Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman

download Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman

of 12

description

tugas

Transcript of Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman

Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas Mulawarman] 2014

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI, MAGISTER KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan Tinggi Universitas MulawarmanMAKALAH LANDASAN PENDIDIKANIMA NURANI dan RITA MAGDALENA

HUBUNGAN DEMONSTRASI MAHASISWA DENGAN PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS MULAWARMAN

Ima Nurani, Rita MagdalenaProdi Pendidikan Biologi, Magister Kependidikan Universitas [email protected], [email protected]

PENDAHULUANPerguruan tinggi merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu negeri dan swasta, biasanya status perguruan tinggi sangat membedakan kualitas mahasiswanya. Mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai agen perubahan negeri di masa yang akan datang dan juga sebagai penyalur aspirasi masyarakat ke hadapan pemerintahan dengan cara yang tertib dan sehat. Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini, banyak mahasiswa melakukan aksi demonstrasi yang tidak tertib dan mengganggu ketertiban masyarakat, sehingga masyarakat selalu menganggap aksi demonstrasi mahasiswa sebagai suatu tindakan yang sangat merugikan, karena tidak hanya merusak fasilitas umum namun juga kerap melakukan tindak kekerasan.Aksi demonstrasi mahasiswa yang anarkis sangat erat hubungannya dengan pendidikan yang didapatkan saat perkuliahan, misalnya fakultas ilmu pemerintahan dimana hampir setiap hari mempelajari tentang politik dan tata pemerintahan. Dalam setiap pembelajaran akan ada pembentukan karakter dan bagaimana harus bertindak saat mengahadapi suatu permasalahan, sehingga para pendidik selalu memberikan contoh sikap-sikap dalam mengambil sebuah keputusan dan selalu mengajak mahasiswa berfikir bijaksana.Akan tetapi, mahasiswa tidak selalu mengkaitkan teori dengan dunia nyata yang mereka hadapi, kebanyakkan mahasiswa tidak memiliki karakter-karakter yang sering disampaikan di dalam kelas saat proses pembelajaran. Sehingga karakter dan sifat yang sering dibawa saat aksi demo oleh mahasiswa terutama saat mereka merasakan bahwa suara rakyat tidak lagi didengar oleh pemerintah yaitu, tindakan anarkis dan karakter-karakter yang tidak layak dimiliki oleh seorang yang berintelektual. Kegiatan mahasiswa tidak hanya berdemonstrasi , tetapi ada kegiatan atau kewajiban lain seperti ujian-ujian, kuis, UKM, serta tugas-tugas dari dosen yang harus dilaksanakan. Walaupun aksi demonstrasi hanya sebagian dari kegiatan diluar kampus yang diperbolehkan tetapi demonstrasi hendaknya dilakukan secara tertib dan sehat. Universitas Mulawarman Samarinda yang merupakan salah satu universitas yang mahasiswanya sering melakukan aksi demo yang bersifat merugikan masyarakat. Maka, hal itu yang kemudian mendasari kami untuk membahas mengenai hubungan demonstrasi mahasiswa dengan pendidikan di perguruan tinggi khususnya di Universitas Mulawarman Samarinda.

METODEPenulisan karya tulis ini dilakukan dengan mengikuti kaidah metode penulisan ilmiah yang berlaku sesuai aturan pedoman karya tulis yang ditetapkan.Karya tulis ini disusun secara cermat dengan menggunakan dua bentuk metode yang saling mendukung, yaitu :1. Metode kepustakaan( library search)Yaitu suatu bentuk metode penulisan yang disususn berdasarkan atas studi pustaka. Bahan-bahan kepustakaan yang dipergunakan meliputi berbagai sumber, yakni dengan menggunakan buku-buku bacaan (teks book)berbagai makalah yang terkait dan relevan dengan tulisan. Sebagai sumber pelengkap dan pendukung dalam metode ini, digunakan berbagai informasi ilmiah tertulis dari beberapa situs website di internetdan berita serta opini publik dari berbagaio media cetak dan elektronik yang berhubungan dengan topik bahasan2. Metode wawancara ( interview)Untuk mencapai sasaran penulisan, maka penulis aktif melakukan wawancara dengan bebarapa orang dengan latar belakang berbeda, untuk lebih mendalami bagaimana pendapat orang-orang mengenai aksi demo dengan pendidikan di perguruan tinggi. Wawancara kami lakukan secara intensif untuk mencari informasi dan opini publik mengenai aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, utamanya melalui mahasiswa dan masyarakat secara umum.

HASIL PENELITIANBerdasarakan wawancara singkat tak terstruktur yang sudah kami lakukan sehingga mencapai titik jenuh, dimana hampir semua sumber data telah menjawab beberapa pertanyaan dengan jawaban yang sama. a. Sumber Data Mahasiswa, mengatakan bahwa kaitan aksi demo mahasiswa dengan pendidikan di perguruan tinggi, jika dilihat dari kaitannya, jarang sekali mahasiswa yang melakukan aksi demo menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan pada saat di kampus, seperti pendidikan karakter, moral, budaya,sosial. b. Sumber Data Masyarakat, jika dilihat dari kaitannya dengan pendidikan aksi demo mahasiswa tidak mencerminkan seorang yang berpendidikan, karena pendidikan karakter dan moral yang selalu diajarkan oleh pendidik tidak terlihat. Tetapi masyarakat mengatakan bahwa aksi demo mahasiswa hanya mengganggu aktivitas masyarakat.

PEMBAHASANMahasiswa, menurut KBBI pengertian mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, secara adminitrasi mereka terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi. Tapi pengertian itu tidak hanya sebatas itu, Mahasiswa itu mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar terdaftar secara administrasi. Akan tetapi menjadi mahasiswa itu mengandung arti yang sangat luas, mahasiswa adalah agen pembawa perubahan. Menjadi mahasiswa itu merupakan kebanggaan dan juga sebagai tanggung jawab besar sebagai agen pembawa perubahan. Menjadi seseorang yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.Hal ini sejalan dengan pendapat Arbi Sanit (1999) yang menyatakan bahwa gerakan mahasiswa mempunyai peranan yang sangat besar untuk perubahan masyarakat. Mahasiswa selalu mengambil peran sebagai pelopor dalam setiap perubahan. Gerakan mahasiswa yang memberi perubahan besar yang pernah tercatat dalam sejarah misalnya, turunnya mantan presiden Soeharto pada era reformasi, terjadi karena mahasiswa yang menuntut agar orde baru berakhir dan diganti dengan reformasi. Turunnya almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pun, juga terjadi karena mahasiswa melakukan demonstrasi demi perbaikan bangsa Indonesia tercinta ini.Gerakan tersebut dilakukan mahasiswa sebagai bentuk perwakilan dari pendapat rakyat yang merasa tidak mendapat keadilan dari suatu pemerintahan. Gerakan yang paling sering digelar oleh mahasiswa sebagai penyalur aspirasi rakyat disebut dengan demonstrasi. Dikutip dari Wikipedia (2014) Demonstrasi (demo) atau unjuk rasa adalah sebuah gerakanprotesyang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secarapolitikolehkepentingan kelompok.Pada dasarnya, demonstrasi adalah suatu hal yang wajar di sebuah negara yang menganut paham demokrasi di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang ditegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Maka ketika pendapat rakyat sudah tidak mampu lagi tersampaikan melalui badan-badan perwakilan rakyat, maka peran mahasiswa di sini dibutuhkan sebagai penyalur aspirasi rakyat. Rakyat juga berperan penting sebagai pendukung mahasiswa untuk melakukan aksi tersebut.Namun yang terjadi saat ini demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung tidak mengedepankan pendapat rakyat. Demonstrasi digelar dengan cara yang tidak tertib dan mengganggu kepentingan masyarakat. Terlebih lagi tindakan brutal kerap kali mendampingi mahasiswa dalam aksi demonstrasinya. Akibatnya sejumlah fasilitas rusak dan masyarakat merasa tidak aman. Tentu saja rakyat merasa terganggu dan enggan mendukung gerakan tersebut. Hal ini berbeda pada saat mahasiswa pada orde lama melakukan aksi demonstrasi. Aksi mahasiswa pada masa itu sangat didukung oleh rakyat. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Halide, Rektor Universitas Fajar dalam Asnawin (2008) Mahasiswa yang melakukan demonstrasi pada zaman Orde Lama dan Orde Baru memang murni aksi demonstrasi, yakni turun ke jalan untuk menyalurkan aspirasi dan aksi tersebut mendapat dukungan masyarakat memprotes kebijakan pemerintah. Sekarang, mahasiswa bukan melakukan aksi demonstrasi, melainkan melakukan tekanan (pressure) kepada pemerintah. Sayangnya, tekanan yang dilakukan mahasiswa juga salah-salah karena tidak berhasil. Lebih ironis lagi, mahasiswa sekarang selalu mengatasnamakan rakyat dan mengaku memperjuangkan hak-hak rakyat, tetapi aksi mereka saat turun ke jalan justru tidak mendapat simpati dan dukungan rakyat, karena mereka mengganggu kepentingan dan hak rakyat. Prof. Dr. Halide juga menambahkan, Seharusnya, dalam menyampaikan aspirasi demonstran terlebih dahulu mengidentifikasi masalah, mencari akar masalah, lalu tawarkan solusinya. Kalau aspirasinya betul dan bagus, pihak universitas akan membantu untuk memperjuangkan aspirasi para demonstran.Pendapat Prof. Dr. Halide tersebut sejalan dengan pendapat Anwar (2014) yang mengatakan, Mahasiswa sebetulnya tidak perlu lagi melakukan tindakan anarkis, sebab sudah tidak ada pressure militer atau pengekangan seperti pada jaman orde baru dan awal reformasi. Sekarang semua orang bebas menyuarakan pendapat, sehingga tidak perlu lagi menggalang kuatan massa secara berlebihan untuk menekan pemerintah. Sangat disesali akibat demontrasi brutal mahasiswa kita di Makassar, penduduk pulau-pulau lain mengidentikkan kita sebagai orang Makassar sebagai orang-orang dengan temperamen brutal. Mendekati tahun 2014, dimana ada pilpres dan pileg, mahasiswa seharusnya melakukan aksi presure politis tanpa terjun ke dunia politik. Seperti mengimbau masyarakat untuk tidak memilih parpol yang korup dan calon pemimpin yang tidak kompeten. Itu jauh lebih intelek.Penulis berpendapat bahwa untuk menyampaikan suatu aspirasi agar didengar oleh pemerintah, sebenarnya dapat dilakukan oleh beberapa cara, seperti menulis artikel, melalui lagu, melalui gambar, hingga bertumpu pada demonstrasi. Jadi demonstrasi adalah cara akhir yang dapat dilakukan jika cara-cara sebelumnya tidak berhasil. Namun ingat, demonstrasi yang dibicarakan disini adalah demonstrasi yang terorganisir. Yakni demonstrasi yang berdasar pada landasan ilmiah bukan hanya omongan belaka, dimana demonstran memberikan solusi untuk permasalahan yang sedang mereka angkat dalam aksinya. Seperti yang dikemukakan oleh Edward W. Said (1995) dalam bukunya Representation of The Intellectual merumuskan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk merepresentasikan pesan, pandangan, sikap kepada publik yang tujuan dari aktualisasi tersebut melahirkan kebebasan untuk memotivasi dan menggugah rasa kritis orang lain agar berani menghadapi ortodoksi, dogma, serta tidak mudah dikooptasi kuasa tertentu, sehingga intelektual harus selalu aktif bergerak dan berbuat dengan ketajaman nalarnya.Hal tersebut diperkuat oleh Jamal (2008) yang menyatakan Konteks mahasiswa sebagai representasi dari kaum intelektual berdasar pada pertimbangan-pertimbangan ilmiahnya sudah seharusnya mampu mengelaborasi antara teori dan praktik. Demonstrasi sebagai sebuah gelaran demokrasi hanya akan menjadi garang dan menyeramkan manakala mahasiswa sebagai kaum intelektual belum mampu memfungsikan intelektualitas yang dimilikinya secara maksimal, karena intelektualisme yang hampa dari agenda humanisasi adalah sebuah pengkhianatan terhadap nurani kemanusiaan. Seperti yang kita ketahui, mahasiswa-mahasiswa pada masa ini ternyata tidak menerapkan teori dalam praktik demonstrasinya. Hal yang terjadi adalah mahasiswa bertindak anarkis dan mengesampingkan moral yang tidak mencerminkan mahasiswa sebagai kaum intelektual. Mahasiswa tak ubahnya seperti preman yang berpendidikan. Jadi, pembentukan karakter bagi mahasiswa dirasa perlu agar mahasiswa tidak mengalami krisis identitas. Pembentukan karakter memang sudah ditanamkan mulai dari lingkup keluarga, pendidikan dasar hingga menengah. Akan tetapi, dengan kemampuan mahasiswa sebagai agen perubahan di masa ini dirasa perlu adanya pendidikan yang khusus diberikan kepada mahasiswa untuk membentuk kepribadian yang intelek dan selalu berpegang prinsip pada nilai nilai kebaikan agar tidak merugikan masyarakat.Hal ini sejalan dengan pendapat Rakka, (2008) Peran perguruan tinggi yang sangat strategis untuk membina generasi muda dalam pengembangan karakternya, terlebih di era globalisasi menuntut pembelajaran sosial dan politik lebih pro-aktif dalam mewujudkan perannya dalam membangun budaya dan karakter bangsa. Universitas sebagai lembaga resmi yang membina generasi muda perlu direncanakan pelaksanaan pembelajaran serta konseptualnya, sehingga upaya membangun budaya dan karakter bangsa bisa lebih efektif sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.Sebagai salah satu universitas yang mahasiswanya sering berdemo, Universitas mulawarman perlu menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter di perguruan tinggi yang dapat diberikan di lingkungan Universitas Mulawarman perlu diajarkan untuk membekali mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat. Pendidikan karakter bisa saja diajarkan sebagai salah satu mata kuliah dasar atau dapat pula diseminarkan di lingkungan universitas yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa Universitas Mulawarman. Selain itu, pendidikan karakter dapat diselipkan dalam suatu mata kuliah dan ditekankan oleh dosen ketika mengajar.Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan dan selalu diselipkan pada saat proses pembelajaran didalam kelas berlangsung dan tidak pandang dengan mata kuliah yang akan diajarkan oleh pendidik (Suhanaji dan Waspodo, 2005). Jadi sangatlah jelas bahwa kegiatan demonstrasi mahasiswa memiliki hubungan dengan pendidikan di perguruan tinggi. Dengan berlandaskan ilmu pengetahuan dan moral yang baik karakter mahasiswa yang berpindidikan ketika dihadapkan kepada suatu masalah yang terjadi pada masyarakat akan mencari akar permasalahan, kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Mahasiswa berpendidikan akan menyatakan aspirasinya dengan berbagai cara kreatif yang tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Cara-cara kreatif tersebut dapat berupa lagu, gambar, artikel, jejak pendapat, diskusi publik dan lain sebagainya. Sekiranya dari cara tersebut aspirasi mahasiswa tidak didengar, maka demonstrasi sah dilakukan sebagai langkah akhir. Tentu saja dengan cara yang tertib. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan sebuah karakter. Hal ini sejalan dengan pendapat Supriya, (2008) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa.Selain kepribadian dan karakter yang baik menurut Anies Baswedan dalam (Hidayati, 2014) pola pikir pemuda juga harus diubah karena zaman sudah berubah dan cara perjuangannya pun berbeda. Di era modern ini tentunya menuntut kesiapan pemuda untuk mengahadapi berbagai arus globalisasi yang signifikan. Semakin ketatnya persaingan dalam ilmu pengetahuan dan juga pekerjaan menuntut pemuda untuk berinovasi dan terus mengembangkan kemampuannya, agar para pemuda dapat bersaing tidak hanya dalam kancah nasional tetapi juga internasional.Ketika moral dan pola pikir pemuda sudah terbentuk, secara tidak langsung pemuda dalam hal ini mahasiswa, akan memahami perannya sebagai pemuda yang pantang menyerah dan terus memperjuangkan kemajuan bangsa. Kegiatan seperti demonstrasi sekiranya akan dirasa tidak penting karena banyak hal-hal positif yang dapat dilakukan demi memajukan bangsa. Pemuda seperti inilah yang akan menjadi penerus estafet kepemimpinan menuju masa depan bangsa yang lebih baik.

KESIMPULANTerdapat hubungan antara aksi demonstrasi mahasiswa dengan pendidikan di perguruan tinggi. Demonstrasi mahasiswa yang bersifat anarkis adalah bentuk dari gerakan mahasiswa yang mengesampingkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral. Untuk membentuk kepribadian dan karakter yang baik dalam diri mahasiswa perlu diajarkan pendidikan karakter di perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ahyar. 2014. Sosiologi Pendidikan. Makassar: UNM Press.Arbi, Sanit 1999. Gerakkan Mahasiswa di Era Demokrasi. Jakarta Asnawin. 2008. Dulu, Demonstrasi Mahasiswa Didukung Rakyat. Terdapat di http://pedomanrakyat.blogspot.com/2008/12/dulu-demonstrasi-mahasiswa-didukung.html diakses pada Tanggal 28 November 2014.Edward W. Said, 1995. Representation of The Intellectual. Usa unyversityHidayati, Sri. 2014. Krisis Identitas dan Revitalisasi Pemuda. Terdapat di http://hidayatiidda.blogspot.com/2014/05/krisis-identitas-dan-revitalisasi-peran.html diakses pada Tanggal 28 November 2014.Jamal, Abdul. 2008. Demokrasi Pemerintahan. Yogyakarta: Kepel Press. Raka, I.I.D.G. 2008. Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali Peran Perguruan Tinggi. Bandung: Majelis Guru Besar ITB. Supriya. 2008. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Rosdakarya. Waspodo, Tjipto. 2005. Modernisasi dan Globalisasi. Surabaya: Insan Cendikia.Wikipedia. 2014. Unjuk Rasa. Terdapat di http://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa diakses pada Tanggal 28 November 2014.

12