HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ......Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek...

29
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH : MELINDA SUSANTO 802013160 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Progam Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ......Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek...

  • HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN

    KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA

    MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

    KRISTEN SATYA WACANA

    OLEH :

    MELINDA SUSANTO

    802013160

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Progam Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2018

  • PENDAHULUAN

  • Pada hakikatnya mahasiswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan

    lingkungan, misalnya beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal yang baru

    (bagi yang merantau), beradaptasi dengan teman-teman sesama mahasiswa baru

    yang berasal dari berbagai daerah, macam suku, ras dan juga agama memiliki

    tantangan tersendiri. Ketika mahasiswa mengikuti proses perkuliahan di

    Universitas, mahasiswa memiliki kegiatan dan tugas yang berbeda di setiap

    jurusan baik dalam bentuk individu atau kelompok. Pengerjaan tugas kelompok

    memiliki metode presentasi di depan umum atau di depan kelas yang berfungsi

    untuk menjelaskan hasil tugas yang sudah dikerjakan serta menjelaskan materi

    tertentu yang telah dikuasai di hadapan dosen dan mahasiswa.

    Monarth & Kase, (dalam Haryanthi dan Tresniasari, 2012) menyatakan

    bahwa salah satu kompentensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa yaitu

    kemampuan berbicara di depan publik. Dimana, kemampuan tersebut sangat

    mendukung mahasiswa agar dapat melakukan berbagai aktivitas kemahasiswaan

    seperti perkuliahan, presentasi ujian skripsi maupun berbagai kegiatan organisasi.

    Namun, tidak sedikit dari mahasiswa yang sulit untuk berbicara di depan

    umum karena mereka mengalami kecemasan dalam melakukan presentasi karena

    kepercayaan diri yang kurang. Ada beberapa hal yang menyebabkan kecemasan

    berbicara didepan umum yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa,

    menurut Monarth & Kase, (dalam Haryanthi dan Tresniasari, 2012) kecemasan

    kemungkinan terjadi dipengaruhi situasi. Situasi tersebut seperti berbicara di

    rapat, bertemu dengan orang baru pada situasi sosial, berbicara dengan figur

    otoritas, aktivitas presentasi, wawancara kerja, menjawab pertanyaan saat

    ditunjuk oleh figur otoritas.

  • Gençtan dan Özbey, (dalam Şar, dkk, 2010) kepercayaan diri didefinisikan

    sebagai pengakuan individu atas kemampuannya sendiri, mencintaidirinya sendiri

    dan menyadari emosinya sendiri. Rasa percaya diri juga bisa digambarkan sebagai

    perasaan baik sebagai hasil dari memperdalam emosi positif. Sementara itu,

    keadaan perasaan baik dapat dijelaskan sebagai kesepakatan dengan diri sendiri

    dan dengan orang-orang di sekitar (Akagündüz, dalam Şar, dkk, 2010).

    Rasa percaya diri dapat membantu seseorang apabila berhadapan dengan

    ketidakpastian, membantu melihat tantangan-tantangan sebagai kesempatan-

    kesempatan, mengambil resiko-resikoyang dapat diperhitungkan, dan membuat

    keputusan-keputusan dengan tepat (Davies, 2004). Mahasiswa telah dianggap

    sebagai pemeran penting dalam mengembangkan kepercayaan diri. Saat belajar di

    universitas,mahasiswa perlu berkomunikasi lebih efektif, memulai usaha baru,

    sukses dalam kehidupan akademik (Koç ve Polat, dalam Şar, dkk, 2010). Hal ini

    didukung oleh Willis, (dalam Gufron & Suminta, 2010) yang mengatakan bahwa

    kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu

    masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang

    menyenangkan bagi orang lain.

    Lauster, (dalam Gufron &Suminta, 2010) mendefinisikan kepercayaan diri

    diperoleh dari pengalaman hidup. Menurut Lauster, (dalam Kristanto dkk, 2014)

    individu yang mempunyai kepercayaan diri positif dapat digambarkan dari empat

    aspek, yaitu: Cinta diri, Pemahaman diri, Tujuan hidup yang jelas, dan Berpikir

    positif. Lauster, juga menambahkan ciri-ciri individu yang mempunyai

    kepercayaan diri yang positif yaitu : Keyakinan atas kemampuan diri, Optimis,

    Obyektif, Rasional dan Realistis.

  • McCroskey (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) mendefinisikan

    kecemasan komunikasi sebagai ketakutan yang dialami individu yang

    berhubungan dengan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung

    antara individu dengan individu lain. Salah satu yang mewakili pengertian dari

    kecemasan komunikasi dalam mempresentasikan tugas di depan kelas ialah

    situasional communication apprehention yang merupakan kecemasan komunikasi

    yang berhubungan dengan situasi ketika seseorang mendapat perhatian yang tidak

    biasa dari orang lain. Hal ini juga terlihat pada sebagian besar mahasiswa ketika

    melakukan presentasi tugas di depan kelas yang mendapat perhatian lebih dari

    teman-teman dan dosen.

    Selain itu, kecemasan komunikasi yang dialami individu juga disebabkan

    beberapa faktor seperti: faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor reinforcement,

    faktor situasi komunikasi, faktor penilaian, faktor kemahiran kemampuan dan

    pengalaman (McCroskey, dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016). Adapun

    tambahan faktor penyebab kecemasan terjadi yang disampaikan oleh De Vito

    (dalam Muslimin, 2013) yaitu: (1) Degree of Evaluation yang berkaitan dengan

    pemahaman penilaian atas penilaian orang lain pada individu. (2) Subordinate

    Status, terjadi ketika individu merasa cemas yang tinggi saat berkomunikasi dan

    kurang rilex saat berada di depan umum. (3) Degree of Conspicuousness, adalah

    situasi dimana semakin seseorang menjadi pusat perhatian maka kecemasan

    komunikasi akan lebih tinggi. (4) Degree of Unpredictability dimana semakin

    banyak situasi tidak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. (5) Degree

    of Dissimiliarity, definisi tentang individu yang merasakan sedikit persamaan

    dengan teman bicaranya, individu tersebut akan merasakan kecemasan

  • berkomunikasi. (6) Prior Succes and Failures, keberhasilan atau kegagalan

    individu di satu situasi dalam bimbingan skripsi akan berpengaruh terhadap

    respon individu pada situasi berikutnya. (7) Lack of Communication Skills and

    Experience memiliki definisi, kurangnya kemampuan dan pengalaman akan

    menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika tidak berusaha untuk tidak

    meningkatkan kemampuannya.

    McCroskey (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) menambahkan ada

    beberapa karakteristik individu yang mempunyai kecemasan komunikasi sebagai

    berikut: a) Internal Discomfort, dimana individu mengalami perasaan tidak

    nyaman pada diri. Dalam diri individu akan menimbulkan respon-respon yang

    negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan, yang memunculkan kepanikan, malu,

    tegang atau gugup. b) Avoidance of Communication, merupakan kecemasan

    komunikasi yang cenderung menghindari situasi atau keadaan yang memerlukan

    komunikasi. Pada situasi ini, perilaku yang dimunculkan biasanya berupa diam

    ataupun berbicara seperlunya atau memunculkan respon berupa kalimat pendek.

    c) Communication Disruption adalah kecemasan berkomunikasi yang cenderung

    mengalami ketidaklancaran baik presentasi verbal maupun perilaku non verbal

    yang tidak natural. d) Overcommunication, dimana individu cenderung

    menampilkan respon yang berlebih untuk menunjukkan individu tersebut

    memiliki kualitas yang baik dalam melakukan persentasi. Namun, sebenarnya

    perilaku itu muncul untuk menutupi komunikasi yang kurang pada diri individu.

    Selain itu, ada empat aspek yang mempengaruhi kecemasan berbicara di

    depan umum yang dipaparkan oleh Semiun (dalam Wahyuni, 2014) diantaranya:

    1) Aspek suasana hati seperti kecemasan, tegang, panik dan kekhawatiran. 2)

  • Aspek kognitif seperti kekhawatian dan keprihatinan yang diantisipasi, misalnya

    takut berada di tengah khalayak ramai (agorapho). 3) Aspek somatik, aspek-

    aspek somatik masih dibagi dua kelompok yaitu pertama adalah aspek langsung

    seperti: keringat, mulut kering, bernapas pendek, denyut nadi cepat. Kedua, aspek

    tambahan seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, dan

    gangguan usus. 4) Aspek motor seperti: menggerakan jari-jari kaki, mengetuk-

    mengetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba.

    Faktor-faktor penyebab terjadinya kecemasan berbicara di depan umum

    mempengaruhi mahasiswa ketika melakukan persentasi di depan kelas, sehingga

    mahasiswa tersebut dapat merasakan kepercayaan diri yang rendah. Begitu pula

    sebaliknya, mahasiswa merasakan kepercayaan diri yang tinggi maka saat

    melakukan presentasi di depan kelas, individu tersebut juga tidak akan mengalami

    kecemasan berbicara di depan umum. Dalam hal ini, kedua hal tersebut sudah

    saling berkaitan dan menunjukan juga reaksi keterkaitan yang saling berkorelasi

    dan berkesinambungan.

    Ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Creel, (dalam

    Nash, dkk, 2016) yang menyatakan bahwa banyak siswa di universitas tidak

    hanya menunjukkan ketakutan berbicara di depan umum, tapi juga menghindari

    penilaian berbicara didepan umum sepenuhnya, serta menunjukan kurangnya

    usaha untuk melakukan dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum.

    Ketakutan berbicara didepan umum juga dikenal sebagai ‘kecemasan

    komunikasi’.

    Dari hasil wawancara dan observasi awal pada hari Kamis, 12 Oktober

    2017 dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi terungkap fakta jika ada

  • sebagian dari mereka mengalami gejala kecemasan berbicara di depan umum

    seperti merasa gugup, merasakan sakit perut pada saat melakukan presentasi di

    depan kelas, tangan menjadi berkeringat dingin, kaki gemetaran atau setiap kali

    presentasi selalu memainkan kaki dengan cara menghentakan kakinya terus

    menerus, atau suaranya meninggi, dan malam sebelum melakukan presentasi

    mereka tidak dapat tidur. Hal ini biasanya karena harus presentasi di depan dosen

    yang menurutnya disiplin dan menakutkan serta merasa takut ditanya oleh teman

    yang menurutnya paling pintar di kelas. Namun, ada juga yang mengaku bahwa ia

    tidak mengalami gejala kecemasan saat melakukan presentasi di depan kelas

    karena sudah mempunyai persiapan materi yang akan dipresentasikan dan materi

    yang dipresentasikan setelah dipersiapkan sebelumnya.

    Berikut ada beberapa penelitian terdahulu yang diungkapkan oleh

    Wahyuni (2014), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif antara

    kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum. Lalu dalam

    penelitian yang dilakukan oleh Juwita, dkk (2011) didapatkan hasil bahwa

    terdapat hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan

    berbicara di depan umum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Matulessy (2013),

    didapatkan hasil bahwa ada korelasi yang signifikan antara kematangan emosi dan

    kepercayaan diri dan kegelisahan siswa ketika mereka berbicara di depan kelas;

    secara parsial, hasilnya menunjukkan bahwa kematangan emosi berkorelasi

    negatif tetapi tidak signifikan dengan makna siswa yang berbicara di depan kelas

    dan kepercayaan diri, berkorelasi negatif yang signifikan dengan keberpihakan

    siswa ketika mereka berbicara di depan kelas. Serta menurut Sari (2015)

    didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan

  • diri dengan tingkat kecemasan dalam berbicara di depan umum. Hal ini berarti

    semakin tinggi kepercayaan diri menandakan semakin rendah kecemasan

    berbicara di depan umum.

    Berdasarkan penelitian terdahulu dan temuan di lapangan, peneliti

    mendapatkan hipotesis yang menarik untuk diangkat menjadi topik penelitian

    yaitu hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum

    mahasiswa Psikologi UKSW.

    METODE PENELITIAN

    Variabel

    Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan

    variabel terikat.

    Variabel bebas : Kepercayaan Diri

    Variabel terikat : Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

    Definisi Operasional dan Alat Ukur

    Kepercayaan Diri menurut Lauster, (dalam Gufron &Suminta, 2010)

    mendefinisikan didefinisikan kepercayaan diri merupakan salah satu aspek

    kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga

    tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,

    optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.

    Mc.Croskey, (dalam Deiyanthi & Widiasavitri, 2016) mendefinisikan

    kecemasan komunikasi sebagai ketakutan yang dialami individu yang

  • berhubungan dengan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung

    antara individu dengan individu lain.

    Partisipan dan Alat Ukur

    Dalam Penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur

    Kecemasan BerbicaraDi Depan Umum adalah Personal Report of Public

    Speaking Anxiety (PRPSA) yang disusun oleh (Mc.Croskey, 1970), kemudian

    untuk mengukur Kepercayaan Diri, peneliti menggunakan skala Kepercayaan Diri

    (Lauster, 1997). Skala Kepercayaan Diri tersebutmencakup empat aspek yaitu

    Cinta diri, Pemahaman diri, Tujuan hidup yang jelas, dan Berpikir positif, yang

    terdiri dari 32 item, dan hasil uji beda/seleksi item menunjukan adanya 8 item

    yang gugur dan terdapat 24 item yang bertahan.Untuk skala PRPSA tersebut

    terdiri dari empat karakteristik yaitu Internal Discomfort, Avoidance of

    Communication, Communication Disruption, dan Overcommunication. Skala ini

    juga terdiri dari 34 aitem dan mengalami gugur 2 item dan terdapat 32 item yang

    bertahan.

    Pada penelitian ini partisipan yang digunakan adalahmahasiswa angkatan

    2016 Fakultas PsikologiUniversitasKristen SatyaWacana Salatiga. Pengambilan

    sampel dalam penelitian ini juga dilakukan dengan cara menggunakan teknik

    Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2013) Purposive Sampling adalah teknik

    penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti terhadap

    mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dikarenakan mahasiswa angkatan 2016

    Fakultas Psikologi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga sudah mendapatkan

    tugas-tugas yang perlu disampaikan dalam bentuk persentasi dari beberapa

  • matakuliah. Peneliti menggunakan sampel pada Mahasiswa angkatan 2016

    dikarenakan subjek penelitian sudah menjalani perkuliahan selama 1,5 tahun serta

    adanya proses adaptasi yang sudah dilalui oleh sebagian besar mahasiswa yang

    baru saja memasuki masa perkuliahan.

    Teknik analisis data

    Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisa data adalah

    teknik Korelasi product moment dari Karl Pearson, dengan bantuan program

    SPSS 16.0 for Windows (Sugiyono, 2013).

    HASIL PENELITIAN

    A. DATA DEMOGRAFI

    Tabel 1. Data demografi subjek penelitian

    No. Usia Frekuensi Persentase

    1. 18-20 112 93,33%

    2. 21-23 6 5%

    3. 24-26 2 1,66%

    Total 120 100%

    Tabel 2. Data demografi subjek penelitian

    Jenis

    Kelamin

    Frekuensi Persentase

    Laki-laki 35 29,16%

  • Perempuan 85 70,83%

    Total 120 100%

    Berdasarkan data di lapangan diperoleh data bahwa setelah dilakukan

    hasil penyebaran angket seluruhnya yang berjumlah 120 orang dengan persentase

    sebanyak 100%, peneliti mendapatkan hasil tersebut dari partisipan laki-laki yang

    berjumlah 35 orang dengan persentase 29,16% dan partisipan perempuan

    sebanyak 85 orang dengan persentase 70,83%. Setelah dilakukan pendataan

    terhadap semua usia partisipan seluruhnya dari kedua jenis kelamin didapatkan

    hasil bahwa untuk rentang usia: 18-20 berjumlah 112 orang dengan persentase

    hasil yang didapatkan sebanyak 93,33%, rentang usia 21-23 berjumlah 6 orang

    dengan pesentase hasil yang didapatkan sebanyak 1,66%, dan rentang usia 24-26

    berumlah 2 orang dengan persentase 1,66%.

    B. UJI RELIABILITAS

    Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah data yang dihasilkan reliabel

    ataupun tidak.

    a. Kepercayaan Diri

  • Peneliti menggunakan SPSS 16.0 dalam melakukan analisa awal yang

    mendapatkan nilai reliabilitas 0,870 untuk 24 item skala Kepercayaan Diri

    (Lauster, 1997), sehingga skala Kepercayaan Diri dapat dikatakan reliabel

    dan tinggi.

    b. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

    Berdasarkan hasil analisa awal dengan menggunakan SPSS 16.0 didapati

    besar nilai reliabilitas 0,928 untuk 32 item skala Personal Report of Public

    Speaking Anxiety (Mc.Croskey,1970), sehingga skala Personal Report of

    Public Speaking Anxiety dapat dikatakan reliabel dan tinggi.

    C. UJI ASUMSI

    a. Uji Normalitas

    Tabel 2.Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    kepercayaandiri kecemasanberbicara

    N 120 120

    Normal Parametersa,,b

    Mean 68.81 96.94

    Std. Deviation 11.987 16.642

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .063 .063

    Positive .063 .033

    Negative -.048 -.063

    Kolmogorov-Smirnov Z .693 .692

  • Asymp. Sig. (2-tailed) .722 .724

    a. Test distribution is Normal.

    Dengan menggunakan One-Sampel Kolmogorov Smirnov Test, hasil perhitungan

    uji kolmogorov-smirnov Z pada Kepercayaan Diri diperoleh nilai Test Statistic

    0,693 dengan nilai sign 0,722 (p>0,05), yang berarti bahwa variabel Kepercayaan

    Diri berdistribusi normal, sedangkan pada Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

    memperoleh nilai Test Statistic 0,692 dengan nilai sign 0,724 (p>0,05) yang

    berarti variabel berdistribusi normal.

    b. Uji Linearitas

    Tabel 3.Uji Linearitas

    ANOVA Table

    ANOVA Table

    Sum of Squares df Mean

    Square F Sig.

    kecemasanberbicara * kepercayaandiri

    Between Groups

    (Combined) 16146.667 47 343.546 1.471 .069

    Linearity 5565.762 1 5565.762 23.83

    9 .000

    Deviation from

    Linearity 10580.905 46 230.020 .985 .514

    Within Groups 16809.925 72 233.471

    Total 32956.592 119

    Berdasarkan hasil pengujian linearitas yang telah dilakukan, diketahui

    bahwa F beda dari Kepercayaan Diri = 0,985(p=0,514, p ≥0,05), yang berarti

  • bahwa hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan

    Umum adalah linear.

    C. ANALISIS DESKRIPTIF

    a. Kepercayaan Diri

    Variabel kepercayaan diri memiliki item dengan daya diskriminasi baik

    berjumlah 24 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai 5.Pembagian

    skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

    Skor tertinggi : 24 x 5 = 120

    Skor terendah : 24 x 1 = 24

    Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang,

    rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor

    tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah

    kategori.

    i = 32

    Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori

    kepercayaan diri sebagai berikut :

    Tinggi : 88 ≤ x ≤120

    Sedang : 56 ≤ x

  • Rendah : 24 ≤ x < 56

    Tabel 4. Kriteria Skor Kepercayaan diri

    No Interval Kategori Frekuensi Presntase Means

    1 Tinggi 88 ≤ x ≤ 120 9 7.5 %

    2 Sedang 56 ≤ x < 88 96 80% 68,81

    3 Rendah 24 ≤ x < 56 15 12.5%

    Data di atas menunjukkan tingkat Kepercayaan Diri dari 120

    subjek yang berbeda-beda, mulai dari tingkat rendah hingga tinggi. Pada

    kategori rendah didapatkan skor 12,5%, kategori sedang 80%, kategori

    tinggi sebesar 7,5 %. Mean / Rata-rata yang diperoleh adalah 68,81%.

    Berdasarkan mean yang diperoleh, Kepercayaan Diri yang dimiliki oleh

    subjek berada pada kriteria yang sedang.

    b. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

    Variabel kecemasan berbicara di depan umum memiliki item

    dengan daya diskriminasi baik berjumlah 32 item, dengan jenjang skor

    antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi dan terendah

    adalah sebagai berikut:

    Skor tertinggi : 32 x 5= 160

    Skor terendah : 32 x 1= 32

    Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu, tinggi, sedang,

    dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor

  • tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah

    jumlah kategori

    i = 42,67

    Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dari kategori

    Kecemasan Berbicara Di Depan Umum sebagai berikut:

    Tinggi :117.34 ≤x ≤ 160.01

    Sedang: 74,67 ≤ x < 117.34

    Rendah : 3 ≤ x < 74,67

    Tabel 5. Kriteria Skor ecemasan berbicara di depan umum

    No Interval Kategori Frekuensi Presntase Means

    1 Tinggi 117.34≤x≤160.01 15 12.5%

    2 Sedang 74,67 ≤ x

  • Kecemasan Berbicara Di Depan Umum yang dimiliki berada pada kriteria

    yang sedang.

    D. UJI KORELASI

    Tabel 6.Uji Korelasi

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman’s rho dengan

    bantuan SPSS 16.0 untuk variabel kepercayaan diri dengan kecemasan

    berbicara di depan umum didapatkan tingkat kekuatan hubungan antara

    variabel kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum

    Correlations

    kepercayaandi

    ri

    kecemasanber

    bicara

    Kepercayaan diri Pearson

    Correlation

    1 -.411**

    Sig. (1-tailed) .000

    N 120 120

    Kecemasan

    berbicara di depan

    umum

    Pearson

    Correlation

    -.411**

    1

    Sig. (1-tailed) .000

    N 120 120

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

  • ialah sebesar-0,411 yang berarti lemah dengan angka signifikansi 0. Nilai

    signifikansi beradapada angka 0, karena nilai sig.0 lebih besar dari 0,05

    yang berartiada hubungan negatif yang cukup kuat signifikan antar kedua

    variabel. Hal ini, juga berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan diri

    semakin rendah kecemasan berbicara dan sebaliknya (r = -0,411) berarti

    dapat dikatakan juga hipotesis diterima.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai hubungan antara

    Kepercayaan Diri dan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum, didapatkan hasil

    perhitungan korelasi (r) sebesar -0,411 dengan sig. sebesar 0,00 ; (p< 0,05). Hal

    ini menunjukan bahwa adanya hubungan negatif yang kuat dan signifikan antara

    tingkat Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum pada

    Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Artinya,

    semakin tinggi percaya diri maka akan semakin rendah kecemasan berbicara di

    depan umum yang dialaminya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Wahyuni

    (2014), Juwita, dkk (2011), Matulessy (2013), dan Sari (2015) yang juga

    menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kepercayaan

    diri dengan kecemasan berbicara di depan umum. Terdapat mahasiswa yang

    memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat

    kecemasan yang rendah dalam berbicara didepan umum.

    Hasil penelitian ini memperkuat teori dari McCroskey, (dalam Deiyanthi

    & Widiasavitri, 2016), yang menyampaikan bahwa faktor-faktor yang

  • menyebabkan individu mengalami kecemasan komunikasi adalah faktor internal

    (faktor yang tidak bisa lepas dalam mempengaruhi individu tersebut) yaitu

    Internal Discomfort, Avoidance of Communication, Communication Disruption,

    Overcommunication, dan faktor keturunan. Sedangkan, faktor ekternalnya yaitu

    faktor lingkungan, faktor reinforcement, faktor situasi komunikasi, faktor

    penilaian, faktor kemahiran kemampuan dan pengalaman. Kepercayaan diri

    individu yang lemah berdampak pada keempat faktor internal menurut tokoh

    McCroskey. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan

    menunjukkan beberapa perilaku yang diantara ciri-cirinya yaitu Keyakinan atas

    kemampuan diri, Optimis, Obyektif, Rasional dan Realistis. Sehingga dari ciri-ciri

    tersebut dapat digambarkan dan ditarik kesimpulan bahwa ketika seorang individu

    mempunyai kepercayan diri yang rendah, hal ini juga berpengaruh terhadap rasa

    kecemasan berbicara di depan umum tinggi dalam diri individu dan individu

    tersebut merasakan kecemasan serta beberapa gejala kecemasan. Hal ini juga

    disebabkan oleh adanya ciri-ciri kepercayaan diri yang rendah lainnya, salah

    satunya adalah Individu mengalami perasaan tidak nyaman pada diri.

    Ketidaknyamanan dalam diri individu akan menimbulkan respons-respons yang

    negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan, sehingga individu akan memunculkan

    kepanikan, malu, tegang atau gugup.

    Peneliti menggunakan batasan gugur dalam pengujian uji coba atau try out

    sebanyak 0,25 yang dikarenakan jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak

    mencukupi jumlah yang diinginkan, lalu peneliti dapat mempertimbangkan untuk

    menurunkan batas criteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang

    diinginkan tercapai (Azwar, 1999).

  • Hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

    Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Psikologi angkatan 2016 Universitas Kristen

    Satya Wacana berada pada kategori sedang yaitu 80% berjumlah 96 orang. Hasil

    tersebut membuktikan bahwa sebagian besar mahasiswa Psikologi angkatan 2016

    memiliki tingkat kepercayaan diri yang sedang, tetapi dalam kategori rendah

    masih terdapat 12,5% mahasiswa yang berjumlah 15 orang. Pada Kecemasan

    Berbicara Di depan Umum, didapatkan kategori sedang sebesar 78,34%

    berjumlah 94 orang dan untuk kategori rendah didapatkan persentase sebanyak

    9,167% berjumlah 11 orang.

    Beberapa faktor-faktor kepercayaan diri yang dapat mempengaruhi

    individu menurut Lauster, (dalam Gufron & Suminta, 2010) adalah Konsep Diri

    (dari hasil interaksi yang telah terjadi sebelumnya akan menghasilkan konsep

    diri), Harga Diri (konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif

    pula dan harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri),

    Pengalaman (pengalaman dapat menjadi faktor munculnya dan turunnya rasa

    percaya diri pada seseorang), Pendidikan (tingkat pendidikan individu akan

    berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang), akibat dari hal ini

    adalah ketika tingkat kepercayaan dirinya rendah akan menjadikan individu

    tersebut tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai

    darinya dan efek yang ditimbulkan lagi sebaliknya, individu yang mempunyai

    pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan

    yang berpendidikan rendah.

    Penulis merasa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Seperti,

    beberapa diantaranya penulis tidak dapat memperhitungkan situasi dan kondisi

  • pada saat pengisian angket oleh subjek, dan penulis masih belum dapat melakukan

    penyebaran angket secara sempurna yang menjangkau ke mahasiswa 1 angkatan

    langsung. Penulis berharap, peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan

    penelitian yang sudah dilakukan dengan lebih memperhatikan penyebaran angket.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah

    dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif

  • yangsignifikan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara Di Depan

    Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen SatyaWacana.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pembahasan

    serta kesimpulan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

    1. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi terkhusus angkatan 2016 untuk

    dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri khususnya terkait berbicara

    di depan umum. Meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan

    melalui beberapa cara yaitu :

    a. Lebih melakukan persiapan materi lagi dengan baik dan terus

    melatih diri dengan melakukan simulasi berbicara di depan

    umum.

    b. Mengikuti pelatihan Public Speaking / pelatihan serupa yang

    dapat meningkatkan kepercayaan diri. Di UKSW tersedia

    pelatihan kepemimpinan berkala mulai dari LDKM (Latihan

    Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), LMKM (Latihan Menengah

    Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), dan sampai dengan LLKM

    (Latihan Lanjutan Kepemimpinan Mahasiswa). Mahasiswa

    dapat mengikuti pelatihan tersebut sebagai sarana untuk

    meningkatkan kepercayaan diri.

    c. Mahasiswa angkatan 2016 dapat bergabung dalam organisasi

    mahasiswa atau kepanitiaaan. Dengan bergabung dalam

  • organisasi, mahasiswa memiliki kesempatan untuk melatih

    kemampuan berbicara di depan umum.

    2. Harapan peneliti untuk penelitian selanjutnya, yaitu peneliti

    selanjutnya dapat melakukan upaya dan solusi langkah tindakan

    konkret lainnya yang bertujuan untuk mengatasi kepercayaan diri yang

    rendah dan kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi pada saat

    mempresentasikan tugasnya. Dikarenakan penelitian ini menunjukan

    tidak adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel, diharapkan

    pada penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah subjek maupun

    item agar lebih dikembangkan sehingga penelitian akan menjadi lebih

    baik lagi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    Davies, P. (2004). Meningkatkan rasa percaya diri. Yogyakarta: Torrent Books.

  • Deiyanthi, N. M. F. S. & Widiasavitri, P.N. (2016). Hubungan antara efikasi diri

    dengan kecemasan komunikasi dalam mempresentasikan tugas di depan

    kelas. Jurnal Psikologi Udayana. Vol.3, No.2, 342-353.

    DeVito, A. J. (2009). Human communication : the basic course 11th

    ed. London:

    Pearson Longman.

    Gufron, N. M. & Suminta, R. R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-

    Ruzz.

    Haryanthi & Tresniasari. (2012). Efektivitas metode terapi ego state dalam

    mengatasi kecemasan berbicara di depan publik pada mahasiswa fakultas

    psikologi uin syarif hidayatullah jakarta. Jurnal Insan Media Psikologi.Vol.

    14 No.1, April 2012, 32-40.

    Juwita, dkk. (2011). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan

    berbicara di depan umum pada mahasiswa. Jurnal Personifikasi. Vol. 2

    No. 2, 342-353.

    Kristanto, dkk. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan

    dalam menyusun proposal skripsi. Satya Widya. Jurnal Penelitian

    Pengembangan Kependidikan. Vol. 30 No. 1, Juni 2014, 43-48.

    Kusrini, W. & Prihartanti, N. (2014). Hubungan dukungan sosial dan kepercayaan

    diri dengan prestasi bahasa inggris siswa kelas VIII smp negeri 6 boyolali.

    Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 15, No. 2, Agustus 2014, 134.

    Lauster, P. (2006). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Lee,Y.S. (2014). Study on the classification of speech anxiety using q-

    methodology analysis. Journals Social Sciences & Humanities. Vol. 2, No.

    3, September 2014.

    Matulessy, A. (2013). Kematangan emosi, percaya diri dan kecemasan berbicara

    di depan kelas. Vol 2, No. 1.

    McCroskey. (1970). Personal report of public speaking anxiety.

    www.jamescmccroskey.com/measures/prpsa.htm.

    Muslimin, K. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

    berkomunikasi di depan umum kasus mahasiswa fakultas dakwah inisnu

    jepara. Jurnal Komunikasi. Vol. 2, No. 2, 42-52.

    Narbuko, C & Achmadi, H. A. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta : Bumi

    Aksara.

    Nash, dkk. (2015). If first-year students are afraid of public speaking

    assessmentswhat can teachers do to alleviate such anxiety?

    Journals Education Assessment & Evaluation. Vol. 41, No. 4, May 2015,

    586–600.

    http://www.scirp.org/journal/Index.aspxhttp://www.scirp.org/journal/CategoryOfJournal.aspx?categoryID=9http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/issue/view/13http://www.scirp.org/journal/Index.aspx

  • Şar, dkk. (2010). Analyzing undergraduate students’self confidence levels in terms

    of somevariables. Journals Social Sciences & Humanities. Vol. 5, March

    2010, 1205–1209.

    Sari,W. P. (2015). Hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa diploma iv bidan pendidik uns.

    Stewart, F. & Tassie, K. E. (2011). Changing the atmos'fear' in the public

    speaking classroom.Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1, No.

    7, June 2011.

    Sugiono, D. (2008). Kamus besar bahasa indonesia edisi keempat pusat bahasa.

    Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

    dan r&d. Bandung : Alfabeta.

    Wahyuni, E. (2015). Hubungan self-efficacy dan keterampilan komunikasi dengan

    kecemasan berbicara di depan umum. Jurnal Komunikasi Islam. Vol. 5,

    No. 1, Juni 2015, 51-82.

    Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan

    berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi. Jurnal Ilmiah

    Psikologi. Vol. 2, No. 1, Juni 2014, 50-62.

    http://www.scirp.org/journal/Index.aspxhttp://www.scirp.org/journal/CategoryOfJournal.aspx?categoryID=9