HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ......

42
HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG (DISSAVING) SKRIPSI Oleh: Kukuh Prasetyo Wibowo 201110230311128 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang 2016

Transcript of HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ......

Page 1: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG

(DISSAVING)

SKRIPSI

Oleh:

Kukuh Prasetyo Wibowo

201110230311128

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

2016

Page 2: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG

(DISSAVING)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

SKRIPSI

Oleh:

Kukuh Prasetyo Wibowo

201110230311128

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

2016

Page 3: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang

(Dissaving).

2. Nama Peneliti : Kukuh Prasetyo Wibowo

3. NIM : 201110230311128

4. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

5. Waktu Penelitian : 20 Juni 2016 – 27 Juni 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Diah Karmiyati, Dr. M.Si

Anggota Penguji : Nida Hasanati, Dr. M.Si

Adhyatman Prabowo, S.Psi, M.Psi

M. Shohib, S.Psi, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Diah Karmiyati, M. Si M. Shohib, S.Psi, M. Si

Malang,

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Page 4: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kukuh Prasetyo Wibowo

Nim : 201110230311128

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang (Dissaving)

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk

kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak

bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini

tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang – undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 23 Juli 2016

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si Kukuh Prasetyo Wibowo

Page 5: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Puji Syukur

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang

(Dissaving)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Dr. Diah Karmiyati, M.Si dan M. Shohib, M. Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat

berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dr. Diah Karmiyati, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan

sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Alm. Imam Hidayat dan Tutik Wahyuni selaku orang tua serta Kakak-kakakku tercinta, Rizky

Retnaning E, Bayu Eka I dan Himawan Primaditya, Rezka Farah Walidah yang telah

mendukung, bersabar dan memberikan do‟a serta kasih sayang sehingga penulis dapat

berjuang menyelesaikan skripsi ini hingga tuntas.

5. Sahabat terbaik Lucy dan Rusy yang selalu mendukung serta memberikan saran dan bantuan

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman terdekat Alen, Aris, Bayu, Eky, Riga, dan Uchie yang selalu memberikan semangat,

membantu penulis mendapatkan subjek untuk skripsi ini, serta membantu penulis ketika

mengalami permasalahan yang berkaitan dengan jalannya penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan

bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran

demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 23 Juli 2016

Penulis

Kukuh Prasetyo Wibowo

Page 6: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2

LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 4

METODE PENELITIAN.................................................................................................... 7

A. RANCANGAN PENELITIAN ................................................................................ 7

B. SUBJEK PENELITIAN ........................................................................................... 7

C. VARIABEL DAN INSTRUMENT PENELITIAN ................................................. 8

D. PROSEDUR PENELITIAN .................................................................................... 9

HASIL PENELITIAN ........................................................................................................ 10

DISKUSI ............................................................................................................................. 11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ......................................................................................... 14

REFFERENSI ..................................................................................................................... 14

Page 7: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi dan Sampel Subjek Penelitian ................................................................ 8

Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ........................................ 9

Tabel 3. Korelasi Product Moment Compulsive Buying Dengan Perilaku Berhutang ....... 10

Tabel 4. Deskripsi Statistik ................................................................................................. 11

Page 8: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

BLUEPRINT....................................................................................................................... 18

SKALA .............................................................................................................................. 21

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ................................................................................. 23

KORELASI PRODUCT MOMENT DAN DESKRIPSI STATISTIK .............................. 28

DATA EXCEL KORELASI PRODUCT-MOMENT ......................................................... 29

Page 9: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

1

HUBUNGAN ANTARA COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU

BERHUTANG

Kukuh Prasetyo Wibowo

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

ABSTRAK

Perilaku berhutang menjadi sebuah kegiatan sebagai pendukung dalam pemenuhan kebutuhan

yang mampu meningkatkan popularitas dirinya tersebut. Perilaku berbelanja yang dilakukan

secara tidak terencana dan dilakukan secara berulang yaitu perilaku compulsive buying ini

mampu menurunkan kemampuan finansial seseorang sehingga menyebabkan individu tersebut

memilih untuk melakukan perilaku berhutang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa kuat keterkaitan perilaku compulsive buying sehingga menjadi faktor seseorang dalam

melakukan perilaku berhutang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek

penelitian yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Pengambilan sampel penelitian

ini menggunakan teknik Propotionate Cluster Sampling yang dimana populasi memiliki

kelompok tertentu secara proporsional. Adapun teknik analisis data menggunakan analisa data

korelasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara compulsive

buying dengan perilaku berhutang (r = 0.514; p = 0.000). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa compulsive buying memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku berhutang yang

dilakukan tiap individu terutama individu yang berada pada tingkat pendidikan strata 1.

Kata kunci: compulsive buying, perilaku berhutang, dissaving.

ABSTRACT

The behavior of the debtor becomes an activity as supporters in the fulfillment of the needs that

are able to increase the popularity of himself. Shopping behavior that is not done in a planned

and conducted repeated i.e. the behavior of compulsive buying is capable of lowering one's

financial ability thus causing these individuals choose to do behavior owes. The purpose of this

research is to find out how strong the Association behavior of compulsive buying so it becomes a

factor in the conduct of a person owed. This research uses a quantitative approach to the subject

of research i.e. student Muhammadiyah University of Malang. This research uses a sampling

technique Propotionate Cluster Sampling in which the population has a particular group

proportionally. As for the data analysis techniques using data analysis correlation. The results

showed the existence of a significant relationship between compulsive buying behavior owes (r =

0514; p = 0000). Thus it can be concluded that compulsive buying has a significant relationship

against the behavior of each individual debtor conducted primarily for individuals who are at the

level of the education strata 1.

Keyword: compulsive buying, dissaving behaviour, dissaving

Page 10: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

2

Pada dasarnya manusia merupakan individu yang memiliki kepuasan yang tidak terbatas dengan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam diri mereka. Maka Maslow membuat teori hierarchy of

needs, yang menyebutkan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkatan, yaitu, kebutuhan

fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan penerimaan diri, kebutuhan akan

penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan muncul

perasaan rendah diri, tidak berdaya, serta putus asa (Nugrahaini,2009). Dalam pemenuhan

kebutuhan tersebut, manusia tidak jauh dari yang namanya finansial guna memenuhi

kebutuhannya tersebut, seperti membeli pakaian, makanan, gadget, hingga alat trasnportasi guna

untuk memenuhi gaya hidup tersebut. Kebutuhan itu paling sering dilakukan dengan transaksi

jual-beli menggunakan uang.

Tanpa kita sadari kita sering sekali melakukan perilaku berhutang, baik karena tidak memiliki

uang ataupun karena memang kita malas untuk mengeluarkan uang milik kita. Seperti contoh,

saat kita ingin membeli suatu barang produksi namun uang kita ternyata kurang Rp.1000, maka

kita akan meminjam uang tersebut kepada teman kita. Contoh lain yaitu, saat kita sedang parkir

kendaraan, terkadang kita malas untuk mengeluarkan uang kita, maka kita akan meminjam uang

kepada teman kita untuk membayar tagihan parkir tersebut. Tanpa kita sadari juga, penggunaan

jasa kredit, merupakan perilaku berhutang dengan bunga yang cukup dibilang tinggi. Hal ini

diperoleh dari hasil wawancara dan observasi survey yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa responden (tahun 2015).

Tidak sedikit pula pihak jasa finance yang memberikan berbagai kemudahan untuk mendapatkan

barang-barang mewah mulai dari rumah, kendaraan bermotor, dan barang-barang elektronik

dengan menggunakan jasa program kredit. Dengan berbagai tawaran yang diberikan oleh pihak

finance atau bank, tidak sedikit masyarakat yang menggunakan program kredit tersebut. Mulai

dari program uang muka 10% hingga 0%, masyarakat sudah dapat menikmati barang yang

diinginkannya tersebut. Di United States sendiri, pengguna jasa kredit berada pada taraf yang

tinggi, dengan pendorong utama yaitu pada jasa hutang gadai yang meningkat antara pendapatan

kurang dari 36% menjadi lebih dari 66% dalam 3 tahun terakhir (Maki,2000).

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Lea, Webley, dan Levine pada tahun 1993,

menemukan bahwa tujuan orang berhutang adalah untuk memelihara dan meningkatkan gaya

hidupnya. Di Indonesia pada tahun 2008, kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank mencapai

Rp. 1.297 trilyun (http://www.bi.go.id). Menurut William (dalam Nugrahaini, 2009), perilaku

berhutang yang “besar pasak daripada tiang”, yaitu kebiasaan berhutang yang melebihi dari

kemampuan membayar tersebut, memiliki beberapa dampak negatif dari berbagai aspek, baik

secara ekonomi, sosial, maupun psikologis dari pelaku hutang.

Pada penelitian Livingstone dan Lunt (1991), menunjukkan bahwa faktor perilaku merupakan

predictor penting dalam hutang dan pelunasan hutang. Sedangkan faktor psikologis, yang fokus

pada pertalian ekonomi, kemampuan mengendalikan otak, strategi pengelolaan, dan kesenangan

konsumen diketahui penting pula dan serangkaian praktek ekonomi spesifik juga terkait dengan

pengalaman berhutang. Peneliti mengatakan bahwa sampel yang diteliti yang terlibat hutang

sekitar 42% berhutang pada satu sumber, 23% berhutang pada 2 sumber, 18% memiliki 3

hutang, 13% memiliki 4 hutang, 4% mempunyai 5 hutang, dan 1% memiliki 6 hutang. Yang

mana sample terdiri dari 173 (62%) wanita dan 106 (38%) pria, yang kisaran usia dari 18-82

tahun, dengan usia rata-rata 44 tahun.

Page 11: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

3

Dari hasil penelitian Prasadjaningsih (1998), menunjukkan mayoritas subjek memiliki perilaku

berhutang 63,1% yang didominasi oleh perempuan yang mencapai 69,2%, sedangkan kelompok

usia yang berhutang lebih didominasi oleh kelompok kawula muda (56,9%) dibanding kelompok

lainnya. Dari sisi pendidikan yang cenderung menunjukkan perilaku berhutang maupun tidak

adalah pada kategori status mahasiswa, tamat sarjana muda (48% yang berhutang, 40% tidak

berutang) kelompok yang menampilkan gaya hidup materialitas tergolong kelompok yang

menampilkan gaya hidup yang berfoya-foya.

Dari hasil penelitian Nugrahaini (2009), menunjukkan kemunculan perilaku dissaving

mahasiswa di Malang adalah 20% disebabkan oleh faktor gaya hidup hedonis, sedangkan 80%

disebabkan faktor lain seperti kiriman orang tua telat, jenis kelamin, faktor pribadi (usia terhadap

siklus hidup, pekerjaan, lingkungan, ekonomi, kepribadian, dan konsep diri) faktor budaya,

faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaan, dan sikap)

Selain itu, terdapat pula fenomena-fenomena bahwa pelaku hutang bukan hanya karena dalam

kondisi kekurangan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kempson (2002), menemukan fakta

yang mengejutkan, bahwa orang yang memiliki penghasilan yang dapat dibilang cukup tinggi

semakin berani berhutang/meminjam uang lebih banyak. Didukung dengan adanya fasilitas kartu

kredit yang telah banyak diberikan oleh pihak bank.

Tidak sedikit pula manusia yang meminjam uang atau berhutang demi memenuhi segala

keinginannya. Gaya hidup yang selalu ingin berfoya-foya, melakukan pembelian-pembelian

yang sering disebut dengan perilaku shopping. Hal ini sering sekali dijumpai di setiap daerah

perkotaan terutama pada daerah kota-kota besar. Asumsi tersebut didapat peneliti ketika salah

satu responden bercerita tentang pengalamannya, yaitu terlilit hutang yang menumpuk akibat

memenuhi hasrat hidup dalam berfoya-foya Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perilaku

berbelanja ini sudah merupakan gaya hidup yang banyak dilakukan oleh tiap individu.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, pusat perbelanjaan di daerah Kota Malang

sendiri selalu dipenuhi dengan individu tiap harinya. Sehingga hal ini memungkinkan bagi

individu tersebut untuk berperilaku belanja compulsif, yaitu melakukan tindakan berbelanja yang

pada awalnya tidak direncanakan yang didorong oleh adanya perasaan menyenangkan saat

melihat suatu produk tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee and Workman (2015), menunjukkan

bahwa pelaku perilaku compulsive buying cenderung dilakukan oleh wanita daripada pria dan

partisipan dengan kecenderungan compulsive buying berada pada skor tertinggi pada brand

attachment dan brand loyalty daripada brand awareness. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perilaku compulsive buying dapat terjadi akibat keterikatakan emosional individu pada suatu

merek tertentu, bukan pada kemampuan mengenali sebuah merek atau kesadaran diri individu

dalam mengenali atau mengingat suatu merek tertentu.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Reisch, Gwozdz, & Raab (2010), menunjukkan

bahwa pelaku perilaku compulsive buying sering dilakukan oleh wanita daripada pria jika

ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan jika ditinjau dari usia, perilaku compulsive buying lebih

dominan pada kelompok usia 24-44 tahun dibanding dengan kelompok usia 45-60 tahun yang

memiliki prevelensi lebih rendah dalam melakukan perilaku compulsive buying.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Quoquab, Yasin, & Banu (2013),

menunjukkan bahwa perilaku compulsive buying dipengaruhi oleh pencitraan sosial atau dengan

Page 12: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

4

kata lain peningkatan status sosial individu. Secara tidak langsung, setiap individu akan terfokus

pada pencitraan sosial mereka. Dengan demikan, individu tersebut cenderung membeli lebih

banyak produk yang memungkinkan bagi mereka untuk meningkatkan status sosial mereka yang

akhirnya mengarah pada perilaku compulsive buying.

Di Indonesia sendiri telah memiliki beberapa kota besar yang menyediakan fasilitas-fasilitas

seperti pusat perbelanjaan, salah satunya adalah Kota Malang, dimana di kota ini merupakan

destinasi wisata yang dapat dikatakan menjadi salah satu destinasi para turis mancanegara

maupun rakyat Indonesia sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa di kota ini terdapat pusat

perbelanjaan yang mampu memanjakan mahasiswa untuk membeli produk-produk guna

meningkatkan kepopularitas mereka. Di Kota ini pula banyak mahasiswa yang hampir tidak

pernah absen dalam melakukan aktivitas seperti hangout dengan teman-temannya. Berdasarkan

survey peneliti, banyak mahasiswa yang melakukan aktivitas berbelanja, nongkrong di sebuah

cafe, hingga berwisata ke suatu lokasi wisata baik laki-laki maupun perempuan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memenuhi kebutuhannya tersebut mahasiswa tersebut

memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jika finansial yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut relatif

sedikit, maka mahasiswa tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya tersebut, sehingga

mudah ditebak, bahwa untuk menunjang kebutuhannya tersebut, mahasiswa tersebut akan

melakukan tindakan berhutang, baik individu berjenis kelamin pria dan wanita.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, bahwa salah satu

penyebab perilaku berhutang adalah gaya hidup individu yang mengutamakan kemewahan dan

peningkatan status sosial dirinya baik melakukan kegiatan berkumpul di tempat mewah hingga

melakukan kegiatan berbelanja yang dimana hal tersebut merupakan salah satu predictor utama

dalam perilaku berhutang, yang dimana perilaku ini lebih sering dilakukan oleh mahasiswa

jenjang sarjana baik dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah maupun menengah ke atas,

didukung dengan kondisi lingkungan perkotaan yang memanjakan para compulsive buyer untuk

melakukan aktivitas berbelanja, salah satunya adalah Kota Malang, yang dimana di kota ini

memiliki banyak destinasi pusat perbelanjaan. Sehingga hal tersebut menarik perhatian untuk

dilakukannya penelitian tentang “hubungan antara compulsive buying dengan perilaku

berhutang”, dengan tujuan agar peneliti mengetahui seberapa besar hubungan dari perilaku

kecenderungan compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving) pada mahasiswa

terutama pada mahasiswa yang menempuh pendidikan di kota Malang. Manfaat penelitian yaitu

memberikan tambahan kajian ilmu yang berkaitan dengan perilaku berhutang yang disebabkan

oleh perilaku compulsive buying pada mahasiswa, serta memberikan kontribusi dalam kehidupan

untuk menanggulangi perilaku berhutang guna memenuhi kesejahteraan hidup tiap individu.

Perilaku Berhutang (Dissaving)

Menurut Collins (1994), dissaving adalah pengeluaran untuk konsumsi yang lebih besar daripada

pendapatan, perbedaan ini dibayarkan dari tabungan sebelumnya. Seseorang individu akan

melakukan perilaku berhutang ketika pendapatan yang didapat lebih kecil daripada konsumsinya

atau disebut dengan dissaving. Menurut Keynes (Katona,1951), bila pendapatan suatu individu

meningkat, konsumsi pun akan meningkat pula, tetapi perubahan tingkat konsumsinya tidak

selalu sama besarnya dengan tingkat pendapatan, begitu pula sebaliknya. Ketika suatu

pendapatan individu menurun, penurunan konsumsinya tidak sebesar perubahan turunnya

pendapatan. Sedangkan menurut Katona (1951), dissaving ialah besar pengeluaran daripada

pendapatan yang diterima.

Page 13: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

5

Dissaving sendiri adalah kelebihan pembelanjaan konsumsi diatas pendapatan disposisi. Salah

satu simpanan kekayaan yang diakumulasi dengan tabungan masa lalu yang berkurang atau

pinjaman yang mencadangkan penghasilan berikutnya (Nasution,1987). Selain itu, adapun

pengertian sederhana tentang hutang adalah uang yang dipinjam dari orang lain, dan ada

kewajiban membayar kembali apa yang dipinjam (Kamus Besar Indonesia, 1990, dalam

prasadjaningsih 1998). Dissaving juga disebut sebagai hutang yang mana hutang sering

disangkut pautkan dengan kegiatan kredit, memnjam, mengangsur, dan membeli tidak tunai.

Hornby mengemukakan bahwa hutang ialah pembayaran yang harus dipenuhi tapi belum

dibayarkan. (Brotoharsojo, 2005).

Dari berbagai pendapat yang diungkapkan oleh beberapa pencetus teori, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa perilaku dissaving adalah perilaku meminjam yang berhubungan

dengan finansial yang dimana peminjam diwajibkan untuk mengembalikan atau membayar

kembali pinjaman atau tanggungan pembayaran cicilan yang disebabkan oleh kesenjangan antara

minimnya pendapatan dengan konsumsi.

Faktor-faktor perilaku berhutang

Menurut Katona (1951), dissaving muncul sebagai fenomena yang agak rumit. Yang pertama,

terdapat hubungan yang terbentuk antara pengeluaran yang melebihi suatu pendapatan. Yang

kedua, perilaku dissaving berkaitan dengan pengeluaran untuk barang tahan lama, yang pada

gilirannya lebih sering jika terdapat peningkatan pada pendapatannya. Yang ketiga, kebutuhan

seseorang akan menjadi lebih tinggi daripada pendapatan yang dia peroleh. Yang keempat,

individu tidak akan terjerumus ke dalam perilaku dissaving, jika individu tersebut memiliki

manajemen keuangan yang stabil dan kuat.

Menurut Katona (1951), faktor-faktor penyebab orang memiliki perilaku berhutang (dissaving)

adalah : (a) ketidakmampuan untuk memenuhi pengeluaran yang diperlukan dari pendapatan; (b)

keengganan untuk menjaga pengeluaran biasa pada tingkat pendapatan; (c) kesediaan untuk

membuat pengeluaran yang tidak biasa.

Compulsive Buying

Menurut Kellet dan Bolton (How & Ren, 2016), compulsive buying adalah urgensi atau

keinginan yang tidak dapat ditahan dan tidak dapat dikendalikan, yang berakibat dalam aktivitas

belanja yang berlebihan, menghabiskan banyak uang dan mengonsumsi waktu, seringkali segera

dilakukan setelah mengalami perasaan negative, yang berakibat kesulitan social, masalah

personal, dan kesulitan finansial.

Sementara O‟guin dan Faber (1989) mendefinisikan compulsive buying adalah sebagai

pembelian berulang yang kronis dimana konsumen tidak mampu menahan atau menghentikan

secara signifikan perilaku membeli tersebut, meskipun pembelian kompulsif dapat memberikan

perasaan positif dalam jangka pendek, namun dapat mengganggu fungsi kehidupan normal dan

menghasilkan konsekuensi negative yang signifikan. Selain itu, McElroy, Pope, dan Strakowsky

(Workman & Paper, 2010) mendefinisikan compulsive buying adalah perilaku yang mempunyai

karakteristik menyibukkan diri dengan pembelian atau dorongan untuk membeli yang tidak

tertahankan, mengganggu dan tidak terkendali yang diasosiasikan dengan pembelian secara

berulang dari barang yang diluar kemampuan atau berbelanja dengan jangka waktu yang lebih

lama dari yang direncanakan.

Page 14: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

6

Menurut pendapat Magee (1994), compulsive buying merupakan perilaku yang menyebabkan

seorang individu untuk terus melakukan pembelian tanpa konsekuensi keuangan, social, atau

psikologis. Adapun pendapat menurut Ditmar (2007) mengartikan compulsive buying ialah

perilaku compulsive buyer yang suka membeli, beralih menjadi fungsi performansi yaitu

misalnya untuk mendapatkan status social yang berkaitan dengan nilai-nilai materialistik.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa compulsive buying merupakan perilaku

pembelian kronis yang memiliki karakteristik sebagai kesibukan pribadi dengan membeli produk

secara berlebihan tanpa memikirkan konsekuensi finansial, social, serta psikologi, yang dimana

hal ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi performansi atau status sosial dari compulsive

buyer.

Faktor-faktor penyebab compulsive buying

Menurut Ditmar (dalam Diny, 2012), membagi faktor penyebab compulsive buying menjadi 2,

yaitu faktor individu dan faktor luar individu: 1. Faktor individu

Ketika individu tersebut menjadikan barang yang dibeli merupakan simbol dari dirinya

sendiri, dengan kata lain, barang yang dibeli bukan lagi sebagai pemuas kebutuhan individu

melainkan sebagai symbol keberadaan status social individu tersebut.

2. Faktor luar individu

Ketika lingkungan atau masyarakat sekitar memberikan dorongan kepada individu tersebut

untuk membeli produk-produk demi meningkatkan status social pada dirinya sendiri.

Ditmar mengemukakan bahwa ada beberapa ciri perilaku compulsive buying, antara lain :

1. Ketika membeli barang hanya bertujuan untuk menjembatani actual self dengan ideal self

atau disebut dengan self-discrepancies.

2. Akhir dari proses pembelian diikuti dengan perasaan depresi, dikarenakan habisnya uang

individu tersebut untuk membeli hal-hal yang seharusnya tidak dia butuhkan yang hal ini

diawali dengan perasaan menyesal atau bersalah atas perilaku compulsive tersebut.

O‟guin dan Faber (dalam Cole and Sherrel, 1995) sendiri memberikan aspek dalam perilaku

compulsive buying tersebut, yaitu (1) Kecenderungan untuk menghabiskan, dimana pelaku

pembelian kompulsif menunjukkan kecenderungan pembelian yang lebih tinggi daripada pelaku

pembeli yang biasa. (2) Aspek reaktif, berurusan dengan respon individu untuk dorongan yang

kuat untuk membeli suatu barang. Dengan demikian, seorang individu menunjukkan perilaku

pembelian kompulsif mungkin merasa bahwa motivasi atau mendesak untuk membeli sesuatu

yang di luar kendali mereka, sementara pelaku pembelian normal tidak akan melihat motivasi

seperti itu untuk membeli pembelian yang tak terkendali. (3) Perasaan bersalah pasca pembelian,

pelaku pembelian kompulsif akan selalu merasa bersalah ketika melakukan kebiasaan perilaku

pembelian kompulsif.

Hubungan compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving)

Menurut Kellet dan Bolton (How & Ren, 2016), compulsive buying adalah urgensi atau

keinginan yang tidak dapat ditahan dan tidak dapat dikendalikan, yang berakibat dalam aktivitas

belanja yang berlebihan, menghabiskan banyak uang dan mengonsumsi waktu, seringkali segera

dilakukan setelah mengalami perasaan negative, yang berakibat kesulitan sosial, masalah

personal, dan kesulitan finansial. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa compulsive

buying merupakan bentuk pengeluaran ekstrim yang dimana hal tersebut didorong oleh

Page 15: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

7

keinginan yang tidak dapat ditahan serta dikendalikan sehingga dengan perilaku tersebut

mengakibatkan berkurangnya finansial secara drastis.

Sedangkan menurut Collins (1993), dissaving adalah pengeluaran untuk konsumsi yang lebih

besar daripada pendapatan, perbedaan ini dibayarkan dari tabungan sebelumnya. Berdasarkan

teori tersebut, individu akan melakukan perilaku berhutang ketika pengeluaran yang dialaminya

mengalahkan pendapatan yang dia terima.

Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan bahwa compulsive buying adalah perilaku yang

dimana individu akan melakukan pembelian secara berulang dan tidak terencana sebelumnya

terutama pada pembelian akan barang-barang dengan merek ternama guna untuk meningkatkan

status sosialnya. Pembelian secara mendadak dengan harga yang relative tinggi ini

mengakibatkan kondisi finansial individu tersebut akan menurun, dikarenakan pembelian dengan

harga yang relative tinggi tersebut, serta dilakukan secara tidak terencana, sehingga tidak

memungkiri individu tersebut cenderung akan melakukan pinjaman atau perilaku berhutang

(dissaving) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembeliannya tersebut yang

disebabkan pengeluaran ektrim yang dilakukannya melebihi dari pendapatan yang individu

tersebut miliki.

Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang ingin didapat adalah ada hubungan antara

compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving). Semakin tinggi compulsive buying,

maka akan semakin tinggi pula perilaku berhutangnya, semakin rendah compulsive buying,

maka akan semakin rendah pula perilaku berhutangnya.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat hubungan antara 2 variabel,

yaitu untuk mengetahui hubungan antara compulsive buying terhadap perilaku berhutang

(dissaving) pada mahasiswa Kota Malang.

Subjek penelitian

Sampel merupakan beberapa subjek yang mewakili dari suatu populasi (Arikunto, 2010). Subjek

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh jenjang

pendidikan di kota Malang, tepatnya pada Universitas Muhammadiyah Malang. Pengambilan

subjek ini menggunakan Proportionate Cluster Sampling, yaitu sampel yang dihitung

berdasarkan perbandingan, yang dimana teknik ini digunakan ketika populasi tidak terdiri dari

individu-individu melainkan terdiri dari kelompok atau cluster secara proposional. Ukuran sampel

diambil dengan menggunakan taraf kesalahan 10% dengan menggunakan tabel Isaac & Michael yang

dimana ketika populasi berjumlah 30.000 maka didapat sampel sebanyak 268 subjek dari tiap sub-

populasi yang dimana dalam penelitian ini, sub-populasi merupakan 10 fakultas dari Universitas

Muhammadiyah Malang, yang dijelaskan di tabel berikut:

Page 16: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

8

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Subjek Penelitian

No. Fakultas Populasi Sampel

1 Fakultas Agama Islam 785 7

2 Fakultas Hukum 2024 18

3 Fakultas Teknik 5624 50

4 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4895 44

5 Fakultas Ilmu Keguruan 5179 46

6 Fakultas Ekonomi dan Bisnis 4292 39

7 Fakultas Ilmu Kesehatan 2036 18

8 Fakultas Kedokteran 660 6

9 Fakultas Psikologi 1751 16

10 Fakultas Peternakan dan Perikanan 2622 24

Total 29.363 268

Variabel dan instrumen penelitian

Pada penelitian ini, terdapat 2 variabel yang terdiri dari variable bebas dan variable terikat.

Variable bebas (independent variables) adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi

faktor-faktor yang diukur. Dalam hal ini, variable bebasnya adalah compulsive buying, yaitu

suatu perilaku yang menyebabkan individu melakukan pembelian secara terus menerus tanpa

memikirkan konsekuensi finansial, social, serta psikologisnya.

Variable terikat (dependent variables) merupakan faktor-faktor yang diobservasi dan diukur

untuk menentukan adanya pengaruh variable bebas. Dalam hal ini, variabel terikatnya adalah

perilaku berhutang (dissaving), yaitu pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan yang

diterima oleh individu.

Instrument dalam penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam melakukan

sebuah pengumpulan data. Instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

lembar angket/kuesioner. Bentuk item kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

item kuesioner tertutup, yang dimana pertanyaan yang dicantumkan telah disesuaikan oleh

peneliti. Alternative jawaban yang disediakan bergantung pada pemilihan peneliti sehingga

responden hanya bisa memilih jawaban yang mendekati pilihan paling tepat dengan yang

dialaminya.

Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala tentang compulsive buying dengan

skala perilaku berhutang yang telah disusun oleh beberapa indikator. Skala compulsive buying ini

menggunakan indikator yang telah dikemukakan oleh O‟guinn dan Faber (1988) dan digunakan

oleh Fitri (2011) dengan aspek yaitu 1) Kecenderungan untuk menghabiskan, 2) Aspek reaktif,

Page 17: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

9

3) Perasaan bersalah pasca pembelian. Skala ini memiliki hasil uji validitas yang bergerak antara

0.349 – 0.707 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.794 dengan jumlah item 13

butir. . Setelah dilakukan try out oleh peneliti, pada skala compulsive buying didapat hasil uji

validitas yang bergerak antara 0.175 – 0.598 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar

0.760 dengan 11 item yang dinyatakan valid dan 2 item dinyatakan tidak valid (gugur).

Sedangkan pada skala perilaku berhutang (dissaving) disusun berdasarkan indikator yang

dikemukakan oleh Katona (1951) dan pernah digunakan oleh Nugroho (2010), dengan aspek

yaitu 1) Ketidakmampuan untuk memenuhi pengeluaran yang diperlukan dari pendapatan, 2)

Keengganan untuk menjaga pengeluaran biasa pada tingkat pendapatan, 3) Kesediaan untuk

membuat pengeluaran yang tidak biasa. Skala ini memiliki hasil uji validitas yang bergerak

antara 0.348 – 0.776 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.902 yang terdiri dari 25

item total didapatkan 22 item dinyatakan valid dan 3 item dinyatakan tidak valid (gugur). Setelah

dilakukan try out oleh peneliti, didapat hasil uji validitas yang bergerak antara 0.257 – 0.599 dan

reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.842 dengan 22 item dinyatakan valid semua dan

tidak ada item yang tidak valid (gugur).

Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabitas Alat Ukur Penelitian

Skala Jumlah Item Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas

Compulsive buying 11 0.175 – 0.598 0.760

Perilaku berhutang

(dissaving)

22 0.257 – 0.599 0.842

Penilaian atau skoring skala ini bergerak dari angka 1 hingga 4 untuk item unfavourable, dimana

untuk alternative jawaban “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 1; “Setuju (S)” diberi skor 2; “Tidak

Setuju (TS) diberi skor 3; dan untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 4.

Sedangkan untuk item favourable bergerak dari angka 4 hingga 1, dimana pada alternative

jawaban “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 4; “Setuju (S)” diberi skor 3; “Tidak Setuju (TS) diberi

skor 2; dan untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 1.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur di awali dengan pendalaman materi dan penyusunan skala model likert yang telah

diadaptasi bentuknya, yaitu skala compulsive buying dan skala perilaku berhutang. Selanjutnya

peneliti menyebarkan skala untuk dilakukannya try out pada 100 subjek, dimana subjek

merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Setelah melaksanakan penyebaran

skala try out, peneliti melakukan analisa validitas dan reliabilitas pada kedua skala yang akan

digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil try out ditemukan bahwa terdapat 2 item yang

tidak valid pada skala compulsive buying.

Setelah dilakukan analisa data validitas dan reliabilitas, peneliti melanjutkan dengan penyebaran

skala pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dengan jumlah subjek sebanyak 268

subjek dari 10 fakultas guna mendapatkan data penelitian. Setelah terkumpul data penelitian

sejumlah 268 angket, peneliti melakukan scoring pada tiap item di masing-masing skala

penelitian. Setelah hasil scoring dihitung, peneliti mulai melakukan analisa data korelasi product

Page 18: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

10

moment untuk mengetahui hubungan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang

dengan menggunakan bantuan software komputer IBM statistics SPSS 21. Arah korelasi ini

diikuti dengan koefisien korelasi yang bergerak antara -1 hingga +1, jika korelasi yang memiliki

koefisien -1, maka hal ini disebut koefisien negatif sempurna, begitu pula sebaliknya, jika

korelasi yang memiliki koefisien +1, maka hal ini disebut koefisien positif sempurna

(Winarsunu,2002). Ketika hasil korelasi didapat, peneliti menyusun kesimpulan berdasarkan

output hasil analisa data dan memaparkan hasil penelitian serta pembahasan dari penelitian

secara keseluruhan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisa data pada skala yang telah disebarkan kepada 268 subjek yang terbagi

atas 10 fakultas Universitas Muhammadiyah Malang, menunjukkan hasil bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving)

dengan skor angka korelasi (r = 0.514) dan dengan hasil probabilitas (p = 0.000). Sumbangan

efektifnya (r2) variabel compulsive buying kepada perilaku berhutang (dissaving) sebesar

26.41%.

Tabel 3. Korelasi Product Moment Compulsive Buying Dengan Perilaku Berhutang

(dissaving)

Variabel Compulsive buying

N r r2

p

Perilaku berhutang

(Dissaving) 268 0.514 26.41

0.000

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa perilaku berhutang (dissaving) dengan compulsive

buying memiliki tingkat signifikansi dan korelasi yang positif. Hasil analisa korelasi product-

moment menunjukkan bahwa perilaku berhutang (dissaving) dengan compulsive buying (p =

0.000, r = 0.514) berkorelasi secara signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif yang

berarti jika perilaku compulsive buying meningkat maka perilaku berhutang (dissaving) juga

meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika perilaku compulsive buying rendah, maka perilaku

berhutang (dissaving) juga rendah. Adapun deskripsi data dari penelitian ini yang akan

dijabarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Deskripsi Data

N Skor Minimum Skor Maximum Mean

Dissaving 268 28 79 47.18

Compulsive

Buying

268 13 40 27.13

Page 19: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

11

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada variabel perilaku berhutang (dissaving)

yang berjumlah 268 subjek memiliki skor minimum sebesar 28 dan skor maksimum sebesar 79

dengan rata-rata 47.18. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki

kecenderungan untuk melakukan perilaku berhutang. Begitu juga dengan variabel compulsive

buying yang berjumlah 268 subjek memiliki skor minimum sebesar 13 dan skor maksimum

sebesar 40 dengan rata-rata 27.13. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki

kecenderungan untuk melakukan compulsive buying pula.

DISKUSI

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan pada compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving) yang dilakukan oleh

mahasiswa dan sumbangan efektif (r2) dengan skor 26.41%. Hal ini menunjukkan bahwa

compulsive buying dan perilaku berhutang (dissaving) memiliki korelasi positif, sehingga ketika

compulsive buying tinggi maka perilaku berhutang (dissaving) akan tinggi pula, begitu juga

sebaliknya ketika compulsive buying rendah maka perilaku berhutang (dissaving) akan rendah

pula. Namun, dari hasil sumbangan efektifnya menyatakan bahwa perilaku berhutang (dissaving)

tidak hanya dipengaruhi oleh compulsive buying saja, melainkan terdapat faktor-faktor lain yang

mampu menyebabkan individu melakukan perilaku berhutang (dissaving).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal dimana hipotesis peneliti menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving).

Berdasarkan hasil penelitian, telah membuktikan bahwa sikap yang dilakukan seseorang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini sikap compulsive buying seseorang mampu

mempengaruhi perilaku berhutang (dissaving) individu tersebut terutama individu dengan

jenjang pendidikan S1. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Livingstone dan

Lunt (1992) yang mengemukakan bahwa faktor perilaku seseorang mampu menjadi prediktor

penting dalam berhutang yang mana hal tersebut dilakukan oleh individu yang memiliki rentang

usia antara 18-82 tahun.

Kebutuhan akan selalu melekat pada tiap intisari suatu individu. Maslow (1943) membagi

kebutuhan menjadi 5 tingkatan. Fisiologis, rasa aman, dicintai dan disayangi, harga diri, dan

aktualisasi diri, merupakan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diri tiap manusia. Tiap-tiap

manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

Perkembangan jaman saat ini seperti menuntun seseorang pada kebutuhan akan penghargaan diri

mereka. Perkembangan era modern seperti saat ini membuat individu berlomba-lomba dalam

peningkatan harga diri mereka. Hal ini membuat individu selalu ingin tampil berkelas agar tidak

ketinggalan jaman dan tidak merasa dikucilkan. Shoping merupakan salah satu cara agar individu

mendapatkan barang atau produk dengan merk terkenal dan ketika individu tersebut

mendapatkan produk tersebut, secara tidak langsung ketenarannya akan meningkat dan merasa

lebih percaya diri. Gaya hidup yang seperti ini akan membentuk individu menjadi pribadi

materialistik dan hedonisme yang menganggap tujuan hidup mereka hanya untuk kesenangan

duniawi.

Ketika seseorang yang memiliki paham materialisme, besar kemungkinan individu tersebut akan

melakukan perilaku compulsive buying seperti yang diungkapkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Jalees et al (2014). Jalees mengungkapkan bahwa materialisme memiliki

Page 20: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

12

pengaruh yang sangat kuat terhadap compulsive buying. Dittmar (2005) juga mendefinisikan

compulsive buying adalah perilaku akan kesenangan membeli yang beralih menjadi nilai

performansi seperti meningkatkan status sosial yang memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai

materialistik. Kelemahan dari pelaku compulsive buying adalah ketidakmampuannya dalam

mengendalikan atau menahan perasaan ingin membeli suatu produk (Kristanto, 2011). Pelaku

compulsive buying akan selalu merasa ingin membeli produk ketika dia melakukan aktivitas

berbelanja. Pelaku compulsive buying tidak akan merasa tenang ketika dia belum mendapatkan

barang tersebut, namun ketika pelaku compulsive buying telah mendapatkan apa yang ingin dia

beli, dia akan merasa tenang walaupun muncul perasaan bersalah dalam pembeliannya tersebut.

Perilaku berbelanja selalu berkaitan erat dengan yang namanya uang atau finansial seseorang.

Perilaku ini merupakan tindakan ekonomi dalam suatu pembelian. Menukarkan uang untuk

mendapatkan barang yang diinginkan dan begitu juga dengan perilaku compulsive buying.

Compulsive buyer akan melakukan pembelian produk dengan merk terkenal yang notabennya

memiliki harga yang relative tinggi. Ketika suatu individu melakukan pembelian secara

impulsive dan berulang dengan kondisi finansial yang terbatas, individu tersebut akan

mengalami gangguan finansial akibat pembelian yang dilakukannya dan ketika keuangannya

sedang menurun, individu tersebut akan mencari cara untuk mendapatkan uang tambahan yang

salah satunya adalah berhutang.

Perilaku berhutang (dissaving) sendiri diartikan sebagai lebih besarnya pengeluaran yang

dilakukan suatu individu daripada pendapatan yang diterima (Katona, 1951). Pendapatan dapat

dianalogikan sebagai garasi untuk kendaraan roda 4 atau mobil dan pengeluaran dapat

dianalogikan sebagai sebuah truk besar. Perilaku berhutang (dissaving) dapat dianalogikan

sebagai truk besar yang ingin parkir di garasi yang notabennya untuk kendaraan roda 4 atau

mobil. Tentu saja hal ini tidak seimbang sehingga menimbulkan suatu permasalahan tertentu.

Keynes juga berpendapat tentang perilaku berhutang (dissaving) yaitu bahwa jika pendapatan

suatu individu meningkat, maka tingkat konsumsinya akan meningkat pula, namun jumlah

peningkatan konsumsinya tidak sama besar atau relative lebih besar jika dibandingkan dengan

kenaikan pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, ketika pendapatan seseorang menurun, tingkat

konsumsinya akan menurun namun penurunannya tersebut tidak sebanding dengan penurunan

pendapatan.

Seorang mahasiswa yang notabennya masih dijatah atau ditanggung oleh orang tuanya, ketika

melakukan pembelian ekstrim dan dilakukan secara berulang atau yang disebut compulsive

buying, maka kondisi finansialnya akan menurun secara drastis akibat pembeliannya tersebut

sehingga pendapatan yang dia terima tidak akan cukup akibat pengeluaran yang dilakukannya

secara terus menerus. Sehingga ketika mahasiswa tersebut membutuhkan uang entah digunakan

untuk kepentingan sehari-hari atau untuk memenuhi kebutuhannya akan membeli produk dengan

brand ternama guna meningkatkan status social, mahasiswa tersebut akan meminjam uang

kepada kerabat dekatnya.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara compulsive buying dengan perilaku

berhutang (dissaving) pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Hal ini dibuktikan

dengan hasil analisis korelasi pada angket yang disebar pada 268 subjek yang menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara dua variable tersebut.

Lea et al (1993) mengemukakan bahwa tujuan orang berhutang ialah untuk meningkatkan dan

memelihara gaya hidup individu tersebut. Tiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan

Page 21: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

13

tersendiri untuk mereka penuhi seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow pada teori

hierarchy of needs dan ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan muncul perasaan

rendah diri, merasa terkucilkan, serta putus asa dalam menjalani kegiatan. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, individu akan melakukan peningkatan pada status social diri dan memelihara

gaya hidup mereka mulai dari menggunakan barang atau produk dengan bermerk tinggi atau

terkenal. Dengan melakukan hal tersebut, individu akan merasa dirinya berada pada puncak

ketenaran dan meningkatnya kepercayaan diri mereka. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lee dan Workman (2015) yang menyebutkan bahwa seseorang mengalami

ketertarikan emosional pada suatu merk tertentu terutama merk dengan tingkat kepopularitas

yang tinggi sehingga hal ini memunculkan suatu perilaku membeli produk secara impulsive dan

akan berlangsung secara terus menerus yang disebut compulsive buying.

Menurut Magee (1994) pelaku compulsive buying akan mengalami konsekuensi psikologi,

social, dan keuangan akibat terus melakukan pembelian. Pembelian yang dilakukan tanpa henti

serta secara impulsive ini akan berakibat merosotnya permasalahan ekonomi dan untuk

memenuhi kebutuhan individu yang lainnya seperti kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan

mendadak lainnya, individu tersebut akan memilih jalan berhutang. Ketika seseorang

memutuskan untuk berhutang, dia diwajibkan untuk mengembalikan hutang tersebut saat dia

menerima pendapatannya. Namun ketika perilaku compulsive buying itu tetap muncul, dia akan

tetap melakukan pembelian disertai dengan pengembalian hutang yang sebelumnya. Sehingga

hal itu membuat pendapatan yang dia terima akan selalu kurang atau tidak cukup dan individu

tersebut akan berhutang lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta individu tersebut

tidak mampu untuk menyimpan keuangannya.

Ketika seseorang menganggap status social adalah tujuan utama hidupnya serta menjadikan hal

tersebut sebagai gaya hidupnya, sehingga individu tersebut mengalami perilaku compulsive

buying, maka perilaku compulsive buying tersebut mampu menjadi predictor penting suatu

individu dalam melakukan perilaku berhutang (dissaving). Hal ini juga didukung dari penelitian

yang dilakukan oleh Prasadjaningrum yang mengemukakan bahwa gaya hidup seseorang

merupakan faktor terjadinya perilaku berhutang pada seseorang dengan kategori status

mahasiswa serta penelitian yang dilakukan oleh Reisch et al (2010) yang menyatakan bahwa

pelaku compulsive buying lebih dominan dilakukan oleh individu rentang usia 24-44 tahun.

Ketika seseorang menuntut pemenuhan gaya hidupnya, seseorang tersebut akan melakukan

berbagai cara agar tuntutan akan gaya hidupnya terpenuhi sehingga mampu meningkatkan atau

mempertahankan status sosialnya di hadapan orang lain. Berhutang merupakan salah satu cara

agar pemenuhan gaya hidupnya tercapai ketika kondisi ekonomi sedang merosot.

Perkembangan era globalisasi telah menyebabkan peningkatan budaya konsumen yang memiliki

potensi negatif dalam bentuk materialisme (Bushra dan Bilal, 2014). Seseorang yang

memandang status sosial atau materialisme sebagai tujuan utama dalam kehidupan akan

mengarah pada perilaku pembelian yang berlangsung secara impulsif dan berulang. Ketertarikan

akan membeli secara signifikan akan menyebabkan gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, dan

menyebabkan permasalahan finansial (Sharma, Narang, Rajender, & Bathia, 2009). Individu

yang memiliki permasalahan dalam aspek finansialnya cenderung mengambil keputusan untuk

berhutang kepada orang lain (Shohib, 2015).

Page 22: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving). Hal ini dibuktikan

dengan skor korelasi r sebesar 0.514 dengan taraf signifikan 0.000 (p < 0.05), dengan kata lain

semakin tinggi compulsive buying maka semakin tinggi pula perilaku berhutang (dissaving), dan

sebaliknya semakin rendah compulsive buying maka semakin rendah pula perilaku berhutang

(dissaving). Adapun sumbangan efektif (r2) compulsive buying terhadap perilaku berhutang

(dissaving) sebesar 26.41% yang berarti terdapat 73.59% perilaku berhutang (dissaving)

dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor gaya hidup (lifestyle), perilaku hedonisme, sikap

terhadap uang, dan faktor eksternal (tersedianya kartu kredit dari pihak bank).

Implikasi penelitian ini bagi masyarakat ialah perilaku berhutang merupakan sebuah perilaku

yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dengan meminjam uang kepada

orang lain sehingga memerlukan banyaknya pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam

berhutang agar tidak menimbulkan efek psikologis seperti stress. Perilaku berbelanja secara

impulsif dan berulang mampu mengakibatkan seseorang tidak mempertimbangkan keputusannya

dalam berhutang sehingga menimbulkan berbagai masalah yang akan muncul silih berganti

seperti masalah menurunnya finansial, meningkatnya tingkat stress dan depresi, gangguan sosial.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan salah satu

variabel hendaknya menggunakan sampel penelitian yang lebih beragam variasinya, seperti jenis

subjek penelitian yang telah memiliki penghasilan sendiri, atau sikap berdasarkan suatu budaya

daerah tertentu, dengan mempertimbangkan karekteristik demografi lainnya.

REFERENSI

Andrew, C.W. (2003). Debt as a Source of Financial Stress in Australian Households. School of

Economics and Finance, Queensland University of Technology, School of Economic and

Finance Discussion Paper and Working Paper No. 164.

Arikunto, Suharsimi, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,

Jakarta

Brotoharsojo, H. (2005). Psikologi Ekonomi & konsumen. Jakarta : Universitas Indonesia

Bushra, A., and Bilal, A. (2014). “The Relationship of Compulsive Buying with Consumer

Culture and Post-Purchase Regret”. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences.

8(3): 590-611

Cole,L and Sherrel, D. (1995).Comparing Scales to Measure Compulsive Buying: an Exploration

of Their Dimensionality. Accessed on November 2nd

, 2015 from

http://www.acrwebsite.org/volumes/7779/volumes/v22/NA-22

Collins H. (1993). Dictionary of Economics, Glasgow : Harper Collins Publisher

Page 23: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

15

Diny F.H. (2012). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan compulsive buying pada

mahasiswa. Skripsi Psikologi, Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Dittmar, H. (2005). “A New Look at „Compulsive Buying‟: Self-Discrepancies and Materialistic

Values as Predictors of Compulsive Buying Tendency.” Journal of Social and Clinical

Psychology, 24(5): 832-859.

Jalees, T, Amen, M, & Kazmi, Q. (2014). “A Structural Approach on Compulsive Buying

Behaviour”. Institute of Business Administration Karachi.

How, O.S & Ren, T.Y. (2016). Navigating the Cyber World With Your Child: A Guide For

Parents, Teachers, and Counsellors. Singapore: JCS Digital Solution Pte, Ltd.

Katona, G. (1951). Psychological Analysis of Economic Behaviour (1st ed.). USA: Mc-Graw-Hill

company, Inc

Kempson E. (2002). Over-indebtness in Britain. Personal Finance Research Centre. Britain

Kristanto, D. (2011). Pengaruh Orientasi Fashion, Money Attitude, dan Self-Esteem Terhadap

Perilaku Pembelian Kompulsif Pada Remaja. Skripsi Manajemen, Universitas Negri

Surabaya. (Tidak Diterbitkan)

Lea, S.E.G, Webley, P. & Levine, M.R. (1993). The Economic Psychology of Consumer Debt.

Journal of Economic Psychology 14, 85-119

Lee, S.H and Workman, J.E. (2015). “Compulsive Buying and Branding Phenomena”. Journal

of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity. Vol. 1(3).

Livingstone, S.M., and Lunt, P.K. (1992). Predicting personal debt and debt repayment:

Psychological, social and economic determinants. Journal of Economic Psychology, 13,

111-134

Magee, A. (1994). Compulsive Buying Tendency as a Predictor of Attitudes and Perceptions.

Accessed on 22th September, 2015 from http://www.arcwebsite.org/volumes/7656/volumes/

v21/NA-21

Maki, D. M. (2000) The growth of consumer credit and the household debt service burden,

Board of Governors of the Federal Reserve System Working Paper, No. 2000/12.

Nasution, A. (1987). Kamus Ekonomi. Semarang: Dahara Prize.

Nugrahaini, Y.T (2009). Hubungan antara gaya hidup hedonis dengan perilaku dissaving

(berhutang) pada mahasiswa di Malang. Thesis Sarjana, Program Sarjana Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang.

Page 24: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

16

Nugroho, D.A. (2010). Hubungan antara Uncertainty avoidance dengan perilaku berhutang.

Skripsi Psikologi, Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

O‟Guinn, T. C., and R. J. Faber. (1989). Compulsive Buying: A phenomenological Exploration.

Journal of Consumer Research, 16: 147-157.

Prasadjaningsih, MC. Oetami. (1998). Pengaruh Gaya Hidup, Nilai, Kepribadian, Sikap terhadap

Pilihan Perilaku Berhutang: sebuah kajian lapangan. Tesis psikologi, Program Pascasarjana

Universitas Indonesia, Depok.

Quoquab, F., Yasin, N.M., Banu, S. (2013). “Compulsive Buying Behaviour Among Young

Malaysian Consumer”. World Review of Business Research. Vol.3(2): 141-154.

Reisch, L.A., Gwozdz, W., and Raab, G. (2010). “Compulsive Buying in Denmark”.

Copenhagen Business School.

Sharma, V., Narang, K., Rajender, G., and Bhatia, M.S. (2009), “Shopaholism(Compulsive

Buying) – A New Entity”. Delphi Psychiatri Journal. Vol. 12(1).

Shohib, M. (2015). “Sikap Terhadap Uang dan Perilaku Berhutang”. Jurnal Ilmiah Psikologi

Terapan (JIPT). Vol. 3(1): 132-143.

Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Suharsaputra U, (2012), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung : PT

Refika Aditama

Winarsunu, T. (2006). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan (Ed. Revisi).

Malang: UMM Press.

Workman, L & Paper, D. (2010). Compulsive Buying: A Theoritical Framework. Woodburry

School of Business: 4-10.

Page 25: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

17

DAFTAR LAMPIRAN

A. BLUEPRINT

BLUEPRINT SKALA COMPULSIVE BUYING

No. Aspek Indikator Perilaku Item

Unfavourable Favourable

1 Kecenderungan

untuk

menghabiskan

Selalu membeli

barang tanpa pikir

panjang

1. Ketika saya punya

uang, saya tidak

menghabiskan uang

tersebut secara

langsung.

2. Saya terkadang

spontan untuk

membeli sesuatu

3. Bagi saya,

berbelanja adalah

cara menghadapi

stress dalam

kehidupan sehari-

hari saya

4. Saya kadang-kadang

merasa ada sesuatu

dalam diri saya yang

mendorong untuk

membeli

5. Terkadang uang

kiriman saya selalu

habis terlebih

dahulu sebelum

kiriman yang akan

datang.

2 Aspek reaktif Memiliki keinginan

untuk membeli,

Terdapat motivasi

tinggi untuk membeli

suatu barang,

6. Saya mampu

menahan perasaan

untuk membeli

barang ketika sedang

berjalan di pusat

perbelanjaan.

7. Terkadang saya

merasa memiliki

motivasi dalam diri

saya untuk membeli

barang ketika

memasuki pusat

perbelanjaan.

8. Terkadang saya

memiliki dorongan

yang tidak bisa

dijelaskan, sebuah

keinginan mendadak

dan spontan, untuk

pergi dan membeli

sesuatu.

9. Sesaat setelah

kiriman uang dari

orang tua, saya

langsung pergi ke

pusat perbelanjaan

untuk berbelanja

Page 26: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

18

sesuatu.

3 Perasaan bersalah

pasca pembelian

Merasa menyesal

setelah melakukan

pembelian,

Merasa barang yang

dibeli sebenarnya

tidak terlalu

diperlukan,

11. Saya tidak menyesal

karena saya telah

membeli barang yang

dijual di pusat

perbelanjaan.

10. Saya adalah orang

yang sering

menanggapi atas

penawaran dari

para penjual

13. Saya kadang-

kadang berpikir, jika

saya suka membeli,

saya akan merasa

menyesal

12. Saya sangat senang

ketika saya baru saja

membeli produk yang

bermerk tinggi.

BLUEPRINT PERILAKU BERHUTANG

No. Aspek Indikator Perilaku Item

Favourable Unfavourable

1 Ketidakmampuan

menyesuaikan

antara pengeluaran

dan pendapatan

Pemasukan yang

diterima lebih kecil

daripada pengeluaran

Ketidakmampuan

dalam mengatur

keuangan

3. Saat ini harga

barang-barang

kebutuhan naik,

sehingga saya tidak

mampu menyesuaikan

keuangan saya

1. Saya mampu

menyesuaikan antara

pengeluaran dan

pendapatan saya

9. Kebutuhan

pengeluaran saya lebih

besar dari pada

pendapatan saya tiap

bulan

11. Ketika berbelanja,

saya akan membeli

barang yang saya

butuhkan dengan harga

yang sesuai

10. Saya kesulitan

untuk mengatur

pengeluaran saya

12. Saat uang saya

menipis, saya berusaha

untuk

mencukupkannya

17. Pengeluaran saya

tiap bulan lebih besar

dari pendapatan saya

13. Saya berusaha

mencukupkan

pengeluaran saya

sehingga tidak sampai

mencari pinjaman uang

2 Keengganan

menjaga

pengeluaran sesuai

dengan tingkat

pendapatan

Pendapatan selalu

habis

Tidak mampu

mengendalikan

pengeluaran

18. Jika keuangan saya

tidak mencukupi, saya

berusaha meminjam

kepada pihak lain

2. Saya berusaha

menjaga pengeluaran

saya agar tidak

melebihi pendapatan

saya

19. Uang saku saya tiap

bulan selalu habis,

sehingga tidak ada sisa

untuk ditabung

4. Saya harus dapat

menyisakan uang saku

saya untuk ditabung

setiap bulannya

Page 27: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

19

22. Ketika saya

kehabisan uang, saya

mencari pinjaman

kepada orang lain

8. Uang saku saya tiap

bulan cukup untuk

membiayai kebutuhan

saya

15. Saya tidak sampai

meminjam kepada

orang lain untuk

memenuhi keperluan

saya

3 Kesediaan

membuat

pengeluaran yang

tidak biasa

Tetap melakukan

pengeluaran meskipun

tidak memiliki uang,

Tetap melakukan

pembelian walaupun

keadaan uang menipis,

Membeli barang diluar

kemampuan,

6. Saya melakukan

pembelanjaan diluar

kebutuhan saya

5. Saya tidak akan

membeli barang secara

berlebihan ketika

keuangan saya sedang

menipis

7. Ketika saya ingin

membeli barang yang

saya inginkan, saya

akan melakukan

meskipun tidak punya

uang

16. Saya hanya

berbelanja sesuai

dengan kebutuhan saya

tiap bulan

14. Saya selalu

membeli barang

yang saya suka

meskipun tidak

terlalu

membutuhkannya

21. Saya selalu

berbelanja sesuai

dengan keadaan

keuangan saya

20. Saya selalu

membeli barang yang

saya suka, meskipun

harganya tidak

terjangkau keuangan

saya

Page 28: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

20

B. SKALA

1. Skala Perilaku Berhutang

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya mampu menyesuaikan antara pengeluaran dan uang bulanan/kiriman

saya

2 Saya berusaha menjaga pengeluaran saya agar tidak melebihi uang

bulanan/kiriman saya

3 Saat ini harga barang-barang kebutuhan naik, sehingga saya tidak mampu

menyesuaikan keuangan saya

4 Saya harus dapat menyisakan uang saku saya untuk ditabung setiap

bulannya

5 Saya tidak akan membeli barang secara berlebihan ketika keuangan saya

sedang menipis

6 Saya melakukan pembelanjaan diluar kebutuhan saya

7 Ketika saya ingin membeli barang yang saya inginkan, saya akan

melakukan meskipun tidak punya uang

8 Uang saku saya tiap bulan cukup untuk membiayai kebutuhan saya

9 Kebutuhan pengeluaran saya lebih besar dari pada uang bulanan/kiriman

saya tiap bulan

10 Saya kesulitan untuk mengatur pengeluaran saya

11 Ketika berbelanja, saya akan membeli barang yang saya butuhkan dengan

harga yang sesuai

12 Saat uang saya menipis, saya berusaha untuk mencukupkannya

13 Saya berusaha mencukupkan pengeluaran saya sehingga tidak sampai

mencari pinjaman uang

14 Saya selalu membeli barang yang saya suka meskipun tidak terlalu

membutuhkannya

15 Saya tidak sampai meminjam kepada orang lain untuk memenuhi

keperluan saya

16 Saya hanya berbelanja sesuai dengan kebutuhan saya tiap bulan

17 Pengeluaran saya tiap bulan lebih besar dari uang bulanan/kiriman saya

18 Jika keuangan saya tidak mencukupi, saya berusaha meminjam kepada

Page 29: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

21

pihak lain

19 Uang saku saya tiap bulan selalu habis, sehingga tidak ada sisa untuk

ditabung

20 Saya selalu membeli barang yang saya suka, meskipun harganya tidak

terjangkau keuangan saya

21 Saya selalu berbelanja sesuai dengan keadaan keuangan saya

22 Ketika saya kehabisan uang, saya mencari pinjaman kepada orang lain

2. Skala Compulsive Buying

No Pernyataan SS S TS STS

1 Ketika saya punya uang, saya tidak menghabiskan uang tersebut secara

langsung.

2 Saya terkadang spontan untuk membeli sesuatu

3 Bagi saya, berbelanja adalah cara menghadapi stress dalam kehidupan

sehari-hari saya

4 Saya kadang-kadang merasa ada sesuatu dalam diri saya yang

mendorong untuk membeli

5 Terkadang uang kiriman saya selalu habis terlebih dahulu sebelum

kiriman yang akan datang.

6 Saya mampu menahan perasaan untuk membeli barang ketika sedang

berjalan di pusat perbelanjaan.

7 Terkadang saya merasa memiliki motivasi dalam diri saya untuk

membeli barang ketika memasuki pusat perbelanjaan.

8 Terkadang saya memiliki dorongan yang tidak bisa dijelaskan, sebuah

keinginan mendadak dan spontan, untuk pergi dan membeli sesuatu.

9 Sesaat setelah kiriman uang dari orang tua, saya langsung pergi ke

pusat perbelanjaan untuk berbelanja sesuatu.

10 Saya adalah orang yang sering menanggapi atas penawaran dari para

penjual

11 Saya kadang-kadang berpikir, jika saya suka membeli, saya akan

merasa menyesal

Page 30: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

22

C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Uji Validitas dan Reliabilitas skala compulsive buying.

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item_1 30.75 16.715 .220 .675

item_2 29.81 14.984 .488 .635

item_3 30.04 13.877 .566 .615

item_4 29.71 15.218 .569 .629

item_5 29.91 15.376 .430 .644

item_6 30.52 16.454 .230 .675

item_7 29.98 16.181 .395 .653

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.681 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item_1 1.88 .686 100

item_2 2.82 .757 100

item_3 2.59 .889 100

item_4 2.92 .631 100

item_5 2.72 .740 100

item_6 2.11 .751 100

item_7 2.65 .592 100

item_8 2.72 .712 100

item_9 2.19 .677 100

item_10 2.39 .695 100

item_11 2.42 .654 100

item_12 2.37 .872 100

item_13 2.85 .716 100

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.63 18.417 4.292 13

Page 31: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

23

item_8 29.91 14.749 .578 .622

item_9 30.44 15.825 .396 .651

item_10 30.24 16.811 .197 .678

item_11 30.21 18.349 -.064 .710

item_12 30.26 18.275 -.083 .728

item_13 29.78 16.618 .220 .675

R tabel : 0.17

Item tidak valid : item 11, dan item 12

2. Uji Validitas dan Reliabilitas skala compulsive buying (setelah direduksi)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.760 11

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item_1 1.88 .686 100

item_2 2.82 .757 100

item_3 2.59 .889 100

item_4 2.92 .631 100

item_5 2.72 .740 100

item_6 2.11 .751 100

item_7 2.65 .592 100

Page 32: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

24

item_8 2.72 .712 100

item_9 2.19 .677 100

item_10 2.39 .695 100

item_13 2.85 .716 100

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item_1 25.96 16.746 .189 .767

item_2 25.02 14.767 .505 .729

item_3 25.25 13.341 .639 .706

item_4 24.92 14.963 .598 .721

item_5 25.12 15.137 .451 .736

item_6 25.73 16.563 .188 .770

item_7 25.19 15.772 .458 .738

item_8 25.12 14.450 .614 .715

item_9 25.65 15.462 .443 .738

item_10 25.45 16.210 .283 .757

item_13 24.99 16.737 .175 .770

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

27.84 18.277 4.275 11

3. Uji Validitas dan Reliabilitas skala perilaku berhutang

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Page 33: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

25

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

.842 .843 22

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item_1 2.23 .679 100

item_2 1.85 .657 100

item_3 2.66 .714 100

item_4 2.03 .822 100

item_5 1.63 .646 100

item_6 2.47 .745 100

item_7 1.97 .870 100

item_8 2.23 .763 100

item_9 2.59 .740 100

item_10 2.64 .916 100

item_11 1.80 .569 100

item_12 1.74 .543 100

item_13 1.90 .810 100

item_14 2.32 .764 100

item_15 2.15 .730 100

item_16 2.10 .644 100

item_17 2.56 .770 100

item_18 2.17 .766 100

item_19 2.43 .807 100

item_20 2.14 .682 100

item_21 1.89 .567 100

item_22 2.21 .729 100

Page 34: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

26

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item_1 45.48 54.070 .513 .551 .831

item_2 45.86 53.475 .599 .594 .828

item_3 45.05 55.967 .298 .427 .839

item_4 45.68 55.149 .314 .487 .840

item_5 46.08 54.600 .487 .413 .832

item_6 45.24 54.730 .397 .485 .836

item_7 45.74 55.507 .262 .298 .842

item_8 45.48 55.949 .274 .464 .841

item_9 45.12 54.288 .443 .509 .834

item_10 45.07 52.369 .487 .549 .832

item_11 45.91 57.052 .266 .367 .840

item_12 45.97 57.161 .269 .361 .840

item_13 45.81 53.994 .421 .399 .835

item_14 45.39 54.261 .428 .594 .834

item_15 45.56 55.158 .366 .616 .837

item_16 45.61 55.594 .381 .369 .836

item_17 45.15 55.179 .340 .464 .838

item_18 45.54 53.099 .535 .695 .830

item_19 45.28 52.891 .521 .524 .830

item_20 45.57 53.480 .573 .549 .829

item_21 45.82 57.139 .257 .360 .840

item_22 45.50 53.869 .492 .604 .832

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

47.71 59.663 7.724 22

R tabel : 0.17

Item tidak valid : tidak ada

Page 35: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

27

D. KORELASI PRODUCT MOMENT dan DESKRIPSI STATISTIK

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

dissaving 47.18 8.237 268

compulsive_buying 27.13 4.216 268

Correlations

dissaving compulsive_buy

ing

dissaving

Pearson Correlation 1 .514**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and Cross-

products

18114.757 4769.687

Covariance 67.846 17.864

N 268 268

compulsive_buying

Pearson Correlation .514**

1

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and Cross-

products

4769.687 4745.164

Covariance 17.864 17.772

N 268 268

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation

Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error

Statistic Statistic

dissaving 268 51 28 79 12643 47.18 .503 8.237 67.846

compulsive_buying 268 27 13 40 7272 27.13 .258 4.216 17.772

Valid N (listwise) 268

Page 36: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

28

E. DATA EXCEL KORELASI PRODUCT-MOMENT

No. Dissaving Compulsive

Buying

No. Dissaving Compulsive

Buying

1 53 36 135 40 30

2 57 20 136 46 25

3 45 26 137 54 29

4 36 26 138 35 27

5 41 33 139 36 20

6 54 33 140 41 27

7 41 27 141 37 22

8 55 28 142 47 19

9 53 28 143 45 23

10 42 29 144 39 24

11 51 31 145 48 30

12 41 26 146 43 24

13 49 33 147 47 33

14 56 29 148 43 21

15 56 30 149 57 25

16 47 30 150 42 26

17 48 26 151 41 24

18 45 26 152 32 21

19 57 30 153 45 25

20 55 30 154 47 29

21 51 30 155 47 24

22 36 26 156 41 21

23 54 29 157 45 24

24 50 24 158 43 22

Page 37: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

29

25 43 25 159 51 25

26 49 28 160 44 25

27 51 30 161 37 28

28 42 24 162 50 24

29 36 26 163 41 26

30 52 29 164 49 24

31 44 23 165 49 20

32 42 29 166 42 28

33 59 39 167 55 31

34 46 26 168 47 29

35 49 29 169 49 25

36 49 26 170 54 30

37 36 31 171 45 26

38 51 29 172 32 24

39 51 29 173 47 26

40 42 23 174 34 25

41 31 20 175 56 28

42 44 27 176 38 23

43 41 25 177 40 21

44 38 27 178 44 20

45 47 22 179 46 24

46 57 27 180 43 33

Page 38: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

30

47 47 30 181 57 28

48 55 27 182 38 23

49 49 28 183 41 28

50 50 28 184 34 22

51 48 29 185 46 28

52 46 27 186 45 28

53 43 27 187 46 28

54 46 25 188 51 25

55 44 28 189 43 21

56 58 32 190 49 28

57 54 32 191 56 34

58 60 33 192 64 31

59 64 40 193 45 29

60 38 23 194 46 23

61 49 22 195 59 28

62 43 24 196 45 24

63 59 28 197 35 28

64 40 23 198 64 34

65 57 30 199 59 31

66 55 24 200 66 32

Page 39: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

31

67 62 28 201 64 37

68 28 19 202 45 22

69 47 23 203 44 25

70 36 35 204 55 30

71 37 13 205 40 23

72 46 31 206 49 27

73 49 29 207 63 32

74 37 24 208 44 27

75 39 36 209 42 27

76 43 26 210 45 29

77 48 25 211 48 29

78 39 32 212 48 24

79 48 30 213 43 25

80 50 26 214 46 22

81 47 25 215 44 25

82 43 20 216 46 24

83 58 23 217 64 37

84 53 23 218 47 29

85 55 27 219 42 23

86 53 28 220 34 29

Page 40: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

32

87 34 25 221 45 27

88 37 27 222 57 29

89 63 35 223 46 29

90 45 27 224 43 24

91 49 27 225 48 29

92 48 35 226 45 24

93 41 29 227 42 27

94 51 29 228 79 37

95 50 31 229 46 28

96 58 34 230 51 27

97 53 32 231 46 23

98 46 31 232 41 25

99 66 34 233 34 19

100 34 25 234 48 27

101 47 30 235 51 35

102 47 18 236 61 34

103 59 27 237 41 28

104 66 33 238 39 28

105 52 31 239 44 26

106 53 26 240 46 27

Page 41: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

33

107 36 31 241 54 27

108 43 24 242 39 29

109 40 30 243 44 29

110 39 31 244 42 22

111 41 26 245 57 25

112 50 31 246 47 28

113 48 28 247 55 28

114 49 26 248 38 16

115 47 14 249 34 29

116 29 25 250 33 34

117 38 16 251 48 31

118 44 25 252 44 22

119 48 27 253 41 25

120 51 31 254 46 28

121 44 27 255 54 29

122 44 25 256 56 27

123 34 22 257 38 27

124 36 32 258 59 31

125 43 29 259 42 24

126 60 29 260 59 31

Page 42: HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN … · RANCANGAN PENELITIAN..... 7 B. SUBJEK PE. NELITIAN ... penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

34

127 70 37 261 45 24

128 40 25 262 48 29

129 36 22 263 40 21

130 40 21 264 57 30

131 52 28 265 66 32

132 44 26 266 62 31

133 52 25 267 65 30

134 43 25 268 65 34