HUBUNGAN GLYCOSYLATED HAEMOGLOBIN TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DAN
KADAR TRIGLISERIDA PADA
DIABETES MELITUS TIPE 2
ABSTRAK
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan masalah utama penyebab kematian. Resistensi
insulin merupakan gambaran utama patogenesis DMT2. Resistensi insulin yang terkait dengan DMT2
memiliki beberapa efek pada metabolisme karbohidrat dan lemak. Hipertrigliseridemia merupakan ciri
klinis utama dari sindrom resistensi insulin. Hipertrigliseridemia merupakan bagian pada proses
perkembangan aterosklerosis bersama-sama dengan disregulasi protein yang berasal dari adiposit
seperti peningkatan PAI-1 dan hipoadiponektinemia. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan
kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2 dan non DM, dan mengetahui hubungan HbA1c terhadap
kadar adiponektin, trigliserida pada DMT2.
Desain Penelitian adalah cross sectional study comperative, dengan tempat penelitian Bagian
Penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Unand. Jumlah sampel sebanyak 70 orang dibagi dalam kelompok kasus 35 orang dan kontrol 35
orang. Pemeriksaan kadar adiponektin menggunakan ELISA dan kadar trigliserida diukur dengan
Human Liquicalor Test Kit.
Hasil penelitian mendapatkan rerata kadar adiponektin pada kelompok DMT2 lebih rendah
dibandingkan dengan Non DM dan secara statistik bermakna, rerata kadar trigliserida pada kelompok
DMT2 lebih tinggi dari pada Non DM, tetapi secara statistik tidak bermakna. Analisis korelasi HbA1c
dengan kadar Adiponektin diperoleh korelasi lemah yaitu r = 0,29 (p= 0,86). Analisis korelasi HbA1c
dengan kadar trigliserida diperoleh korelasi yang sangat lemah yaitu r = 0,08 (p=0,6)
Kesimpulan penelitan adalah terdapat penurunan kadar adiponektin pada DMT2 dan
peningkatan kadar trigliserida. Terdapat korelasi negatif antara HbA1c dengan adiponektin dan
terdapat korelasi positif antara HbA1c dengan trigliserida.
Kata kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, HbA1c, Adiponektin, Trigliserida
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan
penyebab utama kematian pada pasien
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit
jantung koroner (PJK). Sekitar 80% pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) meninggal
akibat penyakit PJK. Resistensi insulin
merupakan gambaran utama patogenesis
DMT2. Berbagai gangguan metabolisme yang
dijumpai pada DMT2 atau pada sindrom
resistensi insulin seperti hiperglikemia yang
menjurus kearah atherosklerosis serta
dislipidemia. Resistensi insulin yang terkait
dengan DMT2 memiliki beberapa efek pada
metabolisme lemak. Pada keadaan resitensi
insulin, hormon sensitive lipase dijaringan
adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis
trigliserida dijaringan adiposa semakin
meningkat keadaan ini akan menghasilkan
asam lemak bebas yang berlebihan. Asam
lemak bebas sebagian akan dibawa ke hati
sebagai bahan baku pembentuk trigliserida. Di
hati VLDL yang dihasilkan pada keadaan
resistensi insulin akan sangat kaya dengan
trigliserida.
GLYCOSYLATED HAEMOGLOBIN RELATIONSHIP OF CONTENT ON ADIPONECTIN
AND TRIGLYCERIDE
DIABETES MELLITUS TYPE 2
ABSTRACT
Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) is a major cause of death problem. Insulin resistance is the
main picture DMT2 pathogenesis. Insulin resistance is associated with DMT2 have some effect on the
metabolism of carbohydrates and fats. Hypertriglyceridemia is a major clinical features of insulin
resistance syndrome. Hypertriglyceridemia is a part of the process of atherosclerosis development
together with the dysregulation of protein derived from adipocytes such as an increase in PAI-1 and
hipoadiponektinemia. The research objective was to determine differences in levels of adiponectin,
triglycerides at DMT2 and non-DM, and determine the relationship of HbA1c on adiponectin levels,
triglyceride levels in DMT2.
The study design was cross sectional comporative study, Conducted in Internal Medicine
Department of Dr. M. Djamil Padang, Biomedical College Andalas University. The number of
samples 70 people were divided into groups of cases and controls 35 people 35 people.Examination of
adiponectin levels using ELISA and triglyceride levels were measured with Human Liquicalor Test
Kit.
The results have average levels of adiponectin in the group DMT2 lower comparedwith non-
DM and statistically significant, mean levels of triglycerides in the groupDMT2 higher than in non-
DM, but not statistically significant. Analysis of correlationwith levels of HbA1c Adiponectin
weak correlation obtained is r = 0.29 (p = 0.86). Correlation analysis with HbA1c levels of
triglycerides obtained a very weakcorrelation of r = 0.08 (p = 0.6) Research conclusions
are contained decreased levels of adiponectin in DMT2 andelevated triglyceride levels. There is
negatif correlation between adiponectin and HbA1c with positif correlation between HbA1c with
triglycerides.
Key words: Diabetes Mellitus Type 2, HbA1c, Adiponectin, Triglycerides
RELATION OF HYPERGLYCEMIA WITH THE ACTIVITIES OF SUPEROXIDE DISMUTASE,
CUPRUM AND ZINK CONTENT ON TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENS
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic
hyperglycemia. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) > 7% indicated uncontrolled DM. Hyperglycemia
causes excessive production of free radicals that trigger oxidative stress.Superoxide Dismutase (SOD)
as an endogenous antioxidant will increase its activity by changing superoxide anion (O2*) into
hydrogen peroxide (H2O2) and oxygen (O2). Cuprum (Cu) and zinc (Zn) is a co-factor of the SOD to
be available in sufficient quantities to protect the oxidative stress. The purpose of this research was to
determine differences in SOD activity, Cu and Zn levels in Type 2 DM patients with non-DM and to
determine the relationship of hyperglycemia with the activity of SOD, Cu and Zn levels in patients
with Type 2 DM
The study design was cross sectional study comparative, conducted in Dr.M.Djamil
Department of Internal Medicine department of Padang, Faculty of Medicine Biomedical, Chemistry
Natural Science Laboratories Unand. The number of samples as 70 people were divided into groups
of cases and controls 35 people. Examination of SOD activity using the ELISA method and
Hipertrigliseridemia merupakan ciri
klinis utama dari sindrom resistensi insulin
dan seringkali disertai peningkatan kadar
Plasminogen Activator Inhibition1 (PAI-1)
plasma. Hipertrigliseridemia merupakan
bagian pada proses perkembangan
aterosklerosis bersama-sama dengan
disregulasi protein yang berasal dari adiposit
seperti peningkatan PAI-1 dan
hipoadiponektinemia. Penanda/marker DMT2
salah satu diantaranya adalah marker
adiponektin. Adiponektin adalah hormon yang
bertanggung jawab terhadap pengaturan
asupan dan pengeluaran energi. Sejumlah studi
memperlihatkan bahwa adiponektin ditemukan
mengalami penurunan pada kondisi obesitas,
diabetes melitus tipe 2, dislipidemia dan
penyakit kardiovaskuler. Hipoadiponektinemia
juga dihubungkan dengan peningkatan kadar
trigliserida (TG) dan small dense Low Densty
Lipoprotein (sdLDL) serta penurunan High
Densty Lipoprotein (HDLC).
Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan kadar adiponektin,
kadar trigliserida pada DMT2 dan Non DM
dan mengetahui hubungan hiperglikemia
terhadap kadar adiponektin, kadar trigliserida
pada DMT2
METODE
Penelitian ini merupakan cross
sectional study comperative, tempat penelitian
Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang, dan Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran Unand. Jumlah sampel sebanyak
70 orang terdiri dari kelompok kasus 35 orang
dan kontrol 35 orang. Pemeriksaan kadar
adiponektin menggunakan ELISA dan kadar
trigliserida diukur dengan Human Liquicalor
Test Kit.
HASIL
Rerata ±SD p
DM Non DM
Adiponekt
in (μl)
2,7±0,3 2,9±0,1 0.001
Trigliserid
a (mg%)
111,3±45,5 102,9±56
,0
0,49
Dari tabel dapat diketahui bahwa
rerata kadar adiponektin pada kelompok
DMT2 (2,7±0,3) lebih rendah dibandingkan
dengan Non DM (2,9±0,1) dan secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna dengan
nilai p < 0,05. Namun kadar adiponektin
yang didapat pada kedua kelompok dibawah
normal <4 μg/ml.
rerata kadar trigliserida pada DMT2
(111,3±45,5) lebih tinggi dari pada non DM
(102,9±56,0) secara statistik tidak bermakna
dengan nilai p>0,05, Namun pada kedua
kelompok kadar trigliserida yang didapat
masih dalam batas normal (<150 mg%).
Korelasi persentase antara HbA1c
dengan kadar adiponektin dapat terlihat pada
gambar 5.1 menunjukan semakin tinggi
persentase HbA1c semakin rendah kadar
adiponektin. Dari analisis korelasi HbA1c
dengan kadar Adiponektin diperoleh korelasi
lemah yaitu r = 0,29 dan secara statistik tidak
bermakna p>0,05
Korelasi antara persentase HbA1c
dengan kadar trigliserida dapat dilihat pada
gambar 5.2. Semakin tinggi persentase HbA1c
semakin tinggi kadar trigliserida. Dari analisis
korelasi HbA1c dengan kadar trigliserida
diperoleh korelasi sangat lemah yaitu r = 0,08
dan scara statistik tidak bermakna p>0,05
DISKUSI
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ada perbedaan rerata kadar adiponektin
pada kelompok DM dibandingkan kelompok
non DM dan secara statistik terdapat hubungan
yang bermakna. Hasil kadar adiponektin yang
didapatkan pada DMT 2 dan non DM masih
dibawah normal yaitu < 4 μl. Sedangkan dari
rerata kadar adiponektin pada DMT2 lebih
rendah dari pada kelompok DM disebabkan
karena pada DMT2 diawali dengan resisten
insulin. Insulin dan insulin like growth factor-
1 (IGF-1) meningkatkan sintesa adiponektin
pada jaringan adiposa. Jadi pada DMT2 terjadi
defisiensi insulin yang menyebabkan
menurunnya kadar adiponektin.
Adiponektin merangsang fosforilasi
dari ACC, menstimulasi oksidasi dari asam-
asam lemak bebas, metabolisme glukosa dan
laktat, mengurangi enzim-enzim
glukoneogenetik dan memperbaiki efektifitas
dari insulin, menghasilkan beberapa sitokin,
sehingga adiponektin berperan sebagai
antidiabetik dan antiaterogenik (Stejskal et al,
2003). Protein juga dapat meningkatkan
sensitivitas dari hepatosit ke insulin, dengan
menurunkan konsentrasi lemak. Sehingga
adiponektin dapat memperbaiki keadaan
hiperglikemia (Chandran et al, 2003).
Adiponektin dapat menurunkan
akumulasi trigliserida di otot skelet dengan
meningkatkan oksidasi asam lemak melalui
aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine
Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP
kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi
Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan
enzim lipolitik yang dapat mengkatabolis
VLDL melalui peningkatan ekspresi
Peroxisome Proliferators Activator Receptor γ
(PPARγ) di hati dan adiposit. Pada tingkat
hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai
Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati
pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi
penurunan sintesis trigliserida. Kadar
adiponektin yang rendah dan dislipidemia
pada penderita diabetes melitus tipe 2
berhubungan dengan kadar LPL (Eynatten et
al, 2004).
Pada studi yang dilakukan oleh
Nakashima et al., 2006 didapati penurunan
kadar adiponektin pada penderita diabetes
dibandingkan dengan yang tidak menderita
diabetes (9.47 ± 0.48 vs 11.69 ± 0.25,
p<0.001). Studi observasional yang dilakukan
oleh Stejskal et a.l, 2003 membandingkan
adiponektin/IMT (indeks massa tubuh) pada
penderita DM yang terkendali, ternyata lebih
tinggi dibandingkan dengan yang tidak
terkendali (rata-rata adiponektin/IMT adalah
9,7 vs 6,7, p< 0.01) dan juga terdapat
hubungan yang terbalik antara kadar
adiponektin dengan kadar HbA1C (-0,32,
P=0,02) (Stejskal et al, 2003).
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa tidak adanya perbedaan rerata kadar
trigliserida pada kelompok DM dibandingkan
kelompok non DM. Walaupun secara statistik
tidak menunjukan hasil yang bermakna tetapi
apabila dilihat dari rerata kadar trigliserida
pada kelompok DM (111,3±45,5) lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok non DM
(102,9±56,0). Namun pada kedua kelompok
kadar trigliserida yang didapatkan pada DMT2
dan non DM masih dalam batas normal, hal ini
mungkin disebabkan karena sampel pada
penelitian ini belum mengalami gangguan
pada metabolisme lemak dan sampel
merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap
dan menggunakan obat-obatan yang
menurunkan kadar lemak darah.
Kadar trigliserida yang tinggi pada
DM disebabkan karena hiperglikemia
merupakan manifestasi gangguan metabolisme
karbohidrat, bila tidak tertanggulangi, segera
akan diikuti pula oleh gangguan metabolisme
lemak atau dislipidemia (Sugondo,2006).
Dislipidemia adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan tingginya kadar trigliserida
dan kolesterol yang disebabkan oleh diabetes
terutama diabetes tidak terkontol.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan yang dilakukan oleh Zargar et al
(1995) yang mendapatkan rerata kadar
trigliserida yang lebih tinggi yaitu 257±24,7
mg/dl, sedangkan Bahia et al (1999) pada
penelitiannya terhadap DMT2 juga
mendapatkan kadar trigliserida 152±86,2
mg/dl, begitu juga Muwarni et al
mendapatkan kadar trigliserida pada DM laki-
laki 170,75±48,84 mg/dl dan perempuan
189,36±34,90 mg/dl.
Penelitian yang dilakukan oleh
Nakhjavani et al (2006) mendapatkan kadar
trigliserida yang tinggi pada penderita DMT2
yaitu 208±96 mg/dl. Arora et al (2007) dalam
penelitiannya juga mendapatkan kadar
trigliserida yang tinggi pada DM dengan rerata
167,85±27,9 mg/dl. Bhatti et al mendapatkan
kadar trigliserida pada penderita DMT2
dengan rerata 266±15 mg/dl.
Hasil Analisis korelasi persentase
HbA1c dengan kadar adiponektin pada DMT2
didapatkan korelasi lemah yaitu (r = -0,29)
dengan nilai p>0,05, Menunjukan bahwa
dengan meningkatnya persentase HbA1c
diikuti oleh penurunan kadar adiponektin.
Namun secara statistik tidak terdapat
hubungan yang bermakna. Korelasi yang
lemah ini disebabkan karena pada
penelitiannya jumlah sampel yang diambil
sebanyak 35 orang penderita DMT2 dan 35
orang kontrol sehingga jumlah sampel sedikit
serta pada penelitian ini pasien obesitas tidak
termasuk, dimana pada obesitas paling banyak
ditemukan penurunan kadar adiponektin.
Terjadinya peningkatan persentase HbA1c
pada penderita DMT2 menggambarkan
ketidakterkendalinya glukosa darah selama
tiga bulan terakhir. Hiperglikemia
menyebabkan terjadinya hiperlipidemia yang
akan meningkatkan β oksidasi yang
menyebabkan sintesis adiponektin menurun.
Hipoadiponektinemia berperan
sebagai faktor resiko independen dari
resistensi insulin. Hipoadiponektinemia
dihubungkan dengan peningkatan kadar
trigliserida (Efstathiou et al, 2005; Kodowaki
and Yamauchi,2005; Santaniemi et al, 2006).
Hipoadiponektinemia juga dihubungkan
dengan peningkatan kadar trigliserida (TG)
dan small dense Low Densty Lipoprotein
(sdLDL) serta penurunan High Densty
Lipoprotein (HDL) (Smith and Yang, 2005;
Marso et al, 2008). Penelitian yang dilakukan
oleh Schulze dkk (2004) pada 741 pasien
DMT2 meneliti hubungan antara keadaan
plasma adiponektin dengan HbA1c, lipid
darah dan marker inflamasi. Kadar plasma
adiponektin berhubungan positif dengan High
Density Lipoprotein (HDL) dan berhubungan
negatif dengan trigliserida.
Penelitian yang dilakukan oleh Stott
et al, 2009 berupa penelitian kasus kontrol
pada 179 sampel dengan 532 kontrol juga
mendapatkan hubungan yang bermakna antara
kadar adiponektin plasma dengan diabetes
melitus dan trigliserida. Sedangkan Kliss et al,
2009 berupa penelitian kasus kontrol pada 64
orang penderita DM dan 32 orang tanpa DM
mendapatkan hubungan yang bermakna antara
kadar adiponektin plasma dengan diabetes
melitus dan kadar trigliserida. Hasil yang sama
juga didapatkan oleh Chen et al, 2005, dimana
kadar adiponektin plasma secara bermakna
lebih rendah pada diabetes melitus.
Hasil Analisis kerelasi persentase
HbA1c dengan kadar trigliserida pada DMT2
didapatkan korelasi sangat lemah (r = 0,08)
dengan nilai p>0,05. Menunjukan bahwa
dengan meningkatnya persentase HbA1c
diikuti oleh peningkatan kadar trigliserida
dalam darah, namun secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna.
Peningkatan persentase HbA1c pada DMT2
menggambarkan ketidakterkendalinya gula
darah selama 3 bulan terakhir. hiperglikemia
merupakan manifestasi gangguan metabolisme
karbohidrat, bila tidak tertanggulangi, segera
akan diikuti pula oleh gangguan metabolisme
lemak atau dislipidemia (Sugondo,2006).
Resistensi insulin pada DMT2
memiliki beberapa efek pada metabolisme
lemak. Pada keadaan resistensi insulin,
hormon sensitive lipase di jaringan adiposa
akan menjadi aktif sehingga lipolisis
trigliserida di jaringan adiposa semakin
meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan
asam lemak bebas yang berlebihan. Asam
lemak bebas akan memasuki aliran darah,
sebagian akan digunakan sebagai sumber
energi dan sebagian akan dibawa ke hati
sebagai bahan baku pembentuk trigliserida. Di
hati asam lemak bebas akan kembali menjadi
trigliserid kembali dan menjadi bagian dari
VLDL. VLDL yang dihasilkan pada keadaan
resistensi insulin akan sangat kaya dengan
trigliserid. (Thevenod, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Bays
(2003) yang mengemukakan bahwa
hiperglikemia pada DMT2 akan
mengakibatkan pemecahan trigliserida yang
akan melepaskan asam lemak bebas ke
sirkulasi. Petitti et al (2007) dalam
penelitiannya mengemukakan terdapat
hubungan antara kadar HbA1c yang tinggi
dengan peningkatan trigliserida.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukan penurunan
kadar adiponektin pada diabetes melitus tipe 2
dan peningkatan kadar trigliserida. Terdapat
korelasi negatif antara HbA1c dengan
adiponektin, dan korelasi positif antara HbA1c
dengan trigliserida.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam John MF, 2006. Dislipidemia.
Dalam : Sudoyo Aru W, Setiyohadi
Bambang, Alwi Idrus dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi
IV, Jakarta : FK-UI, 1926-28.
2. Alice, SR., Dora, M.,B,, Barbara, J.N.,
Madhur, S., Ronald., L.,G,, Grady, S.,M.,
et al, 2003. Plasma adi ponectin and leptin
levels, body compositions and glucose
utilization in adult women with wide
ranges of age and obesity. British Journal
of Nutrition; 85;333-341
3. American Diabetes Association, 2001.
Management of dyslipidemia in adults with
diabetes. Diabetes Care.;24 (Suppl. 1):S58–
S61.
4. American Diabetes Association, 2004.
ADA Position Statement : Standard of
Medical Care in Diabetes. Diabetes
Care; 29 (suppl 1) : S4-S42
5. Anwar, Bahri. Dislipidemia sebagai Faktor
Resiko Penyakit Jantung Koroner. USU
Digital Library 2004; 1-10.
6. Arora M, Koley S, Gupta S, Sandhu JS,
2007. A study on lipid profile and body fat
in patients with diabetes mellitus.
Anthropologist, 9(4): 295-98
7. Bahia L, Gomes MB, Marco da Cruz P,
Gonzales MF, 1999. Coronary artery
disease, microalbuminuria and lipid profile
in patients with non-insulin-dependent
diabetes mellitus. Arq Bras Cardiol, 73:17-
22
8. Bays H, 2003. Atherogenic dyslipidemi in
type 2 diabetes and metabolic syndrome:
current and future treatment options. Br J
Diabetes Vasc dis, 3:356-60
9. Bhatti SM, Dhakan S, Khan MA,2009.
Trends of lipid abnormalities in Pakistani
type-2 diabetes mellitus patients: a tertiary
care centre data. J Med Sci, 25(6): 883-89
10. Bouskila M, Pajvani UB and Scherer PE,
2005. Adiponectin: a relevant player in
PPARγ agonist mediated improvements
in hepatic insulin sensitivity Journal of
Clinical Endocrinology and Metabolism.;
29:S17-S23
11. Brown, A.A. and Frank B. Dietary
Modulation of Endothelial Function:
Implications for Cardiovascular Disease.
American Journal of Clinical Nutrition
2001; 73: 673-686.
12. Chan DC, Watts GF, Uchida Y, Sakai N,
Yamashita S, 2005. Adiponectin and other
adipocytokines as predictors of markers of
triglyseride rich lipoprotein metabolism.
Clin Chem; 51: 578-8
13. Chandran M, Philips SA, Ciaraldi T, Henry
RR, 2003. Adiponectin: more than just
another fat cell hormone? Diabetes Care;
26:2442-50
14. Chen MP, Tsai JCR, Chung FM, Yang SS,
Hsing LL, Shin SJ et al, 2005.
Hipoadiponectinemia is Associated with
ischemic cerebrovascular Disease.
Arterioscler Thromb Vasc Biol ; 25 : 821-
26
15. Darmono, 2005. Komplikasi Diabetes
Melitus. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
16. De Caterina, R., Antonella Z., Serena D.T.,
Rosalinda M., Marika M. Nutritional
Mechanisms that Influence Cardiovascular
Disease. American Journal of Clinical
Nutrition 2006; 83: 421S-426S.
17. Djoko, 2011.“New Approach in the
Treatment of Type 2 Diabetes” Semarang,
Universitas Briwijaya Press; 2011
18. Dyck DJ, Heigenhauser GJF, and Bruce
CR. The role of adipokines as regulators of
skeletal muscle fatty acid metabolism and
insulin sensitivity. Acta Physiol; 2006;
186:5-16
19. Efstathiou, SP., Tsioulos, D.I., Tsiakou
A.G., Gratsias,. Y.E., Pefanis, A.V.,
Mountokalakis TD, 2005. Plasma
adiponectin Levels and five-year survival
after first ever ischemic stroke. 19-27
20. Eynatten VM, Schneider JG, Humpert PM,
Rudofsky G, Schmidt N, Barosch P, 2004.
Decreased plasma lipoprotein lipase in
hypoadiponectinemia. Diabetes Care;
27:2925-9
21. Fisher FFM, Trujillo ME, Hanif W, 2005.
Serum high Molecular Weight Complex of
Adi ponectin Correlates Better With
Glucose Tolerance than Total Serum
Adiponectin in Indo-Asian Males.; 48: 7-
19
22. Gallagher EJ, Roith D, Bloomgarden Z,
2009. Review of hemoglobin A1C in the
management of diabetes. Journal of
diabetes; 1:9-17
23. Goldberg IJ, 2001. Diabetic Dyslipidemia:
Causes and Consequenses, Clinical
Review. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism ; 86(3) :
965-71.
24. Goldfine AB and Kahn CR., 2003.
Adiponectin: linking the fat cell to insulin
sensitivity. The Lancet; 362:1431-2
25. Gustaviani,R., 2006. Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam :
Sudono, AW, et al,, Buku Ajar Penyakit
Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
26. Haffner SM, et.al, 1998. Mortality from
coronary heart disease in subjects with type
2 diabetes and in nondiabetic subjects with
and without prior myocardial infarction. N
Engl J Med.;339:229–234.
27. Hilbert Timothy,Lifshitz MS, 2007. Lipids
and Dyslipoproteinemia In: Henry‟s
Clinical Diagnosis and Management by
Laboratory Methods. 21th ed. Saunders
Elsevier. : 201- 17
28. Hotta K, Funahashi T, Arita Y, Takahashi
M, Matsuda M, Okamoto Y, et al, 2000.
Plasma concentrations of a novel, adipose-
specific protein, adiponectin, in type 2
diabetic patients. Arterioscler Thromb &
Vasc Biol.; 20(6):1595-9
29. Islam,M.,S.,and Loots, D.,T., 2007.
Diabetes, metallothionein, and zinc
interaction : a review. BioFactors : 29 ;
2003-212
30. Japardi, Iskandar. Patomekanisme Stroke
Infark Aterotrombotik. USU Digital
Library 2002; 1-13.
31. Johansen JS, Harris AK, Richly D, 2005.
Oxidative Stress and use of antioxidant in
diabetes : linking basic science to clinical
practice cardiovasc diabetelogy 4 (5) ; 1-
11
32. Kadowaki, T., and Yamauchi, T., 2005.
Adiponectin and adiponectin receptors.
Endocr Rev; 26: 51-439
33. Kern, P.A., Gina,B., Di., G., Tong Lu,
Rassouli N, and Ranganathan G. 2003,
Adiponectin expression from human
adipose tissue: relation to obesity, insulin
resistance, and tumor necrosis factor-
expression. American Journal of Clinical
Nutrition; 52:85-99
34. Klis,M.,Z., Kasznicki,J., et al.2009.
Adiponectine Plasma Concentration, Type
2 Diabetes Melitus, Cardiovascular Disease
and features of Metabolic syndrome.
Diabet Dosw Klin; 9,2;81-87
35. Kopp HP, Krzyzanowska K, Mohlig M,
Spranger J, 2005. Pfeiffer AFH and
Schernthaner G. Effects of marked weight
loss on plasma levels of adiponectin,
markers of chronic subclinical
inflammation and insulin resistance in
morbidly obese women. Int J Obes;
29:766-71
36. Lawrence,G.S., Yusuf I., Wijaya,A.,
Wahid.,S., 2004, Kadar Adiponektin
Rendah pada Toleransi Glukosa
Terganggu: Implikasi Vaskuler awal,
J.Med Nus.25, pp 125-132
37. Marso S, Hiatt W.R, 2008. Peripheral
Arterial Disease in Patients With Diabetes.
Journal of the American College of
Cardiology;47 : 921-9
38. Martin, B., Watkins, J.,B., Ramsey, J.,W.,
2006. Evaluating metabolic syndrome in a
medical physiology laboratory. Journal of
Clinical Endocrinology and metabolism;
91(2): 398-400
39. Matsubara M, Maruoka S, and Katayose S.
2002. Inverse relationship between plasma
adiponectin and leptin concentrations in
normal weight and obese women. Eur J
Endocrinology; 147:173–80
40. Meiliana,A.,WijayaA.2006. Adiponektin
Penanda Untuk Penyakit kardiovaskuler,
sindroma metabolik, Diabetes Melitus Tipe
2, dan NASH. Forum diagnosticum;1-6
41. Mayes, P.A.,2003. Biosintesa Asam
Lemak. Dalam : Murray, R.K., Granner,
D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W.
Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC,
222-22
42. Murray, R.K., Daryl K.G., Victor W.R.
Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;
2009.
43. Muwarni, S., Mulyohadi A., Ketut M. Diet
Aterogenik pada Tikus Putih (Rattus
novergicus strain Wistar) sebagai Model
Hewan Aterosklerosis. Jurnal Kedokteran
Brawijaya 2006; 22 (1): 7-9.
44. Nishimura, M., Izumiya,Y., Higuchi, A.,
Shibata, R., Qiu, J., Kudo C et al., 2008.
Adiponectin prevents cerebral ischemic
injury trough Endothelial Nitric Oxide
Synthase- Dependent Mechanism.
Circulation ; 117 : 23-216
45. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
46. Okamoto Y, Kihara S, Funahashi T,
Matsuzawa Y, Libby P, 2006. Adiponectin:
a key adipocytokine in metabolic
syndrome. Clin Scien.; 110:267-78
47. PERKENI,2006. Petunjuk Praktis
Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2.PB
Perkini.Jakarta
48. PERKENI,2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.PB Perkini.Jakarta.
49. Petitti DB, Imperatore G, Palla SL, Daniel
SR, Dolan LM, Kershnar AK,et al, 2007.
Serum lipids and glucose control. Arch
Pediart Adolesc Med, 161: 159-65
50. Powers, A.C., 2005. Diabetes Melitus. In :
Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L.,
Braunwald, E., Hauser, S.L., & Jameson,
J.L. Harrison’s Principle of Internal
Medicine. New York : McGraw-Hill, 2153-
2158.
51. Rattarasarn C. 2006. Physiological and
pathophysiological regulation of regional
adipose tissue in the development of
insulin resistance and type 2 diabetes. Acta
Physiol.; 186:87–10
52. Roberto, B., Sabrina, A., Claudia, D.,
Maria, G.,F., Giovanni, P., et al. 2004.
Adiponectin Relationship with Lipid
Metabolism Is Independent of Body Fat
Mass: Evidence from Both Cross-Sectional
and Intervention Studies. Journal of
Clinical Endocrinology and Metabolism.;
89:71-99
53. Ruan,H., and Lodish, H.,F., 2004.
Regulation of insulin sensitifity by adipose
tissue de rived hormones and inflammatory
cytokines. Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism.; 15: 297-
302
54. Santaniemi M, Kesaniemi YA,Ukkola O,
2006. Low Plasma Adiponectin
Concentration Is An Indicator Of the
Metabolic syndrome.European Journal Of
Endoctrinologi; 155: 745-59
55. Schulze MB, Rimm EB, Shai I, Rifai N,
Hu FB. 2004. Relationship between
adiponectin and glicemic control, blood
lipids, and inflammatory penandas in men
with type 2 diabetes. Diabetes Care;
27:1680-7
56. Smith,U., Yang X, 2005. Adipocytokines
and the Pathogenesis of the metabolic
syndrome.In Byrne CD, Wild SH editors.
The Metabolic Syndrome. John Wiley and
Sons Ltd : 53-239
57. Stejskal D, ruzieka V, Adamovska S, 2003.
Adiponectin Concentration as a Criterion
of Metabolic Control in Persons with type
2 Diabetes Mellitus? Biomed Papersv; 147
(2): 167-72
58. Stott DJ, Welsh P, Rumley A, Robertson
M, Ford I, Sattar N et al, 2009.
Adipocytokines and risk of stroke in older
people : a Nested Case Control Study.
International Journal of Epidemiology ; 38
: 253-61
59. Sugondo, S., 2006. Obesitas. Dalam:
Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Edisi 4.
Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 1919-192
60. Sungkar MA. 2007. Hubungan antara
pengendalian metabolik dan komplikasi
kronik diabetes tipe 2 pada penyakit
kardiovaskuler. Dalam darmono,dkk
(eds),Naskah lengkap Diabetes melitus
ditinjau dari berbagai aspek penyakit
dalam. Badan penerbit universitas
dipenegoro. Semarang.. 257-65
61. Suyono,Slamet, 2006. Buku Ajar Penyakit
Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
62. Thevenod, F., 2008. Pathophysiology of
Diabetes Mellitus Type 2 : Roles of
Obesity, Insulin Resistance and β-cell
dysfunction. 19: 1-18
63. Trujillo, M.E., Scherer, P.E., 2005.
Adiponectin - journey from an adipocyte
secretory protein to bio marker of the
metabotic syndrome. Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism.; 257: 75-
167
64. Van der Vleuten, G.M., van Tits LJH, den
Heijer M, Lemmers H, et al.,2005.
Decreased adiponectin levels in familial
combined hyperlipi emia patients
contribute to the atherogenic lipid profile.
British Journal of Nutrition; 46: 404- 517
65. Vendrell ,J., Broch, M., Vilarrasa, N.,
Molina, A., et al, 2004. Resistin,
adiponectin, ghrelin, leptin, and
proinflammatory cytokines: relationships in
obesity. American Journal of Clinical
Nutrition; 12:71-96
66. Vettor R, Milan G, Rossato M and
Federspil G,2005. Adipocytokines and
insulin resistance. Aliment Pharmacol
Ther; 22(2):3-10
67. Wasim, H., Al-Daghri, N.,M., Chetty, R.,
Mc Teran,P.G., Barnett AH, Kumar S.
2006, Relationship of serum adiponectin
and resistin to glucose intolerance and fat
topography in South Asians.
Cardiovascular Diabetology; 5:10
68. WHO, 1999. Definition of Metabolic
Syndrome in definition, Diagnosis and
Classification of Diabetes Melitus. Geneva,
World Health Organization, Departement
of Noncommunicable Disease Suveillance
69. WHO, 2005, http:// www.depkes.go.id,
Jumlah penderita Diabetes Indonesia
Rangking ke-4 di Dunia, Depkes
RI,Jakarta, Pada tanggal 09 Agustus 2008
70. Yamauchi, T., Komon. J., Waki, H., 2001.
The fat derived hormone adiponectin
reverses insulin resistance associated with
both lipoatrophy and obesity. Journal of the
American College of Nutrition; 7: 6-41
71. Zargar AH, Wandroo FA, Wadhwa MB,
Laway BA, Masoodi SR, Shah NA, 1995.
Serum lipid profile ini non-insulin-
dependent Diabetes mellitus associated
with obesity. Int J Diab Dev Countries,
15:9-13
Top Related