Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
-
Upload
islamuddin-syam -
Category
Education
-
view
1.362 -
download
4
description
Transcript of Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR FISIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SINJAI UTARA
Islamuddin Syam, Subaer, AslimJurusan Fisika Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kreativitas dan hasil belajar fisika serta hubungan keduanya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai Tahun Ajaran 2010-2011. Variabel yang diperhatikan dalam penelitian ini yaitu kreativitas belajar fisika dan hasil belajar fisika. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara dengan jumlah siswa 182. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil minimal 25 % dari tiap kelas sehingga jumlah sampel terpilih sebanyak 48 responden. Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara tahun ajaran 2010-2011. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kreativitas dalam fisika yang memenuhi kriteria valid dengan reabilitas soal 0,607 sebanyak 30 butir dan tes hasil belajar fisika dalam ranah kognitif yang memenuhi kriteria valid dengan reabilitas soal 0,850 sebanyak 25 butir. Hasil analisis deskriptif mengungkapkan bahwa kreativitas belajar fisika siswa secara umum berada pada kategori sedang dengan persentase 68,75% dan hasil belajar fisika siswa juga secara umum berada pada kategori sedang dengan persentase 72,92%. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara tahun ajaran 2010-2011 dimana kreativitas berpengaruh 45,68% terhadap hasil belajar fisika sedangkan 54,32% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ikut diselidiki dalam penelitian ini.
Kata kunci : Penelitian ex-post facto, Kreativitas Belajar Fisika, Hasil Belajar fisika.
. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik)
untuk dengan penuh tanggung jawab
membimbing anak didik ke kedewasaan, dengan
tujuan pendidikan mengantarkan anak didiknya
agar menjadi makhluk yang secara individu
bertanggung jawab pada dirinya, keluarga,
masyarakat, terutama tanggung jawab bagi dunia
pendidikan dengan memiliki pengetahuan,
kterampilan serta kemampuan untuk berkreatif
sehingga menjadi manusia yang berkualitas.
Berbicara masalah berkualitas dalam bidang
pendidikan sangat erat kaitannya dengan
pengembangan kreativitas anak didik yang pada
dasarnya dimiliki setiap individu, dikarenakan
anak didik adalah sebagai subyek yang akan
menentukan kualitas pendidikan sehingga
potensi-potensi yang dimilikinya harus ia
kembangkan seperti pada potensi kreativitas.
Dalam memupuk kreativitas anak didik, dunia
pendidikan perlu mempersiapkan dan melatih
anak didiknya agar mampu berfikir kreatif dalam
proses belajar serta memiliki kompetensi
profesional dalam bidang keterampilan yang
digelutinya. Misalnya pendidik dapat memberikan
pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran,
perasaan dan perilaku anak didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi anak didik dan
melihat dari sudut pandang anak didik, serta
memberi kepercayaan padanya bahwa pada
dasarnya ia mampu. Maka dalam suasana ini
anak didik merasa aman dan luas untuk
mengungkapkan kreativitasnya.
Kreativitas sebagai salah satu aspek yang
berperan dalam prestasi belajar anak disekolah
perlu dikembangkan. Hal ini dimaksudkan guna
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 1
meningkatkan potensi anak secara utuh dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Siswa yang
kreativitasnya tinggi memiliki prestasi sekolah
yang tidak berbeda dengan kelompok siswa yang
inteligensinya relatif lebih tinggi.
Mengingat pentingnya peran kreativitas bagi
anak didik, kreativitas diharapkan dapat
berkembang secara maksimal artinya bahwa
perkembangan kreativitas tidak hanya bergantung
pada pembawaan yang khusus tetapi juga pada
mekanisme mental anak didik. “Kreativitas dalam
hal ini merupakan proses berfikir dimana siswa
berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan
baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara
dalam memecahkan suatu masalah”.
Namun dunia pendidikan saat ini dalam upaya
menunjukkan keberhasilan belajar hanya
memfokuskan pada cara berfikir anak didiknya
terhadap mata pelajaran yang diperoleh atau
kecerdasan tinggi yang dimiliki oleh anak didiknya
dengan menjadikan yang terbaik tanpa adanya
kreativitas. Kondisi yang demikian tentunya akan
meminimalkan kemampuan kreativitas.
Untuk kreativitas dalam realitasnya sangat
dibutuhkan, sehingga kreativitas perlu
dikembangkan melalui program-program dalam
bidang ekstrakurikuler maupun kterampilan
kepada mereka sehingga mempunyai aspek yang
bermanfaat terhadap keefektifan persekolahan
formal. Ini semua akan menunjang proses belajar
secara efektif dan efisien.
Seringkali upaya kreatif yang dilakukan dalam
dunia pendidikan sering ditanggapai dengan kritik
dan umpan balik yang negatif, bukan dukungan
dan dorongan. misalnya dalam proses belajar,
anak didik lebih sering menghafal dari pada
mengekspresikan, bertanya atau bereksperimen.
Akhirnya banyak anak didik tidak
mengembangkan daya kreatif mereka karena
tidak pernah diberi arah memanfaatkan
keterampilan kreatif alami ataupun cara
mengembangkan berbagai teknik.
Sampai saat ini, dunia pendidikan masih
memandang sebelah mata terhadap kontribusi
kreativitas terhadap keberhasilan belajar anak
didiknya. Di dunia pendidikan kurikulum yang
dikembangkan hanya difokuskan pada
pengembangan kecerdasan saja.
Kreativitas memungkinkan seseorang untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman, dan dorongan atau motivasi,
sedangkan kreativitas kaitannya dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas akan tampak
pada perbedaan-perbedaan dari individu dalam
belajar serta dalam diri anak didik.
Dengan demikian kreativitas memainkan
peran yang sedemikian penting dalam kehidupan
manusia terutama bagi diri individu sendiri. Maka
dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kreativitas siswa sangat
mendorong keberhasilan belajar siswa. Dengan
mengacu pada pemikiran sekilas tersebut, dari
sinilah penulis tertarik untuk meneliti sekaligus
mengetahui sejauh mana hubungan antara
kreativitas dengan hasil belajar fisika siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
rumusan masalah yang diselidiki dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah tingkat kreativitas belajar
fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai
Utara tahun ajaran 2010-2011?
2. Seberapa besarkah hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara tahun
ajaran 2010-2011?
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 2
3. Apakah ada hubungan yang signifikan
antara kreativitas dengan hasil belajar fisika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara
tahun ajaran 2010-2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kreativitas belajar
fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai
Utara tahun ajaran 2010-2011?
2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara tahun
ajaran 2010-2011?
3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan
antara kreativitas dengan hasil belajar fisika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara
tahun ajaran 2010-2011?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan acuan ilmiah bagi guru fisika
untuk memikirkan alternatif yang dapat
meningkatkan kreativitas belajar fisika pada
siswa.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
kepustakaan dan referensi bagi penelitian
selanjutnya untuk jenis penelitian yang
relevan.
3. Sebagai latihan bagi penulis dalam menyusun
suatu karya ilmiah yang baik.
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kreativitas Belajar Fisika
Kreativitas merupakan sebuah konsep yang
majemuk dan multi-dimensional, sehingga sulit
didefinisikan secara operasional. Secara
etimologis, arti kreativitas adalah memunculkan
sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kreativitas berarti daya cipta atau kemampuan
mencipta (W.J.S Poerwadarminta, 1994: 526).
Dalam hal ini kreativitas lebih diartikan pada
kemampuan membuat gabungan atau kombinasi-
kombinasi baru dari unsur-unsur yang telah ada
sebelumnya, sekalipun dalam bentuk sederhana.
Harris (Dwi Saputro, 2006: 24) kreativitas
adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan
untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu
yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide
baru dengan mengkombinasikan, merubah,
menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada; suatu
sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan
dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan
ide dan kemungkinan untuk fleksibilitas
pandangan, kebiasaan menikmati sesuatu dengan
baik, ketika mencari cara untuk mengimprovisasi
ide tersebut; suatu proses, yaitu orang kreatif
bekerja keras dan terus menerus, sedikit demi
sedikit membuat perubahan dan perbaikan
terhadap pekerjaannya.
Menurut Lumsdaine dalam Tim Dosen LPTK
(2008: 5) kreativitas adalah kemampuan individu
untuk mempergunakan imaginasi dan berbagai
kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan
idea tau gagasan, orang lain dan lingkungan
untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta
bermakna.
Sedangkan David Campbell dalam A.M.
Mangunhardjana (1986: 11) menyatakan bahwa
kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan
hasil yang sifatnya:
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 3
1. Baru (novel): inovatif, belum ada
sebelumnya, segar, menarik, aneh,
mengejutkan.
2. Berguna (useful): lebih enak , lebih praktis,
mempermudah, memperlancar, mendorong,
mengembangkan, memdidik, memecahkan
masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/
banyak.
3. Dapat dimengerti (understandable): hasil
yang sama dapat dimengerti dan dapat
dibuat di lain waktu.
Utami Munandar dalam Reni Akbar (2001: 4),
dalam uraiannya tentang pengertian kreativitas
menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu
yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mengkombinasi, memecahkan/menjawab
masalah dan cerminan kemampuan operasional
anak kreatif.
Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru
bedasarkan data, informasi atau unsur-unsur
yang ada.
2. Kemampuan berdasarkan data atau informasi
yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah, dimana penekanannya pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman
jawaban.
3. Kemampuan yang secara operasional
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan
untuk mengelaborasi (mengembangkan
/memperkaya /memerinci) suatu gagasan.
Seperti yang telah diuraikan di atas maka
manifestasi kreativitas belajar fisika merupakan
kemampuan mempergunakan imajinasi dan
berbagai kemungkinan untuk membuat gabungan
atau kombinasi-kombinasi baru dari materi-materi
fisika yang telah ada sebelumnya, agar lebih
menarik, praktis dan mudah dimengerti untuk
mengatasi kesulitan dalam memecahkan masalah
fisika.
a. Ciri-ciri kreativitas
Salah satu aspek kreativitas adalah
kepribadian (personality) orang-orang kreatif.
Aspek ini penting dipahami sebagai dasar dalam
memberikan perlakuan yang sesuai kepada
seseorang untuk mengembangkan kreativitasnya.
Upaya mengembangkan iklim yang kondusif bagi
perkembangan kreativitas, hanya mungkin terjadi
apabila dipahami lebih dahulu sifat-sifat
kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang
mengelilingi.
Piers dalam Mohammad Ali (2004: 52)
mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas
adalah sebagai berikut: (1) memiliki dorongan
(drive) yang tinggi, (2) memiliki keterlibatan yang
tinggi, (3) memiliki rasa ingin tahu yang besar, (4)
cenderung tidak puas terhadap kemampuan, (5)
penuh percaya diri, (6) memiliki ketekunan yang
tinggi, (7) memiliki kemandirian yang tinggi, (8)
bebas dalam mengambil keputusan, (9) menerima
diri sendiri, (10) senang humor, dan (11) memiliki
intuisi yang tinggi.
Guilford (Supriadi, 1997: 7) menyatakan
bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan ke
dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif, yaitu :
a. Ciri kemampuan berpikir kreatif ada lima,
yaitu:
1. Keterampilan berpikir lancar (fluency),
yaitu mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah dan
pertanyaan, memberikan banyak cara
atau saran untuk melakukan berbagai hal
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 4
serta selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.
2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility),
yaitu menghasilkan gagasan, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari
banyak alternatif atau arah yang berbeda-
beda, serta mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikiran.
3. Keterampilan berpikir orisinal (originality),
yaitu mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik, memikirkan cara yang
tidak lazim untuk mengungkapkan diri
serta mampu membuat kombinasi-
kombinasi yang tidak lazim dari bagian-
bagian atau unsur-unsur.
4. Keterampilan merinci atau penguraian
(elaboration), yaitu mampu memperkaya
dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk, dan menambahkan atau merinci
secra detail dari suatu obyek, gagasan
atau situasi sehingga lebih menarik.
5. Keterampilan perumusan kembali
(redefinition), yaitu menentukan apakah
suatu pertanyaan benar, suatu rencana
sehat, atau suatu tindakan bijaksana,
mampu mengambil keputusan terhadap
situasi yang terbuka, serta tidak hanya
mencetuskan gagasan tetapi juga
melakukan.
b. Ciri-ciri menyangkut sikap dan perasaan
seseorang atau afektif, antara lain adalah:
1. Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan
untuk mengetahui lebih banyak,
mengajukan benyak pertanyaan, selalu
memperhatikan orang lain, obyek dan
situasi serta peka dalam pengamatan dan
ingin mengetahui dan meneliti.
2. Bersifat imaginatif, meliputi kemampuan
untuk memperagakan atau
membayangkan hal-hal yang tidak atau
belum pernah terjadi, dan menggunakn
khayalan tetapi mengetahui perbedaan
antara khayalan dan kenyataan.
3. Merasa tergantung oleh kemajemukan,
meliputi dorongan untuk mengatasi yang
sulit, merasa tertantang oleh situasi-
situasi yang rumit serta lebih tertarik pada
tugas-tugas yang sulit.
4. Sikap berani mengambil resiko, meliputi
keberanian memberikan jawaban belum
tentu benar, tidak takut gagal, atau
mendapat kritik serta tidak menjadi ragu-
ragu karena ketidak jelasan hal-hal yang
tidak konvensional, atau yang kurang
terstruktur.
5. Sikap menghargai, meliputi tindakan
dapat menghargai bimbingan dan makna
dalam hidup, serta menghargai
kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang
sedang berkembang.
Kedua ciri tersebut sama-sama penting,
karena ditunjang oleh kepribadian yang sesuai,
kreativitas seseorang tidak dapat berkembang
secara wajar. Misalnya, siswa yang memiliki
kemampuan berpikir asli, luwes dan lancar, tetapi
ia pemalas dan mudah menyerah, maka
kemampuan tersebut tidak akan berkembang.
Orang kreatif memiliki kepekaan terhadap
lingkungan, sehingga menjadikan dirinya kaya
akan inisiatif dan Nampak seperti tidak kehabisan
akal dalam memecahakan suatu masalah. Karena
itu orang kreatif lebih berorientasi ke masa kini
dan masa depan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 5
Faktor yang mempengaruhi kreativitas dibagi
kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang
mendukung dan yang menghambat kreativitas.
Clark dalam Mohammad Ali (2004: 54)
mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mendukung perkembangan kreativitas, yaitu:
1. Situasi yang menghadirkan
ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2. Situasi yang memungkinkan dan
mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
3. Situasi yang dapat mendorong dalam
rangka menghasilkan sesuatu.
4. Situasi yang mendorong tanggung jawab
dan kemandirian.
5. Perhatian dari orang tua terhadap minat
anaknya, stimulasi dari lingkungan
sekolah dan hasil diri.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat
berkembangnya kreativitas adalah sebagai
berikut:
Adanya kebutuhan akan keberhasilan,
ketidakberanian dalam menanggung resiko, atau
upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
1. Konformitas terhadap terhadap teman-
teman kelompoknya dan tekanan sosial.
2. Kurang berani dalam melakukan
eksplorasi, menggunakan imajinasi dan
penyelidikan.
3. Stereotip peran seks dan jenis kelamin.
4. Diferensiasi antara bkerja dan bermain.
5. Otoritarianisme
6. Tidak menghargai terhadap fantasi dan
khayalan. (Mohammad Ali, 2004: 55).
Menurut Buchari Alma (2008: 73) untuk
mendorong kretivitas seseorang, maka harus
dibiasakan:
1. Selalu bertanya, apakah ada cara lain
yang lebih baik.
2. Pertanyaan dan kaji lebih jauh kebiasaan
yang ada, sifat rutin,dan tradisi.
3. Harus berfikir reflektif, merenung, berfikir
lebih dalam
4. Mencoba melihat sesuatu dari perspektif
lain
5. Berfikir barangkali ada lebih dari satu
jawaban yang benar.
6. Lebih relaks guna mencari pemecahan
masalah yang inovatif
2. Hasil Belajar Fisika
Istilah hasil belajar berasal dari dua kata yaitu
hasil dan belajar. Dalam kamus bahasa
Indonesia kata hasil berarti sesuatu yang menjadi
akibat dari usaha. Sedangkan kata belajar
mempunyai banyak pengertian, diantaranya
menurut Slameto dalam Haling (2007:1)
menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu akibat yang diperoleh
dari suatu usaha yang telah dilakukan/dialami
oleh seseorang (peserta didik) yang dituangkan
dalam bentuk kecakapan, kecerdasan,
keterampilan dan tingkah laku.
Suatu proses belajar harus bersifat praktis
dan langsung. Artinya, bila seseorang ingin
mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang
harus melakukannya, tanpa melalui perantara
orang lain. Jadi pada dasarnya peristiwa belajar,
serta hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh
individu yang bersangkutan. Meskipun demikian
kerena individu itu tidak pernah lepas
hubungannya dengan lingkungannya, faktor
lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 6
dan suasana sekitar dapat berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar. Menurut Ali, dkk(1990:
12), ada tiga unsur utama dalam belajar , yaitu
1) Hasil untuk belajar, 2)Tujuan yang hendak
dicapai, 3) Situasi yang mempengaruhi.
Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut Tingkah laku manusia menurut Oemar
Hamalik (2004:30) terdiri dari beberapa aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
pada aspek-aspek tersebut. Aspek itu adalah: (1)
pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4)
keterampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7)
hubungan social, (8) jasmani, (9) etis atau budi
pekerti, dan (10) sikap.
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar
(1988:135) membagi lima kategori hasil belajar,
yakni (1) keterampilan intelektual, (2) strategi
kognitif, (3) informasi verbal, (4) sikap-sikap, dan
(5) keterampilan motorik.
Setiap kegiatan yang berlangsung pada
akhirnya kita ingin mengetahui hasil akhirnya ,
demikian pula dengan pembelajaran , untuk
mengetahui hasil kegiatan pembelajaran harus
dilakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran
adalah suatu usaha untuk mengetahui sesuatu
seperti apa adanya, sedangkan penilaian adalah
usaha yang bertujuan untuk menegetahui
keberhasilan belajar dalam penugasan
kompetensi. Dengan demikian pengukuran hasil
belajar adalah suatu ussaha untuk mengetahui
kondisi status kompetensi dengan mengunakan
alat ukur kelas seperti tes tertulis atau penilaian
tertentu (Haling, 2007).
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa
dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru
atau seberapa besar pemahaman siswa terhadap
suatu materi pelajaran tersebut. Hasil penilaian
yang diperoleh oleh guru akan dapat mengetahuin
siswa – siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajaran keerena sudah menguasai
materi, maupun mengetahui siswa –siswa mana
yang belum berhasil menguasai materi. Hal ini
tentu saja dapat diketahui dengan melihat hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut dapat
diketahui dengan memberikan tes yang dibuat
khusus oleh peneliti setelah proses pembelajaran
berlangsung.
Dengan hasil belajar yang diperoleh guru
akan mengetahui apakah metode atau strategi
yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika
sebagian besar siswa memperoleh angka jelek
pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini
disebabkan oleh metode atau strategi yang
kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode
atau strategi lain dalam mengajar atau
membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang
berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah
bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar,
dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan
sebagai dampak pengiring.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
Hasil belajar yang dicapai seorang individu
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid
dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-
baiknya.
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 7
Menurut W. S. Winkel dalam
(http://belajarpsikologi.com) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor-faktor Internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari individu anak itu sendiri
yang meliputi : (a) Faktor Jasmaniah
(fisiologis) antara lain penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya
(b) Faktor Psikologis yaitu intelektul (taraf
intelegensi, kemampuan belajar, dan cara
belajar), non intelektual (motifasi
belajar,kreativitas belajar, sikap, perasaan,
minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat
keadaan sosiokultur) dan faktor kondisi fisik.
2. Faktor-faktor Eksternal, yang termasuk faktor
eksternal antara lain, (a) faktor pengaturan
belajar disekolah ( kurikulum, disiplin
sekolah, guru, fasilitas belajar, dan
pengelompokan siswa ), (b) faktor sosial
disekolah ( sistem sosial, status sosial siswa,
dan interaksi guru dan siswa ), (c) faktor
situasional ( keadaan politi ekonomi,
keadaan waktu dan tempat atau iklim).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan faktor
yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor
ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi
sehingga membuahkan sebuah hasil belajar.
B. Kerangka Pikir
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
fisika dapat berasal dari luar maupun dari dalam
diri siswa, faktor dari luar (eksternal) diri siswa
meliputi faktor pengaturan belajar disekolah,
faktor sosial disekolah, faktor situasional,
sedangkan faktor dari dalam diri (internal) siswa
meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
Kreativitas merupakan faktor psikologis yang
bersifat non-intelektual, mempunyai peranan
penting dan unik sebagai jiwa perkembangan atau
perubahan dan kemajuan belajar fisika siswa.
Dalam suasana belajar yang kompetitif tanpa
kreativitas maka seorang siswa akan tertinggal
dari siswa-siswa lain yang mampu
mengembangkan kreativitasnya.
Kegiatan belajar pembelajaran di sekolah
berorientasi kepada pencapaian hasil belajar
akademik yang tinggi oleh semua siswa.
Kelompok siswa yang kreativitanya tinggi memiliki
prestasi yang relatif tinggi pula.
Kreativitas yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan dan originalitas dalam berfikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan
dapat membantu siswa dalam proses belajar
fisika.
Kelancaran berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam menghasilkan banyak
gagasan pemecahan masalah dalam waktu
singkat. Keluwesan berhubungan dengan
kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut
tinjauan. Originalitas berhubungan dengan usulan
atau cara yang unik yang dihasilkan sehingga
menjadi lebih menarik. Elaborasi berhubungan
dengan kemampuan mengembangkan suatu
gagasan secara rinci. Apabila aspek ini dapat
dikembangkan oleh siswa maka otomatis akan
membantu siswa dalam mengaktualisasikan diri
dan mewujudkan potensinya dalam belajar fisika
sehingga memungkinkan siswa untuk menperoleh
hasil belajar yang baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kreativitas berhubungan positif dengan prestasi
belajar fisika.
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 8
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto
yang bersifat korelasional, untuk menemukan
suatu hebungan antara kreativitas belajar fisika
dengan hasil belajar fisika dengan desain sebagai
berikut:
(Sugiyono, 2007:154)
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diperhatikan dalam penelitian ini
ada dua yaitu:
1. Kreativitas belajar fisika yang disimbolkan
dengan (X).
2. Hasil belajar fisika yang disimbolkan dengan
(Y).
C. Definisi Operasional Variabel
a. Kreativitas Belajar Fisika
Kreativitas siswa dalam belajar fisika adalah skor
yang dicapai siswa melalui tes kreativitas yang
meliputi aspek : kemampuan berpikir lancar,
keterampilan berpikir luwes, keterampilan merinci,
keterampilan menilai, memiliki rasa ingin tahu,
bersikap imajinatif, dan bersifat menghargai.
b. Hasil belajar fisika
Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil berupa skor yang
diperoleh siswa pada ranah kognitif yang di
peroleh melalui tes hasil belajar yg diberikan
setelah melalui proses belajar dalam jangka waktu
tertentu.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Kecamatan Sinjai Utara tahun
ajaran 2010-2011 yang terdiri dari 6 kelas dengan
jumlah siswa 182 orang yang dijelaskan melalui
tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kecamatan Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011 yang Merupakan Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah
1. VIII A 302. VIII B 313. VIII C 304. VIII D 305. VIII E 316. VIII F 30
Jumlah Total 182
b. Sampel
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sinjai Utara dengan mengambil minimal
25% dari tiap kelas, sehingga jumlah sampel pada
penelitian ini sebanyak 48 orang.
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian digunakan dua
instrumen yaitu:
1. Tes Kreativitas Belajar Fisika
Data tentang kreativitas siswa dalam belajar fisika
diperoleh melalui lembar tes kreativitas siswa
yang disusun oleh Rahmini Hustin. Jenis tes yang
diberikan adalah pilihan ganda dengan empat
alternatif pilihan jawaban, dimana salah satu dari
keempat pilihan tersebut merupakan kunci
jawaban, sedangkan pilihan jawaban yang lain
merupakan jawaban yang salah atau pengecoh
yang terdiri dari 30 item soal. Cara penilaian
adalah siswa yang menjawab benar skor 1 dan
siswa yang menjawab salah skor 0.
Tes ini telah diujicobakan dan digunakan kembali
oleh Asyiriani Ishak di SMP Negeri 2
Mappakasunggu Kabupaten Takalar dengan
reliabilitas 0,607.
2. Hasil belajar fisika
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 9
YX
Untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar
fisika dalam penelitian ini digunakan instrumen
berbentuk tes objektif (pilihan ganda) dengan 4
alternatif jawaban untuk masing-masing item tes,
satu diantaranya adalah jawaban yang benar dan
yang lainnya pengecoh. Instrumen ini diujicoba
sebelum digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas tes tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah data hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan dua macam analisis
statistik yaitu analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik desktiptif digunakan untuk
memberikan gambaran umum data yang
diperoleh. Analisis statistik deskriptif yang
digunakan meliputi rata-rata, rentang, standar
deviasi dan kategori dengan rumus sebagai
berikut:
Rumus Rata-rata:
(Arif Tiro, 2008:120)
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
Rumus standar deviasi:
(Arif Tiro, 2008:171)
Keterangan:
Rumus Rentang
R = skor terbesar – skor terkecil
Kategori
Untuk menentukan kategori kreativitas
belajar fisika dengan hasil belajar fisika
dilakukan dengan mengambil acuan dari skor
rata-rata dan standar deviasi, sehingga dapat
ditentukan klasifikasi kategori:
1. Kategori tinggi = di atas (rata-rata + 1
standar deviasi)
2. Kategori sedang = antara (rata-rata + 1
standar deviasi) dengan (Rata-rata – 1
standar deviasi)
3. Kategori rendah = dibawah (rata-rata – 1
standar deviasi)
(Arikunto, 2003: 264)
2. Analisis Statistik Inferensial
Sebelum pengujian hipotesis penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas
dan uji linieritas.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi frekuensi
dilakukan untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi data yang menjadi syarat
untuk menentukan jenis statistik apa yang
dipakai dalam analisis lebih lanjut. Uji
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 10
normalitas data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara uji chi-kuadrat dengan rumus:
(Riduwan, 2007: 124)
Keterangan:
= frekuensi yang diharapkan
= frekuensi dari hasil penelitian
Untuk menguji normalitas, kita
membandingkan dengan
untuk dan derajat kebebasan (dk) = n-
1, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika artinya distribusi data
tidak normal, Jika artinya
data berdistribusi normal
b) Uji Linieritas dan Signifikansi
Untuk mengetahui kelinieran dari dua data
yang dikolerasikan, diperlukan uji linieritas melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan nilai a dan b dari persamaan:
Ŷ = a + bX
Jika terlebih dahulu dihitung koefisien b, maka
koefisien a dapat pula ditentukan dengan rumus:
(Sudjana, 2005:315)
Keterangan:
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi linier
Tabel 3.3. Daftar Ringkasan analisis variansi variabel X dan Y untuk uji linieritas persamaan Ŷ = a + bX
Sumber variansiderajat
kebebasan(dk)
Jumlah Kuadrat(JK)
Rata-rata Jumlah Kuadrat
(RJK)Fhitung
Total n
Regresi (a)Regresi (b/a)
Residu
11
n - 2
Tuna Cocok
Kekeliruan
k - 2
n - kR
Persamaan-persamaan yang tercantum
dalam daftar di atas diperoleh melalui rumus-
rumus berikut:
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 11
=
yang akan dipakai menguji tuna cocok
regresi linier. Dalam hal ini hipotesis model regresi
linier jika Fh < F (1-α)(k-2,n-k).
Untuk uji signifikansi digunakan rumus:
Dimana kriteria pengujian:
Terima hipotesis signifikansi jika Fh F
(1-α)(1,n-2).
(Riduwan, 2007:128)
2. Uji Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
antara kedua macam variabel digunakan analisis
koefisien korelasi product moment sebagai
berikut:
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
X = Kreativitas belajar fisika
Y = Hasil belajar fisika
n = Jumlah sampel
Hipotesis statistik:
Ho : β1 = 0 (tidak ada hubungan)
H1 : β1 ≠ 0 (ada hubungan)
Kriteria pengujian:
Tolak Ho jika rhitung rtabel dan
Terima Ho jika rhitung rtabel
Untuk mengetahui signifikansi korelasi digunakan
uji t dengan rumus:
Keterangan :
t = Nilai t hitung
n = Jumlah sampel
r = Koefisien korelasi
Kriteria pengujian:
Terima Ho jika - ttabel < thitung < ttabel
Dengan dk = n – 2, dalam hal lainnya Ho
ditolak
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 12
(Sudjana, 2005:380)
Koefisien determinasi merupakan angka yang
menunjukan berapa persen variansi nilai variabel
terikat (Y) dapat dijelaskan oleh varibel bebas (X).
Koefisien determinasi dinyatakan dengan r2 yang
dinyatakan dalam persen (r2 x 100%).
(Riduwan, 2007:139)
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik distribusi skor dari
masing-masing variabel yang diperlukan dan
jawaban dari rumusan masalah penelitian.
Statistik tersebut terdiri atas jumlah sampel, rata-
rata, skor minimum, skor maksimum, rentang,
standar deviasi dan kategori.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan
dengan menggunakan teknik statistik inferensial,
yakni analisis regresi sederhana dan korelasi
product moment. Seluruh perhitungan analisis
data tersebut dilakukan dengan bantuan
perangkat komputer dengan menggunakan
program excel. Print out hasil analisis data
tersebut dilampirkan pada lampiran D.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
a. Variabel Kreativitas Belajar fisika
Dari hasil analisis deskriptif sebagaimana
tercantum pada lampiran D (halaman 78), maka
rangkuman statistik skor kreativitas belajar fisika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun
Ajaran 2010-2011 dapat disajikan pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1. Statistik Kreativitas Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
Skor rata-rata kreativitas belajar fisika
responden penelitian adalah 15,79 dari skor ideal
yang mungkin dicapai 30 dengan standar deviasi
3,58. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun
Ajaran 2010-2011 yang dijadikan sampel
penelitian memiliki kreativitas sebesar 52,64%
dari kreativitas tertinggi yang mungkin dimiliki.
Selanjutnya kategori kreativitas belajar fisika
dibedakan atas kategori rendah, sedang, tinggi
diuraikan dalam Tabel 4.2, maka hasilnya dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.2. Frekuensi dan Persentase Kreativitas Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
No
Skor FrekuensiPersenta
se (%)Kategor
i1 < 12 7 14,58 Rendah2 12 - 19 33 68,75 Sedang3 > 19 8 16,67 Tinggi
Jumlah 48 100
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat
dikemukakan kategori tingkat kreativitas belajar
fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara
Tahun Ajaran 2010-2011 yang dijadikan sampel
penelitian yang terdiri dari 48 responden terdapat
7 orang (14,58%) memiliki kreativitas kategori
rendah, 33 orang (68,75%) memiliki kreativitas
dalam kategori sedang, dan 8 orang (16,67%)
orang memiliki kreativitas kategori tinggi. Dengan
demikian rata-rata skor kreativitas belajar fisika
responden berada pada kategori sedang.
Grafik 4.1 Frekuensi Kreativitas Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 13
No. Statistik Skor
1 Jumlah sampel 482 Rata-rata 15,793 Skor minimum 104 Skor maksimum 225 Rentang 126 Varians 12,817 Standar deviasi 3,58
b. Variabel Hasil Belajar Fisika
Dari hasil analisis deskriptif sebagaimana
tercantum pada lampiran D (halaman 78), maka
rangkuman statistik hasil belajar fisika siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran
2010-2011 dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.3.Statistik Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
No. Statistik Skor1 Jumlah sampel 482 Rata-rata 15,563 Skor minimum 74 Skor maksimum 235 Rentang 166 Varians 15,78
7 Standar deviasi 3,97
Skor rata-rata hasil belajar fisika responden
penelitian adalah 15,56 dari skor ideal yang
mungkin dicapai 25 dengan standar deviasi 3,97.
Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran
2010-2011 yang dijadikan sampel penelitian
memiliki hasil belajar sebesar 62,25% dari hasil
belajar tertinggi yang mungkin dimiliki.
Selanjutnya kategori hasil belajar fisika
dibedakan atas kategori rendah, sedang, tinggi
diuraikan dalam Tabel 4.4, maka hasilnya dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Frekuensi dan Persentase Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
No
Skor Frekuensi Persentase (%)
Kategori
1 < 12 9 18,75 Rendah2 12 - 20 35 72,92 Sedang3 > 20 4 8,33 Tinggi
Jumlah 48 100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat
dikemukakan kategori hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran
2010-2011 yang dijadikan sampel penelitian yang
terdiri dari 48 responden terdapat 7 orang
(18,75%) memiliki hasil belajar kategori rendah,
33 orang (72,92%) memiliki hasil belajar dalam
kategori sedang, dan 8 orang (8,33%) orang
memiliki hasil belajar kategori tinggi. Dengan
demikian rata-rata skor hasil belajar fisika
responden berada pada kategori sedang.
Grafik 4.2 Frekuensi Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
2. Analisis Statistik Inferensial
a. Pengujian Persyaratan Analisis
1) Uji Normalitas
Data yang perlu diuji normalitas distribusi
frekuensi dalam penelitian ini ada dua kelompok,
yaitu kelompok data (X) untuk variabel kreativitas
belajar fisika dan kelompok data (Y) untuk
variabel hasil belajar fisika siswa. Penghitungan
uji normalitas distribusi ini menggunakan rumus
Chi-kuadrat selengkapnya diuraikan pada
lampiran F.
a) Pengujian normalitas data Kreativitas belajar
fisika siswa.
Hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh nilai
= 6,1328 dan = dengan
k = 7 pada taraf signifikan α =0,05. Terlihat bahwa
< menunjukkan data kreativitas
belajar fisika siswa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. (Pengujian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran F1 halaman 85).
b) Pengujian normalitas data hasil belajar fisika
siswa.
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 14
Hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh nilai
= 5,288 dan = dengan
k = 6 pada taraf signifikan α =0,05. Terlihat bahwa
< menunjukkan data kreativitas
belajar fisika siswa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. (Pengujian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran F2 halaman 88 ).
2) Uji Linieritas dan Signifikansi
Uji linieritas ditentukan dengan menentukan
nilai a dan b pada persamaan regresi: Ŷ = a + b X,
dari perhitungan persamaan regresi seperti yang
diuraikan pada lampiran G (halaman 91) diperoleh
persamaan:
Ŷ = 3,712+ X
Nilai konstanta 3,712 menunjukkan besarnya
nilai variabel hasil belajar jika variabel kreativitas
adalah 0. Sedangkan nilai 0,750 menunjukkan
besarnya perubahan variabel hasil belajar jika
variabel kreativitas berubah sebesar satu satuan.
Dari hasil perhitungan data pada lampiran G
diperoleh nilai untuk hubungan antara
kreativitas dengan hasil belajar fisika siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara sebesar 1,996;
sedangkan Ftabel untuk α = 0,05 dengan dk
pembilang 11 dan dk penyebut 35 diperoleh Ftabel
sebesar 2,07. Berdasarkan hasil tersebut maka
nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel sehingga data
kreativitas terhadap hasil belajar fisika siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara mempunyai model
linier.
Dari hasil perhitungan uji signifikansi pada
lampiran G diperoleh nilai Fhitung sebesar
sedangkan Ftabel untuk α = 0,05 untuk dk = 46
yaitu 4,05. Dari hasil tersebut memberikan
konsekuensi bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kreativitas dengan hasil belajar
fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara
.3) Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas
serta uji keberartian regresi, maka dapat diketahui
bahwa semua data berdistribusi normal dan
hubungan antar variabel bersifat linier.
Selanjutnya digunakan uji koefisien product
moment untuk menguji hipotesis.
Dari hasil uji koefisien korelasi product
moment pada lampiran H (halaman 97) di peroleh
nilai r yaitu 0,676 selanjutnya nilai rhitung ini
dibandingkan dengan nilai rtabel, dengan n = 48
dan α = 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar
0,284. Jadi nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel
sehingga memberikan konsekuensi untuk
menolak Ho (tidak ada hubungan) dan menerima
H1 (ada hubungan). Nilai r ini juga menunjukan
adanya korelasi yang kuat antara kreativitas
dengan hasil belajar fisika, dengan derajat
hubungan 67,6%.
Dari hasil uji signifikansi korelasi dengan
menggunakan uji t diperoleh nilai thitung sebesar
sedangkan ttabel untuk dk = 46 diperoleh
sebesar (hasil interpolasi). Dengan
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 15
demikian nilai thitung tidak terletak pada interval -
< thitung < . Dari hasil tersebut
memberikan konsekuensi bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kreativitas
dengan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011.
Adapun koefisien determinasi untuk
mengetahui besar kecilnya sumbangan kreativitas
terhadap hasil belajar fisika siswa sebesar
45,68%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
diuraikan di atas, maka terbukti bahwa kreativitas
dalam belajar fisika mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.
Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.
Secara umum tingkat kreativitas responden
berada dalam kategori sedang dengan persentase
52,64% dari kreativitas tertinggi yang mungkin
dimiliki. Hal ini merupakan suatu hal yang cukup
baik mengingat kreativitas merupakan sebagai
salah satu aspek dari fungsi kognitif yang
berperan dalam prestasi siswa di sekolah, seperti
yang diungkapkan oleh J.P. Guilford dalam
Desmita (2005:176) yang dalam hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang dicapai.
Dengan tingkat kreativitas ini berarti secara umum
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara
mampu menegembangkan dan memanfaatkan
potensi yang dimilikinya secara kompleks untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam belajar fisika atau
dengan kata lain secara umum siswa sudah
mempunyai kemampuan berfikir kreatif.
Sebagai produk dari berfikir kreatif, kreativitas
menurut Lumsdaine dalam Tim Dosen LPTK
(2008:5) adalah mempergunakan imaginasi dan
berbagai kemungkinan yang diperoleh dari
interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan
lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil
yang baru serta bermakna. Artinya
mengembangkan pemikiran alternatif atau
kemungkinan dengan berbagai cara sehingga
mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut
pandang.
Menurut Robert J Sternberg dalam
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com), seorang
siswa dikatakan memiliki kreativitas di kelas
manakala mereka senatiasa menunjukkan: (1)
merasa penasaran dan memiliki rasa ingin tahu,
mempertanyakan dan menantang serta tidak
terpaku pada kaidah-kaidah yang ada; (2)
memiliki kemampuan berfikir lateral dan mampu
membuat hubungan-hubungan diluar hubungan
yang lazim; (3) memimpikan tentang sesuatu,
dapat membayangkan, melihat berbagai
kemungkinan, bertanya “ apa jika seandanya”
(what if?), dan melihat sesuatu dari sudut
pandang yang berbeda; (4) mengeksplorasi
berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan
ideanya, mencobakan alternatif-alternatif dengan
melalui pendekatan yang segar, memelihara
pemikiran yang terbuka dan memodifikasi
pemikirannya untuk memperoleh hasil yang
kreatif; dan (5) merefleksi secara kritis atas setiap
gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang
kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan
memanfaatkan umpan balik, mengkritik secara
konstruktif dan dapat melakukan pengamatan
secara cerdik.
Kreativitas mengekspresikan kualitas solusi
penyelesaian masalah. Kunci kreativitas adalah
kemampuan menilai permasalahan dari berbagai
sudut pandang sehingga menjadi solusi yang
lebih baik.
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 16
Tingkat kreativitas siswa yang berada dalam
kategori sedang juga tidak lepas dari peran guru
sebagai pengajar yang bias membantu atau
mendorong munculnya kreativitas siswa. Sesuai
dengan hasil pengamatan, ada beberapa kegiatan
yang dilakukan guru yang dapat mendorong
munculnya kreativitas siswa seperti: guru tidak
terlalu mudah menyalahkan siswa ketika mereka
membuat kesalahan, memberikan komentar-
komentar positif berupa penghargaan dan pujian
bagi siwanya yang bertindak benar dan
berprestasi serta menciptakan situasi yang
bersahabat.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Supriadi dalam Ali (2004:58) bahwa sejumlah
bantuan yang dapat digunakan untuk
membimbing perkembangan kreativitas anak,
yaitu: (1) menciptakan rasa aman kepada anak;
(2) mengakui dan menghargai gagasan-gagasan
anak; (3) membantu anak memahami
divergensinya dalam berfikir dan bersikap, dan
bukan malah menghukumnya; (4) menjadi
pendorong bagi anak untuk mengomunikasikan
dan mewujudkan gagasan-gagasannya; (5)
menciptakan rasa aman dan nyaman didalam
kelas tampa ada tekanan dan ketegangan.
Apabila falsafah diatas dikembangkan dengan
baik oleh guru niscaya kreativitas siswa akan
berkembang dengan baik.
Hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sinjai Utara yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini secara umum juga berada
dalam kategori sedang dengan persentase
62,252% dari hasil belajar tertinggi yang mungkin
dimiliki. Hasil belajar ini merupakan realisasi dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
atau pengetahuan yang dimiliki siswa setelah
proses belajar berlangsung.
Penguasaan hasil belajar fisika siswa dapat
dilihat dari penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah ditempuh atau dipelajarinya.
Dan diukur dengan tes hasil belajar dalam ranah
kognitif. Tingkat penguasaan materi atau hasil
belajar ini dilambangkan dengan angka-angka.
Kategori sedang ini menunjukan bahwa
secara umum siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sinjai Utara sudah memiliki keterampilan dalam
ranah kognitif pada tingkat pengetahuan,
pemahaman dan penerapan.
Kreativitas merupakan faktor psikologis yang
bersifat non-intelektual, mempunyai peranan
penting dalam kemajuan belajar siswa. Dalam
suasana belajar yang kompetitif tanpa kreativitas
maka seorang siswa akan tertinggal dari siswa
siswa lain yang mampu mengembangkan
kreativitasnya. Hasil penelitian dari dua pakar
psikolog dari universitas Chicago, Getzelz dan
Jackson, mengemukakan bahwa kelompok siswa
yang kreativitasnya tinggi memiliki prestasi
sekolah yang tidak berbeda dengan kelompok
siswa yang intelegensinya relatif lebih tinggi.
Penelitian Utami Munandar terhadap siswa SD
dan SMP, juga menunjukan bahwa kreativitas
sama absahnya seperti inteligensi sebagai
prediktor dari prestasi sekolah. Jika efek dari
intelegensi dieliminasi, hubungan antara
kreativitas dan prestasi sekolah tetap substansial
(Desmita, 2005: 177).
Kegiatan belajar pembelajaran di sekolah
berorientasi kepada pencapaian hasil belajar yang
tinggi oleh semua siswa. Kreativitas siswa
memperoleh peluang untuk berkembang di dalam
iklim belajar pembelajaran yang kondusif maka
tentu saja hasil belajar yang tinggi dapat dicapai.
Karena kreativitas mendorong aktualisasi potensi
yang dimiliki siswa. Kreativitas menentukan hasil
belajar siswa dengan demikian jelas bahwa antara
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 17
kreativitas dengan hasil belajar mempunyai
hubungan yang positif.
Berdasarkan analisis data diperoleh kofisien
korelasi sebesar 0,676, hal menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
kreativitas belajar dengan hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara Tahun ajaran
2010-2011 dengan derajad hubungan sebesar
67,6 %.
Dimana kreativitas berpengaruh 45,68%
terhadap hasil belajar fisika sedangkan 54,32%
lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak ikut diselidiki dalam penelitian ini seperti:
penguasaan materi, tingkat intelegensi, motivasi
siswa, target kurikulum maupun sarana dan
prasarana yang ada di sekolah.
V. PENUTUP
A. Simpulan
1. Kreativitas belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
secara umum berada pada kategori sedang.
2. Hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sinjai Utara Tahun Ajaran 2010-2011
secara umum berada pada kategori sedang.
3. Kreativitas belajar fisika memiliki hubungan
positif yang signifikan terhadap hasil belajar
fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai
Utara Tahun Ajaran 2010-2011 dimana
kreativitas berpengaruh 45,68 % terhadap
hasil belajar fisika.
B. Saran
1. Disarankan kepada guru mata pelajaran fisika
khususnya guru kelas VIII SMP Negeri 1
Sinjai Utara dalam mengajar dapat
menerapkan strategi maupun metode yang
tepat atau menerapkan beberapa falsafah
mengajar yang dapat mendorong kreativitas
belajar fisika.
2. Disarankan kepada peneliti lain untuk
melanjutkan penelitian ini dan memperluas
fokus kajian penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni, dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta: PT. GRASINDO (Gramedia Widiasarana Indonesia)
Ali, Mohammad. Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ali, dkk. 1990. Bimbingan Belajar.Bandung: Sinar Baru
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Anonim. 2010. Pengertian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. (online). (http://belajarpsikologi.com. Diakses tanggal: 10 Oktober 2010)
Arikunto Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Erlangga.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Haling. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Mangunhardjana A. M. 1986. Membangun Kreativitas. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Poerwadarminta W.J.S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai
Pustaka.
Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta: Bandung
Saputro, Dwi. 2006. Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 18
Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), Skripsi. FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Erlangga: Jakarta
Sudrajat, Akhmad. 2008. Kreativitas di Sekolah (online). (http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal: 07 Maret 2011)
Supriadi, Dedi. 1997.Kreativitas, Kebudayaan, dan Pengembangan Iptek. Bandung :
Depdikbud – PT Alfabeta.
Tim Dosen LPTK. 2008. Kreativitas. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher
JSPF Vol. 31, Mei 2011 | 19