HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN STRESS DENGAN...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
Transcript of HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN STRESS DENGAN...
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN STRESS DENGANKEJADIAN DISMENORE PADA MAHASISWI DIII
KEBIDANAN AKBID PELITA IBU KENDARITAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Terapan Kebidanan
Oleh :NUR PRATIWI PASAENO
P00312016135
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARIJURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV
TAHUN 2017
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS1. Nama : Nur Pratiwi Pasaeno
2. Tempat/Tanggal lahir : Kendari, 8 Mei 1992
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Kel. Petoaha, Kec. Nambo Kota Kendari
7. e-Mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN1. SD Negeri 18 Abeli : Tamat Tahun 2004
2. MTS Pesri Kendari : Tamat Tahun 2007
3. MA Pesri Kendari : Tamat Tahun 2010
4. Akademi Kebidanan Pelita Ibu kendari : Tamat Tahun 2013
5. Terdaftar sebagai mahasiswi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D IV Kebidanan
Tahun 2016 – Sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
antara Obesitas dan Stress dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswa
DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017”. Skripsi ini
merupakan tugas akhir dan disusun berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Akbid Pelita Ibu Kendari yang bertujuan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Terapan Kebidanan.
Penulis menyadari keberhasilan dalam menulis skripsi ini tidak
luput dari bantuan semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Dr.Ir. Sukanto Toding, MSP,MA selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
vi
4. Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku Ketua Jurusan Prodi D IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari.
5. Sitti Aisa, Am. Keb, S.Pd, M.Pd dan Nasrawati, S.Si.T, MPH selaku
pembimbing skripsi
6. Dr.Nurmiaty, S.Si.T.,M.PH, Hendra Yulita, SKM.,M.PH dan
Hj.Nurnasari. SKM., M.Kes. Selaku penguji atas segala bimbingan,
bantuan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama
menyelesaikan proposal penelitian.
7. Seluruh Dosen Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang
telah dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama mengikuti pendidikan dan seluruh staf dan tata usaha yang
telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
8. Kepada Ayahanda Alm.Tasrun Ladatu dan ibunda Hasriani, A.Ma
orang tuaku tercinta terima kasih atas asuhan, didikan dan kasih
sayangnya, serta dukungan moril dan materil kepada penulis
sehingga bisa seperti sekarang ini.
9. Kepada saudariku Eva Epriyanti Pasaeno, SE dan Tri Letari Pasaeno
dan sahabatku Yunita Andriani, SST dan Ode iis satyaningsih, SST
atas dukungannya dan terkhusus Muh Rizky bafadhal, S.Kom terima
kasih atas perhatian dan doanya selama ini .
10. Kepada teman- teman seperjuangan angkatan 2016-2017 tercinta.
vii
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Kendari, Desember 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iiiDAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................ivKATA PENGANTAR ................................................................................. vDAFTAR ISI.............................................................................................viiiDAFTAR GAMBAR................................................................................... xDAFTAR TABEL .......................................................................................xiDAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xiiINTISARI .................................................................................................xiiiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian.......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka ..............................................................................10
1. Tinjauan umum Tentang Menstruasi ........................................10
2. Tinjauan umum Tentang Dismenore.........................................14
3. Tinjauan umum Tentang Obesitas............................................24
4. Tinjauan umum Tentang Stress................................................29
B. Landasan Teori ..............................................................................37
C. Kerangka Teori...............................................................................40
D. Kerangka Konsep...........................................................................41
E. Hipotesis Penelitian........................................................................41
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ..............................................................................42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................42
ix
C. Populasi dan Sampel .....................................................................42
D. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................44
E. Definisi Operasional .......................................................................44
F. Instrument Penelitian .....................................................................46
G. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................48
H. Pengolahan dan Analisis data .......................................................48
I. Jalannya Penelitian ........................................................................50
J...Etika Penelitian...............................................................................51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ..............................................................................53
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................53
2. Karateristik Responden..............................................................55
3. Hasil Analisis Univariat ..............................................................56
4. Hubungan Obesitas dan Kejadian Dismenore ...........................58
5. Hubungan Stress dan Kejadian Dismenore ...............................59
B. Pembahasan..................................................................................59
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................67
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ....................................................................................68
B. Saran .............................................................................................69
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori……………………………………………… 40Gambar 2. Kerangka Konsep……………...…………………………….41
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Tabel 2.Tabel 3.Tabel 4.Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Ambang Batas IMT Menurut Depkes RI……...……………….Ambang Batas IMT Menurut WHO…………………….……....Definisi Operasional ………………………………………….....Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Stres...…...………………………...Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, LamaMenstruasi, Tempat Tinggal dan Daerah Asal………….….…Distribusi Frekuensi Analisis Univariat pada Mahasiswa DIIIKebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017…..………..Tabel Silang Hubungan Obesitas dengan KejadianDismenore pada Mahasiswa DIII Kebidanan Akbid Pelita IbuKendari Tahun 2017…………………......................................Tabel Silang Hubungan Stress dengan Kejadian Dismenorepada Mahasiswa DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu KendariTahun 2017…………………....................................................
26264547
55
57
58
59
xii
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Lampiran 2.Lampiran 3.Lampiran 4.Lampiran 5.Lampiran 6.Lampiran 7.Lampiran 8.
Lembar Persetujuan Menjadi RespondenKuesionerKuesioner DASS 42Master Tabel Hasil PenelitianHasil Uji Analisis dengan Uji chi squareSurat Permohonan Izin Studi PendahuluanSurat Permohonan Izin PenelitianSurat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xiii
INTISARI
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN STRESS DENGAN KEJADIANDISMENORE PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN
AKBID PELITA IBU KENDARITAHUN 2017
Nur Pratiwi Pasaeno1, Sitti Aisa2, Nasrawati2
Latar Belakang : Salah satu gangguan menstruasi yang paling seringdialami oleh remaja perempuan adalah dismenore. Dampak daridismenore dapat berupa gangguan aktifitas yang menyebabkan absenkerja atau tidak sekolah/kuliah. Faktor risiko yang berhubungan denganKejadian dismenore antara lain adalah obesitas dan stress.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Hubunganantara Obesitas dan Stress dengan Kejadian Dismenore pada MahasiswiDIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017.
Metode penelitian : Metode survey analitik dengan desain cross sectional.Jumlah populasi sebanyak 283 orang mahasiswa dan jumlah sampelsebanyak 74 mahasiswa dengan teknik pengambilan sampel stratifiedrandom sampling dan analisis statistic dengan uji chi square.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil analisa data diperoleh nilai X2 hitung =6,402 dan X2 tabel = 3,841. menunjukan bahwa ada hubungan antaraObesitas dan stress dengan Kejadian Dismenore yang dilihat dari ujistatistic obesitas, Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.
Kesimpulan. Ada hubungan antara Obesitas dan Stress dengan Kejadiandismenore.
Saran. Disarankan kepada mahasiswa untuk menyeimbangkan asupannutrisi, olahraga secara teratur, gunakanlah waktu minimal seminggusekali untuk rekreasi, dan mengubah sikap hidup yang negatif menjadilebih positif.
Kata Kunci : Obesitas, Stress, Dismenore.
1 Mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kendari2 Dosen Poltekkes Kendari
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan menstruasi umumnya dialami oleh remaja perempuan
dan 75% dari kebanyakan remaja perempuan pernah mengalami masalah
yang berhubungan dengan menstruasi. Salah satu gangguan menstruasi
yang paling sering dialami oleh remaja perempuan adalah dismenore.
Nyeri yang dirasakan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga
beberapa perempuan mengkonsultasikannya pada tenaga kesehatan
(Saryono, 2009).
Dampak dari dismenore dapat berupa gangguan aktifitas yang
menyebabkan absen kerja atau sekolah. Dismenore adalah penyebab
nomor satu alasan ketidakhadiran mahasiswi di Amerika Serikat.
Penelitian yang dilakukan oleh French (2005) mengungkapkan bahwa
dismenore mempengaruhi performa akademik, sosial dan aktivitas
olahraga mahasiswi. Mahasiswi yang mengalami dismenore akan
cenderung kurang aktif dan kurang konsentrasi ketika mengikuti
pembelajaran. Dismenore juga berdampak pada penurunan kualitas hidup
wanita usia subur. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat,
10% wanita yang mengalami dismenore tidak dapat melanjutkan
pekerjaannya. Hal ini selanjutnya berdampak pada kerugian ekonomi
wanita usia subur dan kerugian ekonomi nasional yang mencapai 2 miliar
USD karena kehilangan 600 juta jam kerja (Celik, 2009).
2
Dismenore juga memiliki dampak secara klinis jika tidak ditangani
dengan baik. Dismenore merupakan nyeri pada daerah sekitar abdomen
sehingga terkadang sulit membedakan antara dismenore primer dan
sekunder. Nyeri pada saat menstruasi juga merupakan manifestasi klinis
berbagai penyakit kandungan seperti torsi kista, mioma bertangkai,
penyakit infeksi genitalia, tumor kandungan atau bahkan tanpa kelainan
(fisiologis) pada dismenore primer (Manuaba, 2010).
Dismenore akibat kontraksi rahim menjadi salah satu masalah
kesehatan yang paling sering dialami remaja perempuan. Pemerintah
Indonesia telah berupaya mengatasinya dengan membentuk Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini dapat dilaksanakan di
puskesmas, rumah sakit, maupun tempat-tempat di mana remaja sering
berkumpul. Menurut penelitian yang dilakukan Arsani et al (2013)
didapatkan bahwa pelaksanaan PKPR belum terlaksana dengan baik
karena terkendala kurangnya tenaga kesehatan untuk PKPR dan
kurangnya penerimaan remaja.
Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mengatasi masalah
dismenore di kalangan remaja, penyebab dismenore hingga kini belum
diketahui secara pasti. Namun dalam penelitian Okoro (2013) dijelaskan
beberapa faktor risiko terjadinya dismenore yakni usia, paritas, lama
menstruasi, stress, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan Gizi atau
Obesitas. Salah satu faktor yang paling dekat dengan mahasiswa adalah
stress. Stres merupakan salah satu faktor psikologis manusia di mana
3
faktor ini dapat menyebabkan suplai darah tidak lancar sehingga terjadi
defisiensi oksigen di uterus dan meningkatkan produksi serta merangsang
sekresi prostaglandin (PGs) di uterus (Silvana, 2012). Menurut penelitian
Kusumadewi (2010), ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat
stress dengan kejadian dismenore pada remaja (p value= 0,045).
Faktor risiko dismenore saling berkaitan dengan tren remaja saat ini.
Pola hidup sedentaris (sedentary lifestyle) yang kurang aktifitas fisik serta
pola konsumsi makanan cepat saji (fastfood) yang tinggi energi
merupakan tren yang berkembang pada remaja saat ini. Tren tersebut di
antaranya berdampak pada kejadian gizi lebih pada remaja atau obesitas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi. et al (2013) Gizi lebih
(obesitas dan overweight) pada remaja sebesar 35,2% dan secara umum
lebih tinggi pada perempuan 37,8% dibandingkan laki-laki 32,3%.
(Ratnawati, 2012).
Gizi atau obesitas merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
nyeri perut atau dismenore. hal ini didukung dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan atau junk
food. Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon
prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau
dismenore.. Singh et.al (2008) dan Suliawati (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa remaja perempuan yang memiliki kategori indeks
massa tubuh overweight atau obesitas lebih berisiko untuk mengalami
4
dismenore dari pada remaja perempuan dengan Indeks massa tubuh
underweight.
Faktor risiko dismenore dari segi psikologis adalah tingkat stress.
Penelitian yang dilakukan oleh Faramazi (2014) mendapati bahwa
mahasiswa yang mengalami stress 2 kali lebih berisiko untuk mengalami
dismenore daripada mereka yang tidak. hal tersebut berkaitan dengan
adanya respon neuroendokrin yang akan meningkatkan sekresi
prostaglandin yang akan menyebabkan dismenore (Hendrik, 2006).
Prevalensi dismenore paling banyak dialami oleh remaja
pertengahan (14-16 tahun) dan remaja lanjut (17-21 tahun) dengan
estimasi sekitar 60-90%. Dalam sebuah penelitian di Swedia
mengungkapkan bahwa prevalensi dismenore mencapai 90% pada
perempuan berusia 19 tahun dan 67% terjadi pada umur 21 tahun (Okoro,
2013). Menurut data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425
jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenore dan 10-15% di antaranya
mengalami dismenore berat.
Perempuan yang mengalami dismenore di Indonesia dari derajat
ringan sampai berat mencapai 74,1% namun jumlah perempuan yang
mengkonsultasikan ke tenaga kesehatan hanya 1-2%. Sekitar 50%
wanita yang haid mengalami dismenore dan 10% diantaranya mempunyai
gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat di tempat tidur
(Ermiatun, 2011).
5
Akbid Pelita Ibu merupakan Akademi kebidanan yang menerapkan
strategi pembelajaran yang menuntun mahasiswa mencapai
kompetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif,
kooperatif dan mandiri. Namun, jika mahasiswi mengalami dismenore
pada saat proses pembelajaran akan menyebabkan menurunnya
konsentrasi dan keaktifan mahasiswa.
Mahasiswa DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu berasal dari berbagai
daerah di Sulawesi Tenggara. Kebanyakan mahasiswi yang berasal dari
luar daerah akan menyewa kost selama menempuh pendidikan. Hal
tersebut membuat mahasiswi akan cenderung memiliki pola makan yang
tidak teratur dan mengkonsumsi makanan cepat saji (fastfood) Gizi yang
tidak seimbang akan menyebabkan kelebihan (overweight) atau
kekurangan gizi (underweight) (Oktaviani, 2012). Selain itu, sebagian
besar waktu mahasiswa dipenuhi dengan proses perkuliahan dan
berbagai tugas sehingga membuat mahasiswa dekat dengan stress.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 mahasiswi
DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari semester III dan V dengan
wawancara sederhana pada tanggal 20 April 2017, terdapat sebanyak 20
mahasiswi (100%) pernah mengalami dismenore dalam 6 bulan terakhir.
Sebanyak 15 mahasiswi (75%) yang mengalami dismenore mengatakan
mengalami gangguan aktivitas sehari-hari ketika mengalami dismenore.
Gangguan aktivitas yang sering dialami adalah kurangnya konsentrasi
belajar sebanyak 11 mahasiswi (73,4%), kurang aktif di kelas sebanyak 3
6
mahasiswi (20%) dan 1 mahasiswi (6,6%) pernah tidak hadir saat
perkuliahan. Oleh karena itu, penelitian ini akan berusaha
mengungkapkan dismenore dan hubungannya dengan obesitas dan
tingkat stress mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah
yaitu “Adakah Hubungan antara Obesitas dan Stres dengan Kejadian
dismenorea pada Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita
Ibu Kendari Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan antara Obesitas dan Stres dengan
Kejadian dismenorea pada Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi
Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Obesitas pada Mahasiswi DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
b. Mengetahui tentang tingkat Stress pada Mahasiswi DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
c. Mengetahui tentang kejadian dismenorea pada Mahasiswi DIII
Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
d. Mengetahui hubungan Obesitas dengan kejadian dismenorea pada
Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari
7
e. Mengetahui hubungan stress dengan kejadian dismenorea pada
Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan bagi
pengembangan ilmu kebidanan khususnya tentang obesitas dan
stress dengan kejadian dismenorea.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi
masyarakat setempat utamanya bagi remaja dan mahasiswa.
3. Manfaat bagi peneliti
Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Obesitas
dan stress dengan kejadian dismenorea ,serta merupakan
pengalaman berharga dalam mencoba mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penetilian kepustakaan yang sudah peneliti
lakukan, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah :
1. Yunita Andriani (2014) dengan judul “Hubungan Indeks massa
tubuh, stress, dan aktivitas fisik dengan Tingkat Dismenore pada
Mahasiswi DIII Kebidanan Semester II STIKES ‘Aisyiyah
Yogyakarta” Metode penelitian yang digunakan adalah
8
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. dengan
populasi 129 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 129 orang.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling..
Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel
dengan strativife random Sampling, dan variabel yang diteliti adalah
Obesitas dan stress.
2. Meilina Intan Dewi Saputri (2011) dengan judul “Hubungan antara
Stres dengan Kejadian Dismenorea pada Siswi SMKN 1
Karanganyar” Metode penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik proportional cluster
random sampling, Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada
teknik pengambilan sampel dengan strativife random Sampling,
penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada mahasiswi DIII
Kebidanan, dan variabel yang diteliti adalah Obesitas dan stress.
3. Astrida Rakhma (2012) dengan judul “ Gambaran derajat
dismenore dan upaya penanganannya pada siswi Sekolah
Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat” perbedaan dari
penelitian ini adalah Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain deskriftif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
simple random sampling dalam penelitian ini tidak ada analisis
hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan variable
terikat penelitian, penelitian ini bersifat umum yang membutuhkan
9
jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik
yang digunakan adalah deskriptif . Perbedaan dengan penelitian ini
yaitu pada teknik pengambilan sampel dengan strativife random
Sampling, penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada mahasiswi
DIII Kebidanan, dan variabel yang diteliti adalah Obesitas dan
stress.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan tentang Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menstruasi atau perdarahan periodik normal uterus merupakan
fungsi fisiologis yang hanya terjadi pada primata betina. Pada dasarnya
menstruasi adalah proses katabolisme yang terjadi dibawah pengaruh
hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama disebut menarche,
biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Berakhirnya menstruasi,
menopause, normalnya terjadi pada usia 49-50 tahun (Benson, 2008).
b. Siklus Menstruasi
Menurut Manuaba (2009), siklus menstruasi merupakan pola
bulanan ovulasi dan menstruasi, di mana ovulasi adalah proses pelepasan
ovum yang matang dari ovarium dan menstruasi adalah proses peluruhan
darah, lendir, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik dengan rata-
rata jumlah kehilangan darah 50 ml.
Selama masa reproduksi, secara umum siklus menstruasi teratur
dan tidak banyak mengalami perubahan. Variasi panjang siklus semakin
bertambah usia semakin menyempit, semakin mengecil variasi panjang
siklusnya, dan rerata panjang siklus pada usia 40-42 tahun mempunyai
rentang variasi yang paling sedikit.
11
Pada perempuan dengan indeks massa tubuh yang terlalu tinggi
(gemuk) atau terlalu rendah (kurus), rerata panjang siklus semakin
meningkat. Variasi panjangnya siklus menstruasi merupakan manifestasi
klinik variasi panjang fase folikuler di ovarium, sedangkan fase luteal
mempunyai panjang yang tetap berkisar antara 13-15 hari.
Pada usia 25-35 tahun lebih dari 60% mempunyai panjang siklus
haid 28 hari, dengan variasi antara siklus haid sekitar 15%. Kurang dari
1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan panjang kurang
dari 21 atau lebih dari 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan yang
mempunyai siklus haid yang tidak teratur.
Siklus menstruasi dikontrol oleh sekelompok hormon, teruatama
estrogen dan progesterone. Kedua hormon tersebut dikeluarkan secara
siklik oleh ovarium pada masa reproduksi di bawah kontrol dua hormon
gonadotropin, yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) yang merupakan stimulasi dari hipotalamus. Di bawah
pengaruh hormon-hormon tersebut, terjadi perubahan pada dinding
endometrium rahim selama siklus menstruasi. Perubahan pada dinding
endometrium selama siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase yaitu fase
proliferasi, fase sekretori, dan fase menstruasi sendiri (Manuaba, 2009).
c. Gangguan Menstruasi
Pembagian gangguan menstruasi menurut Manuaba (2009) dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Gangguan dalam jumlah darah
12
a) Hipermenorea (menoragia)
Menoragia ialah banyaknya volume darah yang keluar saat
menstruasi dapat disertai gumpalan darah dan gangguan psikosomatik.
Sehingga jumlah napkin yang dibutuhkan lebih dari 5 buah/hari.
b) Hipomenorea
Hipomenorea adalah sedikitnya volume darah yang keluar dengan
siklus normal. Jumlah napkin yang digunakan kurang dari 3 buah/hari.
2) Kelainan siklus
a) Polimenorea
Polimenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20
hari.
b) Oligomenorea
Oligomenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20
hari.
c) Amenorea
Amenorea ialah terlambatnya menstruasi selama tiga bulan
berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi dua yakni amenorea primer
dan amenorea sekunder. Amenorea primer jika periode menstruasi
tidak kunjung mulai dan amenorea sekunder jika tidak terjadi
menstruasi setelah mengalami siklus menstruasi normal sebelumnya.
3) Perdarahan di luar siklus (Metroragia)
Metrorargia merupakan perdarahan dari uterus yang terjadi di luar
periode haid.
13
4) Gangguan lain yang menyertai menstruasi
a) Premenstrual tension
Gangguan ini merupakan ketegangan sebelum haid terjadi
keluhan yang dimulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid.
Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesterone
menjelang menstruasi (Manuaba, 2009).
Premenstual tension merupakan keluhan yang menyertai
menstruasi dan sering dijumpai pada masa reproduksi aktif. Hal ini
dapat disebabkan oleh kejiwaan yang labil dan juga akibat
terganggunya keseimbangan estrogen progesterone.
b) Mastalgia
Mastalgia merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara
menjelang menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh estrogen
yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara. Tekanan
pada ujung saraf menimbulkan rasa nyeri.
c) Mittelschmerz
Mittelschmerz merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi.
Namun, hal ini jarang dirasakan oleh wanita.
d) Dismenorea
Dismenore adalah haid yang nyeri. Nyeri ini sering terjadi pada
usia muda dan menghilang setelah kehamilan pertama. Gejala ini
disebabkan oleh adanya penimbunan prostaglandin di uterus.
e) Vicarious menstruation
14
Vicarious menstruation merupakan perdarahan yang terjadi pada
organ lainnya yang tidak ada hubungannya dengan endometrium.
Organ yang mengalami perdarahan ialah hidung sehingga
menimbulkan epitaksis dan lambung. Organ tersebut mengalami
perdarahan bersamaan dengan siklus menstruasi.
2. Tinjauan Tentang Kejadian dismenorea
a. Pengertian Dismenorea
Definisi dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat
dan sangat sakit tepat sebelum atau selama menstruasi. gejala-gejalanya
dapat berupa berkeringat, takikardi, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan
gemetar. Dismenore mungkin merupakan keluhan pasien ginekologi yang
paling umum terjadi, menyerang 75% dari seluruh wanita (Benson, 2008).
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan
pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau datang ke bidan
(Manuaba, 2010).
b. Klasifikasi Dismenore
Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni:
1) Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukannya keadaan
patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi
15
iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium
fase sekresi.
Molekul yang berperan dalam dismenore adalah prostaglandin
F2a yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan
prostaglandin E menghambat kontraksi uterus. Perempuan dengan
dismenore primer didapatkan kadar prostaglandinnya lebih tinggi
dibandingkan perempuan tanpa dismenore. Peningkatan kadar
prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini
sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri
haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering menyertai
dismenore yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi
sistemik.
2) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan
dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome (Anwar, 2011).
c. Patofisiologi Dismenore
Dismenore adalah nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau
penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan
suatu prostaglandin, prostaglandin F2a, dari sel-sel endometrium uterus.
Prostaglandin F2a adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos
miometrium dan kontraksi pembuluh darah uterus, hal ini memperparah
16
hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul
rasa nyeri hebat. Nyeri hebat tersebut dapat teratasi dengan inhibitor
prostaglandin misalnya indometasin, dapat secara efektif mengurangi
kram. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri
muncul, atau sebagian wanita pada tanda pertama pengeluaran haid
(Corwin, 2009).
Menurut Li Ju-Tzu (2007) dismenore disebabkan oleh peningkatan
pelepasan hormon prostaglandin F2, hormon otot yang dikeluarkan oleh
endometrium uterus. Kinerja prostaglandin F2 adalah untuk merangsang
terjadinya kontraksi uterus. Pengeluaran Prostaglandin F2 dapat ditekan
dengan pemberian non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Hormon
lainnya, vasopressin yang disintesis di hipotalamus namun disekresi dari
pituitari posterior, meningkatkan kontraktilitas uterus, memperlambat aliran
darah ke uterus dan menyebabkan nyeri iskemik uterus. Pada wanita yang
sehat, sekresi hormon vasopressin bervariasi antara siklus menstruasi
dengan peningkatan pada awal menstruasi. Pada wanita dengan
dismenore kadar vasopressin lebih tinggi tujuh kali lipat dibanding wanita
yang tidak mengalami dismenore.
d. Faktor Penyebab
Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Estrogen, hormon
yang diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh
rahim. Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon.
Zat tersebut dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ
17
dalam tubuh dan memiliki kisaran efek yang cukup berarti tehadap organ-
organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya
kontraksi uterus yang pada gilirannya mengakibatkan dismenore
(Ramaiah, 2006).
Menurut Misaroh & Proverawati (2009), penyebab dismenore primer
hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberapa
faktor yang mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi,
diantaranya:
1) Faktor psikis
Remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil atau stres lebih
mudah mengalami nyeri menstruasi.
2) Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim
(uterus) yang berlebihan.
3) Faktor prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena
peningkatan produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) saat
menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan
antiprostaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi.
Menurut Anwar (2011), faktor-faktor yang memegang peranan
sebagai penyebab dismenore primer antara lain:
1) Faktor kejiwaan
18
Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenore.
2) Faktor Konsistusi
Faktor konsistusi ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan.
Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
menimbulkan dismenore.
3) Faktor obstruksi Kanalis Servikalis
Teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
primer ialah stenosis kanalis servikalis, mioma submukosum atau polip
endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
4) Faktor endokrin
Kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh
kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai
hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot usus. Clitheroe dan
Pickles menyatakan bahwa karena endometriumdalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam
peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umum
seperti diare, nausea, dan muntah.
5) Faktor Alergi
19
Faktor alergi ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine, atau asma
bronkhiale.
d. Faktor Risiko Dismenore
Dalam Okoro, 2013 dijelaskan bahwa faktor risiko dari dismenore
antara lain adalah:
1) Umur
Kejadian dismenore akan meningkat selama remaja dan akan
menurun ketika umur semakain bertambah. Umur yang kurang dari 20
tahun merupakan Faktor risiko dismenore (Okoro,2013). Sedangkan
puncak kejadian dismenore berada pada rentang usia remaja akhir
menuju dewasa muda, yaitu 15 hingga 25 tahun dan akan menurun
setelah melewati umur tersebut (Silvana, 2012).
2) Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nulipara)
Pada wanita nulipara kejadiannya lebih tinggi dan menurun
signifikan setelah kelahiran anak. Dismenore terjadi karena kanalis
servikalis terlalu sempit, akibatnya darah yang menggumpal sulit keluar.
Dismenore ini akan hilang jika wanita tersebut pernah melahirkan
karena kanalis servikalisnya telah melebar (Silvana, 2012).
3) Lama menstruasi
Lama menstruasi merupakan salah satu faktor risiko dismenore
karena semakin lama menstruasi terjadi maka semakin lama uterus
berkontraksi. Dengan adanya kontraksi uterus akan terus merangsang
20
pelepasan prostaglandin yang menyebabkan terjadinya dismenore
(Okoro, 2013).
4) Kebiasaan merokok
Li Ju-tzu (2007) mengungkapkan bahwa merokok merupakan
salah satu risiko yang memperberat rasa nyeri pada dismenore.
Merokok diketahui memiliki efek ‘anti-estrogen’, wanita yang merokok
dapat menyebabkan defisiensi estrogen. Hal ini dianggap sebagai
konsekuensi stimulasi esterogenik. Selain itu merokok juga dapat
meningkatkan durasi dismenore, hal ini mungkin terjadi karena
kandungan nikotin pada rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah.
5) Aktivitas fisik
Remaja perempuan dengan akvitas fisik rutin mengalami
dismenore lebih sedikit dibanding mereka yang tidak melakukn aktivitas
fisik secara rutin (Ehrenthal, 2006).
6) Stres
Stres merupakan tekanan yang memiliki peran yang besar dalam
etiologi dismenore. Faktor psikososial dalam hal ini adalah stres yang
merupakan penyebab langsung yang dapat menyebabkan terjadinya
dismenore. Menurut Silvana (2012) dismenore dapat disebabkan oleh
beberapa Faktor, termasuk kebiasaan dan faktor psikologis. Stres
merupakan salah satu faktor psikologis manusia di mana faktor ini
dapat menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga terjadi defisiensi
21
oksigen di uterus dan meningkatkan produksi dan merangsang
prostaglandin (PGs) di uterus.
7) Gizi atau obesitas
Gizi atau obesitas merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya nyeri perut atau dismenore. hal ini didukung dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan
atau junk food. Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan
hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut
bawah atau dismenore.. Singh et.al (2008) dan Suliawati (2013) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa remaja perempuan yang memiliki
kategori indeks massa tubuh overweight atau obesitas lebih berisiko
untuk mengalami dismenore dari pada remaja perempuan dengan
Indeks massa tubuh underweight.
e. Tingkat Dismenorea
Untuk memudahkan, dismenore primer dibagi dalam beberapa
tingkatan sebagai berikut:
1) Dismenore ringan
Dismenore yang tidak mengganggu partisipasi remaja pada
kehidupan sehari-hari. Dismenore dirasakan hanya pada hari pertama
menstruasi.
2) Dismenore sedang
Dismenore yang mengganggu partisipasi remaja pada beberapa
aktivitas dan biasanya dapat disertai dengan beberapa gejala sistemik.
22
Memerlukan obat untuk mengurangi sakit. Pada tingkat ini dismenore
biasanya berlangsung hingga hari ke 2-3 menstruasi.
3) Dismenore berat
Dismenore yang membuat remaja tidak dapat beraktivitas selama
beberapa hari dan selalu diikuti dengan gejala sistemik berupa sakit
kepala, mual, muntah, migraine, sakit pinggang, diare, dan rasa
tertekan pada dada (Neinstein, 2008).
f. Dampak yang timbul akibat Dismenore
Dismenore adalah salah satu gangguan ginekologi yang paling
sering dialami oleh remaja perempuan. Dismenore memiliki dampak
negatif terkait kualitas hidup remaja perempuan selama usia
reproduksinya (Preedy, 2013).
Dismenore dialami 75% pada remaja perempuan dan 15% dari
remaja perempuan yang mengalami gejala dismenore mengakui bahwa
aktivitas sehari-hari mereka terganggu dengan adanya dismenore. Di
Amerika Serikat, angka ketidakhadiran kerja karena dismenore
diperkirakan mencapai 600 juta jam kerja dan kerugian ekonomi yang
ditimbulkan diperkirakan mencapai 200 juta USD per tahunnya (Leppert,
2004).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Canada pada tahun 2005
dengan responden 1546 wanita yang mengalami menstruasi,
mengungkapkan bahwa 60% dari mereka mengalami dismenore ringan
23
hingga sedang. Umumnya, 17% diantara mereka memilih untuk tidak hadir
di sekolah ataupun absen dari pekerjaan (Lobo, 2012).
g. Penatalaksanaan Dismenore
Tujuan terapeutik dari penatalaksanaan dismenore adalah untuk
memberikan asuhan gejala nyeri pelvik dan gejala yang berhubungan
dengan itu, mencegah ketidakhadiran di sekolah dan meningkatkan
produktivitas kerja, mengembalikan aktivitas normal dan meningkatkan
kualitas hidup remaja perempuan yang mengalami dismenore.
Penatalaksanaan dismenore dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni:
1) Terapi Nonfarmakologi
Beberapa studi tentang terapi nonfarmakologi untuk manajemen
nyeri dismenore termasuk istirahat yang cukup, olahraga yang teratur,
pemijatan dan relaksasi, yoga, orgasme pada aktivitas seksual, diet
vegetarian dan kompres hangat pada perut dan suprapubis. Beberapa
perempuan mengatakan bahwa dengan mengubah posisi dimana lutut
dirapatkan ke dada dapat mengurangi rasa nyeri. Jika pengobatan
gagal mengurangi dismenore, maka pengobatan lain dapat dicoba.
2) Terapi Farmakologi
Pengobatan diarahkan kepada penyebab dismenore yakni sekresi
prostaglandin. Obat-obat antiinflamasi non-steroid atau kontrasepsi oral
berguna terlepas dari etiologi. Antibiotika berguna bila dicurigai ada
penyakit-penyakit peradangan dalam rongga panggul. Untuk beberapa
kasus ringan, hampir semua kasus sedang dan beberapa kasus berat
24
digunakan ibuprofen 400-800 mg setiap 6 jam, naproksen 250-500 mg
setiap 6 jam, natrium naproksen 275-550 mg setiap 6 jam dan asam
mefenamat 250-500 mg setiap 6 jam biasanya dapat mengurangi rasa
nyeri (Benson, 2008).
3) Edukasi kepada pasien
Pasien harus dikonseling tentang cara terbaik untuk memilih terapi
farmakologi untuk mendapatkan efek terapeutik terbaik dan
meminimalkan efek samping yang potensial. Dalam penatalaksanaan
dismenore, konseling yang harus diberikan adalah beberapa poin
berikut:
a) Pasien yang memilih NSAID harus dianjurkan untuk memulai terapi
pada hari pertama menstruasi dan dilanjutkan sesuai dengan aturan
terapi yakni hingga 48-72 jam pertama menstruasi sampai gejala
dismenore hilang.
b) Pasien yang memilih NSAID harus dianjurkan makan sebelum
meminum obat untuk meminimalisir masalah gastrointestinal.
c) Semua pasien yang memilih terapi farmakologi harus dijelaskan
tentang reaksi obat dan bagaimana cara mengatasi reaksi tersebut
(Borgelt, 2010).
3. Tinjauan Pustaka Tentang Obesitas
a. Pengertian Obesitas
Kegemukan (obesitas) ini dapat didefinisikan sebagai akumulasi
lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.
25
Seseorang bisa dikatakan kelebihan berat badan bila Indeks Massa
Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25 (Agtadwimawanti, 2012).
Gizi yang berlebih atau obesitas dapat menimbulkan dismenore,
karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu terdesaknya pembuluh
darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita sehingga darah
yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan
menimbulkan nyeri. Selain itu, didukung dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan atau junk
food baik sebagai cemilan atau makan besar, yang sangat sedikit bahkan
tidak ada sama sekali mengandung kalsium, besi, asam folat, vitamin A
dan C, sementara lemak jenuh dan kolesterolnya sangat tinggi.
Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon prostaglandin
yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau dismenore.
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat
penimbunan lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi
tubuh.
Seseorang dianggap menderita kegemukan bila yang diperlukan
Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil
pembagian berat badan dalam (kg) dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter. Berat badan dapat dilihat dari penilaian Indek Masa Tubuh (IMT)
pada tabel sebagai berikut.
26
b. Batas ambang nilai indeks massa tubuh
1) Menurut Depkes RI dalam Arisman (2010).
Tabel 1. Ambang Batas IMT Depkes RI
Status Gizi IMT
Kurus tingkat berat <17
Kurus tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk tingkat ringan 25,1-27,0
Gemuk tingkat berat >27
WHO telah mendefinisikan kisaran IMT yang mencerminkan risiko
penyakit tertentu.
2) Menurut WHO dalam Barasi (2009).
Tabel 2. Ambang Batas IMT WHO
Kategori Kisaran IMT
BB normal 18,5-24,9
BB berlebih 25-29,9
Obesitas kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas kelas 3 >40
3) Rumus Indeks Massa Tubuh = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan ² (m)
b. Etiologi obesitas
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik,
aktivitas fisik, pola makan, faktor psikologi, Jenis kelamin, tingkat sosial.
27
Obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan (pola
makan), psikis, kesehatan, perkembangan dan aktivitas fisik.
c. Dampak obesitas
Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan
perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila
kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit di atasi secara konvensional
(diet dan olahraga). Selain itu, obesitas pada remaja tidak hanya menjadi
masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagi
kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada remaja (Virgianto
dan Purwaningsih, 2011).
Beberapa komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas pada remaja
adalah :
a. Gangguan pernafasan
b. Gangguan tidur dan gangguan kulit
c. Ortopedi
d. Hipertensi
e. Penyakit jantung koroner
f. Diabetes
g. Maturitas seksual lebih awal
h. Menstruasi tidak teratur
i. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,
underventilasi dan ngantuk)
j. Gangguan psikologi
28
d. Penanganan Obesitas
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga
berat badan yang sehat. Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat
dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan
aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat anti
obesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu
menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi
tiap individu.
1) Perubahan Pola Makan dan Diet.
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan
kalori total.Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan
sayur, serta membatasi gula dan lemak.Diet ekstrim tidak disarankan
karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam
masa pertumbuhan remaja.Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi
untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
2) Peningkatan Aktivitas Fisik.
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah
membakar lebih banyak kalori.Banyaknya kalori yang dibakar
tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan.
3) Obat Anti Obesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat anti obesitas
jika:
a) Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
29
b) Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas,
seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dansleep apnea.
c) Nilai BMI lebih dari 30.
4. Tinjauan Pustaka Tentang Stress
a. Pengertian Stress
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari
manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan
internal maupun eksternal. Tingkat kesadaran stres adalah suatu
perasaan ragu atau kemampuan untuk mengatasi sesuatu, suatu
anggapan bahwa persediaan yang tidak dapat memenuhi permintaan
yang dibuat.
Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere”
yang berarti “keras” (stricus). Stres sebagai reaksi fisik, mental dan
kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Stres
sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang
mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat
orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau
kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada
padanya (Yosep, 2009).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan stres
adalah gangguan atau kekacauan mental emosional yang disebabkan
oleh faktor luar atau ketegangan. Stres adalah suatu kondisi atau keadaan
30
tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Selanjutnya stres
berakibat pada penyakit fisik, yang muncul akibat lemahnya dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat stres menyerang (Mumpuni,
2010).
Dalam bahasa sehari-hari, stres adalah suatu ketegangan yang
kemudian mempengaruhi fisik, mental, dan perilaku seseorang. Jadi stres
adalah reaksi atau respon fisiologis, psikologis, perilaku dari seseorang
(baik laki-laki maupun perempuan).
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
stres merupakan suatu keadaan yang menekan dari individu. Stres
merupakan mekanisme yang kompleks yang menghasilkan respon yang
saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu
yang mengalaminya, di mana mekanisme tersebut bersifat individual yang
berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
b. Sumber stres
Stres tidak terlepas dari mana datangnya dan apa saja sumbernya.
Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi
objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari
dalam diri disebut internal sources dan yang berasal dari luar disebut
external sources. Stres merupakan bagian yang tidak dapat diihindarkan
dari kehidupan. Berbagai hal di sekeliling dapat menjadi sumber stres.
Menurut Looker dan Gregson (2005), stres dapat berasal dari 3 macam
sumber, yaitu:
31
1) Lingkungan
Lingkungan mengirim stimulus secara terus menerus selama
manusia hidup yang memerluan penyesuaian. Penyesuaian pada
cuaca, suara, kemacetan lalu lintas, hubungan interpersonal, tuntutan
penampilan, peraturan tempat kerja dan sikap teman bergaul.
2) Tubuh
Pertumbuhan yang cepat pada remaja, menopause pada wanita,
proses menua, penyakit, kecelakaan, kemunduran kekuatan otot
karena kurang latihan atau kurang gerak, nutrisi yang buruk, yang
semuanya membebani tubuh. Termasuk reaksi tubuh terhadap
perubahan lingkungan dapat menimbulkan stres.
3) Pikiran
Obat mengartikan dan menerjemahkan perubahan yang kompleks
pada lingkungan dan tubuh, kemudian menetapkan respon. Cara
mengartikan dan mempersepsikan pengalaman saat ini, dan
memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang dapat
menimbulkan rasa aman dan stres. Setiap individu selalu terpapar oleh
stimulus (stresor), yang dapat menimbulkan perubahan atau masalah
(stres) yang memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan (koping)
agar individu adaptif.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
Ada tiga faktor utama yang menurut beberapa ahli menyebabkan
timbulnya stres, yaitu:
32
1) Faktor biologik
Faktor ini berasal dari adanya kerusakan atau gangguan fisik atau
organ tubuh individu itu sendiri. Contoh dari hal tersebut adalah
terganggunya pola normal dari aktivitas fisiologis, infeksi, serangan
berbagai macam penyakit, kurang gizi, kelelahan dan cacat tubuh
(Yuliadi, 2010).
2) Faktor psikologi
Faktor ini berhubungan dengan keadaan psikis individu. Dikatakan
bahwa sumber-sumber stres psikologik itu dapat berupa:
a) Frustasi, timbul bila ada aral melintang antara kenginan individu dan
maksud suatu tujuan individu. Ada frustasi yang datang dari luar,
misalnya bencana alam, kecelakaan, kematian seseorang yang
dicintai, norma-norma dan adat istiadat. Sebaliknya frustasi yang
berasal dari dalam individu seperti : cacat badaniah, kegagalan
dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi tidak
enak, juga merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan
rasa harga diri.
b) Konflik, bila kita tidak tahan memilih antara dua atau lebih seperti
kebutuhan atau tujuan. Misalnya memilih mengurus rumah tangga
atau aktif di kegiatan kantor (Maramis, 2005).
c) Tekanan, yaitu sesuatu yang dirasakan menjadi beban bagi individu.
Tekanan dari dalam dapat disebabkan individu mempunyai harapan
yang sangat tinggi terhadap dirinya namun tidak disesuaikan dengan
33
kemampuannya sendiri atau tidak mau menerima dirinya dengan apa
adanya, tidak berani atau bahkan terlalu bertanggung jawab
terhadap sesuatu tetapi dilakukan secara berlebih-lebihan. Tekanan
dari luar, misalnya: atasan di kantor menuntut pekerjaan cepat
diselesaian sementara waktu yang disediakan sering mendesak
(Yuliadi, 2010)
d) Krisis, bila keseimbangan yang ada terganggu secara tiba-tiba
sehingga menimbulkan stres yang berat. Hal ini bisa disebabkan
oleh kecelakaan, kegagalan usaha ataupun kematian (Maramis,
2005).
3) Faktor sosial
Faktor ini berkaitan dengan lingkungan sekitar , seperti pergaulan
dan kegiatan sosial dalam masyarakat (Yuliadi, 2010).
d. Tanda dan gejala stres
Menurut Looker dan Gregson (2005), tanda-tanda sesorang
mengalami stres yaitu:
1) Merasakan detak jantung berdebar-debar
2) Sesak nafas, gumpalan lender di tenggorokan, nafas pendek, dan
cepat.
3) Mulut kering, gangguan pencernaan, nausea.
4) Diare, sembelit, gembung perut (flatulensi).
5) Ketegangan otot secara keseluruhan khususnya rahang, kertak gigi.
34
6) Kegelisahan, hiperaktif, menggigit kuku, mengetok jari, menginjak
kaki-kaki, meremas-remas tangan.
7) Lelah, capek, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit
seperti flu.
8) Berkeringat khususnya di telapak tangan dan bibir atas, merasa
gerah.
9) Tangan dan kaki dingin.
10) Sering ingin kencing.
11) Makan berlebihan, kehilangan selera makan.
12) Makin banyak minum alkohol, hilangnya ketertarikan pada seks.
e. Reaksi stres
Menurut Mumpuni (2010), reaksi terhadap stres terbagi menjadi
empat bagian, yaitu:
1) Reaksi fisik
Reaksi fisik adalah reaksi yang paling terlihat. Contohnya adalah
sakit kepala, jantung berdebar-debar lebih kencang dari konsisi normal,
lidah menjadi keluar, kehilangan nafsu makan, dan insomnia atau sulit
tidur.
2) Reaksi emosi
Contohnya marah-marah, cemas, mudah tersinggung, menjadi
pesimis. Kondisi ini dipicu oleh karena ketidakstabilan hormon di dalam
tubuh penderita stres.
3) Reaksi kognitif
35
Contohnya adalah berpikir negatif, sulit konsentrasi, sulit berpikir.
Orang yang mengalami stres tidak sama dengan orang yang tidak
mengalami stres. Itulah sebabnya reaksi kognitifnya juga tidak sama
dengan orang yang normal.
4) Reaksi tingkah laku
Contohnya adalah menarik diri dari lingkungan, tidur berlebihan,
menjadi pendiam. Ini bergantung pada kondisi masing-masing individu
dan juga lingkungan.
f. Tingkatan stres
Tingkatan Stres (Robert J. Van Amberg dalam Yosep 2009)
1) Stres tingkat I
Tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan seperti semangat besar, penglihatan tajam tidak
sebagaimana mestinya, energi dan gugup berlebihan dengan
kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
2) Stres tingkat II
Tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai hilang dan
timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup.
Keluhan yang sering muncul adalah seperti merasa letih saat bangun
pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore
hari, gangguan pencernaan, perasaan tegang pada otot-otot punggung
dan tengkuk serta perasaan tidak bisa menanti.
3) Stres tingkat III
36
Tahap ini, keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan
gejala-gejala seperti gangguan usus lebih terasa (sakit, mulas, sering
buang air), otot-otot terasa lebih tegang, perasaan tegang yang
semakin meningkat, gangguan tidur, badan lemah terasa seperti akan
pingsan.
4) Stres tingkat IV
Tahapan ini telah menunjuan tenda-tanda sebagai berikut : sangat
sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula terasa
menyenangkan menjadi terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk
menanggapi situasi, tidur semakin sulit, perasaan megativistik,
konsentrasi menurun, perasaan takut yang tidak bisa dijelaskan.
5) Stres tingkat V
Tahap ini merupakan keadaan yang paling parah dengan tanda-
tanda seperti keletihan mendalam untuk pekerajaan-pekerjaan
sederhana sekalipun, gangguan sistem pencernaan, perasaan takut
yang semakin kuat.
6) Stres tingkat VI
Tahap ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mulai
mengalami panik dan perasaan takut mati.
Sementara Potter dan Perry (2005) telah membagi tingkatan stres
menjadi tiga bagian yakni:
1) Stres ringan
37
Biasanya tidak merubah aspek fisiologis, stres ringan umumnya
dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, kemacetan,
dikritik, situasi sperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa jam.
2) Stres sedang
Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang lebih,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu
yang lama.
3) Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri, kesulitan
financial, dan penyakit fisik yang lama.
B. Landasan Teori
Dismenorea adalah keluhan ginekologis akibat ketidak seimbangan
hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa
nyeri yang paling sering terjadi pada wanita, Keluhan ini sering kali akan
mengganggu aktivitas dan memerlukan istirahat. Dismenore dibagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu nyeri ringan, sedang, dan berat.
Berdasarkan penyebabnya dismenore dibagi menjadi 2 yaitu
dismenore primer dan dismenore sekunder. Status Gizi merupakan faktor
risiko terjadinya dismenore. Pada wanita yang memilki kelebihan berat
38
badan terjadi hiperplasia pembuluh darah pada organ reproduksi sehingga
dapat mengakibatkan dismenore (Novia I & Puspitasari, 2008).
Obesitas atau gizi yang berlebih dapat menimbulkan dismenorea,
karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah
oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi perempuan sehingga darah
yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan
menimbulkan nyeri. Selain itu, didukung dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai seperti kudapan atau junk
food baik sebagai cemilan atau makan besar, yang sangat sedikit bahkan
tidak ada sama sekali mengandung kalsium, besi, asam folat, vitamin A
dan C, sementara lemak jenuh dan kolesterolnya sangat tinggi.
Mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon prostaglandin
yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau dismenorea
(Lailiyana, dkk. 2010).
Stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika
mengalami tekanan dari lingkungan. Dampak dari stres beraneka ragam,
dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik.Salah satu dampak
dari stres terhadap kesehatan adalah dismenorea (Wangsa, 2010).
Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin
sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang
merupakan regulator hipotalamaus utama menstimulasi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan
39
sekresikortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini
menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar
progesteron yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin F2ά dan
E2. Ketidak seimbangan antara prostaglandin F2ά dan E2 dengan
prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2ά.
Peningkatan aktivasi menyebabkan ischemia pada sel-sel miometrium dan
peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan
menyebabkan dismenorea.
Berdasarkan uraian tersebut, obesitas dan stres merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya dismenorea. Dismenorea dapat
diminimalkan bila kita dapat mencegah obesitas dan stres. Penjelasan
yang benar tentang proses haid membuat kondisi emosi lebih stabil
sehingga dapat mencegah timbulnya stress serta berat badan dapat
terjaga dengan melakukan aktifitas fisik seperti olahraga dan menjaga
pola makan yang seimbang dapat mencegah obesitas. Hal ini dapat
meminimalkan timbulnya dismenorea saat menstruasi.
40
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori hubungan Obesitas dan stress dengan
kejadian dismenore Anwar (2011), Preedy (2013), Okoro (2013)
OBESITAS:
a. Genetikb. Aktivitas fisikc. Pola makand. Psikologie. Jenis kelaminf. Tingkat sosial
STRESSOR:
a. Faktor lingkungan fisikb. Faktor fisiologisc. Faktor psikologisd. Masalah sehari-hari
Neuroendokrin
CRH
Progesteron turun
Peningkatan prostaglandin
ACTH
FSHLH
Stres
Dismenorea
41
Keterangan :
: Mempengaruhi
: Menghambat
: Variabel Yang Diteliti
: Variabel Yang Tidak Diteliti
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas (Independent) : Obesitas dan Stress
Variabel terikat (Dependent) : Kejadian dismenorea
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (HA) :
1) Ada hubungan Obesitas dengan Kejadian Dismenorea pada
Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
2) Ada hubungan Stress dengan Kejadian Dismenorea pada
Mahasiswi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari.
Obesitas
Kejadian Dismenore
Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan antara Obesitas dan Stress denganKejadian Dismenore
Stres
42
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi. Kemudian melakukan korelasi antara fenomena atau antara faktor
risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
menggali hubungan Obesitas dan stres dengan kejadian dismenore.
Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu
pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang sama , artinya setiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan penilaian obesitas dilakukan dalam satu waktu.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di kampus Akademi Kebidanan Pelita
Ibu Kendari pada bulan november 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Akademi
Kebidanan Pelita Ibu Kendari terhitung tahun ajaran 2016/2017, yaitu
berjumlah 283 orang mahasiswi.
42
43
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti,
yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili
populasinya. Teknik pengambilan dengan menggunakan teknik
stratified random Sampling. Menurut (Notoatmodjo, 2010) dalam
pengambilan sampel digunakan rumus Slovin Sebagai berikut:
n =)(1 2dN
N
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Signifikansi (p), dengan taraf kepercayaan 90% yaitu (0,1)
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 283 orang,
maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:
n =)(1 2dN
N
n =
)01,0.283(1
283
n = 74
Jadi jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 74
orang.
Maka pengambilan sampel per kelas didapatkan hasil:
Tingkat I : Jumlah 73 orang = 1973283
74
Kelas A berjumlah 37 orang = 1037283
74
Kelas B berjumlah 36 orang = 936283
74
44
Tingkat II : Jumlah 88 orang = 2388283
74
Kelas A berjumlah 44 orang = 1244283
74
Kelas B berjumlah 44 orang = 1144283
74
Tingkat III : Jumlah 123 orang = 32123283
74
Kelas A berjumlah 42 orang = 1142283
74
Kelas B berjumlah 41 orang = 1141283
74
Kelas C berjumlah 40 orang = 1040283
74
Jadi sampel yang diambil per kelas dalam penelitian ini pada tingkat
1A = 10 orang, 1B = 9 orang, tingkat 2A = 11 orang, 2B = 11 orang dan
tingkat 3A = 12 orang, 3B = 11 orang, 3C = 10 orang, jumlah keseluruhan
sampel berjumlah 74 orang.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Obesitas mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari
b. Stres mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari
2. Variabel Terikat
Kejadian dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita
Ibu Kendari
E. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
45
Variabel DefinisiOperasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Dismenore Nyeri perutbagian bawahketikamenstruasiyang dialamiolehmahasiswi DIIIKebidananAkbid PelitaIbu Kendari.
Pengisiankuesioner
KuesionerdanUniversalPainAssessment Tool.
1. Mengalamidismenore :skor 2-10
2. Tidakmengalamidismenore:skor 0-1
Nominal
Obesitas Obesitasadalahkelebihanberat badanyang terjadipada remajadan diukurdengan indeksmassa tubuh(IMT) yangdilakukanpadamahasiswi DIIIKebidananAkbid PelitaIbu Kendari.
menimbangberat badandanmengukurtinggi badan
microtoisedantimbangan
1. Mengalamiobesitas:IMT >25
2. Tidakmengalamiobesitas:IMT < 25
Nominal
Stres Tingkatanperasaanterbebani olehmasalah yangsulit untukdiatasimahasiswaDIII KebidananAkbid PelitaIbu Kendari
Pengisiankuesioner
KuesionerDepression Anxietyand StresScale 42(DASS42)(Lovibond,1995)
1. MengalamiStres : skor> 15
2. TidakmengalamiStres: skor0-14
Nominal
46
F. Instrument Penelitian
1. Dismenore
Dismenore adalah nyeri di daerah perut bagian bawah yang
dialami saat menstruasi, penilaian dismenore akan dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan Universal Pain Assessment Tool. Jika
didapatkan skor 0-1 maka dikatakan tidak dismenore dan skor 2-10
dikatakan dismenore. Skala pengukuran adalah nominal.
2. Obesitas
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur obesitas dengan indeks
massa tubuh (IMT) yaitu dengan menggunakan timbangan injak untuk
mengukur berat badan dengan satuan kilogram (kg) dan microtoise
untuk mengukur tinggi badan dengan satuan centimeter. Syarat
penimbangan adalah:
a. Pakaian yang digunakan pada saat penimbangan adalah seminimal
mungkin
b. Tanpa memakai sepatu atau alas kaki lainnya dan semua isi kantong
dikeluarkan.
3. Stres
Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur
tingkat stres mahasiswa adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner DASS 42 (Depression Anxiety and
Stres Scale) dengan mengambil Stres Scale yang terdiri dari 14 item.
Kuesioner ini telah dibakukan secara internasional, sehingga masing-
47
masing item dari kuesioner telah terstandar dengan teori yang
digunakan.
Jenis pertanyaan untuk kuesioner berupa pertanyaan tertutup.
Cara menjawab kuesioner yaitu dengan memberikan tanda cek (√)
pada setiap pertanyaan yang sudah disediakan dengan memilih satu
jawaban yang dianggap paling benar sejujur-jujurnya. Penelitian ini
menggunakan skala model likert dengan empat alternatif jawaban yaitu
tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu. Penskoran
menggunakan 4 kriteria tersebut, skor 0 untuk jawaban tidak pernah,
skor 1 untuk jawaban kadang-kadang, skor 2 untuk jawaban sering dan
skor 3 untuk jawaban selalu. Kemudian skor dijumlahkan untuk
mendapatkan total skor tingkat stres.
Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Stres
NoIndikatorTingkatStres
No. Item JumlahItem
1234
FisiologisKognitifEmosiInterpersonal
83, 12
1, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 13, 146, 10
1292
14Jumlah(Sumber: Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. 1995)
Dalam mengukur tingkat stres ini tidak dilakukan pengujian
validitas ataupun reliabilitas karena instrument yang digunakan
telah dbakukan secara internasional.
48
G. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan lembar informed
consent per kelas, kemudian setelah lembar informed consent diisi,
diberikan kuesioner tentang stres dan dismenore. Setelah kuesioner terisi
semua kemudian kuesioner dikumpulkan kembali. Setelah itu dilakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan.
H. Pengolahan dan Analisis data
1. Pengolahan data
Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel penelitian diberikan
skor dengan bobot jawaban pada tiap pilihan jawaban dari pertanyaan
yang disediakan. Pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan komputer program SPSS (Statistical Package for Sosial
Science) versi 16.0. pengolahan dilakukan dengan tahap sebagai
berikut:
a. Mengedit (editing)
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan
jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan
kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan di lapangan sehingga apabila
terdapat data yang meragukan ataupun salah maka akan dijelaskan
lagi ke responden.
b. Pengkodean (coding)
Teknik ini dilakukan dengan pemberian kode dan pengklasifikasian
pada data yang dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan
49
data. Koding data dibuat berdasarkan pertimbangan penulis sendiri
yaitu :
1) Obesitas
a) Tidak Obesitas diberi kode 2
b) Obesitas diberi kode 1
2) Tingkat Stres
a) Tidak stres diberi kode 2
b) Stres diberi kode 1
3) Dismenore
a. Tidak dismenore ringan diberi kode 2
b. Dismenore diberi kode 1
c. Tabulating (Tabulasi)
Tabulasi adalah kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh
kedalam tabel yang telah dipersiapkan. Proses tabulasi meliputi
mempersiapkan tabel dengan kolom dan barisnya, menghitung
banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban, menyusun tabel
frekuensi agar tersusun rapi dan mudah dibaca serta dianalisa.
2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian yang dilakukan dalam 2 tahapan
sebagai berikut:
a. Analisis Univariabel
Untuk mengetahui gembaran data dari masing-masing variabel yang
diteliti dan disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel
50
distribusi frekuensi dan persentase masing-masing kelompok.
Variabel yang dilihat meliputi: obesitas dan stress dengan kejadian
dismenorea .
b. Analisis bivariabel
Untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas (obesitas
dan stress) dengan variabel terikat (kejadian dismenore). Uji statistic
yang digunakan Chi-Square (x2) dan ratio prevalensi (RP) dengan
confidence interval (CI) 95%, tingkat kemaknaan sebesar p<0,05.
I. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Menyusun proposal untuk tahap penelitian
b. Meminta perijinan untuk studi pendahuluan pada tempat yang akan
diteliti
c. Mengumpulkan informasi mengenai hal yang ingin diteliti oleh
peneliti
d. Konsultasi dengan pembimbing serta mengikuti sidang proposal
sampai selesai
e. Meminta ijin untuk uji coba kuesioner
f. Melakukan uji coba kuesioner hingga selesai dan diolah
menggunakan program komputer
g. Penggandaan kuesioner yang telah diperbaiki sebagai alat ukur
variabel penelitian.
51
2. Tahap pelaksanaan
Pengumpulan data telah dilakukan pada bulan 15 November
2017. Kegiatan ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
maksud dan tujuan penelitian selanjutnya pengisian lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Kuesioner yang telah dikumpulkan dicek
kelengkapan datanya, apabila ada yang kurang lengkap maka
responden harus melengkapi. Kemudian melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan.
3. Tahap penyelesaian
a. Penulisan laporan
b. Konsultasi pembimbing
c. Seminar laporan
d. Perbaikan laporan
e. Pengumpulan hasil laporan
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung
tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2009).
Masalah etika yang harus di perhatikan antara lain sebagai berikut:
52
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed consent adalah agar
subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 November 2017.
Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 74 mahasiswi. Dari
pelaksanaan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akbid Pelita Ibu Kendari yang beralamat
di Jalan Kampung Baru, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Kota Kendari.
Akbid Pelita Ibu Kendari berdiri berdasarkan surat keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 170/D/O/2005 tanggal 6 Desember 2005,
maka mulai tahun akademik 2006-2007 Akademi Kebidanan Pelita Ibu
Kendari menerima mahasiswa Program studi Kebidanan (D3).
Visi Akbid pelita Ibu Kendari terwujudnya program studi kebidanan
yang menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas, profesional,
berahlak mulia dan berdaya saing secara nasional pada tahun 2025.
Misi Akbid pelita Ibu Kendari menyelenggarakan pendidikan, penelitian
dan pengabdian pada masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing
untuk mendukung terwujudnya bidan profesional. Mengembangkan
sumber daya manusia yang cerdas, profesional dan berakhlak mulia
dalam pelayanan kebidanan. Menciptakan iklim belajar yang nyaman,
harmonis, saling bekerjasama dan saling menghargai antar Sivitas
54
akademika. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik secara
regional, nasional maupun internasional.
Tujuan program studi DIII kebidanan adalah menghasilkan sumber
daya manusia yang menguasai keilmuan dan keterampilan asuhan
kebidanan. Menghasilkan sumber daya manusia yang mampu
menerapkan manajemen kebidanan. Menghasilkan sumber daya
manusia yang mampu mengenal, merumuskan, mengkaji, menetapkan
diagnosa kebidanan, membuat intervensi dan mengimplementasikan
tindakan serta dapat mengevaluasi tindakan.
Akbid Pelita Ibu Kendari memiliki 2 kampus. Kampus I berada di
Jln. Syech Yusuf No. 4 Kel. Mandonga dan kampus terpadu berada di
Jalan Kampung Baru, Kel. Anduonohu, Kec. Poasia Kota Kendari.
Fasilitas pendukung pembelajaran di Akbid Pelita Ibu Kendari meliputi
sarana dan prasarana terdiri dari ruang laboratorium, ruang
perpustakaan, ruang aula, asrama, klinik kebidanan dan auditorium.
Sumber daya manusia dapat dilihat melalui jumlah dosen yang
mengajar dalam pembelajaran dan sarana dan prasarana tersebut
sudah terstandar.
Salah satu tujuan pendidikan kebidanan jenjang DIII Akbid Pelita
Ibu Kendari adalah terwujudnya tenaga bidan yang mampu
menerapkan tenaga professional, berakhlak mulia dan melaksanakan
asuhan kebidanan di setiap siklus kehidupan wanita. untuk mencapai
tujuan tersebut terdapat perkuliahan teori, praktikum, dan praktik klinik.
55
Perkuliahan tersebut berlangsung dari hari senin sampai sabtu dimulai
dari jam 07.30 hingga jam 16.00 dengan waktu istirahat antara jam
11.30 hingga jam 13.00. Padatnya jadwal perkuliahan menuntut
mahasiswi untuk selalu dalam kondisi maksimal dan tetap aktif dalam
mengikuti prosesnya.
2. Karakteristik Responden
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan usia, lama menstruasi,
tempat tinggal dan asal daerah.
Karakteristik Frekuensi %
Usia18 tahun 19 25.6719 tahun 23 31.0920 tahun 32 43.24
Lama Menstruasi< 7 hari 13 17.577Hari 57 77.03> 7 hari 4 5.40
Tempat TinggalAsrama/rumahkontrakan 49 66.21
Rumah orang tua 25 33.79 Asal daerah
Sulawesi 65 87.84Luar Sulawesi 9 12.16
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden
berusia 20 tahun yaitu sebanyak 32 orang (43.24 %) yang berarti
sebagian besar responden berada pada titik akhir tahap perkembangan
remaja akhir yang berlangsung pada umur 18-20 tahun. Jumlah
responden yang paling sedikit adalah yang berumur 18 tahun yakni
sebanyak 19 orang (25.67%).
56
Sebanyak 57 responden (77.03%) mengalami lama menstruasi
selama 7 hari dan yang paling sedikit yakni 4 orang (5.40%) mengalami
menstruasi > 7 hari. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar lama menstruasi yang dialami mahasiswa
tergolong tinggi sehingga mahasiswi merasakan kontraksi uterus lebih
lama. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi dari
sirkulasi prostaglandin yang terjadi sepanjang proses menstruasi.
Responden paling banyak bertempat tinggal di asrama/rumah
kontrakan yakni 49 orang (66.21%) dan yang paling sedikit adalah yang
tinggal di rumah orang tua yaitu sebanyak 25 orang (33.79%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden hidup jauh
dari orang tua sehingga menuntut mereka untuk mandiri dan
bertanggung jawab atas diri sendiri. Responden yang tinggal jauh dari
orang tua akan kurang mendapat dukungan dari keluarga ketika
mengalami nyeri haid (dismenore).
Mayoritas responden berasal dari pulau Sulawesi yakni 65 orang
(87.84%) dan sisanya sebanyak 9 orang (12.16%) berasal dari luar
Sulawesi. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden sebagian besar
berasal dari latar belakang kebudayaan yang sama yakni kebudayaan
Sulawesi. Kebudayaan akan mempengaruhi seseorang dalam
menghadapi nyeri dan cara penganganannya.
3. Hasil analisis univariat pada mahasiswi DIII kebidanan Akbid Pelita Ibu
Kendari tahun 2017
57
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Analisis Univariat pada mahasiswi DIII
Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 74 responden, mahasiswi
yang mengalami dismenore yakni sebanyak 65 orang (87.83%). Hasil
tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar mahasiswi
mengalami nyeri haid yang dapat mengganggu partisipasi mahasiswi
pada beberapa aktivitas. Sedangkan pada tabel 8 dapat diketahui pula
yang paling sedikit adalah yang tidak mengalami dismenore yakni 9
orang (12.16%).
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 74 responden,
paling banyak responden yang berada dalam kategori mengalami
obesitas yaitu sejumlah 45 orang (60.82%). Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi yang berlebih
yang ditandai dengan ketidaksesuaian hasil pengukuran tinggi dan
berat badan. Sedangkan dari 74 responden yang yang berada pada
kategori tidak obesitas yakni 29 orang (39.18%).
Variabel Frekuensi % Kejadian Dismenore
Ya 65 87.83Tidak 9 12.16
ObesitasYa 45 60.82Tidak 29 39.18
StressYa 57 77.03Tidak 17 22.97Jumlah 74 100
58
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 74 mahasiswi DIII
Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari yang mengalami stress terdapat 57
orang (77.03%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswi mengalami stress. dan yang tidak mengalami stress
berjumlah 17 orang (22.97%).
4. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Dismenore
Tabel 7. Tabel Silang Hubungan Obesitas dengan Kejadian Dismenore
pada mahasiswi DIII Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017
ObesitasKejadian Dismenore
P value X2 hitYa Tidak
n (%) n (%)
Ya 43 66.1 2 22.20,024 6,402
Tidak 22 33.9 7 77.8
Berdasarkan tabel 7 responden yang mengalami dismenore paling
banyak adalah responden yang obesitas berjumlah masing-masing 43
orang (66.1%). Sedangkan paling sedikit yang mengalami dismenore
adalah responden yang tidak obesitas yakni berjumlah 20 orang
(33.9%). Kemudian responden yang tidak mengalami dismenore adalah
responden yang tidak obesitas yaitu sebanyak 7 orang (77.8%), dan
paling sedikit adalah responden yang obesitas yakni sebanyak 2 orang
(22.2%).
Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai X2 hitung = 6,402 dan X2
tabel = 3,841, hal ini menunjukan X2 hitung > X2 tabel dengan p-value
= 0,024 yang berarti ada hubungan antara hubungan antara obesitas
59
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017, Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.
5. Hubungan Stress Dengan Kejadian Dismenore
Tabel 8. Tabel Silang Hubungan Stress dengan Kejadian Dismenore
pada mahasiswi DIII Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017
StressKejadian Dismenore
P value X2 hitYa Tidakn (%) n (%)
Ya 53 81.5 4 44.40.026 6,147
Tidak 12 18.5 5 55.6
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa yang mengalami dismenore
paling banyak adalah responden yang stress yakni 53 orang (81.5%).
Sedangkan yang paling sedikit mengalami dismenore adalah
responden yang tidak stress yaitu sejumlah 12 orang (18.5%).
Responden yang tidak mengalami dismenore paling banyak adalah
responden yang tidak stress yaitu sebanyak 5 orang (55.6%), yang
paling sedikit adalah responden yang mengalami stress yaitu sebanyak
4 orang (44.4%).
Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai X2 hitung = 6,147 dan X2
tabel = 3,841, hal ini menunjukan X2 hitung > X2 tabel dengan p-value
= 0.026 yang berarti ada hubungan antara hubungan antara Stress
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017, Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.
60
B. Pembahasan
1. Kejadian Dismenore
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 74
responden, sebagian besar mahasiswi mengalami dismenore yakni
sebanyak 65 orang (87.83%). Ditinjau dari karakteristik responden dari
segi umur, responden paling banyak berada dalam kategori umur 20
tahun yakni sebanyak 32 orang (43.24%). Menurut Beckmann (2010)
insiden dismenore paling besar terjadi pada perempuan di usia remaja
hingga awal umur 20 tahun dan akan menurun seiring dengan
pertambahan umur.
Dismenore bisa terjadi karena adanya faktor lain seperti lama
menstruasi. Sebanyak 36 responden (48.65%) mengalami lama
menstruasi selama 7 hari, sedangkan responden yang mengalami
menstruasi < 7 hari yakni 28 orang (37.85%). Menurut penelitian
Silvana (2012), menstruasi yang berlangsung lebih lama akan
menyebabkan sekresi prostaglandin yang lebih banyak sehingga
memicu terjadinya dismenore.
Menurut penelitian Li Ju-Tzu et al (2007) dismenore disebabkan
oleh peningkatan pelepasan hormon prostaglandin F2, hormon otot
yang dikeluarkan oleh endometrium uterus. Kinerja prostaglandin F2
adalah untuk merangsang terjadinya kontraksi uterus. Hormon lainnya,
vasopressin yang disintesis di hipotalamus namun disekresi dari
pituitari posterior, meningkatkan kontraktilitas uterus, memperlambat
61
aliran darah ke uterus dan menyebabkan nyeri iskemik uterus. Pada
wanita yang sehat, sekresi hormon vasopressin bervariasi antara siklus
menstruasi dengan peningkatan pada awal menstruasi. Pada wanita
dengan dismenore kadar vasopressin lebih tinggi tujuh kali lipat
dibanding wanita yang tidak mengalami dismenore.
Dismenore dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu status
gizi, aktivitas fisik, lamanya haid, aliran menstuasi yang hebat,
kebiasaan merokok, umur, paritas, riwayat keturunan dan stress.
Penyebab lainnya dari dismenore diduga terjadinya ketidak
seimbangan hormone (Fauzi, 2013).
2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Dismenore
Berdasarkan hasil penelitian ini responden yang mengalami
dismenore paling banyak adalah responden yang obesitas yaitu 43
orang (66.1%). Sedangkan paling sedikit yang mengalami dismenore
adalah responden yang tidak obesitas yakni berjumlah 20 orang
(33.9%). Kemudian responden yang tidak mengalami dismenore adalah
responden yang tidak obesitas yaitu sebanyak 7 orang (77.8%), dan
paling sedikit adalah responden yang obesitas yakni sebanyak 2 orang
(22.2%).
Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai X2 hitung = 6,147 dan X2
tabel = 3,841, hal ini menunjukan X2 hitung > X2 tabel dengan p-value
= 0,024 yang berarti ada hubungan antara hubungan antara Stress
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
62
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017, Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.
Dimana H1 yaitu ada hubungan hubungan antara Obesitas dengan
Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu
Kendari Tahun 2017 dan H0 yaitu tidak ada hubungan antara Obesitas
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sugiyono (2010), hubungan antara obesitas dengan Kejadian
Dismenore berada pada tingkat korelasi yang cukup. Tingkat korelasi
tersebut berkaitan dengan ditemukannya 43 dari 65 responden (66.1%)
yang mengalami dismenore namun memiliki obesitas. Selain itu,
Penelitian yang dilakukan oleh Hainun (2012) menyimpulkan bahwa
ada hubungan berat badan dengan gangguan menstruasi. Hal ini
sesuai dengan data yang diperoleh bahwa mayoritas berat badan
kurus, kegemukan dan obesitas namun pada berat badan yang normal
masih banyak siklus menstruasi yang normal. Banyak siswi yang
berpostur tubuh gemuk yang mengalami gangguan menstruasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmiaty (2011) dari hasil analisis
data recall 24 jam menunjukkan subjek penelitian jarang
mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran. Akibatnya asupan karbohidrat
hampir seluruhnya berasal dari karbohidrat sederhana. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa asupan karbohidrat berhubungan dengan
kejadian PMS. Untuk mengatasi gejala PMS diet yang dianjurkan
63
adalah mengurangi asupan karbohidrat sederhana dan meningkatkan
asupan karbohidrat komples seperti serat yang terkandung dalam
sayuran dan buah-buahan.19 Asupan lemak juga berhubungan dengan
kejadian PMS. Hal ini didukung dengan penelitian bahwa terdapat
hubungan positif antara total asupan lemak dengan perubahan skor
PMS. Lemak akan meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa obesitas
yang terjadi pada sebagian besar mahasiswi karena jumlah konsumsi
energi dan zat-zat gizi lain berlebihan dalam memenuhi kebutuhan
tubuh. Hal ini didukung dengan mahasiswi yang sebagian besar tinggal
di asrama/rumah kontrakan (68,21%). Mahasiswi yang tinggal di
asrama/rumah kontrakan akan cenderung mengikuti makanan yang
trend di kalangan teman-temannya sehingga menimbulkan pola makan
yang tidak teratur. Selain itu, mahasiswi yang akan mengikuti
perkuliahan dan pulang dalam keadaan capek memungkinkan mereka
untuk memilih makanan siap saji dan minuman bersoda, tentu saja
makan dalam kondisi lapar dan lelah mengakibatkan mahasiswa
mengkonsumsi makanan dengan tidak mengontrol asupan gizi yang
terkandung dalam makanan tersebut. Hal tersebut membuat mahasiswi
menjadi malas untuk bergerak dan bahkan terkadang absen dalam
perkuliahan yang pada akhirnya akan berdampak pada kelebihan
status gizi ditandai dengan kenaikan berat badan atau obesitas.
3. Hubungan Stress dengan Kejadian Dismenore
64
Stress telah terbukti menyebabkan perubahan hormonal melalui
sumbu hipotalamik pituitary-ovarium (HPO) yang menyebabkan
perubahan dalam hormone ovarium yang memungkinkan wanita lebih
rentan terhadap gangguan menstruasi (Gollenberg, 2010). Stress
merupakan faktor psikis yang berhubungan langsung dengan terjadinya
dismenore.
Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa paling banyak
yang mengalami dismenore adalah responden yang stress yakni 53
orang (81,5%). Responden yang paling sedikit mengalami dismenore
adalah responden yang tidak stress yaitu sejumlah 12 orang (18.5%)
sedangkan responden yang tidak mengalami dismenore paling banyak
adalah responden yang tidak stress yaitu sebanyak 5 orang (55.6%),
dan yang paling sedikit adalah responden yang stress yakni 4 orang
(44.4%).
Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai X2 hitung = 6,147 dan X2
tabel = 3,841, hal ini menunjukan X2 hitung > X2 tabel dengan p value
= 0.026 yang berarti ada hubungan antara hubungan antara Stress
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017, Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.
Dimana H1 yaitu ada hubungan hubungan antara Stress dengan
Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu
Kendari Tahun 2017 dan H0 yaitu tidak ada hubungan antara Stress
65
dengan Kejadian Dismenore pada mahasiswi DIII Kebidanan Akbid
Pelita Ibu Kendari Tahun 2017.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yunita (2014) menemukan hubungan yang bermakna antara tingkat
stress dengan tingkat dismenore dengan p value = 0,024 dan koefisien
korelasi 0,160. Susanti (2014) yang mendapatkan korelasi positif yang
signifikan antara tingkat stress dengan tingkat dismenore (p value
0,005). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2014) juga
menemukan hasil yang sama dengan p value 0,000 bahwa peningkatan
stres akan meningkatkan kejadian dismenore.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Hendrik
(2006) bahwa saat seseorang mengalami stres terjadi respon
neuroendokrin sehingga CRH menstimulasi sekresi ACTH yang akan
meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut
menyebabkan sekresi FSH dan LH terhambat sehingga sintesis dan
pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah
meningkatkan sintesis prostaglandin sehingga terjadi peningkatan
aktivasi PGF2ά yang menyebabkan dismenore.
Stress merupakan faktor risiko yang dinyatakan berhubungan
secara signifikan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada
faktor-faktor lain yang saling mempengaruhi dalam peningkatan derajat
dismenore pada beberapa responden. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Faramarzi et al (2014) mendapatkan bahwa
66
mahasiswi yang mengalami stress 2 kali lebih berisiko untuk mengalami
dismenore dari pada mereka yang tidak mengalami stress. Namun,
pada penelitian tersebut terdapat faktor psikososial yang paling
berpengaruh pada derajat dismenore mahasiswi yakni dukungan sosial
yang rendah dengan OR sebesar 4,25 (p value 0,001).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Nurmiaty (2011) menunjukkan bahwa tingkat stres berpengaruh
terhadap kejadian PMS. Nilai OR meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat stres. Semakin tinggi tingkat stres, risiko
mengalami PMS semakin meningkat. Subjek penelitian yang
mengalami stres berat ditemukan 6,8 kali lebih banyak pada kelompok
yang mengalami PMS dibandingkan pada kelompok yang tidak PMS.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa Mahasiswi
yang menjadi responden berada pada kategori umur 18-20 tahun yang
menjalani proses perkuliahan di tahun pertama. Hal tersebut membuat
responden sangat berpotensi untuk mengalami dismenore. Dengan
adanya stressor dalam mengikuti perkuliahan, mahasiswi dituntut untuk
dapat mengatasinya dengan baik. Stress yang dapat teratasi dengan
baik oleh responden tentunya tidak akan memberikan pengaruh negatif
seperti peningkatan derajat dismenore. Mahasiwa yang mengalami
stress dapat disebabkan oleh ketatnya persaingan dalam mencapai
prestasi, tekanan untuk terus meningkatkan IPK, tugas-tugas, ujian,
merasa salah jurusan, nilai rendah, adanya ancaman DO (drop out),
67
adaptasi lingkungan baru, manajemen waktu, hidup mandiri, sulit
mengatur keuangan, gangguan hubungan interpersonal serta konflik
dengan teman, dosen, keluarga atau pacar.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Pada saat penelitian ini dilaksanakan didapatkan beberapa mahasiswa
yang datang terlambat dikarenakan perkuliahan sebelumnya adalah
tutorial kelompok kecil sehingga waktu yang didapatkan untuk mengisi
kuesioner lebih singkat dari yang lainnya.
2. Pada saat penelitian dilakukan, peneliti membagi kuesioner dan
menjelaskan cara pengisiannya secara sekaligus pada satu waktu dan
tidak menjelaskan tentang kuesioner pada responden secara satu
persatu.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan
kesimpulan bahwa
1. Diketahui bahwa dari 74 responden yang berada dalam kategori
mengalami obesitas yaitu sejumlah 45 orang (60.82%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
status gizi yang berlebih yang ditandai dengan ketidaksesuaian
hasil pengukuran tinggi dan berat badan. Sedangkan dari 74
responden yang berada pada kategori tidak obesitas yakni 29
orang (39.18%).
2. Dari 74 mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari yang
mengalami stress terdapat 57 orang (77.03%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi mengalami stress.
dan yang tidak mengalami stress berjumlah 17 orang (22.97%).
3. Dari 74 responden, mahasiswi yang mengalami dismenore yakni
sebanyak 65 orang (87.83%). Hasil tersebut memberikan
gambaran bahwa sebagian besar mahasiswi mengalami nyeri haid
yang dapat mengganggu partisipasi mahasiswi pada beberapa
aktivitas. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak
mengalami dismenore yakni 9 orang (12.16%).
69
4. Dari 65 orang responden yang mengalami dismenore sebanyak 43
orang (66.1%) responden yang obesitas, Sedangkan paling sedikit
yang mengalami dismenore adalah responden yang tidak obesitas
yakni berjumlah 20 orang (33.9%). Kemudian responden yang
tidak mengalami dismenore adalah responden yang tidak obesitas
yaitu sebanyak 7 orang (77.8%), dan paling sedikit adalah
responden yang obesitas yakni sebanyak 2 orang (22.2%).
5. Responden yang stress adalah paling banyak mengalami
dismenore sejumlah 53 orang (81.5%). Sedangkan yang paling
sedikit mengalami dismenore adalah responden yang tidak stress
yaitu sejumlah 12 orang (18.5%). Responden yang tidak
mengalami dismenore paling banyak adalah responden yang tidak
stress yaitu sebanyak 5 orang (55.6%), yang paling sedikit adalah
responden yang mengalami stress yaitu sebanyak 4 orang
(44.4%).
B. Saran
1. Bagi mahasiwi DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari
a. Mahasiswi yang mengalami obesitas disarankan untuk
melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga diwaktu
senggang seperti senam pagi, menyeimbangkan asupan
nutrisi yang dikonsumsi dengan mengurangi makanan cepat
saji seperti junk food dan minuman bersoda.
70
b. Mahasiswi yang mengalami stress disarankan untuk Istirahat
dan olahraga secara teratur, gunakanlah waktu minimal
seminggu sekali untuk rekreasi, melakukan meditasi,
relaksasi dan mengubah sikap hidup yang negatif menjadi
lebih positif.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
tentang dismenore untuk memperkaya variabel independen
yang menjadi factor dari dismenore. Diharapkan pula peneliti
selanjutnya untuk menggunakan desain penelitian selain desain
cross sectional agar dapat diketahui hubungan sebab akibat
yang jelas dari dismenore.
DAFTAR PUSTAKA
Abass, M.Q. (2012) Evaluation of Serum Magnesium, Hemoglobin andBody Mass Index in Dismenoreric Women in Tikrit City/Iraq. Tikrit:Tikrit Journal of Pure Science 17 (4) 2012.
Agfiany, S.R. (2014) Hubungan Manajemen Waktu Dengan Tingkat StressPada Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Aanvulen Stikes ‘AisyiyahYogyakarta. Yogyakarta : STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Alwi, H. (2007) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, M. (2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo
Arisman. (2010) Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC
Arsani, N.L.K.A. (2013) Peranan Program PKPR (Pelayanan KesehatanPeduli Remaja) terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja diKecamatan Buleleng. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol.2 No.1, hal 129-137.
Avrilli, R. (2013) Hubungan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik DenganKejadian Dismenore Pada Karyawan Putridepartment Operation DiTrans Studio Bandung. Bandung: STIKES Bhakti Kencana.
Baecke, J.A.H. (1982) A Short Questionnaire For The Measurement OfHabitual Physical Activity In Epidemiological Studies. Am J ClinNutr 36: 936-942.
Barasi, M. (2009) At A Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.
Benson, R. C. (2008) Buku Saku Obstetric Dan Ginekologi Edisi 9.Jakarta: EGC
Borgelt, L.M. (2010) Woman’s Health Across Lifespan. USA: AmericanSociety of Health System Pharmacist
Celik, H. (2009) Severity of Pain and Circadian Changes in Uterin ArteryFlow in Primary Dysmenorrhea. Archives of Gynecology andObstetrics.
Corwin, E. (2009) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dariyo, A. (2007) Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: GhaliaIndonesia.
Depkes RI. (2006) Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Dewi, U.P. (2013) Hubungan Antara Densitas Energi Dan Kualitas DietDengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Remaja. Semarang:Universitas Diponegoro.
Dyah, E. 2009. Hubungan Indeks Masa Tubuh < 20 Dengan KejadianDismenore Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 3 Sragen .
Ehrenthal, D. (2006) Menstrual Disorder. USA: American College ofPhysician.
Ermiatun & Anjarwati. (2011) Pengaruh Pemberian Jus Wortel terhadapPenurunan Derajat Nyeri Dismenore Pada Mahasiswa DIIIKebidanan di Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Prosiding SeminarNasional Stikes Aisyiyah Yogyakarta.
Fajaryati, N. (2012) Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan DismenorePrimer Remaja Putri Di SMPN 2 Mirit Kebumen.
Fauzi, A. (2013) Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan KejadianDismenore Pada Siswi Mtsn Pitalah Kab. Tanah Datar Tahun 2013.
French, L. (2005) Dysmenorrhea. USA: American Academy for FamilyPhisicians.
Gregson & Looker. (2005) Managing Stress: Mengatasi Stress SecaraMandiri. Yogyakarta: Baca.
Haryani, L. (2013) Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh DenganDismenorrhoe Primer Pada Siswi Di SMA Negeri 2 Cimahi. JurnalPendidikan Bidan (The Journal of Midwifery Education)
Hasanah, O. (2010) Efektifitas Terapi Akupresur terhadap NyeriDismenore pada Siswa SMPN 5 dan SMPN 13 Pekanbaru. Jakarta:Universitas Indonesia.
Hurlock, B.E. (2007) Psikologi Perkembangan: Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Istiqamah, N. (2012) Hubungan Pola Hidup Sedentarian Dengan KejadianObesitas Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor BupatiKabupaten Jeneponto. Jurnal STIKES Volume 5, No. 2.
Kurniawati, D. (2011) Pengaruh Dismenore Terhadap Aktivitas pada SiswiSMK. Kemas Volume 6 No.2 Hal 93-99.
Kusumadewi, C. (2010) Hubungan Stress Dengan Dismenore PadaMahasiswa Tingkat III Program Studi DIII Kebidanan Stikes Muh.Gombong. STIKES Muhammadiyah Gombong.
Leppert, P.C. (2004) Primary Care For Women Second Edition.Philadelphia USA: Lippinkott Williams & Wilkins.
Li, J.T. (2007) A Narrative Literature Review On The Western MedicineAnd TCM Approaches To Dysmenorrhea. California: College ofAcupuncture and Oriental Medicine Southern California Universityof Health Sciences. J Chin Med Volume 18 Number (1,2): 13-26,
Lobo, L. (2012) Comprehensive Gynecology Sixth Edition. PhiladelphiaUSA: Elsevier Mosby.
Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. (1995) Manual for the Depression anxietyStress Scales. (2nd Ed) Sydney: Psychology Foundation.
Mahvash, N. (2012) The Effect of Physical Activity on PrimaryDysmenorrhea of Female University Students. World AppliedSciences Journal vol 17 No.10.
Manuaba, I.A.C. (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KBuntuk Pendidikan Bidan Vol.2. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.
Manuaba, I.B.G. (2009) Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta: EGC.
Manuaba, S.K.D.S. (2010) Buku Ajar Ginekologi Untuk MahasiswaKebidanan. Jakarta: EGC
Maramis, W. F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 9. Surabaya: ErlanggaUniversity Press.
Marlinda, R. (2013) Pengaruh Senam Dismenore Terhadap PenurunanDismenore Pada Remaja Putri Di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 1, No. 2, November 2013;118-123.
Maruf. (2013) Physical Activity Level and Adiposity: Are they Associatedwith Primary Dysmenorrhea in School Adolescents?. AfricanJournal of Reproductive Health Vol.17 No. 4 Hal 167.
Neinstein, L. (2008) Adolescent Health Care: A Practical Guide FifthEdition. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta ;Jakarta.
Nurmiaty. (2011) Perilaku Makan dengan Kejadian SindromPremenstruasi pada Remaja. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.27, No. 2, Juni 2011
Nursalam. (2011) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan Edisi II. Jakarta: Salemba Medika.
Okoro, R.N. (2013) Evaluation of Factors that Increase the Severity ofDysmenorrhea among University Female Students in Maiduguri,North Eastern Nigeria. The Internet Journal of Allied HealthSciences and Practise Volume 11 Number 4.
Oktaviani, W.D. (2012) Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food,Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Dan OrangTua Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus Pada SiswaSma Negeri 9 Semarang Tahun 2012). Jurnal KesehatanMasyarakat, Vol 1, No. 2, Halaman 542 – 553.
Proverawati, A. (2009) Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna.Yogyakarta: Nuha Medika.
Romansyah, M. (2012) Gangguan Body Image Dihubungkan DenganAktivitas Olahraga Pada Mahasiswa Obesitas. Jurnal STIKES RSBaptis Kediri
Saputri, M. (2011) Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian DismenoreaPada Siswi SMKN 1 Karanganyar. Surakarta: Universitas SebelasMaret
Saryono. (2009) Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika
Sianipar, O. (2009) Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktoryang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo GadungJakarta Timur. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59, Number9.
Silvana, P.D. (2012) Hubungan Antara Karakteristik Individu, AktivitasFisik, dan Konsumsi Produk Susu dengan Dismenorrhea Primerpada Mahasiswi FIK dan FKM UI Depok. Jakarta: UniversitasIndonesia.
Singh, A. (2008) Prevalence and Severity Of Dysmenorrrhea: A Problemrelated to Menstruation, Among First and Second Year FemaleMedical Student. Indian J Physiol Pharmacol 52, 389 -397
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suharsimi. A. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Suliawati, G. (2013) Hubungan Umur,Paritas Dan Status Gizi DenganKejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong KliengCot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013. BandaAceh: STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
Suparman, E. (2012) Premenstrual Syndrome. Jakarta: EGC.
Susanti, E. (2014) Hubungan Stress Dengan Kejadian Dismenorea PadaMahasiswi DIII Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.Yogyakarta : STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Swarth, J. (2006) Stress dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara.
Troeman, K. (2014) Hubungan Frekuensi Olahraga Dengan TingkatDismenore Pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2011 dan 2012.Medan: Universitas Sumatera Utara.
Yosep, I. (2009) Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Zou, H.G. (2010) Prevalence of Dysmenorrhea in Female Students InChinese University : A Prospective Study. Sichuan Medical CollegeVolume 2 Number 4, 314-316.
PENGANTAR INSTRUMEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur Pratiwi Pasaeno
NIM : P00312016135
Pendidikan : Mahasiswa DIV Kebidanan Alih Jenjang Poltekkes
Kendari
Dalam rangka mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Obesitas dan Stress dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi
DIII Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017”. Mengharapkan
kesediaan saudara untuk menjadi responden penelitian dengan mengisi
kuesioner yang terlampir.
Besar harapan saya, teman-teman dapat mengisi kuesioner
dengan sejujur-jujurnya dan ikhlas. Jawaban diberikan semata-mata
hanya kepentingan ilmu pengetahuan tanpa maksud lain. Responden
tidak perlu khawatir karena identitas dan jawaban akan kami rahasiakan.
Semoga kerjasama dan budi baik teman-teman mendapat balasan dari
Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat saya,
Nur Pratiwi Pasaeno
Lampiran 1
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan ini saya :
Kelas :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden dan
menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya terhadap penelitian yang
dilakukan oleh Nur Pratiwi Pasaeno yang berjudul “Hubungan antara
Obesitas dan Stress dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi DIII
Kebidanan Akbid Pelita Ibu Kendari Tahun 2017”. Saya berharap jawaban
yang diberikan dijaga kerahasiaanya
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.
Kendari, 2017Responden
( )
Lampiran 2Kuesioner Penelitian Hubungan Obesitas dan Stress dengan
Kejadian Dismenore pada Mahasiswi DIII Kebidanan Akbid Pelita IbuKendari
Tahun 2017Instruksi pengisian
1. Berdoalah sebelum menjawab pertanyaan di bawah ini.2. Isilah data saudari sebelum menjawab pertanyaan.3. Pada soal pilihan, pilihlah salah satu jawaban yang paling
mendekati dan sesuai dengan kehidupan saudari kemudianjawaban saudari bisa diberi tanda cek (√)
4. Setelah selesai mohon lakukan pengecekan ulang, sehingga tidakada pertanyaan yang terlewati.
Data Responden1 No responden (diisi
oleh peneliti)2 Inisial nama3 NIM4 Umur (tahun)5 Daerah asal6 Tempat tinggal saat ini kos/kontrak rumah orang tua
rumah saudara ,lainnya…………………
7 Lama menstruasi …….. hari8 No. Handphone9 Tanggal pengisian
kuesioner
Antropometri (diisi oleh peneliti setelah pengukuran dilakukan)1 Berat badan ………kg2 Tinggi badan ………cm3 IMT
A. Nyeri HaidNo Pertanyaan Ya Tidak1 Apakah Anda mengalami nyeri haid yang
dirasakan paling tidak 6 bulan terakhir?2 Apakah saat haid Anda memiliki keluhan nyeri
pada perut bagian bawah?
II. Petunjuk
Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik sehingga benar-benar
dimengerti. Jika saudari memberi jawaban yang benar, beri lingkaran
(o) pada angka yang anda tunjuk.
III. Nyeri Menstruasi (Dismenorea)
Jika dalam bentuk skala, nyeri menstruasi yang paling sering anda
alami berada pada angka ………….
TidakSakitSedikitSakit
AgakMengganggu
MenggangguAktifitasSangat
MengganguTak
Tertahankan
TidakSakit
SedikitSakit
AgakMengganggu
MenggangguAktifitas
SangatMenggangu
TakTertahankan
Lampiran 3 (Kuesioner DASS 42)
No Pertanyaan TidakPernah
Kadang-kadang Sering Selalu
1 Saya merasa bahwa diri sayamenjadi marah karena hal-halsepele
2 Saya cenderung bereaksiberlebihan terhadap suatusituasi
3 Saya merasa sulit untukbersantai
4 Saya menemukan diri sayamuda merasa kesal
5 Saya merasa telahmenghabiskan banyak energyuntuk merasa cemas
6 Saya menemukan diri sayamenjadi tidak sabar ketikamengalami penundaan(misalnya : kemacetan lalulintas, menunggu sesuatu)
7 Saya merasa bahwa sayamudah tersinggung
8 Saya merasa sulit untukberistirahat
9 Saya merasa bahwa sayasangat mudah marah
10 Saya merasa sulit untuktenang setelah sesuatumembuat saya kesal.
11 Saya sulit untuk sabar dalammenghadapi gangguanterhadap hal yang sedangsaya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.13 Saya merasa bahwa hidup
tidak berarti14 Saya menemukan diri saya
mudah gelisah
MASTER TABELHUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN
DISMENORE PADA MAHASISWI D III KEBIDANANAKBID PELITA IBU KENDARI
TAHUN 2017
No NamaDismenore Obesitas Stress
KETYa Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Nn. A √ √ √2 Nn. V √ √ √3 Nn. C √ √ √4 Nn. Y √ √ √5 Nn. R √ √ √6 Nn. T √ √ √7 Nn. r √ √ √8 Nn. D √ √ √9 Nn. E √ √ √10 Nn. L √ √ √11 Nn. O √ √ √12 Nn. i √ √ √13 Nn. P √ √ √14 Nn. M √ √ √15 Nn. N √ √ √16 Nn. K √ √ √17 Nn. i √ √ √18 Nn. S √ √ √19 Nn. e √ √ √20 Nn. W √ √ √21 Nn. A √ √ √22 Nn. V √ √ √23 Nn. C √ √ √24 Nn. Y √ √ √25 Nn. R √ √ √26 Nn. T √ √ √27 Nn. r √ √ √28 Nn. D √ √ √29 Nn. E √ √ √30 Nn. L √ √ √31 Nn. O √ √ √32 Nn. i √ √ √33 Nn. P √ √ √
34 Nn. M √ √ √35 Nn. N √ √ √36 Nn. K √ √ √37 Nn. i √ √ √38 Nn. S √ √ √39 Nn. e √ √ √40 Nn. W √ √ √41 Nn. A √ √ √42 Nn. V √ √ √43 Nn. C √ √ √44 Nn. Y √ √ √45 Nn. R √ √ √46 Nn. T √ √ √47 Nn. r √ √ √48 Nn. D √ √ √49 Nn. E √ √ √50 Nn. L √ √ √51 Nn. O √ √ √52 Nn. i √ √ √53 Nn. P √ √ √54 Nn. M √ √ √55 Nn. N √ √ √56 Nn. K √ √ √57 Nn. i √ √ √58 Nn. S √ √ √59 Nn. e √ √ √60 Nn. W √ √ √61 Nn. A √ √ √62 Nn. V √ √ √63 Nn. C √ √ √64 Nn. Y √ √ √65 Nn. R √ √ √66 Nn. T √ √ √67 Nn. r √ √ √68 Nn. D √ √ √69 Nn. E √ √ √70 Nn. L √ √ √71 Nn. O √ √ √72 Nn. i √ √ √73 Nn. P √ √ √74 Nn. M √ √ √
CrosstabsCase Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dismenore * Obesitas 74 100.0% 0 .0% 74 100.0%
Dismenore * Obesitas Crosstabulation
Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Dismenore dismenore Count 43 22 65
Expected Count 39.5 25.5 65.0
% within Dismenore 66.2% 33.8% 100.0%
tidak dismenore Count 2 7 9
Expected Count 5.5 3.5 9.0
% within Dismenore 22.2% 77.8% 100.0%
Total Count 45 29 74
Expected Count 45.0 29.0 74.0
% within Dismenore 60.8% 39.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.402a 1 .011
Continuity Correctionb 4.691 1 .030
Likelihood Ratio 6.363 1 .012
Fisher's Exact Test .024 .016
Linear-by-Linear Association 6.316 1 .012
N of Valid Casesb 74
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,53.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .282 .011
N of Valid Cases 74
CrosstabsCase Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dismenore * stress 74 100.0% 0 .0% 74 100.0%
dismenore * stress Crosstabulation
stress
Totalstress tidak stress
dismenore dismenore Count 53 12 65
Expected Count 50.1 14.9 65.0
% within dismenore 81.5% 18.5% 100.0%
tidak dismenore Count 4 5 9
Expected Count 6.9 2.1 9.0
% within dismenore 44.4% 55.6% 100.0%
Total Count 57 17 74
Expected Count 57.0 17.0 74.0
% within dismenore 77.0% 23.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.147a 1 .013
Continuity Correctionb 4.230 1 .040
Likelihood Ratio 5.218 1 .022
Fisher's Exact Test .026 .026
Linear-by-Linear Association 6.064 1 .014
N of Valid Casesb 74
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,07.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .277 .013
N of Valid Cases 74