HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN...

16
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : LAILA LISTIANA ULYA F 100100157 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Transcript of HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN

KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

LAILA LISTIANA ULYA

F 100100157

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

i

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN

KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

LAILA LISTIANA ULYA

F 100100157

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 3: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

ii

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN

KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh :

LAILA LISTIANA ULYA

F 100100157

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 4: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa
Page 5: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa
Page 6: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN

KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Laila Listiana Ulya

Lisnawati Ruhaena

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Email : [email protected]

Abstrak. Masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan semakin meningkat sehingga

kepemilikan kemandirian dalam pengambilan keputusan sangat penting agar dapat memenuhi

tugas perkembangan di tahap selanjutnya. Femonenanya saat ini remaja kurang memiliki

kemandirian dalam pengambilan keputusan. Pemikiran remaja praktis dan mengalami

kebingungan jika dihadapkan pada pilihan hidup sehingga cenderung mengikuti keputusan orang

lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan

kemandiran dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat kemandiran dalam pengambilan

keputusan, mengetahui tingkat pola asuh demokratis, dan mengetahui sumbangan efektif pola asuh

demokratis terhadap kemandiran dalam pengambilan keputusan. Metode pendekatan

menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data menggunakan skala kepada 90 remaja yang

berusia 15-18 tahun, masih memiliki orangtua (ayah dan ibu), dan tinggal bersama orangtua dalam

satu rumah. Analisis data dilakukan dengan analisis regresi menggunakan program bantu SPSS

19,0 For Windows Program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara

pola asuh demokratis dengan kemandiran dalam pengambilan keputusan sebesar 0,480 dengan

signifikansi 0,000 (p<0,05). Artinya semakin tinggi pola asuh demokratis maka semakin tinggi

pula kemandiran dalam pengambilan keputusan, begitu pula sebaliknya. Tingkat kemandiran

dalam pengambilan keputusan tergolong tinggi sebesar 64,52. Tingkat pola asuh demokratis

tergolong tinggi sebesar 38,14. Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran

dalam pengambilan keputusan sebesar 23,6%, artinya masih ada 76,4% faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kemandiran dalam pengambilan keputusan.

Kata kunci : kemandirian dalam pengambilan keputusan, pola asuh demokratis

Page 7: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

2

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia

membutuhkan manusia berkompeten

untuk mengolah kekayaan sumber daya

alam di masa depan. Karakter positif

seperti mandiri sangat penting dimiliki

generasi muda, khusunya remaja untuk

menghadapi persaingan era globalisasi.

Mu’tadin (2002) berpendapat bahwa

kemandirian remaja lebih bersifat

psikologis seperti membuat keputusan

sendiri tanpa pengaruh orang lain.

Menurut Santrock (2012),

masa remaja adalah masa dimana

pengambilan keputusan semakin

meningkat, seperti tentang masa depan,

teman-teman mana yang dipilih, apakah

harus kuliah, apakah harus membeli

mobil, dan seterusnya. Tuti, Tjahjono,

dan Kartika (2006) menambahkan

bahwa masalah pengambilan keputusan

yang sering terjadi di sekolah menengah

atas adalah permasalahan akademik dan

keputusan karier, serta beragam aktivitas

sosial.

Informasi yang didapat dari

artikel Majalah Psikologi Plus (edisi VII

NO 4 Oktober 2012) bahwa banyak

remaja bersikap manja sehingga menjadi

sulit dalam mandiri berfikir, diberi

masukan, berempati, melihat kebaikan

orang lain, cenderung egois.

berpemikiran praktis dan mengalami

kebingungan jika dihadapkan pada

pilihan hidup sehingga cenderung

mengikuti keputusan orang lain. Remaja

menjauhi dunia nyata dan takut memilih

jalan hidup selain tak mampu mandiri

karena orangtua terlalu melindungi.

Menurut penelitian Brena,

Updegraff, dan Talylor (2012) pada

keluarga Meksiko, ayah dan ibu adalah

orang yang berpengaruh dalam

pengambilan keputusan remaja di

delapan area seperti tugas, penampilan,

uang, teman, hubungan percintaan,

aktivitas waktu luang, jam malam, dan

tugas sekolah. Jika orangtua selalu

mengendalikan sedangkan remaja ingin

terlepas dari pengaruh orangtua maka

konflik akan terjadi.

Akibat dari konflik tersebut

adalah adanya kekecewaan yang dialami

remaja terhadap orangtua karena tidak

mendapatkan kemandirian dalam

pengambilan keputusan. Seperti yang

terjadi di ruang konseling di website e-

psikologi.com, dilaporkan banyak keluh

kesah remaja karena aspek kehidupan

mereka yang masih diatur oleh orangtua,

seperti dalam pemilihan jurusan di

SMA. Orangtua ingin anaknya masuk ke

jurusan yang dikehendaki meskipun

anak sama sekali tidak berminat.

Akibatnya remaja tersebut tidak

memiliki motivasi belajar, kehilangan

gairah sekolah dan tidak jarang justru

berakhir dengan drop out (Mu’tadin,

2002). Remaja bingung memilih gaya

rambut, pakaian, kegiatan, dan

pendidikan karena kesulitan menentukan

prioritas dan tidak percaya diri pada

kemampuannya dalam menentukan

keputusan sehingga sering terpengaruh

keputusan orang lain

(http://sosbud.kompasiana.com).

Kemandirian dalam

pengambilan keputusan adalah

kemampuan mengatur tingkah laku

dengan adanya kebebasan, inisiatif,

percaya diri, kontrol diri, ketegasan diri,

serta tanggung jawab tanpa pengaruh

orang lain (Suryadi dan Damayanti,

2006).

Page 8: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

3

Baller (dalam Nihayati dan

Fauzan, 2000) mengatakan bahwa

kemandirian dalam pengambilan

keputusan sebagai kemampuan

mengambil inisiatif ketika dihadapkan

pada pilihan, bebas membuat penilaian,

memberikan pendapat tanpa dipengaruhi

orang lain, dan bertanggung jawab.

Perilaku diarahkan agar masalah yang

dihadapi dapat diselesaikan. Area

pengambilan keputusan remaja adalah

tugas rumah maupun sekolah,

penampilan seperti model rambut dan

model baju, penggunaan uang,

pemilihan teman, hubungan lawan jenis,

aktivitas mengisi waktu luang, dan

adanya jam malam.

Aspek kemandirian dalam

pengambilan keputusan adalah bebas

yaitu membuat keputusan sendiri, ulet

yaitu membuat keputusan berprestasi

dan tekun, inisiatif yaitu berfikir dan

bertindak membuat keputusan sendiri,

pengendalian diri yaitu mengendalikan

tindakan mengambil keputusan sesuai

keinginannya sendiri, kemampuan diri

yaitu rasa percaya terhadap kemampuan

mencari penyelesaian terhadap masalah

(Masrun, 1986).

Faktor-faktor kemandirian

dalam pengambilan keputusan yaitu

faktor fisiologis, seperti jenis kelamin,

kondisi fisik, dan urutan kelahiran,

faktor psikologis seperti kecerdasan,

faktor pengalaman hidup dan faktor pola

asuh orangtua.

Dari fenomena itu menunjukan

bahwa kemandirian dalam pengambilan

keputusan remaja rendah. Ada orangtua

yang bersikap otoriter, remaja dikontrol

harus mengikuti segala keputusan

orangtua dan tidak diberi kesempatan

menyampaikan keinginannya. Di sisi

lain, ada orang tua yang bersikap

permisif yaitu cenderung tidak peduli

dan membiarkan remaja bertindak sesuai

keinginannya, namun orangtua tidak

memberi kontrol dan arahan.

Segala perilaku remaja

bersumber pada didikan orangtua.

Berbeda cara didiknya maka berbeda

pula sikap yang dimiliki remaja.

Menurut Lestari (2012) menyatakan

bahwa pola asuh demokratis adalah

orangtua mengarahkan perilaku anak

secara rasional, memberikan penjelasan

terhadap maksud dari aturan-aturan yang

diberlakukan. Orangtua mendorong anak

mematuhi aturan dengan kesadaran

sendiri dan bersikap tanggap terhadap

kebutuhan anak. Orangtua menghargai

anak sebagai pribadi yang unik.

Pengasuhan demokratis

merupakan pendekatan yang paling

berhasil yang melibatkan penerimaan

dan keterlibatan tinggi, teknik

pengendalian adaptif, dan pemberian

otonomi sewajarnya. Orangtua

demokratis itu hangat, penuh perhatian,

dan peka dengan kebutuhan anaknya.

Orangtua memberikan perilaku matang,

memberikan alasan bagi pengecualian

yang mereka berikan, dan menggunakan

disiplin sepbagai masa pembelajaran

agar anak bisa mengatur dirinya.

Pemberikan otonomi secara bertahap,

sepantasnya dan membiarkan anak

mengambil keputusan sendiri dalam

bidang yang dikuasainya menjadikan

anak mandiri (Kuczynski & Lollis,

2002; Russel, Mize. & Bissaker, 2004

dalam Berk, 2012).

Crandell, Crandell, dan

Zanden (2012), pola asuh demokratis

adalah gaya pengasuhan yang

menyediakan arahan bagi keseluruhan

Page 9: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

4

aktivitas anak, tetapi memberikan

kebebasan besar anak dalam batas wajar.

Orangtua memberikan alasan kebijakan

dan terlibat di proses memberi dan

menerima dengan anak, sementara

memperhatikan kebutuhan anak.

Elaine dan Terri (2003)

menyatakan bahwa pola asuh

demokratis adalah adanya harapan

orangtua untuk berperilaku jelas dan

memantau perilaku. Orangtua tegas dan

mereka cenderung disiplin dalam

mendukung daripada mamakai cara

hukuman. Remaja yang dibesarkan

dalam lingkungan tersebut akan lebih

berkompeten.

Menurut Baumrind (dalam

Spraitz, 2012), aspek pola asuh

demokratis adalah kontrol, tuntutan

komunikasi, dan kasih sayang. Watson

(dalam Windyastati, 2001) berpendapat

tentang faktor-faktor dalam pola asuh

demokratis yaitu nilai yang dianut

orangtua, kepribadian, sosial ekonomi,

dan tingkat pendidikan.

Menurut Berk (2012), pada

pola asuh demokratis, orangtua hangat,

terbuka, memberi arahan dengan

komunikasi. Dalam hal pengambilan

keputusan, remaja dibimbing mandiri

karena ada hubungan positif remaja

dengan orangtua.

Berdasarkan uraian di atas,

rumusan masalahnya adalah apakah ada

hubungan antara pola asuh demokratis

dengan kemandirian dalam pengambilan

keputusan ? Peneliti tertarik melakukan

penelitian berjudul “Hubungan Antara

Pola Asuh Demokratis dengan

Kemandirian Dalam Pengambilan

Keputusan”.

Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara pola

asuh demokratis dengan kemandirian

dalam pengambilan keputusan,

mengetahui tingkat kemandirian dalam

pengambilan keputusan, mengetahui

tingkat pola asuh demokratis, dan

mengetahui sumbangan efektif pola asuh

demokratis terhadap kemandirian dalam

pengambilan keputusan.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan variabel tergantung kemandirian

dalam pengambilan keputusan dan

variabel bebas pola asuh demokratis.

Subjek penelitiannya adalah remaja

berusia 15-18 tahun, masih memiliki

orangtua (ayah dan ibu), dan tinggal

serumah dengan orangtua. Alat

pengumpul datanya berupa skala yaitu

skala kemandirian dalam pengambilan

keputusan dan skala pola asuh

demokratis. Penelitian ini menggunakan

try out terpisah untuk mencari kualitas

alat ukur yang baik. Evaluasi kualitas

aitem menggunakan daya beda aitem

dan reliabilitas. Data dari 90 subjek yang

diperoleh kemudian diskoring

berdasarkan sifat aitem favourable dan

unfavourable lalu dianalisis dengan

teknik regresi pada program bantu SPSS

19,0 For Windows. Penelitian dilakukan

pada tanggal 31 Oktober 2013 sampai

22 November 2013 di SMA Islam Al

Azhar 7 dan SMA Al Firdaus Surakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis

regresi, diketahui bahwa ada hubungan

positif dan searah yang sangat signifikan

antara pola asuh demokratis dengan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

5

kemandirian dalam pengambilan

keputusan. Hal ini ditunjukan oleh nilai

korelasi yang positif 0,480 dengan

signifikansi 0,000 (p<0,05). Model

regresi ini memprediksi nilai

kemandirian dalam pengambilan

keputusan. Jadi variabel bebas pola asuh

demokratis mempengaruhi variabel

tergantung kemandirian dalam

pengambilan keputusan.

Hipotesis ada hubungan positif

antara pola asuh demokratis dengan

kemandirian dalam pengambilan

keputusan diterima. Artinya adalah

semakin tinggi pola asuh demokratis

maka semakin tinggi pula kemandirian

dalam pengambilan keputusan dan

semakin rendah pola asuh demokratis

maka semakin rendah pula kemandirian

dalam pengambilan keputusan. Nilai F

sebesar 27,603 dengan signifikansi

0,000 (p<0,05) yang artinya model

regresi ini layak untuk memprediksi

nilai kemandirian dalam pengambilan

keputusan. Variabel pola asuh

demokratis mempengaruhi atau

prediktor variabel kemandirian dalam

pengambilan keputusan.

Perilaku optimal individu

dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Begitu pula dengan kemandirian

pengambilan keputusan dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk

dipengaruhi oleh pola asuh demokratis

yang orangtua berikan kepada remaja di

dalam keluarga. Menurut Feldman

(2012), jika remaja diberikan penguat

positif oleh orangtua maka akan

berperilaku positif pula sebab penguat

akan meningkatkan perilaku yang

diharapkan. Menurut asumsi dasar

perilaku manusia yaitu

enviromentalisme bahwa tingkah laku

manusia dibentuk oleh lingkungan.

Manusia dilahirkan dalam keadaan polos

dan lingkunganlah yang mewarnainya.

Orangtua sebagai lingkungan

pertama dan terdekat, memberikan

pendidikan nilai dan karakter pada anak

agar anak dapat mengembangkan

kemampuannya dalam menjalani

kehidupan. Menurut Lestari (2012),

keluarga adalah berperan dalam

penanaman nilai pertama pada anak

melalui proses pengasuhan yang

dipercaya memiliki dampak pada

perkembangan individu. Ada tuga jenis

pola asuh orangtua, yaitu otoriter,

otoritatif atau demokratis, dan permisif.

Setiap pola asuh memiliki karakter

tersendiri. Remaja dengan orangtua

demokratis cenderung periang, memiliki

rasa tanggung jawab sosial, percaya diri,

berorientasi prestasi, dan kooperatif.

Remaja dengan orangtua otoriter

cenderung kurang bahagia, mudah

tersinggung, dan tidak bersahabat.

Remaja dengan orangtua permisif

cenderung agresif, kurang kontrol diri,

dan kurang mandiri. Pola asuh

demokratis diaggap paling baik.

Orangtua memberikan kebebasan untuk

dapat berkarya dan berpendapat, namun

tetap dengan menjunjung tinggi sikap

tanggung jawab atas apa yang

dilakukannya. Remaja merasa dihargai

dan berusaha tidak mengecewakan

orangtua.

Selaras yang dikemukakan

oleh Baumrind (dalam Bee, 2000)

bahwa anak yang diasuh secara

demokratis menunjukan rata-rata

kemandirian dalam pengambilan

keputusan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak-anak yang

tidak diasuh secara demokratis.

Kemudian menurut Erikson (dalam

Santrock, 2012), pola asuh demokratis

Page 11: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

6

dimana orangtua bersikap peduli

sehingga mendorong remaja

berpastisipasi mengambil keputusan

sendiri tanpa pengaruh orang, seperti

memilih teman, pendidikan, dan

kegiatan sehari-hari.

Dari hasil kategorisasi data

terhadap 90 subjek, tingkat kemandirian

dalam pengambilan keputusan subjek

adalah 64,52 yang tergolong kategori

tinggi. Tidak ada subjek yang masuk

ketegori sangat rendah, 1 subjek masuk

kategori rendah, 47 subjek masuk

kategori sedang, 40 subjek masuk

kategori tinggi, dan 2 subjek masuk

kategori sangat tinggi.

Hal ini sesuai pendapat Davey

(2011) bahwa adanya komunikasi dan

kesediaan dari orangtua untuk

mendengarkan menjadikan remaja

merasa diterima, didukung dan diberi

kesempatan untuk belajar membuat

keputusan secara bebas menurut

keinginannya sendiri, seperti dalam

menentukan kegiatan akademik,

pemilihan teman dan aktivitas sosialnya.

Selaras dengan pendapat Hurlock (2012)

bahwa remaja akan berkembang

kemandiriannya bila diberi kesempatan

berlatih dengan dukungan orangtua

untuk memperoleh kemandirian.

Kesempatan mandiri adalah pengalaman

berharga, proses awal mengenal realita

kehidupan.

Dari hasil kategorisasi data

terhadap 90 subjek, tingkat pola asuh

demokratis subjek adalah 38,14 dan

tergolong kategori tinggi. Tidak ada

subjek yang masuk ketegori sangat

rendah, 1 subjek masuk kategori rendah,

12 subjek masuk kategori sedang, 48

subjek masuk kategori tinggi, dan 29

subjek masuk kategori sangat tinggi.

Selaras dengan penyataan

Crandell, Crandell, dan Zanden (2012)

bahwa pola asuh demokratis adalah gaya

pengasuhan yang menyediakan arahan

bagi aktivitas anak, tetapi memberikan

kebebasan besar dalam batas yang

wajar. Orangtua memberikan alasan

kebijakan dan terlibat di proses memberi

dan menerima dengan anak.

Kemudian Kuczynski & Lollis

dalam Berk (2012) berpendapat bahwa

orangtua demokratis akan memberikan

kasih sayang, sikap hangat, penuh

perhatian, peka dengan kebutuhan

anaknya, memberikan tuntutan

sewajarnya namun tetap memberi alasan

atas aturan menjadikan remaja merasa

dihargai, berani mengemukakan

pendapat, percaya diri membuat

keputusan, dan bertanggung jawab atas

keputusan.

Selaras dengan hasil penelitian

Suparmi dan Sumijati (2005) bahwa

parental responsiveness dimana

orangtua membimbing kepribadian

anak, dan memberi kesempatan belajar

membuat keputusan sendiri, berkorelasi

positif membentuk kemandirian emosi,

perilaku, dan nilai pada remaja.

Orangtua demokratis sebagai

individu yang matang secara emosional

selalu mengajak anak untuk

berpartisipasi membuat keputusan dan

bersikap objektif dalam mengasuh anak

sehingga anak dihargai sebagai individu,

dimunculkan kepercayaan dirinya

mengemukakan pendapatnya dan

keputusan mereka sendiri tanpa ada

tekanan dari pihak orang dewasa lainnya

(Cole, 2002).

Sumbangan efektif pola asuh

demokratis terhadap kemandirian dalam

pengambilan keputusan adalah sebesar

23,6 % yang ditunjukan oleh nilai R

Page 12: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

7

Square sebesar 0,236. Artinya, pola asuh

demokratis mempengaruhi kemandirian

dalam pengambilan keputusan sebesar

23,6 % sehingga masih ada 76,4 %

faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kemandirian dalam pengambilan

keputusan selain pola asuh demokratis

yaitu faktor internal berupa kondisi

fisiologis yang berasal dari dalam diri

individu baik secara fisiologis dan

psikologis, serta faktor pengalaman

hidup.

Menurut Walgito (2000),

fisiologis yaitu kesehatan jasmani dapat

mempengaruhi kemandirian dalam

pengambilan keputusan. Anak yang

sakit lebih bersikap tergantung daripada

anak yang tidak sakit sebab anak sehat

dianggap bisa melakukan kegiatan tanpa

bantuan orangtua. Selanjutnya Prasetyo

dan Sutoyo (2003) menambahkan bahwa

sering dan lamanya anak sakit pada usia

bayi menjadikan orang tua sangat

memperhatikannya, anak yang

menderita sakit mengundang kasihan

berlebihan sehingga mendapatakan

pemeliharaan yang lebih. Menurut Adler

(dalam Feist dan Feist, 2012), urutan

kelahiran juga mempengaruhi. Sering

dijumpai anak sulung dan anak tengah

lebih mandiri daripada anak bungsu.

Anak sulung lebih banyak diberi

tanggung jawab dan lebih diharapkan

mandiri. Perbedaan kesempatan

perlakuan orangtua memberikan

pengaruh berbeda pada anak dalam

kepribadian, sikap, dan pola tingkah

lakunya.

Faktor kondisi psikologis

seperti kecerdasan berpengaruh terhadap

pencapaian kemandirian seseorang

(Basri, 2000). Faktor pengalaman dalam

kehidupan dimana pembentukan

kemandirian dapat terbentuk dari

pengalaman berupa interaksi dengan

teman, guru dan masyarakat (Haryadi

dalam Rahmawati, 2005).

Dalam penelitian ini masih

memiliki beberapa kelemahan,

diantaranya adalah idealnya

pengambilan data pada pagi hari dimana

fisik dan pikiran subjek masih baik

sehingga hasil pengisian skala dapat

merepresentasikan kondisi

sesungguhnya, namun pada

kenyataannya pengambilan data rata-rata

dilakukan pada siang hari seusai jam

istirahat siang dimana kosentrasi subjek

mulai menurun akibat kelelahan setelah

belajar setengah hari di sekolah sehingga

hasilnya kurang merepresentasikan

kondisi sebenarnya.

Hal ini sesuai pula dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh

Faridi (2002) yang menunjukkan bahwa

kadar glukosa siswa yang sarapan pagi

lebih tinggi dibandingkan yang tidak

sarapan pagi. Kadar glukosa darah

mempengaruhi konsentrasi. Jadi ketika

pagi hari setelah sarapan, kadar glukosa

darah akan meningkatkan konsentrasi.

Selain itu, udara pagi yang masih kaya

akan oksigen membantu menciptakan

energi di otak sehingga sehingga proses

berpikir menjadi lebih lancar. Pada siang

hari kadar oksigen berkurang dan kadar

karbondioksida meningkat karena hasil

asap kendaraan yang kurang baik untuk

otak sehingga proses berpikir ikut

lambat. Devi (2012) juga menyatakan

bahwa sarapan pagi merupakan pasokan

energi untuk otak yang paling baik agar

dapat berkonsentrasi di sekolah.

Idealnya pemberian instruksi

dilakukan oleh peneliti sendiri agar

Page 13: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

8

subjek lebih paham dan dapat memberi

hasil yang merepresentasikan kondisi

sebenarnya. Menurut Aiken dan Marnat

(2008), tes psikologi akan memberikan

hasil yang baik jika sesuai pedoman atau

buku Standart for Educational and

sychology Testing dari American

Psychological Association, diantaranya

yaitu mengenai administrasi tes,

pemberian skor, pelaporan menekankan

pada pentingnya memiliki petunjuk yang

jelas dalam administrasi dan pemberian

skor yang diikuti secara saksama.

Penguji tes juga harus terstandarisasi,

memiliki pengetahuan dan ketrampilan

pengelolaan tes, seperti membacakan

petunjuk tes dengan pelan dan jelas agar

peserta tes paham dan memberikan hasil

maksimal. Penguji tes senantiasa siap,

hangat, membangun hubungan, dan

objektif. Pada kenyataannya

pengambilan data sebagian subjek tidak

dilakukan secara langsung oleh peneliti,

tetapi harus dititipkan kepada pihak

sekolah. Pemberian skala tidak oleh

peneliti langsung dapat menjadikan

pemberian instruksi yang kurang sesuai

sehingga memungkinkan terjadinya

ketidakpahaman subjek. Dengan adanya

sebagian proses metode penelitian yang

kurang sesuai dengan standarisasi tes

sehingga ada sebagian data yang kurang

dapat mengungkapkan kondisi subjek

sebenarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Ada hubungan positif yang

signifikan antara pola asuh

demokratis dengan kemandirian

dalam pengambilan keputusan.

Artinya, semakin tinggi pola asuh

demokratis maka semakin tinggi

pula kemandirian dalam

pengambilan keputusan dan

sebaliknya.

2. Tingkat kemandirian dalam

pengambilan keputusan tergolong

tinggi yaitu 64,52.

3. Tingkat pola asuh demokratis

tergolong tinggi sebesar 38,14.

4. Sumbangan efektif pola asuh

demokratis terhadap kemandirian

dalam pengambilan keputusan

sebesar 23,6% Artinya pola asuh

demokratis mempengaruhi

kemandirian dalam pengambilan

keputusan sebesar 23,6% sehingga

masih ada 76,4% faktor lain yang

mempengaruhinya.

Saran

a. Bagi orangtua : Orangtua

diharapkan dapat mempertahankan

penerapan pola asuh demokratis pada

anak yaitu dengan memberi

perhatian, kasih sayang, tuntutan

disertai penjelasan yang rasional,

mendengarkan keinginan anak,

menjalin komunikasi dua arah

sehingga anak merasa diterima,

dipercaya, dan dihargai oleh

orangtua. Hal itu akan mendorong

anak mengembangkan kemampuan

kemandirian dalam pengambilan

keputusan yang semakin baik. Ketika

anak dihadapkan pada permasalahan

hidupnya maka akan mampu

mengambil keputusan terbaiknya

secara mandiri tanpa selalu

bergantung pada orangtua.

b. Bagi pihak sekolah : Guru

diharapkan dapat memfasilitasi siswa

mengembangkan kemampuan

kemandirian dalam pengambilan

keputusan. Adanya tingkat

kemampuan kemandirian dalam

Page 14: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

9

keputusan siswa yang sudah

tergolong tinggi, guru dapat

mengarahkan potensi tersebut untuk

meraih prestasi optimal di sekolah,

baik secara akademik maupun non

akademik. Sekolah hendaknya

menambah ragam ekstrakurikuler

yang dapat menampung minat siswa,

seperti bidang olahraga, kesenian,

ilmu pengetahuan, keagamaan, debat,

dan lain-lain. Adanya ekstrakurikuler

yang beragam akan memperbesar

kesempatan siswa untuk memilih.

Dengan kemampuan kemandirian

dalam pengambilan keputusan siswa

yang tinggi maka siswa akan memilih

ekstrakurikuler yang sesuai minat

dan bakatya sendiri. Ketika siswa

dapat memilih ekstrakurikuler yang

sesuai minat dan bakatnya maka

potensinya akan semakin

berkembang.

c. Bagi subjek : Berdasarkan

kemampuan kemandirian dalam

pengambilan keputusan subjek yang

tergolong tinggi, hendaknya subjek

dapat mengaplikasikan kemampuan

tersebut dalam kehidupan sehari-hari

seperti dalam hal pemilihan teman,

pemilihan aktivitas sosial, pemilihan

jurusan pendidikan, dan lain-lain

dengan cara berusaha menyelesaikan

masalahnya dengan

mempertimbangkan masukan dan

arahan dari orang lain, seperti

orangtua, teman, dan guru mengenai

sisi baik buruknya setiap pilihan yang

tersedia, namun subjek tetap

menentukan dan memilih pilihan

yang dianggap terbaik bagi dirinya

berdasarkan hasil pertimbangan dari

berbagai informasi yang telah

didapat.

d. Bagi peneliti selanjutnya :

Peneliti lain yang memiliki minat

penelitian di bidang kemandirian

hendaknya mengaitkannya dengan

variabel lain selain pola asuh

demokratis seperti kondisi fisiologis

yang meliputi kesehatan jasmani dan

urutan kelahiran, kondisi psikologis

yang meliputi kecerdasan dan kondisi

pengalaman dalam kehidupan. Selain

itu, ketika melakukan pengambilan

semua data hendaknya dilakukan

secara langsung oleh peneliti

sehingga subjek memahami petunjuk

pengerjaan alat ukur dengan tepat.

Lalu hendanya dilakukan ketika pagi

hari dimana kondisi fisik dan pikiran

subjek masih segar dan tidak

mengalami kelelahan setelah

setengah hari belajar di sekolah agar

mendapatkan data penelitian yang

maksimal dan dapat

merepresentasikan kondisi subjek

yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L.R. dan Marnat, G.G. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi.

Terjemahan: Widiastuti, H. Jakarta: Indeks

Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

10

Bee, H. (2000). The Developing Child. Ninth Edition. New York: Pearson.

Berk, L.E. (2012). Development Through The Lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brena, N.J.P., Updegraff, K.A. dan Taylor, A.J.U. (2012). Father and Mother Adolescent

Decision Making in Mexican Origin Families. Journal Youth Adolescence.

41:460-473.

Cole, L. (2002). Psychology of Adolescence. Edisi kesembilan. USA: Harper dan Collins

Publishers.

Crandell, T., Crandell, C., dan Zanden, J.V. (2012). Human Development. 10th Edition.

New York: Mc. Graw Hill.

Dagun, S.M. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara.

Davey, G. (2011). Applied Psychology. Chichester: BPS Blackwell

Elaine, B.D dan Terri, F. (2003). Peer Referencing in Adolescence Decision Making As

A Function of Perceived Parenting Style. Journal Adolescence, 38, 152 : 607-

621.

Feist, J. dan Feist, G.J. (2012) Teori Kepribadian. Terjemahan : Handriatno. Edisi VII.

Jakarta: Salemba Humanika.

Feldman, R.S. (2012). Pengantar Psikologi. Terjemahan : Gayatri, P.G. dan Sofyan, P.N.

Edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Humanika.

Hidayatullah, F. (2010). Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa. Yuma

Pustaka: Surakarta.

Hurlock, E.B. (2012). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo. Edisi 5. Jakarta:

Erlangga.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga. Kencana: Jakarta.

Majalah Psikologi Plus. Edisi VII. Oktober 2012. Anak Manja. Hal 25.

Masrun, Martono, Haryanto, F.R, Hardjjito, Purbo, Sufiati, M., Bawari, A., Nuryati, A.,

Soetjipto, H.P. 1986. Studi Mengenai Kemandirian Pada Tiga Penduduk di

Tiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian Kantor Menteri

Negara dan Lingkungan Hidup. Fakultas Psikologi. UGM.

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. Online.

http://www.e-psikologi.com/remaja/250602.htm. Diakses pada 16 Agustus

2013.

Nihayati dan Fauzan, L. (2000). Hubungan antara Perilaku Mandiri dan Prestasi Belajar

Mahasiswa PBB-FIP IKIP Malang. Laporan Penelitian. (Tidak Diterbitkan).

Malang: UMM.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN …eprints.ums.ac.id/27616/16/02._Naskah_Publikasi.pdf · Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran ... sendiri tanpa

11

Rahmawati, H.S. (2005). Perbedaan Kemandirian Antara Anak Sulung Dengan Anak

Bungsu Pada Siswa Kelas II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran

2004/2005. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang : Universitas Negeri

Semarang.

Santrock, J.W. (2013). Life Span Development. Fourthteen Edition. New York: McGraw

Hill

Suparmi dan Sumijati, S. (2005). Kemandirian Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Parental

Responsiveness dan Parental Demandingness. Jurnal Proceeding Seminar

Nasional. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.

Suryadi, D. dan Damayanti, C. (2006). Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Puteri

Yang Ibunya Bekerja dan Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian. Jakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Taruma Negara.

Tuti, M.D, Tjahjono, E. dan Kartika, A. (2006). Pola Pengambilan Putusan Karier Siswa

Berbakat Intelektual. Jurnal Penelitian Anima Vol. 22, No. 1, Hal 58-73.

Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Walgito, B. (2010). Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Widiasworo, T. (2013). Perilaku Agresi Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis pada

Orangtua Tunggal (Single Parent). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta:

Fakultas Psikologi UMS.

Windyastati, F. (2001). Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Demokratis Dengan

Disiplin Diri pada Remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

.(2013). Bingung ? Siapa Takut !. Online.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/25/bingung-siapa-takut-579417.html.

Online. Diakses tanggal 30 September 2013.