SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun...

140
SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA YANG BERBELASKASIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh : Donatus M.S. Naikofi NIM : 021124022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Transcript of SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun...

Page 1: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH

SEBAGAI DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN

PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA

BUNDA YANG BERBELASKASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Donatus M.S. Naikofi NIM : 021124022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

Page 2: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

ii

Page 3: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

iii

Page 4: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih,

konfraters komunitas Mgr. Zwijsen Yogyakarta,

papa, mama, kakek, nenek, kakak, adik, tanta, om

teman-teman angkatan, sahabat kenalan

dan semua yang telah berperan dalam hidupku

atas cinta dan perhatian yang menyapa dan meneguhkanku.

Page 5: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

v

MOTTO

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;

jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu."

(Lukas 1: 38)

Page 6: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

vi

Page 7: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

vii

Page 8: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA YANG BERBELASKASIH. Judul ini dipilih dengan tujuan memberikan sumbangan pemikiran kepada seluruh anggota khususnya para Pimpinan Kongregasi Frater CMM agar semakin mendalami dan menghayati Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan karya perutusan masing-masing.

Persoalan pokok yang dibicarakan dalam skripsi ini adalah Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang bagaimana yang dapat menjadi dasar kepemimpinan dalam karya dan perutusan para pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif-analitis. Penulis juga mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas yang diterbitkan kongregasi dan sumber-sumber lain yang relevan agar dapat memahami dan mendalami Spiritualitas Persaudaraan Belaskasih dan menjawab permasalahan tentang kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM.

Dalam rangka menjawab permasalahan dan mewujudkan kepemimpinan berdasarkan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih, penulis mengusulkan pendalaman Spiritualitas Kongregasi dengan menggunakan pendekatan katekese model Shared Christian Praxis. Pendekatan ini sangat efektif karena pusat dari katekese adalah pengalaman peserta. Pengalaman peserta ini akan dikonfrontasikan dengan tradisi dan visi kristiani untuk mencapai sebuah keterlibatan baru dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Page 9: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

ix

ABSTRACT

This thesis is entitled the Spirituality of Merciful Brotherhood as the

foundation of Leadership in the work and the delegation of Brother Our Lady Mother of Mercy Congregation Leaders. This title was chosen with the purpose to contribute some thoughts to all members, especially the Leaders of CMM Congregation in order to enable them to deepen and full comprehend the Merciful Brotherhood Spirituality in their own delegation work.

The main problem in this thesis discusses what kind of Merciful Brotherhood Spirituality can serve as the foundation of leadership in their work and the delegation of the leaders in CMM Brother Congregation. The descriptive-analytic method is applied on this thesis. The writer also studies spirituality books published by the Congregation and other relevant sources in order to fully comprehend the Merciful Brotherhood Spirituality and answer the leadership problem in CMM Brother Congregation.

To answer this problem and to incarnate the leadership based on Spirituality of Merciful Brotherhood, the writer proposes the participants deepen the Spirituality of Congregation using Catecheses Shared Christian Praxis approaches. This approach is very effective because the participants experience becomes the center of these catecheses. The participants experience will be confronted to the tradition and Christian vision to achieve a new complicity in bringing the value of God Kingdom into reality.

Page 10: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur berlimpah kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus karena

kasih dan penyertaan-Nya sejak awal penulisan hingga penyelesaian skripsi dengan

judul SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI

DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA

PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA

YANG BERBELASKASIH. Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk

memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan kepada seluruh anggota

khususnya para Pimpinan Kongregasi Frater CMM agar semakin mendalami dan

menghayati Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan karya

perutusan masing-masing. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat peneguhan, bantuan

dan sumbangan baik moral maupun moril dari berbagai pihak demi penyelesaian

skripsi ini. Untuk itu dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar dan

penuh cinta memberikan perhatian, meluangkan waktu dan seluruh diri,

memberikan wawasan dan masukan sehingga penulis termotivasi dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 11: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xi

2. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji yang selalu mengajak

bekerjasama dan memberikan perhatian bagi penulis.

3. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed. selaku dosen wali dan penguji yang penuh

kesabaran mendampingi dan memotivasi penulis.

4. Para Staf Dosen Prodi IPPAK-JIL, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendampingi dan membagikan

pengetahuan, pengalaman, pelayanan dan cinta kepada penulis selama menjalani

masa studi hingga selesai.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, serta seluruh karyawan

yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.

6. Konfraters dan Kongregasi Frater CMM yang telah memberikan perhatian,

kepercayaan dan cinta kepada penulis untuk melaksanakan studi ini.

7. Sahabat-sahabat yang selalu memotivasi, memberikan bantuan dengan cinta dan

bersama-sama berjuang dalam suka maupun duka mencapai cita-cita yang

kuinginkan.

8. Papa, Mama, kakak, adik dan sanak keluarga yang memberikan peneguhan, cinta

dan perhatian yang tulus sehingga penulis dengan sabar mau menjalani tugas

studi ini walaupun harus melewati tantangan yang berat.

9. Semua pihak yang dengan caranya sendiri telah memberikan sumbangan yang

berharga selama penulis melaksanakan studi dan dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 12: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xii

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari

pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat,

memberikan ide dan sumbangan pemikiran tentang kepemimpinan berdasarkan

semangat Persaudaraan Berbelaskasih.

Yogyakarta, 31 Juli 2009

Penulis,

Donatus M.S. Naikofi

Page 13: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xiii

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PENGESAHAN ............................................................................................ iii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi .................................................... 1

B. Rumusan Permasalahan ................................................................... 7

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 7

D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 8

E. Metode Penulisan ............................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8

BAB II. SEKILAS TENTANG KONGREGASI FRATER CMM ............... 11

A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater CMM ................................. 11

1. Riwayat Hidup Pendiri ................................................................ 11

a. Menjadi Imam ......................................................................... 11

b. Menjadi Uskup ....................................................................... 12

2. Pendirian Kongregasi .................................................................. 14

a. Latar Belakang Pendirian Kongregasi .................................... 14

b. Tujuan Pendirian Kongregasi ................................................. 15

B. Spiritualitas Kongregasi Frater CMM .............................................. 16

Page 14: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xiv

1. Motto Pendiri “Mansuete et Fortiter” ........................................ 16

2. Religiusitas Mgr. Zwijsen .......................................................... 18

3. Pelindung Kongregasi ................................................................ 20

a. Bunda Maria .......................................................................... 20

b. Santo Vinsensius a Paulo ..................................................... 21

4. Spiritualitas “Persaudaraan Berbelaskasih” ............................... 23

a. Persaudaraan Berbelaskasih .................................................. 23

b. Sifat Radikal Karya Belaskasih ............................................ 25

c. Mengikuti Teladan Sang Belaskasih ..................................... 26

5. Hidup dalam perhimpunan ......................................................... 28

a. Komunitas ............................................................................. 28

b. Komunitas Tempat Sharing dan Menimba Kekuatan ............ 29

c. Komunitas sebagai Tempat Membangun Kerajaan Allah....... 30

d. Persaudaraan Seluas Dunia lewat Karya ............................... 30

BAB III. KEPEMIMPINAN RELIGIUS DALAM SUDUT PANDANG KRISTIANI ............................................................... 32

A. Kepemimpinan ................................................................................. 33

1. Pengertian Kepemimpinan .......................................................... 33

2. Fungsi Kepemimpinan ................................................................ 35

3. Prinsip-prinsip Kepemimpinan .................................................. 37

B. Kepemimpinan Religius .................................................................. 38

1. Menurut KHK ............................................................................. 38

2. Menurut Kitab Suci ..................................................................... 42

3. Karakteristik Kepemimpinan religius ........................................ 46

C. Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM ............................. 49

1. Kepemimpinan di tingkat Umum ................................................ 50

2. Kepemimpinan di tingkat Provinsi .............................................. 51

3. Kepemimpinan di tingkat Komunitas .......................................... 52

D. Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Religius .............................. 53

1. Tantangan Modernisasi dan Teknologi ....................................... 53

Page 15: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xv

2. Tantangan Berkaitan dengan Pemimpin Religius Masa Kini ................................................................................... 54

3. Tantangan bagi Kongregasi ......................................................... 57

BAB IV. PENDALAMAN DAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PERSAUDARAAN BERBELASKASIH YANG DIHARAPKAN DALAM KONGREGASI FRATER CMM MELALUI KATEKESE ..................................... 60

A. Kepemimpinan dan Sikap ................................................................ 61

1. Cinta kepada sesama ................................................................... 61

2. Memiliki Cita-cita ....................................................................... 62

3. Rendah Hati ................................................................................. 62

4. Setia pada Kebenaran .................................................................. 63

B. Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih

sebagai Dasar kepemimpinan ........................................................... 63

1. Tergerak untuk Berbelaskasih .................................................... 63

2. Yesus sebagai Teladan Belaskasih .............................................. 65

3. Membangun Kerajaan Allah ....................................................... 67

4. Menginspirasikan Lima Keutamaan St. Vinsensius a Paulo......... 68

a. Kepolosan Hati ....................................................................... 68

b. Kerendahan Hati ..................................................................... 70

c. Lemah Lembut ........................................................................ 71

d. Mati Raga ............................................................................... 73

e. Semangat Menyelamatkan Jiwa-jiwa ..................................... 75

5. Menimba Semangat Kesederhanaan Menurut Mgr. Zwijsen ...... 76

a. Kesederhanaan adalah Buah Kerendahan hati ........................ 78

b. Kehidupan Religius menuju Kesederhanaan .......................... 79

c. Bertindak tanpa Pamrih .......................................................... 81

d. Bukan Aku melainkan Kristus dalam Diriku ......................... 83

C. Katekese Shared Christian Praxis Sebagai Salah satu Upaya Memperdalam Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih Para Pemimpin ........................................................ 84

Page 16: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xvi

1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis Sebagai Model Berkatekese ................................................................................ 84

2. Komponen Shared Christian Praxis ............................................ 88

a. Praksis ..................................................................................... 88

b. Kristiani .................................................................................. 88

c. Shared ..................................................................................... 89

3. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis ....................... 90

a. Langkah Pertama : Pengungkapan pengalaman faktual ........... 91

b. Langkah Kedua : Refleksi kritis terhadap pengalaman faktual ................................................................................. 91

c. Langkah Ketiga : Mengusahakan supaya tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau .................................... 92

d. Langkah Keempat : Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan visi dan Tradisi Kristiani .............. 92

e. Langkah Kelima : Keterlibatan baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah ................................................... 93

4. Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese ............. 94

a. Alasan Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese ............................................................................. 94

b. Maksud dan Tujuan Program ................................................. 95

c. Pedoman Pelaksanaan Program .............................................. 95

d. Materi Pokok Rekoleksi .......................................................... 96

e. Matrik Program Rekoleksi dengan Model SCP ...................... 97

f. Contoh Persiapan Rekoleksi dengan Model SCP ................... 101

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 117

B. Saran .............................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 120

Page 17: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama

Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984, hal. 8).

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus

Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1965.

VC: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang

Hidup Bakti Bagi Para Religius

C. Singkatan Lain

Art: Artikel

Bag: Bagian

CMM: Congregatio Matris Misericordiae

HP: Handphone

Indo: Indonesia

Kan: Kanon

Kap: Kapitel

Konst: Konstitusi

Lap: Laporan.

Page 18: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

xviii

Mgr: Monseigneur

PA: Pembicaraan Akrab

Prov: Provinsi

SCP: Shared Christian Praxis

SJ : Serikat Jesus

St: Santo

SV: Surat St. Vinsensius

TV: Televisi

Page 19: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENULISAN SKRIPSI

Perkembangan zaman ini menghasilkan budaya-budaya besar yang

mewarnai perubahan dunia dan perkembangannya antara lain hedonisme,

materialisme, konsumerisme. Munculnya budaya ini mempengaruhi perkembangan

mental dan kepribadian manusia zaman ini. Pola hidup, pola berpikir, pola merasa

dan pola bertindak diatur berdasarkan kehendak tawaran-tawaran yang ada. Maka

tidak heran bahwa corak kehidupan religius manusia perlahan-lahan bergeser dan

sulit diterima oleh zaman sekarang. Humanisme manusia semakin berkembang,

sehingga hidup berimanpun cenderung humanistic, percaya pada psike manusia dan

dapat terjadi kurang memperhatikan rahmat bahkan lebih mudah mengerti dunia

batin manusia (Mardiprasetya: 2001: 11).

Perkembangan zaman dan modernisasi membawa perubahan dan kemajuan

yang pesat serta menghadapkan manusia pada tantangan-tantangan dan krisis dalam

berbagai bidang kehidupan diantaranya dalam kehidupan religius. Tahun-tahun

terakhir ini dunia mengalami krisis kepemimpinan sehingga para pemimpin

mendapat sorotan dari dunia dan masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa kualitas

kepemimpinan sangat merosot. Banyak pemimpin dihadapkan ke pengadilan karena

gaya kepemimpinannya tidak ditandai oleh kasih dan semangat roh. Praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela. Kepemimpinan yang

mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya, kepemimpinan digunakan

sebagai kesempatan mengejar kedudukan, kekuasaan dan segala sesuatu yang

Page 20: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

2

bersifat duniawi. Perkembangan politik dengan praktek yang menghalalkan segala

cara untuk mencapai tujuan menumbuhkan tindakan yang menyalahgunakan

kekuasaan pemimpin. Nilai-nilai dasar cinta kasih, semangat kebersamaan,

persaudaraan dan nilai-nilai rohani tidak mendapat perhatian dan diabaikan oleh

para pemimpin.

Musakabe (2005: xii – xiv) menegaskan krisis kepemimpinan yang sedang

dialami umat manusia, termasuk bangsa Indonesia, disebabkan sirnanya roh

kepemimpinan sejati dari sebagian pemimpin. Pemimpin tanpa roh adalah

kepemimpinan yang hanya tinggal menunggu waktu kejatuhannya karena tidak

mempunyai dasar dan pegangan yang kuat. Posisi pemimpin tanpa roh adalah

kepemimpinan seperti halnya tubuh tanpa jiwa dan semangat. Tidak heran gaya

kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para

pemimpin terbawa arus perkembangan sehingga azaz dan nilai-nilai dasar yang

menjadi tujuan utama hidup religius perlahan-lahan luntur bahkan hilang.

Kepemimpinan religius yang berpusat pada Allah menjadi nomor dua. Kepentingan

pribadi dan kelompoknya menjadi yang utama. Para pemimpin religius pun terjebak

dalam gaya kepemimpinan otoriter dan mempersulit anggota yang dipimpinnya.

Penegasan Musakabe ini memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya

semangat dan roh dalam sebuah kepemimpinan. Para pemimpin harus memperbaiki

jati diri kepemimpinannya, membaharui diri dan kembali pada roh kepemimpinan

sejati. Karena dengannya kepemimpinan menjadi bermakna, bernilai dan

menghasilkan kemajuan bersama dalam suatu kelompok atau negara. Kepemimpin

hendaknya tidak hanya dilihat dari segi kedudukan dan kekuasaan untuk mengejar

hal-hal duniawi tetapi lebih pada usaha melayani dan menyelamatkan orang.

Page 21: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

3

Dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih

dijumpai keprihatinan-keprihatinan menyangkut kepemimpinan. Pemimpin yang

dimaksudkan di sini adalah Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan

Komunitas, dan para frater yang menjadi pemimpin di instansi-instansi tertentu.

Penulis menemukan gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan penghayatan

Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai semangat dasar yang ditanamkan

pendiri misalnya menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang, kurangnya

komunikasi pimpinan dengan anggota yang bermasalah sehingga tidak ada

penyelesaian yang damai, dan sikap mempersalahkan sesama frater tanpa melihat

dan memperhatikan permasalahan yang sebenarnya. Keprihatinan juga terjadi

berkaitan dengan keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang diambil

sering tidak memuaskan, menimbulkan keresahan dan kekecewaan bahkan sakit

hati bagi pribadi frater tertentu.

Pendiri Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih

yakni Mgr. Zwijsen secara tegas mengatakan dalam konstitusi: “hendaknya setiap

frater menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, bersikap sederhana dan

berbelaskasih. Dengan sederhana hati kita mengarahkan diri kepada satu-satunya

tujuan yakni menjadi pengikut Yesus Kristus” (Konst. Bag. I. Art. 44.46). Mgr.

Zwijsen mewariskan semangat atau spiritualitas ini kepada para pengikutnya dan

para pemimpin kongregasi agar memiliki hidup yang ditandai oleh iman yang teguh

kepada Allah, bersikap sederhana, berbelaskasih dan mengarahkan diri menjadi

pengikut Yesus yang setia sehingga setiap frater tampil sebagai saudara satu sama

lain dalam semangat belaskasih. Menurut Martasudjita (2001: 42) seorang

pemimpin harus belajar dari Yesus, dan tokoh-tokoh seperti Abraham, Musa, Daud,

Page 22: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

4

Petrus, Paulus dan tokoh lainnya. Sehingga pemimpin mempunyai wawasan yang

luas tentang kepemimpinan; bahwa menjadi pemimpin berarti menjadi gembala

yang mengenal dan menyerahkan diri untuk domba-dombanya; mempunyai relasi

personal dan mendalam; seorang pemimpin adalah seorang pelayan; rela

mengosongkan dan merendahkan diri, dan menyadari bahwa tugas yang

diterimanya adalah pinjaman dan pemberian dari Tuhan. Darminta (2004: 15)

menegaskan: pemimpin perlu mengembangkan diri sebagaimana ia

mengembangkan anggotanya. Maka seorang pemimpin hendaknya mampu

merasakan bimbingan Allah lewat para anggota kongregasi secara menyeluruh

karena ia mengamati gerak Roh Allah dalam pribadi maupun kelompok.

Fenomena lain yang penulis temukan berkaitan dengan arus modernisasi,

gaya hidup konsumeristis dan materialistis yang banyak membawa tantangan dan

permasalahan yang harus dihadapi para frater dalam Kongregasi Frater Santa

Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih. Kaum religius saat ini menghadapi

gelombang paham materialisme yang mengarah pada pemujaan uang, dan

mengarah pada sifat konsumtif dan hedonistis. Paham materialisme mewartakan

corak hidup yang mengagungkan materi, khususnya kekayaan dan hal duniawi.

Bahasa materialisme adalah ungkapan-ungkapan yang meyakinkan, menciptakan

daya imajinasi, dan kenikmatan; bila menggunakan itu dan ini saya akan lebih OK

dan hidup akan terasa lebih menyenangkan dan membahagiakan. Memiliki HP, TV

dan sarana yang mewah adalah kebahagiaan itu sendiri. Hidup para frater

menampilkan satu sisi hidup yang mudah tenggelam dalam tawaran-tawaran

kenikmatan yang ada. Cenderung untuk mencari kesenangan-kesenangan lewat

sarana-sarana mewah yang ada atau berusaha mencarinya.

Page 23: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

5

Penghayatan terhadap Spiritualitas Kongregasi semakin menurun sebagai

akibat dari hadirnya kenikmatan-kenikmatan duniawi, sarana telekomunikasi

modern dan mewah. Manusia baik yang awam maupun yang religius tidak terlepas

dari dunia dan perkembangannya. Ketika perkembangan ini tidak diimbangi dengan

upaya mempertimbangkan dengan hati nurani hal-hal yang datang dalam hidup

manusia religius tersedot dalam perangkap budaya hedonisme. Penghayatan

Spiritualitas dan penghayatan ketiga kaul kebiaraan (kaul kamurnian, kemiskinan

dan ketaatan) yang dijanjikan dalam hidup membiara hanyalah sebuah slogan beku

yang tak berarti. Tidak jarang kaum religius jatuh dalam hal-hal yang membawa

kenikmatan dan kepuasan. Para pemimpin menjadi orang yang lupa diri, lupa pada

martabat pribadinya, lupa pada kaul-kaul yang harus dihayati, lupa nasehat Injil,

lupa pada Kharisma dan Spiritualitas Kongregasi.

Paus Yohanes Paulus II dalam naskah Apostolik Vita Consecrata 25 Maret

pada pesta Kabar Gembira kepada Bunda Maria : mengingatkan bahwa betapa besar

dan luhurnya anugerah panggilan hidup bakti. Hal hakiki yang paling penting dalam

hidup membiara adalah hidup dalam kasih Allah. Paus Yohanes Paulus II

mengharapkan kaum religius berusaha lebih setia dalam mengikuti Yesus dengan

menjalankan nilai-nilai kaul dalam hidup, karena hal itu menjadi kesaksian yang

sungguh hidup dan dapat mengalirkan rahmat dan pengharapan bagi banyak orang.

Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam Kongregasi

Frater CMM dari waktu ke waktu perlu dipendalam secara terus-menerus agar para

pemimpin dan setiap anggota kongregasi mampu melaksanakan karya dan

perutusannya sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu diperlukan latihan, dan

perjuangan untuk mencapai kematangan rohani, sehingga tidak mudah terjerumus

Page 24: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

6

dalam perangkap situasi zaman modern, tetapi bersemangat kuat dan teguh berjalan

dalam gerakan belaskasih. Mgr. Zwijsen menegaskan bahwa Allah tetap setia

kepada kita; kita berani memulai lagi satu dengan yang lain, ikut membangun suatu

dunia yang terarah kepada Allah; dan dengan segenap hati kita menyerahkan hidup

kita kepada-Nya. Dengan demikian kita mengalami bahwa kita berada dalam tangan

dan pimpinan Allah yang setia dan mencintai kita (Konst. Bag. I. Art. 315 – 316).

Untuk itu peran dan kehadiran seorang pemimpin yang bersemangat

Persaudaraan Berbelaskasih sangat diharapkan untuk memberikan motivasi, dan

kesaksian hidup bagi setiap frater sehingga dapat hidup dan berkembang sesuai

dengan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih. Mengenai kepemimpinan yang

berkaitan dengan dunia sekarang Darminta (2005: 50) menegaskan :

Mengingat besarnya tantangan dalam berbagai bidang antara lain bidang sosial, ekonomi, ilmu dan teknologi, dan khususnya budaya hidup manusia modern yang mengarah kepada pemenuhan rasa puas dan kenikmatan atau hedonisme, konsumerisme, serta budaya instant, sangat diharapkan seorang pemimpin yang transformatif yang mampu memotivasi dan mengadakan pembaruan atau perubahan hidup secara positif. Dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mendampingi mereka agar dapat bersikap kritis, dan mampu mengembangkan keutamaan dalam hidupnya.

Atas keprihatinan-keprihatinan kepemimpinan yang ada dalam kongregasi

dan keyakinan bahwa dengan menghayati dan mendalami Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih para pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM akan

dapat melaksanakan karya dan perutusan sesuai dengan kehendak Allah dan

karisma pendiri maka judul skripsi yang penulis ambil adalah: SPIRITUALITAS

PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI DASAR

KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA PEMIMPIN

KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA YANG

BERBELASKASIH.

Page 25: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

7

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Dari latar belakang di atas, dirumuskan beberapa pokok permasalahan

sebagai berikut:

1. Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang bagaimana yang dapat dijadikan

dasar kepemimpinan dalam karya dan perutusan para pemimpin Kongregasi

CMM?

2. Gambaran atau profil pemimpin seperti apa yang diharapkan dalam Kongregasi

Frater CMM?

3. Bagaimanakah seharusnya Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dihayati

oleh para pemimpin Kongregasi Frater CMM?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Membantu para pemimpin Kongregasi Frater CMM mewujudkan Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih dalam karya dan perutusannya.

2. Memotivasi para pembaca dan para Pemimpin Frater CMM untuk

mengusahakan pembaharuan diri ke arah yang lebih baik sesuai Spiritualitas

Kongregasi.

3. Memberikan gambaran tentang penghayatan Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih dalam karya dan perutusan sebagai Pemimpin Kongregasi.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Page 26: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

8

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Memperkaya pemahaman penulis tentang Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih dan kepemimpinan.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca secara khusus para

Pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM agar menjadikan Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih sebagai dasar dalam karya dan perutusannya.

3. Membangun kesadaran para pembaca dan khususnya para pemimpin

Kongregasi Frater CMM untuk menampilkan nilai-nilai Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih dalam karya dan perutusannya.

E. METODE PENULISAN

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif-

analitis. Penulis akan mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas yang

diterbitkan kongregasi yang sangat membantu penulis dalam memahami arti

Spiritualitas Persaudaraan Belaskasih dan mengangkatnya sebagai sebuah

sumbangan bagi Kongregasi Frater CMM terutama para pemimpin. Penulis juga

akan menggunakan buku dari sumber lain yang relevan dan dapat dijadikan acuan

dalam menggarap dan mendalami skripsi ini.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I menguraikan beberapa hal tentang latar belakang penulisan skripsi,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan skripsi.

Page 27: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

9

BAB II memberikan gambaran sekilas tentang Kongregasi Frater CMM.

Pada bagian pertama akan diuraikan tentang sejarah berdirinya Kongregasi Frater

CMM dan riwayat hidup Mgr. Zwijsen. Pada bagian kedua akan diuraikan

Spiritualitas Kongregasi Frater CMM yakni Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih yang diawali dengan uraian mengenai motto pendiri, religiusitas

pendiri, Bunda Maria serta Santo Vinsensius a Paulo sebagai pelindung Kongregasi.

Pada bagian selanjutnya akan diuraikan beberapa poin tentang kehidupan Frater

CMM yang dihayati dalam perhimpunan sebagai tempat membangun Kerajaan

Allah, dan Persaudaraan seluas dunia.

BAB III bagian pertama dan kedua menguraikan pemikiran-pemikiran

tentang Kepemimpinan Religius dalam Sudut Pandang Kristiani yang akan

ditegaskan dalam beberapa poin mengenai Kepemimpinan, Kepemimpinan Religius

menurut Kitab Hukum Kanonik, menurut Kitab Suci dan karakteristik

kepemimpinan. Dalam bagian ketiga dan empat diuraikan Kepemimpinan dalam

Kongregasi Frater CMM dan akan dijelaskan juga tentang Situasi dan Tantangan

Kepemimpinan Religius masa kini.

BAB IV bagian pertama memberikan gambaran tentang usulan

pendalaman dan pengembangan kepemimpinan yang diharapkan dalam Kongregasi

Frater CMM. Berkaitan dengan hal ini akan diuraikan poin-poin tentang

kepemimpinan dan sikap seorang pemimpin yakni cinta kepada sesama, memiliki

cita-cita, rendah hati dan setia pada kebenaran. Selanjutnya pada bagian kedua akan

diuraikan juga tentang Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai dasar

kepemimpinan yang akan diupayakan dalam Kongregasi Frater CMM yakni

kepemimpinan yang sesuai dengan teladan Yesus yakni untuk membangun

Page 28: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

10

Kerajaan Allah, kepemimpinan yang menginspirasikan keutamaan-keutamaan

Santo Vinsensius dan kepemimpinan dengan kesederhanaan hati menurut Mgr.

Zwijsen Pendiri Kongregasi Frater CMM. Pada bagian terakhir bab ini akan

diuraikan Katekese Shared Christian Praxis Sebagai Salah satu Upaya

Memperdalam Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih Para

Pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM.

BAB V menguraikan dua pokok yakni kesimpulan dan saran.

Page 29: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

BAB II

SEKILAS TENTANG KONGREGASI FRATER CMM

A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater CMM

1. Riwayat Hidup Pendiri

Pendiri Kongregasi Frater CMM lahir pada tanggal 28 Agustus 1794, di

kampung Kerkdriel dengan nama Joannes Zwijsen. Ia anak laki-laki sulung dari

bapak Petrus Zwijsen dari istrinya yang kedua, Wilhelmina van Herpen. Joannes

menerima komuni pertama pada usia 11 tahun dan mengikuti pendidikan di Sekolah

Latin di Uden, Helmond di biara Norbertin Prancis (Leirop, 1993: 17).

a. Menjadi Imam

Zwijsen melanjutkan pendidikan ke seminari tinggi tahun 1813-1817.

Beberapa catatan dari arsip seminari menunjukan bahwa Joannes Zwijsen termasuk

pandai, suka bernyanyi dan mempunyai kesalehan yang sehat (sangat menghormati

Bunda Maria). Joannes Zwijsen juga seorang pengkhotbah yang baik, mempunyai

kemampuan mengarang sedang, peka akan sejarah terutama sejarah Gereja.

Joannes Zwijsen ditahbiskan menjadi diakon di Jerman tanggal 19 Januari

1817. Pada tanggal 20 Desember 1817 ditahbiskan menjadi imam. Joannes Zwijsen

menjadi pastor pembantu di Paroki ‘t-Heike di Tilburg. Selain membantu di Paroki,

Zwijsen juga terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah saat itu, dan mengajak

banyak orang ke Gereja. Pernah ia dipanggil seorang perampok yang sekarat untuk

mengembalikan selimut yang dicuri dari pastoran. Zwijsen menerimanya dan

menggantinya dengan selimut yang lebih baik. Tahun 1828-1832 Zwijsen pindah

dan menjadi pastor paroki di Best dan mengembangkan talentanya untuk organisasi

Page 30: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

12

dengan mengadakan kunjungan ke seluruh umat, memperhatikan peningkatan mutu

pendidikan, liturgi paroki dan koor, menjalin relasi dengan Raja Willem II (Lie

Petronela, 1997: 5).

Tanggal 11 Mei 1832 Zwijsen diangkat menjadi pastor paroki St. Dionisius

‘t-Heike di Tilburg. Pada tahun-tahun inilah Zwijsen menemukan kemiskinan sosial

yang memprihatinkan antara lain: buruh anak di bawah usia 12 tahun, penduduk

yang mati kelaparan di daerah pinggiran, angka kematian balita yang sangat tinggi,

buruh bekerja 12 jam sehari, upah kerja seminggu maximum £ 4,5, perumahan

pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang sangat buruk dan hanya sedikit anak

berumur 6-12 tahun yang sekolah. Pengalaman ini menggerakkan Pastor Zwijsen

mengumpulkan tiga (3) putri untuk mengatur pendidikan bagi anak-anak wanita di

parokinya (Lie Petronela, 1997: 6). Awal yang sederhana ini akhirnya berkembang

pesat dan bertumbuh menjadi sebuah Kongregasi yakni Kongregasi Suster SCMM.

b. Menjadi Uskup

Zwijsen ditahbiskan menjadi uskup di Gerra pada tanggal 17 April 1842.

Ketika diangkat menjadi uskup Zwijsen mendapat dukungan dari Raja Willem II,

karena untuk diangkat menjadi uskup perlu persetujuan dari pemerintah yang

mayoritas beragama Protestan. Tahun 1847 Mgr. Zwijsen ditunjuk Roma untuk

mewakili Tahta Suci dalam urusan dengan pemerintah Belanda. Sebelas (11) tahun

sesudah ditahbiskan menjadi uskup, Mgr. Zwijsen diangkat menjadi Uskup Agung

pertama Utrecht yakni pada tahun 1853. Setelah pengangkatan itu banyak hal yang

dibuat Mgr. Zwijsen di antaranya: berhasil membangun wilayah keuskupan yang

luas, mengorganisir paroki-paroki dan menentukan batas-batasnya. Ia membantu

membuat peraturan-peraturan untuk dewan paroki, mendirikan seminari untuk

Page 31: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

13

pendidikan calon Imam Projo, membentuk Dewan Keuskupan dan Dewan untuk

pemeliharaan orang-orang miskin (Lie Petronela, 1997: 6).

Kunjungan pertama Mgr. Zwijsen ke Roma untuk urusan Gereja dan

menghadiri pengumuman oleh Paus Pius IX tentang “Dogma St. Perawan Maria

Dikandung Tanpa Dosa” di depan Basilika St. Petrus tahun 1854. Di sebelah kiri

Basilika tertulis nama-nama uskup yang hadir saat itu, termasuk Mgr. Joannes

Zwijsen. Tahun 1862 Mgr. Zwijsen berkunjung ke Roma untuk mengurus

pengangkatan uskup pembantu atau penggantinya.

Sebagai seorang uskup Mgr. Zwijsen mengalami percobaan pembunuhan di

Gerra. Pada malam, tanggal 14-15 Juli 1863 seorang pembunuh masuk ke kamar,

menembaknya dan mencuri uang 5000 gulden. Mgr. Zwijsen mengalami luka pada

lengan, lambung sebelah kanan dan mengalami banyak pendarahan tetapi luka-

lukanya dapat sembuh dengan cepat. Selama proses penyembuhan Mgr. Zwijsen

pindah ke rumah induk Frater CMM di Tiburg dan penyambutannya menjadi suatu

manifestasi kehormatan baginya dan bagi Gereja Katolik. Rumah keuskupan yang

resmi dipindahkan ke ‘s-Hertogenbosch sampai sekarang (Leirop, 1993: 29.31).

Pada tahun 1865 Mgr. Zwijsen memimpin Konsili Provinsi Gereja di

Katedral St. Jan di ‘s-Hertogenbosch dan mengeluarkan dokumen “Acta et

Decreta” yang sangat berpengaruh besar dalam pembangunan dan perkembangan

Gereja Belanda. Mgr. Zwijsen dibebastugaskan sebagai Uskup Agung Utrecht pada

tahun 1868 dan digelari “Uskup Agung-Uskup. Pada tahun yang sama juga

dikeluarkan “Mandemen” atau dokumen penegasan para uskup tentang pendidikan

Katolik dengan memakai rumusan yang dibuat Mgr. Zwijsen.

Page 32: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

14

Tahun 1877 adalah akhir hidup Mgr. Zwijsen. Tanggal 16 Agustus, untuk

pertama kalinya beliau tidak sanggup lagi mempersembahkan Ekaristi. Tanggal 27

Agustus Mgr. Zwijsen diantar ke rumah induk Frater CMM di Tilburg untuk

merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke 83 tepatnya tanggal 28 Agustus. Beliau

menerima sakramen Minyak Suci dua kali pada tanggal 10 dan 13 Oktober. Pada

tanggal 16 Oktober Mgr. Zwijsen menghembus nafas terakhir (Leirop, 1993: 35).

2. Pendirian Kongregasi

a. Latar Belakang Pendirian Kongregasi

Masalah sosial di Eropa memuncak pada abad 19, dengan pecahnya revolusi

industri. Gejala Proletarian (kaum buruh) dan Pauperisme (kemiskinan) dengan

kondisi kerja amat buruk menimpa kaum buruh, sungguh menimbulkan masalah

keadilan, perikemanusiaan dan martabat manusia dalam masyarakat. Terjadi

kemiskinan sosial yang memprihatinkan antara lain buruh anak-anak di bawah

umur 12 tahun, banyak orang mati kelaparan, tingginya angka kematian balita, dan

sedikit anak yang mendapat pendidikan (Lie Petronela, 1997: 1).

Dalam tahun 1832 Joannes Zwijsen menjadi pastor di Tilburg. Ia melihat

bahwa pada umumnya kaum muda kekurangan dalam banyak hal, terutama bidang

keagamaan. Joannes Zwijsen segera bertindak dengan mengumpulkan beberapa

wanita sebagai pembantunya. Ia membangun bagi mereka sebuah rumah, dan

kelompok itu mulai memberikan pelajaran agama dan pekerjaan tangan yang

berguna bagi anak-anak putri. Demikianlah awal dimulainya kongregasi SCMM

yang didirikan pastor Joannes Zwijsen sehingga pada tahun 1844 jumlah suster

terdiri dari 200 orang yang tersebar di 15 komunitas.

Page 33: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

15

Setelah diangkat menjadi Uskup tahun 1842 Mgr. Zwijsen memikirkan

kemungkinan untuk mempergunakan pengaruhnya juga demi mengembangkan

pendidikkan para pemuda di parokinya. Kecemasan terhadap perkembangan dan

pendidikan kaum muda khususnya anak laki-laki ditambah dengan kesulitan para

suster SCMM dalam mendidik anak laki-laki yatim-piatu mendorong Mgr. Zwijsen

untuk mendirikan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang

Berbelaskasih. Mgr. Zwijsen kemudian mengumpulkan tiga calon yaitu Petrus van

der Ven seorang tukang sepatu, Laurentius Klaassen seorang tukang tambang dan

Yohanes van Drunen seorang pembuat bir. Tanggal 25 Agustus 1844 para calon

diantar ke biara Trapis untuk pendidikan, bimbingan rohani dan menjalani masa

novisiat. Peristiwa ini menandai berdirinya Kongregasi Frater Santa Perawan Maria

Bunda Yang Berbelaskasih yang diakui secara resmi oleh Paus dengan nama latin

“Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae” yang

disingkat menjadi CMM.

Mgr. Zwijsen merupakan seorang pendiri kongregasi dengan gaya tertentu.

Ia tidak berdiri pada awal gerakkan tertentu, melainkan merupakan suatu

perwujudan dalam gerakan yang sudah ada. Fr. Harrie van Geene dalam Seri

Kongregasi 4 (1998: 91) menegaskan bahwa:

Mgr. Zwijsen tidak saja mendirikan kongregasi suster dan frater secara gerejani tetapi sungguh mendirikannya secara spiritual. Ia adalah seorang uskup yang tidak saja penting dalam menata Gereja di Belanda tetapi juga penting sebagai pendiri gerakkan internasional berbelaskasih.

b. Tujuan Pendirian Kongregasi

Mengenai pendirian Kongregasi, Mgr. Zwijsen meletakkan suatu dasar

kharisma, visi dan misi yang bernuansa HAM (Hak Azasi Manusia). Diinspirasikan

Page 34: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

16

oleh gambaran Allah sebagai Bapa Penyelamat yang Berbelaskasih, dan dalam

rangka mengikuti Yesus Kristus secara lebih dekat, Mgr. Zwijsen tergerak oleh

suatu rasa iba hati, kepedulian dan keprihatinan mendalam oleh keadaan umatnya

yang menyedihkan. Ditopang oleh iman dan kepribadian yang kuat, dengan penuh

semangat dan keberanian ia menjadi jalan dan sarana untuk meringankan kebutuhan

mereka (Lie Petronela, 1997: 10).

Keprihatinan terhadap kemiskinan, upah minimum, kesenjangan sosial dan

terlantarnya pendidikan anak-anak, membuat Mgr. Zwijsen tergerak membuka

suatu medan baru berbekal kepercayaannya akan Penyelenggaraan Ilahi (ia selalu

menyebut “Penyelenggaraan Kasih”) dan kekuatan penyertaan Roh Kudus. Dijiwai

semangat kesederhanaan Mgr. Zwijsen mendirikan Kongregasi SCMM dan CMM

dengan tujuan meningkatkan taraf hidup umatnya, mengangkat martabat

kemanusiaannya dan mewujudkan cita-cita luhur yakni belaskasih kepada orang

muda yang miskin, kecil dan terlantar. Mgr. Zwijsen berkeinginan seperti tercantum

dalam nama yang diberikannya pada lembaga itu, untuk memberikan tempat utama

pada “Belaskasih” dalam hidup dan karya para frater.

B. Spiritualitas Kongregasi Frater CMM

1. Motto Pendiri “Mansuete et Fortiter”

Ketika diangkat sebagai uskup pembantu. Mgr. Zwijsen memilih motto pada

lambang keuskupannya: “Mansuete et Fortiter” yang artinya: “kelembutan hati dan

kekuatan” (Lie Petronela, 1997: 5). Motto ini dipilih berdasarkan sifat dan karakter

Mgr. Zwijsen sendiri yang kuat dalam prinsip dan lembut. Mgr. Zwijsen adalah

seorang yang kuat, yang berani untuk menghadapi masalah, mengatur sesuatu

dengan jelas, berani bertindak dan menertibkan keadaaan (Leirop, 1993: 25).

Page 35: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

17

Injil menggambarkan diri Yesus sebagai orang yang ‘lemah lembut dan

rendah hati’ (bdk. Mat 11: 29). Yesus mengajak semua orang yang letih lesu dan

berbeban berat datang kepada-Nya agar memperoleh kelegaan (Mat 11: 28). Untuk

tujuan ini Yesus menyatakan belaskasih-Nya dan dengan berani menyempurnakan

Hukum Taurat yang menjadi beban manusia. Bukan manusia untuk Hukum Taurat

tetapi Hukum Taurat untuk manusia (bdk. Mrk 2: 27). Ketika ahli taurat dan orang

Farisi akan merajam perempuan yang kedapatan berzinah, Yesus membelanya (bdk.

Yoh 8: 21).

Walaupun lemah lembut Yesus juga memiliki sikap tegas. Ketika orang

berjualan di Bait Allah, Ia mengusir mereka, menjungkirbalikan meja penukar uang

dan bangku para pedagang (bdk. Mat 21: 12-13). Dalam pengajaran-Nya, Yesus

tidak segan-segan mengecam orang Yahudi dan ahli Taurat. Sikap tegas Yesus yang

telah ditunjukkan sejak Ia berumur dua belas tahun menegaskan pilihan hidup-Nya

untuk mengutamakan Kerajaan Allah dari pada keluarga (bdk. Luk 2: 48-49).

“Mansuete et Fortiter” yang berarti ‘kelembutan dan ketegasan adalah sikap dasar

Yesus dalam mewartakan Kabar Keselamatan. Kedua sikap ini juga mendasari

langkah Mgr. Zwijsen dalam tugas penggembalaannya karena sangat efektif dalam

mewujudkan semangat belaskasih dan persaudaraan. Titik final semangat

kelembutan dan ketegasan adalah terciptanya Kerajaan Allah, mengabdi dan

membawa terang, mengucapkan kata yang menolong (Konst. Bag. I. Art. 8). Inilah

perutusan kongregasi yakni menciptakan dunia yang berperi kemanusiaan.

Moto “Mansuete et Fortiter” ini menjadi sikap dasar yang memberi

inspirasi bagi Mgr. Zwijsen dalam meletakkan spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih kepada para pengikutnya. Sikap inilah yang diharapkan Mgr. Zwijsen

Page 36: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

18

dalam melayani kaum kecil karena dengan sikap ini martabat orang yang dilayani

dihargai. Menghargai martabat orang kecil dan miskin merupakan penghargaan

kepada Yesus. Mgr. Zwijsen menuntut banyak dari dirinya sendiri dan dari orang

lain. Ia mudah tergerak hati ketika melihat permasalahan dan penderitaan yang

dialami umatnya. Terhadap kaum kecil dan miskin ia lembut hati dan penuh

kerelaan untuk melaksanakan dan mengorganisasi sesuatu agar orang yang

menderita kesusahan dilayani terus menerus (Leirop, 1994: 25). Seperti yang

dihayati oleh St. Vinsensius, Mgr. Zwijsen juga menemukan Allah sungguh hadir

dalam diri orang yang miskin.

2. Religiusitas Mgr. Zwijsen

Riwayat kehidupan pendiri memperlihatkan kelahiran Kongregasi SCMM

dan Frater CMM merupakan jawaban atas kebutuhan zaman. Selain faktor historis

ini faktor transendental yang juga sangat menentukan yakni “kehendak Allah” yang

dihayati Mgr. Zwijsen. Menurut Lie Petronela (1997: 7-9) unsur-unsur kerohanian

Mgr. Zwijsen yang menunjang karya Roh di dalam kehidupannya sendiri dan

Kongregasi yang didirikan:

a. Iman akan Penyelenggaran Ilahi

Mgr. Zwijsen sering menyebut Penyelenggaraan Ilahi, “Penyelenggaraan

Kasih”. Tentang Penyelenggaraan Ilahi Mgr. Zwijsen menegaskan bahwa hal ini

sungguh ada dan yang menjaga segalanya; Gereja, Negara, masyarakat seluruhnya

dan terutama menjaga kalian yang telah membaktikan diri kepada Allah. Pernyataan

ini sesuai dengan apa yang diatur dalam Kontitusi Frater CMM (Bag. I. Art. 45):

Kita hidup dalam keyakinan bahwa Allah memelihara kita hari demi hari; Ia

senantiasa setia kepada umat-Nya, dan mengingat umatnya penuh belaskasih. Mgr.

Page 37: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

19

Zwijsen menegaskan bahwa Penyelenggaraan Ilahi seharusnya diandalkan oleh

setiap frater. Jika orang hidup dengan sepantasnya, ia tentu dapat mengandalkan

Penyelenggaraan Allah yang membantunya menjalankan tugas dan karya sebagai

frater. Kristus mengutus para rasul-Nya ke dunia untuk melaksanakan karya-karya-

Nya, dan dengan iktikad baik mereka menerima perutusan itu. Maka demikian

halnya semua frater harus diutus seperti para rasul dan rela menyerahkan diri dalam

penyelengaraan Allah untuk melaksanakan karya belaskasih.

b. Cinta akan Ekaristi

Ekaristi dihayati Mgr. Zwijsen sebagai puncak dan pusat seluruh kehidupan

Kristen karena membina dalam diri kita penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan. Ia

menegaskannya bahwa “dengan setia, bila mungkin setiap hari, kita turut serta

dalam Ekaristi. Dengan demikian kita memperingati cinta kasih Yesus yang tak

terbatas. Kita mengakui kehadiran-Nya yang penuh daya, yang menyertai setiap

pribadi kita” (Konst. Bag. I. Art. 17-18).

c. Devosi kepada Maria

Mgr. Zwijsen memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bunda Maria

dihayati sebagai Bunda yang penuh belaskasih. Umat di paroki dan keuskupannya

diajak untuk selalu berdoa dan berpuasa demi penghormatan kepada Bunda Maria.

Kecintaan dan kepercayaan yang mendalam kepada Bunda Maria Yang

Berbelaskasih menyapa hatinya untuk menamakan kedua kongregasi yang didirikan

dengan nama Kongregasi Maria Bunda Yang Berbelaskasih.

d. Cinta dan Kesetiaan kepada Paus

Bapa Suci sungguh dihormati sebagai wakil Kristus dan pemimpin tertinggi

Gereja. Hal ini terlihat dalam surat-surat pastoralnya, khususnya ketika Negara

Page 38: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

20

kepausan runtuh pada tahun 1859. Dengan sepenuh hati Mgr. Zwijsen

mengusahakan bantuan material yang dapat diberikan, dan menghimbau Para

Dewan Paroki untuk memberikan sumbangan bagi kepausan. Bahkan tiga Frater

CMM terbaik diutus dan dibaktikannya sebagai tentara sukarela Kepausan.

3. Pelindung Kongregasi

a. Bunda Maria

Mgr. Zwijsen membaktikan Kongreasi Frater CMM kepada Bunda Maria

Yang Berbelaskasih yang dinyatakan dalam pemberian nama kongregasi. Mgr.

Zwijsen memilih Maria Bunda Yang Berbelaskasih sebagai pelindung dan suri

teladan bagi semua pengikutnya. Bagi Mgr. Zwijsen Maria adalah sosok hamba

yang hina yang mendapat belaskasihan Allah, pribadi yang menyerahkan diri secara

total kepada Allah dalam kepercayaan yang bersahaja. Dalam hal-hal ini Mgr.

Zwijsen menegaskan kepada para anggotanya untuk mempercayakan diri kepada

pemeliharaan keibuannya (Konst. Bag. I. Art. 58-61).

Teks injil Yohanes 19: 25-27 yang berbunyi :

“Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”

menjadi salah satu dasar Maria disebut sebagai ibu yang berbelaskasih oleh Mgr.

Zwijsen. Maria diakui sebagai ibu karena ia mendengarkan firman Allah sebagai

orang yang miskin di hadapan Allah. Maria adalah ibu semua orang yang mencintai

Yesus dan mengikuti Dia, sampai berdiri di bawah salib-Nya dan di bawah salib

semua orang yang menderita. Dalam hal inilah Maria hadir sebagai Bunda Yang

Berbelaskasih (Lierop: 1995). Menurut Mgr. Zwijsen para frater dapat menghormati

Page 39: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

21

Maria Bunda Berbelaskasih dengan cara mencontohi sifat-sifat baiknya dan sering

berdoa kepadanya, secara pribadi maupun dalam liturgi. Sebagai bentuk

penghormatannya kepada Bunda Maria, Mgr. Zwijsen mengajak umat berdoa dan

berpuasa setiap hari Sabtu (Lie Petronela, 1997: 8).

Dalam kehidupan ini, manusia selalu mencari jalan keluar atas perpecahan

dan permasalahan karena manusia membutuhkan cinta kasih. Dengan mengamati

cara hidupnya, umat manusia ingin kembali kepada kepercayaan, pengharapan dan

cinta. Hal ini dapat dilakukan seperti yang dilakukan Bunda Maria dan bersamanya

menyanyikan magnificat agar memimpin paduan suara kita. Kita juga mendoakan

Salve Regina setiap hari karena kita membutuhkan pengantara di depan Yesus-

Saudara kita, serta berdoa kepada Bunda Maria agar membantu dan melindungi kita

di dunia ini (Seri Kongregasi 4: 31).

Mgr. Zwijsen menghayati Bunda Maria sebagai Bunda Yang Berbelaskasih,

yang mencintai manusia dan memperhatikan yang menderita khususnya yang

mengalami kemalangan. Ia selalu berkata: “Bersama Maria kita menelusuri jalan

iman kepercayaan, pengharapan dan cinta.” Mengakui Maria sebagai Bunda

Berbelaskasih berarti: sama seperti Bunda Maria, yang dipenuhi Roh Kudus,

mengalami cinta dan belaskasihan-Nya dan belajar mencintai Yesus. Dengan

pengalaman-pengalaman inilah kita berusaha untuk mengikuti Dia sampai kitapun

berada di bawah salib-Nya dan di bawah salib setiap orang yang menderita dan

membagikan belaskasih Allah yang berlimpah-limpah.

b. Santo Vinsensius a Paulo

Dalam Konstitusi Frater CMM bagian pertama artikel 208, ditegaskan

bahwa: “Mgr. Zwijsen menghendaki agar pengikutnya meneladani Vinsensius a

Page 40: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

22

Paulo, yakni mengabdi Allah dalam sesama manusia yang menghantarnya pada

Allah.” Santo Vinsensius a Paulo adalah bapak kaum miskin. Mgr. Zwijsen sangat

mengagumi karya yang diinspirasikan oleh cinta yang berbelaskasih dari St.

Vinsensius a Paulo bagi kaum miskin dan yang malang pada abad 17 di Prancis.

Mgr. Zwijsen memperolah ilham dari Vinsensius yang menggerakkan

hatinya, menterjemahkan kharisma belaskasih Vinsensius dalam kedua kongregasi

yang didirikan. Ia menawarkan kepada para suster dan fraternya keutamaan-

keutamaan Vinsensius, dan berharap dapat melaksanakan banyak latihan-latihan

rohani. Menurut Vinsensius, sesama manusia hendaknya jangan dikasihani hanya

karena itu merupakan perintah, tetapi tergerak oleh keajaiban cinta kasih. Manusia

yang sadar bahwa ia diilhami oleh cinta kasih, berpandangan dan hidup bersumber

pada Allah. Karena itu tidak ada persaingan antara cinta kasih Ilahi dan cinta kasih

kepada sesama. Bukan dengan memusatkan perhatian semata-mata kepada Allah,

maka Ia dicintai, tetapi dengan berserah kepada cinta kasih tanpa pamrih yang

melampaui akal siapapun. Dengan keyakinan bahwa penyerahan itu merupakan

dasar ‘belaskasih’, maka Vinsensius sangat menghargai pergaulan akrab dan intim

dengan Allah (Hein & Jos, 1998: 21). Semangat inilah yang kemudian berkembang

dalam sanubari Mgr. Zwijsen untuk disalurkan kepada para pengikutnya dan

mendorong para frater sungguh percaya pada pemeliharaan penyelenggaraan Ilahi

dan dalam kesederhanaan hati. Ketika Mgr. Zwijsen mendirikan sekolah untuk

anak-anak miskin ia berkata: ”Di dalam anak-anak miskin, yang memerlukan

pendidikan agar bisa menjalankan hidup manusiawi secara utuh, Zwijsen mengenali

wajah Kristus. Melalui anak-anak Allah menyapanya secara langsung dan

menghadapkannya pada panggilan belaskasih” (Hein & Jos, 1998: 19).

Page 41: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

23

4. Spiritualitas “Persaudaraan Berbelaskasih”.

a. Persaudaraan Berbelaskasih

Persaudaraan Berbelaskasih merupakan inti Spiritualitas Frater CMM,

berdasarkan pengalaman dan penghayatan iman Mgr. Joannes Zwijsen akan Allah

lewat Bunda Maria dan St. Vinsensius a Paulo. Kita Hidup dalam keyakinan bahwa

Allah memelihara kita hari demi hari, Ia senantiasa setia kepada umat-Nya dan

mengingat umat-Nya penuh belaskasih (Konst. Bag. I. Art. 45). Belaskasih adalah

pokok dalam penghayatan kehadiran Allah secara kristiani dalam hubungan dengan

kenyataan dan semua bentuk rupanya. Inilah proses melihat, mendengar,

menangkap, tergerak dan mulai bertindak agar menjadi orang-orang yang

berbelaskasih. Panggilan sebagai religius meminta setiap Frater CMM menanamkan

rasa tanggung jawab dan membangun sebuah dunia yang berbelaskasih.

Bagi Mgr. Joannes Zwijsen kata kunci Belaskasih terdapat dalam teks

Matius 25: 40 yang berbunyi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala

sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini,

kamu telah melakukannya untuk Aku.” Bentuk-bentuk karya belaskasih menurut

Matius adalah memberi makan yang lapar, memuaskan dahaga yang kehausan,

memberi pakaian kepada yang telanjang, memberi tumpangan kepada orang asing,

mengunjungi orang sakit, dan menjenguk orang di penjara.

Kisah orang Samaria yang murah hati dalam teks Injil Lukas 10: 25-37

adalah kisah yang sering dirujuk. Orang Samaria adalah teladan manusia yang

tergerak oleh belaskasihan. Saat orang lain melewati begitu saja orang yang

menderita, orang berbelaskasih memberi pertolongan. Dia melakukannya tanpa

pamrih, dengan cara yang melampaui segala harapan. Melampaui segala kewajaran

Page 42: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

24

manusiawi, orang berbelaskasih itu hidup berdasarkan ‘Roh Allah’. Hal ini menjadi

titik dasar bagi Vinsensius dan merupakan inti Spiritualitas Kongregasi yang

menempatkan diri dalam tradisinya. Orang berbelaskasih menjadi satu dengan Roh

Allah karena Allah sendiri merupakan belaskasihnya (Hein & Jos, 1998: 31).

Belaskasih adalah sebuah gerakkan yang dimulai dari hati Allah, bersabda

menjadi daging dan darah dalam diri manusia melalui masa dan zaman. Semangat

Persaudaraan Berbelaskasih ditandai oleh perhatian penuh kasih sayang dan

kepedulian bagi setiap manusia, dan bagi setiap bentuk hidup yang meminta

perlindungan. Karya-karya belaskasih yang dianjurkan oleh St. Vinsensius a Paulo,

diterjermahkan kembali oleh Mgr. Zwijsen dan juga ke dalam keadaan budaya dan

sosial yang berbeda. Tentang belaskasih kita harus berpikir tentang kehidupan,

bukan menjatuhkan atau menghukum. Berbelaskasih berarti memberi perhatian

kepada setiap orang yang kita jumpai dan yang memerlukan sesuatu di bidang

apapun. Belaskasih merupakan janji untuk memberi diri, berbagi milik dan

keberadaan kita untuk solider dengan pergumulan dan penderitaan sesama. Hidup di

tengah rakyat miskin merupakan tindakan belaskasih.

Mgr. Joannes Zwijsen bermaksud agar setiap pengikutnya siap sedia dan

terbuka bagi karya belaskasih agar mempunyai mata dan hati untuk sesama yang

miskin, berkekurangan, menderita dan marginal. Dalam dunia ini terdapat

permintaan yang amat serius dalam hubungan dengan tugas perutusan kita sebagai

saudara Berbelaskasih. Hendaknya setiap frater sadar untuk ikut dalam gerakkan

Belaskasih; memberi diri dan melayani tanpa pamrih dan tanpa menonjolkan diri

demikian penegasan Mgr. Zwijsen. Lewat Vinsensius, Mgr. Zwijsen mencari

bentuk, cara hidup dan struktur persekutuan yang memberi kesempatan kepada

Page 43: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

25

orang untuk mengalami panggilan belaskasih. Usaha untuk berbelaskasih harus

didukung oleh kesadaran akan belaskasih Allah yang tak terbatas di satu pihak dan

oleh kepekaan hati di pihak lain.

Vinsensius sangat terharu oleh penderitaan orang miskin dan orang cacat.

Bersama dengan santo Paulus ia mengeluh: Bagi semua orang aku telah menjadi

segala-galanya. Dalam renungannya tentang keteladanan Kristus ia melihat Kristus

didorong oleh keinginan kuat, sangat tersentuh oleh manusia yang menderita yang

ia temui dalam perjalanan-Nya:

Oleh karena Putra Allah tidak bisa memiliki rasa iba di tengah kemuliaan yang dimilikiNya kekal abadi di surga, maka Dia bersedia menjadi manusia dan Imam Agung kita untuk turut menderita dalam kesengsaraan kita. Agar kelak berkuasa di surga, kita sama seperti Dia harus ikut menderita dengan anggota-anggota tubuh-Nya di dunia (Hein & Jos, 1998: 29-30).

b. Sifat Radikal Karya Belaskasih

Belaskasih Allah yang terwujud dalam diri manusia adalah pekerjaan Allah

yang dimaksudkan terutama kepada manusia yang kurang mempunyai dasar untuk

mengenali dampaknya dalam kehidupannya. Allah bahkan memandang penuh kasih

mereka yang membenci dan menolak-Nya. Mgr. Zwijsen memberi contoh tentang

keadaan di mana belaskasih melumpuhkan logika. Bila melihat wajah Kristus di

dalam orang miskin, maka kita dibawa dalam gerakan yang tidak kita dipahami dan

sadari. Orang yang melihat kita terheran-heran mengenai sesuatu yang tidak bisa

dijelaskan. Menurut Mgr. Zwijsen salah satu aspek perilaku belaskasih adalah

bahwa karya-karya cinta kasih melampaui batas-batas manusiawi, tanpa

membedakan agama atau bangsa. Aspek lain adalah bahwa karya cinta kasih

terutama meraih mereka yang paling bersikap buruk terhadap dia, yang membenci

dia atau bahwa bermusuhan dengannya.

Page 44: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

26

Karya-karya belaskasih pada Mgr. Zwijsen memperoleh sifat yang radikal.

Demikianlah ia menganjurkan para religiusnya untuk memberikan bantuan kepada

setiap orang yang memerlukan bantuan dengan hati yang riang, sekalipun dengan

mempertaruhkan nyawa sendiri. Kehadiran di dunia hendaknya ditandai oleh cinta

penuh belaskasih dan dalam memperhatikan sesama kita mengutamakan mereka

yang miskin dan yang membutuhkan pertolongan (Bag. I. Art. 50-51).

Sifat radikal tidak bersumber pada sikap negatif terhadap nyawa sendiri,

tetapi pada melupakan diri sendiri yang melekat pada panggilan belaskasih.

Belaskasih, satu-satunya pedoman bagi perilaku dan tidak memperhitungkan resiko.

Mgr. Zwijsen menegaskan hal ini dalam Konstitusi Frater CMM:

Dari pihak kita diminta cinta kasih yang radikal, yang tidak mengecualikan sorangpun, yang tidak mengadili seorangpun, yang percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Siap sedia untuk mengabdi setiap hari berarti: senantiasa bersedia menyangkal diri sendiri. Dengan senang hati kita mengingat sabda tentang belaskasih: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Konst. Bag. I. Art. 198-200).

Kesediaan merawat orang yang berpenyakit menular bagi Mgr. Zwijsen mempunyai

arti simbolik yang kuat sehingga ia mengundang suster dan fraternya di samping

ketiga kaul klasik kehidupan religius, juga mengucapkan kaul keempat, dengan

berjanji untuk merawat para penderita penyakit menular (Hein & Jos, 1998: 62).

Hal ini diwujudkan dalam kongregasi dengan pendirian balai pengobatan, poliklinik

di beberapa daerah terpencil bagi masyarakat yang miskin dan frater atau suster

yang berprofesi sebagai perawat.

c. Mengikuti Teladan Sang Belaskasih

Mgr. Zwijsen menegaskan: dengan sederhana hati kita mengarahkan diri

pada satu-satunya tujuan: menjadi pengikut Yesus Kristus (Konst. Bag. I. Art. 46).

Page 45: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

27

Berbelaskasih adalah cara mengikuti teladan Yesus karena gaya hidup Yesus

sendirilah yang tampak dalam belaskasih. Injil menjadi kata yang hidup di dalam

belaskasih dari satu pihak, dan di lain pihak mengantar masuk dalam sekolah

belaskasih. Dalam Konstitusi Frater CMM hal ini ditegaskan demikian: Sabda dan

teladan Yesuslah yang mengarahkan segenap hidup kita (Bag. I. Art. 4).

Teladan Yesus sering sangat dekat, keibaan-Nya menjadi keibaan kita dalam

hidup sehari-hari. Dalam Injil kita dapat membaca: “Melihat orang banyak itu,

tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan

terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat 9: 36). Yesus memanggil

banyak orang untuk menggembalakan domba-domba-Nya, yang lelah dan terlantar,

karena mereka sering menjadi korban serigala. Banyak anak, perempuan dan laki-

laki yang haus akan pengertian dan kasih, rakyat kecil yang tertekan oleh

ketidakadilan, orang miskin yang kurang diperhatikan, mereka yang menderita

frustrasi atau putus asa, tanpa seorangpun yang mempedulikan mereka. Dalam

panggilan-Nya Yesus ingin mengatakan: ‘Aku ingin meminjam hatimu, untuk

mengasihi orang dina yang kurang diperhatikan, menolong domba-domba-Ku yang

terlantar, memandang penuh kasih orang miskin yang kurang dikasihi dan berada

bersama manusia dina dan miskin yang dilupakan’ (Hein & Jos, 1998: 104).

Yesus memanggil banyak orang menjadi saksi akan Kasih-Nya yang penuh

belaskasih, agar Ia dapat mengasihi orang lewat hati kita, menolong orang lewat

tangan kita, memandang melalui mata kita. Dengan demikian banyak orang,

terutama yang miskin disembuhkan dan diselamatkan karena pengabdian kita.

Perumpamaan Orang Samaria yang murah hati menjadi pedoman dalam hidup

seorang suster dan frater demikian kata Mgr. Zwijsen. Bila anda melihat orang yang

Page 46: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

28

menderita, anda bisa juga berbaliklah dan berkata: Aku tidak tahan melihat keadaan

seperti itu. Tetapi anda juga bisa tersentuh sehingga tergerak untuk menolong. Hati

tersentuh, bukan karena merasa kasihan, tetapi karena ia adalah sesamamu yang

berhak mendapat pertolonganmu.

Belaskasih dalam kongregasi tidak hanya didalami dengan meneladani

Yesus, tetapi juga dalam keterkaitan dengan Maria Bunda Berbelaskasih. Berdoa

kepadanya menunjukan betapa penting teladannya, dan ia dialami sebagai penopang

dalam pembentukan panggilan belaskasih. Mgr. Zwijsen dalam Konstitusi Frater

CMM meneguhkan: ‘Maria, hamba Tuhan menjadi suri teladan bagi kita. Dalam

perjalanan hidup kita memasrahkan diri, seperti Maria dalam kepercayaan yang

bersahaja kepada Allah yang menyertai kita’ (Bag. I. Art. 58-59).

5. Hidup dalam perhimpunan

a. Komunitas

Dalam surat Apostoliknya, Novo Millennio Ineunte (2001) pada awal

milenium baru, Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan pentingnya spiritualitas

persekutuan. Beliau menegaskan: “Untuk menjadikan Gereja sebagai rumah dan

sekolah.” Hal ini merupakan tantangan besar dalam milenium baru ini, jika mau

mengimani rencana Allah dan menjawab kerinduan dunia yang terdalam.

Dalam Vita Consecrata ditegaskan:

Para anggota hidup bakti pria maupun wanita diutus, untuk mewartakan nilai persaudaraan kristiani dan firman Allah yang dapat menimbulkan perubahan. Injil memungkinkan untuk memandang orang sebagai putra-putri Allah, dan mengilhami cinta kasih yang menyerahkan diri terhadap siapapun juga, khususnya yang paling hina di antara sesama (VC, art. 51).

Persekutuan Religius pertama-tama tidak hanya terdiri atas kegiatan yang

ditangani bersama, tetapi terdiri atas hidup bersama yang tekun dan saling

Page 47: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

29

menghormati, berakar dalam cinta kasih Allah yang mendukung persekutuan. Para

religius hendaknya saling percaya, menjadi teman hidup dan seperjuangan bagi

sesama, menjadi saudara dan saudari (Seri Kongregasi, no. 2). Hidup bersaudara

memainkan peranan yang mendasar dalam perjalanan rohani para anggota hidup

bakti. Maka setiap anggota perlu menyanggupkan diri, memantapkan diri seturut

teladan umat kristen purba yang tekun menerima ajaran Para Rasul, dalam doa

bersama, dalam Perayaan Ekaristi dan berbagi apapun yang mereka miliki sesuai

dengan kodrat dan berkat yang dimiliki (bdk. Kis 2: 42-47).

b. Komunitas sebagai tempat sharing dan menimba kekuatan

Dalam mengusahakan dan melaksanakan pelayanan belaskasih komunitas

berperanan penting. Komunitas sebagai tempat dan suasana membangun kehidupan

penuh belaskasih menjadi dasar yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan

karitatif. Pelayanan belaskasih hendaknya pertama-tama dilaksanakan di komunitas

sehingga dapat dibagikan kepada orang lain yang dilayani di luar komunitas.

Kehidupan komunitas memang bisa terjadi dalam suatu bangunan atau organisasi,

tetapi baik bangunan maupun organisasi bukan hal yang hakiki bagi komunitas.

Persekutuan hidup bersama yang berciri kekeluargaan merupakan salah satu

unsur dari komunitas. Hal yang hakiki dari komunitas Kristiani adalah hidup

bersama yang dijiwai kesediaan untuk saling mengakui dan mengampuni segala

kesalahan dalam nama Yesus. Komunitas Kristiani adalah persekutuan dari orang-

orang yang terus menghayati semangat pengampunan dan pembaharuan diri

berdasarkan iman pada Yesus, sehingga merupakan suatu keluarga rohani (Nouwen,

2007: 136). Di komunitas inilah belaskasih pertama-tama dihayati sebagai satu

keluarga rohani yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan saling

Page 48: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

30

melayani dengan landasan semangat belaskasih. Dalam komunitas Kristiani, figur

Yesus Kristus menjadi panutan dan sentral. Komunitas Kristiani sesungguhnya

adalah Yesus Kristus sendiri yang dinyatakan dan dihayati di antara pengikut-Nya.

Dalam kenyataan demikian, komunitas menjadi tempat untuk saling meneguhkan,

saling melayani dan saling menimba kekuatan (Nouwen, 1986: 70). Penguatan dan

dukungan komunitas memberikan peneguhan identitas pelayanan. Tanpa dukungan

dan perasaan diutus pelayanan belaskasih tidak akan lama dan cepat luntur serta

menjadi hidup yang ditandai oleh kejengkelan dan kemarahan (Nouwen, 1987: 80).

c. Komunitas sebagai tempat membangun Kerajaan Allah

Para Frater CMM hidup dalam komunitas dan berusaha menghayati

semangat belaskasih dalam hidup sehari-hari. Komunitas harus mengalami

Kerajaan Allah lalu orang akan mendapatkan kekuatan dalam memberikan

pelayanan di luar komunitas (Konst. Bag. I. Art. 77). Jika komunitas kuat

menerapkan Spiritualitas Belaskasih, maka pelayanan belaskasih mendapatkan arti

dan makna bagi orang yang dilayani di luar komunitas. Komunitas menjadi tempat

utama merasakan Kerajaan Allah. Dengan demikian, komunitas dapat menjadi

terbuka dan siap menerima penderitaan dunia dan memberikan tanggapan dengan

sepenuh hati (Konst. Bag. I. Art. 92). Peranan komunitas dalam karya pelayanan

belaskasih adalah mendukung, memberikan semangat dan memberi ruang

kreatifitas terhadap pelayanan itu.

d. Persaudaraan seluas dunia lewat karya

Karya dan pelayanan belaskasih menempatkan manusia sebagai saudara.

Belaskasih memandang orang yang dilayani sebagai sahabat yang harus

diperhatikan, dihargai dan dihormati. Karya pelayanan para CMM beranekaragam

Page 49: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

31

dengan memperkenalkan misi belaskasih dan persaudaraan bukan hanya dalam

lingkup komunitas melainkan di seluruh tempat di mana para frater berkarya.

Semangat belaskasih tentu didasarkan pada iman yang mendalam kepada Tuhan.

Semangat iman disaksikan dalam hidup dan dalam seluruh karya pelayanan kepada

sesama yang miskin dan membutuhkan pertolongan. Karya pelayanan tersebut

menjadi sarana bagi Zwijsen dan para fraternya untuk memberi kesaksian tentang

Allah yang berbelaskasih bagi semua orang (Lap. Kap. Prov. Indo. IV. 2008).

Pelayanan belaskasih dapat menghadirkan Kerajaan Allah di mana ada damai dan

sukacita bagi orang yang dilayani.

Page 50: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

BAB III

KEPEMIMPINAN RELIGIUS

DALAM SUDUT PANDANG KRISTIANI

Setelah bab sebelumnya menguraikan pokok-pokok tentang sejarah

berdirinya Kongregasi CMM, Spiritualitas Kongregasi CMM, maka pada bab ini

penulis memaparkan kepemimpinan religius dari sudut pandang kristiani. Penulis

akan mengemukakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian, fungsi dan

prinsip-prinsip kepemimpinan pada bagian pertama. Pada bagian kedua penulis

menguraikan kepemimpinan dari sudut pandang kristiani menurut Kitab Hukum

Kanonik, menurut Kitab Suci dan karakteristik kepemimpinan menurut Romo

Darminta, SJ. Pada bagian ketiga penulis menguraikan kepemimpinan dalam

Kongregasi Frater CMM mulai dari tingkat Umum, Provinsi, dan komunitas.

Tantangan dalam kepemimpinan religius masa kini yang terbagi atas 3 mengenai

tantangan modernisasi, tantangan berkaitan pemimpin religius masa kini, dan

tantangan bagi kongregasi.

Pada pembahasan bab III ini, penulis mengambil bagian kedua sebagai

fokus perhatian yang menguraikan tentang kepemimpinan religius. Bagian ini

memberikan pandangan bagaimana seharusnya sosok seorang pemimpin yang

menghayati dan mengemban nilai-nilai dalam kepemimpinannya berdasarkan

karakteristik seorang pemimpin yang baik dan teladan tokoh-tokoh dalam Kitab

Suci dan Yesus sendiri sebagai teladan utama, sehingga bersama dengan

kepemimpinan yang telah dicetuskan Mgr. Zwijsen sebagai pendiri Frater CMM,

para pemimpin mampu menghadapi situasi dan tantangan kepemimpinan religius.

Page 51: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

33

A. Kepemimpinan

1. ....................................................................................................... Pengerti

an Kepemimpinan

Pemimpin berarti orang yang memimpin, mengetuai, atau mengepalai

karena diserahi suatu tugas untuk menuntun, menunjukkan jalan, bagi orang-orang

yang dipimpinnya. Seorang pemimpin adalah orang yang ditunjuk menjadi

pemimpin dalam suatu tugas yang diserahkan kepadanya karena dianggap

mempunyai suatu kecakapan dalam mengarahkan dan mempengaruhi orang-orang

yang dipimpinnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 874).

Dalam bahasa Inggris pemimpin disebut leader dan akar katanya adalah to

lead. Dalam kata itu terkandung beberapa arti yang erat hubungannya: bergerak

lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu,

memelopori, mengarahkan pikiran pendapat, tindakan orang lain, membimbing,

menuntun, mengerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Oleh karena itu

pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil

langkah pertama, berbuat paling dulu memelopori mengarahkan, pikiran-pendapat-

tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui

pengaruhnya. Tidak mengherankanlah bahwa pemimpin disebut dengan berbagai

nama: ulu, pemuka, pelopor, pengarah, pembimbing, penuntun, dan penggerak

(Mangunhardjana, 1976: 11). Kepemimpinan dalam pengertian umum menunjuk

pada proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi

pikiran, perasaan atau tingkahlaku orang lain melalui kontak pribadi antara

seseorang dengan orang lain secara tatap muka.

Page 52: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

34

Menjadi seorang pemimpin berarti, seseorang mendapat kedudukan

tertinggi, kekuasaan, fasilitas hidup, dalam lingkungannya. Namun inti

kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukan yang ditempati. Inti

dari kepemimpinan adalah fungsi atau tugas. Dia ada demi sesuatu yang lain dan

bukan demi dirinya sendiri. Titik perhatiannya adalah tujuan dan cita-cita yang mau

dicapai. Tujuan dan cita-cita itu merupakan unsur yang pertama dan paling pokok

dalam kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi, mengajak,

mengumpulkan dan menggerakkan banyak orang untuk bersama-sama bekerja

mencapai tujuan dan cita-cita itu. Kalau pemimpin beserta seluruh orang yang ada

di bawah kepemimpinannya sudah yakin akan kebaikan tujuan dan cita-cita itu bagi

kehidupan bersama, mereka dapat membentuk suatu organisasi, untuk kegiatan para

anggota dengan membagi-bagi pekerjaan, tugas. Kesediaan pemimpin untuk ikut

serta bekerja dan berjuang bersama dengan mereka yang dipimpinnya menjadi bukti

dari ketulusan hatinya. Jadi seorang pemimpin adalah petugas yang bersedia bekerja

demi tujuan dan cita-cita bersama dengan berusaha mencapai tujuan dan cita-cita

bersama mereka yang dipimpinnya melalui suatu organisasi kerja yang teratur.

Sampai saat ini kepemimpinan masih merupakan topik yang hangat

dibicarakan. Terjadinya krisis di berbagai negara tidak lain karena pengaruh sedikit

orang yang berstatus pemimpin. Menjadi pemimpin tidak mesti mempunyai syarat

pendidikan yang tinggi, akan tetapi punya daya pengaruh, kerja keras, cerdas dan

memiliki visi yang jelas. Sukses dan berkembangnya suatu organisasi terletak pada

kemampuan pemimpin untuk melakukan integrasi secara bersama dengan seluruh

komponen yang ada dalam organisasi.

Page 53: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

35

Menurut Robert J. Eaton, berkembang dan suksesnya suatu organisasi

merupakan hasil kerja bersama. Namun kendala terbesar yang dihadapi organisasi

dalam menghadapi era global adalah terbatasnya sumber daya manusia, dalam suatu

organisasi terkait dengan sosok manusia yang disebut sang pemimpin. Melihat

tantangan dari kegiatan organisasi yang semakin kompleks, maka seorang

pemimpin harus berani memilih diantara dua pilihan yakni: akan terus berkembang

atau memilih menutup kegiatannya. Dari dua opsi tersebut, orang pertama yang

harus bertanggung jawab adalah pemimpin organisasi (Bambang, 2005: 14-15).

2. ....................................................................................................... Fungsi

Kepemimpinan

Fungsi utama pemimpin terletak dalam jenis khusus dari perwakilan

kelompoknya. Seorang pemimpin harus mewakili kelompoknya melalui saluran-

saluran yang khusus direncanakan dan dibuat oleh kelompoknya sendiri. Mewakili

mengandung arti, bahwa si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara

eksekutif. Fungsi pemimpin juga merupakan perantara dari orang-orang dalam

kelompoknya dengan orang-orang di luar kelompoknya (Effendy, 1975: 16-21).

Beberapa fungsi kepemimpinan menurut Effendy:

a. Pengembangan imaginasi.

Seorang pemimpin memiliki suatu visi yang dapat meneropong apa yang

akan terjadi dan mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi. Imaginasi yang

dikembangkan erat hubungannya dengan kesadaran akan pelanggaran terhadap

lingkungan. Benak yang dipenuhi imaginasi mempunyai peranan penting dalam

perjumpaan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul.

Page 54: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

36

b. Pengembangan kesetiaan.

Fungsi kedua ini berarti; tanggung-jawab terhadap pengembangan kesetiaan

pada pemimpin dan pada organisasi. Pengembangan kesetiaan ini tidak saja hanya

di antara para anggota tetapi secara khusus di antara pemimpin dalam kelompok.

Seorang pemimpin harus mampu menciptakan rasa cinta, rasa hormat, kepercayaan

dan kepatuhan di hati para anggota.

c. Pemrakarsaan, penggiatan, dan pengawasan rencana.

Fungsi pemimpin di sini ialah memprakarsai dan mempertanggungjawabkan

kemajuan rencana bagi pengrealisasian suatu tujuan tertentu, dan mengarahkan

suatu kegiatan yang terencana dan selanjutnya melakukan kegiatan berikutnya.

Dalam lingkungan pengawasan terdapat analisa yang obyektif terhadap apa yang

akan dilakukan, siapa yang melakukannya, di mana dijalankan, dan kapan kegiatan

dilaksanakan. Semua ini untuk merealisasikan tujuan yang akan dicapai.

d. Pelaksanaan keputusan.

Fungsi keempat dari kepemimpinan ialah melaksanakan keputusan yang

bijaksana dan tepat. Suatu keputusan yang dianggap paling bijaksana bisa menjadi

beku sama sekali kalau waktu pelaksanaannya salah. Sebaliknya keputusan yang

kadarnya sedang saja bisa menimbulkan hasil yang menguntungkan bila

pelaksanaannya tepat. Sebuah organisasi akan beruntung apabila memiliki

pemimpin yang benar-benar berkemampuan dalam mengambil keputusan yang baik

dan tepat.

e. Pengawasan.

Page 55: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

37

Suatu perintah yang jelas dan terang harus diikuti pengawasan yang

saksama. Jika terjadi kegagalan, pemimpin harus cepat mengadakan perubahan

yang memadai. Sebaliknya jika tujuannya praktis, dan rencananya memang baik.

Tujuan akan dapat mudah tercapai dan keuntungan akan dapat diperoleh.

f. Penganugerahan tanda penghargaan.

Pemimpin yang bijaksana tidak akan menganggap pekerjaannya selesai

sebelum ia mengucapkan terima kasih kepada anggota yang setia membantu

merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. Fungsi dari penerimaan tanda jasa ini

ialah dalam rangka merealisasikan tujuan. Seorang pemimpin mempunyai tanggung

jawab yang besar bagi tercapainya tujuan, karena itu hendaknya diberi tanggung-

jawab yang layak.

3. ....................................................................................................... Prinsip-

prinsip Kepemimpinan

Riberu (1978: 10-12) mengemukakan beberapa prinsip kepemimpinan:

a. Pemimpin yang prinsipial.

Pemimpin yang prinsipial berarti: pemimpin yang selalu berpegang teguh

kepada satu prinsip, satu paham dasar, satu filsafat dasar yang dianutnya. Semua

yang sesuai dengan paham dasar tersebut akan diterimanya, dan menolak yang

bertentang dengan paham dasar tersebut. Jika paham dasar yang dianut pemimpin

merupakan paham yang dapat diterima akal sehat, maka pemimpin yang prinsipial

akan dikagumi anggota yang dipimpinnya dan bangga kepada pemimpinnya.

b. Pemimpin yang fleksibel.

Page 56: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

38

Pemimpin yang fleksibel tahu bahwa ia harus menyesuaikan diri dan

mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan keadaan, iklim, budaya

setempat, dan suasana batin bawahannya. Sebab itu pemimpin yang fleksibel selalu

berusaha mencapai sasaran dan tidak mengabaikan paham-paham dasar, sekaligus

memilih dengan cermat cara-cara yang paling sesuai untuk mencapai sasaran

tersebut dengan sebaik-baiknya.

c. Pemimpin plin-plan.

Pemimpin ini tidak mempunyai pendirian yang diyakini, tidak berpedoman

kepada pola kebijaksanaan yang jelas. Ia laksana bunglon yang cepat berubah dan

berbelok haluan sejauh angin meniupnya. Kepemimpinannya memberi kesan sangat

goyah, baik dalam pendirian maupun dalam langkah-langkah kebijaksanaan

konkret, sering bertindak gegabah, kurang perhitungan dan tidak konsisten.

d. Pemimpin macchiavelis.

Ciri pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang mengejar kuasa,

kedudukan dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Agar kekuasaannya tetap

berdiri tegak ia akan menghalalkan berbagai cara. Siapa saja yang dianggap

menghambat atau membahayakan, akan disingkirkan. Kepemimpinan macchiavelis

bisa sangat lihai dalam mempertahankan kekuasaannya. Akan tetapi wibawanya

tidak tertumpu pada penghargaan dan cinta masyarakat kepadanya, melainkan pada

rasa takut, rasa tertekan, rasa terjepit. Hal ini tidak sesuai dengan martabat manusia.

B. Kepemimpinan Religius

1. Menurut KHK

a. KHK 618

Page 57: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

39

Dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja menegaskan :

Para pemimpin hendaknya melaksanakan kuasa yang diterima dari Allah lewat pelayanan Gereja dalam semangat pengabdian. Maka dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mereka peka terhadap kehendak Allah, memimpin bawahannya sebagai putra-putra Allah, serta mengusahakan ketaatan sukarela mereka dengan menghargai pribadi manusiawi mereka, dengan senang hati mendengarkan mereka serta memajukan peran-serta mereka demi kebaikan tarekat dan Gereja, tetapi dengan tetap memelihara otoritas mereka sendiri untuk memutuskan dan memerintahkan apa saja yang harus dilaksanakan (Kan. 618).

Gereja mengingatkan para pemimpin religius akan tugas dan peranannya

dalam dunia dan dalam Kongregasi sebagai pelayan Gereja yang siap melaksanakan

tugas memimpin seluruh anggota sesuai dengan kehendak Allah. Memimpin sebuah

kongregasi mengandaikan memimpin umat Allah yang memiliki Kristus sebagai

Gembala, Guru, dan Roh yang akan memimpinnya menuju kebenaran. Seorang

pemimpin perlu memiliki sikap dan keterampilan kepemimpinan Kristus dan Roh

Kudus sehingga Kristus sendiri yang memimpin (Darminta, 2005: 11).

Yesus Kristus datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa

demikian hendaknya para pemimpin religius menyerahkan hidup dan karya dalam

penyelenggaraan Ilahi karena kesadaran bahwa tugas yang diemban diterima dari

Allah sendiri sebagai bentuk pelayanan dan pengabdian seutuhnya terhadap Gereja

dan kongregasi demi kemuliaan Allah. Hal ini ditegaskan oleh Sardi (2005: 96)

yang mengatakan bahwa: Kepemimpinan religius yang mengemban kuasa dari

Allah merupakan amanat yang suci dari Allah sehingga semua yang dilakukan

dalam kepemimpinan harus bermuara pada kesucian.

Pengalaman rohani diharapkan membawa setiap orang kepada kesadaran

diri guna menghayati hidup rohani sebagai manusia rohani. Dalam hal ini setiap

orang ditantang untuk mengenal diri secara terus menerus dan melatih diri untuk

Page 58: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

40

hidup menurut rencana dan kehendak Allah (Darminta, 1993: 25). Pemimpin yang

melayani hendaknya memiliki kepekaan untuk melihat dan menemukan kehendak

Tuhan dalam memimpin anggotanya selaku putra-putra Allah. Hal ini hendaknya

menjadi bagian dari hidup pemimpin religius yang senantiasa mengarahkan hidup

dan memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah yang berarti bahwa seorang

pemimpin memiliki kemampuan membaca tanda-tanda zaman dan dapat

mengartikannya dalam terang cahaya Allah (Sardi, 2005: 57).

Pemimpin hendaknya memiliki tekad memuaskan yang dipimpin dan

sungguh-sungguh rindu untuk melayani Tuhan. Dalam pikiran, perkataan dan

perbuatan semua dilakukan seperti untuk Tuhan tanpa mengabaikan kebutuhan

spiritual. Kesuksesan duniawi harus dilengkapi secara rohani. Kekayaan dan

kemakmuran adalah media untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun

yang dilakukan untuk melayani sesamanya dengan mengutamakan hubungan atau

relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dan belajar bertumbuh dalam berbagai

aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Harmonisasi

diri dengan komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama dapat dilakukan melalui

refleksi, doa, dan mendengarkan Firman Tuhan.

b. Kanon dalam KHK 619 menegaskan tugas pelayanan seorang pemimpin religius:

Para pemimpin hendaknya menunaikan tugas mereka dengan tekun dan bersama dengan anggota yang dipercayakan kepada dirinya berusaha membentuk komunitas persaudaraan dalam Kristus, di mana Allah dicari dan dicintai melebihi segala sesuatu. Hendaknya kerap kali memberi santapan rohani kepada para anggota dengan sabda Allah dan mengajak mereka merayakan ibadat suci. Hendaknya memberi teladan dalam membina keutamaan-keutamaan serta dalam menaati peraturan-peraturan dan tradisi tarekatnya sendiri; membantu secara layak dalam hal kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka, memperhatikan dan mengunjungi yang sakit, menegur yang rewel, menghibur yang kecil hati, sabar terhadap semuanya (KHK, no. 619).

Page 59: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

41

Dalam hidup-Nya, Yesus telah memulai membentuk sekelompok murid

menjadi sebuah komunitas kenabian. Para murid diajak untuk hidup bersama secara

komunal dengan membangun sebuah komunitas pewarta Kerajaan Allah, dengan

ikut ambil bagian dalam iman, harapan dan cinta kasih Yesus sendiri (Darminta,

1995: 29).

Di dalam kongregasi religius beberapa orang dipercaya untuk mengemban

tugas dari Allah sebagai pemimpin. Tugas ini hendaknya dilaksanakan dengan

tekun dan sungguh-sungguh dan bersama para anggota membentuk komunitas

persaudaraan di mana Allah dicari dan dicintai. Pemimpin religius adalah tali

pemersatu hidup religius yang diharapkan membangun komunitas beriman yang

berpusat pada Kristus karena Ia adalah jalan kebenaran dan hidup (Sardi, 2005:

102). Komunitas merupakan anugerah Allah yang menghimpun kita menempuh

jalan persaudaraan Injili (Konst. Bag. I. Art. 78-79).

Gereja menganjurkan para pemimpin religius selalu berusaha menjadi figur

dan teladan kepada para anggota dalam menunaikan tugas, membina keutamaan-

keutamaan dan mentaati tradisi kongregasi dan inspirasi sang pendiri. Lewat tutur

kata, cara hidup, sikap dan perbuatan hendaknya menunjukan pelaksanaan

spiritualitas kongregasi sebagai dasar pijak, sehingga para anggota dapat

menjadikannya sebagai pola panut sebagaimana Yesus kepada para murid-Nya.

Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri yang menuntut suatu

transformasi hati dan perubahan karakter; kemudian bergerak ke luar untuk

melayani mereka yang dipimpinnya. Identifikasinya adalah: orientasi

kepemimpinannya adalah melayani kepentingan pengikut dan publik yang

dipimpinnya. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari

Page 60: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

42

kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan

sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam

organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi mempunyai banyak anggota dan

pemimpin yang berkualitas, maka organisasi tersebut akan berkembang dan

menjadi kuat. Memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya.

Wujudnya adalah kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan

dari mereka yang dipimpinnya. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya

dapat dipertanggungjawabkan kepada setiap anggota organisasinya dan publik.

Pemimpin yang melayani berarti pemimpin yang mau mendengar setiap kebutuhan,

impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya, dapat mengendalikan ego dan

kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang

dipimpinnya. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh

pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Sardi (2005: 104-105) menegaskan bahwa pemimpin bagai seorang ayah

atau ibu dalam keluarga yang membantu secara layak dalam hal kebutuhan-

kebutuhan pribadi keluarga mereka, memperhatikan dan mengunjungi yang sakit,

menegur yang rewel, menghibur yang kecil hati, sabar terhadap semuanya. Ia

senantiasa berusaha menyentuh hati dan menyemangati para anggota. Maka seorang

pemimpin hendaknya mencintai seperti Kristus sendiri yang mencintai dengan

lembut dan penuh kasih sayang. Hal ini menjadi pedoman bahwa hidup religius

sangat penting untuk mengejar kesempurnaan injili dalam pengabdian demi

Kerajaan Allah.

2. Menurut Kitab Suci

Page 61: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

43

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi anggota kelompok atau

organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Seorang pemimpin yang baik

diharapkan tahu tujuan yang mau dicapai bersama dan dapat menunjukan jalan

menuju tujuan. mempunyai banyak aspek. Dari perspektif alkitabiah kepemimpinan

dalam komunitas mulai dibicarakan pada zaman Musa yang dianggap sebagai

Pelayan dan Nabi yang kharismatis. Darminta (1993: 15-26) menguraikan

kepemimpinan berdasarkan inspirasi beberapa tokoh Kitab Suci diantaranya:

a. Musa

Musa adalah pemimpin yang membawa keluar bangsa Israel dari

perbudakan Mesir. Ia juga membela orang tertindas, membawa kemerdekaan dan

memberikan hukum Taurat sebagai dasar bagi Israel. Kepemimpinan Musa bersifat

karismatis berasal dari pengenalan dari bangsa yang dipimpin, dan terutama dengan

Allah yang diimani. Hal ini berlandaskan kepribadiannya yang prihatin terhadap

identitas bangsa Israel yang bermartabat dan berhak atas kemerdekaan. Maka Musa

mendasarkan kepemimpinan pada pergaulan, konsultasi dengan Allah dan akhirnya

hidupnya disebut Hamba Allah yang menjalankan banyak hal antara lain:

mengusahakan makanan dan minuman (Kel 16-17), menanggung beban,

ketidakdewasaan, kecemasan dan sunggut-sunggut bangsa (Ul 1: 10.12), selalu

berdoa dan menjadi pengantara Allah dan manusia (Kel 17: 11), menguatkan

bangsa bila mengalami goncangan, menyampaikan kehendak Tuhan, memberi visi

masa depan bangsanya (Kel 19: 3).

b. Daud

Page 62: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

44

Daud merupakan pimpinan pilihan Allah yang masuk dalam penghayatan

berbangsa dengan segala kompleksitas hidup bernegara dengan landasan

kebangsaan tertentu yaitu sebagai umat Allah. Ia masuk dalam resiko kekuasaan

pada mekanisme organisasi bernegara dan bermasyarakat untuk mempertemukan

kuasa serta kepemimpinan dengan pelayanan bagi orang yang dipimpinnya. Dalam

kerapuhannya Daud dapat membawa dan memimpin bangsa Israel sebagai bangsa

yang bermartabat, disegani dengan kemakmuran dan kemajuan. Kebesaran Daud

terletak pada keberanian mengakui dosa dan kesalahan Tuhan dan rakyatnya yang

merendahkan dirinya tidak hanya sebagai raja tetapi juga martabatnnya sebagai

manusia. Daud merupakan gambaran pemimpin yang mau menyesali kesalahan-

kesalahan dalam menggunakan kekuasaan, yang sangat rawan di hati manusia.

c. Ezra-Nehemia

Mereka adalah tokoh pemimpin yang membangun bangsa dari puing-puing

kehancuran yang disebabkan oleh persaingan suku, persaingan berbagai kelompok

atau penguasa yang bersifat pribadi dan sebab utama dari kehancuran ini adalah

kemerosotan moral. Hal ini jelas dalam para nabi yang menyerukan suara Allah

serta suara orang tertindas karena ketidakadilan dan kesewenangan para penguasa.

Para nabi berusaha membela kedaulatan Allah dan kedaulatan orang miskin

agar dapat membangun kembali harga diri bangsa serta menyusun kekuatan moral

agar mendapatkan hidup yang layak. Hal ini juga menjadi tugas kepemimpinan

Ezra dan Nehemia yang mengajak rakyat kembali pada visi dan idealisme yang

diletakkan Musa untuk mulai membangun kesadaran religius baru, bahwa semua

Page 63: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

45

adalah citra Allah yang bermartabat yang sama. Ezra dan Nehemia menjadi tokoh

pemimpin dan pembaharu yang merealisasikan fundamen baru dan berusaha

membebaskan orang dari pandangan statis sehingga setiap generasi mempunyai

panggilan untuk mencari dan menemukan jalan baru untuk hidup baik dalam iman

dan dalam kemanusiaan.

d. Yesus

Yesus senantiasa membiarkan orang yang percaya dan yang mengikut-Nya

mengambil sikap dan menimba inspirasi untuk hidup masing-masing. Yesus tidak

tampil sebagai pemimpin kemasyarakatan atau negara. Yesus menuntut rasa

percaya dari para pengikut-Nya akan diri-Nya dan misi yang diemban-Nya. Walau

demikian Yesus memberi petunjuk, bagaimana menghayati kepemimpinan, ketika

Ia berkata kepada para murid yang berebutan tempat terhormat (Mrk 10: 41-45).

Lebih lanjut Yesus memberikan petunjuk tentang sikap seorang pemimpin dengan

membasuh kaki murid-murid. Yesus berkata:

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Guru dan Tuhanmu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki, sebab aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu perbuat sama seperti yang telah kuperbuat kepadamu; sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya, ataupun utusan dari pada dia yang mengutusnya, jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya” (Yoh 13: 12-27).

Penginjil Lukas merenungkan program kerja Yesus sebagai seorang

pemimpin dengan ungkapan Yesus:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada para tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4: 18-19).

Page 64: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

46

Yesus menunjukkan bahwa apapun kedudukan dan pangkatnya, sudah

sepatutnya seorang mengambil prakarsa dalam pengabdiannya kepada masyarakat.

Keselamatan diperuntukan bagi semua orang demikian halnya pengabdian

diberikan tanpa membeda-bedakan. Pengabdian dan perbuatan kepada orang yang

kecil, lemah merupakan batu ujian kemurnian iman karena Yesus menginginkan

dalam hukumnya bahwa semua orang mendapat perhatian dalam pengabdian kita.

Hal ini telah ditunjukkan Yesus dalam seluruh hidup-Nya untuk mengangkat

martabat manusia itu sendiri menjadi milik-Nya yang berharga (Luk 16: 22).

2. Karakteristik Kepemimpinan Religius

Dalam kepemimpinan pemimpin dituntut memiliki karakteristik tertentu.

Berkaitan dengan karakteristik kepemimpinan religius Darminta (2005: 28-34),

menguraikan beberapa hal penting antara lain:

a. Melindungi karisma pendiri

Pemimpin religius adalah orang yang secara khusus bertanggungjawab

terhadap perkembangan tarekat yang dipimpinnya. Setiap tarekat memiliki

kekhasan termasuk di dalamnya karisma pendiri. Tanggung jawab untuk

mengembangkan tarekat sangat penting. Tetapi perlu diingat bahwa perkembangan

dan perubahan yang selalu dicanangkan dan digalakkan tidak menyimpang dari

inspirasi pendiri. Karena Karisma pendirilah yang menjadi dasar dan semangat awal

terbentuknya suatu tarekat. Karisma pendiri adalah sumbu dan obor yang

diharapkan senantiasa bernyala memberi terang terhadap para pemimpin dan setiap

anggota tarekat. Maka setiap pemimpin religius diharapkan untuk menanamkam

semangat pendiri dalam karya dan diri setiap anggota tarekat. Hal ini menjadi

Page 65: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

47

tantangan terus-menerus bagi seorang pemimpin religius terutama dalam

menerjemahkan dan menyesuaikanya dengan tuntutan zaman dan perkembangan

dunia modern.

b. Memajukan Kesatuan dan Persatuan

Tarekat religius hidup bersama dalam semangat persaudaraan yang

dibangun dalam kesadaran yang tinggi akan nilai pribadi, nilai perbedaan aspirasi

dan gerak-gerak batin yang hidup. Pemimpin hendaknya memperhatikan,

mendorong dan mengarahkan anggota demi membangun komunitas, menjadi daya

kekuatan untuk karya kerasulan yang semakin efektif.

c. Hormat terhadap pribadi

Dalam memimpin, pribadi setiap anggota perlu dihormati karena seorang

pemimpin tarekat bertanggung jawab memajukan kepribadian anggota dan

mendorong terlaksananya ketaatan. Hormat terhadap pribadi anggota harus

dimengerti secara benar dengan pemahaman bahwa hak-hak pribadi adalah suci.

Hormat terhadap pribadi juga berarti mengenal perasaaan, pikiran, menemukan dan

memperkembangkan kualitas positif yang ada pada orang lain.

d. Kasih dan Percaya

Pemimpin hendaknya mengembangkan dan menunjukan kasih Allah,

menaruh minat dan kepercayaan kepada anggota. Bila tidak ada kepercayaan

hubungan akan ditandai dengan ketakutan, ketegangan, saling curiga dan hubungan

ini membekukan relasi pribadi dan daya rasuli. Kepercayaan merupakan batu uji

apakah relasi pribadi antara pemimpin dan anggota sungguh otentik.

e. Menafsirkan tanda-tanda zaman

Page 66: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

48

Dalam kehidupan dunia tidak hanya Roh Kudus yang bekerja. Roh jahat

yang bersumber pada kekuatan destruktif pun bekerja. Tanda-tanda zaman ini

sering membingungkan, bersifat mendua dan tidak jelas. Maka seorang pemimpin

perlu mengembangkan kemampuan pembedaan roh, penegasan rohani dan

mengenal sumber-sumber gerak roh dengan selalu mengarah pada Kristus, dengan

mata Kristus karena ini adalah salah satu ciri tugas pelayanan pemimpin dewasa ini.

f. Menyesuaikan unsur-unsur positif

Tahap berikut setelah penegasan rohani adalah bagaimana seorang

pemimpin menyesuaikan unsur-unsur positif baru. Tanda-tanda zaman juga

mengandung unsur-unsur positif, dan mengandung janji-janji serta undangan Tuhan

untuk hidup secara baru. Dialog, tanggung jawab bersama, subsidiaritas,

komunikasi antar pribadi memberi kesempatan kepada komunitas dan anggota

untuk memperoleh inspirasi serta cara baru dalam menghayati panggilan dan misi.

Pemimpin harus berusaha menerapkan dan mengintegrasikan semuanya dalam

kepemimpinan dan pemerintahannya dengan mempelajari perkembangan ilmu-ilmu

managemen modern, bagaimana membuat perencanaan dan menggunakan sumber

daya manusia secara tepat demi tercapainya misi. Managemen yang terbuka akan

mengurangi kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tersembunyi,

yang tidak disadari namun merugikan efektifitas kesaksian dan kerasulan.

g. Memberi inspirasi

Pemimpin yang berada di tengah-tengah situasi yang ditandai ketakutan,

keraguan dan ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kerapuhan yang sering

membawa sikap pesemis dan frustrasi perlu memberi inspirasi dan daya hidup yang

mengandaikan seorang pemimpin memiliki kepercayaan besar kepada Tuhan dan

Page 67: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

49

komunitas. Hal ini menuntut sikap realistis dan diperlukan kekuatan adikodrati dan

kebesaran jiwa yang berasas pada Tuhan dan penyelenggaraan-Nya dalam

menegaskan nilai demi memperjuangkan nilai yang datang dari Tuhan. Untuk itu

seorang pemimpin harus memiliki iman yang kuat, sehingga dalam kesalahan

apapun ada keyakinan bahwa Allah akan mengubahnya dan mengarahkannya pada

kehendak-Nya. Iman memungkinkan seorang pemimpin menerima anugerah

kebesaran jiwa yang menjadikannya benar-benar siap menerima anggotanya dengan

segala keterbatasan yang biasanya tidak mereka terima. Seorang pemimpin

hendaknya berusaha memiliki intuisi dan keterbukaan kepada roh sehingga dapat

memiliki impian, keberanian, visi luas, realisme, keteguhan dengan terus menerus

berjuang melawan ketakutan, ketidakmenentuan, pandangan picik dan kemapanan.

h. Membaharui diri terus-menerus

Membaharui diri terus-menerus adalah tuntutan dasar menjadi seorang

pemimpin sejati masa kini. Gambaran seorang pemimpin pada masa sekarang ialah

orang yang sadar akan terjadinya perubahan terus-menerus dalam lingkungannya

dan menerima kenyataan.

C. Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM

Menurut Rogier, seorang ahli sejarah menyimpulkan bahwa Mgr. Zwijsen

adalah seorang pria sederhana yang pemikiran-pemikirannya tidak diambil dari

ketinggian awang-awang, melainkan dari perhatiannya yang real terhadap

kehidupan nyata di dunia ini, yang senantiasa dilihat dalam terang keilahian, dan

membicarakannya dengan semangat tiada yang gelap dan tersembunyi di dalamnya.

Lebih lanjut ia mangatakan bahwa Mgr. Zwijsen adalah seorang organisator yang

Page 68: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

50

cakap menghadirkan semangat baru dalam karya kerasulan Gereja sehingga dalam

kepemimpinannya pelayanan cinta yang berbelaskasih kedua kongregasi yang

didirikan berkembang pesat dan menghasilkan restorasi menyeluruh dalam Gereja

dan struktur masyarakat Belanda zaman itu (Lie Petronela, 1997: 9).

Dalam motto Mansuete et Fortiter, terlihat jelas bahwa Mgr. Zwijsen adalah

seorang yang memiliki model kepemimpinan kelembutan dan ketegasan. Semangat

kelembutan dan ketegasan dirangkum dalam Konstitusi Frater CMM tentang

kepemimpinan di tingkat umum, tingkat provinsi dan tingkat komunitas. Struktur

dewan pimpinan yang ada di dalam kongregasi merupakan unsur mutlak dalam

membangun persekutuan (Konst. Bag. I. Art. 425). Segala bentuk pelaksanaan

kekuasaan dalam Kongregasi hendaknya didorong oleh semangat cinta kasih

kristiani. Mereka yang memimpin, mempunyai cukup waktu untuk menjalin

hubungan pribadi yang akrab, dan membaharui hidup. Dari para pemimpin kita

mengharapkan perlindungan martabat pribadi dan perlindungan terhadap semua

orang dan bertindak tegas penuh wibawa tanpa pandang bulu.

1. Kepemimpinan di Tingkat Umum

a. Dewan Pimpinan Umum

Dewan Pimpinan Umum terdiri atas Pemimpin Umum dan tiga atau lebih

anggota Dewan Pemimpin Umum dan jumlahnya ditentukan berdasarkan ketetapan

kapitel umum (Konst. Bag. I. Art. 132-137). Mereka bersama akan bekerja sama,

mengadakan rapat yang diketuai pemimpin umum memperhatikan kepentingan

kongregasi seluruhnya. Dalam hal ini Pemimpin Umum akan meminta nasehat dari

para anggota dewan dan sungguh memperhitungkan pendapat mereka. Dalam hal

Page 69: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

51

sah tidaknya sebuah keputusan yang berkaitan dengan kongregasi, Pemimpin

Umum membutuhkan persetujuan mayoritas dari anggota Dewan Pimpinan Umum.

Selama masa jabatan Dewan Pimpinan Umum, paling sedikit diadakan dua

kali sidang yang diketuai Pemimpin Umum. Pemimpin dan anggota Dewan

Pimpinan berunding bersama dalam keterbukaan dan berusaha mencapai kebulatan

suara dalam proses mengambil keputusan (Konst. Bag. I. Art. 428).

Dalam melaksanakan tugasnya, para anggota Dewan Pimpinan Umum

memperhatikan (Konst. Bag II. Art. 157):

refleksi tentang pelbagai situasi dalam kongregasi, tuntutan-tuntutan Gereja

dan masyarakat terhadap kehidupan dan karya para frater

mempelajari masalah mengenai hidup religius, pembinaan, karya kerasulan

dan perkara-perkara kepemimpinan demi kepentingan kongregasi.

Para anggota Dewan Pimpinan diharapkan setia pada tugas yang

dipercayakan, dan yakin bahwa jabatannya sangat penting demi persatuan

kongregasi (Konst. Bag. II. Art. 164). Tugas Dewan Pimpinan Umum yang paling

penting adalah memberikan dorongan agar para anggota hidup sesuai dengan

Konstitusi dan menciptakan kondisi yang menguntungkan sehingga dalam diri

Pemimpin Umum terungkap secara istimewa bahwa kita merupakan kesatuan yang

dituntun dengan kebijaksanaan dan cinta kasih (Konst. Bag. I. Art. 441.444).

2. Kepemimpinan di Tingkat Provinsi

Dewan Pimpinan Provinsi terdiri dari Pemimpin Provinsi dan dua atau lebih

anggota Dewan Pimpinan Provinsi, yang bertanggung jawab untuk memajukan

kepentingan kongregasi dalam provinsi (Konst. Bag. II. Art. 190). Pemimpin

Page 70: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

52

Provinsi dalam fungsinya memperhatikan kesejahteraan rohani dan jasmani para

frater, karya kerasulan dan pengolahan harta kekayaan provinsi (Konst. Bag. II. Art.

206). Dewan Pimpinan Provinsi bersidang untuk memberikan bimbingan dalam

kehidupan para frater.

Tugas seorang Pemimpin Provinsi sebagaimana diuraikan dalam Konstitusi

Frater CMM (Bag. II. Art. 208) menjelaskan :

a. Menyediakan pembinaan religius, intelektual dan profesional serta

memperhatikan pembinaan lanjut yang baik untuk para frater dalam provinsi.

b. Membuat susunan komunitas yang baik dan membicarakan perpindahan

dengan frater bersangkutan sebelum memindahkan frater ke komunitas lain.

c. Menyiapkan para novis dan yang berprofesi sementara dengan pembinaan dan

bimbingan yang baik.

d. Bekerja sama dengan Pemimpin Komunitas demi terpupuknya hidup

berkomunitas yang baik bagi para frater.

e. Memperhatikan kesejahteraan frater yang berusia lanjut dan sakit.

Konstitusi menggambarkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai

Pemimpin Provinsi para anggota dewan adalah rekan kerja yang berunding bersama

untuk pembagian tugas. Setiap anggota dilimpahi wewenang oleh pemimpin

provinsi untuk menunaikan tugas yang dipercayakan (Konst. Bag. II. Art. 215).

Pimpinan provinsi akan memelihara hubungan dengan semua komunitas dan

memberi kesempatan kepada frater-frater dengannya dan akan mewujudkan

perhatian kepada semua. Dalam kerja sama yang erat dengan para Pemimpin

Komunitas, Pemimpin Provinsi senantiasa mendorong para frater, agar hidup sesuai

dengan cita-cita yang digariskan Konstitusi (Konst. Bag. I. Art. 454-455).

Page 71: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

53

3. Kepemimpinan di Tingkat Komunitas

Konstitusi CMM (Bag. II. Art. 242) mengatakan bahwa sebuah komunitas

dipimpin oleh Pemimpin Komunitas, seorang wakil dan satu atau lebih anggota

dewan yang dipilih. Pemimpin Komunitas bertugas mendorong para frater

menjalankan hidup berkomunitas yang religius sebaik mungkin dan mendukung

para frater dalam usaha itu. Pemimpin Komunitas juga berusaha memberi waktu

untuk semua frater, mendengarkan dan berusaha agar sehati sejiwa membaktikan

diri bagi kepentingan Gereja dan masyarakat (Konst. Bag. II. Art. 251-252).

Pemimpin Komunitas menjadi pemberi semangat dalam komunitas agar semua

frater hidup sesuai Konstitusi.

Dalam kehidupan komunitas sidang komunitas menjadi bagian yang sangat

penting. Sidang komunitas menentukan gaya hidup komunitas, dan semua frater

bertanggung jawab atas hidup komunitas yang religius. Sidang komunitas juga

mengungkapkan usaha bersama setiap frater membangun hidup yang didasari

penghayatan konstitusi, dan menyokong komunitas dalam melaksanakan kegiatan

kerasulan dan membantu komunitas menghayati milik kebersamaan secara tepat

(Konst. Bag. II. Art. 262-263).

D. Situasi dan tantangan kepemimpinan religius

1. Tantangan modernisasi dan teknologi

Perkembangan modernisasi dan teknologi yang sangat pesat menguatkan

otonomi manusia dan kekuatan manusia untuk menguasai hidup dan alam. Manusia

cenderung terbuka menerima hal baru dan lebih mengandalkan akal budinya untuk

menyelesaikan masalah hidup. Allah tidak diterima secara logis maupun iman

Page 72: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

54

karena dengan kemampuan dan kemandirian semua dapat dicapainya. Kemajuan

teknologi dan media komunikasi membawa dampak positif tetapi di lain pihak

membawa dampak negatif; di antaranya komunikasi menjadi kurang mendalam dan

melahirkan mentalitas konsumtif. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani,

karena harga diri seseorang tidak diukur dengan uang atau milik. Kesederhanaan

lebih diutamakan dari pada hidup berlebihan dan konsumtif (Darminta, 1998: 29).

Sarana komunikasi yang canggih, menawarkan kenikmatan dan keindahan

yang menjanjikan. Hal ini mempengaruhi dan menodai keutuhan martabat pribadi

manusia sebagai citra Allah. Manusia cenderung mencari hal-hal instant dan

menghindari tantangan hidup. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa

tantangan di zaman ini adalah gaya hidup materialisme yang haus akan harta milik,

tanpa mengindahkan penderitaan rakyat kecil, dan tanpa kepedulian terhadap

keseimbangan sumber-sumber daya alam (VC, art. 89).

Darminta (1997: 17-18) menguraikan bahwa tantangan bagi kehidupan di

zaman sekarang adalah adanya gerakkan kehidupan yang menuntut perubahan di

segala bidang kehidupan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang

semakin intensif membuat manusia tidak peduli pada kualitas hidup yang harus

diperjuangkan, memperjual-belikan kebenaran demi kekuasaan dan harga diri. Oleh

karena itu nilai-nilai Kerajaan Allah perlu digali kembali agar dapat hidup dan

dijiwai oleh kebenaran, kedamaian, keadilan dan saling mengabdi satu sama lain.

2. Tantangan berkaitan dengan Pemimpin Religius Masa kini

Dalam Instruksi Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup

Apostolik tentang Keberanian Menghadapi Tantangan dikemukakan kesulitan-

kesulitan yang dijumpai dalam menghayati hidup bakti :

Page 73: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

55

“Kesulitan-kesulitan yang dihadapi kaum hidup bakti masa kini mengambil banyak wajah .... Berkurangnya jumlah pada banyak terekat ....Ada waktu di mana tiada kepercayaan sama sekali. Mengingat krisis religius yang berkepanjangan yang dengan keras menyerang bagian-bagian dari masyarakat kita, kalangan hidup bakti, terutama masa kini ... karena dituntut oleh permintaan sosial baru dan tuntutan pemerintah, sekaligus godaan yang ditawarkan dengan efisiensi dan aktivisme, ada resiko menggelapkan aslinya Injil dan melemahkan motivasi spiritual. Mendahulukan proyek pribadi melebihi usaha komunitas dapat menggerogoti kasih persaudaraan” (Bag. II. Art. 11.12)

Dewasa ini banyak kaum muda menjadi calon anggota tarekat religius

tergolong sebagai generasi instan. Menurut Darminta (2003: 237) hal ini nampak

dalam sikap, perilaku dan gaya hidup yang tidak sabar, tidak memiliki daya tahan

yang kuat untuk merangkak dari bawah, dan menginginkan yang nikmat tanpa

bekerja keras, mengalami sakit dan pengorbanan. Orang muda memiliki banyak

keinginan dan harapan tetapi motivasi mewujudkannya sangat sedikit, cepat

menyerah dan putus asa ketika mengalami kesulitan dalam perjalanan hidup.

Menurut Darminta (2003: 238), dalam hidup membiara dewasa ini banyak

anggota religius tergolong dalam generasi penikmat. Mereka menggunakan banyak

waktu untuk menonton acara hiburan misalnya sinetron, film, dan acara hiburan

lainnya. Banyak waktu juga digunakan untuk bercanda, rekreasi, tidur.

Kecenderungan ini dapat membawa keceriaan, optimisme dan hidup yang penuh

gairah tetapi di lain pihak dapat menimbulkan ketidakcocokan terhadap hal-hal

yang menuntut kedisiplinan, keseriusan dan penyangkalan diri.

Pada zaman ini orang sering merasa tidak enak dengan istilah pemimpin.

Istilah ini mengingatkan orang akan pada gaya kepemimpinan yang menekankan

pemerintahan bahkan sangat bersifat “ otoriter “ bagi jiwa dan mentalitas orang

zaman sekarang. Selalu ada aksi-interaksi antara pribadi pemimpin, kepemimpinan

Page 74: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

56

dan pemerintahan. Seorang pemimpin yang berlandaskan iman dan kerohanian

Gereja diharapkan setia kepada tugas pokok dan tak berubah, yaitu pembawa

otoritas Kristus (1Tim 3: 13; Kol 3: 17). Dia dituntut mampu menyesuaikan pola

serta gaya kepemimpinan dengan sistem nilai yang berlaku pada zaman sekarang

(Darminta 2005: 19-20).

Lukisan kenyataan di atas menjadi gambaran tantangan yang harus dihadapi

dan ditanggapi pemimpin religius masa kini dalam kehidupan membiara. Samosir

(2004: 14) menegaskan bahwa orang yang dipilih sebagai pemimpin adalah

pembawa otoritas Kristus yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat

20: 28), karena Aku berada di antara kamu sebagai pelayan (Luk 22: 27). Otoritas

sebagai pelayan tidak hanya mewujudkan suatu relasi vertikal tetapi juga horisontal

yang memberi tempat pada nilai kesetaraan, partisipasi, demokrasi dan berbagi

tanggung jawab. Otoritas kepemimpinan bukan untuk menguasai orang lain tetapi

sebagai kekuatan bersama mengintegrasikan otoritas jabatannya dengan otoritas

setiap pribadi yang dipimpin. Untuk mencapai otoritas itu baik pemimpin maupun

anggota harus menghayati semangat kepemimpinan dalam Kristus yaitu

“pengosongan diri” dalam wujud pelayanan satu sama lain, sebagaimana ditulis St.

Paulus dalam surat kepada jemaat di Filipi 2: 4-8 sebagai berikut:

. . . dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Pemimpin zaman sekarang digambarkan sebagai pribadi yang memiliki

kemampuan untuk mengadakan penegasan, mampu menilai tanda-tanda zaman, dan

Page 75: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

57

menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya. Seorang pemimpin haruslah bagai

seorang guru yang membawa nilai-nilai dan menjadi pemrakarsa perubahan masa

depan Gereja, dan hidup religius (Darminta, 2005: 19).

Tantangan kepemimpinan juga menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan

yang melanggar nilai-nilai injili dan karisma kongregasi dapat menjadi kesulitan

tersendiri bagi seorang pemimpin. Kekuasaan sering menyebabkan seorang

pemimpin bertindak sewenang-wenang sesuai keinginan hatinya tanpa

mempertimbangkan nilai dan maknanya dalam kehidupan bersama. Darminta

(1993: 32-33) menguraikan beberapa akibat negatif kekuasaan antara lain: 1)

konsentrasi kekuasaan hanya pada diri sendiri sehingga tidak menghargai

wewenang pada orang lain, 2) merasa memiliki hak istimewa untuk dihormati,

selalu benar, merasa tahu segalanya, 3) memiliki kekuatan untuk mempertahankan

dan mengabsahkan perbuatan apa saja demi wibawa, 4) semakin lama berkuasa

akan menjadi egoistik, lupa akan misi yang diterima dari lembaga, 5) kekuasaan

akan menjadi sasaran menumpuk kekayaan. Pada dasarnya kekuasaan dapat

menimbulkan kecendrungan memperjuangkan kepentingan diri dan melalaikan

pengabdian kepada sesama.

3. Tantangan bagi Kongregasi

Dalam kata sambutan membuka pertemuan pemimpin komunitas tanggal 7

Juli 2003, Provinsial Frater CMM mengutip bagian Konstitusi tentang Gereja dan

Dunia yang menegaskan:

Apabila manusia meneliti hatinya, maka ia melihat bahwa ia cenderung kepada yang jahat dan berkelimangan dalam berbagai kejahatan, yang tidak mungkin berasal dari Penciptanya yang baik. Sering manusia menolak untuk

Page 76: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

58

mengakui Allah sebagai asal mulanya, maka ia juga merusak keterarahan yang wajar kepada tujuan akhir dan serentak merusak seluruh hubungan baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain maupun dengan semua makhluk (Konst. Ttg Gereja dan Dunia. Art. 13).

Hal ini menegaskan bahwa seorang pemimpin pun memiliki kecenderungan

pada dosa, lemah dan tidak berdaya. Ada sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

religiusitas yang dapat menyusahkan dan menimbulkan ketidakadilan bagi diri

sendiri dan orang lain. Karena itu, pelaksanaan fungsi kepemimpinan tidaklah

dengan sendirinya merupakan bentuk konkret dalam karya belaskasih Yesus Kristus

dalam menyelamatkan semua orang. Santo Paulus mengatakan:

“Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita-oleh kasih karunia kamu diselamatkan dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus” (Ef 2: 3-7).

Jadi pelaksanaan fungsi kepemimpinan dalam komunitas merupakan

partisipasi dalam karya belaskasih Allah dalam Kristus untuk menyelamatkan

semua orang sejauh karya belaskasih itu memancar dan menjiwai keseluruhan

fungsi kepemimpinan. Dengan kata lain seorang pemimpin komunitas hendaknya

memperjuangkan dan memiliki kualitas rohani yang baik karena dengan seorang

pemimpin dapat menjalankan tugas dan fungsi kepemimpinannya secara baik.

Konstitusi Frater CMM menegaskan bahwa tugas seorang pemimpin

komunitas adalah mendorong para frater untuk menjalankan hidup berkomunitas

yang religius sebaik mungkin, mendukung usaha dan senantiasa bersedia memberi

waktu untuk mendengarkan semua frater, agar sehati sejiwa membaktikan diri demi

Page 77: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

59

kepentingan gereja dan masyarakat (Konst. Bag. II. Art. 251-252). Dalam rumusan

ini dapat dilihat bahwa tujuan pelaksanaan fungsi kepemimpinan adalah

menjalankan hidup berkomunitas yang religius sebaik mungkin, sehati-sejiwa, dan

membaktikan diri bagi kepentingan gereja dan masyarakat. Tentang tata cara

pelaksanaan dikatakan: mendorong, mendukung, bersedia memberi waktu dan

mendengarkan. Dengan kata lain, tujuan maupun cara pelaksanaan fungsi

kepemimpinan berhubungan dengan karya belaskasih Yesus Kristus untuk

menyelamatkan semua orang. Hal ini ditegaskan pendiri frater CMM: Ia mengutus

kita untuk melaksanakan apa yang telah dilakukan Yesus, yaitu membawa terang,

mengucapkan kata yang menyelamatkan, dan mengulurkan tangan yang menolong

(Bag. I. Art. 10)

Hal-hal inilah yang menjadi tantangan bagi Kongregasi Frater CMM dalam

situasi zaman yang cenderung mengarahkan manusia menyeleweng dari fungsi dan

tugas yang sebenarnya. Di dalam tantangan tersirat sebuah sapaan bagi para

pemimpin untuk menemukan jalan yang tepat sehingga nilai-nilai kristiani,

semangat dan kharisma kongregasi dari Mgr. Zwijsen semakin lama semakin

terwujud dalam kehidupan kongregasi. Dengan demikian karya belaskasih yang

dirintis Yesus dan diwarisi Mgr. Zwijsen semakin dirasakan dan dialami oleh

sesama yang membutuhkan. Mgr. Zwijsen menegaskan:

Dengan demikian, kita dapat berkeyakinan, pada hari yang baik maupun malang, bahwa Allah tetap setia kepada kita; kita berani memulai lagi satu dengan yang lain; kita dapat ikut membangun suatu dunia yang terarah kepada Allah; dan dengan segenap hati kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Dengan demikian, kita mengalami bahwa kita dalam tangan Allah, yang mencintai dan setia (Konst. Bag. I. Art. 315-316)

Page 78: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

BAB IV

PENDALAMAN DAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

PERSAUDARAAN BERBELASKASIH YANG DIHARAPKAN DALAM

KONGREGASI FRATER CMM MELALUI KATEKESE

Setelah penulis mengemukakan tentang kepemimpinan dalam pandangan

kristiani, kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM, dan tantangan dalam

kepemimpinan religius pada bab III. Pada bab ini penulis akan menyampaikan

pendalaman kepemimpinan dan pengembangannya sehingga dapat mencapai

kepemimpinan yang diharapkan dalam Kongregasi Frater CMM sesuai dengan

Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih.

Bab ini memaparkan tiga pokok. Pokok pertama menguraikan kepemimpinan

dan sikap yang menggarisbawahi beberapa hal yang kiranya relevan dimiliki para

Pemimpin Kongregasi. Pokok kedua menguraikan inti Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih berdasarkan teladan Yesus, menginspirasi keutamaan St. Vinsensius

dan Mgr. Zwijsen. Penulis menilai pokok ini penting didalami demi pengembangan

penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam perutusan para

pemimpin. Pokok ketiga adalah usulan katekese sebagai usaha yang dapat

dilakukan untuk memperdalam penghayatan Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih sebagai landasan kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM.

Secara konkret, usaha kegiatan pendalaman Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih bagi para Pemimpin Kongregasi Frater CMM dilaksanakan dalam

bentuk rekoleksi dengan model praksis atau yang lebih dikenal dengan nama SCP

(Shared Christian Praxis).

Page 79: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

61

A. Kepemimpinan dan Sikap

Setiap manusia yang memiliki jabatan atau pekerjaan mempunyai kesukaran

atau kesulitan tertentu. Seorang pemimpin dalam jabatannya pun tidak dapat

melepaskan diri dari kesulitan dalam profesinya. Maka seorang pemimpin harus

siap untuk mengalami kekecewaan, kegagalan karena hal ini tidak bisa dihindari.

Agar dapat menghadapi kesulitan ini dengan bijak seorang pemimpin perlu

memiliki sikap dasar, mental dan sikap batin yang baik. Menurut Mangunhardjana

(1976: 51-54) sikap dasar dalam kepemimpinan itu meliputi :

1. Cinta Kepada Sesama

Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki cinta. Orang yang

memiliki cinta akan berusaha dengan gagasan, perkataan, dan perbuatan yang

dimiliki menjamin kesejahteraan bersama. Cinta kepada sesama merupakan dasar

dan wadah yang kuat untuk menerima tanggung jawab dalam diri seorang

pemimpin demi kebaikan sesama. Cinta seorang pemimpin akan mendorong dan

memberinya semangat untuk melakukan hal yang nyata bagi sesama. Lewat hal

inilah akan mengalir perhatian, rasa simpati, kesediaan bekerja dan berjuang bagi

orang lain tanpa kenal lelah. Karena cinta seorang pemimpin akan merasa

terpanggil untuk menyelesaikan sesuatu yang nyata dalam hidup dan meninggalkan

tonggak-tonggak jasa dalam langkahnya. Maka sangatlah penting bahwa cinta

kepada sesama menjadi sikap dasar yang selalu menjiwai dan mewarnai seluruh

hidup seorang pemimpin. Menurut Darminta (1997: 25) kekuatan belaskasih atau

cinta memberikan daya keberanian untuk menjadi saksi kebenaran, apapun

resikonya, dengan mengenakan belaskasih.

Page 80: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

62

2. Memiliki cita-cita

Cita-cita yang tinggi harus menjadi bagian dalam hidup seorang pemimpin,

karena hal ini dapat menjadi semangat awal untuk mengobarkan semangat orang

yang dipimpinnya melakukan hal-hal yang nyata dalam kebersamaan. Pemimpin

yang besar adalah pemimpin yang bercita-cita dan berani berkorban demi orang

yang dipimpinnya. Cita-cita ini perlu dijaga kemurniannya karena banyak tantangan

yang dapat mengaburkan dan melunturkannya. Di antaranya silau akan kesuksesan,

mengejar harta kekayaan, gila kekuasaan yang melekat pada jabatannya, cita-cita

yang tinggi perlu dijaga agar tetap terarah untuk mencapai tujuan dan cita-cita

bersama demi kepentingan banyak orang.

3. Rendah Hati

Orang yang rendah hati adalah orang yang tampil apa adanya, bersikap

wajar, tidak sombong, tidak bersikap super, tidak minder, tidak ragu dan tidak

merasa kalah dengan orang lain. Sikap rendah hati lahir dari usaha mengenal dan

menerima diri apa adanya baik yang positif maupun yang negatif, kelebihan

maupun kekurangannya, keistimewaan dan cacatnya. Orang yang mengenal diri

tahu dengan baik betapa berharga diri dan sesamanya sehingga selalu merasa yakin

bahwa dirinya dapat menyumbangkan sesuatu kepada sesama dengan apa yang

dimiliki. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sikap rendah hati

karena dengan sikap ini ia dapat memimpin dengan tenang, dengan perhitungan

yang matang dan tidak takut akan mengecewakan orang lain. Hein dan Jos (1998:

25) menegaskan hal ini dengan mengutip kalimat Ken Blanchard dan Norman

Vincent Peale: “orang yang rendah hati bukanlah merasa dirinya rendah, melainkan

tidak terlalu memikirkan dirinya saja.”

Page 81: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

63

4. Setia pada kebenaran

Setia pada kebenaran menandakan bahwa seseorang mencintai kebenaran

itu. Hal ini akan menggerakkannya untuk secara detail mencari fakta yang

sebenarnya dan tidak mudah tertipu. Ia akan berusaha semampunya untuk setia

kepada kebenaran, melakukan berdasarkan yang nyata, mengambil keputusan

berdasarkan fakta nyata; bukan berdasarkan bayangan atau khayalan, akan bertahan

pada fakta yang ada dan membuat konsekwensi berdasarkan fakta. Hal ini

dimaksudkan untuk menghasilkan keputusan yang jujur dalam perbuatan yang

lurus. Kesetiaan seorang pemimpin pada kebenaran akan menghindarkannya dari

perbuatan berdasarkan emosi, pendapat pribadi dan isue sehingga ia tidak akan ragu

bergerak maju walau banyak tantangan dan kesukaran yang harus dihadapi.

B. Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai dasar kepemimpinan

Pengalaman beberapa frater dan suster memungkinkan untuk melihat aspek-

aspek penting dalam pengalaman belaskasih masa kini. Yang mencolok ialah rasa

iba yang kuat, kesederhanaan yang meyakinkan, keterarahan pada teladan Yesus

Kristus yang Berbelaskasih serta Maria Bunda yang Berbelaskasih dan akhirnya

kecekatan untuk memberi wujud kepada gerakan belaskasih dalam aneka

kebudayaan dan dalam segala situasi yang berbeda.

1. Tergerak untuk Berbelaskasih

Dalam zamannya Mgr. Zwijsen berpikir dan secepatnya mengambil langkah

pelayanan konkret membantu mengatasi krisis hidup dan menolong penduduk yang

berada dalam situasi krisis baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan maupun

agama. Mgr Zwijsen berpikir lebih keras dan menemukan solusi yang tepat agar

Page 82: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

64

penduduk Tilburg mendapat penghidupan yang layak. Semua ini dilakukan Mgr.

Zwijsen karena rasa yang ada di dalam hatinya menolong orang yang membutuhkan

pertolongan. Untuk mewujudkan hal ini Mgr Zwijsen memerlukan tenaga-tenaga

pelaksana dan caranya untuk memperoleh tenaga-tenaga itu (Leirop, 1995: 18).

Mgr. Zwijsen segera mengumpulkan beberapa wanita sebagai pembantunya

dan membangun bagi mereka sebuah rumah, memberikan pelajaran agama dan

latihan ketrampilan kepada mereka dengan harapan para wanita ini dapat

memberikannya juga kepada anak-anak buruh yang tidak mendapatkan pelajaran

agama Katolik. Mgr. Zwijsen mendirikan sekolah untuk anak-anak putri yang

hanya menerima pelajaran agama, pelajaran menjahit, pelajaran membaca, menulis

dan berhitung setelah mendapat izin pemerintah.

Mgr. Zwijsen melihat, tergerak dan membantu secara konkret masyarakat

yang hidup menderita karena situasi ekonomi, pendidikan dan agama yang amat

kurang. Dasar dari tindakan ini sebenarnya atas dasar belaskasih yang sudah lama

bergelora dalam hatinya. Panggilan belaskasih seperti yang dimaksudkan Joannes

Zwijsen, selalu dialami sebagai sesuatu yang baru. Dalam perhatian terhadap orang

miskin dan pertolongan konkret yang diberikan selalu membentuk kembali

panggilan belaskasih. Pengalaman keterbukaan dan keterkaitan merupakan inti

kehidupan belaskasih. Kehidupan religius pada intinya adalah menjadi manusia:

mengenali Allah di dalam manusia terutama yang miskin (Hein & Jos, 1998: 97).

Seorang pemimpin yang dipanggil mengikuti Yesus berdiri dengan

belaskasih di tengah kehidupan agar dengan demikian Kerajaan Allah dapat

bertumbuh. Mgr. Zwijsen mengatakan bahwa: Belaskasih berarti memperhatikan

Page 83: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

65

manusia dengan kepekaan halus terhadap yang disingkirkan. Hal ini berarti sangat

mengasihi sesama, memahami seruan ‘tolonglah saya’ sebagai panggilan pribadi,

dan hidup dalam perhatian terhadap belaskasih. Bagi Mgr. Zwijsen belaskasih

merupakan kata tentang hati manusia yang mengarahkan hatinya terhadap orang

muda dan memberikan pertolongan belaskasih terhadap mereka sehingga belaskasih

merupakan gaya dari lapisan hidup yang lebih dalam (Hein & Jos, 1998: 98).

Model kepemimpinan berbelaskasih seperti inilah yang diharapkan dalam

Kongregasi Frater CMM seperti yang telah dirintis oleh pendiri Mgr. Zwijsen.

Seorang pemimpin yang mempunyai kasih selalu tergerak untuk melihat kenyataan

yang sedang terjadi, tergerak untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat

dilakukan dan kemudian mewujudkan semua itu dalam suatu tindakan belaskasih

terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

2. Yesus Sebagai Teladan Belaskasih

Sumber belaskasih adalah Allah sendiri yang menjelma dalam diri Yesus

Kristus yang melaksanakan karya karitatif-Nya demi keselamatan manusia.

Sebagaimana Yesus menjalin relasi intim dengan Bapa-Nya demikian manusia yang

mau berbelaskasih harus menimba kekuatan dan menjalin relasi intim dengan

Yesus. Tanpa relasi intim dengan-Nya pelayanan tidak mendapatkan landasan yang

kuat. Pelayanan belaskasih akan bermakna bila terjalin relasi yang baik dengan-

Nya. Manusia menggali belaskasih Yesus dan mengejawantahkannya dalam

tindakan karitatif di dunia ini (Hein & Jos, 1998: 103).

Mgr. Zwijsen sangat terinspirasi oleh Yesus yang berbelaskasih. Belaskasih

Yesus sungguh konkret untuk orang-orang yang kecil, miskin dan tertindas. Dalam

Page 84: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

66

motto tahbisannya, Mansuete et fortiter, kelembutan dan ketegasan, demikianlah

belaskasih menjadi nyata dalam kelembutan dan ketegasan dalam menolong orang

lain. Mgr. Zwijzen menjadikan Yesus adalah teladan dan menimba dari sumber

hidup yang kemudian mengalir dalam seluruh hidupnya dan menunjukkan sikap

belaskasih konkret bagi orang pada zamannya dengan memperhatikan orang muda

yang miskin, tertindas dan tidak diperhatikan. Dia melihat kebutuhan akan iman

pada zamannya, maka pendidikan agama menjadi fokus perhatian yang besar (Hein

& Jos, 1998: 104-105).

Pelayanan konkret Yesus menjadi dasar bagi Zwijsen dalam meletakkan

pelayanannya yang aktual untuk orang pada zamannya. Pendiri mempunyai maksud

untuk mengentaskan situasi yang terjadi pada zamannya sesuai visi dan tujuan yang

akan dicapai (Darminta, 2003: 57). Yesus menjadi seorang inspirator utama dalam

semua pelayanan Mgr Zwijsen semasa hidupnya demi mengangkat nilai-nilai

kemanusiaan yang direndahkan karena struktur tertentu. Yesus menunjukkan bahwa

kebenaran yang diwartakan-Nya bukan sesuatu yang abstrak. Kebenaran itu nyata

dalam tindakan dan belaskasih terhadap keprihatinan orang-orang yang dijumpai.

Yesus menumbuhkan keyakinan bahwa pertolongan yang diberikan-Nya

merupakan tanda pembaruan hidup (Nouwen: 2007: 15) Mgr. Zwijsen melihat

kemiskinan untuk bertindak secara konkret dalam membaharui kehidupan menjadi

semakin baik.

Mgr. Zwijsen memberi kedudukan sentral kepada belaskasih. Mgr Zwijsen

menekankan hal tersebut agar pelayanan yang diberikan kepada orang miskin bukan

merupakan kesempatan untuk mencari kehormatan, keuntungan atau kepuasan diri.

Page 85: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

67

Karya-karya belaskasih tidak merupakan luapan bentuk kehidupan religius,

melainkan inti hidup religius. Mgr Zwijsen memahami belaskasih sebagai inti

hidup dari seorang religius yang mau melayani dengan total (Hein & Jos, 1998: 18).

Bagi Mgr. Zwijsen, karya belaskasih bukan tanpa arti. Pelayanan yang diberikan

kepada orang yang membutuhkan mempunyai suatu motivasi yakni demi Allah,

artinya demi melaksanakan kehendak Allah. Karya-karya yang dikerjakan

menghantar orang pada pengenalan akan Allah sebagaimana dilakukan oleh Yesus

(Pembicaraan Akrab, 1864: 73-75). Jadi pelayanan yang didasarkan pada semangat

belaskasih mengambil bagian dalam pelayanan Yesus agar semua orang dilayani

dapat dihantar dan mengenal Allah.

3. Membangun Kerajaan Allah

Kehadiran Yesus dan seluruh karya-Nya merupakan tanda kehadiran

Kerajaan Allah. Yesus tidak pernah memberikan definisi yang jelas mengenai

Kerajaan Allah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah berarti Allah

menyatakan diri sepenuhnya sebagai raja. Dengan demikian yang paling pokok

adalah dinamika tindakan Allah: Allah bertindak sebagai raja yang ideal. Allah

campur tangan dalam sejarah umat manusia (Suharyo, 1987: 80-81).

Kerajaan Allah hadir di dunia untuk menghantar manusia pada

keselamatan dan pembebasan. Allah bukan lagi Allah yang jauh, namun Allah yang

sangat dekat dengan kehidupan manusia. Hidup, karya dan pribadi Yesus adalah

tanda Kerajaan Allah itu telah nampak di dunia. Yesus menampakkan Kerajaan

Allah sebagai sebuah Kerajaan di mana cintakasih yang universal meraja, Allah

menjadi Bapa semua dan masing-masing orang. Untuk cita-cita itulah Allah

memberikan hidup-Nya. Kerajaan Allah anugerah rahmat dari Allah dengan penuh

Page 86: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

68

kasih yang tidak terbatas untuk mencari manusia dan menawarkan keselamatan

akhir kepada manusia. Kerajaan Allah adalah anugerah yang datang dari Allah

dan orang hanya bisa terima dengan rasa kagum dan syukur. Allah datang kepada

manusia dengan kasih yang tak terbatas (Fuellenbach, 2000: 160).

4. Menginspirasikan Lima Keutamaan St. Vinsensius a Paul

Santo Vinsensius a Paul mencurahkan seluruh hidupnya untuk melayani

orang miskin, tertindas dan terlantar. Untuk maksud tersebut dia mendirikan dua

tarekat belaskasih, yakni: Kongregasi Misi (Lazaris) dan Kongregasi Putri Kasih.

Santo Vinsensius adalah seorang pribadi yang konsisten dan tegas. Dia sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai pribadi terutama orang-orang yang miskin.

Dalam hidupnya, Santo Vinsensius mencari bentuk, cara hidup dan struktur

persekutuan yang memberi ruang dan kesempatan kepada orang untuk mengalami

belaskasih Allah. Kepekaan Vinsensius terhadap orang yang miskin dan menderita

sedemikian rupa ditopang oleh sebuah Kristologi yang kuat (Hein & Jos, 1998: 29).

Rm. Paulus Suparmono, CM dalam Lokakarya Bina diri menjadi Formator

Vinsensian dalam Milenium III menguraikan bahwa St. Vinsensius dalam

menjalankan karya belaskasih memandang perlunya memperhatikan lima

keutamaan khas sebagai seorang misionaris antara lain: simplisitas (kepolosan hati),

rendah hati, kelembutan hati, mati raga dan semangat menyelamatkan jiwa-jiwa.

a. Kepolosan hati

Bagi St. Vinsensius kepolosan hati pertama-tama berbicara tentang

kebenaran; mengatakan apa adanya, tanpa menutupi atau menyembunyikan sesuatu.

Hal ini terungkap dalam sepucuk suratnya kepada Francois du Caoudray:

Page 87: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

69

Aku tahu bahwa berkat kemurahan hati Anda, syukur kepada Allah, Anda memberi saya kebebasan penuh untuk berbicara kepada Anda dengan penuh kepercayaan tanpa sembunyi-sembunyi atau pura-pura; dan bagi saya rupanya sampai sekarang Anda telah mengetahui fakta itu dalam semua urusan saya dengan Anda. Oh Tuhan! Apakah saya celaka karena terpaksa melakukan atau mengatakan sesuatu dalam urusan saya dengan Anda yang bertentangan dengan simplisitas yang suci itu? Oh! Tuhan! Semoga Tuhan menjaga saya untuk melakukan hal demikian dalam hubungan dengan segala sesuatu! Keutamaan inilah yang paling saya cintai, karena saya sangat memperhatikan agar tindakan saya bertumpu pada keutamaan ini; dan jika saya berhak mengatakan demikian, maka boleh saya katakan bahwa berkat belaskasih Allah saya menjadi berkembang dalam keutamaan ini (SV. I. 284).

Dalam dunia zaman ini St. Vinsensius menginspirasikan bahwa kebenaran

merupakan dasar kepercayaan, dan dasar semua relasi manusia. Berbicara dan

memberikan kesaksian adalah nilai utama kristiani. Yesus adalah kebenaran (Yoh 4:

6). Orang yang bertindak dalam kebenaran datang ke dalam terang (Yoh 3: 21).

Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Nya (Yoh 18: 37).

Simplisitas dari sudut pandang ini berarti bila mewartakan kebenaran dan keadilan

maka harus juga hidup berdasarkan penghayatan akan kebenaran dan keadilan

(Ponticelli, 1996: 20).

Kepolosan hati juga berarti mengarahkan segala sesuatu hanya karena cinta

kepada Allah dengan konsekwensinya menghindari penghargaan orang lain. Hal ini

juga berarti gaya hidup tanpa hiasan, hidup dengan peralatan yang sederhana, tidak

berlebihan dan menggunakan barang dengan kepolosan hati yang besar. St.

Vinsensius mewajibkan orang harus mempraktekan kepolosan hati dalam hidup

karena: Tuhan senang berkomunikasi dengan orang yang sederhana, dunia

mencintai orang yang sederhana, kepolosan hati membantu orang berhubungan

dengan orang yang sederhana, kepolosan hati menjadi Roh Kristus, orang yang

polos menjamin suatu agama sejati. Menurut St. Vinsensius cara-cara yang dapat

Page 88: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

70

digunakan untuk mengembangkan kepolosan hati antara lain: berbicara secara

terbuka dengan siapa saja tanpa menyembunyikan sesuatu, mentaati peraturan

untuk menyenangkan Tuhan dan melaksanakan perintah tanpa harus bertanya

mengapa.

b. Kerendahan hati

St. Vinsensius mengartikan rendah hati sebagai mengakui bahwa semua hal

baik itu berasal dari Allah. Ia pernah menulis sebuah surat kepada Firmin yang

berbunyi: “Marilah kita tidak lagi berkata: Sayalah yang telah mengerjakan

kebaikan ini; karena semua hal yang baik harus dilakukan dalam nama Tuhan

Yesus Kristus (SV. VII. 98-99). Allah mencurahkan anugerah-Nya yang berlimpah

kepada orang yang rendah hati yang mengakui bahwa semua kebaikan yang

dilakukan oleh mereka berasal dari Allah” (SV. I. 182). Kita sepenuhnya tergantung

pada Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam Kisah Para Rasul (17: 28): “Di dalam Dia

kita hidup dan bergerak serta memperoleh keberadaan kita.”

Maka patutlah dalam kerendahan hati kita juga berterima kasih kepada Allah

karena begitu banyak anugerah dari Allah. Dengan menyadari bahwa segala sesuatu

adalah pemberian maka orang yang rendah hati akan menerima hidup dengan penuh

terima kasih, menyerahkan keputusan kepada Tuhan dan memusatkan perhatian

pada apa saja yang baik dalam diri orang lain dan selalu bersyukur pada Tuhan.

Maria mengungkapkan hal ini dalam injil Lukas (1: 46-50):

“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.”

Page 89: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

71

Rendah hati adalah mengakui kerendahan diri dan kesalahan seiring dengan

sebuah keyakinan yang besar kepada Allah sehingga mampu menerima rahmat-Nya

setiap saat. Kerendahan hati merupakan sikap bebas yang sempurna sehingga selalu

ada dalam keyakinan terhadap pencipta tertinggi yang harus diikuti (SV. III. 279).

“Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh

kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus

Yesus” (Rom 3: 23-24). Rendah hati juga menyangkut pengosongan diri dengan

rela sebagai hamba yang berarti menghindari pujian dunia dan menghargai orang

lain lebih dari diri sendiri karena kerendahan hati adalah sebuah keutamaan

komunal.

St. Vinsensius mengemukakan sejumlah alasan untuk mempraktekkan

kerendahan hati antara lain: kerendahan hati adalah keutamaan khas Yesus, bunda

Maria dan para kudus: “Keutamaan ini adalah keutamaan Yesus Kristus, keutamaan

Bunda Kudus-Nya, keutamaan para kudus yang paling besar (SV. XI. 56-57),

rendah hati adalah asal semua kebaikan dan senjata mengalahkan kejahatan. Untuk

dapat bertekun diperlukan kerendahan hati karena dapat memancing datangnya

keutamaan-keutamaan lain dalam diri manusia, menjadi kesempurnaan injili,

menjadi sumber damai dan kesatuan. “Jika anda membangun diri Anda di dalam

kerendahan hati, Anda akan membuat tarekat menjadi sebuah surga dan umat akan

membicarakannya bahwa ada sekelompok orang yang paling bahagia di dunia ini”

(SV. X. 439).

c. Lemah lembut

Menurut St. Vinsensius lemah lembut hati adalah kemampuan

mengendalikan kemarahan. Kemarahan adalah suatu energi yang secara spontan

Page 90: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

72

muncul dalam diri bila menangkap sesuatu yang jahat. Apabila kemarahan

ditangani dengan baik kerap menuntut pengungkapan. St. Vinsensius juga marah

terhadap komunitas-komunitas jika ia menemukan kejahatan-kejahatan tetapi ia

berusaha meramu kemarahannya dengan kelembutan hati. Kemarahan

menyebabkan St. Vinsensius kreatif dan berusaha mencontohi Yesus yang

seimbang dalam bersikap; lembut tetapi tegas. Lemah lembut membuat orang

bertekun menghadapi serangan dengan sikap berani mengampuni. Kita harus

memperlakukan dengan sopan bahkan mereka yang mencelakakan kita (SV. XII.

191).

Lemah lembut membuat kita tidak hanya memaafkan penghinaan dan ketidakadilan yang kita terima tetapi bahkan menyebabkan kita memperlakukan dengan santun mereka yang menghina kita, dengan kata-kata yang menyejukkan, dan biarpun mereka bertindak jauh sampai menyalahgunakan kita dan bahkan menampar muka kita, keutamaan ini membuat kita bertekun melakukan segala sesuatu demi Allah. Begitulah buah yang dihasilkan oleh keutamaan ini (SV. XII. 192).

Orang yang lemah lembut hatinya memperlakukan dengan sopan dan adil

mereka yang terjerat dalam kejahatan. Terkadang kita harus mengeluarkan energi

untuk melawan kejahatan demi menegakkan keadilan. Oleh karena itu kelembutan

dan keteguhan sangat diperlukan dalam membuat keputusan, tentang masa depan

komunitas. Perlu keberanian untuk bertindak dan pada saat yang sama harus

menunjukan kelembutan hati terhadap yang mempunyai kesulitan untuk

menyesuaikan diri. Para pemimpin religius akan mengalami bahwa beberapa orang

dari komunitas melihat segala sesuatu secara hitam, anggota yang lain abu-abu.

Beberapa akan mengenang masa lampau sebagai ukuran mengambil keputusan,

sementara yang lain hanya melihat masa depan yang belum terpetakan. Para

pemimpin tidak dapat memuaskan orang yang berbeda kepribadian. Mereka harus

Page 91: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

73

membuat keputusan dengan berani dan memperlakukan dengan lemah lembut

mereka yang tidak menyetujuinya.

“Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah (2 Tim 1: 8)” “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 1: 29).

Kelemahlembutan juga merupakan sebuah kemampuan dapat didekati,

ramah tamah, sikap santun dan berwajah tenang terhadap mereka yang mendekati.

Sikap ini mempunyai kualitas penting dalam diri pelayan. St. Vinsensius

mendorong agar menyadari bahwa umat akan lebih tertarik dengan keramahan

daripada argumentasi. Nasehat ini cocok dalam menerima koreksi agar yang

mendengar koreksi dapat mendengarkan kata-kata yang disampaikan dengan ramah.

St. Vinsensius mengungkapkan beberapa alasan harus mempraktekkan

kelemahlembutan antara lain: Tuhan kita bersikap lemah lembut selamanya

terhadap kita (SV. IV. 53), lemah lembut menyiapkan seorang berpaling kepada

Tuhan, dan seseorang harus lemah lembut agar dapat bertahan terhadap kekerasan

orang miskin. Tentang cara memperoleh kelemahlembutan St. Vinsensius

mengemukakan berberapa hal: sebelum membuat keputusan atau bertindak orang

yang marah harus menahan lidahnya, bersikap tenang (SV. XI. 67), berkata-kata

dengan ramah, menahan diri terhadap makian, celaan, (SV. IV. 53), dan selalu siap

meminta maaf (SV. IV. 121).

d. Mati Raga

Mati raga terdiri atas menolak sesuatu yang baik untuk mengerjakan sesuatu

yang lebih baik. Dalam arti ini mati raga adalah sesuatu ‘asketis fungsional”.

Page 92: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

74

Dilakukan demi sesuatu atau seseorang. Kita merelakan sesuatu bukan karena hal

itu buruk tetapi karena kita menginginkan sesuatu yang lebih baik. Seorang

berselibat supaya ia ’menjadi bebas untuk Tuhan’ dan membaktikan diri secara

terarah melayani Kerajaan Allah, dan merelakan diri untuk suatu hidup doa. Dengan

pengertian ini tujuan sesungguhnya mati raga adalah memilih dan membangun diri

sejati seseorang (Tondowidjojo, 1990: 30).

Mati raga meliputi pengakuan atas sasaran dan menyalurkan energi untuk

mencapai sasaran itu. Untuk mencapai sebuah kemahiran dibutuhkan waktu,

latihan, kerja keras dan disiplin. Oleh karena itu seseorang perlu mengetahui apa

yang menjadi cita-citanya dan berdisiplin untuk mencapainya. Yesus berkata bahwa

tak seorangpun dapat menjadi pengikut-Nya kecuali menolak keluarga, istri, bapak,

ibu dan sanak keluarga (Mat 19: 29).

Jika cita-cita kita adalah mengikuti Yesus, maka keterikatan pada segala

sesuatu harus diubah dalam cahaya cita-cita itu. Berdasarkan pemahaman di atas

dikemukakan beberapa bentuk mati raga sesuai dengan zaman ini antara lain: siap

menjawab kebutuhan komunitas dalam perutusan dengan bakat-bakat yang dimiliki,

siap menghadapi tugas yang kadang tidak menyenangkan, senantiasa setia dan

bertanggungjawab pada pekerjaan yang dihadapi dengan kedisiplinan, bangun pagi

untuk memuji Tuhan, meneguhkan saudara-saudara dalam doa bersama (St.

Vinsensius sangat menekankan pentingnya hidup doa yang disiplin dalam

komunitas), berbagi milik dengan orang lain dan mengusahakan hidup yang

sederhana, berdisiplin dalam makan, minum dan menghindari kegelisahan dan

keluhan, bersikap kritis dalam menggunakan media terutama dalam dunia modern

ini, menahan diri untuk kritik yang memecah belah (suatu norma yang sehat

Page 93: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

75

menurut St. Vinsensius), bersikap seimbang bagi mereka yang tidak menyenangkan

dan yang menarik bagi kita.

Sikap-sikap ini merupakan bantuan yang besar dalam hidup bersama bahwa

kita bersaudara dalam Tuhan. Kita dapat dekat dengan orang lain tetapi sangat

penting untuk tidak mengesampingkan orang dari kelompok kita dan persahabatan

kita tetap terbuka bagi orang lain untuk masuk. Maka sangatlah penting mengenal

apa yang menjadi nilai utama dalam kerasulan, doa, komunitas, studi karena hal-hal

yang kadang tak menyenangkan mengakibatkan pengalaman yang tak terduga dan

membahagiakan (Tondowidjojo, 1987: 79).

St. Vinsensius mengemukakan beberapa alasan pelaksanaan mati raga antara

lain: Yesus hanya melaksanakan kehendak Bapa dan dengan tekun bermati raga,

mati raga membantu kita dalam berdoa, mati raga adalah pelunas dosa-dosa, banyak

orang kehilangan panggilan karena gagal menerima mati raga, kemajuan dalam

hidup rohani tergantung pada usaha bermati raga. St. Vinsensius mengatakan:

Mati raga adalah sarana lain, yang akan membantumu dalam perjalanan doa. Doa dan mati raga ibarat dua suster yang dipersatukan demikian erat sehingga yang seorang tidak pernah dapat ditemukan tanpa yang lain. Jika anda ingin menjadi pendoa, seperti yang seharusnya, belajarlah mati raga (SV. IX. 427).

e. Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa

St. Vinsensius mengatakan: Jika Cinta akan Allah adalah api, maka

semangat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa adalah nyala api itu. Jika cinta itu

matahari, maka semangat menyelamatkan jiwa-jiwa adalah berkas cahaya-Nya (SV.

XII. 307-308). Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa adalah cinta yang berapi-api.

Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa terdiri atas kemauan untuk pergi kemanapun

untuk menyebarkan kerajaan Kristus, kemauan untuk mati demi Kristus, kemauan

Page 94: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

76

bekerja keras demi keselamatan sesama. Semangat ini meliputi cinta yang efektif

manusia yang mendalam terhadap Tuhan dan umat-Nya serta pengorbanan dan

kerja keras yang efektif. Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa adalah sebuah cinta

yang setia dan bertekun. St. Vinsensius berkata: “Cinta itu senantiasa menemukan

jalan untuk mewujudkan diri secara tak terbatas” (SV. XI. 146). Semangat ini

kreatif dalam menemukan cara-cara mencintai Tuhan dan cinta kepada orang

miskin, menyesuaikan diri sambil mencari jalan baru mengembangkan diri secara

profesional khususnya melalui bina lanjut.

Dalam sebuah penelitian, tercacat bahwa salah satu faktor yang menghalangi

kaum muda masuk dalam hidup religius adalah kurangnya dorongan keberanian

dari para religius dan keluarga. Orang merasa tidak perlu menunjukan bahwa ada

kekurangan tenaga panenan. Untuk itu diperlukan semangat menyelamatkan jiwa-

jiwa yang terungkap dalam gerakan berbicara secara langsung kepada kaum muda

agar mereka juga dapat berpikir untuk menjadi biarawan atau biarawati. Yesus tidak

pernah ragu memanggil murid-murid-Nya, maka kita pun hendaknya berusaha

untuk menggalang berbagai aksi panggilan dan stimulus bagi kaum muda. Dalam

pengertian ini terlaksana juga semangat menyelamatkan jiwa-jiwa.

5. Menimba Semangat Kesederhanaan menurut Mgr. Zwijsen

Menurut Mgr. Joannes Zwijsen kesederhanaan mengandung dua arti yaitu

kesederhanaan duniawi dan kesederhanaan Kristiani atau kesederhanaan Religius.

Dalam hidup sehari-hari kesederhanaan duniawi kadang diartikan secara negatif.

Orang yang berusaha hidup sederhana dianggap sebagai orang yang kurang berakal,

atau orang yang secara lahiriah tidak punya apa-apa. Pada zaman Mgr. Joannes

Zwijsen pengertian ini sering ditemuinya dalam hidup sehari-hari. Bertolak dari

Page 95: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

77

pengalaman ini, Mgr. Joannes Zwijsen lebih mengarahkan perhatiannya pada

pengertian kesederhanaan secara religius dan mengatakan: “Kami tidak berbicara

tentang kesederhanaan secara duniawi, melainkan akan membahas kesederhanaan

Kristen atau kesederhanaan Religius. Mungkin banyak di antara kalian belum

memahami dengan baik inti kesederhanaan religius itu” (PA. 139).

Kesederhanaan berhubungan dengan suatu semangat spiritualitas.

Spiritualitas menyangkut suatu kenyataan yang tidak begitu kongkret dan biasa

tetapi sangat riil. Artinya bukan suatu kenyataan yang dangkal dari keberadaan

yang materil dan manusiawi melulu, melainkan makna yang sebenarnya dari

keberadaan kita. Kenyataan yang dimaksudkan adalah kesadaran bahwa manusia

tidak hidup di dunia ini sebagai seorang diri saja.

Dalam iman dan spiritualitas, kita menyadari bahwa kehidupan kita diterima

dari tangan Allah. Maka kita hanya dapat memahami diri kita sendiri, kalau kita

berada dalam tangan Allah. Mgr. Zwijsen ingin menolong kita untuk sungguh-

sungguh memahami makna spiritual kesederhanaan. Kesederhanaan religius

menyangkut suatu sikap spiritual yaitu suatu cara memandang segala sesuatu.

Dalam kehidupan religius, kemiskinan, kerendahan hati dan ketaatan semuanya

mempunyai arti yang kongkret. Berdasarkan arti itu seorang religius harus

memperlihatkan tingkahlaku tertentu yang telah ditetapkan dengan jelas, dan

mereka harus mengatur kehidupan mereka secara tertentu. Misalnya kebajikan

bertingkahlaku sopan dan bersikap rendah hati. Fenelon salah seorang penulis

tentang spiritualitas yang mengilhami Mgr Zwijsen, pernah menguraikan

kesederhanaan sebagai berikut: “Semua orang yang sopan merasanya dan

mengaguminya dan tentu menyadari jika mereka melanggarnya. Mereka melihatnya

Page 96: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

78

di dalam orang lain dan telah tahu secara intuitif kapan perlu melakukan kebajikan

itu. Tetapi pasti sulit bagi mereka untuk menjelaskan dengan persis apa sebenarnya

kebajikan itu” (PA. 143). Jadi wajarlah kalau kita bertanya apa sebetulnya makna

kesederhanaan itu. Dalam konfrensinya. Mgr. Zwijsen senantiasa menjelaskan

hakekat kesederhanaan secara konkret. Kesederhanaan menurut Mgr. Zwijsen oleh

Huls dan Hein (1995: 18-26) dijelaskan dalam beberapa poin penting antara lain:

a. Kesederhanaan adalah buah kerendahan hati

Mgr. Zwijsen menegaskan bahwa kesederhanaan adalah kebajikan yang

indah dan benar-benar disebut buah kerendahan hati (PA. 139). Orang yang

berusaha untuk bersikap rendah hati dengan mudah juga menjadi sederhana (PA.

145). Kerendahan hati berarti bahwa seorang bersikap realis dan berani memandang

diri secara jujur yang mengarahkan kita menyadari asal usul keberadaan kita

sebagai bukti kasih Allah yang tak bersyarat. Bagi Mgr. Zwijsen kerendahan hati

adalah dasar semua kebajikan karena membuka inti kesadaran bahwa seluruh

hakikat kehidupan kita tergantung kepada Allah. Kasih-Nya yang kreatif

menciptakan dalam diri kita keterbukaan untuk menerima Allah dan bertumbuh

sampai kepenuhan hakikat sebagai ciptaan yang secitra dengan Allah. Kerendahan

hati tidak mengecilkan manusia tetapi menghubungkannya dengan keluhuran sejati

dari hakikatnya yaitu kebenaran. Mgr. Zwijsen menegaskan:

Jadi untuk hari depanmu, kamu tidak mempunyai alasan apapun untuk bersikap sombong, melainkan alasan untuk menyadari kesia-siaanmu dan mengakui bahwa keselamatanmu hanya dapat diharapkan dari Allah saja (PA. 131).

Hal ini melukiskan bahwa kerendahan hati menempatkan manusia dalam

hubungan yang tepat dengan dirinya sendiri dan Penciptanya. Kerendahan hati

Page 97: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

79

mengarahkan manusia ke martabatnya yang terdalam, kerena dengan demikian

diinsyafkan bahwa ia dikasihi Allah tanpa syarat. Menginsafi kesia-siaan kita,

pertama-tama menginsafi bahwa kehidupan manusia berasal dari Allah. Manusia

diciptakan Allah, kehidupannya tetap dipertahankan Allah dan kasih Allah yang

kreatif diletakkan dalam hakikat manusia dan menyentuh hidup manusia.

Dalam kerendahan hati manusia memandang kasih yang kreatif yang

melaluinya Allah menghubungi manusia. Manusia menerima diri dari kasih Allah

yang menghidupi dan memanggilnya untuk hidup. Segala keberadaannya dan

miliknya merupakan karunia Allah melulu. Maka kesederhanaan adalah jawaban

manusia yang membiarkan Allah mengasihinya. Semakin manusia membuka diri

terhadap cinta kasih Allah, Allah akan semakin mengasihinya. Inilah yang disebut

jalan kesederhanaan. Manusia sungguh mengarahkan diri, dan mempercayakan diri

hanya kepada cinta kasih Allah dan membiarkan diri dirubah oleh kasih-Nya (Hein

& Jos, 1995: 25-26).

b. Kehidupan religius menuju Kesederhanaan

Mgr. Zwijsen memakai kebajikan-kebajikan untuk mengambarkan

kehidupan religius sebagai cara hidup yang melawan arus yang biasa. Dalam

kehidupan religius sikap yang sama sekali tanpa pamrih, yang merupakan ciri khas

Allah, menggantikan logika manusiawi melulu. Kehidupan religius mendobrak

hubungan-hubungan sosial dan kemasyarakatan yang normal. Kontras antara cinta

kasih manusiawi dan cinta kasih Ilahi tidak berdasarkan pandangan yang negatif

tentang manusia tetapi kontras itu menciptakan ruang yang perlu agar manusia

dapat berkembang ke arah Allah. Maksud struktur-struktur dan bentuk-bentuk

kehidupan religius ialah suatu proses spiritual di mana manusia dirubah dalam

Page 98: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

80

belaskasih Allah. Artinya melalui proses itu kehidupan, pikiran, tindakan dan cinta

kasih manusia lama-kelamaan menjadi sesuai dengan cara Allah berpikir, bertindak

dan mengasihi kita. Dalam dunia di mana manusia merasa lemah dan terancam, ia

pasti mencari suatu pegangan untuk menjamin kelanjutan hidupnya. Inilah suatu

reaksi yang wajar dalam dunia yang tidak dapat memberi perlindungan dan

kepastian kepadanya. Secara spontan reaksi yang wajar itu mengarahkan diri untuk

menentang orang lain, yang dilihat sebagai ancaman terhadap kepribadian dan

keamanannya sendiri (Hein & Jos, 1995: 29-30).

Kehidupan religius tidak menentang harta benda duniawi, karena tidak

mempunyai sifat jahat melainkan menentang sikap orang yang berusaha

mengamankan dan menjamin kehidupannya sendiri. Dengan mudah orang

melampaui batas dan mencoba merebut sesuatu yang merupakan anugerah. Mgr.

Zwijsen ingin menahan dorongan yang wajar itu dengan mengemukakan

‘ketidakterikatan’ sebagai nilai dasar dari kehidupan religius. Ketidakterikatan tidak

berarti memutuskan hubungan tetapi menyangkut mutu dari suatu hubungan. Yang

dimaksudkan dengan Mgr. Zwijsen ialah sikap di mana manusia tidak

mereduksikan orang atau hal lain kepada ukuran dirinya.

Orang yang ‘tidak terikat’ keluar dari keterbatasan diri sendiri, sehingga

orang atau hal yang lain dapat menemuinya dari ‘seberang’ eksistensinya sendiri.

Ketidakterikatan tidak berarti memilih antara milik atau tiada milik, karena secara

batiniah mungkin kita merasa tidak terikat pada hal-hal yang kita miliki, dan secara

batiniah mungkin kita terikat pada hal-hal yang dalam prakteknya telah dilepaskan.

Keterikatan bathin hanya mungkin jika kita membiarkan diri dibimbing oleh cinta

kasih dan makin lama makin ditarik dari arah pandangan pribadi ke arah lain.

Page 99: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

81

Dilihat dari sudut pandang kita sendiri, keterikatan adalah suatu cara penyiksaan

diri yang tak berguna (Hein & Jos, 1995: 31).

Dari sudut pandang orang lain yang kita temui, keterikatan memberi

keluasan di mana orang lain dapat menyatakan diri kepada kita. Karena sikap kita

yang mencengkam tidak menghalangi lagi, maka orang lain tidak lagi direduksikan

sampai menjadi sebagian dari diri kita atau merupakan jawaban atas kebutuhan kita.

Panggilan untuk hidup dalam keterikatan bukan suatu pengingkaran diri kita,

melainkan menuju sikap yang positif yang memungkinkan menemui orang lain

dalam keterbukaan. Ketika kita menyadari harkat yang terdalam dari seseorang, kita

tidak segan mengorbankan apapun untuk dapat menemuinya.

Dengan menyadari bahwa hanya ketidakterikatan menghidupkan cinta kasih;

kita akan mengasihi kehidupan religius sebagai tempat kelahiran Allah sebab

melalui ketidakterikatan, kita menjadi orang yang reseptif, tanpa mencari pegangan

dalam dunia yang sebenarnya tidak aman. Dengan demikian kita bersedia menemui

orang lain sebagai anugerah Allah yang karena itu patut dikasihi. Jika seorang

religius memandang orang lain secara demikian, yaitu memandang dari perspektif

pandangan cinta kasih Allah yang kreatif, ia menjadi orang yang kreatif , menjadi

orang yang kontemplatif dan Allah lahir di dalam orang itu (Hein & Jos, 1995: 32).

c. Bertindak tanpa pamrih

Mgr. Zwijsen tidak mengajukan cinta kasih sederhana sebagai cita-cita

kesempurnaan tetapi menempatkannya ke dalam perspektif cinta kasih ilahi untuk

seorang suster SCMM dan seorang frater CMM. Kesederhanaan menyingkap tiap

maksud yang tersembunyi, menyadarkan kita akan ambiguitas, memurnikan

motivasi, mengantar kita ke dalam pelajaran cinta kasih. Bagi Mgr. Zwijsen cerita

Page 100: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

82

Kitab Suci Marta dan Maria memiliki makna penting bagi kehidupan praktis

kongregasi terutama dalam menghayati kesederhanan. Anggota dapat berkembang

dalam kesederhanaan melalui proses pemurnian motivasi panggilan. Hal ini dapat

terjadi jika seseorang mulai bertindak tanpa pamri (Hein & Jos, 1995: 56). Dalam

Pembicaraan Akrabnya Mgr. Zwijsen menyerukan:

Ada bermacam-macam bentuk pamri. Misalnya seorang suster sangat khusyuk mengucapkan doa tertentu atau melakukan salah satu latihan rohani dengan semangat besar dan rajin. Hal ini akan sangat memuaskan hatinya dan itulah pamri (PA. 140).

Dalam cerita penginjil Lukas, Marta dalam kebaikannya terlalu melihat

Kristus dalam perspektif manusia dan lupa melihat Yesus dalam perspektif cinta

kasih Ilahi yang tanpa pamrih. Bagi Mgr. Zwijsen dalam penerapan praktis pusat

perhatian bergeser. Mgr. Zwijsen tidak melarang seorang puas dengan perbuatannya

tetapi ia sangat menekankan motivasi perbuatan baik itu. Jika demi kepuasan

pribadi hal itu belum merupakan sebuah bentuk kesederhanaan yang tanpa pamrih.

Bagi Mgr. Zwijsen cinta kasih manusia bertumbuh menjadi dewasa jika

cinta kasih dilaksanakan tanpa cinta diri; cinta yang mengambil alih rupa cinta

kasih Allah menjadi bentuk pamrih yang total. Orang demikian akan melihat

dengan mata Allah, bertindak dari perspektif Allah dan dibawa dalam gerakkan

mencintai dengan cinta kasih Allah yang murni dan tak bersyarat. Allahlah yang

membangkitkan cinta kasih dalam diri manusia dan melenyapkan cinta diri. Untuk

itu seorang yang sederhana adalah orang yang merelakan diri secara utuh kepada

Suara yang mengundangnya kepada kehidupan, membiarkan diri digerakkan cinta

kasih Ilahi dan tidak berpegang pada jalannya sendiri (Hein & Jos, 1995: 57).

Page 101: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

83

Mgr. Zwijsen melihat panggilan dalam kongregasi yang didirikan untuk

kehidupan religius. Para suster dan frater dipanggil untuk membawa manusia

kepada Allah yaitu menghubungkan setiap orang yang dijumpai dengan

panggilannya sendiri dan menyalurkan pengalaman kasih Allah yang tanpa syarat

secara konkret dan sederhana. Dalam cinta kasih setiap orang harus diundang

masuk dalam gerakkan cinta kasih Allah dan menyatakan cara Allah mengasihi dan

menarik orang ikut dalam dinamika cinta kasih Allah.

d. Bukan Aku melainkan Kristus dalam diriku

Dalam penutupan sebuah konfrensi Mgr. Zwijsen mengutip Surat St. Paulus

kepada jemaat di Galatia: “Aku hidup tetapi bukan aku sendiri yang hidup,

melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2: 20). Ia ingin memperlihatkan

bahwa pada akhirnya kesederhanaan merupakan penyerahan total kepada Kristus.

Kepada para pengikutnya Mgr. Zwijsen mengatakan:

Jika anda, melatih kesederhanaan secara demikian yaitu berusaha dengan sebaik-baiknya untuk memperolehnya, maka anda dapat juga berkata bersama St. Paulus: “Aku hidup tetapi bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Dalam segala hal sang Rasul tidak mencari diri sendiri; ia tidak mencari lain daripada kemuliaan Allah, dan semua itu berdasarkan cinta kasih yang murni kepada Kristus. Sebab itu ia dapat berkata benar: bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hal itu dapat juga anda katakan jika anda sungguh-sungguh sederhana, setidak-tidaknya berusaha dengan sebaik-baiknya untuk menjadi sederhana. Harapan dan doa anda ialah agar anda semua memperoleh kesederhanaan religius, dan untuk itu terimalah restu saya (PA. 144).

Dalam perspektif kebajikan ini, nyatalah bahwa kesederhanaan memerlukan

hubungan yang hidup dengan Kristus. Hanya Kristuslah yang dapat mengaruniakan

kesederhanaan cinta kasih yang tanpa syarat. Cinta kasih dalam Kristus ingin

memperindah orang lain dan membiarkannya berkembang sampai menjadi pribadi

Page 102: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

84

yang sungguh-sungguh ada. Dalam kemesraan cinta yang sebenarnya, cinta tidak

untuk memiliki seseorang tetapi mencari kebenaran. Dengan melatih kesederhanaan

kita belajar mengikuti jalan cinta kasih secara benar (Hein & Jos, 1995: 79).

Paulus melukiskan momen itu tidak hanya sebagai penyerahan manusia

kepada Allah secara total, melainkan sebagai kehidupan Kristus dalam manusia

(Gal 2: 20). Dalam pertemuan ini cinta kasih tanpa syarat yang datang dari Allah,

menjadi prinsip yang menentukan. Cinta membawa keluar manusia dari dirinya dan

membuatnya sama sekali tenggelam dalam Yang Lain. Allah memenuhi manusia

dan membuatnya mati untuk dirinya sendiri dalam cinta kasih itu, supaya Allah

sendiri dapat mulai hidup dalam manusia. Cinta kasih itu sungguh terarah pada

orang lain yang tak tergambar, suatu wajah yang nampak dalam pandangan Allah

penuh ‘cinta kasih sederhana’ atau cinta yang berbelaskasih.

C. Katekese Shared Christian Praxis Sebagai Upaya Memperdalam

Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih Para Pemimpin

1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese

SCP bermula dari ‘kebutuhan’ untuk menemukan sebuah pendekatan

katekese yang handal dan efektif dengan dasar teologis yang kuat, menggunakan

model pendidikan yang ‘progresif’, dan memiliki keprihatinan pelayanan pastoral

yang aktual. Model ini menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-

partisipatif agar mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan

“visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan Visi” kristiani, agar secara pribadi

maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi

terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidup manusia (Heryatno, 1997: 1).

Page 103: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

85

Praksis peserta menjadi kekuatan dan titik tolak, orientasi dan tujuan SCP

itu sendiri. Komponen utama SCP ini mengacu pada tindakan manusia yang

mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di

dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu

kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru.

Praksis sendiri mempunyai tiga komponen yang berkaitan erat antara lain:

‘aktivitas’ yang meliputi kegiatan mental, fisik, tindakan personal dan sosial yang

merupakan tempat perwujudan diri manusia sebagai subyek; ‘refleksi’ terhadap

tindakan personal, sosial, praksis pribadi, tradisi dan visi kristiani; ‘’kreatifitas’

merupakan perpaduan aktivitas dan kreatif yang menggarisbawahi sifat transenden

manusia, menekankan dinamika praksis masa depan yang berkembang dan

melahirkan praksis kehidupan baru (Heryatno, 1997: 2).

SCP memiliki kekhasan yakni peserta menjadi pusat katekese. Peserta

sungguh menjadi subyek katekese itu sendiri. Di dalam proses pelaksanaanya peran

keberadaan peserta sebagai subyek, pergulatan, keprihatinan, dan harapan hidup

peserta mendapat tempat pokok (Heryatno, 1997: i). Dari langkah-langkah dalam

SCP dapat terlihat jelas kekhasan ini. Langkah pertama SCP menjadikan

pengalaman peserta sebagai titik tolak di mana pengalaman peserta diungkapkan

dengan kreatifitas masing-masing sehingga peserta makin menyadari dan

menemukan nilai dari pengalamannya. Jadi secara utuh dapat dikatakan bahwa

seluruh diri peserta disentuh dalam model SCP menyangkut: pemahaman,

pemikiran, imajinasi, abstraksi, menyangkut gerakan hati, relasi, perasaan, doa,

aksi, tindakan, pelayanan, perwujudan. Dengan kemampuan pemahaman,

pemikiran, imajinasi, abstraksi yang dimiliki, peserta didorong untuk

Page 104: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

86

mengungkapkan dan menilai pengalaman faktual (aspek kognitif). Peserta memiliki

kebebasan dan keterbukaan untuk mempertimbangkan, mengambil keputusan untuk

mengaktualisasikan tradisi dan visi kristiani dan mengkronfrontasikan tradisi dan

visi mereka dengan tradisi dan visi kristiani (aspek kognitif dan afektif). Dalam

proses selanjutnya peserta diajak mengambil keputusan secara pribadi dan bersama

dalam keterlibatan di tengah masyarakat (aspek psikomotor).

SCP adalah suatu pendekatan berkatekese yang bersifat komprehensif.

Dapat dikatakan komprehensif karena memiliki dasar teologis yang kuat, mampu

memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral

yang jelas. SCP ini mau menggambarkan peran SCP dalam menjawab dan melayani

kepentingan peserta. Pada akhirnya, sebagai sarana SCP bukanlah yang utama.

Penghayatan iman pesertalah yang menjadi pusat katekese (Heryatno, 1997: i).

Kesadaran baru dan keputusan peserta untuk meningkatkan keterlibatan

hidupnya dalam membangun masyarakat dan kehidupannya dipahami sebagai

tanggapan atas perwahyuan Allah. Ini merupakan cara persatuan yang lebih dekat

dengan hidup Allah sendiri. Keterlibatan bersama yang berlandaskan pengalaman

iman dalam masyarakat menjadi sarana utama untuk mengenal kehendak ilahi

untuk mengalami kehadiran-Nya. Hal ini mengandaikan bahwa sikap dan semangat

hidup Yesus juga menjadi teladan hidup peserta juga sehingga dapat mencapai

hakikat sejati sebagai murid-Nya dan kebenaran yang membebaskan (Yoh 8: 31-

32). Dengan demikian perwujudan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan

pribadi, masyarakat dan Gereja terus menerus diperjuangkan (Heryatno, 1997: 36).

Perwujudan nilai-nilai kerajaan Allah dapat diwujudkan dengan jalan metanoia:

pertobatan pribadi dan sosial yang terus menerus (Heryatno, 1997: 49).

Page 105: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

87

Berdasarkan pokok-pokok di atas penulis tertarik memilih SCP sebagai

model berkatekese dalam skripsi ini. Bagi penulis model SCP dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi upaya pendalaman dan pengembangan kepemimpinan

sesuai spiritualitas persaudaraan berbelaskasih dalam kongregasi frater CMM.

Penulis berharap bahwa model ini dapat memberikan masukan dan membantu para

pemimpin untuk sampai pada pendalaman dan pembaharuan sehingga spiritualitas

persaudaraan berbelaskasih sungguh mewarnai pola kepemimpinan dalam

kongregasi frater CMM untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam

karya-karya perutusan.

Dalam model SCP pengalaman konkret peserta menjadi titik tolak utama.

Penulis berharap bahwa dengan model ini para pemimpin juga dapat merefleksikan

pengalaman kepemimpinannya dan mengkonfrontasikannya dengan tradisi dan visi

kristiani sehingga dapat menemukan keterlibatan baru dalam perwujudan nilai-nilai

Kerajaan Allah. Dengan pengukapan pengalaman faktual dapat memunculkan

kesadaran baru dalam diri para pemimpin sehingga hadir sebagai pendamping yang

menolong, memberdayakan para anggota tanpa pamrih dan dengan cinta yang

berbelaskasih. Kesadaran baru ini dapat juga menggerakkan para pemimpin menuju

kedewasaan iman dan kepenuhan hidup dalam Kristus.

Secara terperinci Heryatno (2005: 6) menguraikan kepenuhan hidup dalam

Kristus dengan tiga hal antara lain, pertama, visi Allah artinya memandang realitas

hidup berdasarkan pandangan Allah dalam cinta kasih dan solider dengan sesama.

Hidup menurut visi Allah mengandaikan bahwa para pemimpin masuk dalam

lingkup Allah sehingga visi dan misi Allahlah yang terlaksana dalam

kepemimpinannya. Kedua, keutamaan Kristus mengartikan bahwa pemimpin selalu

Page 106: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

88

mengarahkan hidupnya sebagai alter Kristus (Kristus yang lain). Dalam

kepemimpinannya, sikap, cara dan semangat hidup Kristus sungguh tercermin

dalam ketulusan, kemurahan hatinya untuk melayani Allah secara total.

2. Komponen Shared Christian Praxis

a. Praksis

Komponen praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan

untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung

proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran

historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Praksis sendiri mempunyai tiga

komponen yang berkaitan. Komponen-komponen itu antara lain adalah aktivitas,

refleksi dan kreativitas. Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran,

tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang semuanya

merupakan medan untuk perwujudan diri manusia sebagai subyek. Komponen

refleksi menunjuk pada refleksi kritis terhadap tindakan historis personal dan

sosial, terhadap praksis pribadi dan kehidupan masyarakat, serta terhadap tradisi

dan visi kristiani sepanjang sejarah yang membuka peluang bagi masyarakat untuk

berjumpa dengan kekayaan refleksi iman kristiani. Akhirnya kreativitas merupakan

perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menggarisbawahi “sifat transenden”

manusia yang menekankan dinamika praksis masa depan yang terus berkembang

sehingga melahirkan praksis baru (Heryatno, 1997: 2).

b. Kristiani

Dalam komponen kristiani ini ditekankan dua pokok penting, yakni Tradisi

dan visi kristiani. Tradisi kristiani merupakan realitas iman jemaat kristiani yang

Page 107: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

89

sungguh dihidupi dan merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri

Allah di tengah kehidupan manusia yang juga perlu ditanggapi sebagai perjumpaan

antara rahmat Allah dalam Kristus. Tradisi meliputi pengajaran Gereja, Kitab Suci,

spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani,

kepemimpinan dan kehidupan jemaat dll. Sedangkan visi kristiani menggarisbawahi

janji yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab dan pengutusan orang

kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka.

Visi kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan

Allah menunjuk proses sejarah kehidupan umat kristiani yang berkesinambungan,

bersifat dinamis dan mengandung penilaian, penegasan, pilihan dan keputusan.

Tradisi dan visi kristiani diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan

kesatuan sebagai jemaat beriman sekaligus meneguhkan identitas peserta.

Walaupun keduanya bersifat praksis, historis dan dinamis, tetapi agar nilainya

semakin terjangkau dan relevan untuk kehidupan peserta zaman ini, keduanya perlu

diinterpretasikan berdasarkan kepentingan, nilai dan budaya setempat yang faktual

dan keduanya perlu juga dijadikan sarana dialog (Heryatno, 1997: 3).

c. Shared

“Shared” menunjuk pada komunikasi timbal balik, sikap partisipasi aktif dan

kritis dari semua peserta, terbuka terhadap diri pribadi, kehadiran sesama dan untuk

rahmat Tuhan. “Shared” juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi

aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam “Shared” semua

peserta diharapkan terbuka, mendengarkan dengan hati, dan berkomunikasi dengan

kebebasan hati. Terdapat hubungan dialektis antara pengalaman hidup nyata peserta

dengan tradisi dan visi kristiani. Beberapa unsur yang ada dalam proses

Page 108: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

90

kebersamaan tersebut meliputi kemitraan, keterlibatan aktif, dan dialog. Unsur

kebersamaan menggarisbawahi relasi antar subyek; pendamping dan peserta.

Hubungan yang dialektis tidak bersifat manipulatif. Dalam proses ini, baik peserta

atau pendamping mempunyai peranan yang penting dan keduanya dapat menjadi

narasumber. Unsur keterlibatan dalam kebersamaan berarti proses berbagi yang

mengundang dan memberi ruang bagi setiap pribadi dapat mengekspresikan,

merefleksikan, mengalami, mengambil makna bagi diri sendiri dan membuat

keputusan atas hidup mereka sendiri. Dengan kesadaran yang kritis-reflektif dan di

dalam suasana dialogis peserta didorong agar membuat penegasan dan penilaian,

serta mengambil keputusan yang mendorongnya mewujudkan sebuah keterlibatan

baru demi Kerajaan Allah.

Aspek lain dari “shared” adalah penafsiran dialektis antara praksis dan

visi/tradisi kristiani. Dalam hal ini peserta diundang mengintepretasi secara kritis

pengalaman personal dan berdasar refleksinya peserta didorong untuk

mengkonfrontasikannya dengan tradisi dan visi kristiani. Dalam menginterpretasi

tradisi dan visi kristiani, peserta menggunakan pemahaman kritis dan imajinasi

yang kreatif. Sehingga peserta sendiri meneguhkan pokok-pokok kristiani yang

mendasar, dan menemukan nilai-nilai kristiani yang mendasar, mempertanyakan

pemahaman yang tidak relevan, dan mendorong mereka menemukan nilai-nilai baru

yang cocok dengan konteks serta layak untuk diwujudkan.

3. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis

SCP memiliki lima langkah berurutan dan dapat dimengerti sebagai suatu

proses yang berkesinambungan. Dalam proses rekoleksi penulis akan menggunakan

pendekatan SCP dengan menggunakan kelima langkahnya.

Page 109: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

91

a. Langkah pertama: Pengungkapan pengalaman faktual

Dalam langkah ini peserta diajak mengungkapkan pengalaman mereka

bertolak dari melalui kisah cerita, puisi, nyanyian, drama, simbol, lambang dan

dengan berbagai cara sesuai kreatifitas peserta. Pengungkapan pengalaman ini,

dapat berisi perasaan, sikap dan kepercayaan, penjelasan nilai, keyakinan akan

sesuatu yang melatar belakangi sehingga peserta semakin sadar dan bersikap kritis

terhadap pengalaman hidupnya sendiri dan juga pengalaman orang lain. Dengan

pengungkapan pengalaman ini diharapkan dapat melahirkan tema-tema dasar yang

akan direfleksikan secara kritis pada langkah berikutnya.

b. Langkah kedua: Refleksi kritis terhadap pengalaman faktual

Langkah kedua ini adalah langkah pendalaman pengalaman konkret yang

membantu peserta lebih aktif, kreatif dan kritis dalam memahami dan mengolah

keterlibatan hidup mereka sendiri dan masyarakatnya. Lewat refleksi kritis ini

peserta diajak menggunakan sarana analisa sosial dan kultural yang menekankan

sejarah hidup peserta dan pranata-pranata sosial yang saling membentuk dan

mempengaruhi cara hidup peserta. Tujuan langkah ini adalah memperdalam refleksi

dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan keterlibatan mereka. Motivasi,

sumber historis (pengenangan), kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan

hendak diwujudkan (imajinasi). Secara kritis dan kreatif mereka diundang

menggunakan kemampuan pemahaman, pengenangan dan imajinasi untuk menilai

pengalaman konkret yang mereka alami. Melalui refleksi kritis para pemimpin

diharapkan menemukan makna dari pengalaman hidupnya, memperdalam serta

memiliki visi hidup baru yang jelas yang dapat dikonfrontasikan dengan

pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (tradisi) dan visi kristiani.

Page 110: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

92

c. Langkah ketiga : Mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani lebih

terjangkau

Inti dari langkah ini adalah mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani

menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi para pemimpin yang hidup

pada zaman sekarang dengan segala permasalahannya. Pada langkah ini

pendamping menjadi pembuka jalan, mampu membuatkan peta, menghilangkan

segala macam hambatan sehingga semua peserta dapat memiliki peluang yang

sebesar-besarnya untuk memperoleh akses ke dalam kekayaan tradisi dan visi

kristiani.

Tradisi adalah iman kristiani yang sungguh dihidupi dan diperkembangkan

oleh jemaat beriman di dalam sejarah hidupnya. Tradisi tidak hanya terbatas pada

pengajaran Gereja tetapi juga berkaitan dengan Kitab Suci, spiritualitas, devosi,

kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja, liturgi, kepemimpinan, dll.

Sedangkan visi merefleksikan harapan dan janji, mandat dan tanggungjawab yang

muncul dari tradisi suci yang bertujuan mendorong dan meneguhkan iman peserta

dalam keterlibatan untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Dalam hal ini tradisi dan

visi kristiani perlu diinterpretasikan agar makin terjangkau dan relevan dalam hidup

peserta. Untuk itu pendamping dapat menggunakan bentuk interpretasi yang

bersifat meneguhkan kembali (hermeneutics of retrieval), entah yang

mempertanyakan secara kritis (hermeneutics of suspicion), atau yang berupa

keterlibatan secara kreatif (hermeneutics of creative commitment).

d. Langkah keempat : Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan

visi dan tradisi kristiani

Page 111: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

93

Langkah keempat mengajak para peserta supaya dapat meneguhkan,

mempertanyakan dan memperkembangkan pokok-pokok penting yang berupa sikap

dasar, visi hidup dan nilai yang telah diambil oleh peserta pada langkah pertama

dan kedua. Pada langkah ini pokok-pokok penting tersebut dikonfrontasikan dengan

hasil interpretasi dari tradisi dan visi kristiani pada langkah ketiga. Dengan

demikian diharapkan peserta dapat meneguhkan sikapnya yang sudah positif,

mempertanyakan praksisnya yang masih negatif, dan yang lebih penting peserta

diharapkan dapat secara aktif dan kreatif menemukan kesadaran atau sikap-sikap

baru yang menghantar mereka untuk mengambil keputusan baru yang nantinya

sungguh hendak diwujudkan. Dengan kesadaran baru itu peserta diharapkan akan

lebih bersemangat di dalam menghidupi panggilan mereka sebagai pendidik

kristiani.

Interpretasi yang dialektis ini dapat memampukan peserta

menginternalisasikan dan mensosialisasikan nilai tradisi dan visi kristiani menjadi

bagian hidup mereka sendiri. Hidup dan praksis faktual peserta diintegrasikan ke

dalam tradisi kristiani dan sebaliknya peserta mempersonalisasikan tradisi dan visi

kristiani menjadi miliknya. Selain itu yang menjadi pokok penting dalam langkah

ini adalah wujud dari kesadaran iman yang baru dapat memperkaya tradisi dam visi

kristiani sehingga peserta menjadi lebih aktif, dewasa dan misioner.

e. Langkah kelima: Keterlibatan baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah

Keterlibatan iman adalah keprihatinan utama model SCP. Tujuan langkah

ini adalah mendorong peserta sampai pada keputusan konkret untuk menghidupi

iman kristiani pada konteks hidup yang telah direfleksikan secara kritis, dinilai

secara kreatif dan bertanggungjawab. Harapan dari proses rekoleksi ini adalah

Page 112: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

94

perubahan hidup terutama spiritualitas para pemimpin dan mendorong mereka

sampai pada keputusan konkret untuk menghayati dan menghidupi panggilannya

sebagai pemimpin. Keputusan konkret sebagai puncak dan buah dari refleksi

mereka bersama ini dapat berisi kesadaran baru, sikap dan niat-niat yang mengalir

dari sumber hidup, yakni Yesus sendiri. Arah dari keputusan yang telah diambil

adalah demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. Hidup baru yang hendak

diwujudkan ini kelak menjadi bahan refleksi dan titik berpijak dalam rekoleksi.

4. Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese

a. Alasan Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese

Penulis memilih bentuk rekoleksi dengan model SCP sebagai salah satu

bentuk kegiatan yang efektif untuk memperdalam semangat para pemimpin dalam

kongregasi frater CMM. Berdasarkan asal kata rekoleksi yakni dari kata collection

(Latin) yang berarti mengumpulkan kembali dan berdasar pada titik tolak model

SCP yakni pengalaman peserta, penulis meyakini bahwa model rekoleksi SCP

cukup memadai untuk diterapkan sebagai bentuk pendalaman spiritualitas bagi para

pimpinan kongregasi frater CMM. Penulis menilai rekoleksi model SCP dapat

menjawab keprihatinan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini.

Bentuk rekoleksi model SCP dipilih karena penulis memandang bentuk ini

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan para Pimpinan Kongregasi dalam

memperdalam spiritualitas kepemimpinan yang berbelaskasih. Di samping itu

rekoleksi model SCP menjauhkan kesan saling menggurui karena pesertalah yang

menjadi subyek. Pengalaman para pemimpinlah yang utama dan yang menjadi

bahan olah. Pengalaman ini dikontradiksikan dengan visi dan tradisi kristiani untuk

menemukan keterlibatan baru dalam hidupnya terutama menjadi pemimpin yang

Page 113: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

95

sungguh-sungguh memiliki Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih di dalam

seluruh hidupnya sesuai Kharisma Pendiri Frater CMM.

b. Maksud dan Tujuan Program

Maksud dari program penyelenggaraan rekoleksi SCP adalah menjawab

permasalahan dalam skripsi ini dan membangun semangat bagi para pemimpin

untuk menghayati panggilannya sebagai pemimpin sesuai dengan nilai-nilai dan

tradisi kristiani. Dengan rekoleksi SCP ini penulis mengharapkan adanya kesadaran

dari para pemimpin untuk menggali kembali nilai-nilai dan Kharisma Kongregasi

yang merupakan semangat dasar yang perlu dikembangkan secara khusus dalam

kongregasi. Penulis sangat mengharapkan bahwa dengan kegiatan ini, terbangun

semangat untuk menghayati Spiritualitas Berbelaskasih dalam menjalankan

kepemimpinannya. Tujuan yang mau dicapai dalam program pendalaman

Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih ini adalah bersama pendamping, peserta

sungguh menyadari dan menemukan keberadaan dirinya sedalam-dalamnya sebagai

utusan Allah sehingga mampu memberikan diri secara total dalam memimpin para

anggota kongregasi dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah dan

karisma Kongregasi.

c. Pedoman Pelaksanaan Program

Program rekoleksi dengan model SCP bagi para pemimpin dalam

Kongregasi Frater CMM adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk

memperdalam semangat kepemimpinan sesuai Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih. Program ini dilaksanakan dalam 3 pertemuan selama tahun 2010

dengan pemahaman bahwa pendalaman spiritualitas ini merupakan sebuah proses

Page 114: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

96

yang berlangsung terus menerus dan menyangkut hal yang sangat penting dalam

kongregasi. Maka sangat ditekankan unsur intensitas dan kesinambungan antar

pertemuan menjadi harapan dari pendalaman Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih ini.

Penulis memandang baik jika proses rekoleksi dan pendalaman pengalaman

dalam kelompok-kelompok kecil. Dasar pemikirannya adalah peserta akan lebih

banyak mengungkapkan pengalaman dalam suasana lebih personal, akrab dan

rileks. Kekhasan rekoleksi ini ada pada tema umum yakni Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih. Program ini akan berjalan dengan baik bila didukung

oleh suasana fisik dan emosional yang baik sehingga membantu menciptakan

suasana hening dan membantu peserta masuk dalam refleksi dan pengolahan

pengalaman. Dalam proses persiapan sampai dengan pelaksanaan, diharapkan

terbangun kebersamaan dan suasana yang kondusif antara peserta dan pemandu.

Sehingga dalam kebersamaan terjalin persaudaraan satu dengan yang lain, rasa

saling percaya, hormat dan saling menghargai di antara peserta dan pemandu.

d. Materi Pokok Rekoleksi

Tema Umum : Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai Dasar

Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM

Tujuan : Pendamping dan peserta semakin mendalami dan

mengembangkan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih

dalam karya dan perutusan yang diwujudkan dalam

kepemimpinan yang penuh dengan cinta dan berbelaskasih.

Sub Tema I : Mendalami Karisma Pendiri

Page 115: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

97

Tujuan : Agar pendamping dan peserta dapat mewujudkan dan

menghidupi karisma pendiri dalam karya dan perutusan

kongregasi dengan jalan belaskasih

Judul 1 : Menghayati semangat “Mansuete et Fortiter” demi

terwujudnya Kepemimpinan yang Berbelaskasih

Tujuan : Pendamping dan peserta belajar mengenal secara mendalam

motto dan semangat pendiri sehingga semakin dihayati dalam

menjalankan kepemimpinan di Kongregasi Frater CMM

Sub Tema II : Mempelajari model kepemimpinan Yesus

Tujuan : Pendamping dan peserta mempelajari model kepemimpinan

Yesus dan mengaktualisasikannya dalam hidup setiap hari.

Judul 2 : Yesus adalah teladan kepemimpinan Berbelaskasih

Tujuan : Pendamping dan peserta semakin mengenal dan menghayati

model kepemimpinan yang Yesus hayati dalam menjalankan

tugas dan perutusan-Nya yakni model belaskasih

Sub Tema III : Memperdalam Spiritualitas Kongregasi dan membaharui diri

Tujuan : Pendamping dan peserta mendalami Spiritualitas Kongregasi

dan terus menerus membaharui diri dalam hidup.

Judul 3 : Pembaharuan diri menuju Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih

Tujuan : Agar pendamping dan peserta senantiasa berusaha

membaharui diri terus-menerus sehingga memiliki semangat

Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan

kepemimpinan dalam kongregasi

e. Matrik Program Rekoleksi dengan model SCP

Page 116: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

999888

MATRIK PROGRAM REKOLEKSI DENGAN MODEL SCP BAGI PARA PEMIMPIN DALAM KONGREGASI FRATER CMM

2009 Tema Umum : Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai Dasar Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM Tujuan : Pendamping bersama para pemimpin dalam Kongregasi frater CMM semakin mendalami dan mengembangkan Spiritualitas

persaudaraan berbelaskasih dalam karya dan perutusan yang diwujudkan dalam kepemimpinan yang penuh dengan cinta yang berbelaskasih.

No Sub

Tema

Tujuan Judul Pertemuan Tujuan Uraian

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

I Menda-lami Kharis-ma Pendiri

Agar pendamping dan peserta dapat mewujudkan dan menghidupi karisma pendiri dalam karya dan perutusan kongregasi dengan jalan belaskasih

Menghayati semangat “Mansuete et Fortiter” demi terwujudnya Kepemimpinan yang berbelaskasih

Pendamping dan peserta belajar dan mengenal secara mendalam motto dan semangat pendiri Kongregasi sehingga semakin dihayati dalam menjalankan kepemimpinan dalam kongregasi frater CMM

- Orang Samaria yang murah hati

- Motto Mgr. Zwijsen

- Dialog - Tanya jawab - Presentasi - Renungan - Nonton film - Diskusi film - Refleksi pribadi- Menyanyi - Hening - Sharing

- Teks acara - Teks ibadat - Daftar klp - White board - Spidol - LCD proyektor - Lap top - VCD “Pater Damian” - CD instrumen - Pertanyaan

penuntun - Madah Bakti - Kitab Suci

--- Hein & Jos : 1998

- Lie Petronela: 1998)

- Leirop : 1995 - Darminta :

2005 - Konstitusi

Frater CMM - MB 301, 312,

308, - Lukas 10 : 25

– 37 - Pengalaman

peserta dan pendamping

Page 117: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

999999

No Sub Tema

Tujuan Judul Pertemuan Tujuan Uraian

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

II Mempelajari model kepemimpinan Yesus

Pendamping dan peserta berusaha untuk mempelajari model kepemimpinan Yesus dan mengaktualisasikannya dalam hidup setiap hari.

Yesus adalah teladan kepemimpinan Berbelaskasih

Pendamping dan peserta semakin mengenal dan menghayati model kepemimpinan yang Yesus hayati dalam menjalankan tugas dan perutusan-Nya

- Pembasuhan Kaki Murid-murid Oleh Yesus

- Gaya Kepemimpinan Yesus

- Dialog - Tanya jawab - Presentasi - Renungan - Nonton film - Diskusi film - Refleksi

pribadi - Menyanyi - Hening - Menyanyi - Renungan - Sharing

- Teks acara - Teks ibadat - Daftar klp - White board - Spidol - LCD proyektor - Lap top - VCD “Uskup Romero” - CD instrumen - Pertanyaan

penuntun - Madah Bakti - Kitab Suci

--- Sardi : 2005 --- Darminta :

2005 --- Darminta :

1993 --- Ziarah Batin :

2004 --- Konstitusi

Frater CMM --- MB. 448 --- Pengalaman

Pendamping dan peserta

--- Yoh 13 : 1 – 20

Page 118: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

111000000

No Sub Tema

Tujuan Judul Pertemuan Tujuan Uraian

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

III Memperdalam Spiritualitas Kongregasi dan membaharui diri

Pendamping dan peserta mendalami Spiritualitas Kongregasi dan terus menerus membaharui diri dalam hidup

Pembaharuan diri menuju Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih

Agar pendamping dan peserta senantiasa berusaha membaharui diri terus-menerus sehingga memiliki semangat Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan kepemimpinan dalam kongregasi

- Perumpamaan tentang Anak yang hilang

- Pemimpin yang terus membaharui diri

-

- Dialog - Tanya jawab - Presentasi - Renungan - Nonton film - Diskusi film - Refleksi

pribadi - Menyanyi - Hening - Sharing

- Teks acara - Teks ibadat - Daftar klp - White board - Spidol - LCD proyektor - Lap top - VCD “Karol” - CD Instrumen - Pertanyaan

penuntun - Madah Bakti - Kitab Suci

- Darminta : 2005

- Sardi : 2005 - Konstitusi

Frater CMM - Lukas 15 : 11

– 32 - Pengalaman

peserta dan pendamping

Page 119: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

101

f. Contoh Persiapan rekoleksi dengan model SCP

REKOLEKSI PENDALAMAN SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN

BERBELASKASIH BAGI PARA PEMIMPIN DALAM KONGREGASI

FRATER CMM

1) IDENTITAS

Pelaksana : Donatus Naikofi

No. Mhs : 021124022

Tema : Yesus adalah Teladan Kepemimpinan Berbelaskasih

Tujuan : Pendamping dan peserta semakin mengenal dan menghayati

model kepemimpinan yang Yesus hayati dan menjalankan tugas

perutusan-Nya

Peserta : Para Pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM

Tempat : Rumah Retret Panti Semadi Tomohon

Hari/tanggal : Jumat-Sabtu, 10 – 11 Oktober 2009

Metode : Sharing, dialog, diskusi, informasi, tanya jawab, renungan,

refleksi pribadi, diskusi film, menyanyi, ibadat dan hening.

Sarana : Teks lagu, sketsa gambar renungan dari program power point,

LCD proyektor, laptop, VCD film “Uskup Romero”, white

board, spidol, CD instrumen, tape recorder, daftar acara, daftar

nama pembagian kelompok.

Sumber Bahan : Darminta, SJ. 1993. Mengabdi dalam Kepemimpinan.

Yogyakarta: Kanisius

LBI dan Dianne Bergant, CSA (Ed.). 2002. Tafsir Alkitab

Perjanjian Baru. Yogyakarta : Kanisius.

Page 120: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

102

Sardi. M. Profil Kepemimpinan dalam Lembaga Hidup Bakti,

Perantau, XXVIII, No. 3, Mei-Juni 2005

Ziarah Batin. Renungan dan Catatan Harian. Jakarta: Obor.

2) SUSUNAN ACARA REKOLEKSI

a) Hari Sabtu, 10 Oktober 2009

19.15 – 19.30 : Pembukaan Rekoleksi

19.30 – 20.15 : Nonton Film “Uskup Romero”

20.15 – 22.00 : Penerapan Langkah I – II SCP

22.00 - : Istirahat

b) Hari Minggu, 11 Oktober 2009

05.00 - : Bangun Pagi

05.00 – 06.00 : Olahraga bersama dan MCK

06.00 – 07.00 : Doa Pagi dan Meditasi

07.00 – 07.30 : Sarapan

07.45 – 08.30 : Informasi dan Permainan dan lagu

08.30 – 09.45 : Langkah III SCP

09.45 – 10.15 : Snack

10.15 – 11.30 : Langkah IV-V SCP

11.30 – 12.30 : Perayaan Ekaristi Penutupan

Rekoleksi

12.30 – Selesai : Makan Siang

3) PEMIKIRAN DASAR

Page 121: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

103

Perkembangan zaman dan modernisasi membawa perubahan dan kemajuan

yang pesat sekaligus menjadi tantangan karena mendatangkan budaya-budaya yang

cukup mempengaruhi kehidupan manusia yakni budaya hedonisme, konsumerisme

dan materialisme. Budaya-budaya ini juga berpengaruh negatif terhadap

kepemimpinan dalam seluruh segi kehidupan manusia. Akhir-akhir ini para

pemimpin mendapat sorotan akibat maraknya praktek korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN). Kepentingan pribadi dan golongannya menjadi yang utama

sehingga banyak cara dilegalkan dengan menyalahgunakan kekuasaan

kepemimpinan untuk mencapai tujuan pribadi. Para pemimpin kurang

memperhatikan dan menanamkan nilai-nilai cinta kasih, semangat kebersamaan,

dan persaudaraan dalam kepemimpinannya. Mereka terbawa arus perkembangan

sehingga azaz dan nilai-nilai dasar yang menjadi tujuan utama hidup religius mulai

luntur dan hilang.

Para pemimpin religius pun masuk dalam gaya kepemimpinan otoriter untuk

mengejar kekuasaan, kedudukan dan kekayaan. Gaya kepemimpinan dalam

Kongregasi Frater CMM pun sering tidak menunjukan penghayatan Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih sebagai semangat dasar yang ditanamkan pendiri.

Misalnya menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang, kurangnya

komunikasi dengan anggota yang bermasalah sehingga tidak ada penyelesaian yang

damai, dan sikap mempersalahkan sesama frater tanpa melihat dan memperhatikan

permasalahan yang sebenarnya. Sehingga keputusan dan kebijakan yang diambil

sering tidak memuaskan, menimbulkan kekecewaan bahkan sakit hati bagi pribadi

frater tertentu.

Page 122: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

104

Gejala ini memperlihatkan perlunya pembaharuan dan pendalaman kembali

terhadap nilai-nilai kepemimpinan. Para pemimpin harus kembali kepada jati diri

kepemimpinannya yakni melayani dan kembali pada roh kepemimpinan sejati.

Karena dengannya kepemimpinan menjadi bermakna, bernilai dan menghasilkan

kemajuan bersama dalam suatu kelompok atau tarekat religius. Kepemimpin

hendaknya tidak hanya dilihat dari segi kedudukan dan kekuasaan untuk mengejar

hal-hal duniawi tetapi lebih pada usaha melayani dan menyelamatkan orang.

Yesus Kristus adalah tokoh dan teladan dalam kepemimpinan. Hal ini

ditunjukkan selama hidup-Nya, dalam karya dan pewartaan-Nya. Untuk tetap

menjaga keutuhan, cita-cita dan semangat hidup religius maka para pemimpin

religius perlu menimba semangat kepemimpinan yang benar berdasarkan teladan

Yesus sendiri Sang Guru Sejati. Yesus menghayati kepemimpinan yang penuh

dengan cinta yang berbelaskasih. Ia rela mengosongkan diri dan menyerahkan

seluruh hidup-Nya untuk keselamatan umat manusia. Tak henti-hentinya, Ia

mendorong dan mengajak orang bergabung dalam Kerajaan Bapa-Nya. Ia selalu

tergerak untuk memberikan pelayanan total kepada orang kecil, miskin, dan

tertindas. Secara khusus Yesus juga mengajari, melatih dan mendidik para murid

agar memiliki cara hidup seperti yang Ia lakukan. Peristiwa pembasuhan kaki para

murid pada Perjamuan Malam Terakhir (Yohanes 13: 1-20) menggambarkan suatu

model kepemimpinan yang ditunjukkan Yesus bagi murid-murid. Yesus

menunjukkan model kepemimpinan yang saling melayani dengan cinta dan

belaskasih.

Page 123: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

105

Dalam Kongregasi Frater CMM, Mgr. Zwijsen telah menunjukkan bahwa

Yesus adalah inspirator utama dalam semua pelayanan dan kepemimpinannya.

Yesus menunjukkan bahwa kebenaran yang diwartakan-Nya bukan sesuatu yang

abstrak. Kebenaran itu nyata dalam tindakan dan belaskasih terhadap keprihatinan

orang-orang yang dijumpai. Yesus menumbuhkan keyakinan bahwa pertolongan

yang diberikan-Nya merupakan tanda pembaruan hidup (Nouwen: 2007).

Mgr. Zwijsen memberi kedudukan sentral kepada belaskasih dan

menekankan hal tersebut agar pelayanan yang dilakukan bukan merupakan

kesempatan untuk mencari kehormatan, keuntungan atau kepuasan diri. Mgr

Zwijsen memahami belaskasih sebagai inti hidup dari seorang religius yang mau

melayani dengan total (Hein & Jos, 1998: 18). Bagi Mgr. Zwijsen, karya belaskasih

diberikan kepada orang yang membutuhkan dan mempunyai suatu motivasi yakni

demi Allah, artinya demi melaksanakan kehendak Allah. Karya-karya yang

dikerjakan menghantar orang pada pengenalan akan Allah sebagaimana dilakukan

oleh Yesus. Jadi pelayanan yang didasarkan pada semangat belaskasih mengambil

bagian dalam pelayanan Yesus agar semua orang dihantar dalam rangkulan Allah.

4) PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH SCP

a) Pembukaan

Pengantar Tema

Konfrater yang terkasih, selamat datang, senang sekali kita dapat berjumpa

dan bertemu di tempat ini. “Yesus adalah teladan Kepemimpinan Berbelaskasih”

akan menjadi tema rekoleksi kita hari ini dan besok. Yesus adalah utusan yang

disiapkan Allah untuk melakukan karya-karya belaskasih tanpa menonjolkan diri,

Page 124: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

106

tanpa mengejar kekuasaan dengan kesederhanaan dan kerendahan hati. Banyak

orang, sakit, kecil, miskin dan tertindas merasa tersapa, tersentuh dan mengalami

kehadiran Allah karena kehadiran yang sederhana dan penuh cinta ini. Hal ini

haruslah menjadi teladan yang patut kita ikuti karena Dia adalah pemimpin dan kita

juga adalah murid dan pengikut-Nya. Kita berharap bahwa dalam kesempatan ini

dapat belajar dari Sang Pemimpin Sejati ini.

Lagu Pembuka : Datanglah Roh Maha Kudus MB. 448

Doa Pembuka

Allah Bapa yang baik, kami bersyukur atas waktu dan kesempatan yang boleh

kami alami malam ini sampai besok. Engkau memperkenankan kami memperdalam

penghayatan kami tentang Kepemimpinan Yesus yang penuh belaskasih. Hadirlah

bersama kami dan kuatkanlah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami mampu

menggali pengalaman kami dalam melayani orang yang kami pimpin sesuai teladan

Yesus. Bantulah kami agar dapat menemukan makna di setiap pengalaman yang

kami temukan dan yang kami perdalam bersama rekan-rekan kami. Doa ini kami

haturkan kepada-Mu demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin

b) Langkah I-II : Pengungkapan Pengalaman Faktual dan Refleksi Kritis

Terhadap Praksis Faktual

Pengantar

Konfraters yang terkasih, saat ini kita akan merefleksikan pengalaman kita

sebagai pemimpin dengan tuntunan sebuah Film berjudul “Uskup Romero”. Uskup

Romero ini adalah seorang pemimpin umat Katolik di salah satu negara Amerika

Selatan yakni Elsalvador. Krisis multi dimensi yang dialami negaranya yang

Page 125: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

107

mengakibatkan penindasan dan penderitaan terhadap rakyat menggerakkan hati

nuraninya untuk memberikan bantuan dan pertolongan semampunya. Hal ini

dilakukan karena tugas perutusannya sebagai penyalur belaskasih Tuhan. Walaupun

nyawa menjadi taruhannya, ia tetap berjuang membantu rakyat agar mereka

memperoleh pembebasan. Sejauh mana perjuangan Mgr. Romero?

Pendamping bersama peserta menyaksikan film “Uskup Romero”.

Konfrater terkasih, marilah kita merefleksikan pengabdian kita bertolak dari

pengalaman Mgr. Romero, seorang Uskup dari Elsalvador. Saya mohon konfrater

menyaksikan dengan seksama semua pemeran yang terlibat di dalamnya, ucapan-

ucapan yang dilontarkan oleh sosok-sosok dalam film tersebut, setting peristiwanya,

dan pergulatan yang terjadi. Semoga kita sekalian dapat belajar banyak dari tokoh

tersebut. Selamat menyaksikan.

Pendamping menceritakan secara ringkas isi film

Konfrater terkasih, film tadi mengisahkan kekacauan yang terjadi di negara

Elsalvador. Para pejabat pemerintahan berusaha mengejar kekuasaan sebesar-

besarnya. Kekuasaan itu dicapai dengan menggunakan kekerasan dan kekuatan

tentara pemerintah. Rakyat yang ingin mengikuti pemilu ditahan, ditembak dan

mobilnya dihancurkan. Banyak orang yang berjuang demi menegakkan keadilan

diculik dan tidak sedikit yang dibunuh. Bahkan pada saat Perayaan Ekaristipun

umat dibubarkan dengan kekuatan senjata. Keluarga-keluarga kehilangan sanak

saudara, tempat tinggal dan mengalami penderitaan hebat. Mgr. Romero diangkat

menjadi uskup ketika rakyat Elsalvador mengalami penderitaan akibat penindasan

dari pemerintah yang berkuasa. Melihat penderitaan ini Mgr. Romero mulai

bergerak dan terus memberikan peneguhan kepada rakyat yang dalam hal ini adalah

Page 126: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

108

umat katolik. Bersama beberapa pastor dan awam, Mgr. Romero mendampingi

umat dan memberikan pelayanan jasmani dan rohani yang secukupnya.

Dalam kotbah-kotbahnya yang berapi-api di gereja maupun lewat radio,

Mgr. Romero dengan tegas menentang dan mengecam para pejabat pemerintah

yang menjadi dalang penderitaan rakyat. Beberapa kali ia berkunjung untuk

mengadakan pembicaraan dengan para pejabat berkuasa untuk mengadakan

perbaikan dalam kepemimpinan agar rakyat tidak mengalami penderitaan ini. Usaha

dan kerja keras Mgr. Romero demi rakyat terus dilakukan dengan menyampaikan

permasalahan ini dalam sidang para uskup. Mgr. Romero ditentang keras oleh para

uskup lain karena perjuangannya yang tak kenal takut menentang pemerintah.

Kemudian Mgr. Romero diculik dan dipenjarakan. Walau demikian rekan-rekannya

pastor dan awam tetap berjuang dan Mgr. Romero tetap berjuang setelah

dikeluarkan dari penjara. Perjuangan Mgr. Romero berpuncak pada saat ia

merayakan Ekaristi. Ia ditembak mati oleh orang yang dibayar pemerintah. Atas

perjuangan Mgr. Romero kehidupan rakyat Elsalvador berangsur membaik dan

Mgr. Romero tetap dikenang sebagai pemimpin tegas yang melaksanakan tugas

perutusannya dengan penuh cinta seperti yang dilakukan Yesus Pemimpin Sejati.

Pendalaman Film “Uskup Romero”

Manakah kisah atau peristiwa dari film ini yang berkesan bagi anda?

Apa penyebab utama, terjadinya krisis di Elsalvador?

Bagaimana realitas kepemimpinan religius saat ini?

Bagaimana profil seorang pemimpin religius yang anda harapkan?

Pendamping memberikan peneguhan

Page 127: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

109

Konfrater terkasih, banyak peristiwa menarik yang kita temukan dalam film

tadi. Ketika Mgr. Romero menjemput umat yang dihadang tentara, ketika ia beradu

argumen mempertahankan gereja yang akan direbut tentara berkuasa, pengalaman

ketika ia diculik, dan pada saat ia ditembak di gereja dan banyak peristiwa lain.

Kiranya kita sepakat bahwa kekuasaan dan jabatan dari para pemimpin yang dalam

film tadi membuat mereka buta terhadap kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan,

sehingga penindasan terhadap rakyat merupakan hal yang sah bagi mereka.

Kekuasaan, kedudukan dan kenikmatan hidup membuat mereka menjalankan

kepemimpinan sesuai keinginan pribadi tanpa memperhatikan sesamanya.

Dalam kepemimpinan religius sering juga ditemukan pemimpin yang

otoriter, mengejar popularitas, mengambil keputusan semaunya tanpa

mendengarkan anggotanya. Nilai-nilai kristiani dan kharisma kongregasi

tersembunyi dalam topeng kepemimpinanya. Tentunya kita mempunyai harapan

bahwa kita akan menjadi lebih baik sebagai seorang pemimpin sekarang dan pada

waktu-waktu yang akan datang. Menjadi pemimpin yang memiliki pribadi yang

mencinta, memiliki semangat pendiri, dan memimpin berdasarkan teladan Yesus

yakni dalam belaskasih.

c) Langkah III : Mengusahakan Supaya tradisi dan visi kristiani terjangkau.

Pendamping membagikan teks Kitab Suci Yohanes 13 : 1-20 dan meminta

beberapa peserta membacakannya.

Pendamping mengajak peserta membaca dan merenungkan isi Injil secara

pribadi dan kemudian mengajak peserta bernyanyi lagu “Bahasa Cinta”.

BAHASA CINTA

Page 128: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

110

*Andaikan aku lakukan yang luhur mulia

Jika tanpa kasih cinta hampa tak berguna

Reff:

Ajarilah kami bahasa cintaMu

Agar kami dekat padaMu ya Tuhanku

Ajarilah kami bahasa cintaMu

Agar kami dekat padaMu

*Andaikan aku pahami bahasa semua Hanyalah bahasa cinta kunci tiap hati. Reff *Cinta itu lemah lembut sabar sederhana Cinta itu murah hati rela menderita. Reff

Pendamping memberikan beberapa pertanyaan pendalaman

Manakah ayat yang berkesan bagi anda?

Apa yang menggerakkan Yesus melakukan pembasuhan kaki para murid?

Apa makna yang dapat kita petik dari peristiwa ini?

Interpretasi Kitab Suci

Konfrater yang terkasih, Perjamuan Malam Terakhir mengingatkan kita

akan saat-saat penderitaan dan kematian Kristus dan Dialah yang menjadi “tuan

rumah” melayani para murid pada perjamuan itu. Yesus menyisakan satu kenangan

terindah yang penuh refleksi dalam hidup para murid sebelum mengakhiri tugas-

Nya di dunia dengan makan bersama dan membasuh kaki para murid-Nya. Yesus

ingin menunjukan bahwa betapa besar kasihnya kepada para murid dan mereka

adalah saudara dan sahabat-Nya walau harus menanggalkan jubah sekalipun (ay 4).

Yesus memperlakukan para murid secara manusia dengan mengajari, mendidik dan

membimbing mereka dalam jalan yang benar dan penuh cinta kasih. Hal ini tampak

dalam kata-kata Yesus: “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya

demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya” (ay 1).

Page 129: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

111

Pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus Sang Imam Sejati menunjukan

teladan-Nya dalam sebuah pelayanan yang total sebagai seorang Guru dengan

membasuh kaki murid-Nya. Yesus menampilkan diri sebagai seorang pemimpin

yang mau melayani tanpa pamri dan menonjolkan jabatan dan kuasa-Nya. Ia adalah

pelayan dan pemimpin yang siap melayani bahkan membasuh dan membersihkan

kaki para murid sekalipun. Cinta-Nya yang penuh belaskasihan adalah yang utama

dalam hidup-Nya, bukan kedudukan dan pangkat (Darminta, 1993: 26).

Peristiwa pembasuhan ini merupakan contoh pendidikan kepemimpinan bagi

para murid dan kita agar menjadi pemimpin yang melayani dengan penuh kasih,

rendah hati, dan mengutamakan kepentingan banyak orang. Yesus mengajak para

pengikut-Nya untuk meneladani apa yang telah Ia lakukan dengan mengatakan:

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka

kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu

teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat

kepadamu (ay 14-15).

Menjadi pemimpin, baik sebagai Pemimpin Umum dan anggota Pimpinan

Umum, Provinsial dan anggota Dewan Provinsi, Pemimpin Novis-Postulan,

Pemimpin Komunitas, Kepala Sekolah, Ketua Yayasan dan pemimpin lainnya

adalah anugerah Tuhan. Hal ini berarti pemimpin adalah utusan Allah yang siap

melaksanakan kehendak Allah dalam kerendahan hati dan cinta kasih. Ia senantiasa

siap berkomunikasi, menjadi teladan hidup doa, melibatkan semua anggota dalam

keputusan dan pelaksanaan keputusan sehingga pusat perhatian adalah

kesejahteraan bersama (Darminta, 1993: 36). Kepemimpinan Yesus pun

berdasarkan amanat untuk datangnya Kerajaan Allah, dan bentuk ketaatan total

Page 130: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

112

kepada Bapa-Nya untuk membawa manusia kepada keselamatan Melalui ajaran-

Nya Yesus menyingkapkan kehendak Bapa (Sardi, 2005: 219).

Seorang pemimpin sejati adalah orang yang memberikan teladan baik dalam

melaksanakan hukum kasih. Yesus menunjukan teladan sempurna bahwa menjadi

seorang pemimpin berarti menjadi teladan dalam pelayanan, dalam penghayatan

Spiritualitas Kongregasi dan dalam penghayatan nilai-nilai Kristiani. Dengan

Pembasuhan kaki para murid, Yesus mengajarkan kesiapsediaan untuk melayani

siapapun dan mengabdi demi kebahagiaan sesamanya.

Untuk itu dituntut ketulusan hati, kejujuran, dan kebijaksanaan dari para

pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya di zaman ini. Segala hal yang

menghalangi pelaksanaan kepemimpinan berdasarkan cinta kasih sedapat mungkin

dihindari misalnya kekuasaan, harga diri, kesombongan, harta kekayaan,

mementingkan diri sendiri, dll.

Sebuah tarekat religius bagaikan sebuah komunitas beriman yang diundang

Yesus untuk membangun sebuah persaudaraan universal yang saling melayani.

Pemimpin maupun anggota adalah saudara satu sama lain yang saling menghargai,

saling menghormati, saling mencintai dan saling meneguhkan sehingga baik

anggota maupun pimpinan merasa tegar dan kuat menjalankan perutusannya dan

memberikan kesaksian tentang cinta yang penuh belaskasih yang terwujud dalam

diri Yesus Kristus. Kita berharap dalam kongregasi kita setiap frater dapat

bertumbuh dalam penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih, dewasa

dalam iman, harap dan kasih. Dengan demikian kita masing-masing memiliki harta

kekayaan yang tak ternilai dari Allah untuk bersama-sama membangun Kerajaan-

Page 131: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

113

Nya dan bersama orang lain menuju masa depan yang lebih baik (Konst. Bag. I.

Art. 187).

d) Langkah IV-V : Interpretasi dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan

tradisi dan visi peserta dalam keterlibatan baru demi

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Pendamping mengajak peserta bernyanyi lagu “Tiap Langkahku”.

“Tiap Langkahku”.

Tiap langkahku diatur oleh Tuhan

Dan tangan kasihNya memimpinku

Di tengah badai dunia menakutkan

Hatiku tetap tenang teduh

Reff: Tiap langkahku kutahu yg Tuhan pimpin

Ke tempat tinggi kudihantarNya

Hingga sekali nanti aku tiba

Di rumah Bapa surga yang baka

Di waktu imanku mulai goyah

Dan bila jalanku hampir sesat

Kupandang Tuhanku penebus dosa

Kuteguh sebab Dia dekat

Pengantar

Konfraters yang terkasih, Yesus telah membuka jalan bagi kita bagaimana

menjadi pemimpin yang baik. Pada langkah sebelumnya kita bersama merenungkan

pengalaman Yesus mengajari kita menjadi pemimpin sejati. Kita adalah pengikut

Yesus maka yang harus kita lakukan adalah meneladani yang telah dilakukan Yesus

Page 132: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

114

sendiri. Bagaimana usaha kita untuk meneladani Yesus sebagai pemimpin yang

berbelaskasih?

Pendamping memberikan beberapa pertanyaan pendalaman.

Sejauhmana usaha anda menghayati teladan Yesus sebagai seorang

pemimpin yang berbelaskasih?

Manakah sikap, tindakan, cara hidupmu yang mau diteguhkan Yesus?

Apa wujudnyata yang mau anda lakukan sebagai bentuk usaha meneladani

Yesus sebagai pemimpin berbelaskasih?

Bagaimana anda mewujudkan niat-niat itu secara konkret?

Pendamping memberikan peneguhan

Konfraters yang terkasih dalam Yesus, sejak kemarin kita bersama

menyediakan waktu untuk hadir di tempat ini. Kita menyediakan diri untuk terbuka

dan berbagi bersama tentang pengalaman kepemimpinan kita yang berbeda-beda.

Proses demi proses, langkah demi langkah kita lalui dengan berbagi satu sama lain.

Kita mencari, mengolah semua pengalaman kita secara pribadi maupun bersama

dengan tema “Yesus adalah teladan kepemimpinan Berbelaskasih”.

Penginjil Yohanes menyodorkan refleksinya tentang Yesus dalam peristiwa

Perjamuan Malam Terakhir. Yesus adalah tokoh sederhana yang penuh dengan

cinta kasih memberikan teladan bagi kita bagaimana menjadi seorang pemimpin

yang berbelaskasih. Berbelaskasih juga adalah inti spiritualitas kita yang diwariskan

pendiri kita Mgr. Zwijsen. Semangat Yesus yang telah dihayati Mgr. Zwijsen

patutlah menjadi bagian dari kehidupan kita juga sebagai pemimpin, sehingga

Page 133: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

115

kitapun seperti Yesus dan Mgr. Zwijsen melayani dengan semangat kerendahan

hati, penuh cinta, rela mengosong dan memberi diri seutuhnya bagi Allah, dan

memberikan kesaksian hidup sesuai teladan Yesus sendiri.

Pada saat ini, kita juga bersyukur karena kita diberi kesempatan berahmat ini

untuk menggali, mengolah dan menemukan sebuah pengalaman baru dalam

menjalankan kepemimpinan kita masing-masing sesuai teladan Yesus. Kita telah

diutus maka dalam menjalankan kepemimpinan ini kita tidak sendirian tetapi Allah

akan tetap menyertai kita dalam suka maupun dalam duka. Hendaklah Yesus

menjadi teladan hidup bagi kita dalam berbelaskasih sehingga kita dapat

mengaktualkan kemampuan dan talenta kita secara benar, baik dan sesuai

kehendak-Nya sehingga kitapun seperti Yesus menjadi Pemimpin yang

Berbelaskasih.

e) Penutup

Evaluasi

Pendamping menginformasikan maksud dari evaluasi kegiatan rekoleksi.

Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengevaluasi

kegiatan. Isi evaluasi meliputi proses, tempat, isi, manfaat dan usulan.

Kata Penutup

Pendamping menyampaikan kata penutup yang berisi :

Ucapan terima kasih atas waktu, kesediaan peserta dan keterbukaan dalam

seluruh proses rekoleksi.

Page 134: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

116

Ucapan terima kasih kepada peserta atas kerjasamanya sehingga rekoleksi

ini dapat berjalan dengan baik. Semoga rekoleksi ini membuat kita

semakin bangga menjadi pemimpin yang berbelaskasih.

Permintaan maaf atas segala kekurangan selama rekoleksi.

Doa Penutup

Allah Bapa yang berbelaskasih, kami bersyukur karena Engkau

menganugerahkan seorang pemimpin sejati yakni Yesus Putra-Mu. Ia telah

menunjukan kesaksian yang hidup sebagai seorang pemimpin yang penuh kasih.

Kami mohon turunkanlah rahmat itu dalam diri kami, sehingga kamipun seperti

Yesus mampu menjadi pemimpin yang mengutamakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Anugerahkanlah kerendahan hati serta keberanian meneladani Yesus, melayani

tanpa pamri dan tanpa menonjolkan diri, mencintai tanpa membedakan, dan hidup

seutuhnya hanya demi Persaudaran Berbelaskasih. Demi Kristus Tuhan kami.

Amin.

Nyanyian Kongregasi “Persaudaraan Berbelaskasih”.

Page 135: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

BAB V

PENUTUP

Pada bab terakhir ini, penulis menyampaikan dua pokok uraian. Pertama,

kesimpulan yang berisi beberapa poin yang menjadi inti dari penulisan. Pokok

kedua adalah saran. Pada bagian saran, penulis menghaturkan beberapa saran yang

dapat memberikan sumbangan bagi proses pendalaman Spiritualitas Persaudaraan

Berbelaskasih bagi para pemimpin dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria

Bunda Yang Berbelaskasih.

A. Kesimpulan

Kepemimpinan religius pada hakikatnya menjalankan fungsi pengabdian

dan pelayanan yang hendaknya dilandasi cinta kepada Tuhan dan manusia terutama

kepada anggota yang dipimpinnya. Mgr. Zwijsen menginspirasi semangat Santo

Vinsensius a Paul (pelindung karya kongregasi Frater CMM dan Suster SCMM)

dan ingin belaskasih Allah diwujudkan dalam pelayanan dan pertolongan kepada

yang susah, menderita, dan miskin.

Semangat inilah yang Zwijsen wariskan hingga kini agar menjiwai karya

dan perutusan Suster SCMM dan Frater CMM dalam menjawab tantangan zaman.

Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih inilah yang hendaknya menjiwai dan

mendasari perutusan para pemimpin Kongregasi Frater CMM dalam menjalankan

kepemimpinannya, agar para anggota dan semua orang yang dilayani merasa

diperhatikan, dicintai, berkembang ke arah yang lebih baik dan mempunyai harapan

menatap masa depan yang cerah.

Page 136: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

118

Bagi Mgr. Zwijsen dalam kelembutan (mansuete) dan ketegasan (fortiter)

terwujud Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih. Kelembutan merupakan cara,

agar orang yang dilayani merasa tersapa, tersentuh dan bangkit. Sedangkan

ketegasan merupakan cara, agar orang yang dilayani merasa termotivasi menjadi

lebih baik lebih dan menghargai tindakan.

Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang dihayati Mgr. Zwijsen,

memiliki dasar yang kuat dalam seluruh hidup dan karya Yesus. Pemberian diri

Yesus mengamalkan karya belaskasih merupakan kepenuhan belaskasih. Kematian

Yesus di salib dan kebangkitan-Nya memberikan pemahaman tentang Allah yang

solider, dan berbelaskasih. Maka, menjadi berbelaskasih berarti siap menjadi hamba

seperti Yesus. Mgr. Zwijsen menegaskan bahwa kesediaan seorang frater mengabdi

sesama mendapat suri teladan dalam diri Hamba Tuhan yakni Yesus. Dia dalah

figur pemimpin yang patut diteladani dalam menyalurkan pelayanan belaskasih

kepada sesama. Maka pelaksanaan otoritas kepemimpinan seorang Frater CMM

hendaknya bersumber dan bersama Kristus karena semua itu diterima dari-Nya.

Bagi penulis upaya memperdalam kepemimpinan yang berdasarkan

Spiritualitas Persaudaraaan Berbelaskasih melalui katekese model SCP cukup

efektif karena bertumpu pada praksis dan pengalaman peserta, multifungsi dan

bersifat komprehensif. Bagi penulis karakteristik SCP seperti ini sangat membantu

pendalaman Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih bagi para pemimpin

Kongregasi Frater CMM sehingga menjadi sosok yang bersaudara, memiliki cinta

yang berbelaskasih, mampu mendengarkan orang lain, mengambil keputusan

berdasarkan pertimbangan yang matang dan membahagiakan pihak lain.

Page 137: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

119

B. Saran

Untuk meningkatkan penghayatan Kepemimpinan berdasarkan Spiritualitas

Persaudaraan Berbelaskasih dan sesuai karisma pendiri, penulis ingin memberikan

beberapa saran kepada para pimpinan dan seluruh Frater CMM, sebagai berikut:

1. Menggunakan jabatan secara benar sesuai dengan nilai-nilai kebenaran.

2. Mengadakan dialog persaudaraan dengan anggota yang bermasalah agar

mencapai jalan keluar dan penyelesaian yang tepat dan mendamaikan.

3. Bersikap terbuka dan penuh cinta menerima sesama anggota yang bermasalah

dan bukannya mempermasalahkan.

4. Berusaha membuat keputusan dan kebijakan dengan pertimbangan yang matang.

5. Menciptakan relasi pribadi yang khusus dengan Allah dalam doa, agar dapat

mendengarkan suara Tuhan sebagai pemberi rahmat dalam tugas perutusan

sehingga dapat melaksanakan kepemimpinan dalam tuntunan dan bimbingan

Allah sendiri sebagaimana diteladankan Yesus Sang Putra.

6. Selalu berusaha membaharui diri secara terus menerus, rela menerima saran, dan

kritikan demi perubahan ke arah yang lebih baik.

7. Meluangkan waktu menambah wawasan dan pengetahuan dengan membaca

buku, mengikuti kursus, seminar dan pelatihan yang berkaitan dengan

kepemimpinan. Menyediakan waktu yang cukup untuk mendalami Konstitusi

baik secara pribadi maupun dalam retret atau rekoleksi tentang spiritualitas

Kongregasi.

8. Membangun dialog multi arah antar pimpinan dan anggota yang dipimpin,

menciptakan relasi yang sehat, bersikap sederhana, rendah hati dan menjadi

teladan dalam penghayatan spiritualitas kongregasi dan nilai-nilai kristiani.

Page 138: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

120

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Darmi, MM (2005). Kepemimpinan, Manajemen. Yogyakarta: Amara Books

Brigitte, OSU. (1998). Kristus Pemimpin Kita. Jakarta. Dale, D. Robert. (1992). Pelayanan sebagai Pemimpin. Malang: Gandum Mas. Darminta, J. SJ. (1993). Mengabdi dalam Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. _________. (1997). Sabda Di Bukit: Konstitusi Hidup Kerajaan Allah. Yogyakarta:

Kanisius. _________. (2003a). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2003b). Akar Dan Sayap : Praksis Pendidikan Nilai. Girisonta:

PUSPITA. _________. (2005). Kepemimpinan Religius dalam Peziarahan Hidup. Yogyakarta:

Kanisius. _________. (2006). Dewasa Sempurna dalam Kristus. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta. Balai Pustaka. Dewan Pimpinan Provinsi Frater CMM Indonesia. (2003). (Laporan) Pertemuan

Para Pemimpin Komunitas Frater CMM Provinsi Indonesia. Yogyakarta.

Dewan Pimpinan Provinsi Frater CMM Indonesia. (2008). (Laporan) Kapitel Provinsi Indonesia IV. Yogyakarta.

Dewan Pimpinan Umum Frater CMM. (1997). Seri Kongregasi, Dengan Memperhatikan 1996 – 2002. Tilburg: Gasthuisring.

_________. (1998). Seri Kongregasi, Membina Saudara Belaskasih. Tilburg: Gasthuisring.

_________. (2000). Seri Kongregasi, Yesus yang Berbelaskasih Saudara kita. Tilburg: Gasthuisring.

_________. (2001). Seri Kongregasi, Maria Bunda Yang Berbelaskasih. Tilburg: Gasthuisring.

_________. (2002). Seri Kongregasi, Memberi Kesaksian Mengenai Persaudaran. Tilburg: Gasthuisring.

_________. (2003). Berpadu di Jalan Belaskasih. Tilburg: Gasthuisring. _________. (2004). Hidup dalam Perhimpunan. Tilburg: Gasthuisring. Effendy, Onong. U., M.A. (1977). Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung:

Alumni Offset. Fuellenbach, John. (2000). Kerajaan Allah: Pesan Inti Ajaran Yesus Bagi Dunia

Modern, Ende: Penerbit Nusa Indah.

Page 139: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

121

Groome, H. Thomas. (1997) Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991).

Hein & Jos Huls. (1995). Segala Sesuatu hanya Berdasarkan Cinta Kasih. Nijmegen: Brandsma Institut.

_________. (1998). Inti Hidup, Belaskasih Religius Bagi Panggilan Hidup Joannes Zwijsen. Nijmegen: Vakhof Pers.

Heuken, A. (1991). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Loka Caraka. Konstitusi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih. (1990).

Belanda: Tilburg. Konfrensi Wali Gereja Indonesia. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta.

Obor _________. (2001). Novo Millennio Ineunte: (Pada Awal Milenium Baru). Jakarta _________. (2005). Bertolak Segar Dalam Kristus: Komitmen Hidup Bakti yang

Diperbaharui di Milenium ketiga. Jakarta _________. (2006). Kitab Hukum Kanonik. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Lie, Petronela. (1997). Biografi Pendiri SCMM dan CMM. Dewan Provinsi SCMM. Lierop, van Pieter. (1993). Album Sejarah Kongregasi Frater CMM. Manado: Yafa _________. (1994). Spiritualitas St. Vinsensius A Paulo. Manado: Yafa _________. (1995a). Joannes Zwijsen Uskup dan Pendiri Kongregasi, Manado:

Yafa. _________. (1995b). Dibimbing Oleh St. Vinsensius a Paulo Dalam Semangat

Belaskasih. Tomohon. Komisi Spiritualitas CMM Indonesia. _________. (1996). Maria Suri Teladan Kita. Manado: Yafa Zwijsen, Joannes. (1864). Gemeenzame Gesprekken: Pembicaraan-Pembicaraan

Akrab 1863-1864, (terjemahan).Tilburg. Mangunhardjana, A.M., SJ. (1976). Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. Mar’at. (1982). Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung: Ghalia Indonesia. Mardiprasetya. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 1.

Yogyakarta: Kanisius. Maria. A.D. (2008). Oscar Romero dan Dorothy Day. Yogyakarta: Kanisius. Musakabe. H. (2005). Roh Kepemimpinan Sejati. Sebuah Pencarian jati diri. Citra

Insan Pembaru: Jakarta Nouwen, Henry J.M. (1986). Pelayanan Yang Kreatif, Yogyakarta: Kanisius. _________. (1987). Sehati Seperasaan: Sebuah Permenungan Tentang Hidup

Kristen, Yogyakarta: Kanisius _________. (2007). Peacework: Mengakarkan Budaya Damai, Yogyakarta:

Kanisius. Ponticelli. S. CM. (1996). Dalam Bimbingan Santo Vinsensius I. (Surat-surat Santo

Vinsensius). Malang: Dioma

Page 140: SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI … · 2018. 3. 26. · kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan

122

_________. (2003). Dalam Bimbingan Santo Vinsensius II. (Surat-surat Santo Vinsensius). Malang: Dioma

Pujo Bernard. (2007). Vinsensius de Paul Sang Pelopor. Medan: Bina Media. Purnomo, Aloys Budi, Jalan-Jalan Toleransi demi Kasih dan Keadilan,

Yogyakarta: Kanisius, 2002 hal., 17 Riberu, J. (1978). Dasar-dasar Kepemimpinan Pegangan Praktis bagi Pemimpin

Masyarakat. Jakarta: Luceat. Samosir, B. Kepemimpinan Horisontal. Majalah Rohani. 2004. No. 10, tahun ke 51 Sardi. M. Profil Kepemimpinan dalam Lembaga hidup Bakti, Perantau, XXVIII,

No. 3, Mei-Juni 2005 Soenarja, A. SJ. (1984). Kepemimpinan Biara dari Hari ke Hari. Yogyakarta:

Kanisius. Suharyo, I, Berbahagialah Orang Yang Miskin di Hadapan Allah Karena

Merekalah Yang Empunya Kerajaan Surga (Mat.5:3) dalam Kemiskinan dan Pembebasan (bunga rampai) (editor), 1987. J.B. Banawiratma, Yogyakarta: Kanisius.

Suparmono, Paul. (1999). Berorientasi dalam Dunia Spiritualitas Vinsensius. Lokakarya Bina Diri Menjadi Formator Vinsensian Dalam Milenium IIII.

Tondowidjojo, John, CM. (1987). St. Vinsensius de Paul. Pengikut Pembawa Kabar Gembira Kepada Kaum Miskin. Surabaya: Bina Tama

_________. (1990). Menyimak Keutamaan St. Vinsensius. Malang: Dioma. Tracy Brian. (2003). Sukses Memimpin. Jakarta: Delapratasa