HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan...

28
VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Transcript of HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan...

Page 1: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Page 2: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

2 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Alamat Redaksi: Biro Perencanaan Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi RI Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta SelatanTel/fax: (021) 7973060, 7973082, 7992661 E-mail: [email protected]

Redaksi menerima kiriman karya tulis Anda. Materi seputar perencanaan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian baik di pusat maupun di daerah. Naskah yang dimuat akan diberi imbalan sepantasnya.

diterbitkan setiap triwulan oleh Biro Perencanaan Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi RI(SK Sekjen No. KEP. 149/SJ/II/2014)

ISSN: 1978-3299 Pengarah Sekretaris Jenderal Kemenakertrans RI Penanggung Jawab Kepala Biro Perencanaan Koordinator Mulyadi Pemimpin Redaksi One Herwantoko Sekretariat Redaksi Yetti Yulias, Tugiman, Dyah Yulia KD Redaktur Mery Hartati, Tati Juliati, Widyantoro Mukti R., Erna Erawati, Gestian Jati Kumoro

Editor Helaria P. Candra, Hendra Gustaman Pracetak Gatot M. Sutejo Operator Asmari, Neng Rivolia D.

4 15

17

24

25

28

20

8

11

WAWASAN ANALISA

REALITA

INFO

LENSA

Indonesia dalam MEA 2015

GADO-GADO ala PERENCANAAN

Prinsip Koordinasi = PATRIOTIK!

BEKERJA EFEKTIF

NETIKET

TENAGA KERJA MUDAMAsa Depan Indonesia

Paradigma Baru HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN INKLUSIF: Jawaban Terhadap Globalisasi

2 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dicirikan oleh perdagangan bebas barang dan jasa sesama negara Asean, siap atau tidak siap, akan terjadi mulai tahun 2015. Lalu, bagaimana caranya agar Indonesia menjadi pihak yang diuntungkan?

Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu hak setiap orang untuk dapat bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Prinsip pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif memungkinkan adanya minimalisasi marjinalisasi terhadap kalangan pekerja dan meningkatkan kualitas dialog antar stakeholder untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu daya saing bangsa.

Berbagai rambu-rambu sudah diberikan kepada perencana dalam menyusun rencana program dan kegiatan, misalnya: harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, hal ini melahirkan anggaran berbasis kinerja, keren mendengar istilahnya.

Koordinasi adalah kerjasama yang dibangun oleh para pihak untuk kepentingan bersama, terutama untuk kemajuan dan kejayaan bangsa. Koordinasi adalah kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang mengedepankan keharmonisan dan keselarasan antar para pihak yang terkait, demi tujuan mulia membangun bangsa.

Pada kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2030, banyak ahli yang mengatakan bahwa Indonesia mengalami situasi Bonus Demografi. Bonus Demografi adalah suatu situasi di mana komposisi penduduk usia produktif cenderung lebih besar daripada penduduk yang dikategorikan tidak produktif. Kondisi yang seperti ini jika dimanfaatkan secara optimal, dipercaya akan membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di dunia.

daftar isi

Page 3: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 3

Mulyadi, SE., MSi.Koordinator PenerbitanWARTA PERENCANA

EDITORIAL

PENGANTAR REDAKSI

ISSN: 1978-3299 Pengarah Sekretaris Jenderal Kemenakertrans RI Penanggung Jawab Kepala Biro Perencanaan Koordinator Mulyadi Pemimpin Redaksi One Herwantoko Sekretariat Redaksi Yetti Yulias, Tugiman, Dyah Yulia KD Redaktur Mery Hartati, Tati Juliati, Widyantoro Mukti R., Erna Erawati, Gestian Jati Kumoro

Editor Helaria P. Candra, Hendra Gustaman Pracetak Gatot M. Sutejo Operator Asmari, Neng Rivolia D.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 ditandai dengan pertemuan Rancangan

Teknokratik Kerangka Dasar RPJMN 2015-2019 beberapa waktu yang lalu. Sejalan dengan itu Kemnakertrans sedang menyusun rencana pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian untuk lima tahun ke depan (Renstra Kemnakertrans 2015-2019).

Isu strategis utama dalam Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 bidang Ketenagakerjaan adalah penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Yang terdiri dari sub-isu yaitu: (1) peningkatan daya saing tenaga kerja, (2) pengembangan hubungan industrial yang harmonis dan iklim ketenagakerjaan, (3) penguatan fungsi pengawasan pelaksanaan standar ketenagakerjaan utama, (4) peningkatan akses tenaga kerja kepada sumber daya produktif, dan (5) fasilitasi mobilitas tenaga kerja. Sedangkan, isu strategis bidang Ketransmigrasian adalah peningkatan daya saing daerah dan keterkaitan antara perkotaan-perdesaan melalui pembangunan transmigrasi yang berbasis kawasan.

Sebagai tindak lanjut dari Rancangan Teknokratik tersebut, maka telah dilakukan pencermatan terhadap output/komponen dari kegiatan/program existing tahun 2014, apakah berlanjut atau tidak, serta besaran biaya (baik Biaya Langsung Keluaran atau Biaya Administrasi Keluaran). Langkah ini dinamakan Review Baseline. Setelah melakukan Review Baseline dan memperhitungkan inflasi, maka dapat ditentukan besaran anggaran yang akan diusulkan pada tahun 2015. Usulan ini selanjutnya menjadi bahan yang akan dipertimbangkan oleh Bappenas dan Kementerian Keuangan dalam menyusun Pagu Indikatif 2015, sekaligus sebagai dasar perhitungan prakiraan maju hingga tahun 2019 (baseline 2015-2019).

Melalui serangkaian langkah ini , diharapkan kualitas program dan kegiatan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian semakin meningkat, khususnya dalam menyongsong RPJMN 2015-2019 . Dengan demikian, manfaat pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dapat semakin dirasakan oleh masyarakat. []

Tahun 2014 merupakan tahun ke VIII penerbitan buletin Warta Perencana. Dan tahun ini Kemnakertrans tengah menyusun Rencana Strategis Kemnakertrans

2015-2019 seiring dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 oleh Bappenas. Berbagai program dan kegiatan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang dilakukan 5 tahun ke depan sangat ditentukan pada tahun ini. Terkait dengan hal tersebut, maka pada edisi 35 ini dihadirkan sejumlah tulisan yang mencermati berbagai perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, baik pada saat ini maupun pada masa-masa mendatang.

Rubrik Wawasan, memberikan pemahaman bagaimana proses globalisasi sangat mempengaruhi pembangunan bidang ketenagakerjaan. Hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN memberikan tantangan bagi Indonesia agar mampu bersaing sebagai negara produsen, dan bukan hanya sebagai negara konsumen. Selain itu, penerapan paradigma baru Hubungan Industrial yang mengedepankan prinsip kemitraan dan pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif patut dikedepankan dalam konteks globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi sekarang ini. Lebih lanjut, perkembangan strategis juga menuntut adanya rencana

dan proses perencanaan yang matang, sebagaimana yang tertuang dalam rubrik Analisa, Gado-gado ala perencanaan.

Dalam rubrik Realita, Prinsip koordinasi=PATRIOTIK, dimana koordinasi dibangun oleh para pihak untuk kepentingan bersama, terutama untuk kemajuan dan kejayaan bangsa. Serta kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang mengedepankan keharmonisan dan keselarasan antar para pihak yang terkait, demi tujuan mulia membangun bangsa. Bonus demografi yang terjadi hingga tahun 2030 memiliki karakteristik jumlah tenaga kerja muda yang tinggi. Kelompok tenaga kerja muda perlu mendapatkan perhatian khusus, karena merupakan sumber energi yang dinamis dan kreatif bagi peningkatan daya saing bangsa ini. Selain itu, perkembangan dalam dunia kerja juga menuntut berbagai perubahan pola kerja ke arah yang lebih kolaboratif dan efektif.

Rubrik Info, menyajikan bagaimana kiat-kiat Bekerja efektif, itulah kuncinya yaitu dengan menyelesaikan tugas dengan mulus, tanpa membuang energi. Perkembangan dunia kontemporer tidak dapat dilepaskan dari internet. Internet merasuk ke dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam pekerjaan kita sehari-hari. Namun demikian, terdapat etika dalam menggunakan internet yaitu dalam menerapkan Netiket. Selamat membaca! []

Page 4: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

4 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

WAWASAN

INDONESIA dalam MEA 2015

Sugiarto Sumas

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dicirikan oleh perdagangan bebas barang dan jasa sesama negara Asean, siap atau tidak siap, akan terjadi mulai tahun 2015. Lalu, bagaimana caranya agar Indonesia menjadi pihak yang diuntungkan?

Dalam sistem ekonomi secara umum, terdapat tiga pelaku ekonomi, yakni; produsen, pedagang dan

konsumen. Keuntungan produsen didapatkan dari selisih antara hasil (benefit) dan biaya (cost). Sementara keuntungan pedagang didapatkan dari selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian. Konsumen sebagai pelaku ekonomi yang terakhir,

‘menanggung’ beban keuntungan yang terbagi antara produsen dan konsumen tersebut. Hal ini, sesuai dengan prinsip zero sum game, yakni ketika terdapat pelaku ekonomi (produsen dan pedagang) yang diuntungkan, maka akan terdapat pelaku ekonomi lainnya yang ‘membayar’ keuntungan, yakni konsumen.

Berdasarkan skema sederhana tersebut, maka keuntungan akan cenderung lebih berada pada produsen dan pedagang. Oleh karena itu, tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi MEA adalah bagaimana langkah-langkah yang mesti dilakukan Indonesia untuk menjadi produsen.

Page 5: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 5

WAWASANMengatur Pergerakan Tenaga Kerja Asing

Untuk menjadi produsen, Indonesia memiliki modal yang luar biasa, yaitu sumberdaya alam (SDA) yang melimpah dan sumberdaya manusia (SDM) yang terbanyak di Asean. Namun, dengan terbukanya arus barang dan jasa, terutama terbukanya pergerakan tenaga kerja (Movement Natural Person/MNP), maka porsi SDA Indonesia tidak akan terbagi kepada SDM Indonesia sendiri, namun juga akan terbagi dengan SDM dari negara-negara lainnya anggota Asean. Sehingga, hanya SDM yang berkualitas yang akan mampu mengelola SDA secara lebih efektif dan efisien. Hanya SDM yang berkualitas yang akan terlibat proses produksi, baik SDM sebagai pemilik perusahaan, manajer perusahaan, maupun sebagai pekerja/buruh perusahaan.

Namun demikian, kualitas SDM Indonesia dalam MEA, yang diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berada pada urutan keenam di bawah Singapore, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. IPM Indonesia hanya unggul dari Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar berdasarkan data Human Development Index (HDI) tahun 2012.

Kondisi kualitas SDM Indonesia yang rendah tersebut akan berhubungan langsung dengan rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia. Apabila tidak ada penataan (barrier) terhadap pergerakan tenaga kerja negara lain masuk ke Indonesia, maka dapat dipastikan tenaga kerja Indonesia hanya akan menjadi penonton di negaranya sendiri.

Oleh karena itu, adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 02 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing kiranya sangat tepat. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa tenaga kerja asing dapat bekerja di Indonesia melalui prinsip sponsorship dan tidak diizinkan perseorangan sebagai sponsor. Tenaga kerja asing hanya dapat bekerja untuk jabatan direktur, manajer dan technical expert serta tidak boleh menduduki

jabatan yang berka i tan dengan personalia. Persyaratan jabatan tenaga kerja asing juga mengacu kepada standar kompetensi dan dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Namun demikian, dalam kenyataannya akhir-akhir ini terdapat indikasi semakin banyaknya kedatangan tenaga kerja asing dengan memanipulasi visa kunjungan wisata, sehingga terbebas dari ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 02 Tahun 2008 di atas. Oleh karena itu, mendesak untuk dilakukan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM agar dapat diperketat pergerakan tenaga kerja asing masuk ke Indonesia dengan menggunakan dokumen keimigrasian kunjungan wisata.

Kepastian Hukum Hubungan Industrial

Untuk membuat Indonesia menjadi produsen yang tangguh, iklim investasi

Clip

art G

alle

ry

Page 6: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

6 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

WAWASAN

yang baik dan kondus i f mut lak diperlukan. Hal inilah yang menjadi salah satu perhatian para produsen untuk menanamkan modalnya guna pembangunan dan perluasan industri barang dan jasa di suatu wilayah, tidak terkecuali bagi industri yang bahan bakunya berbasis sumberdaya alam setempat, maupun industri yang bahan bakunya berbasis impor. Namun, posisi doing business Indonesia dari aspek tenaga kerja yang dilaporkan World Bank berada pada posisi kurang kondusif. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia disebutkan sebagai “labour pains: hard to hire, hard to fire, and costly too”.

Sesungguhnya Indonesia masih beruntung, ditengah iklim investasi yang belum sepenuhnya kondusif, perekonomian Indonesia terus bertumbuh. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak di Asean, sehingga menjadi pasar

yang sangat potensial untuk barang-barang k o n s u m t i f y a n g langsung dikonsumsi, m a u p u n p r o d u k antaranya. Sekalipun d o i n g b u s i n e s s Indones ia kurang menggembirakan, namun Indones ia tetap potensial untuk menjadi produsen bahan konsumtif, terutama sebagai p r o d u s e n b a h a n m a k a n a n u n t u k k o n s u m s i d a l a m negeri.

Akan tetapi, kondisi k e t e n a g a k e r j a a n yang tidak kondusif tersebut akan menjadi p e r s o a l a n u n t u k i n d u s t r i b a r a n g -b a r a n g e k s p o r , y a n g k o m p o n e n b a h a n b a k u n y a tidak mengandalkan sumberdaya a lam

Indonesia. Tidaklah mengherankan apabila industri yang menghasilkan barang ekspor dengan komponen bahan baku berasal dari impor sulit melakukan ekspansi Industrinya di Indonesia. Oleh karena itu, mendorong kepastian hukum hubungan industrial menjadi langkah yang mutlak dilakukan agar Indonesia mampu menjadi negara produsen.

Pendidikan dan PelatihanMemperhatikan profil ekspor Indonesia

sebagai penghasil devisa negara selama ini, ternyata peranan ekspor bahan baku yang berasal dari sumberdaya alam, terutama hasil tambang dan produk pertanian dalam arti luas, cukup dominan. Produk-produk ini diekspor sebagai bahan baku industri negara lain, sehingga nilai tambahnya akan dinikmati negara lain tersebut yang merupakan tempat industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.

duni

atki

.com

Page 7: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 7

Dr.Ir. Sugiarto Sumas, M.T.Kepala BalitfoKemenakertrans RI

WAWASANParalel dengan pergerakan barang

ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh bahan baku, maka logika pergerakan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri juga masih didominasi oleh “bahan baku” tenaga kerja, yakni tenaga kerja yang masih lebih mengandalkan ototnya, seperti Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dan Pelaut.

Kondisi ini, menciptakan kondisi yang membuka peluang bagi tenaga kerja asing di negaranya sendir i untuk mengerjakan pekerjaan yang mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi, baik sebagai pengusaha, manajer, maupun tenaga kerja. Disinilah kondisi ketimpangan daya saing tenaga kerja yang cukup membebani proses transformasi negara ini menjadi negara produsen.

Membiarkan pengiriman tenaga kerja Indonesia yang tidak terampil, seperti PLRT dan Pelaut, sesungguhnya menjadikan negara pengguna sangat diuntungkan secara ekonomi, karena mereka dapat mengerjakan pekerjaan lain yang lebih produktif. Sementara Indonesia akan dirugikan berkali-kali. Pertama, kerugian dipandang dari martabat bangsa. Kedua, kerugian dari semakin produktifnya negara lain menyebabkan Indonesia akan kebanjiran hasil produksi negara lain yang kalah bersaing apabila diproduksi di Indonesia.

Uraian di atas memperjelas posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015, yakni akan menarik keuntungan manakala Indonesia menghentikan ekspor bahan baku berupa barang yang berasal dari sumberdaya alam dan berupa jasa yang lebih mengandalkan otot saja, seperti PLRT dan Pelaut tanpa kompetensi yang memadai.

Bersamaan dengan i tu, maka mendesak perlunya peningkatan kualitas SDM Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan. Agar dicapai tingkat kompetensi yang memadai sebagai pendukung industri nasional maupun sebagai TKI berkeahlian di luar negeri.

Meringankan Dayungan ‘Perahu’Tiga langkah tersebut (memperkuat

penegakan hukum penggunaan Tenaga Kerja Asing, kepastian hukum hubungan industrial, serta pendidikan dan pelatihan) mutlak dilakukan Indonesia, agar mampu mengarungi samudera MEA. Ketiga langkah tersebut tidak bisa lagi sekedar berorientasi nasional, namun harus berorientasi regional bahkan global. Dengan orientasi yang demikian, niscaya kita telah meringankan dayungan “perahu” yang bernama Indonesia dalam mengarungi samudera MEA, Semoga! []

Clip

art G

alle

ry

Page 8: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

8 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

WAWASAN

Paradigma Baru HUBUNGAN INDUSTRIAL

Aswansyah

Dapat dikatakan bahwa hubungan industrial pada dasarnya merupakan pola hubungan interaktif yang

terbentuk di antara para pelaku proses produksi barang dan jasa (pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah) dalam suatu hubungan kerja.

Namun demikian, perlu disadari bahwa hubungan industrial sangatlah kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan strategis, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional. Terdapat dua hal utama perkembangan lingkungan strategis yang sangat berpengaruh terhadap hubungan industrial pada era kontemporer, yaitu: 1. Globalisasi Pengaruh globalisasi antara lain ditandai

dengan tuntutan yang sangat kuat dengan diberlakukannya standar yang bersifat universal, sehingga setiap perlakuan yang mengakibatkan hak-hak dasar pekerja/buruh sebagaimana yang tercantum

dalam Konvensi ILO, akan menjadi perhatian masyarakat internasional. Sementara itu di sisi lain, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisensi dan produktivitas dalam menghadapi kompetisi global. Kondisi yang seperti ini mengakibatkan munculnya bentuk-bentuk baru pengelolaan usaha yang mengisyaratkan fleksibilitas hubungan kerja seperti sistem kontrak kerja, outsourcing atau tailoring order.

Perubahan yang ter jadi di era globalisasi menuntut persiapan-persiapan yang cermat bagi Indonesia dalam mendayung sistem hubungan industrial, agar berjalan dalam satu koridor tetap, yaitu terciptanya hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

2. Demokratisasi, Reformasi dan Otonomi Daerah

Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 dan gelombang demokratisasi yang inheren dalam proses globalisasi, maka tuntutan perlunya reformasi di bidang hubungan industr ial semakin meningkat. Reformasi di bidang hubungan industrial ditandai dengan tuntutan terhadap peningkatan perlindungan tenaga kerja dan perbaikan syarat-syarat kerja serta penerapan kebebasan berserikat. Reformasi di bidang ketenagakerjaan ditandai dengan meratifikasi delapan konvensi dasar ILO, yang berkaitan dengan Kerja Paksa dan Penghapusannya; Hak Berserikat, Perlindungan Hak Berorganisasi, Hak Berunding Bersama; Pengupahan yang Sama bagi Pekerja Laki-Laki dan

Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan

ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai

perwujudan amanat pasal 28D ayat (2)

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu hak setiap

orang untuk dapat bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

huku

mon

line.

com

Page 9: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 9

WAWASANWanita Untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya; Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan; Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja; Pelarangan dan Tindak Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak.

Sebagai tindak lanjut dari ratifikasi Konvens i Dasar ILO tersebut , pemerintah telah mengundangkan tiga Undang-Undang di bidang Hubungan Industrial, yaitu: Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh beserta peraturan pelaksanaannya, yang menyebabkan terjadi perubahan yang mendasar, di mana organisasi pekerja/buruh yang tadinya hanya satu serikat pekerja/serikat buruh menjadi lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh.

Se l an ju tnya ada l ah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja dan perbaikan syarat-syarat kerja termasuk pengupahan dan kesejahteraan serta sekaligus untuk menjamin usaha yang berkelanjutan.

Kemudian, Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang merupakan hukum formal/hukum acara bidang ketenagakerjaan.

Sejalan dengan hal tersebut, otonomi daerah yang berdampak pada banyaknya kebijakan/peraturan daerah terkadang kurang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, tidak saja menyebabkan kekacauan dalam penerapan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, tetapi juga ada yang mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, yang dapat berdampak terhadap kinerja usaha, dan pada akhirnya akan berpotensi m e n i m b u l k a n p e r m a s a l a h a n hubungan industrial.

Paradigma Kemitraan Hubungan Industrial

Melihat perkembangan lingkungan strategis yang terjadi, pembangunan

bidang hubungan industrial sesungguhnya sedang menghadapi dilema. Tuntutan reformasi untuk memperhatikan hak-hak pekerja/buruh terjadi seiring dengan upaya pemulihan ekonomi Indonesia yang semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Situasi ini menjadi semakin rumit jika kondisi ekonomi sangat tergantung pada perkembangan dan ekspansi ekonomi Negara-negara maju, sehingga upaya peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh tidak selalu sejalan dengan kebijakan pemulihan ekonomi.

Dengan situasi dan kondisi demikian, perlu reposisi paradigma hubungan industrial yang menjamin adanya keseimbangan antara perlindungan dan terciptanya iklim yang kondusif bagi investasi dalam rangka mengurangi pengangguran. Reposisi paradigma tersebut dilandaskan pada hubungan kemitraan antara pekerja/buruh dan pengusaha yang berlandaskan pada demokratisasi di tempat kerja. Hubungan kemitraan ini merupakan paradigma baru hubungan industrial yang perlu diadopsi oleh seluruh stakeholder industrial.

Melalui hubungan kemitraan pekerja/buruh dan pengusaha, maka pembinaan dan pengembangan hubungan industrial

viva

new

s.co

m

Page 10: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

10 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Drs. AswansyahKabag PEPSetditjen PHI dan JamsosKemenakertrans RI

dalam paradigma baru memiliki sekurang-kurangnya empat ciri:1. Universal Dalam melaksanakan hubungan

industrial perlu menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku secara universal;

2. Demokratis Dalam menentukan kebi jakan

manajerial perusahaan dilaksanakan secara demokratis dan begitu pula apabila timbul perselisihan hubungan industrial, penyelesaian dilakukan secara musyawarah untuk mufakat guna mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan;

3. Non Diskriminasi Pelaksanaan hubungan industrial tidak

boleh ada perbedaan dalam penerapan syarat kerja dan perbedaan perlakuan terhadap jenis kelamin, latar belakang budaya, ras, golongan, maupun agama;

4. Terukur Adanya suatu standar yang dijadikan

sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan hubungan industrial.Hubungan kemitraan antara pekerja/

buruh dan pengusaha secara konkrit dapat dilihat dalam kegiatan partisipasi pekerja/buruh dalam menentukan kebijakan perusahaan (Worker Participation).

Sedikitnya ada dua bentuk partisipasi pekerja/buruh di tingkat perusahaan.

Pertama, keikutsertaan pekerja/buruh dalam menentukan upah, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja lainnya melalui pembentukan perjanjian kerja bersama secara damai. Kerja sama dalam menentukan syarat kerja dan kondisi kerja ini merupakan sarana untuk meningkatkan hubungan kemitraan. Hal ini disebabkan perjanjian kerja bersama merupakan sumber hukum ketenagakerjaan yang paling obyektif.

Kedua, keikutsertaan pekerja/buruh dalam menentukan kebijakan perusahaan yang bersifat manajerial melalui sistem kerja sama pekerja/buruh dan pengusaha. Kerja sama ini menempatkan posisi pekerja/buruh sebagai faktor internal, bukan sebagai faktor eksternal dalam meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) terhadap perusahaan yang pada gilirannya dapat menciptakan hubungan yang harmonis.

Dengan demikian, timbulnya konflik antara pekerja/buruh dan pengusaha dapat dicegah atau paling tidak dapat diminimalkan dan hubungan kemitraan dapat diperkokoh. Semoga! []

WAWASANde

tik.c

om

Page 11: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 11

WAWASAN

One Herwantoko

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN INKLUSIF:Jawaban Terhadap Globalisasi

Kita tentunya sering mendengar bahwa t ingkat kesen jangan pendapatan penduduk (yang

direpresentasikan oleh indeks koefisien Gini) pada era sekarang ini cenderung melebar. Keterkejutan kita ini belum berakhir, karena statistik pertumbuhan ekonomi dan kondisi ketenagakerjaan pada tahun 2013 mencatatkan suatu anomali. Dikala pertumbuhan ekonomi mencapai 5,62%, tingkat pengangguran terbuka justru naik menjadi 6,25% (tahun 2012 mencapai 6,14%) (Berita Resmi Statistik, Badan Pusat Statistik: 2014).

Kondisi-kondisi ini menyadarkan kita bahwa masih ada jurang yang lebar yang memisahkan pertumbuhan ekonomi

dan penurunan pengangguran. Bentuk/pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penurunan pengangguran bukanlah bentuk/pola yang sederhana-linier, sebagaimana yang sering menjadi asumsi umum selama ini. Dalam hemat penulis, salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah masih adanya karakter eksklusif dalam pembangunan ketenagakerjaan yang ada, meskipun berbagai upaya telah kita lakukan untuk menanggulangi hal tesebut.

Sistem ketenagakerjaan EksklusifLogika ekonomi eksklusif dimengerti

sebagai suatu bentuk sistem ekonomi yang tidak memberikan kesempatan yang sama dan adil bagi seluruh pihak yang terlibat di

Prinsip pembangunan ketenagakerjaan

yang inklusif memungkinkan

adanya minimalisasi marjinalisasi terhadap

kalangan pekerja dan meningkatkan

kualitas dialog antar stakeholder untuk kepentingan yang

lebih luas, yaitu daya saing bangsa.

tena

gake

rjain

done

sia.c

om

Page 12: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

12 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

WAWASAN

dalam sistem ekonomi tersebut. Terdapat aktor-aktor yang mengalami eksklusi sosial-ekonomi dalam sistem tersebut, sehingga pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir pihak tertentu. Efeknya adalah kemunculan oligopoli atau yang paling ekstrem adalah monopoli, sehingga mekanisme pasar sempurna yang dipercaya menguntungkan semua pihak tidak tercapai (Bagus Aryo, 2012). Dalam konteks ini terjadi distorsi pasar, sehingga kesenjangan ekonomi menjadi semakin lebar. Penyebab munculnya logika ekonomi eksklusif dapat berasal dari dua sisi. Pertama adalah dari sisi struktur/sistem ekonomi yang memang tidak memberikan kesempatan yang adil dan setara. Kedua, berasal dari perbedaan kapasitas yang dimiliki oleh para aktor dalam mengakses sumber-sumber daya ekonomi (Guy Berger, 1992 ; Sritua Arif & Adi Sasono, 2013).

Eksklusifitas ini kemudian merembes ke segala sektor yang terkait dengan ekonomi, termasuk sektor ketenagakerjaan. Paralel dengan logika ekonomi inklusif, terdapat dua sumber/akar masalah yang terkait dengan sistem ketenagakerjaan yang cenderung eksklusif, yaitu; masalah yang berasal dari sistem ketenagakerjaan itu sendiri atau perbedaan kapasitas para aktor-pelaku ketenagakerjaan dalam mengakses kesempatan yang ada. Kedua akar masalah tersebut harus diatasi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa selaras dengan perbaikan iklim ketenagakerjaan.

Prinsip-Prinsip Pembangunan Ketenagakerjaan Inklusif

Sistem ketenagaker jaan yang cenderung eksklusif hanya dapat diatasi dengan antitesisnya, yaitu pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif. Pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif merupakan pembangunan yang mengandung nilai-nilai keadilan dan pemberdayaan (empowerment), sehingga mengandaikan adanya suatu keberpihakan kepada kelompok-kelompok sasaran yang rentan atau marjinal.

Merujuk pada prinsip-prinsip dasar inklusi sosial, maka setidaknya terdapat tiga prinsip utama yang mesti diterapkan pada pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif:1. Prinsip partisipatif Prinsip ini mengandaikan adanya

keterlibatan seluruh stakeholder dalam pembangunan ketenagakerjaan. Partisipasi bukanlah sekedar alat/instrumen/cara, namun tujuan, karena dengan keterlibatan yang aktif dan kreatif para pelaku pembangunan ketenagakerjaan, maka hakikat para aktor-pelaku ketenagakerjaan yang memiliki aspirasi, harga diri dan kebebasan dapat diwujudkan sekaligus ditingkatkan mutunya (Evi Fitriani.ed, 2012). Mekanisme dialog menjadi konsekuensi dari penerapan prinsip partisipatif ini. Salah satu contoh penerapan prinsip partisipatif dalam bidang ketenagakerjaan adalah pengembangan prinsip-prinsip kemitraan dalam hubungan industrial (mitra dalam produksi, mitra dalam keuntungan, dan mitra dalam tanggung jawab) serta lembaga dialog hubungan industrial seperti forum komunikasi Tripartit dan Bipartit.

2. Prinsip non-diskriminasi Pr insip ini menekankan upaya

p e n g h a p u s a n s e t i a p b e n t u k pembedaan dan pembatasan yang terjadi pada pembangunan ketenagakerjaan, yang berbasis pada logika tertentu, seperti diskriminasi berbasis gender, ras, suku/etnis, agama, dll. Setiap individu harus

huff

ingt

onpo

st.c

om

Page 13: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 13

WAWASANdiberikan kesempatan yang sama sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku. Dengan demikian, kompetensi adalah acuan/ukuran utama bagi setiap pihak yang terlibat dalam sistem ketenagakerjaan. Prasangka atau stereotype primordial harus dapat diminimalisasikan dalam pembangunan ketenagakerjaan.

3. Prinsip pemberdayaan Prinsip ini mengandaikan adanya

suatu tindakan afirmatif terhadap kelompok-kelompok yang rentan atau marjinal, seperti: wirausaha baru, pekerja berpendidikan dan berketrampilan rendah, pekerja muda, pekerja informal dan miskin, pekerja perempuan, difabel, pekerja migran/mantan migran, pekerja anak, petani miskin, dll. Untuk melaksanakan prinsip ini, perlu ada program-program yang responsif terhadap kelompok rentan/marjinal atau program-program yang memang secara khusus ditujukan pada peningkatan kapasitas kelompok-kelompok rentan/marjinal tersebut, agar memiliki kemampuan mengakses sumber-sumber daya produktif yang berguna untuk meningkatkan derajat hidupnya secara lebih manusiawi.Pr ins ip-pr ins ip pembangunan

ketenagakerjaan inklusif tersebut harus terintegrasi di dalam setiap program pembangunan ketenagakerjaan, baik program yang memiliki sasaran pada sistem ketenagakerjaan maupun program yang memiliki sasaran pada para aktor-pelaku di dalam sistem tersebut. Kemnakertrans, disadari atau tidak, sesungguhnya telah melakukan pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif, seperti; pelatihan berbasis kompetensi, perlindungan pekerja migran, bursa kerja khusus, penciptaan kewirausahaan dan lapangan kerja yang permanen, berkualitas & berkelanjutan, penempatan tenaga kerja khusus, pembinaan pelaku dan lembaga hubungan industrial, perluasan peserta jaminan sosial, penarikan pekerja anak dan perlindungan pekerja perempuan, mendorong penerapan K3, hingga adanya kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada Equal Employment

Opportunity dan Decent Work. Dapa t d i ka takan bahwa ruh

pembangunan ke tenagake r j aan sesungguhnya terletak pada karakter inklusifnya. Jika kita merunut sejarah lahir dan perkembangan peraturan ketenagakerjaan di dunia (Eropa, Amerika, maupun Indonesia), maka kita akan menemukan bahwa karakter inklusif inilah yang menjadi ciri utama, yang membedakan pembangunan ketenagakerjaan dengan pembangunan sektoral lainnya (Timothy J. Hatton & Jeffrey G. Williamson, 2005; M.S. Hidajat, 2012 ; Danggur Konradus, 2012; Erwiza Erman & Ratna Saptari, 2013).

Melihat berbagai perkembangan strategis yang ada, maka program-program inklusif di Kemnakertrans ini perlu diperluas, diperdalam, direvitalisasi dan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan ketenagakerjaan inklusif. Kelompok-kelompok yang menjadi sasaran program perlu untuk semakin dipertajam sesuai dengan tujuan pembangunan ketenagakerjaan inklusif itu sendiri. Selain itu, pembangunan ketenagakerjaan inklusif juga mulai diintegrasikan dengan target-target Standar Pelayanan Minimun (SPM) di daerah.

theg

uard

ian.

com

Page 14: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

14 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

WAWASANJawaban terhadap Globalisasi

Siap atau tidak, globalisasi dalam bentuk semakin terintegrasinya perekonomian dunia sudah terjadi. Kini Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 nanti. Institusi dan regulasi ekonomi yang bertujuan untuk menata dan memfasilitasi kegiatan perekonomian yang bersifat lintas batas negara akan terus bermunculan. Dalam konteks yang demikian, daya saing ekonomi yang dicerminkan dari meningkatnya nilai tambah adalah faktor fundamental bagi negara manapun (Lidya Christin Sinaga. Ed, 2013).

Sebagai respon terhadap kondisi ini, maka lahirlah Labor Market Flexibility (LMF) yang dianggap mampu mendorong daya saing ekonomi suatu negara dari sisi ketenagakerjaan. Dengan adanya pasar kerja yang fleksibel, maka kemampuan pasar kerja untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi perekonomian yang semakin dinamis menjadi meningkat (Armajit Kaur, 2004). LMF kemudian menjadi unsur yang inheren di dalam proses globalisasi dan termanifestasikan dalam sistem kerja kontrak dan outsourcing.

Namun, da lam per ja lanannya terjadi kegaduhan yang luar biasa terhadap penerapan LMF. Kegaduhan in i bukan tanpa a lasan . Se la in penerapan sistem kerja kontrak dan outsourcing yang seringkali melanggar peraturan perundang-undangan, faktor fundamental lainnya adalah kondisi Indonesia yang surplus labor namun tingkat kompetensi pekerjanya cukup rendah. Apalagi jumlah angkatan kerja akan semakin meningkat seiring dengan hadirnya bonus demografi. Penerapan LMF pada kondisi yang demikian dirasakan semakin memperburuk kondisi dan memarjinalkan posisi pekerja (Syarif Arifin dkk. ed, 2012 ; Al. Endang L. Binawan & A Prasetyantoko.ed, 2004).

Ketika arus globalisasi (ditandai dengan kemunculan LMF) berkonfigurasi dengan arus demokratisasi (ditandai dengan meningkatnya jumlah serikat buruh), maka tuntutan terhadap penghapusan LMF (ditambah dengan

tuntutan kenaikan Upah Minimum) menjadi semakin intens. Di sisi lain, kegaduhan industrial dirasakan oleh kalangan pengusaha sebagai indikasi dari buruknya iklim ketenagakerjaan di tanah air. Kondisi ini dipercaya akan membuat iklim usaha menjadi tidak sehat sehingga kegiatan ekonomi akan terganggu. Padahal persaingan dunia usaha di dalam era globalisasi ini menjadi semakin intens.

Menyikapi hal ini, maka Pembangunan Ketenagakerjaan yang Inklusif adalah jawabannya. Di satu sisi, daya saing Indonesia harus dijaga karena ini adalah hal mutlak dalam era globalisasi.

Di sisi lain, kesejahteraan pekerja juga harus d iperhat ikan karena kesejahteraan adalah tujuan dan hakikat dari pembangunan ekonomi itu sendiri (Dinna Wisnu, 2012). Kedua kepentingan ini dapat bertemu jika pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif diterapkan. Hal ini dikarenakan prinsip pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif memungkinkan adanya minimalisasi marjinalisasi terhadap kalangan pekerja dan meningkatkan kualitas dialog antar stakeholder untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu daya saing bangsa. Dalam konteks ini, tidak ada lagi pihak yang diposisikan secara pasif dan hanya menunggu tetesan yang jatuh ke bawah (trickle down effect). Alangkah tidak manusiawinya jika ada pihak yang diposisikan secara pasif dan tidak berdaya seperti itu.

Oleh sebab itu, peran negara-pemberdayaan adalah kunci agar proses dialog di antara para stakeholder menjadi lebih setara sehingga pasar sempurna yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan daya saing dapat tercipta. Dengan demikian, penerapan pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif sesungguhnya bisa mengantarkan kita selangkah lebih dekat kepada cita-cita labor flexsecurity, sebuah cita-cita yang diharapkan menjadi landasan kita dalam mengarungi samudera globalisasi. Memperlakukan manusia selayaknya manusia, bukan komoditas. []

One HerwantokoCalon PerencanaBiro PerencanaanKemenakertrans RI

Referensi• Arief,Sritua&AdiSasono.2013.

Indonesia: Ketergantungan dan Keterbelakangan. Jakarta: Penerbit Mizan.

• Aryo,Bagus.2012.Tenggelam dalam Neoliberalisme? Penetrasi Ideologi Pasar Dalam Penanganan Kemiskinan. Depok: Kepik Ungu

• BadanPusatStatistik.2014.Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS.

• Berger,Guy.1992.Social Structure and Rural Development in the Third World. New York: the Press Syndicate of the University of Cambridge.

• Binawan,Al.AndangL.&A.Praseyantoko. 2004. Keadilan Sosial: Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

• ChristinSinaga,Lidya.Ed.2013. Hubungan Indonesia-Cina Dalam Dinamika Politik, Pertahanan-Keamanan, dan Ekonomi di Asia Tenggara. Jakarta: LIPI Press.

• Erman,Erwiza&RatnaSaptari.2013. Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta.

• Fitriani,Evi.ed.2012.Hubungan Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Sosial, Budaya, Negara dan Media: Kasus Perbatasan dan Pekerja Migran. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

• Hatton,TimothyJ&JeffreyG.Willamson. 2005. Migration and the International Labor Market 1850-1939. London: Routledge.

• Hidayat,M.S.2012.Seabad Gerakan Buruh Indonesia. Bandung: CV. Nuansa Aulia

• Kaur,Armajit.2004.Wage Labour in Southeast Asia since 1840: Globalization, the International Division of Labour and Labour Transformation. New York: Palgrave Macmillan.

• Konradus,Danggur.2012.Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Membangun SDM Pekerja yang Sehat, Produktif dan Kompetitif. Jakarta: Bangka Adinatha Mulia.

• Wisnu,Dinna.2012.Politik Sistem Jaminan Sosial: Menciptakan Rasa Aman Dalam Ekonomi Pasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 15: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 15

ANALISA

GADO-GADOAla Perencanaan

Siapa yang tidak suka wisata kuliner? Baru mendengar kata “wisata”, sudah terbayang di otak ada sesuatu yang

berhubungan dengan keindahan, keelokan, dll. Teman-teman sejawat, kalau diajak bicara tentang wisata kuliner, responnya cepat, mereka segera memberikan masukan tentang tempat-tempat yang terkenal atau mempunyai jenis masakan yang spesifik, enak, lezat atau ada unsur seni dalam penyajiannya, pendek kata bukan masakan sehari-hari yang akan dijumpai bila kita melakukan wisata kuliner, ada nilai lebihnya dari masakan yang disajikan.

Perencanaan & BumbunyaApa hubungannya ya antara wisata

kuliner dengan perencanaan program? Rasanya semua perencana juga tau bahwa merencanakan program dan kegiatan itu ada aturannya, misalnya mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Berbagai rambu-rambu sudah diberikan kepada perencana dalam menyusun rencana program dan kegiatan, misalnya: harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, hal ini melahirkan anggaran berbasis kinerja, keren mendengar istilahnya. Pembaca tentunya juga tidak asing mendengar istilah “money follow

function”. Sudah sungguh-sungguh demikiankah?

Ada hal lain yang harus sungguh diperhatikan dalam m e r e n c a n a k a n s e b u a h

kegiatan, siapa sasaran kegiatan tersebut? Apakah tenaga kerja

yang dalam hubungan kerja, atau di luar hubungan kerja? Apakah mereka laki-laki dan perempuan? Atau perempuan saja? Atau bahkan laki-laki saja? Baru sampai disini, baru ada

sesuatu yang lain. Suatu rencana kegiatan yang

sudah memikirkan siapa yang akan mendapatkan manfaat

dari kegiatan yang disusun ini, istilahnya Pengintegrasian Gender

dalam Perencanaan dan Program. Sudah

Berbagai rambu-rambu sudah diberikan kepada

perencana dalam menyusun rencana

program dan kegiatan, misalnya: harus sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi, hal ini

melahirkan anggaran berbasis kinerja, keren mendengar istilahnya.

Hilaria Puspita Candra

drea

min

done

sia.w

ordp

ress

.com

Page 16: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

16 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

agak lezat sepertinya kegiatan yang seperti ini.

Tadi diawali dengan kata “siapa” penerima manfaat kegiatan yang direncanakan, bagaimana kalau ditambah dengan penyedap kata “dimana”? Dimanakah rencananya kegiatan yang disusun akan dilaksanakan? Apa di Kabupaten yang dikategorikan ke dalam kabupaten tertinggal? Atau di kabupaten yang merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB)? atau di wilayah perbatasan, atau di wilayah Otonomi Khusus dan berbagai sederatan atau….atau….dan atau….

Bagaimana kalau rencana kegiatan yang akan disusun ditambahkan dengan bumbu “mengapa”. Mengapa kita merencanakan kegiatan “x” ? tentu ada suatu persoalan atau permasalahan yang timbul. Misalnya permasalahan di bidang perluasan kesempatan kerja, hal ini dilakukan untuk menjawab suatu tuntutan bahwa setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak puas berhenti di sini, kalau tidak ditambah dengan penyedap “pekerjaan yang seperti apa”? Sepertinya orang akan otomatis menjawab,”pekerjaan yang layak”. Selanjutnya, perlu ditentukan yang seperti apa “Pekerjaan yang Layak” itu?

Pilar & SasarannyaSecara ringkas pekerjaan yang

layak adalah kondisi ketenagakerjaan yang mana dapat diwujudkan melalui strategi empat pilar pekerjaan yang layak yaitu (1) Kesempatan Kerja yang Layak dan Produktif; (2) Pemenuhan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja; (3) Mewujudkan Perlindungan Sosial; dan (4) Menciptakan Dialog Sosial. Pekerjaan yang layak tidak dapat diwujudkan hanya dengan memprioritaskan pembangunan pada satu pi lar saja, melainkan pembangunan ke-empat pilar tersebut secara bersama-sama dan bersinergi.

Bila dirasa-rasa, fungsi dari lahirnya unit kerja teknis bidang ketenagakerjaan. Pilar pertama, “Kesempatan Kerja yang Layak dan Produktif” merupakan domain dari Ditjen Binalattas dan Binapenta, pilar kedua, “Pemenuhan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja”, dapat diwujudkan melalui kinerja Ditjen PPK sedangkan pilar ketiga, “Mewujudkan Perlindungan Sosial”; dan keempat, “Menciptakan Dialog Sosial” merupakan domain dari Ditjen PHI dan JSTK. Dengan kata lain apabila unit kerja bidang ketenagakerjaan dapat berfungsi secara maksimal maka mewujudkan rakyat yang sejahtera bukan merupakan sebuah impian. Semoga! []

Ir. Hilaria Puspita CandraPerencana MudaBiro PerencanaanKemenakertrans RI

ANALISAtr

ibun

new

s.co

m

Page 17: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 17

REALITA

Mawardi Muchtar

Prinsip Koordinasi = PATRIOTIK!

Tampaknya demikian mudah, namun praktiknya terasa sangat sulit. Demikian komentar mereka yang mengalami betapa sulit melakukan koordinasi. Memang benar, pengalaman selama ini menunjukkan, koordinasi hanya indah dalam konsep, hanya ramai dalam omongan (koor), hanya ribut dalam berebut pepesan (di “nasi”). Mengapa? Karena mereka sesungguhnya tidak memahami prinsip-prinsip “koordinasi” secara benar.

Pemahaman komprehensif tentang “koordinasi” pada gilirannya akan mampu mewujudkan cita-cita bangsa secara lebih mudah, lebih cepat, lebih baik, lebih murah dan lebih kuat.

Koordinasi adalah kerjasama yang dibangun oleh para pihak untuk kepentingan bersama, terutama untuk kemajuan dan kejayaan bangsa. Koordinasi adalah kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang mengedepankan keharmonisan dan keselarasan antar para pihak yang terkait, demi tujuan mulia membangun bangsa.

Hampir setiap kejadian yang menimpa bangsa Indonesia, khususnya yang menimbulkan kerugian atau korban

dalam besaran (magnitude) yang cukup dahsyat. Ketika Pemerintah tidak mampu menanggulangi, maka kata “koordinasi” oleh para pihak (baca: pejabat publik) sering dimunculkan sebagai “kambing hitam”. Mengapa?

Sudah menjadi kebiasaan, masing-masing orang akan berkata, “Tidak ada koordinasi!” “Koordinasi tidak berjalan!” “Koordinasi antar instansi payah!”. “Masalah itu bukan urusan kami, itu tanggung jawab mereka!

Demikianlah yang selalu kita dengar, kita lihat, dan kita saksikan tatkala berbagai persoalan tidak mampu di atasi. Para pihak terkait hanya berupaya untuk menghindari, bahkan lebih parah lagi malahan sengaja “bermain di air keruh”, mengambil kesempatan dalam kesempitan. Memanfaatkan penderitaan orang lain untuk kepentingan diri sendiri ataupun kelompoknya. Sungguh memprihatinkan! Sungguh mencemaskan! Begitu mudahnya ‘koordinasi’ dijadikan alasan kesalahan. Lantas bagaimana?

Apa itu Koordinasi?P e r t a m a a d a l a h m e m a h a m i

“koordinasi” sebagai suatu kesepakatan (commitment), diminta atau tidak diminta, yang harus diambil oleh para pihak yang terkait untuk bersama-sama mengatasi dan menanggulangi permasalahan yang ditemui secepat mungkin. Apakah mungkin? Tentu saja!

Koordinasi, bukan makhluk yang menakutkan, bukan pula monster yang akan menerkam setiap orang.

msd

n.co

m

Page 18: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

18 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Akronim PATRIOTIK Agar lebih mudah memahami prinsip-

prinsip koordinasi, penulis meringkasnya menjadi akronim “PATRIOTIK”. Patriotik bermakna sebuah sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara lebih daripada yang lainnya.

Sikap “patriotik” hanya akan dimiliki apabila kita mau mengakui dengan sepenuh kesadaran jiwa, bahwa kita adalah anak-anak bangsa yang bertanggung jawab atas maju mundurnya bangsa. Seorang

patriot tak akan rela bila bangsanya kalah maju dibandingkan bangsa lain yang setara. Dan akan merasa terhina apab i la d ikatakan s e b a g a i b a n g s a yang t e rbe l akang (underdevelopment) dan bangsa primitif. Persoalannya sekarang adalah apakah kita mampu menghayati dan mengamalkan sikap “patriotik” tersebut d a l a m k e h i d u p a n sehari-hari.

P A T R I O T I K merupakan akronim dari Produktivitas, Akuntabel, Terpercaya, R e s p o n s i b i l i t a s , I m p e r s o n a l ,

Optimalisasi, Transparan, Interdependensi, dan Komunikatif.

Pertama, Produktivitas. Setiap orang yang terlibat dalam koordinasi harus meningkatkan produktivitas, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk institusi yang diwakilinya, yang pada akhirnya akan meningkatkan total produktivitas sebagai produktivitas bangsa secara keseluruhan. Dengan kata lain, berkoordinasi berarti harus menjadi lebih produktif. Tanpa mengutamakan kenaikan produktivitas maka “koordinasi” hanyalah sekadar basa-basi. Peningkatan total produktivitas, baik dalam skala entitas organisasi

maupun skala Negara, haruslah menjadi tujuan dalam berkoordinasi.

Kedua, Akuntabel. Segala keputusan atau tindakan harus dapat diper-tanggungjawabkan. Artinya, bagi setiap orang yang berkoordinasi, apapun yang dilakukannya terutama dalam penggunaan dana, ia tidak akan melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain jika terjadi kesalahan atau kekeliruan.

Ketiga, Terpercaya. Rasanya tidak ada “nilai” atau “prestasi” hidup yang tertinggi kecuali dicap atau dikatakan sebagai orang terpercaya (trusted). Mengapa? Karena untuk mendapatkan status atau predikat sebagai “orang terpercaya” sungguh sangat tidak mudah. Apalagi di zaman sekarang, niat baik saja belum tentu diterima dengan tangan terbuka, apalagi kalau niat buruk tentu jauh-jauh hari sudah ditolak. Jadi untuk bisa menjalankan “koordinasi” secara baik dan benar, prinsip saling percaya merupakan prasyarat mutlak. Tanpa saling percaya maka akan muncul rasa saling curiga. Sedikit saja rasa curiga terhadap pihak lain muncul, maka pastilah merusak proses berkoordinasi yang akan dibangun, sehingga koordinasi yang diharapkan otomatis akan gagal.

Keempat, Responsibilitas. Setiap orang yang terlibat dalam proses “koordinasi” benar-benar bertanggung jawab atas setiap perilaku dan tindakan yang dilakukannya. Dengan demikian siapapun pihak-pihak yang terkait dalam hal berkoordinasi harus siap, diminta atau tidak diminta, mau atau tidak mau, untuk memastikan bahwa perilaku dan tindakannya sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, ia akan bertindak hati-hati sebelum memutuskan apa-apa yang harus dilakukannya, karena khawatir akan dapat merusak proses koordinasi yang sudah dibangun.

Kelima, Interdependensi. Setiap pihak yang terlibat dalam proses “koordinasi” menyadari bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa tanpa dukungan dan bantuan pihak-pihak lain. Masing-masing pihak terkait mengakui bahwa keberadaan dirinya dan keberadaan pihak lain hanya

REALITArin

atnu

nay.

wor

dpre

ss.c

om

Page 19: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 19

REALITAakan diakui eksistensinya apabila mereka saling tergantung dan saling merasa membutuhkan satu sama sama lainnya. Kehadiran satu pihak lain akan lebih memperkokoh kehadiran pihaknya sendiri. Dengan kata lain, pada saat melakukan “koordinasi” mereka langsung melebur jadi satu kesatuan atau satu entitas, yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mereka bersatu padu mencapai cita-cita dan tujuan berkoordinasi.

Keenam, Optimalisasi. Setiap pihak yang berkoordinasi haruslah berani dan tanpa pamrih untuk mengeluarkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, agar tujuan koordinasi tercapai. Tanpa ragu-ragu, setiap pihak yang berkoordinasi, mengerahkan segala kemampuannya yang terbaik (best practices) demi terwujudnya tujuan koordinasi. Mereka tidak lagi berpikir untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi sudah berpikir untuk “kepentingan bersama” (baca: kepentingan bangsa dan Negara). Bahwa kepentingan bangsa dan Negara di atas segala-galanya.

Ketujuh, Transparan. Pernahkah Anda melihat plastik yang tembus pandang? Tentu Anda dapat menyebutkan segala sesuatu yang terlihat di balik plastik dengan jelas. Itulah maksud transparan. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Tidak ada yang disembunyikan. Semua pihak atau semua orang dapat melihat apa yang ada. Tanpa transparansi tak ada koordinasi. Sekecil apapun keadaan atau masalah yang disembunyikan oleh satu pihak maka akan berdampak melunturnya kepercayaan pihak-pihak lain. Akibatnya proses berkoordinasi akan terganggu, bahkan dapat menggagalkan tujuan koordinasi. Untuk menghindari kegagalan berkoordinasi maka mau tidak mau, para pihak yang terlibat haruslah secara sportif dan jujur (fair) menyampaikan dan menyatakan setiap data dan informasi yang dimilikinya, tanpa menguranginya sedikitpun apalagi menutup-nutupinya.

Kedelapan, Impersonal. Dengan bersatunya berbagai pihak dalam satu entitas yang baru pada saat berkoordinasi, maka hilanglah segala ciri dan karakteristik

yang dimilikinya semula. Tak ada lagi rasa keakuan (egoisme) yang harus ditonjolkan. Semua pihak harus melebur menjadi satu. Tak ada lagi, akulah yang benar orang lain yang salah. Tak ada lagi, tanpa keberadaanku maka tak mungkin tujuan akan tercapai. Tak ada lagi, tanpa kekuatanku koordinasi tidak akan jalan. Tak ada lagi, egoisme sektoral. Tak ada lagi, aku putra daerah. Tak ada lagi, kelompok sektarian. Yang ada hanyalah “kita” semua para pihak yang berkoordinasi. Masing-masing para pihak “hilang” yang ada kesatuan para pihak yang telah melebur menjadi satu kesatuan atau entitas “baru”.

Kesembilan, Komunikatif. Prinsip yang tidak boleh diabaikan untuk menjamin keberhasilan berkoordinasi, adalah komunikasi. Komunikasi adalah koordinasi, dan koordinasi adalah komunikasi. Coba bayangkan, apabila kita berkomunikasi tanpa ada pihak-pihak lain yang menanggapinya, maka komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Artinya kita hanya akan berbicara sendiri. Begitu pula berkoordinasi takkan ada artinya apabila kita tidak bisa mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak lain. Betapa pentingnya komunikasi dalam berkoordinasi tidak terlepas dari kenyataan bahwa setiap pihak yang terlibat koordinasi adalah orang yang harus berhubungan dengan orang lain, melalui berbagai macam media komunikasi, baik media konvensional maupun media kontemporer. Berkoordinasi yang efektif adalah dengan berkomunikasi.

HarapanSetelah menjelaskan prinsip-prinsip

koordinasi melalui akronim “PATRIOTIK”, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah anda sudah bersikap “patriotik!”, dengan mengedepankan kepentingan Bangsa dan Negara di atas segala-galanya. Mudah-mudahan setiap orang yang merasa menjadi anak bangsa yang hidup di negeri ini, memiliki kesadaran akan pentingnya bersikap “patriotik” sehingga mampu menghantar bangsa Indonesia mencapai kejayaan dan kesejahteraan yang dicita-citakan. Semoga! []

H. Ir. Mawardi MuchtarAuditor Ahli MadyaInspektorat JenderalKemenakertrans RI

Page 20: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

20 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

REALITA

Ellyn Octoviani Meliala

TENAGA KERJA MUDAMasa Depan Indonesia

Akan tetapi, belum banyak tulisan yang melakukan pembahasan mengenai karakteristik sesungguhnya dari

situasi Bonus Demografi yang dialami oleh Indonesia. Tulisan ini membedah salah satu karakteristik Bonus Demografi yang sangat penting, yaitu mengenai besarnya tenaga kerja muda di Indonesia. Selain itu, didiskripsikan pula secara singkat berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendayagunakan mereka.

Di tengah-tengah perkembangan dunia yang semakin ter integrasi (globalisasi) dan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, tenaga kerja muda merupakan tumpuan

Indonesia. Tenaga kerja muda memiliki kecenderungan dinamis dan aktif, terbuka dan adaptif terhadap hal-hal baru (baik dari segi ekonomi, budaya, politik, dll), serta inovatif dan kreatif. Seluruh hal tersebut menjadi modal dasar yang sangat penting dalam mengantisipasi perkembangan zaman yang sangat cepat. Selain itu, banyak penelitian menyimpulkan bahwa investasi terhadap kaum muda memberikan dampak jangka panjang yang signifikan terhadap sosial dan ekonomi, baik makro maupun mikro. Dengan demikian, pendayagunaan secara optimal terhadap tenaga kerja muda mesti mendapat perhatian yang

Pada kurun waktu tahun 2010 hingga

tahun 2030, banyak ahli yang mengatakan

bahwa Indonesia mengalami situasi Bonus Demografi. Bonus Demografi

adalah suatu situasi di mana komposisi

penduduk usia produktif cenderung lebih besar daripada

penduduk yang dikategorikan tidak

produktif. Kondisi yang seperti ini jika

dimanfaatkan secara optimal, dipercaya

akan membuat Indonesia menjadi

salah satu kekuatan ekonomi besar di

dunia.ja

dibe

rita.

com

Page 21: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 21

REALITAserius dari pemerintah guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi dan berkualitas.

Memahami Tenaga Kerja Muda Menurut Payaman Simanjuntak,

tenaga kerja (manpower) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sementara itu, menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan beberapa pengertian kaum muda adalah sebagai berikut:a. Secara Internasional, WHO (World

Health Organization) menyebut sebagai “young people” dengan batas usia 10 – 24 tahun, sedangkan usia 10 -19 tahun disebut “adolescenea” atau remaja.

b. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, yang merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa yang akan datang.

c. Pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial dan kultural.

d. Unsur da r i masya raka t yang dipersiapkan untuk mengemban dan melaksanakan tanggung jawab masa depan bangsa dan negara.Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa tenaga kerja muda adalah penduduk dengan batas usia 10 – 24 tahun yang memiliki karakter yang dinamis (perkembangan psikis dan emosional), yang menghadapi perubahan sosial dan kultural, dan merupakan sumber daya manusia pembangunan untuk masa sekarang dan masa depan.

Permasalahan Tenaga Kerja MudaSebagian besar kaum muda yang

memasuki peralihan dari dunia pendidikan ke dunia kerja pada umumnya memiliki kendala/permasalahan yang hampir serupa, yaitu kurangnya pengalaman dan keterampilan. Dalam konteks ini, tidak terjadi link and match antara kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi yang dimiliki oleh kaum muda. Kondisi tersebut akan semakin memburuk jika akses ke dalam pelatihan kerja tidak memadai.

Selain itu, terdapat pula permasalahan-permasalahan yang sifatnya spesifik menurut karakteristik kelompok usia muda tertentu. Terdapat tenaga kerja muda yang mengalami diskriminasi dan mengalami eksklusi sosial, seperti; kaum disabilitas, pengidap HIV/AIDS, kaum muda di pedalaman, mereka yang bekerja di tempat yang berbahaya, di daerah yang rawan konflik, kaum minoritas, kaum migran, dan banyak lagi yang mendapat diskriminasi secara sosial.

Lebih lanjut, dalam kelompok usia muda juga terdapat kelompok tenaga kerja muda rentan. Pada umumnya kaum wanita muda (khususnya wanita muda yang memiliki anak), yang rawan akan diskriminasi dan pelecehan seksual. Dalam situasi tertentu, sistem budaya masyarakat yang ada juga turut berperan

sem

aran

gbisn

is.co

m

Page 22: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

22 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

dalam memposisikan kelompok tersebut untuk tidak memasuki dunia kerja formal, meskipun mereka memiliki latar belakang pendidikan dan kompetensi yang sesuai untuk dapat bekerja di sektor formal.

Berbagai macam bentuk diskriminasi sosial yang dialami oleh kaum muda, merupakan indikasi bahwa sistem ketenagakerjaan di Indonesia masih memiliki karakter eksklusif (belum inklusif). Salah satu langkah besar yang harus dilakukan untuk mendayagunakan tenaga kerja muda adalah membangun sistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif, yang lebih memberi kesempatan yang setara dan adil bagi setiap tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja muda dan rentan.

Upaya PemerintahPemerintah sebenarnya telah berupaya

membangun sistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif melalui sejumlah prioritas penciptaan lapangan pekerjaan, baik formal maupun informal, yang dipadukan dengan program aksi pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah, antara lain: a. Memperbanyak pelatihan keterampilan

kerja sesuai kebutuhan industri;b. Penyebaran kewirausahaan;

c. Pengembangan sistem informasi pasar kerja sehingga mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan padat karya yang mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar;

d. Mendorong Lembaga- lembaga pendidikan untuk bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja, terutama untuk mengembangkan program keterampilan bagi para pesertanya;

e. Penciptaan wirausaha untuk menekan tingkat pengangguran, terutama lulusan SD yang jumlahnya masih cukup besar. Selain bisa menciptakan pekerjaan sendiri, wirausaha juga dapat membuka kesempatan kerja bagi orang lain;

f. Memberikan bantuan modal kepada Tenaga Kerja Muda melalui Kelompok Usaha Bersama;

g. Meningkatkan kualitas SDM dengan membangun kompetensi tenaga kerja yang memiliki daya saing guna perluasan kesempatan kerja. Wirausaha merupakan salah satu solusi;

h. Bekerjasama dengan pengusaha dalam merekrut Tenaga Kerja Muda yang siap masuk ke dalam dunia kerja yang ada.Dalam menciptakan lapangan kerja

bagi tenaga kerja kaum muda pemerintah juga telah menetapkan kelompok sasaran sebagai berikut:a. Tenaga Kerja Muda yang dimaksud

adalah tenaga kerja berusia 15 - 29 tahun;

b. Tenaga Kerja yang berusia produktif;c. Tenaga Kerja Muda yang putus sekolah

karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan dalam keluarga;

d. Tenaga Kerja Muda mantan Narapidana yang telah direhabilitasi oleh instansi teknis yang terkait dan insaf, berkeinginan kembali kemasyarakat serta mempunyai bakat, minat dan Kemampuan untuk membentuk kelompok usaha atau berusaha mandiri;

e. Tenaga Kerja Muda mantan Pengguna Narkoba yang telah direhabilitasi oleh instansi teknis yang terkait dan telah insaf, berkeinginan untuk meninggalkan kebiasaannya mengkonsumsi narkoba,

REALITA

visij

obs.

com

Page 23: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 23

REALITAserta mempunyai bakat, minat dan kemampuan untuk membentuk kelompok usaha atau mandiri;

f. Tenaga Kerja Muda khususnya wanita mantan Wanita Tuna Susila yang telah direhabilitasi oleh instansi teknis yang terkait dan telah insaf, berkeinginan untuk meninggalkan profesinya, serta mempunyai bakat, minat dan kemampuan untuk membentuk kelompok usaha atau mandiri;

g. Tenaga Kerja Muda mantan anak jalanan yang telah direhabilitasi instansi terkait dan mempunyai bakat, minat dan kemampuan untuk berusaha mandiri;

h. Tenaga Kerja Muda yang kerap mendapat diskriminasi serta mengalami kesulitan untuk memasuki pasar kerja, baik formal maupun informal.Namun demikian, seiring dengan

semakin besarnya jumlah tenaga kerja muda, maka langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah sebaiknya tidak lagi dilakukan secara konvensional, melainkan harus melakukan program-program terobosan yang memiliki karakter afirmatif terhadap tenaga kerja muda. Upaya untuk membangun sistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif, khususnya dalam konteks pendayagunaan tenaga kerja muda, harus terus dilakukan pemerintah. Beberapa langkah yang perlu diintensifkan pemerintah adalah:a. Membuat peta (mapping) Tenaga

Kerja Muda Indonesia, baik secara struktural (kewilayahan, tingkat kompetensi, sektoral, jabatan, dll) maupun secara sosio-kultural (peta pola diskriminasi sosial berdasarkan wilayah, sektoral, jabatan, dll).

b. Membuat program jangka panjang, menengah dan pendek yang berkesinambungan, serta rencana aksi dalam pelaksanaan pelatihan dan penempatan tenaga kerja muda. Prinsip-prinsip non-diskriminasi mesti menjadi bagian integral di dalam program dan rencana aksi tersebut.

c. Pelatihan kewirausahaan bagi tenaga kerja muda diarahkan pada sektor

ekonomi kreatif, mengingat karakter psikis-sosial tenaga kerja muda yang cenderung dinamis, adaptif dan inovatif.

d. Bersama swasta memperkuat prinsip-prinsip non-diskriminasi dalam dunia kerja, khususnya bagi tenaga kerja muda.

Menatap Masa Depan IndonesiaMelalui sejumlah langkah-langkah

tersebut, diharapkan dunia ketenagakerjaan menjadi semakin inklusif. Besarnya jumlah tenaga kerja muda harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perekonomian bangsa, sehingga bonus demografi dapat memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia menuju lebih baik. Akses ke pekerjaan yang produktif dan layak adalah cara terbaik bagi kaum muda untuk mewujudkan cita-cita hidupnya dan memperbaiki kondisi kesejahteraan kehidupan mereka. Pekerjaan produktif dan layak juga meningkatkan komitmen generasi muda terhadap demokrasi, keamanan dan stabilitas politik. Lebih luas, pekerjaan yang layak dapat menciptakan kader konsumen, penabung dan wajib pajak kaum muda yang membawa energi, inovasi dan kreativitas untuk menarik investasi dari dalam dan luar negeri. Tenaga kerja muda yang produktif adalah arsitek dari masyarakat yang adil dan jembatan antar generasi. Seluruh keadaan yang demikian tidak akan tercapai jika sistem ketenagakerjaan masih memiliki karakter eksklusif.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka sudah selayaknyalah pemerintah memberikan perhatian yang lebih kepada tenaga kerja muda, agar bangsa ini tidak jatuh ke dalam bencana demografi (demographic disaster) usia muda, seperti: barisan pengangguran usia muda, kriminalitas usia muda, penyimpangan sosial usia muda, pelaku tawuran dan narkoba usia muda, dll. Tanggung jawab pemerintah dalam mengembangkan potensi tenaga kerja muda Indonesia memang amat besar dan berat, namun harus tetap disikapi secara optimis. Akhir kata, tenaga kerja muda adalah masa depan Indonesia. Di pundak merekalah harapan bangsa ini disandarkan. Yang muda, yang berkreasi!, semoga! []

Ellyn Octoviani Meliala, SE, MMPengantar KerjaDitjen BinapentaKemenakertrans RI

Page 24: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

24 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

INFO

Tati Juliati

BEKERJA EFEKTIFSeseorang bekerja dituntut

b e r t a n g g u n g j a w a b memberikan hasi l yang

baik dalam mengerjakan tugas. Rajin saja bukan jaminan akan membawa hasil yang memuaskan. Bekerja efektif, itulah kuncinya yaitu dengan menyelesaikan tugas dengan mulus, tanpa membuang energi. Kemampuan ini sejenis manajemen juga, yang berarti mengelola diri sendiri, orang lain, waktu, pekerjaan, atau peralatan.

Hasil yang baik memerlukan ketelatenan dan konsentrasi yang baik pula dalam proses pengerjaannya. Namun, adakalanya muncul hambatan yang datang di saat sedang serius bekerja.

Bagi sebagian orang, menjaga agar tetap fokus mengerjakan tugas merupakan hal yang sangat sulit. Untuk mengatasinya, ada beberapa kiat yang dapat membantu agar dapat bekerja efektif, yaitu sebagai berikut: - Jika ada sejumlah pekerjaan

yang harus diselesaikan dalam tenggang waktu yang sama, terutama pekerjaan yang paling penting maka sebaiknya membuat skala prioritas guna menyusun pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu agar dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya.

Sering kita mengerjakan sesuatu menurut apa yang disukai, bukan menurut apa yang diperlukan. Harus diingat pula bahwa setiap pekerjaan memiliki beban dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Maka sebaiknya pilihlah

pekerjaan yang lebih penting dan mendesak agar selalu didahulukan.

- Ketika muncul pikiran untuk b e r h e n t i m e n g e r j a k a n , sebaiknya abaikan perasaan tersebut. Coba ubah perasaan itu dengan memotivasi diri dengan mengatakan dalam hati “Kurang sedikit lagi!”

- Pada umumnya tempat kerja telah memiliki jaringan internet. Sebaiknya hindari fasilitas chatting pada waktu bekerja. Selain dapat mengganggu konsentrasi, juga hal ini dapat membuang waktu.

- Ada baiknya mengaktifkan nada getar pada ponsel atau menonaktifkan sementara p o n s e l s a m p a i p r o s e s pengerjaan tugas selesai. Tujuannya agar benar-benar fokus dalam bekerja. Kecuali memang pekerjaan tersebut dituntut untuk selalu bergerak dan lebih mudah dihubungi.

Dra. Tati JuliatiPerencana MadyaBiro PerencanaanKemenakertrans RI

- Tanpa disadari, pekerjaan sering terabaikan karena teman kantor yang datang mengajak berbincang. Salah satu solusinya adalah, dengan member ikan pengert ian kepada teman bahwa ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan mohon tidak diganggu sampai pekerjaan tersebut benar-benar selesai.

- Hindari kebisingan dari sekeliling tempat kerja. Untuk mengatasi, coba lah untuk mendengarkan instrumental yang bisa mem-bantu menenangkan suasana.

- Hindari terlalu banyak camilan di atas meja kerja. Terlalu banyak memakan camilan dikhawatirkan akan menjadi ngantuk. Cukup segelas teh atau kopi hangat atau air putih untuk menemani melakukan pekerjaan.

- Terakhir, sete lah proses pekerjaan selesai dengan efektif, segeralah beristirahat. Karena tanpa istirahat yang cukup, pekerjan yang berikutnya juga mungkin jangan-jangan tidak akan terselesaikan dengan efektif juga. []

pixa

bay.

com

Page 25: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 25

Adetya Ikhtiyani

NETIKETSejak awal peradaban, manusia

selalu termotivasi memperbarui teknologi yang ada. Dari keseluruhan

perkembangan teknologi yang paling menjadi sorotan adalah internet. Semua bermula dari semakin majunya jaringan telekomunikasi yang mempermudah manusia melakukan interaksi dengan sesama manusia dengan bantuan jaringan komputer.

Penetrasi internet Indonesia sekitar 28% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 248 juta jiwa. Ini masih di bawah tuntutan Millenium Development Goal ’ s (MDG’s) yang d isepakat i International Telecom Union (ITU) bahwa

pada 2015 separuh dari penduduk dunia harus melek internet. Ketua Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet (APJI) Sammuel A. Pangerapan menjelaskan bahwa pengguna internet di Indonesia pada 2013 sebesar 71,19 juta orang. Angka ini bertambah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 63 juta jiwa atau bertumbuh 13%.

Capaian ini di bawah target asosiasi yang memproyeksikan pengguna internet pada 2013 sebanyak 81 juta jiwa. Namun demikian, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memprediksi bahwa di tahun 2014 akan terdapat sekitar 107 juta pengguna internet dan pada tahun 2015 angka ini meningkat menjadi 139 juta pengguna.

Dapat diprediksi bahwa penggunaan internet akan terus mengalami kemajuan yang signifikan untuk beberapa tahun ke depan. Berikut ini adalah sejumlah alasan seseorang menggunakan internet:a. Informasi bisa diakses 24 jam;b. Biaya murah dan bahkan gratis;c. Kemudahan akses informasi dan

melakukan transaksi; d. Kemudahan membangun relasi dengan

pelanggan;e. Materi dapat diup-date dengan mudah;f. Pengguna internet telah merambah ke

segala penjuru.Peningkatan jumlah penggunaan

internet, akan memicu peningkatan jumlah provider yang menyediakan paket data yang digunakan untuk mengakses internet. Akan tetapi, terdapat sisi negatif dari meluasnya penggunaan internet ini, yaitu akan semakin banyak pula

INFO

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah aksi-aksi negatif

di dunia internet. Salah satunya yang

dapat dimulai dari diri kita sendiri yaitu

menerapkan Netiket atau Nettiquette

yaitu etika dalam berkomunikasi di

dunia internet.

Clip

art G

alle

ry

Page 26: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

26 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

INFOaksi tangan-tangan jahil di dunia maya, baik untuk mencari keuntungan maupun untuk sekedar iseng. Selain itu, akan semakin banyak pula tindakan kriminal yang terjadi di dunia bersumber dari internet.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah aksi-aksi negatif di dunia internet. Salah satunya yang dapat dimulai dari diri kita sendiri yaitu menerapkan Netiket atau Nettiquette yaitu etika dalam berkomunikasi di dunia internet.

Seperti halnya berkomunikasi melalui surat atau bertatap muka, berkomunikasi dengan internet memerlukan tata cara sendiri. Kebanyakan netiket yang paling sering digunakan mengacu kepada standar netiket yang ditetapkan IETF (The Internet Engineering Task Force). IETF adalah suatu komunitas masyarakat internasional yang terdiri dari para perancang jaringan, operator, penjual dan peneliti yang terkait dengan evolusi arsitektur dan pengoperasian internet.

Beberapa poin yang diatur dalam netiket, yaitu:a. Netiket pada one to one communications

One to one communications adalah kondisi di mana komunikasi terjadi antar individu dalam sebuah dialog. Terdapat netiket pada komunikasi dengan email yaitu:• Janganterlalubanyakmengutip.Hati-hati

dalam melakukan balasan email (reply), fasilitas reply biasanya akan mengutip pesan asli yang Anda terima secara otomatis ke dalam isi surat Anda. Jika harus mengutip pesan seseorang dalam jawaban email, usahakan menghapus bagian-bagian yang tidak perlu dan hanya menjawab bagian-bagian yang relevan saja. Pesan yang terlalu panjang akan memakan file yang besar pula, dan berakibat loading menjadi lambat.

• Perlakukan email secara pribadi.Jika seseorang mengirim informasi atau gagasan kepada Anda secara pribadi, maka Anda tidak sepatutnya mengirimkan informasi tersebut ke forum umum, seperti mailing list.

• Hati-hati dalammenggunakan hurufkapital. Pesan email yang menggunakan huruf kapital yang berlebihan tidak enak

dilihat. Dalam tata krama berkomunikasi penggunaan huruf kapital biasanya dianggap berteriak dan berkesan memberi tekanan pada email yang Anda kirimkan.

• Jangan membicarakan orang lain.Email memiliki fasilitas “Forward” yang mengizinkan si penerima untuk meneruskan pesan ke orang lain, maka berhati-hatilah terhadap apa yang Anda tulis.

• JangangunakanCCtanpaseizinpemilikemail. Jika Anda ingin mengirim email ke sejumlah orang, jangan cantumkan nama-nama email pada kolom CC. Jika hal itu dilakukan maka semua orang yang menerima email Anda akan bisa melihat alamat email orang lain. Pada umumnya orang tidak suka bila alamat emailnya diketahui orang lain. Maka gunakan BCC (Blind Carbon Copy). Dengan cara itu setiap orang hanya bisa melihat alamat emailnya sendiri.

• Jangan gunakan format HTML. JikaAnda mengirimkan pesan ke rekan Anda jangan gunakan format HTML karena jika penerima email tidak memahami format tersebut maka rekan Anda tidak bisa membaca maksud pesan Anda.

• Jawaban secaramasuk akal. Janganmenjawab dua tiga pertanyaan dalam satu jawaban. Apalagi saat menjawab pesan email yang sangat panjang, Anda hanya menggunakan kata sangat singkat, maka hal ini akan membuat kecewa si penerima pesan.

b. Netiket pada one to many communicationsKomunikasi ini antara satu orang dengan beberapa orang sekaligus. Beberapa hal dibawah ini adalah netiket untuk berkomunikasi bagi pengguna mailing list atau netnews.• Bacaterlebihdahulumailing list satu atau

dua bulan data diskusi sebelum melakukan posting surat kepada mailing list.

• Tidak menyalahkanmoderator ataupengurus sistem menyangkut perilaku yang dilakukan oleh anggota sistem.

• Berhati-hatidengankata-katayangakanditulis. Karena posting-an dapat diakses oleh banyak orang dan akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama.

Page 27: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014 27

Adetya Ikhtiyani, S.Kom.Pranata Komputer PertamaBiro PerencanaanKemnakertrans RI

Sumber: - http://www.apjii.or.id/v2/read/

article/apjii-at-media/224/penetrasi-internet-indonesia-baru-28-persen.html

- http://techno.okezone.com/read/2014/01/02/55/920567/internet-sehat-pertumbuhannya-di-2014

- Wahyono, Teguh (2005), Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

INFO• Perhatikanaturanyangditetapkan

oleh pengelola sistem.• Artikelatautulisanyangdi-posting

haruslah ringkas. • Bua t l ah s u b j e c t l i n e y a n g

mengikuti aturan atau konvensi yang disepakati dalam kelompok komunikasi tersebut.

• Tidak bolehmengirimkan artikelyang berbau spoofing (pemalsuan) dan forgeries (lelucon) kecuali mailing list yang bernuansa humor.

• Beberapamailing list ada yang boleh posting teks iklan dan ada juga yang tidak mengizinkan. Oleh karena itu pahami karakter anggota sebelum melakukan posting iklan.

• Usahakanmeletakkan signature atau di setiap teks yang di-posting, hal itu akan memudahkan akses kepada siapa yang menulis teks yang tersimpan di dalam mailing

list atau netnews tersebut.• Jika dalamberkomunikasi terjadi

selisih paham atau perdebatan secara pribadi dengan peserta lain sebaiknya perdebatan dilanjutkan melalui jalur pribadi (email).

• Tidakdiperbolehkanmengirimkanteks berbau SARA.

• Setiapanggotabertanggungjawabuntuk melakukan subscribe dan unsubscribe pada setiap mailing list ke alamat email yang benar, karena kadang terdapat pengguna mailing list yang bisa masuk tetapi tidak bisa keluar sehingga email yang bersangkutan terus diisi email yang mungkin tidak dibutuhkan.

• Jikamelakukanpendaftaranmailing list biasanya akan mendapatkan balasan emai l yang berupa subscribe message, simpan email tersebut karena ada pemberitahuan unsubscribe di dalamnya.

• Berhati-hatidalammenulispesan.• Janganmengirimkanfileberukuran

besar karena dapat mengganggu sistem, lebih baik menggunakan hyperlink.

c. Information Services Merupakan fasilitas dan berbagai layanan baru dari perkembangan internet. Jenis layanan ini antara lain Gopher, Wais, WWW (World Wide Web) dan lain sebagainya. []

VOLUME VIII NO. 34 JANUARI - MARET 2014 27

Clip

art G

alle

ry

Page 28: HUBUNGAN INDUSTRIAL€¦ · Hubungan industrial merupakan bagian dari pembangunan ketenagakerjaan yang cukup penting. Sebagai perwujudan amanat pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar

28 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

Rubrik LENSA berisi foto-foto aktifitas komunitas perencana. Redaksi menerima kiriman foto-foto dari seluruh komunitas perencana baik di pusat maupun di daerah untuk dimuat dalam rubrik ini.

Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 2015. Bimbingan Teknis ini diselenggarakan oleh Biro Perencanaan, Kemnakertrans, dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing Unit Eselon I di lingkungan Kemnakertrans serta Narasumber dari Kementerian PPN/BAPPENAS. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 26 Maret 2014, di Jakarta.

28 VOLUME VIII NO. 35 JANUARI - MARET 2014

LENSA

Foto

-fot

o: D

okum

enta

si W

APER