Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan...

23
1 PENDAHULUAN Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar, seorang manusia mutlak harus melakukan kegiatan olahraga. Menurut Renstrom & Roux (1988), olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan sosial. Selain memberikan banyak manfaat positif, olahraga pun dapat memainkan peran menjadi semacam alat untuk mengharumkan nama suatu daerah bahkan bangsa. Menilik kenyataan di atas, menjadi tidak mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba menampilkan atlet-atlet terbaiknya untuk mencetak prestasi di setiap pertandingan olahraga karena tingginya prestasi olahraga akan turut pula mendongkrak citra sebuah bangsa di kancah internasional. Pembinaan dan latihan-latihan untuk meningkatan kemampuan secara fisik, kognisi, maupun emosi diberikan kepada tiap atlet dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal. Pada bidang olahraga yang sama, dengan perlakuan yang sama, dan menggunakan fasilitas berlatih secara bersama, prestasi yang dihasilkan pada diri tiap atlet berbeda. Ada atlet yang dapat memenangkan pertandingan berkali-kali sedangkan lainnya tidak (Hutapea, 2010). Untuk menjadi seorang atlet yang berprestasi diperlukan rasa percaya diri, bakat, pengalaman, dan juga motivasi untuk berprestasi. Menurut Smith (dalam Satiadarma, 2000), motivasi memiliki peran

Transcript of Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan...

Page 1: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

1

PENDAHULUAN

Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan

penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar,

seorang manusia mutlak harus melakukan kegiatan olahraga. Menurut

Renstrom & Roux (1988), olahraga adalah serangkaian gerak raga

yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan

hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas

hidup). Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina

kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan

sosial.

Selain memberikan banyak manfaat positif, olahraga pun dapat

memainkan peran menjadi semacam alat untuk mengharumkan nama

suatu daerah bahkan bangsa. Menilik kenyataan di atas, menjadi tidak

mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba

menampilkan atlet-atlet terbaiknya untuk mencetak prestasi di setiap

pertandingan olahraga karena tingginya prestasi olahraga akan turut

pula mendongkrak citra sebuah bangsa di kancah internasional.

Pembinaan dan latihan-latihan untuk meningkatan kemampuan

secara fisik, kognisi, maupun emosi diberikan kepada tiap atlet dalam

rangka mencapai prestasi yang maksimal. Pada bidang olahraga yang

sama, dengan perlakuan yang sama, dan menggunakan fasilitas

berlatih secara bersama, prestasi yang dihasilkan pada diri tiap atlet

berbeda. Ada atlet yang dapat memenangkan pertandingan berkali-kali

sedangkan lainnya tidak (Hutapea, 2010).

Untuk menjadi seorang atlet yang berprestasi diperlukan rasa

percaya diri, bakat, pengalaman, dan juga motivasi untuk berprestasi.

Menurut Smith (dalam Satiadarma, 2000), motivasi memiliki peran

Page 2: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

2

yang penting dalam mempengaruhi prestasi atlet. Gill (dalam Gould &

Weinberg, 2007) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah

orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat

gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi.

Menurut Gunarsa (1989), atlet yang berprestasi tinggi hampir

tidak mungkin muncul dari hasil latihan diri sendiri. Dalam banyak hal

justru peran pelatih sangat penting dalam mencetak seorang atlet yang

berkualitas dan berprestasi tinggi. Seorang pelatih bertindak sebagai

pemimpin yang bertugas untuk mengarahkan atletnya untuk mencapai

prestasi yang setinggi-tingginya. Fungsi pelatih sebagai pemimpin

menjadi menarik, karena salah satu kunci utama dalam keberhasilan

para atlet terletak pada kemampuan seorang pelatih dalam memimpin

atletnya (Situmorang, 2008).

Zainun (1990) mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi motivasi berprestasi adalah kepemimpinan yang ada

dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi terdapat dua pelaku utama

aktivitas organisasi, yaitu pimpinan dan bawahan yang dipimpinnya.

Dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang tepat oleh para

pemimpin maka akan terjalin hubungan kerjasama yang baik antara

pemimpin dengan bawahannya sehingga pada akhirnya apa yang

menjadi visi, misi, dan tujuan organisasi dapat dicapai. Sejalan dengan

Zainun, Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000)

mengungkapkan bahwa menurut teori orientasi interaksional, salah

satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah gaya kepemimpinan.

Menurut Nawawi (2003) ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu

otoriter, demokratis, dan kendali bebas. Gaya kepemimpinan otoriter

menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat

terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu,

Page 3: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

3

penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam

usaha mencapai tujuan organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan

demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan

yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan

pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab

internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan

kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu

pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif

dari setiap warga kelompok. Gaya kepemimpinan kendali bebas

(laissez faire) pada gaya kepemimpinan ini sang pemimpin praktis

tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang

berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun

dalam kegiatan kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab

harus dilakukan oleh bawahan sendiri.

Berbeda dengan Nawawi, menurut Burns (1978) terdapat dua

gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan

transformasional. Gaya kepemimpinan transaksional didasarkan pada

otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Sedangkan gaya

kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang

pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan

tanggung jawab mereka lebih dari yang diharapkan. Menurut

Yammarino dan Bass (1990), gaya kepemimpinan transformasional

merupakan gaya kepemimpinan yang mengartikulasikan visi masa

depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara

yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan

yang dimiliki oleh bawahannya. Menurut Burn (dalam Bass, 1985)

kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari

kepemimpinan karismatik; menciptakan visi, dan lingkungan yang

Page 4: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

4

memotivasi para bawahan untuk berprestasi melampaui harapan.

Situmorang (2008) menyatakan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan

yang paling baik. Gaya kepemimpinan hendaknya disesuaikan dengan

keadaan dan kebutuhan yang ada di lapangan.

Dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti adalah atlet

olahraga cabang kempo di Provinsi Jawa Tengah. Olahraga kempo

memiliki nama asli Shorinji Kempo dan atlet Kempo disebut kenshi.

Kempo adalah beladiri yang semula berasal dari India yang kemudian

berkembang pesat di daratan Cina dan kini berpusat di Jepang.

Olahraga kempo memiliki ciri bertahan yang dipengaruhi oleh dasar

falsafah untuk tidak menyakiti terlebih dahulu. Berdasarkan doktrin

ini, mempengaruhi pula susunan beladiri Kempo, sehingga gerakan

teknik selalu dimulai dengan mengelak atau menangkis serangan

dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut

kebutuhan, yakni menurut keadaan serangan lawan (PERKEMI, 1990)

Di Indonesia kempo berkembang pada tahun 1966 dengan

terbentuknya PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia),

dan sejak PON IX tahun 1976 di Jakarta, kempo termasuk salah satu

cabang olahraga yang dipertandingkan. Kempo sudah ada sejak lama,

namun baru berkembang pembinaan dan pelatihannya.

Prestasi tim kempo Indonesia dapat dilihat pada kejuaraan dunia

kempo di Jepang pada tahun 2005 lalu, Indonesia meraih posisi kedua

untuk memperebutkan juara umum (dalam Majalah Tempo Online, 24

Oktober 2005) serta menempati posisi pertama pada kejuaraan dunia

kempo saat menjadi tuan rumah pada tahun 2009 yang lalu (dalam

Kompas.com, 31 Juli 2009). Indonesia menjadi tuan rumah pada Sea

Games XXVI 2011 dan kempo menjadi salah satu cabang olahraga

yang pertama kali ditampilkan di salah satu event olahraga bergengsi

Page 5: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

5

ini. Meskipun baru pertama kali ditampilkan dalam Sea Games, tim

kempo Indonesia boleh berbangga karena dapat menjadi juara umum

setelah menyisihkan tujuh negara yang mengikuti cabang olahraga ini

(dalam suarapembaruan.com, 21 November 2011).

Kempo di Jawa Tengah berkembang sejak tahun 1968 dan telah

mengirim atlet-atletnya dalam Kejuaraan Nasional Kempo, Kejuaraan

Nasional antar Mahasiswa Kempo, dan Pekan Olahraga Nasional

namun belum pernah menjadi juara umum, hanya beberapa atlet yang

meraih prestasi (Handayani dan Novianto, 2006).

Berdasarkan wawancara dengan Pengurus Provinsi PERKEMI

Jawa Tengah, prestasi maksimal sulit dicapai karena sulitnya

menyatukan visi dan komitmen setiap atlet. Kepribadian atlet yang

beragam (seperti malas berlatih, mudah emosional, ingin menonjolkan

diri bahkan ada yang sangat disiplin) membuat pelatih mengalami

kesulitan.

Hubungan antara tipe kepribadian atlet dengan motivasi

berprestasi pernah diteliti sebelumnya oleh Hutapea (2010) pada atlet

kempo di DKI Jakarta yang menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari tipe kepribadian.

Selanjutnya Hutapea mengatakan, untuk meningkatkan motivasi

berprestasi atlet, selain memperhatikan kebutuhan individu yang

bersangkutan, faktor situasional seperti gaya kepemimpinan pelatih,

fasilitas, dan hasil yang pernah dicapai sebelumnya juga harus

diperhatikan. Di PERKEMI Jawa Tengah terdapat berbagai jenis gaya

kepemimpinan pelatih (otoriter, demokratis, transformasional, dan

sebagainya), oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang

persepsi terhadap gaya kepemimpinan pelatih terhadap motivasi

berprestasi atlet.

Page 6: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

6

Penelitian lain dilakukan oleh Leonardo (2007) di PB Panorama

Solo menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif

antara motivasi berprestasi atlet dengan gaya kepemimpinan

transformasional pelatih. Semakin tinggi persepsi terhadap gaya

kepemimpinan transformasional pelatih, maka semakin tinggi pula

motivasi berprestasi atlet. Subjek yang digunakan pada penelitian

Leonardo adalah atlet bulutangkis. Menurut (Harsono, 1988), atlet bulu

tangkis membutuhkan konsentrasi tinggi sedangkan pada penelitian

yang peneliti lakukan, peneliti menggunakan atlet kempo yang

merupakan olahraga beladiri dan dibutuhkan agresivitas yang lebih.

Atlet pada olahraga bulutangkis tidak bersentuhan fisik langsung

dengan lawan mainnya. Sedangkan pada olahraga kempo terjadi

kontak fisik langsung dengan lawan mainnya sehingga lebih rentan

terhadap tekanan mental. Seperti yang diungkapkan oleh Simon dan

Marten (dalam Hardy dkk, 1999), kecemasan bertanding akan lebih

tinggi pada olahraga kontak daripada olahraga non-kontak. Dengan

adanya intimasi antara pelatih dengan atlet secara signifikan dapat

mereduksi kecemasan atlet tersebut (Lee, 1993).

Dari beberapa gaya kepemimpinan yang sudah disebutkan di

atas, peneliti mengambil gaya kepemimpinan transformasional untuk

diteliti. Alasan peneliti mengambil gaya kepemimpinan tersebut karena

pada gaya kepemimpinan transformasional pemimpin berhubungan

langsung dengan bawahan dibanding dengan gaya kepemimpinan yang

lain, selain itu gaya kepemimpinan transformasional dapat menjawab

kebutuhan yang ada di dalam PERKEMI Jawa Tengah, seperti

menyamakan visi dalam berkempo, serta menciptakan lingkungan

yang memotivasi para atlet untuk berprestasi dengan maksimal. Di

samping itu, gaya kepemimpinan transformasional ini juga dapat

Page 7: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

7

menciptakan hubungan baik antara pelatih dengan atlet pada olahraga

kempo (seperti yang sudah dijelaskan di atas, atlet pada olahraga ini

rentan terhadap kecemasan saat bertanding). Adanya hubungan yang

baik tersebut, dapat menekan tingkat kecemasan atlet pada saat

bertanding sehingga atlet dapat menampilkan performa terbaiknya dan

berprestasi dengan maksimal.

Rumusan Permasalahan

Rumusan permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini

adalah apakah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya

kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi

atlet kempo di PB PERKEMI Jawa Tengah.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan positif

antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih

dengan motivasi berprestasi atlet kempo di PERKEMI Jawa Tengah.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini, secara teoritis diharapkan dapat

memberikan sumbangan bagi perkembangan psikologi terutama

Psikologi Industri & Organisasi dan Psikologi Olahraga. Manfaat

praktis Bagi PERKEMI Jawa Tengah, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan gaya

kepemimpinan transformasional di PERKEMI Jawa Tengah guna

meningkatkan motivasi berprestasi atlet. Bagi pelatih, hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai gaya

kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi atlet,

sehingga dapat memaksimalkan kepemimpinan pelatih serta motivasi

berprestasi atlet yang dibina. Bagi atlet, hasil penelitian diharapkan

Page 8: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

8

dapat memberikan gambaran mengenai gaya kepemimpinan

transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet, sehingga

atlet dapat memaksimalkan motivasi berprestasinya

TEORI

Teori Motivasi Berprestasi

Menurut Winkel (dalam Uno, 2010) motif adalah daya

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu,

demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan

tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut

Alderman (dalam Satiadarma, 2000), motivasi sebagai suatu

kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu

yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku

tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai.

Menurut Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi

berprestasi adalah orientasi individu untuk berusaha mencapai

kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat

mencapai prestasi. Gunarsa (2008) mendefinisikan motivasi berprestasi

sebagai suatu dorongan yang harus ada dan penting sekali untuk

mencapai keberhasilan.

Sementara itu, McClelland (1987) mengatakan bahwa motivasi

berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk meraih

sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa

ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasinya sendiri pada masa

lampau ataupun dengan orang lain.

Page 9: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

9

Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

McClelland (1987) mengemukakan aspek-aspek motivasi

berprestasi sebagai berikut:

a. Melakukan cara-cara baru dan kreatif

Individu menyukai pekerjaan yang menuntut usaha dan

kemampuannya, terutama pekerjaan yang menuntut

pengembangan cara-cara baru dan kreatif.

b. Bertanggung jawab

Individu memiliki rasa percaya diri dan bertanggung jawab atas

kegiatan yang dibebankan kepadanya, serta hasil yang nantinya

akan diperoleh dari perilakunya.

c. Mencari atau menggunakan umpan balik

Individu mempunyai keinginan mengetahui hasil konkret dari

usahanya sehingga dapat memperbaiki perilaku dan tidak

mengulangi di masa yang akan datang.

d. Memilih taraf resiko moderat (sedang).

Individu mampu memperhitungkan resiko yang akan diterima

dari pekerjaannya.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Menurut Suryabrata (2002) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar individu (eksternal)

1. Faktor-faktor non sosial

Faktor-faktor non sosial adalah faktor yang berada diluar

lingkungan sosial yaitu suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, sore

ataupun malam), tempat dan sebagainya.

Page 10: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

10

2. Faktor-faktor sosial

Faktor-faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia

(sesama manusia), baik ketika manusia itu hadir secara

langsung maupun tidak langsung.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal)

1. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis yang dimaksud adalah keadaan

jasmani fisik individu apakah dalam keadaan sehat atau sakit

(keadaan jasmani)

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis yang dimaksud disini adalah cita-cita,

motivasi, keinginan, ingatan, perhatian, pengalaman dan

motif-motif yang mendorong belajar individu. Kebutuhan

psikologis ini pada umumnya bersifat individual.

Teori Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional

Pelatih

Persepsi menurut Robbins (2006) adalah proses yang digunakan

individu mengelola dan menafsirkan kesan inderanya dalam rangka

memberikan makna kepada lingkungannya. Atkinson & Atkinson

(1997) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses di mana

seseorang mengorganisir dan mentrafser pola stimulus dalam

lingkungan.

Brooks dan Fahey (dalam Situmorang, 2008) menyatakan bahwa

pelatih mempunyai tugas sebagai perencana, pemimpin, teman,

pembimbing, dan pengontrol program latihan. Sedangkan atlet

mempunyai tugas melakukan latihan sesuai program yang telah

ditentukan pelatih. Seorang atlet tidak akan bisa sukses tanpa pelatih

Page 11: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

11

yang berpengalaman, sehingga penting untuk menciptakan suatu

hubungan yang baik antara pelatih dengan masing-masing atletnya

(Cogan, 2004). Menurut Adisasmito (2007), pelatih sering berinteraksi

dengan atlet, karena itulah pelatih mempunyai peluang dan tanggung

jawab yang besar untuk mengoptimalkan prestasi atlet untuk

berprestasi.

Cogan (2004) menambahkan bahwa idealnya hubungan antara

pelatih dengan atletnya disertai dengan saling menghormati, saling

pengertian, saling mempercayai dan adanya percakapan yang bersifat

terbuka dan bersifat dua arah antara pelatih dan atletnya serta

pengungkapan perasaan dan permasalahan pribadi.

Gaya kepemimpinan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan

kebutuhan yang ada di lapangan (Situmorang, 2008). Gaya

kepemimpinan menurut Ranupanjo dan Hustan (2002) adalah pola

tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi

dengan tujuan individu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Popper & Zakkai (1994) mendefinisikan kepemimpinan

transformasional adalah kepemimpinan yang pro aktif. Pemimpin

semacam ini melihat kondisi saat ini sebagai batu loncatan untuk

pencapaian tujuan di masa depan. Pemimpin transformasional

memiliki visi yang sangat baik, retoris, dan keterampilan manajemen

emosi yang digunakan untuk membangun ikatan emosional yang erat

dengan bawahan, dan mereka cenderung lebih berhasil dalam

menangani perubahan organisasi karena tingkat emosional bawahan

meningkat dan upaya mereka untuk mencapai visi pemimpin (Bass,

1985).

Page 12: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

12

Dimensi Gaya Kepemimpinan Transformasional

Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan

tranformasional mempunyai empat dimensi, yaitu:

a. Idealized influence

Pemimpin bertindak sebagai role model. Mereka dihormati,

dikagumi dan dapat dipercaya. Bawahan mengidentifikasikan

mereka dan menggambarkan mereka sebagai sosok yang

menyiratkan kemampuan yang luar biasa, tekun dan penuh tekad.

Pemimpin bersedia mengambil risiko. Mereka secara konsisten

dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar, menampilkan

standar moral dan etika yang tinggi.

b. Inspirational motivation

Pemimpin harus dapat bertindak dengan cara memotivasi dan

memberikan inspirasi dengan menyediakan pengertian dan

tantangan kepada bawahan. Semangat dalam tim muncul, terdapat

optimisme dan antusiame dalam kelompok. Pemimpin

mendapatkan komitmen bawahan untuk terlibat dalam berbagai

pandangan ke depan, dapat menciptakan harapan dengan

komunikasi dan berbagai komitmen terhadap tujuan bersama.

c. Intellectual stimulation

Pimpinan memberikan stimulasi kepada bawahan untuk bersikap

kreatif, inovatif, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

bersifat asumsi menyelesaikan masalah dengan cara baru

(membuat pendekatan baru dalam menghadapi masalah).

Kreativitas didorong, hal ini akan meminimalisir kesalahan

menjadi isu yang dapat dikendalikan.

Page 13: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

13

d. Individualized consideration

Pemimpin memiliki perhatian khusus pada tiap-tiap individu,

kebutuhan dan dorongan untuk prestasinya. Bawahan dan rekan

didorong untuk memanfaatkan potensi secara optimal.

Pertimbangan individu ditunjukkan ketika adanya kesempatan

terhadap pembelajaran baru dengan menciptakan iklim yang

mendukung. Perilaku pemimpin menunjukkan penerimaan

terhadap perbedaan individu. Komunikasi dua arah dibentuk

dengan interaksi dengan bawahan yang bersifat pribadi. Pemimpin

mendelegasikan tugas sebagai maksud pengembangan terhadap

bawahan. Tugas-tugas yang diberikan diperhatikan dan dilihat

apakah bawahan membutuhkan pengarahan tambahan atau

dukungan untuk menilai kemajuan tugas.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh atlet kempo di PERKEMI Jawa Tengah.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

pemilihan sampel yang bertitik tolak pada penilaian peneliti bahwa

sampel yang dipilih benar-benar representatif sesuai dengan tujuan

penelitian (Sugiarto dkk, 2003). Subjek dalam penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang atlet kempo yang

pernah mengikuti kejuaraan minimal tingkat provinsi dengan rentang

usia 18-30 tahun.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur berupa

skala. Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan aspek-aspek

motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) yaitu melakukan

cara-cara baru dan kreatif, bertanggung jawab, mencari atau

Page 14: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

14

menggunakan umpan balik, memilih taraf resiko moderat (sedang).

Skala gaya kepemimpinan transformasional disusun berdasarkan

aspek-aspek gaya kepemimpinan transformasional menurut Bass dan

Avolio (1994) yaitu idealized influence, inspirational motivation,

intellectual stimulation, individual consideration. Skala yang

digunakan untuk memberikan skor pada tiap item yaitu menggunakan

skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Bentuk item dari skala

terdiri dari pernyataan pendukung (favorable) dan pernyataan tidak

mendukung (unfavorable). Untuk butir-butir jawaban favorable skor

untuk SS (Sangat Setuju) adalah 4, skor untuk S (Setuju) adalah 3, skor

untuk TS (Tidak Setuju) adalah 2, dan skor untuk STS (Sangat Tidak

Setuju) adalah 1. Untuk butir-butir jawaban unfavorable skor untuk SS

(Sangat Setuju) adalah 1, skor untuk S (Setuju) adalah 2, skor untuk

TS (Tidak Setuju) adalah 3, dan skor untuk STS (Sangat Tidak Setuju)

adalah 4.

HASIL

Uji validitas dan reliabilitas tes dari dua skala menggunakan

SPSS for windows 17. Hasil analisis pada skala motivasi berprestasi

(menggunakan koefisien korelasi item total > 0,25) dari 32 item yang

diuji terdapat 26 item yang valid dengan reliabilitas α = 0,801.

Sedangkan untuk skala gaya kepemimpinan transformasional

(menggunakan koefisien korelasi item total > 0,25) dari 36 item yang

diuji terdapat 34 item yang valid dengan reliabilitas α = 0,928.

Dalam penelitian ini juga dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui normal tidaknya distribusi data penelitian pada masing-

masing variabel. Uji normalitas dihitung menggunakan tes

Kolmogorov-Smirnov. Hasil untuk variabel motivasi berprestasi

Page 15: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

15

sebesar 0,092 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas variabel gaya

kepemimpinan transformasional diperoleh sebesar 0,265 dengan p >

0,05. Hal ini juga menunjukkan data berdistribusi normal.

Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan uji linearitas untuk

menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai korelasi yang

linear dengan gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini terlihat

pada tabel Anova dengan nilai F sebesar 0,759 (p > 0,05).

Dari 60 atlet kempo yang menjadi sampel penelitian, 55% atlet

memiliki motivasi berprestasi yang berada pada kategori sangat tinggi,

45% atlet berada pada kategori tinggi, 0% atlet berada pada kategori

rendah dan sangat rendah atau tidak ada atlet yang termasuk dalam

kategori tersebut. Sedangkan persepsi terhadap gaya kepemimpinan

transformasional pelatih 56,7% atlet memiliki skor persepsi terhadap

gaya kepemimpinan transformasional yang berada pada kategori

sangat tinggi, 43,3% atlet berada pada kategori tinggi, 0% atlet berada

pada kategori rendah dan sangat rendah atau tidak ada atlet yang

termasuk dalam kategori tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi menggunakan Product

Moment dari Pearson, antara motivasi berprestasi dengan persepsi

terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih diperoleh

koefisien korelasi sebesar r = 0,575 dengan taraf signifikansi p < 0,05.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan

signifikan antara motivasi berprestasi dengan persepsi terhadap gaya

kepemimpinan transformasional pelatih.

Page 16: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

16

PEMBAHASAN

Uji korelasi menggunakan teknik korelasi Pearson dengan

bantuan SPSS 17.0 menghasilkan r = 0,575 dengan p < 0,05. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya

kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi

atlet sehingga semakin tinggi gaya kepemimpinan transformasional

maka semakin tinggi motivasi berprestasi atlet, begitu pula sebaliknya

semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional maka semakin

rendah pula motivasi berprestasi atlet. Hal ini menunjukkan bahwa

gaya kepemimpinan transformasional yang digunakan pada PB

PERKEMI Jawa Tengah dinilai tinggi sehingga motivasi berprestasi

yang ditunjukkan atlet juga tinggi.

Podsakoff dkk (1996) mengemukakan bahwa gaya

kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang

memengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku bawahan dengan terjadi

peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja,

dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam

suatu organisasi. Penelitian serupa dikemukakan Masi dan Cooke

(2000) yang meneliti gaya kepemimpinan transformasional

berpengaruh pada motivasi, komitmen dan peningkatan produktivitas

bawahan. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini sesuai dengan

penelitian Podsakoff dkk serta Masi dan Cooke tersebut.

Pada penelitian ini dapat diketahui rata-rata yang ditunjukkan

pada variabel motivasi berprestasi atlet sebesar 86,73 ada pada

kategori sangat tinggi, sedangkan variabel gaya kepemimpinan

transformasional rata-rata sebesar 113,68 berada pada kategori sangat

tinggi. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh dari sampel

sangat tinggi, namun berdasarkan kondisi yang peneliti temukan,

Page 17: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

17

prestasi atlet kempo Jawa Tengah belum menempati peringkat tinggi

dalam pertandingan tingkat nasional.

Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) mengungkapkan

bahwa menurut teori orientasi interaksional, motivasi tidak hanya

dikaji berlandaskan pada individu yang terkait (atlet yang

bersangkutan), juga tidak hanya dilandasi oleh faktor situasional,

melainkan bagaimana interaksi kedua aspek ini berlangsung.

Berdasarkan hal tersebut, ada sejumlah faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam meningkatkan motivasi atlet. Dalam diri atlet

misalnya terdapat aspek kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian

atlet itu sendiri yang kesemuanya perlu mendapat perhatian. Dalam

faktor situasional, gaya kepemimpinan, fasilitas, dan hasil yang pernah

diperoleh memiliki peran signifikan sebagai pembangkit motivasi atlet.

Berbagai faktor yang ada ini harus saling mendukung untuk bisa

membangkitkan motivasi atlet untuk berprestasi.

Total sumbangan efektif dari aspek-aspek yang ada dalam

variabel gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi

berprestasi atlet adalah sebesar 33,1% yang berarti masih terdapat

66,9% faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi atlet

diluar variabel gaya kepemimpinan transformasional, seperti faktor

dalam diri atlet itu sendiri (kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian)

serta faktor situasional (fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh)

sehingga kemungkinan masih dapat diteliti lebih lanjut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan

Page 18: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

18

transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet. Gaya

kepemimpinan transformasional yang tinggi akan mengakibatkan

motivasi berprestasi yang tinggi pula pada atlet. Gaya kepemimpinan

transformasional pelatih dan motivasi berprestasi atlet kempo Jawa

Tengah berada dalam kategori sangat tinggi. Sumbangan efektif gaya

kepemimpinan transformasional pelatih terhadap motivasi berprestasi

atlet sebesar 33,1% dan sisanya 66,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti sesuai dengan hasil

penelitian, antara lain:

1. Bagi PB PERKEMI Jawa Tengah

PB PERKEMI Jawa Tengah sebaiknya dapat memotivasi

atlet untuk mempertahankan motivasi berprestasinya, dengan cara

memberikan perhatian, arahan dan bimbingan serta pembinaan

psikologis pada setiap atlet sehingga atlet bisa memaksimalkan

prestasinya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

gambaran motivasi berprestasi dan gaya kepemimpinan

transformasional di PERKEMI Jawa Tengah.

2. Bagi pelatih

Pelatih sebaiknya dapat mempertahankan gaya

kepemimpinan transformasional yang ada. Pelatih diharapkan

dapat lebih memperhatikan kebutuhan setiap atlet serta

memperhatikan faktor-faktor lain (seperti kondisi psikologis,

kebutuhan, sasaran, dll) yang ada dalam diri atlet untuk

memaksimalkan motivasi berprestasinya.

Page 19: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

19

3. Bagi atlet kempo Jawa Tengah

Atlet sebaiknya dapat mempertahankan motivasi berprestasi

yang sudah ada. Atlet juga diharapkan dapat lebih membuka diri

tentang kesulitan-kesulitannya dalam berlatih sehingga dapat

meningkatkan produktivitasnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi pihak yang tertarik untuk mengadakan penelitian

lanjut tentang topik yang serupa diharapkan memperhatikan dan

memperbaiki kekurangan yang ada guna mendapatkan

penyempurnaan dari penelitian ini. Mengingat ada 66,9% dari

hasil yang didapat menunjukkan adanya faktor lain yang

mempengaruhi motivasi berprestasi selain gaya kepemimpinan

transformasional, maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan variabel-variabel lain yang belum disertakan

dalam penelitian ini seperti faktor dalam diri atlet itu sendiri

(kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian) serta faktor

situasional (fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh).

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, L. S. (2007). Mental Juara Modal Atlet Berprestasi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C. (1997). Pengantar Psikologi 1 (judul

asli Introduction to Psychology 8th

edition). Jakarta: Erlangga

Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond

Expectations. New York: Free Press

Page 20: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

20

Bass, B. & Avolio, B. (1994). Improving organizational effectiveness

through transformational leadership. Thousand Oaks, CA:

Sage Publications

Burns, J. (1978). Leadership. New York: Harper & Row

Cogan, K. D. & Vidmar, P. (2004). Sport Psychology Library:

Gymnastic. New York: Data Reproductions Corporation

Gould, D. & Weinberg, R. S. (2007). Foundations of Sport and

Exercive Psychology (4th

edition). Champaign, IL: Human

Kinetics

Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi Olah Raga. Jakarta: Gunung Mulia

____________ (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung

Mulia

Handayani, C. S. & Novianto, A. (2006). 40 tahun PERKEMI:

Membangun Masyarakat Tempaan. Jakarta: PB PERKEMI

Hardy, L., Jones, G., Gould, D. (1999). Understanding Psychological

Preparation for Sport :Theory and Practice of Elite

Performers. New York: John Wiley & Sons, Inc Gould, D., &

Weinberg, R. S. (2007). Foundations of Sport and Exercive

Psychology (4th

edition). Champaign, IL: Human Kinetics

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam

Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Page 21: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

21

http://edukasi.kompas.com/read/2009/07/31/18172046/Indonesia.Juara

.Umum.Kejuaraan.Dunia.Kempo

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/10/24/OR/mbm.2005

1024.OR117009.id.html

http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia-juara-umum-

kempo/13828

Hutapea, B. (2010). Studi Komparatif tentang Motivasi Berprestasi

pada Atlet Kempo Propinsi DKI Jakarta Ditinjau dari

Kepribadian. Jurnal Psikobuana. 1,3. 199-209

Lee, M. (1993). Coaching Children in Sport: Principle and Practice.

London: E & FN Spon

Leonardo. (2007). Hubungan antara Gaya Kepemimpinan

Transformasional dengan Motivasi Berprestasi Atlet

Bulutangkis di PB Panorama Solo. Skripsi. Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana

Masi, R. J., Cooke, R. A. (2000). Effect of Transformational

Leadership on Subordinate Motivation, Empowering Norms,

and Organizational Productivity. The International Journal of

Organizational Analysis, 8, 1. 16-47.

McClelland, C. D. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge

University Press

Page 22: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

22

Nawawi, H. (2003). Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

PB PERKEMI. (1990). Buku Pelajaran Kyu IV. Jakarta: PB

PERKEMI

Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B. & Bommer, W. H. (1996).

Transformational leader behaviors and substitutes for

leadership as determinants of employee satisfaction,

commitment, trust, and organizational citizenship behaviors.

Journal of Management. 22. 259-298

Popper, M., & Zakkai, E. (1994). Transactional, Charismatic, and

Transformational Leadership: Conditions Conductive to Their

Predominance. Leadership And Organizational Development

Journal. 15,6. 3-7

Ranupandojo, H & Husnan, S. (2002). Manajemen Personalia.

Yogyakarta: BPFE

Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks,

Kelompok Gramedia

Renstrom, P. & Roax, C. (1988). Clinical implications of sports

injuries. dalam A. Dirix, H. G. Knuttgen, & K. Tittel (Eds) The

olympic book of sports medicine. London: Blackwell

Scientific.

Satiadarma, M. P. (2000) Dasar-dasar Psikologi Olahraga, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

Page 23: Hubungan Antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6735/2/T1_802006059_Full... · mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia ...

23

Situmorang, A. S. (2008). Gaya Kepemimpinan Pelatih Olahraga

dalam Upaya Mencapai Prestasi Maksimal. Jurnal PKR 2.

Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiarto, S. D., Sunaryanto, L. T., Oetomo, D. S. (2003). Teknik

Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Uno, H. B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di

Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Yammarino, F. J. and Bass, B. M., (1990). Longterm forecasting of

transformational leadership and its effects among Naval

Officers: some preliminary findings. In K.E. Clark and M.B.

Clark (Eds.). Measures of Leadeship (26-47). West Orange, NJ:

Leadership Library of America.

Zainun. (1990). Psikologi Perusahaan. Bandung: PT Bintang Jaya