hubungan obat dan agama

15
1. Antagonis Reseptor H 1 (AH 1 ) FARMAKODINAMIK Antagonisme terhadap histamin. Otot Polos. Menghambat kerja histamin pada otot polos usus dan bronkus. Peermeabilitas Kapiler. Menurunkan permeabilitas kapiler dan edema akibat histamin. Reaksi anafilaksis dan alergi. Efektivitas AH 1 melawan beratnya hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamin. Kelenjar Eksokrin. Sekresi cairan lambung tidak dapat dihambat oleh AH 1 , tetapi dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat histamin. Susunan Saraf Pusat. AH 1 dapat menghambat maupun merangsang SSP. Efek perangsangan biasanya berupa insomnia, gelisah, dan eksitasi. Sedangkan efek penghambatannya biasa berupa kantuk, berkurangnya kewaspadaan, dan waktu reaksi yang lambat, misalnya pada penggunaan golongan etanolamin dan hidramin. Anestetik Lokal. Beberapa AH 1 mempunyai sifat ini, yang paling baik adalah prometazin dan pirilamin. Antikolergenik. Banyak AH 1 bersifat mirip atropin yang dapat nmenimbulkan beberapa efek antikolergenik pada pasien berupa mulut kering, kesukaran miksi, dan impotensi. FARMAKOKINETIK Pemberian oral atau parenteral, diabsorbsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian, maksimal setelah 1-2 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru, sedangkan limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Biotransformasi AH 1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. Diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

description

menjelaskan hubungan obat dengan agama

Transcript of hubungan obat dan agama

Page 1: hubungan obat dan agama

1. Antagonis Reseptor H1 (AH1)FARMAKODINAMIK Antagonisme terhadap histamin. Otot Polos. Menghambat kerja histamin pada otot polos usus dan

bronkus. Peermeabilitas Kapiler. Menurunkan permeabilitas kapiler dan

edema akibat histamin. Reaksi anafilaksis dan alergi. Efektivitas AH1 melawan beratnya

hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamin.

Kelenjar Eksokrin. Sekresi cairan lambung tidak dapat dihambat oleh AH1, tetapi dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat histamin.

Susunan Saraf Pusat. AH1 dapat menghambat maupun merangsang SSP. Efek perangsangan biasanya berupa insomnia, gelisah, dan eksitasi. Sedangkan efek penghambatannya biasa berupa kantuk, berkurangnya kewaspadaan, dan waktu reaksi yang lambat, misalnya pada penggunaan golongan etanolamin dan hidramin.

Anestetik Lokal. Beberapa AH1 mempunyai sifat ini, yang paling baik adalah prometazin dan pirilamin.

Antikolergenik. Banyak AH1 bersifat mirip atropin yang dapat nmenimbulkan beberapa efek antikolergenik pada pasien berupa mulut kering, kesukaran miksi, dan impotensi.

FARMAKOKINETIK

Pemberian oral atau parenteral, diabsorbsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian, maksimal setelah

1-2 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru, sedangkan limpa, ginjal,

otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Biotransformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru

dan ginjal. Diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk

metabolitnya.

INDIKASI dan KONTRAINDIKASI

Untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Pada pasien dengan penyakit hati kadar pemberiannya perlu diiperhatikan.

EFEK SAMPING

Page 2: hubungan obat dan agama

Yang paling sering adalah sedasi yang justru menguntungkan pasien di RS/ pasien yang perlu banyak tidur, tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi. Sehingga biasanya dikombinasikan dengan astemizol, terfenadin, loratadin untuk mengurangi efeknya.

Efek sentral AH1 berupa vertigo, tinintus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, dan tremor, serta nafsu makan sering berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi/ diare, efek ini akan berkurang bila diberikan sewaktu makan.

Efek lainnya berupa mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.

LI. 7 Mampu menjelaskan batasan hokum islam untuk menentukan alternative terbaik Dari dua pilihan sulit

Prihatin Obat Kimia Kita

Hati kelelawar atau daging paha kodok sering “diresepkan” orang dari mulut ke mulut untuk anak yang sering sesak nafas dan asma. Sementara orang lain yang menderita diabetes harus disuntik dengan insulin yang berasal dari babi. Atau berbagai vaksin yang belum jelas status kehalalannya, termasuk vaksin Meningitis untuk para CJH kita.

Bolehkah berobat atau memperkuat daya tahan tubuh dengan bahan-bahan yang haram?

Sebagai seorang Muslim, kita terikat oleh aturan halal dan haram dalam memilih makanan dan minuman yang akan kita konsumsi. Aturan-aturan itu termaktub dalam Alquran dan hadis serta fatwa-fatwa ulama. Makanan dan minuman di sini tentunya juga termasuk obat-obatan yang diminum atau dimakan.

Dalam kondisi tertentu, yaitu dalam keadaan terpaksa atau darurat, kita memang diperkenankan untuk mengkonsumsi barang haram. Misalnya dalam suatu daerah tidak ditemukan makanan lain selain babi, maka daging babi itu bisa menjadi halal dimakan. Definisi darurat dalam pandangan fikih adalah suatu keadaan jika tidak makan bahan tersebut maka resikonya adalah mati.

Obat VS darurat

Kondisi darurat ini sering menjadi perdebatan yang cukup panjang dalam hal kesehatan atau memilih obat-obatan. Apakah berobat dengan bahan haram merupakan suatu keadaan darurat,

Page 3: hubungan obat dan agama

ataukah masih bisa dicarikan jalan keluar lain yang menggunakan bahan halal?

Dalam sebuah hadis disebutkan;

“Setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali penyakit pikun.”

Dalam kaidah fikih juga disebutkan bahwa Allah tidak akan menurunkan obat terhadap suatu penyakit yang berasal dari yang haram. Kedua hal tersebut memberikan keyakinan kepada kita bahwa sebenarnya setiap penyakit yang diberikan Allah kepada manusia pasti disertai dengan jalan keluarnya atau disediakan obatnya.

Masalahnya, kadang manusia tidak tahu obat tersebut. Saat ini banyak penyakit-penyakit baru bermunculan sebagai akibat dari perbuatan manusia yang belum ditemukan obatnya.

Penelitian dan penemuan baru di dunia kedokteran ini banyak dilakukan oleh orang-orang non Muslim. Mereka memanfaatkan apa saja yang bisa digunakan, tanpa mempedulikan aspek halal dan haram. Ambil contoh penyakit diabetes yang terjadi akibat ketidakmampuan seseorang untuk memproduksi enzim insulin yang berasal dari babi. Ketika hal itu sudah terjadi, barulah umat Islam ribut, bolehkah menggunakan insulin dari babi tersebut?

Kasus yang sama juga terjadi pada penggunaan kapsul. Banyak sekali obat-obatan yang dibungkus dengan kapsul dari gelatin. Kita tahu bahwa gelatin ini ada yang berasal dari sapi, banyak pula yang dari babi. Sekali lagi, penemuan kapsul inipun dilakukan oleh para ahli Barat yang tidak mempertimbangkan aspek halal dan haram.

Mencari alternatif

Kalau kondisinya sudah demikian memang serba sulit. Kita berada pada posisi buah simalakama.Digunakan terbentur pada masalah haram, tidak digunakan nyawa terancam. Dalam hal demikian bisa saja kondisi darurat digunakan untuk menyelamatkan nyawa, sebab kalau tidak dipakai insulin tersebut maka nyawa pasien bisa terancam.

Namun perlu disadari bahwa darurat demikian mestinya bersifat jangka pendek. Dalam jangka panjang, menjadi tantangan dan kewajiban kita untuk bisa menemukan alternatif pengganti insulin babi yang bisa digunakan oleh para penderita diabetes.

Dengan keyakinan dan iman, kita yakin bahwa pasti ada alternatif obat yang berasal dari bahan halal. Riset ini sudah dimulai di New Zealand dan Malaysia dengan melibatkan banyak pakar Muslim yang mencoba mencari insulin dari sapi atau sumber lain yang halal.

Demikian juga dengan obat-obatan yang lain, mestinya penelitian dan pengembangan obat dimulai dengan batasan nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. Artinya hanya bahan-bahan yang halal sajalah yang dikaji untuk dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Dengan demikian tidak ada masalah di kemudian hari ketika obat itu sudah bisa digunakan.

Page 4: hubungan obat dan agama

Terapi Pengobatan dan Doa

"ALLAH telah menurunkan penyakit dan penawarnya dan Dia telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas dilarang." (HR. Abu Dawud dari Abu Al-Darda)

DALAM beberapa hadis menyebutkan bahwa anugerah terbaik yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah nikmat kesehatan, selain nikmat keyakinan. Tapi nikmat kesehatan itu tidak dibuat sebagai sesuatu yang permanen. Sebab, jika orang sehat sepanjang masa, nikmat itu tidak akan pernah ada.

Bagaimana bisa menikmati kesehatan jika tak pernah merasakan sakit? Maka Allah pun menciptakan penyakit. Tapi, seiring dengan diciptakan-Nya penyakit, Dia juga menciptakan obatnya. Dan tidak satu jenis penyakit pun yang tidak ada obatnya, kecuali penyakit tua. Tak sekadar menyediakan obat, tapi Allah telah mengatur melalui ayat-ayat-Nya di dalam Al-Qur'an tentang semua urusan. Termasuk ayat-ayat yang berhubungan dengan doa kesembuhan yang disebut dengan Ayatusy Syifa (ayat-ayat kesembuhan).

Sejumlah hadis sahih menguatkan tentang keseimbangan jumlah antara penyakit dan obatnya. Begitu pula tentang perintah pengobatan dan doa. Mari kita simak sebuah hadis berikut ini: "Setiap penyakit ada obatnya. Bila penyakit dikenai obat, niscaya akan sembuh atas izin Allah Azza wa Jalla." (HR. Imam Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah).

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-Darda ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya, dan dan Dia telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas dilarang." (HR. Abu Dawud).

Begitu pentingnya soal upaya penyembuhan penyakit dalam Islam, sehingga Rasulullah Saw pun amat menganjurkan umatnya agar senantiasa merawat tubuh untuk menjaga kesehatan. Jika sakit, berobatlah sekuatmu, yang artinya menurut kadar kemampuan masing-masing. Islam juga amat menganjurkan umatnya untuk membantu meringankan beban penderitaan orang mengidap sesuatu penyakit. Salah satu bentuk penekanan anjuran ini adalah agar menjenguk orang sakit dan sekaligus memanjatkan doa. Seperti inilah terapi penyembuhan yang diajarkan dalam Islam, yang diyakini masih dan akan tetap populer saat ini dan masa mendatang.

Menjenguk dan mendoakan kesembuhan orang sakit salah satu yang diperintahkan dalam Islam, baik orang yang sakit itu seorang muslim atau nonmuslim. Menjenguk dan mendoakan kesembuhan orang sakit adalah satu dari tujuh hak dan kewajiban seorang muslim. Enam lainnya adalah: mengantar jenazah, menghadiri undangan, menolong orang yang teraniaya, menepati sumpah dan menjawab salam. Dalam sebuah hadis mengisyaratkan, mendoakan kesembuhan orang sakit akan diaminkan para malaikat.

Page 5: hubungan obat dan agama

"Apabila kamu menjenguk orang sakit, maka berdoalah dengan baik, karena para malaikat akan mengaminkan semua perkataanmu (doamu)." (HR. Muslim dari Ummu Salamah).

Hadis lain menyebutkan: "Jika seseorang menjenguk orang sakit di malam hari, maka bersama dia adalah tujuhpuluh ribu malaikat, mereka semua memohonkan ampun kepadanya sampai menjelang Subuh, dan baginya kelak akan disediakan sebuah kebun di surga." (HR. Abu Dawud).

Selain itu, dianjurkan kepada orang yang sakit agar bersabar, jangan menggerutu, tidak boleh panik atau putus asa. Sakit adalah merupakan bagian dari ujian atau cobaan dari-Nya. Makanya, secara hakiki, penyakit yang diturunkan Allah kepada umat-Nya bukanlah sesuat yang merugikan. Tetapi ada hikmah dan manfaat di balik penyakit itu. Menyangkut masalah ini, Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadis: "Jika Allah menginginkan suatu kebaikan pada diri seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan terhadap mereka terlebih dahulu." (HR. Bukhari).

Menyangkut soal kesembuhan ini, Rasulullah selalu menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an, yang antara lain dikenal dengan ayat Mu'awwidzatan (atau minta perlindungan). Ayat-ayat tersebut adalah Surat Al-Falaq (Qul'auudzu bi rabbil falaaq-dst) dan Surat An-Naas (Qul-auudzu bi rabbin naas-dst). Dalam sebuah penjelasan, bahwa kedua ayat tersebut bukan hanya doa untuk penyembuhan penyakit fisik, tetapi juga doa minta perlindungan dari maksud jahat manusia, dan melawan kekuatan makhluk halus yang sewaktu-waktu bisa mengganggu manusia, seperti jin dan setan.

Selain itu, Rasulullah juga mengajarkan banyak doa kesembuhan yang diriwayatkan dalam berbagai hadis, yang antara lain:

"Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah penyakit ini karena hanya Engkaulah Maha Penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkannya kecuali ijin Engkau." (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun, doa saja tentu tidak cukup. Tetapi harus ada upaya pengobatan, misalnya pengobatan tradisional ataupun secara pengobatan medis. Doa dan pengobatan fisik perlu disinergikan, karena keduanya saling mendukung satu sama lain. Makanya, alangkah baiknya, banyak rumah sakit dalam prakteknya tidak saja mengandalkan tentang ilmu kedokteran dan farmasi dalam upaya penyembuhan penyakit si pasien, tetapi juga dibekali kekuatan keyakinan dan doa. Artinya, selain selalu menyiapkan juru doa yang memandu si pasien dan keluarga untuk berdoa bersama, juga menyediakan fasilitas ekstra kepada pasien berupa buku-buku bermuatan soal agama.

Berkaitan dengan hal ini, Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika Rasulullah menderita sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatan dalam hatinya dan meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin parah, aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri dengan harapan mendapat hidayat-Nya." (HR. Abu Dawud).

Dalam hadis lain Aisyah yang mengutip perkataan ayahnya: "Suatu ketika aku pernah sakit di Mekah. Kemudian Rasulullah datang menjengukku. Dia meletakkan tangannya di dahiku, mengurut dada dan perutku dan kemudian dia berkata; 'ya Allah, sembuhkanlah Sa'd dan sempurnakanlah hijrahnya.'" (HR. Abu Dawud).

Page 6: hubungan obat dan agama

'Uthman bin Abi Al-As ra meriwayatkan tentang metoda penyembuhan yang dilakukan Rasulullah, sbb; "Aku pernah mengalami sakit yang hampir membunuhku. Kemudian Rasulullah berkata: 'Pijatlah dengan tangan kananmu tujuh kali, dan katakanlah: Aku minta perlindungan atas kekuasaan dan kehendak Allah dari segala kejahatan yang kutemui.' Kemudian aku melakukannya, dan Allah menghilangkan sakit yang kualami. Kemudian aku menganjurkan cara ini kepada keluargaku dan orang-orang lainnya." (HR. Abu Dawud).

Dari Muhammad Ibnu Yusuf yang mengutip perkataan bapaknya yang bersumber dari kakeknya, menggambarkan tentang metoda pengobatan Rasulullah atas diri Thabit ibn Qais. Dia berkata: "Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah kejahatan dari Thabit ibn Qais ibn Shammas." Kemudian dia mengambil tanah "bathan" (bukit) dan meletakkannya di mangkok. Kemudian mencampurnya dengan air, mengaduknya dan menyebarkan bahan ini ke bagian-bagian yang sakit." (HR. Abu Dawud).

Tetapi bukan berarti semua penyakit yang mendapat pengobatan dari Rasulullah. Dia juga amat konsekuen untuk menyerahkan sesuatu pekerjaan kepada ahlinya. Sa'd rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Suatu ketika aku pernah menderita suatu penyakit. Rasulullah datang menjengukku. Dia meletakkan tangannya di dadaku dan aku merasakan hawa dingin di jantung ini. Baginda Rasulullah berkata: 'Kamu menderita penyakit jantung. Pergilah kepada Al-Harith Ibnu Kaladah, saudara Thaqif. Dia seseorang yang bisa memberikan perawatan bagi penyakitmu. Dia akan mengambil tujuh buah kurma Madinah kualitas terbaik dan menghancurkannya dengan alat penghancur dan meletakkannya di mulutmu.'" (HR. Abu Dawud).

Itulah beberapa contoh tentang terapi pengobatan yang dilakukan Rasulullah, seperti dikutip dalam Buku Pintar Shalat yang diterbitkan Pustaka Gardona Jakarta, (Judul asli: The Muslim Prayer Encyclopaedia). Metoda yang sebaiknya tetap diterapkan umat setelahnya, betapapun tingginya ilmu kedokteran dan farmasi. Berdoa dan berobat. Doa adalah suatu bentuk permohonan dan penyerahan diri kepada Maha Penyembuh, sedangkan berobat adalah upaya atau sarana untuk proses penyembuhan.

Banyak, dan cukup banyak sebenarnya terapi pengobatan menurut Islam, baik melalui bacaan atau amalan ayat-ayat suci Al-Qur'an maupun hadis. Salah satu contoh di antaranya Ayatusy Syifa' (ayat-ayat kesembuhan). Yang dimaksud dengan ayat-ayat penyembuhan (syifa') adalah ayat yang berhubungan dengan penyakit dan penyembuhan yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Ayat tersebut sebanyak enam ayat yang terdapat dalam surat yang berbeda, sbb;

"Perangilah mereka niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah : 14)

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus : 57).

Page 7: hubungan obat dan agama

"Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku." (QS. Al-Syu'ara : 80). "Katakanlah, Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman." (QS. Fushshilat : 44).

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman." (QS. Al-Isra' : 82).

"Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. Al-Nhal : 69).

Dalam kitab Al-Mukhtasar Fii Ma'aani Asmaa Illahil Husnaa, karya Al-Ustadz Mahmud Sami, ada dijelaskan tentang mukjizat ayat-ayat ini.

Adalah Syeikh Imam Abilqasim Al-Qusyairi yang telah mengamalkannya. Ia meriwayatkan, ... suatu ketika anaknya sakit parah dan seakan-akan tidak ada lagi harapan untuk menyembuhkannya, meski segala upaya penyembuhan sudah dilakukan. Tetapi ketika tidur, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, dan ia bertanya apakah ada obat bagi penyakit yang diderita oleh anaknya. Rasulullah Saw berkata : "Apakah engkau tidak tahu ayat-ayat syifa' (ayat-ayat penyembuhan)?"

Ketika Imam Abilqasim Al-Qusyairi terjaga dari tidur, ia lantas membuka Al-Qur'an dan mencari ayat-ayat yang disebutkan Rasulullah dalam mimpinya. Iapun menemukan enam ayat dimaksud. Ayat-ayat tersebut disalin dalam secarik kertas seraya merendamkannya ke dalam air dan meminumkan air tersebut kepada anaknya yang sedang sekarat. Tidak berapa lama anak tersebut berangsur sembuh dan akhirnya benar-benar sembuh.

Soal penyakit sesungguhnya bukanlah sesuatu yang luar biasa, karena setiap orang pasti ada penyakitnya termasuk para dokter dan paramedis. Adalah suatu pembohongan jika ada seseorang yang mengaku tidak mengidap suatu penyakit, karena penyakit itu sengaja diciptakan Allah, seperti dalam firman-Nya:

"Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. Al-Baqarah : 10).

Dalam hal ini, kewajiban manusia lah untuk berupaya mencari atau melakukan pengobatan, karena obat setiap penyakit pasti ada. Kalaupun ada penyakit yang belum ada obatnya, itu tak lain karena ilmu manusia yang bergerak di bidang itu masih terbatas. Makanya, agar setiap hamba diperintahkan oleh Allah agar belajar dan belajar terus. Dan hal ini sekaligus sebagai bukti kebesaran Allah, bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan manusia itu adalah sangat-sangat sedikit jika dibanding ilmu yang dimiliki Allah.

Soal penyakit adalah salah satu bentuk dinamika kehidupan tang diciptakan Allah. Ketika seseorang jatuh sakit, sesuatu yang amat didambakan adalah nikmatnya kesehatan. Untuk ini, ada proses berikutnya, yaitu perintah untuk berobat. Obat penawar setiap penyakit sudah disediakan Allah. Dan inilah tugas para ilmuwan (dokter dan paramedis) untuk meneliti dan melakukan diagnosa.

Page 8: hubungan obat dan agama

Soal penyakit adalah salah satu bentuk ujian dan cobaan dari Allah. Ujian ini antara lain bermaksud agar setiap orang menyadari, bahwa manusia adalah hamba Allah, yang tidak bisa melepaskan diri dari genggaman-Nya. Dia-lah yang menurunkan dan menyembuhkan penyakit bagi hamba-Nya. Tidak semua pasien yang sembuh dari penyakit yang dideritanya, betapapun kualitas obat yang diberikan, dan betapapun ahlinya dokter yang merawatnya. Ini sebagai bahan renungan kepada setiap hamba, bahwa ada Maha Kekuatan yang abstrak yang Maha Mengatur dan Maha Menetapkan segala urusan. Itulah qadha dan qadar.

"(Yaitu Tuhan); Yang telah menciptakan aku, maka Dia-lah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku; Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. 'Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku'. Dan yang akan mematikan aku, dan akan menghidupkan aku (kembali)." (QS. Asy-Syu'araa : 78-91).

VI. Bahan-bahan Haram pada Obat

Beberapa bahan-bahan haram dan derivatnya yang mungkin ditemukan dalam obat dapat disebutkan sebagai berikut :

1. InsulinKenyataan bahwa insulin babi paling mirip dengan insulin manusia menyebabkan produksi insulin yang berasal dari babi lebih banyak dikembangkan dibanding insulin yang berasal dari sapi.

2. HeparinSenyawa ini bekerja sebagai antikoagulan, yaitu untuk mencegah pembekuan darah. Pada umumnya heparin diperoleh dari babi berupa Sodium heparin yang dikenal dengan nama dagang Lovenox (Aventis Pharma Specialitis, Perancis)

3. GelatinGelatin adalah suatu protein yang berasal dari kollagen binatang (babi, sapi, domba). Gelatin yang berasal dari babi lebih sering digunakan sehingga masyarakat muslim harus berhati-hati terhadap bahan ini.

4. AlkoholBahan ini masih sering digunakan sebagai bahan dalam sirup obat batuk seperti misalnya pada Vicks Formula (10, 5%), Benadryl (5%), Woods (6%), dan OBH Combi (2%). Keberadaan alkohol dalam sirup ini sebenarnya bukan merupakan keharusan. Alkohol dapat dihilangkan tanpa mengurangi efektivitas obatnya. Menjadi kewajiban farmasis muslim untuk membuat, memasarkan dan menjual formula non alkohol sesuai ajaran Islam. Alkohol dalam sirup dapat secara mudah diidentifikasi dengan analisis kimia sederhana. Selain itu, saat ini sudah cukup banyak sirup obat batuk dengan formula non alkohol.

5. Selain alkohol Beberapa derivat bahan-bahan haram juga digunakan dalam obat seperti kapsul gelatin, enzym, dan

Page 9: hubungan obat dan agama

magnesium stearat ( sebagai lubricant)

Di era modern sekarang ini, manusia dihidangkan pada berbagai perilaku, gaya hidup, dan lingkungan yang sangat kompleks. Konsekuensinya pun beragam diantaranya muncul berbagai penyakit dan keluhan kesehatan yang tentu mengganggu aktifitas. Muncul pula akhirnya berbagai macam jenis pengobatan, baik yang organik (herbal) maupun yang non-organik (kimiawi). Tidak dapat dipungkiri bahwa obat-obatan herbal telah menjadi fenomena. Obat herbal, selain sudah banyak dikenal juga karena merupakan pengobatan turun-temurun di berbagai suku bangsa di dunia, juga karena dianggap lebih aman dari obat-obatan modern (kimia).

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa obat herbal efektif untuk pengobatan berbagai penyakit, mulai penyakit ringan sampai penyakit yang serius dan mematikan, seperti hepatitis, kanker sampai kepada HIV/ AIDS. Para dokter sepakat bahwa ketika pengobatan bisa dilakukan dengan gizi makanan maka tidak perlu beralih menggunakan obat-obatan. Dan ketika dapat menggunakan obat tunggal maka tidak perlu menggunakan obat ramuan (campuran seperti tablet dan sebagainya).

Dari Usamah bin Syuraik Radhiyallohuanhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Suatu saat ketika aku sedang bersama Nabi Shalallohu ‘alaihi wasalam, tiba-tiba datanglah beberapa laki-laki badui.” Mereka bertanya, “Apakah kami boleh berobat?” Beliau Shalallohu ‘alaihi wasalam menjawab, “Wahai para hamba Alloh sekalian, silakan kalian berobat! Karena setiap Alloh menciptakan penyakit, pasti Alloh juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja.” Mereka bertanya, “Apa itu wahai Rasululloh?” Beliau menjawab,” Pikun.”

Berobat dianjurkan, karena itu adalah bagian dari ikhtiar seorang hamba. Meski dalam kondisi-kondisi tertentu, seorang hamba boleh saja memilih tidak berobat. Yakni saat ia justru sedang “menikmati” sakitnya, dan merasa bahwa dengan itu ia semakin dekat kepada Alloh Azza Wa Jalla. Sebagaimana dilakukan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Saad bin Abi Waqqosh Radhiyallohuanhuma, di masa-masa terakhir kehidupan mereka.

Meskipun demikian, secara umum berobat itu dianjurkan. Karena dianjurkan maka seseorang bebas memilih kompetensi di bidang ilmu medis barat maupun timur, modern maupun tradisional, selama praktik medis tersebut tidak memuat hal-hal yang diharamkan, atau menggunakan obat-obatan yang haram. Para dokter juga berkata, “Setiap penyakit yang dapat dilawan dengan gizi makanan dan terapi pencegahan, tidak perlu beralih pada obat-obatan.” Mereka juga berkata, “Bahwa tidak semestinya bagi dokter menganjurkan pasiennya menggunakan obat-obatan (terapi hendaklah berupa makanan).

Dalam lafazh Hadits lain, Rasululloh Shalallohu ‘alaihi wasalam bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya Alloh tidak menurunkan satu penyakit, kecuali Dia menurunkan obat penyembuhnya; obat penyakit diketahui bagi yang mengetahinya, dan tidak diketahui bagi orang jahil.” Hadits-hadits di atas mencakup identifikasi sebab dan musabab sesuatu, sekaligus sebagai bentuk perlawanan bagi yang mengingkari hadits-hadits Nabi. Nabi Shalallohu ‘alaihi wasalam bersabda, yang artinya, “Setiap penyakit ada obatnya (penawarnya).” Hadits tersebut berlaku umum, yaitu untuk semua jenis penyakit mematikan dan penyakit yang di luar kemampuan para tabib dan dokter, sebab bisa jadi Alloh Ta’ala telah menciptakan obat untuk suatu penyakit, tetapi

Page 10: hubungan obat dan agama

ilmu manusia tidak dapat menjangkaunya, karena manusia tidak memiliki “ilmu mencipta”, kecuali yang telah diberikan Alloh kepada manusia.

DETOKSIFIKASI PENGOBATAN HERBAL

Dr. Amarullah Siregar, ahli obat herbal, dalam seminar herbal bertajuk “Obat Herbal Tradisional Menuju Herbal Bio-Molekuler” oleh Dep. Kes. mengatakan, obat yang terbuat dari bahan kimia tidak bisa memberikan kesembuhan secara total karena hanya “memperbaiki” beberapa fungsi sistem tubuh. Sebaliknya obat herbal tradisional memiliki kemampuan memperbaiki keseluruhan sistem, karena bekerja dalam lingkup sel dan molekuler. Disamping lebih aman dan minim efek samping, pengobatan herbal memberikan solusi yang lebih tuntas dan maksimal karena sistem pengobatannya melalui proses alamiah dalam mengeluarkan kotoran/racun dari dalam tubuh yang dinamakan

Detoksifikasi.

Detoksifikasi adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun (toksik), dari dalam tubuh. Penyakit terjadi apabila proses pembuangan tidak optimal dan toksik mulai masuk ke dalam jaringan organ-organ. Dalam sejumlah hasil penelitian disebutkan bahwa kondisi racun yang berlebihan erat kaitannya dengan penyebab penuan dini dan penyakit degeneratif (lever, jantung, diabet, kanker, dll) dan juga menurunkan sistem kekebalan tubuh, oleh karena itu racun harus dikeluarkan dari dalam tubuh.

Organ penting yang menjadi target dalam pembersihan racun (detoksifikasi) adalah usus besar dan lever. Hampir semua penyakit degeneratif dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam saluran usus. Ini karena setiap jaringan dalam tubuh mendapatkan makanan dari darah dan darah mendapatkan makanan dari usus. Setiap zat yang masuk dalam tubuh akan terserap ke dalam darah melalui dinding-dinding usus, artinya toksik yang berada di dalam usus yang ikut beredar dalam aliran darah sampai ke sel-sel di seluruh sisi tubuh. Tumpukan toksik inilah yang menyebabkan terjadinya berbagai kondisi penyakit kronis akut dan generatif, juga disertai penurunan daya tahan tubuh, penurunan energi dan penuaan dini. Maka manfaat detoksifikasi pengobatan herbal bagi kesehatan tubuh adalah :

1. Menurunkan gejala kelebihan berat badan (Obesitas).2. Meremajakan sel-sel tubuh, sehingga kulit menjadi bersih, sehat, dan segar.3. Meningkatkan energi dan meningkatkan daya ingat.4. Melancarkan peredaran darah dan kelenjar getah bening.5. Menghilangkan peradangan pada kelenjar getah bening.6. Menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, dsb.7. Memperbaiki kadar gula dan tekanan darah.8. Memperbaiki fungsi lever dan ginjal.9. Meningkatkan daya tahan tubuh.

Page 11: hubungan obat dan agama

Adapun gejala detoksifikasi yang biasa terjadi adalah :

1. Rasa sakit kepala, terutama di bagian belakang2. Keluar penyakit kulit3. Sakit pinggang4. Batuk berdahak5. Agak demam (jawa: meriang)6. Salesma (jawa: mbeler)7. Sakit kaki dan sendi8. Muntah dan mual, dll.

Namun tidak semua orang yang mengkonsumsi herbal mengalami proses detoksifikasi tergantung kondisi daya tahan tubuh yang dimiliki. Dan jika ada biasanya akan berakhir dalam waktu 2-4 hari sesuai kondisi kesehatannya, InsyaAlloh. Dengan kata lain detoksifikasi hanya bersifat sementara. Pada saat detoksifikasi tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1. Pikiran tidak perlu panik dan khawatir karena detoksifikasi merupakan reaksi balik sebagai bukti bahwa herbal tersebut telah berfungsi dalam tubuh.

2. Konsumsi diteruskan dan memperbanyak minum air putih.3. Kurangi dosis pemakaian. 4. Konsultasikan kepada ahli medis atau bisa ditanyakan kepada agen terdekat.