HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

47
HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KATEGORI AUSTRALIAN TRIAGE SCALE (ATS) 2 dan 3 DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan ADE HELI YUDIANTONO NPM.AK.217.001 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Transcript of HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

Page 1: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN KATEGORI AUSTRALIAN TRIAGE

SCALE (ATS) 2 dan 3 DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

ADE HELI YUDIANTONO

NPM.AK.217.001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …
Page 3: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …
Page 4: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …
Page 5: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

ABSTRAK

Respon time oleh perawat dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan

menimbulkan gejala baik somatis maupun psikologis seperti peningkatan skala nyeri,

pusing dan kepala terasa berat, serta dari hasil pemeriksaan ditemukan nadi menjadi

bertambah cepat dan tekanan darah meningkat. ATS 2 dan 3 mempunyai karakteristik

perburukan kondisi dengan cepat. Tanda dan gejala kecemasan yang timbuk baik

somatis maupun psikologis dapat memperburuk kondisi kesehatan klien. Tujuan

penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara respon time perawat dengan

tingkat kecemasan klien kategori ATS 2 dan 3 di RSU Pindad Bandung. Jenis penelitian ini menggunakan metoda descriptive correlation dengan

menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sample 41 responden kategori ATS

2 dan 3 dengan teknik accidental sampling, analisa yang digunakan adalah analisa

univariat dan analisa bivariate. Instrumen untuk respon time menggunakan

instrument respon time perawat dan tingkat kecemasan pasien menggunakan

instrument HARS. Hasil dalam penelitian dengan analisa univariat sebagian respon time perawat

tepat pada pasien kategori ATS 2 dan 3 dan sebagian kecil pasien mengalami tingkat

kecemasan sedang, analisa bivariate berdasarkan uji statistic chi suare, dengan

=0,05, didapatkan Pvalue 0,032 dimana Pvalue < yang berarti ada hubungan antara

respon time perawat dengan tingkat kecemasan klien kategori 2 dan 3 di IGD RSU Pindad Bandung. Analisa respon time perawat dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan dapat mempengaruhi kecemasan klien ATS 2 dan 3

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara respon time

perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien kategori ATS 2 dan 3 di IGD RSU Pindad Bandung. Saran dari hasil penelitian ini adalah perlunya memberikan edukasi

dan informasi terkait kondisi dan rencana tindakan yang akan dilakukan, sehingga klien dengan kategori ATS 2 dan 3 dapat memiliki koping yang lebih baik dalam

Kata Kunci

Sumber

:

:

Kecemasan, Respon time, Triage

12 Buku (2010-2017), 10 Jurnal (2012-2019), 4 Permenkes (2008-

2018), 1 Undang-undang (2009)

i

Page 6: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

ABSTRACT

Response time by nurses in management of emergency causes somatic and psychological

symptoms such as increased pain scale, dizziness and head feels heavy, and from the

examination results, the pulse rate becomes faster and blood pressure increases. ATS 2 and 3

have the characteristics of aggravate conditions quickly. Signs and symptoms of anxiety that

arise on somatic and psychological can aggravate the client's health condition. The purpose of

this research was to identify the relationship between nurse response time and client anxiety

levels in the category of ATS 2 and 3 at RSU Pindad Bandung.

This type of research used descriptive correlation method with using a cross sectional

approach. The total sample was 41 respondents’ of categories of ATS 2 and 3 with accidental

sampling techniques and with a time limit from 1 June until 30 June 2019.

The results of the research with univariate and bivariate analysis based on the chi square

statistical test, with = 0.05, obtained that a Pvalue was 0.032 where Pvalue < which means

that there is a relationship between nurse response time with the level of anxiety of clients in

categories 2 and 3 at emergency department of RSU Pindad Bandung. The analysis of nurse

response time at emergency department can influence the client’s anxiety of ATS 2 and 3.

The conclusion of the research is there is a relationship between nurse response time

with anxiety levels on patients with the category of ATS 2 and 3 at emergency department of RSU

Pindad Bandung. Suggestions, The hospital are the needed to provide education and information

related to the conditions and action plans to be performed, so clients in the category of ATS 2

and 3 can have better coping when they obtain emergency services in emergency room.

Key words : Anxiety, Response time, Triage

Source : 12 books (2010-2017) 10 journals (2012-2019) 4 minister of health

regulation (2008-2018) 1 Law (2009)

Page 7: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Respon

Time Perawat dengan Tingkat Kecemasan Klien Kategori Australian Triage

Scale (ATS) 2 dan 3 di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pindad

Bandung”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana

Bandung. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. H. Mulyana,SH.,M.Pd.,MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung

2. Dr. Entris Sutrisno, M.H.Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

3. Siti Jundiah,S.Kp.,M.Kep. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana Bandung

4. Lia ,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Prodi Ners Universitas Bhakti Kencana

bandung

5. Sumbara S.Kp.,Ners., M.Kep selaku pembimbing I dengan segala kesabarannya

memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

6. Nur Intan S.Kep.,Ners., M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan masukan.

8. Isteri, anak-anak, orang tua, dan kakak-kakak tercinta yang telah memberikan

dukungan dengan penuh cinta, pengertian, dan kesabaran, serta senantiasa

mendoakan penulis selama menjalani pendidikan.

9. Rekan-rekan kelas non reguler, rekan-rekan perawat IGD RSU Pindad Bandung

dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

ii

Page 8: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik dari segi penulisan

maupun metodologi yang dipakai, sehingga penulis menerima dengan terbuka

akan masukan dan komentar yang membangun dan menjadikan skripsi ini jauh

lebih baik dari sebelumnya.

Bandung, Agustus 2019

Ade Heli Yudiantono iii

Page 9: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Pernyataan

Abstrak ……………………………………………………………………. i

Kata Pengantar ………………………………………………………….. ii

Daftar Isi…………………………………………………………………… iv

Daftar Tabel ………………………………………………………………. vii

Daftar Singkatan …………………………………………………………. viii

Daftar Lampiran …………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………. 9

1.3 Tujuan ……………………………………………………… 9

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 12

2.1 Kajian Pustaka …………………………………………….. 12

2.1.1 Konsep Rumah Sakit ……………………………….. 12

2.1.2 Konsep Instalasi Gawat Darurat ……………………. 14

2.1.3 Konsep Triage ……………………………………… 18

2.1.4 Konsep Respon Time…………………………………….. 25

2.1.5 Konsep Kecemasan …………………………………. 26

2.1.6 Hubungan antara Respon Time Perawat dengan

Tingkat Kecemasan ………………………………… 31

2.2 Kerangka Konseptual ……………………………………… 33

iv

Page 10: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 34

3.1 Rancangan Penelitian ……………………………………… 34

3.2 Paradigma Penelitian ………………………………………. 35

3.3 Hipotesa Penelitian ………………………………………… 36

3.4 Variabel Penelitian …………………………………………. 36

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ……………. 36

3.5.1 Definisi Konseptual ………………………………… 36

3.5.2 Definisi Operasional ………………………………... 38

3.6 Populasi dan Sample ……………………………………….. 39

3.6.1 Populasi Penelitian ………………………………… 39

3.6.2 Sample Penelitian ………………………………….. 39

3.7 Pengumpulan Data …………………………………………. 40

3.7.1 Instrumen Penelitian ……………………………….. 40

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………….. 44

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data …………………………. 45

3.8 Langkah-langkah Penelitian ……………………………….. 47

3.8.1 Tahap Persiapan …………………………………….. 47

3.8.2 Tahap Pelaksanaan ………………………………….. 48

3.8.3 Tahap Akhir …………………………………………. 50

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data ………………………... 50

3.9.1 Analisa Univariat …………………………………… 51

3.9.2 Analisa Bivariat …………………………………… 52

3.10 Etika Penelitian ……………………………………………. 54

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………. 55

3.11.1 Lokasi Penelitian ……………………………………. 55

3.11.2 Waktu Penelitian ……………………………………. 55

Page 11: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 56

4.1 Hasil Penelitian …………………………………………….. 56

4.1.1 Analisa Penelitian ……………………………………. 57

4.2 Pembahasan ………………………………………………… 59

4.2.1 Respon Time Perawat terhadap penatalaksanaan klien

dengan kategori ATS 2 dan 3 IGD RSU Pindad

Bandung ……………………………………………… 60

4.2.2 Tingkat kecemasan klien kategori ATS 2 dan 3 di RSU

Pindad Bandung.............................................................. 62

4.2.3 Hubungan antara respon time perawat dengan

tingkat kecemasan klien kategori ATS 2 dan 3

di RSU Pindad Bandung ............................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 65

5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 65

5.2 Saran………………………………………………………….. 66

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 12: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori ATS menurut Australasian College For Emergency

Medicine (ACEM, 2005) ………………………………………... 23

Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………………. 38

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi respon time perawat di IGD RSU Pindad

Bandung dalam penatalaksanaan pada pasien dengan kategori triage

ATS 2 dan 3 ....................................................................................................... 57

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien kategori triage

ATS 2 dan 3 di RSU Pindad Bandung ...................................................... 57

Tabel 4.3 Analisa hubungan respon time dengan tingkat kecemasan .................. 58

vii

Page 13: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

DAFTAR SINGKATAN

Australian Triage Scale : ATS

Hamilton Anciety Rating Scale : HARS

Instalasi Gawat Darurat : IGD

Rumah Sakit Umum : RSU

viii

Page 14: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian

Surat Hasil Terjemahan dari NEC

Karakteristik responden dan perawat

Hasil uji chi square

Rekap Data Penelitian

Lembar Bimbingan Skripsi

Lembar Kuesioner Kecemasan HARS

Lembar Observasi Respon Time Perawat

Lembar Oponen

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Dafar Riwayat Hidup

ix

Page 15: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan instalasi rawat inap, instalasi rawat

jalan, dan instalasi gawat darurat (UU RI no 44, 2009)

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan fasilitas pelayanan 24 jam

perawatan medis dan tempat awal semua pasien masuk baik dengan kondisi

gawat darurat maupun tidak gawat darurat (Mahrur, 2016). Gawat artinya

kondisi mengancam nyawa sedangkan darurat adalah kondisi yang

memerlukan tindakan dengan segera untuk menyelamatkan nyawa (Musliha,

2010).

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang harus mendapatkan

tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa (live safing) dan

pencegahan kecacatan (Permenkes RI no 47, 2018). Kehadiran pasien ke

IGD sifatnya tidak dapat direncanakan baik jumlah maupun kondisinya.

1

Page 16: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

2

Di Indonesia kunjungan IGD 4.402.205 jiwa (13,3%) dari total

seluruh kunjungan rumah sakit umum sebanyak 58.549.327 jiwa, sehingga

perlunya standar dalam pemberian pelayanan kegawat darurat di IGD

(Menteri Kesehatan RI, 2014),.

Data kunjungan IGD di Jawa Barat menurut penuturan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dodo Suhendar (2017) yaitu 6.458.971

jiwa. Beberapa diantaranya mungkin mengancam nyawa dan membutuhkan

pelayanan gawat darurat.

Pelayanan kegawat darurat adalah tindakan medis yang dibutuhkan

oleh pasien dengan kondisi gawat darurat dalam waktu segera untuk

menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI no.47,

2018). Pelayanan gawat darurat memegang peranan yang sangat penting

dengan prinsip pertolongan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat dimana

respon time yang cepat, tindakan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa

pasien (Basoeki dkk, 2008).

Respon time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien

dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan (Suharti et. Al,

2011). Selain jumlah tenaga perawat, faktor lain yang dapat mempengaruhi

ketepatan respon time antara lain layanan laboratorium, radiologi, farmasi

dan administrasi. (Basoeki, dkk, 2008).

Ketepatan respon time di dapat apabila penaganan pasien tidak

melebihi standar waktu penanganan yang telah ditetapkan (Haryatun dan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

3

sudaryanto, 2008). Batasan waktu penanganan pasien gawat darurat harus

seusai dengan batasan waktu yang telah ditetapkan berdasarkan hasil triage.

Triage adalah cara yang di gunakan untuk menentukan respon time

berdasarkan dari tingkat kegawat daruratan, bukan dari urutan kedatangan

pasien (Permenkes no 4, 2018), sehingga triage memiliki fungsi yang sangat

penting ketika banyak pasien hadir secara bersamaan di IGD (ACEM,

2014).

Triage adalah penilaian, pemilahan dan pengelompokan berdasarkan

sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang tersedia. Prioritas

berdasarkan pada gangguan yang terjadi pada Airway, Breathing,

Circulation (ACEM, 2014). Triage sebagai konsep pengkajian yang cepat

dan terfokus. Sekalipun terjadi keterbatasan tenaga medis, keterbatasan alat,

dan keterbatasan fasilitas (Kathleen dkk, 2008). Banyak metode triage

modern yang di terapkan di rumah sakit antara lain : Canadian Triage

Acquity System (CTAS), Emergency Severity Index (ESI), Manchester

Triage Scale dan Australian Triage Scale (ATS)

Metoda triage ATS yang di terapkan di rumah sakit sangat

diperlukan untuk alur pasien di IGD supaya pelayanan berjalan lancar dan

aman serta dalam penanganan pasien memiliki ketepatan respon time

berdasarkan penilaian tingkatan kegawat daruratannya (Kepmenkes, 2009).

Penilaian dengan Australian Triage Scale (ATS) dimulai sejak pasien

datang di IGD, dengan hasil penilaian yang terbagi menjadi 5 kategori

(ACEM, 2014).

Page 18: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

4

Batasan kriteria dan respon time perawat berdasarkan kategori ATS

adalah sebagai berikut : ATS 1 kondisi yang mengancam nyawa dengan

batasan respon time 0 menit, ATS 2 resiko mengancam nyawa, dimana

kondisi pasien dapat memburuk dengan cepat, dengan batasan respon time

dibawah 10 menit, ATS 3 kondisi potensial berbahaya, dapat mengancam

nyawa atau dapat menambah keparahan bila penilaian dan tatalaksana tidak

dilakukan dengan batasan respon time 30 menit, ATS 4 kondisi berpotensial

jatuh menjadi lebih berat apabila penilaian dan tatalaksana tidak segera

dilakukan intervensi dengan batasan respon time 60 menit dan ATS 5

kondisi tidak segera, gejala tidak beresiko memberat dan tidak segea

dilakukan intervensi dengan batasan respon time 120 menit (ACEM, 2014).

Hasil peniliaian keadaan fisiologis yang menunjukan pasien

terancam, maka intervensi harus segera diberikan kepada pasien untuk

menyelamatkan jiwa (live safing) seperti memberikan medikasi darurat,

resusitasi cardiopulmonal. Hal ini dapat mendatangkan masalah kecemasan,

karena terdapat ancaman intergitas tubuh dan psikologis pasien. (Long,

2006; de Araujo, 2014).

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar

karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Kejadian dalam

hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dan

keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan dapat membawa dampak

Page 19: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

5

terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak

psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas (Yusuf, 2015)

Penelitian yang dilakukan oleh Tumbuan (2015) dengan judul

Hubungan respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori

triage kuning di IGD RSU GMII Kalooran Amurang, metoda penelitian

observational analitik dengan rancangan cross sectional, uji statistic

menggunakan Chi Square pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05), maka

didapatkan nilai p=0,001 yang berarti p < α (0,05). Dengan demikian

terdapat hubungan yang signifikan antara respon time perawat dengan

tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning di IGD RSU GMIM

Kalooran Amur dengan tingkat kecemasan berat.

kecemasan dapat terjadi karena faktor psikologis, faktor biologis dan

faktor social budaya. Faktor psikologis salah satunya adalah pandangan

interpersonal, dimana kecemasan timbul dari perasaan khawatir terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan terhadap dirinya (Stuart Gail W,

2013).

Di kota Bandung terdapat rumah sakit umum swasta yang memiliki

kemiripan, dengan tipe rumah sakit C dan metode triage di IGD

menggunakan Australia Triage Scale (ATS) yaitu RS Santo Yusuf dan RSU

Pindad Bandung. Fasilitas yang di miliki RSU Pindad dan RS Santo Yusuf

sesuai dengan standar RS tipe C, tetapi tingkat Respon time perawat di RS

Santo Yusuf di tunjang dengan jumlah SDM yang sesuai dengan kebutuhan,

Page 20: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

6

Jumlah tenaga perawat di RSU Pindad Bandung 90 orang perawat

(87 perawat tingkat pendidikan D3 keperawatan dan 3 perawat dengan

tingkat pendidikan S1 Keperawatan). Petugas IGD terdiri 10 perawat

dimana setiap shift terdiri dari 3 perawat jaga. Ruangan di IGD RSU Pindad

terdiri dari ruang triage, ruang tindakan dan bedah, ruang medikal dan anak,

ruang ponek, ruang observasi, ruang resusitasi dan ruang transit IGD. Ruang

triage di RSU Pindad Bandung belum memiliki petugas yang bertanggung

jawab dan standby di ruangan tersebut.

RSU Pindad bertujuan untuk selalu mencapai standar yang harus

dicapai dan meningkatkan kualitas dalam pelayanan yang diberikan.

Klasifikasi RSU Pindad menjadi tipe C pada tahun 2018, sehingga masih

banyaknya pembenahan-pembenahan yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan pelayanan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum

khususnya di IGD, salah satu indikator mutu yang harus dicapai adalah

respon time dengan capaian 100%.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 3 januari 2019 di IGD

RSU Pindad Bandung didapatkan data kunjungan IGD dari bulan oktober

s/d desember 2018 sebanyak 3.798 kunjungan dengan kategori ATS 1

kunjungan 114 pasien (3%), ATS 2 dan 3 kunjungan 1.272 pasien (33,5%) ,

ATS 4 dan 5 kunjungan 2412 pasien (63,5%) data True Emergency 1.386

pasien dan False Emergency 2420 pasien. (Profil RSU Pindad Bandung,

2018).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

7

Peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang pasien kategori

ATS 2 dan 3 tentang kecepatan perawat dalam memberikan penanganan dari

awal kedatangan pasien dan melakukan observasi kecepatan respon time

perawat dalam memberikan pelayanan kegawat daruratan setelah

menetapkan kategori pasien berdasarkan ATS.

Data yang di dapat dari hasil observasi dengan pengukuran

menggunakan stop watch di dapatkan 7 pasien mendapatkan respon time

sesuai batasan kriteria kategori ATS dan 3 pasien tidak mendapatkan respon

time sesuai dengan batasan kriteria kategori ATS dimana batasan kategori

ATS 2 adalah 10 menit dan ATS 3 adalah 30 menit.

Hasil wawancara terhadap 10 pasien dengan kategori ATS 2 dan 3

adalah 7 pasien mengatakan pelayanan perawat cepat dan 3 pasien

mengatakan pelayanan perawat masih lambat sehingga pasien mengatakan

keluhannya bertambah karena tidak dengan cepat di tangani oleh perawat

dengan tanda dan gejala seperti merasa bertambah mual, bertambah nyeri,

terasa berdebar, terlihat tidak tenang saat wawancara, pusing dan kepala

terasa berat, berdasarkan data dari hasil pemeriksaan didapatkan data nadi

meningkat dan tekanan darah meningkat.

ATS 1 mempunyai batasan waktu 0 menit, sehingga saat pasien

datang dan dinyatakan kategori ATS 1, maka pasien akan langsung masuk

ruang resusitasi dan dilakukan tindakan yang diperlukan sesuai kondisi

pasien dengan peralatan dan obat-obatan yang sudah tersedia didalam trolley

emergency, sedangkan pasien dengan kategori ATS 4 dan 5 adalah pasien

Page 22: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

8

dengan kategori false emergency dimana kondisi tidak beresiko memberat

bila tidak di tangani dengan segera

Pasien yang datang ke IGD yang merasa tidak adanya penerimaan

dan penolakan terhadap dirinya merupakan menjadi salah satu fator resiko

peningkatan GABA, peningkatan sel saraf yang mempengaruhi gyrus

parietalis, peningkatan saraf simpatis yang akan mengakibatkan gejala

seperti pusing, gemetar, nyeri kepala, berkeringat banyak, peningkatan

frekuensi nadi.

ATS 2 dan 3 mempunyai karakteristik perburukan kondisi dengan

cepat. Tanda dan gejala yang timbuk baik somatis maupun psikologis dapat

memperburuk kondisi kesehatan pasien. Respon kecemasan umumnya di

tandai dengan gejala somatis diantaranya nafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, dan gejala psikologis diantaranya muka berkerut, terlihat

tidak tenang dan juga sukar tidur.

Sarana dan Fasilitas yang di perlukan untuk penatalaksanaan terhadap

pasien yang memerlukan tindakan/penanganan dengan segera sudah

terfasilitasi dengan adanya trolley emergency dan Depo Farmasi khusus

untuk IGD. Pentingnya respon time perawat dalam memberikan pelayanan

kegawat daruratan kepada pasien kategori ATS 2 dan 3 di IGD karena dapat

menyebabkan perubahan somatis dan psikologis pasien yang mempengaruhi

kekondisi pasien menjadi lebih berat, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara respon time

Page 23: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

9

perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori ATS 2 dan 3 di IGD

RSU Pindad Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah adakah hubungan antara respon time perawat dengan

tingkat kecemasan pasien kategori ATS 2 dan 3 di IGD RSU Pindad

Bandung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan

antara respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien

kategori ATS 2 dan 3 di RSU Pindad Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

10. Mengetahui respons time perawat terhadap penatalaksanaan

kepada pasien dengan kategori ATS 2 dan 3 di IGD RSU Pindad

Bandung

11. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pada pasien kategori ATS

2 dan 3 di IGD RSU Pindad Bandung

12. Menganalisis hubungan antara respons time perawat dengan

tingkat kecemasan pasien kategori triage ATS 2 dan 3 di IGD

RSU Pindad Bandung

Page 24: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

10

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritik

1) Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

pengetahuan serta dijadikan referensi tentang hubungan antara

respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori

ATS 2 dan 3.

2) Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi bagi ilmu keperawatan, serta sebagai

perbandingan antara teori yang ada dengan kenyataan yang ada

di lapangan mengenai respon time perawat terhadap kecemasan

pasien kategori ATS 2 dan 3.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

respon time perawat berdasarkan SPM IGD dan triage ATS

terhadap tingkat kecemasan yang dialami pasien saat berada di

IGD.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

11

2) Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi perawat

dalam pemberian respon time sesuai dengan SPM IGD dan triage

ATS terhadap pasien kategori ATS 2 dan 3 dengan tingkat

kecemasan pasien saat di IGD.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya, dan menambah literatur tentang hubungan respon

time perawat terhadap tingkat kecemasan pasien kategori ATS 2

dan 3.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Rumah Sakit

1) Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,

dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

147/MENKES/ PER/ I/ 2010 tentang perizinan rumah sakit

menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan instalasi

rawat inap, instalasi rawat jalan, dan instalasi gawat darurat (UU

RI no 44, 2009)

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks,

menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik

12

Page 27: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

13

dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang

semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk

pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. (Siregar, 2004).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rumah sakit

merupakan suatu tempat yang memberikan pelayanan kesehatan

paripurna oleh petugas yang memiliki kompetensi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan.

2) Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan yang diberikan di rumah sakit terdiri atas

pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan.

Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa,

pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan

dan pemulihan kesehatan (Siregar, 2004).

13. Jenis Rumah Sakit

Rumah sakit umum

Melayani hampir seluruh penyakit umum dan biasanya

memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang

gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu

secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

14

3) Rumah sakit terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah

sakit manula atau rumah sakit yang melayani kepentingan

khusus seperti psychiatric hospital, penyakit pernafasan, dan

lain-lain. Rumah sakit ini biasanya terdiri atas gabungan

ataupun hanya satu bangunan

4) Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan

pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu

universitas/lembaga pendidikan tinggi

5) Rumah sakit lembaga/perusahaan

Didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani

pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga

tersebut/karyawan perusahaan tersebut seperti rumah sakit

militer, lapangan udara.

2.1.2 Konsep Instalasi Gawat Darurat

1) Definisi Instalasi Gawat Darurat

Pengertian Intalasi Gawat Daurat (IGD) adalah salah satu

bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi

pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam

kelangsungan hidupnya. Kementerian Kesehatan telah

mengeluarkan kebijakan mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat

Page 29: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

15

(IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No.

856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan

gawat darurat di rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di

Indonesia perlu komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu

Pemerintah Pusat dengan ikut memberikan sosialisasi kepada

masyarakat bahwa dalam penanganan kegawatdaruratan dan life

saving tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat

harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien sampai di IGD.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan fasilitas

pelayanan 24 jam perawatan medis dan tempat awal semua pasien

masuk baik dengan kondisi gawat darurat maupun tidak gawat

darurat (Mahrur, 2016). Gawat artinya kondisi mengancam nyawa

sedangkan darurat adalah kondisi yang memerlukan tindakan

dengan segera untuk menyelamatkan nyawa (Musliha, 2010).

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang harus

mendapatkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa

(live safing) dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI no 19,

2016). Kehadiran pasien ke IGD sifatnya tidak dapat direncanakan

baik jumlah maupun kondisinya.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

16

2) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan

pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta

pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan

gawat darurat medis. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah

waktu tanggap (response time) (Depkes RI. 2006). Prosedur

pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan

diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di

rawat inap, rawat jalan (poliklinik) maupun di IGD untuk yang

penyakit darurat/emergency dalam suatu prosedur pelayanan rumah

sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan petugas

kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau

tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh

tanggung jawab (Depkes RI, 2006).

Standar pelayanan kegawat daruratan modern,

mengedepankan perilaku atau budaya pelayanan yang berfokus

pada pasien dan keselamatannya. Pentingnya standar pelayanan

karena pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh

pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar

dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan

kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu

penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan

penanganan yang tepat.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

17

Prinsip umum pelayanan IGD menurut KEPMENKES RI

NO129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum

rumah sakit adalah :

2) Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat

yang memiliki kemampuan life saving anak dan dewasa :

melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan

melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving)

3) Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus

dapat memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh

hari dalam seminggu.

4) Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang

masih berlaku

5) Ketersediaan tim penanggulangan bencana

6) Waktu tanggap (respon time) di IGD

7) Kepuasan pelanggan

8) Kematian pasien < 24 jam, dengan standar < 2 perseribu

9) Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan

dalam waktu < 48 jam

10) Tidak boleh ada pasien yang diharuskan membayar uang

muka

Page 32: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

18

2.1.3 Konsep Triage

1) Definisi Triage

Triage adalah penilaian, pemilahan dan pengelompokan

berdasarkan sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang

tersedia. Prioritas berdasarkan pada gangguan yang terjadi pada

Airway, Breathing, Circulation (ACEM, 2005).

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan

terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan

sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien

dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien

yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas

penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Triage berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris

triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triage yang berarti

sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya

cidera/penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.

Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu

konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang

memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta

fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang

memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro,

2010).

Page 33: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

19

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

triage merupakan suatu cara pemilahan pasien dengan pengkajian

yang cepat dan terfokus sehingga dapat menetapkan prioritas

berdasarkan pada gangguan yang terjadi pada Airway, Breathing,

Circulation.

2) Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi

mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk

menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan

pertolongan kedaruratan.

Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

4) Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat

kepada pasien

5) Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan

pengobatan lanjutan

6) Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam

proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat

Sistem Triage dipengaruhi oleh :

(1) Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan

(2) Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien

(3) Denah bangunan fisik unit gawat darurat

(4) Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan med

Page 34: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

20

3) Prinsip dan Tipe Triage

Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah

keselamatan hidup),The Right Patient, to The Right Place at The

Right Time, with The Right Care Provider.

(1) Triage seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu

Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan

penyakit yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal

yang terpenting di departemen kegawatdaruratan.

(2) Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

Ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam

proses interview.Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

(3) Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat

direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data

yang akurat.

(4) Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi

Tanggung jawab utama seorang perawat triage adalah

mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan

prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk

intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap

suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.

(5) Tercapainya kepuasan pasien

Perawat triage seharusnya memenuhi semua yang ada di atas

saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien, Perawat

Page 35: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

21

membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang

dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada

seseorang yang sakit dengan keadaan kritis dan memberikan

dukungan emosional pasien dan keluarga atau temannya.

Menurut Brooker, (2008), dalam prinsip triage

diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah

penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai

penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul

dengan seleksi pasien berdasarkan :

(1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit

(2) Dapat mati dalam hitungan jam

(3) Trauma ringan

(4) Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan

dengan :

Menilai tanda vital dan kondisi umum korban

(1) Menilai kebutuhan medis

(2) Menilai kemungkinan bertahan hidup

(3) Menilai bantuan yang memungkinkan

(4) Memprioritaskan penanganan definitive

(5) Tag warna

Page 36: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

22

4) AUSTRALIAN TRIAGE SCALE (ATS)

Sekitar tahun 1980 dimulai konsep triage lima tingkat di salah

satu rumah sakit Australia. Pembagian lima tingkat ini berdasarkan

tingkat kesegeraan (urgency) dari kondisi pasien. Validasi system ini

menunjukkan hasil yang lebih baik dan konsisten dibandingkan triage

konvensional dan mulai di adopsi unit gawat darurat di seluruh

Australia. Sistem nasional ini disebut dengan National Triage Scale

(NTS) dan kemuadian berubah nama menjadi Australian Triage Scale

(ATS).

Australian Triage Scale (ATS) merupakan skala yang

digunakan untuk mengukur urgensi klinis sehingga paten terlihat pada

waktu yang tepat, sesuai dengan urgensi klinisnya. (Emergency Triage

Education Kit. 2009).

Australian Triage Scale (ATS) dirancang untuk digunakan di

rumah sakit berbasis layanan darurat di seluruh Australia dan Selandia

Baru, ini adalah skala untuk penilaian kegawatan klinis. Meskipun

terutama alat klinis untuk memastikan bahwa pasien terlihat secara

tepat waktu, sepadan dengan urgensi klinis mereka,

ATS juga digunakan untuk menilai kasus. Skala ini disebut triage

kode dengan berbagai ukuran hasil (lama perawatan, masuk ICU,

angka kematian) dan konsumsi sumber daya (waktu staf, biaya). Ini

memberikan kesempatan bagi analisis dari sejumlah parameter kinerja

Page 37: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

23

di Unit Gawat Darurat (kasus, efisiensi operasional, review

pemanfaatan, efektivitas hasil dan biaya).

Berbeda dari fungsi awal pembentukan fungsi triage, saat ini

selain menetapkan prioritas pasien, ATS juga memberikan batasan

waktu berapa lama pasien dapat menunggu sampai mendapatkan

pertolongan pertama. Sistem ATS juga membuat pelatihan khusus

triage untuk pasien-pasien dengan kondisi tertentu seperti pasien

anak, geriatrik, gangguan mental.

Untuk memudahkan trier (orang yang melakukan triage)

mengenali kondisi pasien, maka di ATS terdapat kondisi-kondisi

tertentu yang menjadi descriptor klinis seperti tertera dalam table 2.1.

Tujuan descriptor ini adalah memaparkan kasus-kasus medis yang

lazim dijumpai sesuai dengan kategori triage sehingga memudahkan

trier menetapkan kategori.

Tabel 2.1 Kategori ATS menurut Australasian College For

Emergency Medicine (ACEM, 2005)

Kategori Respon Deskripsi kategori Deskripsi klinis

ATS

Kategori 1 Segera, Penilaian dan Kondisi yang Henti jantung

tatalaksana diberikan mengancam nyawa atau Henti nafas

secara simultan beresiko mengancam Sumbatan jalan

nyawa bila tidak segera nafasmendadak yang

ditangani beresiko menimbulkan

henti jantung, pernafasan<

10x/menit, distress

pernafasan berat, tekanan

darah systole <80 (dewasa)

atau anak dengan klinis

shock berat

Kesadaran tidak ada respon

atau hanya berespon

dengan nyeri, kejang

berkelanjutan, gangguan

perilaku berat yang

Page 38: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

24

mengancam diri pasien dan

lingkungan

Kategori 2 Penilaian dan Resiko mengancam Bahaya Jalan nafas,

tatalaksana diberikan nyawa, dimana kondisi Distress pernapasan berat,

secara simultan pasien dapat memburuk Akral dingin dan lambat, dalamwaktu10 dengan cepat, dapat Perfusi jelek, Nadi : <50

menit segera menimbulkan atau >150 x/mnt (pada

kegagalan organ bila dewasa), GDS < 50

tidak diberikan (dengan penurunan

tatalaksana dalam 10 kesadaran Hipotensi dengan

menit setelah datang efek hemodinamik

(kehilangan banyak darah), Resp : > 32 x/mnt, GCS : 9

– 12, Nyeri dada hebat

Demam dengan tanda –

tanda lethargy (semua

umur)

Kategori 3 Penilaian dan Kondisi potensial Hipertensi Berat (TD: tatalaksana dapat berbahaya, mengancam Sistole > 150 mmhg)

dilakukan dalam nyawa atau dapat (TD:Diastole > 100 mmhg)

waktu 30 menit menambah keparahan Hipotensi ( TD : Sistole <

bila penilaian dan 90 mmhg) ( TD : Diastole <

tatalaksana tidak 60 mmhg )

dilaksanakan dalam 30 Fraktur Terbuka dengan

menit perdarahan sedang – berat

Spo2 90 – 95 % GDS > 300 mg/dl

Diare / Vomitus Dehidrasi

Sedang – Berat, Trauma

Kepala dengan penurunan

kesadaran, Nyeri dada, Resp : > 24 x/mnt

adanya retraksi dada, Nadi : > 120, GCS : 12, GDS < 50

mg/dl

Kategori 4 Penilaian dan Kondisi berpotensial Perdarahan ringan, Injury

tatalksana dapat jatuh menjadi lebih dada tanpa distress

dimulai dalam waktu berat apabila penilaian pernapasan, Vomitus/ diare

60 menit dan tatalaksana tidak tanpa dehidrasi, Nyeri

segera dilaksanakan sedang, apapun

dalam waktu 60 menit penyebabnya, bengkak

sendi, Resp : 16 – 24 x/mnt,

Nadi : 60 – 100 x/ mnt,

GCS : 15, TD : (Sistole >120 – 140 mmhg)

( Diastole > 60 – 90 mmhg)

Kategori 5 Penilaian dan Kondisi tidak segera, Nyeri ringan, Kontrol Luka,

tatalaksana dapat yaitu kondisi kronik Resp: 16 – 20 x/mnt, Nadi:

dimulai dalam waktu atau minor dimana 60 -100 x/mnt 120 menit gejala tidak beresiko GCS : 15, TD : (Sistole >

memperberat bila 90 – 120 mmhg), ( Diastole pengobatan tidak segera > 60 – 80 mmhg)

diberikan

Page 39: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

25

2.1.4 Konsep Respon Time

IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di

rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan

hidup pasien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang

pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain

penderita penyakit jantung. Menurut Kepmenkes Nomor 129 tahun

2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM-RS),

waktu tanggap pelayanan dokter di instalasi gawat darurat memiliki

standar maksimal 5 menit di tiap kasus.

Response time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien

dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan (Suhartati

et. al, 2011). Respon time pelayanan dapat dihitung dengan hitungan

menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah

tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung seperti

layanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi (Basoeki,

2008).

Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada

pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan

kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu

penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan

penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan

sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah

sakit sesuai standar (Kepmenkes RI, 2009).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

26

Hendrik Pranowo, Sulistyo, et.al., (2006) menyatakan bahwa

waktu penatalaksanaan kegawatdaruratan medis dan response time

berpengaruh terhadap mutu pelayanan di instalasi gawat darurat.

Dalam Penelitian yang dilakukan Aslian (2009) didapatkan hasil

bahwa respon dokter triage atau respon terhadap pasien dengan jenis

kegawatan true emergency dan false emergency mempengaruhi mutu

rumah sakit.

Penyusunan standar tenaga keperawatan di rumah sakit

diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan tenaga

keperawatan berdasarkan kualifikasi dan jenis pelayanan keperawatan

di di rumah sakit. Dalam penanganan gawat darurat ada filosofi “Time

Saving is Life Saving” artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada

saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal

ini mengingatkan bahwa pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam

hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada manusia

dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009).

2.1.5 Konsep Kecemasan

1) Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-

samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan,

Page 41: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

27

serta bencana dan keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan

dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis.

Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan

atau ansietas (Yusuf, 2015)

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal (Arfian, 2013).

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kecemasan merupakan salah satu perasaan kekhawatiran yang tidak

memiliki objek spesifik dan akan membawa dampak terhadap

kesehatan fisik maupun psikologis.

2) Tanda dan Gejala Kecemasan

Gejala klinis kecemasan menurut Hawari (2008) antara lain:

Ketegangan motorik/alat gerak

(1) Gemetar

(2) Tegang

(3) Nyeri otot

(4) Letih

(5) Tidak dapat santai

Page 42: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

28

Hiperaktivitas saraf otonom

(1) Berkeringat berlebihan

(2) Jantung berdebar

(3) Rasa dingin

(4) Telapak tangan/kaki basah

(5) Mulut kering

(6) Pusing

(7) Kepala terasa ringan

Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang

dan Kewaspadaan berlebihan

3) Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dalam Dadang Hawari, (2011) tingkatan

kecemasan dibagi menjadi :

(1) Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan

ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat

ini lapangan persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati

serta waspada. Individu terdorong untuk belajar tentang hal-hal

yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

(2) Kecemasan Sedang Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap

lingkungan menurun. Individu lebih menfokuskan pada hal

penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

29

(3) Kecemasan Berat Pada kecemasan berat lapangan persepsi

menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal

yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak

mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan,

untuk dapat memusatkan pada area lain.

(4) Panik Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat sempit

sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak

dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi

pengarahan/tuntunan. Pada keadaan panik terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan

dengan orang lain dan kehilangan pemikiran yang rasional

4) Skala Kecemasan

Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dapat dibagi

menjadi kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat

dan panik. Skor 14 dinyatakan pasien tidak mengalami kecemasan,

skor 15-20 pasien dinyatakan cemas ringan, skor 21-27 pasien

dinyatakan cemas sedang, 28-41 pasien dinyatakan cemas berat

dan skor 42-56 pasien dinyatakan panik.

Skala Kecemasan Skala menurut Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS) terdiri dari 14 item, meliputi (Mirianti, 2011):

(1) Perasaan cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung dan emosi

Page 44: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

30

(2) Ketegangan: merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak bisa

istirahat dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah/

(3) Ketakutan : pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing,

pada kerumunan orang banyak.

(4) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam

hari, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.

(5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan

sulit konsentrasi, sering bingung.

(6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hoby, sedih, perasaan berubah-ubah.

(7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geretakan gigi,

suara tidak stabil, dan kedutan otot

(8) Gejala sensori : telinga berdengung, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, merasa lemah.

(9) Gejala kardiovaskuler : denyut nadi cepat, berdebar-debar,

nyeri dada, rasa lemah seperti mau pingsan..

(10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas panjang, merasa napas pendek.

(11) Gejala gastrointestnal: sulit menelan, mual dan muntah, perut

terasa penuh dan kembung, nyeri lambung sebelum dan

sesudah makan.

(12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan

kencing.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

31

(13) Gejala otonom : mulut kering, muka kering, muka berkeringat,

sakit kepala, bulu roma berdiri .

(14) Apakah anda merasakan : gelisah, tidak tenang, mengerutkan

dahi muka tegang, nafas pendek dan cepat.

2.1.6 Hubungan Antara Respon Time Perawat Dengan Tingkat

Kecemasan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan fasilitas pelayanan

24 jam perawatan medis dan tempat awal semua pasien masuk baik

dengan kondisi gawat darurat maupun tidak gawat darurat (Mahrur,

2016). Gawat artinya kondisi mengancam nyawa sedangkan darurat

adalah kondisi yang memerlukan tindakan dengan segera untuk

menyelamatkan nyawa (Musliha, 2010).

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang harus mendapatkan

tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa (live safing) dan

pencegahan kecacatan (Permenkes RI no 19, 2016). Kehadiran pasien

ke IGD sifatnya tidak dapat direncanakan baik jumlah maupun

kondisinya.

IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di

rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan

hidup pasien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang

pentingnya waktu tanggap (response time). Menurut Kepmenkes

Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Page 46: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

32

Sakit (SPM-RS), waktu tanggap pelayanan dokter di instalasi gawat

darurat memiliki standar maksimal 5 menit di tiap kasus.

Triage adalah cara yang di gunakan untuk menentukan respon

time berdasarkan dari tingkat kegawat daruratan, bukan dari urutan

kedatangan pasien (Permenkes no 4, 2018), sehingga triage memiliki

fungsi yang sangat penting ketika banyak pasien hadir secara

bersamaan di IGD (ACEM, 2014).

Ketika hasil peniliaian keadaan fisiologis pasien terancam,

maka intervensi harus segera diberikan kepada pasien untuk

menyelamatkan jiwa (live safing) seperti memberikan medikasi

darurat, resusitasi cardiopulmonal. Hal ini dapat mendatangkan

masalah kecemasan, karena terdapat ancaman intergitas tubuh dan

psikologis pasien. (Long, 2006; de Araujo, 2014).

Studi menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke Instalasi

Gawat Darurat kemungkinan akan timbul kecemasan yang tinggi, pada

umumnya pasien yang mengalami kecemasan akan sulit untuk

melakukan aktifitas dengan alasan pasien merasa takut akan salah

bertindak atau merasa tidak nyaman dengan yang dilakukannya

(Amiman, 2019)

Faktor yang dapat menyebabkan kecemasan adalah biologis,

psikologis dan social budaya. Faktor psikologis penyebab kecemasan

yaitu pandangan psikoanalitik, pandangan interpersonal dan pandangan

perilaku Stuart (2013).

Page 47: HUBUNGAN ANTARA RESPON TIME PERAWAT DENGAN …

33

Respon time yang lambat akan dipersepsikan oleh pasien tidak

ada penerimaan dan penolakan terhadap dirinya dan merupakan

menjadi salah satu fator resiko peningkatan GABA, peningkatan sel

saraf yang mempengaruhi gyrus parietalis, peningkatan saraf simpatis

yang akan mengakibatkan gejala seperti pusing, gemetar, nyeri kepala,

berkeringat banyak, peningkatan frekuensi nadi.

2.2 Kerangka Konseptual

Skema 2.1 Faktor-faktor penyebab kecemasan

Biologi

Pandangan

Psikososial

Respon Psikologis

Pandangan Tingkat

Time Interpersonal Kecemasan

Pandangan

Perilaku

Sosial Budaya

Konsep Kecemasan Modifikasi Stuart, 2013

Keterangan :

: Variabel yang tidak di teliti

: Variabel yang di teliti