HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DENGAN...
i
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA KELAS 3 OTOMOTIF 2
SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Raysa Hardianti
802010081
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi : Psikologi, Fakultas : Psikologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA KELAS 3 OTOMOTIF 2
SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG
Raysa Hardianti
Christiana Hari Soetjiningsih
Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
i
ABSTRACT
This study aims to determine the correlation between paternal involvement with
achievement motivation of student. Using saturated sampling technique, the
research subjects are 40 students of 3 automotive 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung.
Paternal involvement variable measured by using a scale of paternal involvement
proposed by Amalia (2012) which has been modified, measured by dimensions of
paternal involvement by Lamb, Pleck, Charnov, and Levine (Doherty, Kouneski,
& Erickson, 1998) consists of 22 items and achievement motivation variable
measured by achievement motivation scale compiled by Nugroho (2009) which
has been modified. The achievement motivation scale measured by dimensions of
achievement motivation by McClelland (1987) consists of 21 items. Data analysis
using Pearson product moment correlation technique and the result obtained r =
0,855 with a significance of 0,000 (p<0,05). The result showed a significance
positive correlation between paternal involvement and achievement motivation on
the students of 3 automotive 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. The higher father
involvement, the higher achievement motivation on students.
Keyword : paternal involvement, achievement motivation
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah
dengan motivasi berprestasi siswa. Sampel penelitian menggunakan teknik
sampling jenuh dengan subyek penelitian berjumlah 40 siswa di kelas 3 otomotif
2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Variabel keterlibatan ayah diukur dengan skala
keterlibatan ayah menurut Amalia (2012) yang telah dimodifikasi, diukur dengan
mengacu pada Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (dalam Doherty, Kouneski, &
Erickson, 1998) berjumlah 22 aitem dan variabel motivasi berprestasi diukur
dengan skala motivasi berprestasi menurut Nugroho (2009) yang telah
dimodifikasi. Skala motivasi berprestasi tersebut diukur dengan mengacu pada
aspek-aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh McClelland (1987)
berjumlah 21 aitem. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi
product moment dari Pearson dan diperoleh hasil r=0,855 dengan signifikansi
0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang
signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa kelas 3
otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Semakin tinggi keterlibatan ayah, maka
semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.
Kata kunci : keterlibatan ayah, motivasi berprestasi
1
PENDAHULUAN
Pada zaman yang semakin modern ini dibutuhkan sumber daya yang
semakin berkualitas. Salah satu usaha untuk menjadi individu yang berkualitas
adalah dengan melalui pendidikan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat
menjadi individu-individu yang bermoral, cerdas, berkemauan, mampu berkarya,
bermasyarakat, dan berbudaya.
Namun seringkali terdapat masalah yang muncul di dalam dunia
pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Winkel (dalam Tjalla, 1991) yaitu
adanya krisis motivasi dengan ciri-ciri seperti berkurangnya perhatian pada waktu
belajar, menunda persiapan bagi ulangan atau ujian, lalai mengerjakan tugas-tugas
dan pekerjaan rumah, serta pandangan asal lulus, asal cukup, dan sebagainya.
Seperti yang terjadi pada sebagian siswa Indonesia, khususnya di kelas 3 otomotif
2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 3
September 2013 pada salah satu guru Fisika SMK 2 Mei Bandar Lampung, guru
tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswanya hanya tidur-tiduran dan
mengobrol saat guru sedang menjelaskan pelajaran. Hanya beberapa siswa saja
yang memperhatikan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru. Selain itu, jika
guru memberi tugas ataupun meminta siswa maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal maka kebanyakan siswa menolak untuk mengerjakannya.
Hanya sedikit sekali siswa yang mau mengerjakan tugas-tugas maupun soal-soal
yang diberikan oleh guru. Bahkan, ada beberapa siswa yang sering tidak masuk
sekolah karena membolos. Akibatnya, mereka pun dikeluarkan dari sekolah
karena absen yang terlalu banyak.
2
Padahal, motivasi berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses.
McClelland dan Atkinson (dalam Bigge & Hunt, 1980) menyatakan bahwa
motivasi yang paling penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi,
dimana seseorang cenderung bertujuan untuk mencapai sukses atau gagal.
Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement)
merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan
dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Menurut McClelland
(1987) mereka yang memiliki motivasi berprestasi melakukan kinerja yang lebih
baik daripada mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah ketika
mempelajari sesuatu yang sulit yang diasosiasikan sebagai perbandingan antara
sesuatu yang sangat mudah atau susah. Atas dasar teoritis, selalu diasumsikan
bahwa subyek yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih memilih tanggung
jawab untuk hasil kinerja karena hanya pada kondisi ini merasakan kepuasan dari
mengerjakan sesuatu yang lebih baik.
McClelland (1987) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam
mendidik anak sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki
oleh anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam
mendukung kegiatan anak selama proses belajar mempunyai pengaruh yang
positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih
termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji
keberhasilan anak, mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak
mampu meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi,
3
2012). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap orang
yang sangat berperan dalam pengasuhan anak.
Namun, sekarang ini sosok ayah juga dinilai sangat penting dalam
pengasuhan anak. Hal tersebut bukan saja karena munculnya gerakan feminisme
tetapi karena kesadaran bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan
dampak positif bagi perkembangan anak (Dagun, 1990). Ikatan antara ayah dan
anak akan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Jika
pada umumnya ibu memerankan sosok yang memberikan perlindungan dan
keteraturan, sedangkan ayah membantu anak bereksplorasi dan menyukai
tantangan. Jika anak diasuh oleh keduanya secara optimal, maka akan terbentuk
rasa aman dan percaya dalam diri anak (Vita, 2007).
Para ayah yang lebih mungkin untuk terlibat dalam pengasuhan adalah
mereka yang merasa bahwa akan ada manfaat atau mereka memiliki sesuatu untuk
ditawarkan, yang merasa bahwa kesepakatan keterlibatan ayah dengan keyakinan
normatif mereka, dan yang merasa mampu berkontribusi dalam cara yang berarti
(Hart, 2011). Lamb (1981) membuat rangkuman tentang dampak pengasuhan
ayah pada perkembangan anak yaitu perkembangan peran jenis kelamin,
perkembangan moral, kompetensi sosial dan penyesuaian psikologis, serta
motivasi berprestasi dan perkembangan intelektual. Hubungan antara ayah-anak
yang dekat dan karakter ayah yang dominan dan demokratis diasosiasikan dengan
motivasi berprestasi yang tinggi pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura
dalam Lamb, 1981).
4
Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan Videon (dalam
Amalia, 2005) tentang peran ayah dalam kehidupan remaja menunjukkan bahwa
ayah yang terlibat dalam kehidupan remaja terutama dalam pendidikan dan
pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan
keterampilan sosial. Keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja akan
mempengaruhi mereka dalam hubungannya dengan teman sebaya dan prestasi di
sekolah, serta membantu remaja dalam mengembangkan pengendalian dan
penyesuaian diri dalam lingkungannya. Keterlibatan ayah sangat mempengaruhi
proses perkembangan remaja dimana ayah yang memberikan perhatian dan
dukungan pada remaja akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan, dan
memiliki rasa percaya diri sehingga proses perkembangan remaja tersebut berjalan
dengan baik.
Greene, Halle, LeMenestrel, dan Moore (dalam Pranoto, 2001)
menggambarkan keterlibatan ayah dalam dua cara, pertama yaitu kehadiran dan
ketidakhadiran ayah dan kedua yaitu menyadari dan menjalankan peran sebagai
ayah yang baik. Penelitian terbaru menyarankan agar ayah terus menjadi sosok
yang penting karena kontribusi mereka pada modal perseorangan dan keuangan.
Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa anak mendapat manfaat ketika ayah
terlibat dalam aspek sosioemosional dalam kehidupan keluarga, tren terbaru bagi
ayah yang kurang terlibat dengan kehidupan anak (akibat perubahan struktur
keluarga) menunjukkan penurunan dalam tingkat sumber daya yang tersedia bagi
anak (Amato dalam Brooks, 2011). Ayah menjadi penting ketika mereka
memberikan dukungan, arahan, pengawasan yang sesuai pada anak mereka
5
(Brooks, 2011). Beberapa peneliti yang meneliti peran ayah di dalam keluarga
berpendapat bahwa keterlibatan ayah berkontribusi untuk kesejahteraan anak dan
keluarga (Ball, Moselle, & Pedersen, 2007).
McLanahan dan Teitler (dalam Brooks, 2011) melaporkan konsekuensi
atas kehadiran dan ketiadaan ayah bagi perkembangan anak, bersama dengan
faktor yang mendasari konsekuensi ini. Mereka melaporkan bahwa dibandingkan
dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan dua orangtua yang ayahnya
hadir, anak yang tumbuh terpisah dari ayahnya memiliki nilai yang lebih rendah,
mendapat pendidikan yang lebih sedikit, cenderung dikeluarkan dari sekolah, dan
sulit mendapat dan mempertahankan pekerjaan. Dari uraian yang telah dipaparkan
dapat disimpulkan bahwa ayah berperan dalam perkembangan anak termasuk
dalam kaitannya dengan peningkatan motivasi berprestasi. Perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan positif yang signifikan antara
keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah
dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar
Lampung. Manfaat penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi psikologi dan pemahaman bagi para ayah untuk
lebih terlibat dalam pengasuhan anaknya.
TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement)
merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan
6
dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Sedangkan menurut
Stipek (dalam Slavin, 2006), motivasi berprestasi adalah dorongan yang
menggerakkan individu untuk meraih sukses dengan standar tertentu dan berusaha
untuk lebih unggul dari orang lain dan mampu untuk mengatasi segala rintangan
yang menghambat pencapaian tujuan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi cenderung sukses pada tugas kuliah. Motivasi berprestasi adalah harapan
untuk menemukan kepuasan pada penguasaan tantangan dan prestasi yang sulit.
Bila didiskusikan dengan prestasi sekolah, motivasi berprestasi adalah motivasi
untuk melakukan tugas spesifik dimana terdapat standar keunggulan yang dapat
dinilai (Bigge & Hunt, 1980). Selain itu, Boyatzis (2000) mengemukakan
motivasi berprestasi adalah dorongan bawah sadar untuk berbuat lebih baik
menuju standar keunggulan. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
melihat diri sendiri untuk mengukur kemajuan mencapai tujuan.
Definisi motivasi berprestasi dalam penelitian ini menggunakan definisi
dari McClelland (1987) yaitu motivasi berprestasi (need of achievement)
merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan
dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan.
Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland (1987) menyatakan karakteristik dari orang yang memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Menyukai Tugas yang Moderat
Individu lebih suka tugas dengan kesulitan moderat dan tujuan sebagai
insentif prestasi. Jika tugas terlalu sulit atau terlalu berisiko, maka tugas itu
7
akan mengurangi kemungkinan keberhasilan dan memperoleh kepuasan
yang cukup. Sedangkan jika tugas terlalu mudah atau terlalu aman, maka
hanya ada sedikit tantangan dalam mewujudkan tugas dan kepuasan yang
diperoleh dari kesuksesan lebih kecil.
b. Memiliki Tanggung Jawab Pribadi untuk Kinerja
Individu lebih suka tanggung jawab pribadi untuk kinerja. Mereka ingin
mencapai keberhasilan melalui kemampuan yang terfokus dari usaha
mereka sendiri dan bukan dari kerja tim atau faktor kesempatan di luar
kendali mereka. Kepuasan pribadi berasal dari pemenuhan tugas.
c. Membutuhkan Umpan Balik
Individu membutuhkan umpan balik yang jelas dan tidak ambigu
mengenai seberapa baik kinerja mereka. Umpan balik memungkinkan
mereka untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan mereka.
d. Inovatif
Dalam mencari jalan pintas, individu cenderung untuk mengakali. Ada
pencarian konstan untuk variasi dan untuk informasi dalam menemukan
cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Mereka lebih gelisah pada
rutinitas dan cenderung menghindari rutinitas.
Karakteristik-karakteristik tersebut digunakan untuk alat ukur yang
disusun oleh Nugroho (2009) yang kemudian dimodifikasi oleh penulis.
8
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Berprestasi
Feldman dan Fernald (dalam Afandi, 2012) menyatakan terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu :
a. Peran dari konsep diri (role of self concept)
b. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)
c. Pengaruh keluarga dan budaya (family and cultural influence)
McClelland (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa cara-cara
orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi yang dimiliki oleh anak. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa keterlibatan orang tua dalam mendukung kegiatan anak selama
proses belajar mempunyai pengaruh yang positif untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih termotivasi untuk mencapai
prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji keberhasilan anak,
mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak mampu
meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi,
2012).
Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap
sebagai orang yang paling berperan dalam pengasuhan. Namun, sekarang ini
sosok ayah juga dinilai sangat penting dalam pengasuhan anak. Hal tersebut
bukan saja karena munculnya gerakan feminisme tetapi karena kesadaran
bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif
bagi perkembangan anak. Lamb (1981) menyatakan bahwa ayah membuat
rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada perkembangan anak
9
yaitu perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, kompetensi
sosial dan penyesuaian psikologis, serta motivasi berprestasi dan
perkembangan intelektual. Hubungan antara ayah-anak yang dekat dan
karakter ayah yang dominan dan demokratis diasosiasikan dengan motivasi
berprestasi yang tinggi pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura dalam
Lamb, 1981). Parson (dalam Lamb, 1981) mengusulkan bahwa ayah lebih
sebagai penolong dibandingkan ibu dan karena itu identifikasi dengan
mereka dapat mempertinggi motivasi berprestasi dan prestasi.
Keterlibatan Ayah
Andayani dan Koentjoro (2007) mendefinisikan keterlibatan berarti
mengandung partisipasi aktif dan inisiatif. Seorang ayah dikatakan terlibat dalam
pengasuhan jika ayah memiliki inisiatif untuk menjalin hubungan dengan anak
dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada baik fisik, kognisi, dan
afeksinya. Allen dan Daly (2007) mengemukakan bahwa konsep keterlibatan ayah
lebih dari sekedar melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka,
tetapi juga memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terlihat dekat dan
nyaman, hubungan ayah dan anak yang kaya, dan dapat memahami dan menerima
anak-anak mereka. Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan
untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon
yang paling tepat, baik secara emosional, afektif, maupun instrumental. Monks
dan Knoers, dalam Monks, Knoers, & Haditono, 2006) menyatakan keterlibatan
ayah adalah seberapa baik ayah menjalankan perannya yang terkategorisasikan
dalam beberapa cara pengasuhan meliputi penerapan disiplin dan tanggung jawab,
10
dukungan terhadap sekolah, pemenuhan waktu dan berdialog bersama,
memberikan pujian dan kasih sayang, mengembangkan potensi atau bakat dan
memperhatikan masa depan, pengasuhan ayah dalam memberikan kasih sayang
dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh besar bagaimana anak melihat
dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini
menggunakan definisi keterlibatan ayah dari Monks dan Knoers (dalam Monks,
Knoers, & Haditono, 2006) karena definisi tersebut mencakup aspek-aspek
keterlibatan ayah yang dikemukakan oleh Lamb, Pleck, Charnov, & Levine
(dalam Doherty, Kouneski, & Erickson, 1998) yang akan digunakan sebagai dasar
pembuatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.
Aspek-Aspek Keterlibatan Ayah
Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (dalam Doherty, Kouneski, &
Erickson, 1998) memperkenalkan dimensi keterlibatan ayah yang terdiri dari:
a. Paternal engagement
Paternal engagement yaitu keterlibatan ayah yang mencakup interaksi
langsung dengan anak yang di dalamnya terdapat kehangatan dalam
berinteraksi dengan anak.
b. Paternal accessibility
Paternal accessibility yaitu keberadaan ayah untuk anak dan
kemudahan anak untuk menghubungi ayah.
c. Paternal responsibility
Paternal responsibility yaitu mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.
11
Aspek-Aspek tersebut digunakan sebagai alat ukur yang disusun oleh
Amalia (2012) yang telah dimodifikasi oleh penulis.
Hubungan Keterlibatan Ayah dengan Motivasi Berprestasi
McClelland dan Atkinson (dalam Bigge & Hunt, 1980) menyatakan bahwa
motivasi yang paling penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi,
dimana seseorang cenderung bertujuan untuk mencapai sukses atau gagal.
Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement)
merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan
dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Menurut McClelland
(1987), mereka yang memiliki motivasi berprestasi melakukan kinerja yang lebih
baik daripada mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah ketika
mempelajari sesuatu yang sulit yang diasosiasikan sebagai perbandingan antara
sesuatu yang sangat mudah atau susah. Atas dasar teoritis, selalu diasumsikan
bahwa subyek yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih memilih tanggung
jawab untuk hasil kinerja karena hanya pada kondisi ini merasakan kepuasan dari
mengerjakan sesuatu yang lebih baik. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi cenderung sukses pada tugas sekolah (Stipek dalam Slavin, 2006).
Feldman dan Fernald (dalam Afandi, 2012) menyatakan terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu : a. Peran dari konsep diri
(role of self concept), b. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement), c.
Pengaruh keluarga dan budaya (family and cultural influence). McClelland (dalam
Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam mendidik
12
anak sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam
mendukung kegiatan anak selama proses belajar mempunyai pengaruh yang
positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih
termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji
keberhasilan anak, mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak
mampu meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi,
2012).
Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap sebagai
orang yang paling berperan dalam pengasuhan. Namun, sekarang ini sosok ayah
juga dinilai sangat penting dalam pengasuhan anak. Hal tersebut bukan saja
karena munculnya gerakan feminisme tetapi karena kesadaran bahwa keterlibatan
ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak
(Dagun, 1990).
Lamb (1981) membuat rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada
perkembangan anak yaitu perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan
moral, kompetensi sosial dan penyesuaian psikologis, serta motivasi berprestasi
dan perkembangan intelektual. Lamb (1981) menyatakan bahwa terdapat kaitan
antara kehangatan hubungan ayah dan anak dengan performansi akademik.
Hubungan antara ayah dan anak yang harmonis akan menimbulkan motivasi anak
untuk berprestasi. Hubungan antara ayah-anak yang dekat dan karakter ayah yang
dominan dan demokratis diasosiasikan dengan motivasi berprestasi yang tinggi
pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura dalam Lamb, 1981). Dukungan
13
akademik dari seorang ayah berhubungan positif dengan motivasi akademik
remaja laki-laki, mereka berusaha keras dalam sekolah, merasa nilai-nilai mereka
penting, dan menilai penting pendidikan (Alfaro, Bamaca, & Umana-Taylor
dalam Allen & Daly 2007).
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif signifikan antara
keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas 3 otomotif 2 SMK
2 Mei Bandar Lampung. Makin tinggi keterlibatan ayah dalam pengasuhan, maka
makin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu penelitian yang
menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Azwar, 2011). Penelitian korelasi
bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan
dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koofisien korelasi.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 3 otomotif 2 yang
berjumlah 40 orang dengan karakteristiknya sebagai berikut:
1. Siswa masih aktif belajar di kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar
Lampung
2. Memiliki Ayah yang masih hidup
14
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling jenuh sehingga sampel berjumlah 40 orang.
Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala keterlibatan ayah dan skala motivasi berprestasi dengan skala Likert yang
terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS
(Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Pada item Favorable, jawaban SS
diberikan skor 4, jawaban S diberikan skor 3, jawaban TS diberikan skor 2, dan
jawaban STS diberikan skor 1. Penyekoran pada item-item unfavorable
merupakan kebalikan dari penyekoraan item-item favorable yaitu jawaban STS
diberikan skor 4, jawaban TS diberikan skor 3, jawaban S diberikan skor 2,
jawaban STS diberikan skor 1. Skala keterlibatan ayah disusun oleh Amalia
(2011) berdasarkan dimensi-dimensi keterlibatan ayah menurut Lamb, Pleck,
Charnov, dan Levine (dalam Doherty, Kouneski, dan Erickson, 1998) yang terdiri
dari paternal engagement, paternal accessibility, dan paternal responsibility.
Skala motivasi berprestasi yang digunakan merupakan modifikasi dari skala yang
disusun oleh Nugroho (2009) berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yang
dikemukakan oleh McClelland (1987) yaitu menyukai tugas yang moderat,
memiliki tanggung jawab pribadi untuk kinerja, membutuhkan umpan balik, dan
inovatif.
Contoh aitem skala keterlibatan ayah untuk dimensi paternal engagement
adalah aitem nomor satu yaitu ayah mendampingi saya saat belajar dan aitem
nomor delapan yaitu ketika saya bermasalah dengan teman, ayah saya
15
memberikan pendapatnya mengenai cara menyelesaikan masalah. Contoh aitem
untuk dimensi paternal accessibility adalah aitem nomor tiga yaitu ketika ayah
tugas luar kota atau lembur, ayah menelepon saya dan aitem nomor 10 yaitu
meskipun sedang sibuk, ayah menanyakan kondisi kesehatan saya. Contoh aitem
untuk paternal reponsibility yaitu aitem nomor 18 yaitu ayah memenuhi semua
kebutuhan saya dan aitem nomor 28 yaitu selama ibu tidak di rumah, ayah
mengatur segala kebutuhan rumah tangga.
Contoh aitem untuk skala motivasi berprestasi untuk aspek menyukai
tugas yang moderat adalah aitem nomor satu yaitu saya menyukai tugas yang
menantang namun realistis dan aitem nomor 16 yaitu Saya berusaha mencapai
target prestasi belajar yang telah ditentukan. Contoh aitem untuk aspek inovatif
adalah aitem nomor dua yaitu sudah banyak cara baru yang saya kembangkan
dalam mengerjakan tugas sekolah dan aitem nomor 10 yaitu masih banyak cara
untuk meningkatkan efisiensi dalam mengerjakan tugas. Contoh aitem untuk
aspek membutuhkan umpan balik adalah aitem nomor tiga 3 yaitu masukan dari
teman sekelas sangat berguna bagi saya dan aitem nomor 18 yaitu masukan dari
teman-teman saya sering menimbulkan ide baru dalam mengembangkan tugas
sekolah. Contoh aitem untuk aspek memiliki tanggung jawab pribadi untuk
kinerja adalah aitem nomor 11 yaitu saya selalu menyelesaikan tugas yang telah
saya mulai dan aitem nomor 19 yaitu tugas yang saya kerjakan selalu selesai tepat
waktu.
16
Sebelum skala dipergunakan, terlebih dahulu dipergunakan uji coba.
Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan pada lima orang siswa kelas 3 jurusan
teknik komputer jaringan SMK 2 Mei Bandar Lampung.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson, dengan bantuan SPSS versi
16.0.
Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Skala Keterlibatan Ayah
Skala keterlibatan ayah terdiri dari 30 item, kemudian terdapat item tidak
valid yaitu item nomor 10, 11, 13, 15, 16, 21, 23, 26. Item yang gugur pada
skala keterlibatan ayah dihapus sehingga item yang berjumlah 30 berkurang 8
item menjadi 22 item. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara
0.315 – 0.828. Reliabilitas skala keterlibatan ayah sebesar 0,896. Menurut
Sekaran (dalam Priyatno, 2013), Cronbach’s alpha diatas 0,8 maka reliabilitas
baik. Oleh karena itu, reliabilitas skala keterlibatan ayah dalam pengasuhan
tergolong reliabel.
b. Skala Motivasi Berprestasi
Skala motivasi berprestasi terdiri 28 item, kemudian terdapat item tidak
valid yaitu item nomor 5, 14, 19, 22, 23, 24, 26. Item yang gugur pada skala
motivasi berprestasi dihapus sehingga item yang berjumlah 28 berkurang 7
17
menjadi 21 item. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0.307 -
0.852. Reliabilitas skala motivasi berprestasi sebesar 0,916. Menurut Sekaran
(dalam Priyatno, 2013), Cronbach’s alpha diatas 0,8 maka reliabilitas baik.
Oleh karena itu, reliabilitas skala motivasi berprestasi tergolong reliabel.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
a. Variabel Keterlibatan Ayah
Berdasarkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala keterlibatan ayah
(lihat Tabel 4.1) dapat dilihat bahwa subjek sebanyak 20 orang (50 %) berada
pada kategori tinggi.
Tabel 4.1
Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran
Skala Keterlibatan Ayah
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 71,5 ≤ x ≤ 88 Sangat tinggi
57,78
3 7,5%
2 55 ≤ x ˂ 71,5 Tinggi 20 50%
3 38,5 ≤ x ˂ 55 Sedang 12 30%
4 22 ≤ x ˂ 38,5 Rendah 5 12,5%
Jumlah 40 100%
SD = 12,779 Min = 32 Max = 78
Keterangan x = Keterlibatan Ayah
18
b. Variabel Motivasi Berprestasi
Berdasarkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala Motivasi
Berprestasi (lihat Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa subjek sebanyak 20 orang (50
%) berada pada kategori tinggi.
Tabel 4.2
Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran
Skala Motivasi Berprestasi
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 68,25 ≤ x ≤ 84 Sangat tinggi 58.18 8 20%
2 52,5 ≤ x ˂ 68,25 Tinggi 20 50%
3 36,75 ≤ x ˂ 52,5 Sedang 9 22,5%
4 21 ≤ x ˂ 36,75 Rendah 3 7,5%
Jumlah 40 100%
SD = 12.438 Min = 36 Max = 76
Keterangan x = Motivasi Berprestasi
19
Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tabel 4.3
NPar Tests
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig 2
tailed) untuk variabel keterlibatan ayah sebesar 0,111 dan motivasi berprestasi
sebesar 0,136. Karena signifikansi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel tersebut
dinyatakan normal.
b. Uji linearitas
Tabel 4.4
20
Untuk hasil uji linearitas dapat dilihat pada output ANOVA Table. Dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Karena
signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan juga hasil signifikansi pada
Deviation from Linearity juga lebih besar dari 0,05 (0,501 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi
terdapat hubungan yang linear. Dengan ini, maka asumsi linearitas terpenuhi.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik korelasi Produk
moment dari Karl Pearson dengan bantuan SPSS versi 16.0. Hasil korelasi antara
keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
keterlibatan ayah motivasi berprestasi
keterlibatan ayah Pearson Correlation 1 .855**
Sig. (1-tailed) .000
N 40 40
motivasi berprestasi Pearson Correlation .855** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji korelasi atau tabel 3, diperoleh
koofisien korelasi antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa
21
kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung sebesar 0,855 dengan sig. 0,000
(p<0,05) yang berarti ada hubungan yang positif. Artinya, semakin tinggi
keterlibatan ayah, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.
Keterlibatan ayah berkontribusi terhadap motivasi berprestasi siswa sebesar
73,1% (diperoleh dari r2) dan sisanya sebesar 26,9% yang dipengaruhi oleh faktor
lain di luar keterlibatan ayah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan ayah dengan
motivasi berprestasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
keterlibatan ayah maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki siswa.
Hal ini dapat dilihat melalui hasil uji korelasi r = 0,855 dengan signifikansi =
0,000 (p<0,05).
Melalui hasil yang telah diperoleh maka hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Rosen dan D’ Andrade’s (dalam Lamb, 1981) yang meneliti pengaruh
ayah terhadap motivasi berprestasi pada anak laki-laki. Penelitian ini meneliti
tentang motivasi berprestasi pada anak laki-laki kulit putih kelas bawah dan kelas
menengah tingkat empat sampai enam dan termasuk perkembangan motivasi yang
tinggi untuk dicapai, anak laki-laki membutuhkan otonomi yang lebih dari
ayahnya dibandingkan ibunya. Ayah yang memberi otonomi yang relatif lebih
tinggi pada anak laki-lakinya, menyediakan kesempatan untuk mencoba
keahliannya, dan untuk kepercayaan diri pada kompetensinya sendiri.
22
Banyak faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi
selain keterlibatan ayah. Sumbangan efektif dari keterlibatan ayah pada motivasi
berprestasi siswa sebesar 73,1%. Hal ini menunjukkan bahwa 26,9% dipengaruhi
faktor lain seperti peran dari konsep diri (role of self concept) dan juga pengakuan
dan prestasi (recognition and achievement).
Diperoleh data bahwa motivasi motivasi berprestasi tergolong tinggi
(50%) dan keterlibatan ayah tergolong tinggi (50%). Hal ini menunjukkan
motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa tergolong tinggi serta keterlibatan
ayah yang dirasakan oleh siswa pun tergolong tinggi. Keterlibatan orangtua
terutama ayah pada motivasi berprestasi yang dimiliki siswa merupakan hal yang
sangat penting. Motivasi berprestasi yang baik akan mendukung pencapaian
prestasi akademik yang baik pula.
Keterlibatan ayah yang dirasakan siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei
Bandar Lampung paling menonjol yaitu paternal responsibility yang berhubungan
dengan keterkaitan ayah mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak memiliki presentase sebesar 39,8%.
Motivasi berprestasi yang paling menonjol ditunjukkan siswa kelas 3
otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung yaitu inovatif dimana siswa cenderung
ingin menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu yang memiliki
presentase sebesar 37,13%.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan
antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa, diperoleh kesimpulan
:
1. Terdapat hubungan positif signifikan antara keterlibatan ayah dengan
motivasi berprestasi siswa. Makin tinggi keterlibatan, maka makin tinggi
pula motivasi berprestasi siswa.
2. Sumbangan efektif dari keterlibatan ayah pada motivasi berprestasi siswa
sebesar 73,1%. Hal ini menunjukkan bahwa 26,9% dipengaruhi faktor lain
seperti peran dari konsep diri (role of self concept) dan juga pengakuan
dan prestasi (recognition and achievement).
3. Sebagian besar (50%) siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar
Lampung memiliki motivasi berprestasi yang tergolong tinggi dan
sebagian besar (50%) siswa merasakan keterlibatan ayah yang tergolong
tinggi.
Saran
1. Bagi Ayah
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mengenai hubungan antara
keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa sehingga para ayah dapat
meningkatkan keterlibatan dirinya di dalam pengasuhan anak-anaknya, yang
mencakup paternal engagement, paternal accessibility, dan paternal
24
responsibility. Hal ini bertujuan agar anak memperoleh pengasuhan yang
lengkap dari kedua orangtuanya sehingga perkembangan diri siswa dapat
berjalan baik.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mengenai hubungan antara
keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa sehingga siswa hendaknya
lebih menghargai dan menyadari pentingnya keterlibatan ayahnya dalam
perkembangan kehidupan mereka. Siswa juga hendaknya lebih meningkatkan
motivasi berprestasi dalam dirinya karena berguna untuk kesuksesan
akademiknya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini terungkap bahwa keterlibatan ayah menghasilkan
banyak sekali dampak positif bagi perkembangan dan kualitas kehidupan
anaknya yang salah satunya adalah motivasi berprestasi. Namun, masih
terdapat siswa-siswa yang ayahnya kurang terlibat dalam pengasuhan dirinya.
Oleh sebab itu, peneliti menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti
tentang alasan para ayah kurang terlibat dalam pengasuhan anaknya, baik
ditinjau dari status ekonomi ayah, tingkat pendidikan ayah, dan lain-lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. J.(2012). Hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dengan
motivasi berprestasi siswa program rintisan sekolah bertaraf internasional
(RSBI) SMA negeri 1 kota probolinggo. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Allen, S. & Daly, K. (2007, May). The effects of father involvement. Available
(Online) :
http://www.fira.ca/cms/documents/29/Effects_of_Father_Involvement.pdf
Amalia, U. (2011). Hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan
resiliensi dengan kemampuan memecahkan masalah remaja pada keluarga
dengan ibu bekerja sebagai TKW di luar negeri. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Andayani, B. & Koentjoro. (2007). Psikologi keluarga : peran ayah menuju
coparenting. Sidoarjo: Laros.
Azwar, S. (2011). Metode penelitian, (edisi keduabelas). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ball, J., Moselle, K., & Pedersen, S. (2007, March). Father’s Involvement as a
Determinant of Child Health. Available (Online) :
http://www.fira.ca/cms/documents/122/PH_FI_Final_Full_Report.pdf
Boyatzis, R. E. (2000, August). McClelland: Biographical statement and synopsis
of his work. Available
(Online):http://www.haygroup.com/downloads/my/david_mcclelland.pdf
Brooks, J. (2011). The process of parenting, (eight edition). New York: McGraw-
Hill.
Bigge, M. L.,& Hunt, M. P. (1980). Psychological foundations of education :an
introduction to human motivation, development,and learning, (third
edition).New York: Library of Congress Cataloging in Publication Data.
Dagun, S. M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta : PT. Rineka cipta.
Doherty, W. J., Kouneski, E. F., & Erickson, M. F. (1998). Responsible fathering
:an overview and conceptual framework. Journal of Marriage and the
Family, 60, 277-292. Retrieved July, 15, 2014, from
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/204244942?pq-
origsite=summon#
Hart, R. (2011). Paternal involvement in the statutory assessment of special
educational needs. Educational Psychology in Practice, 27, 155–174
26
Lamb, M. E. (1981). The role of the father in child development.Canada: A Wiley.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (2006). Psikologi perkembangan
:pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
McClelland, D. (1987). Human motivation. New York: Cambridge University
Press.
Nugroho, Y. D. S. (2009). Hubungan antara persepsi karyawan terhadap gaya
kepemimpinan transformasional dengan motivasi berprestasi di J&M Mini
market Cirebon. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
Pranoto, Y. K. S. (2010). Hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan
dengan perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah. Tesis (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Priyatno, D. (2013). Mandiri belajar analisis data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Slavin, R. E. (2006). Educational psychology : theory and practice. USA: Allyn
and Bacon.
Tjalla, Y. T. A. (1991). Hubungan Orientasi Belajar Dengan Motivasi Berprestasi.
Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Vita. (2007). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Available (Online) :
(http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=82