HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI...

91
HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Larisa Sabrina Rahadiyanti NIM: 110103000081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M

Transcript of HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI...

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI

DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN

HIPERTENSI

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Larisa Sabrina Rahadiyanti

NIM: 110103000081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/ 2013 M

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam
Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam
Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam
Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

penelitian ini yang berjudul “HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA

JALAN KAKI DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN

HIPERTENSI” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis

mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,

Dr.Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan

Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

3. dr. Dede Moeswir SpPD selaku pembimbing 1 yang telah banyak mencurahkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

4. dr. Ahmad AzwarHabibi M.Biomed selaku pembimbing 2 yang telah banyak

mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam

melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Femmy Nurul Akbar SpPD(K) selaku dosen penguji 1 sidang skripsi atas

kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah diberikan

agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

vi

6. Ibu Nurlaely mida R, S.Si, M.Biomed,Ph.D selaku dosen penguji 2 sidang

skripsi atas kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah

diberikan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.

7. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang

tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan

penelitian.

8. Prof. Dr.dr.Rianto Setiabudy,SpFK selaku Ketua Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberikan

izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

9. Dr.dr.Jusuf Rachmat, SpB, SpBTKV, MARS selaku Kepala Unit Pelayanan

Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan

izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

Unit Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo.

10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis

11. Papa Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR dan Mama dr.Trisepta Saraswati atas

limpahan kasih sayang dan bantuan yang telah diberikan, pengorbanan tanpa

pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala

kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah beranjak

dewasa.

12. Adik Risyad dan Adik Sasha Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah

diberikan.

13. Lettu Mar Huda Prawira yang selalu memberikan dukungan untuk

menyelesaikan penelitian ini.

14. Teman-teman satu kelompok penelitian, Anissa, Almira dan Puspa. Terimakasih

atas kerja sama yang luar biasa 1 tahun belakangan. Semoga kerja sama kita

dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

15. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, dan teman-teman lain yang

penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

vii

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Demikian

laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu

pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah

di Akhirat kelak. Amiin.

Ciputat, 20 September 2013

Penulis

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

viii

ABSTRAK

Larisa Sabrina Rahadiyanti. Program studi Pendidikan dokter. Hubungan Kebiasaan

Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi.

Latar Belakang : Jalan kaki merupakan olah raga yang bersifat aerobik dan mampu

laksana dilakukanuntuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular. Metode: Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di unit pelayanan jantung terpadu yang

menjadi anggota kelompok senam jantung sehat di RSUPN Cipto mangunkusumo

Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain potong

lintang yang menggunakan sampel sebanyak 102 pasien di Unit Pelayanan Jantung

Terpadu RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. Hasil:Hasil penelitian didapatkan

sebanyak 63 orang responden memiliki tekanan darah terkontrol dengan presentase

61,8 % ,dan 39 orang responden dengan tekanan darah tidak terkontrol dengan

presentase 38,2 %. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan

berolah raga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.(p=0,001).

Kata kunci :jalan kaki, tekanan darah.

ABSTRACT

Larisa Sabrina Rahadiyanti. Medical Study Program Islamic State University Syarif

Hidayatullah Jakarta. The relation between walking excercise habitation with

controlled blood pressure in hypertensive patients.

Bacground: Walking is an aerobic exercise and it is easy to do to improve the

cardiovascular endurance. Methods :The aim of this research is to know the

relationship between walking exercise habitation and hypertensive in cardiac care

clinic patient who was a member of gymnastics healthy heart group at RSUPN Cipto

Mangunkusumo Jakarta. This research was used analytic research with cross sectional

approach by gaining 102 sample of patients in cardiac care polyclinic RSPUN Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Results : The result showed that 63 people have controlled

blood pressure (61,8%) and 39 people with uncontrolled blood pressure (38,2%). This

research proves that there is a relationship between walking exercise habitation and

controlled blood presure in hypertensive patients. (p = 0,001)

Keywords : walking exercise, blood pressure

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

DAFTAR TABEL ...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...........................................................................................

1.2 Rumusan masalah .....................................................................................

1.3 Hipotesis.............................................................................................

Tujuan penelitian .........................................................................................

1.3.1 Tujuan umum ..................................................................................

1.3.2 Tujuan khusus .................................................................................

1.4 Manfaat penelitian ....................................................................................

1.4.1 Bagi peneliti .....................................................................................

1.4.2 Bagi masyarakat .............................................................................

1.4.3 Bagi instansi ...................................................................................

1.4.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .............................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori ...........................................................................................

2.1.1 Tekanan darah..................................................................................

2.1.2 Hipertensi ........................................................................................

2.1.3 Klasifikasi hipertensi .......................................................................

2.1.4 Epidemiologi hipertensi ...................................................................

2.1.5 Jenis-jenis hipertensi .......................................................................

2.1.6 Patofisiologi hipertensi ....................................................................

2.1.7 Diagnosis hipertensi ........................................................................

2.1.8 Definisi tekanan darah terkontrol pada hipertensi ...........................

2.1.9 Definisi aktivitas fisik ......................................................................

2.1.10 Definisi olahraga ...........................................................................

2.1.11 Latihan dengan berjalan kaki .......................................................

2.1.12 Siklus berjalan ...............................................................................

2.1.13 Efek latihan berjalan kaki ..............................................................

2.1.14 Efek latihan berjalan kaki terhadap hipertensi .............................

2.2 Kerangka teori ...........................................................................................

I

ii

iii

iv

v

vii

ix

xi

xii

xiii

1

3

3

3

3

4

4

4

4

4

5

6

6

9

9

10

11

12

14

15

17

18

21

21

23

23

25

26

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

x

2.3 Kerangka konsep ......................................................................................

2.4 Definisi operasional ..................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Desain penelitian .......................................................................................

1.2 Lokasi dan waktu penelitian. ....................................................................

1.3 Populasi penelitian. ...................................................................................

1.4 Sampel dan cara pemilihan sampel ...........................................................

1.5 Kriteria sampel ..........................................................................................

1.5.1 Kriteria inklusi .................................................................................

1.5.2 Kriteria Eksklusi. .............................................................................

1.6 Besar sampel .............................................................................................

1.7 Alur penelitian ..........................................................................................

1.8 Variabel yang diteliti .................................................................................

1.9 Cara kerja penelitian .................................................................................

1.10 Pengolahan data ......................................................................................

1.11 Analisis data .............................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis univariat ......................................................................................

4.1.1 Distribusi sampel berdasarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ...

4.1.2 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah .....................

4.2 Analisis bivariat ........................................................................................

4.3 Keterbatasan penelitian .............................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ....................................................................................................

5.2 Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................................

27

28

28

28

28

29

29

29

30

32

32

33

34

34

40

40

41

43

46

47

48

49

54

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total .......................

Tabel 2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri .........................

Tabel 2.3 Klasifikasi hipertensi ..............................................................................

Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi ...........................................................................

Tabel 2.5 Definisi kontrol tekanan darah ...............................................................

Tabel.2.6 Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan

anaerobik ................................................................................................

Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik ...........................................................

Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik ............................................

Tabel 4.1 Karakteristik demografis subjek penelitian ............................................

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdsarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ............

Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah ............................

Tabel4.5 Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah .............................................................................

.

7

8

9

14

16

19

20

20

36

40

41

43

.

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Siklus berjalan pada manusia.................................................................. 22

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

xiii

. DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan jenis kelamin ............

37

Grafik 4.2 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan usia ...........................

38

Grafik 4.3 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kebiasaan

berolahraga jalan kaki ..........................................................................

41

Grafik 4.4 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kontrol

tekanan darah ........................................................................................

42

.

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

diderita di seluruh dunia. Data dari The National Health and Nutrition Examination

Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada

orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi

di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.1

WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang diakibatkan oleh

hipertensi,sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan menyumbang sekitar 57 juta

angka kecacatan hidup.2

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.3,4

Hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi

dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.3

Pada tahun 2000 dilaporkan prevalensi

hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4

The World Health Organization (WHO) pada awal tahun 1983

merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi dalam pengobatan primer

untuk hipertensi.5

Diperlukan pengendalian faktor resiko hipertensi, modifikasi gaya

hidup pada penderita hipertensi sangat diperlukan salah satunya adalah melakukan

kebiasaan berolahraga.5,6

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nicholles di

Hongkong menyatakan bahwa pengobatan non farmakologi yang paling tepat untuk

penderita hipertensi adalah latihan atau berolahraga.7

Pengaruh berolahraga terhadap penurunan tekanan darah dapat mencegah dan

mengurangi komplikasi kardiovaskular,beberapa organisasi termasuk didalamnya the

American Heart Association8, the American College of Sports Medicine

9,the Surgeon

General of the Unit-cardiorespied States10

, The National Institutes of Health11

, dan the

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

2

Centers for Disease Control12

telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran

aktivitas fisik atau olahraga sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi.

Telah banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan bahwa

aktivitas fisik berpengaruh terhadap tekanan darah pada hipertensi. Seperti penelitian

oleh J E Martin dkk yang menyatakan bahwa latihan aerobik ringan dapat mengurangi

tekanan darah sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada

penderita hipertensi tanpa pengobatan.13

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fernando dimeo dkk di Brasil tahun 2012

yang menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah

sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar 3±7 mmHg pada penderita hipertensi

yang resisten.14

. Kelley dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan resistensi

progresif bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 2%

dan 4%.15

Sedangkan menurut Augustine J. Sohn dkk di Afrika didapatkan penurunan

tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi

yang mendapatkan intervensi berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya, dan proporsi

pada kelompok yang tidak melakukan berjalan kaki sebesar 0,5.16

Penelitian lain

dilakukan oleh Mughal dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan aerobik berupa

berjalan kaki cepat selama 30 menit 3 sampai 5 kali perminggu pada penderita

hipertensi primer dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat sebesar

1,4 mmHg.17

Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, terdapat satu penelitian yang

kontraproduktif, yaitu penelitian yang Emmanuel di Brasil pada tahun 2012 mengatakan

bahwa latihan berintensitas sedang tidak terlalu berpengaruh dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.18

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) kunci dari

pengobatan hipertensi adalah modifikasi gaya hidup, salah satunya dengan cara

berjalan kaki santai selama minimal 30 menit sehari dan dilakukan beberapa kali

perminggu.12

Berjalan kaki merupakan olahraga yang yang bersifat ringan, sederhana,

murah dan mampu laksana yang dapat dilakukan oleh pasien hipertensi di semua

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

3

usia.16,19

Dalam penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa olahraga yang paling

tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah kombinasi antara

berjalan kaki, jogging dan bersepeda.19

Tetapi terdapat beberapa resiko mungkin terjadi

apabila melakukan olahraga yang seperti jogging dan bersepeda.20

Selain itu

kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih sehingga untuk

melakukan olahraga berat bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.21

Oleh karena beberapa hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Dimana penelitian tentang hubungan kebiasaan

berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada penderita hipertensi belum banyak

dilakukan di Indonesia, terutama di Jakarta yang mana merupakan daerah urban yang

masyarakatnya memiliki keterbatasan waktu dan ruang untuk melakukan olahraga.

1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan kebiasaan

berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.?”.

1.3.Hipotesis

Terdapat hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi.

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1 TujuanUmum

Mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi.

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

4

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui prevalensi kebiasaan berjalan kaki pada pasien hipertensi.

Mengetahui kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi yang memiliki

kebiasaan berolahraga jalan kaki.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti :

1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang

kesehatan.

3. Menambah wawasan ilmu tentang hubungan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.5.2 Bagi Masyarakat :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan

kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien

hipertensi, sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya berolahraga

terutama berjalan kaki.

1.5.3 Bagi Instansi Terkait :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan hubungan antara berolahraga

jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, sehingga dapat

digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien hipertensi yang pada akhirnya

mampu untuk menurunkan angka kejadian hipertensi di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo.

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

5

1.5.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :

1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Referensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan

penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tekanan Darah

Darah berfungsi sebagai pengangkut masal jarak jauh berbagai bahan antara sel

dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah sangat diperlukan untuk

homeostasis tubuh. Darah terdiri dari cairan yang kompleks, yaitu plasma tempat

unsur-unsur sel eritrosit, leukosit dan trombosit terbenam di dalamnya. Darah

membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada

wanita dan 5,5 liter pada pria.22

Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh

jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrien, menyingkirkan zat-zat

sisa dan menyampaikan sinyal hormon. Darah diangkut dari jantung ke berbagai

jaringan melalui pembuluh darah arteri yang sangat elastis. Tekanan darah arteri rata-

rata diatur sedemikian rupa agar penyampaian darah ke jaringan adekuat.23

Laju aliran darah yang melintasi suatu pembuluh berbanding lurus dengan

gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Apabila pembuluh

darah memberikan suatu resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, maka jantung

harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat. Terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah, yaitu : (1) kekentalan darah;

(2) panjang pembuluh darah; (3) jari-jari pembuluh.23

Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total.

Cardiac output merupakan hasil dari volume sekuncup (stroke volume) dan denyut

jantung. Stroke volume ditentukan oleh tiga hal yaitu kontraktilitas jantung, preload dan

afterload.23

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

7

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total

Sumber : Lauralee, Sherwood; 2010.23

Resistensi perifer total

Jari-jari arteriol Viskositas darah

Jumlah sel

darah

merah

Konsentrasi

protein

plasma

Kontrol

ekstrinsik

(penting

untuk

mengatur

tekanan

darah)

Kontrol lokal

( perubahan

lokal yang

bekerja pada

otot polos

arteriol dan

sekitarnya)

Respons

miogenik

terhadap

peregangan

Pengeluaran

Histamin (berperan

pada cedera dan

respons alergi)

Perubahan

metabolik lokal

menyangkut O2,

CO2, dan

metabolik lain

Kompres panas,

dingin

(pemakaian

terapetik)

Vasopresin

Epinefrin dan

norepinefrin

Angiotensin II

Aktivitas

simpatis

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

8

Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding

pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh darah

dan daya regang dinding pembuluh darah tersebut.22

Selama sistol ventrikel, volume

sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga

darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol.

Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke arteri-arteri, sementara darah terus

meninggalkan mereka terdorong oleh daya regang pada arteri.23

Tekanan maksimum

yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama

sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam

arteri sewaktu darah mengalir keluar pembuluh di hilir selama diastol, yakni tekanan

diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena

timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah

keluar.22,23

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri

Sumber : Lauralee, Sherwood; 2010.23

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

9

2.1.2 Hipertensi

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) hipertensi

adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi

tekanan darah pada orang yang berusia lebih atau sama dengan 18 tahun terbagi

menjadi kelompok normal, prahipertensi, Hipertensi derajat 1 dan derajat 2 .12

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik

Normal

Prahipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120

120-139

140-159

≥ 160

dan

atau

atau

atau

< 80

80-89

90-99

≥ 100

Sumber : The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA

2003;289:2560-71.12

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

10

Pada prehipertensi bukan termasuk kategori penyakit melainkan sebagai

identifikasi seseorang berisiko tinggi menjadi hipertensi tetapi tidak termasuk dalam

indikasi terapi obat sehingga harus dilatih untuk merubah gaya hidup dan

mengurangi faktor risiko hipertensi.12

2.1.4 Epidemiologi Hipertensi

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya

populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi kemungkinan besar juga akan

bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik

dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.24

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari

negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition

Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden

hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65

juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES

III tahun 1988-1991.1,25

WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang

diakibatkan oleh hipertensi, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan

menyumbang sekitar 57 juta angka kecacatan hidup.2

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure terdapat 50 juta

orang di Amerika dan 1 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi.

kejadian Hipertensi akan meningkat jauh lebih banyak pada penduduk berusia

lanjut. Data terbaru dari the Framingham Heart Study, menunjukkan bahwa pada

individu berusia lebih atau sama dengan 55 tahun yang tekanan darahnya normal

akan memiliki 90% resiko untuk terkena hipertensi.12

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk

menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.25

Pada tahun

2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4,

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

11

2.1.5 Jenis- jenis Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua,yaitu :

Hipertensi primer

Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. dan

tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan sebuah interaksi yang

kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam,

alkohol dan obesitas.22

Beberapa faktor resiko hipertensi primer antara lain:

a. Usia. Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Orang berusia lanjut dengan hipertensi memiliki resiko tinggi terkena

penyakit kardiovaskular.22

b. Obesitas. Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor

resiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, diperkirakan 60%

pasien hipertensi memiliki berat badan berlebih sebanyak 20%.23

c. Asupan garam, kalsium, dan potasium. Prevalensi hipertensi

berhubungan dengan asupan garam dan kalsium. Selain itu, asupan

potasium yang rendah juga berperan dalam resiko terjadinya

hipertensi.22

d. Faktor resiko lainnya seperti konsumsi alkohol, stress psikososial dan

aktivitas fisik yang rendah juga berkontribusi terhadap hipertensi.23

Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang telah diketahui pasti penyebabnya yang

Diakibatkan oleh suatu organ.26

Penyebab hipertensi sekunder dapat

digolongkan menjadi empat kategori :

1) Hipertensi Kardiovaskular biasanya berkaitan dengan

peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan oleh

aterosklerosis.26

2) Hipertensi Renal dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi

parsial arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.26

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

12

3) Hipertensi Endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan

endokrin : feokromositoma dan sindrom conn.23

4) Hipertensi Neurogenik terjadi akibat lesi saraf.23

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi arteri terjadi apabila hubungan antara volume darah dan

resistensi perifer total berubah.26

Tekanan darah, dipercayai merupakan suatu

variabel yang terdistribusi secara kontinyu, dan hipertensi esensial merupakan salah

satu ekstrim dari distribusi ini bukan penyakit tersendiri.26

Faktor genetik jelas berperan dalam menentukan besar tekanan, seperti

yang dibuktikan oleh penelitian yang membandingkan kembar monozigot dan

dizigot dan oleh penelitian yang meneliti penyebaran hipertensi dalam keluarga.

Selain itu, beberapa penyakit gen-tunggal yang mempengaruhi jalur spesifik yang

mengendalikan tekanan darah normal dapat menyebabkan hipertensi. Selain itu,

mutasi di gen tertentu yang tidak secara langsung berperan dalam pengendalian

tekanan darah juga dibuktikan terjadi pada pasien hipertensi esensial. Mutasi ini

mencakup mutasi di gen untuk protein sitoskeleton α-adducin dan polimorfisme

pada subunit β3 protein G heterotrimetrik. Dipostulasikan bahwa α-adducin

mengatur pemindahan natrium di tubulus ginjal dan bahwa protein G mungkin

merupakan suatu jalur sinyal yang mempertahankan homeostatis natrium. Namun,

kecil kemungkinannya bahwa mutasi di satu lokus gen akan muncul sebagai

penyebab utama hipertensi esensial. Yang lebih mungkin terjadi adalah efek

kombinasi mutasi atau polimorfisme dibeberapa lokus gen mempengaruhi tekanan

darah. Oleh karena itu, hipertensi esensial tampaknya disebabkan oleh berbagai

kombinasi variasi genetik secara sendiri-sendiri tidak menimbulkan konsekuensi

bermakna. Namun, perlu dicatat bahwa walaupun efek genetik penting, faktor

lingkungan yang mempengaruhi curah jantung, dan atau resistensi perifer, juga

berpengaruh.27

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

13

Oleh karena itu,beberapa faktor dapat diduga berperan dalam defek primer

pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun

lingkungan.26,27

:

Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal mungkin

merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi

natrium kemudian dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah

jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada

keadaan tekanan darah yang lebih tinggi, ginjal dapat mengekskresikan lebh

banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan.26

Hipotesis alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif

merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu, pengaruh vasokonstriktif

yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural pada

dinding pembuluh resistensi.27

Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan

tekanan. Stress, kegemukan, merokok, aktifitas fisik kurang, dan konsumsi

garam harian dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi.27

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

14

Secara singkat, hipertensi primer adalah suatu penyakit multifaktor

kompleks. Faktor lingkungan mempengaruhi variabel yang mengendalikan tekanan

darah pada orang yang secara genetis rentan.27

Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi primer

sumber : Robbins,Kumar ; 2007.27

2.1.7 Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi yang akurat merupakan langkah awal dalam

penatalaksanaan hipertensi.29

Alat ukur tekanan darah yang dipakai harus di

kalibrasi dan di validasi dengan benar. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada

posisi duduk diam pada kursi selama kurang lebih 5 menit, kaki berada di lantai dan

lengan berada pada posisi horisontal dan tertopang sejajar dengan posisi sternum

tengah.29

Pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri atau berbaring dapat

dilakukan pada keadaan tertentu.,30

PENINGKATAN

KETEBALAN DINDING

PEMBULUH

PENINGKATAN

REAKTIVASI VASKULAR

PENGARUH GENETIK FAKTOR LINGKUNGAN

VASOKONSTRIKSI

FUNGSIONAL

DEFEK DALAM

HEMOSTATIS

NATRIUM GINJAL

DEFEK DALAM

PERTUMBUHAN DAN

STRUKTUR OTOT POLOS

PEMBULUH DARAH

EKSKRESI

NATRIUM KURANG

MEMADAI

RETENSI

GARAM

DAN AIR

PENINGKATAN CURAH

JANTUNG (autoregulasi)

PENINGKATAN

VOLUME PLASMA

DAN ECF

PENINGKATAN RESISTENSI

PERIFER TOTAL

HIPERTENSI

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

15

Sebaiknya alat yang dipakai adalah sfigmomanometer air raksa, alat ini terdiri

dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang

terbungkus kain dan pengukur tekanan air raksa.31

Suatu manset yang dapat

disambungkan, dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur

tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian

dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri

brakialis di bawahnya yaitu pembuluh darah utama yang mengangkut darah ke

lengan bawah.23

Balon dipompa 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik yaitu saat

pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian udara dalam maset dikeluarkan secara

perlahan.30

Pengukuran tekanan darah paling tidak dilakukan sebanyak 2 kali.31

Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah peninggian

tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau kembali ke

normal sehingga hanya memerlukan kontrol yang periodik.30

Selain itu diperlukan

pemeriksaan penunjang untuk menilai adanya faktor resiko kardiovaskular lain.

Tentu saja sebelum melakukan pemeriksaan lain diperlukan anamnesis yang baik

untuk mengetahui riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat

hipertensi, gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan serta

gaya hidup serta faktor psikososial.31

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) yang

dikatakan hipertensi adalah apabila dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau

sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12

2.1.8 Definisi Tekanan Darah Terkontrol pada Hipertensi

Definisi dari tekanan darah tinggi berubah setiap saat, sehingga sulit untuk

menetapkan suatu tekanan darah terkontrol dan tidak terkontrol.32

The seventh

Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) telah menetapkan bahwa tekanan

sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg merupakan tekanan darah

hipertensi.12

Sedangkan yang disebut dengan tekanan darah terkontol pada pasien

hipertensi berbeda tiap kondisi, pasien hipertensi dengan diabetes melitus dikatakan

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

16

memiliki tekanan darah terkontrol apabila tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan

tekanan diastolik dibawah 85 mmHg.33

The National Committee for Quality Assurance (NCQA) menetapkan titik

potong tekanan darah terkontrol pada pasien dengan diabetes mellitus dan yang

tidak diabetes mellitus yaitu dibawah 140 mmHg sistolik dan dibawah 90 mmHg

diastolik.34

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Wang, definisi

tekanan darah terkontrol adalah bervariasi sesuai guideline yang digunakan.33

seperti yang tertera pada tabel berikut

Tabel 2.5 Definisi Kontrol Tekanan Darah*

Tahun Tanpa

Diabetes

(mmHg)

Dengan

diabetes

(mmHg)

JNC 6 1997 <140/90 <130/85

JNC 7 2003 <140/90 <130/80

HEDIS 2000-2004 ≤140/90 ≤140/90

ADA/NKF 2003 …. <130/80

ESH/ESC 2003 <140/90 <130/85

*ADA=American Diabetes Association, NKF=National Kidney

Foundation,

ESH= European Society of Hypertension, ESC=European Society of

Cardiology

Sumber : Singer G.M, 2004.35

Individu dengan tekanan darah yang tidak terkontrol yaitu dimana tekanan

darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg

memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular.35

Sehingga The

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

17

seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dan The European

Society of Hypertension/European Society of Cardiology guidelines

merekomendasikan untuk menggunakan ambang-ambang batas untuk pengobatan

pada hipertensi.12

2.1.9 Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik pada dasarnya adalah segala kegiatan fisik yang dilakukan

seseorang, apakah itu dalam kegiatan yang sifatnya berolahraga, bekerja ataupun

berekreasi.36

Aktivitas fisik apapun hanya dapat dilakukan apabila terdapat energi

yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Makin berat atau makin lama aktivitas

fisik maka makin banyak pula energi yang dibutuhkan, kebalikannya semakin

ringan dan makin singkat aktivitas fisik maka makin sedikit energi yang

dibutuhkan.37

Sebagai kesimpulan untuk menilai aktivitas fisik salah satu caranya

adalah dengan mengukur energi yang diperlukan atau dihasilkan untuk kegiatan

tersebut.37

Aktivitas fisik dikelompokkan dalam 4 katagori.38

, yaitu :

1. Tidak ada kegiatan fisik mingguan (<25 mL/kg/menit atau 1 sampai 2

Mets).

2. Hanya kegiatan fisik ringan (25-44 mL/kg/menit atau 3 sampai 4 Mets)

3. Aktifitas fisik sedang paling sedikit 20 menit 2 kali perminggu (45-59

mL/kg/menit atau 5 sampai 6 Mets)

4. Aktifitas fisik berat paling sedikit 20 menit 2 kali perminggu (60-84

mL/kg/menit atau 7 sampai 8 Mets)

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

18

2.1.10. Definisi Olahraga

Berdasarkan Declaration on Sport yang dikeluarkan di paris oleh

International Council of Sport and Physycal Education (ICSPE) olahraga

didefinisikan sebagai setiap kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

berisi perjuangan dengan diri sendiri ataupun orang lain .36

Menurut pembagiannya, olahraga dibagi menjadi olahraga yang bersifat

aerobik dan anaerobik.39

Pembagian ini berdasarkan atas sumber energi yang

dipakai saat berolahraga. Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang kerja

otot atau gerakan ototnya dilakukan menggunakan oksigen untuk melepaskan

energi dari bahan-bahan otot. Penyerapan dan pengangkutan oksigen ke otot-otot

diangkut oleh sistem kerdiorespirasi. Sehingga olahraga yang bersifat aerobik

memperkuat sistem kardiovaskular dan respirasi untuk mempergunakan oksigen di

dalam otot.40

Penyediaan energi saat berolahraga aerobik memerlukan waktu

sebelum benar-benar dapat digunakan, yakni sekitar 2-3 menit.41

Sedangkan yang dimaksud dengan olahraga anaerobik adalah olahraga yang

tidak menggunakan oksigen dalam penyediaan energi selama olahraga berlangsung.

Otot-otot yang bekerja saat olahraga anaerobik menggunakan energi yang telah

tersimpan di dalam. Selama olahraga anaerobik tubuh membuat toleransi untuk

membentuk asam laktat.42

Terdapat dua jenis dalam olahraga anaerobik, yakni

olahraga daya tahan kecepatan dan olahraga daya tahan kekuatan.42

Mengembangkan daya tahan kecepatan membantu individu untuk dapat berlari

dengan kecepatan yang tinggi, meskipun terjadi pembentukan asam laktat.

Sedangkan olahaga daya tahan kekuatan mengijinkan individu tersebut terus

menerus mengeluarkan tenaga meskipun terjadi pembentukan asam laktat.43

Energi

yang dibutuhkan saat berolahraga anaerobik langsung tersedia tanpa perlu

menunggu waktu, tetapi penyediaan energi ini hanya bertahan 6 sampai 8 detik.42

Perbedaan olahraga yang bersifat aerobik dan anaerobik antara lain sebagai

berikut :

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

19

Tabel 2.6.Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan anaerobik

Durasi Klasifikasi

(aerobik/anaerobik)

Energi

yang disediakan Observasi

1-4 detik Anaerobik, alaktik ATP

4-20

detik

Anaerobik,alaktik ATP+CP

20-45

detik

Anaerobik,alaktik +

Anaerobik, laktik

ATP+CP+glikogen

otot

Produksi laktat

tinggi

45-120

detik

Anaerobik,laktik Glikogen otot Dengan

meningkatnya

durasi, produksi

laktat menurun

120-140

detik

Aerobik +anaerobik,

laktik

Glikogen otot Dengan

meningkatnya

durasi, produksi

laktat menurun

240-600

detik

Aerobik Glikogen otot +

asam lemak

Dengan

meningkatnya

durasi,

dibutuhkan andil

lemak yang lebih

tinggi

Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

20

Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik

Penyediaan

energi

Anaerobik,

alaktik

Anaerobik,

laktik

Aerobik, alaktik

Energi via ATP/CP Glikolisis Pembakaran

dengan oksigen

Hasil langsung Energi langsung

(15 detik)

2-3 mM ATP

(15 detik, 2-3

menit)

36 mM ATP

lebih dari 2-3

menit)

Produk

sampingan

Tanpa laktat Laktat Tanpa laktat

Contoh

olahraga

Lari sprint 100m Balap sepeda

1km, lari 400-

800 m

Berjalan kaki

lama

Kapasitas Kapasitas

bersprint

Kapasitas

toleransi laktat

Kapasitas

endurance

Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40

Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik

Perbedaan Olahraga Aerobik Olahraga Anaerobik

Intensitas 60-75% 90-100% maksimum

Lama waktu 1-10 menit 10 detik-2 menit

Pemulihan 1-3 menit 2-10 menit

Aktivitas

pemulihan

Lari kecil Lari kecil

Pengulangan Relatif tinggi Relatif rendah

Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

21

2.1.11. Latihan Dengan Berjalan Kaki

Latihan berjalan kaki bersifat dinamis dan berulang-ulang dari beberapa

grup otot, menstimulasi sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim

oksigen ke otot yang sedang bekerja.42

Berjalan kaki termasuk jenis latihan aerobik

yang bersifat Kontinyu dan menyebabkan perubahan pada otot rangka dan

kardiorespirasi.43

Pada otot rangka terdapat peningkatan konsentrasi mioglobin

sebagai senyawa yang dapat mengikat oksigen. Latihan ini meningkatkan

kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen.42

Selain itu juga terdapat

beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh setelah melakukan latihan dengan

berjalan kaki secara kontinyu antara lain pembesaran ukuran jantung, peningkatan

isi sekuncup, dan peningkatan kapasitas paru serta peningkatan VO2 maks.44

Jenis latihan yang dapat diberikan pada usia di atas 40 tahun adalah latihan

submaksimal.42

Melalui latihan yang bersifat aerobik dan dengan frekuensi 3

sampai 4 kali seminggu, durasi selama 30 sampai 60 menit, dengan intensitas yang

disesuaikan dengan kondisi individual.43

Intensitas latihan submaksimal ditentukan oleh target denyut nadi, yaitu

70% x (220-umur).41

Intensitas latihan dapat ditingkatkan dengan jarak tempuh

yang makin bertambah pada durasi latihan yang tetap.42

Intensitas latihan dapat

ditentukan berdasarkan hasil uji jalan 6 menit. Frekuensi latihan bergantung dengan

tingkat kebugaran seseorang, yang juga dapat ditentukan berdasarkan uji jalan 6

menit. Bila seseorang mampu berjalan sejauh 300 meter per 6 menit, maka

frekuensi latihannya 3 sampai 4 kali perminggu.45

2.1.12 Siklus Berjalan

Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit

menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya

pada ekstremitas yang sama.44

Siklus berjalan terdiri dari 2 fase yaitu fase strance

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

22

yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing meliputi 40%.

Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki menumpu berat

badan yang disebut sebagai double stance.46

Saat tersebut akan lebih singkat apabila

jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas 15% periode pertama dari siklus

berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai disebut heel strike, diikuti dengan

foot flat dimana seluruh telapak kaki menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut

dan pinggul sebagai persiapan untuk fase swing.46

Sebelum fleksi lutut, tungkai

yang berlawanan telah selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai

mempersiapkan untuk transfer berat badan ke tungkai yang lain.44

Lima persen

terakhir fase stance yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off,

dengan demikian fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing.44

Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode

yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki

dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke

depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang

merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati

tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada di

depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot tungkai

melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai pada heel

strike.47

Gambar 2.1. Siklus berjalan pada manusia

Sumber : Hoppenfeld physical examination of the foot and ankle in physical

examination of spine and extremities.47

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

23

2.1.13 Efek Latihan Berjalan Kaki

Respons fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis

intensitas latihan dan keadaan lingkungan.39

Terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal yang

dihasilkan oleh latihan berjalan kaki.48

yaitu :

Peningkatan kadar mioglobin

Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin.

Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki

sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel ke

mitokondria yang digunakan.

Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)

Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan

glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas otot

menghasilkan energi aerobik yang meningkat. dibuktikan dengan peningkatan

tenaga aerobik maksimal (Vo2 maks)

Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II

Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut tipe

I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.

2.1.14 Efek Latihan Berjalan Kaki Terhadap Hipertensi

Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktifitas fisik yang bersifat

aerobik.49

Latihan aerobik tidak menurunkan tekanan darah pada individu dengan

tekanan darah normal tetapi pada individu dengan hipertensi.16

Latihan aerobik

akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan darah

yang bermakna terlihat setelah latihan sebanyak 14 kali. Dan akan menetap untuk

selanjutnya apabila individu meneruskan kebiasaannya.49

Kegagalan dari latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa individu

telah menimbulkan kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan

respons baik dan kelopok individu yang memberikan respons negatif.17

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

24

Terdapat respons akut tekanan darah saat latihan, respons akut ini tergantung

dari jenis latihan yang digunakan.42

Pada latihan berjalan kaki yang merupakan

latihan aerobik terdapat respons awal berupa peningkatan secara linier tekanan

darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan intensitas kerja yang

secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Penurunan resistesi ini

lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik.39

Setelah melakukan latihan

berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertesi akan mengalami penurunan

tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jangtung.49

Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki

disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan

aktivitas sistim saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular,

penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya

volume plasma.50

Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik

pada saat istirahat maupun saat aktivitas.51

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

25

2.2 Kerangka Teori

Hipertensi

Aktivitas

simpatis

Aktivitas

parasimpatis

berkeringat

Berjalan kaki

(olahraga aerobik)

Aktivitas

otot rangka

Denyut

jantung

Curah jantung

Resistensi

otot rangka

Tekanan darah

Resistensi perifer total

Volume

plasma

Resistensi

pada jantung

dan ogan lain

Aktivasi

simpatis

Setelah olahraga teratur

Vasodilatasi

pembuluh darah

Efisiensi

kerja

jantung

Tekanan darah

diastolik

vasopresin

Curah jantung

Tekanan darah

sistolik

Penurunan tekanan

darah pada Hipertensi

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

26

2.3 Kerangka Konsep

Variabel terikat yang diteliti

Variabel bebas yang diteliti

Variabel perancu yang tidak dikontrol

Variabel perancu yang dikontrol

Berolahraga

Jalan kaki

Kontrol tekanan

darah

Terapi

antihipertensi

Usia

obesitas merokok

Jenis kelamin

Asupan

garam

Stress

psikososial

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

27

2.4. Definisi Operasional

No variabel Pengukur Alat ukur Cara pengukuran Skala

pengukuran

1 Usia Peneliti Kuesioner Membaca

hasil kuesioner

Numerik

2 Jenis

kelamin

Peneliti Kuesioner Membaca

hasil kuesioner

Nominal

3 Kontrol

tekanan

darah

Pengukuran

tekanan

darah oleh

perawat di

Unit Jantung

Terpadu

RSCM yang

sudah terlatih

Sfigmomanom

eter air raksa

Terkontrol dan tidak

terkontrol.

Terkontrol apabila

tekanan darah sistolik

dibawah 140 mmHg

dan tekanan darah

diastolik dibawah 90

mmHg12

Ordinal

4 Kebiasaan

berolahraga

jalan kaki

Peneliti Kuesioner Wawancara.

Termasuk kategori

berolahraga jalan kaki

apabila melakukan

olahraga jalan kaki

minimal 3 kali

seminggu dan minimal

30 menit persekali

jalan kaki39

Nominal

Page 41: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak

berpasangan dengan desain penelitian potong lintang atau cross sectional untuk

mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah

terkontrol pada pasien hipertensi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo selama bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien hipertensi. Populasi

terjangkau penelitian ini adalah pasien hipertensi yang termasuk dalam kelompok

senam jantung di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo.

3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

consecutive sampling, yaitu dengan metode pengambilan sampel non-probabilitas,

cara ini merupakan cara pengambilan sampel yang paling mendekati cara

probabilitas.52

Metode ini dipilih karena metode probabilitas yang terdiri dari

metode random sampling, cluster, dll tidak mungkin dilakukan pada populasi yang

ada.

Page 42: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

29

3.5. Kriteria Sampel

1.5.1 Kriteria Inklusi :

Pasien hipertensi yang berobat jalan di Pelayanan Jantung

Terpadu.

Pasien memiliki catatan medik yang mencantumkan data control

tekanan darah atau memiliki rata-rata tekanan darah yang

menunjukan hipertensi.

Pasien yang termasuk dalam kategori hipertensi primer

Usia pasien ≥ 40 tahun

Pasien mendapatkan terapi antihipertensi

Pasien termasuk dalam kelompok senam jantung di pelayanan

Jantung Terpadu.

1.5.2 Kriteria Ekslusi :

Pasien hipertensi dengan komplikasi yang dilihat berdasarkan

rekam medik

Hipertensi dengan gangguan pada ginjal (seperti parenchimal

renal, obstruksi ureter atau kandung kemih)

Hipertensi dengan gangguan pada pembuluh darah ginjal (seperti

hipertensi renovaskular, displasia fibromuskular, penyakit

atherosklerosis, pheochomocytoma, stroke)

Hipertensi dengan gangguan endokrin (seperti penyakit cushing,

hipotiroidism,hipertiroidism, hiperparatiroidism, dan akromegali)

Hipertensi dengan penyakit neurologi (seperti peningkatan

tekanan intrakranial)

Pasien hipertensi dengan obesitas yang dilihat berdasarkan

kuesioner

Pasien hipertensi yang tidak diet rendah garam yang dilihat

berdasarkan kuesioner

Pasien hipertensi yang aktif merokok yang dilihat berdasarkan

kuesioner

Page 43: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

30

Pasien hipertensi dengan stress psikososial yang dilihat

berdasarkan kuesioner

3.6. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar

sampel penelitianan alitik kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian

potong lintang.53

yakni sebagai berikut:

N =(𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2

(𝑃1 − 𝑃2)2

Keterangan:

Zα : deviat baku alpha

Zβ : deviat baku beta

P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau

kontrol

Q2 : 1-P2

Q1 : 1-P1

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P : proporsi total = 2

21 PP

Q : 1-P

P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus,

Nilai Zα= 1,96 dengan kesalahan tipe 1 =5%, dan untuk power tes 80% (Zβ=

0,84), dengan effect size 20% dan P2 sebesar 0,5.16

P1-P2 ditetapkan sebesar

20%. Maka:

N =(1,96 2 × 0,6 × 0,4 + 0,84 0,7 × 0,3 + 0,5 × 0,5)2

(0,2)2

N= 92,5

N= 93

Page 44: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

31

Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out maka ditentukan penambahan

besar sampel dengan rumus.52

:

𝑛′ = 𝑛

(1− 𝑓)

n’ : Besar sampel yang dihitung.

f : Perkiraan proporsi drop out.

Maka :

𝑛′ = 93

(1− 0,1)

n’ = 102

Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 102

orang .

Page 45: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

32

3.7.Alur Penelitian

3.8. Variabel yang Diteliti

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan berolahraga jalan kaki.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kontrol tekanan darah.

Menyaring rekam medis pasien yang memiliki riwayat

hipertensi primer atau sedang didiagnosis hipertensi

dengan usia ≥ 40 tahun

Persiapan penelitian

Kriteria Eksklusi

Inform consent

Melihat tekanan darah pasien

Tekanan darah

terkontrol

Diberi kuesioner untuk mengetahui kebiasaan

berolahraga jalan kaki

Tekanan darah

tidak terkontrol

Kesimpulan

Analisis penelitian

Page 46: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

33

3.9. Cara Kerja Penelitian

1. Persiapan penelitian

a. Izin dan etika penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui proses perizinan direktur rumah sakit

dan komisi etik FK UI, setelah mendapatkan perizinan dari direktur rumah

sakit dan komisi etik FK UI, peneliti mempresentasikan proposal penelitian

kepada kepala Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo. Segala perizinan dilakukan di awal penelitian, dan

diselesaikan dalam jangka waktu 2 bulan.

b. Pengembangan kuesioner

Untuk mengukur variabel penelitian, Peneliti membuat sendiri kuesioner

untuk memgetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol

tekanan darah pada hipertensi. Konten daripada kuesioner ini dibuat sesuai

dengan teori dan penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya hubungan

antara kebiasaan berolahraga jalan kaki, menurut durasi, frekuensi dan

intensitasnya dengan tekanan darah pada hipertensi. kemudian peneliti

menyebarkan kuesioner terlebih dahulu kepada 30 responden lalu diuji

validitasnya.

2. Identifikasi subjek

Identifikasi subjek dilakukan oleh peneliti telah disesuaikan dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah dibuat, apabila subjek memenuhi kriteria maka

dilanjutkan oleh peneliti untuk prosedur inform consent.

3. Inform consent dilakukan oleh peneliti, subjek akan menandatangani formulir

persetujuan yang sudah lulus kaji etik oleh FK UI.

4. Pengukuran variabel : untuk memperoleh data tekanan darah digunakan

sfigmomanometer air raksa yang dilakukan oleh perawat rumah sakit yang sudah

terlatih, pengukuran tekanan dilakukan saat pasien duduk di atas kursi selama

minimal 5 menit , lengan tidak tertekan dan lengan berada di atas meja sejajar

jantung. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai kebiasaan berolahraga

jalan kaki digunakan kuesioner jalan kaki dan untuk menyingkirkan variabel

Page 47: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

34

perancu digunakan kuesioner demografis oleh peneliti secara langsung bertanya

kepada pasien.

3.10. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a) Menyunting data

Menyunting data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data.

Proses menyunting data dilakukan tiap kali selesai memperoleh data dari

kuesioner yang telah diisi oleh responden. Apabila terdapat data yang tidak

lengkap maka peneliti akan menemui responden kembali untuk melengkapi data.

b) Mengkode data

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan,

dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

c) Memasukkan data

Memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam program statistik pada

software komputer.

d) Membersihkan data

Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah.

e) Memberikan nilai data

Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban yang

menyangkut variabel dependen dan variabel independen.

3.11 Analisis data

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden yang

meliputi kebiasaan berolahraga jalan kaki dan kontrol tekanan darah.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang

bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel independen. Karena

penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan

maka analisnya menggunakan uji Chi-Square54

dengan SPSS 16.0 for Windows. Uji

Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen yaitu

Page 48: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

35

kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan variabel dependen yaitu kontrol tekanan darah,

yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik.52,54

Uji Chi-Square menggunakan

tabel 2x2 yang mana pada baris ditempatkan variabel independen dan pada kolom

ditempatkan variabel dependen. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p

(p value) dengan tingkat kemaknaan 0,005. Jika nilai p≤ 0,005 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang

diuji. Sedangkan jika nilai p> 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain

tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.52

Terdapat syarat untuk mengetahui hubungan dari variabel dependen dan

independen menggunakan uji Chi-Square.SyaratChi-Square adalah jumlah sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang

ada. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat dilakukan

adalah menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.54

Page 49: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini diambil dari Bagian Rekam Medis kelompok senam jantung

sehat di Unit Pelayanan jantung terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan

melihat data pasien yang sudah didiagnosis hipertensi dan memenuhi kriteria. Jumlah

total sampel yang diambil yakni sebanyak 102 sampel dengan metode pengambilan

sampel consecutive sampling. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan

tekanan darah.

Karakteristik Demografis Subjek Penelitian

4.1. Karakteristik Demografis Subjek Penelitian

Tabel 4.1KarakteristikDemografisSubjekPenelitian.

Karakteristik Frekuensi Persentase Rerata

Jenis kelamin

Pria

Wanita

Usia

Kebiasaan Berjalan Kaki

Iya

Tidak

TekananDarah

Terkontrol

Tidakterkontrol

68

34

72

30

63

39

66.7

33.3

70.6

29.4

61.8

38.2

59,73

Page 50: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

37

Tabel4.1 menunjukan karakteristik demografis subjek penelitian ini yang

meliputi jenis kelamin, usia, kebiasaan berjalan kaki dan control tekanan darah.

Grafik 4.1.Gambaran Karakteristik Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1.dapat dilihat gambaran karakteristik

penelitian berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok senam jantung sehat Unit

Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo lebih banyak responden

pria yang mengalami atau memiliki riwayat hipertensi yaitu berjumlah 68 orang

dengan presentase 66.7% dibandingkan dengan wanita yang hanya berjumlah 34 orang

dengan presentase 33.3%. Hal ini sesuai dengan laporan penelitian anjum et al juga

menyebutkan bahwatedapat 655 reponden yang mengalami hipertensi dimana 340

responden berjenis kelamin pria dan 315 responden berjenis kelamin wanita

sehinggadidapatkan bahwa jumlah responden yang hipertensi didominasi oleh pria.55

Penelitian yang dilakukan oleh Tiwari sushma et al mengenai jalan kaki dan hipertensi

di India juga menunjukkan angka karkteristik yang sama dimana dari total 84

responden, terdapat 55 responden berjenis kelamin pria dan 29 responden berjenis

kelamin wanita. Sehingga pada pasien hipertensi didapatkan lebih banyak pria dari

wanita.51

Page 51: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

38

Grafik 4.2GambaranKarakteristik Penelitian BerdasarkanUsia

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat dilihat gambaran karakteristik

penelitian berdasarkan usia. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan

Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan pasien yang terdiagnosis

hipertensi primer terbanyak terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah10orang (9,8%)

usia pasien tertinggi yaitu berusia 84 tahun dan usia terendah yaitu 42 tahun dengan

rata rata usia responden hipertensi pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan

Jantung Terpadu RSUPN CiptoMangunkusumo adalah 59.73. Setelah dilakukan uji

normalitas terhadap usia responden, diperoleh nilai p = 0,200 . Karena nilai p > 0,05

maka diambil kesimpulan bahwa distribusi usia normal.54

Hal ini sesuai dengan pendapat Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, pada

buku Harrison’s Principles of Internal Medicine yang menyatakan bahwa semakin

tinggi usia seseorang semakin tinggi pula tekanan darahnya, hal ini disebabkan karena

semakin bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami kekurangan elastisitas

sehingga tekanan pada darah akan meningkat, hal ini dapat diibaratkan seperti pipa air

yang mengalami penyempitan tekanan pada air akan meningkat.28

Hal ini juga sejalan

dengan hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa usia responden

hipertensi terbanyak adalah yang berusia diatas 50 tahun. Disebabkan karena semakin

bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami penurunan kelenturan atau

Page 52: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

39

elastisitasnya. Sehingga volume darah yang mengalir menjadi kurang lancar.17

Penelitian lain juga menyatakan hal yang sama, penelitian yang dilakukan Stacey et al

mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia makan terjadi beberapa penurunan

proses metabolisme dalam tubuh salah satunya adalah metabolisme kalsium yang pada

akhirnya akan terjadi beredarnya banyak kalsium dalam darah dan terjadi pengendapan

kalsium di dinding pembuluh darah dan terjadi penyempitan pada pembuluh darah

sehingga darah yang melewati arteri tersebut tekanannya meningkat.56

Selain itu

semakin tua usia maka jumlah responden semakin sedikit hal ini sesuai dengan data

WHO pada tahun 2009 yang menunjukan angka harapan hidup warga Indonesia adalah

68 tahun.2

Pada penelitian ini subjek penelitian yang memiliki kebiasaan berjalan kaki

lebih banyak yaitu 72 orang dengan presentase 70.6% dan yang tidak memiliki

kebiasaan berjalan kaki 30 orang dengan presentase 29.4% sehingga diketahui pada

pasien hipertensi pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki kebiasaan berolahraga

jalan kaki.

Gambaran tekanan darah pada pasien menunjukan pasien hipertensi dengan

tekanan darah terkontrol yaitu tekanan darah sistol kurang dari 140 mmHg dan diastol

kurang dari 90 mmHg lebih banyak daritekanan darah yangtidak terkontrol. Jumlah

pasien dengan kontrol tekanan darah sebanyak 63 orang dengan persentase 61.8% dan

pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 39 orang dengan persentase

38.2%.

Page 53: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

40

4.1 Analisis Univariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Adapun hasil

analisis univariat pada penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut

4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan kebiasaan

berolahraga jalan kaki. Pada penelitian ini, yang termasuk ke dalam kriteria

berolahraga jalan kaki adalah pasien hipertensi yang melakukan olahraga jalan kaki

berdurasi minimal 30 menit persekali jalan dan dengan frekuensi diatas 3 kali

perminggu.39

Didapatkan dari total sampel sebanyak102 orang, terdapat 72 orang yang

berolahraga jalan kaki dengan persentase70,6%, 30 orang tidak berolahraga jalan

kakidengan presentase (29,4%).

Berolahraga Jalan Kaki Frekuensi Presentase

Ya 72 70.6

Tidak 30 29.4

Page 54: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

41

Grafik 4.3.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kebiasaan

Berolahraga Jalan Kaki.

4.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah

TekananDarah Frekuensi Persentase

Terkontrol 63 61.8

TidakTerkontrol 39 38.2

Dari tabel 4.3 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan Kontrol tekanan

darah, yang termasuk kedalam kriteria kontrol tekanan darah adalah pasien hipertensi

tanpa komplikasi yang memiliki tekanan darah <140 mmHg sistolik dan <90 mmHg

diastolik.12

Page 55: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

42

Grafik 4.4.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kontrol Tekanan

Darah

Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.4 dapat dilihat gambaran karakteristik

penelitian berdasarkan kontrol tekanan darah. Pada kelompok senam jantung sehat

Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan 63

responden yang tekanan darahnya terkontrol dengan presentase (61,8%), dan 39

responden tekanan darahnya tidak terkontrol dengan presentase (38,2%). Pemeriksaan

tekanan darah yang teratur pada pasien hipertensi sangat dibutuhkan untuk mengetahui

tekanan darahnya terkontrol atau tidak. Karena apabila tekanan darah pada pasien

hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko tinggi terjadinya komplikasi

kardiovaskular.3

Page 56: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

43

4.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan antara Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan

Kontrol tekanan darah.

Jalan

Kaki

Kontrol Tekanan

Darah

Ya Tidak

N (%) N (%)

Total

N(%)

Rasio

Prevalens

IK 95 % p-

value

Ya 54(52,9) 18 (17,6) 72(70,6) 0.4 0.055-

0.368

0,001

Tidak 9(8,8) 21(20,6) 30(8,8)

Total 63(61,8) 39(38,2)

Tabel 4.4 menunjukkan Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki

dengan kontrol tekanan darah. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 72 pasien

(70,6%) yang melakukan olahraga jalan kaki, 54 pasien (52,9%) tekanan darahnya

terkontrol, dan 18 pasien (17,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol. Sedangkan dari

30 pasien (29,4%) yang tidak melakukan olahraga jalan kaki, 9 pasien (8,8%) tekanan

darahnya terkontrol dan 21 pasien (20,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak

berpasangan sehingga untuk uji hipotesisnya menggunakan uji chi-square.52

Dan

menggunakan tabel 2x2 pada baris ditempatkan variabel independen yaitu jalan kaki

sementara pada kolom ditempatkan variabel dependen yaitu tekanan darah.54

Hasil

dari uji hipotesisnya menunjukan sel yang memiliki nilai observed dan expected lebih

dari 5. Sehingga telah memenuhi syarat uji chi-square.54

Pada hasil uji chi-square

diperoleh nilai p = 0.001 yang berarti P < 0.05 sehingga hasilnya bermakna. Dapat

Page 57: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

44

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

Oleh karena terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, peneliti mengukur estimasi resiko relatif

hubungan tersebut dengan menggunakan rasio prevalens (RP). Rasio prevalens (RP)

dapat dihitung dengan rumus RP= a/(a+b) : c/(c+d).52

Diketahui nilai rasio

prevalens(RP) pada penelitian ini adalah sebesar 0.4 dengan IK 95% (0,055-0,368)

dimana pada nilai RP<1 bukan merupakan faktor resiko tetapi merupakan faktor

protektif.52,54

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada pasien hipertensi yang

melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki secara teratur selama minimal 3 kali

dalam seminggu dan berdurasi minimal 30 menit setiap latihan memiliki tekanan

darah yang terkontrol diabandingkan dengan yang tidak berjalan kaki.

Hasil dari penelitian ini yang menunjukan terdapat hubungan antara berolahraga

jalan kaki dengan tekanan darah pada hipertensi sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Martin et al menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada

penderita hipertensi dengan olahraga aerobik ringan.13

Penelitian Fernando dimeo dkk

juga menyatakan terdapat hubungan berolahraga secara teratur dengan hipertensi dan

dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar

3±7 mmHg pada penderita hipertensi yang resisten.14

Augustine J. Sohn dkk

menyatakan bahwa terdapa hubungan berolahraga terutama jalan kaki dengan tekanan

darah pada hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan

diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi berjalan

kaki selama 30 menit setiap harinya.16

Kebiasaan berolahraga jalan kaki merupakan suatu aktivitas aerobik yang

bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan daya tahan Kardiovaskular serta

Muskuloskeletal.39

Dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi efisiensi

kerja jantung. Kemampuan jantung akan meningkat sesuai dengan perubahan-

Page 58: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

45

perubahan yang terjadi pada tubuh. Hal tersebut dapat berupa perubahan pada frekuensi

jantung, isi sekuncup, dan curah jantung.50

Saat melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki,

tekanan darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik

yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari tekanan

darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera setelah latihan

aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung

selama 30-120 menit.38

Jika aktivitas fisik yang bersifat aerobik ini dilakukan secara

berulang, penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya

berolahraga secara terarur akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang

efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang

dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dengan durasi latihan minimal 30 menit sekali

latihan.49

Tekanan darah yang terkontrol pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya

penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi

relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti halnya

melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam hal ini

olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer pembuluh

darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh aktivitas memompa

jantung yang berkurang.49

Otot jantung individu yang berolahraga secara rutin lebih

kuat dibandingkan dengan individu yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin

berolahraga jantungnya berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan

volume yang sama.39

Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung,

maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya

akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.49

Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan darah

sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan

diastolik.23

Page 59: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

46

4.3 Keterbatasan penelitian

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian seteliti mungkin, serta menjabarkan

hasil penelitian.Namun demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

keterbatasan ataupun kelemahan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Dikarenakan belum adanya kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel

independen yaitu berjalan kaki, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner

yang dibuat sendiri oleh peneliti.

2. Penelitian ini menggunakan desainstudi cross sectional atau desain potong

lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen

maupun dependen padawaktu yang sama sehinggapenelitian kurang ideal dan

akurat untuk menggambarkan hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki

dengan tekanan darah pada hipertensi.

Page 60: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

47

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a) Pada penelitian ini diketahui bahwa dari total 102 responden, jumlah terbanyak

terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah 10 orang (9,8%) dan usia tertinggi

yaitu 84 tahun serta usia terendah 42 tahun.Jumlah pasien laki-laki adalah

sebanyak 68 orang (66,7%) sedangkan perempuan (sebanyak 34 orang atau

33,3%). Jumlah responden yang Berolahraga Jalan Kaki terdapat 72 orang

dengan persentase (70,6%), dan 30 orang tidak Berolahraga Jalan Kaki dengan

presentase (29,4%).

b) Dari total 102 responden, sebanyak 63 orang memiliki kontrol tekanan darah

dengan presentase (61,8%), dan 39 orang tekanan darahnya tidak terkontrol

dengan presentase (38,2%).

c) Berdasarkan hasil dari penelitian hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan

kaki dengan kontrol tekanan darah, disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi. nilai (p = 0.001, PR = 0,4, IK = 0.055-0.368 )

Page 61: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

48

5.2 Saran

a). Masyarakat umum

Untuk pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular dan untuk membantu

penurunan tekanan darah pada hipertensi disarankan kepada pasien untuk selalu

melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki sebagai olahraga yang murah, mudah dan

mampulaksana dilakukan pada masyarakat.

b). Rumah sakit

Aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki pada pasien hipertensi

sangat penting dilakukan, hal ini merupakan salah satu upaya untuk membantu

menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan akhirnya didapatkan tekanan darah yang

terkontrol selain melakukan tatalaksana secara medikamentosa. Dan juga sebagai

pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular lebih lanjut dari hipertensi .

c). Peneliti

Penelitian tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol

tekanan darah pada penderita hipertensi sebaiknya menggunakan desain penelitian

eksperimental atau uji klinis, karena studi eksperimental atau uji klinis merupakan

metode yang paling baik untuk menerangkan pengaruh dari berolahraga jalan kaki

dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan demikian keterbatasan

penggunaan kuesioner dalam pengukuran kebiasaan responden dapat diminalisir.

Page 62: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

49

DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association. Medical statements, statement on exercise: bene

fits and recommendations for physical activity programs for all Americans: a

statement for health professionals by the Committee on Exercise and Cardiac

Rehabilitation of the Council on Clinical Cardiology. Circulation 1992; 86: 340

2. WHO.World Health Organization [online].; 2011 [citied 2012 Desember 15.

3. Hipertensi di indonesia. In : Mansjoer A, ed.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:

Media aesculapius;1999.p.518-21.

4. Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional. Laporan Departemen

Kesehatan RI. Jakarta. 2004

5. World Health Organization. Primary prevention of essential hypertension.

World Health Organization Technical Report Series 686. Geneva: World Health

Organization, 1983

6. Fisher NLD, Williams GH. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper DL,

Fauci AS, Longo DL.2005; 365: 217–23.

7. Nicholls MG. Effects of non-pharmacologic therapy. Clin Exp Hypertensions A

1990; 12: 709-28

8. American College of Sports Medicine. Position stand: physical activity, physical

fitness and hypertension. Med Sci Sports Exerc 1993; 25: i-x

9. United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease

Control and Prevention, and National Center for Chronic Disease Pre vention

and Health Promotion, editors. Physical activity and health: a report of the

surgeon general. Atlanta (GA): United States Department of Health and Human

Services, 1996

10. The sixth report of the Joint National Commit tee on prevention, detection,

evaluation, and treatment of high blood pressure. Arch Intern Med 1998; 157:

2413-6

11. Pate RR, Pratt M, Blair SN. Physical activity and public health. JAMA 1995;

273: 402-7

Page 63: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

50

12. Aram V. Chobanian et al. Seventh report of the Joint National Committee

(JNC 7) on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood

pressure. Hypertension. 2003;42:1206–1252.

13. J E Martin, P M Dubbert. Controlled trial of aerobic exercise in Hypertension.

Dallas,1990

14. Fernando dimeo. Effect of aerobic exercise in hypertension. Brasil,2004

15. George A. Kelley. Progressive Resistance Exercise and Resting Blood Pressure:

A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Dallas,2000

16. Augustine J. Sohn, MD, MPH; Memoona Hasnain, MD, MHPE, PhD;James M.

Sinacore, PhD . impact of exercise (walking) on blood pressure levels in

Hypertension in african american adults with newly diagnosed Hypertension.

African,2008

17. M. A. Mughal. The effects of Aerobic Exercise Training on resting Blood

Pressure in Hypertensive Patients. 1990

18. Emmanuel Gomes Ciola. High-intensity interval training and hypertension.

Brazil,2012

19. Hagburg JM. Exercise, fitness, and hypertension.In: Exercise, Fitness, and

Health: A Consensus of Current Knowledge, Bouchard C,ed. Champaign, IL:

Human Kinetics,1990;455–466.

20. RogersMW, Probst MM, Gruber JJ, Berger R, Boone JB Jr. Differential effects

of exercise training intensity on blood pressure andcardiovascular responses to

stress in borderline hypertensive humans. J Hypertens. 1996; 14(11):1369–1375.

21. Urata H, Tanabe Y, Kiyonaga A, Ikeda M,Tanaka H, Shindo M, Arakawa K.

Antihypertensiveand volume-depleting effects of mild exercise on essential

hypertension.

22. Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, eds. Harrison’s Principles OF Internal

Medicine.16th ed.New York,NY:Mc Graw- Hill;2005:1463-1480

23. Lauralee Sherwood Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. USA:

Brooks/Cole; 2010

24. DEPKES.Departemen Kesehatan RI Data Kesehatan Indonesia [online].; 2011

[citied 2012 november 24.

Page 64: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

51

25. Bustan,M.N: Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Rineka Cipta:2007. Hal

60,63,204-5.

26. Sylvia A.Price: Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.6th ed.

Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC;2003.

27. Robbins, kumar: Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: penerbit buku kedokteran

EGC; 2007

28. Dan L. Longo, Dennis L. Kasper, J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Stephen

L. Hauser, Joseph Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed.

USA: McGraw Hill; 2012.

29. Edouard J. Battegay, Gregory Y. H, George L. Bakris. Hypertension: Principles

and Practice. USA: Taylor & Francis Group; 2005.

30. Norman M. Kaplan M.D., Joseph T. Flynn M.D. Kaplan's Clinical

Hypertension. 9th

ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2006

31. Sudoyo d:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen IPD FKUI; 2010. p. 1080-1081.

32. European Society of Hypertension–European Society of Cardiologyguidelines

for the management of arterial hypertension. J Hypertens. 2003;21:1011–1053.

33. Thomas J. Wang, Ramachandran. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension

in the United States. Circulation. 2005;112:1651-1662.

34. The State of Health Care Quality 2004. Washington, DC: National Committee

for Quality Assurance; 2004.

35. Singer GM, Izhar M, Black HR. Guideline for hypertension: are quality-

assurance measures on target? Hypertension 2004;43:198-202.

36. Declaration on Sport ,International Council of Sport and Physycal Education

(ICSPE). Paris. 2013

37. Bompa TO. Theory and Methodology of Training. The key of

AthleticPerformance. Kendal Hunt Publishing Company. Iowa. 1990: h. 315-20.

38. Dede Kusmana, Olahraga bagi kesehatan jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997. P.58-59

39. Scott k powers,Exercise physiology theory and application to fitness and

performance. University of florida.2004

Page 65: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

52

40. Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000

41. Harsono. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta:

Tambak Kusuma;2000. P.92-83

42. Lateur BJ, Lehmann JF. Therapeutic exercise to develop strengh and endurance.

In: Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation, 4th ed.

Philadelphia: WB saunders Co; 1990.

43. Sudradjat prawirasaputra.Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta:Tambak

Kusuma;2000

44. Norkin CC. Gait analysis, physical rehabilitation: Assesment and treatment. 3rd

ed. FA David Company;1999.p 167-91

45. American thoracic society: guideliness for the six minute walk test.2002

46. Li,CY, Imaishi K, Shiba N, Tagawa Y, Maeda T, Matsuo S. Biomechanical

evaluation of foot pressure and loading force gait in rheumatoid arthritic patiens

with and without foot orthosis. Kurume Med J;2000:47:p211-7

47. Hoppenfeld physical examination of the foot and ankle in physical examination

of spine and extremities. Appleton Century Crofts;2001. P.198-20

48. Basmajian JV. Therapeutic exercise 4th

edition, London: Williams &

Wilkins;2001, p.45-69, 88-108

49. Janet P. Wallace, Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology

Laboratory, Department of Kinesiology, Indiana University,Bloomington,

Indiana, USA. 2003

50. Burt VL, Cutler JA, Higgins M, Horan MJ, Labarthe D, Whelton P, Brown C,

Roccella EJ.Trends in the prevalence, awareness, treatment, and control of

hypertension in the adult US population: data from the health examination

surveys, 1960 to 1991. Hypertension.1995;26:60–69.

51. Tiwari sushma et al.Effect of isotonic exercise (walking) on various

physiological parameters in hypertension.india,2011

52. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis, 4th

ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

53. M. Sopiyudin Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

Page 66: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

53

54. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 4th

ed. Jakarta:

Salemba Medika;2009

55. Anjum et al. Hypertension after kidney transplantation.USA;2004

56. Stacey E. Jolly et al. Uric Acid, Hypertension, and CKD among Alaska

Eskimos-the Genetics of Coronary Artery Disease in Alaska Natives

(GOCADAN) study;2012

Page 67: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

54

LAMPIRAN 1

SURAT KODE ETIK

Page 68: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

55

LAMPIRAN 2

SURAT IJIN DI UNIT PELAYANAN JANTUNG TERPADU

Page 69: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

56

LAMPIRAN 3

PERSETUJUAN

Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan kaki dengan Kontrol

Tekanan Darah pada pasien Hipertensi

Pasien yang terhormat,

Saat ini saya Larisa Sabrina Rahadiyanti sebagai peneliti di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan

kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien Hipertensi.”

Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di Universitas kami, maka anda

akan menjalani penelitian ini dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada pasienhipertensi .

Setelah mengikuti penelitian ini, data anda akan tetap dirahasiakan, dan akan

disimpan oleh peneliti dengan sebaik mungkin.

Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan

penelitian ini dan juga berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-

waktu anda dapat menjalani penelitian ini dengan jujur dan sebaik-baiknya

Peneliti,

Larisa Sabrina Rahadiyanti

Mahasiswa Pendidikan Studi Program Dokter

Jln. Kertamukti, Ciputat, Tangerang selatan

Telp. 085692121535

Page 70: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

57

(Lanjutan)

SURAT PERSETUJUAN

( INFORMED CONSENT )

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Nomer telp/Hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang telah

diberikan oleh Larisa Sabrina Rahadiyanti dan bersedia menjalani penelitian mengenai

“Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah pada

pasien Hipertensi”.

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Jakarta, 2013

Peserta Penelitian

( )

Page 71: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

58

LAMPIRAN 4

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah pada

pasien Hipertensi

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Umur :

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan terakhir :

7. Berat badan (kg) :

8. Tinggi badan (cm) :

9. Lingkar pinggang (cm) :

10. Sejak kapan mengalami hipertensi (darah tinggi) ?

11. Apakah ada riwayat hipertensi (darah tinggi) di keluarga ?

a. Ya

b. Tidak

Page 72: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

59

12. Jika iya, siapa anggota keluarga yang mengalami hipertensi (darah tinggi)?

13. Apakah anda pernah mengalami kencing manis ?

a. Ya

b. Tidak

14. Jika iya sejak kapan anda mengalami kencing manis ?

15. Apakah anda mengalami kolesterol tinggi ?

a. Ya

b. Tidak

16. Jika iya sejak kapan anda mengalami kolesterol tinggi ?

17. Apakah anda merokok ?

a. Ya

b. Tidak

18. Sejak kapan anda merokok ?

19. Berapa batang dalam sehari ?

20. Apakah anda sering melakukan olahraga ?

a. Ya

b. Tidak

21. Jika iya, berapa kali seminggu ?

22. Jenis olahraga apa yang dilakukan ?

23. Apakah anda sering mengkonsumsi sayur-buah ?

a. Ya

b. Tidak

24. Berapa porsi dalam sehari ?

25. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang asin ?

a. Ya

b. Tidak

26. Berapa porsi dalam sehari ?

27. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang manis ?

a. Ya

b. Tidak

28. Berapa porsi dalam sehari ?

Page 73: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

60

29. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang berlemak ?

a. Ya

b. Tidak

30. Berapa porsi dalam sehari ?

31. Apakah anda sering mengkonsumsi minumam berkafein (misalnya kopi,teh) ?

a. Ya

b. Tidak

32. Berapa porsi dalam sehari ?

Page 74: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

61

(Lanjutan)

No Di satu bulan yang

lalu, seberapa

sering anda

merasakan hal ini..

Tidak

pernah

Hampir

tidak

pernah

Kadang Cukup

sering

Sangat

sering

1 Saya merasa kecewa

karena mengalami

hal yang tidak

diinginkan

2 Saya merasa tidak

mampu mengatasi

hal penting dalam

hidup saya

3 Saya merasa gugup

dan tertekan

4 Saya merasa tidak

mampu mengatasi

sesuatu yang

seharusnya saya

atasi

5 Saya marah karena

sesuatu diluar

kontrol saya

6 Saya merasa

kesulitan-kesulitan

semakin menumpuk

sehingga saya tidak

mmpu untuk

mengatasinya

Page 75: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

62

LAMPIRAN 5

KUESIONER KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan kaki dengan Kontrol

Tekanan Darah pada pasien Hipertensi

1. Apakah bapak / ibu biasa berolahraga jalan kaki ?

A. YA

B. TIDAK

2. Bila ya, berapa jarak berjalan kaki yang dilakukan?

A. ≥300 m

B.<300 m

3. Apakah ada pemanasan dahulu sebelum berjalan kaki?

A. YA

B.TIDAK

4. Bila ya, berapa lama pemanasannya ?

A. ≥10 menit

B.< 10 menit

5. Bagaimana jenis berjalan kaki yang dilakukan ?

A. Jalan kaki biasa

B. Jalan kaki cepat

6. Berapa kali seminggu melakukan olahraga jalan kaki ?

A. ≥ 3 kali seminggu

B. < 3 kali seminggu

Page 76: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

63

(Lanjutan)

7. Total waktu yang dikerjakan selama berolahraga jalan kaki ?

A. ≥30 menit

B. < 30 menit

8. Apakah selama berjalan kaki terdapat keluhan ?

A. YA

B. TIDAK

9. Bila ya, keluhan seperti apa yang dirasakan ?

A. Sesak nafas

B. Cedera kaki

10. Apakah menggunakan sepatu olahraga saat berjalan kaki ?

A. YA

B. TIDAK

11. Apakah anda merasa lebih bugar setelah berolahraga jalan kaki ?

A. YA

B. TIDAK

Page 77: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

64

LAMPIRAN 6

DATA UJI STATISTIK

VALIDASI KUESIONER

Page 78: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

65

Page 79: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

66

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.791 12

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pria 68 66.7 66.7 66.7

wanita 34 33.3 33.3 100.0

Total 102 100.0 100.0

Page 80: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

67

Statistics

usia

N Valid 102

Missing 0

Mean 59.7255

Median 60.0000

Minimum 42.00

Maximum 84.00

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 42 1 1.0 1.0 1.0

Page 81: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

68

43 1 1.0 1.0 2.0

44 1 1.0 1.0 2.9

45 4 3.9 3.9 6.9

46 1 1.0 1.0 7.8

47 1 1.0 1.0 8.8

48 3 2.9 2.9 11.8

49 1 1.0 1.0 12.7

50 8 7.8 7.8 20.6

51 1 1.0 1.0 21.6

53 2 2.0 2.0 23.5

54 2 2.0 2.0 25.5

55 5 4.9 4.9 30.4

56 6 5.9 5.9 36.3

57 3 2.9 2.9 39.2

58 4 3.9 3.9 43.1

59 4 3.9 3.9 47.1

60 10 9.8 9.8 56.9

61 5 4.9 4.9 61.8

63 7 6.9 6.9 68.6

Page 82: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

69

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

64 4 3.9 3.9 72.5

65 7 6.9 6.9 79.4

66 2 2.0 2.0 81.4

68 1 1.0 1.0 82.4

69 3 2.9 2.9 85.3

70 6 5.9 5.9 91.2

71 1 1.0 1.0 92.2

73 1 1.0 1.0 93.1

74 1 1.0 1.0 94.1

76 2 2.0 2.0 96.1

78 1 1.0 1.0 97.1

82 1 1.0 1.0 98.0

84 2 2.0 2.0 100.0

Total 102 100.0 100.0

Page 83: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

70

Descriptives

Statistic Std. Error

usia Mean 59.7255 .89447

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 57.9511

Upper Bound 61.4999

5% Trimmed Mean 59.4434

Median 60.0000

Variance 81.607

Std. Deviation 9.03366

Minimum 42.00

Maximum 84.00

Range 42.00

Interquartile Range 11.00

Skewness .343 .239

Kurtosis .113 .474

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

usia .074 102 .200 .979 102 .110

a. Lilliefors Significance Correction

Page 84: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

71

Page 85: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

72

Page 86: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

73

Jalankaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ti 30 29.4 29.4 29.4

ya 72 70.6 70.6 100.0

Total 102 100.0 100.0

Page 87: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

74

Terkontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid terkontrol 63 61.8 61.8 61.8

tidak 39 38.2 38.2 100.0

Total 102 100.0 100.0

Page 88: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

75

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jalankaki * terkontrol 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

jalankaki * terkontrol Crosstabulation

terkontrol

Total terkontrol tidak

jalankaki ti Count 9 21 30

Expected Count 18.5 11.5 30.0

ya Count 54 18 72

Expected Count 44.5 27.5 72.0

Total Count 63 39 102

Expected Count 63.0 39.0 102.0

Page 89: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

76

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 18.158a 1 .000

Continuity Correctionb 16.303 1 .000

Likelihood Ratio 18.074 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,47.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 90: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

77

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jalankaki (ti /

ya) .143 .055 .368

For cohort terkontrol =

terkontrol .400 .228 .702

For cohort terkontrol = tidak 2.800 1.761 4.451

N of Valid Cases 102

Page 91: HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26370/1/Larisa... · merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi. dalam

78

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Larisa Sabrina Rahadiyanti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 22 september 1992

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : The Royal Residence Blok c4/12 Pulogebang Raya .

Jakarta Timur

Nomor Telepon/HP : 085692121535

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 – 1998 : TK Al-Fajar

1998 – 2004 : SD Islam Al-Azhar 19 Sentra Primer

2004 – 2007 : SMPN 99 Jakarta

2007 – 2010 : SMAN 21 Jakarta

2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.