HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN …lib.unnes.ac.id/19937/1/3201408069.pdf · Teman-teman...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN …lib.unnes.ac.id/19937/1/3201408069.pdf · Teman-teman...
HHUBUNG
KUALIT
MA
GAN ANT
TAS RUM
ANGUNS
untuk
F
UNIVE
TARA TIN
MAH HUN
SARI KEC
KOTA
k memperole
Apriani
3
JURUSA
FAKULTA
ERSITAS
NGKAT P
IAN PEN
CAMATAN
SEMARA
SKRIPSI
eh gelar Sarj
oleh
Yunita Purw
3201408069
AN GEOG
AS ILMU
S NEGERI
2013
PENDIDI
DUDUK K
N GUNUN
ANG
jana Pendidi
witasari
GRAFI
SOSIAL
I SEMAR
IKAN DEN
KELURA
NGPATI
ikan
RANG
i
NGAN
AHAN
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Selasa
tanggal : 22 Januari 2013
Pembimbing I, Drs. Sriyono, M. Si NIP 19631217 1988031 002
Pembimbing II, Drs. Sutardji NIP 19510402 1980121 001
Mengetahui Ketua Jurusan Geografi,
Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP 19620904 1989011 001
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 6 Februari 2013
Penguji Utama,
Drs. Saptono Putro, M.Si NIP 19620928 1990031 002
Anggota I, Drs. Sriyono, M. Si NIP 19631217 1988031 002
Anggota II, Drs. Sutardji NIP 19510402 1980121 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Subagyo, M. Pd NIP 19510808 198003 1 003
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang 16 Januari 2013
Apriani Yunita Purwitasari NIM 3201408069
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
...(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff:3)
Demi Tuhan, berhentilah sejenak tinggalkan dahulu pekerjaanmu, tengoklah ke sekelilingmu.. (Leo Tolstoy)
Hidup hanya sekali, jadi tidak selayaknya dilalui dengan kesalahan tanpa perbaikan. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT. dan Nabi SAW. 2. Ayahku Purwanto, ibuku Yutini, kakakku Asep
Purwo Yudi Utomo, adikku Agus Syarif Mahdi, dan Beyfendy_ku yang setia mendampingiku.
3. Teman-teman perjuanganku di IRM/IPM, IMM, Jurusan Geografi angkatan 2008, Hima Geografi, Kos KB3 Banaran, Kos Trangkil, Asrama Putri Muhammadiyah.
4. Setiap penghuni rumah yang bangga dengan apa yang mereka miliki.
v
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkah,
rahmat, dan ridhaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah
Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
banyak memberi motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti menempuh
pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang atas segala kemudahan yang telah diberikan dalam ijin melakukan
penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial atas persetujuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Drs. Sriyono, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan
arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan arahan,
bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
vi
vii
6. Drs. Saptono Putro, M.Si, selaku penguji utama yang telah bersedia menguji
skripsi peneliti dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Eko Slamet Riyanto, SH, selaku Lurah Mangunsari yang telah
memberikan ijin penelitian.
8. Warga di Kelurahan Mangunsari selaku responden dalam penelitian ini yang
telah memberikan data atau informasi, terima kasih atas kerjasama dan
bantuannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran, penulis harapkan agar semakin
sempurnanya penelitian ini.
Semarang, 16 Januari 2013
Penyusun
vii
viii
SARI
Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M. Si dan Pembimbing II Drs. Sutardji. 93 halaman, 27 tabel, 10 lampiran, 38 gambar. Kata Kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Kualitas Rumah Hunian.
Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitiannya adalah: 1) Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari, 2) Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yaitu 1208 KK. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random sampling diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikatnya yaitu kualitas rumah hunian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi dan panduan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Kondisi kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi product moment dari
viii
ix
Pearson, bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213, sehingga rhitung (0,263) > rtabel (0,213).
Simpulan penelitian ini yaitu: 1) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah; 2) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50; dan 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213). Saran yang diajukan adalah: 1) Warga perlu meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian; 2) Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya; dan 3) Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii PERNYATAAN ............................................................................................... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi SARI ................................................................................................................. viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 9 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 9 1.5. Penegasan Istilah .................................................................................. 10 1.5.1. Pengertian Hubungan ........................................................................... 10 1.5.2. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 10 1.5.3. Kualitas Rumah Hunian ....................................................................... 10 1.5.4. Penduduk .............................................................................................. 11 1.6. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.7. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 14 1.7.1. Pengertian Pendidikan .......................................................................... 14 1.7.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ................................................. 14 1.7.3. Jalur Pendidikan ................................................................................... 15 1.7.4. Jenjang Pendidikan ............................................................................... 15 1.8. Kualitas Rumah .................................................................................... 17 1.8.1. Pengertian Rumah ................................................................................ 17 1.8.2. Rumah Sehat ........................................................................................ 18 1.8.3. Syarat Rumah Sehat ............................................................................. 18 1.9. Penduduk Kelurahan Mangunsari ........................................................ 21 1.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kualitas Rumah ........................... 21 1.11. Kerangka Berfikir ................................................................................. 23 1.12. Hipotesis ............................................................................................... 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 25 3.2. Sampel dan Teknik Sampling ............................................................. 25 3.3. Variabel Penelitian ............................................................................... 26
x
xi
3.3.1. Variabel Bebas ..................................................................................... 26 3.3.2. Variabel Terikat ................................................................................... 27 3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 28 3.4.1. Metode Dokumentasi ........................................................................... 28 3.4.2. Metode Observasi ................................................................................ 28 3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 28 3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase ................................................. 29 3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment .......................................... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................... 34 4.1.1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian .......................................................... 34 4.1.1.1.Letak astronomis .................................................................................. 34 4.1.1.2.Letak administrasi ................................................................................ 34 4.1.1.3.Penggunaan lahan ................................................................................ 36 4.1.1.4.Jumlah rumah penduduk ...................................................................... 38 4.1.1.5.Jumlah pemakai air minum .................................................................. 38 4.1.2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ......................................................... 39 4.1.2.1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur ......................................... 39 4.1.2.2.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ...................................... 39 4.1.2.3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan .................................... 41 4.2. Hasil Penelitian .................................................................................... 41 4.2.1. Jenis kelamin responden ...................................................................... 41 4.2.2. Umur responden ................................................................................... 42 4.2.3. Mata pencaharian responden ................................................................ 42 4.2.4. Pendapatan responden .......................................................................... 43 4.2.5. Tingkat pendidikan responden ............................................................. 44 4.2.6. Kualitas rumah hunian responden ........................................................ 45 4.2.7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian
pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang .................................................................................... 72
4.2.7.1.Uji Normalitas Data ............................................................................. 72 4.2.7.2.Koefisien Korelasi ................................................................................ 73 4.3. Pembahasan .......................................................................................... 74 4.3.1. Tingkat pendidikan .............................................................................. 75 4.3.2. Kualitas rumah hunian ......................................................................... 76 4.3.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian
penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ..................................................................................... 78
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ............................................................................................... 81 5.2. Saran .................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 84
xi
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Sampel penelitian di RW 1 ................................................................ 26 Tabel 3.2 Kriteria tingkat pendidikan ................................................................ 29 Tabel 3.3 Frekuensi variabel tingkat pendidikan ............................................... 30 Tabel 3.4 Kriteria kualitas rumah hunian ........................................................... 31 Tabel 3.5 Frekuensi variabel kualitas rumah hunian .......................................... 32 Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari .................................... 36 Tabel 4.2 Jumlah rumah penduduk menurut sifat dan bahannya di Kelurahan Mangunsari ............................................ 38 Tabel 4.3 Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari...... 38 Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur ....... 39 Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan mata pencaharian ..... 40 Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan tingkat pendidikan ... 41 Tabel 4.7 Jenis kelamin responden di Kelurahan Mangunsari ........................... 42 Tabel 4.8 Umur responden di Kelurahan Mangunsari ....................................... 42 Tabel 4.9 Mata pencaharian responden di Kelurahan Mangunsari .................... 43 Tabel 4.10 Pendapatan responden di Kelurahan Mangunsari .............................. 43 Tabel 4.11 Tingkat pendidikan responden ............................................................ 44 Tabel 4.12 Kualitas rumah hunian penduduk ....................................................... 45 Tabel 4.13 Komponen luas rumah responden ....................................................... 46 Tabel 4.14 Komponen langit-langit rumah responden ......................................... 47 Tabel 4.15 Komponen atap rumah responden ...................................................... 49 Tabel 4.16 Komponen dinding rumah responden ................................................ 50 Tabel 4.17 Komponen lantai rumah responden ................................................... 52 Tabel 4.18 Komponen jendela kamar tidur rumah responden ............................. 55 Tabel 4.19 Komponen ventilasi udara rumah responden ..................................... 57 Tabel 4.20 Komponen lubang asap dapur rumah responden ............................... 58 Tabel 4.21 Komponen pencahayaan alami dan buatan rumah responden ........... 60 Tabel 4.22 Komponen penyediaan air bersih rumah responden .......................... 62 Tabel 4.23 Komponen pembuangan air limbah rumah responden ....................... 63 Tabel 4.24 Komponen pembuangan sampah rumah responden .......................... 66 Tabel 4.25 Komponen penghijauan halaman rumah responden .......................... 69 Tabel 4.26 Komponen jamban rumah responden ................................................. 71 Tabel 4.27 Uji normalitas data kualitas rumah hunian ......................................... 74
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka berpikir .......................................................................... 24 Gambar 3.1 Skema hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian ................................................................................. 33 Gambar 4.1 Peta administrasi Kelurahan Mangunsari ..................................... 35 Gambar 4.2 Peta penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari ........................... 37 Gambar 4.3 Tingkat pendidikan penduduk ....................................................... 44 Gambar 4.4 Kualitas rumah hunian penduduk .................................................. 45 Gambar 4.5 Rumah tanpa langit-langit rumah ............................................... . 48 Gambar 4.6 Langit-langit rumah yang kotor ..................................................... 48 Gambar 4.7 Langit-langit rumah yang bersih dan terawat ................................ 49 Gambar 4.8 Atap rumah dari genteng ............................................................... 50 Gambar 4.9 Rumah dengan dinding kayu ......................................................... 51 Gambar 4.10 Rumah dengan dinding anyaman bambu ...................................... 51 Gambar 4.11 Rumah dengan lantai keramik ....................................................... 53 Gambar 4.12 Rumah dengan lantai kamar mandi yang rusak ............................. 53 Gambar 4.13 Dapur tradisional rumah responden ............................................... 54 Gambar 4.14 Rumah responden dengan dinding dan lantai yang rusak ............. 54 Gambar 4.15 Jendela rumah tanpa teralis ........................................................... 56 Gambar 4.16 Bentuk jendela yang juga berfungsi seperti teralis ........................ 56 Gambar 4.17 Ventilasi rumah responden tanpa pelindung dari nyamuk ............ 57 Gambar 4.18 Dapur tanpa lubang asap dapur ..................................................... 59 Gambar 4.19 Dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai ............. 59 Gambar 4.20 Jendela dan ventilasi rumah untuk masuknya cahaya ................... 61 Gambar 4.21 Saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis ................... 62 Gambar 4.22 Selokan terbuka yang tidak terawat ............................................... 63 Gambar 4.23 Selokan terbuka yang terawat ........................................................ 64 Gambar 4.24 Pembuangan air kamar mandi di halaman rumah ......................... 65 Gambar 4.25 Pembuangan limbah dapur di halaman rumah .............................. 65 Gambar 4.26 Saluran pembuangan kamar mandi ke halaman rumah ................. 65 Gambar 4.27 Tempat pengumpulan sampah warga ............................................ 66 Gambar 4.28 Pengumpulan sampah di dalam rumah .......................................... 67 Gambar 4.29 Sisa pembakaran sampah di halaman rumah ................................. 67 Gambar 4.30 Halaman rumah yang dimanfaatkan sebagai taman ...................... 68 Gambar 4.31 Rumah dengan teras rumah ........................................................... 69 Gambar 4.32 Halaman rumah untuk beternak ..................................................... 69 Gambar 4.33 Model WC duduk .......................................................................... 70 Gambar 4.34 WC model leher angsa .................................................................. 71 Gambar 4.35 Dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen ................... 71 Gambar 4.36 WC dengan dinding yang rusak .................................................... 72
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Kisi-kisi panduan dokumentasi variabel tingkat pendidikan......... 84 Lampiran 2 Kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian ........ 85 Lampiran 3 Pengantar ....................................................................................... 87 Lampiran 4 Lembar dokumentasi dan observasi .............................................. 88 Lampiran 5 Lembar panduan dokumentasi dan observasi ................................ 89 Lampiran 6 Daftar nama responden .................................................................. 91 Lampiran 7 Data penelitian tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian ..... 94 Lampiran 8 Uji normalitas data penelitian kualitas rumah hunian ................... 96 Lampiran 9 Korelasi antara pendidikan dan kualitas rumah ............................. 97
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, berisi setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah
satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan
produktif.
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.
Pada zaman purba, manusia bertempat tinggal di gua-gua yang kemudian
berkembang dengan mendirikan rumah atau tempat tinggal di hutan-hutan dan di
bawah pohon. Pada abad modern ini, manusia sudah membangun rumah (tempat
tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak
zaman dahulu, manusia juga mencoba membangun rumahnya berdasarkan
kebudayaan penduduk setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan
yang ada di daerah setempat (local material). Setelah manusia memasuki abad
modern ini, meskipun rumah mereka dibangun bukan dengan bahan-bahan dari
daerah setempat tetapi kadang-kadang pembangunannya masih mewarisi
kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo 2003).
1
2
Berdasarkan pemaparan tersebut, rumah menjadi kebutuhan pokok
manusia guna membangun kehidupan keluarga dengan memenuhi kebutuhan
manusia itu sendiri, misalnya untuk tempat berlindung dari cuaca, tempat
pembinaan keluarga, serta sebagai tempat untuk kegiatan keluarga. Oleh karena
itu, rumah yang berkualitas dan sesuai standar kesehatan diharapkan akan
memenuhi hak-hak dasar seseorang untuk tinggal dan menetap di suatu tempat
serta melangsungkan hidupnya dengan sejahtera.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman pada Bab III Pasal 5 berisi setiap warga negara
mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; dan setiap
warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta
dalam pembangunan perumahan.
Hal yang sama juga dijelaskan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT) Lampiran IV, yang
menyebutkan hal sebagai berikut. 1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomi. 2) Rumah sehat merupakan rumah sebagai tempat tinggal yang
memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan,
sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
3
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimal
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan
lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah
serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah yang merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang
tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan
populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit
serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat
memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak
diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Syarat rumah sehat yang tidak terpenuhi
dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental, maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah
pada kemiskinan dan masalah sosial.
Rumah memiliki arti penting dalam penjagaannya terhadap kesehatan
anggota keluarga yang menempati rumah tersebut. Banyak kasus kesehatan yang
terjadi karena tidak menerapkan standar rumah sehat, seperti dalam penelitian
oleh Yusup dan Sulistyorini (2005) tentang “Hubungan Sanitasi Rumah Secara
Fisik dengan Kejadian Ispa pada Balita” yang menyimpulkan bahwa a) terdapat
hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan
p=0,000; b) sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian
ISPA pada balita meliputi: kepadatan penghuni (p=0,005), ventilasi (p=0,009),
4
dan penerangan alami (p=0,047); c) sanitasi rumah secara fisik yang tidak
memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kelembaban
(p=0,143) dan suhu (p=0,179).
Pramudiyani dan Prameswari (2011) juga menjelaskan dengan judul
“Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia
Balita” berisi adanya hubungan antara luas ventilasi kamar, jenis lantai, kepadatan
hunian kamar dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini juga
menunjukkan adanya hubungan antara perilaku membuka jendela setiap pagi dan
siang hari, serta perilaku merokok dengan kejadian Pneumonia pada balita.
Namun, dalam hasil penelitian ini ditunjukkan tidak ada hubungan antara suhu
rumah, kelembaban rumah, kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan
kejadian Pneumonia pada balita.
Oktaviani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara
Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali”
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046),
pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah
(p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan
kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah memaparkan kasus-kasus
akibat tidak sesuainya kondisi rumah dengan kesehatan penghuni rumah maka
peneliti tertarik meneliti variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel terikat yang
5
dimaksud yaitu kualitas rumah hunian dengan dasar panduan penilaian rumah
sehat.
Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan
kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan
masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan,
kesehatan, dan pemukiman. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan
sekarang ini masih menghadapi masalah-masalah antara lain mengenai
kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tugas
pembangunan tersebut hanya akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan dan pengembangan
sumber daya manusia itu sendiri ditujukan pada perwujudan manusia
pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri,
produktif, kreatif, inovatif serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang lebih baik. Ciri kehidupan masyarakat yang baik antara
lain tercermin dari perilaku manusia dan kondisi pemukiman yang sehat.
Rendahnya kualitas kesehatan pemukiman merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa
muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini
merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan
lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan
tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk,
khususnya penghuni rumah masing-masing. Di samping itu, lingkungan dan
6
tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas
kerja dan daya guna seseorang. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas
pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya,
dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena
itu, baik pemerintah maupun masyarakat sudah sewajarnya menyadari bahwa
lingkungan pemukiman dan perumahan perlu diperhatikan kualitasnya dan perlu
pula diperhatikan persyaratan kesehatan di samping persyaratan teknisnya.
Masalah lingkungan dan perumahan tidak sehat, sebenarnya ditimbulkan
oleh perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mengetahui dan tidak menyadari
pentingnya lingkungan hidup sehat. Masalah lingkungan dan perumahan yang
dihadapi sebenarnya adalah masalah perubahan mental dan perilaku manusia
yang mungkin tanpa disadari telah menjadi manusia perusak alam lingkungannya
sendiri. Mereka harus diubah sikap mentalnya menjadi manusia yang mengetahui
dan menyadari pentingnya lingkungan dan rumah sehat. Upaya peningkatan
kesehatan perumahan hanya mungkin jika didukung oleh semua warganya.
Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat.
Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya
pengertian, pemahaman dan kesadaran dari penduduk itu sendiri, sehingga
apabila nanti sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi
dan upaya dari penghuni untuk memenuhi rumahnya masing-masing.
Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari.
Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan.
Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah
7
hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar
kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang
baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pemahaman pentingnya
kesehatan dalam rumah akan membuat setiap warga meningkatkan kualitas
hidupnya.
Berdasarkan data dinamis monografi Kelurahan Mangunsari semester II
Tahun 2011, jumlah penduduk dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan yaitu
1) tamat Sekolah Dasar/sederajat sejumlah 1253 orang; 2) tamat SMP/sederajat
sejumlah 644 orang; 3) tamat SMA/sederajat sejumlah 615 orang; 4) tamat
Akademi/sederajat sejumlah 96 orang; dan 5) tamat PT/sederajat sejumlah 103
orang. Data Statis Monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011 juga
menyebutkan bahwa jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah
1.164 rumah, yaitu: rumah menurut sifat dan bahannya: 1) dinding yang terbuat
dari batu/ gedung permanen sejumlah 791 rumah; 2) dinding yang terbuat dari
sebagian batu/ semi permanen sejumlah 215 rumah; dan 3) dinding yang terbuat
dari kayu/ papan sejumlah 158 rumah.
Penentuan lokasi penelitian mempertimbangan beberapa hal sebagai
berikut. 1) Lokasi penelitian merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan
Gunungpati yang berdasarkan data monografi terdiri dari 3 jenis rumah dengan
sifat dan bahan yang berbeda dengan kondisi pendidikan yang cukup baik. 2)
Lokasi penelitian merupakan daerah dengan luas wilayah 221.154 ha yang
terbagi menjadi 23 RT dan 5 RW dengan jumlah penduduk 4195 jiwa dan 1208
KK, sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data dalam waktu yang
8
singkat. 3) Lokasi penelitian lebih mudah diakses oleh peneliti selama proses
penelitian.
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas
Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.2.2. Bagaimana kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.2.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitiannya adalah:
1.3.1. Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
9
1.3.2. Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
1.3.3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.1.1.Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian.
1.4.1.2.Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
yang ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kualitas rumah hunian.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak
yang berkompeten dalam perancangan kebijakan untuk pembangunan
wilayah setempat.
10
1.5. PENEGASAN ISLTILAH
Peneliti memberikan batasan penelitian dalam penegasan istilah agar tidak
terjadi suatu kesalahpahaman tentang pengertian hubungan, tingkat pendidikan,
kualitas rumah hunian, dan penduduk seperti berikut ini.
1.5.1. Pengertian Hubungan
Hubungan adalah keadaan saling berkaitan antara jaringan yang terwujud
karena interaksi antar satuan-satuan yang aktif (KBBI 1990:313). Hubungan
dalam ilmu statistik yaitu hubungan kesejajaran antara 2 (dua) variabel atau lebih
(Sudjana 2002:167). Penelitian ini mengkorelasikan atau menghubungkan antara
tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari.
1.5.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan dalam
penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terakhir Kepala Keluarga
(KK) pada penduduk di Kelurahan Mangunsari.
1.5.3. Kualitas Rumah Hunian
Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri
dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal
dan sarana pembinaan keluarga. Hal yang sama juga disebutkan dalam UU No.1
Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
11
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung, fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2)
mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah
tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal
sementara.
Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah rumah dapat mewakili rumah
hunian jika rumah tersebut masih menjadi tempat tinggal penduduk. Standar
dalam menentukan kualitas rumah hunian dijelaskan dalam komponen rumah
sehat oleh DPU Cipta Karya (1994), yaitu: penyediaan ruang yang cukup, langit-
langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,
lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan
jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 2 halaman 86.
1.5.4. Penduduk
Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992, penduduk adalah orang
dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga
negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam
batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dalam penelitian ini adalah
sekelompok orang yang tinggal di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang.
12
1.6. PENELITIAN YANG RELEVAN
No. Penulis Tahun Judul Penelitian Kesimpulan
1. Kusumawati dkk
2008 Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
• Pendidikan kepala keluarga sebagian besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar, pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian kepala keluarga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berperilaku sehat sebesar 44,6%.
• Ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001.
2. Hermawan 2005 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
• Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;
• Terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;
• 3)Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.
3. Amalia 2009 Hubungan antara Pendidikan, Pendapatan
• Pendidikan pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kota
13
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta
Surakarta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%);
• Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) yaitu Rp 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000;
• Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat;
• Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada pedagang HIK; dan
• 5) Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada pedagang HIK.
Berdasarkan penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kulitas rumah hunian.
Dalam penelitian ini penulis beranggapan variabel penelitian penulis memiliki
kesamaan dari beberapa penelitian yang relevan tersebut karena saling
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel satunya. Penelitian ini
menghubungkan tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. TINGKAT PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri atas pengertian pendidikan;
dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan; jalur pendidikan; serta jenjang pendidikan.
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah memelihara
dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, penduduk, dan bangsa.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
2.1.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan nasional
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
14
15
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.1.3. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, ketiga jalur
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.3.1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
2.1.3.2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
2.1.3.3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
2.1.4. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
menyebutkan jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, dengan penjelasan sebagai berikut.
16
2.1.4.1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
2.1.4.2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri
atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
2.1.4.3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi, yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem
terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan
cara hidup di balik kehidupan. Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa manusia
dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar
(Mulyasana 2011:12). Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan
17
formal yang terbagi dalam tahun belajar yaitu selama ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12
tahun, dan > 12 tahun.
Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan
kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan
tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah
diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk
mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.
2.2. KUALITAS RUMAH
Kualitas rumah dalam penelitian ini terdiri atas pengertian rumah; rumah
sehat, dan syarat rumah sehat.
2.2.1. Pengertian Rumah
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area
sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(UU RI No.4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ VII/ 1999
menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Selain itu, Hayward dalam
Kasjono (2011:21-22), mengemukakan beberapa konsep tentang rumah, yaitu 1)
Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan
tata nilai selera pribadi penghuninya; 2) Rumah sebagai wadah keakraban, rasa
18
memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih, dan rasa aman; 3) Rumah sebagai
tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari
tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin; 4) Rumah sebagai akar dan
kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan
rasa kasinambungan dalam untaian proses ke masa depan; 5) Rumah sebagai
wadah kegiatan utama sehari-hari; 6) Rumah sebagai pusat jaringan sosial; 7)
Rumah sebagai struktur fisik.
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, rumah memiliki arti penting
dalam mendukung kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang baik dalam
setiap pekerjaan atau kegiatannya dan merupakan bentuk ekspresi penghuninya.
Oleh karena itu, perlu diupayakan pembangunannya sesuai standar rumah sehat
untuk mencapai derajat kesehatan dan mendukung tujuan tersebut.
2.2.2. Rumah Sehat
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan dari pengertian
tersebut, rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehinggga menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, maupun sosial.
2.2.3. Syarat Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan rumah tinggal dilihat dari kondisi fisik dan biologik
di dalam rumah yang memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan
No.829/MENKES/VII/1999, menyangkut persyaratan bahan bangunan,
19
komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi,
binatang penular penyakit, air, sarana penyimpan makanan yang aman, limbah,
dan kepadatan hunian ruang tidur.
Menurut Ditjen Cipta Karya, Syarat Rumah Sehat adalah sebagai berikut.
2.2.3.1.Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang
mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik
terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b)
penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah
sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti
lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti
bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya.
2.2.3.2.Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan
rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin
keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk
menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan
gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin
keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan, dan c) penggunaan bahan
tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk
bagian yang selalu basah.
2.2.3.3.Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan
nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a)
penyediaan ruangan yang cukup, b) ukuran ruangan yang sesuai dengan
kegiatan penghuni di dalamnya, c) penataan ruangan yang cukup baik, d)
20
dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur
sesuai kebutuhan.
2.2.3.4.Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh,
diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan
kemampuan pendapatan keluarga.
Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) dijelaskan faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah adalah sebagai berikut.
2.2.3.1.Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat
di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan atau di tepi pantai, di
kelurahan atau di kota, di daerah dingin atau di daerah panas, di daerah
pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas
gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu
disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya,
bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa
harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah
di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
serangan-serangan binatang buas;
2.2.3.2.Tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga
bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang
murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya. Perlu dicatat
21
bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja,
namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan
menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup, langit-
langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,
lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan
jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 2 halaman 86.
2.3. PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI
Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan
Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha
yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kepala
Keluarga (KK) di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah
penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai
empat anggota keluarga di rumahnya.
2.4. HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS
RUMAH HUNIAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia.
Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap
22
manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam
diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau
menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan
memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.
Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban
pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hak-
hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur
formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam
UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain
kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan
respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan
23
(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah
(sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku
ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat
berperilaku tertentu.
Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa seseorang dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan
(pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan
kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan
perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.
2.5. KERANGKA BERFIKIR
Penduduk berkualitas adalah penduduk yang sehat sehingga dapat
menjalankan segala aktivitas untuk menunjang kehidupannya dan dapat dilihat
dari lingkungan perumahan yang sehat. Usaha untuk mencapai lingkungan
perumahan yang sehat dilakukan jika penduduk sudah menyadari pentingnya
rumah sehat yang bisa diperoleh atau telah melalui usaha pendidikan secara
bertahap agar terjadi suatu perubahan. Pendidikan membuat seseorang yang pada
awalnya tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak tahu menjadi tahu.
Peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah dapat
dilalui dengan tahapan dalam proses pendidikan. Standar kesehatan yang
diusahakan dimulai dari upaya peningkatan kualitas rumah hunian atau
pembangunan rumah sehat.
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian yang
relevan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan
24
dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berikut ditampilkan gambar yang
menjelaskan kerangka berpikir secara singkat.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6. HIPOTESIS
Berdasarkan pemaparan latar belakang, kajian pustaka, kerangka berpikir,
dan analisis penelitian yang relevan, maka peneliti mengemukakan hipotesis ada
hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian
pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang.
Pendidikan
Rumah Tidak Sehat
Rumah Sehat
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Penduduk Sehat
Lingkungan Sehat
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. POPULASI PENELITIAN
Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011,
populasi penelitian ini terdiri atas 1208 Kepala Keluarga (KK) yang berada di
Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Merujuk pada
data dinamis Kelurahan Mangunsari, lokasi tersebut terdiri atas 5 Rukun Warga
(RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 4195 jiwa.
3.2. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random
sampling yang menurut Sugiyono (2010:120-122) teknik ini melalui dua tahap
yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan
sampel orang yang ada pada daerah itu secara acak dengan proporsional.
Berdasarkan tingkat pendidikan dan variasi jenis bangunan atau tipe rumah yang
bervariasi dari data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011,
maka ditentukan sampel daerahnya adalah RW 1. Tahap berikutnya untuk
menentukan sampel orang (responden) secara proporsional dengan mengambil
25% nama kepala keluarga dari masing-masing RT di RW 1 secara acak dan dari
25
26
337 kepala keluarga di RW 1 diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden.
Perhitungan pengambilan jumlah KK dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1
No. Nama Lingkungan Jumlah KK Sampel 1 RT 1 71 18 2 RT 2 71 18 3 RT 3 66 16 4 RT 4 52 13 5 RT 5 77 19
Jumlah 337 84 Sumber: Data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011 semester II
3.3. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
penelitian (Arikunto 2002:96). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
3.3.1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:61). Varibel
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga. Variabel
tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal terakhir kepala keluarga.
Tingkat pendidikan formal dikategorikan dengan pembagian berdasarkan waktu
responden menempuh pendidikan formal, yaitu:
3.3.1.1. tidak sekolah sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya);
3.3.1.2. kelas 7 sampai dengan kelas 9 (SLTP/sederajatnya);
3.3.1.3. kelas 10 sampai dengan kelas 12 (SLTA/sederajatnya);
27
3.3.1.4. lebih dari kelas 12 (Akademi/PT/sederajatnya).
3.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Varibel terikat dalam penelitian ini
adalah kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berpedoman pada penilaian rumah
sehat dengan kategori sebagai berikut:
3.3.2.1. penyediaan ruang yang cukup;
3.3.2.2. langit-langit;
3.3.2.3. atap rumah;
3.3.2.4. dinding;
3.3.2.5. lantai;
3.3.2.6. jendela;
3.3.2.7. peranginan atau ventilasi udara;
3.3.2.8. lubang asap dapur;
3.3.2.9. penerangan atau pencahayaan;
3.3.2.10. penyediaan air bersih;
3.3.2.11. pembuangan air limbah;
3.3.2.12. pembuangan sampah;
3.3.2.13. penghijauan halaman rumah; dan
3.3.2.14. jamban.
Kriteria subvariabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 yang berupa
kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian halaman 85.
28
3.4. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi dan metode observasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger,
legenda, dan sebagainya (Arikunto 2010:274). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dari Data
Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011, peta Kelurahan Mangunsari, serta
data tingkat pendidikan penduduk yang diperoleh dari kartu keluarga atau ijazah
kepala keluarga.
3.4.2. Metode Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang
diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium)
maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Sambas Ali Muhidin
2005:175). Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang
kualitas rumah hunian kepala keluarga Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
persentase dan teknik analisis korelasi Product Moment yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
29
3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase
Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran kondisi responden atau
penduduk mengenai tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
3.5.1.1.Variabel tingkat pendidikan
3.5.1.1.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)
Skor 1 jika belajar ≤ 6 tahun
Skor 2 jika belajar 7 – 9 tahun
Skor 3 jika belajar 10 – 12 tahun
Skor 4 jika belajar > 12 tahun
3.5.1.1.2. Menentukan kriteria
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Pendidikan
No. Skor Kriteria (Tingkat Pendidikan)
1. 4 Sangat tinggi 2. 3 Tinggi 3. 2 Cukup tinggi 4. 1 Rendah
Sumber: Hasil perhitungan
3.5.1.1.3. Membuat tabel frekuensi
Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah
frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.3
menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan
Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
30
Tabel 3.3 Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan
No. Kriteria (Tingkat Pendidikan) Skor Jumlah
(f) Persentase
( %) 1. Sangat tinggi 4 - - 2. Tinggi 3 - - 3. Cukup tinggi 2 - - 4. Rendah 1 - - ∑f
Sumber: Hasil perhitungan
Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.
Keterangan:
f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.1.4. Deskripsi
Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah
ditabulasikan kemudian dideskripsikan.
3.5.1.2.Variabel kualitas rumah hunian
3.5.1.2.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)
Pertanyaan dari setiap subvariabel diberi empat pilihan jawaban yaitu:
kurang baik (diberi skor 1), baik (diberi skor 2), cukup baik (diberi skor 3), dan
sangat baik (diberi skor 4)
3.5.1.2.2. Menentukan kriteria
3.5.1.2.2.1.Menentukan skor maksimal
Skor maksimal = jumlah item x skor maksimal
= 14 x 4
= 56
Persentase = (f : ∑f) x 100%
31
3.5.1.2.2.2.Menentukan skor minimal
Skor minimal = jumlah item x skor minimal
= 14 x 1
= 14
3.5.1.2.2.3.Menentukan rentang skor (range)
Range = skor maksimal – skor minimal
= 56 – 14
= 42
3.5.1.2.2.4.Menentukan interval
Intervalrange
banyak kriteria
424
10,5
3.5.1.2.2.5.Menentukan kriteria
Kriteria kualitas rumah hunian penduduk dalam penelitian ini dibagi
menjadi empat kriteria, yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.
Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Rumah Hunian
No. Skor Kualitas Rumah Hunian 1. 45,50 – 56,00 Sangat baik 2. 35,00 – <45,50 Baik 3. 24,50 – <35,00 Cukup baik 4. 14,00 – <24,50 Kurang baik
Sumber: Hasil perhitungan
3.5.1.2.3. Membuat tabel frekuensi
Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah
frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.5
32
menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan
Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Tabel 3.5 Frekuensi Variabel Kualitas Rumah Hunian
No. Kualitas Rumah Hunian Skor Jumlah (f) Persentase (%) 1. Sangat baik 45,50 – 56,00 - - 2. Baik 35,00 – <45,50 - - 3. Cukup baik 24,50 – <35,00 - - 4. Kurang baik 14,00 – <24,50 - - ∑f
Sumber: Hasil perhitungan
Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.
Keterangan:
f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.2.4. Deskripsi
Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah
ditabulasikan kemudian dideskripsikan.
3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan
Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Asumsi yang digunakan
dalam penelitian ini bahwa jika tingkat pendidikan tinggi maka kualitas rumah
huniannya juga baik, yang digambarkan dalam skema sebagai berikut.
Persentase = (f : ∑f) x 100%
33
Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
Kualitas Rumah Hunian
Asumsi tersebut kemudian dihitung dengan rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut.
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel
Y = Skor total
X = Skor butir
N = Jumlah subyek (Arikunto 2010: 317)
Hasil perhitungan Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan
harga rtabel. Kriteria valid jika rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2003: 146).
Variabel X (Tingkat Pendidikan
Masyarakat)
Variabel Y (Kualitas Rumah
Hunian)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Gambaran umum daerah penelitian ini mengemukakan mengenai kondisi
fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.
4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian
4.1.1.1 Letak astronomis
Daerah penelitian adalah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. Berdasarkan Peta RBI Bakosurtanal lembar 1408-544 Jatingaleh
dan lembar 1408-543 Boja, letak astronomis Kelurahan Mangunsari adalah
110022’16” BT - 110023’20” BT dan 07004’25” LS - 07005’27” LS.
4.1.1.2 Letak administrasi
Letak administrasi Kelurahan Mangunsari yang merupakan bagian dari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Ngijo
Sebelah timur : Kelurahan Pakintelan
Sebelah selatan : Kelurahan Sumurrejo
Sebelah barat : Kelurahan Plalangan
34
35
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Mangunsari
36
4.1.1.3 Penggunaan lahan
Kelurahan Mangunsari terletak pada ketinggian 307 mdpl dengan suhu
minimum 30C dan suhu maksimum 330C. Banyaknya curah hujan di Kelurahan
Mangunsari adalah 300mm/tahun. Luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah
221.154 ha dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penggunaan lahan di
Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari
No. Penggunaan Lahan Jumlah (ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah
a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Tadah hujan/sawah rendengan
29.000 76.170 17.000
11,86 31,16 6,95
2. Tanah kering a. Pekarangan/bangunan/emplasement b. Tegal/kabun
66.647 32.967
27,26 13,48
3. Tanah keperluan fasilitas umum a. Sarana pendidikan b. Sarana sosial
2.550
20.150
1,04 8,24
Jumlah 244.484 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Kelurahan Mangunsari merupakan wilayah pinggiran Kota Semarang yang
terletak di Kecamatan Gunungpati yang masih memiliki karakteristik pedesaan.
Hal ini ditunjukkan dengan luas areal persawahan yang berupa sawah irigasi
setengah teknis mencapai 76.170 ha (31,16%) dan hanya 2.550 ha (1,04%) yang
digunakan sebagai sarana pendidikan.
37
Gambar 4.2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Mangunsari
38
4.1.1.4 Jumlah rumah penduduk
Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1164 buah.
Pembagian rumah menurut sifat dan bahannya berdasarkan data monografi
Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini.
Tabel 4.2. Jumlah Rumah Penduduk menurut Sifat dan Bahannya di Kelurahan Mangunsari
No. Rumah Menurut Sifat dan Bahannya Jumlah (rumah) Persentase (%) 1. Dinding terbuat dari batu/gedung
permanen 791 67,96
2. Dinding terbuat dari sebagian
batu/gedung/semi permanen 215 18,47
3. Dinding terbuat dari kayu/papan 158 13,57 Jumlah 1.164 100,00
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Jumlah rumah penduduk sebanyak 1.164 rumah tidak sebanding dengan
jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yang berjumlah 1.208 kepala
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu kepala keluarga
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
4.1.1.5 Jumlah pemakai air minum
Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.3. Jumlah Pemakai Air Minum Penduduk di Kelurahan Mangunsari
No. Sumber Air Minum Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. PAM 158 8,37 2. Badan Pengelola Air 577 30,56 3. Sumur 1.153 61,07 Jumlah 1.888 100,00
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
39
4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian
Berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011,
luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun
Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kondisi sosial daerah penelitian
menjelaskan tentang data mengenai jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan
susunan penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, dan tingkat
pendidikannya.
4.1.2.1 Jumlah penduduk menurut kelompok umur
Jumlah penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun
2011, terdapat 1.208 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4195 jiwa, maka
setiap kepala keluarga memiliki anggota keluarga rata-rata sebanyak 3 jiwa.
4.1.2.2 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunsari sangat beragam
yaitu sebagai petani, pengusaha sedang/besar, pengrajin/industri kecil, buruh
industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan,
No Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 0 – 5 661 15,76 2 6 – 16 590 14,06 3 17 – 25 693 16,52 4 26 – 55 1.557 37,12 5 55 tahun ke atas 694 16,54
Jumlah 4.195 100,00
40
Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pensiunan (ABRI/PNS), dan peternak.
Khusus mata pencaharian peternak dapat dibagi menjadi peternak sapi perah ada
18 jiwa dengan jumlah ternak 40 ekor, peternak sapi biasa ada 13 jiwa dengan
jumlah ternak 41 ekor, peternak kerbau ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 34 ekor,
peternak kambing ada 36 dengan jumlah ternak 161 ekor, peternak ayam ada 3
dengan jumlah ternak 65.000 ekor, dan peternak itik ada 19 dengan jumlah ternak
1.000 ekor. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Petani
a. Petani pemilik tanah b. Petani penggarap tanah c. Buruh tani
741 398 378
27,13 14,57 13,84
2 Pengusaha sedang/besar 8 0,29 3 Pengrajin/Industri kecil 8 0,29 4 Buruh Industri 290 10,62 5 Buruh Bangunan 298 10,91 6 Buruh Pertambangan 45 1,65 7 Pedagang 131 4,80 8 Pengangkutan 61 2,23 9 Pegawai Negeri Sipil 133 4,87 10 ABRI 51 1,87 11 Pensiunan (ABRI/PNS) 82 3,00 12 Peternak 107 3,92
Jumlah 2731 100,00 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
Penduduk Kelurahan Mangunsari dilihat dari jenis mata pencahariannya
sebagian besar merupakan petani pemilik tanah yaitu sejumlah 741 jiwa (27,13%).
Jenis mata pencaharian ini lebih besar dibandingkan dengan jenis mata
41
pencaharian yang lain terutama yang jumlahnya masih sedikit adalah pengusaha
sedang/besar dan pengrajin/industri kecil masing-masing sejumlah 8 jiwa (0,29%).
4.1.2.3 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Mangunsari cukup beragam.
Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
penduduk paling banyak jumlahnya di Kelurahan Mangunsari adalah tamat
SD/sederajat yaitu 1253 jiwa (46,22%) dan terendah adalah tamat
akademi/sederajat yaitu 96 jiwa (3,54%).
Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Tamat SD/sederajat 1253 46,22 2 Tamat SLTP /sederajat 644 23,76 3 Tamat SLTA /sederajat 615 22,69 4 Tamat akademi /sederajat 96 3,54 5 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 103 3,80
Jumlah 2711 100,00 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mengemukakan mengenai jenis kelamin responden,
umur responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, dan pendidikan
responden.
4.2.1 Jenis kelamin responden
Berdasarkan penelitian, jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki 78
responden atau 92,86 % dan perempuan ada 6 responden atau 7,14 %. Data
diperoleh seperti pada tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6
halaman 91.
42
Tabel 4.7 Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Mangunsari
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Laki-laki 78 92,86 2. Perempuan 6 7,14 Jumlah 84 100,00
Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
4.2.2 Umur responden
Berdasarkan penelitian mengenai umur responden, diperoleh data seperti
pada tabel 4.11 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.
Tabel 4.8 Umur Responden di Kelurahan Mangunsari No. Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 25 – 37 20 23,81 2. 38 – 50 44 52,38 3. 51 – 62 16 19,05 4. 63 – 75 3 3,57 5. 76 – 87 1 1,19 Jumlah 84 100,00
Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Berdasarkan 84 responden, jumlah penduduk yang paling banyak adalah
pada kelompok umur 38 – 50 tahun yaitu 44 responden atau 52,38 %, sedangkan
yang terkecil pada kelompok umur 76 – 87 tahun yaitu 1 responden atau 1,19 %.
4.2.3 Mata pencaharian responden
Pengambilan data tentang mata pencaharian responden diperoleh seperti
pada tabel 4.12 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mata pencaharian
kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari paling banyak sebagai buruh bangunan
yaitu 17 responden atau 20,24 %, sedangkan yang paling sedikit sebagai ABRI
dan pengrajin/industri kecil yaitu masing-masing 2 responden atau 2,38 %.
43
Tabel 4.9 Mata Pencaharian Responden di Kelurahan Mangunsari
No Pekerjaan Responden Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Petani
a. Petani penggarap tanah b. Buruh tani
8 6
9,52 7,14
2 Pengrajin/Industri kecil 2 2,38 3 Buruh Industri 15 17,86 4 Buruh Bangunan 17 20,24 5 Pedagang 15 17,86 6 Pengangkutan 5 5,95 7 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8 9,52 8 ABRI/TNI 2 2,38 9 Pensiunan (ABRI/PNS) 6 7,14
Jumlah 84 100,00 Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
4.2.4 Pendapatan responden
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan kepala keluarga
sebagai responden dapat dilihat pada tabel 4.13 dan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 6 halaman 91.
Tabel 4.10 Pendapatan Responden di Kelurahan Mangunsari
No. Pendapatan Responden (Rupiah) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 100.000 - <800.000 33 39,29 2 800.000 - <1.500.000 29 34,52 3 1.500.000 - <2.200.000 12 14,29 4 2.200.000 - <2.900.000 1 1,19 5 2.900.000 - <3.600.000 8 9,52 6 3.600.000 - <4.300.000 0 0,00 7 4.300.000 - 5.000.000 1 1,19 Jumlah 84 100,00
Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Pendapatan yang diperoleh sejiwa kepala keluarga paling banyak pada
kisaran 100.000 - 800.000 yaitu 33 responden atau 39,29 %.
44
4.2.5 Tingkat pendidikan responden
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pendidikan responden, dapat
diketahui bahwa 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah
(belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi
(SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK)
dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Data dijabarkan pada tabel 4.6
berikut ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91 dan
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 94.
Tabel 4.11 Tingkat Pendidikan Responden
No. Kriteria Pendidikan Responden Skor Jumlah (jiwa) Persentase (%)1. Rendah (Tidak sekolah – SD) 4 36 42,86 2. Cukup tinggi (SMP/sederajat) 3 20 23,81 3. Tinggi (SMA/ sederajat) 2 22 26,19 4. Sangat tinggi (Perguruan Tinggi) 1 6 7,14 Jumlah 84 100,00
Sumber : Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, lebih lanjut disajikan dalam bentuk
diagram batang seperti pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk
7,14
26,19 23,81
42,86
01020304050
Sangat tinggi
Tinggi Cukup tinggi
Rendah
Frek
uens
i
Persentase
45
4.2.6 Kualitas rumah hunian responden
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kriteria kualitas rumah hunian
penduduk di Kelurahan Mangunsari yang menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah)
dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam
kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan
kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk
kriteria kurang baik. Data kualitas rumah hunian penduduk dapat dilihat pada
tabel 4.7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91 dan
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 94.
Tabel 4.12 Kualitas Rumah Hunian Penduduk
No. Kriteria Skor Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Sangat Baik 45,50 – 56,00 16 19,0 2. Baik 35,00 – <45,50 65 77,4 3. Cukup Baik 24,50 – <35,00 3 3,6 4. Kurang Baik 14,00 – <24,50 0 0,0 Jumlah 84 100,0
Sumber : Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, lebih lanjut disajikan dalam bentuk
diagram batang seperti pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.4 Kualitas Rumah Hunian Penduduk
19.0
77.4
3.6 0.00.0
20.040.060.080.0
100.0
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Frek
uens
i
Persentase
46
Berdasarkan uraian tersebut, berikut dipaparkan penjelasan variabel
kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari dari data lapangan yang
diperoleh dengan wawancara dan observasi yaitu: penyediaan ruang yang cukup,
langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,
lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan
jamban.
1) Penyediaan ruang yang cukup
Terdapat empat kondisi luas rumah responden yang dimungkinkan
berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.13 Komponen Luas Rumah Responden
No. Komponen Luas Rumah Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Sesuai standar per jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2
Sangat Baik 37 44,0
2. Sesuai standar per jiwa (Indonesia) seluas 9,0 m2
Baik 28 33,3
3. Sesuai standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2
Cukup Baik 14 16,7
4. Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2
Kurang Baik 5 6,0
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dikemukakan bahwa luas rumah dari 84
rumah yang diteliti, terdapat 37 rumah (44,0%) dengan kondisi sangat baik,
28 rumah (33,3%) dengan kondisi baik, 14 rumah (16,7%) dengan kondisi
cukup baik, dan 5 rumah (6,0%) dengan kondisi kurang baik. Dengan
demikian luas rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi
47
standar internasional dengan ditandai 37 rumah (44,0%) dalam kondisi sangat
baik.
2) Langit-langit
Terdapat empat kondisi langit-langit rumah responden yang
dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.14 Komponen Langit-langit Rumah Responden
No. Komponen Langit-langit Rumah Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, bersih, dan tidak rawan
kecelakaan Sangat Baik 29 34,5
2. Ada, kotor, sulit dibersihkan Baik 7 8,3 3. Ada, kotor, sulit dibersihkan,
dan sudah rusak Cukup Baik 1 1,2
4. Tidak ada Kurang Baik 47 56,0 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.9, dapat dikemukakan bahwa unsur langit-langit
dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 29 rumah (34,5%) dengan kondisi sangat
baik, 7 rumah (8,3%) dengan kondisi baik, 1 rumah (1,2%) dengan kondisi
cukup baik, dan 47 rumah (56,0%) dengan kondisi kurang baik. Dengan
demikian unsur langit-langit rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang
tidak memenuhi standar dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dalam kondisi
kurang baik.
48
Gambar 4.5 Rumah tanpa Langit-Langit Rumah
Langit-langit rumah dalam kondisi sangat baik, baik, dan kurang baik
di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada gambar 4.5, gambar 4.6, dan
gambar 4.7. Langit-langit rumah kondisi kurang baik dapat diamati pada
gambar 4.5 dimana rumah responden 1 di RT 1 RW 1 tersebut tidak memiliki
langit-langit.
Gambar 4.6 Langit-Langit Rumah yang Kotor
Langit-langit rumah kondisi baik dapat diamati pada gambar 4.6
dimana langit-langit rumah responden 30 di RT 2 RW 1 cukup aman namun
keadaannya kotor. Langit-langit rumah kondisi sangat baik dapat diamati
49
pada gambar 4.7 dimana langit-langit rumah responden 29 di RT 2 RW 1
dalam keadaan aman dan keadaannya bersih.
Gambar 4.7 Langit-Langit Rumah yang Bersih dan Terawat
3) Atap rumah
Terdapat satu kondisi dari empat kondisi atap rumah responden yang
dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.10.
Tabel 4.15 Komponen Atap Rumah Responden
No. Komponen Atap Rumah Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Cor (semen)/Asbes Sangat Baik 0 0,0 2. Genteng Baik 84 100,0 3. Seng Cukup Baik 0 0,0 4. Ijuk Kurang Baik 0 0,0
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dikemukakan bahwa semua atap rumah
responden atau 84 rumah (100,0%) dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan
atap rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah disusun
dari genteng dengan ditandai 84 rumah (100,0%) dalam kondisi baik.
50
Gambar 4.8 Atap Rumah dari Genteng
Semua sampel yang diteliti dalam penelitian ini memiliki atap rumah
genteng meskipun ada beberapa yang rusak atau sebagian atap rumahnya
berupa asbes ataupun seng. Kondisi tersebut dapat diamati dalam gambar 4.8
dimana atap rumah responden 30 di RT 2 RW 1 berupa genteng.
4) Dinding
Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi dinding rumah responden
yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.11.
Tabel 4.16 Komponen Dinding Rumah Responden
No. Komponen Dinding Rumah Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) atau papan kedap air
Sangat Baik
68 81,0
2. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air
Baik 3 3,6
3. Terbuat dari kayu/ papan Cukup Baik 13 15,5 4. Tidak permanen (anyaman
bambu/ ilalang) Kurang Baik
0 0,0
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
51
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dikemukakan bahwa unsur dinding
rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 68 rumah (81,0%) dengan kondisi
sangat baik, 3 rumah (3,6%) dengan kondisi baik, dan 13 rumah (15,5%)
dengan kondisi cukup baik. Dengan demikian unsur dinding rumah di
Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standar bahan
permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester) atau papan kedap air
dengan ditandai 68 rumah (81,0%) dalam kondisi sangat baik.
Kondisi dinding rumah di lokasi penelitian ada yang masih sederhana
karena dinding rumahnya berbahan kayu seperti gambar 4.9 yang dimiliki
oleh responden 56 di RT 4 RW 1 serta dinding anyaman bambu yang dimiliki
oleh responden 37 di RT 5 RW 1 ditunjukkan pada gambar 4.10.
Gambar 4.9 Rumah dengan Dinding Kayu
Gambar 4.10 Rumah dengan Dinding Anyaman Bambu
52
5) Lantai
Terdapat empat kondisi lantai rumah responden yang dimungkinkan
berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.17 Komponen Lantai Rumah Responden
No. Komponen Lantai Rumah Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih
Sangat Baik 66 78,6
2. Kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu
Baik 11 13,1
3. Plesteran yang retak dan berdebu
Cukup Baik 6 7,1
4. Tanah Kurang Baik 1 1,2 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dikemukakan bahwa unsur lantai rumah
dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 66 rumah (78,6%) dengan kondisi sangat
baik, 11 rumah (13,1%) dengan kondisi baik, 6 rumah (7,1%) dengan kondisi
cukup baik, dan 1 rumah (1,2%) dengan kondisi kurang baik. Dengan
demikian unsur lantai rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah
memenuhi bahan yang kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah
panggung), serta terawat dan bersih dengan ditandai 66 rumah (78,6%) dalam
kondisi sangat baik.
Lantai rumah kondisi sangat baik yang berupa lantai keramik kedap
air contohnya dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1. Kondisi tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.11. Lantai yang kurang baik meskipun dalam
53
kriteria baik karena berupa lantai plester namun dalam kondisi yang rusak
seperti gambar 4.12 dimana lantai rumah di kamar mandi yang rusak yang
dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.11 Rumah dengan Lantai Keramik
Gambar 4.12 Rumah dengan Lantai Kamar Mandi yang Rusak
Ada beberapa rumah dengan tidak keseluruhan lantai rumahnya
menggunakan lantai yang kedap air, karena ada rumah dengan kondisi
setengah bagian rumahnya yang kedap air dan setengahnya masih berupa
lantai tanah, misalnya bagian dapur pada gambar 4.13 yang dimiliki oleh
responden 56 di RT 4 RW 1.
54
Gambar 4.13 Dapur Tradisional Rumah Responden
Ada juga kondisi lantai kamar mandi yang seharusnya dengan lantai
dan dinding kedap air, tapi beberapa rumah justru kondisinya kurang baik
karena lantai dan dindingnya rusak, seperti gambar 9.14 dimana kondisi WC
dengan penutup (dinding) yang rusak yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1
RW 1.
Gambar 4.14 Rumah Responden dengan Dinding dan Lantai yang Rusak
6) Jendela
Terdapat empat kondisi jendela kamar tidur rumah responden yang
dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.13.
55
Tabel 4.18 Komponen Jendela Kamar Tidur Rumah Responden
No. Komponen Jendela Kamar Tidur Rumah Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, luas jendela ≥ 10% dari
luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat
Sangat Baik 1 1,2
2. Ada, luas jendela ≥ 10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis
Baik 76 90,5
3. Ada, luas jendela ≤10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat
Cukup Baik 5 6,0
4. Tidak ada jendela Kurang Baik 2 2,4 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dikemukakan unsur jendela kamar tidur
dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 1 rumah (1,2%) dengan kondisi sangat
baik, 76 rumah (90,5%) dengan kondisi baik, 5 rumah (6,0%) dengan kondisi
cukup baik, dan 2 rumah (2,4%) dengan kondisi kurang baik. Dengan
demikian unsur jendela kamar tidur rumah di Kelurahan Mangunsari banyak
yang sudah memenuhi standar ada, luas jendela ≥ 10% dari luas lantai dan
bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis dengan ditandai 76
rumah (90,5%) dalam kondisi sangat baik.
Gambar 4.15 Jendela Rumah Tanpa Teralis
56
Fungsi jendela sebagai tempat pergantian udara atau masuknya cahaya
dapat diamati pada gambar 4.15 dimana jendela yang dapat dibuka setiap saat
tanpa teralis yang dimiliki oleh responden 4 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.16
Tipe jendela yang aman tanpa teralis yang dimiliki oleh responden 3 di RT 1
RW 1.
Gambar 4.16 Bentuk Jendela yang juga Berfungsi seperti Teralis
7) Peranginan atau ventilasi udara
Terdapat empat kondisi ventilasi udara rumah responden yang
dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.19 Komponen Ventilasi Udara Rumah Responden
No. Komponen Ventilasi Udara Rumah Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, luas ventilasi permanen
≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk
Sangat Baik 1 1,2
2. Ada, luas ventilasi permanen ≥ 5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk
Baik 77 91,7
3. Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai
Cukup Baik 6 7,1
4. Tidak ada ventilasi Kurang Baik 0 0,0 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
57
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dikemukakan bahwa ventilasi udara dari
84 rumah yang diteliti, terdapat 1 rumah (1,2%) dengan kondisi sangat baik,
77 rumah (91,7%) dengan kondisi baik, dan 6 rumah (7,1%) dengan kondisi
cukup baik. Dengan demikian unsur ventilasi udara di Kelurahan Mangunsari
banyak yang sudah memenuhi standar ada, luas ventilasi permanen ≥ 5% dari
luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk dengan ditandai 77 rumah
(91,7%) dalam kondisi sangat baik.
Ventilasi udara yang baik harus memiliki pelindung dari nyamuk
untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah, namun hampir sebagian
besar rumah yang menjadi sampel penelitian tidak memiliki pelindung dari
nyamuk untuk ventilasinya seperti pada gambar 4.17 yang dimiliki oleh
responden 26 di RT 2 RW 1.
Gambar 4.17 Ventilasi Rumah Responden Tanpa Pelindung dari Nyamuk
8) Lubang asap dapur
Terdapat empat kondisi lubang asap dapur rumah responden yang
dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.15.
58
Tabel 4.20 Komponen Lubang Asap Dapur Rumah Responden
No. Komponen Lubang Asap Dapur Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada pelindung dari nyamuk
Sangat Baik
3 3,6
2. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk
Baik 73 86,9
3. Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis
Cukup Baik
6 7,1
4. Tidak ada lubang asap dapur Kurang Baik
2 2,4
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dikemukakan bahwa lubang asap dapur
dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 3 rumah (3,6%) dengan kondisi sangat
baik, 73 rumah (86,9%) dengan kondisi baik, 6 rumah (7,1%) dengan kondisi
cukup baik, dan 2 rumah (2,4%) dengan kondisi kurang baik. Dengan
demikian lubang asap dapur di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah
memenuhi standard ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur
(asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang
sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk dengan ditandai 73 rumah
(86,9 %) dalam kondisi baik.
59
Gambar 4.18 Dapur tanpa Lubang Asap Dapur
Kondisi dapur juga tidak luput dari perhatian dalam pengaturan
lubang ventilasi maupun pencahayaan merupakan bagian penting dalam
sebuah rumah. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka akan terlihat seperti
gambar 4.18 dimana dapur tanpa pencahayaan dan ventilasi yang sekaligus
sebagai keluarnya asap dapur belum memadai ditunjukkan oleh rumah
responden 38 di RT 5 RW 1. Rumah yang memperhatikan ventilasi dan
pencahayaan di dapur dapat dilihat pada gambar 4.19 dimana dapur dengan
pencahayaan dan ventilasi yang memadai yang dimiliki oleh responden 1 di
RT 1 RW 1.
Gambar 4.19 Dapur dengan Pencahayaan dan Ventilasi yang Memadai
60
9) Penerangan atau pencahayaan
Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi pencahayaan alami dan
buatan rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.21 Komponen Pencahayaan Alami dan Buatan Rumah Responden
No. Komponen Pencahayaan Alami dan Buatan Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Terang dan tidak silau sehingga
dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil)
Sangat Baik 47 56,0
2. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil)
Baik 29 34,5
3. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil), tapi masih dapat membaca huruf besar
Cukup Baik 8 9,5
4. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca
Kurang Baik 0 0,0
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dikemukakan bahwa pencahayaan alami
dan buatan dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 47 rumah (56,0%) dengan
kondisi sangat baik, 29 rumah (34,5%) dengan kondisi baik, dan 8 rumah
(9,5%) dengan kondisi cukup baik. Dengan demikian pencahayaan alami dan
buatan di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard
terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan
normal (huruf kecil) dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dengan kondisi
sangat baik.
61
Kondisi jendela dan ventilasi rumah yang baik untuk masuknya
cahaya ke dalam rumah dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1 seperti yang
terlihat pada gambar 4.20.
Gambar 4.20 Jendela dan Ventilasi Rumah untuk Masuknya Cahaya
10) Penyediaan air bersih
Terdapat dua kondisi dari empat kondisi penyediaan air bersih rumah
responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.22 Komponen Penyediaan Air Bersih Rumah Responden
No. Komponen Penyediaan Air Bersih Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan Sangat Baik 83 98,8
2. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
Baik 1 1,2
3. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
Cukup Baik 0 0,0
4. Tidak ada dan kadang-kadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
Kurang Baik 0 0,0
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
62
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dikemukakan bahwa penyediaan air
bersih dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 83 rumah (98,8%) dengan kondisi
sangat baik dan 1 rumah (1,2%) dengan kondisi baik. Dengan demikian
penyediaan air bersih di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah
memenuhi standard ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan dengan
ditandai 83 rumah (98,8%) dalam kondisi sangat baik.
Hampir seluruh penduduk Kelurahan Mangunsari menggunakan
sumber air PAM yang berasal dari sumur artesis yang dibuat dari dana warga
tertentu dan penduduk yang ingin memanfaatkan air dari sumur artesis
tersebut hanya cukup membayar seperti sistem menggunakan PAM setiap
bulannya. Pipa atau selang-selang disalurkan dari sumur di dekat masjid yang
berupa sumur artesis ke rumah setiap warga seperti gambar 4.21 dimana
saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis yang dimiliki oleh
responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.21 Saluran Air yang Digunakan Warga dari Sumur Artesis
11) Pembuangan air limbah
Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi pembuangan air limbah
rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.
63
Tabel 4.23 Komponen Pembuangan Air Limbah Rumah Responden
No. Komponen Pembuangan Air Limbah Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, dialirkan ke selokan
tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut
Sangat Baik 0 0,0
2. Ada, dialirkan ke selokan terbuka
Baik 22 26,2
3. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m)
Cukup Baik 56 66,7
4. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
Kurang Baik 6 7,1
Jumlah 84 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dikemukakan bahwa pembuangan air
limbah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 22 rumah (26,2%) dengan
kondisi baik, 56 rumah (66,7%) dengan kondisi cukup baik, dan 6 rumah
(7,1%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian pembuangan air
limbah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard ada,
diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m) dengan
ditandai 56 rumah (66,7%) dalam kondisi cukup baik.
Gambar 4.22 Selokan Terbuka yang Tidak Terawat Saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan dapur di lokasi
penelitian mempunyai banyak bentuk yang ditunjukkan pada gambar 4.22
64
hingga gambar 4.25. Gambar 4.21 menunjukkan selokan terbuka yang tidak
terawat di RT 01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 27 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.23 yang menunjukkan selokan terbuka yang terawat di depan
rumah warga RT 01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1,
sedangkan gambar 4.24 yang menunjukkan pembuangan air kamar mandi dan
cucian di halaman rumah yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.23 Selokan Terbuka yang Terawat
Gambar 4.24 Pembuangan Air Kamar Mandi di Halaman Rumah
Gambar 4.25 menunjukkan pembuangan air kamar mandi dan cucian
di halaman rumah yang dimiliki oleh responden 4 di RT 1 RW 1 dan gambar
4.26 yang menunjukkan saluran kamar mandi ke halaman rumah yang
dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1 menunjukkan rumah yang
sembarangan membuang limbah rumah tangganya karena tidak memiliki
65
saluran pembuangan yang rapi tapi hanya dibuang ke samping atau halaman
rumah secara tidak teratur atau hanya diresapkan di lubang khusus yang
dibuat oleh pemilik rumah.
Gambar 4.25 Pembuangan Limbah Dapur di Halaman Rumah
Gambar 4.26 Saluran Pembuangan Kamar Mandi ke Halaman Rumah
12) Pembuangan sampah
Terdapat satu kondisi dari empat kondisi pembuangan sampah rumah
responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut.
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dikemukakan bahwa pembuangan
sampah di setiap rumah responden, terdapat 84 rumah (100,0%)
menunjukkan kondisi kurang baik. Hal ini disebabkan masih banyak
66
penduduk belum memenuhi standard dalam membuang sampah karena
kebiasaan warga yang membakar sampah dengan ditandai 84 rumah (100,0%)
dalam kondisi kurang baik.
Tabel 4.24 Komponen Pembuangan Sampah Rumah Responden
No. Komponen Pembuangan Sampah Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Ada, kedap air dan tertutup Sangat Baik 0 0,0 2. Ada, kedap air dan tidak
tertutup Baik 0 0,0
3. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup
Cukup Baik 0 0,0
4. Tidak ada Kurang Baik 84 100,0 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Pengelolaan sampah di lokasi peneltian masih menggunakan cara
tradisional dengan mengumpulkannya pada lubang tersendiri lalu
menguburnya dalan jangka waktu tertentu seperti pada gambar 4.27 yang
menunjukkan tempat pengumpulan sampah warga yang dimiliki oleh
responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.27 Tempat Pengumpulan Sampah Warga
Pembakaran sampah dilakukan warga karena tidak ada petugas
pengambil sampah yang datang ke lokasi tersebut seperti yang ditunjukkan
pada gambar 4.28 yang menunjukkan sisa pembakaran sampah yang banyak
67
dilakukan penduduk di halaman rumah responden 2 di RT 1 RW. Walaupun
begitu, ada beberapa warga yang mengumpulkan sampah untuk dijual ke
pemulung secara mandiri atau ikut kegiatan masing-masing RT yang
dikumpulkan setiap bulan dan uang penjualannya untuk kas RT seperti pada
gambar 4.29.
Gambar 4.28 Sisa Pembakaran Sampah di Halaman Rumah
Gambar 4.29 Pengumpulan Sampah di Dalam Rumah
13) Penghijauan halaman rumah
Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi penghijauan halaman rumah
responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.30 berikut.
68
Tabel 4.25 Komponen Penghijauan Halaman Rumah Responden
No. Komponen Penghijauan Halaman Kondisi Jumlah
Rumah Persentase
(%) 1. Dirawat dan digunakan sebagai
penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja
Sangat Baik 47 56,0
2. Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah
Baik 0 0,0
3. Dirawat tapi belum dimanfaatkan
Cukup Baik 23 27,4
4. Tidak dirawat Kurang Baik 14 16,7 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dikemukakan bahwa penghijauan
halaman rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 47 rumah (56,0%)
dengan kondisi sangat baik, 23 rumah (27,4%) dengan kondisi cukup baik,
dan 14 rumah (16,7%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian
penghijauan halaman rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah
memenuhi standar dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan
pendukung fasilitas bekerja dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dalam kondisi
sangat baik.
Gambar 4.30 Halaman Rumah yang Dimanfaatkan sebagai Taman
69
Halaman rumah yang luas maupun sempit dapat dimaksimalkan
fungsinya dengan merawatnya sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan
adalah dengan menjadikannya sebagai taman rumah seperti gambar 4.30 yang
menunjukkan halaman rumah dimanfaatkan sebagai taman yang dimiliki oleh
responden 26 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.31 Rumah dengan Teras Rumah
Rumah tanpa halaman atau pekarangan yang kurang memadai seperti
gambar 4.31 yang menunjukkan rumah tanpa halaman luas, hanya teras di RT
01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1. Warga yang
memanfaatkan halaman rumahnya seperti gambar 4.32 menunjukkan halaman
rumah untuk beternak mencukupi kebutuhan pribadi dan dijual yang dimiliki
oleh responden 6 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.32 Halaman Rumah untuk Beternak
70
14) Jamban
Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi jamban rumah responden
yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.21.
Tabel 4.26 Komponen Jamban Rumah Responden
No. Komponen Jamban Kondisi Jumlah Rumah
Persentase (%)
1. Ada, leher angsa, septik tank Sangat Baik 79 94,0 2. Ada, bukan leher angsa, ada
tutup, septik tank Baik 0 0,0
3. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam
Cukup Baik 2 2,4
4. Tidak ada Kurang Baik 3 3,6 Jumlah 84 100,0
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dikemukakan bahwa jamban dari 84
rumah yang diteliti, 79 rumah (94,0%) dengan kondisi sangat baik, 2 rumah
(2,4%) dengan kondisi cukup baik, dan 3 rumah (3,6%) dengan kondisi
kurang baik. Dengan demikian jamban di Kelurahan Mangunsari banyak
yang sudah memenuhi standard ada, leher angsa, dan memiliki septik tank
dengan ditandai 79 rumah (94,0%) dalam kondisi sangat baik.
Gambar 4.33 Model WC Duduk
71
Warga yang memiliki WC baik dan kurang baik ditunjukkan dalam
pengambilan data penelitian ini. Kondisi kamar mandi dan WC yang baik
ditunjukkan dalam gambar 4.33 yang menunjukkan model WC duduk yang
dimiliki oleh responden 7 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.34 yang menunjukkan
WC model leher angsa yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.34 WC Model Leher Angsa
Kondisi kamar mandi dan WC yang rusak dan kurang dilengkapi
dengan bangunan WC yang terawat dalam gambar 4.35 yang menunjukkan
dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen yang dimiliki oleh
responden 56 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.36 yang menunjukkan kondisi WC
dengan penutup (dinding) yang rusak yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1
RW 1.
Gambar 4.35 Dinding Kamar Mandi dan WC yang Tidak Permanen
72
Gambar 4.36 WC dengan Dinding yang Rusak 4.2.7 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian
penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
Dalam subbab ini dikemukakan mengenai uji normalitas data dan
koefisien korelasi.
4.2.7.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Pada pembahasan ini, uji
hanya dilakukan pada data hasil dokumentasi dan observasi untuk variabel
kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang menggunakan uji normalitas Chi-kuadrat. Uji normalitas data
dilakukan dengan cara memasukkan data dalam tabulasi, yang kemudian
dikelompokkan berdasarkan jawaban responden. Hasil uji normalitas data dari
variabel kualitas rumah hunian dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini dan data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 96.
73
Tabel 4.27 Uji Normalitas Data Kualitas Rumah Hunian
Kelas Interval Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)² Ei
31,0 - 34,0 30,95 -2,75 0,4970 0,0214 1,7991 3 0,8016 34,1 - 37,1 34,05 -1,97 0,4756 0,0918 7,7143 12 2,3809 37,2 - 40,2 37,15 -1,19 0,3837 0,2217 18,6239 13 1,6982 40,3 - 43,3 40,25 -0,42 0,1620 0,3018 25,3512 22 0,4430 43,4 - 46,4 43,35 0,36 0,1398 0,2318 19,4679 25 1,5720 46,5 - 49,5 46,45 1,13 0,3715 0,1285 10,7899 9 0,2969 -0,05 -10,50 0,5000 84 x² = 7,1927
Sumber: Hasil analisis penelitian 2012
Keterangan:
x² : Chi-kuadrat
Oi : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Ei : Frekuensi yang diharapkan
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat,
variabel kualitas rumah hunian seperti pada tabel 4.22 diatas diperoleh hasil x²
hitung = 7,1927. Hasil uji normalitas tersebut dikonsultasikan dengan tabel Chi-
kuadrat dengan dk = 6 – 3= 3, dan tarif signifikansi (α) = 5% diperoleh nilai Chi-
kuadrat x² tabel = 7,81. Data berdistribusi normal jika harga Chi-kuadrat hitung
lebih kecil dari nilai Chi--kuadrat tabel. Karena x² hitung < x² tabel atau 7,1927 <
7,81, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel kualitas rumah hunian
berdistribusi normal.
4.2.7.2 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari
74
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Analisis hubungan kedua variabel dapat
dinyatakan dengan hasil perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
84 .7051 166 352184. 410 166 84. 148937 – 3521
0,263
Dari perhitungan korelasi product moment dari Pearson diatas, dapat
dilihat bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213.
Karena rhitung (xy) > rtabel, maka h0 ditolak dan ha diterima, yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan
kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
Jadi, terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel, dalam artian
apabila tingkat pendidikan kepala keluarga tinggi, maka juga diikuti dengan
kualitas rumah hunian yang semakin baik pula, karena kedua variabel tersebut
saling berhubungan. Perhitungan kedua variabel yaitu korelasi antara pendidikan
dan kalitas rumah dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 97.
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini dikemukakan mengenai tingkat pendidikan
masyarakat, kualitas rumah hunian, dan hubungan antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
75
4.3.1 Tingkat pendidikan
Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari dari 84 responden
termasuk kedalam kriteria: sangat tinggi (PT/sederajatnya) yaitu ada 4 penduduk
(7,1%), tinggi (SLTA/sederajatnya) ada 22 penduduk (26,2%), cukup tinggi
(SLTP/sederajatnya) ada 20 penduduk (23,8%), sedangkan kriteria rendah
(SD/sederajatnya) ada 36 penduduk (42,9%).
Tingkat pendidikan sesejiwa berbeda-beda. Secara umum tingkat
pendidikan sesejiwa dapat diperoleh dari pendidikan formal, non formal, maupun
informal. Tingkat pendidikan sesejiwa akan mempengaruhi kualitas kehidupannya,
dalam hal ini termasuk kualitas rumah huniannya. Pendidikan merupakan faktor
penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah
mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia sejalan dengan perubahan
pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap manusia merupakan pekerjaan yang
sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Pada masyarakat
desa, umumnya melekat sikap dan kebiasaan yang dirasakan menghambat
pembangunan, seperti menyerah pada keadaan (fatalism), patuh pada jiwa-jiwa
yang dituakan (segi negatif paternalistik), segi negatif patuh pada nilai budaya
tradisional dan lain-lain. Oleh karena itu, satu tujuan pendidikan dalam
pembangunan ialah merubah atau menghapus kebiasaan-kebiasaan yang
menghambat pembangunan dan memperkuat sikap-sikap yang menunjang
pembangunan.
76
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan
cara hidup dibalik kehidupan. Dengan pemahaman tersebut, manusia dididik
untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana
2011:2).
Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan
kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan
tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah
diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk
mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.
4.3.2 Kualitas rumah hunian
Syarat rumah sehat dalam penelitian ini yaitu: penyediaan ruang yang
cukup; langit-langit; atap rumah; dinding; lantai; jendela; peranginan atau
ventilasi udara; lubang asap dapur; penerangan atau pencahayaan; penyediaan air
bersih; pembuangan air limbah; pembuangan sampah; penghijauan halaman
rumah; dan jamban. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kualitas rumah
hunian penduduk Kelurahan Mangunsari sebagian besar dalam kondisi baik yaitu
sejumlah 77,4% (65 rumah) karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; kemudian
19,0% (16 rumah) dalam kondisi sangat baik dengan skor 45,50–56,00; dan 3,6%
(3 rumah) dalam kondisi cukup baik dengan skor 24,50–<35,00.
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan sesejiwa dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan sesejiwa adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
77
meningkat. Menurut Widyastuti (2005), jiwa yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak
tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa
muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini
merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan
lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan
tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk,
khususnya penghuni rumah masing-masing. Di samping itu, lingkungan dan
tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas
kerja dan daya guna sesejiwa. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas
pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya,
dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat.
Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat.
Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya
pengertian, pemahaman, dan kesadaran dari penduduk itu sendiri. Apabila
penduduk sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi dan
upaya dari penghuni rumah untuk menerapkan syarat rumah sehat masing-masing.
Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan
mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
78
4.3.3 Hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan kualitas
rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang
Secara umum, tingkat pendidikan sesejiwa akan mempengaruhi kualitas
rumah huniannya, hal ini tidak terkecuali pada penduduk Kelurahan Mangunsari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari
karena dari hasil perhitungan korelasi product moment dari Pearson, diperoleh
hasil bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213,
sehingga rhitung (xy) > rtabel.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa
sesejiwa dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan (pembangunan)
dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan kualitas hidupnya
dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan perumahan atau syarat-
syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.
Peneliti menemukan fakta dari observasi kepala keluarga yang dijadikan
sampel penelitian, terdapat kepala keluarga yang menjadi single parent dalam
menempati rumah mereka. Hal itu dikarenakan suaminya telah meninggal dunia
atau sudah bercerai dengan suami mereka sehingga sejiwa istri menjadi kepala
keluarga dalam mengasuh anak mereka dan mengelola rumah mereka.
Pendidikan yang ditempuh sejiwa kepala keluarga di Kelurahan
Mangunsari cukup bervariasi namun masih sedikit yang masuk dalam pendidikan
tinggi karena faktor biaya. Sebagian besar meninggalkan pendidikan formal di
79
sekolah dan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Rata-
rata pekerjaan yang ditekuni sejiwa kepala keluarga adalah menjadi petani atau
buruh tani, pekerja pabrik, perias kecantikan, serta berdagang.
Faktor lain yang dibutuhkan dalam memenuhi standar rumah sehat adalah
dana yang sesuai. Hal itu menjadi kebutuhan awal setelah pengetahuan yang
mereka peroleh dari suatu pendidikan akan informasi tentang rumah sehat. Di
Kelurahan Mangunsari, sudah banyak warga yang berusaha memenuhi
pembangunan rumah sehat agar kehidupan mereka lebih layak meskipun masih
sederhana. Usaha pembangunan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya
dana untuk memenuhi pembangunan fasilitas tersebut misalnya: masih kurang
layaknya WC karena ada kerusakan dinding atau kamar mandi yang dibuat
sederhana; dapur yang berdekatan dengan kamar mandi tanpa sekat yang
permanen; pencahayaan yang masih kurang baik meskipun bangunannya cukup
luas; tempat tidur yang hampir tanpa sekat dengan dapur tradisional; kurang
meratanya pembangunan dinding, lantai, atap, serta jendela, antara bagian depan
rumah yang biasa untuk ruang tamu hingga ke bagian belakang yang digunakan
sebagai dapur. Kondisi yang masih belum lengkap ini memberikan penilaian
bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhan rumah sehat meskipun pada
dasarnya mereka sudah mengusahakannya.
Mengetahui keterbatasan yang dimiliki penduduk Kelurahan Mangunsari
tersebut, salah satu syarat rumah sehat menurut Ditjen Cipta Karya adalah
memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang didapat, diperlengkapi, dan
dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga.
80
Senada dengan hal itu, Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23)
menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
rumah yaitu tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan
pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah misal bambu,
kayu atap rumbia dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah
bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan
seterusnya.
81
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
5.1.1. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat
pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36
penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan
kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah.
5.1.2. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar
rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah
penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50.
5.1.3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga
dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213).
5.2.Saran
5.2.1. Warga perlu meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk
peningkatan kualitas rumah hunian.
5.2.2. Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat
mempengaruhi kualitas kesehatannya.
5.2.3. Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan
lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.
81
82
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Bumi Aksara.
Ali Muhidin, Sambar dan Maman Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian (dilengkapi dengan aplikasi program SPSS). Bandung: CV Pustaka Setia.
Amalia, Imandi.2009. Hubungan antara Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------- 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------- 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
-------------- 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Perumahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1994. Rumah Sehat dalam Lingkungan Sehat. Departemen Pekerjaan Umum: Kantor Wilayah Jawa Tengah.
Hermawan, Yoni. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi.
Kasjono, Heru Subaris. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kelurahan Mangunsari. 2011. Data Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011 Semester 1 dan 2.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Permukiman. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT).
82
83
Kusumawati, Yuli., dkk.2008. Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jurnal Penelitian Kesehatan. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Notoatmodjo, S. Pramudiyani, Novita Aris dan Galuh Nita Prameswari. 2011. Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) 6 tahun 2011 halaman 71 – 78.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Pembangunan Gedung, pasal 3 ayat 2.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Sinar Grafika.
Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 2011. UU RI No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Penerbit Pustaka Yustisia: Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Vita Ayu Oktaviani. 2011. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi.
W.J.S. Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
World Health Organisation (WHO)
Yusup, Nur Achmad dan Lilis Sulistyorini. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1 No.2 Januari 2005.
84
Lampiran 1
KISI-KISI PANDUAN DOKUMENTASI VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN
Sub Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Pendidikan formal Pendidikan terakhir yang pernah
ditempuh KK.
1
84
85
Lampiran 2 KISI-KISI PANDUAN OBSERVASI
VARIABEL KUALITAS RUMAH HUNIAN No Sub
Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik 1. Luas rumah Sesuai standar
per jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2
Sesuai standar per jiwa (Indonesia) seluas 9,0 m2
Sesuai standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2
Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2
1
2. Langit-langit
Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan
Ada, kotor, sulit dibersihkan.
Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan sudah rusak.
Tidak ada 1
3. Atap rumah Cor (semen)/ Asbes
Genteng Seng Ijuk 1
4. Dinding Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air.
Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air.
Terbuat dari kayu/ papan
Tidak permanen (anyaman bambu/ ilalang)
1
5. Lantai Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih.
Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu.
Plesteran yang retak dan berdebu.
Tanah 1
6. Jendela Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat.
Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis.
Ada, luas jendela ≤10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat.
Tidak ada jendela.
1
7. Ventilasi udara
Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk.
Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk.
Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai.
Tidak ada ventilasi.
1
8. Lubang asap dapur
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada
Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis.
Tidak ada lubang asap dapur.
1
85
86
pelindung dari nyamuk.
pelindung dari nyamuk.
9. Pencahayaan alami dan buatan
Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil), tapi masih dapat membaca huruf besar.
Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca.
1
10. Penyediaan air bersih
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tidak ada dan kadang-kadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
1
11. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut.
Ada, dialirkan ke selokan terbuka.
Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m).
Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah.
1
12. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)
Ada, kedap air dan tertutup.
Ada, kedap air dan tidak tertutup.
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.
Tidak ada. 1
13. Penghijauan halaman rumah
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah
Dirawat tapi belum dimanfaatkan
Tidak dirawat 1
14. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Ada, leher angsa, septik tank.
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank.
Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam.
Tidak ada. 1
Sumber: Risyanto dalam Tjaturahono. 1991, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat untuk Puskesmas, dan DPU Cipta Karya.
87
Lampiran 3
PENGANTAR
Penelitian dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS
RUMAH HUNIAN PADA PENDUDUK DI KELURAHAN MANGUNSARI
KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari dan mendeskripsikan apakah ada
hubungannya dengan tingkat pendidikan dengan pada penduduk.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami ingin mengumpulkan data tentang tingkat pendidikan
penduduk dan kualitas rumah yang dihuni.
Penelitian ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah perpajakan atau PBB, atau
hal yang semacamnya, tetapi hanya untuk kepentingan pendidikan. Hasil penelitian ini sangat
ditentukan oleh data yang Bapak/ Ibu berikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjawab pertanyaan kami dengan penuh kejujuran dan
kesungguhan dan mempersilahkan kami untuk mengadakan observasi di lingkungan rumah
Bapak/ Ibu.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Peneliti
Apriani Yunita P.
87
88
Lampiran 4
LEMBAR DOKUMENTASI
IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. Nomor urut responden : .................................................................................................... Nama lengkap responden : .................................................................................................... Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan* (coret yang tidak perlu) Umur : .......... tahun Alamat : RT ..... RW ..... Dusun ................................................................ Pekerjaan : Petani/ Buruh/ PNS/ Pedagang/lainnya ..................................... Pendapatan : Rp......................................./bulan Jumlah anggota keluarga : .......... orang
TINGKAT PENDIDIKAN Instruksi bagi pewawancara:Lingkarilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. 1. Berapa lama Bapak/Ibu menempuh pendidikan formal?
A. > 12 tahun B. 10 – 12 tahun C. 7 – 9 tahun D. < 6 tahun
LEMBAR OBSERVASI
KUALITAS RUMAH HUNIAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah yang sesuai dengan paduan kisi-kisi yang ada.
No. Unsur yang diSkor (Bagaimana kondisi yang sebenarnya?)
Kondisi Sangat baik Baik Cukup
baik Kurang
baik 1. Luas rumah 2. Langit-langit 3. Atap rumah 4. Dinding 5. Lantai 6. Jendela kamar tidur 7. Ventilasi udara 8. Lubang asap dapur 9. Pencahayaan alami dan buatan 10. Penyediaan air bersih 11. Pembuangan air limbah 12. Pembuangan sampah 13. Penghijauan halaman rumah 14. Jamban
Menyertakan fotocopy Kartu Keluarga/ mengijinkan pewawancara untuk mengambil gambar Kartu Keluarga yang asli untuk pendataan.
Observer : .......................................
Tanggal observasi : .......................................
88
89
Lampiran 5 LEMBAR PANDUAN DOKUMENTASI
IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. Nomor urut responden : nomor pengisian lembar observasi untuk responden ke berapa. Nama lengkap responden : diisi nama lengkap responden. Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan* (coret yang tidak perlu) Umur : menyebutkan usia responden berapa tahun. Alamat : RT ..... RW ..... Dusun ................................................................ Pekerjaan umum : Petani/ Buruh/ PNS/ Pedagang/lainnya sebutkan. Jumlah anggota keluarga : .......... orang (yang menempati rumah tersebut)
TINGKAT PENDIDIKAN Instruksi bagi pewawancara:Lingkarilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. 1. Berapa lama Bapak/Ibu menempuh pendidikan formal?
A. > 12 tahun B. 10 – 12 tahun C. 7 – 9 tahun D. < 6 tahun
LEMBAR PANDUAN OBSERVASI KUALITAS RUMAH HUNIAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah yang sesuai dengan paduan kisi-kisi yang ada. No. Unsur yang
dinilai Kondisi
Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik 1. Luas rumah Sesuai standar per
jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2.
Sesuai standar per jiwa (Indonesia) seluas 9,0 m2.
Sesuai standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2.
Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2.
2. Langit-langit Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan.
Ada, bersih, sulit dibersihkan.
Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan sudah rusak.
Tidak ada.
3. Atap rumah Cor (semen)/ Asbes Genteng Seng Ijuk 4. Dinding Permanen (tembok/
pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air.
Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air.
Terbuat dari kayu/ papan.
Tidak permanen (anyaman bambu/ ilalang).
5. Lantai Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih.
Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu.
Plesteran yang retak dan berdebu.
Tanah
6. Jendela Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat.
Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak
Ada, luas jendela ≤10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat.
Tidak ada jendela.
Observer : diisi nama lengkap Tanggal observasi : diisi waktu dilakukan
wawancara dengan
89
90
dilengkapi tralis. 7. Ventilasi
udara Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk.
Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk.
Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai.
Tidak ada ventilasi.
8. Lubang asap dapur
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada pelindung dari nyamuk.
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk.
Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari luas lantai dapur.
Tidak ada lubang asap dapur.
9. Pencahayaan alami dan buatan
Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
Kurang terang, sehingga memerlukan cahaya tambahan untuk dengan normal (huruf kecil).
Kurang terang, sehingga memerlukan cahaya tambahan untuk membaca huruf besar.
Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca.
10. Penyediaan air bersih
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tidak ada dan kadang-kadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
11. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut.
Ada, dialirkan ke selokan terbuka.
Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air >10m).
Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah.
12. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)
Ada, kedap air dan tertutup.
Ada, kedap air dan tidak tertutup.
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.
Tidak ada.
13. Penghijauan halaman rumah
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah
Dirawat tapi belum dimanfaatkan
Tidak dirawat
14. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Tidak ada. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam.
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank.
Ada, leher angsa, septik tank.
fotocopy Kartu Keluarga atau mengijinkan pewawancara untuk mengambil gambar Kartu Keluarga yang asli untuk pendataan.
91
Lampiran 6 DAFTAR NAMA RESPONDEN
Kode Responden Responden RT Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan PendapatanJumlah
Anggota Keluarga
R-01 Suparmin 1 L SD Petani penggarap tanah 800.000 4R-02 Sadjuri 1 L SD Petani penggarap tanah 500.000 7 R-03 Langser Iriani 1 P SD ibu rumah tangga (Pensiunan suami) 1.500.000 5 R-04 Wiwin Widyawanto 1 L SMA PNS (Kehutanan) 3.500.000 7 R-05 Subani 1 L S1 Buruh bangunan 600.000 3 R-06 Arif Wirawan 1 L SMP Buruh Industri (PT Casindo) 3.500.000 3 R-07 Fariz Ilham 1 L STM Buruh Industri (PT Sumber) 2.500.000 4 R-08 Suharminto 1 L SD Pensiunan dinas pertanian 3.000.000 3 R-09 Sawuri 1 L SD Petani penggarap tanah 300.000 5 R-10 Arie Mashadi 1 L SMP Buruh bangunan (bengkel) 2.000.000 5 R-11 Wahyudi 1 L SMP Buruh bangunan (bengkel) 850.000 3 R-12 Fajar Feriyanto 1 L Tidak tamat SD Supir 800.000 4 R-13 Soekidjan 1 L SMA Pedagang 800.000 4 R-14 Muntaha 1 L SMP Pedagang 1.000.000 4 R-15 Soemiyarso Heni Suryanto 1 L SD Pensiunan dari srondol 1.500.000 5 R-16 Bejo Hari Joko Utomo 1 L SD PNS (Guru SD) 1.000.000 3 R-17 Badrodin 1 L STM Pengrajin (sablon) 800.000 3 R-18 Karsidi 1 L Tidak sekolah Petani penggarap tanah 300.000 3 R-19 Bejo Mulyono 2 L SMA PNS (BUMN) 2.000.000 2 R-20 Mustofa 2 L SMP Buruh Industri (PT Citra) 700.000 3 R-21 Jupri 2 L SMA PNS (dinas koperasi dan UMKM) 3.000.000 6R-22 Budi Santoso 2 L SMA Supir (material sampangan) 800.000 5R-23 Purnomo 2 L SMP Buruh Industri (Gipson) 400.000 3 R-24 Jarmono 2 L SD Pedagang (soto keliling) 1.500.000 6 R-25 Ahmadi 2 L SMP Buruh bangunan 500.000 3 R-26 Tusrin, SH 2 L SD Pensiunan PNS (lurah) 3.000.000 2 R-27 Amprel Yustian, SE 2 L SMA PNS (di Balai Kota) 3.000.000 4 R-28 Permadi 2 L SD Pedagang 3.000.000 5
91
92
R-29 Ponidi 2 L S1 TNI 5.000.000 4 R-30 Zaenal 2 L STM Pedagang 1.500.000 6 R-31 Sumaryanto 2 L SMA Pedagang 800.000 6 R-32 Bambang Pangarso Widodo 2 L SMP Buruh Industri (di Terboyo) 1.000.000 4 R-33 Kasno 2 L SD Pensiunan di Karyadi 1.500.000 2 R-34 Nur Azis 2 L SMP Pengangkutan (kuli angkat) 200.000 3R-35 Suwandi 2 L SMP Buruh Industri (bina amal) 600.000 5 R-36 Sumintar 2 L SD Pensiunan TNI 1.000.000 3 R-37 Musmin 3 L SD Buruh tani 600.000 3 R-38 Totok Joko Satmoko 3 L SMP Buruh Industri (garmen) 750.000 4 R-39 Sukarni 3 P SMA Buruh industri 965.000 4 R-40 Nur Kholis 3 L SMP Pedagang (di Ungaran) 650.000 3 R-41 Ngadiyono 3 L SD Petani penggarap tanah 600.000 3 R-42 Mundakir 3 L SMP Buruh bangunan 965.000 4 R-43 Ahmanto 3 L STM Buruh Industri (SOSRO) 1.500.000 5 R-44 Suwardi 3 L 5 SD Buruh bangunan 600.000 6 R-45 Mulyono 3 L SD Buruh tani 700.000 4 R-46 Sumeri 3 L SMA Buruh bangunan (bengkel) 800.000 5 R-47 Joko Yuli Santoso 3 L SMA PNS 2.000.000 7 R-48 Matisa 3 L 4 SD keluar Buruh tani 300.000 7 R-49 Ruminah 3 P SD Petani penggarap tanah 500.000 2 R-50 Muhammad Nur Fadeli 3 L SD Pedagang (nasi goreng) 1.000.000 4 R-51 Karyono 3 L SMA Buruh bangunan (bengkel) 800.000 4 R-52 Achmad Syaifudin 3 L SMP PNS (di UNNES) 1.200.000 4 R-53 Suroso 4 L Tidak tamat SD Buruh bangunan 150.000 5 R-54 Abdul Rokhim 4 L SMP Buruh bangunan (bengkel) 800.000 4 R-55 Sumarno 4 L SD Pedagang (penjual buah) 1.500.000 4 R-56 Suwardi 4 L SD Buruh industri (PEPSI) 965.000 4 R-57 Surat 4 L SD Petani penggarap tanah 500.000 2 R-58 Subarno 4 L SMA Supir truk pasir 850.000 6 R-59 Suratman 4 L Tidak tamat SD Buruh bangunan 200.000 10 R-60 Suwartono 4 L SMA PNS (di Karyadi) 3.000.000 4 R-61 Nuryani Agustina 4 P SD Buruh industri (kafe) 1.500.000 3R-62 Muhri 4 L SMA Petani penggarap tanah 500.000 8
93
R-63 Sugiyono 4 L S1 Buruh bangunan 300.000 4 R-64 Eko Suyami 4 P SD Pedagang 1.000.000 3 R-65 Widarto 4 L SMP Buruh Industri 965.000 4 R-66 Sumadi 5 L SMA Pedagang 800.000 3 R-67 Moh Samsuri 5 L SMP Buruh Industri (PT Citra) 700.000 4 R-68 Suradi 5 L Tidak tamat SD Buruh bangunan 250.000 3R-69 Dasuki 5 L SD Buruh tani 300.000 4 R-70 Solekan 5 L SD Buruh tani 600.000 4 R-71 Harmanto 5 L D3 Buruh bangunan 300.000 6 R-72 Ahmat 5 L S1 Supir angkot 300.000 4 R-73 Kaswadi 5 L D3 Buruh bangunan 700.000 3 R-74 Kustiyah 5 P SD Buruh bangunan 200.000 3 R-75 Solichin 5 L SMK Pedagang 800.000 4 R-76 Supadi 5 L SD TNI (Kodim Semarang) 1.000.000 4 R-77 Kusmiran 5 L SMP Buruh Industri (PT Citra) 700.000 5 R-78 Sasmito 5 L STM Buruh Industri (PT Citra) 700.000 6 R-79 Riswanto 5 L SMP Pedagang 2.000.000 4 R-80 Junaedi 5 L MTs Buruh bangunan 1.000.000 8 R-81 Maryadi 5 L SD Buruh tani 100.000 8 R-82 Achmad Supriyadi 5 L Tidak tamat SD Pedagang 800.000 5 R-83 Pasri 5 L SD Industri kecil (Krupuk) 1.300.000 6 R-84 Joko Kelono Cipto 5 L SD Pedagang (di pasar malam) 800.000 3
94
Lampiran 7 DATA PENELITIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH HUNIAN
Nomor Responden
Tingkat Pendidikan
Kualitas Rumah Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 R01 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 1 4 43 R02 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 1 4 4 40 R03 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48 R04 4 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 1 1 1 4 37 R05 2 4 1 3 4 3 3 2 2 2 4 1 1 2 4 36 R06 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 40 R07 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 2 4 47 R08 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48 R09 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 1 4 4 43 R10 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 1 4 43 R11 2 4 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 1 4 40 R12 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 43 R13 1 4 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 4 4 42 R14 1 3 1 3 4 4 1 3 3 2 4 2 1 1 4 36 R15 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 46 R16 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 1 4 45 R17 3 4 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 1 4 39 R18 1 2 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 1 4 37 R19 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 1 4 43 R20 3 4 1 3 4 4 3 3 2 4 4 3 1 2 4 42 R21 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 47 R22 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43 R23 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44 R24 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 4 45 R25 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 42 R26 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 47 R27 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 1 4 45 R28 3 3 1 3 2 4 3 3 3 4 3 3 1 4 4 41 R29 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46 R30 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 4 45 R31 1 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 41 R32 3 4 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 2 4 41 R33 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46 R34 2 4 1 3 4 4 3 4 3 3 4 2 1 4 4 44 R35 1 4 1 3 2 4 1 2 3 3 4 2 1 2 4 36 R36 1 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 1 4 4 49 R37 1 4 1 3 2 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 42 R38 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44 R39 2 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 40 R40 1 4 1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 4 4 43
94
95
R41 1 4 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 1 4 38 R42 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44 R43 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 47 R44 1 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 44 R45 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44 R46 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 41 R47 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 44 R48 1 1 1 3 2 2 2 2 2 3 4 2 1 2 4 31 R49 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46 R50 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46 R51 1 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44 R52 3 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43 R53 1 2 1 3 2 3 2 2 1 2 4 2 1 2 4 31 R54 2 3 1 3 4 4 3 3 1 3 4 3 1 2 4 39 R55 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 1 35 R56 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 1 2 2 43 R57 1 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 2 1 4 4 45 R58 2 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43 R59 2 1 1 3 4 1 3 3 3 4 4 2 1 4 4 38 R60 3 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43 R61 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46 R62 1 1 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 39 R63 1 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44 R64 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48 R65 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46 R66 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 4 2 1 4 1 35 R67 1 4 1 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 4 1 37 R68 1 3 1 3 2 4 2 2 2 2 4 1 1 2 4 33 R69 1 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43 R70 1 3 1 3 3 4 2 3 4 3 4 2 1 1 4 38 R71 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44 R72 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43 R73 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44 R74 1 4 1 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 1 4 37 R75 2 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 47 R76 1 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 45 R77 1 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 42 R78 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 44 R79 2 1 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 40 R80 1 2 1 3 4 2 3 3 2 2 4 2 1 4 4 37 R81 1 1 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 40 R82 1 2 1 3 2 2 3 3 3 3 4 2 1 2 4 35 R83 3 2 4 3 4 2 2 2 3 3 4 2 1 1 4 37 R84 1 4 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 1 4 2 39 ∑ 166 265 186 252 307 310 244 247 245 291 335 184 84 248 323
Lamp
HipotHo Ha PenguRumu
KriterHo ditPenguNilai mNilai mRentanBanya
K
313437404346
piran 8
tesis : :
ujian Hipotesius yang digunak
ria yang digunterima jika c2 <ujian Hipotesimaksimal minimal ng ak kelas
Kelas Interval
1,0 - 4,1 - 7,2 - 0,3 - 3,4 - 6,5 -
U
K
DA
Data berdistData tidak b
is: kan:
nakan < c2 tabel is
BataKela
34,0 30,937,1 34,040,2 37,143,3 40,246,4 43,349,5 46,4 -0,05
Untuk α = 5%,
Karena c² pada
ATA PENELIT
tribusi normalberdistribusi no
= 49= 31= 18= 6
as as
Z untukbatas kl
5 -2,755 -1,975 -1,195 -0,425 0,365 1,135 -10,50 dengan dk = 6
7,1926daerah penerim
96
UJI NORMATIAN KUALI
ormal
9,0 Pa1,0 R8,0 s
nk ls.
Peluang untuk Z0,49700,47560,38370,16200,13980,3715
0 0,5000
6 - 3 = 3 dipero
66 7,8maan Ho, mak
96
ALITAS ITAS RUMAH
anjang Kelas Rata-rata ( x )
Luas Kls. U
0,0210,0910,2210,3010,2310,128
oleh c² tabel =
1 a data tersebut
H HUNIAN
Untuk Z E
4 1,798 7,717 18,68 25,38 19,45 10,7
c²
7
t berdistribusi n
= 3= 4= 4= 8
Ei Oi (
991 3 143 12 239 13 512 22 679 25 899 9 84
= 7,81
normal
3,0 41,92 4,0084 (Oi-Ei)²
Ei 0,8016 2,3809 1,6982 0,4430 1,5720 0,2969
7,1927
97
Lampiran 9
KORELASI ANTARA PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH
Rumus
Keterangan: X : Tingkat pendidikan Kepala Keluarga Y : Kualitas Rumah Hunian Penduduk
No Kode X Y X2 Y2 XY 1 R-01 1 43 1 1849 43 2 R-02 1 40 1 1600 40 3 R-03 3 48 9 2304 144 4 R-04 4 37 16 1369 148 5 R-05 2 36 4 1296 72 6 R-06 3 40 9 1600 120 7 R-07 3 47 9 2209 141 8 R-08 4 48 16 2304 192 9 R-09 1 43 1 1849 43 10 R-10 2 43 4 1849 86 11 R-11 2 40 4 1600 80 12 R-12 2 43 4 1849 86 13 R-13 1 42 1 1764 42 14 R-14 1 36 1 1296 36 15 R-15 2 46 4 2116 92 16 R-16 4 45 16 2025 180 17 R-17 3 39 9 1521 117 18 R-18 1 37 1 1369 37 19 R-19 3 43 9 1849 129 20 R-20 3 42 9 1764 126 21 R-21 3 47 9 2209 141 22 R-22 2 43 4 1849 86 23 R-23 2 44 4 1936 88 24 R-24 3 45 9 2025 135 25 R-25 2 42 4 1764 84 26 R-26 4 47 16 2209 188 27 R-27 4 45 16 2025 180 28 R-28 3 41 9 1681 123 29 R-29 3 46 9 2116 138 30 R-30 2 45 4 2025 90 31 R-31 1 41 1 1681 41 32 R-32 3 41 9 1681 123 33 R-33 1 46 1 2116 46 34 R-34 2 44 4 1936 88 35 R-35 1 36 1 1296 36 36 R-36 1 49 1 2401 49 37 R-37 1 42 1 1764 42 38 R-38 2 44 4 1936 88 39 R-39 2 40 4 1600 80 40 R-40 1 43 1 1849 43 41 R-41 1 38 1 1444 38 42 R-42 3 44 9 1936 132 43 R-43 3 47 9 2209 141
97
4445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384
rx
4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
S
xy =
=
R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84
0,263
1 2 1 3 1 1 3 1 3 1 2 3 4 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1
166
84
84 410
98
44 144 441 144 931 146 146 944 143 931 139 435 943 145 143 438 443 946 439 144 148 146 435 937 133 143 138 144 943 144 937 147 445 142 144 140 437 140 135 137 939 1
3521 41
7051
166
1 14 11 19 11 91 29 21 19 11 94 19 16 1
1 24 14 19 14 21 11 11 24 29 11 11 11 11 19 11 19 11 14 21 21 11 14 11 11 11 19 11 110 14
166 3521
2 84 14893
936 936 681 936
961 2116 2116
936 849
961 521 225 849
2025 849 444 849
2116 521 936
2304 2116
225 369 089 849 444 936 849 936 369
2209 2025
764 936 600 369 600 225 369 521 8937 7
1
37 352
44 88 41
132 31 46
138 44
129 31 78
105 172 45 86 76
129 92 39 44 48 92
105 37 33 43 38
132 43
132 37 94 45 42 44 80 37 40 35
111 39
7051
21 2