HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA)...

36
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Transcript of HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA)...

Page 1: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI

DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA

DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN

KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir
Page 3: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Gaya Hidup

dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan

Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ksatriadi Widya Dwinugraha

NIM. I14080042

Page 4: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

ii

ABSTRAK

Ksatriadi Widya Dwinugraha. Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi

dengan Kebiasaan Makan Remaja SMA di Pedesaan dan Perkotaan. Dibimbing

oleh Hadi Riyadi.

Penelitian bertujuan mempelajari hubungan antara gaya hidup dan

pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat

perbedaan antara remaja SMA di desa dan kota. Desain penelitian adalah cross

sectional study. Contoh adalah remaja kelas X di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan

dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan contoh

menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah contoh sebanyak

110 orang. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi kebiasaan merokok

semakin rendah kebiasaan jajan, semakin tinggi waktu penggunaan internet

semakin tinggi jumlah air yang diminum contoh, dan semakin tinggi pengetahuan

gizi contoh semakin rendah frekuensi makan serta jumlah air yang diminum.

Kata kunci: kebiasaan makan, kebiasaan merokok, pengetahuan gizi,

penggunaan internet, remaja

ABSTRACT

Ksatriadi Widya Dwinugraha. Relationship of lifestyle and nutritional

knowledge with food habit among high school adolescent in urban and rural.

Supervised by Hadi Riyadi.

The objective of this research was to study correlation between life styles

and nutrition knowledge with eating habit of rural and urban adolescent. Research

design was cross sectional study.Samples were selected from adolescent of Senior

High School of 10th

grader at SMA Negeri 109 Jakarta Selatan and SMK Giri

Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Sampling was done using Simple Random

Sampling. The sample consisted of 110 students. The results that the higher the

smoking habit the lower the habit of buying street or junk food, the higher internet

usage the higher the water consumption, and the higher the nutrition knowledge

the lower the eating frequency and the water consumption.

Keywords: adolescent, smoking habit, internet usage, nutrition knowledge,

eating habit

Page 5: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

Dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI

DENGAN KEBIASAAN MAKAN REMAJA SMA DI

PEDESAAN DAN PERKOTAAN

KSATRIADI WIDYA DWINUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

iv

Judul : Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi terhadap Kebiasaan

Makan Remaja di Pedesaan dan Perkotaan

Nama : Ksatriadi Widya Dwinugraha

NIM : I14080042

Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Riyadi, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 7: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul

―Hubungan Gaya Hidup dan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan Remaja

SMA di Pedesaan dan Perkotaan‖. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi

penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen

Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak

masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh mata

kuliah serta penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani M.Sc yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk menjadi bagian dari penelitian payung yang berjudul

―Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖.

3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji

yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.

4. Kepala sekolah dan staf guru di SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan

SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin

meneliti dan menerima penulis dengan baik selama pengambilan data.

5. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan,

serta semangat tiada henti kepada penulis. Kakakku Karina Rahmadia

Ekawidyani yang selalu mendukung serta memberi masukan dalam

penyelesaian skripsi ini. Adikku Liberty Trirahmadika Widyakusuma yang

juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis.

6. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan 46.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala

bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya

ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Ksatriadi Widya Dwinugraha

Page 8: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

TujuanKhusus 2

Hipotesis 2

Kegunaan 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 3

Desain, Tempat, dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

Definisi Operasional 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Contoh 8

Usia 8

Jenis Kelamin 9

Uang Saku 9

Karakteristik Keluarga 9

Besar Keluarga 9

Pendapatan Orang Tua 10

Pekerjaan Orang Tua 11

Pengetahuan Gizi 11

Gaya Hidup 12

Merokok 12

Konsumsi Alkohol 14

Penggunaan Internet 15

Kebiasaan Makan 18

Hubungan antar Variabel 21

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kebiasaan Makan 21

Page 9: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

vii

Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan 21

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan 22

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data 5

Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh 8

Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh 10

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 12

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok 13

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol 15

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet 16

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan 19

Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan

makan 21

Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan

kebiasaan makan 21

Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan

kebiasaan makan 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi

dengan kebiasaan makan contoh 3

Gambar 2 Cara penarikan contoh 4

Page 10: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir
Page 11: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan makan seseorang merupakan hal yang penting, karena

kelebihan atau kekurangan dalam hal makan akan membahayakan status gizinya.

Status gizi seseorang merupakan keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh faktor

langsung, seperti konsumsi pangan dan adanya penyakit infeksi, serta faktor tak

langsung, seperti faktor fisiologis, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi

(Tarwoto et al. 2010). Gangguan kesehatan dapat terjadi apabila seseorang

mengalami kelebihan atau kekurangan zat gizi (malnutrition) akibat pola makan

tidak seimbang (Khomsan 2004).

Ketika seorang anak memasuki masa remaja, banyak yang kemudian

mulai terlibat dalam perilaku yang berisiko terhadap kesehatannya. Terdapat 6

tipe perilaku yang berisiko terhadap kesehatan remaja tersebut, yaitu kurang

aktivitas fisik, kebiasaan makan yang buruk, merokok, minum alkohol, perilaku

yang mengarah pada seksualitas dan kekerasan, yang semuanya dapat menjadi

penyebab terjadinya kematian dan kecacatan (Escobar &Anderson 2008).

Kelompok rentan gizi merupakan kelompok dalam masyarakat yang

paling mudah terganggu kesehatannya akibat kekurangan gizi. Keadaan rentan

gizi sering dialami oleh remaja SMA karena mereka sedang mengalami

pertumbuhan cepat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang lebih banyak

dibandingkan kelompok usia lain (Khomsan 2009). Behrman et al. (2004)

mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran

usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir (late adolescence)

yang sedang mengalami masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial

dari masa remaja menuju dewasa. Hal ini menyebabkan munculnya gaya hidup

(life style) tertentu di kalangan remaja SMA.

Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk

menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Seorang remaja yang mudah

terpengaruh oleh teman (peer group) akan kehilangan identitas sosial, sehingga

dapat berisiko terhadap masalah kesehatannya (McMurray 2003). Bereksperimen

dengan alkohol atau rokok merupakan hal yang paling sering ditemukan selama

masa remaja. Kebiasaan merokok dan/atau konsumsi alkohol di kalangan remaja

SMA sangat berkaitan dengan krisis aspek psikososial, yaitu masa ketika seorang

remaja sedang mencari identitas dirinya.

Lebih lanjut, besarnya keingintahuan remaja terutama mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan lingkungannya menyebabkan remaja selalu berusaha

mencari tahu lebih banyak mengenai informasi yang diinginkannya. Arus

globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun

nasional karena semakin mudah dan cepatnya informasi diperoleh melalui

perantara media massa seperti internet. Beragam akses terhadap informasi dan

hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat dilakukan melalui internet, sehingga

disebutkan dapat menembus batas dimensi kehidupan penggunanya, waktu, dan

bahkan ruang (Nafisse et al. 2013).

Page 12: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

2

Peneliti ilmu sosial dan kesehatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara eksposur berlebihan terhadap media dengan perilaku yang berisiko

terhadap kesehatan remaja (Escobar & Anderson 2008). Seperti diketahui remaja

menjadi target mudah bagi pasar komersial di internet, karena cenderung mudah

terpengaruh tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang

akan diterima saat mengakses aktivitas internet tertentu (Montgomery 2000). Oleh

karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara gaya hidup (penggunaan

internet, merokok, dan konsumsi alkohol) dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan

makan remaja SMA.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara gaya hidup

(merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) dan pengetahuan gizi

dengan kebiasaan makan remaja SMA kemudian melihat perbedaan antara remaja

SMA di kota dan desa.

TujuanKhusus

1. Mengetahui karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang

saku.

2. Mengetahui karakteristik keluarga contoh berupa besar keluarga,

pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

3. Mengkaji dan membandingkan pengetahuan gizi contoh di kota dan di

desa.

4. Mengkaji dan membandingkan gaya hidup contoh (meliputi merokok,

konsumsi alkohol, dan penggunaan internet) di kota dan di desa.

5. Mengkaji dan membandingkan kebiasaan makan contoh di kota dan di

desa.

6. Mengetahui hubungan antara gaya hidup dan pengetahuan gizi dengan

kebiasaan makan contoh.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi

dan gaya hidup (meliputi merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan internet)

dengan kebiasaan makan remaja SMA.

Kegunaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi

(awareness) kepada orang tua, pendidik, dan petugas kesehatan masyarakat

tentang bagaimana penggunaan internet, kebiasan merokok, dan konsumsi alkohol

berkontribusi terhadap kebiasaan makan remaja SMA yang pada akhirnya akan

mempengaruhi status gizi dan kesehatan remaja SMA.

Page 13: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang

ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,

psikologi, dan aspek fungsional. Masa remaja adalah salah satu tahap yang paling

dinamik dalam perkembangan manusia, karena merupakan transisi antara masa

kanak-kanak ke kehidupan orang dewasa. Hal yang paling terlihat dari remaja,

selain perubahan bentuk dan ukuran tubuh adalah perubahan gaya hidup.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan gaya hidup dan pengetahuan gizi

dengan kebiasaan makan contoh

Keterangan:

: : Peubah yang diteliti

: Peubah yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Gaya hidup dapat didefinisikan sebagai pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

―keseluruhan diri seseorang‖ dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Karakteristik seseorang berupa usia, jenis kelamin, dan uang saku akan

mempengaruhi gaya hidup, begitu juga karakteristik keluarga berupa besar

keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Karakteristik Contoh

- - Usia

- - Jenis Kelamin

- - Uang saku

-

Karakteristik Keluarga

- - Besar Keluarga

- - Pendapatan orangtua

- - Pekerjaan orangtua

Gaya Hidup

- - Penggunaan internet

- - Merokok

- - Konsumsi alkohol

- Kebiasaan Makan

Status Gizi

Pengetahuan Gizi

- Ketersediaan makanan

-

Page 14: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

4

Gaya hidup yang terbentuk dalam diri seseorang akan mempengaruhi

kebiasaan makan. Selain dipengaruhi oleh gaya hidup, pengetahuan gizi dan

ketersediaan makanan juga ikut memberikan pengaruh terhadap kebiasaan makan.

Kebiasaan makan yang berlangsung terus menerus inilah yang nantinya akan

mempengaruhi status gizi seseorang. Bagan kerangka hubungan pengetahuan gizi

dan gaya hidup dengan kebiasaan makan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

―Lifestyle and Nutrition Aspects of Rural and Urban Adolescents‖ (Dwiriani et al.

2012). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional study, yaitu mempelajari hubungan pengetahuan gizi dan gaya hidup

terhadap kebiasaan makan anak SMA di kota dan di desa dengan cara mengamati

gaya hidup yang biasa dilakukan pada individu dari suatu populasi secara

bersamaan dalam satu waktu. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 109

Jakarta Selatan dan SMK Giri Taruna Jasinga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah contoh yang memenuhi

kriteria inklusi, yaitu remaja kelas X, dapat berkomunikasi dengan baik, dan

bersedia diwawancarai sebagai responden. Remaja yang telah memenuhi kriteria

kemudian diambil dengan menggunakan metode simple random sampling, yaitu

pengambilan sampel secara acak. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian

ini adalah sebanyak 110 orang yang terdiri dari 27 remaja putra dan 28 remaja

putri SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 25 remaja putra dan 30 remaja putri

SMK Giri Taruna Jasinga. SMA Negeri 109 Jakarta Selatan mewakili SMA kota

dan SMK Giri Taruna Jasinga mewakili SMA desa. Teknik penarikan contoh

disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Cara penarikan contoh

Sekolah Menengah Atas

(SMA)

SMAN109 Jakarta Selatan SMK Giri Taruna

Jasinga

25 Remaja Putra

25 Remaja Putri

25 Remaja Putra

25 Remaja Putri

Page 15: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer (Tabel

1). Data primer meliputi peubah-peubah yang akan diteliti, yaitu: 1) Karakteristik

contoh, berupa usia, jenis kelamin, serta uang saku; 2) Karakteristik keluarga,

meliputi besar keluarga, pendapatan orangtua, dan pekerjaan orangtua; 3) Gaya

hidup, meliputi penggunaan internet, merokok, dan konsumsi alkohol; 4)

Pengetahuan gizi; 5) Kebiasaan makan. Tipe data, peubah, dan metode

pengumpulan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Data peubah dan cara pengumpulan data

No Peubah Indikator Alat dan Cara

Pengumpulan Skala Data

1. Karakteristik contoh a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Uang saku

Wawancara langsung

dengan kuesioner

Nominal

Nominal

Ordinal

2. Karakteristik

keluarga

a. Besar keluarga Wawancara langsung

dengan kuesioner

Nominal

b. Pendapatan orang tua Ordinal

c. Pekerjaan orang tua Nominal

3. Gaya hidup a. Penggunaan internet

b. Merokok

c. Konsumsi alkohol

Wawancara langsung

dengan kuesioner

Ordinal

Ordinal

Ordinal

4. Pengetahuan gizi - Wawancara langsung

dengan kuesioner Ordinal

5. Kebiasaan makan - Wawancara langsung

dengan kuesioner

Ordinal

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh diolah dengan tahapan-tahapan, meliputi

editing, coding, entry, cleaning untuk dianalisis selanjutnya. Data kuesioner yang

telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek konsistensi informasi.

Kemudian dilakukan coding sesuai dengan peubah sebagai panduan entri dan

dilakukan entri data sesuai dengan kode yang telah dibuat. Cleaning dilakukan

apabila data terlalu berlebihan dengan cara menghapus data tersebut. Pengolahan

data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis

menggunakan program SPSS version 20.0 for Windows.

Karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku,

sedangkan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendapatan orang tua,

dan pekerjaan orang tua diolah dengan memberikan pengelompokan atau skala

pada setiap peubah. Pengelompokan usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun.

Pengkategorian jenis kelamin contoh dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan

perempuan. Pengelompokan uang saku contoh dikelompokkan ke dalam dua

kelompok, yaitu uang saku besar (≥median) dan uang saku kecil (< median).

Data besar keluarga diolah dengan mengelompokkan berdasarkan jumlah

anggota keluarga. Besar keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu

keluarga kecil (≤4 orang anggota keluarga), keluarga sedang (5-7 orang anggota

keluarga), dan keluarga besar (≥8 orang anggota keluarga) (Hurlock 1998).

Pendapatan orang tua dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu pendapatan

Page 16: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

6

orang tua tinggi (≥ median) dan pendapatan orang tua rendah (< median).

Pekerjaan orang tua dibagi ke dalam tujuh kelompok, yaitu tidak bekerja,

PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa, dan

lainnya.

Gaya hidup yang diukur meliputi tiga indikator, yaitu penggunaan internet,

merokok, dan konsumsi alkohol. Merokok serta konsumsi alkohol dibagi ke

dalam dua kategori, yaitu kelompok ―ya‖ dan kelompok ―tidak‖. Penggunaan

internet diukur melalui beberapa peubah, yaitu penggunaan internet dalam

seminggu, lama menjadi pengguna internet, kepemilikan PC/laptop/tablet,

langganan akses internet, tempat yang paling sering digunakan untuk akses

internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan internet membantu

pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet mengubah

kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan akun media

sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses website social

networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering digunakan di

website social networking.

Pengetahuan gizi diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan yang jenisnya

tertutup. Kategori pengetahuan gizi baik jika pertanyaan dijawab benar lebih dari

80%, sedang jika pertanyaan dijawab benar antara 60-80%, dan pengetahuan gizi

kurang jika pertanyaan dijawab benar kurang dari 60%. Kebiasaan makan yang

diamati meliputi frekuensi makan per hari, kebiasaan makan bersama keluarga,

waktu makan bersama keluarga, frekuensi makan bersama keluarga di luar rumah,

jumlah air yang diminum, kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi

konsumsi suplemen, makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir,

kebiasaan jajan di sekolah, dan frekuensi makan snack.

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis

data. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik

inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap peubah

dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Statistik inferensia

yang digunakan adalah uji korelasi.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS version20.0

for Windows. Uji statistik yang dilakukan, antara lain:

1. Analisis Deskriptif

a. Karakteristik contoh: usia, jenis kelamin, dan uang saku.

b. Karakteristik keluarga: besar keluarga, pendapatan orang tua, dan

pekerjaan orang tua.

2. Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan gaya hidup,

pengetahuan gizi, dan kebiasaan makan contoh di kota dan desa.

3. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan

antar peubah penelitian dengan skala ordinal, meliputi :

a. Menganalisis hubungan gaya hidup dengan kebiasaan makan.

b. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan.

Page 17: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

7

Definisi Operasional

Contoh adalah remaja yang berusia 15-17 tahun, murid SMA kelas X di SMK

Giri Taruna Jasinga dan SMA N 109 Jakarta, dapat berkomunikasi dengan

baik, dan bersedia diwawancarai sebagai responden.

Remaja adalah seseorang yang berusia 10-20 tahun.

Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat

mempengaruhi gaya hidupnya, yaitu usia, jenis kelamin, dan uang saku.

Karakteristik keluarga adalah ciri khusus terkait kondisi keluarga contoh yang

memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi gaya hidup contoh, yaitu

besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

aktivitas, minat, dan opininya.

Penggunaan internet adalah suatu kegiatan yang diukur (dinyatakan dalam byte,

kilobyte, megabyte, atau gigabyte) melalui jumlah data yang mengalir

melalui komputer dan jaringan internet untuk periode tertentu.

Merokok adalah mengisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan

menghembuskannya kembali keluar

Konsumsi alkohol adalah konsumsi zat psikoatif yang bersifat adiktif.

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta

interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.

Kebiasaan makan adalah cara-cara yang dipakai orang pada umumnya untuk

memilih bahan makanan yang mereka makan sebagai reaksi terhadap

pengaruh fisiologis, kebudayaan, dan sosial.

Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh remaja yang dapat dilihat dari

indeks massa tubuh (IMT) dan makanan yang dikonsumsi.

Pengkategorian IMT dibedakan menjadi kurang (<18.5 kg/m2), normal

(≥18.5-22.9 kg/m2), pre-obese (23-24.9 kg/m

2), obese I (25-29.9 kg/m

2),

dan obese II (≥30 kg/m2).

Page 18: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 110 orang yang terdiri atas

55 orang siswa/i SMA Negeri 109 Jakarta Selatan dan 55 orang siswa/i SMK Giri

Taruna Jasinga. Karakteristik contoh dari penelitian ini meliputi usia, jenis

kelamin, dan uang saku.

Tabel 2 Sebaran karakteristik contoh

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Usia:

15-16 tahun 50 90.9 23 41.8 73 66.4

17-18 tahun 05 09.1 30 54.5 35 31.8

>18 tahun 00 00.0 02 03.6 02 01.8

Total 55 100 55 100 110 100

Jenis Kelamin:

Laki-laki 27 49.1 25 45.5 52 47.3

Perempuan 28 50.9 30 54.5 58 52.7

Total 55 100 55 100 110 100

Uang Saku:

<Rp 10 000,00 01 01.8 22 40 23 20.9

≥Rp 10 000,00 54 98.2 33 60 87 79.1

Total 55 100 55 100 110 100

Usia

Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan 20 tahun yang

ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,

psikologi dan aspek fungsional. Dari segi usia, masa remaja dapat dibagi menjadi

remaja awal (10-13 tahun), remaja menengah (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-

20 tahun) (Behrman et al.2004). Contoh dalam penelitian ini memiliki usia yang

berada pada kisaran 15 sampai dengan 19 tahun dan dibagi ke dalam 3 kelompok

usia, yaitu kelompok usia 15-16 tahun, 17-18 tahun, dan >18 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berasal dari SMA di

kota hampir seluruhnya berada di kelompok usia 15-16 tahun (90.9%), sementara

contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar tersebar di kelompok usia

15-16 tahun (41.8%) dan 17-18 tahun (54.5%) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan

bahwa usia contoh yang berasal dari SMA di desa cenderung lebih tua

dibandingkan dengan usia contoh yang berasal dari SMA di kota. Usia seorang

siswa kelas X yang ideal adalah 16 tahun (diasumsikan kelas 1 SD berusia 6

tahun). Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa memiliki usia yang

lebih tua daripada yang seharusnya, yaitu cuti/izin yang cukup lama dikarenakan

permasalahan internal siswa tersebut−contohnya masalah kesehatan, siswa malas

bersekolah sehingga tidak naik kelas, dan kurangnya kesadaran orang tua akan

pendidikan sehingga siswa terlambat dimasukkan ke sekolah.

Page 19: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

9

Jenis Kelamin

Data jenis kelamin yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa

proporsi jenis kelamin laki-laki maupun perempuan cukup seimbang, baik SMA

di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan dari metode penelitian, dimana

pengambilan contoh minimal 25 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan. SMA di kota memiliki 27 contoh berjenis kelamin laki-laki dan 28

contoh berjenis kelamin perempuan. SMA di desa memiliki 25 contoh berjenis

kelamin laki-laki dan 30 contoh berjenis kelamin perempuan.

Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga

yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,

mingguan atau bulanan (Napitu diacu dalam Lusiana 2008). Jumlah uang saku per

hari yang diterima contoh yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya

berjumlah ≥Rp 10 000,00 (98.2%). Hal yang berbeda dirasakan 40% contoh yang

berasal dari SMA di desa dimana jumlah uang saku yang diterima per harinya

<Rp 10 000,00 (Tabel 2). Perbedaan pemberian uang saku di kota dan desa dapat

disebabkan beberapa faktor, diantaranya jumlah anggota keluarga−dimana

semakin banyak jumlah anggota keluarga alokasi uang saku akan semakin rendah,

perbedaan harga barang dan jasa di desa dan kota, serta rendahnya penghasilan

yang dimiliki keluarga di desa dibandingkan dengan keluarga di kota.

Karakteristik Keluarga

Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih

yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah (keturunan), maupun

karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam satu rumah tangga

(Effendy1995). Karakteristik keluarga dari penelitian ini meliputi besar keluarga,

pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua−yang dibagi ke dalam pekerjaan

ayah dan pekerjaan ibu.

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

yang sama (Sanjur dalam Fitriadini 2010). Menurut Hurlock (1998), besar

keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤4 orang

anggota keluarga), keluarga sedang (5-7 orang anggota keluarga), dan keluarga

besar (≥8 orang anggota keluarga).

Besar keluarga contoh yang berasal dari SMA di kota berada dalam

kelompok keluarga kecil (49.1%) dan keluarga sedang (50.9%). Adapun besar

keluarga contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada dalam

kelompok keluarga sedang (69.1%), bahkan terdapat kelompok keluarga besar

(12.7%) yang tidak ditemukan pada contoh yang berasal dari SMA di kota. Hanya

terdapat 18.2% contoh yang berasal dari SMA di desa yang berada pada kelompok

keluarga kecil (Tabel 3).

Page 20: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

10

Dari penjabaran di atas, dapat dilihat pada masyarakat pedesaan program

Keluarga Berencana (KB) kurang berjalan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Pahlupi et al. (2012) yang menyatakan bahwa sasaran utama program

KB adalah penduduk pedesaan. Mereka dianggap masih memiliki informasi yang

sedikit tentang keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari program

pemerintah ini.

Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga contoh

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Besar Keluarga:

Kecil 27 49.1 10 18.2 37 33.6

Sedang 28 50.9 38 69.1 66 60.0

Besar 00 00.0 07 12.7 07 06.4

Total 55 100 55 100 110 100

Pendapatan Orang Tua:

<Rp 2 000 000,00 05 09.1 45 81.8 50 45.5

≥Rp 2 000 000,00 50 90.9 10 18.2 60 54.5

Total 55 100 55 100 110 100

Pekerjaan Ayah:

Karyawan swasta 19 34.5 04 07.3 23 20.9

Wiraswasta/pedagang 17 30.9 11 20.0 28 25.5

PNS/polisi/ABRI 07 12.7 04 07.3 11 10.0

Buruh 03 05.5 29 52.7 32 29.1

Tidak bekerja 00 00.0 04 07.3 04 03.6

Jasa (penjahit, supir

ojeg, reparasi) 00 00.0 03 05.5 03 02.7

Lainnya 04 07.3 0 00.0 04 03.6

Meninggal 05 09.1 0 00.0 05 04.5

Total 55 100 55 100 110 100

Pekerjaan Ibu:

Tidak bekerja(IRT) 30 54.5 45 81.8 75 68.2

PNS/polisi/ABRI 12 21.8 00 00.0 12 10.9

Karyawan swasta 04 07.3 00 00.0 04 03.6

Wiraswasta/pedagang 03 05.5 04 07.3 07 06.4

Jasa (penjahit, salon) 02 03.6 03 05.5 05 04.5

Buruh 00 00.0 03 05.5 03 02.7

Lainnya 03 05.5 00 00.0 03 02.7

Meninggal 01 01.8 00 00.0 01 00.9

Total 55 100 55 100 110 100

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di kota hampir

seluruhnya berjumlah ≥Rp 2 000 000,00 per bulan (90.9%). Sementara itu,

pendapatan orang tua contoh yang berasal dari SMA di desa sangat berkebalikan

dengan contoh yang berasal dari SMA di kota. Pendapatan orang tua contoh yang

berasal dari SMA di desa hampir seluruhnya berjumlah <Rp 2 000 000,00 per

bulan (81.8%) (Tabel 3).

Menurut Spicker et al. (2002), rendahnya pendapatan dapat disebabkan

oleh 4 faktor besar. Pertama, individual explanation atau karakteristik orang

miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang

sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja. Kedua, familial

Page 21: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

11

explanation, kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat

pendidikan orang tua yang rendah telah membawa mereka ke dalam kemiskinan.

Akibatnya mereka juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada

anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara

terus menerus dan turun temurun. Ketiga, subcultural explanation, kemiskinan

dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik

perilaku lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan,

kebiasaan yang enggan untuk bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan

bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran

dan berakibat pada kemiskinan. Keempat, structural explanations, kemiskinan

timbul akibat ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,

kebijakan, dan aturan lain yang menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja,

sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang

statusnya rendah dan haknya terbatas. Kemiskinan yang disebabkan oleh dampak

kebijakan pemerintah, atau kebijakan yang tidak berpihak pada kaum miskin juga

termasuk pada faktor ini.

Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling

menentukan kuantitas dan kualitas makanan, karena jenis pekerjaan memiliki

hubungan dengan pendapatan yang diterima. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan

konsumsi, kesehatan diri, dan keluarga (Suhardjo 1989).

Pekerjaan ayah contoh yang berasal dari SMA di kota terbagi ke dalam

dua kelompok besar, yaitu karyawan swasta (34.5 %) dan wiraswasta/pedagang

(30.9%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok PNS, buruh, dan lainnya

(pensiunan PNS dan satpam) (Tabel 3). Pekerjaan orang tua contoh yang berasal

dari SMA di desa sebagian besar buruh (52.7%), diikuti dengan

wiraswasta/pedagang (20%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok tidak

bekerja, PNS/polisi/ABRI, karyawan swasta, dan jasa (penjahit, supir ojeg,

reparasi) (Tabel 3).

Pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada

dalam kelompok tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga (54.5%), diikuti

dengan PNS/polisi/ABRI (21.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam kelompok

karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon), dan lainnya (guru

tidak tetap, guru TK) (Tabel 3). Senada dengan contoh yang berasal dari SMA di

kota, pekerjaan ibu contoh yang berasal dari SMA di desa juga sebagian besar

menjadi ibu rumah tangga (81.8%)−sementara sisanya tersebar ke dalam

kelompok buruh, wiraswasta/pedagang, dan jasa (penjahit, salon) (Tabel 3).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi,

serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi

yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau

buruk. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui pendidikan formal,

informal, dan nonformal (Suhardjo 1996). Tingkat pengetahuan gizi seseorang

Page 22: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

12

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada status gizinya (Khomsan et al. 2007).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

Pengetahuan

Gizi

SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Baik 12 21.8 00 00.0 12 10.9

Sedang 41 74.5 17 30.9 58 52.7

Kurang 02 03.6 38 69.1 40 36.4

Total 55 100 55 100 110 100

Pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar

berada pada kategori sedang (74.5%), dan hanya 3.6% yang berada pada kategori

kurang. Adapun pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian

besar berada pada kategori kurang (69.1%) dan tidak ada contoh yang berada pada

kategori baik (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata

(p=0.000) dimana tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di kota

lebih baik dibanding tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari SMA di

desa. Hal ini menunjukkan sangat rendahnya tingkat pengetahuan gizi contoh

yang berasal dari SMA di desa. Tingkat pengetahuan gizi contoh yang berasal dari

SMA di kota pun masih harus ditingkatkan sebab hanya terdapat 21.8% contoh

yang berada pada kategori baik

Diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan sadar gizi kepada

contoh, khususnya yang berasal dari SMA di desa. Upaya peningkatan

pengetahuan dan sadar gizi perlu diprioritaskan dan mendapat dukungan dari

berbagai sektor termasuk tenaga pendidik. Remaja yang memiliki pengetahuan

gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya

(Parmenter & Wardle 1999).

Gaya Hidup

Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana

orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana

mengalokasikan waktu. Gaya hidup dapat dibagi ke dalam beberapa peubah. Pada

penelitian ini terdapat tiga peubah yang diamati, yaitu merokok, konsumsi

alkohol, dan penggunaan internet.

Merokok

Merokok adalah proses mengisap asap tembakau yang dibakar kedalam

tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong dalam Nasution 2011).

Merokok seakan menjadi suatu kebiasaan yang lazim ditemukan di kalangan

masyarakat baik dewasa, remaja, dan bahkan balita. Perilaku merokok yang telah

dimulai sejak dini akan mengikat remaja untuk terus mengkonsumsinya hingga

dewasa karena dalam rokok terkandung zat adiktif. Peubah merokok dalam

penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, lama merokok, pengenalan rokok,

faktor utama merokok, darimana paling sering mendapatkan rokok, jumlah rokok

yang dihisap per hari, dan apakah contoh mengetahui bahaya merokok.

Page 23: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

13

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Kebiasaan merokok:

Ya 05 09.1 11 20.0 16 14.5

Tidak 50 90.9 44 80.0 94 85.5

Total 55 100 55 100 110 100

Lama Merokok:

<1 tahun lalu 5 100 9 81.8 14 87.5

>1-3 tahun lalu 0 0 1 09.1 1 06.25

>3-5 tahun lalu 0 0 0 00.0 0 00.00

>5 tahun lalu 0 0 1 09.1 1 06.25

Total 5 100 11 100 16 100

Pengenalan Rokok:

Teman sekolah 3 60.0 5 45.5 8 50.0

Teman di luar

sekolah 2 40.0 6 54.5 8 50.0

Orang tua 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Saudara 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Lainnya 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Total 5 100 11 100 16 100

Faktor Utama Merokok:

Ikut-ikutan teman 3 60.0 6 54.5 9 56.25

Menghilangkan

stress

2 40.0 3 27.3 5 31.25

Gengsi/penampilan 0 00.0 2 18.2 2 12.50

Ikut-ikutan orang

tua 0 00.0 0 00.0 0 00.00

Total 5 100 11 100 16 100

Paling Sering Mendapat Rokok:

Beli sendiri 3 60.0 7 63.6 10 62.5

Diberi teman 2 40.0 4 36.4 6 37.5

Minta pada orang

tua 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Lainnya 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Total 5 100 11 100 16 100

Jumlah Rokok yang Dihisap per Hari:

1-2 batang 3 60.0 5 45.5 8 50.0

3-5 batang 2 40.0 6 54.5 8 50.0

6-10 batang 0 00.0 0 00.0 0 00.0

>10 batang 0 00.0 0 00.0 0 00.0

Total 5 100 11 100 16 100

Mengetahui Bahaya Rokok:

Ya 5 100 11 100 16 100

Tidak 0 000 00 000 00 000

Total 5 100 11 100 16 100

Terdapat lima orang (9.1%) contoh yang berasal dari SMA di kota yang

memiliki kebiasaan merokok. Sementara contoh yang berasal dari SMA di desa

yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah sebelas orang (20%) (Tabel 5).

Semua contoh yang merokok berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar contoh,

baik di kota maupun desa, telah merokok selama setahun kurang (87.5%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar contoh masih berada pada taraf ―coba-coba‖.

Bereksperimen dengan alkohol atau rokok merupakan hal yang paling sering

ditemukan selama masa remaja (McMurray 2003). Hasil uji beda menunjukkan

Page 24: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

14

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kebiasaan merokok contoh yang

berasal dari SMA di kota dengan di desa (p = 0.106).

Contoh yang berasal dari SMA di kota mengenal rokok dari teman sekolah

(60%) dan teman di luar sekolah (40%). Contoh yang berasal dari SMA di desa

mengenal rokok dari teman sekolah (45.5%) dan teman di luar sekolah (54.5%)

(Tabel 5). Dari data dapat dilihat bahwa teman sebaya, baik di lingkungan sekolah

maupun luar sekolah, sangat mempengaruhi pembentukan gaya hidup seorang

remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka akan semakin

tinggi intensi merokoknya, sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap

teman sebaya maka semakin rendah pula intensi merokoknya (Sartika et al. 2009).

Baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun SMA di desa lebih

dari 50% menyatakan bahwa faktor utama mereka merokok adalah karena ikut-

ikutan teman. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 54.5%

contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5).

Pengaruh teman sebaya merupakan pemicu kuat timbulnya intensi merokok

remaja. Hal ini didukung oleh pendapat McCool et al. (2003) yang menyatakan

bahwa pengaruh teman sebaya merupakan prediktor yang lebih kuat daripada

faktor lainnya terhadap intensi merokok remaja.

Cara contoh memperoleh rokok, baik kota maupun desa, dapat dikatakan

sama. Sebagian besar contoh memperoleh rokok dengan membeli menggunakan

uang sendiri. Sebanyak 60% contoh yang berasal dari SMA di kota dan 63.6%

contoh yang berasal dari SMA di desa menyatakan hal tersebut (Tabel 5).

Sebagian lagi memperoleh rokok dari pemberian teman, hal ini berlaku untuk

contoh yang berasal dari SMA di kota maupun di desa.

Seperti yang telah disebutkan di atas, dikarenakan sebagian besar contoh

masih berada pada taraf ―coba-coba‖ maka jumlah rokok yang dihisap per hari

pun cenderung tidak terlalu banyak. Secara umum, jumlah rokok yang dihisap per

hari oleh contoh tersebar ke dalam dua kelompok, yaitu 1-2 batang per hari dan 3-

5 batang per hari. Contoh yang berasal dari SMA di kota lebih banyak yang

menghisap 1-2 batang rokok per hari (60%), sementara contoh yang berasal dari

SMA di desa lebih banyak yang menghisap 3-5 batang per hari (54.5%) (Tabel 5).

Sebanyak 100% contoh mengetahui bahaya merokok (Tabel 5). Namun

faktanya mereka tetap merokok meskipun mengetahui bahaya merokok. Hal ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya contoh telah memasuki gejala

tobacco dependency atau tahap ketergantungan tembakau yang disebabkan oleh

nikotin, contoh merasa tidak akan diterima oleh lingkungan atau teman

sepermainannya bila tidak merokok, serta merokok dianggap menjadi salah satu

cara untuk melepaskan ketegangan dan membuat rileks.

Konsumsi Alkohol

Alkohol adalah zat psikoatif yang bersifat adiktif. Zat psikoatif adalah

golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, yang dapat

menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, dan kesadaran

seseorang. Adiksi atau adiktif adalah suatu keadaan kecanduan atau

ketergantungan terhadap jenis zat tertentu. Seseorang yang menggunakan alkohol

mempunyai rentang respon yang tidak stabil dari kondisi yang ringan sampai berat

(Teguh 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun contoh,

Page 25: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

15

baik yang berasal dari SMA di kota maupun desa, yang mengkonsumsi alkohol

(Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi alkohol

Konsumsi

Alkohol

SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Ya 00 000 00 000 000 000

Tidak 55 100 55 100 110 100

Total 55 100 55 100 110 100

Penggunaan Internet

Internet adalah sebuah alat yang memiliki informasi meliputi dimensi

sosial-ekonomi, budaya dan politik. Penggunaan komputer dan internet memiliki

potensi untuk mengembangkan dan mengubah kebiasaan yang ada pada

masyarakat (Demir dalam Adalier 2012). Media sosial adalah sebuah media di

internet, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.

Blog, jejaring social, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum

digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Kaplan dan Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah

kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan

teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-

generated content. Peubah penggunaan internet dalam penelitian ini meliputi

penggunaan internet dalam seminggu, lama menjadi pengguna internet,

kepemilikan PC/laptop/tablet, langganan akses internet, tempat yang paling sering

digunakan untuk akses internet, alasan penggunaan internet, apakah penggunaan

internet membantu pengerjaan tugas sekolah, pengenalan internet, apakah internet

mengubah kebiasaan hidup contoh dari sebelum mengenal internet, kepemilikan

akun media sosial, lama bergabung dengan website social networking, akses

website social networking dalam satu minggu, dan fasilitas yang paling sering

digunakan di website social networking.

Penggunaan internet contoh yang berasal dari SMA di kota tersebar ke

dalam 3 kelompok, yaitu 0-14 jam per minggu sebanyak 58.2%, 15-35 jam per

minggu sebanyak 25.5%, dan lebih dari 35 jam per minggu sebanyak 16.4%. Hal

yang cukup berbeda diperlihatkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa

dimana penggunaan internet sebagian besar berkisar antara 0-14 jam per minggu

(94.5%). Hanya terdapat 5.5% contoh yang berasal dari SMA di desa

menggunakan internet antara 15-35 jam per minggu (Tabel 7).

Lama penggunaan internet contoh yang berasal dari SMA di kota sangat

berkebalikan dengan contoh yang berasal dari SMA di desa. Contoh yang berasal

dari SMA di kota mayoritas menggunakan internet lebih dari 3 tahun yang lalu

(56.5%), sementara contoh yang berasal dari SMA di desa mayoritas

menggunakan internet kurang dari 1 tahun (63.6%) (Tabel 7). Hasil uji beda

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara lama penggunaan internet

per minggu pada contoh yang berasal dari SMA di kota dengan di desa (p=0.000).

Page 26: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

16

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Penggunaan Internet dalam Seminggu:

0-14 jam 32 58.2 52 94.5 84 76.4

15-35 jam 14 25.5 03 05.5 17 15.5

>35 jam 09 16.4 00 00.0 09 08.2

Total 55 100 55 100 110 100

Lama Menjadi Pengguna Internet:

0-12 bulan 08 14.5 35 63.6 43 39.1

1-3 tahun 16 29.1 15 27.3 31 28.2

>3 tahun 31 56.4 05 09.1 36 32.7

Total 55 100 55 100 110 100

Kepemilikan PC/Laptop/Tablet:

Ya 49 89.1 01 01.8 50 45.5

Tidak 06 10.9 54 98.2 60 54.5

Total 55 100 55 100 110 100

Langganan Akses Internet:

Ya 36 65.5 06 10.9 42 38.2

Tidak 19 34.5 49 89.1 68 61.8

Total 55 100 55 100 110 100

Tempat yang Sering Digunakan untuk Akses Internet (jawaban boleh lebih dari satu)

Handphone 35 63.6 32 58.2 67 60.9

Rumah 20 36.4 00 00.0 20 18.2

Warnet 04 07.3 23 41.8 27 24.5

Sekolah 02 03.6 00 00.0 02 01.8 Rumah teman 01 01.8 00 00.0 01 00.9

Mall 01 01.8 00 00.0 01 00.9

Lainnya 06 10.9 00 00.0 06 05.5

Alasan Penggunaan Internet (jawaban boleh lebih dari satu)

Social networking 49 89.1 29 52.7 78 70.9

Mengerjakan tugas

sekolah

45 81.8 31 56.4 76 69.1

Download 36 65.5 12 21.8 48 43.6

Main games 25 45.5 12 21.8 37 33.6

Surfing 10 18.2 01 01.8 11 10.0

Tidak tahu 00 00.0 00 00.0 00 00.0

Apakah Penggunaan Internet Membantu Pengerjaan Tugas Sekolah:

Ya 54 98.2 50 90.9 104 94.5

Tidak 01 01.8 05 09.1 006 05.5

Total 55 100 55 100 110 100

Pengenalan Internet:

Teman 32 58.2 40 72.7 72 65.5

Saudara 14 25.5 05 09.1 19 17.3

Orang tua 08 14.5 00 00.0 08 07.3

Guru 01 01.8 09 16.4 10 09.1

Lainnya 00 00.0 01 01.8 01 00.9

Total 55 100 55 100 110 100

Page 27: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

17

Tabel 7 (lanjutan) Sebaran contoh berdasarkan penggunaan internet

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Internet Mengubah Kebiasaan HidupAnda dari Sebelum Mengenal Internet:

Ya 47 85.5 39 70.9 86 78.2

Tidak 08 14.5 16 29.1 24 21.8

Total 55 100 55 100 110 100

Kepemilikan Akun Media Sosial:

Ya 55 100 38 69.1 93 84.5

Tidak 00 0 17 30.9 17 15.5

Total 55 100 55 100 110 100

Akses Website Social Networking per Minggu:

Setiap hari 23 41.8 07 12.7 30 27.3

Sering (5x) 07 12.7 03 05.5 10 09.1 Kadang (3-4 x) 17 30.9 17 30.9 34 30.9

Jarang (1-2 x) 07 12.7 19 34.5 26 23.6

1kali 01 01.8 09 16.4 10 09.1

Total 55 100 55 100 110 100

Fasilitas yang Sering Digunakan di Website Social Networking (jawaban boleh lebih dari satu)

Chatting 43 78.2 19 34.2 62 56.4 Mencari produk/jasa 08 14.5 03 05.5 11 10.0

Update infomasi

produk/jasa

08 14.5 10 18.2 18 16.4

Bermain game yang

disediakan

08 14.5 13 23.6 21 19.1

Membuat/membalas

e-mail

08 14.5 08 14.5 16 14.5

Lainnya 01 01.8 00 00.0 01 00.9

Contoh yang berasal dari SMA di kota sebanyak 89.1% memiliki PC,

tablet, atau laptop. Sementara contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian

besar tidak memiliki PC, tablet, atau laptop (98.1%). Sebanyak 65.5% contoh

yang berasal dari SMA di kota berlangganan akses internet, namun hanya 10.9%

contoh yang berasal dari SMA di desa berlangganan akses internet (Tabel 7). Dari

ketiga hal yang dijelaskan tadi−meliputi lama penggunaan internet, kepemilikan

PC/tablet/laptop, dan langganan akses internet dapat dilihat bahwa contoh yang

berasal dari SMA di desa kurang terpapar dengan teknologi. Hal ini mungkin

disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi yang lebih rendah daripada contoh yang

berasal dari SMA di kota.

Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun

di desa, paling sering mengakses internet melalui handphone (berturut-turut

63.6% dan 58.2%) (Tabel 7). Hasil penelitian dimana lebih dari setengah total

contoh (60.9%) mengakses internet melalui handphone menunjukkan pergeseran

fungsi handphone dewasa ini. Sementara untuk akses kedua terbanyak setelah

handphone, sesuai dengan pembahasan sebelumnya mengenai kepemilikan

PC/laptop/tablet dan langganan internet, contoh yang berasal dari SMA di kota

mengakses internet dari PC di rumah (36.4%) sementara contoh yang berasal dari

SMA di desa mengakses internet dari warnet (41.8%) (Tabel 7).

Alasan utama contoh yang berasal dari SMA di kota menggunakan

internet adalah untuk social networking (89.1%) dan mengerjakan tugas (81.8%),

sementara alasan utama contoh yang berasal dari SMA di desa menggunakan

internet adalah untuk mengerjakan tugas (56.4%) dan social networking (52.7%).

Page 28: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

18

Tingginya jumlah contoh yang menjadikan social networking sebagai alasan

utama menggunakan internet (70.9%) sesuai dengan pertanyaan lanjutan

mengenai kepemilikan akun media sosial dimana sebanyak 84.5% dari total

contoh menyatakan memiliki akun media sosial (Tabel 7). Adapun alasan utama

kedua terbanyak, yaitu mengerjakan tugas (69.1%) sesuai dengan pertanyaan

lanjutan, yaitu ―apakah penggunaan internet membantu pengerjaan tugas

sekolah?‖. Sebagian besar contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di

desa menyatakan ―ya‖ (94.5%) (Tabel 7).

Lebih dari setengah, baik contoh yang berasal dari SMA di kota maupun

di desa, menyatakan pertama kali pengenalan internet dilakukan oleh teman

(berturut-turut 58.2% dan 72.7%). Pengenalan internet kepada contoh yang

berasal dari SMA di kota juga dilakukan oleh saudara (25.5%), orang tua (14.5%),

dan guru (1.8%), sementara pengenalan internet kepada contoh yang berasal dari

SMA di desa juga dilakukan oleh guru (16.4%), saudara (9.1%), dan mencoba

sendiri−dimasukkan dalam kategori ―lainnya‖ (1.8%) (Tabel 7).

Mayoritas contoh yang berasal dari SMA di kota telah bergabung dengan

website social networking lebih dari 1 tahun (94.5%). Akses ke website social

networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di kota berkisar antara 2

rentang waktu utama, yaitu setiap hari (41.8%) dan 3-4 kali per minggu (30.9%).

Hal yang berbeda terlihat pada contoh yang berasal dari SMA di desa. Lama

bergabung contoh yang berasal dari SMA di desa dengan website social

networking kebanyakan kurang dari satu tahun (41.8%), selain itu akses ke

website social networking per minggu contoh yang berasal dari SMA di desa

berkisar antara 2 rentang waktu utama, yaitu 1-2 kali per minggu (34.5%) dan 3-4

kali per minggu (30.9%) (Tabel 7).

Fasilitas di website social networking yang sering digunakan contoh yang

berasal dari SMA di kota cukup beragam. Chatting merupakan fasilitas yang

paling sering digunakan (78.2%), sementara sisanya tersebar secara merata pada

pencarian produk/jasa, update informasi produk/jasa, bermain game yang

disediakan, dan membuat/membalas e-mail (14.5%). Senada dengan contoh yang

berasal dari SMA di kota, contoh yang berasal dari SMA di desa pun paling

banyak menggunakan fasilitas chatting di website social networking (34.2%).

Penggunaan fasilitas yang lain juga dilakukan oleh contoh yang berasal dari SMA

di desa, yaitu bermain game yang disediakan (23.6%), update informasi

produk/jasa (18.2%), membuat/membalas e-mail (14.5%), dan mencari

produk/jasa (5.5%) (Tabel 7).

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih

pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,

psikologis, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan pada anak usia

sekolah tergantung pada kehidupan di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih

menyukai makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya. Kadang-kadang

anak malas makan di rumah, hal ini disebabkan akibat stres atau sakit (Hidayat

&Alimul 2004). Peubah kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi frekuensi

makan, kebiasaan makan bersama keluarga, waktu makan bersama keluarga,

frekuensi makan bersama keluarga di luar rumah, jumlah air yang diminum,

Page 29: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

19

kebiasaan sarapan pagi, konsumsi suplemen, frekuensi konsumsi suplemen,

makan siang, konsumsi fast food 1 minggu terakhir, kebiasaan jajan di sekolah,

dan frekuensi makan snack.

Frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota sebagian besar

berada pada kategori makan tiga kali sehari (61.8%), dan hanya 29.1% yang

berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari. Adapun frekuensi makan

contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar berada pada kategori makan

satu sampai dua kali sehari (58.2%), dan yang berada pada kategori makan tiga

kali sehari hanya 36.4% (Tabel 8). Hasil penelitian menunjukkan terdapat

perbedaan yang nyata (p=0.002) antara contoh yang berasal dari SMA di kota dan

di desa, dimana frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih

tinggi dibanding frekuensi makan contoh yang berasal dari SMA di desa.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Frekuensi Makan:

1-2 kali 16 29.1 32 58.2 48 43.6

3 kali 34 61.8 20 36.4 54 49.1

>3 kali 05 09.1 03 05.5 08 07.3

Total 55 100 55 100 110 100

Kebiasaan Makan Bersama Keluarga:

Selalu

(tiap hari)

25 45.5 11 20.0 36 32.7

Kadang

(2-3x/minggu)

39 50.9 44 80.0 72 65.5

Tidak pernah 02 03.6 00 00.0 02 01.8

Total 55 100 55 100 110 100

Waktu Makan Bersama Keluarga (jawaban boleh lebih dari satu)

Makan pagi 13 23.6 20 36.4 33 30.0

Makan siang 08 14.5 24 43.6 32 29.1

Makan malam 49 89.1 32 58.2 81 73.6

Frekuensi Makan Bersama Keluarga di Luar Rumah:

0-2 kali/bulan 35 63.6 51 92.7 86 78.2

3-5 kali/bulan 19 34.5 04 07.3 23 20.9

6-7 kali/bulan 01 01.8 00 00.0 01 00.9

Total 55 100 55 100 110 100

Jumlah Air yang Diminum:

<5 gelas 04 07.3 20 36.4 24 21.8

5-7 gelas 28 50.9 20 36.4 48 43.6

≥8 gelas 23 41.8 15 27.3 38 34.5

Total 55 100 55 100 110 100

Kebiasaan Sarapan Pagi:

Selalu

(tiap hari)

21 38.2 30 54.5 51 46.4

Kadang

(2-3x/minggu)

31 56.4 25 45.5 56 50.9

Tidak pernah 03 05.5 00 00.0 03 02.7

Total 55 100 55 100 110 100

Konsumsi Suplemen:

Ya 16 29.1 10 18.2 26 23.6

Tidak 39 70.9 45 81.8 84 76.4

Total 55 100 55 100 110 100

Page 30: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

20

Tabel 8 (lanjutan) Sebaran contoh beradasarkan kebiasaan makan

Karakteristik SMA di kota SMA di desa Total

n % n % n %

Frekuensi Konsumsi Suplemen per Minggu:

1-3 kali 07 43.75 08 80.0 15 57.7

4-6 kali 04 25.00 01 10.0 05 19.2

7 kali 05 31.25 01 10.0 06 23.1

Total 16 100 10 100 26 100

Makan Siang:

Membawa

bekal

15 27.3 04 07.3 19 17.3

Jajan di

sekolah

33 60.0 14 25.5 47 42.7

Jajan di luar

sekolah

00 000.0.0 06 10.9 06 05.5

Makan di

rumah

07 12.7 31 56.4 38 34.5

Total 55 100 55 100 110 100

Konsumsi Fast Food 1 Minggu Terakhir:

0-1 kali 27 49.1 41 74.5 68 61.8

2-3 kali 25 45.5 10 18.2 35 31.8

4-5 kali 03 05.5 04 07.3 07 06.4

Total 55 100 55 100 110 100

Kebiasaan Jajan di Sekolah:

Ya 50 90.9 53 96.4 103 93.6

Tidak 05 09.1 02 03.6 07 06.4

Total 55 100 55 100 110 100

Frekuensi Makan Snack:

Selalu

(tiap hari)

16 29.1 25 45.5 41 37.3

Kadang

(2-3x/minggu)

39 70.9 29 52.7 68 61.8

Tidak pernah 00 00.0 01 01.8 01 00.9

Total 55 100 55 100 110 100

Kebiasaan makan bersama keluarga contoh yang berasal dari SMA di kota

terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu selalu (45.5%) dan kadang (50.9%).

Contoh yang berasal dari SMA di desa sebagian besar hanya kadang-kadang

makan bersama keluarga (80%). Waktu makan yang biasa digunakan untuk

makan bersama keluarga adalah malam hari, baik contoh yang berasal dari SMA

di kota maupun di desa (73.6%) (Tabel 8).

Contoh yang berasal dari SMA di kota memiliki kebiasaan minum air

yang terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu 5-7 gelas dalam sehari (50.9%)

dan ≥8 gelas dalam sehari (41.8%). Kebiasaan minum air contoh yang berasal dari

SMA di desa terbagi secara merata, yaitu <5 gelas dalam sehari (36.4%), 5-7 gelas

dalam sehari (36.4%), dan ≥8 gelas dalam sehari (27.3%) (Tabel 8). Hal ini

menunjukkan contoh yang berasal dari SMA di kota lebih memperhatikan jumlah

air yang diminum dibandingkan contoh yang berasal dari SMA di desa.

Terdapat 46.4% contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa yang

selalu sarapan pagi, sementara sebanyak 50.9% contoh yang berasal dari SMA di

kota dan di desa terbiasa sarapan pagi 2-3 kali dalam seminggu. Konsumsi

suplemen contohyang berasal dari SMA di kota dan SMA di desa dapat dikatakan

Page 31: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

21

cukup sedikit (23.6%) dengan frekuensi konsumsi suplemen hanya 1-3 kali dalam

seminggu (57.7%) (Tabel 8).

Kebiasaan makan siang contoh yang berasal dari SMA di kota kebanyakan

berasal dari jajanan di sekolah (60%) dan membawa bekal (27.3%). Hanya 12.7%

contoh yang berasal dari SMA di kota yang makan siang di rumah. Hal yang

berbeda ditunjukkan oleh contoh yang berasal dari SMA di desa. Sebanyak 56.4%

contoh yang berasal dari SMA di desa terbiasa makan siang di rumah (Tabel 8).

Baik contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa hanya

mengkonsumsi fast food 0-1 kali dalam seminggu (61.8%). Contoh yang berasal

dari SMA di kota dan di desa menyatakan terbiasa jajan di sekolah (93.6%). Rata-

rata frekuensi makan snack pada contoh hanya 2-3 kali dalam seminggu (61.8%).

Hubungan antar Variabel

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kebiasaan Makan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan (p<0.05) antara rokok dengan kebiasaan jajan. Hal ini menunjukkan

semakin tinggi kebiasaan merokok maka semakin rendah kebiasaan jajan pada

contoh, baik yang berasal dari SMA di kota maupun di desa. Menurut Worsley et

al. (2012), kebiasaan jajan berhubungan positif dengan usia dan pendidikan,

namun berbanding terbalik dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Tabel 9 Hasil uji korelasi Spearman antara merokok dengan kebiasaan makan

Peubah Frekuensi

Makan

Kebiasaan

Sarapan

Jumlah

Air

Minum

Kebiasaan

Jajan

Frekuensi

Makan

Snack

Frekuensi

Fast

Food Suplemen

Rokok r -0.018 0.162 0.113 -0.315 -0.046 0.043 0.013

p -0.850 0.091 0.240 -0.001 -0.635 0.656 0.891

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

siginifikan (p>0.05) antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan utama,

kebiasaan sarapan, jumlah air minum, serta frekuensi makan snack, fast food, dan

suplemen. Hal ini diduga karena kebutuhan contoh terhadap hal tersebut masih

bergantung dengan pola kebiasaan makan keluarga, sedangkan kebiasaan

merokok lebih dipengaruhi dari keinginan contoh.

Hubungan Penggunaan Internet dengan Kebiasaan Makan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan (p<0.05) antara penggunaan internet dengan jumlah air minum yang

dikonsumsi contoh. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu

penggunaan internet contoh semakin tinggi jumlah air yang diminum contoh.

Namun, terdapat hubungan yang tidak signifikan antara penggunaan internet

dengan frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, serta frekuensi

makan snack, fast food, dan konsumsi suplemen. Hal ini diduga karena waktu

yang digunakan contoh ketika menggunakan internet berbeda dengan waktu

makan contoh.

Page 32: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

22

Tabel 10 Hasil uji korelasi Spearman antara penggunaan internet dengan

kebiasaan makan

Peubah Frekuensi

Makan

Kebiasaan

Sarapan

Jumlah

Air

Minum

Kebiasaan

Jajan

Frekuensi Makan

Snack

Frekuensi Fast

Food Suplemen

Internet r 0.077 0.143 0.257 0.169 0.900 0.158 -0.133

p 0.426 0.135 0.007 0.077 0.350 0.100 -0.165

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Makan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan (p< 0.05)antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah

air minum pada contoh yang berasal dari SMA di kota dan di desa. Hal ini berarti

semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin rendah frekuensi makan dan

jumlah air yang diminumcontoh. Hal ini diduga karena sebagian contoh masih

mengabaikan pengetahuan gizi mereka, meskipun contoh memiliki pengetahuan

gizi yang baik. Selain itu, diduga ada beberapa contoh yang melakukan diet.

Tabel 11 Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan

makan

Peubah Frekuensi

Makan

Kebiasaan

Sarapan

Jumlah

Air

Minum

Kebiasaan

Jajan

Frekuensi

Makan Snack

Frekuensi

Fast Food

Suplemen

Penge-

tahuan

Gizi

r -0.213 -0.159 -0.330 -0.128 -0.149 -0.050 0.058

p -0.025 -0.097 -0.000 -0.182 -0.120 -0.603 0.548

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Remaja yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berada pada

kisaran usia 15 sampai dengan 16 tahun, sementara remaja yang berasal dari SMA

di desa sebagian besar berada pada kisaran usia 17 sampai 18 tahun−bahkan ada

juga yang berusia lebih dari 18 tahun. Hampir seluruh remaja yang berasal dari

SMA di kota memiliki uang saku ≥Rp 10 000,00, sementara masih cukup banyak

remaja yang berasal dari SMA di desa memiliki uang saku <Rp 10 000,00. Besar

keluarga, baik remaja yang berasal dari SMA di kota maupun desa, pada

umumnya tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan orang tua remaja

yang berasal dari SMA di kota hampir seluruhnya berjumlah ≥Rp 2 000000,00 per

bulan, hal ini berbanding terbalik dengan pendapatan orang tua remaja yang

berasal dari SMA di desa. Sebagian besar pekerjaan orang tua remaja yang berasal

dari SMA di kota bekerja sebagai karyawan swasta dan wiraswasta, sedangkan di

desa bekerja sebagai buruh.

Pengetahuan gizi remaja yang berasal dari SMA di kota sebagian besar

berada pada kategori sedang, namun pengetahuan gizi remaja yang berasal dari

SMA di desa sebagian besar berada pada kategori kurang. Kebiasaan merokok

remaja yang berasal dari SMA di kota sebanyak 9.1%, sedangkan remaja yang

Page 33: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

23

berasal dari SMA di desa berjumlah 20%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan nyata antara keduanya. Waktu penggunaan internet

remaja yang berasal dari SMA di kota sangat berkebalikan dengan remaja yang

berasal dari SMA di desa. Remaja yang berasal dari SMA di kota mayoritas

menggunakan internet lebih lama daripada remaja yang berasal dari SMA di desa.

Frekuensi makan remaja yang berasal dari SMA di kota sebagian besar berada

pada kategori makan tiga kali sehari, sedangkan frekuensi makan remaja yang

berasal dari SMA di desa berada pada kategori makan satu sampai dua kali sehari.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara rokok dengan kebiasaan jajan, namun tidak

terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan frekuensi makan, kebiasan

sarapan, jumlah air yang diminum, frekuensi makan snack, fast food, dan

suplemen. Selain itu, hasil uji hubungan antara penggunaan internet dengan

kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya penggunaan internet dengan jumlah

air minum yang terdapat hubungan. Hasil uji korelasi Spearman antara

pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan menunjukkan bahwa hanya

pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dan jumlah air minum yang memiliki

hubungan signifikan.

Saran

Untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja di SMA diperlukan guru

konseling atau pihak terkait lainnya untuk memberikan materi penyuluhan

mengenai gizi dan kaitannya dengan kesehatan.

Page 34: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

24

DAFTAR PUSTAKA

Adalier A, Balkan E. 2012. The relationship between internet addiction and

psychological symptoms. International Journal of Global Education. 1 (2) :

1—8.

Behrman et al.2004. Adolescence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed.

Philadelphia (US) : Saunders.

Escobar SL, Anderson CA. 2008. Media and risky behaviors. The Future of

Children. 18 (1): 147—180.

Fitriadini NA. 2010. Perilaku KADARZI serta PHBS ibu kaitannya dengan

status gizi dan status kesehatan balita BGM di Kabupaten Sukabumi

[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Edisi ke-6. M. Tjandra dan Zarkasih,

penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

Kaplan M, Haenlein M. 2010. Users of the world, unite! The challenges and

opportunities of Social Media. Business Horizons. 53(1): 59—68.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID):

PT. Grasindo.

et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi : Pemanfaatan,

cakupan, keefektifan, dan dampak terhadap status gizi. Bogor (ID):

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor.

. 2009. Pola Makan Kaum Remaja dalam Pangan dan Gizi Untuk

Kesehatan. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada.

Lusiana SA. 2008. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak

perempuan sekolah dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

McCool J, Cameron L, Petrie K, Robinson E. 2003. Smoking behavior and

expectations among Auckland adolescents. The New Zealand Medical Journal

116: 1—9.

McMurray A. 2003. Community Health and Welness: A Sociological Approach.

Toronto (US) : Mosby.

Minor M, Mowen JC. 2002. Perilaku Konsumen alih bahasa Lina Salim. Jakarta

(ID) : Erlangga.

Montgomery K. 2000. Youth and digital media: a policy research agenda. J

Adolescent Health. 27: 61—68.

Page 35: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

25

Nafisse M, Mohammad A, Ahmad PB, Omid R, Ayatollahi A, Bidaki R, Fatemeh

ABA. 2013. The prevalence of internet addiction among the students of

Rafsanjan University of Medical Sciences. ASEAN Journal of Psychiatry.

14 (2) : 1—8.

NasutionIK. 2011.Jurnal Perilaku Merokok pada

Remaja.http://respository.usu.ac.id/perilakumerokokpadaremaja/132316815.

pdf. Diakses pada 10 Juni 2013.

Spicker P, Morris S, Strachan V. 2002. Consultation on the review of Scottish

charity law, Scottish Executive Central Research Unit85pp. Poverty and the

Welfare State: dispelling the myths. London (ED): Catalyst.

Pahlupi R, Suryana A, Setiaman A. 2012. Hubungan antara kegiatan penyuluhan

program Keluarga Berencana (KB) dengan perubahan sikap penduduk

Kabupaten Garut. eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran. 1 (1) : 1—

18.

Parmenter K, Wardle J. 1999. Development of a general nutrition knowledge

questionnaire for adults. European Journal of Clinical Nutrition. 53:298—

308.

Sartika AA, Indrawati ES, Sawitri DR. 2009. Hubungan antara konformitas

terhadap teman sebaya dengan intensi merokok pada remaja perempuan di

SMA Kesatrian 1 Semarang. Psycho Idea. (1) : 14—25.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Pangan

dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta (ID) : Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut

Pertanian Bogor.

Tarwoto et al. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta (ID):

Salemba Medika.

Worsley A, Wang WC, Hunter W. 2011. The relationships between eating habits,

smoking and alcohol consumption, and body mass index among baby

boomers. Appetite. 58 (2012) : 74—80.

Page 36: HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN PENGETAHUAN GIZI … · mengkategorikan remaja sekolah menengah atas (SMA) yang berada pada kisaran usia 16 sampai dengan20 tahun sebagai remaja tingkat akhir

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ithaca, New York pada tanggal 10 Januari 1991. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Bambang Sapta Purwoko dan

Ibu Iswari Saraswati Dewi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri

Polisi I Bogor pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4

Bogor pada tahun 2005, dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah atas di

SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2008.

Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor tahun 2008

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil diterima pada

pilihan 1 yaitu program studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat−Fakultas

Ekologi Manusia. Selama kuliah, penulis aktif dalam beberapa organisasi

kemahasiswaan, antara lain sebagai staf Hubungan Masyarakat HIMAGIZI

2009/2010, staf Politik Kajian Strategis dan Advokasi BEM I 2009/2010, staf

Hubungan Masyarakat ILMAGI 2009/2011, dan staf Politik Kajian Strategis dan

Advokasi BEM I 2010/2011. Penulis mendapatkan kesempatan melakukan kuliah

kerja profesi (KKP) di Desa Tonjong, Kecamatan Kutamendala, Kabupaten

Brebes Juli-Agustus 2011 dan Internship Dietetik di Rumah Sakit Umum Daerah

Ciawi, Bogor pada bulan April 2012.