Hubungan arsitektur dengan kebudayaan.docx

13
DESAIN DAN BUDAYA “Arsitektur Pemakaian Yang Tepat Sesuai Dengan JamanOleh : PUTRANTO FEBRI NUGROHO NIM : 12.11.0098 Kelas : A Dosen pengampu : Edi Prawoto, MT. Semester gasal 2013 / 2014

Transcript of Hubungan arsitektur dengan kebudayaan.docx

DESAIN DAN BUDAYAArsitektur Pemakaian Yang Tepat Sesuai Dengan Jaman

Oleh :PUTRANTO FEBRI NUGROHONIM : 12.11.0098Kelas : ADosen pengampu : Edi Prawoto, MT.Semester gasal 2013 / 2014

Universitas Katolik SoegijapranataSemarang2013Hubungan Arsitektur dengan KebudayaanKebudayaan adalah pola bagi kelakuan, artinya kebudayaan mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikap jika berhubungan dengan orang lain.Bila manusia hidup sendiri maka tidak ada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan-tindakanya. Tapi setiap orang bagaimanapun hidupnya akan selalu menciptakan kebiasaan baagi dirinya sendiriKebiasaan tersebtu merupakan pola tingkah laku pribadi. Jadi setiap orang akan memberntuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri.Dengan adanya kebudayaan, terwujud suatu kekuasaan untuk memahami dan mentafsirkan lingkungan yang dihadapi. Kelakuan ini menghasilkan benda-benda purba kebudayaan yang dalam pembahasan ini adalah karya arsitekturSuatu karya arsitektur menurut Victor Papanek mempunyai fungsi yang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu Kebutuhan Pemakaian yang tepat sesuai dengan jaman Estetik Asosiasi Teknologi

Pemakaian yang tepat sesuai dengan jamanPada tahun antara 1960-1970 gerakan Arsitektur Mode rn (dikenal dengan nama Modern Movement) mulai memperlihatkan tanda-tanda berakhir. Gerakan yang bertahan selama tiga generasi ini telah melewati tiga tahap perkembangan yaitu Early Modernism, High Modernism, dan Late Modernism (Trachtenberg, 1987). Early Modernism diwarnai dengan karya-karya Frank Lloyd Wright (1869-1959) yang kebanyakan merupakan rumah tinggal serta lahirnya sekolah arsitektur The Chicago School di Amerika Serikat. Tahap ini juga diwarnai oleh karya-karya Louis Sullivan, arsitek besar yang terkenal dengan dictum Form Follows Function-nya. High Modernism yang lahir setelah Perang Dunia I diisi oleh arsitek-arsitek besar dunia yang pindah dari negara asalnya ke Amerika Serikat, yaitu Ludwig Mies van der Rohe, Le Corbusier, dan Walter Gropius. Mereka dikenal dengan sebutan arsitek Avant-garde yang karya-karyanya memiliki nilai kemanusiaan, ekspresionisme, dan idealisme. Late Modernism lahir setelah Perang Dunia II, ditandai dengan karya-karya bangunan pencakar langit (sky craper) dengan melibatkan teknologi canggih (hi-tech). Beberapa arsitek yang terkenal pada periode ini adalah Hugh Stubbins, I.M. Pei, Raymond Hood, dan tiga serangkai Skidmore, Owings, dan Merril. Berakhirnya era Arsitektur Modern ini diawali dengan dihancurkannya Pruitt-Igoe Housing di kota St. Louis, negara bagian Missouri, Amerika Serikat, pada tanggal 15 Juli 1972 jam 15.32 (Jenks, 1984). Kematian Arsitektur Modern yang lahir pada tahun 1890-an ini sangat ironis, karena perumahan Pruitt-Igoe dibangun berdasarkan ide dari CIAM (Congres Internationaux dArchitecture Moderne) dan telah memenangkan penghargaan dari AIA (the American Institute of Architecs) pada tahun 1961. Padahal keberadaan CIAM sendiri dimaksudkan sebagai wadah yang membuat aturan perancangan dan mengontrol pelaksanaan pembangunannya (Giedeon,1982). Kegagalan bangunan tersebut membuktikan bahwa dasar filosofi dan teori Arsitektur Modern sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. Doktrin-doktrin seperti Rasionalisme, Behaviorisme, dan Pragmatisme yang mendasari pertumbuhan Arsitektur Modern dianggap sudah tidak rasional lagi.Arsitektur Post ModernPost Modern adalah menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur lain-lain (vernakular, lokal, komersil, konstektual), juga berarti memperhatikan nilai-nilai yang dianut oleh arsitek dan penghuni atau masyarakat awam.Istilah Post-Modern sebenarnya sudah dikenal sejak pertengahan tahun 1970-an, tidak hanya di dunia arsitektur tetapi juga pada dunia seni lukis, tari, patung, film, dan bahkan ideologi. Pada dasarnya Post-Modern merupakan reaksi (anti-thesis) dari Modernisme (thesis) yang sudah berjalan sangat lama. Irwing Howe menggambarkannya sebagai the radical breakdown of the modernist, jadi keduanya memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan berkelanjutan. Post-Modern bukanlah gerakan revolusioner yang ingin lepas dan membuang nilai-nilai Modernisme (Stern,1980). Perkembangan Post-Modernisme bahkan sangat dipengaruhi oleh Modernisme. Di dunia arsitektur sendiri gerakan ini sering disebut sebagai Beyond the Modern Movement karena memang berkembang setelah Modern Movement. Tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai Super-mannerism karena merupakan kelanjutan dari Mannerisme pada era Renaissance di Italy yang melahirkan arsitek-arsitek besar seperti Michel Angelo (1475-1564), Andrea Palladio (1508-1580), Donato Bramante (1444-1514) dan Giulio Romano. Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya Post-Modern menyebutkan adanya 3 alasan yang mendasari timbulnya Post-Modernisme, yaitu : 1. Kehidupan kita sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke desa-dunia (world village) yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia (instant eclectism).2. Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk yang bersifat pribadi (personalised production), lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal (mass production and mass repetition) yang merupakan ciri khas dari Modernisme. 3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional (traditional values) atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian, Arsitektur Post-Modern adalah percampuran antara tradisional dengan non-tradisional, gabungan setengah modern dengan setengah non-modern, perpaduan antara lama dan baru. Arsitektur Post-Modern mempunyai style yang hybrid (perpaduan dua unsur) dan bermuka ganda atau sering disebut sebagai double coding. Timbulnya era baru ini dapat juga dilihat sebagai hasil kombinasi antara Romantic dan Modernist, yang pertama menunjukkan keragaman budaya sedangkan yang kedua memperlihatkan kesamaan budaya yang universal (Stern,1980). Dualisme lain yang dihadapi adalah memadukan antara Elitisme (golongan elit/minoritas) dengan Populisme (masyarakat umum), dimana kebutuhan keduanya harus dapat dipenuhi. Dalam masyarakat tradisional, usaha memadukan dua unsur ini tidak begitu sulit karena mereka memiliki bahasa arsitektur yang sama. Tetapi dalam budaya pluralis seperti yang kita hadapi sekarang ini akan lebih sukar karena latar belakang yang berlainan.

Unsur Komunikasi dalam Arsitektur Post-Modern Munculnya dualisme atau double-coding arsitektur sebenarnya lebih dikarenakan para Arsitek Post-Modern ingin berkomunikasi lewat karya-karyanya. Arsitek telah menyadari adanya kesenjangan antara kaum elite pembuat lingkungan (baca:arsitek) dengan orang awam yang menghuni lingkungan. Arsitek berkeinginan mengajak masyarakat awam untuk memahami karyanya dengan cara berkomunikasi, oleh sebab itu diperlukan pemahaman dan pemakaian bahasa yang benar seperti halnya dalam bahasa percakapan. Dalam hubungannya dengan komunikasi, di dalam dunia arsitektur dikenal sebuah ilmu yang dinamakan Semiotics (semiontika) yang merupakan studi hubungan antara sign (tanda) dengan symbols dan bagaimana manusia memberikan meaning (arti) antara keduanya. Contohnya adalah sebagai berikut, sebuah kubah dipakai sebagai tanda untuk masjid, dalam jangka panjang tanda ini berubah menjadi simbol sehingga akhirnya kubah adalah simbol masjid. Disamping itu ada juga Syntax (sintaksis) yaitu aturan-aturan mengenai pemakaian bentuk elemen bangunan (pintu, jendela, dll). Contohnya untuk sebuah bangunan perkantoran pemakaian pintu dan jendela mestinya berbentuk persegi panjang. Pada Arsitektur Post-Modern, bahasa tidaklah selalu tetap melainkan berubah sesuai dengan waktu dan tuntutan zaman. Pada suatu waktu, sintaksis akan berubah sehingga manusia akan mempunyai persepsi lain tentang suatu bentuk elemen bangunan. Demikian juga simbol bangunan akan dapat berubah juga, misalnya bangunan kantor tidak selamanya harus berkonstruksi rangka dengan kaca sebagai unsur utamanya atau sebuah masjid tidak harus berbentuk kubah. Pemahaman tentang (bentuk) arsitektur sudah tidak didasarkan lagi pada pengalaman (historik) dan kebiasaan.

Sumber :https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fagus_dh.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F3691%2FUnsur%2BKomunikasi%2Bdalam%2BArs%2BPost-Modern.pdf&ei=ZASpUq61C8KLrQemnYDIDg&usg=AFQjCNGd03cvZVm_ISzMuLNOexi0QJ0mcg&sig2=QkbV6GiDOKJVMXGK30rpyQ&bvm=bv.57967247,d.bmkgoogle.com