HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN KEPUTUSAN MEMBELI...
-
Upload
truongdiep -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN KEPUTUSAN MEMBELI...
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN KEPUTUSAN MEMBELI
PRODUK MEREK LOKAL PADA KONSUMEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
AHADIEN SUNU TRIAWAN
106070002188
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk
Merek Lokal pada Konsumen telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6
September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, September 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua,
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Sekretaris,
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota:
Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 150 368 809
Drs. Sofiandy Zakaria, M.PsiNIP. 0315054701
Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP. 198212142008012006
MOTTO
Mengalir seperti air dengan tujuan dari hulu ke hilir,
Bersikap fleksibel terhadap rintangan dan masalah -
yang selalu datang bergilir,
Sehingga hidup terus dapat bergulir.
ABSTRAK
A. Fakultas Psikologi B. September 2010 C. Ahadien Sunu Triawan D. Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada
Konsumen E. xiii + 83 Halaman + 13 Lampiran F. Era perdagangan bebas telah dimulai, Indonesia menjadi salah satu Negara
yang termasuk di dalamnya. Hal tersebut menjadikan pasar di Indonesia ramai akan produk yang datang baik dari dalam negeri ataupun mancanegara. Produk yang ditawarkan ke konsumen tentu memiliki merek, dimana berfungsi untuk menjadi identitas produk tersebut, pembeda dari produk lainnya, dan sebagai daya tarik untuk konsumen. Berbagai produk yang ada di pasar akhirnya dipenuhi oleh merek, yang secara umum merek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu merek lokal dan merek asing. Konsumen yang dihadapkan kepada berbagai macam merek maka diharuskan untuk memilih merek mana yang akan digunakan dan dibelinya. Di sini sikap dari konsumen selayaknya menjadi penentu dari keputusan membeli yang dilakukan dirinya. Hal ini yang menjadi alasan peneliti mengangkat tema tersebut untuk dijadikan sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori keputusan membeli dari Schiffman dan Kanuk (2007, h. 508) dan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002, h. 110-111). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sedangkan pentumpulan data dilakukan berdasarkan teknik cluster random sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, hal ini diketahui dengan hasil dari nilai r hitung sebesar 0.475. Selain itu juga diketahui bahwa nilai dari sikap itu sendiri adalah bernilai positif, yang berarti semakin positif sikap terhadap merek lokal maka semakin tinggi pula keputusan untuk membeli produk dengan merek lokal tersebut. Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait. Serta diharapkan pula ada penelitian-penelitan lainnya yang dapat mengkaji lebih dalam mengenai sikap dengan keputusan membeli konsumen.
G. Bahan Bacaan: 20 buku + 14 artikel internet
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan ridho-Nya maka sebuah karya dari penulis dapat tersaji di
hadapan pembaca sekarang ini.
Sebuah karya berbentuk skripsi dengan judul Hubungan antara dengan
Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen ini berisikan mengenai
penelitian yang penulis lakukan. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mencari
hungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli konsumen.
Di dalam skripsi ini diulas secara lengkap mulai dari proses awal penelitian
dilakukan, sampai hasil dari olah data yang penulis lakukan. Selain dari itu,
fenomena yang ada pada masyarakat dan teori-teori dari tokoh psikologi juga
diuraikan dan dijelaskan secara lengkap, sehingga pembaca dapat jelas dalam
memahami inti dari skripsi ini.
Terselesaikannya karya ini juga tak luput dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, karya ini penulis tujukan kepada seluruh masyarakat pada
umumnya dan seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah pada khususnya. Serta izinkanlah penulis mengucapkan rasa
terimakasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi selaku dosen pembimbing 1 skripsi,
dan Ibu Desi Yustari, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 skripsi.
3. Bapak Ihkwan Luthfi, M.Psi selaku dosen penguji skripsi.
4. Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, M.Psi. Psi selaku pembimbing
akademik.
vii
5. Ibu Kapti Mulyani yang telah memberi izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian di PT. ANTAM, Tbk.
6. Seluruh penulis buku dan artikel yang tertera dalam daftar pustaka. Beliau-
beliau merupakan penulis yang profesional dan sangat membantu penulis
dalam pembuatan karya ini.
7. Kedua orangtua dan seluruh keluarga dari penulis, dimana yang telah
memberikan bantuan semangat dan doa serta hal-hal lainnya baik yang
materiil maupun yang non materiil sehingga karya ini dapat terselesaikan.
8. Sahabat-sahabat penulis, Nurmameta Ganesya, S.Si; Brian Pratistha, SE;
Novan Widyatmoko; Korrina Djamil, S.Psi; Ayu Anggraini; Sarah
Rahmadian; serta rekan-rekan penulis lainnya yang sangat membantu
dalam menyumbangkan ide, komentar dan saran-sarannya, sehingga
menjadikan karya ini sebuah karya yang lebih objektif dan akurat dalam
pembahasannya.
9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam terselesaikannya karya
ini. Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkannya satu-persatu.
Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan pada karya ini,
karenanya penulis mengaharapkan saran yang membangun dari pembaca karya
ini. Serta apa yang telah tersusun di dalam karya ini semoga dapat bermanfaat,
baik bagi penulis ataupun bagi seluruh pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2010
Ahadien Sunu Triawan
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ahadien Sunu Triawan
NIM : 106070002188
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan
Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen adalah benar
merupakan saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penysusunan
skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini
telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, September 2010
Ahadien Sunu Triawan NIM. 106070002188
DAFTAR ISI
Cover
Pengesahan Oleh Panitia Ujian i
Lembar Pengesahan Pembimbing ii
Motto iii
Abstrak iv
Kata Pengantar vi
Pernyataan Bukan Plagiat viii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Bagan xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 12
1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah 13
1.4 Tujuan Penelitian 15
1.5 Manfaat Penelitian 15
1.5.1 Manfaat Teoritis 15
1.5.2 Manfaat Praktis 16
1.6 Sistematika Penelitian 16
BAB 2 KERANGKA TEORI 18
2.1 Keputusan Membeli Produk Merek Lokal
pada Konsumen 18
2.1.1 Definisi Keputusan Membeli 18
2.1.2 Tahapan dan Komponen Pembentuk
Keputusan Membeli 20
2.1.3 Pendekatan dalam Keputusan Membeli 27
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
x
Keputusan Membeli 30
2.2 Sikap terhadap Merek Lokal 37
2.2.1 Definisi Sikap 37
2.2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap 39
2.3 Merek Lokal 41
2.3.1 Definisi Merek 41
2.3.2 Atribut Merek 42
2.3.3 Nilai dan Ekuitas Merek 43
2.3.4 Fungsi Merek 45
2.3.5 Manfaat Merek 46
2.4 Kerangka Berpikir 47
2.5 Hipotesis 51
BAB 3 METODE PENELITIAN 52
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 52
3.1.1 Pendekatan Penelitian 52
3.1.2 Jenis Penelitian 53
3.2 Variabel dan Definisi Operasional 53
3.2.1 Variabel Penelitian 53
3.2.2 Definisi Operasional 54
3.3 Populasi dan Sampel 55
3.3.1 Populasi 55
3.3.2 Sampel 56
3.4 Instrumen Data 57
3.5 Teknik Pengambilan Data 59
3.6 Teknik Analisis Data 61
3.7 Uji Instrumen Penelitian 62
3.7.1 Uji Validitas 63
3.7.2 Uji Reliabilitas 64
3.8 Metode Analisis Data 65
3.9 Prosedur Penelitian 65
xi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian 67
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin 67
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 68
4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan 68
4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk
Merek Lokal yang Dimiliki 69
4.1.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk
Merek Lokal yang Dibeli 69
4.2 Deskripsi Statistik 70
4.2.1 Uji Hipotesis 70
4.2.2 Uji Regresi 71
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 74
5.1 Kesimpulan 74
5.2 Diskusi 75
5.3 Saran 78
5.3.1 Saran Teoritis 78
5.3.2 Saran Praktis 79
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Produk yang Menggunakan Merek dengan
Istilah Asing 10
Tabel 3.1 Distribusi Skor Skala Sikap 58
Tabel 3.2 Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli 58
Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal 60
Tabel 3.4 Penyebaran Item Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal 61
Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 67
Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia 68
Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan 68
Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal
yang Dimiliki 69
Tabel 4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal
yang Dibeli 69
Tabel 4.6 Correlations 70
Tabel 4.7 Model Summary(b) 72
Tabel 4.8 ANOVA(b) 72
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Model Perilaku Konsumen 22
Bagan 2.2 Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan
Konsumen 23
Bagan 2.3 A Basic Model of Complex Decision Making 27
Bagan 2.4 Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor
Pengaruhnya 31
Bagan 2.5 Hubungan antara Sikap terhadap Merek Lokal dan
Keputusan Membeli pada Konsumen 51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar di Indonesia sedang ramai memperbincangkan era perdagangan bebas yang
telah dimulai pada waktu sekarang ini. Dengan dimulainya perdagangan bebas di
Indonesia maka barang-barang hasil produksi dari berbagai negara banyak masuk
ke pasar dalam negeri, hal ini menjadikan pasar di Indonesia ramai dengan
berbagai macam produk yang menggunakan merek asing ataupun lokal.
Masuknya berbagai produk dengan merek asing di pasar Indonesia membuat
produsen-produsen merek lokal menjadi lebih kreatif dan giat dalam menciptakan
produk baru, sehingga merek-merek lokal pun semakin pesat perkembangannya
dalam upaya untuk mampu bersaing dengan merek-merek asing yang telah ada.
Dengan semakin banyaknya aneka ragam merek, baik itu asing ataupun lokal
maka telah menjadi fenomena tersendiri dalam pasar Indonesia. Sehingga
konsumen dalam mengkonsumsi kebutuhannya menjadi dihadapkan pada dua
pilihan alternatif, yaitu pemilihan merek lokal atau merek asing.
2
Bila dapat dikelompokan maka beragamnya merek dapat terbagi ke dalam dua
bagian, yaitu merek asing dan merek lokal. Dengan adanya dua kelompok tersebut
mengharuskan konsumen untuk memilih salah satunya. Dimana merek lokal dan
asing memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi modal sebagai daya tarik bagi
konsumen untuk memilihnya. Sedangkan pihak konsumen juga memiliki sikap
tersendiri untuk menentukan merek mana yang akan dipilihnya.
Dalam upaya menentukan merek mana yang akan dipilihnya, maka konsumen
dihadapkan dengan dua pilihan yang harus dipilihnya, sehingga terciptalah suatu
keputusan membeli. Pada umumnya terdapat tiga cara atau model dalam
menganalisis keputusan membeli pada konsumen, yaitu seperti yang diterangkan
dalam artikel Buyer decision processes (http://en.wikipedia.org):
1. Economic models, dalam model ini konsumen lebih mengedepankan
kebutuhan mereka semaksimal mungkin. Hal ini berdasarkan asumsi pada
rasionalitas dan pengetahuan.
2. Psychological models, pada model ini konsumen lebih berkonsentrasi pada
proses psikologis dan kognitif, seperti motivasi dan rekognisi. Dalam
model ini konsumen juga mendapat pengaruh lain yang bersumber dari
budaya atau keluarga.
3. Consumer behavior models, merupakan model campuran dari kedua model
sebelumnya.
3
Ketiga hal tersebut merupakan cara atau hal yang sekiranya dilalui oleh konsumen
dalam proses pengambilan keputusan. Ketiga hal tersebut merupakan gambaran
umum dalam keputusan membeli konsumen yang nantinya akan menentukan
merek mana yang akan dipilihnya.
Pada akhirnya dapat diketahui bahwa keputusan untuk memilih antara merek lokal
dan merek asing menjadi kunci dalam diri konsumen untuk menentukan merek
mana yang akan dipilihnya. Menurut Setiadi (2003) ada beberapa hal yang
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan, yaitu: pengaruh dari
lingkungan, kognitif dari konsumen, dan afektif yang diaktifkan selama proses
pengambilan keputusan.
Selanjutnya menurut Setiadi (2003) faktor lingkungan dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen dengan menyela atau mengganggu aliran
proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Dimana ada beberapa kejadian
yang dapat mempengaruhinya, yaitu:
1. Unexpected information, yaitu munculnya informasi yang tidak
diharapkan atau tidak konsisten dengan pengetahuan yang telah ada.
Misalnya seperti suatu merek yang sebelumnya ditolak, sekarang ternyata
memiliki ciri yang baru. Hal seperti itu akan menjadikan konsumen
melakukan kontrol dalam pemecahan masalah dan menentukan rencana
keputusan yang baru.
4
2. Prominent environmental stimuli, yaitu sebuah rangsangan dari luar yang
mencolok. Hal ini dapat berupa promosi suatu produk seperti diskon atau
iklan produk baru yang diberikan oleh produsen.
3. Affective state and Psychososial, yang mencakup suasana hati atau
pengaruh psikososial yang mempengaruhi kondisi dari konsumen.
Misalnya adalah rasa bosan terhadap suatu merek tertentu atau pengaruh
sosial yang menjadikan konsumen menginginkan suatu produk dari merek
tertentu.
4. Conflicts, yaitu suatu konflik yang muncul disaat proses pengambilan
keputusan. Konflik sering terjadi dalam proses pengambilan keputusan,
yaitu pada saat konsumen dihadapkan pada dua alternatif yang harus
dipillihnya. Misalnya ketika konsumen dihadapkan untuk memilih antara
merek lokal dengan merek asing.
Selain dari faktor lingkungan, gaya hidup dari konsumen juga dapat
mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hal ini sama seperti
apa yang telah dijelaskan oleh Setiadi (2003), bahwa sikap tertentu yang dimiliki
oleh konsumen terhadap suatu objek tertentu (misalnya merek produk) bisa
mencerminkan gaya hidupnya. Jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan diantara
sikap, gaya hidup dan keputusan untuk memilih merek dalam diri konsumen.
5
Untuk memperkuat penelitian, maka peneliti telah melakukan survey pendahuluan
sebelum dilaksanakan penelitian ini. Dimana peneliti melakukan interview dengan
beberapa konsumen yang telah bekerja atau telah memiliki penghasilan sendiri
secara tetap. Survey pendahuluan ini dilakukan untuk menambah kajian dan
tentunya memperkuat hipotesa peneliti, sedangkan responden diambil secara acak
dan kriteria yang diambil agar konsumen dapat memilih merek mana yang ia pilih
dengan objektif.
Survey pendahuluan ini peneliti lakukan pada tanggal 28 Maret 2010, bertempat
di salah satu pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta Selatan. Di sini peneliti
melakukan interview ke konsumen, dan hasilnya seperti BP misalnya, seorang
pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta menyatakan bahwa ia
sangat senang dengan semakin berkembangnya merek-merek lokal dan tentu
sangat tertarik untuk mengkonsumsinya. Tapi sampai sekarang dirinya masih
sering mengkonsumsi produk-produk seperti jaket, tas ataupun sepatu yang
bermerek asing.
Sedangkan DT seorang public relations pada sebuah kantor di Jakarta merasa
bahwa merek-merek lokal memiliki variasi yang tidak kalah saing dengan merek
asing, walau demikian kualitas dari merek lokal belum sepenuhnya sama rata dan
itu yang membuat beda dari merek asing. Selama ini DT sering menggunakan
merek-merek asing walaupun tidak jarang mengkonsumsi merek lokal, asalkan
dengan syarat produknya bagus, berkualitas dan murah.
6
Responden lainnya, yaitu NW pegawai di bagian marketing pada sebuah kantor
asuransi terkemuka ini memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi maraknya
merek-merek lokal. Ia beranggapan bahwa merek lokal mantap, variasinya banya
dan tidak kalah saing dengan merek asing. Walau demikian ia lebih sering
menggunakan yang merek asing terutama yang limited edition, karena terlihat
lebih keren dan gaya. Tapi ia juga tetap membeli barang yang berek lokal, walau
hanya untuk keperluan sehari-hari yang kurang penting
Dari hasil inteview pada survey pendahuluan tersebut maka dapat diketahui
bahwa konsumen pada dasarnya menyikapi positif maraknya merek-merek lokal,
walau demikian mereka lebih mengutamakan merek asing dalam
pengkonsumsiannya. Sehingga terlihat ada keraguan pada konsumen dalam
mengkonsumsi merek lokal. Bahkan tidak hanya ragu, melainkan merek lokal
seperti dinomor duakan oleh konsumen di negerinya sendiri.
Dari hasil interview juga dapat diketahui bahwa konsumen berterus terang mereka
lebih memilih merek asing, hal ini tentu membuat persaingan antara merek lokal
dan asing semakin ketat. Konsumen dalam hal ini tahu benar mengenai merek
lokal, baik secara kualitas ataupun harganya. Tapi ada hal-hal lain yang membuat
mereka lebih memilih mengkonsumsi merek-merek asing.
7
Jika ditinjau lebih dalam lagi maka terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
keputusan membeli pada konsumen, yang mana diketahui bahwa di dalamnya
terdapat komponen-komponen dari sikap. Komponen sikap yang dimaksud sesuai
dengan yang terdapat dalam Setiadi (2003), yaitu:
1. Komponen kognitif yang mencakup kepercayaan terhadap merek.
2. Komponen afektif yang mencakup evaluasi merek.
3. Komponen konatif yang mencakup maksud untuk membeli.
Masih dalam sumber yang sama, Setiadi lebih lanjut menjelaskan bahwa
hubungan diantara ketiga komponen tersebut mengilustrasikan hierarki pengaruh
keterlibatan tinggi, yaitu kepercayaan merek mempengaruhi evaluasi merek dan
evaluasi merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap terhadap merek tertentu akan mempengaruhi apakah
konsumen jadi membeli atau tidak.
Dengan demikian maka diketahui bahwa sikap konsumen yang positif terhadap
merek lokal akan menjadikan konsumen memutuskan untuk membeli produk-
produk dengan merek lokal. Namun kondisi berbeda terjadi dalam pasar
Indonesia, dimana konsumen dengan sadar menyikapi positif kepada merek lokal,
tapi mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi merek asing. Bahkan banyak dari
konsumen yang lebih memilih produk lokal yang diberi merek asing. Hal seperti
inilah yang menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh produsen merek
lokal dan tentunya pemerintah Indonesia.
8
Keputusan untuk mengkonsumsi merek asing ini sebenarnya disadari penuh oleh
pemerintah Indonesia sejak jauh-jauh hari, seperti halnya yang diutarakan oleh
Wakil Presiden Indonesia periode 2005-2009, Jusuf Kalla (dalam
www.kompas.com, 18 Maret 2009), dimana beliau berpendapat bahwa
masyarakat Indonesia ini masih ragu-ragu dalam memakai produk dengan merek
lokal. Bahkan mereka lebih menyukai produk lokal tapi dengan merek asing.
Senada dengan Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (dalam
http://www.antara.co.id, 11 Mei 2009) menyimpulkan hasil pembicaraannya
dengan pelaku ritel, bahwa konsumen di Indonesia masih import minded. Hal ini
menyebabkan banyak produsen yang memilih memberi produknya dengan merek
berbahasa asing.
Apa yang dikatakan oleh Jusuf Kalla dan Mari Elka Pangestu itu memang benar,
hal ini dibuktikan oleh pengakuan dari seorang pengrajin sepatu dan sandal asal
Sidoarjo, Madchan (dalam www.kompas.com, 22 Desember 2008) “Kami tidak
pede jika memasang merek 'Made in Indonesia' pada sepatu dan sandal yang
kami jual. Biar laku dengan harga tinggi, kami pasang merek 'Made in Singapore'
atau 'Made in Japan'”. Dari pemaparan pengrajin sepatu dan sandal tersebut maka
dapat diketahui, bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai merek-merek asing.
9
Rasa tidak percaya diri yang ada pada produsen lokal dan masih tingginya
konsumsi terhadap merek asing membuat Menteri Perindustrian periode 2005-
2009 Fahmi Idris mengomentarinya. Dalam www.depkominfo.go.id (5 Mei 2009),
beliau menghimbau agar produsen tidak malu dalam memakai merek lokal.
Dilain kesempatan dalam zakyalhamzah.blogspot.com (13 Mei 2009) beliau juga
menanggapi perihal keraguan masyarakat dalam memilih merek lokal, beliau
berpendapat bahwa masyarakat Indonesia ini sebenarnya masih cinta dan bangga
terhadap merek dalam negeri, tapi masih butuh pelopor atau keteladanan dari
pemimpin negara maupun pemuka masyarakat untuk lebih meningkatkan
kesadaran dalam mengkonsumsi merek lokal.
Walau himbauan dari pemerintah telah ada, akan tetapi masih ada saja produsen
yang memberi merek asing pada produk buatannya. Cara lain dalam memikat
konsumen adalah tetap memberikan label ‘made in Indonesia’ pada produk, tapi
mereknya menyerupai atau menggunakan bahasa asing. Data yang diperoleh dari
www.kompas.com (14 Mei 2009), ada beberapa merek yang menggunakan cara
itu, seperti The Executive, Hammer dan Nail. Ketiga merek tersebut adalah produk
lokal yang cukup dikenal di Indonesia yang menggunakan merek dengan istilah
bahasa asing.
10
Tidak hanya di produk pakaian saja, rata-rata di industri garmen produsennya
lebih menyukai memberi merek produknya dengan bahasa asing. Seperti data
yang peneliti ambil dari tulisan Harmanto Edi Djatmiko (dalam http://swa.co.id,
29 April 2010), dimana ada beberapa produsen yang menamai produknya dengan
bahasa asing, seperti pada industri sepatu: Spotec, New Era dan Edward Forrer.
Sedangkan pada industri tas tercatat beberapa merek, seperti: Exsport, Bodypack,
Eiger dan Elizabeth. Hal ini terjadi karena konsumen masih ragu terhadap merek
lokal sehingga lebih memilih merek asing, tetapi merek asing yang konsumen
pilih itu ternyata produksi lokal pula.
Dari data-data yang peneliti dapat maka dapat diklasifikasikan mengenai produk
lokal yang menggunakan merek dengan istilah asing sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Produk yang Menggunakan Merek dengan Istilah Asing
Sumber: www.kompas.com, 14 Mei 2009 dan http://swa.co.id, 29 April 2010
Produk Merek Lokal dengan Istilah Asing
Pakaian (atasan atau bawahan) The Executive, Hammer, Nail
Tas Exsport, Bodypack, Eiger, Elizabeth
Sepatu dan sandal Spotec, New Era, Edward Forrer
11
Masalah yang terjadi mulai terlihat dengan jelas, yaitu mengenai sikap konsumen
Indonesia terhadap merek lokal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan,
Chairman Frontier Consulting Group (dalam www.infoanda.com), menyatakan:
“Salah satu tren yang menyedihkan dalam dunia pemasaran di Indonesia
adalah semakin melemahnya kekuatan merek-merek lokal. Berdasarkan
hasil survei Frontier di enam kota besar Indonesia, saya perkirakan hanya
3% yang dikuasai oleh merek asli daerah tersebut. Sisanya, sebanyak 97%,
dikuasai merek-merek nasional atau merek global yang diproduksi oleh
perusahaan multinasional”.
Jika dicermati maka benar bahwa ada suatu hambatan dalam hubungan sikap
terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada konsumen. Sikap sendiri
menurut Myers (dalam Walgito, 2002) memiliki tiga komponen, yaitu: komponen
koginitif, afektif dan konatif. Dengan adanya fenomena merek pada konsumen,
maka seharusnya sikap memiliki kontribusi terhadap keputusan membeli
konsumen. Jika konsumen menyikapi positif suatu merek maka keputusan
membelinya juga akan positif, begitu pula sebaliknya.
Fenomena-fenomena yang berhasil terungkap seperti yang telah diuraikan tersebut
sangatlah penting untuk dikaji lebih dalam. Hal ini menjadi penting karena diakhir
penelitian akan terjawab ada tidaknya hubungan dan kontribusi yang signifikan
antara keduanya, dan jawaban dari penelitian ini tentu akan bermanfaat bagi
masyarakat Indonesia, baik itu produsen, konsumen ataupun peneliti-peneliti
lainnya. Maka penelitian dengan judul “Hubungan antara Sikap dan Keputusan
Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen” layak untuk dilakukan.
12
Selain dari mencari ada atau tidak adanya hubungan antara sikap terhadap merek
lokal dan keputusan membeli pada konsumen, penelitian ini juga mencari apakah
ada kontribusi dari sikap terhadap merek lokal kepada keputusan membeli pada
konsumen. Dengan demikian pada akhirnya penelitian ini akan menjawab apakah
ada atau tidak adanya hubungan dan kontribusi yang signifikan diantara kedua
variabel tersebut, yaitu sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada
konsumen.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka
masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari faktor lingkungan terhadap
keputusan membeli pada konsumen?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan keputusan
membeli pada konsumen?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan
membeli produk merek lokal pada konsumen?
4. Apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan
membeli produk merek lokal pada konsumen?
13
1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Dari pemaparan yang ada pada latar belakang masalah dan juga identifikasi
masalah, maka peneliti merumuskan masalah menjadi apakah ada hubungan yang
signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada
konsumen? Selain dari itu penelitian ini juga akan meneliti apakah ada kontribusi
yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada
konsumen?
Dari perumusan masalah tersebut maka dibutuhkan pembatasan masalah agar apa
yang hendak diteliti tidak melebar dari jalurnya. Masalah penelitian yang dibatasi
hanya mencakup dua variabel, yaitu tentang hubungan antara sikap terhadap
merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Adapun pembatasan dari
teori yang dipakai dalam menjelaskan variabel serta konsep-konsep lainnya dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen mencakup dua
komponen. Kedua komponen tersebut adalah seperti yang dijelaskan
dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu:
a) Melakukan pembelian.
b) Tidak melakukan pembelian.
2. Sikap terhadap merek lokal, yaitu bagaimana perasaan, pola pikir dan
perilaku dari konsumen dalam hal menyikapi merek lokal. Sikap menurut
Myers (dalam Walgito, 2002) mencakup tiga komponen, yaitu:
14
a) Komponen kognitif atau komponen perseptual.
b) Komponen afektif atau komponen emosional.
c) Komponen konatif atau komponen perilaku.
3. Merek lokal, menurut Blackett (seperti dikutip dalam Kotler dan Pfoertsch,
2006) brand merupakan jaminan kualitas, asal usul, dan performa, yang
dengan demikian meningkatkan nilai yang dirasakan customer dan
mengurangi resiko dan kompleksitas dalam keputusan membeli. Lebih
lanjut merek lokal adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau
kombinasi dari kesemuanya yang menunjukkan identitas atau produksi
lokal (Indonesia) dengan maksud untuk mengidentifikasi dan
mendiferensifikasi dari produk lainnya. Dalam penelitian ini peneliti
membatasi merek lokal yang digunakan adalah yang berupa pakaian
(atasan dan bawahan), tas dan sepatu atau sandal, pembatasan terhadap
tiga produk dari merek lokal ini dikarenakan ketiga industri tersebutlah
yang sedang berkembang di pasar Indonesia dan mulai bersaing
memperebutkan konsumen dengan merek asing.
4. Subjek penelitian, yaitu pegawai baik itu pria atau wanita yang telah
bekerja atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya. Hal ini
dimaksudkan agar subjek penelitian memiliki kemampuan secara finansial
untuk mengkonsumsi baik itu merek lokal maupun merek asing.
15
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apa yang telah terumuskan
dalam perumusan masalah, yaitu apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, dan apakah
ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk
merek lokal pada konsumen.
1.5 Manfaat Penelititan
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pada akhirnya dapat
diketahui jawaban dari pertanyaan yang timbul, yaitu mengenai terdapat atau
tidaknya hubungan yang signifikan sikap terhadap keputusan membeli produk
merek lokal pada konsumen, serta ada atau tidak adanya kontribusi yang
signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada
konsumen. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah
wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan
Organisasi.
16
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait, baik
itu produsen yang memproduksi barang-barang atau jasa dengan merek lokal,
konsumen dan pemerintah Indonesia. Sehingga kesemuanya yang saling berkaitan
itu dapat bahu-membahu dalam upaya melestarikan merek-merek lokal yang
diproduksi dan dipasarkan di Indonesia.
1.6 Sistematika Penelititan
Sistematika penelitian yang ada dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu
meliputi:
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab 2 : Kerangka Teori
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori keputusan membeli, teori-
teori sikap, konsep dari merek lokal, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian.
Bab 3 : Metode Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian,
17
variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian, instrumen data, teknik pengambilan
data, teknik analisis data, uji instrumen penelitian, metode analisis
data, dan prosedur penelitian.
Bab 4 : Hasil Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum subjek penelitian,
deskripsi statistik yang mencakup hasil uji korelasi dan regresi.
Bab 5 : Penutup
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran dari
penelitian yang telah dilaksanakan.
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen
2.1.1 Definisi Keputusan Membeli
Keputusan membeli pada konsumen berdasar pada pengambilan keputusan atau
ada pula yang menyebutnya dengan pembuatan keputusan, didefinisikan dalam
Suharnan (2005) sebagai ”proses memilih atau menentukan berbagai
kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti”. Jika seorang individu
berada dalam suatu situasi dimana ia harus memilih atau memutuskan sesuatu hal,
maka individu tersebut harus melalui proses memilih dan menentukan dari
beberapa alternatif yang ada. Serta individu juga dihadapkan dengan berbagai
alternatif kemungkinan yang akan terjadi bila memilih alternatif-alternatif yang
ada.
Dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) dijelaskan bahwa
“keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih”. Hal ini
menandakan bahwa dalam pengambilan keputusan individu dihadapkan oleh
berbagai alternatif pilihan dan dirinya diharuskan untuk memilih salah satu dari
alternatif tersebut. Sehingga keputusan membeli pada konsumen mencakup dua
hal atau komponen, yaitu jadi membeli atau tidak jadi membeli.
19
Penjelasan yang tertera dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007)
tersebut mengacu pada teori pilihan Hobson. Dalam http://en.wikipedia.org dan
http://www.reference.com dijelaskan mengenai teori pilihan Hobson. Teori
pilihan Hobson menjelaskan bahwa individu atau konsumen hanya dihadapkan
dengan dua pilihan, yaitu melakukan pembelian atau tidak melakukan pembelian.
Sedangkan definisi lainnya mengenai pengambilan keputusan adalah menurut
Morgan (1986), “decision making is a kind of problem solving in which we are
presented with several alternative, among which we must choose”, yaitu
pengambilan keputusan adalah beberapa masalah yang harus dipecahkan, yang
mana kita diberikan alternatif diantara mana yang haru kita pilih.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan membeli adalah suatu proses memilih, menyeleksi atau
menentukan satu pilihan dari berbagai alternatif dengan cara yang rasional.
Dimana konsumen melakukan proses tersebut dengan maksud untuk membeli
suatu produk atau memilih suatu merek.
20
2.1.2 Tahapan dan Komponen Pembentuk Keputusan Membeli
Kotler dan Keller (2007), telah menyusun model keputusan pembelian, dimana
dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika konsumen
mengenali masalahnya atau kebutuhannya. Dimana kebutuhan tersebut
dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal. Yang tercakup
dalam rangsangan internal adalah yang berhubungan dengan kebutuhan
umum seseorang. Sedangkan rangsangan eksternal mencakup sesuatu yang
mempengaruhi atau memicu pemikiran dari individu, seperti individu yang
menginginkan sesuatu karena mendapat rangsangan atau stimulus dari luar
atau pihak lain.
2. Pencarian informasi. Terjadi ketika konsumen telah terangsang untuk
memenuhi kebutuhannya. Pada pencarian informasi ini konsumen dapat
mencarinya ke beberapa sumber, yaitu: sumber pribadi, komersial, publik
dan pengalaman.
3. Evaluasi alternatif. Yang dimaksud dengan evaluasi alternatif disini
dimana konsumen melakukan evaluasi dari beragai alternatif pilihan yang
ada. Terdapat tiga konsep dalam evaluasi alternatif, yaitu: konsumen
berusaha memenuhi kebutuhannya; konsumen mencari manfaat dari
produk atau merek yang akan dipilihnya; dan konsumen membandingkan
berbagai kelebihan atau kekurangan diantara produk atau merek yang ada.
21
4. Keputusan pembelian. Pada dasarnya terdapat dua model pada keputusan
pembelian ini, yaitu model kompensasi dan non-kompensasi. Model
kompensasi dimana konsumen memilih merek atau produk dari hasil
evaluasi alternatif, sedangkan model non-kompensasi konsumen memilih
alternatif lain atau pengganti dari yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Perilaku pasca pembelian. Dimana setelah membeli produk dari suatu
merek maka konsumen dapat merasa puas atau tidak. Dari pengalamannya
tersebut maka akan menjadi informasi untuk terus mengkonsumsi merek
tersebut atau tidak.
Lebih lanjut dalam Kotler dan Keller (1997) dijelaskan mengenai komponen dari
keputusan pembelian, dimana mencakup enam aspek, yaitu: pilihan produk,
pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat melakukan
pembelian, dan metode pembayaran.
Keenam aspek tersebut muncul sebagai komponen dari keputusan pembelian
dikarenakan penjelasan dari Kotler mengenai faktor penentu keputusan pembelian
oleh konsumen. Dimana faktor tersebut menjadi sebuah rangsangan dalam
pemasaran, yang mencakup: produk dan jasa, harga, distribusi, komunikator
(promosi). Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan membeli
konsumen adalah: keadaan ekonomi; perkembangan teknologi; politik; dan
budaya.
22
Dari serangkaian tahapan dan komponen yang dijelaskan dalam Kotler (1997)
maka dapat pula diperjelas urutannya sesuai dengan bagan di bawah ini:
Bagan 2.1
Model Perilaku Konsumen
Sumber: Kotler dan Keller (1997)
Psikologi
Konsumen
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori
Karakteristik
Konsumen
Budaya
Sosial
Personal
Rangsangan
Pemasaran:
Produk & jasa
Harga
Distribusi
Komunikator
Rangsangan
Lain:
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Proses
Keputusan
Pembelian
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan dealer
Jumlah pembelian
Saat yang tepat melakukan pembelian
Metode pembayaran
Keputusan
Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Penilaian alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
Sedangkan berdasarkan penjelasan dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli
Kasip, 2007), dimana model pengambilan keputusan mencakup tiga tahapan
utama, yaitu: masukan (mencakup pengaruh eksternal), proses (mencakup
pengambilan keputusan konsumen), keluaran (mencakup perilaku yang dilakukan
oleh konsumen setelah melakukan pengambilan keputusan)
23
Di dalam ketiga tahapan utama tersebut terdapat komponen-komponen lanjutan
yang mengarah pada proses pengambilan keputusan. Lebih jelasnya digambarkan
seperti pada bagan dibawah ini:
Bagan 2.2
Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber: Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007)
Pengaruh eksternal
Usaha pemasaran perusahaan
1. produk 2. promosi 3. harga 4. saluran distribusi
Lingkungan sosiobudaya 1. keluarga 2. sumber informal 3. sumber non komersial lain
Masukan 4. kelas sosial
Pengambilan keputusan konsumen
Proses
5. subbudaya dan budaya
Pengenalan kebutuhan Penelitian sebelum pembelian Evaluasi alternatif
Bidang psikologi 1. motivasi 2. persepsi 3. pembelajaran
Perilaku setelah keputusan
Keluaran
4. kepribadian 5. sikap
Pengalaman
Pembelian
1. percobaan 2. pembelian ulang
Evaluasi setelah pembelian
24
Pada penelitian yang dilakukan oleh Abubakar (2005) dalam jurnal mengenai
pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian
konsumen pada jamu di Banda Aceh, didapatkan hasil yang berupa pengaruh
positif. Dalam penelitian tersebut, Abubakar menggunakan teori dari Kotler
sebagai indikator penelitiannya. Dimana indikator untuk variabel keputusan
membelinya adalah product, price, place and promotion. Indikator tersebut sesuai
dengan yang telah dijelaskan dalam Kotler dan Keller (1997).
Berbeda dengan Abubakar, Haryani (2006) dalam penelitian untuk skripsinya
Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Deterjen
Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang kabupaten Purworejo,
menggunakan teori dari Kotler yang berupa pilihan produk, merek, dealer, jumlah
pembelian, saat yang tepat dalam melakukan pembelian dan metode pembayaran
sebagai indikator dari variabel keputusan membeli dalam penelitiannya. Hasil
penelitannya juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara harga,
produk dan promosi terhadap keputusan pembelian deterjen Daia konsumen ibu
rumah tangga di Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.
25
Hampir menyerupai dengan apa yang diutarakan Kotler dan Keller, maka Engel,
Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan mengenai tahapan pembentuk
keputusan membeli. Dimana di dalamnya tercakup lima hal berikut:
1. Pengenalan kebutuhan, dimana pada pengenalan masalah ini konsumen
mempersepsikan perbedaan diantara keadaan yang mereka inginkan
dengan kondisi aktual atau yang sebenarnya. Dengan demikian akan
membangkitkan serta mengaktifkan proses keputusan.
2. Pencarian informasi, disini konsumen mencari informasi terhadap suatu
merek yang menjadi pilihannya. Informasi yang dapat berasal dari ingatan
atau pengalaman masa lalunya (pencarian internal), dan juga berasal dari
lingkungan (pencarian eksternal).
3. Evaluasi alternatif, pada tahapan ini konsumen melakukan evaluasi
terhadap pilihan atau alternatif yang ada, sehingga alternatif pilihan
tersebut menjadi menyempit.
4. Pembelian, disini konsumen memilih suatu merek berdasarkan alternatif
yang telah menjadi pilihannya.
5. Hasil, pada tahapan terakhir ini konsumen melakukan evaluasi terhadap
pilihannya, apakah telah tepat dalam memenuhi kebutuhan serta
harapannya atau belum.
26
Tokoh lain yang menjelaskan tahapan dalam pengambilan keputusan adalah
Assael. Dalam bukunya, Assael (1998) menjelaskan terdapat lima tahapan dalam
keputusan pembelian, yaitu:
1. Need Arousal. Pada bagian ini konsumen malakukan pengenalan atau
mengingat kembali akan kebutuhan yang ditimbul atau yang harus
dipenuhinya. Ketika konsumen telah mengetahuinya, maka kebutuhan-
kebutuhan tersebut harus dipenuhinya.
2. Consumer Information Processing. Pemrosesan informasi disini bertujuan
untuk mencari dan memproses informasi yang relevan sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
3. Brand Evaluation. Setelah mengetahui kebutuhan dan sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhannya itu, konsumen akan melakukan evaluasi merek.
Dimana evaluasi merek dilakukan konsumen untuk mengetahui apakah
pilihannya tersebut akan membawa keuntungan bagi dirinya. Konsumen
tentu berkecenderungan untuk memilih merek yang dapat memberinya
sebuah keuntungan.
4. Purchase. Ketika semuanya menjadi semakin jelas, maka konsumen
tinggal menentukan, apakah akan membeli produk bermerek tersebut atau
tidak. Pemilihan yang dilakukan konsumen tentunya berdasar pada
pengolahan informasi dan juga evaluasi merek yang telah dilakukannya.
5. Postpurchase Evaluation. Setelah konsumen menggunakan produk atau
merek tertentu yang dipilihnya, maka mereka akan mengevaluasinya.
27
Hasil evaluasi tersebut yang nantinya akan menentukan apakah ia akan
terus menggunakan produk atau merek tersebut atau tidak.
Assael (1998) juga menggambarkan penjelasan tersebut kedalam sebuah bagan,
yaitu seperti berikut:
Bagan 2.3
A Basic Model of Complex Decision Making
Sumber: Assael (1998)
Need Arousal
Postpurchase
Evaluation
Purchase
Brand
Evaluation
Consumer Information Processing
2.1.3 Pendekatan dalam Keputusan Membeli
Dalam pengambilan keputusan terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu pendekatan normatif dan deskriptif. Menurut Glass dan Holyoak (1986) dan
Hastjarjo (1991) (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yang dimaksud dengan
pendekatan normatif ialah menitikberatkan pada apa yang seharusnya dilakukan
oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional,
28
sedangkan pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan
orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan
itu rasional atau tidak rasional.
Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan pendekatan normatif maka
harus memperhatikan lima prinsip yang diterangkan menurut Plous (1993) dan
Hastjarjo (1991), (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yaitu:
1. Memperbandingkan diantara pilihan, yaitu untuk membuat keputusan yang
rasional maka harus memperbandingkan diantara dua pilihan atau lebih.
Setelah itu baru menentukan satu pilihan yang terbaik, atau malah tidak
sama sekali.
2. Transitisitas, yaitu memilih sesuatu yang paling disukai dari beberapa
alternatif pilihan yang ada.
3. Mengabaikan faktor umum, yaitu mengabaikan faktor yang sama pada
alternatif yang berbeda. Dimana seharusnya dalam menentukan pilihan
diantara dua alternatif atau lebih hanya tergantung pada konsekuensi atau
hasil yang berbeda bukan sesuatu yang sama.
4. Dominan, yaitu memilih suatu alternatif yang memiliki sifat atau hal yang
paling menonjol dari alternatif lainnya.
5. Invarian, yaitu dalam menentukan suatu pilihan seharusnya tidak
ditentukan dengan suatu cara penyajian atau penyampaian (contohnya
iklan).
29
Pendekatan lain dalam keputusan membeli pada konsumen adalah berdasarkan
kebutuhan dari konsumen itu sendiri. Dalam bukunya, Assael (1998) menuliskan
bahwa keputusan membeli pada konsumen berdasarkan pada hierarki kebutuhan
Maslow yang sesuai dengan kondisi konsumen saat itu. Sarwono (2002)
menuliskan bahwa teori kebutuhan Maslow menerangkan mengenai lima macam
kebutuhan manusia yang berjenjang ke atas, dimana kebutuhan yang lebih tinggi
akan muncul ketika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.
Berdasarkan teori tersebut maka Assael (1998) menjelaskan mengenai keputusan
membeli konsumen berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow, yaitu:
1. Physiological needs.
2. Safety needs.
3. Social needs.
4. Ego needs.
5. Self-actualization needs.
Berdasarkan lima tahap atau pendekatan tersebutlah Assael menjelaskan bahwa
konsumen akan menentukan dalam keputusan membelinya sesuai dengan
kebutuhannya pada saat itu.
30
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan tiga faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Ketiga faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan.
Di dalam faktor lingkungan ini terdapat tiga hal yang mempengaruhinya,
yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi atau
kondisi pada saat itu.
2. Faktor perbedaan dan pengaruh individual.
Pada faktor ini merupakan faktor internal dari diri konsumen, dimana di
dalamnya mencakup lima hal yang dapat mempengaruhinya, yaitu: sumber
daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan
kepribadian, gaya hidup serta demografi.
3. Faktor psikologis.
Sedangkan dalam faktor psikologis ini terdapat tiga hal yang dapat
mempengaruhi keputusan membeli konsumen, yaitu: pengolahan
informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.
Bila digambarkan dalam suatu bagan, maka ketiga faktor yang mempengaruhi
keputusan membeli pada konsumen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
31
Bagan 2.4
Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor Pengaruhnya
Sumber: Engel, Blackweel dan Winiard (1994)
Faktor Lingkungan
Faktor Perbedaan dan
Pengaruh Individual
Faktor Psikologis
Keputusan Membeli
pada Konsumen
Faktor lain dijelaskan dalam Kotler dan Keller (2007), dimana secara terperinci
mengenai faktor-faktor dalam keputusan membeli konsumen. Dimana terdapat
empat faktor, yaitu: faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dari keempat
faktor tersebut, maka Kotler dan Keller kembali merincinya sehingga dapat
diketahui lebih jelas seperti berikut ini:
1. Faktor budaya, dimana memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam
dibandingkan dengan ke tiga faktor lainnya. Pada faktor budaya ini
tercakup tiga aspek, yaitu budaya, sub-budaya dan kelas sosial, dimana
ketiganya sangat penting bagi keputusan membeli pada konsumen. Dalam
hal ini budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar,
dimana pada masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.
Sedangkan keloas sosial sendiri masih terjadi dalam masyarakan di era
modern ini, dimana tingkatan kelas sosial dalam masyarakat kiranya dapat
32
dilihat dari tujuh tingkatan berikut: (1) masyarakat kelas bawah, (2)
masyarakat kelas menengah kebawah, (3) kelas pekerja, (4) masyarakat
kelas menengah, (5) masyarakat kelas menengah atas, (6) masyarakat
kelas atas, (7) masyarakat kelas paling atas. Dari pemaparan tersebut maka
jelas bahwa faktor budaya memiliki keterlibatan yang erat dengan
keputusan membeli konsumen.
2. Faktor sosial, memiliki isi seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran
dan status sosial. Yang dimaksud dengan kelompok acuan disini adalah
terdiri dari kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang (konsumen). Keluarga
sendiri merupakan gabungan dari kelompok acuan yang paling
berpengaruh dalam suatu pembelian atau penggunaan dari suatu produk
atau merek, sehingga keluarga menjadi organisasi pembelian konsumen
yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan peran dan status sosial
dari seorang konsumen berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang
hidupnya, seperti keluarga, klub atau organisasi. Peran juga meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, dan masing-
masing peran tersebut akan menghasilkan status.
3. Faktor pribadi, juga mempengaruhi keputusan membeli. Dimana faktor
pribadi ini meliputi: usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan dan
keadaan ekonomi; kepribadian dan konsep diri; serta nilai dan gaya hidup
konsumen. Usia dari seseorang menentukan barang-barang yang
dikonsumsinya, sesuai juga dengan siklus hidupnya. Selera orang
33
terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia.
Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup dari konsumen itu sendiri.
Pekerjaan dan keadaan ekonomi juga menjadi penentu konsumen dalam
memilih merek atau produk mana yang akan digunakannya. Dapat
dipahami perbedaan merek yang dipilih oleh pekerja “kerah biru” dengan
pekerja “kerah putih”, selain itu keadaan ekonomi dari keduanya juga
mempengaruhi kemampuan dalam memilih produk yang dikonsumsinya.
Sedangkan kepribadian dan konsep diri dari konsumen juga merupakan
bagian dari faktor pribadi yang mempengaruhi keputusan membeli, karena
masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda
yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang terakhir dari faktor
pribadi adalah gaya hidup dan nilai, dimana gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan opininya.
Lebih dari itu, nilai inti jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan
pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka
panjang.
4. Faktor psikologis, memiliki empat bagian terpenting, yaitu: motivasi,
persepsi, pembelajaran dan memori. Keempat bagian tersebut memiliki
pengaruh dalam hal keputusan membeli pada konsumen. Pada bagian
motivasi terkenal dengan hierarki kebutuhan Maslow, dimana ada lima
kebutuhan yang harus dipenuhi individu, yaitu: kebutuhan fisik,
keamanan, sosial, penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam hal
persepsi, konsumen akan menanggapi hal yang dipersepsikannya sehingga
34
berdampak pada keputusan untuk membeli atau memilih barang yang akan
dikonsumsinya. Pembelajaran sendiri meliputi perubahan perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman. Dengan demikian, pengalaman
yang baik dalam menggunakan suatu produk atau merek oleh konsumen
dapat berdampak penggunaan yang berlanjut di masa berikutnya. Hal
mengenai pengalaman juga berkaitan dengan memori, dimana informasi
atau pengalaman yang didapat oleh konsumen akan tersimpan dalam
memorinya. Dengan tersimpannya sebuah memori suatu merek maka hal
tersebut dapat di recall pada saat konsumen hendak mengambil sebuah
keputusan membeli.
Serupa dengan penjelasan dari Kotler dan Keller, Setiadi (2003) menjelaskan
empat faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen, yaitu
faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan yang terakhir adalah faktor psikologis.
Dalam keempat faktor tersebut memiliki cakupan yang lebih terperinci lagi,
dimana penjabaran dari keempat faktor tersebut dijelaskan oleh Setiadi sebagai
berikut:
1. Faktor kebudayaan mencakup kebudayaan, sub-budaya dan kelas sosial.
2. Faktor sosial mencakup kelompok referensi, keluarga, peran dan status.
3. Faktor pribadi mencakup umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor psikologis mencakup motivasi, persepsi, proses belajar,
kepercayaan dan sikap.
35
Sedangkan dalam Suharnan (2005) terdapat tiga faktor penyebab dimana individu
harus membuat suatu keputusan, ketiga situasi penyebab individu mengambil
suatu keputusan adalah:
1. Membuat prediksi kedepan.
2. Memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih.
3. Membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan
bukti-bukti yang terbatas.
Faktor lainnya yang terlibat dalam keputusan membeli adalah tipe konsumen
dalam melakukan keputusan membeli. Untuk melihat tipe konsumen dalam
keputusan membelinya maka dapat dilihat dari dua dimensi pembentuk tipe
konsumen dalam keputusan membeli yang diterangkan dalam Assael (1998)
berikut ini:
1. Tingkat pengambilan keputusan, merupakan sebuah rangkaian dari
keputusan membeli dan yang telah menjadi suatu kebiasaan. Dimana
mencakup aspek:
a) Keputusan yang ada berdasar pada proses kognitif dari perncarian
informasi dan alternatif merek.
b) Konsumen telah merasa puas dengan merek atau produk tertentu dan
telah mengkonsumsinya secara konsisten, atau telah menjadi suatu
kebiasaan dalam mengkonsumsi atau mememilih suatu merek.
36
2. Tingkat keterlibatan dalam pembelian, menggambarkan kontinum dari
tinggi ke rendah mengenai keterlibatan dalam pembelian. Dimana
mencakup aspek:
a) Keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Hal ini merupakan sesuatu
yang penting bagi konsumen, dimana terkait dengan ego dan citra diri
yang beresiko terhadap keuangan, sosial dan psikologis dari
konsumen. Dalam hal ini diperlukan waktu untuk mempertimbangkan
alternatif yang ada.
b) Keterlibatan yang rendah dalam pembelian. Ini merupakan sesuatu
yang dianggap tidak penting bagi konsumen. Resiko terhadap
keuangan, sosial atau psikologis tidak berdampak besar. Serta waktu
atau usaha untuk mencari informasi dalam mempertimbangkan
alternatif tidak terlalu penting atau bernilai bagi konsumen.
Dari penjelasan yang diuraikan oleh Assael (1998) tersebut, maka dapat diketahui
bahwa keputusan membeli pada konsumen juga dipengaruhi berdasarkan tipe
konsumen dalam keputusan membeli. Dimana tipe konsumen terbagi kedalam dua
dimensi, yaitu tingkat pengambilan keputusan dan tingkat keterlibatan dalam
pembelian.
37
2.2 Sikap terhadap Merek Lokal
2.2.1 Definisi Sikap
Pada awalnya definisi sikap dijelaskan oleh Thurstone (seperti dikutip dalam
Setiadi, 2003), dimana ia melihat sikap sebagai jumlah pengaruh yang dimiliki
seseorang atas atau menentang suatu objek.
Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002) berpendapat bahwa sikap itu
merupakan: a predisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings,
and behavior tendencies concerning the object. Dari pendapat Myers tersebut
maka diketahui bahwa dalam sikap meliputi tiga komponen, yaitu:
1. Komponen kognitif.
2. Komponen afektif.
3. Komponen konatif.
Tidak jauh berbeda dengan Myers, Hawkins (seperti dikutip dalam Ferrinadewi,
2008) mendefinisikan sikap sebagai proses pengorganisasian motivasi, emosi,
persepsi dan koginitif dengan sifatnya yang berjangka panjang dan berkaitan
dengan aspek lingkungan disekitarnya.
38
Dalam Davidoff (terj. Mari Juniati, 1991) dituliskan, “attitude/sikap mental
biasanya didefinisikan sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajarai dan
dikaitkan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku kita”. Lebih lanjut juga
dituliskan “pikiran seseorang tentang objek dari sikap mereka biasanya
terpengaruh oleh pengalaman dan informasi”. Apa yang tercantum dalam
Davidoff (1991) ini sejalan dengan konsep yang dijelaskan oleh Myers, dimana
dalam sikap terdapat tiga komponen yang berkaitan, yaitu komponen kognitif,
afektif dan konatif.
Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan
bahwa “sikap biasanya memainkan peran utama dalam membentuk perilaku”.
Maka jelas bahwa pada dasarnya terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku
pengambilan keputusan pada konsumen.
Sedangkan Allport (seperti dikutip dalam Setiadi, 2003) mendefinisikan sikap
sebaagai suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi,
diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan
atau dinamis terhadap perilaku.
Dari berbagai definisi mengenai sikap tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya sikap terhadap merek lokal adalah suatu kecenderungan yang di
dalamnya tergabung komponen kognitif, afektif dan konatif yang menuju atau
mengarah pada merek lokal dengan relatif stabil.
39
2.2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap
Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan
bahwa ”sikap bervariasi dalam intensitas (yaitu, kekuatan) dan dukungan
(favorability)”. Jadi dalam menyikapi suatu objek, setiap individu memiliki
intensitas dan dukungan yang berbeda, dimana terkait kuat atau tidaknya dan
mendukung atau tidak mendukungnya terhadap objek tersebut.
Morgan (1986) menerangkan mengenai balance theory, dimana mencakup
hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap. Elemen yang ketiga adalah
hubungan antara sikap yang baik (bagus, suka, atau positif) dengan sikap yang
tidak baik (buruk, tidak suka, atau negatif). Dengan demikian adanya hubungan
antara individu dengan objek sikapnya, dimana individu dapat menyikapi dengan
sikap positif atau negatif terhadap objek sikapnya tersebut.
Dimensi sikap lainnya adalah menurut Myers (seperti dikutip dalam Walgito,
2002), dimana Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan: a predisposition
towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies
concerning the object. Sehingga dimensi sikap berdasarkan penuturan dari Myers
ada tiga, yaitu: komponen kognitif, afektif dan konatif.
Adapun yang dimaksudkan dengan ketiga komponen pembentuk sikap oleh Myers
(seperti dikutip dalam Walgito, 2002) tersebut adalah sebagai berikut:
40
1. Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap
objek sikap.
2. Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen yang
menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang yang
merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal negatif.
3. Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu terhadap
objek sikap.
Sama seperti Myers, Solomon (seperti dikutip dalam Arnould, Price dan Zinkhan,
2002) juga menjelaskan tiga komponen pembentuk sikap, yaitu:
“Attitudes have three components: cognition, affect and behavior. In this model, cognition refers to the beliefs a consumer has about an attitude object. Affect refers to the way a consumer feels about an attitude object. Behavior involves the person’s intentions to do something with regard to an attitude object.”
Berdasarkan penjelasan dari Myers dan Solomon maka dapat diketahui bahwa
sikap memiliki tiga komponen utama dalam pembentukannya, yaitu kognitif,
afektif dan konatif. Dimana dengan ketiga komponen tersebutlah sikap dapat
diketahui dan diukur.
41
2.3 Merek Lokal
2.3.1 Definisi Merek
Merek menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (dalam Kotler dan Keller, terj.
Benyamin Molan, 2007) didefinisikan sebagai berikut:
“nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing”.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa merek adalah segala
hal yang terdapat dalam suatu produk. Sehingga dengan adanya merek, suatu
produk dapat teridentifikasi dengan baik oleh konsumen dan juga dapat dibedakan
dengan produk lainnya.
Definisi mengenai merek lokal didapat dari http://pusatbahasa.diknas.go.id, yang
mana merek didefinisikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik,
produsen, dsb) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal.
Masih dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id, merek juga diartikan menjadi:
“nama, simbol, gambar, huruf, kata, atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri dan perusahaan dagang untuk member nama pada barang-barangnya dan membedakan dari yang lain, biasanya dilindungi oleh hukum”.
42
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah lokal sendiri adalah yang menunjukkan
suatu tempat dimana produk tersebut diproduksi (pembuatan, produksi, tumbuh,
hidup, dsb).
Sehingga yang dimaksud dengan merek lokal adalah simbol, gambar, huruf, kata,
atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri atau perusahaan pada barang hasil
produksinya dengan tujuan untuk memberi nama dan membedakan produknya
dengan yang lainnya. Karena merek lokal, maka merek yang digunakan berupa
unsur-unsur yang mengandung nilai-nilai lokal. Yang dimaksudkan dengan lokal
sendiri adalah penggambaran suatu tempat atau asal produksi dari suatu barang,
yaitu berasal dari Indonesia.
2.3.2 Atribut Merek
Mengenai atribut dari merek maka dalam Kotler dan Keller (2007) dituliskan
bahwa merek-merek terkuat dunia memiliki sepuluh atribut yang sama, yaitu:
1. Merek itu unggul dalam menyerahkan manfaat yang benar-benar
diinginkan konsumen
2. Merek itu selalu relevan
3. Strategi penerapan harga didasarkan pada persepsi konsumen tentang nilai
4. Merek itu diposisikan secara tepat
5. Merek itu konsisten
6. Hierarki dan portofolio merek itu masuk akal
43
7. Merek itu memanfaatkan dan mengoordinasikan daftar lengkap kegiatan-
kegiatan pemasaran untuk membangun ekuitas
8. Manajer merek memahami arti merek bagi konsumen
9. Merek itu mendapat dukungan yang kuat dan memadai
10. Perusahaan memantau sumber ekuitas merek.
Sedangkan menurut Nicolino (seperti dikutip dalam Simamora, 2003),
menjelaskan bahwa terdapat tiga atribut dari merek, yaitu:
1. Dapat mengidentifikasi.
2. Memiliki entitas atau mewakili sesuatu yang ada.
3. Janji akan nilai tertentu.
2.3.3 Nilai dan Ekuitas Merek
Merek pada suatu produk juga memiliki nilai tersendiri, Aaker (seperti dikutip
dalam Simamora, 2003) menyebutkan bahwa merek memiliki tiga nilai, yaitu:
1. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang
memberikan kegunaan fungsional kepada konsumen.
2. Nilai emosional, yaitu pemberian sebuah perasaan atau emosi positif
kepada konsumen terhadap suatu merek.
44
3. Nilai ekspresi diri, nilai yang satu ini hampir mirip dengan nilai emosional.
Yang membedakan adalah bagaigama membuat konsumen
mengekspresikan dirinya dengan menggunakan produk dengan merek
tertentu.
Sedangkan untuk menetapkan merek terkenal maka dikenal istilah ekuitas merek.
Dimana Kotler dan Keller (terj. Benyamin Molan, 2007) mendefinisikan ekuitas
merek sebagai berikut:
“nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan”.
Sebuah agen periklanan, yaitu Young and Rubican (Y&R) mengembangkan satu
model ekuitas merek yang disebut Brand Asset Valuator (BAV) (dalam Kotler,
2007). Dimana hasilnya ada empat komponen kunci atau pilar ekuitas merek,
menurut BAV, yaitu:
1. Diferensiasi, mengukur sejauh mana sebuah merek dilihat berbeda dari
merek lain
2. Relevansi, mengukur keluasan daya tarik merek
3. Penghargaan, mengukur baiknya anggapan dan penghargaan terhadap
merek
4. Pengetahuan, mengukur seberapa akrab dan intimnya konsumen terhadap
merek itu.
45
Sedangkan menurut Piramida Resonansi Merek (dalam Kotler dan Keller, 2007),
menyatakan bahwa penciptaan ekuitas merek terjadi bila keenam hal ini telah
tercapai:
1. Penonjolan merek
2. Kinerja merek
3. Citra merek
4. Penilaian merek
5. Perasaan merek
6. Resonansi merek.
2.3.4 Fungsi Merek
Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Leonard L. Berry (dalam Lovelock
dan Wirtz, 2004) disimpulkan “strong brands increase customers’ trust of
invisible products while helping them to better understand and visualize what they
are buying”. Dari penelitian ini maka diketahui bahwa salah satu fungsi merek
adalah untuk membantu konsumen memahami produk yang ditawarkan oleh
produsen, dan juga membantu konsumen dalam menggambarkan jenis produk
tersebut. Sehingga merek dapat benar-benar menerangkan suatu produk dan
memudahkan konsumen untuk membelinya.
46
Selain berfungsi untuk pemberi nama pada produk dan membedakan dengan
produk lainnya, merek menurut Caspar, Hecker dan Sabel (seperti dikutip dalam
Kotler dan Pfoertsch, 2006) memiliki fungsi terpenting sebagai:
1. Meningkatkan efisiensi informasi.
2. Mengurangi resiko.
3. Menciptakan nilai tambah atau manfaat citra.
Jadi jelas bahwa merek berkaitan dengan sikap konsumen yang mempengaruhi
kognisi, afeksi dan konasi dari konsumen, sehingga berhubungan juga dengan
keputusan membeli dalam memilih suatu merek.
2.3.5 Manfaat Merek
Manfaat dari merek dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang
konsumen dan produsen. Simamora (200) menuliskan mengenai manfaat merek
dari dua sudut pandang tersebut. Dimana Simamora menjelaskan bagi konsumen
merek bermanfaat dalam tiga hal, yaitu:
1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.
2. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan
informasi tentang produk dan tempat membelinya.
3. Meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong
menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari
pesaing.
47
Sedangkan dari sudut pandang yang kedua, yaitu sudut pandang produsen. Masih
dalam Simamora (2003) dijelaskan mengenai empat hal manfaat dari merek bagi
produsen, yaitu:
1. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah
yang timbul.
2. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas
produk.
3. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan
menguntungkan.
4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
2.4 Kerangka Berpikir
Konsumen merupakan individu-individu yang berperan aktif dalam
mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh produsen. Dalam
mengkonsumsi suatu produk maka konsumen akan dihadapkan oleh berbagai
pilihan yang ditawarkan produsen. Sedangkan seperti yang telah kita ketahui,
bahwa pasar di Indonesia ini memiliki banyak produsen, sehingga produk yang
ditawarkan menjadi beragam.
48
Upaya produsen dalam menamai dan membedakan produknya dengan produk
lainnya yaitu dengan menggunakan merek pada produknya. Merek sendiri
memiliki makna yang beragam, selain untuk membedakan diantara produk-produk
lainnya, maka merek yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan konsumen
terhadap produk yang mereka beli tersebut.
Merek dalam pasar di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu merek
lokal dan merek asing. Dengan adanya kedua pilihan tersebut maka konsumen
juga menjadi dihadapkan dalam dua pilihan dalam memilih merek mana yang
akan dipilihnya. Dalam upaya memutuskan merek mana yang akan dipilihnya,
maka konsumen memiliki beragam hal yang mempengaruhi keputusannya
tersebut.
Merek lokal yang ada di pasar Indonesia juga telah banyak, tapi yang lebih
berkembang adalah merek lokal pada industri garmen dan fashion. Industri
garmen sendiri terbagi pada tiga produksi, yaitu pakaian (atasan dan bawahan),
tas, sepatu dan sandal.
Hal tersebut sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Harmanto Edi Djatmiko
(http://swa.co.id, 29 April 2010), yang pada intinya dituliskan “khususnya di
industri garmen dan fashion ini, Indonesia memang sedang bertransisi dari
ekonomi maklun ke ekonomi merek”.Dari penjelasan tersebut maka semakin jelas
49
bahwa merek lokal yang sedang berkembang dan ramai dipasaran adalah pada
industri garmen atau fashion.
Bagi konsumen sendiri dalam menentukan merek mana yang akan dipilihnya
tentu yang harus membawa dampak positif atau menguntungkan untuk dirinya.
Maka dari itu dalam proses pengambilan keputusan, konsumen akan menentukan
sikapnya terhadap suatu merek.
Dalam hal ini sikap yang didalamnya mencakup tiga komponen, yaitu komponen
kognitif, afektif dan konatif selayaknya memiliki hubungan yang signifikan
dengan keputusan membeli pada konsumen. Hal ini dikarenakan dengan
terjadinya pengolahan data-data atau pengetahuan tentang suatu merek yang telah
konsumen miliki sebelumnya.
Dari kesemuanya itu akhirnya menjadi sebuah pengalaman, baik yang dialami
sendiri atau berdasarkan informasi yang didapatnya, sehingga menimbulkan sikap
positif atau negatif pada sebuah merek. Timbulnya sikap, baik itu positif atau
negatif akan mempengaruhi keputusan membeli konsumen terhadap merek
tersebut.
50
Sikap positif konsumen terhadap suatu merek maka akan menjadikan konsumen
memilih merek tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika suatu merek telah disikapi
negatif oleh konsumen maka merek tersebut tidak akan menjadi pilihan
konsumen. Merek yang dalam penelitian ini tercakup dalam merek lokal dan asing
memiliki ciri masing-masing yang dapat membawa keunggulan dalam bersaing
memperebutkan pilihan konsumen.
Merek baik pada merek lokal ataupun merek asing sangat beragamnya macamnya,
tapi bila dilihat dalam pasar di Indonesia maka persaingan antara merek lokal dan
asing menjadi mengkerucut. Oleh karena itu pada penelitian ini merek lokal yang
dimaksud adalah sebatas pakaian (atasan dan bawahan), tas, sepatu dan sandal.
Hal tersebut dikarenakan pada merek-merek lokal di sektor tersebutlah yang
sekarang ini sedang ramai diproduksi dipasaran untuk memasok kebutuhan
konsumen. Sehingga berdasarkan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002)
dan teori keputusan membeli Schiffman dan Kanuk (2007) dapat lebih
menjelaskan penelitian mengenai hubungan antara sikap dan keputusan membeli
produk merek lokal pada konsumen ini.
Agar lebih jelas alur dari penelitian ini maka dapat dilihat seperti yang tercakup
dalam bagan penelitian di bawah ini:
51
Bagan 2.5
Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli
Produk Merek Lokal pada Konsumen
Sikap terhadap
Merek Lokal:
Pakaian (atasan&bawahan)
Tas
Sepatu dan sandal
Keputusan
Membeli
pada
Konsumen
Tidak
Membeli
Membeli
Negatif
Positif
1. Kognitif
2. Afektif
3. Konatif
2.5 Hipotesis
H0 : tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli
produk merek lokal pada konsumen.
H1 : ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli
produk merek lokal pada konsumen.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif,
dimana pendekatan kuantitatif merupakan salah satu cara dalam penelitian yang
data-datanya diolah dengan teknik statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan
dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang ada.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena ingin
mencari hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada
konsumen. Dengan menggunakan teknik statistik maka data yang didapat akan
diolah, sehingga diketahui hubungan dari kedua variabel yang ada. Dengan
diketahuinya apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak terhadap dua
variabel tersebut, maka dapat ditentukan pula hipotesis mana yang diterima pada
penelitian ini.
53
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian korelasional.
Dimana jenis penelitian korelasional menurut Nisa (2008) adalah untuk
mengetahui apakah dua atau lebih variabel yang dapat dikuantifikasi memiliki
hubungan tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuannya adalah menggunakan
hubungan yang ada untuk membuat prediksi
Seperti apa yang telah dijelaskan dalam Nisa (2008), karena penelitian ini
bertujuan untuk mencari suatu hubungan dari dua variabel yang ada maka
digunakanlah jenis penelitian korelasional.
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Dalam Kerlinger (2006) dijelaskan bahwa variabel merupakan simbol atau
lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Terdapat dua variabel pada
penelitan kali ini, dimana kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan membeli pada konsumen.
2. Sikap terhadap merek lokal.
54
3.2.2 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel, yaitu
variabel keputusan membeli dan sikap terhadap merek lokal adalah sebagai
berikut:
1. Keputusan membeli produk merek lokal adalah terukurnya suatu
keputusan membeli sebuah produk dengan dilihat dari indikator yang
diterangkan dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu:
a) Melakukan pembelian.
b) Tidak melakukan pembelian.
2. Sikap terhadap merek lokal adalah terukurnya suatu sikap dari konsumen
pada merek lokal dilihat dari indikator yang diterangkan menurut Myers
(dalam Walgito, 2002), yaitu:
a) Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu hal-
hal yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi
terhadap objek sikap.
b) Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen
yang menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang
yang merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal
negatif.
c) Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
55
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu
terhadap objek sikap.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari jumlah sampel yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai baik pria maupun wanita
yang masih dalam masa bekerja pada sebuah perusahaan, dan dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Pegawai baik pria maupun wanita yang bekerja dalam perusahaan dengan
gaji yang tetap, atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya.
2. Populasi yang ada dalam perusahaan tersebut terdiri dari 5 direktorat,
yaitu:
a) Direktorat operasi 28 pegawai.
b) Direktorat keuangan 40 pegawai.
c) Direktorat sumber daya manusia 45 pegawai.
d) Direktorat pengembangan 60 pegawai.
e) Direktorat umum 27 pegawai.
Sehingga jumlah keseluruhannya adalah berjumlah 200 pegawai.
56
Dalam penelitian yang dijadikan populasi adalah PT. ANTAM, Tbk. Dimana
pegawai pada perusahaan tersebut peneliti anggap telah memasuki kualifikasi
yang dibutuhkan pada penelitian ini.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian kecil yang diambil dari populasi. Pada penelitian ini
menggunakan teknik sampling probability sampling dengan jenis cluster random
sampling. Dalam Nazir (2005), cluster random sampling merupakan salah satu
jenis dari teknik probability sampling yang membagi populasi kedalam kelompok
berdasarkan area atau cluster. Untuk memilih sampelnya maka dilakukan
randomisasi diantara cluster-cluster yang ada.
Peneliti menggunakan teknik ini karena penelitian kali ini akan mengukur
hubungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada
konsumen. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah pegawai baik pria maupun
wanita yang bekerja dalam sebuah perusahaan.
Penggunaan teknik cluster ini dilakukan dengan merandom beberapa direktorat
yang ada dalam sebuah perusahaan. Karena dalam perusahaan terdapat lima
direktorat, maka ke lima nama direktorat tersebut peneliti tulis dalam beberapa
kertas yang kemudian dikocok untuk proses penentuannya atau disebut
randominasi. Akhirnya akan terpilih satu direktorat yang akan dijadikan sampel
57
dalam penelitian ini. Dengan proses dan teknik seperti ini berarti tidak ada
pegawai yang dibeda-bedakan, karena semua pegawai yang terdapat pada
direktorat yang terpilih akan menjadi sampel dalam penelitian ini.
Dalam perusahaan tersebut memiliki lima direktorat sebagai berikut:
1. Direktorat operasi dengan jumlah 28 pegawai.
2. Direktorat keuangan dengan jumlah 40 pegawai.
3. Direktorat sumber daya manusia dengan jumlah 45 pegawai.
4. Direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai.
5. Direktorat umum dengan jumlah 27 pegawai.
Sedangkan untuk pegawai yang dijadikan sampel penelitian adalah yang
tergabung dalam direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai.
3.4 Instrumen Data
Pada penelitian kali ini instrumen data yang digunakan berupa metode kuesioner
dengan skala model Likert yang dibuat untuk mengukur sikap terhadap merek
lokal dan keputusan membeli pada konsumen.
Skala Likert ini memiliki karakteristik berupa pertanyaan tertutup dan pilihan
jawaban yang telah disediakan. Pada skala ini, baik untuk variabel sikap pada
merek lokal maupun keputusan membeli pada konsumen dipergunakan empat
kategori pilihan jawaban. Adapun keempat pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
58
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Sedangkan untuk variabel keputusan membeli diberi dua pilihan jawaban, yaitu
membeli dan tidak membeli. Dari pilihan jawaban tersebut maka akan dilakukan
skoring dengan cara penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Distribusi Skor Skala Sikap
No. Jawaban Favorable Unfavorable
1. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
2. Tidak Setuju (TS) 2 3
3. Setuju (S) 3 2
4. Sangat Setuju (SS) 4 1
Tabel 3.2
Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli
No. Jawaban Skoring
1. Membeli Produk dengan Merek Lokal 1
2. Tidak Membeli Produk dengan Merek Lokal 0
59
Sedangkan instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini
mencakup dua skala, yaitu:
1. Skala keputusan membeli, dimana berlandaskan teori dari Schiffman dan
Kanuk (2007)
2. Skala sikap terhadap merek lokal, dimana berlandaskan teori dari Myers
(dalam Walgito, 2002).
3.5 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang mencakup
dua buah skala model Likert dengan fungsi untuk mengukur keputusan membeli
pada konsumen dan sikap terhadap merek lokal, kepada subjek yang menjadi
sampel penelitian.
Subjek sendiri akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian pengantar, yang berisi nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan
data subjek serta data yang diberikannya dan ucapan terimakasih.
2. Bagian data kontrol, berisi tentang data diri subjek, seperti usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan kesediannya menjadi subjek penelitian.
3. Bagian inti, dimana berisi dua alat ukur mengenai keputusan membeli dan
sikap pada merek lokal.
60
Ketiga bagian tersebut, bagian pengantar, bagian data kontrol dan bagian inti akan
digabung menjadi satu kesatuan. Dan subjek yang menjadi sampel penelitian akan
diminta mengisi secara bertahap, serta tidak melewati tahapan ataupun nomor
yang ada.
Pada bagian inti mengenai alat ukur sikap dapat dilihat lebih jelas dengan blue
print yang ada di bawah ini:
Tabel 3.3
Blue Print Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal
Sikap Jenis Produk Merek Lokal Jumlah
Pakaian
(atasan atau
bawahan) Tas
Sepatu atau
Sandal
Kognitif
Favorable 53,54,56,57,59 5
Unfavorable 41,42,45*,47,49 5
Afektif
Favorable 33,34,35,36,39 5
Unfavorable 51,52,55,58,60 5
Konatif
Favorable 43,44,46,48,50 5
Unfavorable 31*,32*,37,38*,40 5
Total 30 30
Ket: (*) = item yang tidak valid
Setelah dilakukan uji validitas maka diketahui beberapa item yang tidak valid.
Item-item yang tidak valid tersebut kemudian disisihkan, dan sisa item yang valid
akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian atau field study. Sehingga item yang
61
digunakan dalam field study, baik pada alat ukur keputusan membeli dan sikap
terhadap merek lokal adalah menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.4
Penyebaran Item Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal
Sikap Jenis Produk Merek Lokal Jumlah
Pakaian
(atasan atau
bawahan) Tas
Sepatu atau
Sandal
Kognitif
Favorable 39,40,42,43,45 5
Unfavorable 28,29,33,35 4
Afektif
Favorable 21,22,23,24,26 5
Unfavorable 37,38,41,44,46 5
Konatif
Favorable 30,31,32,34,36 5
Unfavorable 25,27 2
Total 26 26
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dari
penelitian kali ini. Analisis data akan dilakukan dengan metode statistik, tepatnya
dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui signifikansi hubungan sikap
dengan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
Setelah itu juga dilakukan uji analisis regresi, sehingga akan diketahui apakah ada
kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek
lokal pada konsumen. Jadi akan ada dua uji hipotesis dalam pengolahan data yang
62
berfungsi untuk menjawab hipotesis yang ada. Pengolahan data yang akan
dilakukan mencakup:
1. Uji validitas, yaitu untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
2. Uji reliabilitas, yaitu untuk mengetahui ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang
terdapat dalam skala.
3. Uji hipotesis, yaitu untuk menjawab pertanyaan utama dari penelitian ini,
apakah terdapat hubungan yang signifikan sikap dengan keputusan
membeli produk merek lokal pada konsumen, dan apakah ada kontribusi
yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek
lokal pada konsumen. Dalam uji hipotesis ini menggunakan metode
korelasi pearson product moment dan uji analisis regresi.
3.7 Uji Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian atau field study dilaksanakan, maka peneliti melakukan uji
instrumen dengan menggunakan enam puluh item dari dua skala yang ada, yaitu
tiga puluh item pada skala keputusan membeli produk merek lokal dan tiga puluh
item pada skala sikap terhadap merek lokal. Uji instrumen ini dilaksanakan pada
pegawai di PT. ANTAM, Tbk sebanyak 32 pegawai yang berada pada unit kerja
yang sama. Uji instrumen ini dilakukan dengan maksud:
63
1. Mengetahui tingkat validitas per item dari dua skala yang ada. Dengan
demikian item yang memiliki tingkat validitas rendah akan disisihkan
ketika dilakukan field study.
2. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen atau skala yang digunakan dalam
penelitian ini.
3.7.1 Uji Validitas
Dalam Kerlinger (2006) diterangkan bahwa validitas adalah pokok soal yang
kompleks, kontroversial dan penting dalam penelitian behavioral. Dengan
demikian, validitas merupakan kesungguhan dalam mengukur apa yang
sebenarnya ingin kita ukur. Jadi dalam hal ini ditekankan mengenai apa yang
sedang diukur.
Anastasi dan Urbina (terj. Robertus Hariono S. Imam, 2007) juga menjelaskan
bahwa validitas tes menyangkut apa yang diukur dalam tes tersebut, dan seberapa
baik tes tersebut dapat mengkur apa yang hendak peneliti ukur. Selain dari itu,
validitas tes juga dapat memberi tahu kita tentang apa yang bisa kita simpulkan
dari skor-skor tes tersebut.
Dari uji isntrumen yang telah peneliti lakukan untuk skala sikap terhadap merek
lokal, dapat diketahui dari data yang ada pada tabel 3.3 dan tabel 3.4 dapat
diketahui terdapat duapuluh enam item yang valid. Keduapuluh enam item yang
64
valid tersebut tersebar dalam indikator kognitif sebanyak sembilan item; afektif
sebanyak sepuluh item; dan konatif sebanyak tujuh item.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Kerlinger (2006) menjelaskan bahwa reliabilitas dapat pula disebut dengan
keandalan adalah kemantapan, konsistensi, prediktabilitas/keteramalan, dan
kejituan/ketepatan alias akurasi. Lebih lanjut Kerlinger juga mendefinisikan
reliabilitas dengan cara menjelaskan dari hal-hal berikut ini:
1. Jika kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan
instrumen yang sama atau mirip, akankah kita mendapat hasil yang sama
atau serupa pula. Hal ini menyiratkan pada suatu definisi reliabilitas dalam
kaitannya dengan stabilitas atau kemantapan, keterpercayaan
(dependability) dan keteramalan (predictability).
2. Apakah ukuran-ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur
adalah ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur itu. Definisi ini
berkaitan dengan ketepatan alias kejituan atau akurasi.
Sedangkan dalam Anastasi dan Urbina (terj. Robertus Hariono S. Imam, 2007)
diterangkan bahwa reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh
orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada
kesempatan berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent
items) yang berbeda, atau dalam kondisi pengujian yang berbeda.
65
Dari hasil uji instrumen penelitian yang peneliti lakukan, maka dapat dilihat
reliabilitas dari kedua skala yang ada. Berdasarkan pada uji reliabilitas
menggunakan SPPS versi 11.5 maka pada skala sikap terhadap merek lokal
memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0.9213. Berdasarkan tingkatan reliabilitas
kedua skala tersebut maka dapat dinyatakan skala yang ada tergolong reliabel.
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berguna
untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara keputusan membeli
dengan sikap terhadap merek lokal. Sehingga data yang ada akan diolah dengan
menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi.
3.9 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap prosedur penelitian.
Sekiranya terdapat lima tahap prosedur penelitian yang dilakukan peneliti,
sehingga penelitian ini menjadi lengkap dari awal sampai akhir. Kelima tahap
prosedur penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap perisiapan. Pada tahap ini peneliti melakukan survey ke tempat
dimana penelitian akan dilaksanakan, dalam hal ini peneliti mengecek
apakah subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian memang
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
66
2. Tahap uji coba. Dalam tahap ini dilakukan try out atau uji coba penelitian,
dimana uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian atau field study
nantinya.
3. Tahap field study. Di dalam tahap inilah penelitian yang sebenarnya
dilakukan. Item-item yang tidak valid pada tahap uji coba telah disisihkan,
sehingga item pada skala atau kuesioner yang diberikan pada responden
merupakan item pilihan yang memiliki tingkat validitasi di atas rata-rata.
4. Tahap pengolahan data. Setelah responden mengisi semua data atau
kuesioner yang dibagikan, maka data-data yang ada diolah dan menjadi
data mentah atau raw score. Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini
atau untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini.
5. Tahap penutup. Pada tahap ini hasil dari field study telah diketahui, dan
dari hasil tersebut akan diketahui kelebihan atau kekurangan yang ada dari
penelitian ini. Dengan adanya hasil tersebut maka juga dapat dibuat
kesimpulannya, serta diskusi dan saran untuk penelitian-penelitian
berikutnya.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada pegawai di PT. ANTAM, Tbk. Pegawai yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini tergabung dalam divisi atau satuan kerja
yang sama, sehingga di dalamnya tercampur antara pegawai pria maupun wanita
dan juga dari berbagai rentang umur yang berbeda.
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa responden yang
mengikuti penelitian ini berjumlah enam puluh orang, dengan rincian empat puluh
enam laki-laki dan empat belas perempuan.
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki
Perempuan
46
14
Total 60
68
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Bila dilihat dari faktor usia maka ke enampuluh responden tersebut dapat
diketahui gambarannya dengan pembagian sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Rentangan Usia Jumlah
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
5
11
28
16
Total 60
4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan
Gambaran subjek penelitian bila diklasifikasikan berdasarkan pendapatannya per
bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan per Bulan Jumlah
Rp. 1.000.000,- s.d. Rp. 3.000.000,- 20
Rp. 3.000.100,- s.d. Rp. 5.000.000,- 27
≥ Rp. 5.000.100,- 13
Total 60
69
4.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki
Bila subjek diklasifikasikan berdasarkan presentase banyaknya produk (pakaian,
tas, sepatu atau sandal) bermerek lokal yang mereka miliki, maka gambaran yang
ada adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki
Presentase Produk yang Dimiliki Jumlah
0-50% 29
51-100% 31
Total 60
4.1.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli
Sedangkan jika subjek diklasifikasikan berdasarkan presentase banyaknya produk
(pakaian, tas, sepatu atau sandal) bermerek lokal yang mereka beli dalam kisaran
waktu enam bulan, maka gambaran yang ada adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli
Presentase Produk yang Dimiliki Jumlah
0-50% 27
51-100% 33
Total 60
70
4.2 Deskripsi Statistik
4.2.1 Uji Hipotesis
Berdasarkan data yang didapat maka peneliti melakukan uji hipotesis yang berupa
uji korelasi. Dimana uji hipotesis ini menggunakan SPSS versi 11.5. Dari hasil uji
hipotesis ini didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Correlations
Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5
KEPME
M SIKAP KEPMEM Pearson Correlation 1 .475(**) Sig. (1-tailed) . .000 Sum of Squares and
Cross-products 84.983 305.450
Covariance 1.440 5.177 N 60 60 SIKAP Pearson Correlation .475(**) 1 Sig. (1-tailed) .000 . Sum of Squares and
Cross-products 305.450 4868.850
Covariance 5.177 82.523 N 60 60
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
71
Dari hasil uji hipotesis ataur korelasi dengan menggunakan SPSS versi 11.5, maka
dapat diketahui bahwa hasil signifikansinya adalah sebesar 0.00. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara dua variabel
dalam penelitian ini, karena nilai signifikasinya (0.00) lebih kecil dibanding
dengan 0.05. Selain dari itu angka korelasi (r hitung) sebesar 0.475, yang berarti
lebih besar dibandingkan r tabel, yaitu 0.254. Karena r hitung (0.475) lebih besar
daripada r tabel (0.254) maka hasil dari penelitian ini dinyatakan memiliki
hubungan yang signifikan.
Dengan demikian hasil dari penelitian ini telah menjawab dari hipotesis yang ada,
yaitu ditolaknya H0. Sehingga hal tersebut menyebabkan H1 diterima, yaitu ada
hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek
lokal pada konsumen.
4.2.2 Uji Regresi
Uji statistik berikutnya adalah uji regresi. Dimana uji regresi ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa besar sikap terhadap merek lokal mempengaruhi
keputusan membeli pada konsumen. Dalam uji regresi ini peneliti menggunakan
SPSS versi 11.5, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
72
Tabel 4.7
Model Summary(b)
Sumber: Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5
Model R
R Squa
re
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimat
e Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .503(a) .253 .240 1.066 .253 19.607 1 58 .000 2.334
a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa besaran R Square sebesar 25.3% yang
berarti sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada
konsumen sebesar 25.3%.
Tabel 4.8
ANOVA(b)
Sumber: Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 19.163 1 19.163 16.886 .000(a)
Residual 65.821 58 1.135 Total 84.983 59
a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
73
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka signifikansi sebesar 0.00, dimana
lebih kecil daripada 0.05. Hal tersebut menjadikan H0 ditolak, dengan ditolaknya
H0 maka sebaliknya, yaitu H1 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen diterima
Sedangkan untuk mengetahui nilai dari sikap konsumen terhadap merek lokal,
apakah bernilai positif atau negatif maka hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
korelasi. Dimana hasilnya telah ditunjukkan sebelumnya pada tabel 4.6, yang
mana angka korelasi menunjukkan nilai 0.475. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai dari sikap itu sendiri adalah bernilai positif, yang berarti semakin positif
sikap terhadap merek lokal, maka semakin tinggi pula keputusan untuk membeli
produk merek lokal tersebut.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan
SPSS versi 11.5, maka diketahui bahwa besaran angka korelasi (r hitung) dengan
menggunakan jumlah responden (N) sebanyak 60 responden adalah sebesar 0.475.
Dengan demikian besaran r hitung (0.475) menunjukkan angka yang lebih besar
dari r tabel (0.254), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan diantara dua variabel.
Karena r hitung (0.475) lebih besar daripada r tabel (0.254) maka hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa H0 ditolak, dan H1 yang menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek
lokal pada konsumen diterima.
Selanjutnya, dari hasil uji regresi dapat diketahui bahwa besaran R Square adalah
25.3%, yang berarti sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan
membeli pada konsumen sebesar 25.3%.
75
5.2 Diskusi
Hasil dari penelitian ini telah menjawab dari hipotesis yang ada, dimana ada
hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek
lokal pada konsumen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap dari
konsumen terhadap merek lokal memiliki hubungan serta memiliki suatu
pengaruh terhadap suatu bentuk perilaku keputusan membeli dari konsumen itu
sendiri.
Adanya hubungan yang signifikan pada hasil dalam penelitian ini pada akhirnya
memperkuat beberapa teori yang telah ada, seperti yang diterangkan dalam
Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), dimana sikap sebagai salah
satu penentu dalam keputusan membeli. Selain dari sikap juga ada aspek lain yang
menjadi penentu keputusan membeli konsumen, yaitu persepsi, pengalaman atau
kepribadian dari konsumen itu sendiri.
Selain dari itu, Engel, Blackweel dan Winiard (1994) juga menjelaskan tiga faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan membeli, yaitu:
1. Faktor lingkungan, yang di dalamnya mencakup budaya, kelas sosial,
pengaruh pribadi, keluarga atau situasi pada saat itu.
2. Faktor perbedaan dan pengaruh individual, mencakup lima hal yang dapat
mempengaruhinya, yaitu: sumber daya konsumen, motivasi dan
76
keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian, gaya hidup serta
demografi.
3. Faktor psikologis, yang mencakup pengolahan informasi, pembelajaran
dan perubahan sikap atau perilaku.
Bila pembahasan tersebut dikaji lebih dalam, maka dapat diketahui bahwa
keterlibatan sikap dalam keputusan membeli terletak didua faktor, yaitu faktor
perbedaan dan pengaruh individual serta faktor psikologis. Hal ini menandakan
bahwa dari para ahli tersebut menyatakan bahwa memang ada hubungan dan
pengaruh dari sikap terhadap keputusan membeli konsumen. Sehingga jelas dan
benar bahwa H1 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap dan
keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen diterima.
Walau hasil dari penelitian ini menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen, tapi bila
dilihat dari survey pendahuluan maka terlihat sedikit berbeda. Dalam survey
pendahuluan terlihat konsumen memang bersikap positif terhadap merek lokal,
tetapi mereka tidak memiliki produk dengan merek lokal untuk dibelinya.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh hal tertentu, seperti lokasi dilakukannya
penelitian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi survey
pendahuluan adalah di pusat perbelanjaan. Sehingga rasionalitas dari konsumen
77
yang berada di pusat perbelanjaan akan lebih mudah terganggu, karena langsung
dihadapkan dengan stimulus-stimulus yang diberikan oleh produsen.
Selanjutnya bila dilihat dari hasil uji regresi, maka diketahui bahwa sikap terhadap
merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen sebesar 25.3%.
Dengan demikian berarti terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi keputusan
membeli pada konsumen sebesar 74.7%.
Beberapa hal lain yang sekiranya memiliki hubungan dan pengaruh dengan
keputusan membeli bisa saja seperti aspek-aspek yang diterangkan dalam
Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), yaitu persepsi, pengalaman
atau kepribadian dari konsumen; atau faktor-faktor yang diterangkan dalam Engel,
Blackweel dan Winiard (1994), yaitu faktor lingkungan, perbedaan dan pengaruh
individual, serta psikologis.
Selain dari itu pendapat dari Menteri Perindustrian periode 2005-2009 Fahmi Idris
dalam zakyalhamzah.blogspot.com (13 Mei 2009), juga memungkinkan termasuk
dalam 74.7% hal lain yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen.
Dimana beliau mengutarakan bahwa masyarakat Indonesia ini sebenarnya masih
cinta dan bangga terhadap merek dalam negeri, tapi masih butuh pelopor atau
keteladanan dari pemimpin negara maupun pemuka masyarakat untuk lebih
meningkatkan kesadaran dalam memilih merek lokal.
78
Jadi walau hasil dari penelitian yang menggunakan teori dari Schiffman dan
Kanuk (2007, h. 508), dan Myers (dalam Walgito, 2002) menunjukkan hasil yang
signifikan, tetapi masih sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian
lanjutan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan dan kekurangan yang ada dari
penelitian ini. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini masih dapat
dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
Dalam penelitian ini memang masih terdapat kekurangan, maka dari itu peneliti
menyarankan kepada pihak-pihak lain yang hendak meneliti dengan tema yang
sama atau serupa, sebaiknya memperhatikan saran-saran yang peneliti berikan.
Ada baiknya untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang mempengaruhi
keputusan membeli, karena dari hasil penelitian ini terdapat 25.3% dari keputusan
membeli yg dipengaruhi oleh sikap. Jadi ada hal-hal lain yang sekiranya
mempengaruhi keputusan membeli yang dapat diteliti.
Selanjutnya, kondisi dari subjek penelitian juga penting untuk diperhatikan. Bila
dilihat dari bagian diskusi maka diketahui dengan jelas bahwa tempat yang
berbeda juga dapat mempengaruhi sikap dan keputusan membeli dari konsumen
79
itu sendiri. Jadi dengan semakin lengkapnya hasil yang ada maka diharapkan
penelitian ini juga dapat semakin bermanfaat.
5.3.2 Saran Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Sehingga peneliti menyarankan agar pihak-pihak yang terkait dapat
menggunakannya dengan baik, seperti:
1. Untuk produsen dan pemerintah Republik Indonesia, diharapkan dapat
lebih memberikan daya minat konsumen mengenai merek lokal. Hal ini
dikarenakan faktor sikap dari konsumen hanya mempengaruhi keputusan
membeli sebesar 25.3%, jadi masih ada faktor-faktor lain yang dapat
dimanfaatkan produsen dan pemerintah agar konsumen memilih merek
lokal. Serta pemberdayaan kepada konsumen oleh produsen atau
pemerintah juga penting untuk dilakukan, sehingga konsumen tidak
terjebak dengan merek saja, tapi juga mengetahui kualitas dari suatu
produk.
2. Untuk konsumen, sekiranya tidak menilai suatu produk dari mereknya
saja. Selama ini konsumen sering mengeneralisasikan bahwa semua merek
lokal lebih buruk dibanding merek asing, semoga hasil dari penelitian ini
dapat meluruskan anggapan-anggapan yang ada pada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, R. (2005). Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses
keputusan pembelian konsumen pada jamu di Banda Aceh. Jurnal Sistem
Teknik Industri, Volume 6, No. 3, 55&60. Diambil tanggal 28 Juni 2010
dari repository.usu.ac.id
Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes psikologi (psychological testing) (edisi
ke-7). (terj. Drs. Robertus Hariono S. Imam, M.A.). Jakarta: PT. Indeks.
Arnould., Price., & Zinkhan. (2002). Consumers. New York: McGraw-Hill.
Assael, H. (1998). Consumer behavior and marketing action (6th editon). Ohio:
South-Western College Publishing.
Buyer decision processes (2007). Diambil tanggal 21 April 2010 dari
http://en.wikipedia.org
Davidoff, L.L. (1991). Psikologi suatu pengantar (edisi ke-2), (terj. Dra. Mari
Juniati). Jakarta: Erlangga.
Engel, J.F., Blackweel, R.D., & Winiard, P.W. (1994). Perilaku konsumen (jilid
1, edisi ke-6). (terj. Drs. F.X. Budiyanto). Jakarta: Binarupa Aksara.
Ferrinadewi, N. (2008). Merek & psikologi konsumen (implikasi pada strategi
pemasaran). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haryani. (2006). Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan
Pembelian Deterjen Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan
Gebang kabupaten Purworejo. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
81
Negeri Semarang, 48&82. Diambil tanggal 28 Juni 2010 dari
digilib.unnes.ac.id
Hobson’s Choice (-). Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari
http://en.wikipedia.org.
Hobson’s Choice (-). Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari
http://www.reference.com.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Diambil tanggal 29 Maret 2010 dari
http://pusatbahasa.diknas.go.id.
Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. (edisi terjemahan).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kita suka produk lokal ditempel merek Italia (2009). Diambil tanggal 1
November 2009 dari www.kompas.com
Kotler, P., & Keller, K.L. (2007). Manajemen pemasaran (jilid 1, edisi ke-12).
(terj. Benyamin Molan). Jakarta: PT Indeks.
Kotler, P., & Pfoertsch, W. (2006). B2B brand management (dengan branding
membangun keunggulan dan memenangi kompetisi). (terj. Natalia Ruth
Sihandrini). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Lovelock, C., & Wirtz, J. (2004). Services marketing people, Technology,
Strategy (5th ed.). USA: Pearson Prentice Hall.
Memaknai sebuah kebanggaan (2010). Diambil tanggal 19 Mei 2010 dari
http://swa.co.id
82
Membangkitkan kebanggaan pada produk lokal (2009). Diambil tanggal 30
Oktober 2009 dari zakyalhamzah.blogspot.com
Membangun merek Indonesia (2009). Diambil tanggal 19 Mei 2010 dari
http://www.antara.co.id
Merek Indonesia (2009). Diambil tanggal 1 November 2009 dari
www.kompas.com
Merek lokal di ambang kehancuran? (-). Diambil tanggal 1 November 2009 dari
www.infoanda.com
Morgan, C.T. (1986). Introduction to psychology (7th ed.). Singapore: McGraw-
Hill Book Company.
Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Nisa, Y.F. (2008). Handout metodologi penelitian 1. h. 19-20.
Pengusaha lokal diminta gunakan merk lokal (2009). Diambil tanggal 1
November 2009 dari www.depkominfo.go.id
Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh
psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Schiffman, l., & Kanuk, L.L. (2007). Consumer Behavior (9th edition). New
Jersey: Pearson Education. Inc.
Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2007). Perilaku konsumen (edisi ke-7). (terj.
Zoelkifli Kasip). Jakarta: PT Indeks.
Setiadi, N.J. (2003). Perilaku konsumen (konsep dan implikasi untuk strategi dan
penelitian pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
83
Simamora, B. (2003). Aura merek (7 langkah membangun merek yang kuat).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi.
Tidak "pede" dengan merek "made in Indonesia" (2008). Diambil tanggal 1
November 2009 dari www.kompas.com
Walgito, B. (2002). Psikologi sosial (suatu pengantar). Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
PENGANTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam bahagia untuk Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati.
Saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, dengan itu
saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden
dalam penelitian ini.
Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i sangat berarti untuk penelitian ini. Sebelum
mengisi kuesioner, diharapakan terlebih dahulu untuk mengisi lembar pernyataan
persetujuan yang tertera sebelum lembar kuesioner. Setelah lembar pernyataan
persetujuan diisi dengan lengkap maka bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian
kuesioner, sehingga jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan sesuai dengan apa
yang diminta.
Jawaban dari Bapak/Ibu/Saudara/i tidak akan dinilai secara benar atau salahnya,
serta kerahasiannya juga akan terjamin. Oleh karena itu silakan mengisi dengan
jujur dan sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Anda.
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan semua pihak
yang terlibat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Agustus 2010
Ahadien Sunu Triawan
Peneliti
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
pengisian kuesioner yang dilakukan untuk penelitian mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta.
Saya dipilih menjadi responden dalam penelitian ini karena saya sesuai dan
memenuhi karakteristik yang diperlukan dalam penelitan ini.
Pada saat pelaksanaan saya akan mengisi semua item kuesioner dengan jujur dan
sesuai dengan kenyataan pada diri saya. Serta semua jawaban yang saya berikan
akan dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Dengan
mengikuti penelitian ini maka saya telah ikut serta dalam penelitian ini, dan juga
berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan psikologi.
Maka saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta, Agustus 2010
Responden
DATA RESPONDEN
Untuk kelengkapan data dalam pelaksanaan penelitian ini, maka silakan isi data
responden di bawah ini dengan lengkap. Silakan isi dengan sebenar-benarnya,
karena data yang anda cantumkan akan dijamin kerahasiaannya.
1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Status Pernikahan :
5. Pendidikan terakhir :
6. Unit / Satuan Kerja :
7. Lama Bekerja :
8. Penghasilan per Bulan : (1 s.d 3 juta)*
(3 s.d. 5 juta)*
( ≥ 5 juta)*
9. Presentase (%) banyaknya produk
(pakaian, tas, sepatu) bermerek lokal
yang anda miliki : %
10. Presentase (%) frekuensi membeli
produk (pakaian, tas, sepatu) bermerek
lokal dalam jangka waktu 6 bulan : %
(*) Coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISIAN
Terimakasih Anda telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Sebelum melanjutkan mengisi kuesioner maka akan lebih baik jika Anda
membaca terlebih dahulu bagian petunjuk pengisian kuesioner ini.
Pada kuesioner ini terdapat beberapa item pernyataan yang mana Anda diminta
untuk memilih salah satunya sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Anda.
Dalam masing-masing item kuesioner terdapat empat pilihan jawaban, yaitu:
a) STS : Sangat Tidak Setuju
b) TS : Tidak Setuju
c) S : Setuju
d) SS : Sangat Setuju
Dari keempat pilihan jawaban tersebut, Anda diminta untuk memilih satu pilihan
jawaban dengan cara memberi tanda cheklist ( ) di kolom yang telah disediakan.
Contoh menjawab kuesioner:
No. Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya tiba di kantor tepat
pada waktunya.
Jika pada item pernyataan nomor satu Anda menjawab sangat setuju, maka Anda
cukup memberi tanda cheklist ( ) pada kolom di bawah pilihan sangat setuju
(SS). Begitu pula seterusnya sampai semua item pernyataan Anda jawab.
Terimakasih dan selamat mengisi.
KUESIONER
No. Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya merasa nyaman menggunakan kaos
yang bermerek lokal.
2. Saya merasa percaya diri sewaktu
menggunakan sepatu bermerek lokal.
3. Saya senang menggunakan sepatu
bermerek lokal.
4. Saya merasa bangga menggunakan sepatu
merek lokal.
5. Mengunjungi kios atau butik yang menjual
tas merek lokal tidak ada gunanya untuk
saya.
6. Saya merasa lebih percaya diri bila
mengenakan kemeja merek lokal.
7. Bagi saya mencari-cari tas bermerek lokal
hanya membuang-buang waktu saja.
8. Saya berpandangan bahwa baju dengan
merek asing lebih baik daripada merek
lokal.
9. Menurut saya, orang yang membeli baju
dengan merek lokal adalah orang yang
tidak tahu mode.
10. Saya selalu memastikan bahwa tas yang
saya beli bermerek lokal.
11. Saya berusaha untuk mendapatkan tas
yang bermerek lokal.
12. Saya selalu mengunjungi pusat
perbelanjaan yang dipenuhi oleh produk
tas merek lokal.
No. Pernyataan STS TS S SS
13. Saya pikir tidak ada pakaian dengan
merek lokal yang bagus.
14. Saya selalu mencari celana yang bermerek
lokal.
15. Saya tidak yakin produksi kemeja merek
lokal dapat menyaingi merek asing.
16. Saya membeli sepatu yang bermerek lokal.
17. Saya tidak nyaman ketika mengenakan
pakaian merek lokal.
18. Saya merasa ragu ketika mengenakan
sepatu yang bermerek lokal.
19. Saya yakin jika kemeja dengan merek
lokal lebih baik dari merek asing.
20. Saya pikir tas dengan merek lokal memiliki
ketahanan yang sangat baik.
21. Saya merasa tidak tertarik untuk
menggunakan sepatu merek lokal.
22. Saya memiliki pandangan positif terhadap
pakaian dengan merek lokal.
23. Menurut saya menggunakan baju merek
lokal lebih keren daripada menggunakan
baju merek asing.
24. Saya malu mengenakan kemeja yang
bermerek lokal.
25. Saya yakin baju dengan merek lokal
memiliki kualitas yang baik.
26. Saya merasa malu untuk menggunakan
sepatu merek lokal.
No. Pernyataan Jawaban Iya Tidak
27.
Ketika memerlukan pakaian (misal: baju, celana,
kemeja, dll), maka saya memutuskan untuk membeli
pakaian yang bermerek lokal.
28.
Ketika saya memerlukan tas atau dompet baru, maka
saya memutuskan untuk membeli yang bermerek lokal.
29.
Ketika saya memerlukan sepatu atau sandal baru, maka
saya memutuskan untuk membeli sepatu yang bermerek
lokal.
Terimakasih Anda telah berpartisipasi dalam penelitan ini
Pastikan Anda telah menjawab dengan lengkap dan mohon diterima tanda
terimakasih dari saya
Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. VAR00001 2.2813 .7289 32.0 2. VAR00002 2.1875 .6445 32.0 3. VAR00003 3.2188 .5527 32.0 4. VAR00004 3.0000 .6720 32.0 5. VAR00005 3.0938 .6405 32.0 6. VAR00006 3.0625 .7156 32.0 7. VAR00007 3.3750 .5536 32.0 8. VAR00008 2.3750 .8328 32.0 9. VAR00009 2.9063 .7344 32.0 10. VAR00010 3.3750 .6091 32.0 11. VAR00011 2.9688 .8608 32.0 12. VAR00012 3.5000 .5080 32.0 13. VAR00013 2.5313 .6713 32.0 14. VAR00014 2.7188 .7289 32.0 15. VAR00015 2.7813 .8322 32.0 16. VAR00016 2.6563 .7453 32.0 17. VAR00017 3.2188 .5527 32.0 18. VAR00018 2.6250 .7513 32.0 19. VAR00019 3.0313 .6468 32.0 20. VAR00020 3.0313 .5948 32.0 21. VAR00021 3.3438 .5453 32.0 22. VAR00022 3.2500 .6222 32.0 23. VAR00023 2.4688 .9153 32.0 24. VAR00024 2.6875 .8206 32.0 25. VAR00025 3.0000 .6720 32.0 26. VAR00026 3.2188 .6591 32.0 27. VAR00027 2.6250 .7931 32.0 28. VAR00028 3.4688 .6214 32.0 29. VAR00029 3.1563 .7233 32.0 30. VAR00030 3.5313 .5070 32.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 88.6875 130.5444 11.4256 30 _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 86.4063 130.2490 -.0142 .9264 VAR00002 86.5000 132.3226 -.1479 .9272 VAR00003 85.4688 123.3538 .5608 .9183 VAR00004 85.6875 119.5121 .7201 .9158 VAR00005 85.5938 120.9587 .6512 .9169 VAR00006 85.6250 119.7258 .6581 .9166 VAR00007 85.3125 125.3831 .3916 .9203 VAR00008 86.3125 128.9960 .0452 .9266 VAR00009 85.7813 117.8538 .7621 .9149 VAR00010 85.3125 122.2863 .5855 .9179 VAR00011 85.7188 116.5312 .7142 .9153 VAR00012 85.1875 124.6734 .4948 .9192 VAR00013 86.1563 118.5877 .7870 .9149 VAR00014 85.9688 119.3216 .6714 .9163 VAR00015 85.9063 125.5071 .2330 .9236 VAR00016 86.0313 119.4506 .6469 .9167 VAR00017 85.4688 123.0312 .5879 .9180 VAR00018 86.0625 119.0282 .6680 .9163 VAR00019 85.6563 122.1683 .5566 .9182 VAR00020 85.6563 121.6522 .6507 .9171 VAR00021 85.3438 122.9425 .6040 .9179 VAR00022 85.4375 122.2540 .5744 .9180 VAR00023 86.2188 123.2087 .3198 .9227 VAR00024 86.0000 119.9355 .5528 .9182 VAR00025 85.6875 122.4798 .5118 .9187 VAR00026 85.4688 121.8700 .5662 .9180 VAR00027 86.0625 118.7056 .6486 .9166 VAR00028 85.2188 122.6925 .5424 .9184 VAR00029 85.5313 120.0635 .6282 .9170 VAR00030 85.1563 124.7812 .4861 .9193 Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 30 Alpha = .9213
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KEPMEM 1.82 1.200 60
SIKAP 69.95 9.084 60
Correlations
KEPMEM SIKAP
KEPMEM Pearson
Correlation 1 .475(**)
Sig. (1-tailed) . .000
Sum of Squares
and Cross-
products
84.983 305.450
Covariance 1.440 5.177
N 60 60
SIKAP Pearson
Correlation .475(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
Sum of Squares
and Cross-
products
305.450 4868.850
Covariance 5.177 82.523
N 60 60
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KEPMEM 1.82 1.200 60
SIKAP 69.95 9.084 60
Correlations KEPMEM SIKAP
Pearson
Correlation
KEPMEM 1.000 .475
SIKAP .475 1.000
Sig. (1-tailed) KEPMEM . .000
SIKAP .000 .
N KEPMEM 60 60
SIKAP 60 60
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 SIKAP(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: KEPMEM
Model Summary(b)
Mod
el R
R
Square
Adjus
ted R
Squa
re
Std. Error
of the
Estimate Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .475(a) .225 .212 1.065 .225 16.886 1 58 .000 2.326
a Predictors: (Constant), SIKAP
b Dependent Variable: KEPMEM
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
n 19.163 1 19.163 16.886 .000(a)
Residual 65.821 58 1.135
Total 84.983 59
a Predictors: (Constant), SIKAP
b Dependent Variable: KEPMEM
Coefficients(a)
Mo
del
Unstandardize
d Coefficients
Standa
rdized
Coeffic
ients t Sig. 95% Confidence Interval for B
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound Upper Bound
1 (Constan
t)
-
2.57
2
1.077 -2.388 .020 -4.727 -.416
SIKAP .063 .015 .475 4.109 .000 .032 .093
a Dependent Variable: KEPMEM
Coefficient Correlations(a) Model SIKAP
1 Correlatio
ns
SIKAP 1.000
Covarian
ces
SIKAP .000
a Dependent Variable: KEPMEM
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value .75 2.82 1.82 .570 60
Residual -2.20 2.06 .00 1.056 60
Std. Predicted Value -1.866 1.767 .000 1.000 60
Std. Residual -2.062 1.932 .000 .991 60
a Dependent Variable: KEPMEM
2.001.75
1.501.25
1.00.75
.50.25
0.00-.25
-.50-.75
-1.00-1.25
-1.50-1.75
-2.00
Undefined error #61644 - Cannot open text fileU
ndef
ined
err
or #
6162
5 - C
anno
t ope
n te
xt fi
le "C
:\Pr
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = .99
Mean = 0.00
N = 60.00
Undefined error #61634 - Cannot open text file "C:\Progra
1.00.75.50.250.00
Und
efin
ed e
rror
#61
635
- Can
not o
pen
text
file
"C:\
1.00
.75
.50
.25
0.00