HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA...

134
HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan Oleh: Anang Satrianto NIM. 0610722007 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN 32

description

Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Transcript of HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA...

Page 1: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN

CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:

Anang Satrianto

NIM. 0610722007

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2008

32

Page 2: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN

CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:

Anang Satrianto

NIM. 0610722007

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2008

Page 3: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

LEMBAR PERSETUJUAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN

CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

Anang SatriantoNim: 0610722007

Menyetujui untuk diuji:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK Ns. Hj. Tina Handayani N, S.KepNIP. 000 848 051 NIP. 132 321 109

Page 4: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN

CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

Anang SatriantoNim: 0610722007

Telah diuji pada

Hari : Kamis

Tanggal : 28 Februari 2008

Dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Dr.dr. Achdiat Agoes, Sp.SNIP. 130 532 706

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK Ns. Hj. Tina Handayani N, S.KepNIP. 000 848 051 NIP. 132 321 109

Page 5: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Syukran Ya Allah…Sudah Menyayangi-Q

Dengan Selalu Memberikan Yang Terbaik Untuk-Q

1

1 Alhamdulillah, Thank U 2 the Prophet yang mulia baginda Rosulallah Muhammad SAW, Ayah & Bunda, AdekQ, MeongQ (Khumaira Al Zahra) Pak Dalang dan Bu Haji makasih atas Bimbingannya. Romi, David, Yoni makasih atas bantuannya, semua temen-temen PASIK-B 2006, baik yang UK atau yang tidak tetap semangat!. i will miss you all. Afwan

Page 6: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah -

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dengan judul

“Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi

Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di

Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh keinginan penulis untuk

Mengetahui hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan

kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan

kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Salah satu keuntungan

penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap

pelaksanaan tindakan oral higiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pelaksanaan tindakan oral hygiene, kejadian infeksi rongga mulut dan juga untuk

menganalisa hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan

kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan

kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, M.Kes, sebagai dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

2. dr. Subandi, M.Kes, DHAK, sebagai Kepala Jurusan Ilmu Keperawatan

Universitas Brawijaya Malang.

Page 7: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

3. Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK, sebagai pembimbing pertama yang

telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini.

4. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep, sebagai pembimbing kedua yang

telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini.

5. Dr.Achdiat Agoes, Sp.S. sebagai ketua tim penguji Tugas Akhir

6. Seluruh Perawat Ruang 13 yang telah membantu pelaksanaan

pengambilan data Tugas Akhir ini.

7. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB yang telah

membantu terselesainya penulisan penelitian Tugas Akhir ini.

8. Yang tercinta Ibunda dan Ayahanda serta adinda terima kasih atas segala

dorongan, pengertian, dan kasih sayangnya.

9. Teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu dan selalu

memberi suport dalam menyelesaikan penulisan penelitian Tugas akhir ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

konstruktif bagi kesempurnaan proposal penelitian selanjutnya.

Akhirnya, semoga penelitian tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, Februari 2008

Penulis

Page 8: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

ABSTRAK

Satrianto, Anang. 2008. Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (1) Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (2) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep.

Oral Hygine merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan mulut, gigi dan gusi. Ketidakmampuan penderita cidera kepala dengan penurunan kesadaran untuk merawat dirinya dan melakukan sirkulasi air liur bila dibiarkan saja dapat mengakibatkan mulut berbau tidak sedap dan dapat terjadi infeksi rongga mulut. Oleh karena itu diperlukan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pasien cidera kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional pada 13 responden pasien ce-dera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Variabel independen dari penelitian ini adalah pelaksanaan oral hygiene pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Variabel dependen penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Data dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan instrumen yang berupa check list. Hasil penelitian menunjukkan nilai r sebesar 0, 786 dengan signifikansi 0, 001, dimana nilai r hitung lebih kecil dari r Tabel (0, 786 < 0,544) sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan oral hygiene berhubungan dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran.

Kata Kunci: Oral Hygiene, Kejadian Infeksi

Page 9: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

ABSTRACT

Satrianto, Anang. 2008. The Correlation between Oral Hygiene Implementation with the Occurrence of Oral Cavity Infection at Patient with Head Injury Disorder and Decreasing Awareness in Ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang. Final Assignment, Nursing Department Medical Faculty of Brawijaya University Malang. Supervisor: (1) Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (2) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep.

Oral hygiene is a procedure to clean mouth, teeth, and gums. Incapability of patient to take care themselves and to control salivary circulation may result bad smell of the mouth and oral cavity infection. There is necessary to give oral hygiene to patient with head injury disorder though it is nurse’s role. This study was aimed to identify the correlation between oral hygiene implementation and the occurrence of oral cavity infection at patient with head injury disorder and decreasing awareness in ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang. A cross-sectional study was carried out using 13 respondents patients with head injury disorder and decreasing awareness in ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang who given oral hygiene by nurse. The independent variable was oral hygiene implementation at patient with head injury and decreasing awareness, and the dependent variable was the occurrence of oral cavity infection among those patients. Data were collected by observation using check list instrument. The results showed that the r value equals to 0,786 with significant level 0,001, in which r value is lower than r in the table (0.786 < 0.544). It can be concluded that oral hygiene implementation have a relation with occurrence of oral cavity infection at patient with head injury disorder and decreasing awareness.

Keywords: Oral Hygiene, Infection Occurrence

Page 10: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ...................................................................................................... iHalaman Persetujuan............................................................................ iiHalaman Pengesahan........................................................................... iiiHalaman Peruntukan............................................................................. ivKata Pengantar...................................................................................... vAbstrak................................................................................................... viiAbstrack................................................................................................. viiiDaftar Isi................................................................................................. ixDaftar Gambar....................................................................................... xiDaftar Tabel........................................................................................... xiiDaftar Lampiran..................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang........................................................................ 11.2 Rumusan Masalah.................................................................. 31.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum................................................................. 31.3.2 Tujuan Khusus................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Cedera Kepala................................................ 62.1.1 Definisi........................................................................... 62.1.2 Klasifikasi Cedera Kepala ............................................. 62.1.3 Klasifikasi Tingkat Kesadaran........................................ 72.1.4 Patofisiologi.................................................................... 10

2.2 Rongga Mulut.......................................................................... 112.2.1 Abnormalitas Bibir.......................................................... 122.2.2 Abnormalitas Mulut........................................................ 132.2.3 Abnormalitas Gusi.......................................................... 162.2.4 Abnormalitas Kelenjar Saliva......................................... 18

2.3 Konsep infeksi ........................................................................ 182.3.1 Pengertian infeksi .......................................................... 182.3.2 Patofisiologi infeksi......................................................... 182.3.3 Gambaran klinis............................................................. 192.3.4 Etiologi infeksi................................................................ 19

2.4 Konsep infeksi nosokomial..................................................... 202.4.1 Pengertian infeksi nosokomial....................................... 202.4.2 Cara penularan infeksi nosokomial................................ 202.4.3 Faktor Yang mempengaruhi infeksi nosokomial............ 212.4.4 Kondisi yang mempermudah infeksi nosokomial........... 242.4.5 Penyebab infeksi nosokomial......................................... 26

2.5 Konsep Dasar Oral Hygiene................................................... 262.5.1 Prosedur Pelaksanaan Oral Hygiene ............................ 27

Page 11: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konsep.................................................................... 303.2 Hipotesis Penelitian................................................................. 31

BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Desain Penelitian................................................................... 324.2 Kerangka Kerja...................................................................... 334.3 Identifikasi Variabel................................................................ 33

4.3.1 Variabel Independen..................................................... 33 4.3.2 Variabel Dependen....................................................... 34

4.4 Definisi Operasional............................................................... 344.5 Desain Sampling.................................................................... 40

4.5.1 Populasi ....................................................................... 40 4.5.2 Sampel.......................................................................... 40 4.5.3 Sampling....................................................................... 41

4.6 Pengumpulan Dan Analisa Data............................................ 414.6.1 Instrumen....................................................................... 414.6.2 Tempat Dan Waktu........................................................ 414.6.3 Prosedur......................................................................... 414.6.4 Analisa Data................................................................... 42

4.7 Etika Penulisan...................................................................... 424.8 Keterbatasan ......................................................................... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN5.1 Data Umum

5.1.1 Karakteristik Lokasi Pengambilan Sample..................... 435.1.2 Karakteristik Responden................................................ 44

5.2 Data Khusus5.2.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene............................. 465.2.2 Kejadian Infeksi.............................................................. 475.2.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral hygiene dengan

Kejadian Infeksi.............................................................. 48

BAB 6 PEMBAHASAN6.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene..................................... 496.2 Kejadian Infeksi....................................................................... 516.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral hygiene dengan

Kejadian Infeksi....................................................................... 52

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan............................................................................. 547.2 Saran....................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 56LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................30

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian............................................................33

Gambar 5.1 Diagram Pie Responden Menurut Umur......................................46

Gambar 5.2 Diagram Pie Responden Menurut Jenis Kelamin.........................47

Gambar 5.3 Diagram Pie Pelaksananaan Tindakan Oral Hygiene..................48

Gambar 5.4 Diagram Pie Kejadian Infeksi.......................................................49

Page 13: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) ...................................06

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS)..........................................................08Tabel 4.1 Definisi Operasional.......................................................................35Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan pelaksanaan tindakan oral

hygiene dan kejadian infeksi..........................................................50

Page 14: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar instrumen penelitian ..............................................61

Lampiran 2. Hasil Analisa Dengan SPSS...............................................65

Lampiran 3. Lembar pernyataan keaslian tulisan....................................70

Lampiran 4. Lembar pengantar kuesioner..............................................71

Lampiran 5. Lembar persetujuan menjadi responden.............................73

Lampiran 6. Lembar pernyataan Informrd Consent................................74

Lampiran 7. Lembar Etik Penelitian........................................................76

Lampiran 8. Lembar Konsultasi..............................................................82

Lampiran 9. Lembar Revisi.....................................................................84

Lampiran 10. Perlengkapan Surat Penelitian............................................87

Lampiran 11. Lembar Curiculum Vitae......................................................92

Page 15: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar

terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000). Resiko utama

pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat

perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera

dan meningkatnya tekanan intra cranial (Brunner& Suddarth, 2002).

Cedera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak,

kombusio (gegar) serebri, kontosio (memar)/laserasi, dan perdarahan

cerebral. Oleh karena itu pasien cedera kepala dapat mengalami berbagai

masalah keperawatan diantaranya gangguan kesadaran, gangguan

mobilitas fisik, dan gangguan menelan (Doengoes, 2000). Pada pasien

cedera kepala dengan penurunan kesadaran pasien akan mengalami

gangguan menelan makanan lewat mulut, dan ini dapat menjadikan salah

satu penyebab terjadinya peradangan selaput lendir mulut (Stevens,

1999). Pada pasien yang mengalami gangguan menelan, makanan

diberikan melalui selang sehingga saliva jarang mengalami pergantian

yang memudahkan terbentuknya koloni mikroflora oral komensal.

Penelitian yang dilakukan Yuiastuti, dkk. 2001, berhasil mengidentifikasi

morfologi beberapa kuman yang terdapat dalam rongga mulut,

diantaranya adalah kuman Streptococcus, Diplococcus, kuman bentuk

batang langsing Gram positif dan Gram negative. Apabila dibiarkan

Page 16: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga mulut

(Tasota. 1998).

Salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar mulut

terhindar dari infeksi, serta untuk membersihkan mulut dari kuman dan

menyegarkan mulut adalah dengan Oral hygiene (Clark, 1993). Oral

hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan

mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al (1997), oral

hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontiunitas bibir,

lidah dan mukosa membran mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga

mulut, dan melembabkan mukosa membran mulut dan bibir. Sedangkan

menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk mencegah penyakit

gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut,

mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk

meningkatkan nafsu makan.

Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran dan

gangguan neuromuskuler (Doengoes, 2000) oral hygiene merupakan

tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat (Wolf, 1994). Penelitian

yang dilakukan oleh Yuliastuti, dkk (2001), menunjukkan bahwa ada

penurunan jumlah koloni kuman pada rongga mulut setelah dilakukannya

oral hygiene. Hasil wawancara dari salah seorang perawat di Ruang 13

(ruang akut) RSU Dr.Saiful Anwar Malang mengatakan tindakan tersebut

belum dilakukan dengan optimal.

Berdasarkan data dari RSU Dr.Saiful Anwar Malang di Ruang 13

(ruang akut) pada bulan Januari - Agustus 2007 didapatkan laporan

bahwa angka kejadian cedera kepala ringan sebanyak 176 orang, cedera

Page 17: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

kepala sedang sebanyak 195 orang dan cedera kepala berat sebanyak

97 orang.

Berdasarkan fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan pelaksanaan tindakan oral hygine dengan

kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan

penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene

dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala

dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar

Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan tindakan

oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada

pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang

13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pelaksanaan tindakan oral hygiene pada

pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang

13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Page 18: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga mulut pada pasien

cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13

RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pelaksanaan tindakan oral

hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien

cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13

RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi rumah sakit

1.4.1.1 Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasaan konsumen

penderita dan keluarga.

1.4.1.2 Dapat dijadikan bahan masukan untuk penyusunan

prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene pada pasien

cidera kepala dengan penurunan kesadaran.

1.4.2 Bagi perawat

Meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap

pelaksanaan tindakan oral higiene

1.4.3 Bagi penderita

Mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi

resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

diri (Activity Daily Living)

1.4.4 Bagi keluarga

Page 19: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Mendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk

melaksanakan oral hygiene dan merawat pasien dengan baik

sepulang dari rumah sakit.

Page 20: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 2

DAFTAR PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran atau responsivitas dikaji secara teratur

karena perubahan pada tingkat kesadaran mendahului semua

perubahan tanda vital dan neurologik lain.

a. Kompos metis (GCS 14-15)

Suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran yang normal

b. Somnolen (GCS 13-11)

Suatu keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih penuh bila

dirangsang. Somnolen disebut juga letargi atau obtundasi.

Somnolen ditandai dengan mudahnya klien dibangunkan,

mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.

c. Sopor atau Stupor (GCS 8-10)

Suatu keadan dengan rasa ngantuk yang dalam. Klien masih

dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, singkat dan

masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri klien

tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah

tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal

dari klien. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih

baik.

d. Koma ringan atau semi koma (GCS 5-7)

Page 21: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal.

Reflek (kornea, pupil dan sebagainya) masih baik. Gerakan

terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri. Reaksi

terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi, merupakan jawaban

primitif. Klien sama sekali tidak dapat dibangunkan.

e. Koma (dalam atau komplit) (GCS 3-4)

Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali

terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

(Lumbatobing, 1998).

Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara

kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang

terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye

opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan

lengan serta tungkai (motor respons).

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) :

Respon Nilai

a. Membuka mata

Spontan

Terhadap bicara

(Suruh pasien membuka mata)

Dengan rangsang nyeri

(Tekan pada saraf supraorbita atau kuku)

Tidak ada reaksi

(Dengan rangsang nyeri pasien tidak

membuka mata)

4

3

2

1

Page 22: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

b. Respon verbal (bicara)

Baik dan tidak ada disorientasi

(Dapat menjawab dengan kalimat yang baik

dan tahu dimana ia berada)

Kacau (confused)

(Dapat bicara dengan kalimat, namun ada

disorientasi waktu dan tempat)

Tidak tepat

(Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak

berupa kalimat dan tidak tepat)

Mengerang

(Tidak mengucapkan kata, hanya suara

mengerang)

Tidak ada jawaban

5

4

3

2

1

c. Respon motorik (gerakan)

Menurut perintah

(Misalnya : suruh pasien angkat tangan)

Mengetahui lokasi nyeri

(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan

dengan jari pada supraorbita. Bila oleh rasa

nyeri pasien mengangkat tangannya sampai

melewati dagu untuk maksud menapis

rangsang tersebut berarti ia dapat

mengetahui lokasi nyeri)

Reaksi menghindar

Reaksi Fleksi (dekortikasi)

(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan

dengan objek keras, seperti bolpoint, pada jari

kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi,

terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi

6

5

4

3

Page 23: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

pada pergelangan tangan mungkin ada atau

tidak ada)

Reaksi ekstensi (deserebarsi)

(Dengan rangsang nyeri tersebut diatas

terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu disertai

fleksi spastik pada pergelangan tangan)

Tidak ada reaksi

2

1

2.2 Konsep Dasar Cedera Kepala

2.2.1 Definisi

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi

otak yang diseratai atau tanpa disertai perdarahan interstitiel dalam

subtansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Sudarsono,

1997). Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah

kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai

respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan

intracranial (Brunner & Suddarth, 2002).

2.2.2 Klasifikasi Cedera Kepala

Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh the

Traumatic Coma Data bank berdasarkan Scor Glasgow Coma

Scale. Istilah cedera kepala ringan, sedang dan berat berguna

dalam hubungan dengan pengkajian parameter untuk terapi

dan hasil sepanjang kontinum perawatan (Hudak & Gallo,

1996).

Tabel 2.1 Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan

Nilai Glasgow Coma Scale (GCS).

Page 24: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Penentuan

KeparahanDeskripsi Frekuensi

Ringan GCS 13-15

Dapat terjadi kehilangan

kesadaran atau amnesia tetapi

kurang dari 30 menit

Tidak ada ada fraktur

tengkorak, tidak ada kontusio

cerebral, hematoma.

55 %

Sedang GCS 9-12

Kehilangan kesadaran dan/

atau amnesia lebih dari 30

menit tetapi kurang dari 24 jam.

Dapat mengalami fraktur

tengkorak.

24 %

Berat GCS 3-8

Kehilangan kesadaran dan/

atau terjadi amnesia lebih dari

24 jam.

Juga meliputi kontusio

cerebral, laserasi, atau

hematoma intrakranial.

21 %

2.2.3 Patofisiologi Terjadinya Gangguan Perawatan Diri Pada

Penderita Cedera Kepala.

Akibat cedera kepala bisa mengakibatkan pasien mengalami

lesi intra cranial salah satunya adalah Hematoma epidural,

Page 25: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

hematoma epidural adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara

tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan meningen paling luar dura

mater. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek

arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga

lebih cepat memancar. Tanda dan gejala klasik terdiri dari penurunan

kesadaran ringan pada waktu terjadi benturan dengan pemulihan

secara perlahan-lahan. Selanjutnya bisa terjadi peningkatan

kebingungan, rasa ngantuk, kelumpuhan, pingsan dan koma ( Hudak,

1994). Selain itu penderita dapat mengalami gangguan pemenuhan

perawatan diri (Hudak dan Gallo, 1994).

Gangguan pemenuhan perawatan diri tersebut meliputi (1)

ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, (2)

ketidakmampuan untuk mandi dan membersihkan mulut, (3)

ketidakmampuan berpakaian dan (4) kesulitas menyelesaikan tugas

toileting (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2000).

Beberapa klien memerlukan oral hygiene, terutama klien yang

tidak sadar karena tidak dapat menelan sekresi air liur yang

mengumpal dalam mulut. Hal ini jika dibiarkan pasien akan

mengalami infeksi rongga mulut (Potter & Perry, 2006)

2.3 Rongga Mulut

Rongga mulut adalah bagian teratas dari saluran pencernaan.

Bagian utama dari rongga mulut adalah bibir, lidah, mukosa, gusi,

tulang rahang, gigi geligi dan faring. Setiap bagian dari rongga mulut

Page 26: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

ini dapat menderita penyakit tertentu yang disebabkan oleh jenis

toksikan yang tertentu pula.

Suatu toksikan dapat menyebabkan penyakit rongga mulut

melalui dua cara.Pertama yaitu secara langsung. Hal ini dapat terjadi

jika toksikah langsung masuk ke dalam rongga mulut, misalnya

melalui makanan yang terkontaminasi dengan toksikan atau secara

tidak sengaja termakan suatu jenis toksikan. Kedua yaitu secara

tidak langsung atau disebut juga secara sistemik. Hal ini terjadi

dimana toksikan melalui kulit atau saluran napas masuk ke dalam

tubuh, diabsorpsi oleh darah, selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh

termasuklah ke daerah rongga mulut. Cara pertama akan

menimbulkan gejala-gejala penyakit rongga mulut yang akut,

sedangkan cara kedua akan menimbulkan gejala-gejala kronis.

Banyak penyakit dimanifestasikan sebagai perubahan pada

rongga oral, yang mencakup area bibir, mulut, atau gusi (Brunner &

Suddarth, 2002). Berikut ini adalah keadaan yang menunjukkan

abnormalitas yang dapat terjadi di area bibir, mulut dan gusi.

2.3.1 Abnormalitas bibir

A. Seilitis aktinik

Tanda dan gejala

1. Iritasi bibir yang dihubungkan dengan berkerak,

pecah, fisura.

Page 27: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2. Pertumbuhan berlebihan dari lapisan tanduk

epidermis (hiperkeratosis)

Kemungkinan penyebab

1. Efek kumulatif dari pemajanan dari sinar matahari,

lebih sering terjadi pada orang berkulit kuning dan

pada orang yang cenderung terpajan pada sinar

matahari seperti petani

2. Dapat menimbulkan kanker sel skuamosa

B. Herpes simpleks 1 (sariawan dingin atau demam lepuh)

Tanda dan gejala

1. Gejala dapat melambat setelah 20 hari pemajanan.

2. Vesikel, nyeri tunggal atau kelompok yang dapat

ruptur

Kemungkinan penyebab

1. Virus herpes simpleks – infeksi oportunistik sering

terlihat pada pasien yang mengalamai penekanan

imun

2. Dapat terjadi ulang pada menstruasi, demam, atau

pemajanan sinar matahari.

C. Kankre

Tanda dan gejala

1. Lesi kemerahan melingkar

2. Yang ulserasi dan menjadi krusta

Page 28: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Kemungkinan penyebab

1. Lesi primer dari sífilis

2. sangat menular

D. Dermatitis kontak

Tanda dan gejala

1. Area kemerahan atau ruam,

2. Gatal

Kemungkinan penyebab

Reaksi alergi pada lipstik, salep kosmetik atau

bahkan pasta gigi

2.3.2 Abnormalitas mulut

A. Leukoplakia

Tanda dan gejala

1. Bercak putih

2. Mungkin hiperkeratosis

3. Biasanya, mukosa bukal

4. Biasanya tidak nyeri

Kemungkinan penyebab

Kurang dari 2% adalah malignan

B. Leukloplakia berambut

Tanda dan gejala

1. Bercak putih dengan proyeksi seperti rambut kasar

2. Secara khas ditemukan pada batas lateral lidah

Page 29: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Kemungkinan penyebab

1. Kemungkinan virus

2. Merokok dan pengguna tembakau

3. Sering terlihat pada orang dengan HIV positif

C. Tumbuhan lumut

Tanda dan gejala

1. Papula putih pada interaksi dari jaringan jalinan

lesi.

2. Biasanya ulserasi dan nyeri

Kemungkinan penyebab

Kekambuhan umum terjadi dapat menimbulkan

malignan

D. Kandidiasis (moniliasis/sariawan)

Tanda dan gejala

1. Plak putih seperti keju

2. Seperti dadih putih

3. Bila diseka, meninggalkan eritematosa dan sering

perdarahan

Kemungkinan penyebab

1. Jamur candida ablicans

2. Faktor predisposisi mencakup diabetes, terapi

antibiotik dan imunosupresi

E. Stomatitis (apthous – sakit sariawan)

Page 30: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Tanda dan gejala

1. Ulkus dalam dengan bagian tengah putih atau abu-

abu dan batas kemerahan

2. Terlihat pada bagian dalam bibir, pipi dan lidah

3. Mulai dengan ensasi kebakar atau kesemutan dan

agak bengkak

4. Nyeri biasanya hilang setelah 7 – 10 hari dan

sembuh tanpa jaringan parut.

Kemungkinan penyebab

1. Stres emosi atau mental

2. Kelelahan

3. Faktor hormonal

4. Trauma minor

5. Dihubungkan dengan infeksi HIV

6. Dapat kambuh

F. Leukoplakia (bukalis – bercak perokok)

Tanda dan gejala

1. Mempunyai satu atau dua bercak putih tebal pada

membran mukosa lidah atau mulut.

2. Lidah dan mulut tertutup dengan membran mukosa

putih tebal berkrim

3. Meninggalkan dasar merah daging

Page 31: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Kemungkinan penyebab

1. Iritasi kronis oleh karies

2. Infeksi dan perbaikan gigi yang kurang baik

3. Tembakau, makanan sangat berbumbu.

G. Kritoplakia

Tanda dan gejala

Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral

Kemungkinan penyebab

Inflamasi nonseptik

H. Sarkoma kaposi

Tanda dan gejala

1. Tampak pertama sekali pada mukosa oral

2. Sebagai lesi kemerahan, putih atau biru

3. Mungkin lesi tunggal atau multiple

4. Mungkin datar atau menonjol

Kemungkinan penyebab

Infeksi HIV

2.3.3 Abnormalitas gusi

A. Gingivitis

Tanda dan gejala

1. Gusi nyeri, inflamasi dan bengkak.

Page 32: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2. Biasanya gusi berdarah setelah berespon terhadap

kontak ringan.

Kemungkinan penyebab

1. Higiene oral buruk

2. Debris makanan, plak bakterial, dan akumulasi

kalkulus (tartar).

3. Gusi mungkin bengkak dalam respon pubertas dan

kehamilan.

B. Gingivitis nekrotis (penyakit mulut)

Tanda dan gejala

1. Ulserasi pseudomembranosa abu-abu putih yang

mempengaruhi tepi gusi, mukosa mulut, tonsil dan

faring.

2. Nafas bau, nyeri, gusi berdarah dan

pembengkakan

Kemungkinan penyebab

C. Gingivostomatitis herpetic

Tanda dan gejala

1. Sensasi terbakar dengan adanya vesikel kecil 24-

48 jam kemudian.

Page 33: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2. Vesikel dapat ruptur, membentuk sariawan, ulkus

dalam tertutup dengan membran abu-abu.

Kemungkinan penyebab

1. Virus herpes simpleks.

2. Terjadi pada orang imunosupresi

3. Terjadi pada proses nfeksi lain seperti pneumonia

streptokokal, meningitis meningokokal dan malaria.

D. Periodontis

Tanda dan gejala

1. Sedikit ketidaknyamanan pada awitan.

2. Dapat mengalami perdarahan, infeksi, reseksi gusi,

dan kehilangan gigi.

Kemungkinan penyebab

1. Dapat diakibatkan gingivitis yang tidak diobati.

2. Higiene gigi yang tidak adekuat atau buruk dan

ketidakadekuatan diet memperberat kejadian.

2.3.4 Abnormalitas kelenjar saliva

Kelenjar saliva terdiri dari kelenjar parotis, satu pada setiap

setiap sisi wajah dibawah telinga: kelenjar submaksilaris dan

kelenjar sublingualis, keduanya pada dasar mulut : dan kelenjar

bukal, dibawah bibir. Kira-kira 1200 ml saliva diproduksi setiap hari.

Page 34: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Fungsi utama adalah pelumasan, perlindungan bakterial, dan

pencernaan (Brunner & Suddarth, 2002).

A. Parotitis

Parotitis (inflamasi kelenjar parotis) adalah kondisi

inflamasi paling umum dari kelenjar saliva, namun infeksi dapat

juga terjadi pada kelenjar saliva lain. Orang lemah dengan

penurunan aliran saliva karena dehedrasi umum atau obat-

obatan berisiko tinggi terhadap terjadinya peritonitis. Organisme

pengganggu biasanya Staphylococcus aureus (kecuali pada

mumps).

B. Sialadentis

Sialadenitis (inflamasi kelenjar saliva) dapat disebabkan

oleh dehidrasi, terapi radiasi, stres, malnutrisi, kalkuli kelenjar

saliva (batu), atau higiene oral yang tidak tepat dan

dihubungkan dengan infeksi dengan Staphylococcus aureus,

Streptococcus viridans atau pneumokokus. Gejala meliputi

nyeri, bengkak dan rabas perulen.

C. Kalkulus saliva (sialolitiasis)

Kalkuli didalam kelenjar saliva tidak menyebabkan gejala

kecuali infeksi, tetapi kalkulus yang menyumbat duktus

menyebabkan nyeri tiba-tiba, local dan sering nyeri kolik, yang

tiba-tiba hilang dengan membuang ludah.

D. Neoplasma

Page 35: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Neoplasma (tumor atau pertumbuhan) dari berbagai

setiap tipe dapat berkembang pada kelenjar saliva. Tumor

terjadi lebih sering pada kelenjar parotis. Insiden tumor kelenjar

saliva sama baik pada pria dan wanita. Diagnosis didasarkan

pada riwayat dan biopsi.

Page 36: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.4 Konsep Infeksi

2.4.1 Pengertian Infeksi

Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya

mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh

terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 hal: 531).

2.4.2 Patofisiologi Infeksi.

Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi

umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan

metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis disuluru

tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).

Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus

berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.

Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan

yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh

sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel

fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul

dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh

yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).

(Sjamsuhidajat R, 1997. hal; 6).

2.4.3 Gambaran klinis.

Page 37: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Gambaran klinis infeksi pasca bedah adalah : Rubor (kemerahan), kalor

(demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena

eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan

sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan

mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit

kepala, demam dan peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat R. 1997.

hal:6).

2.4.4 Etiologi Infeksi

Beberapa kuman gram positif (stroptokokus, stapilokokus) garam negatif

(Enterobakrerium, pseudomonas) kuman anaerob (klostrodium,

bakriodes, blasto-mikosis) dan virus (Hepatitis, herpes, poliomyelitis) .

(Sjamsuhidajat,1997. hal:8).

2.5 Konsep Infeksi Nosokomial

2.5.1 Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit

atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di rumah sakit

(Zulkarnain I, 1998 hal 531).

Infeksi nosokomial tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang

kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan,

pengunjung dan pengantar. Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah

sakit apa bila :

1) Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak

didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

Page 38: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2) Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang

dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3) Tanda-tanda klinik tersesut baru timbul sekurang-kurangnya

setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya perawatan.

4) Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi

sebelumnya.

2.5.2 Cara penularan Infeksi Nosokomial

Macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa berupa :

1) Infeksi silang (Cross Infection)

Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita

lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.

2) Infeksi sendiri (Self infection,Auto infection)

Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah

tempat dari satu jaringan kejaringan lain.

3) Infeksi lingkungan (Enverenmental infection)

Disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan

yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.

Misalnya : lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI

1995).

Page 39: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Menurut Jemes H,Hughes dkk yang dikutip oleh Misnadiarli 1994

tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi

nosokomial yaitu :

1) Kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat

atau menjaga pasien

2) Kontak tidak langsung ketika obyek tidak bersemangat/kondisi

lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak

didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka

paska operasi.

3) Penularan cara droplet infection dimana kuman dapat

mencapai keudara (air borne).

4) Penularan melalui vektor yaitu penularan melalui

hewan/serangga yang membawa kuman.

2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi

nosokomial.

Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung

maupun tidak langsung antara penderita (host) yang rentan

mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya

(Environment). Faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan

saling berhubungan disebut rantai infeksi sebagai berikut :

1) Adanya mikroorganisme yang infeksius mikroba penyebab

infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur maupun parasit.

Penyebab utama infeksi nosokomial biasanya bakteri dan

Page 40: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

virus dan kadanga-kadang jamur dan jarang oleh parasit.

Peranannya dalam infeksi nosokomial tergantung antara lain

dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya.

2) Adanya portal of exit/pintu keluar.

Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satu

tempat, meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of

exit yang utama adalah saluran pernapasan, daluran cerna

dan saluran urogenitalia.

3) Adanya porta of entry/Pintu masuk

Tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa,

saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran urogenitalia.

Mikroba yang terinfesius dapat masuk ke saluran ceran

melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi seperti:

E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan toxoplasmosis

dapat masuk ke host melalui placenta.

4) Terdapatnya cara penularan.

Penularan atau transmission adalah perpindahan mikroba dari

source ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara

dan vektor.

Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi

nosokomial adalah dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat

kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara

langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection.

Page 41: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

5) Penderita (host) yang rentan.

Masuknya kuman kedalam tubuh penderita tidak selalu

menyebabkan infeksi. Respon penderita terhadap mikroba

dapat hanya infeksi subklinis sampai yang terhebat yaitu

infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian. Yang

memegang peranan sangat penting adalah mekanisme

pertahanan tubuh hostnya. Mekanisme pertahana tubuh

secara non spesifik antara lain adalah kulit, dinding mukosa

dan sekret, kelenjar-kelenjar tubuh. Mekanisme pertahanan

tubuh yang spesifik timbul secara alamia atau bantuan ,

secara alamia timbul karena pernah mendapat penyakit

tertentu, seperti poliomyelitis atau rubella. Imunitas buatan

dapat timbul secara aktif karena mendapat vaksin dan pasif

karena pemberian imuneglobulin (Serum yang mengandung

antibodi).

Lingkungan sangat mempengaruhi rantai infeksi sebagai

contoh tindakan pembedahan di kamar operasi akan lebih kecil

kemungkinan mendapatkan infeksi luka operasi dari pada

dilakukan ditempat lain (Wirjoadmodjo, 1993).

Page 42: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Selain pembagian faktor-faktor diatas, infeksi nosokomial juga

dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen

adalah faktor yang ada didalam tubuh penderita sendiri antara lain

umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh dan kondisi lokal. Faktor

eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita berupa lamanya

penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan, peralatan

tehnis medis yang dilakukan dan adanya benda asing dalam

tubuh penderita yang berhubungan dengan udarah luar (Roeshadi

Joko,1991. hal:31-32).

2.5.4 Kondisi-kondisi yang mempermudah terjadinya Infeksi

nosokomial

Menurut (Farida Betty, 1999) Infeksi nosokomial mudah terjadi

karena adanya beberapa keadaan tertentu

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya

orang sakit/pasien, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit

yang ada lebih penyakit dari pada ditempat lain.

2. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah,

sehingga mudah tertular.

3. Rumah sakit sering kali dilakukan tindakan

invasif mulai dari sederhana misalnya suntukan sampai

tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan

tindakan sering kali petugas kurang memperhatikan tindakan

aseptik dan antiseptik.

Page 43: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih

resisten terhadap antibiotik, akibat penggunaan berbagai

macam antibiotik yang sering tidak rasional.

5. Adanya kontak langsung antara pasien atau

petugas dengan pasien, yang dapat menularkan kuman

patogen.

6. Penggunaan alat-alat kedokteran yang

terkontaminasi dengan kuman

Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien,

petugas rumah sakit, pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit.

Selain itu setiap tindakan baik tindakan invasif maupun non invasif

yang akan dilakukan pada pasien mempunyai resiko terhadap

infeksi nosokomial. Adapun sumber infeksi tindakan invasif

(operasi) adalah :

1. Petugas :

a) Tidak/kurang memahami cara-cara penularan

b) Tidak/kurang memperharikan kebersihan

perorangan

c) Tidak menguasai cara mengerjaklan tindakan

d) Tidak memperhatikan/melaksanakan aseptik

dan antiseptik

Page 44: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

e) Tidak mematuhi SOP (standar operating

procedure)

f) Menderita penyakit tertntu/infeksi/carier

2. Alat :

a) Kotor

b) Tidak steril

c) Rusak / karatan

d) Penyimpangan kurang baik

3. Pasien:

a) Persiapan diruang rawat kurang baik

b) Higiene pasien kurang baik

c) Keadaan gizi kurang baik (malnutrisi)

d) Sedang mendapat pengobatan imunosupresif

4. Lingkungan

a) Penerangan/sinar matahari kurang cukup

b) Sirkulasi udarah kurang baik

c) Kebersihan kurang (banyak serangga, kotor, air tergenang)

d) Terlalu banyak peralatan diruangan

e) Banyak petugas diruangan (Farida, 1999)

2.5.5 Penyebab Infeksi nosokomial

Page 45: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa : bakteri,

virus, fungi dan parasir, penyebab utamanya adalah bakteri dan

virus, kadang-kadang jamur dan jarang disebabkan oleh parasit.

Peranannya dalam menyebabkan infeksi nosokomial tergantung

dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya.

Patogenesis adalah kemampuan mikroba menyebabkan

penyakit, patogenitas lebih jauh dapat dinyatakan dalam virulensi

dan daya invasinya. Virulensi adalah pengukuran dari beratnya

suatu penyakit dan dapat diketahui dengan melihat morbiditas dan

derajat penularan, Daya invasi adalah kemampuan mikroba

menyerang tubuh. Jumlah mikroba yang masuk sangat

menentukan timbul atau tidaknya infeksi dan bervariasi antara satu

mikroba dengan mikroba lain dan antara satu host dengan host

yang lain (Wirjoatmodjo B, 1993).

2.6 Konsep Dasar Oral Hygiene

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian

dari sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan gerbang

masuknya penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva

yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).

Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme

meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen

apabila respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut

secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak

bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga

Page 46: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak

boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka

(Bouwhuizen, 1996).

Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan

menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al

(1997), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk : (1) menjaga

kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut, (2) mencegah

terjadinya infeksi rongga mulut dan (3) melembabkan mukosa membran

mulut dan bibir. Sedangkan menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan

untuk : (1) mencegah penyakit gigi dan mulut, (2) mencegah penyakit yang

penularannya melalui mulut, (3) mempertinggi daya tahan tubuh, dan (4)

memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.

Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa

memberikan perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan lendir dan

terbentuknya kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika

terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau

kebersihan rongga mulutnya kurang. (Wolf, 1994).

Menurut Perry, (2005), prosedur pelaksanaan tindakan oral hygiene

sebagai berikut :

1. Persiapan alat :

a. Pencuci mulut atau larutan antiseptik

b. Spatel lidah dengan bantalan/spons

c. Handuk wajah, handuk kertas

d. Baskom

e. Gelas air dengan air dingin

Page 47: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

f. Jeli larut air

g. Spuit ber-bulb kecil (opsional)

h. Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat pengisap

i. Sarung tangan sekali pakai.

2. Pelaksanaan

a. Perawat cuci tangan

b. Pakai sarung tangan

c. Uji adanya reflek muntah.

d. Posisikan kepala miring kanan/kiri

e. Tempatkan handuk dibawah wajah klien dan baskom dibawah

dagu.

f. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan bawah klien dengan

spatel lidah.

g. Bersihkan mulut klien dengan menggunakan spatel lidah yang

dibasahi dengan pencuci mulut atau air.

h. Isap sekresi bila terakumulasi.

i. Berikan lapisan tipis jeli larut air pada bibir klien.

j. Jelaskan pada penderita bila anda telah melakukan prosedur.

k. Lepaskan sarung tangan dan buang pada wadah yang tepat.

l. Kembalikan posisi nyaman klien.

m. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat yang tepat.

n. Perawat cuci tangan

o. Lakukan dokumentasi.

3. Kriteria hasil oral hygiene

Page 48: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Mukusa mulut dan lidah terlihat merah muda, lembab, utuh. Gusi

basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah berwarna

merah muda dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan pharynx

tetab bersih (Perry and Potter, 2006).

Catatan :

a. Apabila penderita menggunakan gigi palsu dilepas dahulu

b. Apabila ada penumpukkan sekret dibersihkan terlebih

dahulu.

Page 49: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Pasien Ketergantungan

Total

Cidera Kepala :Penurunan Kesadaran

Asuhan Keperawatan

Oral Hygiene

Infeksi Rongga Mulut

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Ada Tidak ada

Tanda Infeksi Ronnga Mulut

1. Ulserasi

2. Merah

3. Kering

4. Lidah bengkak

5. Halitosis

6. Lidah berselaput

7. Bibir berkerak

8. Bibir pecah a Infeksi

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian-penelitian yang akan dilakukan, (Notoatmodjo, 2005)

Page 50: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene

dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera

kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU

Dr.Saiful Anwar Malang.

Page 51: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam 2001).

Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan ”Cross sectional”,

artinya obyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran menggunakan

variabel independen dan dependen dilakukan pada saat pemeriksaan

atau pengkajian data (Sastroasmoro, 1995).

Page 52: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.7 Frame Work / Kerangka Kerja

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

2.8 Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini variabel dibedakan menjadi 2 yaitu variabel

independen dan variabel dependen.

2.8.1 Variable Independen

Variabel independen atau variable bebas adalah adalah variable

yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable

dependen (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah : Pelaksanaan tindakan oral hygiene pada

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan cedera kepala

Sampel dalam penelitan ini adalah seluruh pasien cedera kepala yang memenuhi kriteria inklusi

Pengumpulan data dilakukan terhadap responden dengan menggunakan observasi.

Analisis Data

Penyajian Hasil

Page 53: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13

RSU Dr.Saiful Anwar Malang

2.8.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut pada pasien

cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU

Dr.Saiful Anwar Malang.

2.9 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

dapat diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat

terhadap situasi obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain (Nursalam, 2003). Definisi operasional meliputi : (lihat table

4.1 Definisi operasional hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene

dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan

penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang).

Page 54: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

No VariabelDefinisi

OperasionalParameter

Alat

Ukur

Skala

Pengukura

n

Skor

1 Independen

:

Oral

Hygiene

Tindakan perawatan

kebersihan mulut

yang dilakukan

perawat sesuai

standar

(Perry Potter, 2006)

1. Sebelum

melaksanakan

tindakan perawat

memberi penjelasan

terlebih dahulu kepada

klien.

2. Perawat mengkaji

kondisi rongga mulut

penderita sebelum

melakukan tindakan.

3. Perawat melakukan

prosedur dengan

cermat dan hati-hati :

a. Perawat cuci

tangan

b. Pakai sarung

tangan

Check list Ordinal Dikerjakan diberi skor 2.

Tidak dikerjakan diberi

skor 1.

Kemudian Diartikan

- Tepat dengan total

nilai (39-46)

- Kurang tepat

dengan total nilai

(31-38)

- Tidak tepat dengan

total nilai (23-30).

Page 55: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

c. Ujia danya reflek

muntah.

d. Posisikan kepala

miring kanan/kiri

e. Tempatkan handuk

dibawah wajah klien

dan baskom

dibawah dagu.

f. Secara hati-hati

regangkan gigi atas

dan bawah klien

dengan spatel lidah.

g. Bersihkan mulut

klien dengan

menggunakan

spatel lidah yang

dibasahi dengan

pencuci mulut atau

air.

h. Isap sekresi bila

Page 56: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

terakumulasi.

i. Berikan lapisan tipis

jeli larut air pada

bibir klien.

j. Jelaskan pada

penderita bila anda

telah melakukan

prosedur.

k. Lepaskan sarung

tangan dan buang

pada wadah yang

tepat.

l. Kembalikan posisi

nyaman klien.

m. Bersihkan peralatan

dan kembalikan

pada tempat yang

tepat.

n. Perawat cuci

tangan

o. Lakukan

Page 57: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

dokumentasi.

4. Selama melakukan

tindakan perawat

mengkaji respon

penderita.

5. Perawat mengajarkan

kepada keluarga

penderita untuk

melakukan oral

hygiene.

6. Setelah melakukan

tindakan perawat

mendokumentasikan

tindakan.

7. Perawat mengevaluasi

tindakan yang

dilakukan apakah

sudah sesuai dengan

kriteria hasil.

8. Perawat mengevaluasi

Page 58: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2

Dependen :

Infeksi

rongga

mulut

Abnormalitas

rongga oral yang

meliputi bibir, mulut

dan gusi

perkembangan klien.

1. Ulserasi

2. Merah

3. Kering

4. Lidah bengkak

5. Halitosis

6. Lidah berselaput

7. Bibir berkerak

8. Bibir pecah Observas

i

Ordinal

Ada diberi skor 2.

Tidak ada diberi skor 1.

Kemudian diartikan

- Infeksi ringan

dengan total nilai

(14-16).

- Infeksi sedang (11-

13).

- Infeksi buruk (8-10).

Page 59: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Page 60: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.10 Desain Sampling

2.10.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan

diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien cedera kepala di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar

Malang

2.10.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006). Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan

kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan

atau layak diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

1. Bersedia menjadi subyek penelitian

2. Pasien yang dirawat di Ruang 13

3. Lama rawat minimal 3 hari

4. Pasien cedera kepala

5. Mengalami penurunan kesadaran

6. Mendapatkan oral hygiene

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan

subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2003). Adapun kriteria eksklusi

penelitian ini adalah :

1. Pasien dengan diabetes mellitus

2. Pasien dengan HIV AIDS

3. Lama rawat kurang dari 3 hari

Page 61: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.10.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada

penelitian ini menggunakan ”Purposive Sampling” yang ditetapkan

berdasarkan kriteria inklusi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

dan mewakili karakteristik populasi sebelumnya.

2.11 Pengumpulan dan Analisa Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat ijin dari RSU Dr.

Saiful Anwar Malang. Pengumpulan data dilakukan terhadap pasien cedera

kepala di Ruang 13 (ruang akut) RSU Dr. Syaiful Anwar Malang dengan

mengacu pada kriteria inklusi responden.

2.11.1 Instrumen

Pelaksanaan tindakan oral hygiene dan kejadian infeksi diobservasi

menggunakan chek list.

2.11.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilaksanakan di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar

Malang, Di Ruangan tersebut penderita cedera kepala dengan

penurunan kesadaran mendapatkan pelayanan rawat inap. Adapun

waktu penelitian ini dimulai tanggal 8 Februari 2008 sampai dengan

tanggal 11 Februari 2008.

2.11.3 Prosedur

Setelah peneliti menetapkan responden, maka peneliti melakukan

observasi kejadian infeksi pada pasien yang sudah ditetapkan dan

sudah mendapatkan perawatan oral hygiene.

Page 62: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.11.4 Analisa Data

1. Univariat

Dalam analisis univariate ini dilakukan analisis untuk hasil

tabulasi data terhadap data tindakan oral hygiene dan

kejadian infeksi. Hasil dari tabulasi data tindakan oral

hygiene dan kejadian infeksi masing-masing kemudian

dimasukkan dalam tabel sebaran frekuensi.

2. Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan

antara kedua variabel, yakni antara tindakan oral hygiene

dengan kejadian infeksi. Untuk mengetahui hubungan

antara kedua variabel penelitian dilakukan analisis statistik

menggunakan uji Spearman’s Rank Correlation dengan

derajat kepercayaan 95 %, α = 0,05, bermakna apabila rs

hitung > rs tabel. Pengolahan menggunakan komputer

dengan program SPSS 13 for Wondows. Bila nilai rs hitung

> dari rs tabel maka Ho ditolak, Hal ini berarti ada

hubungan antara tindakan oral hygiene dengan kejadian

infeksi.

2.12 Etika Penulisan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

ijin kepada bidang Penelitian dan Pengembangan RSU Dr. Saiful Anwar

Page 63: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Malang. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti mulai melakukan

penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi :

2.6.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Setelah diberikan penjelasan, lembar

persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2.6.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar

tersebut.

2.6.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek

penelitian dijamin oleh peneliti.

Page 64: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

2.13 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Burns & Groove, 1991). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi

peneliti adalah :

1. Pengumpulan data dengan chek list memiliki tingkat subjektifitas

yang tinggi dari peneliti karena ditentukan berdasarkan kemampuan

interpretasi peneliti.

2. Tenaga, dana, instrumen dan waktu penelitian terbatas sehingga

penelitian ini kemungkinan kurang sempurna.

3. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan

sehingga kedalaman isi penelitian ini kurang sempurna.

4. Keterbatasan dalam pernyataan (instrumen tes) sehingga tidak dapat

mengungkapkan hal-hal yang diperlukan lebih banyak lagi.

Page 65: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga

mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU

Dr.Saiful Anwar Malang.

Hasil penelitian dikelompokkan menjadi data umum dan data khusus.

Data umum menjelaskan karakteristik lokasi pengambilan sampel penelitian dan

karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan disajikan dalam

bentuk diagram pie. Data khusus menampilkan tindakan oral higiene, kejadian

infeksi dan hubungan antara tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi

rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang

13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Adapun hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan data adalah

sebagai berikut.

Data umum

Karakteristik Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian.

Ruang 13 merupakan bagian dari RSU Dr. Saiful Anwar

Malang yang merupakan rumah sakit rujukan type A. Kriteria pasien

yang dirawat di ruangan tersebut adalah pasien dengan keadaan

bedah akut yang membutuhkan perawatan lanjut setelah mendapat

penanganan dari instalasi gawat darurat.

Ruang 13 mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 30

buah, yang terdiri dari ruang infeksi dan non infeksi. Kapasitas

Page 66: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

31%

8%61%

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

< 12

12-18

18>

tempat tidur untuk ruang infeksi adalah 3 buah dan untuk ruang non

infeksi sebanyak 27 buah.

Karakteristik Responden

Pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 13

responden. Karakteristik responden (pasien) di Ruang 13 RSU Dr.

Saiful Anwar Malang ini akan diuraikan berdasarkan umur, dan jenis

kelamin.

Umur

Gambar 5.1. Diagram pie distribusi Responden menurut umur pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.

Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Pada gambar 5.1 memberikan gambaran umur responden

sebagian besar 61% atau 8 orang berusia 18 > tahun. Responden yang

paling sedikit berusia 12 – 18 tahun sebanyak (8 %) atau 1 orang.

Page 67: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

54%

46%

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Gambar 5.2. Diagram pie distribusi responden menurut jenis kelamin pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008

Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Pada gambar 5.2 memberikan gambaran respoden yang paling

banyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar (54 % atau 7 orang),

sedangkan 46 % atau 6 orang berjenis kelamin perempuan.

Page 68: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

67%

25%

8%

Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Oral Hygiene

Tepat

Kurang Tepat

Tidak Tepat

Data Khusus

Tindakan Oral Hygiene

Gambar 5.3 Diagram pie distribusi ketepatan pelaksanaan tindakan oral hygiene yang dilakukan oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.

Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan

perawat dalam memberikan oral hygiene secara tepat 67 % atau 8 orang,

kurang tepat 25 % atau 4 orang dan sisanya tidak tepat sebanyak 8 % atau

1 orang.

Page 69: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

61%

31%

8%

Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Infeksi

Infeksi ringan

infeksi sedang

infeksi berat

Kejadian Infeksi

Gambar 5.4 Diagram pie distribusi kejadian infeksi pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.

Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

mengalami kejadian infeksi ringan sebesar 61 % atau 8 orang, kemudian

katagori infeksi sedang 31 % atau 4 orang, dan kategori infeksi berat 8 %

atau 1 orangs.

Page 70: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

n % n % n % n %Tepat 8 61.5 0 0 0 0 8 61.5Kurang Tepat 0 0 3 23.1 0 0 3 23.1Tidak Tepat 0 0 1 7.7 1 7.7 2 15.4Total 8 61.5 4 30.8 1 7.7 13 100

Oral HygieneRingan Sedang Berat

Kejadian Infeksi Rongga Muluttotal

Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian

Infeksi Rongga Mulut

Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang Februari 2008.

Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation

menunjukkan nilai rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara oral

hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera

kepala dengan penurunan kesadaran.

Page 71: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 6

3 PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan penilaian

yang telah dilaksanakan.

6.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene pada pasien cedera kepala

dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar

Malang Februari 2008

Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan

menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Taylor et al (1997)

mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya oral hygiene adalah untuk

menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut, mencegah

terjadinya infeksi rongga mulut dan melembabkan mukosa membran mulut

dan bibir. Pelaksanaan oral hygiene itu sendiri dilaksanakan dengan

memper timbangkan kondisi umum pasien.

Dari data hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 13

responden sebanyak 8 (67 %) perawat melaksanakan tindakan oral

hygiene dengan tepat dan sisanya sebanyak 4 (25 %) orang melaksanakan

tindakan oral hygiene kurang tepat dan terdapat 1 (8 %) orang yang

melaksanakan oral hygiene dengan tidak tepat.

Perawatan oral hygiene merupakan perilaku yang berlandaskan

pada sikap yang di bangun oleh perawat. Sikap individu selalu diarahkan

kepada suatu hal atau objek tertentu dan sifatnya masih tertutup. Oleh

karena itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung terlihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan melelui perilaku tersebut. Akan tetapi sikap secara umum

Page 72: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

menuntun perilaku seseorang sehingga orang tersebut dapat bertindak

sesuai dengan sikap yang diekspresikan (Sunaryo, 2004). Perilaku perawat

dalam melaksanakan oral hygiene pada pasien cidera kepala berlandaskan

pada sikap yang perlu dimiliki seorang perawat agar dapat memberikan

pelayanan dengan baik (Sunaryo, 1994).

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dalam pelaksanaan

perawatan oral hygiene terdapat dua komponen yang memiliki peranan,

yang pertama adalah komponen sikap dan kedua adalah komponen

perilaku. Dua komponen tersebut berinteraksi satu dengan lainnya dan

memberikan pengaruh terhadap tindakan keperawatan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi komponen perilaku adalah faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen yang berpengaruh antara lain jenis ras, jenis kelamin, sifat

fisik, sifat keperibadian, bakat pembawaan, dan intelegensi, sedangkan

beberapa factor eksogen yang berpengaruh adalah factor lingkungan,

pendidikan, agama, social ekonomi, kebudayaan, serta beberapa faktor

lain seperti persepsi, emosi dan faktor susunan saraf pusat juga terbukti

memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi kriteria pemberian tindakan

oral hygiene yang tidak memusat pada satu kriteria, dimana terdapat 67 %

perawat melaksanakan tindakan dengan tepat, 25 % perawat

melaksanakan tindakan oral hygiene dalam kategori kurang tepat dan

masih ada 8 % perawat yang tidak tepat melaksanakan tindakan oral

hygiene. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa terdapat banyak faktor

yang memberikan pengaruh pada hal tersebut, maka kemungkinan

perbedaan pelaksanaan tindakan oral hygiene oleh masing-masing

Page 73: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

perawat dapat terjadi, tergantung pada perbedaan karakteristik masing-

masing perawat.

6.2 Kejadian Infeksi Nosokomial Rongga Mulut Pada Pasien Cedera

Kepala Dengan Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful

Anwar Malang Februari 2008

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 responden

terdapat 61 % responden dalam kategori infeksi ringan 31 % responden

dengan infeksi sedang, dan 8 % dengan kategori infeksi berat.

Infeksi nosokomial merupakan suatu infeksi yang terjadi di rumah

sakit atau infeksi oleh kuman yang didapat selama di rumah sakit

(Zulkarnain, 1998). Infeksi nosokomial pada dasarnya terjadi karena

interaksi langsung maupun tidak langsung antara penderita yang rentan

mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor

tersebut saling mempengaruhi dan saling berhubungan dan disebut rantai

infeksi. Rantai infeksi terjadi karena adanya mikroorganisme yang

infeksius, adanya portal of exit, adanya portal of entry, transmisi, dan

adanya penderita yang rentan. Hal tersebut memberikan pengaruh bagi

terjadinya infeksi (Wirjoadmodjo, 1993).

Selain factor-faktor di atas, infeksi nosokomial juga dipengaruhi

oleh factor eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada

di dalam tubuh penderita sendiri seperti umur, jenis kelamin, daya tahan

tubuh dan kondisi local. Faktor eksogen adalah factor dari luar tubuh

penderita berupa lamanya penderita dirawat, kelompok yang merawat,

lingkungan, peralatan teknis yang dilakukan dan adanya benda asing

Page 74: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

dalam tubuh penderita yang berhubungan dengan udara luar (Roeshadi,

1991).

6.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian

Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan

Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas

rumah sakit, pegunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu setiap

tindakan baik invasive maupun non invasive yang dilakukan terhadap

pasien mempunyai resiko terhadap terjadinya infeksi nosokomial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang melaksanakan

oral hygiene dengan tepat dan terjadi infeksi ringan pada pasien adalah

sebanyak 61,5 %, perawat yang melaksanakan tindakan oral hygiene

kurang tepat dan terjadi infeksi sedang sebanyak 23,1 %, dan infeksi berat

terjadi pada tindakan oral hygiene yang tidak tepat adalah sebanyak 7,7 %.

Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation menunjukkan nilai

rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara oral hygiene dengan kejadian

infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala.

Secara teori dikatakan bahwa terdapat beberapa sumber infeksi

tindakan invasive diantaranya adalah: petugas, alat, pasien, dan

lngkungan. Dari faktor petugas terdapat beberapa hal yang memungkinkan

terjadinya infeksi seperti tidak memahami cara-cara penularan, tida

memperhatikan kebersihan perorangan, tidak menguasai cara

mengerjakan tindakan, tidak memperhatikan/melaksanakan aseptic dan

Page 75: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

antiseptic, tidak mematuhi SOP dan menderita penyakit tertentu (Farida,

1999), sehingga jika petugas tidak memiliki criteria diatas, maka kejadian

infeksi dapat dikendalikan.

Page 76: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 7

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan

perawat dalam memberikan oral hygiene sudah dilakukan secara

tepat, pernyataan ini didukung dengan adanya data sebesar 67%

perawat melakukan pelaksanaan tindakan oral hygiene secara tepat.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

mengalami kejadian infeksi ringan, pernyataan ini didukung dengan

adanya data sebesar 61% pasien dengan kategori infeksi ringan.

3. Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation

menunjukkan nilai rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara oral

hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera

kepala

7.2 Saran

Saran yang dapat dipertimbangkan dan bermanfaat untuk

meningkatkan ketepatan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral

hygiene untuk mengurangi kejadian infeksi nosokomial pada rongga mulut

Page 77: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

pada pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang

13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang sebagai berikut :

1. Diharapkan perawat melaksanakan oral hygiene sesuai dengan

protap yang ada dan dengan pengawasan suatu pihak pada saat

pelaksanaan.

2. Diharapkan perawat melaksanakan oral hygiene bukan hanya pada

pasien cedera kepala tetapi juga untuk pasien yang mengalami

ketidak mampuan untuk merawat diri.

3. Perlu diberikan penyuluhan kepadap keluarga penderita untuk

berpartisipasi dalam merawat pasien terutama dalam melakukan oral

hygiene.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis-jenis infeksi yang

terkait dengan tindakan perawat tentang oral hygiene dengan

kejadian infeksi rongga mulut di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar

Malang, sehingga dapat diketahui jenis infeksi oral apa saja yang

terdapat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran.

Page 78: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.

Brunner & Suddarth’s (2002), Keperawatan Medikal-Bedah, alih bahasa Monica Ester, Edisi 8, Volume 2, EGC, Jakarta.

Brunner & Suddarth’s (2002), Keperawatan Medikal-Bedah, alih bahasa Monica Ester, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta.

Burn, N & Grove, S.K (1991), The Practice of Nursing Research; Conducts, Critiques and Utilization, 2nd Ed, WB Saunders Co, Philadelphia.

Carolyn M.Hudak & Barbara W. Gallo (1996), Critical Care Nursing; Holistic Aproach, 2nd volume, J.B.Lippincof Co, Philadelpia.

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis. Alih bahasa Monica Ester, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Chitty, K.K (1997), Profesional Nursing, Concept and Challenge, 2nd Ed, WB Saunders Co, Philadelphia.

Depkes RI. (1995).Pedoman Sanitasi rumah sakit di Indonesia.Jakarta..Ditjen PPM dan PLP danDitjen pelayanan Medik.

Doenges, Marylin E, Moorhouse, Mary Frances, dan Geissler, Alice C (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Donna D Ignatavicius dan Marylin Varner Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, Jilid 2, WB Saunderss Company. Philadelphia

Farida Betty, (1999). ”Pengendalian Infeksi nosokomial” Majala keperawatan Bina sehat. Edisi September-November: PPNI

Federick J. Tasota et al (1998), Protecting ICU Patient from Nasokomial Infections, Journal of Critical Care Nurse volume 18, 1 (page 54-64).

Gaffar, J.L (1995), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.

Hasbullah H,Tamrin.(1993) Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan Jakarta : Majalah Cermin Dunia Kedokteran. No.82

Jenifer E. Clark (1993), Clinical Nursing Manual, Prentice Hall Inc Ltd, Trowbridge.

Kozier, B. et al (1991), Fundamental of Nursing, Concept Process and Practice, Addison, Wesley Publishing Company Inc, California.

Page 79: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Lumbatobing,S.M. (1998). Neurologi Klinik : Pemerikasaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI.

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Media Aesculapius, Jakarta.

Notoatmodjo, S (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A (2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri.

Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A (2002), Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. Alih Bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta.

Poerwadarminto (1985), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Roeshadi, Djoko. (1993). Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial : Majalah Cermin Dunia Kedokteran. No.83

Roeslan Boedi Oetomo (2002), Respon Imun di Dlam Rongga Mulut, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi, Scientific Journal in Dentistry No.49 Tahun 17, September 2002.

Sastroasmoro, S dan Ismail, S (1995), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Soelita, S (1997) Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta.

Sugiono, Wibowo, E. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Syamsunir Adam (1992), Hygiene Perseorangan, Bhratara, Jakarta.

Tucker et al (1998), Patient Care Standart; Nursing Process Diagnosis and Outcome, alih bahasa Yasmin et al, volume 3, EGC, Jakarta.

Wirjoadmodjo, Bambang. (1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengendalian Infeksi Nosokomial: Penataran Pengendalian Infeksi Nosokomial bagi dekter dan paramedis RSU Propinsi. Di RSUD DR. Soetomo Surabaya.

Wolf, Weitzel, Fuerst (1994), Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, alih bahasa Kustinyatih Mochtar dan Djamaluddin H, Gunung Agung, Jakarta.

Page 80: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Zulkarnain, Iskandar. (1998). Infeksi Nosokomial: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI

Page 81: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

LEMBAR OBSERVASI

Pelaksanaan tindakan perawatan kebersihan mulut (oral hygiene) yang

dilakukan perawat Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Nomer Kode Responden : ………………..

Tanggal Observasi : ………………..

No Tindakan Oral HygieneDilaksanakan

SkorYa Tidak

1. Sebelum melaksanakan tindakan perawat

memberi penjelasan terlebih dahulu kepada klien

2. Perawat mengkaji kondisi rongga mulut penderita

sebelum melakukan tindakan

3. Perawat melakukan prosedur dengan hati-hati

dan cermat

a. Perawat cuci tangan

b. Pakai sarung tangan

c. Uji adanya reflek muntah.

d. Posisikan kepala miring kanan/kiri

e. Tempatkan handuk dibawah wajah klien

dan baskom dibawah dagu.

f. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan

bawah klien dengan spatel lidah.

g. Bersihkan mulut klien dengan

menggunakan spatel lidah yang dibasahi

dengan pencuci mulut atau air.

h. Isap sekresi bila terakumulasi.

i. Berikan lapisan tipis jeli larut air pada bibir

klien.

j. Jelaskan pada penderita bila anda telah

melakukan prosedur.

k. Lepaskan sarung tangan dan buang pada

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Page 82: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

wadah yang tepat.

l. Kembalikan posisi nyaman klien.

m. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada

tempat yang tepat.

n. Perawat cuci tangan

o. Lakukan dokumentasi.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

4. Selama melakukan tindakan perawat mengkaji

respon penderita

5. Perawat mengajarkan kepada keluarga pasien

untuk melakukan oral hygiene

6. Setelah melakukan tindakan perawat

mendokumentasikan

7. Perawat mengevaluasi tindakan yang dilakukan

apakah sudah sesuai dengan kriteria hasil

8. Perawat mengevaluasi perkembangan klien

(Dikutip dari Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A

(2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri).

Page 83: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

LEMBAR OBSERVASI

Abnormalitas rongga oral (adanya tanda infeksi Nosokomial)

Nomer Kode Responden : …………………………

Tanggal Observasi : …………………………

No Tanda Infeksi Ada Tidak Skor

1. Ulserasi

2. Merah

3. Kering

4. Lidah Bengkak

5. Halitosis

6. Lidah Berselaput

7. Bibir Berkerak

8. Bibir Pecah

(Dikutip dari Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A

(2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri.).

Page 84: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Correlations

Correlations

1 .895**

.000

13 13

.895** 1

.000

13 13

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

oralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .786**

. .001

13 13

.786** 1.000

.001 .

13 13

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

Spearman's rhooralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Correlations

Page 85: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Correlations

1 .895**

.000

13 13

.895** 1

.000

13 13

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

oralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .786**

. .001

13 13

.786** 1.000

.001 .

13 13

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

Spearman's rhooralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Crosstabs

Case Processing Summary

13 100.0% 0 .0% 13 100.0%oralhygiene * infeksiN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Page 86: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

oralhygiene * infeksi Crosstabulation

1 0 0 0 0 0 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

100.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

100.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%

7.7% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%

0 1 0 0 0 0 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% 100.0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

.0% 100.0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%

.0% 7.7% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%

0 0 1 0 0 0 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

.0% .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 7.7%

.0% .0% 7.7% .0% .0% .0% .0% 7.7%

0 0 0 1 0 0 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% .0% .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

.0% .0% .0% 50.0% .0% .0% .0% 7.7%

.0% .0% .0% 7.7% .0% .0% .0% 7.7%

0 0 0 1 0 0 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% .0% .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

.0% .0% .0% 50.0% .0% .0% .0% 7.7%

.0% .0% .0% 7.7% .0% .0% .0% 7.7%

0 0 0 0 1 0 1 2

.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0

.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 50.0% 100.0%

.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 33.3% 15.4%

.0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7% 15.4%

0 0 0 0 1 0 1 2

.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0

.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 50.0% 100.0%

.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 33.3% 15.4%

.0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7% 15.4%

0 0 0 0 0 1 1 2

.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0

.0% .0% .0% .0% .0% 50.0% 50.0% 100.0%

.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% 33.3% 15.4%

.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% 7.7% 15.4%

0 0 0 0 0 1 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% .0% .0% .0% .0% 100.0% .0% 100.0%

.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% .0% 7.7%

.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7%

0 0 0 0 0 1 0 1

.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0

.0% .0% .0% .0% .0% 100.0% .0% 100.0%

.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% .0% 7.7%

.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7%

1 1 1 2 2 3 3 13

1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 3.0 3.0 13.0

7.7% 7.7% 7.7% 15.4% 15.4% 23.1% 23.1% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

7.7% 7.7% 7.7% 15.4% 15.4% 23.1% 23.1% 100.0%

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

Count

Expected Count

% within oralhygiene

% within infeksi

% of Total

30.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

41.00

42.00

43.00

44.00

oralhygiene

Total

9.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

infeksi

Total

Page 87: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Chi-Square Tests

62.833a 54 .192

39.642 54 .928

9.613 1 .002

13

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

70 cells (100.0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .08.

a.

Symmetric Measures

.895 .064 6.656 .000c

.786 .165 4.217 .001c

13

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Correlations

Correlations

1 .895**

.000

13 13

.895** 1

.000

13 13

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

oralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .786**

. .001

13 13

.786** 1.000

.001 .

13 13

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

oralhygiene

infeksi

Spearman's rhooralhygiene infeksi

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Page 88: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

NPar Tests

Descriptive Statistics

13 39.0000 3.85141 30.00 44.00 36.5000 39.0000 42.0000

13 13.7692 2.12736 9.00 16.00 12.5000 14.0000 15.5000

oralhygiene

infeksi

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th

Percentiles

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

13a 7.00 91.00

0b .00 .00

0c

13

Negative Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

infeksi - oralhygieneN Mean Rank Sum of Ranks

infeksi < oralhygienea.

infeksi > oralhygieneb.

infeksi = oralhygienec.

Test Statisticsb

-3.189a

.001

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

infeksi -oralhygiene

Based on positive ranks.a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Page 89: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anang Satrianto

NIM : 0610722007

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 22 Februari 2008

Yang membuat pernyataan,

( Anang Satrianto )

NIM. 0610722007

Page 90: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”

Peneliti : Anang Satrianto(Nomor telepon yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan 081 3333 82007 atau 0341-8180506)

Pembimbing : 1. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK2. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep

Sejawat Perawat Yang Terhormat,

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan - Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik untuk Rumah Sakit, Perawat, Penderita dan Keluarga khususnya bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Apabila sejawat bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini, silakan sejawat menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Malang, Februari 2008

Mengetahui Pembimbing I Peneliti,

Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK Anang Satrianto NIP. 000 848 051 NIM. 0610722007

Page 91: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”

Peneliti : Anang Satrianto(Nomor telepon yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan 081 3333 82007 atau 0341-8180506)

Pembimbing : 1. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK2. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep

Sejawat Perawat Yang Terhormat,

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan - Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik untuk Rumah Sakit, Perawat, Penderita dan Keluarga khususnya bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Apabila sejawat bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini, silakan sejawat menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Malang, Februari 2008

Mengetahui Pembimbing II Peneliti,

Ns. Hj. Tina Handayani Nasution, S.Kep Anang Satrianto NIP. 132 321 109 NIM. 0610722007

Page 92: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN/SUBJEK PENELITIAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan saya akan diobservasi peneliti saat melakukan tindakan oral hygiene, yang memerlukan waktu 10 – 15 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi dari penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan disimpan secara terpisah di tempat terkunci.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak – hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden/Subjek Penelitian.

Malang, Februari 2008Peneliti, Responden,

Anang Satrianto (...............................) NIM. 0610722007

Saksi-1 Saksi-2

(...............................) (...............................)

Page 93: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Anang Satrianto

NIM : 0610722007

Program studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data

penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh

pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Malang, Februari 2008

Pembimbing I Yang membuat pernyataan,

Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK Anang Satrianto

NIP. 000 848 051 NIM. 0610722007

Mengetahui:

Tim Etika Penelitian FKUB,

Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark

NIP. 130 809 100

Page 94: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Anang Satrianto

NIM : 0610722007

Program studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data

penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh

pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Malang, Februari 2008

Pembimbing II Yang membuat pernyataan,

Ns. Hj. Tina Handayani Nasution, S.Kep Anang Satrianto

NIP. 132 321 109 NIM. 0610722007

Mengetahui:

Tim Etika Penelitian FKUB,

Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark

NIP. 130 809 100

Page 95: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

TIM ETIKA PENELITIAN MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KETERANGAN KELAIAKAN ETIK PENELITIAN

(“ETHICAL CLEARENCE”)

No. 05 /PEPK/ 11 /2008

Setelah Tim Etika Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan:

Judul : Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan

Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala

Dengan Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful

Anwar Malang.

Peneliti : Anang Satrianto

NIM : 0610722007

Unit/Lembaga : Jurusan Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Tempat Penelitian : Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Maka dengan ini dinyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi atau layak etik.

Malang, 06 Februari 2008

An. Ketua

Koordinator Divisi I (Mahasiswa SI-FKUB)

Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark

NIP. 130 809 100

Page 96: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

FORMULIR ETIK PENELITIAN KEDOKTERAN

1. Peneliti : Anang SatriantoMahasiswa Jurusan Ilmu KeperawatanFakultas kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Dibawah bimbingan Komisi Pembimbing:a. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK b. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep

2. Judul Penelitian:

Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

3. Subyek:

Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang

4. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek

Dibutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit tiap subyek untuk dilakukan Perawatan Oral Hygiene oleh perawat dan observasi adanya infeksi rongga mulut oleh peneliti.

5. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup obyektif/tujuan penelitian, manfaat/relevansi dari hasil penelitian dan alasan/motivasi untuk melakukan penelitian

Obyektif/tujuan umum yang ingin dicapai adalah:Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Page 97: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Secara khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1. Mengidentifikasi pelaksanaan tindakan oral hygiene pada pasien

cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

2. Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

3. Menganalisa hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.

Manfaat/relevansi hasil penelitian dan alasan/motivasi untuk melakukan penelitian1. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasaan konsumen

penderita dan keluarga.

Dapat dijadikan bahan masukan untuk penyusunan prosedur

tetap pelaksanaan oral hygiene pada pasien cedera kepala

dengan Penurunan kesadaran.

2. Bagi PerawatMeningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap

pelaksanaan tindakan oral hygiene.

3. Bagi Penderita Mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan diri (Activity Daily Living).

4. Bagi KeluargaMendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk melaksanakan oral hygiene dan merawat pasien dengan baik sepulang dari rumah sakit.

6. Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mungkin akan dihadapi)

Page 98: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Apabila subyek penelitian telah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur, risiko yang mungkin ditimbulkan dan yang bersangkutan tetap bersedia menjadi subyek penelitian, diharapkan tidak dijumpai masalah etik.

7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah percobaan pada hewan sudah dilakukan? Bila belum, sebutkan alasan untuk memulai penelitian ini langsung pada manusia!

Penelitian ini tidak dilakukan pada hewan coba karena memang tidak dapat dilakukan pada hewan coba.

8. Prosedur eksperimen (frekuensi, interval, dan jumlah total segala tindakan invasive yang akan dilakukan, dosis, dan cara pemakaian obat, isotop, radiasi dan tindakan lain)

Penentuan subyek penelitian sebelum dilaksanakan penelitian adalah berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Bersedia menjadi subyek penelitianb. Pasien yang dirawat di Ruang 13c. Lama rawat minimal 5 harid. Pasien cedera kepalae. Mengalami penurunan kesadaranf. Mendapatkan oral hygiene

Prosedur penelitian: Pengajuan lembar persetujuan menjadi responden Peneliti mengobservasi tindakan keperawatan oral hygiene yang

dilakukan oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Peneliti mengobservasi adanya infeksi rongga mulut pada pasien yang diberikan tindakan keperawatan oral hygiene oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan lain):

Penelitian ini tidak berbahaya, karena peneliti hanya mengobservasi/tidak memberikan intervensi.

10. Pengalaman terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang

Page 99: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

hendak diterapkan:

Peneliti tidak mempunyai pengalaman sebelumnya, baik pengalaman sendiri ataupun pada orang lain.

11. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu:

Dapat mengetahui pasien mengalami infeksi atau tidak setelah diberikan tindakan keperawatan oral hygiene, pasien juga mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan diri (Activity Daily Living) kusunya kebutuhan oral hygiene.

12. Bagaimana cara memilih pasien/sukarelawan sehat?

Untuk memilih pasien peneliti mengacu pada criteria inklusi. Sedangkan untuk memilih sukarelawan sehat peneliti memilih perawat yang sedang melakukan oral hygiene pada pasien yang dijadikan subjek penelitian.

13. Bila penelitian ini menggunkan subyek manusia, jelaskan hubungan antara peneliti utama dengan subyek yang diteliti.

Tidak ada14. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan

komplikasi bila ada.

Semua informasi subyek penelitian akan dimasukkan dalam lembar observasi yang berupa check list. Dalam penelitian ini tidak ada efek samping dan komplikasi.

15. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara memberitahu dan mengajak subyek (lampirkan contoh surat persetujuan subyek). Bila pemberitahuan subyek bersifat lisan, atau bila karena sesuatu hal subyek tidak dapat atau tidak perlu dimintakan persetujuan, berilah alasan yang kuat untuk itu.

Terlampir: Lembar Informasi dan lembar Persetujuan sebagai Subyek penelitian.

16. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?

Page 100: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

Tidak ada sebab pada penelitian ini peneliti tidak melakukan intervensi langsung pada pasien, andaikan ada efek samping itu sepenuhnya adalah tanggung jawab perawat yang melakukan tindakan keperawatan oral hygiene.

17. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek diasuransikan?

Tidak

Malang, 06 Februari 2008

Pembimbing:

1. Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (............................................)

2. Ns. Tina Handayani N, S.Kep (............................................)

Peneliti:

Anang Satrianto (...........................................)

Telah Diperiksa dan Disetujui pada tanggal:

CURICULUM VITAENama / panggilan : Anang Satrianto

Tempat/tgl Lahir : Banyuwangi, 3 Desember 1982

Umur / (M-F) : 24 Tahun (Man)

Agama : Islam

Alamat : Tapanrejo, Krajan. RT.4 RW.5 Muncar Banyuwangi 68472.

Nama Orang Tua : Bpk Sutarmin

Ibu Nanik Sriwinarni

2 Riwayat Pendidikan

1988 – 1989 : TK Darmawanita I. Dsa. Tapanrejo Kec. Muncar. (Lulus)

1989 – 1995 : SDN Tapanrejo IX Kec. Muncar. (Lulus)

1995 – 1998 : SLTPN I Srono, Kab.Banyuwangi (Lulus)

1998 – 2001 : SMUN II Genteng, Kab.Banyuwangi (Lulus)

2001 – 2002 : Wearnes Education Center Malang DI Desain Grafis (Lulus)

2002 – 2005 : Prodi Keperawatan Malang (Lulus) Angkatan 2002 di Kelas 3a

2006 – 2008 : Jurusan Ilmu Keperawatan ( Program B ) Fakultas

Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang

Page 101: HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN  DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG