HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA)...
Transcript of HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA)...
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI
DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA
DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN
KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Gaya Hidup
dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan
Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Ksatriadi Widya Dwinugraha
NIM. I14080042
ii
ABSTRAK
Ksatriadi Widya Dwinugraha. Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi
dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan Perkotaan. Dibimbing
oleh Hadi Riyadi.
Penelitian bertujuan mempelajari hubungan antara gaya hidup dan
pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat
perbedaan antara remaja SMA di desa dan kota. Desain penelitian adalah cross
sectional study. Contoh adalah remaja kelas X di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan
dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan contoh
menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah contoh sebanyak
110 orang. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi kebiasaan merokok
semakin rendah kebiasaan jajan, semakin tinggi waktu penggunaan internet
semakin tinggi jumlah air yang diminum contoh, dan semakin tinggi pengetahuan
gizi contoh semakin rendah frekuensi makan serta jumlah air yang diminum.
Kata kunci: kebiasaan makan, kebiasaan merokok, pengetahuan gizi,
penggunaan internet, remaja
ABSTRACT
Ksatriadi Widya Dwinugraha. Relationship of lifestyle and nutritional
knowledge with food habit among high school adolescent in urban and rural.
Supervised by Hadi Riyadi.
The objective of this research was to study correlation between life styles
and nutrition knowledge with eating habit of rural and urban adolescent. Research
design was cross sectional study.Samples were selected from adolescent of Senior
High School of 10th
grader at SMA Negeri 109 Jakarta Selatan and SMK Giri
Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Sampling was done using Simple Random
Sampling. The sample consisted of 110 students. The results that the higher the
smoking habit the lower the habit of buying street or junk food, the higher internet
usage the higher the water consumption, and the higher the nutrition knowledge
the lower the eating frequency and the water consumption.
Keywords: adolescent, smoking habit, internet usage, nutrition knowledge,
eating habit
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI
DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA DI
PEDESAAN DAN PERKOTAAN
KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
Judul : Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan
Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan
Nama : Ksatriadi Widya Dwinugraha
NIM : I14080042
Disetujui oleh
Dr Ir Hadi Riyadi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul
―Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja
SMA di Pedesaan dan Perkotaan‖. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi
penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen
Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak
masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh mata
kuliah serta penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani M.Sc yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk menjadi bagian dari penelitian payung yang berjudul
―Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖.
3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.
4. Kepala sekolah dan staf guru di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan
SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin
meneliti dan menerima penulis dengan baik selama pengambilan data.
5. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan,
serta semangat tiada henti kepada penulis. Kakakku Karina Rahmadia
Ekawidyani yang selalu mendukung serta memberi masukan dalam
penyelesaian skripsi ini. Adikku Liberty Trirahmadika Widyakusuma yang
juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis.
6. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan 46.
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala
bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya
ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Ksatriadi Widya Dwinugraha
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Tujuan Umum 2
TujuanKhusus 2
Hipotesis 2
Kegunaan 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE PENELITIAN 3
Desain, Tempat, dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 5
Definisi Operasional 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Karakteristik Contoh 8
Usia 8
Jenis Kelamin 9
Uang Saku 9
Karakteristik Keluarga 9
Besar Keluarga 9
Pendapatan Orang Tua 10
Pekerjaan Orang Tua 11
Pengetahuan Gizi 11
Gaya Hidup 12
Merokok 12
Konsumsi Alkohol 14
Penggunaan Internet 15
Kebiasaan Makan 18
Hubungan antar Variabel 21
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kebiasaan Makan 21
vii
Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan 21
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan 22
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data 5
Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh 8
Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh 10
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 12
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok 13
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol 15
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet 16
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan 19
Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan
makan 21
Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan
kebiasaan makan 21
Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan
kebiasaan makan 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi
dengan kebiasaan makan contoh 3
Gambar 2 Cara penarikan contoh 4
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan makan seseorang merupakan hal yang penting, karena
kelebihan atau kekurangan dalam hal makan akan membahayakan status gizinya.
Status gizi seseorang merupakan keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh faktor
langsung, seperti konsumsi pangan dan adanya penyakit infeksi, serta faktor tak
langsung, seperti faktor fisiologis, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi
(Tarwoto et al. 2010). Gangguan kesehatan dapat terjadi apabila seseorang
mengalami kelebihan atau kekurangan zat gizi (malnutrition) akibat pola makan
tidak seimbang (Khomsan 2004).
Ketika seorang anak memasuki masa remaja, banyak yang kemudian
mulai terlibat dalam perilaku yang berisiko terhadap kesehatannya. Terdapat 6
tipe perilaku yang berisiko terhadap kesehatan remaja tersebut, yaitu kurang
aktivitas fisik, kebiasaan makan yang buruk, merokok, minum alkohol, perilaku
yang mengarah pada seksualitas dan kekerasan, yang semuanya dapat menjadi
penyebab terjadinya kematian dan kecacatan (Escobar &Anderson 2008).
Kelompok rentan gizi merupakan kelompok dalam masyarakat yang
paling mudah terganggu kesehatannya akibat kekurangan gizi. Keadaan rentan
gizi sering dialami oleh remaja SMA karena mereka sedang mengalami
pertumbuhan cepat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan kelompok usia lain (Khomsan 2009). Behrman et al. (2004)
mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran
usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir (late adolescence)
yang sedang mengalami masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial
dari masa remaja menuju dewasa. Hal ini menyebabkan munculnya gaya hidup
(life style) tertentu di kalangan remaja SMA.
Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk
menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Seorang remaja yang mudah
terpengaruh oleh teman (peer group) akan kehilangan identitas sosial, sehingga
dapat berisiko terhadap masalah kesehatannya (McMurray 2003). Bereksperimen
dengan alkohol atau rokok merupakan hal yang paling sering ditemukan selama
masa remaja. Kebiasaan merokok dan/atau konsumsi alkohol di kalangan remaja
SMA sangat berkaitan dengan krisis aspek psikososial, yaitu masa ketika seorang
remaja sedang mencari identitas dirinya.
Lebih lanjut, besarnya keingintahuan remaja terutama mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan lingkungannya menyebabkan remaja selalu berusaha
mencari tahu lebih banyak mengenai informasi yang diinginkannya. Arus
globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun
nasional karena semakin mudah dan cepatnya informasi diperoleh melalui
perantara media massa seperti internet. Beragam akses terhadap informasi dan
hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat dilakukan melalui internet, sehingga
disebutkan dapat menembus batas dimensi kehidupan penggunanya, waktu, dan
bahkan ruang (Nafisse et al. 2013).
2
Peneliti ilmu sosial dan kesehatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara eksposur berlebihan terhadap media dengan perilaku yang berisiko
terhadap kesehatan remaja (Escobar & Anderson 2008). Seperti diketahui remaja
menjadi target mudah bagi pasar komersial di internet, karena cenderung mudah
terpengaruh tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang
akan diterima saat mengakses aktivitas internet tertentu (Montgomery 2000). Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara gaya hidup (penggunaan
internet, merokok, dan konsumsi alkohol) dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan
makan remaja SMA.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara gaya hidup
(merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) dan pengetahuan gizi
dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat perbedaan antara remaja
SMA di kota dan desa.
TujuanKhusus
1. Mengetahui karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang
saku.
2. Mengetahui karakteristik keluarga contoh berupa besar keluarga,
pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
3. Mengkaji dan membandingkan pengetahuan gizi contoh di kota dan di
desa.
4. Mengkaji dan membandingkan gaya hidup contoh (meliputi merokok,
konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) di kota dan di desa.
5. Mengkaji dan membandingkan kebiasaan makan contoh di kota dan di
desa.
6. Mengetahui hubungan antara gaya hidup dan pengetahuan gizi dengan
kebiasaan makan contoh.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi
dan gaya hidup (meliputi merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet)
dengan kebiasaan makan remaja SMA.
Kegunaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
(awareness) kepada orang tua, pendidik, dan petugas kesehatan masyarakat
tentang bagaimana penggunaan internet, kebiasan merokok, dan konsumsi alkohol
berkontribusi terhadap kebiasaan makan remaja SMA yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi dan kesehatan remaja SMA.
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang
ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,
psikologi, dan aspek fungsional. Masa remaja adalah salah satu tahap yang paling
dinamik dalam perkembangan manusia, karena merupakan transisi antara masa
kanak-kanak ke kehidupan orang dewasa. Hal yang paling terlihat dari remaja,
selain perubahan bentuk dan ukuran tubuh adalah perubahan gaya hidup.
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi
dengan kebiasaan makan contoh
Keterangan:
: : Peubah yang diteliti
: Peubah yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gaya hidup dapat didefinisikan sebagai pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
―keseluruhan diri seseorang‖ dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Karakteristik seseorang berupa usia, jenis kelamin, dan uang saku akan
mempengaruhi gaya hidup, begitu juga karakteristik keluarga berupa besar
keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Karakteristik Contoh
- - Usia
- - Jenis Kelamin
- - Uang saku
-
Karakteristik Keluarga
- - Besar Keluarga
- - Pendapatan orangtua
- - Pekerjaan orangtua
Gaya Hidup
- - Penggunaan internet
- - Merokok
- - Konsumsi alkohol
- Kebiasaan Makan
Status Gizi
Pengetahuan Gizi
- Ketersediaan makanan
-
4
Gaya hidup yang terbentuk dalam diri seseorang akan mempengaruhi
kebiasaan makan. Selain dipengaruhi oleh gaya hidup, pengetahuan gizi dan
ketersediaan makanan juga ikut memberikan pengaruh terhadap kebiasaan makan.
Kebiasaan makan yang berlangsung terus menerus inilah yang nantinya akan
mempengaruhi status gizi seseorang. Bagan kerangka hubungan pengetahuan gizi
dan gaya hidup dengan kebiasaan makan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
―Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖ (Dwiriani et al.
2012). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study, yaitu mempelajari hubungan pengetahuan gizi dan gaya hidup
terhadap kebiasaan makan anak SMA di kota dan di desa dengan cara mengamati
gaya hidup yang biasa dilakukan pada individu dari suatu populasi secara
bersamaan dalam satu waktu. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 109
Jakarta Selatan dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah contoh yang memenuhi
kriteria inklusi, yaitu remaja kelas X, dapat berkomunikasi dengan baik, dan
bersedia diwawancarai sebagai responden. Remaja yang telah memenuhi kriteria
kemudian diambil dengan menggunakan metode simple random sampling, yaitu
pengambilan sampel secara acak. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian
ini adalah sebanyak 110 orang yang terdiri dari 27 remaja putra dan 28 remaja
putri SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 25 remaja putra dan 30 remaja putri
SMK Giri Taruna Jasinga. SMA Negeri 109 Jakarta Selatan mewakili SMA kota
dan SMK Giri Taruna Jasinga mewakili SMA desa. Teknik penarikan contoh
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Cara penarikan contoh
Sekolah Menengah Atas
(SMA)
SMAN109 Jakarta Selatan SMK Giri Taruna
Jasinga
25 Remaja Putra
25 Remaja Putri
25 Remaja Putra
25 Remaja Putri
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer (Tabel
1). Data primer meliputi peubah-peubah yang akan diteliti, yaitu: 1) Karakteristik
contoh, berupa usia, jenis kelamin, serta uang saku; 2) Karakteristik keluarga,
meliputi besar keluarga, pendapatan orangtua, dan pekerjaan orangtua; 3) Gaya
hidup, meliputi penggunaan internet, merokok, dan konsumsi alkohol; 4)
Pengetahuan gizi; 5) Kebiasaan makan. Tipe data, peubah, dan metode
pengumpulan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data
No Peubah Indikator Alat dan Cara
Pengumpulan Skala Data
1. Karakteristik contoh a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Uang saku
Wawancara langsung
dengan kuesioner
Nominal
Nominal
Ordinal
2. Karakteristik
keluarga
a. Besar keluarga Wawancara langsung
dengan kuesioner
Nominal
b. Pendapatan orang tua Ordinal
c. Pekerjaan orang tua Nominal
3. Gaya hidup a. Penggunaan internet
b. Merokok
c. Konsumsi alkohol
Wawancara langsung
dengan kuesioner
Ordinal
Ordinal
Ordinal
4. Pengetahuan gizi - Wawancara langsung
dengan kuesioner Ordinal
5. Kebiasaan makan - Wawancara langsung
dengan kuesioner
Ordinal
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh diolah dengan tahapan-tahapan, meliputi
editing, coding, entry, cleaning untuk dianalisis selanjutnya. Data kuesioner yang
telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek konsistensi informasi.
Kemudian dilakukan coding sesuai dengan peubah sebagai panduan entri dan
dilakukan entri data sesuai dengan kode yang telah dibuat. Cleaning dilakukan
apabila data terlalu berlebihan dengan cara menghapus data tersebut. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis
menggunakan program SPSS version 20.0 for Windows.
Karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku,
sedangkan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendapatan orang tua,
dan pekerjaan orang tua diolah dengan memberikan pengelompokan atau skala
pada setiap peubah. Pengelompokan usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun.
Pengkategorian jenis kelamin contoh dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan
perempuan. Pengelompokan uang saku contoh dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu uang saku besar (≥median) dan uang saku kecil (< median).
Data besar keluarga diolah dengan mengelompokkan berdasarkan jumlah
anggota keluarga. Besar keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu
keluarga kecil (≤4 orang anggota keluarga), keluarga sedang (5-7 orang anggota
keluarga), dan keluarga besar (≥8 orang anggota keluarga) (Hurlock 1998).
Pendapatan orang tua dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu pendapatan
6
orang tua tinggi (≥ median) dan pendapatan orang tua rendah (< median).
Pekerjaan orang tua dibagi ke dalam tujuh kelompok, yaitu tidak bekerja,
PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa, dan
lainnya.
Gaya hidup yang diukur meliputi tiga indikator, yaitu penggunaan internet,
merokok, dan konsumsi alkohol. Merokok serta konsumsi alkohol dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu kelompok ―ya‖ dan kelompok ―tidak‖. Penggunaan
internet diukur melalui beberapa peubah, yaitu penggunaan internet dalam
seminggu, lama menjadi pengguna internet, kepemilikan PC/laptop/tablet,
langganan akses internet, tempat yang paling sering digunakan untuk akses
internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan internet membantu
pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet mengubah
kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan akun media
sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses website social
networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering digunakan di
website social networking.
Pengetahuan gizi diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan yang jenisnya
tertutup. Kategori pengetahuan gizi baik jika pertanyaan dijawab benar lebih dari
80%, sedang jika pertanyaan dijawab benar antara 60-80%, dan pengetahuan gizi
kurang jika pertanyaan dijawab benar kurang dari 60%. Kebiasaan makan yang
diamati meliputi frekuensi makan per hari, kebiasaan makan bersama keluarga,
waktu makan bersama keluarga, frekuensi makan bersama keluarga di luar rumah,
jumlah air yang diminum, kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi
konsumsi suplemen, makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir,
kebiasaan jajan di sekolah, dan frekuensi makan snack.
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis
data. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik
inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap peubah
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Statistik inferensia
yang digunakan adalah uji korelasi.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS version20.0
for Windows. Uji statistik yang dilakukan, antara lain:
1. Analisis Deskriptif
a. Karakteristik contoh: usia, jenis kelamin, dan uang saku.
b. Karakteristik keluarga: besar keluarga, pendapatan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan gaya hidup,
pengetahuan gizi, dan kebiasaan makan contoh di kota dan desa.
3. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan
antar peubah penelitian dengan skala ordinal, meliputi :
a. Menganalisis hubungan gaya hidup dengan kebiasaan makan.
b. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan.
7
Definisi Operasional
Contoh adalah remaja yang berusia 15-17 tahun, murid SMA kelas X di SMK
Giri Taruna Jasinga dan SMA N 109 Jakarta, dapat berkomunikasi dengan
baik, dan bersedia diwawancarai sebagai responden.
Remaja adalah seseorang yang berusia 10-20 tahun.
Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat
mempengaruhi gaya hidupnya, yaitu usia, jenis kelamin, dan uang saku.
Karakteristik keluarga adalah ciri khusus terkait kondisi keluarga contoh yang
memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi gaya hidup contoh, yaitu
besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya.
Penggunaan internet adalah suatu kegiatan yang diukur (dinyatakan dalam byte,
kilobyte, megabyte, atau gigabyte) melalui jumlah data yang mengalir
melalui komputer dan jaringan internet untuk periode tertentu.
Merokok adalah mengisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar
Konsumsi alkohol adalah konsumsi zat psikoatif yang bersifat adiktif.
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta
interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.
Kebiasaan makan adalah cara-cara yang dipakai orang pada umumnya untuk
memilih bahan makanan yang mereka makan sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologis, kebudayaan, dan sosial.
Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh remaja yang dapat dilihat dari
indeks massa tubuh (IMT) dan makanan yang dikonsumsi.
Pengkategorian IMT dibedakan menjadi kurang (<18.5 kg/m2), normal
(≥18.5-22.9 kg/m2), pre-obese (23-24.9 kg/m
2), obese I (25-29.9 kg/m
2),
dan obese II (≥30 kg/m2).
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 110 orang yang terdiri atas
55 orang siswa/i SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 55 orang siswa/i SMK Giri
Taruna Jasinga. Karakteristik contoh dari penelitian ini meliputi usia, jenis
kelamin, dan uang saku.
Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Usia:
15-16 tahun 50 90.9 23 41.8 73 66.4
17-18 tahun 05 09.1 30 54.5 35 31.8
>18 tahun 00 00.0 02 03.6 02 01.8
Total 55 100 55 100 110 100
Jenis Kelamin:
Laki-laki 27 49.1 25 45.5 52 47.3
Perempuan 28 50.9 30 54.5 58 52.7
Total 55 100 55 100 110 100
Uang Saku:
<Rp 10 000,00 01 01.8 22 40 23 20.9
≥Rp 10 000,00 54 98.2 33 60 87 79.1
Total 55 100 55 100 110 100
Usia
Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang
ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,
psikologi dan aspek fungsional. Dari segi usia, masa remaja dapat dibagi menjadi
remaja awal (10-13 tahun), remaja menengah (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-
20 tahun) (Behrman et al.2004). Contoh dalam penelitian ini memiliki usia yang
berada pada kisaran 15 sampai dengan 19 tahun dan dibagi ke dalam 3 kelompok
usia, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berasal dari SMA di
kota hampir seluruhnya berada di kelompok usia 15-16 tahun (90.9%), sementara
contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar tersebar di kelompok usia
15-16 tahun (41.8%) dan 17-18 tahun (54.5%) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan
bahwa usia contoh yang berasal dari SMA di desa cenderung lebih tua
dibandingkan dengan usia contoh yang berasal dari SMA di kota. Usia seorang
siswa kelas X yang ideal adalah 16 tahun (diasumsikan kelas 1 SD berusia 6
tahun). Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa memiliki usia yang
lebih tua daripada yang seharusnya, yaitu cuti/izin yang cukup lama dikarenakan
permasalahan internal siswa tersebut−contohnya masalah kesehatan, siswa malas
bersekolah sehingga tidak naik kelas, dan kurangnya kesadaran orang tua akan
pendidikan sehingga siswa terlambat dimasukkan ke sekolah.
9
Jenis Kelamin
Data jenis kelamin yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa
proporsi jenis kelamin laki-laki maupun perempuan cukup seimbang, baik SMA
di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan dari metode penelitian, dimana
pengambilan contoh minimal 25 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. SMA di kota memiliki 27 contoh berjenis kelamin laki-laki dan 28
contoh berjenis kelamin perempuan. SMA di desa memiliki 25 contoh berjenis
kelamin laki-laki dan 30 contoh berjenis kelamin perempuan.
Uang Saku
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,
mingguan atau bulanan (Napitu diacu dalam Lusiana 2008). Jumlah uang saku per
hari yang diterima contoh yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya
berjumlah ≥Rp 10 000,00 (98.2%). Hal yang berbeda dirasakan 40% contoh yang
berasal dari SMA di desa dimana jumlah uang saku yang diterima per harinya
<Rp 10 000,00 (Tabel 2). Perbedaan pemberian uang saku di kota dan desa dapat
disebabkan beberapa faktor, diantaranya jumlah anggota keluarga−dimana
semakin banyak jumlah anggota keluarga alokasi uang saku akan semakin rendah,
perbedaan harga barang dan jasa di desa dan kota, serta rendahnya penghasilan
yang dimiliki keluarga di desa dibandingkan dengan keluarga di kota.
Karakteristik Keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah (keturunan), maupun
karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam satu rumah tangga
(Effendy1995). Karakteristik keluarga dari penelitian ini meliputi besar keluarga,
pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua−yang dibagi ke dalam pekerjaan
ayah dan pekerjaan ibu.
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya
yang sama (Sanjur dalam Fitriadini 2010). Menurut Hurlock (1998), besar
keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤4 orang
anggota keluarga), keluarga sedang (5-7 orang anggota keluarga), dan keluarga
besar (≥8 orang anggota keluarga).
Besar keluarga contoh yang berasal dari SMA di kota berada dalam
kelompok keluarga kecil (49.1%) dan keluarga sedang (50.9%). Adapun besar
keluarga contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada dalam
kelompok keluarga sedang (69.1%), bahkan terdapat kelompok keluarga besar
(12.7%) yang tidak ditemukan pada contoh yang berasal dari SMA di kota. Hanya
terdapat 18.2% contoh yang berasal dari SMA di desa yang berada pada kelompok
keluarga kecil (Tabel 3).
10
Dari penjabaran di atas, dapat dilihat pada masyarakat pedesaan program
Keluarga Berencana (KB) kurang berjalan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Pahlupi et al. (2012) yang menyatakan bahwa sasaran utama program
KB adalah penduduk pedesaan. Mereka dianggap masih memiliki informasi yang
sedikit tentang keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari program
pemerintah ini.
Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Besar Keluarga:
Kecil 27 49.1 10 18.2 37 33.6
Sedang 28 50.9 38 69.1 66 60.0
Besar 00 00.0 07 12.7 07 06.4
Total 55 100 55 100 110 100
Pendapatan Orang Tua:
<Rp 2 000 000,00 05 09.1 45 81.8 50 45.5
≥Rp 2 000 000,00 50 90.9 10 18.2 60 54.5
Total 55 100 55 100 110 100
Pekerjaan Ayah:
Karyawan swasta 19 34.5 04 07.3 23 20.9
Wiraswasta/pedagang 17 30.9 11 20.0 28 25.5
PNS/polisi/ABRI 07 12.7 04 07.3 11 10.0
Buruh 03 05.5 29 52.7 32 29.1
Tidak bekerja 00 00.0 04 07.3 04 03.6
Jasa (penjahit, supir
ojeg, reparasi) 00 00.0 03 05.5 03 02.7
Lainnya 04 07.3 0 00.0 04 03.6
Meninggal 05 09.1 0 00.0 05 04.5
Total 55 100 55 100 110 100
Pekerjaan Ibu:
Tidak bekerja(IRT) 30 54.5 45 81.8 75 68.2
PNS/polisi/ABRI 12 21.8 00 00.0 12 10.9
Karyawan swasta 04 07.3 00 00.0 04 03.6
Wiraswasta/pedagang 03 05.5 04 07.3 07 06.4
Jasa (penjahit, salon) 02 03.6 03 05.5 05 04.5
Buruh 00 00.0 03 05.5 03 02.7
Lainnya 03 05.5 00 00.0 03 02.7
Meninggal 01 01.8 00 00.0 01 00.9
Total 55 100 55 100 110 100
Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di kota hampir
seluruhnya berjumlah ≥Rp 2 000 000,00 per bulan (90.9%). Sementara itu,
pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di desa sangat berkebalikan
dengan contoh yang berasal dari SMA di kota. Pendapatan orang tua contoh yang
berasal dari SMA di desa hampir seluruhnya berjumlah <Rp 2 000 000,00 per
bulan (81.8%) (Tabel 3).
Menurut Spicker et al. (2002), rendahnya pendapatan dapat disebabkan
oleh 4 faktor besar. Pertama, individual explanation atau karakteristik orang
miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang
sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja. Kedua, familial
11
explanation, kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat
pendidikan orang tua yang rendah telah membawa mereka ke dalam kemiskinan.
Akibatnya mereka juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada
anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara
terus menerus dan turun temurun. Ketiga, subcultural explanation, kemiskinan
dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik
perilaku lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan,
kebiasaan yang enggan untuk bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan
bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran
dan berakibat pada kemiskinan. Keempat, structural explanations, kemiskinan
timbul akibat ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturan lain yang menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja,
sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang
statusnya rendah dan haknya terbatas. Kemiskinan yang disebabkan oleh dampak
kebijakan pemerintah, atau kebijakan yang tidak berpihak pada kaum miskin juga
termasuk pada faktor ini.
Pekerjaan Orang Tua
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling
menentukan kuantitas dan kualitas makanan, karena jenis pekerjaan memiliki
hubungan dengan pendapatan yang diterima. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan
konsumsi, kesehatan diri, dan keluarga (Suhardjo 1989).
Pekerjaan ayah contoh yang berasal dari SMA di kota terbagi ke dalam
dua kelompok besar, yaitu karyawan swasta (34.5 %) dan wiraswasta/pedagang
(30.9%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok PNS, buruh, dan lainnya
(pensiunan PNS dan satpam) (Tabel 3). Pekerjaan orang tua contoh yang berasal
dari SMA di desa sebagian besar buruh (52.7%), diikuti dengan
wiraswasta/pedagang (20%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok tidak
bekerja, PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, dan jasa (penjahit, supir ojeg,
reparasi) (Tabel 3).
Pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada
dalam kelompok tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga (54.5%), diikuti
dengan PNS/polisi/ABRI (21.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok
karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon), dan lainnya (guru
tidak tetap, guru TK) (Tabel 3). Senada dengan contoh yang berasal dari SMA di
kota, pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di desa juga sebagian besar
menjadi ibu rumah tangga (81.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam
kelompok buruh, wiraswasta/pedagang, dan jasa (penjahit, salon) (Tabel 3).
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi,
serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi
yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau
buruk. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui pendidikan formal,
informal, dan nonformal (Suhardjo 1996). Tingkat pengetahuan gizi seseorang
12
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada status gizinya (Khomsan et al. 2007).
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Pengetahuan
Gizi
SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Baik 12 21.8 00 00.0 12 10.9
Sedang 41 74.5 17 30.9 58 52.7
Kurang 02 03.6 38 69.1 40 36.4
Total 55 100 55 100 110 100
Pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar
berada pada kategori sedang (74.5%), dan hanya 3.6% yang berada pada kategori
kurang. Adapun pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian
besar berada pada kategori kurang (69.1%) dan tidak ada contoh yang berada pada
kategori baik (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata
(p=0.000) dimana tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota
lebih baik dibanding tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di
desa. Hal ini menunjukkan sangat rendahnya tingkat pengetahuan gizi contoh
yang berasal dari SMA di desa. Tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari
SMA di kota pun masih harus ditingkatkan sebab hanya terdapat 21.8% contoh
yang berada pada kategori baik
Diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan sadar gizi kepada
contoh, khususnya yang berasal dari SMA di desa. Upaya peningkatan
pengetahuan dan sadar gizi perlu diprioritaskan dan mendapat dukungan dari
berbagai sektor termasuk tenaga pendidik. Remaja yang memiliki pengetahuan
gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya
(Parmenter & Wardle 1999).
Gaya Hidup
Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana
orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Gaya hidup dapat dibagi ke dalam beberapa peubah. Pada
penelitian ini terdapat tiga peubah yang diamati, yaitu merokok, konsumsi
alkohol, dan penggunaan internet.
Merokok
Merokok adalah proses mengisap asap tembakau yang dibakar kedalam
tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong dalam Nasution 2011).
Merokok seakan menjadi suatu kebiasaan yang lazim ditemukan di kalangan
masyarakat baik dewasa, remaja, dan bahkan balita. Perilaku merokok yang telah
dimulai sejak dini akan mengikat remaja untuk terus mengkonsumsinya hingga
dewasa karena dalam rokok terkandung zat adiktif. Peubah merokok dalam
penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, lama merokok, pengenalan rokok,
faktor utama merokok, darimana paling sering mendapatkan rokok, jumlah rokok
yang dihisap per hari, dan apakah contoh mengetahui bahaya merokok.
13
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Kebiasaan merokok:
Ya 05 09.1 11 20.0 16 14.5
Tidak 50 90.9 44 80.0 94 85.5
Total 55 100 55 100 110 100
Lama Merokok:
<1 tahun lalu 5 100 9 81.8 14 87.5
>1-3 tahun lalu 0 0 1 09.1 1 06.25
>3-5 tahun lalu 0 0 0 00.0 0 00.00
>5 tahun lalu 0 0 1 09.1 1 06.25
Total 5 100 11 100 16 100
Pengenalan Rokok:
Teman sekolah 3 60.0 5 45.5 8 50.0
Teman di luar
sekolah 2 40.0 6 54.5 8 50.0
Orang tua 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Saudara 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Lainnya 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Total 5 100 11 100 16 100
Faktor Utama Merokok:
Ikut-ikutan teman 3 60.0 6 54.5 9 56.25
Menghilangkan
stress
2 40.0 3 27.3 5 31.25
Gengsi/penampilan 0 00.0 2 18.2 2 12.50
Ikut-ikutan orang
tua 0 00.0 0 00.0 0 00.00
Total 5 100 11 100 16 100
Paling Sering Mendapat Rokok:
Beli sendiri 3 60.0 7 63.6 10 62.5
Diberi teman 2 40.0 4 36.4 6 37.5
Minta pada orang
tua 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Lainnya 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Total 5 100 11 100 16 100
Jumlah Rokok yang Dihisap per Hari:
1-2 batang 3 60.0 5 45.5 8 50.0
3-5 batang 2 40.0 6 54.5 8 50.0
6-10 batang 0 00.0 0 00.0 0 00.0
>10 batang 0 00.0 0 00.0 0 00.0
Total 5 100 11 100 16 100
Mengetahui Bahaya Rokok:
Ya 5 100 11 100 16 100
Tidak 0 000 00 000 00 000
Total 5 100 11 100 16 100
Terdapat lima orang (9.1%) contoh yang berasal dari SMA di kota yang
memiliki kebiasaan merokok. Sementara contoh yang berasal dari SMA di desa
yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah sebelas orang (20%) (Tabel 5).
Semua contoh yang merokok berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar contoh,
baik di kota maupun desa, telah merokok selama setahun kurang (87.5%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar contoh masih berada pada taraf ―coba-coba‖.
Bereksperimen dengan alkohol atau rokok merupakan hal yang paling sering
ditemukan selama masa remaja (McMurray 2003). Hasil uji beda menunjukkan
14
bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kebiasaan merokok contoh yang
berasal dari SMA di kota dengan di desa (p = 0.106).
Contoh yang berasal dari SMA di kota mengenal rokok dari teman sekolah
(60%) dan teman di luar sekolah (40%). Contoh yang berasal dari SMA di desa
mengenal rokok dari teman sekolah (45.5%) dan teman di luar sekolah (54.5%)
(Tabel 5). Dari data dapat dilihat bahwa teman sebaya, baik di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah, sangat mempengaruhi pembentukan gaya hidup seorang
remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka akan semakin
tinggi intensi merokoknya, sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap
teman sebaya maka semakin rendah pula intensi merokoknya (Sartika et al. 2009).
Baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun SMA di desa lebih
dari 50% menyatakan bahwa faktor utama mereka merokok adalah karena ikut-
ikutan teman. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 54.5%
contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5).
Pengaruh teman sebaya merupakan pemicu kuat timbulnya intensi merokok
remaja. Hal ini didukung oleh pendapat McCool et al. (2003) yang menyatakan
bahwa pengaruh teman sebaya merupakan prediktor yang lebih kuat daripada
faktor lainnya terhadap intensi merokok remaja.
Cara contoh memperoleh rokok, baik kota maupun desa, dapat dikatakan
sama. Sebagian besar contoh memperoleh rokok dengan membeli menggunakan
uang sendiri. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 63.6%
contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5).
Sebagian lagi memperoleh rokok dari pemberian teman, hal ini berlaku untuk
contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa.
Seperti yang telah disebutkan di atas, dikarenakan sebagian besar contoh
masih berada pada taraf ―coba-coba‖ maka jumlah rokok yang dihisap per hari
pun cenderung tidak terlalu banyak. Secara umum, jumlah rokok yang dihisap per
hari oleh contoh tersebar ke dalam dua kelompok, yaitu 1-2 batang per hari dan 3-
5 batang per hari. Contoh yang berasal dari SMA di kota lebih banyak yang
menghisap 1-2 batang rokok per hari (60%), sementara contoh yang berasal dari
SMA di desa lebih banyak yang menghisap 3-5 batang per hari (54.5%) (Tabel 5).
Sebanyak 100% contoh mengetahui bahaya merokok (Tabel 5). Namun
faktanya mereka tetap merokok meskipun mengetahui bahaya merokok. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya contoh telah memasuki gejala
tobacco dependency atau tahap ketergantungan tembakau yang disebabkan oleh
nikotin, contoh merasa tidak akan diterima oleh lingkungan atau teman
sepermainannya bila tidak merokok, serta merokok dianggap menjadi salah satu
cara untuk melepaskan ketegangan dan membuat rileks.
Konsumsi Alkohol
Alkohol adalah zat psikoatif yang bersifat adiktif. Zat psikoatif adalah
golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, yang dapat
menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, dan kesadaran
seseorang. Adiksi atau adiktif adalah suatu keadaan kecanduan atau
ketergantungan terhadap jenis zat tertentu. Seseorang yang menggunakan alkohol
mempunyai rentang respon yang tidak stabil dari kondisi yang ringan sampai berat
(Teguh 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun contoh,
15
baik yang berasal dari SMA di kota maupun desa, yang mengkonsumsi alkohol
(Tabel 6).
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol
Konsumsi
Alkohol
SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Ya 00 000 00 000 000 000
Tidak 55 100 55 100 110 100
Total 55 100 55 100 110 100
Penggunaan Internet
Internet adalah sebuah alat yang memiliki informasi meliputi dimensi
sosial-ekonomi, budaya dan politik. Penggunaan komputer dan internet memiliki
potensi untuk mengembangkan dan mengubah kebiasaan yang ada pada
masyarakat (Demir dalam Adalier 2012). Media sosial adalah sebuah media di
internet, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.
Blog, jejaring social, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Kaplan dan Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content. Peubah penggunaan internet dalam penelitian ini meliputi
penggunaan internet dalam seminggu, lama menjadi pengguna internet,
kepemilikan PC/laptop/tablet, langganan akses internet, tempat yang paling sering
digunakan untuk akses internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan
internet membantu pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet
mengubah kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan
akun media sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses
website social networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering
digunakan di website social networking.
Penggunaan internet contoh yang berasal dari SMA di kota tersebar ke
dalam 3 kelompok, yaitu 0-14 jam per minggu sebanyak 58.2%, 15-35 jam per
minggu sebanyak 25.5%, dan lebih dari 35 jam per minggu sebanyak 16.4%. Hal
yang cukup berbeda diperlihatkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa
dimana penggunaan internet sebagian besar berkisar antara 0-14 jam per minggu
(94.5%). Hanya terdapat 5.5% contoh yang berasal dari SMA di desa
menggunakan internet antara 15-35 jam per minggu (Tabel 7).
Lama penggunaan internet contoh yang berasal dari SMA di kota sangat
berkebalikan dengan contoh yang berasal dari SMA di desa. Contoh yang berasal
dari SMA di kota mayoritas menggunakan internet lebih dari 3 tahun yang lalu
(56.5%), sementara contoh yang berasal dari SMA di desa mayoritas
menggunakan internet kurang dari 1 tahun (63.6%) (Tabel 7). Hasil uji beda
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara lama penggunaan internet
per minggu pada contoh yang berasal dari SMA di kota dengan di desa (p=0.000).
16
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Penggunaan Internet dalam Seminggu:
0-14 jam 32 58.2 52 94.5 84 76.4
15-35 jam 14 25.5 03 05.5 17 15.5
>35 jam 09 16.4 00 00.0 09 08.2
Total 55 100 55 100 110 100
Lama Menjadi Pengguna Internet:
0-12 bulan 08 14.5 35 63.6 43 39.1
1-3 tahun 16 29.1 15 27.3 31 28.2
>3 tahun 31 56.4 05 09.1 36 32.7
Total 55 100 55 100 110 100
Kepemilikan PC/Laptop/Tablet:
Ya 49 89.1 01 01.8 50 45.5
Tidak 06 10.9 54 98.2 60 54.5
Total 55 100 55 100 110 100
Langganan Akses Internet:
Ya 36 65.5 06 10.9 42 38.2
Tidak 19 34.5 49 89.1 68 61.8
Total 55 100 55 100 110 100
Tempat yang Sering Digunakan untuk Akses Internet (jawaban boleh lebih dari satu)
Handphone 35 63.6 32 58.2 67 60.9
Rumah 20 36.4 00 00.0 20 18.2
Warnet 04 07.3 23 41.8 27 24.5
Sekolah 02 03.6 00 00.0 02 01.8 Rumah teman 01 01.8 00 00.0 01 00.9
Mall 01 01.8 00 00.0 01 00.9
Lainnya 06 10.9 00 00.0 06 05.5
Alasan Penggunaan Internet (jawaban boleh lebih dari satu)
Social networking 49 89.1 29 52.7 78 70.9
Mengerjakan tugas
sekolah
45 81.8 31 56.4 76 69.1
Download 36 65.5 12 21.8 48 43.6
Main games 25 45.5 12 21.8 37 33.6
Surfing 10 18.2 01 01.8 11 10.0
Tidak tahu 00 00.0 00 00.0 00 00.0
Apakah Penggunaan Internet Membantu Pengerjaan Tugas Sekolah:
Ya 54 98.2 50 90.9 104 94.5
Tidak 01 01.8 05 09.1 006 05.5
Total 55 100 55 100 110 100
Pengenalan Internet:
Teman 32 58.2 40 72.7 72 65.5
Saudara 14 25.5 05 09.1 19 17.3
Orang tua 08 14.5 00 00.0 08 07.3
Guru 01 01.8 09 16.4 10 09.1
Lainnya 00 00.0 01 01.8 01 00.9
Total 55 100 55 100 110 100
17
Tabel 7 (lanjutan) Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Internet Mengubah Kebiasaan HidupAnda dari Sebelum Mengenal Internet:
Ya 47 85.5 39 70.9 86 78.2
Tidak 08 14.5 16 29.1 24 21.8
Total 55 100 55 100 110 100
Kepemilikan Akun Media Sosial:
Ya 55 100 38 69.1 93 84.5
Tidak 00 0 17 30.9 17 15.5
Total 55 100 55 100 110 100
Akses Website Social Networking per Minggu:
Setiap hari 23 41.8 07 12.7 30 27.3
Sering (5x) 07 12.7 03 05.5 10 09.1 Kadang (3-4 x) 17 30.9 17 30.9 34 30.9
Jarang (1-2 x) 07 12.7 19 34.5 26 23.6
1kali 01 01.8 09 16.4 10 09.1
Total 55 100 55 100 110 100
Fasilitas yang Sering Digunakan di Website Social Networking (jawaban boleh lebih dari satu)
Chatting 43 78.2 19 34.2 62 56.4 Mencari produk/jasa 08 14.5 03 05.5 11 10.0
Update infomasi
produk/jasa
08 14.5 10 18.2 18 16.4
Bermain game yang
disediakan
08 14.5 13 23.6 21 19.1
Membuat/membalas
08 14.5 08 14.5 16 14.5
Lainnya 01 01.8 00 00.0 01 00.9
Contoh yang berasal dari SMA di kota sebanyak 89.1% memiliki PC,
tablet, atau laptop. Sementara contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian
besar tidak memiliki PC, tablet, atau laptop (98.1%). Sebanyak 65.5% contoh
yang berasal dari SMA di kota berlangganan akses internet, namun hanya 10.9%
contoh yang berasal dari SMA di desa berlangganan akses internet (Tabel 7). Dari
ketiga hal yang dijelaskan tadi−meliputi lama penggunaan internet, kepemilikan
PC/tablet/laptop, dan langganan akses internet dapat dilihat bahwa contoh yang
berasal dari SMA di desa kurang terpapar dengan teknologi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi yang lebih rendah daripada contoh yang
berasal dari SMA di kota.
Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun
di desa, paling sering mengakses internet melalui handphone (berturut-turut
63.6% dan 58.2%) (Tabel 7). Hasil penelitian dimana lebih dari setengah total
contoh (60.9%) mengakses internet melalui handphone menunjukkan pergeseran
fungsi handphone dewasa ini. Sementara untuk akses kedua terbanyak setelah
handphone, sesuai dengan pembahasan sebelumnya mengenai kepemilikan
PC/laptop/tablet dan langganan internet, contoh yang berasal dari SMA di kota
mengakses internet dari PC di rumah (36.4%) sementara contoh yang berasal dari
SMA di desa mengakses internet dari warnet (41.8%) (Tabel 7).
Alasan utama contoh yang berasal dari SMA di kota menggunakan
internet adalah untuk social networking (89.1%) dan mengerjakan tugas (81.8%),
sementara alasan utama contoh yang berasal dari SMA di desa menggunakan
internet adalah untuk mengerjakan tugas (56.4%) dan social networking (52.7%).
18
Tingginya jumlah contoh yang menjadikan social networking sebagai alasan
utama menggunakan internet (70.9%) sesuai dengan pertanyaan lanjutan
mengenai kepemilikan akun media sosial dimana sebanyak 84.5% dari total
contoh menyatakan memiliki akun media sosial (Tabel 7). Adapun alasan utama
kedua terbanyak, yaitu mengerjakan tugas (69.1%) sesuai dengan pertanyaan
lanjutan, yaitu ―apakah penggunaan internet membantu pengerjaan tugas
sekolah?‖. Sebagian besar contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di
desa menyatakan ―ya‖ (94.5%) (Tabel 7).
Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun
di desa, menyatakan pertama kali pengenalan internet dilakukan oleh teman
(berturut-turut 58.2% dan 72.7%). Pengenalan internet kepada contoh yang
berasal dari SMA di kota juga dilakukan oleh saudara (25.5%), orang tua (14.5%),
dan guru (1.8%), sementara pengenalan internet kepada contoh yang berasal dari
SMA di desa juga dilakukan oleh guru (16.4%), saudara (9.1%), dan mencoba
sendiri−dimasukkan dalam kategori ―lainnya‖ (1.8%) (Tabel 7).
Mayoritas contoh yang berasal dari SMA di kota telah bergabung dengan
website social networking lebih dari 1 tahun (94.5%). Akses ke website social
networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di kota berkisar antara 2
rentang waktu utama, yaitu setiap hari (41.8%) dan 3-4 kali per minggu (30.9%).
Hal yang berbeda terlihat pada contoh yang berasal dari SMA di desa. Lama
bergabung contoh yang berasal dari SMA di desa dengan website social
networking kebanyakan kurang dari satu tahun (41.8%), selain itu akses ke
website social networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di desa
berkisar antara 2 rentang waktu utama, yaitu 1-2 kali per minggu (34.5%) dan 3-4
kali per minggu (30.9%) (Tabel 7).
Fasilitas di website social networking yang sering digunakan contoh yang
berasal dari SMA di kota cukup beragam. Chatting merupakan fasilitas yang
paling sering digunakan (78.2%), sementara sisanya tersebar secara merata pada
pencarian produk/jasa, update informasi produk/jasa, bermain game yang
disediakan, dan membuat/membalas e-mail (14.5%). Senada dengan contoh yang
berasal dari SMA di kota, contoh yang berasal dari SMA di desa pun paling
banyak menggunakan fasilitas chatting di website social networking (34.2%).
Penggunaan fasilitas yang lain juga dilakukan oleh contoh yang berasal dari SMA
di desa, yaitu bermain game yang disediakan (23.6%), update informasi
produk/jasa (18.2%), membuat/membalas e-mail (14.5%), dan mencari
produk/jasa (5.5%) (Tabel 7).
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih
pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan pada anak usia
sekolah tergantung pada kehidupan di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih
menyukai makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya. Kadang-kadang
anak malas makan di rumah, hal ini disebabkan akibat stres atau sakit (Hidayat
&Alimul 2004). Peubah kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi frekuensi
makan, kebiasaan makan bersama keluarga, waktu makan bersama keluarga,
frekuensi makan bersama keluarga di luar rumah, jumlah air yang diminum,
19
kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi konsumsi suplemen,
makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir, kebiasaan jajan di sekolah,
dan frekuensi makan snack.
Frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar
berada pada kategori makan tiga kali sehari (61.8%), dan hanya 29.1% yang
berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari. Adapun frekuensi makan
contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada pada kategori makan
satu sampai dua kali sehari (58.2%), dan yang berada pada kategori makan tiga
kali sehari hanya 36.4% (Tabel 8). Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan yang nyata (p=0.002) antara contoh yang berasal dari SMA di kota dan
di desa, dimana frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih
tinggi dibanding frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di desa.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Frekuensi Makan:
1-2 kali 16 29.1 32 58.2 48 43.6
3 kali 34 61.8 20 36.4 54 49.1
>3 kali 05 09.1 03 05.5 08 07.3
Total 55 100 55 100 110 100
Kebiasaan Makan Bersama Keluarga:
Selalu
(tiap hari)
25 45.5 11 20.0 36 32.7
Kadang
(2-3x/minggu)
39 50.9 44 80.0 72 65.5
Tidak pernah 02 03.6 00 00.0 02 01.8
Total 55 100 55 100 110 100
Waktu Makan Bersama Keluarga (jawaban boleh lebih dari satu)
Makan pagi 13 23.6 20 36.4 33 30.0
Makan siang 08 14.5 24 43.6 32 29.1
Makan malam 49 89.1 32 58.2 81 73.6
Frekuensi Makan Bersama Keluarga di Luar Rumah:
0-2 kali/bulan 35 63.6 51 92.7 86 78.2
3-5 kali/bulan 19 34.5 04 07.3 23 20.9
6-7 kali/bulan 01 01.8 00 00.0 01 00.9
Total 55 100 55 100 110 100
Jumlah Air yang Diminum:
<5 gelas 04 07.3 20 36.4 24 21.8
5-7 gelas 28 50.9 20 36.4 48 43.6
≥8 gelas 23 41.8 15 27.3 38 34.5
Total 55 100 55 100 110 100
Kebiasaan Sarapan Pagi:
Selalu
(tiap hari)
21 38.2 30 54.5 51 46.4
Kadang
(2-3x/minggu)
31 56.4 25 45.5 56 50.9
Tidak pernah 03 05.5 00 00.0 03 02.7
Total 55 100 55 100 110 100
Konsumsi Suplemen:
Ya 16 29.1 10 18.2 26 23.6
Tidak 39 70.9 45 81.8 84 76.4
Total 55 100 55 100 110 100
20
Tabel 8 (lanjutan) Sebaran contoh beradasarkan kebiasaan makan
Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total
n % n % n %
Frekuensi Konsumsi Suplemen per Minggu:
1-3 kali 07 43.75 08 80.0 15 57.7
4-6 kali 04 25.00 01 10.0 05 19.2
7 kali 05 31.25 01 10.0 06 23.1
Total 16 100 10 100 26 100
Makan Siang:
Membawa
bekal
15 27.3 04 07.3 19 17.3
Jajan di
sekolah
33 60.0 14 25.5 47 42.7
Jajan di luar
sekolah
00 000.0.0 06 10.9 06 05.5
Makan di
rumah
07 12.7 31 56.4 38 34.5
Total 55 100 55 100 110 100
Konsumsi Fast Food 1 Minggu Terakhir:
0-1 kali 27 49.1 41 74.5 68 61.8
2-3 kali 25 45.5 10 18.2 35 31.8
4-5 kali 03 05.5 04 07.3 07 06.4
Total 55 100 55 100 110 100
Kebiasaan Jajan di Sekolah:
Ya 50 90.9 53 96.4 103 93.6
Tidak 05 09.1 02 03.6 07 06.4
Total 55 100 55 100 110 100
Frekuensi Makan Snack:
Selalu
(tiap hari)
16 29.1 25 45.5 41 37.3
Kadang
(2-3x/minggu)
39 70.9 29 52.7 68 61.8
Tidak pernah 00 00.0 01 01.8 01 00.9
Total 55 100 55 100 110 100
Kebiasaan makan bersama keluarga contoh yang berasal dari SMA di kota
terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu selalu (45.5%) dan kadang (50.9%).
Contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar hanya kadang-kadang
makan bersama keluarga (80%). Waktu makan yang biasa digunakan untuk
makan bersama keluarga adalah malam hari, baik contoh yang berasal dari SMA
di kota maupun di desa (73.6%) (Tabel 8).
Contoh yang berasal dari SMA di kota memiliki kebiasaan minum air
yang terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu 5-7 gelas dalam sehari (50.9%)
dan ≥8 gelas dalam sehari (41.8%). Kebiasaan minum air contoh yang berasal dari
SMA di desa terbagi secara merata, yaitu <5 gelas dalam sehari (36.4%), 5-7 gelas
dalam sehari (36.4%), dan ≥8 gelas dalam sehari (27.3%) (Tabel 8). Hal ini
menunjukkan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih memperhatikan jumlah
air yang diminum dibandingkan contoh yang berasal dari SMA di desa.
Terdapat 46.4% contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa yang
selalu sarapan pagi, sementara sebanyak 50.9% contoh yang berasal dari SMA di
kota dan di desa terbiasa sarapan pagi 2-3 kali dalam seminggu. Konsumsi
suplemen contohyang berasal dari SMA di kota dan SMA di desa dapat dikatakan
21
cukup sedikit (23.6%) dengan frekuensi konsumsi suplemen hanya 1-3 kali dalam
seminggu (57.7%) (Tabel 8).
Kebiasaan makan siang contoh yang berasal dari SMA di kota kebanyakan
berasal dari jajanan di sekolah (60%) dan membawa bekal (27.3%). Hanya 12.7%
contoh yang berasal dari SMA di kota yang makan siang di rumah. Hal yang
berbeda ditunjukkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa. Sebanyak 56.4%
contoh yang berasal dari SMA di desa terbiasa makan siang di rumah (Tabel 8).
Baik contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa hanya
mengkonsumsi fast food 0-1 kali dalam seminggu (61.8%). Contoh yang berasal
dari SMA di kota dan di desa menyatakan terbiasa jajan di sekolah (93.6%). Rata-
rata frekuensi makan snack pada contoh hanya 2-3 kali dalam seminggu (61.8%).
Hubungan antar Variabel
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kebiasaan Makan
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan (p<0.05) antara rokok dengan kebiasaan jajan. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi kebiasaan merokok maka semakin rendah kebiasaan jajan pada
contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di desa. Menurut Worsley et
al. (2012), kebiasaan jajan berhubungan positif dengan usia dan pendidikan,
namun berbanding terbalik dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan makan
Peubah Frekuensi
Makan
Kebiasaan
Sarapan
Jumlah
Air
Minum
Kebiasaan
Jajan
Frekuensi
Makan
Snack
Frekuensi
Fast
Food Suplemen
Rokok r -0.018 0.162 0.113 -0.315 -0.046 0.043 0.013
p -0.850 0.091 0.240 -0.001 -0.635 0.656 0.891
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
siginifikan (p>0.05) antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan utama,
kebiasaan sarapan, jumlah air minum, serta frekuensi makan snack, fast food, dan
suplemen. Hal ini diduga karena kebutuhan contoh terhadap hal tersebut masih
bergantung dengan pola kebiasaan makan keluarga, sedangkan kebiasaan
merokok lebih dipengaruhi dari keinginan contoh.
Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan (p<0.05) antara penggunaan internet dengan jumlah air minum yang
dikonsumsi contoh. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu
penggunaan internet contoh semakin tinggi jumlah air yang diminum contoh.
Namun, terdapat hubungan yang tidak signifikan antara penggunaan internet
dengan frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, serta frekuensi
makan snack, fast food, dan konsumsi suplemen. Hal ini diduga karena waktu
yang digunakan contoh ketika menggunakan internet berbeda dengan waktu
makan contoh.
22
Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan
kebiasaan makan
Peubah Frekuensi
Makan
Kebiasaan
Sarapan
Jumlah
Air
Minum
Kebiasaan
Jajan
Frekuensi Makan
Snack
Frekuensi Fast
Food Suplemen
Internet r 0.077 0.143 0.257 0.169 0.900 0.158 -0.133
p 0.426 0.135 0.007 0.077 0.350 0.100 -0.165
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan (p< 0.05)antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah
air minum pada contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa. Hal ini berarti
semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin rendah frekuensi makan dan
jumlah air yang diminumcontoh. Hal ini diduga karena sebagian contoh masih
mengabaikan pengetahuan gizi mereka, meskipun contoh memiliki pengetahuan
gizi yang baik. Selain itu, diduga ada beberapa contoh yang melakukan diet.
Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan
makan
Peubah Frekuensi
Makan
Kebiasaan
Sarapan
Jumlah
Air
Minum
Kebiasaan
Jajan
Frekuensi
Makan Snack
Frekuensi
Fast Food
Suplemen
Penge-
tahuan
Gizi
r -0.213 -0.159 -0.330 -0.128 -0.149 -0.050 0.058
p -0.025 -0.097 -0.000 -0.182 -0.120 -0.603 0.548
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Remaja yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berada pada
kisaran usia 15 sampai dengan 16 tahun, sementara remaja yang berasal dari SMA
di desa sebagian besar berada pada kisaran usia 17 sampai 18 tahun−bahkan ada
juga yang berusia lebih dari 18 tahun. Hampir seluruh remaja yang berasal dari
SMA di kota memiliki uang saku ≥Rp 10 000,00, sementara masih cukup banyak
remaja yang berasal dari SMA di desa memiliki uang saku <Rp 10 000,00. Besar
keluarga, baik remaja yang berasal dari SMA di kota maupun desa, pada
umumnya tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan orang tua remaja
yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berjumlah ≥Rp 2 000000,00 per
bulan, hal ini berbanding terbalik dengan pendapatan orang tua remaja yang
berasal dari SMA di desa. Sebagian besar pekerjaan orang tua remaja yang berasal
dari SMA di kota bekerja sebagai karyawan swasta dan wiraswasta, sedangkan di
desa bekerja sebagai buruh.
Pengetahuan gizi remaja yang berasal dari SMA di kota sebagian besar
berada pada kategori sedang, namun pengetahuan gizi remaja yang berasal dari
SMA di desa sebagian besar berada pada kategori kurang. Kebiasaan merokok
remaja yang berasal dari SMA di kota sebanyak 9.1%, sedangkan remaja yang
23
berasal dari SMA di desa berjumlah 20%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara keduanya. Waktu penggunaan internet
remaja yang berasal dari SMA di kota sangat berkebalikan dengan remaja yang
berasal dari SMA di desa. Remaja yang berasal dari SMA di kota mayoritas
menggunakan internet lebih lama daripada remaja yang berasal dari SMA di desa.
Frekuensi makan remaja yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada
pada kategori makan tiga kali sehari, sedangkan frekuensi makan remaja yang
berasal dari SMA di desa berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara rokok dengan kebiasaan jajan, namun tidak
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan, kebiasan
sarapan, jumlah air yang diminum, frekuensi makan snack, fast food, dan
suplemen. Selain itu, hasil uji hubungan antara penggunaan internet dengan
kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya penggunaan internet dengan jumlah
air minum yang terdapat hubungan. Hasil uji korelasi Spearman antara
pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya
pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah air minum yang memiliki
hubungan signifikan.
Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja di SMA diperlukan guru
konseling atau pihak terkait lainnya untuk memberikan materi penyuluhan
mengenai gizi dan kaitannya dengan kesehatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adalier A, Balkan E. 2012. The relationship between internet addiction and
psychological symptoms. International Journal of Global Education. 1 (2) :
1—8.
Behrman et al.2004. Adolescence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed.
Philadelphia (US) : Saunders.
Escobar SL, Anderson CA. 2008. Media and risky behaviors. The Future of
Children. 18 (1): 147—180.
Fitriadini NA. 2010. Perilaku KADARZI serta PHBS ibu kaitannya dengan
status gizi dan status kesehatan balita BGM di Kabupaten Sukabumi
[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Edisi ke-6. M. Tjandra dan Zarkasih,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Kaplan M, Haenlein M. 2010. Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business Horizons. 53(1): 59—68.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID):
PT. Grasindo.
et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi : Pemanfaatan,
cakupan, keefektifan, dan dampak terhadap status gizi. Bogor (ID):
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
. 2009. Pola Makan Kaum Remaja dalam Pangan dan Gizi Untuk
Kesehatan. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada.
Lusiana SA. 2008. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak
perempuan sekolah dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
McCool J, Cameron L, Petrie K, Robinson E. 2003. Smoking behavior and
expectations among Auckland adolescents. The New Zealand Medical Journal
116: 1—9.
McMurray A. 2003. Community Health and Welness: A Sociological Approach.
Toronto (US) : Mosby.
Minor M, Mowen JC. 2002. Perilaku Konsumen alih bahasa Lina Salim. Jakarta
(ID) : Erlangga.
Montgomery K. 2000. Youth and digital media: a policy research agenda. J
Adolescent Health. 27: 61—68.
25
Nafisse M, Mohammad A, Ahmad PB, Omid R, Ayatollahi A, Bidaki R, Fatemeh
ABA. 2013. The prevalence of internet addiction among the students of
Rafsanjan University of Medical Sciences. ASEAN Journal of Psychiatry.
14 (2) : 1—8.
NasutionIK. 2011.Jurnal Perilaku Merokok pada
Remaja.http://respository.usu.ac.id/perilakumerokokpadaremaja/132316815.
pdf. Diakses pada 10 Juni 2013.
Spicker P, Morris S, Strachan V. 2002. Consultation on the review of Scottish
charity law, Scottish Executive Central Research Unit85pp. Poverty and the
Welfare State: dispelling the myths. London (ED): Catalyst.
Pahlupi R, Suryana A, Setiaman A. 2012. Hubungan antara kegiatan penyuluhan
program Keluarga Berencana (KB) dengan perubahan sikap penduduk
Kabupaten Garut. eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran. 1 (1) : 1—
18.
Parmenter K, Wardle J. 1999. Development of a general nutrition knowledge
questionnaire for adults. European Journal of Clinical Nutrition. 53:298—
308.
Sartika AA, Indrawati ES, Sawitri DR. 2009. Hubungan antara konformitas
terhadap teman sebaya dengan intensi merokok pada remaja perempuan di
SMA Kesatrian 1 Semarang. Psycho Idea. (1) : 14—25.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta (ID) : Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Tarwoto et al. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta (ID):
Salemba Medika.
Worsley A, Wang WC, Hunter W. 2011. The relationships between eating habits,
smoking and alcohol consumption, and body mass index among baby
boomers. Appetite. 58 (2012) : 74—80.
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Ithaca, New York pada tanggal 10 Januari 1991. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Bambang Sapta Purwoko dan
Ibu Iswari Saraswati Dewi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri
Polisi I Bogor pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4
Bogor pada tahun 2005, dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah atas di
SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2008.
Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor tahun 2008
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil diterima pada
pilihan 1 yaitu program studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat−Fakultas
Ekologi Manusia. Selama kuliah, penulis aktif dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan, antara lain sebagai staf Hubungan Masyarakat HIMAGIZI
2009/2010, staf Politik Kajian Strategis dan Advokasi BEM I 2009/2010, staf
Hubungan Masyarakat ILMAGI 2009/2011, dan staf Politik Kajian Strategis dan
Advokasi BEM I 2010/2011. Penulis mendapatkan kesempatan melakukan kuliah
kerja profesi (KKP) di Desa Tonjong, Kecamatan Kutamendala, Kabupaten
Brebes Juli-Agustus 2011 dan Internship Dietetik di Rumah Sakit Umum Daerah
Ciawi, Bogor pada bulan April 2012.