HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat...

14
Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015 PROSIDING SEMINAR HASIL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 1 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUANG INDUKSI KAMAR OPERASI JIH YOGYAKARTA Aan Devianto* 1 , Abdul Majid 2 , Sriyanto 3 1,2,3 Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta 2 Keperawatan Poltekkes Kemenkes, Yogyakarta 3 Program Studi S1Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta e-mail: * 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Latar Belakang: Kecemasan banyak ditemui pada klien yang menjalani pemeriksaan dan perawatan dibidang kesehatan. Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7% populasi umum dan 25% atau lebih pada populasi klien bidang medis termasuk didalamnya pasien operasi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik terhadap kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi kamar operasi rumah sakit “JIH”. Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif deskriptif korelasional non eksperimen. Disain penelitian crossectional. Tempat penelitian di ruang Induksi kamar operasi rumah sakit “JIH” bulan Desember 2014 Januari 2015. Sampel penelitian sebanyak 52 responden. Uji statistik menggunakan Kendall Tau. Hasil: Komunikasi terapeutik keperawatan, sebesar 51,9% dalam kategori cukup dan 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori cemas ringan dan 15% dalam kategori cemas sedang. Uji statistik untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kecemasan pasien pra operasi diperoleh p value 0,000. Correlation coefficient diperoleh hasil 0,593. Arah hubungannya adalah negatif. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik dengan kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH”. Kata Kunci: Komunikasi terapeutik keperawatan, Kecemasan pasien pra operasi Abstract Background: There was many anxiety in patients who examination and treatment in the field of health. Significantly affect anxiety 5-7% in general population and 25% or more in the population of patients in the medical field, including the patient's surgery. Aim: The aim of this reseach is to know the correlation between therapeutic communication and anxiety of patient pre operative in induction room operathing theatre “JIH” hospital. Method: This was on non experimental reseach with also a correlation descrptive reseach that using cross sectional approach. The reseach was conducted in induction room operathing theatre “JIH” hospital, during December 2014 January 2015. The sample of research were 52 patient. There used Kendall-Tau parrametric correlation test.

Transcript of HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat...

Page 1: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 1

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

DENGAN KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUANG

INDUKSI KAMAR OPERASI JIH YOGYAKARTA

Aan Devianto*1, Abdul Majid

2, Sriyanto

3

1,2,3Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta

2Keperawatan Poltekkes Kemenkes, Yogyakarta

3Program Studi S1Keperawatan, STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta

e-mail: *[email protected],

[email protected],

[email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Kecemasan banyak ditemui pada klien yang menjalani pemeriksaan

dan perawatan dibidang kesehatan. Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7%

populasi umum dan 25% atau lebih pada populasi klien bidang medis termasuk

didalamnya pasien operasi.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik terhadap kecemasan

pasien pra operasi di ruang Induksi kamar operasi rumah sakit “JIH”.

Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif deskriptif korelasional non eksperimen.

Disain penelitian crossectional. Tempat penelitian di ruang Induksi kamar operasi

rumah sakit “JIH” bulan Desember 2014 – Januari 2015. Sampel penelitian sebanyak

52 responden. Uji statistik menggunakan Kendall Tau.

Hasil: Komunikasi terapeutik keperawatan, sebesar 51,9% dalam kategori cukup dan

48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori

tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori cemas ringan dan 15% dalam kategori

cemas sedang. Uji statistik untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan

kecemasan pasien pra operasi diperoleh p value 0,000. Correlation coefficient

diperoleh hasil – 0,593. Arah hubungannya adalah negatif.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik dengan

kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH”.

Kata Kunci: Komunikasi terapeutik keperawatan, Kecemasan pasien pra operasi

Abstract

Background: There was many anxiety in patients who examination and treatment in the

field of health. Significantly affect anxiety 5-7% in general population and 25% or more

in the population of patients in the medical field, including the patient's surgery.

Aim: The aim of this reseach is to know the correlation between therapeutic

communication and anxiety of patient pre operative in induction room operathing

theatre “JIH” hospital.

Method: This was on non experimental reseach with also a correlation descrptive

reseach that using cross sectional approach. The reseach was conducted in induction

room operathing theatre “JIH” hospital, during December 2014 – January 2015. The

sample of research were 52 patient. There used Kendall-Tau parrametric correlation

test.

Page 2: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

2 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

Result: Nurse’s communication therapeutic 51,9% in category medium and 48,1% in

category good. The anxiety level of patient pre operative, 26,9% in category no

anxiety, 57,7% in category low anxiety and 15% in category medium anxiety. Statistic

correlation test to know relationship between therapeutic communication and anxiety

of patient pre operative result p value 0,000. Correlation coefficient result -0,593. The

direction of correlation is negatif.

Conclution: There was significan correlation between therapeutic communication and

anxiety of patient pre operative in induction room operathing theatre “JIH” hospital.

Keywords: Communication therapeutic of nurse, Anxiety patient pre operative.

1. PENDAHULUAN

ndang Undang Republik Indonesia No. 23 pasal 32 ayat 2 tahun 1992 tentang

kesehatan, bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan

dengan pengobatan dan atau perawatan. Rumah sakit adalah sarana kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan

upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi

dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu

tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.1

Kamar operasi adalah unit khusus di rumah sakit yang berfungsi untuk

melakukan tindakan pembedahan secara terencana maupun, emergency. Pembedahan

adalah tindakan yang dilakukan diruang operasi rumah sakit dengan prosedur yang

sudah ditetapkan.2 Kecemasan pada individu yang akan dilakukan operasi bisa diamati

dengan mengungkapkan adanya rasa takut yang biasanya diekpresikan secara langsung

dan berulang mengajukan pertanyaan meskipun sudah dijelaskan prosedur operasinya.

Kecemasan, menurut Freud mengatakan kecemasan adalah fungsi ego untuk

memperingati individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat

disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang

yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya

dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai

ego dikalahkan. Kecemasan banyak ditemui pada klien yang menjalani pemeriksaan dan

perawatan dalam bidang kesehatan. Secara signifikan kecemasan mempengaruhi 5-7%

populasi umum dan 25% atau lebih pada populasi klien dalam bidang medis.3 Di Medan

di Rumah Sakit Haji Adam Malik sebanyak 84,6% pasien pra operasi mengalami

kecemasan ringan, sebanyak 15,4% pasien pra operasi mengalami kecemasan sedang

dan tidak ada pasien dengan tingkat kecemasan berat maupun panik.4 Di Surabaya di

Rumah Sakit Dr. Ramelan pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan 58%, cemas

sedang 37% dan cemas berat 5%. Di Yogyakarta di Rumah Sakit “JIH” dari sejak

beroperasional mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 belum pernah dilakukan

penelitian tentang kecemasan pasien pre operasi tersebut.

Komunikasi terapeutik keperawatan adalah kemampuan atau ketrampilan

perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi psikologis dan

belajar begaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi Terapeutik merupakan

cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi

dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain,

komunikasi ini direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk

kesembuhan pasien.5 Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang

Komunikasi Terapeutik di Ruangan Perawatan Intalasi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

U

Page 3: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 3

Pusat. menunjukan 71% memiliki tingkat pengetahuan mengenai komunikasi terapeutik

tinggi dan 28% tingkat pengetahuan perlu ditingkatkan lagi kualitas pelayanan kepada

pasien khususnya komunikasi terapeutik dengan pelayanan keperawatan yang optimal.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit “JIH” yang sudah

mendapatkan SEA (Service Exellence Award) 2013 berdasarkan data quetioner pasien

rawat inap yang berjumlah 110 sampel secara umum di bulan Januari - Juni tahun 2014

mengenai komunikasi keperawatan, menunjukkan 23% pasien yang dirawat

menyatakan komunikasi perawat kurang, 77% pasien yang dirawat menyatakan

komunikasi perawat baik. Di layanan kamar operasi data pasien yang menjalani operasi

dalam 1 tahun terakhir, Juli 2013 – Juni 2014 rata-rata berjumlah 110 pasien. Observasi

yang dilaksanakan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” pada 10 pasien

pra operasi yang dijadwalkan secara elektif, 5 pasien diantaranya terjadi penundaan 30

menit – 90 menit pelaksanaan jam operasinya dari jam operasi yang sudah dijadwalkan.

Hal ini terjadi karena operasi yang sebelumnya belum selesai dilaksanakan atau tim

operasi dengan kategori perjanjian terlambat datang. Meskipun sudah diberikan

informasi mengenai hal ini oleh petugas kamar operasi, pasien dan keluarga masih

menyampaikan keluhan dan kecemasannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan komunikasi terapeutik keperawatan dengan kecemasan pasien pra

operasi yang di rawat inap khususnya di ruang induksi kamar operasi rumah sakit "JIH".

2. METODE PENELITIAN

2.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas

komunikasi terapeutik keperawatan dan variabel terikatnya tingkat kecemasan

pada pasien pra operasi.6

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada satu waktu (point time approach).7

2.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit

”JIH” Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan di bulan Desember 2014 –

Januari 2015.

2.3. Populasi dan Sampel Penelitian

2.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien pra operasi di ruang induksi kamar operasi rumah

sakit "JIH" bulan November - Desember 2014 dengan populasi berjumlah 110

pasien.

Page 4: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

4 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

2.3.2. Sampel

2.3.2.1. Responden

Responden adalah orang atau benda yang langsung dijadikan sumber

data penelitian. Mereka yang terpilih sebagai responden merupakan sampel

penelitian. Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

subyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.7 Sampling

adalah proses menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi.8 Teknik

sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling. Consecutive

sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga jumlah responden dapat terpenuhi.6 Penentu kriteria sampel sangat

membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika

terdapat variabel variabel (control atau perancu) yang ternyata mempunyai

pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel pada penelitian ini

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah persyaratan

umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikutsertakan ke dalam

penelitian. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi.6

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a. Pasien pra operasi dewasa pria dan wanita berumur 17-60 tahun.

b. Bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta

penelitian.

c. Jenis operasi mayor

d. Pendidikan antara SD sampai PT

e. Pasien dapat membaca dan menulis

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi :

a. Operasi emergency

b. Pasien tidak sadar dan tidak bisa berkomunikasi verbal

2.3.2.2. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel.

Populasi pasien operasi di kamar operasi Rumah Sakit “JIH” berjumlah 110

pasien. Penentuan besar sampel menggunakan rumus7 dengan hasil 52

Responden.8

2.4. Variabel dan Definisi Operasional

2.4.1. Variabel

Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel independen

komunikasi terapeutik keperawatan dan variabel dependen tingkat kecemasan

pasien pra operasi.

2.4.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan uraian peneliti tentang batasan suatu

variabel, kemudian memberikan deskripsi tentang metode yang digunakan

peneliti mengukur variabel tersebut, kemudian menentukan hasil ukur atau

kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan.7

Definisi operasional penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1 berikut ini :

Page 5: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 5

2.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Pada pelaksanaan

penelitian untuk mengukur variabel dependen kecemasan pasien pra operasi,

peneliti menggunakan kuesioner kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS), untuk mengukur variabel independen komunkasi terapeutik keperawatan

menggunakan kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan.9

2.6. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah alat ukur atau kuesioner

dengan beberapa pertanyaan.10

Dalam penelitian ini instrumen menggunakan 2

kuesioner: kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan dan uesioner kecemasan

menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Pengambilan data dilakukan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit

“JIH” Yogyakarta.

b. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan

penelitian dan dampak penelitian kepada responden penelitian. Bila responden

setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian selanjutnya diberikan

lembar persetujuan penelitian (informed consent) untuk ditanda tangani.

c. Peneliti mengumpulkan data penelitian dari sampel penelitian dengan

kuesioner penelitian.

d. Responden atau sampel penelitian diminta mengisi kuesioner sendiri dan

peneliti berada didekat responden agar apabila ada pertanyaan dari responden

peneliti langsung bisa menjelaskan. Responden diingatkan agar semua

pertanyaan diisi dengan lengkap.

e. Jika kuesioner sudah diisi, kemudian dikembalikan kepada peneliti untuk

dilakukan pengolahan data dan analisis data.

Page 6: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

6 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

2.7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Dalam penelitian harus diperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian yang digunakan. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur itu benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas

adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya

atau dapat diandalkan.7 Validitas merupakan ciri instrumen pengukuran yang

sangat penting. Terdapat 3 pendekatan utama untuk menilai validitas menurut

yaitu: validitas isi (content validity), validitas konsep (construct validity), dan

validitas standar terkait (criterion related validity).

a. Kuesioner kecemasan menggunakan instrument Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS) yang sudah dibakukan.

b. Kuesioner komunikasi terapeutik keperawatan mengadaptasi format yang

digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Shintana.11

Pengujian

validitas instrumen pada penelitian ini yaitu dengan uji validitas isi. Validitas

isi sebuah instrumen pengukuran adalah sampai sejauh mana instrumen

tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Setiap area isi harus dipastikan

dan perilaku yang representative harus diidentifikasi. Uji reliabilitas

menggunakan rumus Alpha Cronbach (formula koefesien alpha). Metode ini

paling banyak digunakan untuk mengevaluasi konsistensi koefesien alpha

internal dan nilai yang didapatkan berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0.

Nilai yang lebih tinggi mencerminkan konsistensi yang lebih tinggi.7

2.8. Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis

ini meliputi:

a. Editing

Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan koreksi terhadap kelengkapan data

dengan meneliti kembali kelengkapan pengisian, keterbacaan, kejelasan

jawaban, menghilangkan keragu-raguan data, relevansi jawaban dan

keseragaman satuan data.

b. Coding

Mengklarifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan cara

menandai masing-masing jawaban dengan skor jawaban.

c. Processing

Processing dilakukan peneliti dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke

dalam komputer dengan menggunakan program komputer statistik spss.

d. Tabulating

Mengelompokkan data ke dalam bentuk tabel tertentu menurut sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan dalam tabel.

2.9. Teknik Analisa Data.

2.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan

variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi yang konfirmasinya dalam

bentuk prosentase.11

Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

informasi yang berguna. Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk

setiap variabel dependen dan independen untuk mendapatkan gambaran

mengenai hubungan komunikasi terapeutik keperawatan dengan kecemasan

pada pasien pra operasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase dengan

Page 7: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 7

menggunakan bantuan program komputer SPSS.

2.9.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif.9 Pada penelitian

ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan komunikasi

terapeutik keperawatan dengan kecemasan pada pasien pra operasi, karena data

berskala ordinal (kategorik), maka uji statistik yang digunakan adalah dengan

uji Kendall-Tau diproses melalui komputer. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan signifikansi p value yaitu:

a. Jika p value > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika p value < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

2.10. Etika Penelitian

Penelitian ini sangat memperhatikan etika dalam penelitian karena

penelitian dalam bidang keperawatan berhubungan dengan manusia secara

langsung. Etika yang perlu diperhatikan adalah12

:

a. Informed Consent (persetujuan)

Peneliti akan memberikan penjelasan kepada responden tentang

seluruh rangkaian penelitian dan bentuk keterlibatan responden, mencakup

tujuan, manfaat, keuntungan dan kerugian responden selama mengikuti

program penelitian. Setelah responden mengetahui seluruh rangkaian kegiatan

penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden penelitian. Beberapa calon responden yang menolak, tidak

dijadikan responden penelitian, sedangkan yang bersedia menjadi responden

menandatangani lembar persetujuan responden.

b. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti akan merahasiakan identitas responden selama proses

penelitian, dengan hanya mencantumkan inisial atau kode dari setiap pada

lembar ukur penelitian. Data-data responden hanya akan digunakan untuk

kepentingan ilmiah penelitian. Semua data yang diperoleh diolah dan

dimasukan kedalam perangkat komputer sudah dalam bentuk pengkodean,

sehingga pembaca tidak akan mengetahui identitas responden penelitian.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti akan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit

“JIH“ yang beralamat di jalan Ring Road Utara No. 160 Dusun Gorongan,

Kelurahan Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode Pos 55283, No. Telephone +62274-

4463535, No. Telephone emergency +62274-463555.

Rumah Sakit “JIH“ merupakan rumah sakit swasta tipe B non

pendidikan yang memberikan berbagai fasilitas kesehatan dengan konsep

Page 8: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

8 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

hospitality dan homy sehingga pasien dan pengunjung merasa berada di rumah

sendiri. Berbagai layanan perawatan pasien dan fasilitas sebagai berikut:

a. Rawat Jalan dengan berbagai poliklinik spesialis.

b. Rawat Inap umum, Ibu dan anak dan perawatan Intensive.

c. Layanan Penunjang medis: Fisioterapi, Radiologi, Laboratorium.

d. Layanan Unit Gawat Darurat, Layanan Medical Chek Up, Layanan

Hemodialisa dan Layanan Kamar Operasi.

Layanan Kamar Operasi mempunyai 3 kamar operasi yang memberikan layanan

pembedahan spesialis bedah umum, digestive, obsgyn, orthopedi, urologi,

pediatrik, onkologi, saraf dan plastik. Data pasien operasi bulan Juli 2013 – Juni

2014 rata-rata berjumlah 110 pasien.

3.1.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis karakteristik responden

(umur, jenis kelamin, pendidikan), variabel Komunikasi Terapeutik

Keperawatan dan variabel Kecemasan pada Pasien Pra Operasi. Hasil analisis

pada masing – masing variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,

Pendidikan Di Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015

Karakteristik Frekuensi %

Jenis kelamin

Laki- laki 21 40.4

Perempuan 31 59.6

Jumlah 52 100.0

Umur

17 - 25 tahun 11 21.2

26 - 50 tahun 35 67.3

> 51 tahun 6 11.5

Jumlah 52 100

Pendidikan

SLTA 18 34.6

Sarjana 34 65.4

Jumlah 52 100

Sumber: Data Primer diolah, 2015.

Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah wanita, yaitu 31

orang (59,6%). Apabila dilihat dari kelompok usia sebagian besar responden

berusia 26 – 50 tahun yaitu 35 orang (67,3%). Selanjutnya dari tingkat

pendidikan, responden terbanyak berpendidikan Sarjana, yaitu 34 orang

(65,4%).

Page 9: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 9

Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Keperawatan Di Kamar

Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015

Komunikasi Terapeutik

Perawat

Frekuensi %

Baik 25 48.1

Cukup 27 51.9

Kurang 0 0

Jumlah 52 100.0

Sumber: Data Primer diolah, 2015.

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel Komunikasi Terapeutik,

penilaian responden yang terbanyak hasilnya cukup, yaitu 27 orang (51,9%).

Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasien Di Kamar Operasi Rumah

Sakit “JIH” Tahun 2015

Kecemasan Pasien Pra Operasi Frekuensi %

Tidak Cemas 14 26.9

Cemas Ringan 30 57.7

Cemas Sedang 8 15.0

Jumlah 52 100.0

Sumber : Data Primer diolah, 2015.

Berdasarkan Distribusi Frekuensi variabel Kecemasan Pasien Pra Operasi,

responden sebagian besar mengalami cemas ringan, yaitu 30 orang (57,7%).

3.1.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan Variabel

Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi di

Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH“ dengan uji statistik yang

digunakan korelasi Kendall-Tau. Hasilnya tabel berikut :

Tabel 3.4. Hasil Tabulasi Silang Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan

Kecemasan Pasien Di Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” Tahun 2015

Variabel Kecemasan Pasien Pra

Operasi

Jumlah P

value

correlation

coefficient

Komunikasi

Terapeutik

Perawat

Tidak Ringan Sedang

F (%) F (%) F (%) F (%)

Baik 14 (56) 10 (40) 1 (4) 25 (100) 0.000 0.593

Cukup 0 (0) 20 (74) 7 (25) 27 (100)

Kurang 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0

Jumlah 14 (56) 30 (114) 8 (29) 52 (100)

Sumber : Data Primer diolah, 2015

Berdasarkan tabulasi silang dengan uji statistik Kendall-Tau,

pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kategori baik pada pasien pra

operasi didapatkan 14 responden (56%) tidak mengalami kecemasan. Sedangkan

dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kategori cukup didapatkan 20

responden (74%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Perhitungan silang

Page 10: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

10 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

dengan uji statistik Kendall-Tau diperoleh p value 0.000 yang artinya terdapat

hubungan bermakna antara variabel Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan

Pasien Pra Operasi. Sedangkan correlation coefficient diperoleh hasil -0,593

yang artinya kedua variabel mempunyai keeratan hubungan tingkat sedang.

Apabila dilihat arah hubungannya adalah negatif (-) atau berlawanan arah yaitu

semakin baik komunikasi terapeutik perawat, maka semakin rendah tingkat

kecemasan pasien pra operasi.

3.2. Pembahasan Hasil Penelitian

3.2.1. Komunikasi Terapeutik Keperawatan di Ruang Induksi Kamar Operasi

Rumah Sakit “JIH“

Sesuai dengan definisi operasional variabel komunilasi terapeutik

keperawatan penelitian ini adalah persepsi pasien pra operasi diruang induksi

kamar operasi terhadap pelaksanaan komunikasi yang dilakukan perawat atau

semua tindakan perawat dalam membantu memecahkan masalah klien dengan

melalui tahapan – tahapan komunikasi terapeutik, dari penelitian yang sudah

dilakukan didapatkan hasil terbanyak 27 responden (51,9%) mempersepsikan

komunikasi terapeutik cukup dilakukan oleh perawat. Cukup merupakan

kategori hasil ukur dalam penelitian ini untuk mengelompokan hasil dari

kuesioner komunikasi terapeutik yang sudah diisi responden dengan score

komunikasi cukup 16 – 30. Hal ini menunjukkan pelaksanaan komunikasi

terapeutik perawat pada pasien pra operasi cukup dilaksanakan.

Penelitian lain yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan

komunikasi terapeutik perawat pada pasien pra operasi adalah penelitian Huda

(2009) hasilnya 53% responden memberikan persepsi bahwa komunikasi

terapeutik yang sudah dilakukan perawat baik. Berbeda dengan hasil penelitian

yang sudah dilakukan di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” yang

mempunyai sasaran pada pasien dari kalangan menengah ke atas. Data

penelitian menunjukkan bahwa pasien di Rumah Sakit “JIH” berpendidikan

sarjana sejumlah 65,5%. Pasien yang berpendidikan dan berpengetahuan lebih

obyektif dalam memberikan persepsi terhadap komunikasi terapeutik yang sudah

dilakukan oleh perawat. Hal ini sesuai dengan teori dikemukakan Wilson yang

dikutip Wibowo (2012), bahwa persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap

lingkungan manusia dan mengolah proses informasi tersebut “Human interpret

their surroundings on a higher percive their word through information

processing”.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik keperawatan pada pasien pra operasi

di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” ini bertujuan membantu

dan memfasilitasi pasien mencapai koping kecemasan yang adaptif. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa komunikasi terapeutik merupakan cara untuk

membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi,

pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud mempengaruhi orang lain,

komunikasi ini direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya

dipusatkan untuk kesembuhan pasien.12

3.2.2. Kecemasan Pasien Pra Operasi di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah

Sakit “JIH“

Kecemasan pasien pra operasi pada penelitian ini didapatkan sebagian

besar pasien pra operasi diruang Induksi Kamar Operasi mengalami tingkat

kecemasan ringan sebanyak 57,7%. Indikator tingkat kecemasan ringan dalam

penelitian ini merupakan kategori dalam hasil ukur penelitian dengan melihat

Page 11: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 11

score tingkat kecemasan, yaitu tingkat kecemasan ringan dengan nilai 14 – 20.

Penelitian lain yang memberikan gambaran tingkat kecemasan pasien pra

operasi adalah penelitian Bolla tentang gambaran tigkat kecemasan pasien pra

bedah mayor, hasilnya didapatkan 63,3% pasien pra operasi mengalami tigkat

kecemasan berat. Bolla dalam penelitiannya mengukur tingkat kecemasan pasien

tanpa melihat bagaimana perawat/tenaga medis melakukan treatment, seperti

komunikasi terapeutik atau pemberian informasi pra bedah terhadap kecemasan

pasien. Kebijakan dan Prosedur Operasional di Rumah Sakit “JIH” terhadap

pasien yang akan dilakukan tindakan termasuk tindakan operasi harus diberikan

informasi mengenai kondisi penyakit, tindakan, efek samping secara terperinci

kemudian pasien dan pihak keluarga memberikan persetujuan tindakan operasi.

Hal ini tertuang dan terdokumentasikan dalam Formulir Persetujuan Tindakan

Kedokteran (Informent Consent). Pemberian informasi ini salah satu tujuannya

untuk mengurangi kecemasan pasien pra operasi.

Data penelitian menunjukkan bahwa pasien di Rumah Sakit “JIH”

sebanyak 67,3% berusia dewasa yang lebih mampu menggunakan mekanisme

koping positif terhadap kecemasan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia

menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu.

Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan

pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau

kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam

proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya

untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok

umur anak-anak.

Sesuai dengan teori faktor pencetus seseorang merasa cemas dapat

berasal dari diri sendiri/faktor internal maupun dari luar dirinya/faktor

eksternal. Kondisi penyakit dan tindakan operasi merupakan salah satu faktor

yang menimbulkan kecemasan pada pasien. Kecemasan/ansietas mempunyai

karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang

terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi

tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan.14

Tingkat

kecemasan, yaitu : cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik.

3.2.3. Hubungan Komunikasi Terapeutik Keperawatan dengan Kecemasan

Pasien Pra Operasi di Ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH“

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara komunikasi terapeutik keperawatan yang dilakukan perawat

kamar operasi dengan kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi dengan p

value 0.000 dan mempunyai tingkat keeratan hubungannya sedang -0,593. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Huda

(2009) bahwa terdapat hubungan bermakna antara komunikasi terapeutik

perawat dengan kecemasan pasien pra operasi dengan p value 0.000 dengan

keeratan hubungan sangat kuat 0,913. Hal ini juga sesuai dengan penelitian

Nurkasana (2014) bahwa terdapat hubungan bermakna antara komunikasi

terapeutik perawat dengan kecemasan pasien pra operasi dengan p value 0.004

dengan keeratan hubungan rendah -0,376.

Dalam penelitian ini sebesar 51,9% pasien pra operasi mempersepsikan

bahwa komunikasi terapeutik perawat sudah dilaksanakan dalam kategori cukup

dan sebesar 48,1% dalam kategori baik. Sesuai dengan teori, komunikasi

terapeutik selain memberikan terapi pengobatan dan pemberian informasi, juga

untuk membantu pasien memperjelas, mengurangi beban perasaan dan pikiran

Page 12: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

12 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien

percaya pada hal yang diperlukan. Kedua untuk mengurangi keraguan,

membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan

kekuatan egonya. Ketiga mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya

sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Keempat mempererat interaksi

antara klien dengan tenaga kesehatan secara profesional dan proporsional dalam

rangka membantu penyelesaian masalah pasien13

. Pada penelitian ini

pelaksanaan komunikasi terapeutik dilakukan pada pasien pra operasi bertujuan

untuk membantu dan memfasilitasi pasien mencapai koping yang adaptif dalam

menangani kecemasan.

Meskipun demikian pada penelitian ini didapatkan data sebesar 57,7%

pasien pra operasi mengalami tingkat kecemasan ringan dan sebesar 15% masih

mengalami tingkat kecemasan sedang. Hal ini bisa dikarenakan sebesar 59,9%

responden adalah wanita, sesuai dengan teori, yaitu pada umumnya seorang

laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang

dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih

mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding

perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar

sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani

aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau

transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.

Dari hasil penelitian dan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

komunikasi terapeutik keperawatan mempunyai dampak yang cukup bermakna

dalam mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pra operasi. Hal ini

mengimplikasikan bahwa perawat kamar operasi disesuaikan dengan teori

caring Watson, yang dikutip Fitriansari (2012), dalam melaksanakan proses

keperawatanya kepada pasien harus dapat menempatkan komunikasi terapeutik

sebagai bagian integral dari asuhan keperawatannya.

4. KESIMPULAN

Sesuai tujuan yang telah disusun sebelum melaksanan penelitian ini, maka peneliti

mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara komunikasi terapeutik

keperawatan terhadap kecemasan pasien pra operasi diruang induksi kamar operasi

rumah sakit "JIH" dengan p value 0.000 dan mempunyai tingkat keeratan

hubunganya sedang -0,593.

2. Komunikasi terapeutik keperawatan yang dipersepsikan oleh pasien pra operasi di

ruang Induksi Kamar Operasi Rumah Sakit “JIH” sebanyak 51,9% dengan kategori

cukup.

3. Tingkat kecemasan pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi Rumah

Sakit “JIH” yaitu : tidak cemas sebesar 26,9%, cemas ringan 57,7% dan cemas

sedang 15,4%.

Page 13: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA 13

5. SARAN

Bagi Pendidikan Keperawatan dan bagi Manajemen Keperawatan Rumah Sakit

“JIH”

1. Hasil penelitian ini agar dapat memberikan masukan, menambah bahan bacaan

ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya dan perkembangan profesi

keperawatan.

2. Pasien pra operasi di ruang Induksi Kamar Operasi yang mengalami cemas ringan

dan sedang agar mendapatkan komunikasi terapeutik yang optimal. Pihak

manajemen keperawatan dapat mengevaluasi secara berkala efektifitas pelaksanaan

komunikasi terapeutik yang sudah dilakukan, melakukan pendidikan dan pelatihan

internal atau eksternal, memperbarui standar prosedur operasional yang terkait.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yayasan STIKes Guna Bangsa yang

telah memberi dukungan finansial terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dirjen Yanmed, 2008, Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

[2] Smeltzer, S, & Bare, 2008, Brunner & Suddarth's Textbook of medical surgical

nursing, Philadelpia, Lippincott.

[3] Ibrahim, Ayub Sani, 2013, Panik Neurosis dan Gangguan Cemas, Tangerang,

Jelajah Nusa.

[4] Tanjung, M Sukri, 2005, Efek Komuikasi Terapeutik Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi di RS Haji Adam Malik Medan, Skripsi Strata

Satu, Universitas Sumatera Utara, Medan.

[5] Suryani, 2006, Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktek, Jakarta, EGC.

[6] Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta, SalembaMedika.

[7] Notoatmojo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta, PT

Rineka Cipta.

[8] Sugiyono, 2012, Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta.

[9] Saryono & Mekar, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang

Kesehatan, Jogjakarta, Nuha Medika.

[10] Hidayat, Alimul Aziz, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data, Jakarta, Salemba Medika.

Page 14: HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN DENGAN ... · 48,1% dalam kategori baik. Tingkat kecemasan pasien, sebesar 26,9% dalam kategori tidak cemas, sebesar 57,7% dalam kategori

Epidemiologi HIV/AIDS dan Perkembangan Metode Pemeriksaan Laboratorium 2015

14 PROSIDING SEMINAR HASIL –HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN

MASYARAKAT STIKES GUNA BANGSA

[11] Shintana & Siregar, 2012, Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi

Terapeutik dengan Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien di

RSUD Dr.Pirgadi Medan, Skripsi Strata Satu, Universitas Sumatra Utara, Medan.

[12] Sastroasmoro, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung

Seto.

[13] Mundakir, 2006, Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan,

Jogjakarta, Graha ilmu.