HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN … · Gabungan Kelompok Tani adalah benar karya...
Transcript of HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN … · Gabungan Kelompok Tani adalah benar karya...
i
HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI
DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA
GABUNGAN KELOMPOK TANI
NITA DWI PRATIWI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan
Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota
Gabungan Kelompok Tani adalah benar karya saya, dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Nita Dwi Pratiwi
NIM I34090046
iii
ABSTRAK
NITA DWI PRATIWI. Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani. Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG.
Media komunikasi memiliki peran penting dalam menyalurkan informasi mengenai
pertanian terutama di wilayah pedesaan. Media komunikasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku petani dalam berkomunikasi baik secara interpersonal maupun kelompok. Masalah
yang diangkat pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik individu petani,
keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani di gapoktan Mandiri Jaya?, 2) Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan
petani terhadap media komunikasi?, 3) Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap
media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani?. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian survei. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu karakteristik petani anggota gapoktan seperti jenis kelamin, umur, lama bertani, luas lahan, tingkat
pendidikan dan akses terhadap media komunikasi mempengaruhi keterdedahan petani terhadap
media komunikasi. Sementara itu, keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet berhubungan dengan perilaku komunikasi interpersonal petani dan keterdedahan terhadap
radio,keterdedahan terhadap rapat gapoktan dan keterdedahan media komunikasi total
berhubungan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan.
Kata kunci: karakteristik individu, keterdedahan terhadap media komunikasi dan perilaku
komunikasi petani.
ABSTRACT
NITA DWI PRATIWI. Correlation Between Media Communications Exposure with
Communication Behavior of Members of Farmers Group Assosiation. Supervised by SARWITITI S. AGUNG.
Media communication has an important role in distributing information about agriculture,
especially in rural areas. Communication media can influence the communication behavior of farmers. The issues raised in this research are: 1) How do the characteristics of individual
farmers, farmers exposure the communication media and communication behavior of farmers in
gapoktan Jaya Mandiri?, 2) the extent of individual characteristics affecting the relationship exposure farmers on communication media?, 3) the extent of the relationship farmers
communication media exposure influence the communication behavior of farmers?. The
research was conducted using survey research methods. The results obtained are characteristic gapoktan member farmers such as gender, age, duration of farming, land, education and access
to communication media influence farmers expoure to communication media. Meanwhile, the
internet exposure related to interpersonal communication behavior of farmers and radio
exposure, meeting gapoktan exposure and total communication media-related communication behavior of farmers in meeting gapoktan.
Key words: individual characteristics, the exposure of the communication media and
communication behavior of farmers.
iv
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI
DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA
GABUNGAN KELOMPOK TANI
Nita Dwi Pratiwi
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul Skripsi : Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku
Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani
Nama : Nita Dwi Pratiwi
NIM : I34090046
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah media komunikasi, dengan
judul Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi
Anggota Gabungan Kelompok Tani.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen
pembimbing, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sealku dosen penguji utama dan Heru
Purwandari, SP, Msi selaku dosen penguji akademik, serta teman-teman akselerasi
KPM 46, teman-teman KPM 46 dan teman sepermainan yang dikenal penulis di IPB
yang telah memberikan dukunganya kepada penulis. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak AB selaku ketua Gapoktan Mandiri Jaya dan petani
di Desa Cikarawang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu, ayah
serta seluruh keluarga yang telah mendukung serta mendoakan penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Nita Dwi Pratiwi
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Kegunaan Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani 5
Definisi dan Jenis Media Komunikasi 6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi 9
Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi 9
Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani 10
Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani 11
KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI 13
Kerangka Pemikiran 13
Hipotesis Penelitian 14
Definisi Operasional 14
METODE 17
Metode Penelitian 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Kerangka Sampling Penelitian 17
Teknik Pengumpulan Data 18
Teknik Analisis Data 18
GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG 21
Kondisi Geografis Desa Cikarawang 21
Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang 22
Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 24
ix
Letak Wilayah Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 25
Visi, Misi, dan Tujuan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 25
Struktur Organisasi dan Keanggotan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 26
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA
KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29
Deskripsi Karakteristik Individu Petani 29
Deskripsi Keterdedahan Petani Terhadap Media Komunikasi 32
Keterdedahan Petani terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Frekuensi dan Lama
Petani dalam Mengakses Media Komunikasi 32
Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Penggunaan Media
Komunikasi oleh Petani 35
Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani 39
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KETERDEDAHAN
TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI 43
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI
DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 47
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku
Komunikasi Petani 47
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku
Komunikasi Petani dalam Rapat Gapoktan 48
SIMPULAN DAN SARAN 51
Simpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
RIWAYAT HIDUP 57
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
1 Jumlah penduduk di Desa Cikarawang, berdasarkan umur pada tahun 2009 22
2 Daftar mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang 23
3 Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap gapoktan
Mandiri Jaya tahun 2012
25
4 Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya 26
5 Deskripsi karakteristik individu petani menurut umur, lama bertani,
pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi
29
6 Jenis-jenis media komunikasi yang digunakan oleh anggota gapoktan Mandiri
Jaya
31
7 Distribusi karakteristik individu petani menurut jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan status lahan
32
8 Deskripsi keterdedahan media komunikasi oleh petani 33
9 Fungsi media komunikasi, jenis-jenis informasi dan pemilihan media
komunikasi lain anggota gapoktan Mandiri Jaya
37
10 Deskripsi perilaku komunikasi petani secara interpersonal dan kelompok 39
11 Nilai korelasi antara karakteristik individu petani dengan keterdedahan petani
terhadap media komunikasi oleh petani
43
12 Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan
perilaku komunikasi interpersonal petani
47
13 Nilai korelasi hubungan antara keterdedahan terhadap media komunikasi
dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan
48
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku komunikasi
petani
14
2 Struktur organisasi gapoktan Mandiri Jaya 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar populasi anggota gapoktan Mandiri Jaya 60
2 Daftar responden dalam penelitian 61
3 Kuesioner penelitian 62
4 Panduan pertanyaan mendalam 69
5 Jadwal kegiatan penelitian 71
6 Daftar uji statistic 72
7 Dokumentasi penelitian 93
8 Penguasaan lahan oleh gabungan kelompok tani Mandiri Jaya 94
9 Denah Desa Cikarawang 96
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia. Menurut data
BPS (2012)1, sektor pertanian memberikan kontribusi besar pada PDB di Indonesia
sebanyak 20.9 persen, sehingga dapat membantu dalam peningkatan perekonomian di
Indonesia. Pentingnya sektor pertanian juga didukung oleh Apriyanto (2012) yang
menyebutkan bahwa kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah
penyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara , kontribusi
dalam peyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam
bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa. Pentingnya sektor pertanian bagi
Indonesia, membuat pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap
sektor tersebut. Perhatian tersebut di antaranya ditunjukkan oleh fasilitas-fasilitas
pendukung yang diberikan oleh pemerintah seperti pinjaman modal usaha tani,
kemitraan, penguatan lembaga-lembaga lokal petani serta penyampaian informasi
mengenai pertanian lewat media komunikasi seperti penyuluh lapang, kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani dan media massa.
Media komunikasi di Indonesia semakin berkembang dan informasi mengenai
pertanian semakin banyak dan dapat diperoleh secara mudah dan cepat. Banyaknya
media komunikasi yang telah berkembang dapat digunakan sebagai media pendidikan
bagi petani. Media komunikasi dapat dikategorikan sebagai media antar pribadi, media
kelompok, media publik dan media massa. Indonesia memiliki media komunikasi yang
dapat diakses oleh petani seperti, penyuluh pertanian, media massa seperti koran,
televisi radio bahkan internet dan seminar maupun rapat akbar yang membahas
permasalahan mengenai pertanian. Departemen Dalam Negeri (1992) dikutip dalam
Kifli (2007) menyebutkan bahwa menurut Undang-Undang Nomor 12/ 1992 Tentang
Sistem Budidaya Pertanian Bab VI Pasal 57 ayat (2), berisi pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan informasi yang mendukung pengembangan budidaya tanaman
serta mendorong dan membina peran serta masyarakat dalam pemberian pelayanan.
Oleh karena itu, pembanguan jaringan komunikasi serta perbaikan akses media
komunikasi di pedesaan harus dibenahi dengan baik agar aliran pesan informasi dapat
disalurkan secara merata ke seluruh wilayah di Indonesia. Hal tersebut berarti,
pemerintah Indonesia mendukung penyebaran informasi pertanian di Indonesia yang
dapat diumumkan melalui seluruh media komunikasi yang ada, agar petani dapat
memperoleh informasi mengenai pertanian yang lebih layak, sehingga dapat memajukan
pertanian di Indonesia.
Menyebarkan informasi pertanian melalui media komunikasi massa, tidak akan
cukup untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia. Ada beberapa faktor yang
menghambat kemajuan pertanian di Indonesia dan salah satu penyebabnya adalah
sumber daya manusia (SDM) dibidang pertanian semakin sedikit dan kualitasnya
rendah. Hal tersebut, didukung dengan pernyataan bahwa di Indonesia sumber daya
manusia (SDM) di sektor pertanian semakin berkurang dan kualitasnya rendah,
sehingga petani kurang mampu dalam mengadopi inovasi maupun menghasilkan produk
atau hasil pertanian yang berkualitas dikutip dari Mulyandari et al. (2010). Penyebab
1 BPS. 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. [Internet]. [diacu 9 Mei 2012]
http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2012.pdf.
2
dari rendahnya kualitas SDM petani disebabkan oleh beberapa hal di antaranya yakni,
rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani, berakibat pada rendahnya
kemampuan petani dalam mengelola usahanya sehingga membuat sebagian besar petani
memiliki pendapatan yang rendah seperti yang diungkapkan oleh Awang (2008) dalam
Mulyandari et al. (2010). Rendahnya tingkat pegetahuan petani disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor pendidikan, petani yang rata-rata tamatan SD
atau bahkan tidak sekolah, meyebabkan petani kurang dapat memahami program-
program dari pemerintah, maupun mencari informasi dari berbagai sumber informasi.
Banyaknya petani miskin menyebabkan mereka fokus pada pekerjaannya dan terkadang
mereka juga memiliki pekerjaan sampingan, sehingga mereka sibuk dengan
pekerjaannya dan enggan dalam mencari informasi. Hal tersebut, menyebabkan petani
kurang terdedah terhadap media komunikasi, sehingga mereka kurang mampu dalam
memahami informasi, karena waktu mereka habis oleh kesibukan pekerjaannya. Oleh
sebab itu, terdapat penyuluh pertanian yang dapat menyalurkan informasi dari
pemerintah kepada petani mengenai informasi pertanian. Penyuluh merupakan media
komunikasi antar pribadi yang dapat menyalurkan informasi dari pemerintah ke petani
maupun dari petani ke pemerintah. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan bahwa penyuluh
pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi
pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa
informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil
teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi
antar pribadi.
Selain media massa dan media antar pribadi yaitu penyuluh pertanian, yang
dapat menyalurkan informasi secara lebih luas dan cepat dalam masyarakat di Indonesia
saat ini. Pemerintah memiliki kebijakan untuk memajukan sistem pertanian di Indonesia
yaitu dengan cara penguatan kelembagaan lokal yang ada di desa. Petani di pedesaan
banyak yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah
petani untuk bertukar pikiran, memecahkan masalah maupun menemukan solusi
permasalahan yang dihadapi oleh petani sebagai anggota kelompok tani. Kelompok tani
merupakan lembaga di pedesaan dengan kompleksitas yang rendah yang
mengumpulkan petani-petani di desa untuk saling bekerja sama di bidang pertanian,
sehingga sistem pertanian beberapa orang petani yang tergabung dalam kelompok
tersebut, dapat terorganisir dengan baik dan memiliki sistem pertanian yang lebih
terarah. Lebih jauh lagi, pemerintah membentuk lembaga lokal yang disebut gabungan
kelompok tani atau gapoktan. Gapoktan merupakan lembaga yang tingkatanya lebih
kompleks, jika dibandingkan dengan kelompok tani. Gapoktan berfungsi sebagai
lembaga sentral dalam korodinasi kelompok-kelompok tani yang tergabung di dalamnya
dan memberikan fasilitas-fasilitas dalam hal untuk mengkoordinasi bantuan dari
pemerintah, sehingga pertanian di suatu desa dapat berjalan lancar.
Gapoktan sebagai lembaga sentral bagi petani di suatu desa, yang memiliki
peran dalam mengorganisasikan pertemuan atau penjadwalan kegiatan dengan penyuluh
lapang, sehingga petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat memperoleh
informasi yang terdapat dalam setiap agenda rapat rutin gapoktan. Gabungan kelompok
tani mempunyai banyak fungsi dalam membantu peningkatan SDM para petani yang
tergabung dalam kelompok tersebut, oleh karena itu diperlukan peningkatan
kemampuan dalam mengelola gabungan kelompok tani. Peningkatan kemampuan
gabungan kelompok tani dimaksudkan agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas
belajar, wahana kerja sama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana
3
produksi, unit pengolahan dan pemasaran dan unit jasa penunjang sehingga menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri2. Penggabungan kelompok tani ke dalam
gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna,
dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan
usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi
tawar. Jadi, gapoktan merupakan lembaga sentral di sebuah desa, yang mengatur
mengenai segala kegiatan pertanian yang dilakukan di desa tersebut dan gapoktan
sekaligus sebagai lembaga penerima dan penyalur bantuan, aspirasi baik dari
pemerintah ke petani maupun petani ke pemerintah. Gapoktan dapat dijadikan wahana
belajar, karena gapoktan juga memberikan penyuluhan seperti pengenalan program
baru, pupuk baru dan lainnya kepada petani anggota gapoktan.
Perumusan Masalah
Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia sudah semakin
berkembang. Hal tersebut ditandai dengan semakin beragam dan bertambahnya
kemajuan media komunikasi di Indonesia yang sekarang ini sudah tersebar ke berbagai
penjuru daerah. Perluasan media komunikasi tersebut juga dirasakan oleh petani yang
tinggal di desa. Bertambahnya media komunikasi yang tersebar di desa seperti koran
masuk desa (KMD), radio komunitas, penyuluhan serta media komunikasi lainnya
membuat semakin mudahnya warga desa untuk mengakses sebuah informasi yang
diperlukannya. Karakteristik individu petani dapat mempengaruhi keterdedahan petani
terhadap media komunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nasution
(2009)3, setelah mendapatkan informasi dari media komunikasi, kelompok akan
mendiskusikan informasi yang didapatkanya dengan pemimpin kelompok, sehingga
menghasilkan keputusan bersama yang nantinya akan dilaksanakan pula secara
bersama-sama. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa informasi
dari media komunikasi dapat mempengaruhi perubahan perilaku komunikasi petani
anggota gapoktan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik petani, keterdedahan petani terhadap media komunikasi
dan perilaku komunikasi petani?
2. Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani
terhadap media komunikasi?
3. Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap media komunikasi
mempengaruhi perilaku komunikasi petani?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
2 Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Peraturan menteri pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007.
Diunduh tanggal 31 Mei 2012 di alamat: http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-273-07.pdf 3 Nasution Z. 2009. Komunikasi pembangunan, pengenalan teori dan penerapannya. Jakarta: Rajawali
Pers.
4
1. Mendeskripsikan karakteristik petani, keterdedahan terhadap media komunikasi dan
perilaku komunikasi petani.
2. Menguji hubungan antara karakteristik petani dengan keterdedahan petani terhadap
media komunikasi.
3. Menguji hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi terhadap
perubahan perilaku petani.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan baik bagi
sivitas akademika, masyarakat (khususnya petani di Indonesia), maupun bagi
pemerintah yang berkecimpung dalam bidang pertanian dan teknologi. Adapun
manfaat yang diharapkan diperoleh masing–masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Sivitas akademika
Bagi sivitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai studi permasalahan media komunikasi yang ada di desa. Lebih
jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai hubungan keterdedahan media
komunikasi dengan perilaku komunikasi petani anggota gapoktan. Selain itu, penelitian
ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan bagi penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh media komunikasi bagi petani sebagai salah satu
sumber informasi bagi petani.
2. Petani
Bagi petani penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan petani
mengenai media komunikasi yang ada di desa dan menjadikan penelitian ini sebagai
acuan atau percontohan dalam memahami bagaimana keterdedahan media komunikasi
mempengaruhi perilaku komunikasi petani. Lebih jauh lagi, petani menjadi paham
mengenai apa saja fungsi media komunikasi, pengaruhnya terhadap petani lain dan
bagaimana perilaku komunikasi petani setelah pengunaan media komunikasi.
3. Pemerintah (Deptan, penyuluh, komisi penyiaran RI dan lainnya)
Bagi pemerintah terutama yang bergerak dibidang pertanian dan penyiaran
publik, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan
kebijakan yang berhubungan dengan media komunikasi. Melalui penelitian ini,
pemerintag dalam hal ini penyuluh agar dapat lebih peka lagi dalam membimbing petani
agar mau terdedah terhadap media komunikasi. Selain itu, komisi penyiaran RI dapat
mempertahankan program–program siaran yang membahas mengenai pertanian dan
pedesaan agar dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi pemenuhan
kebutuhan informasi petani dan masyarakat pedesaan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani
Pengertian petani menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) adalah
perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola
usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan
tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani,
agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Lionberger dan Gwin (1982) menjelaskan
bahwa keadaan petani dan apa yang mampu dilakukannya merupakan kombinasi dari
karakteristik yang melekat pada dirinya dan pengalaman yang didapatnya melalui
proses belajar. Oleh sebab itu, petani perlu diberdayakan SDMnya melalui proses
belajar.
Mulyana (2006) menyebutkan bahwa kelompok merupakan sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut. Menurut Kurniawati (2009) kelompok dapat digunakan sebagai
media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok
primer), sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan
dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi
seluruh anggota (kelompok pemecah masalah). Kelompok tani menurut Uchrowi (2006)
adalah kumpulan petani yang terdiri atas petani dewasa baik pria maupun wanita
maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas
dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Sementara itu, menurut Kurniawati (2009),
kelompok tani merupakan wahana belajar mengajar, wadah bagi setiap anggota untuk
berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusaha
tani yang lebih baik dan mengguntungkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu, petani perlu dilibatkan dalam proses belajar dan mengajar sehingga
dapat meningkatkan SDM petani dan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dapat
bertambah baik.
Komunikasi kelompok tani menurut derajat keterhubunganya dapat dimasukan
ke dalam derajat mutual pairs karena dalam hal ini, masing-masing petani saling
berinteraksi satu sama lain, sehingga informasi yang diperoleh dapat terwujud dari 2
arah. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah untuk petani dalam bertukarr pikiran,
pendapat maupun solusi. Biasanya kegiatan-kegiatan pertanian di fokuskan dalam
kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan dari beberapa petani yang
mempunyai tujuan yang sama. Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009), kelompok
tani merupakan wadah bagi petani yang berfungsi untuk menggadakan rapat rutin
anggota kelompok tani dan biasanya digunakan untuk sosialisasi oleh penyuluh
pertanian lapang (PPL) tentang program baru pemerintah. Selain itu, kelompok tani
sering mengadakan agenda rapat rutin guna membahas masalah pertanian petani di desa.
Gabungan kelompok tani (gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok
tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan,
sehingga mencapai peningkatan produksi dan usaha tani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Gapoktan merupakan suatu proses lanjut dari lembaga petani yang sudah baik,
seperti kelompok tani. Gapoktan berfungsi dalam menguatkan kelembagaan yang sudah
6
ada sebelumnya sehingga dapat lebih memajukan sistem pertanian yang ada. Terdapat
tiga peran pokok gapoktan menurut Syahyuti (2007), yaitu:
1. Gapoktan difungsikan sebagai lembaga sentral dalam sistem terbangun, misalnya
terlibat dalam penyaluran banish bersubsidi, pencairan dana subsidi benih yang
berbentuk voucher dari departemen pertanian setempat dan kegiatan lainnya.
2. Gapoktan dibebankan sebagai lembaga untuk peningkatan ketahanan pangan
diwilayah lokal. Gapoktan dalam hal ini digunakan sebagai wadah untuk
membimbing petani yang masuk dalam anggota kelompok tani, agar dapat
mengenali potensi sumber daya alam (SDA) yang dimilikinnya, mengenali
permasalahan pertanian dan membantu dalam membuat rencana kerja untuk
meningkatkan produksi tanaman melalui usaha agribisnis.
3. Gapoktan dianggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP), sehingga
dapat menerima dana penguatan modal (DPM), sehingga dapat membeli gabah dari
petani saat terjadi panen raya dan menyebabkan harganya tidak terlalu jatuh.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) fungsi gabungan kelompok tani
yaitu:
1. Kelas belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan
berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya
meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama
diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan
pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta
lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
3. Unit Produksi: Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Definisi dan Jenis Media Komunikasi
Menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh
terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit,
televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses
komunikasi antar manusia4. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam
berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkanya. Menurut Cangara (1998) media merupakan alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Jenis-jenis
media komunikasi yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik dan media
massa5.
Media antar pribadi merupakan media yang berhubungan dengan perorangan,
bersifat pribadi dan terdiri dari kurir (utusan), surat dan telepon. Littlejohn (2001)
4 Danim, S. 2008. Media komunikasi pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. 5 Cangara H. 1998. Pengantar ilmu komunikasi. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
7
dalam Prawiranegara (2010)6 menyebutkan bahwa sebelum media cetak ditemukan,
manusia merupakan penghantar pesan yang berorientasi pada pendengaran,
mendengarkan berarti mempercayai. Menurut hasil penelitian Awaliah (2012),
pemilihan media komunikasi yang efektif digunakan adalah media komunikasi antar
pribadi yaitu kurir atau utusan dalam hal ini penyuluh lapang. PPL di desa mempunyai
peranan penting dalam menyampaikan informasi mengenai pertanian kepada petani,
karena akses petani terhadap media lainnya dianggap kurang dan petani umumnya
memiliki pendidikan rendah sehingga kurang dapat dalam memahami pesan yang di
sampaikan oleh media elektronik maupun cetak. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan
bahwa penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian
jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai
penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi
baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk
media komunikasi antar pribadi.
Media komunikasi kelompok terdiri dari seminar, konferensi. Seminar
merupakan media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh khalayak tidak
lebih dari 150 orang. Fungsi seminar adalah membicarakan masalah dengan
menampilkan pembicara kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peseta
seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai narasumber. Konferensi adalah
media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh angota dan pengurus suatu
kelompok. Media publik merupakan media yang digunakan jika khalayak yang terlibat
lebih dari 200-an orang. Contoh media publik yaitu, rapat raksasa dan rapat akbar.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat
kabar, film, radio, dan televisi.
Menurut hasil penelitian Handayani (2006) menyatakan bahwa media massa
berpengaruh pada pemahaman petani mengenai program kredit ketahanan pangan
(KKP), pemilihan jenis media massa yang tepat akan membantu petani dalam
memahami KKP lebih dalam lagi karena media berfungsi sebagai pemberi informasi
yang luas dan cepat. Selain itu, media komunikasi yang efektif digunakan oleh petani
adalah televisi dan brosur. Petani banyak menonton televisi, karena informasi mengenai
KKP banyak yang disiarkan melalui media tersebut, sehingga petani dapat lebih
memahami tentang KKP melalui media tersebut. Jenis media lain yang efektif juga
digunakan adalah brosur atau majalah, karena jenis media ini dapat dibaca berulang kali
sehingga petani dapat memperoleh informasi kapanpun melalui media tersebut serta
petani dapat lebih paham mengenai KKP.
Penggunaan Gabungan Kelompok Tani Sebagai Media Komunikasi
Gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan tertinggi di pedesaan setelah
kelompok tani yang memiliki fungsi sebagai lembaga sentral kegiatan pertanian yang
ada di pedesaan. Partisipasi petani dalam gabungan kelompok tani, memiliki suatu motif
yang mendorong petani terlibat dalam berbagai aktivitas-aktivitas kelembagaan.
6 Prawiranegara D. 2010. Pengaruh media komunikasi terhadap pemberdayaan petani pada program Prima Tani lahan sawah irigasi di Kabupaten Karawang. [internet]. [diacu 23 Januari 2013]. Tersedia di
repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/40979
8
Penelitian Anantanyu (2009) menyebutkan bahwa petani memiliki keragaman motif
dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gapoktan. Motif tersebut antara lain
adalah usaha untuk meningkatkan hasil, memudahkan pengelolaan usaha tani, untuk
mendapatkan informasi pertanian atau menambah wawasan dan pengalaman, menjalin
kebersamaan atau persaudaraan, serta untuk mendapatkan bantuan. Sebagian besar
petani menyatakan bahwa, gapoktan dapat digunakan sebagai wahana belajar dan sarana
untuk meningkatkan usaha pertanianya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa petani
menaruh harapan yang besar pada gapoktan sebagai lembaga yang mampu memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan usaha taninya. Selain itu, manfaat
gapoktan yang lainnya adalah sebagai tempat pertemuan antara petani dengan petani
lainnya dan petani dengan penyuluh pertanian. Menurut van den Ban dan Hawkins
(1999) penyuluh dapat memainkan peran yang berbeda-beda mengenai organisasi
petani, diantaranya adalah:
1. Mengajari petani bagaimana mencapai tujuan mereka secara lebih efektif dengan
mendirikan dan mengelola sebuah organisasi petani yang efektif.
2. Menggunakan organisasi tersebut sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan
petani melalui cara:
a. Berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan organisasional
b. Mengajar dikursus-kursus yang dikelola oleh organisasi ini bagi para
anggotanya
c. Menulis artikel di jurnal mereka
d. Melibatkan wakil-wakil organisasi dalam merencanakan program penyuluhan
dan mendorong tukar-menukar pengalaman dan informasi antar anggota .
Dalam hal ini, organisasi petani seperti gabungan kelompok tani dapat dijadikan
sebagai media komunikasi karena dapat menghubungkan antara penyuluh dengan
petani, petani dengan petani lainnya di suatu desa untuk saling berkomunikasi sehingga
nantinya diharapkan terjadi pertukaran informasi yang banyak membahas mengenai
permasalahan pertanian. Menurut penelitian Ayu (2011) gapoktan memiliki peran
sebagai unit produksi, kerja sama, wahana belajar, dan jaringan kerjasama. Gapoktan
dapat dijadikan sebagai jaringan kerjasama karena melalui lembaga ini, petani-petani
anggota gapoktan, dapat menjalin kerjasama dengan lembaga lain yang menjadi mitra
dari gapoktan tersebut, seperti lembaga saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga
pengelolaan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Anggota gapoktan
yang aktif dalam rapat-rapat gapoktan memiliki kektifan pula dalam bermitra dengan
lembaga-lembaga tersebut, sehingga dapat memaksimalkan usaha pertanian yang
dimilikinya. Selain itu, menurut Anantanyu (2009) menyatakan bahwa gapoktan juga
berfungsi sebagai penyedia media komunikasi bagi petani. Dalam hal ini, petani dapat
menggunakan fasilitas yang diberikan oleh gapoktan dan pemerintah untuk mengakses
media komunikasi, sehingga petani dapat belajar dari media komunikasi tersebut. Selain
itu, gapoktan merupakan tempat para petani saling bertemu dan berinteraksi dengan
petani lainnya. Menurut Anantanyu (2009) interaksi petani dengan petani lainnya dalam
suatu kelompok dapat mewujudkan sarana petani dalam mengekspresikan pengalaman
dalam meningkatkan kemampuan dalam bertani. Dalam rapat yang diadakan oleh
gapoktan, sebagian besar petani anggotanya berinteraksi secara tatap muka yang
berlangsung dua arah dengan pembicaraan yang dimulai dengan sapaan sopan santun,
sampai pada permasalahan pertanian, seperti budidaya, serangan hama, harga sarana
produksi dan sebagainya.
9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi
Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan
informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap
informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi
oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Hasil penelitian Azainil (2005)
menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur berhubungan nyata dengan
media komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi
adalah jumlah penghasilan dan luas lahan serta kepemilikan lahan. Petani dengan
jumlah penghasilan tinggi, memiliki luas lahan yang luas serta memiliki status
kepemilikan yang sah atas lahan cenderung untuk mengunakan media komunikasi
terutama media komunikasi massa untuk mendapatkan informasi. Selain itu, mereka
juga sering berkonsultasi pada PPL agar dapat mengembangkan usaha taninya. Hal
tersebut berkebalikan dengan penggunaan media komunikasi yang terbatas oleh petani
yang jumlah penghasilanya kecil, lahan garapan yang sempit bahkan tidak mempunyai
status kepemilikan lahan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis
media di desa adalah ketersediaan media tersebut di desa.
Menurut hasil penelitian Kifli (2002) yang menyatakan bahwa, partisipasi
komunikasi petani dalam mengakses informasi pertanian dan media massa masih
rendah, karena petani memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan media massa yang
masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan, petani lebih banyak mencari informasi
melalui interaksi dan berkomunikasi mengenai usaha taninya dengan PPL dan petani
lainnya. Wilayah pedesaan seringkali memiliki teknologi yang minim dan penyesuaian
biaya dalam mengaksesnya membuat petani cenderung lebih selektif dalam memilih
media komunikasi. Petani cenderung memilih media komunikasi yang sesuai dengan
kemampuan finansialnya untuk mengakses media komunikasi untuk memperoleh
pengetahuan mengenai media komunikasi.
Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau
respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir,
berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan
yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan
informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap
sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi
seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi.
Menurut Rogers (1976), perilaku komunikasi dapat dilihat dengan beberapa variabel
yaitu partisipasi dalam kegiatan sosial, jaringan komunikasi interpersonal,
kosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, dan
keterdedahan pada saluran interpersonal.
Menurut Kincaid (1979), tujuan dasar komunikasi antar manusia adalah
menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan lain dapat diseleksi dan dicapai.
Manjar (2002) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan
erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Perilaku komunikasi dapat
ditunjukkan seseorang melalui partisipasinya dalam menerapkan suatu program seperti
10
berpendapat, bertanya, mendengarkan dan lainnya. Hasil penelitian Kurniawati (2009),
menyatakan bahwa perilaku petani dalam kelompok tani ditunjukkan saat petani
mengadakan rapat rutin dengan penyuluh pertanian lapang (PPL), sehingga dapat
memperoleh informasi mengenai pertanian dari PPL, akan tetapi, perilaku komunikasi
yang ditunjukkan oleh petani pasif dalam rapat rutin tersebut, mereka umumnya aktif
mendengar dan pasif dalam mengungkapkan pendapat.
Berlo (1973) mengemukakan bahwa perilaku komunikasi terbagi dalam empat
level (jenjang) kedalaman yaitu: (1) hanya sekedar berbicara (only talk), (2) saling
ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (emphaty) dan (4) saling
berinteraksi (interactive). Lebih jauh lagi, proses analisis interaksi Bales (1950) dalam
Goldberg dan Larson (2006)7 merupakan sistem keseimbangan. Semua unsur berada
dalam keadaan seimbang. Bales membagi interaksi komunikasi ke dalam beberapa
kategori-kategori. Kategori tersebut adalah kategori tugas, dan sosio-emosional yang
kedua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan negatif.
Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009) menyatakan bahwa perilaku
komunikasi dapat dilihat dari partisipasi komunikasi petani dalam kelompok tani,
misalnya saja partisipasinya dalam rapat kelompok tani. Partisipasi tersebut dapat
dilihat baik secara lisan maupun non lisan. Perilaku lainnya adalah perilaku dalam
pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media dimana media massa yang tepat
dapat mempengaruhi keefektifan komunikasi baik dari individu petani maupun dalam
kelompok petani. Menurut hasil penelitian Handayani (2002), perilaku komunikasi
seperti penerimaan informasi berhubungan nyata dengan pemahaman prosedur
pengajuan kredit ketahanan pangan (KKP), hak, kewajiban dan sanksi aturan
pelanggaran KKP serta manfaat KKP. Kehadiran dalam RAK berhubungan dengan
pemahaman prosedur pengajuan KKP, dan hak, kewajiban serta sanksi aturan
pelanggaran dalam KKP.Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan
dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban dan sanksi aturan
pelanggaran dalam KKP serta manfaat KKP. Sedangkan kontak dengan sumber
informasi berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban,
dan sanksi aturan pelanggaran KKP.
Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani
Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi
dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani peserta kredit ketahanan
pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam
menggunakan media untuk memperoleh informasi. Selain menggunakan media, petani
juga dapat mendapatkan informasi dari temanya, penyuluh maupun pihak Bank untuk
mencari informasi tentang program KKP. Dalam hal kontak dengan sumber informasi,
sebagian besar petani kurang intensif dalam kontak dengan sumber informai. Hal
tersebut disebabkan petani tinggal di desa sehingga jauh untuk mengakses bank, sifat
pemalu petani menyebabkan mereka enggan untuk kontak dengan penyuluh maupun
sumber informan lainnya dan kesibukan petani juga menghambat keintensifan kontak
petani dengan sumber informasi.
Selain itu, penggunaan jenis media oleh petani dapat dilihat dalam aspek-aspek
penggunaan media komunikasi seperti mendengarkan radio, menonton televisi dan
7 Goldeberg A. dan Larson C. 2006. Komunikasi kelompok. UI Press: Jakarta.
11
membaca majalah atau brosur. Dalam hal mendengarkan radio, petani kurang
intensitasnya dalam mendengarkan radio untuk mencari informasi tentang KKP. Hal
tersebut disebabkan karena petani sibuk dengan pekerjaannya sehingga petani kurang
mendapatkan informasi melalui media berupa radio. Dalam hal menonton televisi,
petani di Kabupaten Ponorogo hampir semuanya telah memiliki televisi sehingga petani
dapat menonton televisi. Kegiatan menonton televisi oleh petani dapat dikatakan belum
terlalu intensif karena petani sibuk dengan pekerjaannya dan waktu tayang program
KKP yang ditayangkan kurang sesuai dengan adwal longgar istirahat petani, sehingga
petani tidak banyak yang memperoleh informasi dari tayangan televisi mengenai
program KKP. Sebagian besar petani dapat membaca majalah atau brosur mengenai
program KKP. Informasi dari media tersebut dapat membuat petani memperoleh
informasi yang banyak mengenai program KKP. Menurut petani, membaca majalah
maupun brosur lebih hemat biaya, dan fleksible dengan waktu longgar para petani
sehingga informasi yan diperoleh mudah untuk dimengerti.
Hasil penelitian lain, yaitu penelitian Awaliah (2012) menyebutkan bahwa
hubungan keterdedahan petani dengan media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi
petani dalam menggunakan media komunikasi. Frekuensi bertemu dengan PPL tidak
berpengaruh secara nyata dengan sikap petani, hal tersebut karena petani lebih percaya
pada pengalamanya selama ini dalam bertani. Frekuensi menonton tv berpengaruh
dalam pertambahan pengetahuan petani karena tv memberikan informasi pertanian yang
banyak. Frekuensi membaca koran tidak berpengaruh secara nyata baik dalam sikap,
pengetahuan maupun tindakan oleh petani karena petani tidak mengerti mengenai
materi yang ada di dalamnya dan pendidikan petani hanya sampai SD. Frekuensi
membaca leaflet tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan, sikap dan
tindakan petani karena petani hanya membaca leafleat 10 menit saja dalam satu bulan.
Penilain petani terhadap media komunikasi menurut hasil penelitian adalah media
komunikasi berperan dalam meberikan informasi yang baru bagi petani, akan tetapi
informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sering kali sama dengan informasi
yang sudah petani peroleh dari nenek moyangnya terdahulu.
Hasil penelitian Awaliah (2012) menyatakan bahwa keefektivan media
komunikasi bagi petani dapat dikatakan tinggi karena jika dilihat dari aspek
pengetahuan, sikap dan tindakan petani sudah berubah kearah yang semakin maju.
Dalam hal ini, media komunikasi membuat pengetahuan petani tentang pertanian
semakin bertambah dan pola berfikir petani juga lebih maju. Dalam aspek sikap, petani
menyetujui informasi yang disampaikan oleh media komunikasi mengenai usaha tanam
padi. Dalam aspek tindakan, petani tua cenderung tidak melakukan tindakan seperti
informasi yang diberikan oleh media komunikasi, sedangkan petani muda melakukan
tindakan sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh media komunikasi. Petani tua
lebih memiliki pengalaman tentang pertanian, sehingga mereka enggan mengambil
resiko dengan melakukan tindakan seperti yang diinformasikan dari media komunikasi.
Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani
Hubungan perilaku petani terhadap keefektivan kelompok tani dapat dilihat dari
hasil penelitian Kurniawati (2009) yang menyebutkan bahwa komunikasi partisipatif
anggota kelompok tani tidak terjadi karena petani yang berpartisipasi aktif secara lisan
lebih sedikit dibandingkan dengan petani yang pasif dalam berpartisipasi. Jika dilihat
12
dari dimensi waktu, partisipasi hanya dapat digambarkan melalui pertemuan kelompok
tani pada bulan Februari sampai Juni 2009 dan tidak tergambarkan melalui pertemuan
kelompok tani secara keseluruhan. Akses terhadap terjadinya komunikasi secara
partisipatif sudah terbuka lebar, tinggal bagaimana petani menyikapinya, karena
penyuluh pertanian lapang (PPL) pun telah memberikan kesempatan kepada petani
dalam mengekspresikan ide, perasaan dan pandangannya. Selain itu, dalam segi
kekohesivan serta dinamika kelompok, perilaku petani yang tergolong rendah membuat
keefektifan dalam komunikasi kelompok tani kurang maksimal.
Menurut hasil penelitian Handayani (2006), perilaku komunikasi petani dapat
dilihat dari pencarian informasi, kehadiran pada rapat anggota kelompok tani (RAK),
keterdedahan terhadap media dan kontak dengan sumber informasi (penyuluh, ketua
kelompok, Bank Bukopin dan PT Petrokimia). Dalam hal pencarian informasi, sebagian
besar petani melakukan pencarian informasi yang tidak terlalu intensif atau dapat
dikatakan petani hanya kadang-kadang (sedikit) mencari informasi mengenai program
kredit ketahan pangan (KKP). Hal tersebut disebabkan karena kesibukan petani dalam
mengelola sawahnya setiap harinya serta petani juga mempunyai pekerjaan sampingan
yang membuatnya tidak bisa mencari informasi mengenai program KKP secara intensif.
Kehadiran petani dalam rapat anggota kelompok menujukan bahwa sebagian besar
petani tidak secara intensif menghadiri RAK. Hal tersebut terjadi karena, faktor
kesibukan petani dalam pekerjaannya, petani kurang tertarik terhadap RAK dan mereka
juga merasa malas dalam mengadiri RAK karena faktor geografis serta mereka
menganggap RAK kurang mampu memberikan kuntungan bagi petani.
Hasil penelitian Rahmani (2006) menyebutkan bahwa karakteristik individu
berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afeksi dan
konatif. Pelatihan atau kursus yang diikuti oleh responden menjadi faktor penentu dalam
membangun komunikasi yang efektif pada program participatory integrated
development in rainfed area (PIDRA) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, menurut penelitian Manjar (2002) faktor karakteristik individu dalam
keefektivan kelompok ditentukan oleh tindakan, pendidikan formal dengan tindakan,
pendapatan keluarga dengan pengetahuan dan sikap serta pendapatan keluarga dengan
pengetahuan dan pengalaman serta mengikuti kursus atau penataran atau pelatihan
dengan pegetahuan dan sikap. Hasil penelitian Kurniawati (2009) menyebutkan bahwa
partisipasi petani dalam kelompok tani menghasilkan ketidakefektifan komunikasi
dalam kelompok tani. Hal tersebut menyebabkan petani kurang dapat menggali
informasi yang lebih dalam saat adanya rapat, karena mereka hanya banyak
mendengarkan dan hanya sedikit dalam berbicara mengeluarkan aspirasi maupun
pendapatnya.
13
KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI
Kerangka Pemikiran
Media komunikasi saat ini memiliki kontribusi besar dalam penyaluran
informasi kepada khalayak. Media komunikasi dapat berupa media antar individu,
media massa, publik maupun kelompok. Berdasarkan hasil review pustaka disimpulkan
bahwa media komunikasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku komunikasi petani
dalam kelompok tani. Pengetahuan petani dapat berubah dan bertambah jika petani
dapat mengakses media komunikasi secara rutin. Melalui tulisan ini, penulis ingin
mengetahui pengaruh media komunikasi terhadap perilaku petani yang dapat dilihat dari
dua sisi yaitu perilaku komunikasi interpersonal petani dengan orang lain seperti
interaksi dengan teman sesama petani, keluarga dan penyuluh, serta perilaku
komunikasi petani pada saat rapat gapoktan.
Variabel karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas penguasaan lahan pertanian, status lahan
pertanian dan akses terhadap media komunikasi. Karakteristik individu mempengaruhi
keterdedahan terhadap media komunikasi oleh petani. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil penelitian Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau
pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi
terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media
komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Selain itu, hasil penelitian
Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur, jumlah
penghasilan dan luas lahan lahan pertanian berhubungan nyata dengan keterdedahan
petani terhadap media komunikasi. Dalam hal ini, karakteristik individu mempengaruhi
keterdedahan petani terhadap media komunikasi yang ditunjukkan oleh lama serta
frekuensi petani dalam mengakses informasi melalui media komunikasi.
Keterdedahan media komunikasi adalah bagaimana responden menggunakan
media komunikasi untuk mencari informasi mengenai pertanian melalui media
komunikasi tersebut. Keterdedahan media komunikasi dalam penelitian ini adalah
keterdedahan media komunikasi seperti televisi, radio, koran, seminar pertanian, rapat
gapoktan, bertemu penyuluh dan internet. Penyuluh pertanian dalam hal ini dapat
dikatakan sebagai media komunikasi karena penyuluh merupakan media antar pribadi
yang menyampaikan pesan dari pemerintah kepada petani dan sebaliknya dari petani
kepada pemerintah. Menurut Syahyuti et al. (1999) penyuluh pertanian merupakan
suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam
sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani
(customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani
sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi. Menurut
Morissan (2005) terpaan media, keterdedahan khalayak terhadap media komunikasi
dapat dilihat dari frekuensi dan lama dalam mengakses media komunikasi.
Perilaku komunikasi petani terdiri dari dua variabel yaitu komunikasi
interpersonal petani dan komunikasi petani dalam kelompok tani. Perilaku komunikasi
petani dalam kelompok dan individu dapat dipengaruhi oleh keterdedahan petani
terhadap media komunikasi. Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara
media komunikasi dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani
14
peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani
kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Adapun
keterkaitan antar variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran
berikut ini:
Keterangan Gambar:
: Mempengaruhi.
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku
komunikasi petani
Hipotesis Penelitian
1. Karakteristik individu berhubungan nyata dengan keterdedahan petani dalam
menggunakan media komunikasi.
2. Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan nyata dengan perubahan
perilaku komunikasi petani.
Definisi Operasional
1. Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat
dilaksanakan penelitian.
2. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat
dalam tanda pengenal. Pernyataan responden tentang jenis kelamin dikategorikan
dengan skala nominal, menjadi dua kategori yaitu:
Laki–Laki
Perempuan
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang responden menempuh pendidikan formal saat
pengisian kuisoner. Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan
X. Karakteristik Individu:
Umur
Tingkat pendidikan
Lama bertani
Jenis kelamin
Luas penguasaan
lahan pertanian
Status kepemilikan
lahan
Akses terhadap media
komunikasi
Y2. Perilaku
komunikasi
interpersonal petani
Y1. Keterdedahan terhadap
Media Komunikasi
Y2. Perilaku
komunikasi petani
dalam kelompok tani.
15
formal yang pernah ditempuh oleh responden, dikategorikan dengan skala ordinal
dalam lima kategori yaitu :
Tidak tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
4. Lama bertani adalah selang waktu dalam satuan tahun antara saat pertama kali
responden menjalani pekerjaan sebagai petani hingga saat penelitian dilaksanakan.
5. Luas penguasaan lahan pertanian adalah satuan luas lahan dalam satuan m2 yang
digunakan oleh petani untuk bercocok tanam saat penelitian dilaksanakan.
6. Status kepemilikan lahan adalah status dari kepemilikan lahan yang digarap oleh
petani saat penelitian dilangsungkan. Dalam hal ini, status kepemilikan lahan diukur
dengan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:
Milik
Bukan milik
7. Akses terhadap media komunikasi adalah jumlah media komunikasi yang dapat
digunakan oleh responden pada saat penelitian berlangsung. Media komunikasi yang
dimaksud adalah televisi, penyuluh, radio, koran, dan seminar serta internet dan
rapat gapoktan.
8. Keterdedahan terhadap media komunikasi adalah frekuensi, lama dan cara
responden dalam memanfaatkan media komunikasi, seperti televisi, radio, koran,
seminar, penyuluh, rapat gapoktan dan internet. Keterdedahan terhadap media
komunikasi diperoleh dari frekuensi responden dalam mengakses media komunikasi
dan lama responden dalam mengakses media komunikasi.
Rumus keterdedahan terhadap media komunikasi berdasarkan frekuensi dan
lama mengakses media komunikasi:
Frekuensi mengakses media komunikasi X Lama mengakses media
komunikasi
9. Perilaku komunikasi interpersonal petani adalah jumlah skor kegiatan komunikasi
yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota
gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi dengan
sesama petani, keluarga dan penyuluh. Kegiatan keaktifan dalam berkomunikasi
ditunjukkan dengan interaksi komunikasi dengan teman sesama keluarga (skor 1),
interaksi dengan teman sesama petani (skor 2) dan interaksi dengan penyuluh
pertanian (skor 3). ((Nilai: Ya=2 dan Tidak=1((Skor untuk jawaban pertanyaan
adalah: skor tertinggi 24 dan skor terendah 12)).
Rumus perilaku komunikasi interpersonal petani:
a. Interaksi dengan keluarga : Skor jawaban pertanyaan X skor 1(Skor tertinggi
adalah 24 dan skor terendah adalah 12).
b. Interaksi dengan teman sesama petani : Skor jawaban pertanyaan X skor 2 (Skor
tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 24)
c. Interaksi dengan penyuluh pertanian : Skor jawaban pertanyaan X skor 3 (Skor
tertinggi adalah 72 dan skor terendah adalah 36).
10. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani adalah adalah jumlah skor
kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah
laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi
16
yang diperlihatkan saat rapat rutin anggota kelompok tani. (Nilai: Ya=2 dan
Tidak=1 (Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12).
17
METODE
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penulis menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan data kuantitatif dari responden dan wawancara secara
mendalam dengan informan untuk memperoleh data kualitatif. Data kuantitatif
digunakan untuk memperoleh data mengenai karakteristik individu petani, frekuensi dan
lama mengakses media komunikasi serta perilaku komunikasi petani secara
interpersonal maupun dalam kelompok. Data kualitatif digunakan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam lagi dari informan seperti ketua gapoktan untuk
mengetahui perilaku komunikasi petani dalam rapat anggota gapoktan dan sejarah
berdirinya gapoktan serta penyuluh lapang untuk mengetahui informasi mengenai petani
di Desa Cikarawang secara lebih lanjut tentang perkembangan pertaniannya. Pemilihan
responden, menggunakan salah satu teknik dalam penarikan sampel probabilitas, yaitu
simple random sampling, di mana peneliti mengambil sampel petani yang tergabung
dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) Mandiri Jaya, di Desa Cikarawang.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah gabungan kelompok tani (gapoktan). Gapoktan
yang dipilih dalam penelitian ini adalah gapoktan Mandiri Jaya yang terletak di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan
objek penelitian dilakukan dengan observasi melalui studi langsung pada objek
penelitian dan melalui pencarian informasi dengan internet. Alasan peneliti memilih
objek gapoktan Mandiri Jaya sebagai objek penelitian adalah gapoktan Mandiri Jaya
terletak di Desa Cikarawang yang memiliki pengelolaan pertanian yang cukup maju
karena gapoktan terletak di desa yang dekat dengan kota dan terletak di kawasan
penelitian kampus IPB Darmaga, sehingga informasi yang diterima oleh petani semakin
banyak dan kompleks. Beberapa hal yang mempengaruhi pertimbangan penulis dalam
pemilihan objek penelitian tersebut adalah: 1) Gapoktan Mandiri Jaya merupakan
gapoktan berprestasi dengan memperoleh penghargaan dari pemerintah provinsi Jawa
Barat dalam kategori gapoktan teladan dan mendapatkan peringkat kedua, 2) Gapoktan
Mandiri Jaya terletak di desa yang dekat dengan IPB dan di desa tersebut sering
dijadikan desa implementasi program pertanian baik dari pemerintah maupun IPB, dan
3) Wilayahnya dekat kota sehingga akses terhadap media komunikasinya lebih luas.
Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2012 hingga Desember 2012.
Kerangka Sampling Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Cikarawang,
sedangkan populasi sasaran yaitu petani yang termasuk dalam kelompok tani dan
tergabung dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya sebanyak 138 orang. Unit
analisis pada penelitian ini adalah petani. Pemilihan lokasi sampel dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan alasan bahwa gapoktan Mandiri Jaya merupakan gapoktan
berprestasi, berada di lingkungan IPB dan memiliki akses terhadap media komunikasi
18
yang luas karena dekat dengan kota. Sampel yang diteliti berjumlah 35 orang,
sedangkan populasi sasaran yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya adalah 138
orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan simple random
sampling. Simple random sampling dilakukan dengan cara memasukan data populasi ke
dalam lembar kerja Microsoft excel lalu mengacak daftar responden untuk menentukan
responden penelitian yang berjumlah 35 orang. Dari 138 orang tersebut diambil secara
acak 35 orang sebagai sampel atau responden penelitian (lihat lampiran 1).
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan informan melalui penelitian
langsung di lapangan menggunakan kuesioner (lihat di Lampiran 3) dan wawancara
terstruktur (lihat Lampiran 4). Data sekunder diperoleh dari profil Desa Cikarawang
mengenai kependudukan, letak geografis, demografis, dan gambaran umum lokasi
penelitian secara keseluruhan dan profil gapoktan Mandiri Jaya. Metode pengumpulan
data yang dilakukan pada saat penelitian di lapangan adalah dengan wawancara
mendalam kepada ketua gapoktan dan penyuluh lapang, kuesioner penelitian dengan
cara bertanya langsung kepada petani dan dokumentasi penelitian. Kemudian hasil
wawancara tersebut dicatat seperti apa adanya dan diolah dengan melakukan analisis
dan interpretasi.
Data primer yang didapatkan setelah penelitian adalah data dari kueisoner yang
mencangkup data mengenai karakteristik individu, data keterdedahan petani terhadap
media komunikasi dan data mengenai perilaku komunikasi petani baik secara
interpersonal maupun kelompok. Selain itu, penulis juga mendapatkan data primer dari
lapang yang berasal dari wawancara penulis dengan informan. Informan adalah pihak
yang memberikan keterangan mengenai segala informasi yang diperlukan untuk
mendukung penelitian yang dilaksanakan. Pemilihan informan dilakukan secara
purposive, informan yang ditemui adalah ketua gapoktan Mandiri Jaya yaitu Bapak AB
dan penyuluh lapang dari BP3K Dramaga yang ditugaskan di Desa Cikarawang yaitu
Bapak DT. Pemilihan Bapak AB sebagai informan bertujuan untuk mengetahui
informasi mengenai sejarah berdirinya gapoktan dan bagaimana perilaku komunikasi
saat rapat rutin anggota gapoktan. Informan penyuluh pertanian digunakan untuk
mengetahui bagaimana cara penyuluh menyampaikan materi penyuluhan serta
antusiasme petani dalam memperoleh informasi dan bagaimana keadaan pertanian di
Desa Cikarawang.
Teknik Analisis Data
Jawaban kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan Microsoft Excel
2007 dan software SPSS for Windows versi 17.0. Variabel karakteristik individu seperti
umur, luas lahan, pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi
dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata,
nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel.
Penulis juga menggunakan Tabel frekuensi untuk menyajikan dta dari variabel
19
karakteristik individu yaitu jenis kelamin, status lahan dan tingkat pendidikan. Variabel
perilaku komunikasi petani baik secara interpersonal maupun kelompok dideskripsikan
dengan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata, nilai maksimum dan minimum
serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel .
Pengujian hubungan antara variabel keterdedahan terhadap media komunikasi
dengan perilaku komunikasi petani dianalisis dengan menggunakan rank spearman.
Sementara itu, untuk variabel karakteristik individu seperti umur, luas lahan, akses
terhadap media komunikasi, lama bertani dihubungkan dengan keterdedahan terhadap
media komunikasi dengan menggunakan analisis rank spearman. Hubungan antara
variabel karakteristik individu yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status lahan
dengan keterdedahan terhadap media komunikasi dianalisis dengan menggunakan chi
square.
Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif
sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau
informan dan disampaikan secara deskriptif untuk memperkuat data seperti keaktifan
anggota gabungan kelompok tani saat rapat dan antusiasme petani anggota gabungan
kelompok tani dalam berinteraksi dengan penyuluh pertanian.
21
GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG
Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Cikarawang
berbatasan dengan Sungai Cisadane pada bagian utara, Sungai Ciapus pada bagian
selatan, Sungai Cianduan pada bagian barat, dan kelurahan Situ Gede pada bagian
timur. Sebagian besar penduduk di Desa Cikarawang bekerja sebagai petani. Di Desa
Cikarawang sendiri terdapat beberapa kelompok tani, diantara adalah kelompok tani
Hurip, Subur Jaya, Mekar, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Setia dan Andalan.
Keenam kelompok tani tersebut masuk ke dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya
yang diketuai oleh Bapak AB. Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya (Gapoktan
Mandiri Jaya) resmi berdiri pada tahun 2007 berawal dari adanya persamaan
kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman pangan seperti umbi-umbian dan dalam
hal pemasaran hasil panen. Berikuti ini adalah penjelasan mengenai gambaran umum
desa dan gambaran umum gapoktan Mandiri Jaya.
Kondisi Geografis Desa Cikarawang
Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut keadaan topografinya, Desa
Cikarawang merupakan dataran dan persawahan dengan ketinggian mencapai 193 m
dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25°C–30°C. Batas-batas wilayah
Desa Cikarawang adalah sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cisadane, sebelah
selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, sebelah barat berbatasan dengan Sungai
Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane), dan sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Setu Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Secara administratif, wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga dusun dan tujuh
rukun warga (RW). Wilayah ini terbagi lagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat,
yaitu 32 rukun tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Luas wilayah desa adalah
226,56 ha yang terdiri dari lahan sawah dan ladang seluas 194,572 ha, lahan pemukiman
atau perumahan seluas 37,854 ha, lahan empang seluas 2,15 ha, lahan perkuburan seluas
0,6 ha, dan sisanya digunakan untuk jalan. Desa Cikarawang juga memiliki danau (situ),
yang diberi nama Situ Burung. Danau (situ) seluas kurang lebih 2,5 ha tersebut
berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi persawahan, sebagai reservoir air yang
mampu mencegah banjir di musim hujan dan mencegah kekurangan air di musim
kemarau. Warga setempat juga menjadikan danau tersebut sebagai tempat rekreasi dan
tempat pemancingan ikan terutama pada hari-hari libur. Pengelolaan danau tersebut di
bawah PSDA propinsi Jawa Barat. Pemerintah dan warga setempat diperkenankan
memanfaatkan danau ini sejauh tidak mengganggu fungsi danau sebagai reservoir air.
Sejauh ini, belum ada aktivitas pemanfaatan danau sebagai aktivitas ekonomi yang
menguntungkan dan mendatangkan pendapatan untuk desa. Belum tergarapnya potensi
danau secara optimal terutama dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki desa dan
belum adanya investor yang berminat untuk menanamkan investasinya untuk
mengembangkan salah satu potensi yang ada di Desa Cikarawang.
22
Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang
Jumlah penduduk Desa Cikarawang pada tahun 2012 adalah 8.227 jiwa, yang
terdiri dari 4.199 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.028 jiwa berjenis kelamin
perempuan, yang terbagi dalam 2114 kepala keluarga (KK). Sebanyak 777 KK di Desa
Cikarawang termasuk ke dalam keluarga miskin (Gakin) dengan presentase 35.6% dari
jumlah keluarga yang ada di Desa Cikarawang.
Tabel 1 Jumlah penduduk di Desa Cikarawang berdasarkan umur pada tahun
2009
No. Umur (tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah
1 0-5 495 560 1055
2 6-10 409 367 776
3 11-15 391 389 780
4 16-20 378 368 746
5 21-25 389 374 763
6 26-30 390 378 768
7 31-35 303 285 588
8 36-40 309 284 593
9 41-45 258 251 509
10 46-50 215 193 408
11 51-55 181 160 341
12 56-60 156 137 293
13 61-65 186 147 333
14 66-67 139 136 275
Jumlah 4199 4029 8228 Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Mayoritas penduduk Desa Cikarawang menganut agama Islam dan merupakan
penduduk asli daerah. Mutu sumber daya manusia di Desa Cikarawang sangat rendah
karena dari 8.227 penduduk, hanya 4.394 (61%) yang pernah mengenyam bangku
pendidikan dan 2.285 (52%) dari jumlah tersebut adalah lulusan sekolah dasar (SD).
Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat banyak bertumpu di sektor pertanian
dengan profesi utama sebagai petani. Berdasarkan Tabel 2, masyarakat Desa
Cikarawang juga ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, karyawan pegawai
negeri dan swasta, pedagang, tukang ojeg, dan sopir angkot. Profesi lain dari
masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung, ayam ras,
kambing, domba, sapi dan kerbau. Di sektor industri, Desa Cikarawang memiliki tiga
industri skala rumah tangga, empat industri skala kecil, dan satu industri skala sedang.
23
Tabel 2 Daftar mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang
No. Mata pencaharian Jumlah (orang)
1 Petani 310
2 Buruh tani 225
3 Pedagang 435
4 PNS 175
5 TNI/POLRI 2
6 Karyawan 477
7 Wirausaha dan lainnya 600
Jumlah 2224 Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Fasilitas umum yang ada di Desa Cikarawang diantaranya adalah di bidang
pendidikan terdapat empat buah PAUD, TK,TPA, MI berjumlah dua buah, Sekolah
Dasar (SD) berjumlah empat dan SMP yang berjumlah satu buah. Selain itu, di Desa
Cikarawang sudah memiliki sebuah perpustakaan umum guna meningkatkan minat baca
masyarakat, sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat dapat
meningkat dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat pula. Perpustakaan desa
tersebut terletak di samping kantor Desa Cikarawang dan buka pada saat hari dan jam
kerja. Selain itu, dalam bidang kesehatan, terdapat berbagai fasilitas umum diantaranya
adalah puskesmas pembantu yang ada di sebelah kantor desa, posyandu yang berjumlah
tujuh buah yang tersebar di setiap RW, bidan desa yang berjumlah satu orang dan
poliklinik serta balai pengobatan.
Pertanian Desa Cikarawang memiliki lima kelompok tani yang tersebar di empat
kampung yang berbeda yaitu Kelompok Tani Hurip di Kampung Carangpulang
Bubulak, Kelompok Tani Mekar di Kampung Carangpulang Kidul, Kelompok Tani
Setia di Kampung Cangkrang, dan Kelompok Tani Subur Jaya di Kampung Petapaan
dan Kelompok Wanita Tani Melati di Kampung Carangpulang Bubulak. Di Desa
Cikarawang terdapat Gabungan Kelompok Tani yaitu Gapoktan Mandiri Jaya yang
menjadi gabungan enam kelompok tani lima dari Desa Cikarawang dan satu dari
Dramaga yaitu Kelompok Tani Andalan. Masing-masing kelompok tersebut menangani
komoditas ubi jalar dan padi. Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya.
Adapun hasil pertanian desa ini terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang
tanah, pisang, dan pepaya. Komoditi unggulan petani Desa Cikarawang adalah tanaman
ubi jalar dan kacang tanah. Padi yang ditanam, setelah panen tidak pernah dijual ke
pasar atau ke tengkulak. Padi-padi yang sudah dipanen akan dijemur, kemudian
sebagian akan digiling sesuai dengan kebutuhan untuk dikonsumsi dan sisanya akan
disimpan dalam bentuk gabah oleh petani sebagai persediaan pangan keluarga mereka.
Sebaliknya, untuk komoditi lainnya selain untuk dikonsumsi juga dijual ke pasar-pasar
terdekat atau ke tengkulak.
Pola usaha tani yang diterapkan oleh gapoktan Mandiri Jaya yaitu usaha pokok
poktan Hurip adalah padi, palawija seperti ubi jalar dan kacang tanah, usaha pokok
poktan Setia adalah padi, singkong dan bawang, usaha pokok poktan Mekar adalah padi
dan palawija dan usaha pokok poktan Subur Jaya yaitu padi dan palawija (lihat
lampiran 8). Pola tanam yang digunakan oleh petani di Desa Cikarawang adalah pola
tanam padi dengan sistem tanam gilir, tumpang sari bergiliran, tumpang sari bersisipan
24
dan tumpang sari. Sementara itu, untuk lahan kering, petani menggunakan pola tanam
yaitu tanaman sejenis dan tumpang gilir.
Terdapat suatu permasalahan desa yang secara tidak langsung menimbulkan
suatu hubungan sebab-akibat sekaligus berpengaruh terhadap perkembangan sektor
pertanian di Desa Cikarawang. Para petani di desa ini menghadapi kendala sumber air.
Selama ini sumber air untuk irigasi berasal dari Bendungan Cibenda yang terletak di
wilayah administratif Kota Bogor. Air yang berasal dari bendungan ini akan ditampung
di Situ Gede, Kelurahan Situ Gede baru kemudian dialirkan ke sawah-sawah para petani
di Desa Cikarawang. Permasalahan yang dihadapi adalah, Situ Gede merupakan tempat
rekreasi yang persediaan airnya harus terus mencukupi. Apabila persediaan air di Situ
berkurang, maka air dari Bendungan Cibenda tidak akan dialirkan ke sawah-sawah di
Desa Cikarawang, akibatnya para petani sering menghadapi kesulitan untuk pengairan
sawahnya. Selain itu, saluran yang menghubungkan Situ Gede dengan sawah-sawah di
Desa Cikarawang juga sering mengalami kebocoran. Oleh karena itu, para petani di
Desa Cikarawang melakukan pengaturan pola tanam pertanian berdasarkan persediaan
air dan kebijakan kelompok tani yang ada.
Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya terbentuk pada tahun 2007 berawal dari
adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman pangan seperti
umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen. Anggota gabungan kelompok tani
Mandiri Jaya adalah petani yang tergabung dalam aggota kelompok tani yang menjadi
anggota gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yang berdomisili di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Ketentuan dan persyaratan
menjadi anggota gabungan kelompok tani (gapoktan) Mandiri Jaya diatur dalam
anggaran daar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) gapoktan Mandiri
Jaya.Administrasi yang dimiliki gapoktan Mandiri Jaya yaitu buku tamu, buku daftar
anggota, buku daftar hadir dan notulen pertemuan, buku hasil penjualan serta buku
angsuran dan simpan pinjam anggota.
Dinamika kelompok pada gabungan kelompok tani dapat ditunjukkan oleh
pertemuan gapoktan dilaksanakan dengan interval satu bulan sekali, anggota gapoktan
bersama-sama dalam mengelola usaha kelompok, anggota gapoktan beserta petugas
lapang meninjau langsung kelapangan tempat usaha yang dijalankan anggota gapoktan
dan anggota gapoktan saling bergotong-royong dalam membantu kelompok tani
maupun dalam lingkungan masyarakat sehingga tercipta saling berkesinambungan.
Dalam kegiatan yang dilakukan oleh gapoktan Mandiri Jaya, terdapat beberapa pihak-
pihak lain yang mendukung kegiatan tersebut. Dukungan tersebut diantaranya adalah
pembinaan baik teknis maupun managerial dari petugas teknis setempat dalam hal ini
petugas penyuluh pertanian dari balai penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
(BP3K) wilayah Dramaga, UPT dan Dinas atau Instansi di tingkat kabupaten.
25
Letak Wilayah Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
Gapoktan Mandiri Jaya terletak di wilayah Desa Cikarawang Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Jarak ke kantor kecamatan Dramaga yaitu 5 km, jarak ke ibu kota
kabupatan Bogor yaitu 30 km, jarak ke ibu kota provinsi yaitu 137 km, dan jarak ke ibu
kota negara yaitu 78 km. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah dengan tiga tipe lahan
yaitu lahan basah yang memiliki sistem pengairan setengah teknis seluas 100 Ha, lahan
kering dengan rincian 10 Ha berupa tegalan, 121 Ha berupa pekarangan, dan 1 Ha
berupa perkebunan rakyat. Selain itu terdapat lahan perairan yang terdiri dari 4.5 Ha
berupa lahan kolam untuk ikan dan 2.5 Ha berupa lahan setu. Berikut ini adalah sebaran
luas lahan sawah dan darat yang diusahakan oleh anggota gapoktan Mandiri Jaya pada
tahun 2012:
Tabel 3 Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap oleh
gapoktan Mandiri Jaya tahun 2012
No. Nama
kelompok Luas lahan (Ha) Ternak (ekor)
Sawah Darat Jumlah Ayam
buras Kelinci Domba Kambing Kerbau Jumlah
1 Kelompok tani
Hurip 35 10 45 - - 305 20 - 325
2 Kelompok tani
Subur Jaya 25 7 32 - - 212 - 83 295
3 Kelompok tani Mekar
10 6 16 250 - 247 - - 297
4 Kelompok tani
Setia 35 10 45 354 35 384 - - 773
5 Kelompok tani
Andalan 5 1 6 - - - - - -
6 Kelompok tani
wanita Melati - 0.5 6 - - - - - -
Jumlah 110 34.5 144.5 604 35 1112 20 83 1690 Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Visi, Misi, dan Tujuan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
Sejak awal, para petani sudah menyadari bahwa tujuan mereka bergabung dalam
kelompok tani ini adalah untuk bekerjasama memajukan pertanian Desa Cikarawang.
Visi Kelompok Tani Hurip adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
kelompok pada khususnya dan masyarakat Desa Cikarawang pada umumnya. Misi
Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Sapta Usaha Tani (pengolahan lahan dan tanam, penggunaan
bibit unggul, pemupukan berimbang, pengairan atau tanaman pelindung,
pemeliharaan atau perlindungan tanaman, serta panen dan pasca panen).
2. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan kelompok tani (meningkatkan jumlah
anggota, mengadakan pertemuan rutin, administrasi kelompok, dan
mengaktifkan tugas pengurus).
3. Pemupukan modal (simpanan wajib, pokok, sukarela, dan pinjaman).
Tujuan dibentuknya gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yaitu:
26
1. Mengembangkan kapasitas pelaku utama dalam berorganisasi yang lebih
formal
2. Mengembangkan kapasitas pelaku utama dalam mengelola usaha secara
lebih efisien dan mengguntungkan.
3. Membantu meningkatkan akses kelompok tani untuk memanfaatkan fasilitas
yang ada disekitarnya seperti subsidi benih, subsidi pupuk dan lain-lain.
4. Memberikan pendampingan kepada kelompok tani dalam penumbuhan
gabungan kelompok tani kearah kelembagaaan yang berbadan hukum
melalui proses yang partisipatif dan berharap serta sesuai dengan kondisi
lokal dalam meningkatkan posisi tawar.
5. Menumbuh kembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan
kemampuan menjadi pelaku utama dan pelaku usaha.
6. Memberikan arahan dan petunjuk kepada gabungan kelompok tani tentang
pola penyaluran dan pemanfaatan dana BLM
7. Menetapkan arah pengembangan sistem dan usaha agribisnis desa sesuai
dengan potensi ekonomi dalam PUAP
8. Memberikan petunjuk pemanfaatan dana PUAP dalam rangka penumbuhan
usaha anggota serta membangun jaringan pasar.
Struktur Organisasi dan Keanggotan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
Kelompok tani yang tegabung dalam gapoktan Mandiri Jaya ada enam yaitu,
kelompok tani Hurip, kelompok tani Subur Jaya, kelompok tani Mekar, kelompok tani
Setia, kelompok tani Andalan dan kelompok tani wanita Melati. Berikut ini adalah
rincian dari masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri
Jaya.
Tabel 4 Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya
Kelompok Tani Ketua Anggota (Orang)
Kelompok tani Hurip Ahmad Bastari 30
Kelompok tani Subur Jaya Senan 28
Kelompok tani Mekar Wahyudin 20 Kelompok tani Setia Ujang 20
Kelompok tani Andalan Dimyati 20
Kelompok tani wanita Melati Normayanti 20
Jumlah total 138 Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor.
27
Susunan kepengurusan gabungan kelompok tani Mandiri Jaya adalah:
Gambar 2 Struktur organisasi gapoktan Mandiri Jaya
Persyaratan untuk menjadi anggota gapoktan Mandiri Jaya yaitu anggota
kelompok tani, telah membayar simpanan pokok sebesar 50000 rupiah, telah membayar
simpanan wajib sebesar 5000 rupiah per bulan, aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh kelompok tani dan gabungan kelompok tani, mematuhi ketentuan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gapoktan, mematuhi persetujuan manajer
dan memberikan fotocopy KTP 1 lembar dan kartu keluarga 1 lembar. Anggota
gapoktan Mandiri Jaya berjulah 138 orang yang termasuk ke dalam anggota keenam
kelompok tani anggota gapoktan seperti tertera pada Tabel 4. Akan tetapi, saat ini
persyaratan tersebut tidak berlaku secara mutlak, karena menurut penuturan Bapak AB
selaku ketua gapoktan, menyebutkan bahwa siapa saja boleh mendaftar menjadi anggota
gapoktan meskipun mereka tidak tergabung dalam kelompok tani, asalkan memenuhi
persyaratan selain menjadi anggota kelompok tani seperti yang telah disebutkan di atas.
Setelah adanya program PUAP, anggota gapoktan Mandiri Jaya jumlahnya semakin
banyak karena, banyak penduduk di Desa Cikarawang memanfaatkan hal tersebut untuk
meminjam dana dari program PUAP yang digunakan untuk memajukan usahanya baik
dibidang pertanian maupun non pertanian.
Ketua:
Ahmad B.
Sekretaris:
Andung
Kasir:
Normayanti Unit usaha
Saprotan:
Hendrik
Pengolahan:
Wahyudin
Pemasaran:
Tjahyadi Harjo
Permodalan:
Mery
Produksi:
Jaja
Bendahara:
Ujang
Manager LKMA:
Napi
Pembukuan:
Dedi I.
29
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN
TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI
Deskripsi Karakteristik Individu Petani
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota gapoktan
Mandiri Jaya di Desa Cikarawang memiliki rata-rata umur sebesar 48 tahun, dengan
umur termuda berusia 25 tahun dan umur tertua berusia 90 tahun. Dengan rata-rata
umur tersebut, maka dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar petani yang tergabung
dalam anggota gapoktan Mandiri Jaya tergolong dalam usia produktif. Desa
Cikarawang memiliki jumlah petani terbanyak pada usia paruh baya (30 tahun-50
tahun) dan memiliki jumlah petani yang kecil untuk usia muda (30 tahun ke bawah).
Petani muda yang tergabung dalam gapoktan semakin sedikit dan keterdedahan
terhadap media komunikasinya pun kurang karena mereka enggan untuk mendalami
pertanian sebagai pekerjaan utama. Petani muda yang tergabung dalam gapoktan
biasanya terpaksa menggarap sawah karena tidak ada pekerjaan lain dan desakan
pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Sedikitnya generasi penerus
untuk pertanian di Desa Cikarawang, menyebabkan berkurangnya pengurus yang dapat
melanjutkan kepengurusan organisasi maupun sistem pertanian yang ada di Desa
Cikarawang. Hal tersebut terjadi karena, sebagian pemuda maupun pemudi desa lebih
memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Sementara itu, petani yang masih tersisa
di Desa Cikarawang sudah semakin menua dan daya fisik serta kemampuan dalam
mengelola pertanian semakin berkurang sehingga menyebabkan kurangnya produksi
pertanian yang dihasilkan oleh petani dan tidak adanya regenerasi dalam kepengurusan
gapoktan.
Tabel 5 Deskripsi karakteristik individu petani menurut umur, lama bertani,
penguasaan lahan pertanian dan akses terhadap media komunikasi
Karakteristik individu Rata-rata Nilai
minimum
Nilai
maksimum
Standar
deviasi
Umur (tahun) 48 25 90 14
Lama bertani (tahun) 23 2 67 16
Penguasaan lahan pertanian (m2) 334
2 120 10000 3561
Akses terhadap media komunikasi
(media) 5 2 7
1.58
6
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan mempunyai
rata-rata dalam lama bekerja menjadi petani sebesar 23 tahun. Hal tersebut berarti
sebagian besar dari petani anggota gapoktan Mandiri Jaya memiliki pengalaman dalam
mengelola pertanian yang cukup lama, sehingga informasi pertanian yang dimilikinya
sudah sangat banyak. Lama bertani responden yang paling rendah adalah dua tahun dan
lama bekerja sebagai petani paling tinggi adalah 67 tahun. Berdasarkan data tersebut,
dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan sudah
berpengalaman dalam bertani.
30
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan rata-rata
memiliki luas lahan sebesar 3342 m2. Berdasarkan data tersebut, dapat dideskripsikan
bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya, sebagian besar mengarap
lahan dengan luas lahan yang cukup luas. Dengan luas lahan yang cukup luas, pada
umumnya petani menanam lebih dari satu jenis tanaman untuk memaksimalkan lahan
pertanian agar menjadi efisien dan keuntungan yang didapatkan juga semakin besar.
Sedangkan untuk lahan sempit, petani biasanya hanya menanam satu jenis tanaman saja
misalnya tanaman ubi atau singkong. Lahan pertanian di Desa Cikarawang sebagian
besar ditanami oleh sayuran, jambu kristal, padi, umbi-umbian dan biji-bijian. Sistem
pertanian yang digunakan di Desa Cikarawang saat ini adalah sistem tanam dengan cara
tumpang sari dan jajar legowo. Lahan pertanian tersempit yang digarap oleh responden
adalah seluas 120 m2 dan lahan terluas adalah lahan dengan luas 10000 m
2. Tanah
dengan luas lahan yang sempit biasanya merupakan tanah milik pribadi dan diolah
secara pribadi oleh pemilik tanah yaitu petani. Sementara itu, tanah dengan luas lahan
yang cukup luas, ada yang milik pribadi petani dan biasanya peninggalan dari keluarga
yang sudah digarap secara turun temurun, serta ada juga tanah dengan lahan luas yang
merupakan lahan garapan dan memiliki hak bukan milik petani penggarap.
Media komunikasi yang terdapat di Desa Cikarawang adalah televisi, radio,
koran atau majalah pertanian, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu dengan
penyuluh dan internet. Responden di Desa Cikarawang, rata-rata dapat mengakses lima
media komunikasi. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa petani yang
tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya memiliki akses yang cukup banyak terhadap
media komunikasi. Akses media komunikasi tersedikit adalah sebanyak dua media
komunikasi dan akses media komunikasi terbanyak yaitu tujuh media komunikasi.
Menurut sebagian besar responden menyatakan bahwa jaringan media komunikasi di
Desa Cikarawang sudah layak. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya sumber
informasi yang dapat ditemui oleh petani dengan mudah dan jaringan serta fasilitas
telekomunikasi yang cukup memadai, membuat petani di Desa Cikarawang dapat
mudah dalam memperoleh informasi mengenai pertanian dan mereka dapat memilih
media komunikasi yang dianggap dapat sesuai dengan kebutuhanya.
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan lebih sering mengakses media komunikasi yaitu televisi. Hal tersebut
disebabkan, televisi merupakan media audio visual sehingga membuat petani lebih
memahami informasi yang disampaikan melalui media tersebut, terutama informasi
mengenai pertanian. Selain itu, petani anggota gapoktan sebagian besar telah memiliki
televisi, sehingga akses terhadap televisi lebih mudah dibandingkan dengan akses
terhadap media komunikasi lainnya. Media komunikasi yang paling sedikit diakses oleh
petani anggota gapoktan adalah internet. Dalam hal ini, petani anggota gapoktan kurang
dapat menggunakan internet, sehingga mereka hanya sebagian kecil yang mengaksesnya
untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian. Kurangnya akses petani anggota
gapoktan disebabkan oleh petani anggota gapoktan tidak memiliki sarana untuk
mengakses informasi melalui internet, petani tidak bisa menggunakan internet dan
petani menganggap bahwa media lain cukup menambah informasi mengenai pertanian
kepada mereka, sehingga internet dianggap kurang terlalu diperlukan oleh petani.
31
Tabel 6 Jenis-jenis media komunikasi yang digunakan oleh anggota gapoktan Mandiri
Jaya
Media komunikasi Jumlah (orang yang
mengakses) Jumlah (%)
TV 34 18.9
Radio 24 13.3
Koran 22 12.2
Seminar 25 13.9
Rapat 33 18.3
Penyuluh 32 17.8
Internet 10 5.6
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa terdapat sebanyak 57.1 persen anggota
gapoktan berjenis kelamin laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
anggota gapoktan perempuan yang memiliki jumlah 42.9 persen. Persentase petani laki-
laki lebih tinggi dari pada petani perempuan dalam gapoktan, disebabkan oleh sebagian
petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
di Desa Cikarawang sebagian besar tidak bekerja sebagai petani atau menjadi ibu rumah
tangga yang memiliki tugas memasak, mengasuh anak, dan menyiapkan bekal makan
siang suaminya di sawah. Selain itu, petani laki-laki di Desa Cikarawang lebih aktif
dalam mencari informasi mengenai pertanian, sehingga mereka bergabung dalam
gapoktan, sedangkan petani wanita tidak banyak tergabung di gapoktan seperti petani
laki-laki karena mereka biasanya hanya membantu suaminya di sawah dan kurang aktif
dalam mencari informasi mengenai pertanian. Petani laki-laki lebih banyak yang
tergabung dalam gapoktan karena merekalah yang memiliki pekerjaan utama sebagai
petani, sedangkan petani perempuan hanya bertugas untuk membantu suaminya di
sawah. Sementara itu, petani perempuan pasif dalam mencari informasi karena mereka
dapat memperoleh informasi dari suaminya.
Status lahan adalah status dari kepemilikan lahan yang digarap oleh petani saat
penelitian dilangsungkan. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebanyak 80 persen
tanah yang digarap oleh petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya
merupakan tanah dengan status hak milik dan hanya 20 persen petani yang menggarap
tanah milik orang lain atau tanah yang berstatus bukan milik pribadi. Tanah dengan
status hak milik biasanya merupakan tanah peninggalan dari keluarga yang telah
digarap secara turun temurun. Petani dengan status lahan hak milik, biasanya mengolah
tanahnya sendiri dan hasil atau keuntungan yang didapatkanya dari mengolah sawah
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya, petani
anggota gapoktan di Desa Cikarawang bersifat subsisten, jadi jika hasil pertaniannya
melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya, petani akan
menjual hasil pertaniannya ke pasar. Sementara itu, petani dengan status lahan tidak hak
milik, biasanya hanya menggarap lahan pertanian menggunakan sistem bagi hasil
dengan pemilik lahan untuk membagi keuntungan dari hasil pertanian yang diolahnya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani dengan status kepemilikan
lahan pertanian milik pribadi banyak yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri Jaya.
32
Tabel 7 Distribusi karakteristik individu petani menurut jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan status kepemilikan lahan
Karakteristik Individu Jumlah (orang) Jumlah
(%)
Jenis kelamin
Laki-laki 20 57.1
Perempuan 15 42.9
Tingkat pendidikan
Tidak tamat SD 2 5.7
SD/Sederajat 14 40
SMP/Sederajat 4 11.4
SMA/Sederajat 12 34.3
Perguruan tinggi 3 8.6
Status kepemilikan lahan
Milik 28 80
Bukan milik 7 20
Tingkat pendidikan merupakan jenjang responden dalam menempuh pendidikan
formal saat pengisian kuesioner. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa petani yang
tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya sebanyak 40 persen berpendidikan hingga SD
dan sebanyak 34.4 persen petani yang berpendidikan sampai SMA. Selain itu, terdapat
data bahwa terdapat 11.4 persen petani dengan pendidikan SMP, terdapat 5.7 persen
petani yang berpendidikan sampai Perguruan Tinggi dan sebanyak 8.6 persen petani
yang pendidikannya Tidak Tamat SD. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan
bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya masih memiliki pendidikan
yang rendah dan hanya sedikit petani dengan pendidikan tinggi. Hal tersebut dibuktikan
dengan data bahwa sebagian besar petani hanya tamatan SD dan hanya sedikit sekali
petani yang mengenyam pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi.
Deskripsi Keterdedahan Petani Terhadap Media Komunikasi
Keterdedahan Petani terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Frekuensi dan
Lama Petani dalam Mengakses Media Komunikasi
Keterdedahan petani terhadap media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi
petani dalam mengakses media komunikasi dalam satu bulan saat penelitian, serta lama
petani dalam mengakses media komunikasi dalam sekali akses. Dalam hal ini,
keterdedahan media komunikasi yang akan dibahas adalah keterdedahan terhadap
televisi, radio, koran atau majalah, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh
dan mengakses internet. Semua informasi yang diakses melalui media tersebut,
difokuskan kepada informasi mengenai pertanian. Jadi keterdedahan media yang
dimaksud adalah mengakses media komunikasi untuk memperoleh informasi mengenai
pertanian. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa keterdedahan petani anggota
gapoktan terhadap keseluruhan media komunikasi adalah 25.45 jam. Akses terhadap
33
media komunikasi secara total memiliki akses terendah yaitu 0 jam dan akses tertinggi
yaitu 136.5 jam pada akses selama satu bulan saat penelitian. Hal tersebut menandakan
bahwa akses sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang untuk
keseluruhan media komunikasi memiliki banyak variasi. Keterdedahan terhadap media
komunikasi dapat dipengaruhi oleh lama bertani petani. Pada umumnya, semakin lama
pengalaman bertani, maka informasi yang petani punya semakin banyak dan komplek,
oleh karena itu, mereka jarang mencari informasi karena sebagian informasi yang
disampaikan oleh media komunikasi sudah mereka ketahui lewat pengalaman
bertaninya. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak AND, salah
satu anggota gapoktan yang mempunyai jabatan sebagai sekretaris dalam gapoktan
Mandiri Jaya, mengatakan bahwa:
“Saat ini, petani yang sudah lama bertani tidak mudah begitu saja percaya dengan
informasi yang disampaikan oleh media mana pun. Hal tersebut karena, apa yang
disampaikan oleh media belum tentu benar dan dapat diterapkan dalam pertanian saya. Oleh karena itu, saya lebih percaya pada pengalaman saya selama ini menjadi
petani. Saya bertani dengan cara yang diajarkan oleh keluarga saya dan selama ini
hal tersebut masih berjalan dengan baik”.
Tabel 8 Deskripsi keterdedahan media komunikasi oleh petani
Keterdedahan media
komunikasi Rata-rata
Nilai
minimum
Nilai
maksimum
Standar
deviasi
Keterdedahan terhadap televisi
(jam) 9.54 0 120
20.9
Keterdedahan terhadap radio
(jam) 1.27 0 10
2.5
Keterdedahan terhadap koran
(jam) 6.28 0 36
6.2
Keterdedahan terhadap seminar
pertanian (jam) 5.71 0 63
11.9
Keterdedahan terhadap rapat
gapoktan (jam) 3.49 0 10
2.66
Keterdedahan dalam bertemu
penyuluh (jam) 2.79 0 24
4.6
Keterdedahan terhadap internet
(jam) 0.26 0 5
0.91
Keterdedahan total (jam) 25.45 0 136.5 27.9
Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan memiliki rata-rata
keterdedahan terhadap televisi sebesar 9.54 jam. Selain itu, responden juga memiliki
keterdedahan terhadap televisi dengan nilai terendah sebesar 0 jam dan nilai tertinggi
sebesar 120 jam. Hal tersebut berarti sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa
Cikarawang memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu televisi untuk
mengakses informasi pertanian masih dalam taraf rendah. Rendahnya petani dalam
mengakses media komunikasi disebabkan karena beberapa hal yaitu sebagian besar
petani sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani mau pun pekerjaan sampingan lainnya,
waktu tayangan televisi yang membahas mengenai pertanian juga terkadang bentrok
dengan waktu kerja petani. Selain itu, setelah bekerja umumnya petani kelelahan
34
sehingga tidak sempat menonton televisi dan semakin sedikitnya televisi yang
menyiarkan program pertanian menyebaabkan petani kesulitan dalam memperoleh
informasi pertanian, sehingga petani menggunakan televisi sebagai sarana hiburan.
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata petani anggota gapoktan
memiliki keterdedahan terhadap radio sebesar 1.27 jam. Nilai akses radio terendah
adalah 0 jam dan nilai akses radio tertinggi adalah 10 jam. Hal tersebut berarti,
keterdedahan petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang terhadap media komunikasi
radio masih dalam taraf rendah. Rendahnya akses petani dalam mendengarkan radio
disebabkan oleh beberapa hal yaitu, petani tidak mempunyai waktu untuk
mendengarkan radio karena sibuk dengan pekerjaannya, petani sudah kelelahan dalam
bekerja sehingga tidak bisa mendengarkan radio, sebagian besar petani tidak punya
radio atau radionya sudah rusak sehingga tidak bisa dipakai, dan saat ini program radio
yang menyiarkan informasi mengenai pertanian semakin sedikit jumlahnya sehingga
petani kurang tertarik dalam mengakses media ini. Selain itu, radio hanya bisa di
dengarkan dan petani tidak dapat melihat hasil dari penjelasan lewat radio sehingga
sebagian besar petani menggunakan radio untuk hiburan seperti mendengarkan musik
dan lainnya.
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata keterdedahan terhadap koran
atau majalah yang membahas informasi pertanian oleh petani anggota gapoktan sebesar
6.28 jam. Selain itu, nilai terendah dalam mengakses koran atau majalah mengenai
informasi pertanian adalah 0 jam dan nilai tertinggi dalam akses terhadap koran adalah
36 jam. Berdasarkan data tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa keterdedahan petani di
Desa Cikarawang terhadap koran masih pada taraf rendah. Rendahnya akses petani
dalam membaca koran mengenai pertanian disebabkan oleh beberapa hal di antaranya
adalah tidak adanya penjual koran di desa dan jika ingin membeli koran, petani harus ke
kota terlebih dahulu sehingga, jarang petani yang membaca koran dan mendapatkan
informasi pertanian dari koran. Selain itu, petani juga masih banyak yang buta huruf
dan faktor usia yang menyebabkan petani kurang mampu dalam membaca koran dengan
baik.
Berdasarkan Tabel 8, petani anggota gapoktan memiliki rata-rata keterdedahan
terhadap seminar pertanian sebesar 5.71 jam. Nilai terendah keterdedahan terhadap
seminar pertanian yaitu 0 jam dan nilai tertinggi dalam keterdedahan terhadap seminar
pertanian adalah 63 jam. Hal tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar petani
anggota gapoktan di Desa Cikarawang kurang terdedah terhadap seminar pertanian.
Rendahnya keikutsertaan petani dalam seminar pertanian di sebabkan oleh sibuknya
petani dalam pekerjaannya, waktu seminar yang sering kali bentrok dengan pekerjaan
petani dan petani kurang dalam mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan
acara seminar pertanian.
Berdasarkan Tabel 8, keterdedahan terhadap rapat gapoktan oleh petani anggota
gapoktan memiliki rata-rata sebesar 3.49 jam. Nilai terendah keterdedahan terhadap
rapat gapoktan adalah 0 jam dan nilai tertinggi dalam keterdedahan terhadap rapat
gapoktan adalah 10 jam. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang memiliki keterdedahan terhadap
media komunikasi rapat gapoktan dengan taraf rendah. Hal tersebut disebabkan karena,
rapat gapoktan lebih banyak dihadiri oleh penggurus saja, dan sedikit melibatkan
anggota gapoktan. Anggota gapoktan dilibatkan dalam rapat gapoktan saat acara
penting saja seperti persiapan lomba maupun acara besar lainnya. Selain itu, anggota
35
gapoktan juga tidak memperoleh informasi mengenai pelaksanaan rapat sehingga petani
tidak tahu dan tidak menghadiri rapat gapoktan.
Berdasarkan Tabel 8, rata-rata petani anggota gapoktan memiliki keterdedahan
terhadap media komunikasi bertemu dengan penyuluh sebesar 2.79 jam. Nilai
keterdedahan terhadap bertemu penyuluh terendah adalah 0 jam dan nilai keterdedahan
terhadap penyuluh tertinggi adalah 24 jam. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa keterdedahan petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang
terhadap pertemuan dengan penyuluh masih dalam taraf rendah. Rendahnya akses
petani dalam bertemu dengan penyuluh disebabkan oleh penyuluh lapang untuk Desa
Cikarawang yaitu Bapak Sulaiman meninggal dunia, sehingga tidak ada penyuluh
lapang di desa dan belum ada pengganti penyuluh lapang dari pemerintah daerah.
Kepergian penyuluh lapang meninggalkan kesedihan mendalam bagi petani karena
selama ini, penyuluh tersebut sangat membantu petani dalam hal pertanian. Penyuluh
pertanian melaksankan penyuluhan minimal dua kali dalam sebulan. Hal tersebut bisa
jadi bertambah jika petani memerlukan bantuan dari penyuluh lapang. Waktu
penyuluhan biasanya disesuaikan dengan petani melalui koordinasi antara gapoktan
dengan penyuluh lapang. Saat ini belum ada penyuluh pengganti di Desa Cikarawang,
oleh karena itu, petani memilih untuk bekerja secara mandiri menggarap sawahnya
sambil menunggu adanya penyuuluh lapang yang baru.
Berdasarkan Tabel 8, petani anggota gapoktan rata-rata memiliki keterdedahan
terhadap internet sebesar 0.25 jam. Nilai keterdedahan terendah terhadap internet adalah
0 jam dan nilai keterdedahan tertinggi terhadap internet adalah 5 jam. Dari data tersebut,
dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar petani di Desa Cikarawang jarang yang
menggunakan media komunikasi internet untuk memperoleh informasi mengenai
pertanian. Rendahnya akses petani dengan internet disebabkan oleh sebagian besar
petani tidak merasa perlu mengakses internet dan belum mengetahui apa itu intenet,
serta petani belum mempunyai pemahaman mengenai penggunaan internet. Petani lebih
cenderung memilih media komunikasi lainnya karena mudah diakses oleh petani.
Beberapa responden yang mengakses internet memiliki peralatan pendukung misalnya
komputer, laptop dan modem. Situs yang pernah dikunjungi oleh responden yaitu situs
mengenai buah naga dan okra, BP3K, dan situs mengenai gapoktan dari daerah lain.
Informasi yang didapatkan dari internet adalah jenis-jenis buah naga dan manfaatnya
dan manfaat okra sebagai obat darah tinggi.
Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Penggunaan Media
Komunikasi oleh Petani
Keterdedahan petani terhadap media komunikasi selain dapat dilihat dari
frekuensi petani dalam mengakses media komunikasi dalam satu bulan saat penelitian,
serta lama petani dalam mengakses media komunikasi dalam sekali akses, juga dapat
dilihat dari segi cara yang dilakukan petani dalam memperoleh informasi mengenai
pertanian melalui media komunikasi. Dalam hal ini, keterdedahan media komunikasi
yang akan dibahas adalah keterdedahan terhadap televisi, radio, koran atau majalah,
seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan mengakses internet. Semua
informasi yang diakses melalui media tersebut, difokuskan kepada informasi mengenai
pertanian. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu televisi untuk sarana hiburan dan
36
menambah informasi. Sementara itu, anggota gapoktan yang mengakses televisi dapat
mendapatkan informasi mengenai sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu
dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses televisi,
hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara
bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga
yang tidak melakukan tindakan apapun yang mengindikasikan bahwa petani tersebut
termasuk memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yang rendah karena tidak
berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian.
Stasiun televisi yang banyak diakses oleh petani terbagi menjadi dua yaitu
televisi lokal seperti Megaswara, Elshinta, mau pun televisi nasional seperti TVRI,
Trans TV, TV ONE dan SCTV. Program siaran televisi yang biasa diakses oleh petani
yaitu profil desa, lumbung padi, berita mengenai pertanian, penyuluhan dan
pengendalian hama serta pengolahan produk pertanian. Petani menggunakan televisi
untuk hiburan dan menambah pengetahuan petani seperti menambah pengetahuan
mengenai pertanian. Petani lebih banyak menggunakan televisi sebagai media untuk
hiburan karena saat ini, stasiun televisi di Indonesia sebagian besar menayangkan acara
hiburan dan semakin sedikit stasiun televisi yang menayangkan acara untuk pertanian.
Informasi yang disampaikan melalui media televisi sangat berguna bagi petani yaitu
untuk menambah pengetahuan petani dalam hal pertanian seperti pengenalan varietas
tanaman baru, pengolahan hasil pertanian dan pembibitan ikan. Beberapa kendala yang
dihadapi petani untuk mengakses media komunikasi televisi yaitu mati listrik, cuaca
buruk sehingga siaran terganggu, dan acara yang sebentar sehingga membuat petani
sering kali ketinggalan untuk mengikuti acara yang disajikan dalam televisi. Hal yang
dilakukan oleh sebagian besar petani jika tidak bisa memperoleh atau ketinggalan dalam
menonton acara televisi mengenai program pertanian yaitu, dengan cara bertanya
kepada teman sesama petani, ketua gapoktan dan mengakses media komunikasi lainnya
untuk mendapatkan informasi.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu radio untuk sarana hiburan dan menambah
pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari radio. Sementara itu,
melalui radio, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa
saat petani mengalami hambatan dalam mengakses radio, hal-hal yang dilakukan oleh
petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani
lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang tidak
melakukan tindakan apapun. Stasiun radio yang banyak didengarkan oleh petani di Desa
Cikarawang yaitu Radio Ciawi, Radio Agri FM, Radio Elshinta dan Radio Megaswara
FM. Program atau informasi yang banyak didengarkan oleh petani antara lain yaitu
mengenai budidaya tanaman, pengenalan varietas tanaman baru, cara beternak hewan
seperti ikan lele, sapi dan kambing, serta cara pemberantasan hama. Kendala yang
dihadapi oleh petani dalam mengakses radio adalah cuaca buruk sehingga siaran
terganggu dan siaran pertanian di radio waktunya bentrok dengan kegiatan petani,
sehingga petani tidak sempat mendengarkan radio. Hal yang dilakukan petani agar tidak
ketinggalan informasi pertanian dari radio adalah dengan cara bertanya kepada orang
lain seperti teman sesama petani, ketua gapoktan maupun penyuluh pertanian serta
menggunakan media komunikasi lain untuk memperoleh informasi pertanian yang
dibutuhkan
37
Tabel 9 Fungsi media komunikasi, jenis-jenis informasi dan pemilihan media
komunikasi lain anggota gapoktan Mandiri Jaya
Media komunikasi (%)
TV Radio Koran Seminar Gapoktan Penyuluh Internet
Fungsi media komunikasi
Hiburan 53.85 54.55 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00
Menambah pengetahuan 46.15 45.45 100.00 93.75 91.67 94.12 50.00
Interaksi sosial
(Silahturahmi) 0.00 0.00 0.00 6.25 8.33 5.88 0.00
Jenis-jenis informasi berdasarkan sektor
mengenai pertanian
Pertanian (varietas baru
dan budidaya tanaman) 64.8 65.2 76.9 100.0 100.0 100.0 40.0
Peternakan 27.8 30.4 15.4 0.0 0.0 0.0 20.0
Perikanan 7.4 4.3 7.7 0.0 0.0 0.0 40.0
Pemilihan media
komunikasi lain saat
terjadi hambatan media
komunikasi
Bertanya kepada petani 66.04 67.57 76.92 92.59 92.59 86.21 100.00
Mengakses media lain 28.30 27.03 15.38 0.00 0.00 6.90 0.00
Tidak melakukan apapun 5.66 5.41 7.69 7.41 7.41 6.90 0.00
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu koran atau majalah pertanian untuk
menambah pengetahuan melalui informasi pertanian. Sementara itu, melalui koran,
petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor
pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani
mengalami hambatan dalam mengakses koran, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar
tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya,
mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang tidak melakukan
tindakan apapun. Koran atau majalah pertanian yang biasa dibaca oleh petani yaitu
Sinar Tani, Lingkar Kampus, Radar Bogor, Trubus, Republika dan lainnya. Informasi
yang biasa diperoleh petani melalui koran yaitu informasi keberhasilan petani di daerah
lain, cara bercocok tanam, penemuan varietas baru, harga produk pertanian dan
informasi lainnya. Kendala yang dihadapi untuk mengakses koran atau majalah
mengenai pertanian yaitu keterbatasan waktu petani dan jauhnya lokasi pembelian
koran. Hal yang dilakukan agar petani tidak ketinggalan informasi melaui koran yaitu
bertanya dengan orang lain dan mengakses media komunikasi lainnya.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu seminar pertanian untuk menambah
pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari seminar dan sarana
untuk silaturahmi dengan petani dari daerah lain. Sementara itu, melalui seminar
38
pertanian, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
sektor pertanian saja. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami
hambatan dalam mengakses seminar pertanian, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar
tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya dan ada
juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Seminar pertanian yang diikuti oleh
petani sebagian besar berasal dari IPB, ada juga seminar pertanian dari P2KP, Forum
Petani Muda Indonesia dan sebagainya. Informasi yang diperoleh antara lain yaitu
pengenalan tanaman pangan, varietas bibit tanaman baru, pengolahan tanaman dengan
cara jajar legowo, informasi mengenai modal awal bisnis jambu kristal dan cara dalam
memasarkan jambu kristal, dan lainnya sebagainya. Kendala dalam mengikuti seminar
pertanian adalah waktu seminar yang terkadang bentrok dengan kegiatan petani dan
kurangnya informasi mengenai penyelenggaraan seminar. Hal yang dilakukan petani
agar tidak ketinggalan informasi mengenai pertanian yaitu bertanya dengan penyuluh
dan bertanya kepada teman sesama petani.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu rapat gapoktan untuk menambah
pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari rapat gapoktan dan
sarana untuk silaturahmi dengan sesama petani anggota gapoktan. Sementara itu,
melalui rapat gapoktan, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan sektor pertanian saja. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani
mengalami hambatan dalam mengakses rapat gapoktan, hal-hal yang dilakukan oleh
petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya
dan ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Rapat anggota gapoktan
dilaksanakan minimal empat kali dalam sebulan. Dalam rapat gapoktan pada bulan saat
penelitian, hal yang dibicarakan adalah mengenai PUAP, tanaman obat di pekarangan
dan sistem tanam jajar legowo.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu bertemu penyuluh pertanian untuk
menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari pertemuan
dengan penyuluh dan sarana untuk silaturahmi dengan penyuluh pertanian. Sementara
itu, melalui pertemuan dengan penyuluh pertanian, petani anggota gapoktan dapat
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian saja. Selain itu dapat
dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses penyuluh
pertanian, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah
dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi dan ada juga
petani yang tidak melakukan tindakan apapun.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota
gapoktan mengakses media komunikasi yaitu internet untuk sarana hiburan dan
menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari internet.
Sementara itu, melalui internet, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat
dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses internet, hal-hal
yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya
kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang
tidak melakukan tindakan apapun.
39
Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani
Perilaku interpersonal petani dapat dilihat dari bagaimana cara petani dalam
berinteraksi dengan orang lain seperti interaksi petani dengan keluarganya, interaksi
petani dengan petani lainnya dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Keaktifan
dalam berkomunikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan cara petani dalam memberikan
penjelasan mengenai informasi pertanian; kepuasan dengan pendapat orang lain;
penerimaan pendapat serta saran dari orang lain; memberikan informasi, saran dan
pendapat kepada orang lain; meminta informasi, saran dan memberi pendapat kepada
orang lain; pernyataan enggan untuk membantu menjelaskan mengenai informasi
pertanian; meminta penjelasan kepada orang lain mengenai informasi pertanian; dan
pembelaan terhadap pendapat sendiri. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa
perilaku komunikasi interpersonal petani anggota gapoktan memiliki skor rata-rata 61.2.
Skor terendah perilaku komunikasi interpersonal petani anggota gapoktan adalah 10 dan
skor tertinggi perilaku komunikasi interpersonal petani adalah 132. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani anggota gapotan di Desa
Cikarawang memiliki interaksi komunikasi interpersonal dengan orang lain dalam taraf
sedang. Petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang termasuk dalam petani yang
terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau
untuk mendengarkan, menjelaskan, memberi saran mau pun meminta saran atau
pendapat kepada orang lain. Secara umum, petani di Desa Cikarawang termasuk aktif
dalam berinteraksi dengan orang lain untuk membahs informasi mengenai pertanian
yang didapatkan dari berbagai sumber informasi.
Tabel 10 Deskripsi perilaku komunikasi petani secara interpersonal dan kelompok
Klasifikasi Rata-rata Nilai minimum Nilai maksimum Standar
deviasi
Perilaku komunikasi interpersonal petani
Interaksi komunikasi dengan keluarga 9.43 0 24 9.4
Interaksi komunikasi dengan petani lain 31.49 6 44 8.31
Interaksi komunikasi dengan penyuluh 18 0 66 21.3
Total 61.2 10 132 30.56
Perilaku komunikasi kelompok petani 20.77 12 24 3.6
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa, petani anggota gapoktan memiliki
rata-rata skor interaksi komunikasi interpersonal dengan keluarga sebesar 9.43. Skor
minimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 0 dan skor maksimum interaksi
komunikasi dengan keluarga adalah 24. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi komunikasi dengan keluarga untuk
membahas mengenai informasi pertanian masuk pada taraf rendah. Rendahnya interaksi
petani dengan keluarga untuk membahas mengenai pertanian disebabkan karena dalam
satu keluarga, biasanya hanya kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani dan
dialah yang paling mengerti mengenai permasalahan pertanian, sedangkan keluarga
yang lain seperti istri maupun anak kurang memahami mengenai pertanian. Sebagian
40
besar anak petani, jarang ada yang mau untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai
petani. Sedangkan istri, bertugas untuk membereskan urusan rumah tangga. Petani di
Desa Cikarawang sering berada di luar rumah untuk bekerja, sehingga mereka lebih
banyak berkomunikasi dengan teman sesama petani untuk membahas masalah
pertanian.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa skor rata-rata interaksi komunikasi
interpersonal petani anggota gapoktan dengan petani lain adalah 31.49. Skor terendah
untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 31.49 dan skor tertinggi untuk
interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 44. Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi
komunikasi dengan petani lain dalam taraf rendah. Rata-rata skor interaksi interpersonal
petani dengan teman petani di Desa Cikarawang menempati skor tertinggi dari
keseluruhan jenis interaksi. Hal tersebut menggambarkan bahwa, sebagian besar
interaksi komunikasi interpersonal petani terjadi antar sesama petani untuk membahas
masalah pertanian. Penyebab seringnya interaksi interpersonal antar sesama petani
disebabkan oleh tingginya intensitas pertemuan antar petani misalnya di sawah dan di
rapat gapoktan untuk membahas masalah pertanian. Seringnya petani bertemu, mereka
banyak yang saling bercerita mengenai permasalahan yang dihadapinya saat bertani dan
mereka saling bertukar informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Komunikasi
interpersonal petani dengan petani lainnya dapat dikatakan paling sering diantara jenis
interaksi komunikasi lainnya.
Berdasarkan Tabel 10, petani anggota gapoktan memiliki skor rata-rata dalam
interaksi komunikasi dengan penyuluh sebanyak 18. Skor tertinggi interaksi komunikasi
interpersonal petani dengan penyuluh adalah 0 dan skor tertinggi untuk interaksi
interpersonal petani dengan penyuluh adalah 66. Rendahnya interaksi komunikasi petani
dengan penyuluh disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah saat penelitian
penyuluh pertanian untuk Desa Cikarawang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
perilaku komunikasi petani dengan penyuluh saat sebulan saat penelitian dapat
dikatakan rendah. Interaksi komunikasi yang terjadi antara petani dengan penyuluh pada
saat penelitian adalah mengenai sekolah lapang tanaman pangan terpadu (SNPTT).
Setelah meninggalnya penyuluh, dan belum tersedianya penyuluh pengganti, maka
petani di Desa Cikaarawang mengerjakan pertaniannya secara mandiri. Jika, petani
menemui hambatan atau kesulitan dalam bertani, biasanya mereka berkonsultasi dengan
teman sesama petani maupun ketua gapoktan Mandiri Jaya guna mendapatkan solusi
mengenai permasalahan pertanian yang dihadapinya.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan memiliki
skor rata-rata perilaku komunikasi dalam gapoktan sebesar 20.77. Skor terendah untuk
perilaku komunikasi dalam rapat gapoktan adalah 12 dan skor tertinggi perilaku
komunikasi petani dalam rapat gapoktan adalah 24. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi
komunikasi dengan orang lain saat berjalannya rapat gapoktan, berada pada taraf
sedang. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa
Cikarawang mempunyai keaktifan yang sedang dalam berkomunikasi dengan anggota
gapoktan lain saat rapat gapoktan. Keaktifan komunikasi tersebut dapat ditunjukkan
dengan cara petani dalam melengkapii informasi anggota lainnya saat menjelaskan
mengenai informasi pertanian; membuat lelucon saat rapat, penerimaan pendapat dari
anggota gapoktan; penolakan terhadap pendapat anggota gapoktan lainnya; memberikan
informasi, saran dan pendapat kepada anggota gapoktan lainnya; meminta informasi,
41
saran dan memberi pendapat kepada anggota gapoktan lainnya; pernyataan mau
membantu menjelaskan mengenai informasi pertanian kepada anggota gapoktan; dan
pembelaan terhadap pendapat sendiri saat rapat gapoktan. Bapak AB selaku ketua
gapoktan Mandiri Jaya mengatakan bahwa:
“Petani anggota gapoktan bersemangat mengikuti rapat anggota untuk mendapatkan
informasi mengenai pertanian dan program-program pertanian yang diterapkan.
Sebagian besar petani saat rapat aktif bertanya mengenai masalah PUAP. Ada
sekitar 70 persen petani baik wanita maupun laki-laki yang aktif bertanya mengenai
masalah PUAP. Saat rapat gapoktan, banyak petani yang saling bertukarr dan memberikan informasi mengenai informasi pertanian yang didapatkanya melalui
berbagai sumber informasi dan saat berjalannya rapat, petani anggota gapoktan
saling mendengarkan pendapat orang lain sehingga rapat dapat berjalan kondusif
karena adanya rasa saling menghargai antar anggota gapoktan”.
43
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN
KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI
Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik
individu dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Berdasarkan Tabel
11, dapat dilihat bahwa terdapat tujuh variabel yang berhubungan. Karakteristik
individu yang mempengaruhi keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu jenis
kelamin mempengaruhi keterdedahan terhadap akses internet, umur mempengaruhi
keterdedahan terhadap koran, lama bertani berpengaruh terhadap keterdedahan dalam
membaca koran, luas lahan mempengaruhi keterdedahan media komunikasi total,
keterdedahan terhadap seminar pertanian, dan keterdedahan terhadap pertemuan
penyuluh. Selain itu, terdapat juga hubungan antara status lahan dengan keterdedahan
terhadap internet serta hubungan antara akses terhadap media komunikasi dengan
keterdedahan terhadap koran.
Tabel 11 Nilai korelasi antara karakteristik individu dengan keterdedahan terhadap
media komunikasi oleh petani
Karakteristik individu
Keterdedahan terhadap media komunikasi
Televisi Radio Koran
Seminar pertanian
Rapat gapoktan
Bertemu penyuluh
Internet Total
Jenis kelamin .645 .318 .207 .314 .022** .422 .243 .600
Umur -.102 -.087 -.095 .077 .265 .040 -.346* .001
Lama bertani -.068 .069 -.377* -.014 .254 .013 -.328 -.102
Luas lahan -.326 -.094 -.385* -.205 .126 -.058 .162 -.310
Status lahan .856 .607 .168 .545 .719 .770 .426 .426
Pendidikan .841 .036** .059 .853 .687 .699 .631 .253
Akses terhadap media komunikasi
.325 .333 .316 .402* -.107 .385* .079 .390*
Keterangan: * berhubungan nyata pada p<0.05 (Analisis rank spearman)
** berhubungan nyata pada α<0.05 (Analisis Chi Square)
Berdasarkan Tabel 11, luas lahan pertanian berhubungan nyata dengan
keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu koran. Luas lahan pertanian
berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi
yaitu koran. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi luas lahan petani, maka
keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu koran semakin rendah.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa petani anggota gapoktan di
Desa Cikarawang yang memiliki lahan luas jarang mengakses media komunikasi yaitu
koran. Sementara itu, petani dengan luas lahan yang sempit malah justru memiliki
keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu koran dalam taraf tinggi. Petani dengan
luas lahan yang luas, pada umumnya enggan mencari informasi pertanian melalui media
yang belum tentu memuat informasi pertanian yang sesuai dengan pertaniannya saat ini,
sehingga petani dengan luas lahan luas memilih untuk mencari informasi mengenai
pertanian melalui media komunikasi yang dianggap sesuai dengan pertanian yang
digarapnya saat ini, misalnya penyuluh pertanian dan ketua gapoktan. Dengan luas
44
lahan pertanian yang luas, petani tidak mau untuk menggambil resiko tinggi dengan
mengadopsi inovasi melalui media komunikasi yang sembarangan karena, informasi
tersebut dapat dianggap merugikan petani. Sementara itu, petani dengan luas lahan
sempit pada umumnya memiliki akses terhadap koran yang tinggi karena, koran dapat
dibaca setiap saat sehingga mudah untuk dipahami dan banyak informasi pertanian yang
baru seperti bibit baru, varietas tanaman baru dan lainnya yang dapat diperoleh melalui
koran, sehingga pengetahuan petani terhadap pertanian dapat meningkat.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa, jenis kelamin memiliki hubungan
dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan.
Hubungan antara jenis kelamin dengan keterdedahan terhadap rapat gapoktan
berhubungan secara nyata positif. Jadi, petani berjenis kelamin laki-laki memiliki
keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan taraf tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan fakta bahwa petani laki-laki lebih
banyak yang mengakses rapat gapoktan dibandingkan dengan petani perempuan.
Keterdedahan petani laki-laki terhadap rapat gapoktan yang tinggi disebabkan oleh
sebagian besar petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya adalah petani laki-
laki dengan pekerjaan utama sebagai petani dan sebagai sumber nafkah utama bagi
keluarganya. Petani laki-laki mengolah sawahnya dengan bantuan petani perempuan.
Hal tersebut berarti, petani laki-laki sebagai pengelola utama, akan selalu mencari
informasi mengenai pertanian melalui berbagai media komunikasi karena mereka
membutuhkan informasi tersebut untuk pertaniannya. Petani laki-laki lebih aktif
mencari informasi melalui media komunikasi, sedangkan petani perempuan cenderung
pasif dalam mencari informasi mengenai pertanian dan bergantung kepada petani laki-
laki. Selain itu, petani perempuan juga sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya yang
menyebabkan mereka kurang dapat mengikti rapat gapoktan secara penuh.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa umur petani berhubungan nyata
dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet. Hubungan umur
dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet adalah berhubungan
nyata secara negatif. Jadi, semakin tinggi umur petani, maka keterdedahan terhadap
media komunikasi internet semakin rendah. Sebagian besar petani anggota gapoktan di
Desa Cikarawang memiliki umur yang tidak tergolong muda lagi. Umur yang sudah
menua menandakan bahwa pengalaman petani dalam bertani pun cukup lama, sehingga
pengetahuanya mengenai pertanian pun juga cukup lama. Penelitian ini mendapatkan
fakta bahwa sebagian besar petani yang termasuk ke dalam usia muda maupun sedang
lebih sering mengakses internet dibandingkan dengan petani tua. Hal tersebut
disebabkan oleh, petani tua umumnya tidak mengerti dan kurang memahami bagaimana
cara dalam menggunakan internet dan mereka merasa belum memerlukan informasi
melalui media komunikasi yaitu internet. Sementara itu, petani muda dan sedang
dengan pengalaman bertani yang belum cukup lama, membuatnya untuk lebih aktif lagi
dalam mencari informasi pertanian. Petani muda dan sedang sebagian besar telah
memiliki teknologi yang lebih maju seperti komputer, laptop dan handphone yang
membuat mereka dapat memperoleh informasi dari sumber tersebut, sehingga informasi
pertanian yang didapatkanya dapat semakin bertambah.
Analisis chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi. Dalam hal ini, terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan keterdedahan terhadap radio. Hal tersebut
menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan
semakin tinggi pula keterdedahanya terhadap media komunikasi yaitu radio. Petani
45
dengan pendidikan yang tinggi akan mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui
berbagai media agar dapat memperoleh informasi pertanian yang bermanfaat untuk
pertaniannya. Petani dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki akses terhadap
radio yang tinggi pul. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar petani dengan
pendidikan tinggi merupakan petani yang aktif dalam gapoktan dan memiliki
pengetahuan mengenai pertanian yang tinggi pula. Hal tersebut membuat mereka
mencari informasi dari berbagai sumber terutama radio untuk nanti didiskusikan dengan
petani lain atau saat rapat gapoktan berlangsung.
Analisis chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara status
kepemilikan lahan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi. Berdasarkan Tabel
11, dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara status kepemilikan lahan
pertanian dengan keterdedahan petani terhadap keseluruhan media komunikasi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti dapat digambarkan bahwa status kepemilikan
lahan petani di Desa Cikarawang tidak mempengaruhi keterdedahan petani terhadap
media komunikasi untuk mencari informasi mengenai pertanian. Petani dengan status
kepemilikan lahan baik milik maupun bukan milik, memiliki kesempatan yang sama
dalam mengakses informasi pertanian melalui media komunikasi seperti televisi, radio,
koran, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan internet.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa akses terhadap media komunikasi
berhubungan nyata dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu
seminar pertanian dan keterdedahan dalam bertemu penyuluh pertanian, serta
berhubungan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi total. Hubungan akses
terhadap media komunikasi dengan keikutsertaan petani dalam seminar dan bertemu
penyuluh adalah hubungan nyata positif. Hal tersebut berarti, semakin petani memiliki
akses terhadap media komunikasi yang tinggi, maka semakin sering petani mengikuti
seminar pertanian dan semakin tinggi akses petani terhadap media komunikasi, maka
semakin sering juga petani dalam bertemu penyuluh pertanian. Petani dengan akses
terhadap media komunikasi yang banyak pada umumnya lebih aktif dalam mengikuti
seminar pertanian. Petani senang menggikuti seminar pertanian karena, pada umumnya
dalam seminar pertanian terdapat pelatihan-pelatihan dan contoh yang diberikan oleh
penyelenggara seminar secara langsung, sehingga petani lebih mudah dalam memahami
isi materi pertanian yang disampaikan saat seminar. Selain itu, petani juga dapat
bertukarr informasi dengan petani lainnya, sehingga pengetahuan yang didapatkan oleh
petani semakin bertambah.
Petani dengan akses terhadap media komunikasi yang tinggi juga memiliki
keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu penyuluh dengan tingkat keterdedahan
yang tinggi pula. Petani yang aktif dalam mencari informasi dengan akses terhadap
media komunikasi tinggi, biasanya menggali informasi pertanian yang lebih banyak
kepada penyuluh pertanian. Hal tersebut terjadi karena, petani ingin lebih
memaksimalkan pengelolaan sawahnya dengan mencari informasi dari penyuluh dan
petani aktif dalam berdiskusi dengan penyuluh pertanian mengenai informasi yang telah
didapatkanya melalui media komunikasi lainnya, untuk dicaritahu mengenai kebenaran
dari informasi tersebut. Selain itu, akses terhadap media informasi juga berhubungan
nyata positif dengan keterdedahan terhadap media komunikasi total. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi akses petani terhadap
media komunikasi, maka semakin tinggi pula keterdedahannya terhadap total media
komunikasi. Hal tersebut berarti, petani di Desa Cikarawang sudah dapat mengakses
46
banyak media komunikasi, sehingga mereka memiliki keterdedahan terhadap media
komunikasi yang tinggi.
Variabel-variabel yang tidak berhubungan antara karakteristik individu petani
dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi disebabkan oleh, semua
anggota gapoktan yang memiliki karakteristik individu yang berbeda memiliki
kesempatan yang sama dalam mengakses media komunikasi, sehingga petani dapat
terdedah terhadap media komunikasi tersebut.
47
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA
KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku
Komunikasi Petani
Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan
petani terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi interpersonal oleh
petani. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa terdapat satu variabel yang saling
berhubungan yaitu keterdedahan terhadap media komunikasi internet dengan perilaku
komunikasi interpersonal petani secara total dan perilaku interaksi petani dengan
keluarga.
Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa keterdedahan terhadap media
komunikasi yaitu internet, berhubungan nyata positif dengan interaksi komunikasi
petani dengan keluarga dan perilaku interaksi petani secara total. Hal tersebut
menggambarkan bahwa, semakin tinggi akses atau keterdedahan petani terhadap media
komunikasi yaitu internet, maka semakin tinggi pula interaksi komunikasi petani
dengan keluarga untuk membahas informasi mengenai pertanian. Selain itu, semakin
tinggi keterdedahan petani terhadap internet, maka semakin tinggi pula keaktifan petani
dalam melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain. Petani yang sudah terdedah
terhadap internet dapat disebut sebagai petani yang sudah maju. Hal tersebut berarti
petani telah memiliki akses terhadap berbagai macam media komunikasi yang
membuatnya memperoleh informasi pertanian yang cukup banyak. Petani dengan
keterdedahan internet yang tinggi memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang
tinggi pula dengan orang lain. Mereka mempunyai banyak pengetahuan dan saling
bertukarr pengetahuan dengan orang lain serta saling bantu membantu dalam
menyelesaikan permasalahan pertanian.
Tabel 12 Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan
perilaku komunikasi interpersonal petani Keterdedahan
media komunikasi Perilaku komunikasi interpersonal petani
Interaksi komunikasi
dengan keluarga
Interaksi komunikasi
dengan petani lain
Interaksi komunikasi
dengan penyuluh Total
Televisi -.001 .247 -.041 .103
Radio .279 .275 .026 .251
Koran .010 .133 -.126 -.011
Seminar pertanian -.085 .081 .155 .174
Rapat gapoktan .052 -.040 -.119 -.012
Bertemu penyuluh -.274 .086 .142 -.016
Internet .413* .068 .267 .367*
Total -.097 .234 .066 .175 Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0.05
48
Semakin tinggi keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet, maka
semakin tinggi pula intensitas petani dalam berkomunikasi dengan anggota keluarganya
untuk membahas informasi mengenai pertanian. Petani yang memiliki akses terhadap
internet, pada umumnya merupakan petani yang menjadi pengurus dalam gapoktan
Mandiri Jaya dan petani tersebut termasuk aktif baik dalam mencari informasi maupun
berkomunikasi secara interpersonal dengan orang lain. Dalam hal ini, ditemukan bahwa
petani mengakses informasi pertanian melalui internet lalu menjadi aktif berkomunikasi
dengan keluarganya. Internet dianggap belum sebagai media utama bagi petani untuk
memperoleh informasi mengenai pertanian. Sementara itu, informasi pertanian kurang
dianggap teruji kebenaranya oleh petani. Hal tersebut menyebabkan petani aktif
berinteraksi membahas informasi pertanian melalui internet dengan keluarga
dibandingkan berinteraksi dengan orang lain, karena sebagian besar petani takut untuk
menyebarkanya karena mereka menganggap bahwa informasi yang didapatkanya
kurang benar.
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku
Komunikasi Petani dalam Rapat Gapoktan
Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan
petani terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dalam kelompok
tani. Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa terdapat tiga variabel yang saling
berhubungan yaitu keterdedahan terhadap media komunikasi radio dengan perilaku
komunikasi petani dalam rapat gapoktan, hubungan antara keterdedahan media
komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat
gapoktan, dan hubungan keterdedahan terhadap media komunikasi total dengan perilaku
komunikasi petani dalam rapat gapoktan.
Tabel 13 Nilai korelasi hubungan antara keterdedahan terhadap media komunikasi
dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan
Keterdedahan media komunikasi Perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan
Televisi .296
Radio .402*
Koran .241
Seminar pertanian .180
Rapat gapoktan .619**
Bertemu penyuluh .001
Internet .051
Total .375*
Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0.05
**Berhubungan sangat nyata pada p<0.01
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata yang positif
antara keterdedahan terhadap media komunikasi radio oleh petani dengan perilaku
komunikasi dalam rapat gapoktan. Semakin tinggi keterdedahan petani terhadap media
49
komunikasi yaitu radio, maka semakin tinggi pula interaksi atau keaktifan komunikasi
petani pada saat rapat gapoktan. Petani yang aktif mencari informasi melalui radio
biasanya merupakan petani yang tergabung dalam kepengurusan gapoktan. Selain itu,
petani dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yang tinggi biasanya juga
mendengarkan radio untuk melengkapi informasi pertanian yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini, keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu radio berhubungan nyata
positif dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Petani yang
mempunyai keterdedahan terhadap media komunikasi radio yang tinggi biasanya aktif
dalam berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya untuk membahas informasi
pertanian. Selain itu, petani yang mempunyai keterdedahan yang tinggi terhadap radio
umumnya memiliki informasi pertanian yang lengkap sehingga mereka berani
mengungkapkan pendapatnya saat berlangsungnya rapat gapoktan.
Selain itu, terdapat hubungan sangat nyata positif antara keterdedahan terhadap
media komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat
gapoktan. Hal tersebut digambarkan dengan, semakin tinggi keikutsertaan petani dalam
rapat gapoktan, maka semakin tinggi pula interaksi komunikasi petani dalam rapat
gapoktan. Hal tersebut berarti petani yang sering ikutserta dalam rapat gapoktan, sudah
mengetahui suasana saat rapat sehingga petani dalam mengetahui jalannya arah
komunikasi saat rapat gapoktan dilaksanakan dan petani dapat berbaur dalam rapat
gapoktan tersebut. Selain itu, petani yang sering ikut dalam rapat gapoktan biasanya
adalah petani pengurus gapoktan dan mereka mempunyai informasi mengenai pertanian
yang cukup banyak dibandingkan dengan anggota gapoktan, sehingga mereka aktif
dalam berkomunikasi dengan anggota gapoktan lainnya saat mengikuti rapat gapoktan.
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa, terdapat hubungan nyata positif
antara keterdedahan terhadap media komunikasi total dengan perilaku komunikasi
petani dalam rapat gapoktan. Hal tersebut berarti bahwa, semakin tinggi keterdedahan
petani terhadap semua media komunikasi, semakin tinggi pula interaksi komunikasi
petani dalam rapat gapoktan. Petani yang mengakses media komunikasi secara
keseluruhan dapat dikatakan memiliki informasi mengenai pertanian yang lengkap,
sehingga mereka dapat berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya saat rapat untuk
berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinnya serta memberikan penjelasan kepada
anggota gapoktan lainnya. Pada umumnya ketua gapoktan merupakan petani yang
memiliki tingkatan tinggi dalam keterdedahan total terhadap media komunikasi,
sehingga banyak anggota gapoktan yang sering bertanya kepadanya untuk memperoleh
solusi maupun informasi mengenai pertanian.
51
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik individu petani di Desa Cikarawang yang tergabung dalam
gapoktan Mandiri Jaya yaitu sebagian besar petani berumur paruh baya dengan
pengalaman bertani yang cukup lama. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani di
Desa cukup luas dengan rata-rata luas lahan seluas 3342 m2. Sebagian besar petani di
Desa Cikarawang menggarap lahan dengan status lahan milik sendiri. Selain itu, petani
yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
dan sebagian besar petani juga memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sampai tamat
SD. Petani di Desa Cikarawang sudah aktif dalam mengakses media komunikasi.
Mereka memiliki tingkat frekuensi dan lama dalam mengakses media komunikasi yang
tinggi selama satu bulan saat penelitian. Media yang paling sering diakses oleh petani
adalah televisi, sedangkan media yang paling jarang diakses oleh petani adalah internet.
Perilaku komunikasi petani di Desa Cikarawang dapat dibagi ke dalam dua perilaku
komunikasi, yaitu perilaku komunikasi petani secara interpersonal dengan sesama
petani dan perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani. Sebagian besar petani di
Desa Cikarawang dapat dikatakan telah aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain
dan aktif berkomunikasi saat rapat gapoktan. Petani di Desa Cikarawang memiliki
informasi mengenai pertanian yang cukup banyak, sehingga membuat petani aktif
dalam berkomunikasi untuk membicarakan mengenai permasalahan pertanian.
Karakteristik individu petani sebagian besar tidak berhubungan dengan
keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Ada beberapa variabel yang
berhubungan dan dapat ditunjukkan oleh umur berhubungan nyata negatif dengan
keterdedahan petani terhadap internet, lama bertani berhubungan nyata negatif dengan
keterdedahan petani terhadap koran atau majalah pertanian, luas lahan berhubungan
nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap koran. Selain itu, terdapat variabel
akses terhadap media komunikasi yang berhubungan nyata positif dengan keterdedahan
terhadap seminar pertanian. Akses terhadap media komunikasi juga mempunyai
hubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap penyuluh dan akses terhadap
media komunikasi juga berhubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap
keseluruhan media komunikasi. Selain itu, terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin
dengan keterdedahan terhadap rapat gapoktan dan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan keterdedahan terhadap radio.
Keterdedahan terhadap media komunikasi sebagian besar tidak berhubungan
dengan perilaku komunikasi interpersonal petani di Desa Cikarawang. Ada variabel
yang berhubungan dan dapat ditunjukkan oleh variabel keterdedahan terhadap media
komunikasi internet yang berhubungan nyata positif dengan interaksi komunikasi petani
dengan keluarga serta hubungan antara variabel keterdedahan terhadap internet yang
berhubungan nyata positif dengan perilaku komunikasi interpersonal petani secara
interpersonal dengan orang lain. Sebagian besar variabel keterdedahan terhadap media
52
komunikasi tidak berhubungan. Ada beberapa variabel yang berhubungan nyata seperti,
keterdedahan terhadap radio yang berhubungan nyata positif dengan perilaku
komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Selain itu, terdapat hubungan pula antara
variabel keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan yang
berhubungan sangat nyata dengan keaktifan perilaku komunikasi petani saat rapat
gapoktan dan terdapat hubungan antara variabel keterdedahan total terhadap media
komunikasi yang berhubungan nyata positif dengan keaktifan perilaku komunikasi
petani dalam berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya saat rapat gapoktan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah:
1. Penyuluh pertanian dan ketua gapoktan seharusnya mampu mendorong petani usia
tua untuk lebih terdedah terhadap internet, sehingga informasi mengenai pertanian
yang diperoleh lebih banyak dan dapat dijadikan percontohan bagi anggota petani
gapoktan. Untuk mendorong keterdedahan etani terhadap internet, maka penyuluh
seharusnya mengadakan pelatihan dan pembelajaran khusus kepada petani terutama
usia tua agar petani dapat memanfaatkan internet sebagai media komunikasi untuk
memperoleh informasi mengenai pertanian.
2. Ketua gapoktan seharusnya lebih mensosialisasikan kepemilikan inventaris
gapoktan yaitu koran mengenai pertanian kepada anggota gapoktan, sehingga
anggota gapoktan tidak kesulitan dalam memperoleh koran dan mereka juga dapat
selalu memperbaharui informasi yang mereka dapatkan melalui koran tersebut. Hal
tersebut dimaksudkan agar petani dengan pengaalaman bertani yang tinggi dapat
mengakses media komunikasi tersebut dengan mudah, sehingga petani dapat
memperoleh informasi mengenai pertanian.
3. Penyuluh seharusnya dapat lebih dalam lagi mempelajari karakteristik anggota
gapoktan, agar dapat mengetahui informasi apa saja yang dimiliki oleh mereka,
sehingga informasi pertanian yang mereka dapatkan tidak sia-sia atau bahkan jika
dikoordinasikan dengan baik, informasi tersebut akan membuahkan hasil program
yang bermanfaat bagi petani.
4. Stasiun penyiaran dan media cetak, seharusnya dapat lebih menambah program
siaranya mengenai informasi pertanian dengan cara, menambah jam tayang program
maupun memperbaharui jadwal penayangan siaran pada media massa, sehingga
petani dapat mengakses media komunikasi tersebut.
5. Ketua gapoktan seharusnya dapat memberikan rangsangan saat rapat agar anggota
gapoktan dapat aktif menyuarakan pendapatnya, sehingga informasi yang mereka
dapatkan dari media komunikasi, dapat didiskusikan bersama, sehingga nantinya
dapat menemukan informasi pertanian yang bermanfaat dan bisa diaplikasikan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anantanyu S. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
Kelompok Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah). [Disertasi]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana IPB.
Apriyanto A. 2012. Pembangunan pertanian di Indonesia. [internet]. [diacu 31 Mei
2012]. Tersedia di
http://www.deptan.go.id/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf.
Awaliah R. 2012. Efektivitas media komunikasi bagi petani padi di Kecamatan Gandus
Kota Palembang (Kasus program ketahanan pangan). [Thesis]. Bogor [ID]:
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Ayu N P S. 2011. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan dan
Hubunganya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Azainil. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektivan komunikasi kelompok
tani (Kasus penerapan proyek pembinaan peningkatan pendapatan petani-
nelayan kecil). Jurnal EPP. Vol. 2, No. 2, Hal. 1-7. [internet]. [diacu 7 April
2012]. Tersedia dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/adminjurnal/220517.pdf.
Badan Litbang Pertanian. 2005. BPS Telah Hasilkan Sensus Pertanian 2003. [internet].
[diacu 26 Maret 2012]. Tersedia dari
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/226/.
Berlo D K. 1973. The process of communication: An introduction to theory and
practice. New York: Holt Rinerhart and Winston, Inc.
BPS. 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. [Internet]. [diacu 9 Mei 2012].
Tersedia dari http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2012.pdf.
Cangara H. 1998. Pengantar ilmu komunikasi. PT Raja grafindo Persada: Jakarta.
Danim S. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Fakhrina. 2004. Perilaku komunikasi dan partisipasi kelompok petani pemakai air dalam
pengelolaan irigasi (Kasus P3A di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan
Selatan). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Goldeberg A dan Larson C. 2006. Komunikasi kelompok. UI Press: Jakarta.
Gould J dan Kolb W L (Eds). 1964. A Dictionary of Social Science. New York: The
Free Press.
54
Handayani M A. 2002. Hubungan karakteristik individu, prilaku komunikasi, dan
penggunaan jenis media dengan pemahaman petani tentang kredit ketahanan
pangan (Kasus: Kelompok tani di Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur).
[Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor
Kincaid D L. 1979. The convergence model of communication. Honolulu: The East-
West Communication Institut.
Kifli G C. 2002. Perilaku komunikasi petani padi dalam usahatani tanman pangan
(Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang). [Thesis].
Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor
Kifli G C. 2007. Strategi komunikasi pembangunan pertanian pada komunitas dayak di
Kalimantan Barat. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No 2 Hal. 1-
125. [internet]. [diacu 26 Maret 2012]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE25-2d.pdf
Kurniawati N Y. 2009. Pola komunikasi kelompok tani dan komunikasi partisipatif
anggotanya (Kasus: Pertemuan kelompok tani “Krida Tani Lestari” Dusun
Mroto, Karanganyar, Surakarta). [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor.
Lionberger H F dan Paul H G. 1982. Communication strategic: A guide for agricultural
change agent. Illions: The Interstate Printers and Public Inc.
Manjar A. 2002. Efektivitas komunikasi perencanaan partisipatif pembangunan
masyarakat desa (P3MD) pada lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) di
Kabupaten Bogor. [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Morissan M A. 2005. Media penyiaran, strategi mengelola radio dan televisi. Tangerang
: Ramdina Prakarsa.
Mulyana D. 2006. Ilmu komunikasi sebagai suatu pengantar. Bandung : Remaja Rosida
Mulyandari R S H, Sumarjo, Pandjaitan N K, dan Lubis D P. 2010. Pola Komunikasi
Dalam Pengembangan Modal Manusia dan Sosial Pertanian. Jurnal : Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 28, No. 2, Desember 2010 hal. 135-158.
[internet]. [diacu 31 Mei 2012]. Tersedia di pse.litbang.deptan.go.id/pdffiles.
Nasution Z. 2009. Komunikasi pembangunan, pengenalan teori dan penerapannya.
Jakarta: Rajawali Pers.
Prawiranegara D. 2010. Pengaruh media komunikasi terhadap pemberdayaan petani
pada program Prima Tani lahan sawah irigasi di Kabupaten Karawang.
[internet]. [diacu 23 Januari 2013]. Tersedia di repository.ipb.ac.id/
handle/123456789/40979
55
Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Peraturan menteri pertanian nomor:
273/Kpts/OT.160/4/2007. [internet]. [diacu 31 Mei 2012]. Tersedia dari:
http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-273-07.pdf.
Rahmani A W. 2006. Efektivitas komunikasi dalam pemberdayaan kelompok mandiri
lahan kering (Kasus: Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara
Barat). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rogers E M. 1976. Komunikasi dan pembangunan perspektif kritis. Terjemahan.
Jakarta: LP3ES.
Setiabudi D. 2004. Pemanfaatan media informasi teknologi pertanian oleh penyuluh
pertanian di Jakarta. [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Syahyuti. 2007. Kebijakan pengembangan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai
kelembagaan ekonomi di pedesaan. Jurnal: Analisis kebijakan pertanian.
Volume 5 no 1, Maret 2007: 15-35. [internet]. [diacu 21 Januari 2013]. Tersedia
di pse.litbang.deptan.go.id/ind.pdffiles/ISUS-1b.pdf.
Syahyuti F S dan Beni R. 1999. Kegiatan kelembagaan penyelenggara penyuluhan
pertanin nasional, dinamika sosial ekonomi dan kelembagaan pertanian. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Uchrowi Z. 2006. Model ketahanan kelompok tani di Jawa. [Disertasi]. Bogor [ID]:
Sekolah Pasca Sarjana: Institut Pertanian Bogor.
Van den Ban, A W dan Hawkins H S. 1999. Penyuluhan pertanian. Terjemahan oleh
AD Herdiasti. Kanisius. Yogjakarta.
57
RIWAYAT HIDUP
Nita Dwi Pratiwi dilahirkan di Kota Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 7
April 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Suprihatin dan
Niken Andamari. Penulis memulai pendidikan di TK Negri Rembang pada tahun 1995
sampai dengan 1997. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SDN Leteh 1
Rembang pada tahun 1997 sampai dengan 2003. Pada tahun 2003 sampai dengan 2006,
penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama (SMP) di SMP
favorit di Kota Rembang yaitu SMPN 2 Rembang. Selanjutnya penulis melanjutkan
studi ke SMA N 2 Rembang pada tahun 2006 sampai dengan 2009. Pada tahun 2009,
penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), di departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, melalui
Jalur undangan (USMI).
Selama studinya di SD, SMP maupun SMA, penulis dapat menorehkan
beberapa prestasi. Prestasi tersebut diantaranya juara harapan I lomba mata pelajaran
agama se- Kabupten Rembang. Pada saat SMP, penulis selalu masuk dalam kelas
unggulan dan menjadi peserta didik untuk mengikuti lomba biologi. Selain itu, penulis
juga terpilih menjadi peserta debat Bahasa Inggris sewaktu SMP dan berhasil
mendapatkan pelatihan penggunaan Bahasa Inggris melalui media elektronik.Pada saat
SMA penulis masuk ke dalam peringkat ke-3 pararel kelas IPA dan penulis beserta
kelompok pramukanya mendapatkan juara I dalan peserta upacara terbaik se-Kabupaten
Rembang.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis telah menggikuti beberapa
organisasi dan kepanitiaan yaitu penulis aktif dalam organisasi Himpunan Keluarga
Rembang Bogor (HKRB) pada tahun 2009 sampai dengan sekarang. Selanjutnya,
penulis pernah menjadi anggota dari UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA IPB) pada
tahun 2009 sampai dengan 2010 dan penulis juga tergabung dalam divisi kreatif
Sanggar Juara pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kepanitian yaitu penulis menjadi panitia konsumsi, acara dan dana usaha pada
kegiatan yang diadakan HKRB, penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan sebagai
ketua divisi dana usaha untuk kegiatan communication day pada tahun 2011.
Pretasi penulis saat menjadi mahasiswa cukup banyak diantaranya adalah
penulis masuk ke dalam semi finalis Bayer Young Enviromental Envoy (BYEE) pada
tahun 2011 tingkat nasional. Selain itu, penulis juga masuk dalam finalis lomba
Wismilack Diplomat Challenge (WDC) season 2 dalam sekala umum nasional pada
tahun 2011. Penulis juga lolos dalam 10 besar lomba bisnis plan nasional
“Extravaganza” yang diadakan di IPB pada tahun 2011 dan penulis juga masuk menjadi
finalis pada lomba bisnis plan Youth Green Tea sekala nasional pada tahun 2011.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Daftar populasi anggota gapoktan Mandiri Jaya
No. Nama Responden No. Nama Responden No. Nama Responden
1 Ahmad Bastari 51 Pepeh Efendi 101 Mansyur
2 Norma 52 Nanah 102 Setiadi
3 Samsudin 53 M. Nurdin 103 Misnan
4 Rowi 54 Abdul salam 104 Novestu Ratio
5 Mariami 55 Yadi 105 Tutty
6 Uhid 56 Rohayati 106 Ade Rosidah
7 Ardi 57 Adeh 107 Melan
8 Deni Suwandi 58 Agus Supriyanto 108 Eem Suhaeni
9 A. Hamdani 59 Ani Suryani 109 Nara
10 Anas 60 Obi prihatin 110 Nurhayati
11 Andung 61 Asnawi 111 Wanda Riyanto
12 Andriyani 62 Badai Maulana 112 Elih Suminah
13 Saharudin 63 Cahyadi Harjo 113 Main
14 Hamdani 64 Syarif 114 Enceng
15 Murnan 65 Jaya 115 Siti Maemunah
16 Sanuki 66 Sadi 116 Anis Safitri
17 H. Uning 67 Titin Maryani 117 Syarif
18 Wanda Riyanto 68 Jamsari 118 Umar
19 Iti Hasanah 69 Enceng 119 Thomas Yanto
20 Nara 70 Mija 120 Aman Gobet
21 Owil bini 71 Mina 121 Rahi
22 Hendri 72 Jamaludin 122 Mulyanah
23 Asda 73 Siti Sofiyah 123 M. Taufik
24 Nanan 74 Siti Khodijah 124 Deddy Amran
25 Anas 75 Majid 125 Santung
26 Enin 76 Yuyun Yuningsih 126 Adon
27 A. Wahyudin 77 Arsih 127 Misni
28 Entin 78 Casmawati 128 Irma
29 Rahadi 79 Usnadi 129 Embay
30 M. Subur 80 Jani 130 Armi
31 Nazar 81 Iding 131 Uus
32 Noviyanti 82 Mista 132 Hariadi
33 Badri 83 Arsik Kajo 133 Sainam Supendi
34 Erni Utami 84 Murnan 134 Titin Suryaningsih
35 Madiusa 85 Roni 135 Nyi Hatimah
36 Sukardi 86 Yuli Apriyanto 136 Wahyudin
No. Nama Responden No. Nama Responden No. Nama Responden
61
37 Ujang 87 A. Napi 137 M. Syaifullah
38 Miati 88 Epy 138 Supriyatna
39 Parman 89 Dedi Amran
40 Harun 90 Yusa
41 Elih Suminah 91 Sunerti
42 Ety Parwati 92 Asin
43 Imay 93 Adi Supardi
44 Umayah 94 Suhanda
45 Iti 95 Uning Lesmana
46 Inah 96 Wawan Hermawan
47 Mihara 97 R. Karowati
48 Pepen Efendi 98 Wiyatno
49 Armi 99 Achmad
50 Karta 100 Kohari
Lampiran 2 Daftar responden penelitian
No. Nama responden No. Nama responden
1 Ahmad Bastari 73 Siti Sofiyah
2 Norma 75 Majid
11 Andung 77 Arsih
21 Owil bini 78 Casmawati
22 Hendri 81 Iding
23 Asda 82 Mista
32 Noviyanti 87 A. Napi
35 Madiusa 92 Asin
37 Ujang 93 Adi Supardi
38 Miati 94 Suhanda
47 Mihara 95 Uning Lesmana
48 Pepen Efendi 99 Sunerti
49 Armi 105 Tutty
51 Pepeh Efendi 106 Ade Rosidah
52 Nanah 120 Aman Gobet
53 M. Nurdin 134 Titin Suryaningsing
67 Titin Maryani
68 Jamsari
71 Mina
62
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
KUISONER
PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI
(Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
No kuesioner : (diisi oleh peneliti) ……………………
Tanggal :
Nama :
I. Identitas Responden
1. Jenis kelamin : [a] Laki-Laki
[b] Perempuan
2. Umur : …………………(Tahun)
3. Lama bekerja menjadi petani : …………………(Tahun)
4. Pendidikan terakhir yang
ditempuh
: [a]Tidak tamat SD
[b] SD
[c] SMP/sederajat
[d] SMA/sederajat
[e] Perguruan Tinggi
5. Luas lahan pertanian : …………………( )
6. Status kepemilikan lahan
pertanian
: [a] Milik
[b] Bukan milik
8. Akses terhadap media
komunikasi
: [a] Televisi
[b] Radio
[c] Koran/Majalah
[d] Pertemuan seminar pertanian
[e] Pertemuan dengan gapoktan
[f] Pertemuan dengan penyuluh
[g] Internet
14. Apakah menurut anda fasilitas
jaringan komunikasi di desa ini sudah layak?
:
II. Keterdedahan petani oleh media komunikasi:
A. Frekuensi dan lama melihat televisi
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda melihat
siaran televisi mengenai pertanian?
: ………(kali/sebulan
saat penelitian )
63
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
melihat televisi mengenai pertanian?
: ..…….( jam/sekali
tontonan)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda
tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Program televisi apakah yang anda tonton mengenai pertanian selama sebulan ini, sebutkan!
No. Nama program siaran Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
B. Frekuensi dan lama mendengarkan radio
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda melihat
siaran radio mengenai pertanian?
: .……(kali/ sebulan
saat penelitian )
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
melihat radio mengenai pertanian?
: …….( jam/ sekali
mendengarkan
radio)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Program radio apakah yang anda dengarkan mengenai pertanian selama sebulan ini,
sebutkan!
No. Nama program siaran Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
C. Frekuensi dan lama membaca koran
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda : ………(kali/ sebulan
64
membaca koran mengenai pertanian? saat penelitian )
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
membaca koran mengenai pertanian?
: …….( jam/ sekali
membaca koran)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda
tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Rublik koran/majalah apakah yang anda baca mengenai pertanian selama sebulan ini, sebutkan!
No. Nama Rublik Koran Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
5
D. Frekuensi dan lama mengakses pertemuan seminar pertanian
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda
menghadiri seminar/pelatihan mengenai pertanian?
: ……(kali/bulan)
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
mengikuti seminar mengenai pertanian?
: ……( jam/
mendatangi
seminar)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Informasi apakah yang anda dapatkan dari seminar pertanian yang anda ikuti,
sebutkan!
No. Nama seminar Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
65
E. Frekuensi dan Lama dalam Mengikuti Rapat Gapoktan
1. Informasi apakah yang anda dapatkan dari pertemuan dengan gapoktan yang anda ikuti, sebutkan!
No. Bulan Pertemuan Frekuensi (kali ) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
5
2. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
3. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
4. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
5. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda
tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
F. Frekuensi dan lama bertemu dengan penyuluh untuk memperoleh informasi pertanian
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda bertemu
dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi
mengenai pertanian?
: ……(kali/sebulan)
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
bertemu dengan penyuluh?
: ..…….( jam/sekali
bertemu)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda
tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Informasi apakah yang anda dapatkan dari pertemuan dengan penyuluh pertanian, sebutkan!
No. Nama penyuluh Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
5
66
G. Frekuensi dan lama mengakses internet untuk mencari informasi mengenai
pertanian
1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda
membuka internet untuk mencari informasi
mengenai pertanian?
: ……(kali/sebulan)
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk
membuka internet mengenai pertanian?
: .….( jam/sekali
mengakses internet)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut?
4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut?
5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui
media komunikasi tersebut?
6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut?
7. Situs internet apakah yang anda buka mengenai pertanian selama sebulan, sebutkan!
No. Situs internet Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan.
1
2
3
4
5
III. Perilaku Komunikasi Petani
1. Komunikasi interpersonal petani (sebulan saat penelitian)
*Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada
jawaban yang anda anggap paling menggambarkan maksud anda!
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
1. Apakah anda membantu menjelaskan
informasi tentang pertanian kepada orang lain
dalam hal bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
2. Apakah anda puas dengan pendapat orang lain
mengenai pertanian?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
3. Apakah anda menerima pendapat orang lain
dalam hal bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
67
4. Apakah anda memberi saran anda kepada
orang lain dalam bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
5. Apakah anda memberi pendapat anda kepada
orang lain dalam hal bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
6. Apakah anda memberi informasi kepada
orang lain mengenai pertanian?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
7. Apakah anda meminta informasi dari orang
lain dalam bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
8. Apakah anda meminta pendapat orang lain
dalam hal bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
9. Apakah anda meminta saran kepada orang
lain untuk bertani?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
10. Apakah anda enggan menjelaskan informasi
tentang pertanian kepada orang lain?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
11. Apakah anda meminta penjelasan tentang
informasi pertanian kepada orang lain?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
12. Apakah anda selalu membela pendapat anda
mengenai pertanian dibandingkan pendapat
orang lain?
a. Keluarga
b. Teman sesama
petani
c. Penyuluh
pertanian.
68
2. Komunikasi dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya (Saat rapat terakhir gapoktan)
*Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada
jawaban yang anda anggap paling menggambarkan maksud anda!
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah melengkapii pendapat anggota gapoktan saat rapat anggota
gapoktan mandiri jaya?
2. Apakah anda membuat lelucon saat rapat anggota gapoktan mandiri
jaya?
3. Apakah anda menerima pendapat anggota gapoktan lain saat rapat
rutin gapoktan?
4. Apakah anda memberikan saran kepada anggota gapoktan lainnya
saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
5. Apakah anda memberi pendapat anda di dalam rapat anggota
gapoktan mandiri jaya?
6. Apakah anda memberi informasi yang anda peroleh dari media
komunikasi di dalam rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
7. Apakah anda meminta informasi kepada anggota gapoktan dalam hal
pertanian?
8. Apakah anda meminta pendapat anggota gapoktan dalam hal
pertanian?
9. Apakah anda meminta saran anggota gapoktan dalam hal pertanian?
10. Apakah menolak pendapat anggota gapoktan lainnya saat rapat rutin
anggota gapoktan?
11. Apakah anda membantu menjelaskan informasi pertanian kepada
anggota gapoktan saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
12. Apakah anda membela pendapat anda saat rapat rutin anggota
gapoktan mandiri jaya?
69
Lampiran 4 Panduan pertanyaan mendalam
Panduan Pertanyaan untuk Penyuluh Pertanian
PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI
(Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
No kuesioner : (diisi oleh peneliti) ……………………
Tanggal :
Nama :
1. Berapa kali dalam sebulan anda melakukan penyuluhan di Desa Cikarawang?
2. Apa saja kegiatan yang anda lakukan saat mengadakan penyuluhan?
3. Saat penyuluhan, apa saja informasi yang anda berikan kepada petani?
4. Metode apakah yang anda gunakan dalam penyuluhan pertanian?
5. Apakah anda membawa media pendukung saat mengadakan penyuluhan? (Misal: Flip chart, papan tulis, LCD, dan lainnya)?
6. Apakah petani di Desa Cikarawang mematuhi seluruh anjuran anda setelah
melakukan penyuluhan?
7. Menurut anda, bagaimanakah antusiasme petani dalam mengikuti penyuluhan yang anda adakan?
8. Apakah petani di Desa Cikarawang aktif bertanya pada anda mengenai materi
penyuluhan yang anda suluhkan?
9. Apakah petani di Desa Cikarawang sering meminta pendapat maupun saran kepada anda untuk pertaniannya?
10. Apakah petani di Desa Cikarawang menerapkan semua hal yang anda suluhkan
dalam pertaniannya?
11. Jika, petani mengalami permasalahan pertanian, apakah petani tersebut langsung
menghubungi anda? Apa saja permasalahan mengenai pertanian yang mereka
keluhkan?
12. Menurut anda, apakah menggunakan media komunikasi lain seperti televisi, radio,
majalah dan media komunikasi lainnya, dapat membantu pemahaman petani
mengenai materi-materi yang anda suluhkan?
13. Apakah petani di Desa Cikarawang sering memberikan informasi maupun saran
kepada anda setelah mereka mendapatkan informasi dari media lain seperti
televisi, radio, koran, seminar dan lainnya?
70
Panduan Pertanyaan untuk Ketua Gapoktan
PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI
(Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
No kuesioner : (diisi oleh peneliti) ……………………
Tanggal :
Nama :
1. Berapa kali dalam sebulan gapoktan melakukan pertemuan anggota?
2. Apa saja hal yang dibahas dalam rapat rutin gapoktan tersebut?
3. Apakah dalam rapat rutin tersebut, ada pembicara dari luar gapoktan untuk
memberikan informasi?
4. Bagaimana antusiasme petani dalam rapat rutin anggota gapoktan?
5. Apakah dalam rapat banyak petani yang aktif bertanya dalam rapat rutin?
6. Kira-kira berapa banyak peserta yang aktif bertanya saat rapat dilaksanakan?
7. Apakah dalam rapat rutin yang diadakan banyak petani yang memberikan informasi
dan saran kepada peserta rapat?
8. Apakah petani dalam rapat rutin yang diadakan oleh gapoktan, petani mau
mendengarkan pendapat petani lainnya?
9. Menurut anda, setelah petani mengakses media komunikasi seperti televisi, radio,
majalan dan lainnya, petani semakin aktif bertanya dan menyuarakan pendapatnya
dalam rapat gapoktan?
10. Menurut anda, apakah ada perbedaan petani dalam berkomunikasi saat rapat saat sebelum adanya media komunikasi dan sesudah adanya media komunikasi?
71
Lampiran 5 Jadwal kegiatan penelitian
No Kegiatan
Mei Juni September Oktober November Desember Januari
3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
I Proposal &
kolokium
1 Penyusunan
draft
2 Konsultasi
3 Kolokium
4 Revisi
II Studi Lapang
1 Pengumpulan
data
2 Analisis data
3 Konsultasi
data
III Penulisan
laporan
1 Analisis
lanjutan
2 Penyusunan
draft revisi
3 Konsultasi
laporan
IV Ujian Skripsi
1 Ujian
2 Perbaikan
dan
penggandaan
skripsi
72
Lampiran 6 Daftar uji statistic
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Umur 35 25 90 48.11 14.185
LamaBertani 35 2 67 23.31 16.597
LuasLahan 35 120 10000 3342.00 3561.573
AksesMediaKomunikasi 35 2 7 4.89 1.586
KeterdedahanTerhadapTelevisi 35 0 120 9.54 20.921
KeterdedahanTerhadapRadio 35 0 10 1.27 2.548
KeterdedahanTerhadapKoran 35 0 36 2.40 6.280
KeterdedahanTerhadapSeminarPertanian 35 0 63 5.71 11.915
KeterdedahanTerhadapRapatGapoktan 35 0 10 3.49 2.661
KeterdedahanTerhadapBertemuPenyuluh 35 0 24 2.79 4.658
KeterdedahanTerhadapInternet 35 0 5 .26 .919
KeterdedahanTotal 35 0 137 25.45 27.926
PerilakuKomunikasiInterpersonalPetani 35 10 132 61.20 30.560
PerilakuKomunikasiDalamRapatGapoktan 35 12 24 20.77 3.647
Valid N (listwise) 35
Pengolahan Data Hubungan Korelasi Antara Keterdedahan Terhadap Media
Komunikasi Dengan Perilaku Petani Dalam Rapat Gapoktan
KTL KTR KTK KTDP KRG KP KI KTotal
Spearman's
rho Perilaku
Kelompok
Correlation
Coefficient
.296 .402* .241 .180 .619
** .001 .051 .375
*
Sig. (2-tailed) .084 .017 .163 .302 .000 .995 .773 .026
N 35 35 35 35 35 35 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Pengolahan Data Hubungan Korelasi Antara Keterdedahan Terhadap Media
Komunikasi Dengan Perilaku Komunikasi Interpersonal Petani
KTL KTR KTK KTDP KRG KP KI KTotal
Spearman's
rho Interaksi keluarga
Correlation Coefficient
-.001 .279 .010 -.085 .052 -.274 .413* -.097
Sig. (2-tailed)
.995 .105 .953 .628 .766 .111 .014 .577
Interaksi teman
N 35 35 35 35 35 35 35 35
Correlation Coefficient
.247 .275 .133 .081 -.040 .086 .068 .234
Sig. (2-tailed)
.153 .109 .447 .645 .819 .623 .697 .175
Interaksi
penyuluh
N 35 35 35 35 35 35 35 35
Correlation Coefficient
-.041 .026 -.126 .155 -.119 .142 .267 .066
Sig. (2-tailed)
.817 .881 .470 .374 .497 .416 .121 .707
Total perilaku interpersonal
N 35 35 35 35 35 35 35 35
Correlation Coefficient
.103 .251 -.011 .174 -.012 -.016 .367* .175
Sig. (2-tailed)
.557 .146 .948 .319 .945 .927 .030 .316
N 35 35 35 35 35 35 35 35
Pengolahan Data Karakteristik Individu Dengan Keterdedahan Terhadap Media
Komunikasi
KTL KTR KTK KTDP KRG KP KI KTotal
Spearman's
rho
Umur Correlation Coefficient
-.102
-.087
-.095
.077 .265 .040 -.346
*
.001
Sig. (2-tailed) .560 .619 .587 .660 .124 .819 .042 .996
N 35 35 35 35 35 35 35 35
LamaBertani Correlation Coefficient
-.068
.069 -.377
*
-.014 .254 .013 -.328
-.102
Sig. (2-tailed) .699 .694 .026 .938 .141 .941 .055 .560
N 35 35 35 35 35 35 35 35
LuasLahan Correlation Coefficient
-.326
-.094
-.385
*
-.205 .126 -.058
.162 -.310
Sig. (2-tailed) .056 .591 .022 .238 .471 .743 .351 .070
N 35 35 35 35 35 35 35 35
AksesMediaKomunikasi Correlation Coefficient
.325 .333 .316 .402* -.017
.385* .079 .390
*
Sig. (2-tailed) .057 .050 .065 .017 .924 .022 .652 .020
N 35 35 35 35 35 35 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
74
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.521a 14 .645
Likelihood Ratio 15.212 14 .364
N of Valid Cases 35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.167a 7 .318
Likelihood Ratio 10.560 7 .159
N of Valid Cases 35
a. 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.112a 9 .207
Likelihood Ratio 15.107 9 .088
N of Valid Cases 35
a. 18 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.343a 8 .314
Likelihood Ratio 12.265 8 .140
N of Valid Cases 35
a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 13.098a 5 .022
Likelihood Ratio 16.476 5 .006
N of Valid Cases 35
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .86.
75
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.114a 8 .422
Likelihood Ratio 10.349 8 .241
N of Valid Cases 35
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.177a 3 .243
Likelihood Ratio 5.638 3 .131
N of Valid Cases 35
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.083a 14 .600
Likelihood Ratio 13.894 14 .458
N of Valid Cases 35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.641a 8 .168
Likelihood Ratio 11.809 8 .160
N of Valid Cases 35
a. 17 cells (94.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.987a 5 .551
Likelihood Ratio 4.032 5 .545
N of Valid Cases 35
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .40.
76
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.353a 8 .719
Likelihood Ratio 5.550 8 .697
N of Valid Cases 35
a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 45.486a 56 .841
Likelihood Ratio 46.341 56 .818
N of Valid Cases 35
a. 75 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 42.827a 28 .036
Likelihood Ratio 31.073 28 .314
N of Valid Cases 35
a. 38 cells (95.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 50.154a 36 .059
Likelihood Ratio 40.619 36 .274
N of Valid Cases 35
a. 48 cells (96.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
77
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 23.766a 32 .853
Likelihood Ratio 22.998 32 .878
N of Valid Cases 35
a. 43 cells (95.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 16.465a 20 .687
Likelihood Ratio 17.612 20 .613
N of Valid Cases 35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .11.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 27.390a 32 .699
Likelihood Ratio 25.750 32 .775
N of Valid Cases 35
a. 44 cells (97.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
79
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.832a 12 .631
Likelihood Ratio 9.288 12 .678
N of Valid Cases 35
a. 18 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 117.361a 108 .253
Likelihood Ratio 81.705 108 .972
N of Valid Cases 35
a. 140 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.083a 14 .600
Likelihood Ratio 13.894 14 .458
N of Valid Cases 35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.304a 7 .856
Likelihood Ratio 4.167 7 .760
N of Valid Cases 35
a. 15 cells (93.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
80
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.286a 9 .607
Likelihood Ratio 8.629 9 .472
N of Valid Cases 35
a. 19 cells (95.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.641a 8 .168
Likelihood Ratio 11.809 8 .160
N of Valid Cases 35
a. 17 cells (94.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.987a 5 .551
Likelihood Ratio 4.032 5 .545
N of Valid Cases 35
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .40.
81
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.353a 8 .719
Likelihood Ratio 5.550 8 .697
N of Valid Cases 35
a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.129a 3 .770
Likelihood Ratio 1.910 3 .591
N of Valid Cases 35
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 27.708a 27 .426
Likelihood Ratio 28.436 27 .389
N of Valid Cases 35
a. 56 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
82
Keterdedahan_tv * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
Keterdedahan_tv <10 Count 16 11 27
% of Total 45.7% 31.4% 77.1%
10-19 Count 3 1 4
% of Total 8.6% 2.9% 11.4%
>19 Count 1 3 4
% of Total 2.9% 8.6% 11.4%
Total Count 20 15 35
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%
Keterdedahan_tv * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
Keterdedahan_tv <10 Count 3 12 8 3 1 27
% of Total 8.6% 34.3% 22.9% 8.6% 2.9% 77.1%
10-19 Count 0 0 3 1 0 4
% of Total .0% .0% 8.6% 2.9% .0% 11.4%
>19 Count 0 2 1 0 1 4
% of Total .0% 5.7% 2.9% .0% 2.9% 11.4%
Total Count 3 14 12 4 2 35
% of Total 8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
83
Keterdedahan_tv * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
Keterdedahan_tv <10 Count 20 7 27
% of Total 57.1% 20.0% 77.1%
10-19 Count 4 0 4
% of Total 11.4% .0% 11.4%
>19 Count 4 0 4
% of Total 11.4% .0% 11.4%
Total Count 28 7 35
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
keterdedhan_radio * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedhan_radio <3 Count 16 14 30
% of Total 45.7% 40.0% 85.7%
3-5 Count 2 0 2
% of Total 5.7% .0% 5.7%
>5 Count 2 1 3
% of Total 5.7% 2.9% 8.6%
Total Count 20 15 35
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%
84
keterdedhan_radio * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedhan_radio <3 Count 2 14 9 3 2 30
% of Total 5.7% 40.0% 25.7% 8.6% 5.7% 85.7%
3-5 Count 0 0 1 1 0 2
% of Total .0% .0% 2.9% 2.9% .0% 5.7%
>5 Count 1 0 2 0 0 3
% of Total 2.9% .0% 5.7% .0% .0% 8.6%
Total Count 3 14 12 4 2 35
% of Total 8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
keterdedhan_radio * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedhan_radio <3 Count 24 6 30
% of Total 68.6% 17.1% 85.7%
3-5 Count 2 0 2
% of Total 5.7% .0% 5.7%
>5 Count 2 1 3
% of Total 5.7% 2.9% 8.6%
Total Count 28 7 35
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
85
keterdedahan_koran * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_koran <3 Count 16 11 27
% of Total 45.7% 31.4% 77.1%
3-5 Count 1 3 4
% of Total 2.9% 8.6% 11.4%
>5 Count 3 1 4
% of Total 8.6% 2.9% 11.4%
Count
% of Total
20 15 35
57.1% 42.9% 100.0%
keterdedahan_koran * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total Perguruan Tinggi SD SMA SMP Tidak Tamat SD
keterdedahan_koran <3 Count 3 12 7 2 2 27
% of Total 8.6% 33.3% 20.0% 8.6% 5.7% 77.1%
3-5 Count 0 1 3 0 0 4
% of Total .0% 2.9% 8.6% .0% .0% 11.4%
>5 Count 0 1 2 1 0 4
% of Total .0% 2.9% 5.7% 2.9% .0% 11.4%
Count
% of Total
3 14 12 4 2 35
8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
86
keterdedahan_koran * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_koran <3 Count 22 5 27
% of Total 62.8% 14.3% 78.1%
3-5 Count 3 1 4
% of Total 8.6% 2.9% 11.4%
>5 Count 3 1 4
% of Total 8.6% 2.9% 11.4%
Count
% of Total
28 7 35
80.0% 20.0% 100.0%
keterdedahan_seminar * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_seminar <5 Count 14 13 27
% of Total 40.0% 37.1% 77.1%
5-12 Count 3 2 5
% of Total 8.6% 5.7% 14.3%
>12 Count 3 0 3
% of Total 8.6% .0% 8.6%
Total Count 20 15 35
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%
87
keterdedahan_seminar * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedahan_seminar <5 Count 3 11 9 3 1 27
% of
Total
8.6% 31.4% 25.7% 8.6% 2.9% 77.1%
5-12 Count 0 2 2 0 1 5
% of
Total
.0% 5.7% 5.7% .0% 2.9% 14.3%
>12 Count 0 1 1 1 0 3
% of
Total
.0% 2.9% 2.9% 2.9% .0% 8.6%
Total Count 3 14 12 4 2 35
% of
Total
8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
keterdedahan_seminar * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_seminar <5 Count 23 4 27
% of Total 65.7% 11.4% 77.1%
5-12 Count 4 1 5
% of Total 11.4% 2.9% 14.3%
>12 Count 1 2 3
% of Total 2.9% 5.7% 8.6%
Total Count 28 7 35
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
88
keterdedahan_rapat * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_rapat <3 Count 5 13 18
% of Total 14.3% 37.1% 51.4%
3-5 Count 8 2 10
% of Total 22.9% 5.7% 28.6%
>5 Count 7 0 7
% of Total 20.0% .0% 20.0%
Total Count 20 15 35
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%
keterdedahan_rapat * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedahan_rapat <3 Count 2 7 6 2 1 18
% of
Total
5.7% 20.0% 17.1% 5.7% 2.9% 51.4%
3-5 Count 1 3 5 1 0 10
% of
Total
2.9% 8.6% 14.3% 2.9% .0% 28.6%
>5 Count 0 4 1 1 1 7
% of
Total
.0% 11.4% 2.9% 2.9% 2.9% 20.0%
Total Count 3 14 12 4 2 35
% of
Total
8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
89
keterdedahan_rapat * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_rapat <3 Count 15 3 18
% of Total 42.9% 8.6% 51.4%
3-5 Count 8 2 10
% of Total 22.9% 5.7% 28.6%
>5 Count 5 2 7
% of Total 14.3% 5.7% 20.0%
Total Count 28 7 35
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
keterdedahan_penyuluh * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_penyuluh <3 Count 15 11 26
% of Total 42.9% 31.4% 74.3%
3-5 Count 2 2 4
% of Total 5.7% 5.7% 11.4%
>5 Count 3 2 5
% of Total 8.6% 5.7% 14.3%
Total Count 20 15 35
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%
90
keterdedahan_penyuluh * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedahan_penyuluh <3 Count 3 9 9 3 2 26
% of
Total
8.6% 25.7% 25.7% 8.6% 5.7% 74.3%
3-5 Count 0 3 1 0 0 4
% of
Total
.0% 8.6% 2.9% .0% .0% 11.4%
>5 Count 0 2 2 1 0 5
% of
Total
.0% 5.7% 5.7% 2.9% .0% 14.3%
Total Count 3 14 12 4 2 35
% of
Total
8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
keterdedahan_penyuluh * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_penyuluh <3 Count 21 5 26
% of Total 60.0% 14.3% 74.3%
3-5 Count 3 1 4
% of Total 8.6% 2.9% 11.4%
>5 Count 4 1 5
% of Total 11.4% 2.9% 14.3%
Total Count 28 7 35
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
91
keterdedahan_internet * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_internet <0.3 Count 18 13 31
% of Total 51.4% 37.2% 88.6%
0.3-1 Count 0 2 2
% of Total .0% 5.7% 5.7%
>1 Count 2 0 2
% of Total 5.7% .0% 5.7%
Count
% of Total
20 15 35
57.1% 42.9% 100.0%
keterdedahan_internet * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedahan_internet <0.3 Count 2 14 9 4 2 32
% of
Total
5.7% 40.0% 25.7% 11.4% 5.7% 88.6%
0.3-1 Count 1 0 1 0 0 2
% of
Total
2.9% .0% 2.9% .0% .0% 5.7%
>1 Count 0 0 2 0 0 2
% of
Total
.0% .0% 5.7% .0% .0% 5.7%
Count
% of
Total
3 14 12 4 2 35
8.6% 40.0% 34.3% 11.4% 5.7% 100.0%
92
keterdedahan_internet * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_internet <0.3 Count 24 7 31
% of Total 68.6% 20.0% 88.6%
0.3-1 Count 2 0 2
% of Total 5.7% .0% 5.7%
>1 Count 2 0 2
% of Total 5.7% .0% 5.7%
Count
% of Total
28 7 35
80.0% 20.0% 100.0%
keterdedahan_total * JenisKelamin Crosstabulation
JenisKelamin
Total Laki-laki Perempuan
keterdedahan_total <25 Count 19 11 30
% of Total 55.9% 32.4% 88.2%
25-39 Count 1 3 4
% of Total 2.9% 8.8% 11.8%
Total Count 20 14 34
% of Total 58.8% 41.2% 100.0%
93
keterdedahan_total * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total
Perguruan
Tinggi SD SMA SMP
Tidak Tamat
SD
keterdedahan_total <25 Count 2 13 10 3 2 30
% of Total 5.9% 38.2% 29.4% 8.8% 5.9% 88.2%
25-39 Count 1 1 1 1 0 4
% of Total 2.9% 2.9% 2.9% 2.9% .0% 11.8%
Total Count 3 14 11 4 2 34
% of Total 8.8% 41.2% 32.4% 11.8% 5.9% 100.0%
keterdedahan_total * StatusLahan Crosstabulation
StatusLahan
Total Milik Bukan milik
keterdedahan_total <25 Count 24 6 30
% of Total 70.6% 17.6% 88.2%
25-39 Count 3 1 4
% of Total 8.8% 2.9% 11.8%
Total Count 27 7 34
% of Total 79.4% 20.6% 100.0%
94
Lampiran 7 Dokumentasi penelitian
Media komunikasi Wawancara dengan ketua gapoktan
Penghargaan-penghargaan
95
Lampiran 8 Penguasaan lahan oleh gapoktan Mandiri Jaya
No Komoditas
Luas tanam
(Ha)/Populasi (ekor)
Produktivitas Pemasaran Lama
berusaha (sejak) Kw/Ha
Bentuk
hasil Lokasi Peluang
I Tanaman
pangan
1 Padi sawah 110 88.64 GKP Dijual di tempat Bogor 1975
2 Jagung 10 34.02 Tongkol
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
3 Kacang
tanah 35 29 Biji segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka, Pasar
Depok Baru
Bogor,
Depok 1975
4 Ubi kayu 65 300 Umbi
basah
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka, Pasar
Depok Baru, PT
Pita Marta
Jabodetabek 1975
5 Ubi jalar 115 200 Umbi
basah
Pasar Keramat
Jati, Minggu,
Jonggol, Ciapus,
Pabrik Saus
Jabodetabek 1975
II Holtikultura
1 Kacang
panjang 5 69.5
Sayur
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
2 Terung 2 Sayur
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
3 Timun 3 37.6 Sayur segar
Pusat TU Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
4 Kangkung 1 73.69 Sayur
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
III Tanaman
buah
1 Pisang 5 1146 Tandan
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
2 Pepaya 2 785 Buah
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
3 Rambutan 5 1455 Buah
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
96
4 Jambu biji 3 33 Buah
segar
Pasar Keramat
Jati, Minggu,
Jonggol, Ciapus,
Pabrik Saus
Jabodetabek 1975
IV Tanaman
perkebunan
1 Pala 1 455 Buah
segar
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
2 Cengkeh 0.5 445 Bunga
Pusat TU
Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
3 Kelapa 3 1545 Butiran
tua
Pusat TU Kemang, Pasar
Merdeka
Bogor 1975
V Pengolahan
hasil
1 Tepung ubi 24 Tepung
ubi
Pasar Keramat
Jati, Minggu,
Jonggol, Ciapus,
Pabrik Saus
Jabodetabek 2009
VI Peternakan
1 Domba 1.112 Daging
segar Dijual di tempat Bogor 1983
2 Ayam buras 604 Daging
segar Dijual di tempat Bogor 1983
3 Kelinci 35 Daging
segar Dijual di tempat Bogor 2009
4 Kambing PE 20 Daging
segar Dijual di tempat Bogor 2009
5 Kerbau 83 Daging
segar Dijual di tempat Bogor 1975
97
Lampiran 9 Denah Desa Cikarawang