HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

43
HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS) DENGAN PERILAKU PENGONSUMSIAN MINUMAN BERALKOHOL DI KALANGAN MAHASISWA HALMAHERA DI UKSW SALATIGA OLEH CHELSI NATALIA TAWA TAWA 80 2014 093 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)

DENGAN PERILAKU PENGONSUMSIAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KALANGAN MAHASISWA HALMAHERA

DI UKSW SALATIGA

OLEH

CHELSI NATALIA TAWA TAWA

80 2014 093

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS
Page 5: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS
Page 6: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS
Page 7: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)

DENGAN PERILAKU PENGONSUMSIAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KALANGAN MAHASISWA HALMAHERA DI

UKSW SALATIGA

Chelsi Natalia Tawa Tawa

Doddy Hendro Wibowo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesadaran diri

(self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di

kalangan mahasiswa Halmahera di UKSW Salatiga. Hipotesis yang diajukan

adalah ada korelasi negatif sinifikan antara kesadaran diri (self awareness) dengan

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan mahasiswa Halmahera.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Halmahera di UKSW Salatiga

sebanyak 110 mahasiswa laki-laki dengan menggunakan teknik sampel purposive

sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala

kesadaran diri (self awareness) dan skala perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol. Analisis data menggunakan metode korelasi pearson product moment.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan negatif signifikan antara

kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol dengan nilai (r) -0,371 dan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Artinya

semakin tinggi kesadaran diri (self awareness) maka perilaku pengonsumsian

minuman beralkohol akan semakin rendah, begitu pun sebaliknya.

Kata kunci: Kesadaran Diri (self awareness), Perilaku Pengonsumsian

Alkohol, Mahasiswa.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

ii

ABSTRACT

The research was intended to find out correlation between self

awarenesswith alcohol consumption behavior among Halmahera students at

SWCU Salatiga. The hypothesis proposed is that there is a significant negative

correlation between self-awareness with alcohol consumption behavior among

Halmahera students. The subjects in this study were Halmahera students at

SWCU Salatiga with 110 male students using a purposive sampling technique.

The measuring instrument used in this study is a scale of self-awareness with

alcohol consumption behavior. Data analysis using Pearson product moment

correlation method. The results showed there was a significant negative

relationship between self-awareness (self awareness) with alcohol consumption

behavior beverages with a value (r) -0.371 and a significance of 0.00 (p <0.05).

This means that the higher the self-awareness, the behavior of consuming

alcoholic beverages will be lower, and vice versa.

Keywords: Self Awareness, Alcohol Consumption Behavior, Students.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan berjalanya waktu era moderenisasi dikatakan sebagai

keberhasilan dari awal kemajuan zaman dengan memberikan begitu banyak

pengaruh baik positif maupun negatif dengan fariasi dampak yang luar biasa.

Dalam hal ini juga era moderenisasi membawa dampak penuh pada perubahan

fisik mental yang tentunya akan memberi konsekuensi dan pengaruh besar

terhadap manusia sebagai komponen dalam kehidupan, dengan perkembangan

remaja pada saat ini banyak masalah mengenai pola hidup atau gaya hidup yang

di dalamnya terdapat berbagai bentuk kenakalan remaja.

Indra, Haniman dan Moeljohardjono (2000) mengemukakan bahwa salah

satu bentuk kenakalan remaja adalah penyalahgunaan alkohol. Selanjutnya

Hawari (dalam Rauf, 2002) menyatakan bahwa mabuk-mabukan sebagai perilaku

menyimpang yang merupakan gambaran dari kepribadian antisosial atau

gangguan tingkah laku pada remaja. Indra, Haniman dan Moeljohardjono (2000)

menemukan bahwa anggapan dan cara pandang remaja yang longgar tentang

suatu bentuk kenakalan akan membuat mereka cenderung melakukan kenakalan

tersebut. Menurut Karamoy (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan

remaja mengkonsumsi alkohol yaitu: Faktor kepribadian anak, faktor usia, faktor

pandangan atau keyakinan yang keliru, faktor rendahnya pengetahuan agama, ego

yang tidak realistis, faktor keluarga, faktor lingkungan tempat tinggal, faktor

keadaan sekolah, dan faktor Pendidikan.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

2

Dalam hal ini masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa

dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki

masa dewasa dalam Lailatul & Mohammad (2014) Masa remaja sendiri

berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13

tahun sampai 22 tahun bagi pria. Disisi lain juga menurut Santrock (2003) remaja

(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa-anak

dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-

emosional. Berdasarkan pengertianya, menurut Havighurts (dalam Rifai, 1984)

ada sepuluh tugas perkembangan remaja, yaitu mencapai hubungan sosial yang

lebih matang dengan teman-teman sebayanya (baik dengan teman-teman sejenis

maupun dengan jenis kelamin lain), dapat menjalankan peranan-peranan sosial

menurut jenis kelamin masing-masing, menerima kenyataan (realitas) jasmaniah

serta menggunakanya secara efektif dengan perasaan puas, mencapai kebebasan

emosional dari orang tua atau orang dewasa lainya, mencapai kebebasan ekonomi,

memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, mempersiapkan

diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga, mengembangkan

kecakapan intelektual serta konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup

bermasyarakat, memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggung jawabkan, memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman

dalam tindakan dan sebagai pandangan hidupnya. Berdasarkan prosesnya,

perubahan dalam berbagai aspek maupun tugas-tugas perkembangan yang dialami

oleh remaja, tidak selalu berjalan mulus. Remaja sendiri sering diperhadapkan

dengan berbagai macam tantangan.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

3

Perilaku konsumsi minuman beralkohol saat ini merupakan permasalahan

yang cukup berkembang di dunia remaja dan menunjukan kecenderungan yang

meningkat dari tahun ke tahun, akibatnya, mereka melakukan bentuk kenakalan-

kenakalan, perkelahian, geng-geng remaja, perbuatan asusila dan maraknya

premanisme pada kalangan remaja (Hutagalung) (dalam Solina dkk, 2018).

Minuman alkohol adalah segala jenis minuman yang memabukan, sehingga

dengan meminumnya menjadi hilang kesadaranya, yang termasuk minuman

alkohol seperti, arak, wine, whisky, brandy, campagne, malaga, dan lain-lain

(Zulvikar) (dalam Solina dkk, 2018).

Perilaku pengonsumsian minuman beralkohol pada remaja dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan Green (dalam Notoatmodjo, 2010)

bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor predisposisi (predisposing),

pemungkin (enabling), dan penguat (reinforcing). Dalam perilaku pengonsumsian

minuman beralkohol pada remaja juga dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan,

baik itu lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan sosial sendiri sangat

berpengaruh, dikarenakan remaja masih bersifat labil (Notoatmodjo, 2010).

Menurut hasil peneltian yang dilakukan oleh Irmayanti (2015) terdapat

mahasiswa yang minum alkohol dengan tingkat intensitas yang tergolong sering,

dari 17 angket yang disebar, terdapat hasil 35% mahasiswa yang tergolong sering

mengkonsumsi alkohol. Sering dalam artian selalu, ada yang hampir setiap

minggu bahkan hampir setiap hari, sedangkan 76% menyatakan bahwa mereka

mengkonsumsi alkohol tidaklah sendiri, melainkan bersama teman–teman sesama

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

4

peminum, dan 58% mengaku mengoplos minuman keras sebelum

mengonsumsinya.

Dari fenomena yang terjadi, Menurut Dariyo (2002) perilaku minum-

minuman keras (alkohol) disebabkan oleh faktor predisposisi yang menimbulkan

gangguan kepribadian antisosial, kecerdasan emosi serta depresi. Dari

permasalahan yang ditimbulkan terdapat pula faktor mengenai kecerdasan emosi,

yang di dalamnya terdapat kesadaran diri (self awareness) yang terbentuk dalam

diri seseorang.

Nafisa (2010) menyatakan bahwa kesadaran diri (self awareness) adalah

keadaan dimana individu dapat memahami diri sendiri dengan tepat. Individu

mempunyai kesadaran mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri. Individu

yang memiliki self awareness yang baik maka ia memiliki kemampuan

mengontrol diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang

lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.

Dalam hal ini berawal dari teori mengenai kesadaran menurut Baars dan

McGovern (dalam Robert, Otto dan Kimberly, 2007) mengajukan sejumlah fungsi

kesadaran. Fungsi pertama yaitu fungsi konteks-seting (context-setting), yakni

fungsi dimana sistem-sistem bekerja untuk mendefinisikan konteks dan

pengetahuan mengenai sebuah stimuli yang datang kedalam memori, dimana

berperan untuk menjernikan pemahaman mengenai stimulus yang bersangkutan.

Fungsi kedua yaitu fungsi adaptasi dan pembelajaran (adaptation and learning)

yang mengendalikan bahwa keterlibatan sadar diperlukan untuk menangani

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

5

informasi baru dengan sukses. Fungsi ketiga yaitu fungsi prioritisasi (prioritizing)

dan fungsi akses dimana kesadaran diperlukan untuk mengakses besarnya jumlah

informasi yang tersedia di tingkat ketidak sadaran. Fungsi keempat yaitu fungsi

rekrutmen dan kontrol (recruitment and control) dimana kesadaran memasuki

sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar. Fungsi kelima

yaitu fungsi pengambilan keputusan (decision-making) dan fungsi eksekutif, yang

berperan membawa informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk

membantu pengambilan keputusan dan penerapan kendali. Fungsi keenam yaitu

fungsi deteksi dan penyuntingan kekeliruan (error detection and editing) fungsi

ini berfokus pada kesadaran yang memasuki sistem norma kita (yang berada di

tataran ketidaksadaran) sehingga kita (“kita” yang sadar) dapat mengetahui saat

kita membuat suatu kekeliruan. Fungsi ketujuh yaitu fungsi monitor diri (self-

monitoring) monitor diri dalam bentuk refleksi diri, percakapan internal, dan

imagery, membantu kita mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi

tidak sadar dalam diri kita. Fungsi kedelapan yaitu fungsi pengorganisasian dan

fleksibilitas (organization and flexibility) fungsi ini memungkinkan kita

mengandalkan fungsi secara otomatis dalam situasi yang telah dapat

diprediksikan, namun sekaligus memungkinkan kita memasuki sumber daya

pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi tidak terduga.

Nafisa (2010) berpendapat kesadaran diri (selfawareness) merupakan

perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin individu. Berdasarkan hal

ini, kesadaran diri (self awareness) merupakan salah satu komponen dari

kecerdasan emosional.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

6

Dari data awal sebagai hasil observasi maupun wawancara informal pada

bulan juli 2018, yang dilakukan dengan 6 mahasiswa Halmahera Universitas

Kristen Satya Wacana mengatakan bahwa penyebab pengonsumsian minuman

beralkohol adalah ketika sedang mengalami masalah, dan tidak tanggung-

tanggung mahasiswa dapat mengonsumsi alkohol dengan frekuensi tinggi yaitu

(5-10 botol/kemasan). Latar belakang masalah yang dihadapi bermacam-macam

diantaranya dari faktor individu sendiri maupun dari lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa Halmahera

konsumen captikus (minuman alkohol khas Halmahera), dimana fenomena

konsumsi minuman beralkohol di Halmahera tidak berbeda jauh dengan realitas

yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam sejarahnya minuman beralkohol yang

oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah saguer dan cap tikus dikonsumsi

pada momen-momen adat setempat, sehingga pada momen tersebut terkandung

nilai-nilai kekerabatan, namun seiring berjalanya waktu, kebiasaan tersebut

berubah dari nilai kekerabatan kemudian bergeser kenilai ekonomi, sehingga

minuman beralkohol oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai barang komoditi

atau barang yang belum siap diolah tetapi dapat diperdagangkan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dawn & Clayton (2013) dimana

hasil studi ini mengevaluasi kesadaran diri (self awareness) sebagai moderator

dari hubungan antara motif perilaku minum sosial (perilaku minum-minuman

beralkohol dalam kelompok) dan penggunaan alkohol secara pribadi dengan kata

lain, hasil menunjukan bahwa hubungan perilaku minum sosial (perilaku minum-

minuman beralkohol dalam kelompok) dan penggunaan alkohol secara pribadi

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

7

lebih kuat diantara individu yang rendah dalam kesadaran diri publik (kesadaran

diri sebagai objek sosial).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Jamie, Marrleah dan Stephanie

(2013), yang merupakan penelitian yang mendukung adanya hubungan antara

kesadaran, stres, serta masalah alkoholik di kalangan mahasiswa perguruan tinggi

dengan hipotesis, jika adanya tingkat perhatian yang lebih tinggi maka akan

berhubungan negatif dengan stres dan masalah alkoholik. Dalam hal ini stres

sebagai acuan maupun potensi utama terkait hubungan antara kesadaran diri

dengan masalah alkoholik dalam lingkungan perguruan tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

antarakesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol di kalangan mahasiswa Halmahera di Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah arah hubungannya baik

itu positif atau negatif antara kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku

pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan mahasiswa Halmahera di

UKSW Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Aspek Teoritis

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

8

1. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap bidang

ilmu pengetahuan terutama psikologi mengenai variabel kesadaran diri dan

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesadaran

diri dan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan mahasiswa

Halmahera.

Aspek Praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para mahasiswa

untuk lebih memahami sebab dampak serta faktor risiko dari perilaku

pengonsumsian minuman beralkohol.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Pengonsumsian Alkohol

A. Pengertiam Perilaku Pengonsumsian Alkohol

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas konkrit yang

berhubungan dengan pemikiran, perasaan dan tindakan individu yang dapat

diamati baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan kata lain definisi

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol adalah perilaku yang berupa

pemikiran, perasaan, dan tindakan individu yang dapat diamati baik secara

langsung maupun tidak langsung meliputi pengonsumsian minuman beralkohol

baik dalam kadar yang rendah maupun sampai pada kadar yang tinggi Mariw

(2017).

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

9

Ada beberapa tahapan tentang perilaku meminum minuman keras dan

obat-obatan berbahaya yang dikemukakan oleh Furhmann (1990) sebagai berikut:

yaitu eksperimen, kebiasaan, dan ketergantungan.

a. Eksperimen yang mana seorang individu mengkonsumsi alkohol saat waktu-

waktu tertentu serta hanya dikonsumsi pada saat seorang individu berada di

antara kelompok atau teman sebayanya dimana pada tahap yang masih

sangat rendah.

b. Kebiasaan yang terjadi jika pada tahap eksperimen penggunaanya

berlebihan dan disaat itu individu berusaha mencari teman yang juga

mengkonsumsi alkohol. Pada tahap inilah sudah mulai muncul gejala-gejala

peningkatan efek seperti yang didapatkan sebelumnya.

c. Ketergantungan yang mana terjadi saat keinginan untuk mengkonsumsi

secara teratur makin meningkat. Disinilah muncul gangguan-gangguan fisik

maupun psikologis, misalnya hilangnya kesadaran diri, berat badan tidak

normal, sulit menahan emosi, menentang kata- kata orang tua hingga otak

sudah tidak mampu bekerja dengan seharusnya.

B. Aspek-aspek Perilaku Konsumsi Alkohol

Twiford (dalam Yafi, 2018) menyebutkan bahwa perilaku minum-

minuman keras sama saja seperti perilaku pada umumnya yang dibentuk dari

aspek-aspek berikut ini :

a) Frekuensi (seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang

muncul).

b) Durasi (seberapa lama subjek telah mengonsumsi minum-minuman keras).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

10

c) Intensitas (kuat lemahnya atau seberapa dalam subjek mengonsumsi

minuman keras).

C. Faktor Perilaku pengonsumsian alkohol atau minuman keras atara lain:

a) Faktor individu/subjek

1. Faktor Psikologi

Faktor minuman beralkohol atau minuman keras digunakan untuk

menghindari perasaan psikologis tertentu seperti kecemasan atau stres.

2. Faktor genetika dan biologis

Yaitu orang tua atau ayah/ibu, saudara, atau anggota keluarga yang juga

mengonsumsi alkohol atau minuman keras merupakan faktor risiko

utama yang menyebabkan subjek melakukan perilaku tersebut.

b) Faktor lingkungan

1. Faktor perilaku dan pembelajaran

yaitu proses pembelajaran yang dilakukan oleh subjek dari kebiasaan-

kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras dari

orang tua, keluarga, dan teman-teman.

2. Faktor sosial dan kultural

Yaitu pengaruh adat istiadat dan budaya yang menjadi kebiasaan,

pengaruh lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sebaya dan

konformitas.

D. Dampak/akibat pengonsumsian alkohol atau minuman keras

a) Dampak fisik

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

11

Menurut Mulyadi (dalam Irmayanti, 2015) konsumsi campuran

minuman keras dan zat lain menyebabkan efek dari dua substansi yang

berpengaruh negatif terhadap tubuh. Minuman beralkohol yang dicampur

minuman berenergi, dapat menyebabkan pengguna:

1) Mampu meminum lebih banyak.

2) Mengalami efek samping fisik seperti palpitasi jantung.

3) Mengonsumsi sejumlah besar kafein, yang menyebabkan kecemasan

dan serangan panik.

4) Mengonsumsi gula dan kalori terlalu banyak sehingga menyebabkan

kelebihan berat badan dan menambah risiko diabetes.

5) Meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan jangka pendek dan

panjang.

b) Dampak psikologis

Menurut Nevid, dkk 2005. Efek dari pengonsumsian minuman

beralkohol atau minuman keras mencerminkan interaksi dari:

1) Efek psikologi zat dan

2) Interpretasi seseorang akan efek tersebut.

Kartono & Kartini (2002) berpendapat bahwa penggunaan alkohol

atau minuman keras secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya

gangguan psikis yaitu:

1) Kehilangan kontrol diri, sebagai gejala pertama pada seorang

alkoholis.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

12

2) Alkoholisme: yaitu kecanduan pada alkohol. Alkohol dalam jumlah

kecil dan tepat, memberikan dan mempertinggi rasa senang enak. Orang

yang terbiasa minum alkohol sukar sekali untuk tidak minum alkohol.

3) Mabuk: motoriknya tidak terkuasai, tanpa kordinasi, orang menjadi

bingung dan tidak sadarkan diri.

4) Delirium tremens (delirium: kegilaan, mabuk dan mengigau), pikiran

seperti tidak waras. Kondisi delirium sering disertai delusi-delusi, ilusi-

ilusi dan halusinasi.

5) Korsakov alkoholick: terdapat kompleks gejala amnetis, lalu suka

meracau dan berbicara tanpa arti.

6) Perubahan struktur kepribadian dan bergesernya watak sehingga

terjadi psikosa alkoholik yang ditemui pada peminum kelas berat.

Kesadaran Diri (self awareness)

A. Pengertian Kesadaran Diri

Kesadaran (consciousness) adalah kesiagaan (awareness) seseorang

terhadap peristiwa-peristiwa di lingkunganya. Definisi kesadaran ini memiliki dua

sisi yaitu, kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan

sekitar selain itu, kesadaran juga meliputi pengenalan seseorang akan peristiwa-

peristiwa mentalnya sendiri seperti pikiran-pikiran yang ditimbulkan oleh memori

dan oleh kesadaran pribadi akan jati dirinya (Robert, Otto dan Kimberly, 2007).

Abraham Maslow dalam teorinya Humanistik mengemukakan tentang

kesadaran diri (self awareness) adalah mengerti dan memahami siapa diri kita,

bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

13

dimiliki, apa langkah-langkah yang diambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa

yang dimiliki dan diyakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju.

Goleman, (2007) menyatakan bahwa kesadaran diri (selfawareness) adalah

perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin idividu. Para ahli psikologi

menyebut kesadaran diri dengan istilah metakognisi dan metamood, yaitu

kesadaran orang akan proses berpikir dan kesadaran emosinya sendiri. Inti

kesadaran diri adalah sadar akan kedua kesadaran tersebut. Proses metakognisi

menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas kognitifnya, pengetahuan

individu tentang proses kognitif dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan

strategi yang tepat bagi dirinya di masa yang akan datang (Nafisa, 2010). Self-

awareness merupakan perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin

individu. Para ahli psikologi menyebut self-awareness (kesadaran diri) dengan isti

lah metakognisi dan metamood, yaitu kesadaran individu akan proses berpikir dan

kesadaran emosinya sendiri Meyer (dalam Goleman 2007).

Pada umumnya ada tiga gaya yang tampil ketika individu menghadapi

emosinya, yaitu : (a) Terbebani (engulfed), individu dengan tipe ini tenggelam

dalam emosi-emosinya dan tidak mampu keluar dari situasi ini. (b) Menerima

(accepting), individu menyadari emosi yang dirasakannya namun cenderung

menerima begitu saja emosi yang sedang terjadi dan tidak mencoba memahami

emosi tersebut lebih jauh. (c) Sadar diri (self-aware), individu dengan tipe ini

menyadari dan memahami emosi yang terjadi pada dirinya. Serta mengetahui

batas-batas norma yang perlu dijaga dan berpikir untuk mengelola emosi yang

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

14

dirasakan agar perilakunya masih berada dalam ambang batas tersebut (Goleman,

2007).

Goleman (1997, 2001) juga mengatakan kesadaran diri (self awareness)

merupakan kemampuan individu untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu

saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,

memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang

kuat.

Selain itu menurut Goleman (dalam Nafisa, 2010) juga mengemukakan

bahwa kesadaran diri (self awareness) yang baik akan dicapai bila individu dapat

mengembangkan kemampuan untuk sadar diri, kemampuan untuk mengendalikan

dorongan hati dan kemampuan untuk bersikap optimis. Individu yang memiliki

self-awareness yang baik maka ia dikatakan memiliki kecerdasan emosional yang

baik pula. Konsep kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2007)

tersebut esensinya terdapat pada kemampuan untuk memiliki self-awareness yang

baik.

B. Aspek Kesadaran Diri

Aspek-aspek Kesadaran diri (self awareness) yang dikemukakan oleh Goleman

(dalam Team FME, 2014) sebagai berikut:

a. Emotionally self-aware (sadar diri secara emosional) reading one’s own

emotions and recognizing their impact (Membaca emosi anda sendiri dan

mengenali dampaknya).

b. Accurate self- assessment (penilaian diri yang akurat): knowing one's owns

strenghts and limits (mengetahui kekuatan dan batas diri seseorang).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

15

c. Self confidence (kepercayaan diri): a sound sense of one's self worth and

capabilities (rasa harga diri dan kemampuan yang sehat).

Hubungan Antara Kesadaran Diri (self awareness) Dengan Perilaku

Pengonsumsian Minuman Beralkohol Di kalangan Mahasiswa

Halmahera.

Dalam menjalani tugas perkembangannya, menurut (Santrock, 2003)

remaja selalu diperhadapkan dengan berbagai tantangan baik dari aspek biologis,

kognitif, dan sosio-emosional dikarenakan berdasarkan teori L. Green (dalam

Notoatmodjo, 2010) bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor predisposisi

(predisposing) yaitu faktor mempermudah terjadinya sebuah perilaku pada

seseorang, pemungkin (enabling) yaitu faktor ketersediaannya sarana dan

prasarana atau fasilitasi yang mendukungterjadinya perilaku,dan penguat

(reinforcing) yaitu faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya

perilaku. Berdasarkan hal ini pada umumnya remaja tidak mampu melihat dengan

penuh tentang apa yang dihadapinya kedepan baik itu dalam lingkungan sosial,

keluarga, maupun pendidikan dikarenakan remaja sendiri masih bersifat labil

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam hal ini untuk mengendalikan dorongan hati dan kemampuan

beroptimis, individu (remaja) wajib mengembangkan kemampuan sadar terhadap

diri sendiri (Self awareness) dengan melihat ciri-ciri kesadaran diri yang baik

menurut Glenn (dalam Nafisa, 2010) antara lain, dimana individu dapat

memahami diri sendiri (sejauh mana ia mengenali maupun menghadapi tantangan

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

16

yang ada dalam diri), dimana individu sendiri mampu menyusun tujuan hidup dan

karir yang baik, individu mampu memiliki relasi yang baik dengan orang lain,

mampu membangun nilai keagamaan, mampu menyeimbangkan tuntutan

kebutuhan diri dan kebutuhan komunitas serta, mengembangkan kontrol diri

terhadap stimulus dengan tepat. Dari berbagai ciri Kesadaran diri (Self awareness)

diatas, hal ini berkaitan dengan perbadaan tiap-tiap individu (remaja) dalam

menghadapi emosinya sehingga tak jarang individu kehilangan pengawasan diri

dikarenakan faktor lingkungan individu yang mengarah pada hal negatif atara lain

kenakalan remaja.

Penyebab terjadinya kenakalan remaja yang berujung pada perilaku

pengonsumsian alcohol sendiri didasari faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap self awareness (kesadaran diri individu) yang berasal dari

factor individu maupun lingkungan dalam penyampaian informasi sebagai tugas

popoknya untuk melakukan suatu hal, kemudian dari faktor-faktor tersebut

individu akan membawa pesan-pesan yang berisikan sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang Sulistyowati, 2012. Pesan-pesan sugesti yang

dibawa informasi itulah apabila cukup kuat dalam menilai suatu hal apakah baik

maupun buruk, sehingga jika sugesti tersebut tidak cukup kuat dalam

mengendalikan sebagaimana yang diharapkan maka terbentuklah sikap atau

perilaku yang menyimpang, dari hal itulah muncul diantaranya perilaku

pengonsumsian alcohol Azwar (dalam Sulistyowati, 2012).

Perilaku konsumsi alkohol pada hakikatnya dipengaruhi oleh faktor

individu dan lingkungan, faktor individu diantaranya yaitu psikologi (minuman

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

17

beralkohol digunakan untuk menghindari perasaan psikologis tertentu seperti

kecemasan atau stres) dan genetika atau biologis (ayah/ibu, saudara, anggota

keluarga yang juga mengonsumsi alkohol), faktor lingkungan diantaranya yaitu

perilaku dan pembelajaran (proses pembelajaran yang dilakukan oleh subjek dari

kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol dari orang tua, keluarga dan teman)

serta sosial dan kultural (pengaruh adat istiadat dan budaya yang menjadi

kebiasaan, pengaruh lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sebaya dan

konformitas) Hapsari (dalam Mariw, 2017).

Faktor lingkungan biasanya mengarah pada faktor kebiasaan yang dianut

dalam sebuah lingkungan. Menurut Jannah dkk (2015) keberadaan minuman

beralkohol di setiap perayaan pesta adat khususnya di Indonesia, disebabkan

karena tradisi yang lahir dari para leluhur masyarakat di suatu daerah dan

sebagian masyarakat menyatakan bahwa minuman beralkohol dianggap sebagai

minuman kehormatan.

Beberapa individu menganggap dengan mengonsumsi minuman

beralkohol ia akan terlepas dari beban yang dipikirkannya. Hal ini serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ser (dalam Nevid, 2005) menyatakan bahwa

adanya hubungan timbal balik antara keyakinan atau ekspektasi dengan

penggunaan alkohol maka individu (remaja) akan mendapatkan stimulus yang ia

harapkan.

Berdasarkan penjelasan menurut Goleman (2007) mengemukakan bahwa

self-awareness (kesadaran diri) yang baik akan dicapai bila individu dapat

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

18

mengembangkan kemampuan untuk sadar diri, kemampuan untuk mengendalikan

dorongan hati dan kemampuan untuk bersikap optimis. Dari hal inilah terdapat

hubungan yang signifikan antara kesadaran diri (self awareness) terkait perilaku

mengonsumsi minuman beralkohol.

Hipotesis

Berdasarkan dinamika hubungan yang telah diuraikan diatas, dalam

penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis terdapat hubungan yang negatif dan

signifikan antara kesadaran diri dan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol

pada mahasiswa halmahera.

H0 : Tidak ada hubungan negatif antara kesadaran diri (self awareness) dengan

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan mahasiswa

Halmahera.

H1 : Ada hubungan negatif antara kesadaran diri (self awareness) dengan

perilaku

pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan mahasiswa Halmahera.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

19

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan teknik korelasi untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu

kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol dengan menyebarkan 110 angket kepada partisipan.

B. Pertisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Halmahera yang ada di

UKSW Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling. Dan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mahasiswa

Halmahera Angkatan aktif 2012 sampai dengan 2018 dengan alasan pengambilan

sampel berdasarkan situasi maupun fenomena yang terjadi diantaranya:

1. Laki-laki mempunyai kecenderungan dua kali lebih besar dibandingkan

perempuan (20% : 8%) untuk mengambangkan gangguan keregantungan

alkohol (Nevid dkk, 2005).

2. Laki-laki sulit melakukan maupun mengendalikan coping disaat sedang

mengalami masalah, sensitif terhadap kritik, kurang mampu memelihara

hubungan personal, terlalu menekankan aspek maskulinitas, serta suka

menunjukan keinginan bebas dan berkuasa (Capuzzi dalam Fuhrmann,

1990).

3. Kecenderungan remaja laki-laki untuk melakukan perilaku menyimpang

dalam kaitanya mengonsumsi minuman keras atau beralkohol lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja perempuan (Ulfah, 2005).

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

20

4. Perilaku minum-minuman keras sebagai kebiasaan yang dilakukan dalam

sekelompok sebayanya (Amsar, 2015).

C. Instrumen Alat Ukur

Skala Kesadaran Diri (Self Awareness)

Kesadaran diri (self awareness) ini diungkap dengan Skala Kesadaran Diri

yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kesadaran diri (self

awareness) yang dikemukakan oleh Goleman (dalam Team FME, 2014).

Alat ukur dalam skala ini terdiri dari 47 item yang terdiri dari aspek

Emotionally self-aware (sadar diri secara emosional) 17 item, aspek Kemampuan

Accurate self-assessment (penilaian diri yang akurat) 11 item, aspek Self-

confidence (kepercayaan diri) 19 item, dengan pertanyaan bersifat 23 item

Favorable dan 24 item Unfavorable.

Skala Perilaku Pengonsumsian Minuman Beralkohol

Skala ini diungkap dengan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol

yang diambil dari aspek perilaku secara umum (Twiford, dikutip Yafi, 2018).

Alat ukur dalam skala ini terdiri dari 14 item yang terdiri dari aspek

Frekuensi 2 item, aspek Durasi 6 item, dan aspek Intensitas 6 item, dengan

pertanyaan bersifat 11 item Favorable dan 3 item Unfavorable.

D. Prosedur

Secara operasional prosedur penelitian ini dapat dilakaukan dalam tiga

langkah yaitu pertama tahap persiapan, dimana pada tahap persiapan peneliti

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

21

melakukan observasi lapangan dan perizinan. Kedua adalah tahap pelaksanaan

dimana peneliti menyebarkan skala kesadaran diri (self awareness) dan skala

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol. Tahap terakhir adalah tahap

penyelesaian dimana setelah mendapatkan hasil penelitian peneliti membuat

perhitungan dan skroring berdasarkan skala yang disebarkan.

HASIL PENELITIAN

A. Uji Reliabilitas dan Validitas

Hasil uji reliabilitas pada skala kesadaran diri (self awareness) dengan

menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas sebesar

0,891. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur dapat dikatakan alat

ukur yang reliabel. Pada hasil perhitungan uji seleksi aitem tidak diperoleh aitem

yang gugur dengan menggunakan daya diskriminasi 0,05 (Azwar, 2009).

Tabel. 1

Uji reliabilitas Skala Kesadaran Diri (self awareness)

Cronbach's Alpha N of Items

.891 46

Hasil uji reliabilitas pada skala perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukan hasil perhitungan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

22

reliabilitas sebesar 0,737. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur

dapat dikatakan alat ukur yang reliabel dengan menggunakan batas koefisien

korelasi aitem 0,05.

Tabel 2

Uji reliabilitas Skala Perilaku Pengonsumsian Minuman Beralkohol

Cronbach's Alpha N of Items

.737 14

B. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada skala ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov.

Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi (p > 0,05).

Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Uji Normaliatas

Kesadaran Diri

Perilaku

Pengonsumsian

Minuman

Beralkohol

N 110 110

Normal Parametersa Mean 134.00 32.98

Std. Deviation 14.244 5.663

Most Extreme Differences Absolute .099 .071

Positive .099 .048

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

23

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas, di dapatkan

bahwa variable kesadaran diri (self awereness) memiliki nilai Kolmogorov-

Smirnov Z sebesar 1,040 dan 0,748 dengan nilai sign = 0,230 (p >0,05) dan nilai

sign perilaku pengonsumsian minuman beralkohol = 0,630 (p >0.05). Maka dapat

dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Tabel 3.2 Anova Tabel

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku

Pengonsumsia

n Minuman

Beralkohol

Kesadaran Diri

Between

Groups

(Combined) 1692.628 46 36.796 1.285 .176

Linearity 482.058 1 482.058 16.841 .000

Deviation from

Linearity 1210.570 45 26.902 .940 .582

Within Groups 1803.336 63 28.624

Total 3495.964 109

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji linearitas menunjukan adanya

hubungan yang bersifat linear antara kesadaran diri (self awareness) dengan

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol pada remaja Halmahera dengan

Negative -.099 -.071

Kolmogorov-Smirnov Z 1.040 .748

Asymp. Sig. (2-tailed) .230 .630

a. Test distribution is Normal.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

24

nilai F= 0,940 dengan signifikansi Deviation from Linearity sebesar 0,582 (p >

0,05).

C. Analisis Deskriptif Responden

Tabel 4.1. Kategorisasi Skor Kesadaran Diri (Self Awareness)

No. Kategori Interval F % Mean SD

1 Tinggi 138 < x < 184 34 31% 134 14.24362

2 Sedang 92 < x < 138 76 69%

3 Rendah 46 < x < 92 0 0%

Total 110 100%

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 34 orang (31%)

yang memiliki kesadaran diri yang tinggi, 72 orang (69%) berada pada ketegori

sedang.

Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Perilaku Pengonsumsian Minuman Beralkohol

No. Kategori Interval f % Mean SD

1 Tinggi 42 < x < 56 3 3% 32.9818 5.66331

2 Sedang 28 < x < 42 85 77%

3 Rendah 14 < x < 28 22 20%

Total 110 100%

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 3 orang (3%)

berada pada kategori tinggi, 85 orang (77%) berada pada kategori sedang dan 22

orang (20%) berada pada ketegori rendah.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

25

D. Uji Hipotesis

a. Uji Korelasi

Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara dua variabel yaitu hubungan

Antara kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol pada mahasiswa Halmahera di Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga berdasarkan uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi Pearson dengan perhitungan dari Output SPSS Statistic 16.0 menunjukan

bahwa nilai = -0,371 (p < 0,05). Dan hubungan tersebut dapat dikatakan

signifikan karena nilai Sig. 0,000 (p < 0,05). Yaitu ada hubungan negatif antara

kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol di kalangan mahasiswa Halmahera.

Kesadaran Diri (self

aawareness)

Perilaku

pengonsumsianalkohol

Kesadaran

Diri(self

aawareness)

Pearson Correlation 1 -.371**

Sig. (2-tailed) .000

N 110 110

Perilakupeng

onsumsianmi

numanberalk

ohol

Pearson Correlation -.371** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 110 110

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

26

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis dan uji korelasi mengenai hubungan antara

kesadaran diri (self awareness) dangan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol memperoleh angka korelasi sebesar -0,371 dan sig = 0 (p < 0,05). Hal

ini menunjukan ada hubungan negatif yang signifikan antara kesadaran diri (self

awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan

mahasiswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyebutkan antara

kesadaran diri (self awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman

beralkohol di kalangan mahasiswa dapat diterima. Dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi tingkat kesadaran diri (self awareness) pada mahasiswa maka

semakin rendah perilaku pengonsumsian minuman beralkohol, begitu pun

sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran diri (self awareness) maka semakin

berpengaruh tinggi pada perilaku pengonsumsian minuman beralkohol.

Dari hasil kategorisasi variabel kesadaran diri (self awareness) yang

diperoleh dari 110 subjek terdapat 31% pada kategori tinggi dan 69% pada

kategori sedang, dan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol yang

menunjukan 3 % pada kategori tinggi, 77% pada kategori sedang dan 20% pada

kategori rendah. Penelitian ini menggambarkan bahwa mayoritas para mahasiswa

sendiri pada dasarnya memiliki perilaku yang cukup berpengaruh terkait

pengonsumsian minuman beralkohol namun tingkat kesadaran diri (self

awareness) cukup mampu untuk dapat mengendalikan maupun menarik diri

masing-masing individu dari berbagai hal negatif atau hal-hal yang dapat

dikatakan merugikan.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

27

Hal mengenai kesadaran diri (self awareness) mengalami keterkaitan yang

memengaruhi perilaku konsumsi minuman beralkohol pada mahasiswa salah

satunya didasari aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (dalam Team

FME, 2014) diantaranya Emotionally self-aware atau sadar akan diri secara

emosional dimana mahasiswa mampu membaca emosinya sendiri bahkan mampu

mengenali dampak sehingga mahasiswa dapat mencegah hal yang dapat

memunculkan emosi. Hal yang kedua yaitu, Accurate self-assessment atau

penilaian diri yang akurat, dalam hal ini mahasiswa mampu mengetahui dan

menilai kekuatan serta batas diri mereka masing-masing apakah mereka mampu

mengendalikan maupun mengatur problematika yang meraka alami. Hal yang

ketiga yaitu, Self confidence atau kepercayaan diri, dimana mahasiswa mampu

mengenal, menghargai, bahkan mempercayai diri sendiri, dari hal ini mahasiswa

mempunyai tekat besar untuk dapat melakukan suatu hal baik itu yang sudah

pernah dilakukan maupun belum pernah dilakukan tanpa ada rasa ragu. Jadi dalam

pembentukan karakteristik tiap individu (mahasiswa) jika tidak didasari dengan

kuatnya faktor maupun aspek dalam kesadaran diri maka cukup berdampak besar

mahasiswa akan terpengaruh dengan perilaku menyimpang salah satunya perilaku

konsumsi minuman beralkohol.

Dari hal di atas yang memengaruhi sehingga terjadinya perilaku

pengonsumsian minuman beralkohol menurut Hapsari (dalam Mariw, 2017)

antara lain faktor individu (psikologis dan biologis) dan faktor lingkungan

(perilaku pembelajaran dan sosial kultural), faktor individu yang mengarah pada

kondisi psikologi seperti mengalami stres dan kecemasan dalam perkuliahan

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

28

maupun dalam hubungan dengan orang lain, faktor biologis yang diturunkan dari

anggota keluarga antara lain ayah maupun saudara laki-laki yang sudah terbiasa

mengonsumsi alkohol. Dan yang terakhir yaitu faktor lingkungan yang datang

dari proses pembelajaran dimana individu mengikuti pola kebiasaan dari teman

melalui proses ajakan disaat sedang berkumpul dengan teman, serta faktor sosial

kultural terkait adat istiadat yang dianut dimana adat mengonsumsi minuman yang

mengandung alkohol menjadi kebiasaan dan patut untuk dipertahankan.

Penelitian di atas juga didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Dawn, Clayton dan Chelsie (2014) dimana peran (self efficacy) dalam upaya

untuk menolak perilaku konsumsi alkohol yang merupakan suatu identifikasi

moderator dari hubungan antara kesadaran diri dan perilaku konsumsi alkohol.

Penelitian ini juga dirancang untuk mempertimbangkan hipotesis diantaranya,

yang pertama alkohol dengan hasil yang dikaitkan secara negatif dengan

kesadaran diri, yang kedua identitas perilaku minum akan memoderasi hubungan

antara kesadaran diri dan konsumsi alkohol.

Perilaku pengonsumsian minuman beralkohol yang merupakan perilaku

menyimpang ialah permasalahan yang dapat ditimbulkan maupun dipengaruhi

oleh tingkat kesadaran diri tiap-tiap individu. Hal ini dikaitkan berdasarkan

kesadaran individu akan proses berpikirnya dan kesadaran emosinya sendiri.

Meyer (dalam Golemn, 2007).

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulanya bahwa:

1. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara kesadaran diri (self

awareness) dengan perilaku pengonsumsian minuman beralkohol di kalangan

mahasiswa Halmahera di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Semakin tinggi tingkat kesadaran diri (self awareness) maka semakin rendah

perilaku pengonsumsian minuman beralkohol, begitu juga sebaliknya apabila

kesadaran diri (self awareness) rendah, maka akan meningkat perilaku

pengonsumsian minuman beralkohol.

2. Berdasarkan hasil deskriptif sebagai partisipan 31% yang memiliki kesadaran

diri (self awareness) pada kategori tinggi dan 69% pada kategori sedang, dan

perilaku konsumsi minuman beralkohol 77% pada kategori sedang dan 20%

pada kategori rendah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengajukan beberapa saran sebagi berikut:

1. Untuk para remaja khususnya mahasiswa sebaiknya mampu mengontrol

tingkah laku dengan meningkatkan kesadaran diri (self awareness)

diantaranya: 1) bertanya pada diri sendiri (mengintrospeksi diri) dengan hal

ini individu dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam diri masing-

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

30

masing, 2) mendengarkan orang lain (dengan mendengarkan pendapat orang

lain kita dapat melihat diri kita dari sisi yang berbeda), 3) aktif mencari

informasi tentang diri sendiri dan 4) meningkatkan keterbukaan diri (kita

semakin percaya diri dalam menghadapi sesuatu karna dengan keterbukaan

orang lain akan senang).

2. Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan tahapan-

tahapan mengenai prosedur penelitian diantaranya dari persiapan (opservasi

lapangan, wawancara dll), tahap pelaksanaan (ada pendampingan pada saat

pemberian maupun pengisian skala), dan yang terakhir adalah tahap

penyelesaian (diharapkan agar lebih detail dalam proses seleksi maupun

skoring).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

31

DAFTAR PUSTAKA

Amsar, R. A. (2015). Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku

Minuman Keras pada Remaja Laki-Laki di Kelurahan Pakuncen Rt 31 Rw

07 Wirobrajan Yogyakarta. Skripsi STIKES' Aisyiyah Yogyakarta.

Dariyo, A. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dawn, W. F., & Clayton, N. (2013). Self-consciousness as a moderator of the

effect of social drinking motives on alcohol use. Addict Behav, 38 (4), 1-

19

Dawn, W. F., Clayton, N., Chelsie, M. Y. (2014). Drink refusal self-efficacy and

implicit drinking identity: An evaluation of moderators of the relationship

between self awareness and drinking behavior. Addict Behav, 39 (1), 196–

204.

Fuhrmann, B. S. (1990). Adolesence. Illinois: Scot Foresman and Company.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi

(terjemahkan oleh Widodo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Goleman, D. (2014). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Indra, J., Haniman, F., & Moeljohardjono, H. (2000). Perbedaan konsep dan

perilaku kenakalan remaja antara pelajar dari SMU/K (SLTA) yang

mendapat peringkat tinggi dengan smu/k yang mendapat peringkat rendah

di kota madya Surabaya. Anima Indonesian Psychological journal, 15 (3),

255-268.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

32

Irmayanti, A. 2015. Penyalahgunaan Alkohol di Kalangan Mahasiswa.

Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jannah, M., Riskiyani, S., & Rahman, A. 2015. Aspek Sosial Budaya Pada

Konsumsi Minuman Beralkohol (Tuak) Di Kabupaten Toraja Utara.

Makasar: Skripsi Universitas Hasanuddin.

Jamie, S. B., Marrleah, N., & Stephanie, Y. W. (2013). Mindfulness and Alcohol

Problems in College Students: The Mediating Effects of Stress. Journal of

American College Healt, 61 (6), 371-378.

Joewana, S. (2008). Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat

Adiktif Lainnya. Jakarta: Gramedia.

Karamoy, S. (2009). Cegah Sejak Dini. Rotary International D-3400 RI. Drug

Committe.

Kartono, Kartini. (2002). Psikologi Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta:

Rineka Cipta.

Lailatul, F., & Mohammad, J. (2014). Pengantar Psikologi Umum. Cetakan ke –1.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Mariw, K. S. 2017. Hubungan antara Stres Akademik dengan Perilaku

Konsumsi Alkohol pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana. Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana.

Nafisa, I. N. K. 2010. Efektivitas Motode Inabah Terhadap Self-Awareness

Pada Pecandu Alkohol. Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

Nevid, J. S., Ratus, S. A, Greene, B. (2005). Psikologi abnormal; 20 jilid 2.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Notoatmojo, S. (2010). Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan

Remaja Di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Jurnal

Holistik, 1 (16), 1-12.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

33

Rauf. (2002). Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja Dan

Kamtibmas. Jakarta: Bp. Dharma Bhakti.

Rifai, M. S. S. (1984). Psikologi perkembangan remaja dari segi kehidupan

sosial. Bandung: PT Bina Aksara.

Robert, L. S, Otto, H. M., & M, K. M. (2007). Psikologi Kognitif. Alih Bahasa:

Mikael B & Kristianto B. Edisi ke 8. Jakarta. PT Gelora Aksara Pratama.

Santrock, J. W. (2003). ADOLESCENCE; Perkembangan Remaja, edisi keenam.

Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Solina, S., Triana, A., & Yuni, P. W. (201 8). Hubungan Peran Orang Tua Dengan

Perilaku Konsumsi Minuman Alkohol Pada Remaja Laki-Laki. Jurnal

Keperawatan, 6 (1), 36-45.

Sulistyowati, D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Usia

Pertengahan Tentang Bahaya Minuman Keras Dengan Perilaku Minum-

Minuman Keras Di Desa Klumprit Sukaharjo. Skripsi. Muhammadiyah

Surakarta.

Sugiyono. (2005). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi:

Mixed Mehods. Bandung: Alfabeta.

Team FME. (2014). Understanding Emotional Intelligence People Skills. Di

http://www.free-menagemant-ebooks.com

Ulfah, D. M. 2005. Faktor-faktor penggunaan minuman keras di kalangan

remaja di desa Losari Kecamatan Rembang Kabupaten Prubalingga.

Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS

34

Yafi, A. M. 2018. Hubungan Tekanan Teman Sebaya Dengan Perilaku Minum-

Minuman Keras Pada Remaja Di Kota Malang. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Malang.