HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ......Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ......Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek...
-
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA
OLEH :
MELINDA SUSANTO
802013160
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
-
PENDAHULUAN
-
Pada hakikatnya mahasiswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan, misalnya beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal yang baru
(bagi yang merantau), beradaptasi dengan teman-teman sesama mahasiswa baru
yang berasal dari berbagai daerah, macam suku, ras dan juga agama memiliki
tantangan tersendiri. Ketika mahasiswa mengikuti proses perkuliahan di
Universitas, mahasiswa memiliki kegiatan dan tugas yang berbeda di setiap
jurusan baik dalam bentuk individu atau kelompok. Pengerjaan tugas kelompok
memiliki metode presentasi di depan umum atau di depan kelas yang berfungsi
untuk menjelaskan hasil tugas yang sudah dikerjakan serta menjelaskan materi
tertentu yang telah dikuasai di hadapan dosen dan mahasiswa.
Monarth & Kase, (dalam Haryanthi dan Tresniasari, 2012) menyatakan
bahwa salah satu kompentensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa yaitu
kemampuan berbicara di depan publik. Dimana, kemampuan tersebut sangat
mendukung mahasiswa agar dapat melakukan berbagai aktivitas kemahasiswaan
seperti perkuliahan, presentasi ujian skripsi maupun berbagai kegiatan organisasi.
Namun, tidak sedikit dari mahasiswa yang sulit untuk berbicara di depan
umum karena mereka mengalami kecemasan dalam melakukan presentasi karena
kepercayaan diri yang kurang. Ada beberapa hal yang menyebabkan kecemasan
berbicara didepan umum yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa,
menurut Monarth & Kase, (dalam Haryanthi dan Tresniasari, 2012) kecemasan
kemungkinan terjadi dipengaruhi situasi. Situasi tersebut seperti berbicara di
rapat, bertemu dengan orang baru pada situasi sosial, berbicara dengan figur
otoritas, aktivitas presentasi, wawancara kerja, menjawab pertanyaan saat
ditunjuk oleh figur otoritas.
-
Gençtan dan Özbey, (dalam Şar, dkk, 2010) kepercayaan diri didefinisikan
sebagai pengakuan individu atas kemampuannya sendiri, mencintaidirinya sendiri
dan menyadari emosinya sendiri. Rasa percaya diri juga bisa digambarkan sebagai
perasaan baik sebagai hasil dari memperdalam emosi positif. Sementara itu,
keadaan perasaan baik dapat dijelaskan sebagai kesepakatan dengan diri sendiri
dan dengan orang-orang di sekitar (Akagündüz, dalam Şar, dkk, 2010).
Rasa percaya diri dapat membantu seseorang apabila berhadapan dengan
ketidakpastian, membantu melihat tantangan-tantangan sebagai kesempatan-
kesempatan, mengambil resiko-resikoyang dapat diperhitungkan, dan membuat
keputusan-keputusan dengan tepat (Davies, 2004). Mahasiswa telah dianggap
sebagai pemeran penting dalam mengembangkan kepercayaan diri. Saat belajar di
universitas,mahasiswa perlu berkomunikasi lebih efektif, memulai usaha baru,
sukses dalam kehidupan akademik (Koç ve Polat, dalam Şar, dkk, 2010). Hal ini
didukung oleh Willis, (dalam Gufron & Suminta, 2010) yang mengatakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu
masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang
menyenangkan bagi orang lain.
Lauster, (dalam Gufron &Suminta, 2010) mendefinisikan kepercayaan diri
diperoleh dari pengalaman hidup. Menurut Lauster, (dalam Kristanto dkk, 2014)
individu yang mempunyai kepercayaan diri positif dapat digambarkan dari empat
aspek, yaitu: Cinta diri, Pemahaman diri, Tujuan hidup yang jelas, dan Berpikir
positif. Lauster, juga menambahkan ciri-ciri individu yang mempunyai
kepercayaan diri yang positif yaitu : Keyakinan atas kemampuan diri, Optimis,
Obyektif, Rasional dan Realistis.
-
McCroskey (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) mendefinisikan
kecemasan komunikasi sebagai ketakutan yang dialami individu yang
berhubungan dengan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung
antara individu dengan individu lain. Salah satu yang mewakili pengertian dari
kecemasan komunikasi dalam mempresentasikan tugas di depan kelas ialah
situasional communication apprehention yang merupakan kecemasan komunikasi
yang berhubungan dengan situasi ketika seseorang mendapat perhatian yang tidak
biasa dari orang lain. Hal ini juga terlihat pada sebagian besar mahasiswa ketika
melakukan presentasi tugas di depan kelas yang mendapat perhatian lebih dari
teman-teman dan dosen.
Selain itu, kecemasan komunikasi yang dialami individu juga disebabkan
beberapa faktor seperti: faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor reinforcement,
faktor situasi komunikasi, faktor penilaian, faktor kemahiran kemampuan dan
pengalaman (McCroskey, dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016). Adapun
tambahan faktor penyebab kecemasan terjadi yang disampaikan oleh De Vito
(dalam Muslimin, 2013) yaitu: (1) Degree of Evaluation yang berkaitan dengan
pemahaman penilaian atas penilaian orang lain pada individu. (2) Subordinate
Status, terjadi ketika individu merasa cemas yang tinggi saat berkomunikasi dan
kurang rilex saat berada di depan umum. (3) Degree of Conspicuousness, adalah
situasi dimana semakin seseorang menjadi pusat perhatian maka kecemasan
komunikasi akan lebih tinggi. (4) Degree of Unpredictability dimana semakin
banyak situasi tidak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. (5) Degree
of Dissimiliarity, definisi tentang individu yang merasakan sedikit persamaan
dengan teman bicaranya, individu tersebut akan merasakan kecemasan
-
berkomunikasi. (6) Prior Succes and Failures, keberhasilan atau kegagalan
individu di satu situasi dalam bimbingan skripsi akan berpengaruh terhadap
respon individu pada situasi berikutnya. (7) Lack of Communication Skills and
Experience memiliki definisi, kurangnya kemampuan dan pengalaman akan
menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika tidak berusaha untuk tidak
meningkatkan kemampuannya.
McCroskey (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) menambahkan ada
beberapa karakteristik individu yang mempunyai kecemasan komunikasi sebagai
berikut: a) Internal Discomfort, dimana individu mengalami perasaan tidak
nyaman pada diri. Dalam diri individu akan menimbulkan respon-respon yang
negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan, yang memunculkan kepanikan, malu,
tegang atau gugup. b) Avoidance of Communication, merupakan kecemasan
komunikasi yang cenderung menghindari situasi atau keadaan yang memerlukan
komunikasi. Pada situasi ini, perilaku yang dimunculkan biasanya berupa diam
ataupun berbicara seperlunya atau memunculkan respon berupa kalimat pendek.
c) Communication Disruption adalah kecemasan berkomunikasi yang cenderung
mengalami ketidaklancaran baik presentasi verbal maupun perilaku non verbal
yang tidak natural. d) Overcommunication, dimana individu cenderung
menampilkan respon yang berlebih untuk menunjukkan individu tersebut
memiliki kualitas yang baik dalam melakukan persentasi. Namun, sebenarnya
perilaku itu muncul untuk menutupi komunikasi yang kurang pada diri individu.
Selain itu, ada empat aspek yang mempengaruhi kecemasan berbicara di
depan umum yang dipaparkan oleh Semiun (dalam Wahyuni, 2014) diantaranya:
1) Aspek suasana hati seperti kecemasan, tegang, panik dan kekhawatiran. 2)
-
Aspek kognitif seperti kekhawatian dan keprihatinan yang diantisipasi, misalnya
takut berada di tengah khalayak ramai (agorapho). 3) Aspek somatik, aspek-
aspek somatik masih dibagi dua kelompok yaitu pertama adalah aspek langsung
seperti: keringat, mulut kering, bernapas pendek, denyut nadi cepat. Kedua, aspek
tambahan seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, dan
gangguan usus. 4) Aspek motor seperti: menggerakan jari-jari kaki, mengetuk-
mengetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecemasan berbicara di depan umum
mempengaruhi mahasiswa ketika melakukan persentasi di depan kelas, sehingga
mahasiswa tersebut dapat merasakan kepercayaan diri yang rendah. Begitu pula
sebaliknya, mahasiswa merasakan kepercayaan diri yang tinggi maka saat
melakukan presentasi di depan kelas, individu tersebut juga tidak akan mengalami
kecemasan berbicara di depan umum. Dalam hal ini, kedua hal tersebut sudah
saling berkaitan dan menunjukan juga reaksi keterkaitan yang saling berkorelasi
dan berkesinambungan.
Ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Creel, (dalam
Nash, dkk, 2016) yang menyatakan bahwa banyak siswa di universitas tidak
hanya menunjukkan ketakutan berbicara di depan umum, tapi juga menghindari
penilaian berbicara didepan umum sepenuhnya, serta menunjukan kurangnya
usaha untuk melakukan dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum.
Ketakutan berbicara didepan umum juga dikenal sebagai ‘kecemasan
komunikasi’.
Dari hasil wawancara dan observasi awal pada hari Kamis, 12 Oktober
2017 dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi terungkap fakta jika ada
-
sebagian dari mereka mengalami gejala kecemasan berbicara di depan umum
seperti merasa gugup, merasakan sakit perut pada saat melakukan presentasi di
depan kelas, tangan menjadi berkeringat dingin, kaki gemetaran atau setiap kali
presentasi selalu memainkan kaki dengan cara menghentakan kakinya terus
menerus, atau suaranya meninggi, dan malam sebelum melakukan presentasi
mereka tidak dapat tidur. Hal ini biasanya karena harus presentasi di depan dosen
yang menurutnya disiplin dan menakutkan serta merasa takut ditanya oleh teman
yang menurutnya paling pintar di kelas. Namun, ada juga yang mengaku bahwa ia
tidak mengalami gejala kecemasan saat melakukan presentasi di depan kelas
karena sudah mempunyai persiapan materi yang akan dipresentasikan dan materi
yang dipresentasikan setelah dipersiapkan sebelumnya.
Berikut ada beberapa penelitian terdahulu yang diungkapkan oleh
Wahyuni (2014), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum. Lalu dalam
penelitian yang dilakukan oleh Juwita, dkk (2011) didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan
berbicara di depan umum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Matulessy (2013),
didapatkan hasil bahwa ada korelasi yang signifikan antara kematangan emosi dan
kepercayaan diri dan kegelisahan siswa ketika mereka berbicara di depan kelas;
secara parsial, hasilnya menunjukkan bahwa kematangan emosi berkorelasi
negatif tetapi tidak signifikan dengan makna siswa yang berbicara di depan kelas
dan kepercayaan diri, berkorelasi negatif yang signifikan dengan keberpihakan
siswa ketika mereka berbicara di depan kelas. Serta menurut Sari (2015)
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan
-
diri dengan tingkat kecemasan dalam berbicara di depan umum. Hal ini berarti
semakin tinggi kepercayaan diri menandakan semakin rendah kecemasan
berbicara di depan umum.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan temuan di lapangan, peneliti
mendapatkan hipotesis yang menarik untuk diangkat menjadi topik penelitian
yaitu hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum
mahasiswa Psikologi UKSW.
METODE PENELITIAN
Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
Variabel bebas : Kepercayaan Diri
Variabel terikat : Kecemasan Berbicara Di Depan Umum
Definisi Operasional dan Alat Ukur
Kepercayaan Diri menurut Lauster, (dalam Gufron &Suminta, 2010)
mendefinisikan didefinisikan kepercayaan diri merupakan salah satu aspek
kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga
tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,
optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.
Mc.Croskey, (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) mendefinisikan
kecemasan komunikasi sebagai ketakutan yang dialami individu yang
-
berhubungan dengan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung
antara individu dengan individu lain.
Partisipan dan Alat Ukur
Dalam Penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur
Kecemasan BerbicaraDi Depan Umum adalah Personal Report of Public
Speaking Anxiety (PRPSA) yang disusun oleh (Mc.Croskey, 1970), kemudian
untuk mengukur Kepercayaan Diri, peneliti menggunakan skala Kepercayaan Diri
(Lauster, 1997). Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek yaitu
Cinta diri, Pemahaman diri, Tujuan hidup yang jelas, dan Berpikir positif, yang
terdiri dari 32 item, dan hasil uji beda/seleksi item menunjukan adanya 8 item
yang gugur dan terdapat 24 item yang bertahan.Untuk skala PRPSA tersebut
terdiri dari empat karakteristik yaitu Internal Discomfort, Avoidance of
Communication, Communication Disruption, dan Overcommunication. Skala ini
juga terdiri dari 34 aitem dan mengalami gugur 2 item dan terdapat 32 item yang
bertahan.
Pada penelitian ini partisipan yang digunakan adalahmahasiswa angkatan
2016 Fakultas PsikologiUniversitasKristen SatyaWacana Salatiga. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini juga dilakukan dengan cara menggunakan teknik
Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2013) Purposive Sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti terhadap
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dikarenakan mahasiswa angkatan 2016
Fakultas Psikologi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga sudah mendapatkan
tugas-tugas yang perlu disampaikan dalam bentuk persentasi dari beberapa
-
matakuliah. Peneliti menggunakan sampel pada Mahasiswa angkatan 2016
dikarenakan subjek penelitian sudah menjalani perkuliahan selama 1,5 tahun serta
adanya proses adaptasi yang sudah dilalui oleh sebagian besar mahasiswa yang
baru saja memasuki masa perkuliahan.
Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisa data adalah
teknik Korelasi product moment dari Karl Pearson, dengan bantuan program
SPSS 16.0 for Windows (Sugiyono, 2013).
HASIL PENELITIAN
A. DATA DEMOGRAFI
Tabel 1. Data demografi subjek penelitian
No. Usia Frekuensi Persentase
1. 18-20 112 93,33%
2. 21-23 6 5%
3. 24-26 2 1,66%
Total 120 100%
Tabel 2. Data demografi subjek penelitian
Jenis
Kelamin
Frekuensi Persentase
Laki-laki 35 29,16%
-
Perempuan 85 70,83%
Total 120 100%
Berdasarkan data di lapangan diperoleh data bahwa setelah dilakukan
hasil penyebaran angket seluruhnya yang berjumlah 120 orang dengan persentase
sebanyak 100%, peneliti mendapatkan hasil tersebut dari partisipan laki-laki yang
berjumlah 35 orang dengan persentase 29,16% dan partisipan perempuan
sebanyak 85 orang dengan persentase 70,83%. Setelah dilakukan pendataan
terhadap semua usia partisipan seluruhnya dari kedua jenis kelamin didapatkan
hasil bahwa untuk rentang usia: 18-20 berjumlah 112 orang dengan persentase
hasil yang didapatkan sebanyak 93,33%, rentang usia 21-23 berjumlah 6 orang
dengan pesentase hasil yang didapatkan sebanyak 1,66%, dan rentang usia 24-26
berumlah 2 orang dengan persentase 1,66%.
B. UJI RELIABILITAS
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah data yang dihasilkan reliabel
ataupun tidak.
a. Kepercayaan Diri
-
Peneliti menggunakan SPSS 16.0 dalam melakukan analisa awal yang
mendapatkan nilai reliabilitas 0,870 untuk 24 item skala Kepercayaan Diri
(Lauster, 1997), sehingga skala Kepercayaan Diri dapat dikatakan reliabel
dan tinggi.
b. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum
Berdasarkan hasil analisa awal dengan menggunakan SPSS 16.0 didapati
besar nilai reliabilitas 0,928 untuk 32 item skala Personal Report of Public
Speaking Anxiety (Mc.Croskey,1970), sehingga skala Personal Report of
Public Speaking Anxiety dapat dikatakan reliabel dan tinggi.
C. UJI ASUMSI
a. Uji Normalitas
Tabel 2.Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kepercayaandiri kecemasanberbicara
N 120 120
Normal Parametersa,,b
Mean 68.81 96.94
Std. Deviation 11.987 16.642
Most Extreme
Differences
Absolute .063 .063
Positive .063 .033
Negative -.048 -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .693 .692
-
Asymp. Sig. (2-tailed) .722 .724
a. Test distribution is Normal.
Dengan menggunakan One-Sampel Kolmogorov Smirnov Test, hasil perhitungan
uji kolmogorov-smirnov Z pada Kepercayaan Diri diperoleh nilai Test Statistic
0,693 dengan nilai sign 0,722 (p>0,05), yang berarti bahwa variabel Kepercayaan
Diri berdistribusi normal, sedangkan pada Kecemasan Berbicara Di Depan Umum
memperoleh nilai Test Statistic 0,692 dengan nilai sign 0,724 (p>0,05) yang
berarti variabel berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Tabel 3.Uji Linearitas
ANOVA Table
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
kecemasanberbicara * kepercayaandiri
Between Groups
(Combined) 16146.667 47 343.546 1.471 .069
Linearity 5565.762 1 5565.762 23.83
9 .000
Deviation from
Linearity 10580.905 46 230.020 .985 .514
Within Groups 16809.925 72 233.471
Total 32956.592 119
Berdasarkan hasil pengujian linearitas yang telah dilakukan, diketahui
bahwa F beda dari Kepercayaan Diri = 0,985(p=0,514, p ≥0,05), yang berarti
-
bahwa hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan
Umum adalah linear.
C. ANALISIS DESKRIPTIF
a. Kepercayaan Diri
Variabel kepercayaan diri memiliki item dengan daya diskriminasi baik
berjumlah 24 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai 5.Pembagian
skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 24 x 5 = 120
Skor terendah : 24 x 1 = 24
Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang,
rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor
tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
kategori.
i = 32
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori
kepercayaan diri sebagai berikut :
Tinggi : 88 ≤ x ≤120
Sedang : 56 ≤ x
-
Rendah : 24 ≤ x < 56
Tabel 4. Kriteria Skor Kepercayaan diri
No Interval Kategori Frekuensi Presntase Means
1 Tinggi 88 ≤ x ≤ 120 9 7.5 %
2 Sedang 56 ≤ x < 88 96 80% 68,81
3 Rendah 24 ≤ x < 56 15 12.5%
Data di atas menunjukkan tingkat Kepercayaan Diri dari 120
subjek yang berbeda-beda, mulai dari tingkat rendah hingga tinggi. Pada
kategori rendah didapatkan skor 12,5%, kategori sedang 80%, kategori
tinggi sebesar 7,5 %. Mean / Rata-rata yang diperoleh adalah 68,81%.
Berdasarkan mean yang diperoleh, Kepercayaan Diri yang dimiliki oleh
subjek berada pada kriteria yang sedang.
b. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum
Variabel kecemasan berbicara di depan umum memiliki item
dengan daya diskriminasi baik berjumlah 32 item, dengan jenjang skor
antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah
adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 32 x 5= 160
Skor terendah : 32 x 1= 32
Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu, tinggi, sedang,
dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor
-
tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
jumlah kategori
i = 42,67
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dari kategori
Kecemasan Berbicara Di Depan Umum sebagai berikut:
Tinggi :117.34 ≤x ≤ 160.01
Sedang: 74,67 ≤ x < 117.34
Rendah : 3 ≤ x < 74,67
Tabel 5. Kriteria Skor ecemasan berbicara di depan umum
No Interval Kategori Frekuensi Presntase Means
1 Tinggi 117.34≤x≤160.01 15 12.5%
2 Sedang 74,67 ≤ x
-
Kecemasan Berbicara Di Depan Umum yang dimiliki berada pada kriteria
yang sedang.
D. UJI KORELASI
Tabel 6.Uji Korelasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman’s rho dengan
bantuan SPSS 16.0 untuk variabel kepercayaan diri dengan kecemasan
berbicara di depan umum didapatkan tingkat kekuatan hubungan antara
variabel kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum
Correlations
kepercayaandi
ri
kecemasanber
bicara
Kepercayaan diri Pearson
Correlation
1 -.411**
Sig. (1-tailed) .000
N 120 120
Kecemasan
berbicara di depan
umum
Pearson
Correlation
-.411**
1
Sig. (1-tailed) .000
N 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
-
ialah sebesar-0,411 yang berarti lemah dengan angka signifikansi 0. Nilai
signifikansi beradapada angka 0, karena nilai sig.0 lebih besar dari 0,05
yang berartiada hubungan negatif yang cukup kuat signifikan antar kedua
variabel. Hal ini, juga berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan diri
semakin rendah kecemasan berbicara dan sebaliknya (r = -0,411) berarti
dapat dikatakan juga hipotesis diterima.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai hubungan antara
Kepercayaan Diri dan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum, didapatkan hasil
perhitungan korelasi (r) sebesar -0,411 dengan sig. sebesar 0,00 ; (p< 0,05). Hal
ini menunjukan bahwa adanya hubungan negatif yang kuat dan signifikan antara
tingkat Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Artinya,
semakin tinggi percaya diri maka akan semakin rendah kecemasan berbicara di
depan umum yang dialaminya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Wahyuni
(2014), Juwita, dkk (2011), Matulessy (2013), dan Sari (2015) yang juga
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kepercayaan
diri dengan kecemasan berbicara di depan umum. Terdapat mahasiswa yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang rendah dalam berbicara didepan umum.
Hasil penelitian ini memperkuat teori dari McCroskey, (dalam Deiyanthi
& Widiasavitri, 2016), yang menyampaikan bahwa faktor-faktor yang
-
menyebabkan individu mengalami kecemasan komunikasi adalah faktor internal
(faktor yang tidak bisa lepas dalam mempengaruhi individu tersebut) yaitu
Internal Discomfort, Avoidance of Communication, Communication Disruption,
Overcommunication, dan faktor keturunan. Sedangkan, faktor ekternalnya yaitu
faktor lingkungan, faktor reinforcement, faktor situasi komunikasi, faktor
penilaian, faktor kemahiran kemampuan dan pengalaman. Kepercayaan diri
individu yang lemah berdampak pada keempat faktor internal menurut tokoh
McCroskey. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan
menunjukkan beberapa perilaku yang diantara ciri-cirinya yaitu Keyakinan atas
kemampuan diri, Optimis, Obyektif, Rasional dan Realistis. Sehingga dari ciri-ciri
tersebut dapat digambarkan dan ditarik kesimpulan bahwa ketika seorang individu
mempunyai kepercayan diri yang rendah, hal ini juga berpengaruh terhadap rasa
kecemasan berbicara di depan umum tinggi dalam diri individu dan individu
tersebut merasakan kecemasan serta beberapa gejala kecemasan. Hal ini juga
disebabkan oleh adanya ciri-ciri kepercayaan diri yang rendah lainnya, salah
satunya adalah Individu mengalami perasaan tidak nyaman pada diri.
Ketidaknyamanan dalam diri individu akan menimbulkan respons-respons yang
negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan, sehingga individu akan memunculkan
kepanikan, malu, tegang atau gugup.
Peneliti menggunakan batasan gugur dalam pengujian uji coba atau try out
sebanyak 0,25 yang dikarenakan jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak
mencukupi jumlah yang diinginkan, lalu peneliti dapat mempertimbangkan untuk
menurunkan batas criteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang
diinginkan tercapai (Azwar, 1999).
-
Hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Psikologi angkatan 2016 Universitas Kristen
Satya Wacana berada pada kategori sedang yaitu 80% berjumlah 96 orang. Hasil
tersebut membuktikan bahwa sebagian besar mahasiswa Psikologi angkatan 2016
memiliki tingkat kepercayaan diri yang sedang, tetapi dalam kategori rendah
masih terdapat 12,5% mahasiswa yang berjumlah 15 orang. Pada Kecemasan
Berbicara Di depan Umum, didapatkan kategori sedang sebesar 78,34%
berjumlah 94 orang dan untuk kategori rendah didapatkan persentase sebanyak
9,167% berjumlah 11 orang.
Beberapa faktor-faktor kepercayaan diri yang dapat mempengaruhi
individu menurut Lauster, (dalam Gufron & Suminta, 2010) adalah Konsep Diri
(dari hasil interaksi yang telah terjadi sebelumnya akan menghasilkan konsep
diri), Harga Diri (konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif
pula dan harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri),
Pengalaman (pengalaman dapat menjadi faktor munculnya dan turunnya rasa
percaya diri pada seseorang), Pendidikan (tingkat pendidikan individu akan
berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang), akibat dari hal ini
adalah ketika tingkat kepercayaan dirinya rendah akan menjadikan individu
tersebut tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai
darinya dan efek yang ditimbulkan lagi sebaliknya, individu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan
yang berpendidikan rendah.
Penulis merasa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Seperti,
beberapa diantaranya penulis tidak dapat memperhitungkan situasi dan kondisi
-
pada saat pengisian angket oleh subjek, dan penulis masih belum dapat melakukan
penyebaran angket secara sempurna yang menjangkau ke mahasiswa 1 angkatan
langsung. Penulis berharap, peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan
penelitian yang sudah dilakukan dengan lebih memperhatikan penyebaran angket.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah
dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif
-
yangsignifikan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan
Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen SatyaWacana.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pembahasan
serta kesimpulan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi terkhusus angkatan 2016 untuk
dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri khususnya terkait berbicara
di depan umum. Meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu :
a. Lebih melakukan persiapan materi lagi dengan baik dan terus
melatih diri dengan melakukan simulasi berbicara di depan
umum.
b. Mengikuti pelatihan Public Speaking / pelatihan serupa yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri. Di UKSW tersedia
pelatihan kepemimpinan berkala mulai dari LDKM (Latihan
Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), LMKM (Latihan Menengah
Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), dan sampai dengan LLKM
(Latihan Lanjutan Kepemimpinan Mahasiswa). Mahasiswa
dapat mengikuti pelatihan tersebut sebagai sarana untuk
meningkatkan kepercayaan diri.
c. Mahasiswa angkatan 2016 dapat bergabung dalam organisasi
mahasiswa atau kepanitiaaan. Dengan bergabung dalam
-
organisasi, mahasiswa memiliki kesempatan untuk melatih
kemampuan berbicara di depan umum.
2. Harapan peneliti untuk penelitian selanjutnya, yaitu peneliti
selanjutnya dapat melakukan upaya dan solusi langkah tindakan
konkret lainnya yang bertujuan untuk mengatasi kepercayaan diri yang
rendah dan kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi pada saat
mempresentasikan tugasnya. Dikarenakan penelitian ini menunjukan
tidak adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel, diharapkan
pada penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah subjek maupun
item agar lebih dikembangkan sehingga penelitian akan menjadi lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Davies, P. (2004). Meningkatkan rasa percaya diri. Yogyakarta: Torrent Books.
-
Deiyanthi, N. M. F. S. & Widiasavitri, P.N. (2016). Hubungan antara efikasi diri
dengan kecemasan komunikasi dalam mempresentasikan tugas di depan
kelas. Jurnal Psikologi Udayana. Vol.3, No.2, 342-353.
DeVito, A. J. (2009). Human communication : the basic course 11th
ed. London:
Pearson Longman.
Gufron, N. M. & Suminta, R. R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-
Ruzz.
Haryanthi & Tresniasari. (2012). Efektivitas metode terapi ego state dalam
mengatasi kecemasan berbicara di depan publik pada mahasiswa fakultas
psikologi uin syarif hidayatullah jakarta. Jurnal Insan Media Psikologi.Vol.
14 No.1, April 2012, 32-40.
Juwita, dkk. (2011). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa. Jurnal Personifikasi. Vol. 2
No. 2, 342-353.
Kristanto, dkk. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
dalam menyusun proposal skripsi. Satya Widya. Jurnal Penelitian
Pengembangan Kependidikan. Vol. 30 No. 1, Juni 2014, 43-48.
Kusrini, W. & Prihartanti, N. (2014). Hubungan dukungan sosial dan kepercayaan
diri dengan prestasi bahasa inggris siswa kelas VIII smp negeri 6 boyolali.
Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 15, No. 2, Agustus 2014, 134.
Lauster, P. (2006). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Lee,Y.S. (2014). Study on the classification of speech anxiety using q-
methodology analysis. Journals Social Sciences & Humanities. Vol. 2, No.
3, September 2014.
Matulessy, A. (2013). Kematangan emosi, percaya diri dan kecemasan berbicara
di depan kelas. Vol 2, No. 1.
McCroskey. (1970). Personal report of public speaking anxiety.
www.jamescmccroskey.com/measures/prpsa.htm.
Muslimin, K. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
berkomunikasi di depan umum kasus mahasiswa fakultas dakwah inisnu
jepara. Jurnal Komunikasi. Vol. 2, No. 2, 42-52.
Narbuko, C & Achmadi, H. A. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Nash, dkk. (2015). If first-year students are afraid of public speaking
assessmentswhat can teachers do to alleviate such anxiety?
Journals Education Assessment & Evaluation. Vol. 41, No. 4, May 2015,
586–600.
http://www.scirp.org/journal/Index.aspxhttp://www.scirp.org/journal/CategoryOfJournal.aspx?categoryID=9http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/issue/view/13http://www.scirp.org/journal/Index.aspx
-
Şar, dkk. (2010). Analyzing undergraduate students’self confidence levels in terms
of somevariables. Journals Social Sciences & Humanities. Vol. 5, March
2010, 1205–1209.
Sari,W. P. (2015). Hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa diploma iv bidan pendidik uns.
Stewart, F. & Tassie, K. E. (2011). Changing the atmos'fear' in the public
speaking classroom.Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1, No.
7, June 2011.
Sugiono, D. (2008). Kamus besar bahasa indonesia edisi keempat pusat bahasa.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan r&d. Bandung : Alfabeta.
Wahyuni, E. (2015). Hubungan self-efficacy dan keterampilan komunikasi dengan
kecemasan berbicara di depan umum. Jurnal Komunikasi Islam. Vol. 5,
No. 1, Juni 2015, 51-82.
Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi. Jurnal Ilmiah
Psikologi. Vol. 2, No. 1, Juni 2014, 50-62.
http://www.scirp.org/journal/Index.aspxhttp://www.scirp.org/journal/CategoryOfJournal.aspx?categoryID=9