Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

63
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prinsip bimbingan konseling yang diselenggarakan di Sekolah berupa bantuan dalam rangka menemukan potensi pribadi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan beberapa aspek kepribadiannya, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut, terutama pengembangan kerpibadiannya. Secara ideal sebenarnya pihak sekolah dalam hal ini guru BK menindaklanjutinya dengan berbagai bantuan layanan untuk pengembangan diri peserta didik, seperti layanan pengenalan kondisi lingkungan, untuk penyesuaian diri, layanan perencanaan masa depan siswa dalam rangka membantu peserta didik untuk mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik di bidang pendidikan, karier, maupun budaya/keluarga/kemasyarakatan (Prayitno. 1999). Berdasarkan hakekat keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah tersebut dapat diidentifikasi dua

description

skripsi

Transcript of Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Page 1: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prinsip bimbingan konseling yang diselenggarakan di Sekolah berupa bantuan dalam

rangka menemukan potensi pribadi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik

mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan beberapa

aspek kepribadiannya, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal

pengembangan diri lebih lanjut, terutama pengembangan kerpibadiannya. Secara ideal

sebenarnya pihak sekolah dalam hal ini guru BK menindaklanjutinya dengan berbagai

bantuan layanan untuk pengembangan diri peserta didik, seperti layanan pengenalan kondisi

lingkungan, untuk penyesuaian diri, layanan perencanaan masa depan siswa dalam rangka

membantu peserta didik untuk mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik

di bidang pendidikan, karier, maupun budaya/keluarga/kemasyarakatan (Prayitno. 1999).

Berdasarkan hakekat keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah-

sekolah tersebut dapat diidentifikasi dua komponen yaitu: (a) adanya peranan berbagai

layanan bantuan, dan (b) seharusnya ada tindak lanjutnya berupa layanan pengembangan

potensi diri/individu peserta didik berdasarkan hasil Tes kepribadian tersebut untuk

pemanfaatan pengembangannya secara optimal, dalam hal ini peningkatan.

Salah satu dimensi yang penting dalam kepribadian adalah konsep diri yaitu sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku. Jika

akan memandang diri sendiri tidak mampu, tidak berdaya dan hal negatif lainnya, akan

mempengaruhi diri sendiri dalam berusaha (Wahyurini & Mahsum, 2003). Selanjutnya

konsep diri didefinisikan sebagai semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai diri

Page 2: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

sendiri, yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan

penampilan diri.

Rini (2002) mengatakan bahwa konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak

masa perkembangan seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman

dan pola asuh orang tua turut memberi pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang

terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan mengembangkan konsep diri

dan pemikiran yang positif serta menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan

mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup

berharga untuk dikasihi, disayangi. Semua ini akibat kekurangan yang ada padanya sehingga

orang tua tidak menyayangi.

Rosenberg & Thompson (dalam Yenas, 2002) mengemukakan konsep diri

berkembang dari interaksi seseorang dengan orang yang berpengaruh dalam kehidupannya,

apakah itu orang tua, guru atau teman. Konsep diri muncul dari pengalaman hidupnya,

sebagai contoh orang tua yang masa bodoh atau memiliki harapan yang tak rasionalterhadap

anaknya dapat membuat anak memiliki konsep diri yang kurang.

Hasil penelitian Nova (http.//www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php)

menunjukkan bahwa konsep diri remaja obesitas mengalami pola asuh orang tua yang

demokratik lebih tinggi dibandingkan dengan yang otoriter. Konsep diri remaja obesitas yang

mengalami pola asuh orang tua yang demokratik lebih tinggi dibandingkan dengan yang

permisif, dan tidak ada perbedaan konsep diri remaja obesitas yang mengalami pola asuh

yang otoriter dan permisif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2001)

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua tipe

demokratik dengan harga diri dan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh tipe

pengabaian dengan harga diri. Menurut Rakhmat (2000) harga diri merupakan komponen

Page 3: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

afektif dari konsep diri, jadi ada hubungan yang positif antara konsep diri dengan pola asuh

orang tua.

Robert Agnew (1985) bahwa pengaruh negatif yang timbul jika orang tua

menggunakan hubungan badan yang tidak konsisten terhadap anak, adalah remaja yang

semakin menjadi. Michaela Lifshitz (1978) menyatakan bahwa remaja yang berasal dari

keluarga kacau (gagal) lebih banyak memiliki konsep diri negatif, lebih banyak mengalami

kesulitan dalam hubungan sosial, lebih ekstrim mengekspreasikan perasaan, lebih penakut,

dan lebih sulit mengontrol jasmaninya daripada remaja dari keluarga utuh. Dua pernyataan

tersebut dikutip dari Scochib (1998).

Pada tanggal Agustus 2014 penulis melakukan wawancara kepada guru BK di SMA

Kristen 1 Salatiga. Dari hasil wawancara diperoleh gambaran ditemukan siswa yang memiliki

konsep diri positif yaitu siswa yang penuh optimis, yakin akan kemampuannya mengatasi

masalah dapat menerima diri kelebihan, kekurangannya dan mempunyai sikap yang positif

terhadap kegagalan yang dialaminya, sedangkan orang yang mempunyai konsep diri negatif

akan merasa kurang percaya diri, pesimis, tidak yakin akan kemampuannya dalam mengatasi

masalah dan mempunyai sikap negatif terhadap kegagalan yang dialaminya. Konsep diri

sendiri diperoleh individu dari hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan

refleksi dari “diri sendiri” yang diperoleh dari orang-orang yang dekat dengan dirinya, dalam

hal ini yang menjadi orang terdekat adalah keluarga (orang tua) oleh sebab itu baik atau

buruknya konsep diri seseorang dipengarungu oleh keluarga(orang tua).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin meneliti adanya hubungan yang

signifikan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri siswa kelas II di SMA Kristen 1

Salatiga.

Page 4: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

1.2. Rumusan Masalah

Dari apa yang telah dipaparkan diambil perumusan masalah sebagai berikut :

a. Adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri siswa

kelas II SMA Kristen 1 Salatiga.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan peneilitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah ada Hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua

dengan konsep diri siswa kelas II SMA Kristen 1 Salatiga.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan Praktis. Manfaat

teoritik, dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan (pendidikan), yaitu sumbangan

informasi tentang hubungan antara konsep diri dengan pola asuh orang tua. Sedangkan

manfaat praktis penelitihan ini dapat memberikan masukan atau informasi bagi guru BK

disekolahan tentang adanya hubungan yang positif antara konsep diri dengan pola asuh orang

tua.

Page 5: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep diri

Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang konsep diri, dan pola asuh

yang menjadi dasar/landasan dalam penelitian ini.

2.1.1. Pengertian Konsep Diri

Banyak para ahli yang mengartikan konsep diri dengan penekanannya masing-masing.

William D. Brooks (dalam Rahmat, 2000) mengatakan bahwa konsep diri adalah pandangan

tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang berasal dari pengalaman-

pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan

dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara lain: 1)

Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image), komponen ini berhubungan

dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik

fisik, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2)

Komponen afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini

berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan, penyesuaian diri,

penerimaan diri, penghargaan, pujian.

Menurut Rini (2000) konsep diri secara umum sebagai keyakinan, pandangan, atau

penelitian seseorang terhadap dirinya. Pengalaman tersebut merupakan hasil eksploirasi

individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari “diri sendiri” yang diterima dari

orang-orang dekat dengan dirinya. Konsep diri merupakan gambaran mental diri kita sendiri

yang terdiri atas pengetahuan tentang diri kita sendiri, pengetahuan tentang diri kita adalah

informasi yang kita miliki tentang diri sendiri, harapan adalah gagasan tentang kemungkinan

apa yang individu inginkan dalam hidup ini. (Hidayat & Utamadi, 2002) –

Page 6: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

www.kompas.com. Taylor, et al; 1977, menyebutkan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar

gambaran diskriptif, tetapi juga penelitian seseorang tentang diri sendiri. Jadi konsep diri

meliputi apa yang seseorang rasakan tentang dirinya. (“all you think and feel about you, the

entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”). Sedangkan menurut Susilo,

B (1992), konsep diri atau self concept adalah persepsi individu tentang dirinya sendiri yang

muncul akibat interaksinya dengan lingkungan dan mempengaruhi berbagai perilaku

individu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka penulis mengemukakan

bahwa konsep diri adalah pandangan dan penilitian seseorang terhadap diri sendiri baik

secara fisik, sosial maupun psikologis sebagai hasil interaksi dengan orang lain atau

lingkungannya.

2.1.2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Seseorang dapat mempunyai konsep diri yang positif atau negatif. Konsep diri positif

bukanlah berarti kebanggaan yang besar terhadap diri sendiri, tetapi lebih berupa penerimaan

atas diri kita apa adanya, baik kelebihan maupun kekuragan yang kita miliki sehingga dapat

menerima diri sendiri juga orang lain. konsep diri negatif dapat berakibat pada

ketidakpercayaan diri sehingga merasa bahwa dirinya tidak dapat mencapai sesuatu apapun

yang berharga dalam hidup ini (Hidayati & Utamadi, G; 2002). Konsep diri tersebut dapat

diketahui dari tanda-tanda atau ciri yang ada pada diri seseorang tersebut. Broiks, W.D. dan

Emmert, P (1976), mengemukakan bahwa ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri

negatif, yaitu : pertama ia peka terhadap kritik, merupakan orang yang sangat tidak tahan

kritik yang diterimanya dan mudah marah atua naik pitam. Bagi orang ini, koreksi seringkali

dipersepsikan sebagi usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi, orang

yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan

bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.

Page 7: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Kedua orang yang memiliki konsep diri yang negatif responsif sekali terhadap pujian.

Meskipun ia berpura-pura menghidari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan

antuasiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang-orang seperti ini, segala macam

embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. Ketiga adalah sikap

hiperkritis. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun bersikap

hiperkritis terhada orang lain. ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan

siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau

pengakuan pada kelebihan orang lain. keempat, orang yang konsep dirinya negatif cenderung

merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak diperhatikan. Oleh karena itu ia bereaksi

kepada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban

persahabata. Ia tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya

sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. Kelima, orang konsep dirinya negatif

bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing

dengan orang lain dalam membuat prestasi. Menganggap tidak akan berdaya melawan

persaingan yang merugikan dirinya.

Sedangkan orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal

sebagai berikut:

- Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah

- ia merasa setara dengan orang lain

- Ia menerima pujian tanpa rasa malu

- Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan

perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

- Ia mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Page 8: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Sedangkan Hamachek, D.E, (Rahmad. J. 2000) menyebutkan 11 ciri orang

yang mempunyai konsep diri yang positif adalah sebagai berikut:

- Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia memepertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.

- Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

- Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi esok, apa yang terjadi waktu lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

- Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

- Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

- Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

- Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah.

- Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.- Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai

dorongan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.

- Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu luang.

- Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang positif memiliki

peranan penting dalam kehidupan sosial kita agar didalam bergaul kita bisa bertindak

berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa salah.

Menurut Rini, J.F (2002) seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia

menyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,

tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik

terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik,

terhadap kehidupannya dan kesempatan yang dihadapinya. Sedangkan seseorang dengan

konsep diri positif, akan terlihat optimistik, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif

terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan

Page 9: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

dipandang sebagai kematian, tetapi lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran

berharga untuk melangkah kedepan. Orang dengan konsep diri positif akan mampu untuk

menghargai dirinya yang dapat dilakukan demi keberhasilan.

Menurut penulis, orang yang mempunyai konsep diri positif lebih percaya diri, penuh

optimis, yakin akan kemampuannya mengatasi masalah dapat menerima diri kelebihan,

kekurangannya dan mempunyai sikap yang positif terhadap kegagalan yang dialaminya,

sedangkan orang yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa kurang percaya diri,

pesimis, tidak yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah dan mempunyai sikap

negatif terhadap kegagalan yang dialaminya.

Konsep diri adalah persepsi individu tentang dirinya sendiri yang muncul akibat

interaksinya dengan lingkungan dan mempengaruhi berbagai perilaku individu (Susilo, B.

1992). Sedangkan Hasbiansyah, O. (1987) dalam Majalah Anda, berisi 132 tahun 1987,

konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Pandangan seseorang

tentang dirinya bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis. Konsep diri merupakan semua

perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri, hal ini meliputi kemampuan diri,

sikap, tujuan hidup, kebutuhan, dan penampilan diri (Wahyurini dan Mashum, 2003).

Calhoun (1995) mendefinisikan konsep diri adalah pandangan diri adalah tentang

anda sendiri, yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan anda tentang anda sendiri (apa

yang kita ketahui tentang sendiri), pengharapan diri anda tentang diri anda (kita mau

menjadi apa di masa yang akan datang) dan penilaian tentang diri anda sendiri (saya dapat

menjadi apa dan saya seharusnya menjadi apa).

Pendapat tersebut tidak jauh beda dengan apa yang diungkapkan oleh Marsh (1990)

yang mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri sendiri yang terdiri atas

pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Pengetahuan ialah informasi yang

dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri, harapan ialah gagasan tentang apa yang individu

Page 10: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

inginkan dalam hidup ini, penilaian adalah pengukuran diri atas kondis ideal yang seharusnya

terjadi pada diri sendiri. Sedangkan Soetoe (1982) berpendapat bahwa konsep diri serangkian

kesimpulan yang diperoleh seserang mengenai dirinya berdasarkan pengalaman, baik secara

lansung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, misalkan seorang anak mengetahui

bahwa ialah yang terkuat (secara fisik) diantara teman-temannya di sekolah, karena setiap

dalam perlombaan dan pertandingan memerlukan kekuatan fisik selalu unggul. Sedangkan

yang secara tidak langsung, misalkan guru selalu mengatakan bahwa si A lemah dalam

matematika, A menerima hal itu sebagai konsep yang dapat dipercaya dan ia menambahkan

“gelar” itu pada konsep dirinya dengan berkata ”saya tidak begitu pandai dalam Matematika

(kedua pernyataan tersebut dikutip oleh Pasaribu, 2004).

Rini (2002) mendefinisikan konsep diri secara umum sebagai keyakian, pandangan

atau penilaian seseorang terhadap dirinya. seseorang dikatakan mempunyai konsep diri

negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat

berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan

daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap

pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya seseorang

dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap

positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan

dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran

berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri positif akan mampu

menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan

di masa akan datang.

Burns (1993) berpendapat bahwa suatu konsep diri yang positif maka dapat

disamakan dengan evaluasi diri yang positif, penghargaan diri yang positif, perasaan harga

diri yang positif, penerimaan diri yang positif, konsep diri yang negatif menjadi sinonim

Page 11: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

dengan evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan tiadanya perasaan

yang menghargai pribadi dan penerimaan diri.

Berdasarkan beberapa definisi dari ahli yang tertulis di atas, maka penulis

mengemukakan bahwa konsep diri adalah pandangan individu terhadap dirinya sendiri baik

itu psikologi, fisik maupun sosial yang mengandung pengetahuan, harapan dan penilaian

tentang dirinya sendiri dan pandangan trsebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya.

2.1.3. Unsur-unsur Konsep Diri

Beberapa unsur dalam konsep diri menurut Wahyurini dan Mashum (2003) antara

lain :

1. Penilaian diri merupakan pandangan diri kita terhadap : a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita

mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita.

b. Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih, cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.

c. Bayangan subyektif terhadapat kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita. Bila sebaliknya yang terjadi, yaitu jikalau kita tidak merasa puas (tidak menerima) keadaan, maka konsep diri kita juga negatif atau kita jadi meimiliki perasaan rendah diri.

2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana kita menerimaa penilaian lingkungan sosial pada diri kita. Penilaian sosial terhadap diri kita yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri kita.

3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran :

a. Siapa saya ; yaitu bagaimana menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita.

b. Saya ingin jadi apa ; kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa kita nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang menjadi idola, baik itu di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita.

c. Bagaimana orang lain memandang saya ; pertanyaan ini menunjukkan pda perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 unsur penting dalam konsep diri

yaitu: 1. memiliki penilain diri yang merupakan pandangan tehadap diri kita, 2. Memiliki

penilai sosial, 3. Memiliki citra diri. Ketiga unsur tersebut sangat penting, dan ketiga unsur

Page 12: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

itu tidak dapat dipisahkan satu sama lainya, karena ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan

merupakan satu kesatuan.

Menurut Marsh (Pasaribu, 2004), konsep diri terdiri dari 11 aspek yang terbagi

menjadi tiga konsep diri akademik, tujuh konsep diri non akademik, dan satu konsep diri

secara umum. Secara rinci, semua hal itu akan dikemukakan di bawah ini.

1. Konsep Diri Akademik, terdiri dari : a. Matematika (Math)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri akademik yang ditujukan untuk mengetahui kamampuan, kesukaan dan ketertarikannya terhadap Mata Pelajaran Matematika di sekolah.b. Bahasa (Verbal)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri akademik yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui sejauh mana penguasaan, kesenangan terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, membaca dan bertutur kata dengan orang lain. Burns (1993) berpendapat bahwa perkembangan bahasa membantu perkembangan dari konsep diri, karena penggunaan ‘me’, ‘he’, dan ‘them’ berguna untuk membedakan diri (self) dari orang-orang lainnya. Simbol-simbol bahasa juga membentuk dasar dari konsepsi-konsepsi dan evaluasi-evaluasi tentang diri, misalnya sedang sedih, merasa bahagia. Umpan balik dari orang – orang lain sering kali dari dalam bentuk verbal. Dengan perkataan lain, konsep diri dipahami di dalam hubungannya dengan bahasa dan perkembangannya dibuat mudah oleh bahasa. Pemakaian dan ketepatan kata-kata ganti yang bertanda mencerminkan kemampuan yang bertambah dari anak tersebut untuk memahami dirinya sendiri sebagai seorang individu dengan mempunyai perasaan, kebutuhan-kebutuhan dan sifat. c. Sekolah secara umum (General School)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri akademik bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap, tingkah laku dan penyesuaian diri terhadap guru, teman, pelajaran dan lingkungan sekolah itu sendiri. Penyelidikan Alban Metcalfe (1978) dalam Burns (1993) menunjukkan bahwa adalah remaja yang masih muda dengan konsep diri yang tinggi yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk gagal di dalam penyesuaian diri pada lingkungan sekolah yang berubah. Anak dengan konsep diri rendah kemungkinan besar juga untuk menjadi mudah terancam, lebih banyak lagi perhatian yang harus diberikan untuk memberikan dukungan dan persiapan yang lebih besar bagi peralihan ke sekolah menengah oleh guru-guru dari kedua tipe sekolah tersebut. Pada masa remaja bahwa guru-guru dan kelompok teman-teman sebaya mulai menggantikan orang tua sebagai sumber untuk informasi diri. Dengan pancaran keahlian mereka, otoritas dan evaluasi mereka, guru merupakan orang lain yang dihormati yang memberikan kepada konsep diri murid-murid mereka penguatan yang positif, netral dan yang negatif, dan menciptakan sebuah etos di dalam hubungan tersebut yang mungkin meningkatkan ataupun menurunkan prestasi akademis.

2. Konsep Diri Non Akademik. Hal ini terdiri dari : a. Penampilan Fisik (Phisical Apperiance)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa menilai penampilan fisik dirinya, kekurangan dan kelebihan dan penampilan fisik yang dimiliki siswa. Burns (1993) mengemukakan bahwa

Page 13: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

konsep diri pada mulanya adalah citra tubuh, sebuah gambaran yang dievaluasikan mengenai diri fisik. Dari fisik diterima sebagai unsur yang vital dari konsep diri oleh William James pada awal tahun 1980. Seperti anak wanita melakukan diet sampai tingkat yang berlebihan karena mereka percaya bahwa tubuh mereka kegemukan, walaupun pengamat-pengamat hanya menyaksikannya dan menggunakan pengukuran untuk membuktikan bahkan memiliki bintik-bintik di wajahnya ataupun memakai kaca mata dapat menjadi diperkuat sebagai cacat-cacat besar, tetapi memiliki cacat fisik mungkin dapat dipandang sebagai keadaan puncak yang mengarah kepada perasaan tidak puas dan penolakan dari diri fisik b. Kejujuran-Kepercayaan (Honesty – Trustworthiness)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan untuk mengetahui kejujuran dan kepercayaan siswa terhadap orang lain dan juga terhadap diri sendiri dalam segala hal yang dilakukan. Kepercayaan diri yang rendah tidak hanya dapat membawa ke arah kegagalan tetapi juga ke arah ketidakjujuran – suatu kemungkinan yang dinyatakan dalam suatu eksperimen yang dilakukan oleh Eliot Aronson dan David Mette (1968). Penelitian lain, Maracek Mette (1972) menunjukkan bahwa orang dengan harga diri rendah akan menolak penggunaan secara penuh kemampuan dasarnya, kemungkinan karena mereka tidak memandang tinggi sekali kemampuan dasarnya. Tetapi apa yang ingin dikemukakan penelitian ini adalah bahwa orang-orang seperti itu juga akan mengkompensasi, melalui ketidakjujuran, apa yang mereka rasa tidak akan meraka capai dengan kemampuan mereka. Hal ini menunjukkan selanjutnya bahwa rasa harga-diri dapat menjadi sebab utama terjadinya tingkah laku kriminal (Calhoun:1994). c. Kemampuan Fisik (Phisical Aliibitas)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan agar siswa dapat mengukur sampai dimana kemampuannya dalam melakukan hal yang berkaitan dengan fisiknya, seperti olah raga, menari.d. Stabilitas Emosional (Emotional Stability)

Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan untuk mengetahui, bagaimana siswa mengenal, mengendalikan dan menunjukkan emosinya dan segala situasi dan kondisi di sekelilingnya.

e. Hubungan dengan Orang Tua (Parent Relation) Aspek ini termasuk dalam konsep ini Non Akademik yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hubungan antara siswa dengan orang tuanya selama ini terutama dalam komunikasi. Karena konsep diri ini berhubungan erat dengan nilai-nilai, harapan, dan perilaku yang diterima, maka nilai sistem, harapan dan perilaku yang paling awal berpengaruh adalah dari orang tua. Nilai sistem yang akan diserap anak adalah yang terjadi dalam pengalaman dan percakapan sehari-hari di dalam keluarga. Maier, dalam hal ini sangat menyoroti perubahan nilai sistem yang disodorkan oleh orang tua pada masa kini. Dikatakan bahwa diantara orang tua Kristenpun, nilai yang ditekankan lebih kepada materialisme, atletik atau olahraga, kepandaian intelektual, humanisme, penampilan (good looks), dari pada kharakter yang saleh (godly caharacter). Dengan demikian pujian-pujian yang diberikan oleh orang tua dalam membangun konsep diri anak yang bertumpu pada kemampuan intelektual dan bersifat fisik, dari kharakter dan kebiasaan yang baik dari anak, menghasilkan konsep diri yang lebih bernilai duniawi. Ini berarti bahwa orang tua lebih menginginkan anaknya dalam bidang intelektual dari pada kepatuhan seorang anak terhadap agama (http://www.kompas.com/kompascetak/0311/07/muda/673004.htm)

Page 14: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

f. Hubungan dengan Teman Sejenis Kelamin (Same Sex Relation) Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hubungan siswa terhadap teman sekolah maupun luar sekolah yang berjenis kelamin sama, apakah mudah bergaul atau tidak apakah mempunyai hubungan yang baik atau tidak dengan teman berjenis kelamin sama.

g. Hubungan dengan Teman Lawan Jenis Kelamin (Opposite-Sex Relation). Aspek ini termasuk dalam konsep diri Non Akademik yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hubungan siswa terhadap teman sekolah maupun luar sekolah yang berjenis kelamin berbeda, apakah mudah bergaul atau tidak dan apakah mempunyai hubungan yang baik atau tidak dengan teman berjenis kelamin berbeda.

3. Konsep Diri Secara Umum Konsep diri ini terdiri aspek diri secara umum (General Self) ; aspek ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum diri siswa itu sendiri, bagaimana kepercayaan terhadap dirinya sendiri, kepuasan terhadap dirinya sendiri dan apa kekurangan serta kelebihan yang dimiliki dari siswa itu sendiri.

Kesimpulan yang didapat dari ahli diatas adalah bahwa konsep diri memiliki 11 aspek

yang dibagi manjadi 3 kategori, yaitu: konsep diri akademik, konsep diri non akademik dan

konsep diri umum, yang ketiganya memiliki fungsi masing-masing.

Burns (1993) mengkategorikan konsep diri sebagai berikut :

1. Karakterisik-karakteristik fisik, termasuk dalam penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh ; sosok dan bentuk tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan.

2. Cara berpakaian, model rambut dan make-up. 3. Kesehatan dan kondisi fisik. 4. Benda-benda yang dipunyainya dan pemilikan. 5. Binatang peliharaan dan sikap-sikap terhadap mereka. 6. Rumah dan hubungan keluarga. 7. Olahraga, permainan dan hobi-hobi, berpartisipasi dan kemampuannya. 8. Sekolah dan pekerjaan sekolah-kemampuannya dan sikapnya. 9. Status intelektual atau kecerdasan. 10. Bakat khusus dan kemampuan khusus atau minat khusus. 11. Ciri kepribadian termauk di dalamnya temperamen, disposisi, ciri karakter, tendensi

emosional, dan lain-lainnya. 12. Sikap dan hubungan sosial. 13. Ide religius, minat religius, keyakinan dan praktek religius. 14. Pengelolaan peristiwa-peristiwa praktis kemandirian.

Kesimpulan yang didapat dari ahli diatas adalah konsep diri berhubungan erat dengan

keadaan orang itu sendiri dimana kebanyakan dipengaruhi dari fisik, seperti penampilan, cara

berpakain dan lain-lain.

Page 15: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan konsep diri menurut Rini (2002)

adalah berupa :

1. Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam mempenaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai ; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

2. Kegagalan Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

3. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan memiliki pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.

4. Kritik InternalKritik diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri

ada 4 yaitu: pola asuh orang tua, kegagalan, depresi dan kritik internal, dimana menurut

penulis pola asuh orang tualah yang berpengaruh penting dalam faktor yang mempengaruhi

konsep diri seseorang.

Sedangkan menurut Gunarso (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri adalah :

1. Jenis kelamin. Dorongan biologis menyebabkan seseorang secara bawaan bertingkah laku, berpikir dan berperasaan yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.

2. Harapan-harapan. Stereotip sosial mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan harapan-harapan apa yang dipunyai seseorang remaja terhadap dirinya sendiri di mana harapan mereka terhadap dirinya sendiri itu merupakan cerminan dari harapan-harapan orang lain terhadap dirinya. Harapan-harapan ini penting untuk perkembangan konsep diri seorang remaja.

3. Suku bangsa. Suku minoritas pada umumnya memiliki konsep diri yang cenderung lebih negatif dari pada suku atau kelompok yang bukan minoritas. Dalam hal ini bukan hanya menyangkut suku bangsa saja melainkan kelompok minoritas lainnya, seperti sekelompok anak-anak cacat, dan kelompok anak-anak ekonomi lemah.

Page 16: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

4. Nama dan pakaian. Kedua hal ini umumnya dianggap sebagai faktor yang kurang penting dibandingkan faktor-faktor lainnya, tetapi nyatanya hal ini mempunyai pengaauh yang cukup dalam perkembangan konsep diri seorang remaja.

Kesimpulan yang didapat dari ahli diatas, bahwa yang mempengaruhi konsep

diri adalah jenis kelamin, harapan-harapan, suku bangsa, dan nama dan pakaian.

Dimana keempat bagian tersebut tidak bisa dipisakan dari konsep diri.

Konsep diri anak juga dipengaruhi oleh penggolongan jenis kelamin dan

identitas sejak masa kanak-kanak awal seorang telah dipengaruhi oleh pengertian

penggolongan jenis kelamin, harapan sosial dan pemakaian perilaku yang berbeda

antara pria dan wanita. Dengan demikian anak sejak awal mulai mengidentifikasikan

dirinya sesuai dengan nilai-nilai harapan dan pola perilaku yang diterima dari

lingkungan, khususya orang tua.

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0311/07/muda/673004.htm).

2.2. Pola Asuh Orang Tua

2.2.1. Pengertian Pola Asuh

Pada dasarnya setiap manusia yang dilahirkan ke dunia memiliki sifat-sifat bawaan

yang tidak jauh dari kedua orang tuanya. Selain sifat bawaan manusia juga dibentuk oleh

lingkungan dimana ia tinggal. Ketika manusia lahir kedunia pertama-tama yang ia mampu

lakukan hanyalah tangisan semata. Kemudian semakin berjalannya waktu iapun bertumbuh,

namun dalam pertumbuhan itu bukan berarti lepas dari asuhan dan bimbingan orang tua.

Tetapi justru pada usia 0 (nol) tahun hingga pada batas waktu tertentu anak akan bergantung

sepenuhnya pada orang tua. Dari mulai mandi makan dan segala kebutuhan yang ia butuhkan

semuanya tanpa kecuali ia bergantung pada orang tua terlebih pada ibu yang hampir

sepanjang waktu tercurah untuk memperhatikan anaknya tercinta.

Peletakan dasar pola asuh pertama yang diterapkan pada anak sangat berpengaruh

besar pada pertumbuhan pembentukan pribadi anak nantinya termasuk juga dalam

Page 17: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

kedisiplinannya. Orang tua hendaklah memberikan kepercayaan, kepedulian dan perhatian

yang dibutuhkan oleh anak. Mengapa demikian? Karena anak bukanlah barang atau benda

yang dapat kita atur sedemikian rupa sesuai dengan kemauan hati kita tetapi anak adalah

wujud mahkluk hidup yang memiliki perasaan butuh diperhatikan dan dihargai atau

dimanusiakan sekalipun ia masih sangat kecil atau muda usia. Biasanya bagi kaum sibuk atau

orang tua yang berkarier kedua-duanya, anak lebih dipercayakan penuh pada tangan baby

sitter atau pembantu. Orang tua hanya sebagai sumber pemenuh kebutuhan sang anak tanpa

pernah berpikir apa yang sebenarnya dicari oleh si anak. Berangkat dari sinilah apabila

didikan yang diterapkan pada anak salah langkah cara penanganannya, maka runyamlah

karakter pribadi anak, yang diharapkan manis, berbudi, patuh baik dilingkungan rumah,

sekolah, taat pada agama dan orang tua, disiplin dapat berubah akan menjadi anak yang

agresif, pembangkang dan tidak berinisiatif.

Peran orang tua juga dituntut untuk dapat mendidik anak-anaknya untuk

mengembangkan disiplin diri yang berarti anak memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan

nilai moral. Sehubungan dengan itu disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan

nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk

mengarahkan perilakunya. (Wayson 1985)

Anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai

budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri,

masyarakat, bangsa dan negara. Artinya orang tua bertanggung jawab untuk mengupayakan

agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebagai sang

Pencipta, sesamanya, diri sendiri dan juga lingkungan alam serta mahluk hidup lainnya

berdasar nilai moral. Orang tua yang mampu berperilaku diatas, berarti mereka telah

mencerminkan nilai-nilai moral dan tanggung jawabnya sebagai orang tua

Page 18: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi

anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang kehidupan, baik

agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Shochib, 1998).

Umi (1989) mendefinisikan pola asuh anak adalah cara bentuk atau strategi dalam

pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Pembentukan pribadi

anak yang positif tidak terlepas dari pola asuh anak yang diterapkan orang tua di dalam

keluarga. Orang tua sebagai kepala dalam keluarga mempunyai peranan penuh untuk

mengatur dan mendidik anak-anaknya. Meichati mendefinisikan pola asuh adalah perlakuan

orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam

kehidupan sehari-hari. Dua pernyataan tersebut di atas dikutip dalam Hutabarat (2001).

Dari beberapa definisi tersebut di atas penulis mengemukakan pola asuh orang tua

adalah cara bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orang tua

kepada anaknya, perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan

dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari, serta orang tua dalam keluarga mempunyai

peranan penuh untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya.

2.2.2. Tipe Pola Asuh Orang Tua

Terdapat beberapa pola sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak dan dampaknya

terhadap kepribadian anak (Hurlock, 1956;Schneiders, 1964;Lore, 1970 yang dikutip oleh

Shochib, 1998).

Page 19: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Tabel 2.2

Pola Perlakuan Orang Tua, Perilaku Orang Tua

Dan Profil Tingkah Laku Anak

Pola perlakuan orang

tua

Perilaku orang tua Profil tingkah laku

Anak

1. Overprotection (tidak

melindungi)

1. Kontak yang berlebihan dengan

anak.

2. Perawatan/pemberian bantuan

kepada anak yang terus-

menerus, meskipun anak sudah

mampu merawat dirinya sendiri.

3. Mengawasi kegiatan anak secara

berlebihan.

4. Memaksakan masalah anak.

1. Perasaan tidak aman

2. Agresif dan dengki

3. Mudah merasa gugup

4. Melarikan diri dari

kenyataan

5. Sangat tergantung

6. Ingin menjadi pusat

perhatian.

7. Bersikap menyerah.

8. Lemah dalam “ego

strengh”. Asprasi dan

toleransi terhadap frustasi.

9. Kurang mampu

mengendalikan emosi.

10. Menolak tanggung jawab.

11. Kurang percaya diri.

12. Mudah terpengaruh.

13. Peka terhadap kritik.

14. Bersikap “Yes men”

15. Egois/selfish.

16. Suka bertengkar.

17. Troublemaker.

18. Sulit dalam bergaul.

19. Mengalami “homesick”

Page 20: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

2. Permissiveness

(pembolehan)

1. Memberi kebebasan untuk

berpikir dan berusaha.

2. Menerima gagasan/pendapat.

3. Membuat anak merasa diterima

dan merasa kuat.

4. Toleran dan memahami

kelemahan anak.

5. Cenderung lebih suka memberi

yang diminta anak daripada

menerima.

1. Pandai mencari jalan

keluar.

2. Dapat bekerjasama.

3. Percaya diri.

4. Penuntut dan tidak

sabaran.

3. Rejection

(penolakan)

1. Bersikap masa bodoh.

2. Bersikap kaku.

3. Kurang memperdulikan

kesejahteraan anak.

4. Menampilkan sikap permusuhan

dan dominasi terhadap anak.

1. Agresif (mudah marah,

gelisah, tidak patuh/keras

kepala, suka bertengkar

dan nakal).

2. Submissive (kurang dapat

mengerjakan tugas,

pemalu, suka

mengasingkan diri, mudah

tersinggung dan penakut).

3. Sulit bergaul.

4. Pendiam.

5. Sadis.

4. Acceptance

(Penerimaan)

1. Memberikan perhatian dan cinta

kasih kepada anak.

2. Menempatkan anak pada posisi

yang penting di dalam rumah.

3. Mengembangkan hubungan

yang hangat dengan anak.

4. Bersikap respek pada anak.

5. Mendorong anak untuk

menyatakan perasaan atau

pendapatnya.

6. Berkomunikasi dengan anak

secara terbuka dan mau

mendengarkan masalahnya.

1. Mau bekerjasama.

2. Bersahabat.

3. Loyal.

4. Emosinya stabil.

5. Ceria dan bersikap

optimis.

6. Mau menerima tanggung

jawab.

7. Jujur.

8. Dapat dipercaya.

9. Memiliki perencanaan

yang jelas untuk

mencapai masa depan.

Page 21: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

10. Bersikap realistik

(memahami kekuatan dan

kelemahan dirinya secara

objektif).

5. Domination

(Dominasi)

Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan sangat

hati-hati.

2. Pemalu, penurut, inferior

dan mudah bingung.

3. Tidak dapat bekerjasama.

6. Submission

(penyerahan)

1. Senantiasa memberikan sesuatu

yang diminta anak.

2. Membiarkan anak berperilaku

semaunya di rumah.

1. Tidak patuh.

2. Tidak bertanggung jawab.

3. Agresif dan teledor/lalai.

4. Bersikap otoriter.

5. Terlalu percaya diri.

7. Punitieness Overdis

(Terlalu disiplin)

1. Mudah memberikan hukuman.

2. Menanamkan kedisiplinan

secara keras.

1. Impulsif.

2. Tidak bisa mengambil

keputusan.

3. Nakal.

4. Sikap bermusuhan atau

agresif.

Sumber : dari Schochib (1998).

Hurlock (1999) dalam Setiawan (2012) menyatakan ada tiga tipe cara yang digunakan

oleh orang tua dalam mendidik putra-putrinya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis,

pola asuh permisif. Dalam penerapannya tidak bisa dibedakan secara tegas sehingga

kecenderungan pola asuh tertentu yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

Ketiga pola asuh tersebut sebagai berikut :

1. Pola Asuh OtoriterAdanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus bertingkah sesuai aturan yang ditetapkan orang tua. Orang tua tidak memperhatikan pendapat anak. Apabila anak melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh orang tua, anak tidak diberi kesempatan untuk memberikan alasan atau penjelasan sebelum hukuman diterima anak.

2. Pola Asuh Permisif

Page 22: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Tidak ada bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada anak, tidak ada pengendalian atau pengontrolan orang tua,anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan sosial. Tidak adanya hukuman terhadap anak. Meskipun melanggar peraturan dan tidak diberi ganjaran atau hadih bila berperilaku baik. Karena tidak ada kontrol dari orang tua, anak dapat berbuat sekehendak hatinya. Maka anak kurang respek terhadap orang tua, kurang menghargai apa yang diperbuat orang tua untuk anak. Anak yang diasuh dan dididik dengan pola asuh ini biasanya dapat proteksi yang berlebihan, sehingga apapun yang dilakukan anak dibiarkan oleh orang tua. Dengan demikian, perhatian serta hubungan orang tua dengan anak akan terganggu, karena tidak ada pengarahan atau informasi dari orang tua dengan anak terganggu, karena tidak ada pengarahan atau informasi dari orang tua, maka anak tidak akan mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Pola asuh seperti ini biasanya anak berperilaku sering melanggar norma-norma masyarakat karena itu akan terbentuk sikap penolakan dari lingkungan dan akibatnya kepercayaan diri goyah serta penghargaan pada diri sendiri kurang.

3. Pola Asuh DemokratisAturan dibuat oleh seluruh keluarga, orang tua memperhatikan pendapat anak, selalu mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan diberi kepercayaan. Pola asuh semacam ini baik digunakan dalam lingkungan pendidikan,bagaimana guru sebagai pendidik apabila siswa harus melakukan tugas tertentu. Orang tua atau guru memberikan penjelasan atau alasan perlunya hal tersebut dilakukan dan bila melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Hukuman yang diberikan berkaitan dengan perbuatannya dan berat ringannya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hadiah atau pujian diberikan oleh orang tua untuk perilaku yang diharapkan. Pada tipe ini hubungan antara anak dan orang tua harmonis, kontrol orang tua terhadap anaknya tidak berlebihan.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tipe pola asuh orang tua akan

berpengaruh pada konsep diri anak, dimana anak akan mencontoh apa yang sering orang tua

lakukan padanya dan dipraktikan dalam kehidupannya.

2.3. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri

Di dalam proses perkembangannya, seorang anak membutuhkan teladan yang jelas

dari orangtuanya. Standar yang jelas dan yang diolakukan oleh orang tua, yang akan

membekali anak bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Demikian juga untuk menemukan

konsep dirinya, anak membutuhkan figur seorang pemimpin. Figur seorang pemimpin yang

dimulai dari rumah akan sangat membantu anak untuk berkembang dengan sehat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reynold (1975) menyatakan bahwa anak yang

berhasil di sekolah adalah anak yang berlatar belakang dari keluarga yang berhubungan

akrab, penuh kasih sayang, dan menerapkan disiplin berdasarkan kecintaan. Robert, Agnew

Page 23: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

(1985) bahwa pengaruh negatif yang timbul jika orang tua menggunakan hukuman badan

yang tidak konsisten terhadap anak, adalah kenakalan remaja yang semakin menjadi.

Michaela lifshitz (1978) menyatakan bahwa anak remaja yang berasal dari keluarga kacau

(gagal) lebih banyak memiliki konsep diri negatif, lebih banyak mengalami kesulitan dalam

hubungan sosial, lebih ekstrim mengekspresikan perasaan, lebih penakut, dan lebih sulit

mengontrol jasmaninya dari pada anak remaja dari keluarga utuh. Tiga pernyataan tersebut

dikutip dari Schochib, Moh (1998).

Hasil penelitian Nova (htp://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php)

menunjukkan bahwa konsep diri remaja obesitas mengalami pola asuh orang tua yang

demokratik lebih tinggi dibandingkan dengan yang otoriter. Konsep diri remaja obsitas yang

mengalami pola asuh orang tua yang demokratik lebih tinggi dibandingkan dengan yang

permisif, dan tidak ada perbedaan konsep diri remaja obesitas yang mengalami pola asuh

yang otoriter dan permisif. Laksmisari (http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php)

meneliti 201 siswa SD bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri anak usia (10

th – 12 th) yang mengalami pola pengasuhan ibu yang demokratik, otoruter, dan permisif.

Sedangkan penelitian yang diakukan oleh Hutabarat (2001) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua tipe demokratik dengan harga diri dan

ada hubungan yang signifikan antara pola asuh tipe pengabaian dengan harga diri. Menurut

Rakhmat (2000) harga diri merupakan komponen afektif dari konsep diri, jadi ada hubungan

yang positif antara pola asuh orang tua dengan konsep diri.

Scott (1939) yang mempelajari 1.800 anak-anak remaja mencatat bahwa anak-anak

yang berasal dari kelurga di mana terdapat penerimaan, rasa saling percaya, dan kecocokan

diantara orang tua dan anak, lebih banyak penyesuaian dirinya, lebih mandiri dan

berpandangan lebih positif tentang diri mereka sendiri. Anak-anak yang berasal dari anggota

di mana terdapat ketidakcocokan di antara anggota-angota keluarga pada umumnya

Page 24: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

kemampuan untuk menyesuaikan dirinya kurang. Behrens (1954) juga memperlihatkan gaya

pribadi orang tua dapat mempengaruhi konsep diri anak untuk menjadi lebih baik ataupun

lebih buruk dikutip dari Burns (1993).

Berdasarkan apa yang telah diungkapkan di atas penulis menyimpulkan bahwa pola

asuh orang tua memberi pengaruh yang besar terhadap konsep diri seseorang. Jadi tinggi

rendahnya konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pola orang tua

2.4. Hipotesa

Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata 2003). Hipotesa yang diajukan

dalam penelitihan ini adalah: ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua

dengan konsep diri siswa kelas II SMA Kristen 1 Salatiga.

BAB III

Page 25: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu ingin mengetahui apakah

ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri siswa kelas II SMA Kristen 1

Salatiga.

31. Populasi dan Sampel

Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas II SMA Kristen 1 Salatiga, yang

berjumlah keseluruhan 157 siswa sekaligus sebagai total sampel.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur

yang berfungsi untuk mempengaruhi atau menetukan munculnya variabel lain yang disebut

variabel terikat. Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki sejumlah

aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi untuk menerima atau menyesuaikan diri

dengan kondisi variabel yang lain yang disebut bebas (Nawawi dan Martini, 1994). Di dalam

penelitian yang menjadi variabel bebas adalah pola asuh orangtua dan yang menjadi variabel

terikat adalah konsep diri.

1. Pola asuh orangtua adalah cara bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Pembentukan pribadi anak yang positif

tidak terlepas dari pola asuh anak yang diterapkan orang tua di dalam keluarga. Orang

tua sebagai kepala dalam keluarga mempunyai peranan penuh untuk mengatur dan

mendidik anak-anaknya.

Page 26: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

2. Konsep diri adalah pandangan individu terhadap dirinya sendiri baik itu psikologi,

fisik maupun sosial yang mengandung pengetahuan, harapan dan penilaian tentang

dirinya sendiri dan pandangan tersebut diperoleh dari interaksinya dengan

lingkungannya. Dalam penelitian ini penulis mengukur konsep diri dari 3 aspek, yaitu

konsep diri akademik, non akademik dan konsep diri secara umum.

3.3. Pengukuran variabel

Konsep dari masing-masing variabel dijabarkan menjadi beberapa aspek, kemudian

dijabarkan lagi menjadi berapa indikator yang kemudian dikembangkan menjadi item-item

angket yang berjumlah 45 item untuk kuesioner/angket pola asuh orang tua dan 102 item

untuk kuesioner/angket konsep diri. Untuk mengukur pola asuh orang tua siswa SMA

menggunakan instrumen atau angket siswa yang disadur dari Yuliarti (2004) berdasarkan

teori dari Hurlock (1999) yang terdiri 45 item pertanyaan, sedangkan untuk mengukur konsep

diri siswa penulis menggunakan Self Concept Qoesionare II (SDQ) dari Marsh (1990),

Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Skala Pola Asuh Orang Tua

No Sub variabel

Indikator No item

1

Pola Asuh Otoriter

1. Orang tua cenderung bersifat kaku2. Orang tua memaksa kehendak3. Orang tua selalu mengatur4. Orang tua merasa selalu benar5. Orang suka menghukum6. Adanya kontrol yang ketat dari orang tua

1-16

2

Pola Asuh Permisif

1. Orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak

2. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab3. Orang tua menerima semua tindakan anak 4. Orang tua membiarkan semua tindakan anak5. Orang tua tidak pernah menghukum6. Orang tua kurang kontrol terhadap anak7. Orang tua kurang membimbing8. Orang tua kurang berkomunikasi dengan anak

17-30

3 1. Orang tua berdiskusi dengan anak

Page 27: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Pola Asuh Demokratis

2. Orang tua mendengarkan keluhan anak3. Orang tua memberi tanggapan 4. Pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan

bersama5. Keputusan orang tua dipertimbangkan anak6. Orang tua tidak bersifat kaku atau luwes

31-45

Prosedur pengisian instrument atau angket pola asuh orang tua sangatlah mudah dan

sederhana. Responden hanya diminta memilih jawaban SS untuk jawaban sangat setuju, S

untuk jawaban setuju, AS untuk jawaban agak setuju, KS untuk jawaban kurang setuju, TS

untuk jawaban tidak setuju, dan STS untuk jawaban sangat tidak setuju terhadap item-item

yang tercantum pada angket tersebut sesuai dengan keadaan.

Cara pemakaian dengan memberi skor 6 untuk jawaban SS, skor 5 untuk jawaban S, skor

4 untuk jawaban AS, skor 3 untuk jawaban KS, skor 2 untuk jawaban TS dan skor 1 untuk

jawaban STS.

Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri

No. Indikator Item Jumlah

1. Matematika 1,12,23,34,45,56,67,78,89,96 10

2. Bahasa 6,17,28,39,50,61,72,83,92,99 10

3. Sekolah secara umum 9,20,31,42,53,64,75,86,94,101 10

4. Penampilan fisik 2,13,24,35,46,57,68,79 8

5. Kejujuran-kepercayaan 4,15,26,37,48,59,70,81,91,98 10

6. Kemampuan fisik 5,16,27,38,49,60,71,82 8

7 Stabilitas emosional 7,18,29,40,51,62,73,84,93,100 10

8 Hubungan dengan orang tua 8,19,30,41,52,63,74,85 8

9 Hubungan dengan teman sejenis kelamin 10,21,22,32,43,44,54,55,65,76

,77,87,95,101,102

15

10 Hubungan dengan teman lawan jenis

kelamin

11,12,22,33,43,44,54,55,66,76

,77,88,102

13

11 Konsep diri secara umum 3,14,25,36,47,58,69,80,90,97 10

Page 28: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Alternatif jawaban dalam konsep diri adalah 6. Item tersebut terdiri dari item positif

dan item negatif. Item positif pada angket konsep diri adalah nomor : 1, 3, 5, 7, 9, 15, 17, 19,

21, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 35, 37, 39, 40, 43, 44, 45, 47, 49, 51, 53, 57, 59, 61, 63, 65, 66, 67,

69, 71, 75, 79, 81, 83, 85, 87, 88, 89, 90, 93, 94, 98, 99, 102. Adapun penilaian pada item

positif adalah B : 6, HB : 5, AB : 4, AS : 3, HS : 2, S : 1. Item negatif pada angket konsep diri

adalah nomor : 2, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 2, 24, 26, 30, 32, 33, 34, 36, 38, 40, 42, 46,

48, 50, 52, 54, 55, 56, 58, 60, 62, 68, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 78, 80, 82, 84, 86, 91, 92, 95, 96,

97, 100, 101. Penilaian pada item negatif adalah sebagai berikut : B : 1, HB : 2, AB : 3, AS :

4, HS : 5, S : 6.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang terdiri dari 102 item untuk

mengukur konsep diri siwa, sedangkan untuk mengukur pola asuh orang tua menggunakan

skala pola asuh orang tua yang terdiri dari 45 item.

3.5. Tehnik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

Korelasi Spearman Rank. Korelasi antara pola asuh orang tua dengan konsep diri siswa akan

dianalisis menggunakan Korelasi Spearman Rank dengan bantuan program SPSS for

Windows versi 16.0.

.

Page 29: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1983. Prosedur Penelitian : Suara Pendekatan Praktis. Jakarta : PT.

Bina Aksara

Azwar, Saifudin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku, Jakarta.

Arean.

Calhoun, James F., Acocella, James F., 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan. Terjemahan : Satmoko, R.S., Semarang ; IKIP Semarang press.

Gunarso, S.D. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK. Gunung

Mulia.

Harbiansyah, O., 1987. Konsep Diri. Majalah Anda Edisi 132.

Hutabarat, M. T., 2001. Hubungan antara Pola Asuh dengan harga Diri Siswa SLTP Kristen

Satya Wacana Salatiga Tahun Ajaran 2000-2001. Skripsi, Salatiga; Universitas

Kristen Satya Wacana.

Nawawi, H. Hadari., Martini., 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Nova, C. Perbandingan Remaja Obesitas yang Mengalami Pola Asuh Orang Tua yang

Otoriter, Permisif, dan Demkrasi. Suatu Studi pada SMU IPEKA Tomang.

http://www.psikologi-untar.com/abstrak/tampil.php?id=65.

Pasaraibu, Diana M. 2004. Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Siswa SMA

Theresiana Salatiga. Skripsi. Salatiga ; Universitas Kristen Satya Wacana.

Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Rini, JF., 2000., Konsep Diri. http://www.e-psikologi.com/dewasa/1605023.htm.

Page 30: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

Setiawan, Albertus H. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemampuan Berfikir

Divergen Pada Siswa Kelas 4-5 Sekolah Dasar Di SDK Girisonta Karangjati Kab.

Semarang. Skripsi. Salatiga ; Universitas Kristen Satya Wacana.

Shochib. Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua : Dalam Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana., 1987. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah : Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi.

Bandung : Sinar Baru.

Sudjono, Anas. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Sugiono. 2009. Metode Penelitihan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: CV . Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Raja Grafindo Persada.

Susilo, B., 1992. Psikologi Perkembangan : Perspektif Sepanjang Hayat. Salatiga: FKIP

UKSW.

Yenas, Lucy, MY. G. 2002. Hubungan Antraa Konsep Diri dengan Intelegence Quotient

Siswa Kelas V SD I, II, Sidorejo Lor. Skripsi, Salatiga; Universitas Kristen Satya

Wacana.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Page 31: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

ANGKET : KONSEP DIRI

Nama :

Kelas :

Usia :

Tanggal mengerjakan :

Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian 1. Anda dimohon untuk menjawab setiap pertanyaan dengan bebas, jujur dan obyektif dan

tanpa prasangka.

2. Ada 102 item pertanyaan dalam angket ini. Untuk masing-masing pertanyaan tuliskan jawaban anda pada tempat yang telah disediakan atau tentukanlah pilihan anda dengan memberikan tanda chek (V) pada alternatif jawaban sebagai berikut :

S : Salah

HS : Hampir salah

AS : Agak salah

AB : Agak benar

HS : Hampir benar

B : Benar

3. Pernyataan yang bertanda ** hanya diisi oleh siswa laki-laki, sedang pertanyaan yang

bertanda * hanya diisi oleh siswi perempuan.

4. Tidak ada jawaban yang “benar” atau “salah”. Jadi pilihlah jawaban yang paling tepat untuk

menggambarkan anda sendiri.

*) Adaptasi Marsh, 1990

Terima kasih Atas kerjasama Anda !

Page 32: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

S : Salah HS : Hampir salah AS : Agak salah AB : Agak benar HB : Hampir benar B : Benar

No. Pertanyaan S HS AS AB HB B

1. Matematika adalah Mata Pelajaran terbaik saya.

2. Tidak ada yang berpikir bahwa saya menarik.

3. Secara umum banyak hal yang saya banggakan.

4. Terkadang saya mengambil barang milik orang lain.

5. Saya menyukai olahraga, senam dan menari.

6. Saya sukar memahami pelajaran Bahasa Indonesia.

7. Saya terbiasa santai.

8. Orang tua saya biasanya tidak suka apa yang saya lakukan.

9. Teman-teman biasa meminta bantuan saya pada sebagian

besar mata pelajaran sekolah.

10. Saya sulit berteman dengan sesama jenis kelamin.

11. Orang atau lawan jenis yang saya sukai tak menyukai saya.

12. Saya sering membutuhkan bantuan dalam mata pelajaran

Matematika.

13. Wajah saya menarik.

14. Secara jujur saya tidak berguna.

15. Saya jujur.

16. Saya malas bila harus berolahraga atau melakukan kegiatan

fisik yang berat lainnya.

17. Saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia.

18. Saya terlalu khawatir.

19. Saya akbrab dengan orang tua saya.

20. Saya terlalu bodoh untuk diterima di Perguruan tinggi yang

bagus.

21** Saya mudah berteman dengan laki-laki.

22 * Saya mudah berteman dengan perempuan.

23 Saya menyukai pelajaran Matematika

24. Kebanyakan teman-teman saya lebih menarik dibandingkan

saya.

25. Banyak hal-hal dapat saya kerjakan.

26. Terkadang saya berbohong untuk menghindari masalah.

27. Saya mahir olah raga, senam, dan menari.

Page 33: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

28. Saya mendapat nilai yang jelek untuk tes yang mengharuskan

saya banyak membaca.

29. Saya tidak mudah kecewa.

30. Sulit untuk berbicara dengan orang tua saya.

31. Jika saya bekerja keras, saya dapat menjadi salah satu siswa

terbaik.

32. Tak banyak teman sesama jenis kelamin yang menyukai saya.

33. Saya tidak populer diantara teman lawan jenis saya.

34. Saya sulit memahami hal yang berhubungan dengan pelajaran

Matematika.

35. Saya menarik.

S : Salah HS : Hampir salah AS : Agak salah AB : Agak benar HB : Hampir Benar B : Benar

No. Pertanyaan S HS AS AB HB B

36. Apa yang saya lakukan tidak pernah benar

37. Saya selalu berkata jujur.

38. Saya tidak begitu bisa dalam berolahraga, senam, dan menari.

39. Pelajaran Bahasa Indonesia mudah bagi saya.

40. Saya sering merasa depresi dan tertekan.

41. Orang tua saya memperlakukan saya dengan adil.

42. Sebagian besar nilai pelajaran saya jelek.

43 ** Saya populer diantara teman laki-laki.

44 * Saya populer diantara teman perempuan.

45. Saya suka belajar Matematika.

46. Saya benci penampilan saya.

47. Biasanya apa yang saya lakukan berhasil.

48. Bagi saya mencontek tidak apa-apa sepanjang tidak ketahuan.

49. Sayalebih baik dibandingkan teman-teman saya dalam hal

olahraga, senam dan menari.

50. Saya sulit memahami apa yang saya baca.

51. Orang lain l bih mudah merasa kecewa dibandingkan saya.

52. Saya sering beragumentasi dengan orang tua saya.

53. Saya cepat memahami sebagian besar mata pelajaran di

sekolah.

54 ** Saya tidak begitu akrab dengan teman laki-laki.

Page 34: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

55 * Saya tidak begitu akrab dengan teman perempuan.

56 Nilai ulangan Matematika saya jelek.

57 Orang lain mengatakan saya menarik.

58. Tidak banyak hal yang dapat saya banggakan.

59. Kejujuran sangat penting bagi saya.

60. Saya mencoba tidak ikut dalam mata pelajaran olahraga,

kapanpun saya mau.

61. Bahasa Indonesia pelajaran terbaik saya.

62. Saya orang yang mudah gugup.

63. Orang tua saya memahami saya.

64. Saya bodoh pada sebagan besar mata pelajaran di sekolah.

65. Saya memiliki beberapa teman baik sesama jenis kelamin.

S : Salah HS : Hampir salah AS : Agak salah AB : Agak benar HB : Hampir Benar B : Benar

No. Pertanyaan S HS AS AB HB B

66. Saya memiliki banyak teman lawan jenis kelamin.

67. Saya mendapat nilai Matematika yang baik.

68. Saya jelek.

69. Saya dapat mengerjakan banyak hal sebaik orang lain.

70. Kadang saya berbuat curang.

71. Saya dapat berlari jarak jauh tanpa berhenti.

72. Saya benci membaca.

73. Saya sering merasa bingung.

74. Saya tidak menyukai orang tua saya sama sekali.

75. Saya dapat mengerjakan tes dengan baik di seluruh mata

pelajaran di sekolah.

76 ** Banyak teman laki-laki mahir dari saya.

77 * Banyak teman perempuan mahir dari saya.

78. Saya tidak pernah berkeinginan untuk mengambil les

tambahan pelajaran Matematika.

79. Tubuh saya menarik.

80. Saya merasa hidup saya sia-sia.

81. Ketika saya mengambil janji saya berusaha menepatinya.

82. Saya benci olahraga, senam dan menari.

Page 35: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

83. Nilai saya bagus dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

84. Saya mudah sedih.

85. Orang tua saya sangat mencintai saya.

86. Saya bermasalahan di hmpir semua mata palajaran di sekolah.

87. Saya mudah berteman dengan teman sesama jenis.

88. Saya menarik perhatian bagi lawan jenis.

89. Nilai Matematika saya terlalu bagus.

90. Jika saya benar-benar berusaha, saya dapat melakukan segala

hal yang ingin saya lakukan.

91. Terkadang saya berbohong.

92. Saya sulit mengekspresikan diri melalui tulisan.

93. Saya orang yang berwatak tenang

94. Saya menguasai hampir semua mata pelajaran di sekolah.

95. Sedikit sekali teman saya yang sesama jenis kelamin.

96. Saya benci pelajaran Matematika.

97. Secara umum saya adalah orang yang gagal.

98. Orang-orang dapat mengandalkan saya untuk mengerjakan hal

yang benar.

99. Saya dapat memahami pelajaran Bahasa Indonesia.

100. Saya mengkhawatirkan banyak hal.

101. Kebanyakan mata pelajaran di sekolah terlalu sulit bagi saya.

102. Saya menghabiskan waktu senggang dengan teman sesama

jenis.

Page 36: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

ANGKET : POLA ASUH ORANG TUA

Nama :

Kelas :

Usia :

Tanggal mengerjakan :

Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian

Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai sikap orangtua. Anda diminta untuk memilih salah satu dari sikap orangtua yang paling sesuai atau paling mendekati dengan kehidupan anda sehari-hari, dengan cara memberikan tanda centang (√). Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, juga tidak ada benar dan salah. Usahakan agar tidak ada satupun pernyataan yang terlewatkan. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.

SS : Sangat Setuju S : Setuju AS : Agak Setuju KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan Jawaban

SS S AS KS TS STS1 Jika saya tidak naik kelas, orangtua akan

menghukum2 Dalam segala hal orangtua mempunyai tuntutan

tinggi

3 Saya harus mengerjakan perintah orangtua walau memiliki kesibukan lain

4 Orang tua memilih siapa yang berhak menjadi teman saya

5 Orang tua akan menghukum saya bila pekerjaan yang ditugaskan tidak beres

6 Orang tua kurang kominikatif dengan anak

7 Bila saya mengambil barang dan tidak mengembalikan ketempat semula, maka orang tua akan marah

8 Perintah orangtua harus ditaati sepenuhnya

9 Bila saya tidak setuju dengan pendapat orangtua, saya dianggap lancang

Page 37: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

10 Bila saya lalai mengerjakan tugas orangtua marah dan tidak membantu

11 Bila esok akan tes, orangtua mengontrol jam belajar dengan ketat

12 Bila saya bertengkar dengan adik, orangtua akan menyalakan saya dan tidak mau tahu alasanya

13 Bila saya pergi mengerjakan tugas kelompok orangtua tidak mengijinkan

14 Apapun yang menurut orangtua baik maka saya harus melakukanya

15 Saya tidak memiliki hak untuk berpendapat dirumah

16 Bila saya sakit orangtua tidak mau tahu

17 Orangtua menyetujui apa yang saya kerjakan

18 Bila saya dalam kesusahan orangtua tidak mau membantu

19 Saya bebas berprilaku sesuai keinginan saya

20 Orangtua tidak pernah menuntut saya untuk ikut dalam organisasi

21 Jika saya melakukan kesalahan orangtua tidak pernah memarahi saya

22 Orangtua jarang berkomunikasi dengan anak

23 Bila saya mengalami kesulitan dibiarkan oleh orangtua

24 Bila saya berprestasi orangtua tidak pernah memberi pujian

25 Orangtua tidak pernah menuntut prestasi saya dan menerima apa adanya

26 Saya tidak pernah dimarahi orangtua

27 Saya bebas bergaul dengan siapa saja

28 Komuikasi dalam keluarga saya kurang baik karena satu sama lain sama acuh

29 Orangtua tidak pernah menuntut saya untuk menuruti perintahnya

30 Bila saya tidak pulang tepat waktu orangtua tidak marah

31 Orangtua saya menyarankan untuk mengikuti kegiatan organisasi

32 Orangtua selalu memberi motivasi untuk berprestasi didalam maupun diluar sekolah

33 Jika saya membuat suatu kesalahan orangtua tidak langsung memarahi saya

34 Orangtua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya

35 Orangtua melibatkan saya dalam menyelesaikan masalah keluarga

36 Bila raport saya jelek orangtua akan menanyakan kesulitan yang saya alami dan mencari jalan keluar yang baik untuk meningkatkan prestasi saya

37 Dalam hal pembagian tugas dalam keluarga tergantung dari kesepakatan antara anggota keluarga

38 Saya diberi kepercayaan oleh orangtua untuk memilih teman bermain

39 Saya sering bertukar pikiran dengan anggota keluarga

Page 38: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

40 Bila saya mendapatkan nilai yang memuaskan orangtua memuji keberhasilan saya

41 Saya sering membahas masalah yang saya dapat di sekolahan dengan orangtua

42 Saya sering mendiskusikan masalah dengan orangtua

43 Bila saya berprestasi orangtua bangga dan memberi semangat

44 Bila saya ingin mengubah letak perabotan di rumah, orangtua tidak keberatan bila memang ide saya lebih baik dari mereka

45 Orangtua membuat peraturan dalam keluarga dengan melibatkan seluruh anggota keluarga

Page 39: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri Siswa Kelas II Sma Kristen 1 Salatiga

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP

DIRI SISWA KELAS XI SMA KRISTEN 1 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

Disusun oleh:

Ganda Saputra (132011028)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014