarnya.

Pada suatu unit operasi pembangkit PLTG/U misalnya, akan timbul

dampak polusi udara, air, sisa pembakaran dan kebisingan suara. Hal yang dapat

mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar pembangkit ini amat disadari PLN,

karena itu PLN berusaha membuat dampak negatif ini sekecil mungkin.

Cerobong yang tinggi menghambat penyebaran gas buang ke atmosfer

sehingga tidak terjadi akumulasi gas di daerah tertentu, terutama di kawasan padat

penduduk. Penggunaan electrostatic precipitator (ESP) menangkap partikel debu

ringan guna menekan jumlah partikel debu yang dilepaskan ke udara. Instalasi

pengolahan air limbah menetralisasi limbah cair buangan dan pencucian limbah

metal agar air limbah yang dibuang tidak membahayakan penduduk dan biota

laut. Sistem pemisahan minyak dari air buangan bahan bakar minyak,

memungkinkan minyak buangan dapat dipakai kembali

2.3.1 Aturan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Dalam pembangunan sebuah pembangkit listrik terdapat beberapa aturan

ataupun undang-undang yang perlu diperhatikan antara lain :

Peraturan Umum :

1. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

2. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

3. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup

4. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah

5. Undang-undang N0. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah

6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

7. Undang-undang No. 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan

Peraturan Pemerintah :

Page 14: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 14

1. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan kedua atas

atas Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik

2. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

Tenaga Listrik

3. Penjelasan Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005.

4. Peraturan Pemerintah No 10 TAHUN 1989 Tentang Penyediaan dan

Pemanfaatan Tenaga Listrik

Peraturan Presiden :

1. Peraturan Presiden Repuplik Indonesia Nomor 86 Tahun 2006 tentang

Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2006 Tim

koordinasi percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2006 Tentang

Penugasan Kepada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk

melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang

mengunakan batubara.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2005 Tentang

Kebijakan Nasional.

5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang

Penghematan Energi

6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2006 Tentang

Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BIOFUEL) sebagai

bahan Bakar Lain.

7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2006 Tentang

Penyediaan dan Penghematan Batubara yang dicairkan sebagai Bahan

Bakar Lain.

Page 15: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 15

Peraturan Menteri :

1. Permen ESDM No. 482-12/40/600.2/2006 tentang Penetapan Kondisi

Krisis Penyediaan Tenaga Listrik. Permen ESDM No. 048 Tahun 2006

tentang Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan

Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika.

2. Permen ESDM No. 046 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Permen

ESDM No. 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.

3. Permen ESDM No. 001 Tahun 2006 tentang Prosedur Pembelian Tenaga

Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum

4. Permen ESDM No. 002 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Pembangkit

Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah

5. Permen ESDM No. 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan

6. Permen ESDM No. 0031 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penghematan Energi

7. Permen ESDM No. 0027 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pembubuhan

Tanda SNI dan Tanda Keselamatan

8. Permen ESDM No. 0010 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Perizinan

Usaha Ketenagalistrikan Untuk Lintas Provinsi Atau Yang Terhubung

Dengan Jaringan Transmisi Nasional

9. Permen ESDM Nomor 0009 Tahun 2005 Tentang Prosedur Pembelian

Tenaga Listrik Dan/Atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum

Page 16: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 16

2.3.2 Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik

Tenaga Uap (PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh

generator diubah menjadi energi listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU

adalah bahan bakar yang dapat berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah

wujud padat bahan bakar dan minyak merupakan wujud cairnya. Terkadang dalam

satu PLTU dapat digunakan beberapa macam bahan bakar.

PLTU menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-

mula air dipompakan ke dalam pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu

bahan bakar dan udara yang sudah tercampur disemprotkan ke dalam ruang bakar

dan dinyalakan, sehingga terjadi pembakaran yang mengubah bahan bakar

menjadi energi panas/ kalor. Udara untuk pembakaran yang dihasilkan kipas

tekan/force draf fan akan dipanasi dahulu oleh pemanas udara/heater. Setelah itu,

energi panas akan dialirkan ke dalam air di pipa melalui proses radiasi, konduksi

dan konveksi, sehingga air berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Drum ketel

akan berisi air di bagian bawah dan uap di bagian atasnya. Gas sisa setelah

dialirkan ke air masih memiliki cukup banyak energi panas, tidak dibuang begitu

saja melalui cerobong, tetapi akan digunakan kembali untuk memanasi Pemanas

Lanjut ( Super Heater), Pemanas Ulang (Reheater), Economizer dan Pemanas

Udara.

Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju turbin uap. Pada PLTU besar

(di atas 150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis yaitu turbin tekanan tinggi,

menengah dan rendah. Sebelum ke turbin uap tekanan tinggi, uap dari ketel akan

dialirkan menuju Pemanas Lanjut, hingga uap akan mengalami kenaikan suhu dan

menjadi kering. Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke

dalam Pemanas Ulang yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses

yang sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke

dalam turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan

rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah

inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.

Dari turbin tekanan rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan

menjadi air kembali. Pada kondensor diperlukan air pendingin dalam jumlah

Page 17: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 17

besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun di daerah pantai atau

sungai.

Ilustrasi siklus perubahan wujud energi pada PLTU:

Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan cooling

tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari kondensor dipompa ke tangki

air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar

memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH).

Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi

gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.

Page 18: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kehidupan Nelayan di pesisir pantai Celukan Bawang sebelum

Pembangunan PLTU

Desa Celukan Bawang terdapat di Dusun Pungkukan, Desa Celukan

Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng

merupakan kabupaten yang terluas di Pulau Bali, dengan luas 1.365,88 Km2 atau

136.588 Ha (24,25 % dari luas Pulau Bali), terletak di antara 114 0 25’ 55” BT -

1150 27’ 28” BT dan 80 03’ 40” LS - 80 23’ 00” LS. Jumlah penduduk

Kabupaten Buleleng adalah 575.038 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk

perkotaan adalah 124.898 jiwa sedangkan jumlah penduduk pedesaan adalah

450.140 jiwa. Kabupaten Buleleng berada di belahan utara Pulau Bali yang

dibatasi oleh Kabupaten Jembrana di bagian Barat, Tabanan, Badung dan Bangli

dibagian Selatan, sedangkan di sebelah Timurnya dibatasi oleh Kabupaten

Karangasem dan di sebelah utaranya adalah Laut Jawa. Sebanyak 31,56 % berada

pada ketinggian antara 100 – 499 meter di atas muka laut, daerah yang

mempunyai ketinggian di atas 500 meter di atas muka laut sekitar 26,36 % sisanya

merupakan lahan dataran (0 – 25 meter). Tingkat kemiringan beraneka ragam

yaitu tanah datar 8,98%, tanah landai 51,41%, selebihnya adalah tanah terjal yaitu

sekitar 23,9%.

Keadaan topografi yang demikian menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten

Buleleng sebagian besar merupakan daerah perbukitan, namun ada juga daerah

pegunungan yang membelah atau membagi menjadi dua bagian (Bali Utara dan

Bali Selatan). Yaitu yang tertinggi adalah gunung Lesong dan yang terendah

adalah gunung Prapat Agung. Sungai-sungainya berjumlah ± 56 buah sungai dan

diantaranya ada beberapa yang mengalir hanya musim hujan saja. Curah hujan

rata-rata untuk Kabupaten Buleleng adalah 1.580 mm per tahun.

+++++++(kehidupan nelayannya?+ PETA BULELENG)

Page 19: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 19

3.2 Rencana Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Pembangunan PLTU di Celukan Bawang saat ini masih dalam tahap

perencanaan dan persiapan. Menurut General Manager PT PLN Distribusi Bali,

Ngurah Adnyana, PLTU itu akan menghasilkan listrik hingga 380 Mega Watt.

Kontrak Pembangunan PLTU ini sudah selesai dinegoisasikan antara PT PLN

dengan investor. PLTU ini diharapkan mulai beroperasi pada 2007. Untuk tahap

pertama bisa menghasilkan listrik sampai 135 MW. Dengan adanya pembangunan

PLTU tersebut, diharapkan konsumen listrik di Bali tidak perlu lagi khawatir

terhadap kemungkinan gagalnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTPB) Bedugul. Sebab,kapasitas penyediaan listrik sudah berada dalam

kondisi aman.+ Peta Pembangunan Pembangkit Listrik

3.2.1 Izin Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Page 20: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 20

Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum(IUKU) :

1. Permohonan IUKU Sementara Oleh Pengembang

2. Penerbitan IUKU Sementara Oleh Dirjen a.n Menteri

3. Permohonan IUKU oleh Pengembang

4. Penerbitan IUKU oleh Dirjen a.n Menteri

5. Pembangunan Instalasi Tenaga Listrik

6. Pengujian Laik Operasi

7. Sertifikat Laik Operasi

8. Operasi Komersial

Page 21: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 21

3.2.2 Sosialisasi Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Menanggapi pembangunan PLTU di Celukan Bawang sejumlah warga di

daerah ini mulai merasa resah. Warga mengaku belum mengetahui dengan jelas

tentang proyek tersebut, meskipun sebenarnya dulu sempat diadakan sosialisasi di

balai desa dengan tokoh masyarakat, namun sosialisasi ini dilakukan secara diam-

diam agar dapat menghindari melonjaknya harga tanah, sehingga warga tetap saja

belum mengetahui secara rinci tentang dampaknya terhadap lingkungan. Seperti

di beritakan, AMDAL proyek itu sudah di keluarkan BAPPEDA Bali sebelumnya

dan juga Pemkab Buleleng pun sudah memberikan perpanjangan izin kepada PT.

General Energy Bali (GEB) hingga 4 Februari 2009. Namun karena tanah yang di

butuhkan untuk proyek itu belum bisa di bebaskan secara keseluruhan maka PT

GEB meminta perpanjangan izin lokasi dan dikabulkan oleh Bupati Bagiada.

Dalam laporannya PT GEB baru bisa membebaskan tanah seluas 22 hektar dari 40

hektar yang dibutuhkan. Untuk itu, PT GEB minta perpanjang izin dan bupati

mengabulkannya. Bahkan, Bupati Bagiada juga meminta aparat terkait seperti

Camat Gerogak untuk ikut menfasilitasi pembebasan tanah tersebut. Mereka

hanya menfasilitasi dan tidak ikut campur dalam urusan jumlah ganti rugi.

Camat Gerokgak, Ida Bagus Oka Susrama membenarkan bahwa pihaknya

diminta untuk menjadi mediator antara warga dan investor didalam masalah

pembebasan tanah dilokasi proyek tersebut. Kades Celukan Bawang, Muhajir

belum lama ini mengaku sudah tahu bahwa proyek tersebut sudah mengantongi

AMDAL, meski beliau belum mengerti sepenuhnya tentang dampak proyek itu.

Dulu ada warga yang bertanya tentang dampak proyek PLTU ini, namun saat itu

investor belum bisa menjawabnya. Menurut Muhajir, meski investor sudah

mengantongi AMDAL namun warga masih bisa memperdebatkan AMDAL

tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pembangunan PLTU di Celukan

Bawang ini belum mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Sehingga

diharapkan adanya sosialisasi yang lebih menyeluruh pada masyarakat terutama

pada masyarakat dipesisir pantai Celukan Bawang.

Page 22: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 22

3.3 Kehidupan Nelayan di Celukan Bawang saat Perencanaan

Pembangunan PLTU

3.3.1 Kajian Dampak Pembangunan PLTU

Adapun dampak pembangunan PLTU di Celukan Bawang dapat dilihat dari

2 sisi yaitu dari sisi positif dan sisi negatif.

1. Dampak Pembangunan PLTU dari sisi positif

Kawasan lingkungan celukan bawang semakin terkenal disamping sebagai

kawasan pelabuhan, daerah ini juga berfungsi sebagai daerah industri.

Dengan adanya pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini masyarakat

yang tidak memiliki pekerjaan kemungkinan dapat diikutsertakan dalam

proyek pembangunan PLTU di Celukan Bawang misalnya sebagai Buruh

bangunan.

Dengan pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini akan membantu

memenuhi kebutuhan akan listrik yang terus meningkat, sehingga besarnya

biaya pembangkitan listrik di Bali berkurang dan menurunkan tarif listrik

secara umum. Pada akhirnya konsumen listrik di Bali diuntungkan dengan

membayar tarif listrik lebih murah.

Selain sebagai kawasan pelabuhan, jika pembangunan PLTU terealisasi

maka Celukan Bawang juga akan bertambah fungsi menjadi kawasan

industri sehingga kawasan Celukan Bawang ini dapat dipertimbangkan

oleh investor.

2. Dampak Pembangunan PLTU dari sisi negatif

Dari beberapa sistim pembangkit listrik yang saat ini beroperasi, PLTU

batubara masih merupakan sistim pembangkit paling murah, namun juga

dengan konsekuensi lingkungan yang paling parah.

Biaya operasi PLTU batubara kurang lebih 30 % lebih rendah

dibandingkan sistim pembangkit listrik lainnya yang operasional. Berbagai

dampak negatif, baik terhadap kesehatan maupun lingkungan dapat

muncul karena terlepasnya gas-gas polutan dari PLTU batubara.

Perubahan NOx menjadi asam nitrat dapat menimbulkan dampak terhadap

Page 23: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 23

kesehatan. Nitrat merupakan unsur yang mudah sekali terbawa air dan

masuk ke saluran air, sungai, air tanah dan akhirnya dikonsumsi oleh

manusia. Nitrat yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi nitrit.

Selanjutnya nitrit akan masuk ke dalam darah dan bereaksi dengan

haemoglobin sehingga menghasilkan methemoglobin yang dapat merusak

sistim transportasi oksigen di dalam darah. Organ tubuh yang paling peka

terhadap percemaran NOx adalah paru-paru. Apabila terkontaminasi gas

NOx, paru-paru membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat

mengakibatkan kematian. Kadar gas NO yang tinggi dapat menyebabkan

gangguan pada sistim saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila

keracunan ini terus berlanjut dapat menyebabkan kelumpuhan. Oleh sebab

itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa negara telah

menetapkan standar kualitas air yang boleh dikonsumsi oleh manusia.

Standar tertinggi kandungan nitratnya adalah 10 ppm nitrat (10 mg per

liter air).

PLTU Batubara melepaskan gas-gas polutan ke udara yang menyebabkan

terjadinya hujan asam yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.

Pengaruhnya antara lain adalah timbulnya bintik-bintik pada permukaan

daun. Jika konsentrasi pencemar cukup tinggi, akan terjadi nekrosis atau

kerusakan pada jaringan daun, sehingga daun tidak dapat berfungsi

sempurna menjalankan proses fotosintesa dan memproduksi karbohidrat,

yang berakibat lebih lanjut pada kerusakan hutan dan pengikisan lapisan

tanah yang subur. Hal ini merupakan awal terjadinya ketandusan

lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung alam terhadap

kelangsungan hidup manusia. Asam dalam air hujan menambah

kemampuan air itu untuk melarutkan dan membawa lebih banyak logam-

logam berat keluar dari tanah, seperti merkuri (Hg) dan aluminium (Al).

Ini berarti bahwa pada saat hujan asam mencapai sungai atau danau, air

hujan itu membawa lebih banyak pemcemar berbahaya. Air asam ini juga

dapat melarutkan tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dari pipa-pipa logam

untuk penyaluran air, yang dapat mengganggu sistim penyediaan air untuk

konsumsi manusia.

Page 24: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 24

Secara turun temurun masyarakat di Celukan Bawang hidup di pesisir

pantai dan berprofesi sebagai nelayan, akibat pembangunan PLTU ini

dikhawatirkan banyak nelayan akan beralih profesi.

Kerusakan ekosistem yang diakibatkan pembangunan PLTU di Celukan

Bawang dikhawatirkan akan merusak potensi pariwisata yang akan

mengancam perekonomian masyarakat lokal dan Bali secara umum.

Masyarakat lokal juga akan kehilangan mata pencahariannya sebagai

nelayan pada umumnya, dan akan mengurangi pendapatan masyarakat.

Pesisir pantai Celukan Bawang semakin menipis karena digunakan sebagai

tempat pembangunan PLTU mengakibatkan Upacara Keagamaan

(Melasti) yang biasa dilakukan dipantai tersebut mengalami sedikit

kendala, seperti pengalihan jalur menuju ke pantai, dapat terganggunya

proses Upacara karena kebisingan proyek,

Page 25: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 25

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan adanya pembangunan PLTU tersebut, diharapkan konsumen listrik

di Bali tidak perlu lagi khawatir terhadap kemungkinan gagalnya pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Bedugul. Sebab,kapasitas

penyediaan listrik sudah berada dalam kondisi aman. Dengan adanya

pembangunan PLTU tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan dampak

negatif.

Dengan adanya pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini masyarakat

yang tidak memiliki pekerjaan kemungkinan dapat diikutsertakan dalam proyek

pembangunan PLTU di Celukan Bawang misalnya sebagai Buruh bangunan.

PLTU Batubara melepaskan gas-gas polutan ke udara yang menyebabkan

terjadinya hujan asam yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.

Pengaruhnya antara lain adalah timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun

4.2 Saran

Dengan adanya pembangunan PLTU seperti ini hendaknya

mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan agar tidak

mencemari lingkungan sekitar dan pembangunannya harus sesuai dengan

peraturan-peraturan pemerintah yang ada.

Page 26: Hubungan Pembangunan Pltu Terhadap Kehidupan Nelayan Dipesisir Pantai Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 26

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi