HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN...

download HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9267/2/T1_802012111_Full... · Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna ... Berdasarkan penelusuran

If you can't read please download the document

Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN...

  • HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN

    ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN

    SMK NEGERI 1 SALATIGA

    OLEH

    YEFKRIS LAU

    80 2012 111

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN

    ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN

    SMK NEGERI 1 SALATIGA

    Yefkris Lau

    Chr. Hari Soetjiningsih

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    Abstrak

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

    Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan

    kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini menggunakan seluruh siswi jurusan

    kecantikan yang berjumlah 98 orang sebagai responden. Metode penelitian yang

    digunakan dalam pengumpulan data dengan metode skala, yaitu skala Perfeksionisme

    yang disusun penulis, yang terdiri dari 29 pernyataan, dan skala Kecenderungan

    Anoreksia Nervosa yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982) dan dimodifikasi

    oleh penulis, yang terdiri dari 26 pernyataan. Teknik analisa data yang dipakai adalah

    teknik korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien

    korelasi (r) 0,001 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan

    positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia

    Nervosa. Hal ini bermakna bahwa tingginya Perfeksionisme pada siswa akan diikuti

    dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa yang tinggi.

    Kata Kunci : Perfeksionisme, Anoreksia Nervosa.

  • ii

    Abstract

    The purpose of this study is to determine the relationship between perfectionism

    with tendency of anorexia nervosa on students beauty class at SMK Negeri 1 of

    Salatiga. This research was using all students beauty class as respondent, there are

    amount 98 students. The research method which is used in data collection methods was

    scale method; it was the scale of perfectionism that compiled by writer, which consists

    of 29 statements, and tendency of anorexia nervosa scale developed by Garner dan

    Garfinkel (1982) and modificated by writer, which consists of 26 statements. Data

    analysis technique used is a product moment correlation technique. From the data

    analysis obtained correlation coefficient (r) 0.001; p = 0,000 (p

  • 1

    PENDAHULUAN

    Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

    dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock,

    2003). Pubertas yang dialami remaja mengakibatkan perubahan fisik berupa

    peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk

    tubuh, dan pencapaian kematangan seksual. Remaja perempuan mengalami peningkatan

    jaringan lemak yang membuat tubuh mereka semakin jauh dari kurus ideal (Graber,

    Brooks-Gunn, Paikoff & Warren, 1994; Tobin-Richards, Boxer, Kavrell & Petersen,

    1984; dalam Stice & Whitenton, 2002).

    Bertambahnya berat badan yang dramatis pada remaja putri mengakibatkan

    remaja putri mempersepsikan bahwa diri mereka tersebut dalam kategori gemuk, yang

    pada kenyataanya ukuran berat badan sudah sesuai dengan tinggi badan mereka

    sehingga remaja putri lebih sering melakukan diet untuk mengurangi berat badan

    mereka (Decay & Kenny, 1997). Penilaian diri pada remaja perempuan tentang

    kelebihan berat badan yang mereka miliki dan keinginan mereka untuk menjadi lebih

    kurus dan langsing mengarahkan remaja pada kecenderungan munculnya perilaku

    gangguan makan (Grigg, Bowman, Redman, 1996).

    Salah satu gangguan makan yang dapat muncul yaitu kecenderungan anorexia

    nervosa, yang dapat dartikan sebagai aktivitas untuk untuk menguruskan badan dengan

    melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat (Bunga,

    2012). Remaja dengan kecenderungan anoreksia nervosa sadar bahwa mereka merasa

    lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat

    naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada

    saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka

  • 2

    akan segera merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet

    mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus (Bunga, 2012).

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Vander Wal kepada 2409 remaja perempuan

    didapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat yang

    banyak dilakukan adalah 46.6% remaja perempuan sengaja melewatkan makan

    (sarapan, makan siang, ataupun makan malam), 16% remaja perempuan berpuasa untuk

    menguruskan badan, 12.9% remaja perempuan membatasi atau menolak satu jenis

    makanan atau lebih untuk diet yang ketat, 8.9% remaja perempuan menggunakan pil-pil

    diet atau pil-pil pengurus badan, 6.6% remaja perempuan merokok untuk menurunkan

    berat badan, dan 6.6% remaja perempuan memuntahkan makanan dengan paksa

    (Vander Wal, 2011).

    Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau

    setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan

    pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak

    tubuh adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata

    evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,

    1999 dalam Nevid, 2005).

    Menurut Hill dan Monks (dalam Monks, 2006), remaja sendiri merupakan salah

    satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri. Apabila remaja mengerti bahwa

    badannya tersebut memenuhi persyaratan, maka hal itu akan berakibat positif terhadap

    penilaian dirinya. Menurtu Hamachek (dalam Yao, 2009) sifat positif terkait dengan

    standart yang tinggi dapat dianggap sebagai suatu bentuk orientasi pada kesempurnaan

    (perfeksionism). Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters,

    1996) adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang

  • 3

    tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang

    lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya.

    Hamchek (Peters, 1996) menjabarkan perfeksionisme dalam dua jenis, yaitu

    perfeksionisme normal dan neurotik. Perfeksionisme normal dijabarkan sebagai

    seseorang yang memperoleh perasaan kesenangan atau kenikmatan yang sangat nyata

    dari usaha kerja yang sungguh-sungguh. Sementara perfeksionisme neurotik adalah

    ketika seseorang tidak dapat merasakan kepuasan, dalam pandangan mereka tidak

    pernah terlihat cukup baik sesuai keinginannya.

    Perfeksionisme neurotik ini dipaparkan pula oleh Pachts (Codd, 2001) yang

    menyatakan sikap perfeksionisme merupakan sikap seseorang untuk mencapai

    kesempurnaan yang hampa yang membuat seseorang kacau, dan dihubungkan secara

    signifikan dengan problem psikologi. Problem psikologi tersebut antara lain depresi,

    anorexia nervosa, bulimia, obsessive-compulsive personality disorder, Type A

    coronary-prone behavior, migraine, psychosomatic disorder, panic disorder, dan bunuh

    diri.

    Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di Salatiga, khususnya

    di SMK Negeri 1 Salatiga. Salah satu siswi sekolah tersebut pernah mengalami

    gangguan anorexia nervosa, hal ini menyebabkan siswi tersebut tidak dapat mengikuti

    pelajaran sekolah selama beberapa bulan. Selain itu, pihak guru (Guru BK) SMK Negeri

    1 Salatiga, menambahkan bahwa mereka terkadang mendapati anak didik mereka

    melakukan perilaku diet, tetapi mereka tidak mendata siswa mereka yang melakukan

    perilaku diet, hal ini mereka lihat saat dilaksanakannya upacara sekolah tiap hari senin,

    ada beberapa dari siswa mereka yang pingsan dan terkena anemia, saat di konfirmasi

    dengan pihak siswa yang bersangkutan, ternyata mereka belum makan dan memang

  • 4

    sengaja tidak makan dengan alasan untuk membuat badan mereka menjadi kurus dan

    langsing seperti teman-teman mereka.

    Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi anoreksia nervosa, antara lain faktor

    sosiokultural (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid 2005), faktor keluarga

    (Fabirun dkk, 1997; wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid 2005), faktor biologis (Goode,

    2000 dalam Nevid 2005), faktor psikologis (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid 2005).

    Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi

    kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,

    2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain

    itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan

    anoreksia nervosa ( Halmi dkk, 2000).

    Berdasarkan penelusuran penulis dari beberapa jurnal, maka kaitan antara

    Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa belum banyak diteliti, oleh

    karena itu penulis ingin menyoroti ada atau tidaknya hubungan antara Perfeksionisme

    dengan kecenderungan mengalami gangguan makan yaitu Anorexia Nervosa pada

    remaja perempuan. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Salatiga dikarenakan

    peneliti tertarik untuk melihat fenomena gangguan makan yang terjadi di SMK tersebut,

    sesuai dengan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada

    pihak SMK Negeri 1 Salatiga dan siswanya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik

    untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan

    Anorexia Nervosa pada remaja perempuan di SMK Negeri 1 Salatiga.

    Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diangkat oleh peneliti adalah apakah

    terdapat hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Anoreksia Nervosa

    pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga?. Tujuan penelitian adalah

  • 5

    untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan

    Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.

    Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pembaca tentang topik

    Perfeksionisme dan kecenderungan Anorexia Nervosa. Hasil dari penelitian yang ada

    nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian-penelitian

    selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

    gutu, orang tua atau significant others akan kecenderungan anorexia nervosa yang

    dialami remaja perempuan, apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan

    antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Annorexia Nervosa pada siswi jurusan

    kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    Konsep Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani, an yang artinya

    tanpa, dan orexis yang artinya hasrat untuk. Anorexia artinya tidak memiliki hasrat

    untuk (makanan), yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diantara

    penderita anorexia jarang terjadi (Bunga, 2012). Namun demikian, penderita mungkin

    menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan

    minimal sesuai dengan tinggi badan dan usia mereka. sering terjadi para penderita

    melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Anorexia nervosa

    berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia 12 18 tahun, namun

    kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan (Nevid,

    2005). Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau

    setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan

  • 6

    pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak

    tubuh adalah adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata

    evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,

    1999 dalam Nevid, 2005). Perempuan dengan gangguan makan sering kali melihat diri

    mereka lebih berat dibandingkan dengan perempuan normal lain dengan berat badan

    yang sama (Horne, Van Vactor & Emerson 1991, dalam Nevid 2005).

    Ada dua subtipe umum dari anorexia, yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan

    dan tipe menahan. Tipe pertama yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan ditandai

    oleh episode yang sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya; tipe kedua yaitu

    tipe menahan tidak demikian. Meskipun siklus berulang dari makan banyak dan

    memuntahkannya terjadi pada bulimia, individu penderita bulimia tidak mengurangi

    berat badan mereka sampai tingkat anoreksik (Nevid, 2005). Perbedaan antara subtipe

    anorexia didukung oleh perbedaan dalam pola kepribadian. Individu dengan tipe makan/

    muntah cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan kontrol impuls, dimana

    peningkatan episode makan berlebihan mungkin melibatkan penyalahgunaan atau

    mencuri (Garner, 1993, dalam Nevid 2005). Mereka cenderung untuk berganti-ganti

    antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif. Mereka yang memiliki tipe

    menahan cenderung secara kaku bahkan secara obsesif mengontrol diet dan penampilan

    mereka.

    Diagnosa Anoreksia Nervosa adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis

    dan fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American

    Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV. Beberapa kriteria adalah

    sebagai berikut:

    1. Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi gemuk

  • 7

    2. Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang

    minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya

    3. Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya terlalu gemuk walaupun dirinya

    telah underweight)

    4. Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya 3 siklus

    berturut-turut.

    Deteksi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    Kecendrungan Anorexia Nervosa dapat dideteksi dengan menggunakan Eating

    Attitude Test 26 (EAT 26) yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982). Alat ukur

    tersebut juga pernah digunakan oleh Bunga (2012) dalam penelitiannya untuk

    mengetahui hubungan antara penerimaan diri terhadap kondisi fisik dengan

    kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di sman 1 banjarmasin, dan

    kemudian alat ukur ini dimodifikasi oleh penulis.

    Aspek-aspek kecenderngan Anoreksia Nervosa menurut Garner dan Garfinkel

    (1982) yang diungkap melalui EAT 26, yaitu:

    1. Food preocupation

    Individu memiliki perhatian berlebih (terpaku) terhadap makanan. Contohnya

    ialah individu merasa bahwa makanan mengendalikannya.

    2. Body image for thinness

    Citra tubuh untuk menjadi lebih kurus, salah satu tandanya ialah merasa takut

    mengalami kelebihan berat badan

    3. Vomiting and Laxative abuse

    Upaya untuk mempertahankan berat badan dengan menggunakan obat pencahar

    atau memuntahkan makanan.

  • 8

    4. Dieting

    Membatasi asupan makanan yang dikonsumsi seperti mengonsumsi makanan (diet

    foods) dan tidak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.

    5. Slow eating

    Makan secara perlahan sehingga waktu yang diperlukan lebih lama dari pada

    orang lain dalam menghabiskan makanan.

    Faktor-faktor yang memengaruhi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    Davison et al., 2004 (dalam Nevid, 2005) mengemukakan beberapa faktor yang

    berkontribusi terhadap suatu penyakit atau gangguan anorexia nervosa, antara lain

    sebagai berikut:

    a. Faktor Sosiokultural

    Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari

    masyarakat pada perempuan muda sebagai kontributor terhadap perkembangan

    gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid, 2005).

    b. Faktor Keluarga

    Gangguan makan, anoreksia nervosa sering kali berkembang dari adanya konflik

    dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).

    Keluarga dari perempuan dengan anoreksia cenderung lebih sering mengalami

    konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan namun

    lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun

    dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).

  • 9

    c. Faktor Biologis

    Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga

    ditemukan pada depresi. Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan

    dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita

    anoreksia nervosa kemungkinan terbesar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak

    (Goode,2000 dalam Nevid, 2005).

    d. Faktor Psikologis

    Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam anorexia

    nervosa. (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid, 2005). Ketidakpuasan terhadap

    tubuh dapat menghasilkan usaha usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri

    dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang

    diinginkan.

    Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi

    kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,

    2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain

    itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan

    anoreksia nervosa. Sarah J dkk, (2013) menjelaskam tetang Kecemasan sebagai

    Mediator Antara Perfeksionisme dan gangguan makan. Halmi dkk, (2000) dalam

    penelitiannya menemukan bahwa Semakin perfeksionisme remaja perempuan maka

    semakin tinggi pula kecenderungan untuk mengalami gangguan makan anoreksia

    nervosa.

  • 10

    Definisi Perfeksionisme

    Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah

    keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri

    sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki

    pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi. Definisi ini juga dipakai

    oleh Hill (Hill dkk., 2004).

    Dimensi Perfeksionisme

    Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasrkan konsep Perfectionism

    Inventory (PI) oleh Hill, dkk (2004) yang pernah digunakan Adi Kurniawan (2012) dan

    kemudian dimodifikasikan oleh penulis sesuai tujuan penelitian yang mencakup 2 aspek

    orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), yakni:

    1. Conscientious perfectionism

    Ini merupakan dimensi adaptif atau dimensi posotif dari perfeksionisme. Adapun

    indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan untuk meminta ihak lain memiliki

    standar yang sama, kecenderungan untuk rapi dan teratur, kecenderungan untuk

    merencanakan di awal atau membicarakan keputusan sebelum diambil,

    kecenderungan untuk mengejar hasil yang sempurna atau berstandar tinggi.

    2. Self-Evaluative perfectionism

    Ini merupakan dimensi maladaptif atau dimensi negatif dari orientasi pada

    kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan

    mengalami stress atau kecemasan akibat kesalahan yang dibuat, kecenderungan

    untuk mendapatkan validasi dari orang lain atau sensitif terhadap kritik,

    kecenderungan merasa perlu tampil sempurna untuk mendapatkan penerimaan dari

  • 11

    lingkungan sekitar, kecenderungan khawatir menegenai kesalahan yang dibuat di

    masa lalu atau kesalahan di masa depan.

    METODE

    Partisipan

    Responden penelitian ini adalah seluruh siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri

    1 Salatiga yang berjumlah 98 orang. Semua responden berjenis kelamin perempuan

    dengan usia berkisar 15-18 tahun. Siswa kelas 10 berjumlah 36 orang, siswa kelas 11

    berjumlah 32 orang dan siswa kelas 12 berjumlah 30 orang.

    Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala. Skala pertama

    yaitu skala kecenderungan Anoreksia Nervosa. Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    diukur dengan menggunakan Eating Attitude Test 26 (EAT 26) disusun oleh Garner dan

    Garfinkel (1982). Alat ukur tersebut pernah digunakan oleh Bunga (2012) dan

    kemudian dimodifikasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 26 pernyataan. Dari jumlah

    tersebut, 9 pernyataan yang mengacu pada perilaku dieting siswa, 6 pernyataan yang

    mengacu pada food preoccupstion, 5 pernyataan mengenai Vomiting and laxative abuse,

    5 pertanyaan Body image for thinness, dan 1 pertanyaan mengenai slow eating. Untuk

    keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan frekuensi berikut: Jarang = 0,

    kadang-kadang = 1, sering = 2, dan selalu = 3.

    Bagian kedua yaitu sakala Perfeksionisme. Perfeksionisme di ukur dengan

    menggunakan Perfectionism Inventory (PI) yang diciptakan Hill, dkk (2004) yang

    terdiri dari 29 pernyataan. Dari jumlah tersebut, 12 pernyataan yang mengacu pada

    Conscientious perfectionism, selanjutnya 17 pertanyaan yang mengacu pada Self-

  • 12

    Evaluative Perfectionism. Untuk keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan

    frekuensi berikut: 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS), 2 = Tidak Sesuai (TS), 3 = Sesuai

    (S), dan 4 = Sangat Sesuai (SS).

    Reliabilitas dan Seleksi Item

    Skala diuji kelayakan kalimat terlebih dahulu terhadap 8 siswi pada hari selasa 4

    Agustus 2015. Setelah diperoleh data uji coba, skala direvisi dan disebar ke 98

    pratisipan selama 2 hari sekolah yaitu senin 10 Agustus 2015 dan selasa 11 Agustus

    2015 di SMK Negeri 1 Salatiga. Dari 98 buku Skala yang disebar dapat dikumpulkan

    kembali semuanya.

    1. Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Kecenderungan Anoreksia

    Nervosa dilakukan dengan dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan

    item pada putaran pertama dengan 26 item, didapatkan 4 item gugur yaitu item 15, 16,

    17, dan 21. Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

    0,898 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid

    menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

    pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak

    antara 0,333-0,696 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.

    2. Skala Perfeksionisme

    Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Perfeksionisme dilakukan dengan

    dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada putaran pertama

    dari Perfeksionisme dengan 29 item didapatkan 3 item gugur yaitu item 24, 25, dan 26.

    Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,939 yang

  • 13

    berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid

    menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

    pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak

    antara 0,436-0,697 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.

    Prosedur Penelitian

    Melalui proses pengumpulan data, maka diperoleh data kasar, kemudian data

    tersebut dianalisis dengan metode Product moment korelasi Pearson.. Penggunaan

    metode ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Pefeksionisme

    dengan kecenderungan anorexia nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri

    1, Salatiga. Analisa data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka yang dianalisis

    dengan memanfaatkan fasilitas komputerisasi SPSS versi 20 for windows. Apabila nilai

    sig. < 0,05 maka ada korelasi yang signifikan, sementara apabila nilai sig. > 0,05 maka

    tidak ada korelasi yang signifikan.

    HASIL PENELITIAN

    UJI Deskriptif

    1. Variabel Kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN)

    Variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN) memiliki skala yang berisi 22

    item dengan nilai berjenjang antara nilai 0 hingga nilai 3, dan memiliki mean sebesar

    35,28 dengan standar deviasi 9,054 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang

    memperoleh nilai empirik minimum sebesar 9 dan maksimum 62. Untuk menentukan

    tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa, peneliti

    menggunakan 4 (empat) kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka

  • 14

    skor hipotetik maksimum 3x22 item valid = 66 dan skor minimum 0x22 item valid = 0,

    maka intervalnya adalah 16,5 (diperoleh dari perhitungan Interval).

    Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala KAN dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1.

    Kategorisasi Pengukuran Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa

    No. Interval Kategori Mean N Presentase

    1. 0 < X < 16,5 Rendah 3 3,061%

    2. 16,5 < X < 33 Sedang 32 32,65%

    3. 33 < X < 49,5 Tinggi 35,28 59 60,204%

    4. 49,5 < X < 66 Sangat Tinggi 4 4,085%

    Jumlah 98 100%

    SD = 9,054 Min = 9 Max = 62

    Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa 4 orang memiliki skor KAN yang

    berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 4,085%, 59 orang memiliki skor

    KAN pada kategori tinggi dengan presentase 60,204%, 32 orang memiliki skor KAN

    pada kategori sedang dengan presentase 32,65%, dan 3 orang memiliki skor KAN pada

    kategori rendah dengan presentase 3,061%. Berdasarkan rata-rata KAN siswa berada

    pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar

    9 sampai dengan skor maksimum sebesar 62 dengan standar deviasi 9,054.

    2. Variabel Perfeksionisme

    Variabel Perfeksionisme memiliki skala yang berisi 26 item dengan nilai berjenjang

    antara nilai 1 hingga nilai 4. dan memiliki mean sebesar 42,98 dengan standar deviasi

    13,460 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang memperoleh nilai empirik minimum

    sebesar 26 dan maksimum 104 (Lihat tabel 1). Untuk menentukan tinggi rendahnya

  • 15

    hasil pengukuran variabel Perfeksionisme, peneliti menggunakan 4 (empat) kategori

    yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 4x26

    item valid = 104 dan skor minimum 1x26 item valid = 26, maka intervalnya adalah 19,5

    (diperoleh dari perhitungan Interval). Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala

    Perfeksioniseme dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2.

    Kategorisasi Pengukuran Skala Perfeksionisme

    No. Interval Kategori Mean N Presentase

    1. 26 < X < 45,5 Rendah

    39

    39,795%

    2. 45,5 < X < 64,5 Sedang 48,52

    52

    53,061%

    3. 65 < X < 84,5 Tinggi 5 5,102%

    4. 85,5 < X < 104 Sangat Tinggi 2 2,042%

    Jumlah

    98

    100%

    SD = 13,460 Min = 26 Max = 104

    Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor

    Perfeksionisme yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 2,042%, 5

    orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

    5,102%, 52 orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori sedang

    dengan prensentase 53,061%, dan 39 orang memiliki skor Perfeksinisme pada kategori

    rendah dengan presentase 39,795%. Berdasarkan rata-rata Perfeksionisme siswa berada

    pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar

    26 sampai dengan skor maksimum sebesar 104 dengan standar deviasi 13,460.

  • 16

    Uji Normalitas

    Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov.

    Tabel 3.

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    KAN PERFEKSIONISME

    N 98 98

    Normal Parametersa,b

    Mean 35,28 48,52

    Std.

    Deviation 9,054 13,460

    Most Extreme Differences

    Absolute ,106 ,082

    Positive ,090 ,082

    Negative -,106 -,073

    Kolmogorov-Smirnov Z 1,051 ,809

    Asymp. Sig. (2-tailed) ,220 ,530

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan Kolmogorof smirnov pada

    tabel 4 diatas, dapat diketahui kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel

    kecenderungan Anoreksia Nervosa memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,051 dengan nilai

    signifikansi sebesar 0,220 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka

    distribusi data berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel Perfeksionisme

    yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,809 dengan nilai signifikansi sebesar 0,530

    (p>0,05), dengan demikian data Perfeksionisme juga berdistribusi normal.

  • 17

    Uji Linearitas

    Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

    dan variabel terikat, untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan

    variabel terikat atau tidak.

    Tabel 4.

    Hasil Uji Linearitas antara Perfeksionsieme dengan Kecenderungan Anoreksia

    Nervosa

    ANOVA Table

    Sum of

    Squares

    df Mean

    Square

    F Sig.

    KAN *

    PERFEKSIO

    NISME

    Between

    Groups

    (Comb

    ined) 5899,445 39 151,268 4,275 ,000

    Within Groups 2052,117 58 35,381

    Total 7951,561 97

    Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 4,275 dengan sig.= 0,000 (p

  • 18

    Tabel 5.

    Hasil Uji Korelasi antara Perfeksionism dengan Kecenderungan Anoreksia

    Nervosa

    Correlations

    KAN PERFEKSIONISME

    KAN

    Pearson

    Correlation 1 ,363**

    Sig. (1-tailed) ,000

    N 98 98

    PERFEKSIONI

    SME

    Pearson

    Correlation ,363** 1

    Sig. (1-tailed) ,000

    N 98 98

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

    Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa siswa kecantikan SMK

    Negeri 1 Salatiga sebesar 0,01 dengan signifikansi = 0,000 (p

  • 19

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara Perfeksionisme dengan

    Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan kecantikan di SMK Negeri 1

    Salatiga, dari hasil uji korelasi yang sudah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan nilai

    korelasi sebesar 0,001 dengan signifikansi = 0,000 (p

  • 20

    Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah

    keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri

    sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki

    pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi.

    Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

    sebagian besar siswa jurusan kecantikan SMK Negeri 1 memiliki Perfeksionisme

    sebesar 53,61% . Sedangkan untuk Kecenderungan Anoreksia Nervosa, sebagian besar

    siswa memiliki skor 60,204%.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan

    Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK

    Negeri 1 Salatiga.

    2. Sumbangan efektif Perfeksionisme terhadap Kecenderungan anoreksia nervosa

    sebesar 53,61%, sedangkan sisanya 46,39% dipengaruhi oleh faktor lain.

    3. Sebagian besar siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga memiliki

    tingkat Perfeksionisme pada kategori sedang dan sebagian besar (60,204%)

    mempunyai Kecenderungan anoreksia nervosa pada kategori tinggi.

  • 21

    Saran

    Adapun saran peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Bagi orang tua atau significant others dari siswi yang memiliki Kecenderungan

    Anorexia Nervosa

    Penelitian ini telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

    perfeksionisme dengan kecenderungan anorexia nevosa pada siswi SMK N 1 Salatiga.

    Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme semakin tinggi pula kecendrungan

    anorexia nervosa pada siswi. sehingga penting bagi orangtua atau significant others

    untuk menyadari tingkat Perfeksionisme siswi dan melakukan pengawasan terhadap

    perilaku-perilaku yang merujuk pada kecenderungan anorexia nervosa. Hal tersebut

    dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan, yaitu gangguan makan

    (eating disorder).

    2. Bagi penelitian selanjutnya.

    Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang

    dapat mempengaruhi antara Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan

    kecantikan selain Perfeksionisme, seperti faktor konsep diri, dan lainnya.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Antony, M.,& Swinson, R.(2009). When perfect isnt good enough: strategies for

    coping with perfectionism. Oakland: New Harbnger Publication.

    Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

    Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Brown, J.

    Boeren, A. (2013). Perfectionism in anorexia nervosa: a literature review. Netherlands:

    Tilburg University.

    Bunga, P. (2012). Hubungan antara penerimaan terhadap kondisi fisik dengan

    Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin

    (Tesis). Universitas Airlangga.

    Burns, R. B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

    Jakarta: Arcan.

    Davidson., Gerald, C., Neale., John, M., Kring., Ann, M. (2006): Psikologi Abnormal.

    Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    E, et. al. (2005). Nutrition Through The Life Cycle 2nd edition. United States of

    America: Thomson Wadsworth.

    Flett, G.L, Balnkstein, K.R., Hewitt, P.L., & Koledin, S. (1992). Component of

    perfectionism and procarastination in college students. Social Behavior and Personality,

    20 (2), 85-94.

    Garner, M. D., Olmsted, P., Bohr, Y., & Garfinkel, E. P. (1982). The eating attitude test:

    Psychometric feauters and clinical correlates. Journal of Psychological Medicine, 12,

    pp: 871-878.

    Grigg, M., Bowman, J., Redman, S. (1996). Disordered Eating and Unhealthy Weight

    Reduction Practice Among Adolescent Females. Article of Preventive Medicine, No.

    011, 871-878.

    Gunawinata, V.A.R., Nanik, Lasmono, H.K. (2008) Perfeksionisme, prokrastinasi

    akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Anima, Indonesia Psychological

    Journal, 23, 256-257.

    Halmi, A.K., Sunday, R.S., Michael, S., Kaplan, A., Fichter, M., Treasure, J., et al.

    (2000). Perfectionism in anorexia nervosa: variation by clinical subtype obsessionality,

    and pathological eating behavior, (157), pp: 1799-1806.

  • 23

    Hill, R.W., Huelsman, T.J., Furr, R.M., Kibler, J., Vimcente, B.B., & Kennedy, C.

    (2004) A new measure of perfectionism: The perfectionism Inventory. Journal of

    Personality Assesment, 82, 80-91.

    Hjelle, L. A. & Zielgar, O.J. (1992). Personality Theories Basic Assumtions, Research

    & Applications. Singapore: Mc Graw Hill International Book Company.

    Hurlock, E. B. (1983). Personality Development. New York: Mc Graw-Hill.

    Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

    Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

    Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

    Kehidupan. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

    Johnson, David W., (1993), Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self

    Actualization, fith edition, USA, Allyn and Bacon.

    Kaur, H., & Kaur. J., (2011). Perfectionism and procrastination: cross cultural

    perspective. FWU Journal of Social Sciences, 5, 34-50.

    Kurniawan, A. (2012). Pengaruh orientasi pada kesempurnaan (Perfectionism) dan

    efikasi diri (Self Efficacy) terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa fakultas psikologi

    uksw (Tesis). Universitas Kristen Satya Wacana.

    Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi Perkembangan:

    Pengantar dan Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Universiti Press.

    Nevid, J. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual (4th Ed). Sydney: Midland Typesetter.

    Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi

    kelima). (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

    Santrock. J. W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

    Stice, E. Whitenton, K. (2002). Risk factors for body dissatisfaction in adolescent girls:

    a longitudinal investigation. Journal of Developmental Psychology, 38, (5), pp: 669-

    678.

    Trihn, My., Marsh, W. H, Halse, C. (2000). Adolescent Anorexia Nervosa and Self

    Concept [R]. SELF Research Centre. Australia:University of Western Sydney.

    Vander Wal, S. J. (2011). Unhealthy Weight Control Behaviors Among Adolescents:

    Journal of Health Psychology. 24, (6), pp:713-727.