HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DALAM SISTEM KEKERABATAN ...digilib.unila.ac.id/23782/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DALAM SISTEM KEKERABATAN ...digilib.unila.ac.id/23782/3/3. SKRIPSI FULL...
HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DALAM SISTEM
KEKERABATAN MINANGKABAU
( Studi Terhadap Masyarakat Bukittinggi di Kotamadya Bandar Lampung)
(Skripsi)
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS
Oleh:
Fadilah Makmur Arif
(1013033008)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DALAM SISTEM
KEKERABATAN MINANGKABAU
( Studi Terhadap Masyarakat Bukittinggi di Kotamadya Bandar Lampung)
Oleh :
Fadilah Makmur Arif
Mamak-Kemenakan merupakan tali kerabat dalam masyarakat Minangkabau
ialah hubungan antara seorang anak laki-laki dan saudara laki-laki ibunya, atau
hubungan seorang anak laki-laki dengan anak-anak saudara perempuannya. Bagi
seseorang, saudara laki-laki ibunya adalah mamaknya dan ia adalah kemenakan
saudara laki-laki ibunya. Sedangkan anak saudara perempuannya merupakan
kemenakan dan ia adalah mamak anak saudara perempuannya. Sang Mamak
memiliki fungsi hak-hak dan kewajiban terhadap kemenakan begitupula
sebaliknya sehingga menciptakan sebuah hubungan yang sakral dan diatur dalam
adat, hal ini berlaku dimana saja dan bagi siapa saja, tidak terkecuali masyarakat
Bukittinggi di kota Bandar Lampung.
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimanakah Fungsi Mamak dan
Kemenakan pada Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar Lampung, Tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk mengetahui Bagaimanakah Fungsi Mamak dan
Kemenakan pada Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar Lampung, Metode
penelitian yang digunakan adalah metode fungsional dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan yakni teknik analisis data kualitatif.
Kesimpulannya adalah hubungan Mamak dan kemenakan di dalam masyarakat
Bukittinggi Bandar Lampung telah terjadi pergeseran perilaku fungsi mamak
terhadap kemenakan begitupula sebaliknya tetapi Tidak semua hal mengenai tali
kerabat Mamak-Kemenakan semata-mata hilang begitu saja, Beberapa hal masih
dilaksanakan dengan baik,hanya sekarang fungsi mamak-kemenakan telah
bergeser jauh, mayoritas fungsi mamak telah digantikan oleh ayah, peran mamak
dalam adat hanyalah bersifat simbolis,faktor utama ialah berlakunya hukum
nasional dan bahwa hukum adat hanya bisa diterapkan di tempat asalnya saja.
HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DALAM SISTEM
KEKERABATAN MINANGKABAU
( Studi Terhadap Masyarakat Bukittinggi di Kotamadya Bandar Lampung)
OLEH
FADILAH MAKMUR ARIF
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
,'*::2,':::i*Qtii{r,(* roi*:,niwuul K'li *Ia'f,*1iittw ii'f* K{iffi:#,ffi't:",tt;t1i,.* i i':,:r?1"i1
, t9, +Srnpqi;,";,r;|''*"';,, 1}trIli?$Wfri\ffi (tii-i1\';
j!"r!'ii j1!:'i:'?;ii:ii{fi ,i:,i.-s4l;.*t':ii
i ! \i :'.,' i:: i-! /::,i I !:, .;...
i - I
:,.;, : :t,-r t i
!:
!:* "i /.t *, i.. !*".d{, t } i:; n ij t'l' i1.\ ;.-. i',.?;i1tt::'1"'l;
::::.:,,.?i.1,"t,",:t t il'ii"'ii:4,",', ,ij, i._1:,,Wi:3i)l{;i, 1;ftio;tit',,?.ffi
;.i;l:;t,/':ii:*Lri?'41''.lt;:;;,t\;"ynOtr)tU*'frr'urur*i-r-{ffi
;.:i).,1i:\"1i:;i)"t,J?41';'i::t;'+'-:4,_ti;,qf?:.l
,;,."gIni+19t"g4W+1.,e$"5'8?"[r9r9uJ*rilffi W,r.Nrf f l,?6197-0e,'*9e5y:*,$Wt+::;i.ti\iti.,,_r,,t"iiy1.1
,4{:; i." lt ?,v";,:, i.3?ii: "''31'l'1"'i ri':''/tiii'i i laiii
"'''t 4't ;
*ap-ge*phgm#d3iX[;t*t'i!"i''i !,"i:, i"-.;+!t 7'i:'i.i,
j : ; -i i r ! :. i ., rKcftf* p*E*iit'St i;tdi:
; :'i j I 1 : : ; ;: :: t., : ., i' i:3 i t r,,.t c,'nPendidildif.$Lif{tah.' ! ! i \ : t i. r i'.: i:! i;: r'7' it t
:; ;:.:,'ii,.:) i.)l*tz ':.7::: ;:;' t- i ',..
"
: . .:. :11..;i'..,i!, z:,,.-.: , ,
:',.;1'.;;iili ''ii:4i .; i:;;t,:' , '. i .
: ; : itl.il) 't .J".,ri! :1,:
!:: i;;t ,;' r .+-".
::, t -'.
t. il 1''t..illl, ! ;: ;:; i,. r.l
;::t;i;::;i.i; i":?::ti (i; i;!r;.t "' ..
::i i?;4i.'ii':".ii'iilt/ !.:: :;i :: r ?^i..;
;. : i-.it;:ri:i t.i'nt :i i: ; ;, r., ""-
;;.'r. i;i.* ',)ii:+t,'71::17' ,', ,-. '
t :?i, .i.!!i,.-:, \t_!',ili 1z!
[:.: ;;, 4.,.r.,
t:.:. 'i {2.t1!,i;::i"
- , , .",''"li'" ".r,';, ,:;i'i .r' :":-1"'
/' ;r: i:i';:'::..,:..:.:.,
.:-'..,.':'..,:,1 ..
,r,,r,-'1;,.i:)t'.ltt:;ii)'-iti zi'::'t t-;t;;';i;;1:;1;;;y!:\i:i1,,,!i11.::1i:7\
!,r,rtr..u"'.ki;.!'ii'i''.i?'+r"::' t-il.;i:,ti12,;,;;1.!:",.1i.i.i{il,tr:::'.
i:,:r,;t lr;:; i..;+:..ti*t'.'1ili:i
"-1!';it,ti;;1:;i.:;i ,1
ii.:a; i..!,,,i::.i:i'1,jrr::,rli
i.-, ir.!,.i;i:.i-:'t:il:l; :.jli:'ri:::it(:ii;:.;4 i.-.i:.i;i.,i:::\
:i i, ".{,.1 I I t i.:i: t t :i
j'4; 1,-! 1trlti ./ t -
SURAT PERFTYATAAIT
Saya yang bertandatangan di bawatr ini:
NamaNPMProgram StudiJurusanffakultasAlamat
Fadilah Maknrur Arif10r3033008Pendidikan SejarahPendidikan IPSIFKIPJl. Sepakat No. 99 kelurahanSumberejo, Kecanatan
Kemiling, Bandar LamPung.
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pem;h diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam suatu Perguruan
tinggi darr sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yanllematr ditofir ut"" diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
aiacu Oatam naskah ini dan disebutkan dala6 daftaxpustaka.'
NPM. 1013033008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Desember 1991 di Kota
Bandar Lampung dari pasangan Bapak Hafizul Muzarli dan
Ibu Sriruwianingsih, dan merupakan anak pertama dari 3
bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh yakni menamatkan Sekolah Dasar
Swasta SD Kartika II-6 Tanjung Karang Barat Bandar Lampung pada tahun 2004,
Sekolah Menengah Pertama Negeri(SMPN) 14 Bandar Lampung yang selesai
pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung
selesai pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur (PKAB).Selama menjadi mahasiswa penulis
juga tercatat mengikuti kegiatan organisasi, Organisasi HIMAPIS dan FOKMA.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Sido Kabupaten
Tulang Bawang Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
di SMPN 3 Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat
MOTTO
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang
yang beriman, beramal shalih, saling menasehati
dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam
kesabaran.”
(Q.S. Al Ashr: 1-3)
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan
mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hafizul Muzarli dan Ibu
Sriruwianingsih yang selalu memberikan do’a, nasehat, segala
usaha dan upaya demi tercapainya cita-citaku.
Para pendidik yang senantiasa selalu mengajarkan,
membimbing, memberi masukan dan ilmu yang bermanfaat
kepadaku.
Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Mamak dan
Kemenakan Dalam Sistem Kekerabatan Minangkabau (studi Terhadap
Masyarakat Bukittinggi di Kotamadya Bandar Lampung)” penulis selesaikan
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.S, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M., M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai
pembimbing II terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini;
7. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H, selaku pembimbing akademik
sekaligus sebagai pembimbing I terimakasih atas segala masukan,
dukungan, motivasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Drs. Ali Imron,
M.Hum, Drs. H. Maskun, M.H, Drs. Wakidi, M.Hum, Drs. H. Tontowi
Amsia, M.Si, Drs. Hendri Susanto, S.S, Drs. Syaiful M., M.Si, Dr. Risma
Sinaga, M. Basri, S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, dan
Suparman Arif, S.Pd. M.Pd;
9. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;
10. Kedua orang tuaku, Bapak Hafizul dan Ibu Sriruwianingsih yang
senantiasa menyayangi, mencintai, dan mendoakan untuk keberhasilanku,
terimakasih telah memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam
hidupku;
11. Adik-adikku serta keluarga besar yang selalu menyayangi, mendoakan,
memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.
12. Bapak Drs. Firdaus terima kasih atas do’a, kesabaran dan keikhlasan serta
bimbingannya selama menjalani penelitian
13. Teman-Teman dekatku yang selalu memberikan dukungan, saran dan
motivasi selama ini;
14. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 Ganjil dan Genap
terimakasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini.
15. Para Kakak tingkat dan Adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
16. Bapak Prof. Yurnalis Etek, H.Khaidir Jamal, Hi. Asril, Roy Muni Burhan
dan Bapak Firdaus sebagai informan yang telah memberikan pengetahuan
serta ilmu yang sangat berharga.
17. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, Juni 2016
Penulis,
Fadilah Makmur Arif
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP .................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
SANWACANA ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Analisis Masalah ............................................................................. 7
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
2. Pembatasan Masalah ................................................................. 7
3. Rumusan Masalah . .................................................................... 7
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ........................ 7
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
2. Kegunaan Penelitian ................................................................. 8
3. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... . 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA .............................................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10
1. Konsep Hubungan ..................................................................... 10
2. Konsep Kekerabatan . ................................................................ 11
3. Konsep Mamak-Kemenakan ..................................................... 16
4. Konsep Minangkabau ................................................................ 19
B. Kerangka Pikir ................................................................................ 22
C. Paradigma ....................................................................................... 24
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 25
A. Metode yang Digunakan .................................................................. 25
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 29
1. Teknik Wawancara ................................................................... 29
2. Teknik Observasi ...................................................................... 32
3. Teknik Dokumentasi . ................................................................ 33
D. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33
1. Reduksi Data .............................................................................. 33
2. Penyajian Data .......................................................................... 34
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi ................................. 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35
1. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ................................ 35
a. . Sejarah Kota Bandar Lampung ............................................ 35
b. Letak dan Batas Kota Bandar Lampung .............................. 36
c. . Penduduk .............................................................................. 37
2. Gambaran Umum Masyarakat Minang Bandar Lampung ........ 39
a. Sejarah Singkat Kedatangan Orang Minang ................... 39
b. Sejarah Singkat Kedatangan Orang Bukittinggi.............. 42
A. Hasil.................. ................................................................................ 44
1. Kondisi Tali Kerabat Mamak dan Kemenakan Pada
Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar Lampung ................. 44
1.1. Adat .................................................................................... 47
1.2. Pendidikan ......................................................................... 50
1. Pendidikan Umum ........................................................... 50
2. Pendidikan Agama ........................................................... 52
1.3. Perilaku Keseharian ............................................................ 54
B. Pembahasan ..................................................................................... 56
1. Analisis Tali Kerabat Mamak-Kemenakan Pada
Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar Lampung .................. 56
2. Penyebab Kurangnya Peranan Mamak di Perantauan ............... 62
3. Dampak Kurangnya Peranan Mamak Terhadap Kemenakan
di Perantauan Bandar Lampung ................................................ 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 64
A. Kesimpulan ..................................................................................... 64
B. Saran ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah Penduduk kota Bandar Lampung per Kecamatan ......................38
Table 2. Profesi Orang-Orang Sumatera Barat di Bandar
Lampung................................................................................................................41
Table 3. Persebaran Anggota IKBTS di Setiap Kecamatan di Bandar Lampung
........................................................................................................................43
Tabel 4. Perbandingan Fungsi Mamak dan Ayah Pada Keluarga
Minangkabau........................................................................................................56
Tabel 5. Perbandingan Fungsi Mamak dan Ayah Pada Keluarga Minangkabau di
Bandar Lampung..................................................................................................57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi................................................66
2. Izin Penelitian................................................................................................. 67
3. Balasan Izin Penelitian…................................................................................ 68
4. Daftar Nama Informan.....................................................................................69
5. Pedoman Wawancara…………………………….......................................... 70
6. Dokumen Hasil Wawancara......................................................................... 72
7. Foto-Foto Penelitian..................................................................................... .100
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk (plural society).
Kemajemukan ini terlihat dari berbagai suku bangsa. Suku bangsa adalah salah
satu golongan yang terikat akan kesadaran dan identitas akan kesatuan budaya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya.
Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini
memiliki etnis serta budaya yang beragam Menurut Prof. Thamrin Amal
Tamagola jumlah suku bangsa yang ada di indonesia ± 565 jenis suku bangsa
dengan aneka ragam kebudayaan, seperti adat istiadat, bahasa dan agama. Salah
satu di antaranya adalah suku bangsa Minangkabau yang mendiami sebagian
besar wilayah Sumatera Barat dan sebagain kecil di wilayah sumatera lainnya
termasuk provinsi Lampung. Suku Minangkabau termasuk salah satu suku
terbesar jumlahnya dari penduduk Indonesia selain suku Jawa, Sunda, Madura,
Batak dan Bugis. Maasyarakat Minangkabau ini dikenal sebagai perantau atau
juga bisa disebut gadang di rantau, masyarakat Minangkabau sudah merantau ke
Lampung bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini sekitar abad
ke-13 dan 14 Masehi., hal ini dapat dilihat dari agama islam yang masuk ke
2
Lampung di sebelah barat (Belalau) pada zaman Kepaksian Sekala Berak dibawa
oleh para pedagang dan perantau Minang. Selain mengembangkan agama, orang
Minang sekaligus berdagang di Lampung yang saat itu menjadi pusat
perdagangan lada hitam, kopi, dan karet. . Orang minangkabau, mempunyai
falsafah hidup, yaitu alam takambang manjadi guru, (Hakimy, 2001:1) yang
artinya dalam bahasa indonesia adalah “alam terkembang menjadi guru”.
Merupakan suatu ketentuan dalam adat Minangkabau bahwa alam
terkembang yang dipelajari dengan seksama merupakan sumber dan bahan-bahan
pengetahuan yang dapat dipergunakan dalam mengatur kehidupan manusia.
(Hakimy, 2001:2)
Dalam adat minangkabau, bila anak laki-laki sudah mengenal uang, maka ia
tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, atau tidak tinggal di rumah gadang lagi,
ia harus tidur di surau atau masjid. Namun, anak perempuan tetap tinggal dalam
rumah gadang atau masih tinggal bersama orang tuanya. Oleh karena itu,hal inilah
yang mendorong anak laki-laki minangkabau mempunyai tradisi merantau ke
daerah lain, termasuk yang berasal dari Bukittinggi, Suku Minangkabau memiliki
ciri khas yang unik bila dibandingkan dengan suku lain yang ada di indonesia. Hal
ini terlihat dari sistem kekerabatan yang dimilikinya yaitu “Matrilineal”, artinya
ikatan kekerabatan ditelusuri menurut garis keturunan ibu, bukan bapak. Hal ini
berarti setiap individu akan melihat dirinya sebagai keturunan ibu. Salah satu adat
minangkabau yang asli dan unik, adalah keturunan menurut ibu (matrilineal)
(Hakimy, 2001:38), Sedangkan urusan anak anak si ibu tersebut dipercayakan
kepada sang Paman atau Mamak, sang Mamak tersebut yang membimbing si
Kemenakan atau Keponakan lebih jelasnya Hubungan kekerabatan
3
antara mamak dan kemenakan ialah hubungan antara seorang anak dengan
saudara laki-laki ibunya. Bisa juga dicontohkan sebagai hubungan antara seorang
anak laki-laki dengan anak-anak saudara perempuannya.
Mamak berkewajiban dalam membimbing kemenakan dalam bidang adat, bidang
agama, dan bidang perilaku sehari-hari. Kalau kemenakan melakukan kesalahan,
mamak akan ikut malu. Peranan mamak yang lain adalah memelihara dan
mengembangkan harta pusako. Harta pusaka itu dipelihara supaya jangan habis,
tidak boleh dijual, atau digadaikan. Mamak hanya memelihara saja, sedangkan
pemiliknya adalah ibu ( bundo kanduang ). Peranan mamak yang ketiga adalah
mewakili keluarga dalam urusan keluar. Urusan itu bisa terjadi dalam hal-hal yang
baik atau kurang baik. Mamak akan bertindak atas nama keluarga dan mewakili
keluarga dan juga akan bertindak atas nama keluarga untuk penyelesaian sebuah
sebuah masalah.Dalam pepatah disebutkan peran seorang mamak yaitu: “anak
dipangku, Kemenakan dimbimbing. (Mersi Singgalang,
2008,https://mersi.wordpress.com/2008/08/12/makalah-keminangkabauan-
mamak-dan-kemenakan/
STRUKTUR KELUARGA DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU
1 = Samande ( satu ibu )
4
2 = Saparuik ( satu keluarga besar atau famili)
3 = Sanenek (satu nenek)
4 = Saniniek (satu bibi)
5 = Sakaum (satu suku)
Sumber : Alam Terkembang Jadi Guru, 1984
Melihat perkembangan zaman serta akibat modernisasi dan globalisasi
timbul gejala perubahan pola hubungan kekerabatan. Solidaritas sosial masyarakat
Minangkabau yang menerapkan hubungan antara Mamak dan Kemenakan
sekarang dirasakan mulai memudar terlebih lagi bagi masyarakat perantau asal
Bukittinggi yang merupakan bagian dari masyarakat Minangkabau di Kota
Bandar Lampung. Walaupun, sebenarrnya Silaturahim antara Masyarakat
Minangkabau di Bandar Lampung tetap terjaga,sejak lama paguyuban paguyuban
keluarga Minang telah banyak berdiri,bahkan masing-masing tiap daerah asalnya,
seperti masyarakat perantau asal Bukittinggi yang tergabung dalam Ikatan
Bukittinggi Saiyo atau disingkat IKBTS juga masyarakat asal Padang Pariaman
dalam PKDP/Perap, seluruh paguyuban Keluarga Minangkabau ini diinduki oleh
organisasi yang bernama KBSB (Keluarga Besar Sumatera Barat) yang sudah
berdiri sejak tanggal 26 November 1968 dan hingga kini sudah memasuki
kepengurusan ke-12, periode 2011-2016. Hingga kini sudah terbentuk 11 KBSB
kabupaten/kota se-Provinsi Lampung dan komisariat-komisariat di ibukota
kecamatan. Selain itu juga terdapat organisasi kemasyarakatan yang berbasiskan
kota/kabupaten/kecamatan di Sumatera Barat yang juga bernaung di bawah KBSB
Provinsi Lampung. Umumnya anggota KBSB berprofesi sebagai
5
pedagang/pengusaha yang sekitar 90 persen berada di ibukota provinsi,
kota/kabupaten dan pasar-pasar di kecamatan. Sisanya adalah pegawai,
dosen/guru, praktisi hukum, politisi, dokter, polisi/TNI dan lain-lain. (Samino
Nugroho, 2015, from http://lampung.antaranews.com/berita/279312/kbsb-
lampung-gelar-seni-budaya-minang/, 06 Februari 2015) Dan juga bahkan ibu
gubernur dan ibu walikota Bandar Lampung Kebetulan adalah masyarakat
Minang gadang di rantau.
Banyaknya keluarga minang di Bandar Lampung juga mendorong semakin
kompleksnya hubungan antara mamak dan kemenakan di perantauan Kota Bandar
Lampung terutama masyarakat perantau asal Bukittinggi sebagaimana yang
terjadi pada masyarakat Minang di Sumatera Barat, seperti : mamak sudah jarang
berkunjung ke rumah kemenakan menunjuk, mengajak bahkan mencarikan jodoh
kemenakan Dsb. perubahan ini akan menimbulkan pertentangan antara peranan
mamak dengan peran dalam keluarga, satu pihak mamak ingin bertanggung jawab
terhadap kemenakan sesuai adat di Minangkabau, di pihak lain Ayah ingin
bertanggung jawab kepada anak sesuai dengan ajaran Islam
Perubahan itu muncul oleh beberapa hal seperti : penemuan-penemuan
baru, akulturasi budaya, sistem pendidikan yang maju sehingga mempengaruhi
cara berpikir masyarakat berakibat terjadinya pergeseran-pergeseran nilai dalam
kehidupan sosial masyarakat (Haviland, 1993 : 95).
Mestika Zed (1998 : 99) mengatakan bahwa suku bangsa Minangkabau
merupakan masyarakat yang tidak statis dan selalu menerima dan mengusahakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Minangkabau bukan hanya
6
bersifat sosial- ekonomi tetapi juga daam sendi kehidupan budaya dan sistem
kekerabatan
Dari uraian di atas hubungan antara mamak dan kemenakan telah
mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan adat sebagai salah satu identitas
masyarakat Minangkabau di Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu menarik
untuk diteliti.
7
B. Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
1. Kondisi Masyarakat Minangkabau di Kota Bandar Lampung.
2. Hubungan Kekerabatan Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar Lampung.
3. Fungsi Mamak dan Kemenakan pada Masyarakat Bukittinggi di Kota
Bandar Lampung
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, penulis membatasi masalah pada Fungsi
Mamak dan Kemenakan pada Masyarakat Bukittinggi di Kota Bandar
Lampung.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah Fungsi Mamak dan Kemenakan pada Masyarakat Bukittinggi
di Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimanakah Fungsi Mamak dan Kemenakan pada Masyarakat
Bukittinggi di Kota Bandar Lampung?
8
2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi
semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis
teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain diharapkan bermanfaat
untuk :
a. Menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan
budaya mengenai kebudayaan Minang tentang Mamak dan
Kemenakan.
b. Menjadi bahan informasi kepada peminat kebudayaan yang ingin
mengetahui Kedudukan dan makna hubungan Mamak dan
Kemenakan serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca
tentang hubungan Mamak dan Kemenakan yang selalu dijunjung
tinggi oleh masyarakat Minangkabau.
c. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi
mahasiswa Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam
budaya Minang.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu sekali
penulis berikan batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca
memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :
3.1 Objek Penelitian : Mamak dan Kemenakan
9
3.2 Subjek Penelitian : Masyarakat Bukittingi di Kota Bandar
Lampung
3.3 Tempat Penelitian : Kota Bandar Lampung
3.4 Waktu Penelitian : 2015
3.5 Konsentrasi Ilmu : Antropologi Budaya
REFERENSI
H. Idrus Hakimy. 2001. Rangkaian mustika adat basandi syarak di Minangkabau.
Bandung : Remaja Rosdakarya. Halaman. 1
Ibid, Halaman 2
Ibid, Halaman 38
Mersi Singgalang, (2008) from ,https://mersi.wordpress.com/2008/08/12/makalah-
keminangkabauan-mamak-dan-kemenakan/). Diakses pada tanggal 20 Desember
2015
Samino Nugroho (2015) from http://lampung.antaranews.com/berita/279312/kbsb-
lampung-gelar-seni-budaya-minang/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2015
Haviland, William. A. (1993). Antropologi. Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Halaman 95
Zed, Mestika. (1998). Sumatera Barat di Panggung Sejarah, 1945-1998. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. Halaman 99
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Hubungan
Menurut Koentjaraningrat (1988 : 123) bentuk hubungan kekerabatan
yaitu menghubungkan sejumah kerabat yang bersama-sama memegang hak-hak
dan kewajiban tertentu. Hak itu di antaranya adalah hak untuk mewarisi harta,
gelar, benda-benda pusaka, lambang. Sedangkan kewajiban adalah melakukan
aktifitas kooperatif, melakukan aktifitas produktif. adalah
kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses
pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap
proses kehidupan manusia, Hubungan dapat dibedakan menjadi hubungan
dengan teman sebaya, orangtua, keluarga, dan lingkungan sosial. Secara garis
besar, hubungan terbagi menjadi hubunganpositif dan negatif. Hubungan positif
terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi merasa saling diuntungkan satu
sama lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan,
hubungan yang negatif terjadi apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan
pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal
balik antara pihak yang berinteraksi, Lebih lanjut, hubungan dapat
11
menentukan tingkat kedekatan dan kenyamanan antara pihak yang
berinteraksi. Semakin dekat pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan dibawa
kepada tingkatan yang lebih tinggi.
2. Konsep Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari
masyarakat yang bersangkutan.
Navis (1984 : 221) mengemukakan bentuk hubungan kekerabatan di
Minangkabau terdiri dari hubungan ke dalam dan hubungan keluar, hubungan ke
dalam merupakan hubungan pertalian darah menurut garis ibu, sedangkan
hubungan keluar merupakan hubungan yang terjadi karena perkawinan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang
memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri
atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan
seterusnya. Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara
tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan
biologis, sosial, maupun budaya. Dalam antropologi, sistem kekerabatan termasuk
keturunan dan pernikahan, sementara dalam biologi istilah ini termasuk keturunan
dan perkawinan. Hubungan kekerabatan manusia melalui pernikahan umum
disebut sebagai "hubungan dekat" ketimbang "keturunan" (juga disebut
"konsanguitas"), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan di
antara orang-orang yang satu moyang. Hubungan kekeluargaan sebagaimana
12
genealogi budaya dapat ditarik kembali pada Tuhan), hewan yang berada dalam
daerah atau fenomena alam (seperti pada kisah penciptaan).
Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk
mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran, kategori,
dan silsilah. Hubungan keluarga dapat dihadirkan secara nyata
(ibu, saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan. Sebuah
hubungan dapat memiliki syarat relatif (mis., ayah adalah seseorang yang
memiliki anak), atau mewakili secara absolut (mis, perbedaan status antara
seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak identik
denganpewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang menganggap
bahwa ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara orang-orang terkait
yang lebih kuat daripada di antara orang asing, seperti bakti anak.
Menurut Navis (1984 : 221) Perkawinan bukan semata-mata hubungan antara dua
individu, tetapi juga hubungan antara seluruh kerabat yang telah berhubungan
karena perkawinan itu. Ada 4 macam hubungan kekerabatan, yakni : (1) tali
kerabat mamak kemenakan, (2) tali kerabat suku-sako, (3) tali kerabat induak
bako anak pisang, (4) tali kerabatan dan pesumandan. Tali kerabat dua yang
pertama bersifat hubungan ke dalam. Timbulnya karena pertalian darah. Sedang
tali kerabat jenis yang lain bersifat keluar dan timbulnya karena perkawinan”.
Atas dasar system matrilineal, hubungan kekerabatan di Minangkabau dapat
dibagi menjadi empat macam, yakni:
a. Hubungan kekerabatan Suku atau Sako
Hubungan kekerabatan suku dan sako dikenal juga sebagai hubungan kekerabatan
yang bersumber dari system kekerabatan matrilineal. Hubungan kekerabatan ini
menempatkan saudara yang sepertalian darah menurut garis keturunan ibu sebagai
kerabat. Hubungan ini lazim disebut hubungan sasuku. Dengan kata
13
lain, sasukuadalah satu kesatuan orang yang bersaudara, yaitu orang-orang yang
berasal dari keturunan yang bertali darah.
Dengan adanya adat bersuku-suku, maka masayarakat Minangkabau sangat
menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan seperti tersirat dalam
pepatah:
‘Sasusun bak siriah,
Sarumpun bak sarai,
Sahino samulie,
Samalu sasopan’
b. Hubungan kekerabatan induak bako dan anak pisang
Hubungan kekerabatan induak bako dan anak pisang adalah hubungan
kekerabatan antara seorang anak dengan saudara-saudara perempuan bapaknya
atau sebaliknya hubungan antara seorang perempuan dengan anak-anak saudara
laki-lakinya.
Dalam hubungan ini, seorang perempuan di Minangkabau merupakan induak
bako dari anak saudara laki-lakinya. Sebaliknya, anak dari saudara laki-laki
seorang perempuan di Minangkabau adalah anak pisang dari perempuan tersebut.
Dengan demikian, seorang perempuan di Minangkabau bisa sekaligus berfungsi
sebagai kemenakan bagi saudara laki-laki ibunya, serta menjadi induak bako bagi
anak saudara laki-lakinya.
c. Hubungan kekerabatan andan pasumandan
14
Hubungan kekerabatan andan pasumandan adalah hubungan antara anggota suatu
rumah, rumah gadang, atau kampung dan rumah, rumah gadang atau kampung
yang lain, yang disebabkan karena salah satu anggota kerabatnya melakukan
perkawinan. Ini disebut juga berbesan.
d. Hubungan kekerabatan mamak dan kemenakan
Hubungan kekerabatan antara mamak dan kemenakan ialah hubungan antara
seorang anak dengan saudara laki-laki ibunya. Bisa juga dicontohkan sebagai
hubungan antara seorang anak laki-laki dengan anak-anak saudara perempuannya.
Peran mamak dalam suatu kaum adalah sebagai pembimbingkemenakannya.
Terhadap kemenakan laki-laki, ia memberikan bimbingan, agar suatu saat dapat
menggantikan kedudukannya sebagai mamak. Bila mamak tersebut
seorang penghulu,makaiaakanmempersiapkan kemenakannya sebagai penghulu p
engggantinya.
Dalam pepatah disebutkan peran seorang mamak yaitu:
“anak dipangku, kamanakan dibimbiang”.
Yang dimaksud tali kerabat mamak kemenakan ialah hubungan antara seorang
anak laki-laki dan saudara laki-laki ibunya, atau hubungan seorang anak laki-laki
dengan anak-anak saudara perempuannya. Bagi seseorang, saudara laki-laki
ibunya adalah mamaknya dan ia adalah kemenakan saudara laki-laki ibunya.
Sedangkan anak saudara perempuannya merupakan kemenakan dan ia adalah
mamak anak saudara perempuannya.
15
Pada masyarakat Minangkabau mamak secara tradisional memegang peranan
penting dalam keluarga luas di antaranya berkunjung ke rumah kemenakan pada
setiap ada kesempatan dan pada hari-hari tertentu, memperhatikan seluruh
kemenakan dalam hal tingkah lakunya sehari hari-hari tertentu, memperhatikan
seluruh kemenakan dalam hal tingkah lakunya sehari-hari mamak menunjuk
mengajari kemenakan serta memberikan pengetahuan tentang adat dan
keterampilan bagi kemenakan yang laki-laki sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu mamak juga punya tanggung jawab untuk mencarikan jodoh kemenakan
bahkan kalau ia mampu membuatkan rumah untuk kemenakan.
Kemenakan punya tanggung jawab kepada mamaknya seperti : berkunjung
ke rumah mamak setiap ada kesempatan terutama pada hari baik dan bulan baik.
Apabila mau merantau minta nasehat sama mamak terlebih dahulu dan pulang
dari merantau mengunjungi mamaknya kembali. Apabila mamak sakit di rumah
anaknya, kemenakan secara bermusyawarah akan membawa mamak ke rumah
gadang. Begitu juga jika mamak meninggal di rumah anaknya, kemenakan secara
bersama akan meminta kepada anak-anaknya untuk dikubur di tanah pusaka
keluarga, anak ikhlas atau tidak ikhlas harus merelakannya. Dari uraian di atas
jelas terlihat hubungan antara mamak dengan kemenakan merupakan hubungan
kekerabatan yang sangat penting.
Dalam sistem kekerabatan matrilineal di Minangkabau mamak
mempunyai hak menerima warisan dari mamaknya pula berupa gelar, harta dan
benda pusaka serta lambang, dan untuk selanjutnya mewariskan hak-hak tersebut
kepada kemenakan, beserta mewarisi kewajiban melakukan aktifitas kooperatif
16
dan produktif tersebut di atas, untuk selanjutnya diwariskan kepada kemenakan.
Sedangkan kemenakan mempunyai hak dan kewajiban melakukan tradisi tersebut.
4. Konsep Mamak Kemenakan
Minangkabau memiliki hubungan kekerabatan yang unik, dimana yang
berperan dan bertanggung jawab dalam pengurusan rumah tangga adalah si
mamak atau si paman, terutama dalam urusan para anak yakni para kemenakan
mereka,
Menurut Navis (1984 : 222) tali kerabat mamak kemenakan ialah hubungan
antara seorang anak laki-laki dan saudara laki-laki ibunya, atau hubungan seorang
anak laki-laki dengan anak-anak saudara perempuannya. Bagi seseorang, saudara
laki-laki ibunya adalah mamaknya dan ia adalah kemenakan saudara laki-laki
ibunya. Sedangkan anak saudara perempuannya merupakan kemenakan dan ia
adalah mamak anak saudara perempuannya. Hubungan itu dilukiskan sebagai
berikut:
Sumber : Alam Terkembang Jadi Guru, 1984
17
Tugas Mamak kepada Kemenakannya tidak ubah seperti tugas ayah
kepada masyarakat non-Minangkabau. Di dalam adat istiadat Minangkabau
peran mamak secara normatif adalah:
1. Mamak berperan dalam mendidik, membimbing dalam hal pewarisan
peran, mengawasi pendidikan, serta tempat bertanya apapun termasuk
pendidikan oleh kemenakan.
2. Peran mamak dalam bidang harta pusaka adalah emelihara, mengawasi
pemanfaatan, dan mengembangkan harta pusaka, mempertahankan supaya
harta adat tetap berfungsi sesuai dengan ketentuan adat. Mamak juga
berperan dalam pengembangan harta pusaka kaumnya agar kesejahteraan
kaumnya termasuk kemenakan- kemenakannya dapat terjamin.
3. Peran mamak dalam perkawinan kemenakan adalah mencarikan jodoh
bagi kemenakan khususnya kemenakan perempuan, penanggung jawab
terhadap kesepakatan pernikahan sepenuhnya, mamak juga bertanggung
jawab atas biaya pernikahan kemenakan, tapi jika mamak kekurangan biaya
maka harta pusaka yang dimiliki kaumnya boleh digadaikan untuk
keberlangsungan pernikahan kemenaknnya. (Amir,2003:165)
Menurut adat di Minangkabau mamak idealnya harus mempunyai
tanggung jawab terhadap para kemenakan baik yang laki-laki maupun perempuan.
Kepada kemenakan yang laki-laki memberikan bimbingan meliputi
Pusako bataolong maksudnya mamak akan berperan sebagai penunjang dan
pengembangan sumber-sumber kehidupan sanak saudaranya, sedangkan terhadap
kemenakan perempuan, mamak akan memberikan persiapan untuk melanjutkan
“warih bajawek “ yang dimaksud disini adalah pemahaman terhadap nilai-nilai
lingkungan sosial serta menempatkan perempuan sebagai pusek pumpunan ikan,,
kemenakan tersebut sebagai titik pusat lingkungan masyarakat di rumah dengan
pera sebagai nenek dan ibu yang akan mengasuh anak cucu dan sebagai istri yang
menjadi tali penghubung dengan masyarakat lainnya (Navis, 1984 : 222).
Tali kerabat Mamak Kemenakan merupakan tali kerabat yang ditumbuhkan bagi
keperluan kesinambungan dan kestabilan kepemimpinan di lingkungan sosial
sejak rumah, lingkungan sampai nagari. Fungsu Kepemimpinan itu dalam tingkat
yang lebih tinggi dan luas disebut Penghulu (Navis, 1984 : 223).
Kemenakan adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari saudara
perempuan. Pendapat lain mengatakan, kemenakan adalah semua orang yang
dipimpin di Minangkabau. Kemenakan terbagi atas empat macam, yaitu:
18
1. Kemenakan Bertali Darah darah, yaitu semua anak dari saudara
perempuannya bagi seorang laki-laki yang didasarkan atas hubungan darah
menurut garis keibuan.
2. Kemenakan Bertali Adat, yaitu kedatangan orang lain yang sifatnya
“hinggok mancakam tabang manumpu”. Hal ini diibaratkan kepada seekor
burung, jika ia akan terbang menumpukan kakinya agar ada kekuatan
untuk terbang, dan mencengkram kakinya bila akan hingga kepada dahan
atau ranting. Maksudnya orang yang datang kepada sebuah nagari. Di
nagari baru itu, ia dan keluarganya bersandar kepada seorang penghulu.
Agar dia diakui sebagai kemenakan si Penghulu, maka ia haruslah
melakukan “adat diisi lembaga dituang” Artinya, ia dan keluarganya
mengisi adat yang sudah digariskan, yaitu melaksanakan kewajiban adat
sebagaimana layaknya seorang kemenakan kepada mamaknya. Namun
demikian, walaupun ia telah didudukkan sebagai kemenakan si penghulu,
akan tetapi statusnya dalam masyarakat hukum adat tidak menjadikan ia
duduk sama rendah tegak tidak sama tinggi dengan penghulu-penghulu
dalam nagari itu.
3. Kemenakan Bertali Air, Kemenakan bertali air yaitu orang datang yang
dijadikan anak kemanakan oleh penghulu pada sebuah nagari. Orang
datang ini tidak mengisi adat dan lembaga di tuang.
4. Kemenakan Bertali Ameh,Kemenakan bertali ameh yaitu orang yang
dibeli untuk dijadikan kemenakan oleh penghulu. Kemenakan seperti ini
19
tidak mengisi adat pada penghulu tersebut, dan tidak menuang lembaga
pada nagari tersebut.
Dalam penelitian ini kemenakan batali darah yang dijadikan objek penelitian
karena kemenakan tersebut yang paling dekat hubungannya dengan mamak dan
mereka merupakan pelanjut dari kepemimpinan dalam keluarga luas.
3. Konsep Minangkabau
Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnik
Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Menurut A.A.
Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang
tumbuh dan besar karena sistem monarki serta menganut sistem adat yang
dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan
atau matrilineal, walaupun budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam.
Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau,
bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat
daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam,
orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama
ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini
biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud
sama dengan orang Minang itu sendiri).
Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan
geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem
kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam. Secara geografis,
Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian
20
utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat
daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang
Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota
provinsi Sumatera Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut
kelompoknya dengan sebutan urang awak, bermaksud sama dengan orang Minang
itu sendiri.
Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman
Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa
Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kelak
penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.
Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di
dunia. Selain itu, etnis ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa
pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan
permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan Adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum
bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.
Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek
moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo
tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding
fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik
masyarakat banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat
dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang juga menceritakan bagaimana
21
masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah
seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro
Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke
pulau Sumatera sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok
masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai
Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung
halaman orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk
semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut
juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak
Agam, dan Luhak Tanah Data.
Sementara seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, masyarakat
Minangkabau menyebar ke kawasan darek yang lain serta membentuk beberapa
kawasan tertentu menjadi kawasan rantau. Konsep rantau bagi masyarakat
Minang merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam
Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan
perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau Nan Duo terbagi
atas Rantau di Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau di Mudiak (kawasan
pesisir barat).
Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu,
namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan
melihat budaya matrilineal yang tetap bertahan berbanding patrilineal yang dianut
22
oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian pengelompokan ini terus
berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
Menurut A.A. Navis (Alam Terkembang Jadi Guru,1984 : 1) Minangkabau
lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar
karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan
dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun
budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam, sedangkan Thomas
Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau
tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah
sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar
luas di Kepulauan Timur. Laras Bodi-Caniago berhubungan dengan tokoh Datuek
Parapatiek nan Sabatang. Laras Koto-Piliang berhubungan dengan tokoh Datuek
Katumenggungan. Dalam sistem pemerintahan Laras Bodi-Caniago menunjukkan
sistem yang demokratis, karena musyawarah selalu diutamakan. (Navis, 1984 :
55).
B. Kerangka Pikir
Kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat pada sekarang ini telah
menghapus jarak pemisah antara suatu negara dengan negara, bahkan suatu
wilayah di daerah terpencil pun dapat merasakan kemajuan itu. Demikian juga
dengan masyarakat Minang perantau di Bandar Lampung yang tidak luput
mendapat pengaruh dari kemajuan ilmu dan teknologi tersebut yang membawa
banyak perubahan sosial dalam sistem kekerabatannya. Sekarang ini suami yang
memegang tanggung penuh dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan pembinaan
keluarga intinya. (Jurnal Antropologi Sumatera, 2007 : 576).
sistem tradisional yang selama ini melekat pada masyarakat Minang mulai
memudar dan mungkin mencari identitas baru terutama Pendapat di atas juga
sangat sesuai dengan yang dikatakan oleh Esten bahwa “semakin luas dan
berkembang suatu masyarakat tradisional dalam arti masyarakat tersebut
23
bersentuhan dengan masyarakat yang lain, maka akan semakin besar
kemungkinan longgar sistem yang mengikat masyarakatnya” (Esten dalam jurnal
Antropologi Sumatera, 2007 : 646).
hubungan mamak dan kemenakan dalam sistem kekerabatan Minangkabau
pada masyarakat Bukittingi Bandar Lampung didekati dengan teori struktural
fungsional yang dalam antropologi dikembangkan oleh Malinowski sedangkan
dalam sosiologi oleh Durkheim, Persons dan Merton (Koentjaraningrat, 1980 :
162). Perspektif teori struktural fungsional pada prinsipnya melihat bagaimana
aspek kegunaan atau fungsi dari struktural sosial tersebut dalam kehidupan
masyarakat.
24
C. Paradigma
Keterangan :
= Garis Proses
= Garis Hasil
Masyarakat Minang Bukittinggi Kota Bandar Lampung
hubungan Mamak dan Kemenakan
Kedudukan dan Status hubungan Mamak dan
Kemenakan
Pergeseran Fungsi Perilaku Mamak dan Kemenakan
Bidang Adat Bidang
Pendidikan
Perilaku
Keseharian
REFERENSI
Koentjaraningrat. (1988). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat.
Halaman 123.
Navis, AA. (1984). Alam Terkambang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau.
Jakarta : Grafiti Pers. Halaman 221
Loc.cit
Ibid, Halaman 222
Amir M.S, 2003, Adat Minangkabau (Pola dan Tinjauan Hidup Orang
Minangkabau), Jakarta, PT Mutiara Sumber Widya. Halaman 165
Navis, AA, Op.cit, Halaman 222
Ibid, Halaman 223
Ibid, Halaman 1
Ibid, Halaman 55
Esten, Mursal. (1993). Minangkabau : Jurnal antropologi sumatera. Paang : Angkasa
Raya. Halaman 546
Ibid, Halaman 646
Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori Antroplogi I. Jakarta: UI Press. Halaman 162
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Dalam melakukan penelitian ilmiah seorang peneliti tidak bisa lepas dari metode
penelitian. Metode penelitian digunakan agar hasil penelitian yang dilakukan
tersusun secara sistematis dan objektif. Metode disini diartikan sebagai suatu cara
atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. “Sedangkan penelitian itu
sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran” (Mardalis, 2010:24).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fungsional. Menurut
pemikiran Malinowski metode fungsional adalah: “metode untuk
mendeskripsikan berbagai kaitan berfungsi dari unsur-unsur kebudayaan dalam
suatu sistem sosial yang hidup” (Malinowski dalam Koentjaraningrat, 1987:165).
Analisis fungsional menurut Malinowski adalah kemampuan melukiskan
masyarakat tertentu sampai ke hal-hal kecil (Malinowski dalam Suwardi
Endraswara, 2003:103). Menurut M.E Spiro, “menerangkan “fungsi” itu sebagai
hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu (misalnya mobil
mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat yang lain)” (M.E Spiro dalam Koentjaraningrat, 2009:173).
26
“Aliran pemikiran ini mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan
terhadap kehidupan masyarakat, yang mulai timbul setelah tulisan Malinowski
mengenai penduduk Kepulauan Trobriand itu menarik perhatian umum, dan
disebut aliran Fungsionalisme” (Koentjaraningrat, 2009:175).
Dari sanalah mulai berkembang pandangan yang memandang kebudayaan secara
keseluruhan. “Malinowski mengajukan sebuah orientasi yang dinamakan
fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur
kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat” (Bronislaw
Malinowski dalam Koentjaraningrat, 1987:59).
Melihat hubungan mamak dan kemenakan merupakan tali kerabat yang
merupakan sistem kekerabatan. Dalam setiap proses hubungan timbal balik
pelaksanaan hubungan mamak dan kemenakan terdapat tahapan. Pada akhirnya
memunculkan mamak kemenakan sebagai inti aktivitas di dalamnya yang secara
terintegrasi memiliki fungsi dan makna bagi masyarakat Bukittinggi Bandar
Lampung, maka dapat diterangkan bahwa metode fungsional dapat dipakai untuk
mengetahui fungsi Mamak dan Kemenakan dalam sistem kekerabatan Masyarakat
Bukittinggi di Bandar Lampung. Peneliti dalam menggunakan metode fungsi akan
menerapkannya dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
dan dokumentasi.
27
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
kemudian ditarik kesimpulannya (Juliansyah Noor, 2011 : 48).
Berdasarkan pedapat di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud variabel
penelitian adalah konsep yang diberi nilai untuk diteliti. Disamping itu variabel
penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel tunggal, yaitu Fungsi Mamak dan Kemenakan dalam
Sistem Kekerabatan Ninik Mamak di Bandar Lampung.
1. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah
konsep/variabel agar dapat diukur dengan cara melihat pada dimensi (indikator)
dari suatu konsep/variabel (Juliansyah Noor, 2011 : 97).
Dalam penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional yang meliputi :
Hubungan dan Sistem Kekerabatan Minangkabau..
2. Informan
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai Fungsi
Mamak dan Kemenakan maka penulis menggunakan informan. Informan dalam
penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan langsung dengan mengerti
tentang Mamak dan Kemenakan.
28
Menurut Suwardi, informan adalah seseorang yang memiliki informasi relatif
lengkap terhadap budaya yang akan diteliti (Suwardi Endraswra, 2006:119).
Agar mendapat informasi yang baik, peneliti menetapkan informan dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Individu yang bersangkutan merupakan orang yang mengikuti langsung
dan mengerti tentang Kebudayaan dan adat Minang.
2. Individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai
masalah yang akan diteliti.
3. Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
4. Individu yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.
5. Individu yang bersangkutan telah berusia dewasa.
Kriteria yang digunakan untuk memilih informan adalah para Panghulu dan
Keluarga Minang di Bandar Lampung yang memahami tentang Mamak dan
Kemenakan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan
untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Teknik Wawancara
Menurut Joko Subagyo bahwa :
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para
responden (Joko Subagyo, 2006: 39). Koentjaraningrat mendefinisikan
29
wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data, merupakan cara yang
digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan cara bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat, 1983:81). Sedangkan
menurut Endraswara wawancara dalam penelitian budaya bertujuan
mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu komunitas
(Endraswara, 2006: 152).
Jadi berdasarkan pendapat diatas wawancara dalam penelitian ini adalah cara
memperoleh keterangan dengan cara bercakap-cakap secara langsung antara
pencari informasi dengan responden.
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan lengkap, bentuk
wawancara yang dipakai dalam penelitian ini yakni wawancara Terstruktur
(directed) dan wawancara tidak terstruktur (non direct).
a. Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa pertanyaan
yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya, jadi wawancara terstruktur
adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat pertanyaan
dan kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-daftar pertanyaan yang
akan diajukan kepada informan.
Jawaban akan muncul biasanya telah dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika
informan memberikan keterangan yang diberikan tidak melantur terlalu jauh dari
pertanyaan. Menyusun daftar pertanyaan dilakukan agar dapat mempermudah
peneliti dalam mengingat hal-hal yang akan ditanyakan pada informan. Sehingga
30
melalui wawancara terstruktur informasi yang hendak dicari dapat tersusun
dengan baik dan kemungkinan pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit
sehingga informasi yang diperoleh bisa diperoleh lebih lengkap.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang
informan memberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga
yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu bisa
menambah informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik wawancara tidak terstruktur
digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung
melalui tanya-jawab dengan informan, sehingga mendapat informasi yang lebih
jelas mengenai hubungan dan makna Mamak dan Kemenakan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis menggunakan teknik wawancara
untuk berkomunikasi secara langsung dengan responden yaitu Panghulu adat dan
Keluarga Minang dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara jelas
tentang fungsi hubungan Mamak dan Kemenakan Dalam Sistem Kekerabatan
Masyarakat Bukittinggi di Bandar Lampung. Dalam hal ini penulis menggunakan
teknik wawancara snowball sampling, Snowball sampling merupakan pelabelan
(pemberian nama) terhadap suatu aktivitas ketika peneliti mengumpulkan data
dari satu responden ke responden lain yang memenuhi kriteria, melalui
wawancara mendalam dan berhenti ketika tidak ada informasi baru lagi, terjadi
replikasi atau pengulangan variasi informasi, mengalami titik jenuh informasi.
Maksudnya informasi yang diberikan oleh informan berikutnya tersebut sama saja
31
dengan apa yang diberikan oleh informan berikutnya tersebut sama saja dengan
apa yang diberikan oleh para informan sebelumnya.. ciri khas dari wawancara
mendalam didasarkan pada jumlah responden yang kurang dari 50 responden,
sedangkan ciri dari penelitian survey berkisar ratusan responden. Wawancara
mendalam berasal dari jumlah yang kecil,
Berdasarkan pengertian diatas metode wawancara Snow Ball Sampling
merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan baik
terstruktur maupun tidak struktur yang dilakukan secara langsung pada berbagai
informan. Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana hubungan Mamak dan Kemenakan di Kota Bandar Lampung dan
informasi lainnya. Peneliti akan mewawancarai Orang Bukittinggi yang mengerti
dengan hubungan mamak dan kemenakan di Kota Bandar Lampung.
2. Teknik Observasi
Menurut Suwardi obeservasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan
menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat
terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam. Observasi yang digunakan
ooleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai objek yang akan diteliti
(Suwardi, 2006: 133).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap
objek yang diteliti hubungan Mamak dan Kemenakan di Bandar Lampung
32
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil/hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991 : 133).
Maka dengan menggunakan teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk
mengumpulkan informasi tertulis maupun lisan yang berkaitan dengan Mamak
dan Kemenakan.
D. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka langkah
selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data,
mendeskripsikan data serta mengambil kesimpulan. Karena data-data yang
diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi berupa fenomena-
fenomena, sehingga penelitian ini menggunakan teknis analisis data kualitatif
karena data yang diperoleh tidak berbentuk angka dan tidak diuji dengan rumus
statik. Data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data dalam suatu penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi,
dirangkum, difokuskan pada hal yang penting, selanjutnya dicari tema dan
33
polanya atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti
dalam mencari kembali data yang diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data digunakan untuk melihat gambar keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari peneliti untuk menarik kesimpulan dari pengambilan tindakan.
Bentuk penyajiannya antara lain dengan cara memasukkan data ke dalam sebuah
matrik, grafik, dan bagan yang diinginkan atau bisa juga hanya dalam bentuk
naratif saja.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data direduksi kemudian data dimasukkan ke dalam bentuk bagan, matrik,
dan grafik maka tindak lanjut peneliti adalah mencari arti, konfigurasi yang
mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus
senantiasa diuji selama penelitian berlangsung.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan
adalah :
1. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian.
2. Menyusun data-data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber
yang didapat dari lapangan.
3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan dituangkan
dalam bentuk penelitian.
REFERENSI
Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta : Bumi
Aksara. Halaman 24.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press). Halaman 165.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta. Pustaka Widyatama. Halaman 103.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 173.
Ibid. Halaman 175.
Koentjaraningrat. op.cit. Halaman 59.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. Halaman 34
Ibid, Halaman 97
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Halaman 119
Subagyo, Joko. 2006 .Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 39
Koentjaraningrat, 1983. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta: Yayasan
Obor. Halaman 81
Endraswara, Suwardi. Op.cit, Halaman 152
Ibid, Halaman 133
Nawawi, Hadri. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. Halaman 133
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang penulis telah uraikan pada bab-
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan indikator atau hal-
hal yang mempengaruhi tali kerabat Mamak dan Kemenakan yang terdapat pada
masyarakat perantau Bukittinggi di Bandar maka penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Di dalam masyarakat Perantau Bukittinggi Bandar Lampung telah terjadi
perubahan atau pergeseran yaitu pergeseran fungsi mamak terhadap
kemenakan yang meliputi peran mamak dalam mendidik kemenakan, peran
mamak dalam bidang harta pusaka, dan peran mamak dalam bidang
perkawinan kemenakan. Yang hampir keseluruhan telah digantikan oleh peran
ayah.
2. Tidak semua tanggung jawab Mamak terhadap Kemenakan semata-mata
hilang begitu saja, Beberapa hal masih dilaksanakan dengan baik oleh si
Mamak meskipun si Mamak sendiri telah berada di tanah rantau maupun
sebaliknya sang Kemenakan yang berada di tanah rantau
63
3. Dalam mendidik kemenakan, mamak berperan membimbing kemenakan
dalam hal pewarisan peran, mengawasi pendidikan kemenakan, serta
pemberi pendapat dalam menentukan arah pendidikan kemenakan, tetapi
sekarang peran mamak telah bergeser jauh, mayoritas kemenakan mengikuti
pendidikan formal, pengawasan dalam hal pendidikan kemenakan dominan
telah digantikan oleh orang tua, kemenakan sebagian lebih memilih meminta
pendapat kepada orang tuanya.
4. Fungsi mamak dalam harta pusaka, mamak memelihara, mengawasi
pemanfaatan, dan mengembangkan harta pusaka, tetapi peran mamak
tersebut telah bergeser, pada saat sekarang ini banyak Mamak yang tak lagi
mempedulikan pengurusan harta pusaka tetapi tidak semua, beberapa
keluarga masih bergantung pada Mamak dalam pengurusan harta Keluarga
walaupun mungkin tidak bergantung pada aturan-aturan adat, hal ini terjadi
di rantau maupun di kampung asal. Peran mamak dalam perkawinan
kemenakan, yaitu mencarikan jodoh untuk kemenakan, bertanggung jawab
dalam kesepakatan perkawinan kemenakan, dan membiayai perkawinan
kemenakan, tetapi dalam mencarikan jodoh kemenakan telah dibebaskan
untuk mencari jodohnya sendiri, biaya perkawinan kemenakan telah di ambil
alih oleh orang tua.
5. Dari hasil penelitian hal-hal yang menyebabkan pergeseran fungsi peran
mamak terhadap kemenakan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor
Pendidikan, faktor agama, faktor ekonomi, menguatnya peran keluarga
inti, kurangnya sosialisasi, sudah berlakunya hukum nasional dan tidak
adanya sanksi.
64
6. Dengan banyaknya pergeseran-pergeseran fungsi peran Mamak terhadap
Kemenakan pada masyarakat Bukittinggi di Bandar Lampung hal tersebut
tidak menjadikan berubahnya status hubungan tali kerabat Mamak dan
Kemenakan karena Agama islam sebagai dasar letak filosofi Masyarakat
Minang telah jelas menyebutkan aturan hubungan antar manusia.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pergeseran-pergeseran fungsi yang terjadi dari seorang mamak terhadap
kemenakan di tanah rantau dalam hal ini khususnya di Bandar Lampung,
memerlukan pemikiran yang bijak dari berbagai unsur dari masyarakat baik
dari kalangan ninik mamak, cerdik pandai, alim ulama, agar perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai bagian dari perubahan global
tidak membawa dampak pngikisan terhadap nilai-nilai adat yang telah
tumbuh sejak zaman dahulu.
2. Diperlukan kerjasama dan silaturahmi antara masyarakat Minang di kampung
dengan masyarakat Minang Perantauan, dalam hal ini lembaga atau
paguyuban-paguyuban Bukittingi di kota Bandar Lampung yang diharapkan
lebih berperan menyambung urusan dan silaturahmi adat dengan masyarakat
kampung.
65
3. Diperlukan Kepercayaan para Kemenakan terhadap para Mamak , terlebih
lagi kesadaran diri para Kemenakan di tanah rantau, yang seharusnya lebih
melihat dan berpikir lebih dalam mengenai asal-usul dan kehidupan yang
diharapkan dapat menjadi pelajaran dan melestarikan warisan adat paling
sesuai dengan peribahasa Minang yang berbunyi “Alam Terkembang Jadi
Guru”.
DAFTAR PUSTAKA
Amir M.S, 2003, Adat Minangkabau (Pola dan Tinjauan Hidup Orang
Minangkabau), Jakarta, PT Mutiara Sumber Widya.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Teori Teknik Penelitian
Kebudayaan. Yogyakarta. Pustaka Widyatama.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi,
Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Esten, Mursal. (1993). Minangkabau : Jurnal Antropologi sumatera. Paang
: Angkasa Raya.
Haviland, William. A. (1993). Antropologi. Jilid 2. Jakarta : Erlangga
H. Idrus Hakimy. 2001. Rangkaian mustika adat basandi syarak di
Minangkabau. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Koentjaraningrat, 1983. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Yayasan Obor
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.(UI-Press)
Koentjaraningrat. (1988). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta :
Dian Rakyat.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal).
Jakarta : Bumi Aksara.
Mersi Singgalang, (2008) from
https://mersi.wordpress.com/2008/08/12/makalah-keminangkabauan-
mamak-dan-kemenakan/). Diakses pada tanggal 20 Desember 2015
Navis, AA. (1984). Alam Terkambang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan
Minangkabau. Jakarta : Grafiti Pers
Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Samino Nugroho (2015) from
http://lampung.antaranews.com/berita/279312/kbsb-lampung-gelar-
seni-budaya-minang/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2015