HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE...

85
HUBUNGAN ANT MORTA DI Untuk Memen PROG SEKOLAH T TARA REVISED TRAUMA SCORE DENG ALITASPADA PASIEN CEDERA KEPAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI nuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kepe Oleh : DidikPamungkas NIM S1 1013 GRAM STUDI S-1 KEPERAWATA TINGGI ILMU KESEHATAN SURA KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 GAN ANGKA LA erawatanAN AKARTA

Transcript of HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

HUBUNGAN ANTARA

MORTALIT

DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

“Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE DENGAN ANGKA

MORTALITASPADA PASIEN CEDERA KEPALA

DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

DidikPamungkas

NIM S1 1013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

DENGAN ANGKA

PASIEN CEDERA KEPALA

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

1 KEPERAWATAN

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

Page 2: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

HUBUNGAN ANTARA

MORTALIT

DI

“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana

PROGRAM STUDI S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

i

HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE DENGAN ANGKA

MORTALITASPADA PASIEN CEDERA KEPALA

RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana

Keperawatan”

Oleh :

DidikPamungkas

NIM S1 1013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

DENGAN ANGKA

PASIEN CEDERA KEPALA

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana

1 KEPERAWATAN

EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURAKARTA

Page 3: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. Pada akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “HubunganantaraRevised Trauma

ScoredenganAngkaMortalitaspadaPasienCederaKepaladi RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”. Skripsi penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menempuh mata ajar skripsi di Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan

yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns.,Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua program Studi S1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns., Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan proposal

skripsi.

4. Ns.,Meri Oktariani, M.Kep, selaku pembimbing pendamping yang telah

meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan proposal

skripsi.

5. DirekturRumahSakit Dr. Moewardi. Surakarta yang telah bersedia memberi

ijin agar institusinya dijadikan tempat studipendahulandanpenelitian.

6. Ns., Tri Wahyuniksih, S,Kep, selakuketuaruang ICU yang

bersediauntukmemberikanijinuntukmelakukanpenelitian di ICU.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

v

7. Ns.,NunukHaryatun, S.Kep, selakuketuaruang IGD yang

bersediauntukmemberikanijinuntukmelakukanpenelitian di IGD.

8. Para tenagamedis( Perawat ) yang

bersediauntukmembantupenelitiandalammelakukanpenilaianresponden.

9. Para responden yang bersediamenjadibahanpenelitian.

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan

mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah

SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, 8 Juli 2015

DidikPamungkas

NIM. S1 1013

Page 7: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Orang tuaku tercinta Bapak Saryanto, Ibu Sutinah, bundaNurKholifahdan

keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih

sayangnya sepanjangwaktu.

KeluargaBapak Budi Murdiyantodankeluarga( IbuDwi, Rania dan Yusuf).

Teman-teman Merlyn Gischa Sofyana, Vivi Kris Rohmawati, Chlivisia Carnovan

Putra, Gregorius C.W ,Rini Wulandari dan temen seperjuangan S-1 Keperawatan

angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan

skripsi.

Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam

penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv

ABSTRAK ....................................................................................................... xvi

ABSTRACT ..................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 8

1.3. TujuanPenelitian ....................................................................... 9

1.4. ManfaatPenelitian ..................................................................... 9

BAB II TINJAUN PUSTAKA..................................................................... 11

2.1 TinjauanTeori ........................................................................... 11

2.1.1 CederaTepala...................................................................... 11

2.1.1.1 Pengertiancederakepala ................................................ 11

Page 9: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

viii

2.1.1.2 Mekanisme Terjadinya Cedera .................................... 12

2.1.1.3 Penyebab CederaKepala............................................... 13

2.1.1.4 Karakteristik Penderita CederaKepala ......................... 15

2.1.1.5 Jenis Cedera Kepala ..................................................... 16

2.1.1.6 Tingkat keparahan cedera kepala dengan Glasgow

Coma Scale (GCS) ....................................................... 19

2.1.2 Revised Trauma Score .................................................... 22

2.1.2.1 Pengertian Revised Trauma Score ............................... 22

2.1.3 Mortalitas ........................................................................ 24

2.1.3.1 PengertianMortalitas .................................................... 24

2.1.3.2 Faktor MempengaruhiMortalitas ................................. 29

2.2 KerangkaTeori.......................................................................... 30

2.3 KerangkaKonsep ...................................................................... 30

2.4 Hipotesis ................................................................................... 31

2.5 KeaslianPenelitian .................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 34

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 34

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 34

3.2.1 Populasi ........................................................................... 34

3.2.1 Sempel ............................................................................. 35

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35

3.3.1 Tempat.......................................................................... 35

3.3.1 WaktuPenelitian ........................................................... 36

Page 10: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

ix

3.4 VariabelPenelitian, DefinisiOperasional,

danSkalaPengukuran ................................................................ 37

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 37

3.5.1 AlatPenelitian .................................................................. 37

3.5.2 Cara Pengumpulan Data .............................................. 38

3.6 UjiValiditasdanReliabilitas ...................................................... 40

3.6.1 KontenValiditas............................................................ 40

3.6.1 Reabilitas.. .................................................................... 41

3.7 TeknikPengolahan Data danAnalisa Data ................................ 41

3.7.1 Pengolahan Data........................................................... 41

3.7.2 Analisa Data ................................................................. 43

3.8 EtikaPenelitian ......................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 46

4.1 Gambaran Tempat Penelitian ...................................................... 46

4.2 Analisis Univariat........................................................................ 47

4.2.1 Karakteristik Revised Trauma Score ................................ 47

4.2.2 Karakteristik Mortalitas .................................................... 48

4.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 49

4.3.1 Menganalisa Hubungan antara Revised Trauma Score

dengan angka Mortalitas terhadap Cedera Kepala ........... 49

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 50

5.1 Gambaran Revised Trauma Score terhadap Pasien Cedera

Kepala ......................................................................................... 50

Page 11: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

x

5.2 Gambaran Mortalitas terhadap Pasien Cedera Kepala ................ 55

5.3 Hubungan Antara Revised Trauma Score Dengan Angka

Mortalitas Terhadap Pasien Cedera Kepala Di Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta .................................................................... 56

5.4 KeterbatasanPenelitian ................................................................ 58

BAB PENUTUP ............................................................................................. 60

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 60

62 Saran ............................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Glasgow Coma Scale (GCS) 20

2.2 Revised Trauma score (RTS) 23

2.3 Brainstem Signs Score (BSS) 27

2.3 Keaslian Penelitian 31

3.1 VariabelPenelitian,

DefinisiOperasional,

danSkalaPengukuran 36

4.1 Distribusi Frekuensi Revised

Trauma Score terhadap pasien

cedera kepala diruang ICU RSUD

Dr. Moewardi Surakarta 48

4.2 Distribusi Frekuensi

Mortalitasterhadap pasien cedera

kepala diruang ICU RSUD Dr.

Moewardi Surakarta 48

4.3 Uji Spearman’s rho tentang

Hubungan antara Revised Trauma

Score dengan angka Mortalitas

terhadap Cedera Kepala 49

Page 13: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xii

DAFTAR GAMBAR

NomorGambar JudulGambar Halaman

2.1 Kerangka Teori 30

2.2 KerangkaKonsep 30

Page 14: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

F 01 UsulanTopikPenelitian ................................................................. 1

F 02 PengajuanPersetujuanJudul.......................................................... 2

F 04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan ............................................... 3

PermohonanStudiPendahuluanPenelitian ............................................ 4

Surat Balasan PengantarPraPenelitian ................................................. 5

JadwalPenelitian ................................................................................... 6

Inform Concent .................................................................................... 7

SuratPermohonanResponden ............................................................... 8

LembarObservasiRevised Trauma Score ............................................. 9

LembarObservasiMortalitas ................................................................. 10

F 05 LembarOponen ............................................................................ 11

F 06 LembarAudience .......................................................................... 12

F07 Pengajuan Ijin Penelitian .............................................................. 13

PermohonanStudiPenelitian ................................................................. 14

BuktiPengajuanEthical Clearance ...................................................... 15

BalasanEthical Clearance .................................................................... 16

BalasanPengantarPenelitian ................................................................. 17

Hasilpengumpulan data ( excel ) .......................................................... 18

HasilPengolahan Data (SPSS 15.0) ..................................................... 19

LembarKonsultasi ................................................................................ 20

Page 15: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AGD :Analisis Gas Darah

AS : Amerika Serikat

BSS : Brainstem Signs Score

CDC : Centers for Disease Control

CKB : CederaKepalaBerat

CKR : CederaKepalaRingan

CKS : CederaKepalaSedang

GCS : Glasgow Coma Scale

ICU : Intensive Care Unit

IGD : InstalasiGawatDarurat

ISS : Injury Severity Score

KLLD : Kecelakaan Lalu Lintas Darat

NISS : New Injury Severity Score

NPV : Negative Predictive Value

OR : Odd Ratio

PPV : Positive Predictive Value

RR :Respiratory Rate

RSUD : RumahSakitUmum Daerah

RTS : Revised Trauma score

SBP :Systolic Blood Pressure

TBI :TraumaticBrainIinjury

Page 16: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xv

TCDB : Traumatic Coma Data Bank

TRISS : Trauma and Injury Severity Score

WHO : World Health Organization

Page 17: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xvi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

DidikPamungkas

“Hubungan antara Revised TraumaScoredengan angka Mortalitas pada

Pasien Cedera Kepala di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”

Abstrak

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak tanpa diikuti

terputusnya kontinuitas otak. Revised Trauma Score (RTS)

merupakanskoruntukmenilaikondisiawalpasien trauma kepala. Penelitian ini

bertujuan mengetahuiada hubungan tidak antara RTSdengan angka

mortalitascedera kepaladalamwaktu lebih dari 24 jam pertamarawatinap.

Penelitian menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di ICU

RSUD Dr. Moewardi Surakarta danpenelitiandilakukanpadaperiodeFebruari 2015

– April 2015. Tehnik pengambilan sample menggunakanpurposivesampling

dengan jumlah respondensebanyak 24 responden.

Hasil didapatkan nilai korelasi 0.860 dengan p value 0,000 (α<0,05), maka

Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara RTS dengan mortalitas

terhadap pasien cedera kepala. Dengan kekuatan hubungan sangat kuat dan arah

hubungan + (positif) artinya searah, berarti semakin tinggi nilai RTS terhadap

cedera kepala, maka semakin tinggi angka mortalitas pada pasien yang mengalami

cedera kepala.

Cedera kepala menyumbang angka mortalitas yang tinggi, sehingga untuk

menilai keseriusan cedera kepala dapat dinilai dengan RTSdalam waktu lebih dari

24 jam pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RTS dapat digunakan

sebagaialat untuk memprediksi angka kematian pasien

trauma.Sehinggarumahsakitsecaraumumdanintensive care

unitpadakhususnyadiharapkandapatmeningkatkanpelayanankeperawatanuntukmen

urunkanangkamortalitaspadapasiencederakepala.

Kata Kunci: Revised trauma score, Mortalitas, Cedera Kepala

Daftar Pustaka : 61 (2005 – 2015)

Page 18: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

xvii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

DidikPamungkas

Correlation betweenRevised TraumaScore and Mortality NumberonHead

Injury Patientat Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta

ABSTRACT

Head injury is a traumatic disruption of brain function with or without

interstiilbleeding in the brain substance without being followed by the dissolution

of brain. Revised Trauma Score (RTS) is a score to assess the initial condition of

head injury patient. The objective of this research is to investigate the correlation

between the RTS with the number of mortalities of head injury patients in time

over the first 24 hours of hospitalization.

This research used the cross-sectional design. It was conducted at ICU of

Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta in the period of February – April

2015. The samples of research were 24 respondents and were taken by using the

purposive sampling technique.

The result of this study shows that the correlation value was 0.860 withthe

p value 0.000 (α<0.05) and Ho was rejected, meaning that there was a correlation

between the RTS and the number of mortalities on head injury patientsThe

correlation was very strong and positive, meaning thatthe higher value of the RTS

against head injury, the higher mortality rate of head injury patients was.

The head injury had a contribution to a high mortality rateso that the RTS

couldbe used to assess the seriousness of a head injury in more than first 24

hours.Thus,RTS could be used as a tool to predict mortality of trauma patients.

The hospital in general and the intensive care unit are expected to improve the

nursing care to reduce mortality rate of the patients with head injury.

Keywords: Revised Trauma Score, Mortality, Head Injury

References: 61 (2005 – 2015)

Page 19: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cederakepalaadalahsuatugangguantraumatik dari fungsi otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak (Padila, 2012).Cedera kepala merupakan

salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia

produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, penilaian

dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan

dan prognosis selanjutnya(Tobing, 2011).

Cedera kepala merupakan penyebab utama mortalitas dan disabilitas

dan masalah sosiol ekonomi di India dan negara berkembang. Orang yang

mengalami cedera kepala diperkirakan 1,5-2 juta setiap tahun (Gururaj,

Kolluri, Chandramouli, et al., 2005). Cedera kepala di Amerika diperkirakan

terjadi 1,56 juta kasus, 290.000 pasien dirawat inap dan 51.000 pasien

meninggal dunia pada tahun 2003 (Brown, Langlois, Thomas, et al., 2006).

Cedera kepala akan terus menjadi masalah yang sangat besar meskipun

pelayanan medis sudah sangat maju pada abad 21 (Perdossi, 2006).

Sepuluh penyebab kematian utama di dunia salah satunya karena

kecelakaan jalan raya dan diperkirakan akan menjadi tiga penyebab utama

kecacatan seumur hidup. Kecelakaan jalan raya merupakan masalah kesehatan

yang sangat besar diberbagai belahan dunia yaitu sekitar 45% berasal dari

Page 20: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

2

pasien trauma yang rawat inap di rumah sakit. Cedera kepala didunia

diperkirakan sebanyak 1,2 juta jiwa nyawa melayang setiap tahunnya sebagai

akibat kecelakaan bermotor, diperkirakan sekitar 0,3- 0,5% mengalami cedera

kepala (Viola, Michael, Thompson, 2011).

Cedera kepala mencakup trauma pada kulit kepala, tengkorak

(cranium dan tulang wajah), atau otak.Keparahan cedera berhubungan dengan

tingkat kerusakan awal otak dan patologi sekunder yang terkait (Stillwell &

Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam substansi tanpa diikuti

terputusnya kontinuitas otak ditandai dengan nilai GCS 3-8 (koma),

penurunan derajat kesadaran secara progresif, kehilangan kesadaran atau

amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba

fraktur depresi cranium (Padila, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) (2009) sekitar 16.000

orang meninggal di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua

jenis cedera.Cedera mewakili sekitar 12% dari beban keseluruhan penyakit,

sehingga cidera penyebab penting ketiga kematian secara keseluruhan.

Kecelakaan lalu lintas di dunia pada tahun 2009 telah merenggut satu juta

orang setiap tahunnya sampai sekarang dan dari 50 juta orang mengalami luka

dengan sebagian besar korbannya adalah pemakai jalan yang rentan seperti

pejalan kaki, pengendara sepeda motor, anak-anak, dan penumpang (Wahyudi,

2012).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

3

Cedera kepala merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting dengan estimasi kejadian pertahun hampir 500 dari 100.000 populasi

dan lebih dari 200 per 100.000 pasien rawat inap di Eropa setiap tahunn

(Styrke, Stalnacke, Sojka et al., 2007). Cedera kepala merupakan kondisi

klinis yang heterogen baik penyebab, patologi, keparahan dan prognosisnya.

Outcome dapat bervariasi terutama pada cedera kepala berat (Lingsma,

Roozenbeek, Steyerberget al.,2010).

Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2%, dengan prevalensi

tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi

(4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013

menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5%

menjadi 8,2%. Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan

kecelakaan sepeda motor (40,6%). Proporsi jatuh tertinggi di Nusa Tenggara

Timur (55,5%) dan terendah di Bengkulu (26,6%). Dibandingkan dengan hasil

Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 menunjukkan kecenderungan penurunan

proporsi jatuh dari 58 % menjadi 40,9 %. Cedera transportasi sepeda motor

tertinggi ditemukan di Bengkulu (56,4%) dan terendah di Papua (19,4%).

Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 pada Provinsi

Jawa Tengah menunjukkan ada perubahan dari 8,7% menjadi 7,7%

kecenderungan ada penurunan proporsi cidera kepala. Proporsi terbanyak

terjadi pada umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SMA, status pegawai, dan

kuintil teratas.Membandingkan dari hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013

menunjukkan kecenderungan peningkatan proporsi cedera transportasi darat

Page 22: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

4

(sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% menjadi 47,7% (Litbangdepkes,

2013).

Epidemiologi cedera kepala di Yogyakarta didapatkan dari Instalasi

Gawat Darurat RS Panti Nugroho pada bulan Mei sampai dengan Juli 2005,

didapatkan 56 kasus cedera kepala ringan (76%), 11 kasus cedera kepala

sedang (15%), dan 7 kasus cedera kepala berat (9%) (Jovan, 2007). Menurut

laporan tahunan Instalasi Rawat Darurat RSUP Sardjito tahun 2006, angka

kejadian cedera kepala adalah sebesar 75% (Barmawi, 2007).

Cedera kepala berat memiliki tingkat mortalitas tinggi, oleh karena

itu mengetahui prognosis cedera kepala berat menjadi sangat penting.

Mengetahui prognosis adalah sangat penting, dapat untuk memberikan

informasi mengenaiperjalanan penyakit dan outcome penyakit (Hemingway,

Croft, Perel et al., 2013). Semakin berat derajat cedera kepala berhubungan

dengan tingkat kecacatan dan kematian, diperkirakan 100-150 per 100.000

penduduk yang menderita cedera kepala mengalami kecacatan atau kematian

(Japardi, 2007).

Tingkat mortalitas cedera kepala berat diteliti oleh Coronado, Xu,

Basavaraju,et al. (2011), selama tahun 1997-2007 di Amerika Serikat rata-rata

setiap tahun terdapat 53.014 kasus kematian akibat cedera kepala berat atau

sekitar 18,4 dari 100.000 populasi. Kematian akibat cedera kepala berat

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kematian akibat cedera

kepala berat hampir sepertiga dari kematian akibat trauma pada umumnya

(Centers for Disease Control[CDC], 2011).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

5

Revised Trauma Score menilai sistem fisiologis manusia secara

keseluruhan, instrumen Revised Trauma Score merupakan hasil dari

penyempurnaan instrumen Glasgow Coma Scale untuk menilai kondisi awal

pasien trauma kepala. Penilaian Revised Trauma Score dilakukan segera

setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau ketika

berada di unit gawat darurat. Revised Trauma Score telah divalidasi sebagai

metode penilaian untuk membedakan pasien yang memiliki prognosis baik

atau buruk. Penilaian Revised Trauma Score dapat mengidentifikasi lebih dari

97% orang yang akan meninggal jika tidak mendapat perawatan (Fedakar,

Aydiner, & Ercan, 2007). Kemampuan Revised Trauma Score dalam

menentukan kondisi yang membahayakan jiwa adalah 76,9%. Masing-masing

komponen Revised Trauma Score juga dianalisis untuk mengetahui komponen

yang berperan dalam memprediksi tingkat disabilitas. Hasil yang didapat

menunjukkan bahwa Glasgow Coma Scale dari Revised Trauma Score adalah

komponen yang paling menentukan prediksi disabilitas pasien trauma kepala

(p=0,012) (Irawan, Setiawan, Dewi, et al, 2010).

Hasil dari penelitian Khayat, Sharifipoor, Rezaei, etal.,(2014),

Revised Trauma Score memiliki aplikasi universal di bidang pra - rumah sakit

dan memberikan gambaran tentang keadaan fisiologis pasien trauma.

Beberapa studi menunjukkan keandalan Resived Trauma Score prediksi

konsekuensi berikutnya kecelakaan. Salah satu penting dari aplikasi seperti

skala adalah memprediksi dari angka kematian pada pasien trauma dan pilihan

lebih kritis untuk pengobatan dan perawatan pasien trauma yang khusus.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

6

Hasilpenelitian ini menyatakan bahwa hubungan Revised Trauma Score

dengan kematian dalam 24 jam pertama rawat inap dinilai pada pasien trauma

yang ditujukan untuk semua pasien trauma antara lain trauma multiple, trauma

leher, trauma kepala, trauma perut, trauma thorax, trauma tulang belakang.

Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan yang signifikan antara yang

pertama revised trauma score dan kematian dalam 24 jam rawat inap pada

pasien trauma mutiple. Hal itu juga ditemukan dalam penelitian ini bahwa

sebagian besar kematian korban terlihat dalam Revised Trauma Score 9-10

(sensitivitas 88 % dan spesifisitas 90 %).

Hasil penelitian dari Yutaka, Toshikazu, Kiyotaka,et al (2011),

menyatakan bahwa karakteristik pada pasien trauma berusia 21,4 – 51,4 tahun,

diantaranya trauma tumpul (94,6%) dan trauma tembus (12,2%) dengan

mengalami kematian di instalasi gawat darurat adalah 5,4 %. Systolic Blood

Pressure (GAP) untuk memprediksi keparahan trauma di bandingkan skala

trauma lainnya. GAP melibatkan skor GCS (3-15) dengan usia pasien kurang

dari 60, nilai SBP (60-120 mmHg, > 120 mmHg). Nilai C – Statistik skore

GAP (0,933 untuk menetukan mortilitas jangka panjang dan 0,965 untuk

menentukan mortilitas jangka pendek) sehingga GAP dapat memprediksi

kematian dan keparahan terhadap trauma. GAP merupakan komponen dari

revised trauma score untuk meemprediksi kematian.

Hasil penelitian dari Koksal, Ozdemir, Bulut,et al,( 2009),

menyatakan bahwa tingkat kematian trauma multiple adalah 12,6%. Pasien

yang meninggal dapat ditentukan dengan menggunakan skor prediksi RTS,

Page 25: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

7

GCS, Injury Severity Score (ISS), New Injury Severity Score (NISS), dan

Trauma and Injury Severity Score (TRISS). Penilaian dibagi menjadi dua

kelompok ISS 53,3% dan NISS 46,6%, data cidera yang menyebabkan

kematian dari kelompok ISS. RTS secara signifikan lebih rendah dari

kelompok NISS dalam memprediksi kematian trauma (p <0,001).Skor RTS

juga dapat memprediksi kematian trauma.

Penelitian dari Fedakar, Aydiner&Ercan, (2007) mendapatkan hasil

cidera yang mengancam jiwa dengan proporsi 35,2 % kasus yang diperiksa.

Penilaian menggunakan GCS, RTS, ISS, NISS, dan TRISS untuk mengetahui

keparahan cidera yang mengancam nyawa dengan presentase GSC (74,8%),

RTS (76,9), ISS (88,7), NISS (86,6), dan TRISS (68,8%). Penelitian ini lebih

mengutamakan menilai cedera menggunakan TRISS karena lebih akurat.

Revised Trauma Score digunakan dalam penelitian ini untuk menilai tingkat

kesadaran, tekanan darah sistolik, dan pernafasan terhadap pasien, sehingga

revised trauma score juga dapat menilai trauma dengan resiko mengancam

jiwa.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah mendapatkan prevalensi cedera kepala

ringan pada periode tahun 2013 sebesar 219 pasien, sedangkan pada periode

tahun 2014 sebesar 139 pasien. Prevalensi periode tahun 2013 cedera kepala

berat sebesar 120 pasien, sedangkan periode tahun 2014 sebesar 111 pasien.

Cedera kepala berat dalam runtun waktu September sampai November 2014

berjumlah 33 pasien rawat inap di ICU.Cedera kepala berat dengan angka

Page 26: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

8

mortalitas pada periode tahun 2014 berjumlah 111 pasien yang meninggal

dunia.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara revised trauma score

dengan angka mortalitas terhadap cedera kepala karena angka mortalitas

cedera kepala di Rumah Sakit Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah cukup

tinggi sejumlah 111 pasien yang meninggal karena cedera kepala berat.

Sehingga, peneliti sangat tertarik untuk mengambil penelitian ini agar

menurunkan angka mortalitas cedera kepala berat.

1.2 Rumusan masalah

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi

akibat kecelakaan lalu lintas. Penilaian Revised Trauma Score dilakukan

segera setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau

ketika berada di unit gawat darurat.Kematian akibat cedera kepala berat

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kematian akibat cedera

kepala berat hampir sepertiga dari kematian akibat trauma pada umumnya.

Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut:Ada hubungannya tidak antara Revised Trauma Score dengan angka

Mortalitaspada pasien cedera kepala.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

9

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara revised trauma score dengan angka mortalitaspadacedera kepala.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini:

1. Mengidentifikasi gambaran penggunaan tentang revised trauma score

2. Mengidentifikasi gambaran mortalitas terhadap cedera kepala.

3. Menganalisa hubungan antara revised trauma score dengan mortalitas

terhadap cedera kepala.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

memberikan pelayanan atau intervensi keperawatan pada kasus cedera

kepala.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan dan memperkaya ilmu keperawatan

kegawatdaruratan khususnya pada scoring cedera kepala.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Dapat memberikan informasi dan data dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan scoring dalam menilai cedera

kepala.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

10

1.4.4 Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

peneliti tentang penggunaan revised trauma score dengan angka mortalitas

terhadap cedera kepala.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Cedera Kepala

2.1.1.1 Pengertian Cedera Kepala

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak

yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak

tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Padila, 2012).Cedera kepala

adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga

dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional

jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009).Gangguan yang ditimbulkan dapat

bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis,

intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya.Hal ini disebabkan

oleh karena trauma kepala dapat mengenai berbagai komponen kepala

mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak

(Japardi, 2007).

Menurut Brain Injury Association of America(2013), cedera

kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital

ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik

dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana

menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

12

2.1.1.2 Mekanisme Terjadinya Cedera

Berdasarkan besarnya gaya dan lamanya gaya yang bekerja pada

kepala manusia makan makanisme terjadinya cedera kepala dapat dibagi

menjadi dua:

1. Static Loading

Gaya langsung bekerja pada kepala, lamanya gaya yang

bekerja lambat, lebih dari 200 milidetik. Mekanisme static loading ini

jarang terjadi kerusakan yang terjadi sangat berat mulai dari cedera

pada kulit kepala sampai pada tulang kepala, jaringan dan pembuluh

darah (Padila, 2012).

2. Dynamic Loading

Gaya yang bekerja secara cepat (kurang dari 50 milidetik).

Gaya yang bekerja pada kepala dapat secara langsung (impact injury)

ataupun gaya tersebut bekerja tidak langsung (accelerated-decelerated

injury). Mekanisme cedera kepala dynamic loading ini paling sering

terjadi (Padila, 2012).

Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu

arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala

menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi

adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga

membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka

dikatakan fraktur maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).

Page 31: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

13

2.1.1.3 Penyebab Cedera Kepala

Menurut Brain Injury Association of America(2013), penyebab

utama cedera kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu

lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum

sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan

perang merupakan penyebab utama cedera kepala kepala.

Menurut CDC (2011) dari 2006-2010, menyatakan bahwa jatuh

adalah penyebab utama traumatic brain injury (TBI), prevalensi untuk

40% dari semua TBI di Amerika Serikat yang mengakibatkan peningkatan

di instalasi gawat darurat(IGD) rumah sakit atau kematian. Jatuh secara

tidak proporsional mempengaruhi kelompok usia termuda dan tertua.Lebih

dari setengah (55%) dari TBI antara anak-anak 0-14 tahun disebabkan

karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%) dari TBI pada orang dewasa

berusia 65 dan lebih tua disebabkan karena jatuh.Kecelakaan kendaraan

bermotor adalah penyebab utama keseluruhan ketiga TBI

(14%).Kematiandari kasus TBI,kecelakaan kendaraan bermotor adalah

penyebab utama kedua kematian terkait TBI (26 %) untuk periode 2006-

2010 tahun.

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat

inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan 29,8% per100.000

populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma

kepala mencatat sebanyak 7,1% per100.000 populasi di Amerika Serikat

Page 32: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

14

(Coronado, 2011). Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah

seperti berikut:

1. Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan

bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain

sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna

jalan raya (Rendi & Margareth, 2012). Penelitian Babu dkk,

menemukan bahwa penyebab cedera kepala pada pasien dengan

perdarahan epidural adalah kecelakaan lalulintas sebesar 52%, diikuti

oleh jatuh sebesar 25% (Babu, Bhasin&Kumar, 2005). Penelitian Al-

Mochdar (2005) menemukan bahwa kecelakaan lalulintas sebesar

90,8% dan Sadewo (2005) menemukan kecelakaan lalulintas sebesar

65,1% diikuti oleh jatuh sebesar 16,3%.

2. Jatuh

Jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke

bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di

gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah (Rendi & Margareth,

2012).Menurut CDC (2011), menyatakan bahwa Jatuh secara tidak

proporsional mempengaruhi kelompok usia termuda dan tertua: Lebih

dari setengah (55%) dari TBI antara anak-anak 0-14 tahun disebabkan

karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%) dari TBI pada orang dewasa

berusia 65 dan lebih tua disebabkan karena jatuh.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

15

3. Kekerasan

Kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan

seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya

orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang

lain (secara paksaan) (Padila, 2012).

2.1.1.4 Karakteristik Penderita CederaKepala

1. Jenis Kelamin

Pada populasi secara keseluruhan, laki-laki dua kali ganda lebih

banyak mengalami trauma kepala dari perempuan.Mortalitas laki-laki dan

perempuan terhadap trauma kepala adalah 3,4:1 (Gururaj, Kolluri,

Chandramouli, et al., 2005).

Menurut Brain Injury Association of America (2013), laki-laki

cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada

perempuan. Menurut jenis kelamin, laki-laki (65,8%) lebih sering

mengalami cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat (KLLD)

sepeda motor dibandingkan perempuan (34,2%) dengan perbandingan

1,9:1. Hasil penelitian sejalan dengan ini didapatkan di Yogyakarta yaitu

laki-laki (61,1%) lebih banyak dari perempuan (38,9%) (Lahdimawan,

Suhendar & Wasilah, 2014).

2. Umur

Resiko trauma kepala adalah dari umur 15-30 tahun, hal ini

disebabkan karena pada kelompok umur ini banyak terpengaruh dengan

alkohol, narkoba dan kehidupan sosial yang tidak bertanggungjawab

Page 34: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

16

(Gururaj, Kolluri& Chandramouli et al., 2005). Menurut Brain Injury

Association of America (2013), dua kelompok umur mengalami risiko

yang tertinggi adalah dari umur 0 sampai 4 tahun dan 15 sampai 19

tahun.Hasil penelitian untuk variabel usia, didapatkan bahwa kelompok

pasien yang paling banyak menderita cedera kepala dengan komplikasi

perdarahan epidural di RSU dr. Soedarso Pontianak adalah pada dekade

kedua (usia 11-20 tahun) dan diikuti oleh dekade ketiga (usia 21-30

tahun). Kedua dekade tersebut merupakan usia-usia paling produktif

(pekerja maupun pelajar), dimana memiliki banyak aktivitas terutama yang

dilakukan diluar rumah dan memiliki mobilitas yang tinggi terutama saat

pergi dan pulang dari tempat kerja atau sekolah.Kegiatan-kegiatan diluar

rumah tersebut, menyebabkan mereka memiliki resiko yang lebih atau

cenderung lebih sering untuk mengalami cedera kepala (Azwar,

2011).Menurut CDC (2011) bahwa, sekitar 75 % dari semua kejadian yang

terkait dengan TBI terjadi pada orang dewasa dengan usia 15-44 tahun.

2.1.1.5 Jenis Cedera Kepala

Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area)

dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009).CDC (2010) menyatakan

bahwa cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu

secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka.Trauma

kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak

atau utuh pada kepala setelah luka.The Brain and Spinal Cord

Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila

Page 35: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

17

suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga

menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak (CDC, 2010).

Cedera kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah

menembus sampai kepada dura mater (Padila, 2012).Ada beberapa cedera

kepala terbuka dan tertutup sebagai berikut:

1. Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission,

terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline

fracture, depressed fracture, compound fracture (CDC, 2010).

Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:

a. Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit

b. Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus

tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’.

c. Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak

d. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada

tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (CDC,

2010).

Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu

terjadinya retak atau kelainan pada bagian kranium.Fraktur basis kranii

retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat

dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan

hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala.Terdapat tanda-

tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan

Page 36: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

18

serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoon’s eye

(penumpukan darah pada orbital mata).Tulang pada foramen magnum

bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah

(Padila, 2012).

2. Luka memar (kontusio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan

subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah

meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan

berwarna merah kebiruan.Luka memar pada otak terjadi apabila otak

menekan tengkorak.Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada

frontal, temporal dan oksipital.Pada kontusio dapat terlihat suatu

daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema.Jika

pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Padila,

2012).

3. Laserasi (luka robek atau koyak)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh

benda tumpul atau runcing.Luka yang disebabkan oleh benda bermata

tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah

apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit.

Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada

proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat

menimbulkan jaringan parut (Padila, 2012).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

19

4. Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya

superfisial.Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka

ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri

karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak (Grag, 2004).

5. Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit

terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial.

Intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Grag, 2004).

6. Fraktur maxsilofasial

Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang

maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah

tulang mandibula.Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan

pada sinus maxilari (Garg, 2004).

2.1.1.6 Tingkat keparahan cedera kepala dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

Glasgow Coma Scaleadalah nilai (skor) yang diberikan pada

pasien cedera kepala, gangguan kesadaran dinilai secara kuantitatif pada

setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai pada glasgow coma

scala adalah:

1. Proses membuka mata (Eye Opening)

2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response)

3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Page 38: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

20

Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam

suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale) (Padila, 2012).

Tabel 2.1

Glasgow Coma Scale (GCS)

Tes Reaksi Skore

Respon

Membuka

Mata

Membuka mata spontan 4

Membuka mata dengan rangsangan suara atau

sentuhan 3

Membuka mata bila ada rangsangan nyeri 2

Tidak ada respon sama sekali 1

Respon

motorik

Mengikuti perintah 6

Mampu melokalisasi nyeri 5

Reaksi menghindari nyeri 4

Fleksi abnormal 3

Ekstensi abnormal 2

Tidak ada respon sama sekali 1

Respon

verbal

Orientasi baik 5

Kebingunan (tidak mampu berkomunikasi) 4

Hanya ada kata kata tapi tidak berbentuk

kalimat (teriakan) 3

Hanya asal bersuara atau berupa erangan 2

Tidak ada respon sama sekali 1

Berdasarkan Glasgow Coma Scale, maka cedera kepala dapat

dibagi menjadi 3 gradasi yaitu cedera kepala derajat ringan, bila GCS: 13–

15, Cedera kepala derajat sedang, bila GCS: 9 – 12, cedera kepala berat,

bila GCS kurang atau sama dengan 8. Pada penderita yang tidak dapat

melakukan pemeriksaan misal oleh karena aphasia, maka reaksi verbal

diberi tanda “X”, atau oleh karena kedua mata oedema berat sehingga

tidak dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata

diberi nilai “X”, sedangkan jia penderita dilakukan traheostomy ataupun

dilakukan intubasi maka reaksi verbal diberi nilai “T” (Padila, 2012).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

21

Menurut Padila (2013) dan Parenrengi(2007), cedara kepala

dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Cedera Kepala Ringan

Glasgow Coma Scale>12, tidak ada kelainan dalam CT-scan,

tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit.Trauma

kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi

neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan

lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15

(sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri

kepala, hematoma, laserasi dan abrasi. Cedera kepala ringan adalah

cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul.Cedera kepala

ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya

kesadaran sementara.Penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada

penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L.

2. Cedera Kepala Sedang

Glasgow Coma Scale 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas

dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit).Pasien

mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti

perintah sederhana (GCS 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera

kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15

mmol/L.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

22

3. Cedera Kepala Berat

Glasgow Coma Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah

Sakit. Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala

sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat

terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder

apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera

dicegah dan dihentikan. Penelitian pada penderita cedera kepala secara

klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat

dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak

dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis

otak. Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar

rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L.

2.1.2 Revised Trauma Score

2.1.2.1 Pengertian Revised Trauma Score

Revised Trauma Score menilai sistem fisiologis manusia secara

keseluruhan, instrumen Revised Trauma Score merupakan hasil dari

penyempurnaan instrumen Glasgow Coma Scale untuk menilai kondisi

awal pasien trauma kepala. Penilaian Revised Trauma Score dilakukan

segera setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit

atau ketika berada di unit gawat darurat. Revised Trauma Score telah

divalidasi sebagai metode penilaian untuk membedakan pasien yang

memiliki prognosis baik atau buruk (Fedakar, Aydiner, & Ercan, 2007).

Page 41: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

23

Revised Trauma Score (RTS) adalah sistem penilaian fisiologis,

dengan tinggi reliabilitas antar penilai dan akurasi ditunjukkan dalam

memprediksi kematian. RTS ini mencetak tujuan dari pengaturan data

pertama yang diperoleh pada pasien, dan terdiri dari Glasgow Coma Scale,

Tekanan Darah Sistolik dan Respiratory Rate (Francis, Erin, & Benedict,

2010).

Tabel 2.2

Revised Trauma score (RTS)

Keterangan Rata – rata Skore

Glasgow Coma Scale

(GCS)

13-15 4

9-12 3

6-8 2

4-5 1

3 0

Systolic Blood

Pressure (SBP)

>89 4

76-89 3

50-75 2

1-49 1

0 0

Respiratory Rate

(RR)

10-29 4

>29 3

6-9 2

1-5 1

0 0

(Jin, Shao, He, et al, 2006)

Keterangan:

Rumus penghitungan RTS :

RTS = SkoreGCS + SkoreSBP + SkoreRR

Berdasarkan nilai GCS, SBP, RR setelah di kali dengan nilai

kontantanya. Lalu di jumlah dan menentukan hasil revised trauma

score.Dari hasil penjumlahan akan menentukan resiko terjadi keburukan

Page 42: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

24

seseorang dengan nilai antara lain serius (Nilai < 6), berat (Nilai 6 – 7),

sedang (Nilai 8-10), ringan (Nilai 11-12)(Jin, Shao, He, et al, 2006).

Nilai untuk revised trauma score berada di kisaran 0-12. Revised

trauma score sangat mempertimbangkan terhadap glasgow coma scale

untuk memprediksi cedera kepala berat tanpa cedera tambahan atau

perubahan fisiologis utama. Sebuah ambang RTS <6 telah diusulkan untuk

mengidentifikasi pasien yang harus dirawat disebuah intensive care,

meskipun nilai ini mungkin agak rendah(Jin, Shao, He, et al, 2006).

2.1.3 Mortalitas

2.1.3.1 Pengertian Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga

komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat

mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk (Koksal, Ozdemir,

Bulut,et al, 2009).World Health Organization (WHO) (2009)

mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua

tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat

setelah kelahiran hidup.

Menurut ilmu kedokteran, kematian pada manusia dapat ditinjau

melalui dua sisi yang bertautan. Manusia yang memiliki sel sebagai satuan

unit kehidupan terkecil sampai manusia yang dipandang secara

keseluruhan. Hal ini menyebabkan kita mengenal istilah cellulare death

dan somatic death yang berkembang menjadi konsep Brain death is death

Page 43: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

25

dan brain stem death is death. Keduanya berkembang dari pemikiran

bahwa proses kematian otak tidak terjadi bersamaan, namun sesuai dengan

kemampuan resistennya. Brain Stem adalah bagian otak yang mengalami

kematian paling lama dibandingkan dengan Kortek dan

Thalamus(Staerkeby, 2008).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan, Pasal 117 menyatakan : “Seseorang dinyatakan

mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti

telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah

dapat dibuktikan (Depdagri, 2009).

Menurut undang – undang Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 37 tahun 2014 (2014), tentang penentuan

kematian dan pemanfaatan organ donor pada pasal 11, menyatakan bahwa

prosedur pemeriksaan mati batang otak dilakukan sebagai berikut:

1. Memastikan arefleksia batang otak yang meliputi:

a. tidak adanya respons terhadap cahaya

b. tidak adanya refleks kornea

c. tidak adanya refleks vestibulo-okular

d. tidak adanya respons motorik dalam distribusi saraf kranial

terhadap rangsang adekuat pada area somatik

e. tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap

rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

26

2. Memastikan keadaan henti nafas yang menetap dengan cara:

a. pre – oksigenisasi dengan O2 100% selama 10 menit;

b. memastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 mmHg dengan

memakai kapnograf dan atau analisis gas darah (AGD);

c. melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea dengan O2 100%,

6 L/menit melalui kateter intra trakeal melewati karina;

d. observasi selama 10 menit, bila pasien tetap tidak bernapas, tes

dinyatakan positif atau berarti henti napas telah menetap.

3. Bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan huruf b dinyatakan positif, tes harus

diulang sekali lagi dengan interval waktu 25 menit sampai 24 jam.

4. Bila tes ulangan sebagaimana dimaksud pada huruf c tetap positif,

pasien dinyatakan mati batang otak, walaupun jantung masih

berdenyut.

5. Bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam

nyawa maka ventilator harus dipasang kembali sehingga tidak dapat

dibuat diagnosis mati batang otat.

Brainstem signs score merupakan penilaian diaman untuk

menilai fsiologis atau untuk memprediksi kematian batang otak.

Sehingga brainstem signs score menentukan kematian seseorang

secara permanen dengan mengetahui ada tidaknya fungsi fisiologis

yang tidak berfungsi secara normal (Obiako & Ogunniyi, 2010).

Page 45: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

27

Cara penilaian dapat diketahui dengan keterangan ukuran

pupil, reflek cahaya pupil, reflek kornea, gerak mata, rangsangan nyeri,

dan pernafasan.Dari hasil penjumlahan brain sign score didapatkan

hasil kurang dari 13 resiko kematian batang otak dan lebih dari 13

keadaan baik (Obiako & Ogunniyi, 2010).

Tabel. 2.1

Brainstem Signs Score

Keterangan Skore

Ukuran Pupil

(Normal=5 mm)

Normal kanan kiri 6

Penurunan pada kedua mata 5 Yang normal dalam satu mata saja 4

Penurunan dalam satu mata saja 3

Peningkatan di kedua mata 2

Peningkatan dalam satu mata saja 1

Benar-benar melebar di kedua mata 0

Respon cahaya

Pupil ( langsung

dan

Konstruksi

konsensual pupil )

Cepat di kedua mata ( normal ) 4

Cepat di kedua mata ( normal )

berisiko dalam satu mata dan

lambat di mata lainnya

3

Lambat di kedua mata 2

Lambat dalam satu mata saja 1

Tidak ada respon ( melebar dan

tetap )

0

Refleks kornea

Ada dalam kedua mata 2

Ada dalam satu mata saja 1

Tidak ada reflex 0

Reflek

oculocephalic [

gerakan mata Doll ]

Penuh 2

Minimal 1

Tidak ada ( mata tetap ) 0

Gerakan mata

Berorientasi ( kehendak ) 4

konjugat keliling 3

Dysconjugate Keliling ( divergen ) 2

Gerakan abnormal lainnya 1

Tidak ada, tidak bergerak atau tetap 0

Sikap motorik

terhadap rangsang

nyeri

Normal 3

Mengulit 2

Deserebrasi 1

Lembek atau tak ada jawaban 0

Page 46: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

28

Keterangan Skore

Pola pernafasan Regular , tingkat normal 4

Biasa, tapi hyperapnea / tachyapnea 3

Chyne- Stokes 2

Irregular 1

Hypo-/ apnea 0

Total = [6 +4 + 2 +2 + 4 + 3 + 4]= 25

(Obiako & Ogunniyi, 2010)

Keterangan :

Dari hasil penjumlahan brain sign score didapatkan hasil:

1. Resiko kematian batang otak (<13)

2. Tidak ada kematian batang otak (>13)

2.1.3.2 Faktor Mempengaruhi Mortalitas

Menurut WHO (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi

menjadi dua yaitu:

1. Faktor langsung (faktor dari dalam)

a. Umur,

b. Jenis kelamin,

c. Penyakit,

d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.

2. Faktor tidak langsung (faktor dari luar)

a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,

b. Kedudukan dalam perkawinan,

c. Kedudukan sosial-ekonomi,

d. Tingkat pendidikan,

e. Pekerjaan,

f. Beban anak yang dilahirkan,

Page 47: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

29

g. Tempat tinggal dan lingkungan,

h. Tingkat pencemaran lingkungan,

i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,

j. Politik dan bencana alam.

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Padila, (2012). Jin, Shao, He, et al., (2006) dan Koksal, Ozdemir,

Bulut,et al., (2009).Obiako & Ogunniyi, (2010).WHO, (2009).

Penyebab

cedera kepala:

- Kecelakaan

- Jatuh

- Kekerasan

Cedera kepala

Mortalitas

Cedera kepala ringan

Cedera kepala sedang

Cedera kepala berat

Revised Trauma Score

Komponen RTS :

Glascow Coma

Scale, Sistolic

Blood Pressure,

dan Respiratory

Brainstem

Signs Score

Faktor

Mempengaruhi

Mortalitas :

- Penyakit

- Kecelakaan

Page 48: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

30

2.3 Kerangka Konsep

Variabel dependen Variabel independen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Ho :Tidak ada hubungan antara revised trauma score dengan angka

mortalitasterhadap cedera kepala

Ha : Ada hubungan antara revised trauma score dengan angka

mortalitasterhadap cedera kepala.

2.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal,

didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan

peneliti, sebagai berikut :

Tabel 2.3

Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti Judul Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Hendry

Irawan,Feli

cia

Setiawan,

Dewi,Georg

iusDewanto

, 2010.

Perbandingan

Glasgow Coma

Scale danRevised

TraumaScore

dalam

MemprediksiDisab

ilitas Pasien

Trauma Kepaladi

prospektif

observasiona

l

Dari hasil analisis

statistikdidapatkan

hubungan yang

bermakna antara GCS

dan DRS (p=0,046).

Komponen GCS

yangmenunjukkan

hubungan bermakna

Revised Trauma Score Mortalitas

Page 49: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

31

Nama

Peneliti Judul Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Rumah Sakit Atma

Jaya

dengan DRS adalah

respons

motorik(p=0,001) dan

responsmembuka mata

(p=0,014). Penilaian

RTS tidak

menunjukkan

hubungan bermakna

denganDRS (p=0,207),

hanya komponen GCS

dari RTS tersebut yang

menunjukkan

hubunganbermakna

(p=0,012).

Nastaran

Heydari-

Khayat,Has

san

Sharifipoor,

Mohammad

AliRezaei,N

edaMoham

madinia,Fat

emeh

Darban,

2014.

Correlation

ofRevised Trauma

Score with

Mortality Rate of

Traumatic

Patientswithin the

First 24 hours

ofHospitalization

prospective

cross-

sectional

Data minimum dan

maksimal revised trauma

score terhadap luka

pasien nilainya 7 dan 12.

80 % dari kematian

terlihat di korban dengan

skor 9-10. Kedua uji χ2

dan regresi logistik

menunjukkan hubungan

yang signifikan

antara yang pertama skor

trauma direvisi dan angka

kematian pasien trauma

dalam 24 jam pertama

rawat inap ( p = 0,001 ).

Page 50: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

32

Nama

Peneliti Judul Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Yutaka

Kondo,

Toshikazu

Abe,

Kiyotaka

Kohshi,

Yasuharu

Tokuda, E

Francis

Cook and

Ichiro

Kukita,

2011.

Revised trauma

scoring system to

predictin-hospital

mortality in the

emergencydepartm

ent:Glasgow Coma

Scale, Age,

andSystolic Blood

Pressure score

prospective,

observational

study

Skor GAP dihitung

terlibat GCS skor (3-15

poin), usia pasien < 60

tahun (tiga poin) dan SBP

(> 120 mmHg (enam

poin), 60 sampai 120

mmHg (empat poin)). C-

statistik untuk nilai GAP

(0,933 untuk mortalitas

jangka panjang dan 0,965

untuk mortalitas jangka

pendek) lebih baik dari

atau sebanding dengan

nilai trauma yang

dihitung dengan

menggunakan skala

lainnya.

Recep

Fedakar,Ah

met

Hüsamettin

Aydiner,Lk

er Ercan,

2007.

A comparison of

“Life threatening

injury” concept in

theTurkish Penal

Code and trauma

scoring systems

retrospective

research

project

Cedera yang mengancam

jiwa hadir dalam 35,2%

kasus diperiksa. GCS,

RTS, ISS, NISS dan

TRISS mengkonfirmasi

keputusan hidup

mengancam cedera

dengan persentase 74,8%,

76,9%, 88,7%, 86,6% dan

68,6%, masing-masing.

Titik 14 ditentukan dalam

sistem ISS dengan

sensitivitas 79,6% dan

93,6% spesifisitas. Semua

kasus dengan tengkorak

linear tunggal fraktur

resmi memutuskan cedera

yang mengancam jiwa

memiliki ISS dari 5,

sebuah NISS 6 dan skor

terbaik dari GCS (15),

RTS (7,8408) dan TRISS

(100 %) .

Page 51: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

33

Nama

Peneliti Judul Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Ozlem

Koksal,

Fatma

Ozdemir,

Mehtap

Bulut, Sule

Aydin,Mera

l Leman

Almacioglu,

Halil

Ozguc.

2009.

Comparison Of

Trauma Scoring

Systems For

Predicting

MortalityIn

Firearm Injuries

study was

conducted

Tingkat kematian adalah

12,6 %. Pasien rata-rata

GCS, skor RTS, ISS,

NISS, dan TRISS nilai

masing-masing adalah

13,41 ± 0,31, 10,65 ±

0,26, 17,04 ± 1,20, 21,94

± 1,45, dan 9.52 ± 2.37,.

Para pasien dibagi

menjadi dua kelompok

sebagai ISS = Niss ( 53,3

% ) dan ISS < Niss ( 46,7

% ) .

Page 52: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

korelatif antarvariabel (Nursalam, 2011).Penelitian korelasional biasanya

dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari

suatu kelompok subjek.

Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011).Seseorang ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien yang berada di rawat inap di IGD dan ICU rumah sakit Dr.

Moewardi Provinsi Jawa Tengah.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

35

3.2.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2011). Teknik purposive

sampling juga dinilai mampu memenuhi kelengkapan dan kedalaman data

didalam realitasnya. Sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah pasien cedera

kepala berat sebanyak 24 pasien dalam rentang waktu bulan Februari

2015 sampai April 2015 yang berada di IGD dan ICU RSUD Dr.

Moewardi Provinsi Jawa Tengah dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. GCS <8

2. Belum pernah dilakukan scoring revised trauma score

3. Pasien lebih dari 24 jam

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Tempat merupakan lokasi dimana responden berada, sehingga

peneliti akan memperoleh data dari tangan pertama dilakukannya

penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam penelitian ini dilakukan di ICU

RSUD Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

36

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu merupakan dimana kegiatan penelitian akan dilakukan

disertakan bulan dan tahun kegiatan sampai akhir pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini telah dilakukan pada periode 17 Februari 2015 sampai 29

April 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Revised

Trauma

Score

Revisi Trauma Score

(RTS) adalah sistem

penilaian

fisiologis.Penilaian

menggunakan

Glasgow Coma

Scale, Tekanan Darah

Sistolik dan

Respiratory Rate

Lembar

Observasi

RTS= Skore

GCS + Skore

SBP+ Skore

RR

Nilai skor 0

– 12. Nilai

tertinggi 12

dan

terendah 0.

Hasil ukur:

1. Serius

(<6)

2. Berat (7-

8)

3. Sedang

(9-10)

4. Ringan

(11-12)

Ordinal

Page 55: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

37

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Mortalita

s

Mortalitas atau

kematian merupakan

kejadian dimana

dapat dinilai dari

berbagai score, antara

lain pemeriksaan

batang otak.

Lembar

Observasi

BSS:

Pupillary

Size +

Pupillary

Light

Responses +

Corneal

Reflexes +

Oculocephali

c Reflexes +

Eye

Movements

+ Motor

Posturing To

Painful

Stimuli +

Respiration

Pattern

Hasil Skor

0-25. Nilai

tertinggi 25

dan

terendah 0.

Hasil ukur :

1.Resiko

mengalam

i batang

otak (<

13)

2. Tidak ada

kematian

batang

otak (>

13)

Nominal

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

1. Revised Trauma Score

Revisi Trauma Score (RTS) adalah sistem penilaian

fisiologis, dengan tinggi reliabilitas antar penilai dan akurasi

ditunjukkan dalam memprediksi kematian. Hal ini mencetak tujuan

dari pengaturan data pertama yang diperoleh pada pasien, dan terdiri

dari Glasgow Coma Scale, Tekanan Darah Sistolik dan Respiratory

Rate. RTS = Skor GCS + Skor SBP + Skor RR. Berdasarkan nilai

GCS, SBP, RR setelah di kali dengan nilai kontantanya. Lalu di jumlah

dan menentukan hasil revised trauma score. Hasil penjumlahan akan

menentukan resiko terjadi keburukan seseorang dengan nilai antara

Page 56: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

38

lain serius (Nilai <6), berat(Nilai 6 – 7), sedang (Nilai 8–10), ringan

(Nilai 11–12).

2. Brainstem Sign Score

Brain Stem adalah bagian otak yang mengalami kematian

paling lama dibandingkan dengan Kortek dan Thalamus. Cara

menggunakannya adalah menjumlah dari item item dari keterangan,

sehingga mendapat rentang nilai 0 – 25. Nilai tertinggi adalah 25

sedangkan nilai terendah 0. Pengategorian kurang dari 13 batang otak

mengalami gangguan yaitu kematian batang otak. Dan sebaliknya

semakin tinggi nilainya akan semakin baik kondisi batang otaknya.

Alat yang digunakan untuk mengukur untuk menentukan respon pupil

peneliti menggunakan senter, sedangkan untuk memeriksa doll eye

peneliti menggunakan katembat.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang

dikumpulkan secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek

peneliti yang diukur dengan lembar observasi revised trauma score

dan brainstem signs score.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

39

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang ada di rekam medis atas

nama pasien, literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung

penelitian ini.

3. Tahap Pengumpulan Data

Tahap Orientasi meliputi : pengajuan surat ijin kepada

Direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Tahap pertama,

peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian

ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal. Peneliti mencari

literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini.

Tahap kedua, peneliti melakukan study pendahuluan angka

kejadian cedera kepala. Tahap ketiga, peneliti menyusun proposal yang

sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada pembimbing I dan

pembimbing II. Tahap keempat, peneliti melakukan revisi proposal

penelitian sebelum melaksanakan penelitian yang kemudian

dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

4. Tahap Pelaksanaan

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu intrumen yang digunakan untuk

menggali data secara lisan (Sujarweni, 2014). Penelitian ini peneliti

melakukan wawancara dengan keluarga pasien untuk mendapatkan

Page 58: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

40

data terhadap responden dan melakukan inform consent agar

mengijinkan pastisipan diikut sertakan dalam penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan pengumpulan data dengan metode

studi dokumentasi karena dokumentasi dapat memberikan informasi

tentang situasi yang tidak dapat diperoleh langsung (Sujarweni,

2014).Penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui

data rekam medis responden.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Konten Validasi

Konten Validitas adalah jenis lain dari validitas yang sangat

tergantung pada interpretasi pribadi, dan mengacu pada apakah instrumen

tersebut mengandung semua dimensi yang akan dipertimbangkan oleh

pengamat menjadi penting dalam mengukur hasil yang diinginkan.

Instrumen memiliki kandungan tinggi validitas, seseorang dapat menarik

kesimpulan yang lebih luas tentang individu yang diukur dalam kaitannya

dengan komunitas yang lebih besar (Jennings, 2012). Kuhls et al (2008)

menggunakan sebuah Area Under Curve (AUC)Analisis yang

mengungkapkan Revised Trauma Score memiliki kemampuan prediktif

secara substansial lebih rendah dariInjury Serverity Score (AUCISS = 0,93

vs AUCRTS = 0.84 ).

Page 59: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

41

Sedangkan Brainstem Signs Scorerata - rata memiliki prediksi

negative nilai ( NPV ) dari 100 % pada evaluasi awal hingga hari ke-28,

dan nilai-nilai prediktif positif ( PPVs ) dari 100 % dari pertama sampai

hari ke-7, nilai negatif dan positif pada evaluasi awal kurang dari 80 %,

Oleh karena itu, tampaknya lebih baik dalam memprediksi hasil koma atau

kematian batang otak.

3.6.2 Reliabilitas

Keandalan utama berkaitan dengan apakah instrumen atau skala

yang mengukur tertentudomain dengan cara reproduksi. Untuk skala yang

benar-benar handal akan diharapkan untuk menghasilkan. Hasil terlepas

dengan pengamatan, waktu, hari atau faktor lainnya. Umumnya reliabilitas

diujimelalui konsistensi internal, antar/intra - pengamatan dan reliabilitas

test-retest (Jennings, 2012).

Sedangkan Skor prediksi terendah 13 untuk BSS masing-masing

melalui Wilcoxon Pangkat Sum / Mann - Whitney - U, dan berdasarkan

ini, pasien dikategorikan BSS masing-masing dari ≤13 dan > 13.

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hidayat (2014) merupakan proses yang

sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan

baik dan benar. Ada beberapa pengelohan data sebagai berikut:

Page 60: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

42

1. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

Revised Trauma Score :

1. Serius (<6)

2. Berat (7-8)

3. Sedang (9-10)

4. Ringan (11-12)

Mortalitas :

1. Resiko mengalami batang otak (< 13)

2. Tidak ada kematian batang otak (> 13)

3. Mengumpulkan data (Entri)

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Tabulasi

Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria

tertentusehinggafrekuensidarimasing-masing item.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

43

3.7.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap

variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data

kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk

disajikan dalam bentuk proporsi presentase dengan cara memasukkan

seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk

melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel

(Notoatmodjo, 2012). Variabel dependen revised trauma score yang

meliputi kurangnya skore dari 6, 7-8 (berat), 9-10 (sedang), 11-12

(ringan) adalah data yang dikategorikan dengan skala ordinal

sedangkan variabel independen mortalitas dengan data nominal

kematian batang otak.

2. Analisa Bivariat

Korelasi Spearman adalah uji korelasi bivariat pearson yang

telah dibahas di depan digunakan untuk mengetahui korelasi untuk

data kuantitatif (skala interval atau rasio) (Hidayat, 2014). Jadi Uji

korelasi Spearman Rho bertujuan untuk menguji hubungan antara dua

variable yang berdata ordinal, dapat juga salah satu data ordinal dan

lainnya nominal (Sujarweni, 2014).

Page 62: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

44

Caranya adalah sebagai berikut :

1. Berikan peringkat pada nilai-nilai variabel x dari 1 sampai n. Jika

terdapat angka-angka sama, peringkat yang diberikan adalah

peringkat rata-rata dari angka-angka yang sama.

2. Berikan peringkat pada nilai-nilai variabel y dari 1 sampai n. Jika

terdapat angka-angka sama, peringkat yang diberikan adalah

peringkat rata-rata dari angka-angka yang sama.

3. Hitung di untuk tiap-tiap sampel (di=peringkat xi - peringkat yi)

4. Kuadratkan masing-masing di dan jumlahkan semua di2

5. Hitung Koefisien Korelasi Rank Spearman (ρ)� baca rho:

6. Bila terdapat angka-angka sama. Nilai-nilai pengamatan dengan

angka sama diberi ranking rata-rata.

3.8 Etika Penelitian

Menurut (Hidayat, 2014), etika penelitian dapat dibedakan menjadi

berikut:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya

6∑di

2

Page 63: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

45

agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama

informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya

dimengerti oleh peneliti.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan

informasi yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan

kelompok data tertentu saja.

4. Beneficience

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin

bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.

5. Non maleficience

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan antara

revised trauma score dengan angka mortalitas pada pasien cedera kepala di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan data yang diambil selama 3 bulan

penelitian yaitu 17 Februari 2015 sampai 29 April 2015 dengan 24 responden

yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai

berikut:

4.1 Gambaran Tempat Penelitian

RSUD Dr. Moewardi merupakan salah satu rumah sakit tipe A terbesar

negeri yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di

daerah Surakarta. RSUD Dr. Moewardi terletak di jalan Kolonel Sutarto No

132 Surakarta.Ruang Intensif Care Unit (ICU) yang ada di RSUD dr.

Moewardi Surakarta. Jumlah perawat yaitu 30 orang perawat meliputi DIII

dan S1 Perawat yang bekerja di ruang ICU.

Pelayanan RSDM merupakan pelayanan yang terbaik di daerah Surakarta

sebagai tempat rujukan yang tepat. Ruang ICU memiliki 12 tempat tidur, 2

diantaranya sebagai tempat isolasi pasien. Ruang perawat juga tersedia

monitor tersendiri untuk memonitori pasien sesuai tempat tidurnya. Perawat

yang bertugas juga mempunyai skill yang baik dalam melakukan tindakan

apapun.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

47

Peneliti menggunakan RSUD Dr. Moewardi karena RSUD Dr. Moewardi

merupakan rumah sakit rujukan sekarisidenan Surakarta yang bertipe A.

Rumah sakit ini juga memiliki angka kejadian cedera kepalayang lumayan

banyak pada pada kasus cedera kepala dibandingkan dengan rumah sakit

lainnya yang berada di Surakarta.

4.2 Analisis Univariat

Deskriptif variabel atas data yang dilakukan selama tiga bulan dari

bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015 dengan jumlah data secara

keseluruhan adalah 24 sampel untuk pasien cedera kepala di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan satu variabel independen

yaitu RTS, sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah mortalitas.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil perhitungan sebagai

berikut:

4.2.1 Karakteristik Revised Trauma Score

Data penelitian mengenai keparahan responden dikategorikan

menjadi 4 tingkat yaitu serius (< 6), berat (7 – 8), sedang (9 – 10), ringan

(11 – 12 ). Distribusi frekuensi keparahan responden dapat dilihat secara

rinci pada tabel.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

48

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Revised Trauma Score terhadap pasien

cedera kepala diruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta

(N:24)

Tabel 4.1 dapat diketahui tingkat keparahan dari RTS

menunjukan sebagian besar responden dalam keadaan serius sebesar

41.7%.

4.2.2 Karakteristik Mortalitas

Data penelitian mengenai kematian batang otak responden

dikategorikan menjadi 2 tingkat yaitu resiko kematian batang otak (<

13),tidak ada kematian batang otak (>13). Distribusi frekuensi kematian

batang otak responden dapat dilihat secara rinci pada tabel.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Mortalitasterhadap pasien cedera kepala

diruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (N:24)

Kategori ƒ Persentase ( % )

Risiko Kematian Batang Otak 16 66.7

Tidak Risiko Kematian Batang Otak 8 33.3

Total 24 100.0

Tabel 4.2 dapat diketahui tingkat kematian batang otak dengan

diataas hasil dari mortalitas menunjukan sebagian besar responden

dengan risiko kematian batang otak sebesar 66.7 %.

Kategori ƒ Persentase ( % )

Serius 10 41.7

Berat 6 25.0

Sedang 5 20.8

Ringan 3 12.5

Total 24 100.0

Page 67: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

49

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Menganalisa Hubungan antara Revised Trauma Score dengan angka

Mortalitas terhadap Cedera Kepala

Tabel 4.3

Uji Spearman’s rho tentang Hubungan antara Revised Trauma Score

dengan angka Mortalitas terhadap Cedera Kepala

ƒ r p

Revised Trauma Score 24 0.860 0.000 Mortalitas

Berdasarkan uji statistik spearman rho diperoleh nilai korelasi

(0.860) dengan nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0.000) lebih

kecil dari (α : 0.05), maka H0 di tolak, sehingga ada hubungan yang

signifikan antara revised trauma score dengan mortalitas pada pasien

cedera kepala. Tingkat hubungan kedua variabel kategori sangat kuat,

karena nilai korelasi 0.860 diintervalkan berpedoman pada tabel interval

koefisien menurut Sugiyono (2011), masuk antara angka 0.800-1.000

dengan kategori sangat kuat.Arah korelasi +(positif) yaitu searah. Hal ini

berarti semakin tinggi nilai RTS terhadap cedera kepala,maka semakin

tinggi angka mortalitas pada pasien yang mengalami cedera kepala.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

50

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Revised Trauma Score terhadap Pasien Cedera Kepala

Bedasarkan hasil penelitian tingkat keseriusan menggunakan

penilaianrevised trauma score pada tabel 4.1 dapat diketahui tingkat

keparahan dari RTS menunjukan responden sebagian besar dalam keadaan

serius. Penggunaan RTS pada pasien cedera kepala di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta yaitu dengan kondisi serius (< 6 ) adalah 41.7% responden, berat (7-

8) adalah 25.0% responden, sedang (9-10) adalah 20.8% responden, dan

ringan (11-12) adalah 12.5% responden. Responden dengan hasil RTS harus

segera mungkin diperhatikan untuk dapat menentukan tindakan yang akurat

demi pemulihan pasien cedera kepala.

Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Moore, Lavoie, Abdous,

et al (2006) menyatakan RTS dalam nilai persentasi dalam kondisi serius

maka kondisi ini dalam keadaan yang perlu diperhatikan untuk melakukan

tindakan yang intensif, hal ini menunjukkan semakin rendah hasil RTS maka

akan semakin memperburuk keadaan pasien. Hasil Skor RTS kondisi berat

yaitu sama dengan hasil RTS serius merupakan keadaan dimana dikatakan

dalam kondisi kritis terhadap pasien, sehingga mengharuskan untuk

melakukan tindakan yang tepat, cepat, dan akurat dalam penanganan untuk

menimalisir terjadinya angka mortalitas yang tinggi dalam traumatik. Skor

RTS dalam kondisi sedang dan ringan dapat dikatakan dalam kondisi yang

Page 69: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

51

stabil pada pasien, akan tetapi jangan menunda dalam penanganan terhadap

pasien dalam koategri sedang dan ringan untuk menjaga kestabilan kondisi

pasien. Hal ini, bisa dapat meningkatkan status kondisi pasien dari kondisi

sedang ke berat apabila penanganan kurang tepat terhadap pasien.

Faktor utama cedera kepala dari pengendara sepeda motor oleh

karena tidak menggunakan helm (Lulie & Hatmoko, 2006). Penelitian di

Taiwan menyebutkan bahwa pengendara motor yang tidak menggunakan helm

empat kali lebih besar untuk mengalami cedera kepala dan sepuluh kali lebih

besar untuk mengalami cedera otak pada saat kecelakaan, untuk status

penggunaan helm dari 73 orang, sebanyak 39 orang tidak menggunakan helm

(53,4%) dan 34 orang menggunakan helm (46,6%) (Yu WY, Chen CY, Chiu

WT, et al., 2011). Kewajiban memakai helm bagi pengendara dan penumpang

sepeda motor di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Badan Standarisasi Nasional,

2012).

Penelitian WHO tentang kecelakaan lalu lintas di Kenya

menyebutkan sebanyak 36% pasien kecelakaan yang masuk ke IGD adalah

pengendara sepeda motor, dan 75% diantaranya tidak menggunakan helm

pada saat kejadian (WHO, 2011. ). Penelitian di Florida dari 995 pasien yang

mengalami kecelakaan sepeda motor, sebanyak 522 orang (55,5%)

menggunakan helm dan 473 orang (47,5%) tidak menggunakan helm (Hooten

KG, Murad G,2012). Penelitian di Yogyakarta memiliki hasil berbeda, dari 54

orang, sebanyak 35 orang (68,4%) menggunakan helm dan 19 orang (35,2%)

Page 70: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

52

tidak menggunakan helm (Nura, 2012). Beberapa negara Asia lebih dari

sepertiga pengendara motor tidak menggunakan helm secara benar, seperti

tidak mengaitkan tali pengaman sehingga helm terpasang longgar.

Berdasarkan penelitian Lahdimawan, Suhendar, Wasilah, (2014)

menunjukkan pasien cedera kepala mengalami cedera kepala ringan sebanyak

47 orang (64,4%) cedera kepala sedang sebanyak 14 orang (19,2%), dan

cedera kepala berat sebanyak 12 orang (16,4%). Pasien cedera kepala yang

menggunakan helm sebagian mengalami cedera kepala ringan yaitu sebanyak

26 orang (78,8%), cedera kepala sedang sebanyak 5 orang (15,2%), dan cedera

kepala berat sebanyak 2 orang (6,1%). Sementara yang tidak menggunakan

helm sebagian mengalami cedera kepala ringan sebanyak 21 orang (52,5%),

cedera kepala sedang sebanyak 9 orang (22,5%), dan cedera kepala berat

sebanyak 10 orang (25%). Dari sampel yang tidak menggunakan helm

didapatkan bahwa helm yang dikaitkan tali pengamannya sebanyak 7 orang

(20,5%), tidak dikaitkan sebanyak 9 orang (26,4%), dan tidak diketahui

sebanyak 18 orang (52,9%).

Berdasarkan penelitian Nurfaise (2012) menunjukkan mekanisme

cedera pasien cedera kepala pada penelitian ini antara lain kecelakaan lalu

lintas, kecelakaan kerja, jatuh dan tindak kekerasan. Mekanisme utama

penyebab cedera kepala pada penelitian ini adalah kecelakaan lalu lintas yaitu

sebanyak 87,2% yang terbagi menjadi motor vs motor sebanyak 46 kasus,

motor vs sepeda sebanyak tiga kasus, motor vs mobil sebanyak sembilan

kasus, motor vs truk satu kasus, motor vs pejalan kaki 10 kasus dan jatuh dari

Page 71: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

53

motor 19 kasus, sedangkan yang paling sedikit adalah akibat tindak kekerasan

yaitu 1%. Mengklasifikasikan menjadi CKR, CKS dan CKB didapatkan

bahwa kasus CKR paling banyak, yaitu 61,4%, kasus CKS yaitu 22,4% dan

kasus pada CKB yaitu 15,8%.

Beberapa penelitian menunjukkan nilai odd ratio (OR) pada kejadian

cedera kepala setelah kecelakaan meningkat bervariasi antara 2,3 kali sampai

4,4 kali lebih tinggi pada pengendara motor yang tidak menggunakan helm

dibandingkan dengan yang menggunakan helm. Penelitian Ouellet dan

Kasantikul mendapati bagi pengendara yang tidak menggunakan helm 3,5 kali

lebih besar untuk mengalami cedera serius (Liu BC, Ivers R, Norton R, et al.,

2008).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti keadaan responden

dengan skor RTS serius dikarenakan akibat dari benturan. Responden dengan

kasus CKB merupakan keadaan dimana adanya memar otak terjadi

perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan

yang kasat mata, Trauma yang membentur dahi, kontusio terjadi didaerah otak

yang mengalami benturan. Cedera kepala biasanya terjadi epidural hematom

sehingga kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupil kontra lateral

juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan

reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Penilaian RTS yang

dilakukan meruapakan kadaan responden yang sebenarnya dan sebagian

responden mengalami serius dikarenakan nilai <6 yaitu skor GCS kurang dari

8, adanya penuruan SBP, dan penurunan RR yang terjadi pada responden.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

54

5.2 Gambaran Mortalitas terhadap Pasien Cedera Kepala

Bedasarkan hasil penelitian gambaran mortalitas terhadap risiko

kematian batang otak pada tabel 4.2 dapat diketahui tingkat kematian batang

otak dengan diataas hasil dari mortalitas menunjukan responden sebagain

besar dalam keadaan risiko kematian batang otak.

Penilaian mortalitas dengan BSS pada pasien cedera kepala di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta yaitu dengan menunjukan responden dengan risiko

kematian batang otak (<13) sebesar 66.7% dan tidak ada risiko kematian

batang otak (>13) sebesar 33.3 %.. Responden dengan hasil BSS menunjukan

beberapa keadaan yang relevan pada kondisi pasien dikarenkan akibat

benturan dan kecelakaan pada pasien, sehingga terdapat perdarahan dikepala

yang mengakibatkan traumatik. Penelitian ini didukung olehpenelitian

dariObiako & Ogunniyi (2010), kematian batang otak terjadi karena akibat

adanya cedera trauma kepala. Penilaian kematian batang otak dapat dinilai

dengan menggunakan skor BSS yang sudah ada, dalam penelitian sebelumnya

digunakan dalam penilaian pasien strok. Penilaian ini dengan angka kurang

dari 13 maka sudah dianggap terjadi risiko kematian batang otak yang

diakibatkan oleh trauma kepala atau pendarahan dikepala. Penilaian lebih dari

13 maka dianggap kematian batang otak tidak ada, akan tetapi nilai lebih dari

13 bisa meninggal yang diakibatkan tidak terpenuhi perawatan.

Sekitar 52.000 kematian AS per tahun dari hasil TBI. Faktor lokal di

Amerika Serikat dapat mempengaruhi tingkat kematian adalah terendah di

Page 73: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

55

Midwest dan Timur Laut dan tertinggi di Selatan. Tingkat kematian untuk

kematian di luar rumah sakit adalah sekitar 17 per 100.000 orang. Sekitar 6

per 100.000 orang untuk pasien yang dirawat di rumah sakit. Awal skor GCS

dan tingkat keparahan bantuan TBI untuk memprediksi kemungkinan

kematian dari cedera. Tingkat kematian yang tinggi di TBI berat dan rendah

moderat TBI. Dalam sebuah penelitian TCDB, angka kematian di TBI berat

sekitar 33% dalam penelitian lain, di Central Virginia, angka kematian di

moderat TBI ditemukan 2,5% (Segun, 2015).

Penelitian Feibyg, James, Johannis, (2014)menyatakan bahwa

gambarkan angka kecelakaaan lalu lintas yang meninggal dengan cedera

kepala di Manado menurut data di bagian Forensik BLU RSUP

Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode tahun 2011-2012. Pada tahun 2011

terdapat 87 kasus kecelakaan yang diperiksa dan 23 kasus yang tidak di

periksa, dari 87 kasus yang di periksa ditemukan 84 cedera kepala. Terdapat

juga 26 kasus bukan cedera kepala yang terdiri dari 23 kasus yang tidak di

periksa dan 3 kasus yang telah di periksa didapati bukan cedera kepala. Pada

tahun 2012 terdapat 71 kasus kecelakaan yang diperiksa dan 7 kasus yang

tidak di periksa, dari 71 kasus yang di periksa ditemukan 69 cedera kepala.

Terdapat juga 9 kasus bukan cedera kepala yang terdiri dari 7 kasus yang tidak

di periksa dan 2 kasus yang telah di periksa didapati bukan cedera kepala.

korban paling banyak meninggal dengan cedera kepala pada kecelakaan lalu

lintas adalah sebanyak 82.4%.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

56

Penilitian Obiako & Ogunniyi (2010), menyatakan bahwa tingkat

akurasi BSS dalam perhitungan negative predictive value (NPV) sebesar

100% dalam jangka waktu 1 sampai 28 hari, sedangkan positive predictive

value (PPV) sebesar 90-100% dalam jangka 7 hari. Sehingga BSS sebagai

gambaran skor untuk menilai mortalitas seseorang dengan jangka waktu 7 hari

dengan risiko kematian batang otak dengan nilai kurang dari 13.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan resiko kematian batang otak

yang terjadi pada responden merupakan kadaan akibatkan benturan dan

penurunan kesadaran. Resiko kematian batang otak sebagian besar responden

adanya penuruan reflek pupil, respon pupil terhadap cahaya, reflek kornea,

doll eyas, gerakan mata, gangguna motorik, penurunan pola nafas.

5.3 Hubungan Antara Revised Trauma Score Dengan Angka Mortalitas Pada

Pasien Cedera Kepala Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Berdasarkan uji statistik spearman rho diperoleh nilai korelasi

(0.860) dengan nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0.000) lebih kecil

dari (α : 0.05), maka H0 di tolak, sehingga ada hubungan yang signifikan

antara revised trauma score dengan mortalitas pada pasien cedera kepala.

Tingkat hubungan kedua variabel kategori sangat kuat, karena nilai korelasi

0.860 diintervalkan berpedoman pada tabel interval koefisien menurut

Sugiyono (2011), masuk antara angka 0.800-1.000 dengan kategori sangat

kuat. Arah korelasi +(positif) yaitu searah. Hal ini berarti semakin tinggi nilai

Page 75: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

57

RTS terhadap cedera kepala, berarti semakin tinggi angka mortalitas pada

pasien yang mengalami cedera kepala.

Berdasarkan penilaian RTS dan motalitas di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta, kategori RTS serius sebesar 41.7 % responden dan mortalitas

dengan kategori risiko kematian batang otak, kategori berat sebesar 25.0 %

responden dengan mortalitas risiko kematian batang otak, pada kategori

sedang sebesar 20.8 %, responden dengan mortalitas tidak ada kematian

batang otak, sedangkan pada kategori ringan sebesar 12.5 %. responden

dengan mortalitas tidak ada kematian batang otak. Pengamatan yang

dilakukan peneliti merupakan keadaan dimana pasien dalam rawat inap lebih

dari 24 jam, sehingga dapat ditentukan nilai RTS dan BSS sesuai kondisi

pasien. Nilai RTS diatas merupakan kondisi pasien yang mengalami

kecelakaan lalu lintas dan ada yang mengalami tabrak lari. Penelitian ini

didukung oleh Yutaka, Toshikazu, Kiyotaka, et,al., (2011) penelitian RTS

mempunyai aplikasi yang dapat digunakan secara universal dibidang pra-

rumah sakit dan memiliki gambaran dari fisiologis pasien trauma. Beberapa

studi menunjukkan keandalan RTS dalam memprediksi konsekuensi akibat

kecelakaan. Didukung penelitian dari Obiako & Ogunniyi (2010),

BSSmenentukan kematian seseorang secara permanen dengan mengetahui ada

tidaknya fungsi fisiologis yang tidak berfungsi secara normal.

Berdasarkan penelitian dari Khayat, Sharifipoor, Rezaei, et al.,

(2014) menunjukkan angka kematian pada pasien trauma dan pemilihan

pasien kritis untuk perawatan di pusat khusus trauma. Penelitian dari Khayat,

Page 76: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

58

Sharifipoor, Rezaei, et al., (2014), hubungan RTS dengan mortalitas selama

24 jam pertama dari rawat inap dinilai pada pasien mutlipel trauma. Hasil

yang diperoleh menunjukkan hubungan yang signifikan antara pertama RTS

dan kematian selama 24 jam rawat inap pada pasien trauma.

Berdasarkan penelitian Koksal, Ozdemir, Bulut, et al., (2009)

menunjukan rata – rata RTS dan ISS terhadap tingkat kematian yaitu 12,6 %

pasien meninggal dalam keadaan gawat darurat dan setelah dirawat inap

kurang dari 24 jam pertama. RTS dan ISS memiliki angka probilitas

singnifikan (p<0,001) untuk RTS sedangkan ISS mempunyai angka probilitas

signifikan (p=0.041) terhadap system skor memprediksi kematian terhadap

cedera.

Dengan kata lain, RTS dapat bertindak sebagai alat pengukuran

tingkat keseriusan dalam memprediksi kematian dan memprioritaskan

perawatan pasien cedera kepala dengan intensitas yang berbeda terutama

ketika berhadapan dengan kurangnya sumber daya, tetapi tidak cukup sebagai

satu – satunya alat yang digunakan. Penerapan alat lainnya mungkin

meningkatkan nilai kematian pada pasien cedera kepala dan meminimalkan

kemungkinan kesalahan dalam memprioritaskan dan perawatan pasien.

Penilaian RTS yang pertama dan pengukuran mortalitas dalam waktu lebih

dari 24 jam pertama rawat inap.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Page 77: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

59

Keterbatasan yang peneliti alami dalam melakukan penelitian ini

antara lain revised trauma score dan mortalitasmerupakan hal yang baru bagi

pelayanan keperawatan sehingga peneliti harus menjelaskan dengan sebaik

mungkin kepada perawat saat berkolaborasi dalam menilai responden dengan

CKB dalam menentukan tingkat keparahan responden. Adapun keterbatasan

peneliti selanjutnya peneliti harus menunggu responden CKB yang masuk

diruang ICU.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

60

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Revised trauma score sebagian besar pasien cedera kepala berat RSUD Dr.

Moewardi Surakarta masuk dalam kategori serius.

2. Mortalitas sebagian besar pasien cedera kepala besat RSUD Dr. Moewardi

Surakarta masuk dalam kategori resiko kamatian batang otak.

3. Ada hubungan antara revised trauma score dengan angka mortalitas

terhadap pasien cedera kepala di RSUD dr. Moewardi Surakarta.

6.2 Saran

1. Bagi rumah sakit (Perawat dan Dokter)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan

kualitas profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada pasien

cedera kepala untuk untuk mengetahui tingkat keparahan dan menurunkan

angka mortalitas menggunakan RTS.

2. Bagi institusi pendidikan

Memberikan dan memperkaya ilmu keperawatan kegawatdaruratan dalam

menggunakan skor cedera kepala.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

61

3. Peneliti selanjutnya

Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan kegawatdaruratan

dengan menilai skoring cedera kepala. Penelitian ini dapat dikembang

lebih lanjut dengan responden yang lebih banyak.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mochdar, S. (2005). Studi retrospektif deskriptif mengenai beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil akhir penderita epidural hematoma di

RSUPN Cipto Mangunkusumo periode tahun 2001–2004. Tesis.

Nahkah dipublikasikan. Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia.

(accessed 09 Desember 2014). http://www.garuda.dikti.go.id.

Arikunto, S. (2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta:

PTRineka Cipta.

Azwar, Muhammad. (2011). Gambaran cedera kepala dengan komplikasi

perdarahan epidural di RSU dokter Soedarso Pontianak 1 Januari–

31 Desember 2010. Skripsi. Naskah dipublikasikan. Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. Kalimantan Barat.

Indonesia.

Babu ML, Bhasin SK, Kumar A. (2005). Extradural hematoma: An experience of

300 cases extradural. JK Science, 7(4), 205-207. (accessed 08

November 2014). http://www.springerlink.com

Badan Standarisasi Nasional: Pengendara motor wajib menggunakan helm SNI;

(online), (http://www.bsn.go.id. accessed 8 Juni 2015, 17:27).

Barmawi, A. (2007). Laporan tahunan instalasi gawat darurat RSUP dr. Sardjito.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Brain Injury Association of America. (2013, November). To the housecommittee

on energy and commerce subcommittee on health. America: CDC,

1-3 (accessed 10 Desember 2014). http://www.nashia.org/pdf.

Brown W.R., Langlois, J.A., Thomas, K.E., Xi, Y.L. (2006). Incidence of

traumatic brain injury in United States, 2003. J Head Trauma

Rehabil, 21(6), 544-8.

Centers for Disease Control[CDC]. (2011, Mei). Surveillance for Traumatic Brain

Injury–Related Deaths — United States 1997–2007. MMWR,

60(5), 1-30.

Centers for Disease Control [CDC]. (2011, October). Traumatic brain injury in the

United States: Fact Sheet. MMWR, 60(39), 1337-1342.

Coronado, V.G., Xu, L., Basavaraju, S.V., McGuire, L.C., Wald, M.M., Faul,

M.D., et al. (2011). Surveillance for traumatic brain injury-related

deaths United States 1997-2007. MMWR, 60(5),1-36.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

David, Gallimore. (28 March 2006). The diagnosis of brainstem death and its

implications, is tutor in adult nursing, School of Health Science,

University of Wales, Swansea. Nursing Time, 102(13), 28-30.

Departemen Dalam Negeri Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Tentang

tesehatan nomor 36 tahun 2009. [homepage on the

internet].Availablefrom:http://www.depdagri.go.id

Eynon, C.A. (2005). Brain death and brainstem testing. Care of the Critically Ill,

21(5), 147–150.

Fedakar R, Aydiner AH, Ercan I. (2007). A comparison of “life threatening

injury” concept in the Turkish penal code and trauma scoring

systems. Turkish Journal of Trauma & Emergency Surgery, 13(3),

192-198.

Feibyg Theresia Lumandung James F. Siwu Johannis F. Mallo. (2014).Gambaran

Korban Meninggal Dengan Cedera Kepala Pada Kecelakaan Lalu

Lintas Di Bagian Forensik Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado Periode Tahun 2011-2012. Vol 2 (1), 1-9.

Francis A. Abantanga., Erin A. Teeple., Benedict C. Nwomeh. (2010). CHAPTER

26: Pediatric injury scoring and trauma registry. 164-171. (accessed

25 November 2014).

Garg, Krishna. (2004). Chaurasia’s human anatomy: Head, neck & brain. (Fourth

edition). CBS Publishers, 3, 34-38.

Gururaj, G., Kolluri S.V.R., Chandramouli, B.A., Subbakrisna, D.K., Kraus, J.F.

(2005). Traumatic brain injury. India: National Institute of Mental

Health & Neuro Sciences Bangalore.

Hemingway, H., Croft, P., Perel, P., Hayden, J.A., Abrams, K., Timmis, A., et al.

(2013). Prognosis research strategy (PROGRESS): A framework

for researching clinical outcomes. BMJ, 346, 1-11.

Hidayat, A.A. (2014) Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hooten KG, Murad G. Helmeted vs nonhelmeted: a retrospective review of

outcomes from 2 wheeled vehicle accidents at a level 1 trauma

center. Clin Neurosurg 2012; 59: 126-130.

Irawan, H. Setiawan, F. Dewi. Dewanto, G. (2010). Perbandingan glasgow coma

scale dan revised trauma score dalam memprediksi disabilitas

Page 82: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

pasien trauma kepala di Rumah Sakit Atma Jaya. Maj Kedokt

Indon, 60(10), 437-442.

Japardi, I. (2007). Cedera kepala: Memahami aspek-aspek penting dalam

pengelolaan penderita cedera kepala. Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

Jennings, Paul. (2012). A critical appraisal of the revised trauma score.

Australasian Journal of Paramedicine, 2 (1), 1-9.

Jin J, Shao J, He X and Yao M. (2006). Application of revised trauma program in

emergency treatment of multiple injury. Chinese Med J, 119(5),

426-429.

Jovan, D. (2007). Pengembangan indikator klinik cedera kepala di instalasi

gawat darurat RS Panti Nugroho Pakem Sleman. Karya tulis

ilmiah. Tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya. Malang. Indonesia.

Khayat, N.H. Sharifipoor, H. Rezaei M.A. Mohammadinia Neda. Darban

Fatemeh. (2014). Correlation of revised trauma score with

mortality rate of traumatic patients within the first 24 hours of

Hospitalization. ZJRMS, 16(11), 33-36.

Koksal, O. Ozdemir F. Bulut, M. Aydin, S. Almacioglu, M.L. Ozguc, H. (2009).

Comparison of trauma scoring systems for predicting mortality in

firearm injuries. Turkish Journal of Trauma & Emergency Surgery,

15(6), 559-564.

Kuhls D, A. Malone D, L. McCarter RJ, Napolitano L, M. (2008).Predictors of

mortality in adult trauma patients: The physiologic trauma score is

equivalent to the trauma and injury severity score. J Am Coll Surg,

194(6), 695-704.

Lahdimawan, T.F.I. Suhendar, A. Wasilah, S. (2014). Hubungan penggunaan

helm dengan beratnya cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas

darat di RSUD Ulin bulan Mei - Juli 2013. Berkala Kedokteran,

10(2), 51-63.

Lingsma, H.F., Roozenbeek, B., Steyerberg, E.W., Murray, G.D., Maas, A.S.

(2010). Early prognosis in traumatic brain injury: from prophecies

to predictions. Lancet Neurol. 9, 543-554.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

Litbang, Depkes. (2013). Riskesdas: Prevalensi cidera kepala nasional. (accessed

25 November 2014).

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_

Riskesdas2013.PDF

Liu BC, Ivers R, Norton R, et al.. (2008). Helmets for preventing injury in

motorcycle riders. Cochrane Database of Syst Rev, (1).

Lulie, Y.,&Hatmoko, J.T.. (2006). Analisis hubungan kecepatan dengan tebal

helm yang direkomendasikan. Jurnal Teknik Sipil, 6, 171-184.

Moore, L. Lavoie, A. Abdous, B. Le Sage, N. Liberman, M. Bergeron E. Emond,

M. (2006). Unification of the Revised Trauma Score. J Trauma,

61, 718-722.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nura M. Hubungan penggunaan helm dengan kejadian cedera kepala pada korban

kecelakaan sepeda motor di RSUD Sleman Yogyakarta. Jurnal

Medika Respati 2012; 7 (4).

Nurfaise. (2012). Hubungan Derajat Cedera Kepala Dan Gambaran Ct Scan Pada

Penderita Cedera Kepala Di Rsu Dr. Soedarso Program Periode

Mei-Juli 2012. Skripsi Naskah Publikasi. Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatanpedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian

keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

Obiako O,R. Ogunniyi A. (2010). The Glasgow coma scale and brainstem signs

score: Which is a better predictor of coma outcome in acute stroke.

Journal of Medicine and Medical Sciences, 1(9), 395-400.

Padila. (2012). Buku ajar: Keperawatan medikal bedah. Yogjakarta: Nuha

Medika.

Parenrengi, M.A. (2007). Peranan senyawa oksigen reaktif pada cedera kepala

berat dan pengaruhnya pada gangguan fungsi enzim akonitase dan

kondisi asidosis primer otak. Official Journal of The Indonesian

Neurosurgery Society,2(3), 157-166.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Nomor 37 tahun 2014

tentang penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor.

Indonesia.

Perdossi. (2006, Maret). Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan

trauma spinal. Jakarta: Perdossi.

Rendi, Clevo, M., Margareth, TH., (2012). Asuhan keperawatan medical bedah

dan penyakit dalam. Yogjakarta: Nuha Medika.

Sadewo, W. (2005). Epidural Hematoma: studi prospektif deskriptif analitik

mengenai hubungan klinikradiologis dan operatif terhadap

outcame penderita di bagian bedah saraf RSUPN Cipto

Mangunkusumo tahun 2005. Tesis. Naskah dipublikasikan.

Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia. (accessed 09 Desember

2014). http://www.garuda.dikti.go.id.

Sastrodiningrat, A,G. (2009). Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

prognosa cedera kepala berat. Majalah Kedokteran Nusantara,

39(3), 307-16.

Segun Toyin Dawodu, (2015). Traumatic Brain Injury (TBI) - Definition,

Epidemiology, Pathophysiology. Medscape, Albany Medical

College

Staerkeby, M. (2008). Estimating Time of Death with Forensic Entomology. Oslo:

Oslo University

Stillwell, B & Susan. (2011). Pedoman keperawatan kritis. (Edisi 3). Jakarta:

EGC.

Styrke, J., Stalnacke, B.M., Sojka, P., Bjornstiq, U. (2007). Traumatic brain

injuries in a well-defined population: epidemiological aspects and

severity. J Neurotrauma,24(9), 1425–1436.

Sugiyono. (2011). Statistik untuk ilmu penelitian. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V,W. (2014). Metode penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava

Media

Tobing, HG. (2011). Synopsis ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto.

Viola, Artikova.Michael, E, Thompson. Elena, Platonova.Gerald, F, Pyle.&

Samat, Toimatov. (2011). Trends in traffic collisions and injury in

Kyrgizstan 2003- 2007. Bull World Health Organ, 89, 345–351.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA REVISED TRAUMA SCORE …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-didikpamun... · Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang

Wahyudi, Slamet. (2012). Faktor resiko yang berhubungan dengan tingkat

keparahan cidera kepala (studi kasus pada korban kecelakaan lalu

lintas pengendara sepeda motor di RSUD Karanganyar). Unnes

Journal of Public Health, ISSN 2252-6781.

World Health Organization (2009). World report on traffic injury prevention,

main massage and recommendations WHO. Geneva. Switzerland.

(accessed 25 November 2014).

www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en.

World Health Organization, 2011. Motorcycle-related road traffic crashes in

Kenya facts & figures.

Yu WY, Chen CY, Chiu WT, et al. Effectiveness of different types of motorcycle

helmets and effects of their improper use on head injuries. Int J

Epidemiol 2011; 1–10.

Yutaka, K. Toshikazu, A. Kiyotaka, K. Yasuharu, T. Francis, C.E. and Ichiro, K.

(2011). Revised trauma scoring system to predict in-hospital

mortality in the emergency department: glasgow coma scale, age,

and systolic blood pressure score. NBNC, 15(R191), 4-5.