Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes...

9
HUBUNGAN GLYCOSYLATED HAEMOGLOBIN TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan masalah utama penyebab kematian. Resistensi insulin merupakan gambaran utama patogenesis DMT2. Resistensi insulin yang terkait dengan DMT2 memiliki beberapa efek pada metabolisme karbohidrat dan lemak. Hipertrigliseridemia merupakan ciri klinis utama dari sindrom resistensi insulin. Hipertrigliseridemia merupakan bagian pada proses perkembangan aterosklerosis bersama-sama dengan disregulasi protein yang berasal dari adiposit seperti peningkatan PAI-1 dan hipoadiponektinemia. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2 dan non DM, dan mengetahui hubungan HbA1c terhadap kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2. Desain Penelitian adalah cross sectional study comperative, dengan tempat penelitian Bagian Penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Unand. Jumlah sampel sebanyak 70 orang dibagi dalam kelompok kasus 35 orang dan kontrol 35 orang. Pemeriksaan kadar adiponektin menggunakan ELISA dan kadar trigliserida diukur dengan Human Liquicalor Test Kit. Hasil penelitian mendapatkan rerata kadar adiponektin pada kelompok DMT2 lebih rendah dibandingkan dengan Non DM dan secara statistik bermakna, rerata kadar trigliserida pada kelompok DMT2 lebih tinggi dari pada Non DM, tetapi secara statistik tidak bermakna. Analisis korelasi HbA1c dengan kadar Adiponektin diperoleh korelasi lemah yaitu r = 0,29 (p= 0,86). Analisis korelasi HbA1c dengan kadar trigliserida diperoleh korelasi yang sangat lemah yaitu r = 0,08 (p=0,6) Kesimpulan penelitan adalah terdapat penurunan kadar adiponektin pada DMT2 dan peningkatan kadar trigliserida. Terdapat korelasi negatif antara HbA1c dengan adiponektin dan terdapat korelasi positif antara HbA1c dengan trigliserida. Kata kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, HbA1c, Adiponektin, Trigliserida

Transcript of Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes...

Page 1: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

HUBUNGAN GLYCOSYLATED HAEMOGLOBIN TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DAN

KADAR TRIGLISERIDA PADA

DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan masalah utama penyebab kematian. Resistensi

insulin merupakan gambaran utama patogenesis DMT2. Resistensi insulin yang terkait dengan DMT2

memiliki beberapa efek pada metabolisme karbohidrat dan lemak. Hipertrigliseridemia merupakan ciri

klinis utama dari sindrom resistensi insulin. Hipertrigliseridemia merupakan bagian pada proses

perkembangan aterosklerosis bersama-sama dengan disregulasi protein yang berasal dari adiposit

seperti peningkatan PAI-1 dan hipoadiponektinemia. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan

kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2 dan non DM, dan mengetahui hubungan HbA1c terhadap

kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2.

Desain Penelitian adalah cross sectional study comperative, dengan tempat penelitian Bagian

Penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran

Unand. Jumlah sampel sebanyak 70 orang dibagi dalam kelompok kasus 35 orang dan kontrol 35

orang. Pemeriksaan kadar adiponektin menggunakan ELISA dan kadar trigliserida diukur dengan

Human Liquicalor Test Kit.

Hasil penelitian mendapatkan rerata kadar adiponektin pada kelompok DMT2 lebih rendah

dibandingkan dengan Non DM dan secara statistik bermakna, rerata kadar trigliserida pada kelompok

DMT2 lebih tinggi dari pada Non DM, tetapi secara statistik tidak bermakna. Analisis korelasi HbA1c

dengan kadar Adiponektin diperoleh korelasi lemah yaitu r = 0,29 (p= 0,86). Analisis korelasi HbA1c

dengan kadar trigliserida diperoleh korelasi yang sangat lemah yaitu r = 0,08 (p=0,6)

Kesimpulan penelitan adalah terdapat penurunan kadar adiponektin pada DMT2 dan

peningkatan kadar trigliserida. Terdapat korelasi negatif antara HbA1c dengan adiponektin dan

terdapat korelasi positif antara HbA1c dengan trigliserida.

Kata kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, HbA1c, Adiponektin, Trigliserida

Page 2: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan

penyebab utama kematian pada pasien

penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit

jantung koroner (PJK). Sekitar 80% pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) meninggal

akibat penyakit PJK. Resistensi insulin

merupakan gambaran utama patogenesis

DMT2. Berbagai gangguan metabolisme yang

dijumpai pada DMT2 atau pada sindrom

resistensi insulin seperti hiperglikemia yang

menjurus kearah atherosklerosis serta

dislipidemia. Resistensi insulin yang terkait

dengan DMT2 memiliki beberapa efek pada

metabolisme lemak. Pada keadaan resitensi

insulin, hormon sensitive lipase dijaringan

adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis

trigliserida dijaringan adiposa semakin

meningkat keadaan ini akan menghasilkan

asam lemak bebas yang berlebihan. Asam

lemak bebas sebagian akan dibawa ke hati

sebagai bahan baku pembentuk trigliserida. Di

hati VLDL yang dihasilkan pada keadaan

resistensi insulin akan sangat kaya dengan

trigliserida.

GLYCOSYLATED HAEMOGLOBIN RELATIONSHIP OF CONTENT ON ADIPONECTIN

AND TRIGLYCERIDE

DIABETES MELLITUS TYPE 2

ABSTRACT

Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) is a major cause of death problem. Insulin resistance is the

main picture DMT2 pathogenesis. Insulin resistance is associated with DMT2 have some effect on the

metabolism of carbohydrates and fats. Hypertriglyceridemia is a major clinical features of insulin

resistance syndrome. Hypertriglyceridemia is a part of the process of atherosclerosis development

together with the dysregulation of protein derived from adipocytes such as an increase in PAI-1 and

hipoadiponektinemia. The research objective was to determine differences in levels of adiponectin,

triglycerides at DMT2 and non-DM, and determine the relationship of HbA1c on adiponectin levels,

triglyceride levels in DMT2.

The study design was cross sectional comporative study, Conducted in Internal Medicine

Department of Dr. M. Djamil Padang, Biomedical College Andalas University. The number of

samples 70 people were divided into groups of cases and controls 35 people 35 people.Examination of

adiponectin levels using ELISA and triglyceride levels were measured with Human Liquicalor Test

Kit.

The results have average levels of adiponectin in the group DMT2 lower comparedwith non-

DM and statistically significant, mean levels of triglycerides in the groupDMT2 higher than in non-

DM, but not statistically significant. Analysis of correlationwith levels of HbA1c Adiponectin

weak correlation obtained is r = 0.29 (p = 0.86). Correlation analysis with HbA1c levels of

triglycerides obtained a very weakcorrelation of r = 0.08 (p = 0.6) Research conclusions

are contained decreased levels of adiponectin in DMT2 andelevated triglyceride levels. There is

negatif correlation between adiponectin and HbA1c with positif correlation between HbA1c with

triglycerides.

Key words: Diabetes Mellitus Type 2, HbA1c, Adiponectin, Triglycerides

RELATION OF HYPERGLYCEMIA WITH THE ACTIVITIES OF SUPEROXIDE DISMUTASE,

CUPRUM AND ZINK CONTENT ON TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENS

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic

hyperglycemia. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) > 7% indicated uncontrolled DM. Hyperglycemia

causes excessive production of free radicals that trigger oxidative stress.Superoxide Dismutase (SOD)

as an endogenous antioxidant will increase its activity by changing superoxide anion (O2*) into

hydrogen peroxide (H2O2) and oxygen (O2). Cuprum (Cu) and zinc (Zn) is a co-factor of the SOD to

be available in sufficient quantities to protect the oxidative stress. The purpose of this research was to

determine differences in SOD activity, Cu and Zn levels in Type 2 DM patients with non-DM and to

determine the relationship of hyperglycemia with the activity of SOD, Cu and Zn levels in patients

with Type 2 DM

The study design was cross sectional study comparative, conducted in Dr.M.Djamil

Department of Internal Medicine department of Padang, Faculty of Medicine Biomedical, Chemistry

Natural Science Laboratories Unand. The number of samples as 70 people were divided into groups

of cases and controls 35 people. Examination of SOD activity using the ELISA method and

Page 3: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

Hipertrigliseridemia merupakan ciri

klinis utama dari sindrom resistensi insulin

dan seringkali disertai peningkatan kadar

Plasminogen Activator Inhibition1 (PAI-1)

plasma. Hipertrigliseridemia merupakan

bagian pada proses perkembangan

aterosklerosis bersama-sama dengan

disregulasi protein yang berasal dari adiposit

seperti peningkatan PAI-1 dan

hipoadiponektinemia. Penanda/marker DMT2

salah satu diantaranya adalah marker

adiponektin. Adiponektin adalah hormon yang

bertanggung jawab terhadap pengaturan

asupan dan pengeluaran energi. Sejumlah studi

memperlihatkan bahwa adiponektin ditemukan

mengalami penurunan pada kondisi obesitas,

diabetes melitus tipe 2, dislipidemia dan

penyakit kardiovaskuler. Hipoadiponektinemia

juga dihubungkan dengan peningkatan kadar

trigliserida (TG) dan small dense Low Densty

Lipoprotein (sdLDL) serta penurunan High

Densty Lipoprotein (HDLC).

Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui perbedaan kadar adiponektin,

kadar trigliserida pada DMT2 dan Non DM

dan mengetahui hubungan hiperglikemia

terhadap kadar adiponektin, kadar trigliserida

pada DMT2

METODE

Penelitian ini merupakan cross

sectional study comperative, tempat penelitian

Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil

Padang, dan Laboratorium Biomedik Fakultas

Kedokteran Unand. Jumlah sampel sebanyak

70 orang terdiri dari kelompok kasus 35 orang

dan kontrol 35 orang. Pemeriksaan kadar

adiponektin menggunakan ELISA dan kadar

trigliserida diukur dengan Human Liquicalor

Test Kit.

HASIL

Rerata ±SD p

DM Non DM

Adiponekt

in (μl)

2,7±0,3 2,9±0,1 0.001

Trigliserid

a (mg%)

111,3±45,5 102,9±56

,0

0,49

Dari tabel dapat diketahui bahwa

rerata kadar adiponektin pada kelompok

DMT2 (2,7±0,3) lebih rendah dibandingkan

dengan Non DM (2,9±0,1) dan secara statistik

terdapat hubungan yang bermakna dengan

nilai p < 0,05. Namun kadar adiponektin

yang didapat pada kedua kelompok dibawah

normal <4 μg/ml.

rerata kadar trigliserida pada DMT2

(111,3±45,5) lebih tinggi dari pada non DM

(102,9±56,0) secara statistik tidak bermakna

dengan nilai p>0,05, Namun pada kedua

kelompok kadar trigliserida yang didapat

masih dalam batas normal (<150 mg%).

Korelasi persentase antara HbA1c

dengan kadar adiponektin dapat terlihat pada

gambar 5.1 menunjukan semakin tinggi

persentase HbA1c semakin rendah kadar

adiponektin. Dari analisis korelasi HbA1c

dengan kadar Adiponektin diperoleh korelasi

lemah yaitu r = 0,29 dan secara statistik tidak

bermakna p>0,05

Korelasi antara persentase HbA1c

dengan kadar trigliserida dapat dilihat pada

gambar 5.2. Semakin tinggi persentase HbA1c

semakin tinggi kadar trigliserida. Dari analisis

korelasi HbA1c dengan kadar trigliserida

diperoleh korelasi sangat lemah yaitu r = 0,08

dan scara statistik tidak bermakna p>0,05

DISKUSI

Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa ada perbedaan rerata kadar adiponektin

pada kelompok DM dibandingkan kelompok

non DM dan secara statistik terdapat hubungan

yang bermakna. Hasil kadar adiponektin yang

didapatkan pada DMT 2 dan non DM masih

dibawah normal yaitu < 4 μl. Sedangkan dari

rerata kadar adiponektin pada DMT2 lebih

rendah dari pada kelompok DM disebabkan

karena pada DMT2 diawali dengan resisten

insulin. Insulin dan insulin like growth factor-

1 (IGF-1) meningkatkan sintesa adiponektin

pada jaringan adiposa. Jadi pada DMT2 terjadi

defisiensi insulin yang menyebabkan

menurunnya kadar adiponektin.

Adiponektin merangsang fosforilasi

dari ACC, menstimulasi oksidasi dari asam-

asam lemak bebas, metabolisme glukosa dan

laktat, mengurangi enzim-enzim

glukoneogenetik dan memperbaiki efektifitas

dari insulin, menghasilkan beberapa sitokin,

sehingga adiponektin berperan sebagai

antidiabetik dan antiaterogenik (Stejskal et al,

2003). Protein juga dapat meningkatkan

Page 4: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

sensitivitas dari hepatosit ke insulin, dengan

menurunkan konsentrasi lemak. Sehingga

adiponektin dapat memperbaiki keadaan

hiperglikemia (Chandran et al, 2003).

Adiponektin dapat menurunkan

akumulasi trigliserida di otot skelet dengan

meningkatkan oksidasi asam lemak melalui

aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine

Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP

kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi

Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan

enzim lipolitik yang dapat mengkatabolis

VLDL melalui peningkatan ekspresi

Peroxisome Proliferators Activator Receptor γ

(PPARγ) di hati dan adiposit. Pada tingkat

hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai

Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati

pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi

penurunan sintesis trigliserida. Kadar

adiponektin yang rendah dan dislipidemia

pada penderita diabetes melitus tipe 2

berhubungan dengan kadar LPL (Eynatten et

al, 2004).

Pada studi yang dilakukan oleh

Nakashima et al., 2006 didapati penurunan

kadar adiponektin pada penderita diabetes

dibandingkan dengan yang tidak menderita

diabetes (9.47 ± 0.48 vs 11.69 ± 0.25,

p<0.001). Studi observasional yang dilakukan

oleh Stejskal et a.l, 2003 membandingkan

adiponektin/IMT (indeks massa tubuh) pada

penderita DM yang terkendali, ternyata lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak

terkendali (rata-rata adiponektin/IMT adalah

9,7 vs 6,7, p< 0.01) dan juga terdapat

hubungan yang terbalik antara kadar

adiponektin dengan kadar HbA1C (-0,32,

P=0,02) (Stejskal et al, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa tidak adanya perbedaan rerata kadar

trigliserida pada kelompok DM dibandingkan

kelompok non DM. Walaupun secara statistik

tidak menunjukan hasil yang bermakna tetapi

apabila dilihat dari rerata kadar trigliserida

pada kelompok DM (111,3±45,5) lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok non DM

(102,9±56,0). Namun pada kedua kelompok

kadar trigliserida yang didapatkan pada DMT2

dan non DM masih dalam batas normal, hal ini

mungkin disebabkan karena sampel pada

penelitian ini belum mengalami gangguan

pada metabolisme lemak dan sampel

merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap

dan menggunakan obat-obatan yang

menurunkan kadar lemak darah.

Kadar trigliserida yang tinggi pada

DM disebabkan karena hiperglikemia

merupakan manifestasi gangguan metabolisme

karbohidrat, bila tidak tertanggulangi, segera

akan diikuti pula oleh gangguan metabolisme

lemak atau dislipidemia (Sugondo,2006).

Dislipidemia adalah suatu kondisi yang

ditandai dengan tingginya kadar trigliserida

dan kolesterol yang disebabkan oleh diabetes

terutama diabetes tidak terkontol.

Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan yang dilakukan oleh Zargar et al

(1995) yang mendapatkan rerata kadar

trigliserida yang lebih tinggi yaitu 257±24,7

mg/dl, sedangkan Bahia et al (1999) pada

penelitiannya terhadap DMT2 juga

mendapatkan kadar trigliserida 152±86,2

mg/dl, begitu juga Muwarni et al

mendapatkan kadar trigliserida pada DM laki-

laki 170,75±48,84 mg/dl dan perempuan

189,36±34,90 mg/dl.

Penelitian yang dilakukan oleh

Nakhjavani et al (2006) mendapatkan kadar

trigliserida yang tinggi pada penderita DMT2

yaitu 208±96 mg/dl. Arora et al (2007) dalam

penelitiannya juga mendapatkan kadar

trigliserida yang tinggi pada DM dengan rerata

167,85±27,9 mg/dl. Bhatti et al mendapatkan

kadar trigliserida pada penderita DMT2

dengan rerata 266±15 mg/dl.

Hasil Analisis korelasi persentase

HbA1c dengan kadar adiponektin pada DMT2

didapatkan korelasi lemah yaitu (r = -0,29)

dengan nilai p>0,05, Menunjukan bahwa

dengan meningkatnya persentase HbA1c

diikuti oleh penurunan kadar adiponektin.

Namun secara statistik tidak terdapat

hubungan yang bermakna. Korelasi yang

lemah ini disebabkan karena pada

penelitiannya jumlah sampel yang diambil

sebanyak 35 orang penderita DMT2 dan 35

orang kontrol sehingga jumlah sampel sedikit

serta pada penelitian ini pasien obesitas tidak

termasuk, dimana pada obesitas paling banyak

ditemukan penurunan kadar adiponektin.

Terjadinya peningkatan persentase HbA1c

pada penderita DMT2 menggambarkan

ketidakterkendalinya glukosa darah selama

tiga bulan terakhir. Hiperglikemia

menyebabkan terjadinya hiperlipidemia yang

akan meningkatkan β oksidasi yang

menyebabkan sintesis adiponektin menurun.

Page 5: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

Hipoadiponektinemia berperan

sebagai faktor resiko independen dari

resistensi insulin. Hipoadiponektinemia

dihubungkan dengan peningkatan kadar

trigliserida (Efstathiou et al, 2005; Kodowaki

and Yamauchi,2005; Santaniemi et al, 2006).

Hipoadiponektinemia juga dihubungkan

dengan peningkatan kadar trigliserida (TG)

dan small dense Low Densty Lipoprotein

(sdLDL) serta penurunan High Densty

Lipoprotein (HDL) (Smith and Yang, 2005;

Marso et al, 2008). Penelitian yang dilakukan

oleh Schulze dkk (2004) pada 741 pasien

DMT2 meneliti hubungan antara keadaan

plasma adiponektin dengan HbA1c, lipid

darah dan marker inflamasi. Kadar plasma

adiponektin berhubungan positif dengan High

Density Lipoprotein (HDL) dan berhubungan

negatif dengan trigliserida.

Penelitian yang dilakukan oleh Stott

et al, 2009 berupa penelitian kasus kontrol

pada 179 sampel dengan 532 kontrol juga

mendapatkan hubungan yang bermakna antara

kadar adiponektin plasma dengan diabetes

melitus dan trigliserida. Sedangkan Kliss et al,

2009 berupa penelitian kasus kontrol pada 64

orang penderita DM dan 32 orang tanpa DM

mendapatkan hubungan yang bermakna antara

kadar adiponektin plasma dengan diabetes

melitus dan kadar trigliserida. Hasil yang sama

juga didapatkan oleh Chen et al, 2005, dimana

kadar adiponektin plasma secara bermakna

lebih rendah pada diabetes melitus.

Hasil Analisis kerelasi persentase

HbA1c dengan kadar trigliserida pada DMT2

didapatkan korelasi sangat lemah (r = 0,08)

dengan nilai p>0,05. Menunjukan bahwa

dengan meningkatnya persentase HbA1c

diikuti oleh peningkatan kadar trigliserida

dalam darah, namun secara statistik tidak

terdapat hubungan yang bermakna.

Peningkatan persentase HbA1c pada DMT2

menggambarkan ketidakterkendalinya gula

darah selama 3 bulan terakhir. hiperglikemia

merupakan manifestasi gangguan metabolisme

karbohidrat, bila tidak tertanggulangi, segera

akan diikuti pula oleh gangguan metabolisme

lemak atau dislipidemia (Sugondo,2006).

Resistensi insulin pada DMT2

memiliki beberapa efek pada metabolisme

lemak. Pada keadaan resistensi insulin,

hormon sensitive lipase di jaringan adiposa

akan menjadi aktif sehingga lipolisis

trigliserida di jaringan adiposa semakin

meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan

asam lemak bebas yang berlebihan. Asam

lemak bebas akan memasuki aliran darah,

sebagian akan digunakan sebagai sumber

energi dan sebagian akan dibawa ke hati

sebagai bahan baku pembentuk trigliserida. Di

hati asam lemak bebas akan kembali menjadi

trigliserid kembali dan menjadi bagian dari

VLDL. VLDL yang dihasilkan pada keadaan

resistensi insulin akan sangat kaya dengan

trigliserid. (Thevenod, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Bays

(2003) yang mengemukakan bahwa

hiperglikemia pada DMT2 akan

mengakibatkan pemecahan trigliserida yang

akan melepaskan asam lemak bebas ke

sirkulasi. Petitti et al (2007) dalam

penelitiannya mengemukakan terdapat

hubungan antara kadar HbA1c yang tinggi

dengan peningkatan trigliserida.

KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukan penurunan

kadar adiponektin pada diabetes melitus tipe 2

dan peningkatan kadar trigliserida. Terdapat

korelasi negatif antara HbA1c dengan

adiponektin, dan korelasi positif antara HbA1c

dengan trigliserida.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam John MF, 2006. Dislipidemia.

Dalam : Sudoyo Aru W, Setiyohadi

Bambang, Alwi Idrus dkk. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi

IV, Jakarta : FK-UI, 1926-28.

2. Alice, SR., Dora, M.,B,, Barbara, J.N.,

Madhur, S., Ronald., L.,G,, Grady, S.,M.,

et al, 2003. Plasma adi ponectin and leptin

levels, body compositions and glucose

utilization in adult women with wide

ranges of age and obesity. British Journal

of Nutrition; 85;333-341

3. American Diabetes Association, 2001.

Management of dyslipidemia in adults with

diabetes. Diabetes Care.;24 (Suppl. 1):S58–

S61.

4. American Diabetes Association, 2004.

ADA Position Statement : Standard of

Medical Care in Diabetes. Diabetes

Care; 29 (suppl 1) : S4-S42

Page 6: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

5. Anwar, Bahri. Dislipidemia sebagai Faktor

Resiko Penyakit Jantung Koroner. USU

Digital Library 2004; 1-10.

6. Arora M, Koley S, Gupta S, Sandhu JS,

2007. A study on lipid profile and body fat

in patients with diabetes mellitus.

Anthropologist, 9(4): 295-98

7. Bahia L, Gomes MB, Marco da Cruz P,

Gonzales MF, 1999. Coronary artery

disease, microalbuminuria and lipid profile

in patients with non-insulin-dependent

diabetes mellitus. Arq Bras Cardiol, 73:17-

22

8. Bays H, 2003. Atherogenic dyslipidemi in

type 2 diabetes and metabolic syndrome:

current and future treatment options. Br J

Diabetes Vasc dis, 3:356-60

9. Bhatti SM, Dhakan S, Khan MA,2009.

Trends of lipid abnormalities in Pakistani

type-2 diabetes mellitus patients: a tertiary

care centre data. J Med Sci, 25(6): 883-89

10. Bouskila M, Pajvani UB and Scherer PE,

2005. Adiponectin: a relevant player in

PPARγ agonist mediated improvements

in hepatic insulin sensitivity Journal of

Clinical Endocrinology and Metabolism.;

29:S17-S23

11. Brown, A.A. and Frank B. Dietary

Modulation of Endothelial Function:

Implications for Cardiovascular Disease.

American Journal of Clinical Nutrition

2001; 73: 673-686.

12. Chan DC, Watts GF, Uchida Y, Sakai N,

Yamashita S, 2005. Adiponectin and other

adipocytokines as predictors of markers of

triglyseride rich lipoprotein metabolism.

Clin Chem; 51: 578-8

13. Chandran M, Philips SA, Ciaraldi T, Henry

RR, 2003. Adiponectin: more than just

another fat cell hormone? Diabetes Care;

26:2442-50

14. Chen MP, Tsai JCR, Chung FM, Yang SS,

Hsing LL, Shin SJ et al, 2005.

Hipoadiponectinemia is Associated with

ischemic cerebrovascular Disease.

Arterioscler Thromb Vasc Biol ; 25 : 821-

26

15. Darmono, 2005. Komplikasi Diabetes

Melitus. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

16. De Caterina, R., Antonella Z., Serena D.T.,

Rosalinda M., Marika M. Nutritional

Mechanisms that Influence Cardiovascular

Disease. American Journal of Clinical

Nutrition 2006; 83: 421S-426S.

17. Djoko, 2011.“New Approach in the

Treatment of Type 2 Diabetes” Semarang,

Universitas Briwijaya Press; 2011

18. Dyck DJ, Heigenhauser GJF, and Bruce

CR. The role of adipokines as regulators of

skeletal muscle fatty acid metabolism and

insulin sensitivity. Acta Physiol; 2006;

186:5-16

19. Efstathiou, SP., Tsioulos, D.I., Tsiakou

A.G., Gratsias,. Y.E., Pefanis, A.V.,

Mountokalakis TD, 2005. Plasma

adiponectin Levels and five-year survival

after first ever ischemic stroke. 19-27

20. Eynatten VM, Schneider JG, Humpert PM,

Rudofsky G, Schmidt N, Barosch P, 2004.

Decreased plasma lipoprotein lipase in

hypoadiponectinemia. Diabetes Care;

27:2925-9

21. Fisher FFM, Trujillo ME, Hanif W, 2005.

Serum high Molecular Weight Complex of

Adi ponectin Correlates Better With

Glucose Tolerance than Total Serum

Adiponectin in Indo-Asian Males.; 48: 7-

19

22. Gallagher EJ, Roith D, Bloomgarden Z,

2009. Review of hemoglobin A1C in the

management of diabetes. Journal of

diabetes; 1:9-17

23. Goldberg IJ, 2001. Diabetic Dyslipidemia:

Causes and Consequenses, Clinical

Review. The Journal of Clinical

Endocrinology & Metabolism ; 86(3) :

965-71.

24. Goldfine AB and Kahn CR., 2003.

Adiponectin: linking the fat cell to insulin

sensitivity. The Lancet; 362:1431-2

25. Gustaviani,R., 2006. Diagnosis dan

Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam :

Sudono, AW, et al,, Buku Ajar Penyakit

Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

26. Haffner SM, et.al, 1998. Mortality from

coronary heart disease in subjects with type

2 diabetes and in nondiabetic subjects with

and without prior myocardial infarction. N

Engl J Med.;339:229–234.

27. Hilbert Timothy,Lifshitz MS, 2007. Lipids

and Dyslipoproteinemia In: Henry‟s

Clinical Diagnosis and Management by

Laboratory Methods. 21th ed. Saunders

Elsevier. : 201- 17

Page 7: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

28. Hotta K, Funahashi T, Arita Y, Takahashi

M, Matsuda M, Okamoto Y, et al, 2000.

Plasma concentrations of a novel, adipose-

specific protein, adiponectin, in type 2

diabetic patients. Arterioscler Thromb &

Vasc Biol.; 20(6):1595-9

29. Islam,M.,S.,and Loots, D.,T., 2007.

Diabetes, metallothionein, and zinc

interaction : a review. BioFactors : 29 ;

2003-212

30. Japardi, Iskandar. Patomekanisme Stroke

Infark Aterotrombotik. USU Digital

Library 2002; 1-13.

31. Johansen JS, Harris AK, Richly D, 2005.

Oxidative Stress and use of antioxidant in

diabetes : linking basic science to clinical

practice cardiovasc diabetelogy 4 (5) ; 1-

11

32. Kadowaki, T., and Yamauchi, T., 2005.

Adiponectin and adiponectin receptors.

Endocr Rev; 26: 51-439

33. Kern, P.A., Gina,B., Di., G., Tong Lu,

Rassouli N, and Ranganathan G. 2003,

Adiponectin expression from human

adipose tissue: relation to obesity, insulin

resistance, and tumor necrosis factor-

expression. American Journal of Clinical

Nutrition; 52:85-99

34. Klis,M.,Z., Kasznicki,J., et al.2009.

Adiponectine Plasma Concentration, Type

2 Diabetes Melitus, Cardiovascular Disease

and features of Metabolic syndrome.

Diabet Dosw Klin; 9,2;81-87

35. Kopp HP, Krzyzanowska K, Mohlig M,

Spranger J, 2005. Pfeiffer AFH and

Schernthaner G. Effects of marked weight

loss on plasma levels of adiponectin,

markers of chronic subclinical

inflammation and insulin resistance in

morbidly obese women. Int J Obes;

29:766-71

36. Lawrence,G.S., Yusuf I., Wijaya,A.,

Wahid.,S., 2004, Kadar Adiponektin

Rendah pada Toleransi Glukosa

Terganggu: Implikasi Vaskuler awal,

J.Med Nus.25, pp 125-132

37. Marso S, Hiatt W.R, 2008. Peripheral

Arterial Disease in Patients With Diabetes.

Journal of the American College of

Cardiology;47 : 921-9

38. Martin, B., Watkins, J.,B., Ramsey, J.,W.,

2006. Evaluating metabolic syndrome in a

medical physiology laboratory. Journal of

Clinical Endocrinology and metabolism;

91(2): 398-400

39. Matsubara M, Maruoka S, and Katayose S.

2002. Inverse relationship between plasma

adiponectin and leptin concentrations in

normal weight and obese women. Eur J

Endocrinology; 147:173–80

40. Meiliana,A.,WijayaA.2006. Adiponektin

Penanda Untuk Penyakit kardiovaskuler,

sindroma metabolik, Diabetes Melitus Tipe

2, dan NASH. Forum diagnosticum;1-6

41. Mayes, P.A.,2003. Biosintesa Asam

Lemak. Dalam : Murray, R.K., Granner,

D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W.

Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC,

222-22

42. Murray, R.K., Daryl K.G., Victor W.R.

Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;

2009.

43. Muwarni, S., Mulyohadi A., Ketut M. Diet

Aterogenik pada Tikus Putih (Rattus

novergicus strain Wistar) sebagai Model

Hewan Aterosklerosis. Jurnal Kedokteran

Brawijaya 2006; 22 (1): 7-9.

44. Nishimura, M., Izumiya,Y., Higuchi, A.,

Shibata, R., Qiu, J., Kudo C et al., 2008.

Adiponectin prevents cerebral ischemic

injury trough Endothelial Nitric Oxide

Synthase- Dependent Mechanism.

Circulation ; 117 : 23-216

45. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

46. Okamoto Y, Kihara S, Funahashi T,

Matsuzawa Y, Libby P, 2006. Adiponectin:

a key adipocytokine in metabolic

syndrome. Clin Scien.; 110:267-78

47. PERKENI,2006. Petunjuk Praktis

Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2.PB

Perkini.Jakarta

48. PERKENI,2006. Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia.PB Perkini.Jakarta.

49. Petitti DB, Imperatore G, Palla SL, Daniel

SR, Dolan LM, Kershnar AK,et al, 2007.

Serum lipids and glucose control. Arch

Pediart Adolesc Med, 161: 159-65

50. Powers, A.C., 2005. Diabetes Melitus. In :

Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L.,

Braunwald, E., Hauser, S.L., & Jameson,

J.L. Harrison’s Principle of Internal

Medicine. New York : McGraw-Hill, 2153-

2158.

51. Rattarasarn C. 2006. Physiological and

pathophysiological regulation of regional

Page 8: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

adipose tissue in the development of

insulin resistance and type 2 diabetes. Acta

Physiol.; 186:87–10

52. Roberto, B., Sabrina, A., Claudia, D.,

Maria, G.,F., Giovanni, P., et al. 2004.

Adiponectin Relationship with Lipid

Metabolism Is Independent of Body Fat

Mass: Evidence from Both Cross-Sectional

and Intervention Studies. Journal of

Clinical Endocrinology and Metabolism.;

89:71-99

53. Ruan,H., and Lodish, H.,F., 2004.

Regulation of insulin sensitifity by adipose

tissue de rived hormones and inflammatory

cytokines. Journal of Clinical

Endocrinology and Metabolism.; 15: 297-

302

54. Santaniemi M, Kesaniemi YA,Ukkola O,

2006. Low Plasma Adiponectin

Concentration Is An Indicator Of the

Metabolic syndrome.European Journal Of

Endoctrinologi; 155: 745-59

55. Schulze MB, Rimm EB, Shai I, Rifai N,

Hu FB. 2004. Relationship between

adiponectin and glicemic control, blood

lipids, and inflammatory penandas in men

with type 2 diabetes. Diabetes Care;

27:1680-7

56. Smith,U., Yang X, 2005. Adipocytokines

and the Pathogenesis of the metabolic

syndrome.In Byrne CD, Wild SH editors.

The Metabolic Syndrome. John Wiley and

Sons Ltd : 53-239

57. Stejskal D, ruzieka V, Adamovska S, 2003.

Adiponectin Concentration as a Criterion

of Metabolic Control in Persons with type

2 Diabetes Mellitus? Biomed Papersv; 147

(2): 167-72

58. Stott DJ, Welsh P, Rumley A, Robertson

M, Ford I, Sattar N et al, 2009.

Adipocytokines and risk of stroke in older

people : a Nested Case Control Study.

International Journal of Epidemiology ; 38

: 253-61

59. Sugondo, S., 2006. Obesitas. Dalam:

Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I.,

simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Edisi 4.

Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI, 1919-192

60. Sungkar MA. 2007. Hubungan antara

pengendalian metabolik dan komplikasi

kronik diabetes tipe 2 pada penyakit

kardiovaskuler. Dalam darmono,dkk

(eds),Naskah lengkap Diabetes melitus

ditinjau dari berbagai aspek penyakit

dalam. Badan penerbit universitas

dipenegoro. Semarang.. 257-65

61. Suyono,Slamet, 2006. Buku Ajar Penyakit

Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

62. Thevenod, F., 2008. Pathophysiology of

Diabetes Mellitus Type 2 : Roles of

Obesity, Insulin Resistance and β-cell

dysfunction. 19: 1-18

63. Trujillo, M.E., Scherer, P.E., 2005.

Adiponectin - journey from an adipocyte

secretory protein to bio marker of the

metabotic syndrome. Journal of Clinical

Endocrinology and Metabolism.; 257: 75-

167

64. Van der Vleuten, G.M., van Tits LJH, den

Heijer M, Lemmers H, et al.,2005.

Decreased adiponectin levels in familial

combined hyperlipi emia patients

contribute to the atherogenic lipid profile.

British Journal of Nutrition; 46: 404- 517

65. Vendrell ,J., Broch, M., Vilarrasa, N.,

Molina, A., et al, 2004. Resistin,

adiponectin, ghrelin, leptin, and

proinflammatory cytokines: relationships in

obesity. American Journal of Clinical

Nutrition; 12:71-96

66. Vettor R, Milan G, Rossato M and

Federspil G,2005. Adipocytokines and

insulin resistance. Aliment Pharmacol

Ther; 22(2):3-10

67. Wasim, H., Al-Daghri, N.,M., Chetty, R.,

Mc Teran,P.G., Barnett AH, Kumar S.

2006, Relationship of serum adiponectin

and resistin to glucose intolerance and fat

topography in South Asians.

Cardiovascular Diabetology; 5:10

68. WHO, 1999. Definition of Metabolic

Syndrome in definition, Diagnosis and

Classification of Diabetes Melitus. Geneva,

World Health Organization, Departement

of Noncommunicable Disease Suveillance

69. WHO, 2005, http:// www.depkes.go.id,

Jumlah penderita Diabetes Indonesia

Rangking ke-4 di Dunia, Depkes

RI,Jakarta, Pada tanggal 09 Agustus 2008

70. Yamauchi, T., Komon. J., Waki, H., 2001.

The fat derived hormone adiponectin

reverses insulin resistance associated with

both lipoatrophy and obesity. Journal of the

American College of Nutrition; 7: 6-41

Page 9: Hubungan Glycosylated Haemoglobin Terhadap Kadar Adiponektin Dan Kadar Trigliserida Pada Diabetes Melitus Tipe 2

71. Zargar AH, Wandroo FA, Wadhwa MB,

Laway BA, Masoodi SR, Shah NA, 1995.

Serum lipid profile ini non-insulin-

dependent Diabetes mellitus associated

with obesity. Int J Diab Dev Countries,

15:9-13