HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMU LAB SCHOOL...
description
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMU LAB SCHOOL...
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana strategis bagi peningkatan mutu
sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur
bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan akan senantiasa dilakukan.
Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan nasional, karena
didalamnya ada proses pembinaan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang handal dan berkualitas. Untuk itu segala upaya positif senantiasa harus terus
dilakukan dalam proses pendidikan agar pembangunan nasional khususnya di bidang
pendidikan dapat tercapai. Untuk merekayasa Sumber Daya Manusia berkualitas, yamg
mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga
kependidikan profesional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Guru dan tenaga kependidikan tersebut dibina, dikembangkan, dan diberikan
penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi dan tugas yang diembannya.
Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM)
dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya. Kualitas pendidikan
Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan
indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada tabel
1.1 di bawah ini (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat
110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan dengan negara Cina yang
1
memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai
peringkat 85, suatu kemajuan yang memiliki prestasi tersendiri.
Tebel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara tahun 1995, 2000, 2003, 2004, dan 2005
No NegaraPeringkat Pada Tahun
1995 2000 2003 2004 2005123456
ThailandMalaysiaPhilipinaIndonesiaCinaVietnam
5859
100104111120
766177
10999
108
745885
112104109
765983
11194
112
736184
11085
108 Sumber : Kunandar 2007
Jika dibandingkan dengan kualitas sistem pendidikan dikaitkan dengan daya
saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio 6,59
menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan Vietnam
(tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia tidak mampu
bersaing di tingkat Internasional khususnya di kawasan Asia.
Tebel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga Kerja pada 12 Negara Asia
No Negara Skor...789101112
MalaysiaHongkongPhilipinaThailandVietnamIndonesia
4,414,725,475,966,216,59
Sumber : PERC dalam Kunandar 2007
Persoalan yang dihadapi sektor pendidikan amatlah kompleks, salah satunya
adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti kelayakan mengajar
dan sulitnya mengimplementasikan kurikulum yang memiliki basis kompetensi. Tabel
1.3 tampak jelas pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK)
2
persentase guru yang tidak layak mengajar masih cukup besar, terlebih pada jenjang
Sekolah Dasar.
Tebel 1.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003
No Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah %1
2
3
4
SD
JumlahSMP
JumlahSMA
JumlahSMK
Jumlah
LayakTidak
LayakTidak
LayakTidak
LayakTidak
584.395558.675
1.143.070202.720108.811311.53187.37935.424
122.80327.96720.67848.645
47,345,292,643,423,366,738,015,453,419,014,033,0
41.31550.54291.85796.38558.832
155.21767.05140.260
107.31155.63143.28398.914
3,34,17,420,712,633,329,117,546,637,729,367,0
625.710609.217
1.234.927299.105167.643466.748154.43075.648
230.11483.59863.961
147.559
50,749,310064,135,910067,132,910056,743,3100
Sumber : Balitbang Depdiknas dalam Kunandar 2007
Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab XI pasal 39 seperti
yang dikutif AKSI (2005:18) mendefinisikan pendidikan dengan jelas. Ayat (1) ;
Pendidikan merupakan tenaga profesional yang harus merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Ayat (2) : Tenaga Kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak
didik dalam melakukan proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta
internalisasi etika dan moral. Oleh karenanya guru harus senantiasa belajar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan keadaan zaman
yang cepat berubah di berbagai bidang, menuntut sigapnya para guru untuk selalu
mengikutinya. Sudah seharusnya guru mempunyai kegemaran membaca yang kuat
3
serta mengikuti informasi setiap saat. Baik melalui membaca buku, surat kabar, televisi,
jelajah internet serta mengikuti berbagai seminar tentang pendidikan.
Tenaga kependidikan terdiri dari :
1) Pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah), bertugas mengelola sekolah
dengan memberdayakan sumber daya agar terjadi pembelajaran efektif
2) Penilik/pengawas sekolah, bertugas melakukan supervise terhadap kinerja
sekolah dan pembelajaran serta dokumen penunjang.
3) Tata usaha sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan pelayanan kepada
pelanggan
4) Pustakawan, melaksanakan pelayanan penggunaan sumber belajar
5) Laboran, melaksanakan penggunaan laboratorium; dan
6) Teknisi sumber belajar, melaksanakan pelayanan dan pemeliharaan peralatan,
dan berbagai kategori-kategori yang nanti berkembang.
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan
manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian
pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan
kemampuan itu. Rumusan tersebut menunjukan bahwa pengembangan SDM tidak
hanya sekedar meningkatkan kemampuan, akan tetapi juga menyangkut pemanfaatan
kemampuan tersebut.
Kompetensi merupakan sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi yang harus
dikembangkan. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi bahwa pengembangan
pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari
para pengelola dan pelaksananya. Guru sebagai ujung tombak penyelenggara
4
pendidikan merupakan komponen utama yang harus memiliki sejumlah kompetensi
handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup baik secara
general maupun specific (general life skills dan specific life skills). Kompetensi guru
harus berkembang lebih maju dibandingkan dengan konsep-konsep pendidikan itu
sendiri. Apalah artinya konsep, program, atau pendekatan yang digunakan dalam
pendidikan apabila kompetensi guru tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal
itu akan mengakibatkan konsep dan program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan
yang optimal, bahkan cenderung hanya menumpang lewat begitu saja, padahal
pemerintah dan para pakar pendidikan telah merancangnya sedemikian rupa dalam
rangka peningkatan mutu.
Upaya peningkatan mutu pendidikan tentu tidak semudah membalikkan telapak
tangan, tetapi membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik pemerintah, guru,
tenaga kependidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mewujudkan harapan tersebut. Guru sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan di lapangan harus benar-benar profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia
adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang
lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua ini menujukan bahwa setiap orang
membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik;
ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan
terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
5
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu
memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan
yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Betapa besar jasa guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat,
kemajuan Negara, dan bangsa.
Hal itu menyadarkan kita bahwa upaya peningkatan kompetensi guru sungguh
bukanlah hal yang mudah dilakukan. Padahal Undang-undang Guru dan Dosen No. 14
Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru sebagai tenaga profesional harus memiliki
kompetensi yang memenuhi standar (teruji dan bersertifikat). Berkenaan dengan
implementasi Undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun
2007 telah melakukan ujian sertifikasi bagi para guru secara bertahap, diharapkan
dalam kurun waktu 10 tahun ke depan semua guru sudah mendapat sertifikasi
kompetensi.
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam BAB III
tentang Prinsip Profesionalitas dikatakan : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Pasal 8). Kualifikasi akademik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana atau program diploma empat (Pasal 9) Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. (Pasal 10 point 1).
6
Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan sistem pengujian terhadap
kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah
melakukan uji kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui
kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk
mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih
rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan.
Kekuatan untuk melakukan perilaku produktif dan efisien, tergantung pada kekuatan
sebuah pengharapan dimana tindakan tersebut akan diikuti dengan pemberian out come
dan ketertarikan out come tersebut kepada individu yang akan melakukan tindakan.
Dengan pemberian out come yang dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan
produktivitasnya, sehingga dapat mengakibatkan kinerjanya meningkat.
Faktor pemuas atau motivator yang merupakan kondisi intrinsik yang dapat
memotivasi prestasi kerja seseorang. Faktor-faktor seperti tantangan tugas,
penghargaan atas hasil kerja yang baik, peluang untuk mencapai kemajuan,
pertumbuhan pribadi, dan pengembangan dapat memotivasi perilaku.
Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya
kinerja guru, antara lan, rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran,
kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan
memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), rendahnya
7
motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya
kemampuan manajemen waktu.
Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Dalam hal ini tingkah laku yang dimaksudkan adalah tingkah
laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya
(Sunaryo dalam Rianto dkk, 1988 : 3). Berdasarkan konsep belajar diatas maka peran
guru berfungsi sebagai Fasilitator, komunikator, Motivator dan Evaluator, yang
digambarkan sebagai berikut :
1) Guru berfungsi sebagai fasilitator berarti bahwa proses pembelajaran di
kelas, guru bertindak sebagai pendamping nara sumber bagi siswa dalam
pembelajaran
2) Guru berfungsi sebagai komunikator, berarti guru dalam melakukan proses
belajar mengajar di kelas, guru bertindak sebagai penghubung interaksi
pembelajaran antar siswa.
3) Guru berfungsi sebagai motivator, berarti bahwa dalam proses pembelajaran
, guru selalu memberi motivasi untuk lebih giat meningkatkan prestasi
belajar.
4) Guru berfungsi sebagai evaluator, berarti bahwa guru dalam menjalankan
proses pembelajaran di kelas, guru selalu menjalankan evaluasi pada awal
dan akhir pembelajaran.
Disamping keempat fungsi guru tersebut di atas, guru juga menjalankan tugas
sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru selalu menjalankan proses
pembelajaran di kelas, sedangkan sebagai pendidik guru selalu mendidik siswa baik
8
yang bermasalah maupun tidak bermasalah agar sikap dan tingkah lakunya dapat
berubah sesuai harapan masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam pendidikan persekolahan perubahan perilaku akibat pembelajaran
disebut dengan hasil belajar. Netra (1976) mengemukakan prestasi belajar adalah
kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan
pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Dengan belajar seseorang memiliki sejumlah
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan tertentu dengan aktivitas yang dialaminya.
Berkaitan dengan masalah ini Nurkancana (1986) mengatakan bahwa prestasi belajar
diartikan sebagai hasil pengukuran serta dinyatakan dalam bentuk angka (skor) yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Kategori hasil belajar yang lainnya dikemukakan oleh Gagne (1972: 66) yang
meliputi lima hal, yaitu : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
sikap dan keterampilan motorik.
Dalam perkembangan selanjutnya Bloom, dkk (1985 : 6-7) mengelompokkan
hasil belajar menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga dominan inilah
sekaligus menjadi tujuan belajar dan merupakan pedoman pada proses pendidikan dan
kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan belajar dalam kurun
waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Adapun hasil belajar
dalam penelitian ini ditunjukan dengan Nilai Ujian Akhir, yang dibatasi pada mata
pelajaran Geografi.
Dalam sistem pendidikan Nasional dikenal tiga macam bentuk pendidikan yang
dikembangkan masyarakat, yaitu : Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Menurut
sejarahnya, pendidikan di Indonesia diawali dengan munculnya model pesantren yang
9
dikembangkan oleh masyarakat Islam dalam rangka untuk Dakwah dan menanamkan
nilai-nilai Islam di Masyarakat. Melalui pesantren ini dikembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan agama dan nilai-nilai keagamaan secara mendalam untuk mencetak ahli
agama.
Setelah penjajah Belanda datang ke Indonesia, maka berkembang pendidikan
model Barat dalam bentuk sekolah. Pendidikan model sekolah ini pada awalnya
merupakan pendidikan agama, namun kemudian berkembang menjadi lembaga
pendidikan umum yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pegawai
pemerintahan kolonial.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua model pendidikan tersebut, dalam
perkembangan berikutnya muncul sebuah gagasan dari masyarakat Islam untuk
memadukan pendidikan model sekolah – yang dikembangkan Barat – dengan model
pesantren – yang dikembangkan masyarakat Islam. Dari pemaduan ini lahirlah
pendidikan model Madrasah.
Dengan pendidikan madrasah tersebut diharapkan peserta didik memiliki
pengetahuan umum yang seimbang dengan pendidikan sekolah, tetapi juga menguasai
nilai-nilai agama yang sama dengan pendidikan pesantren. Jadi pendidikan madrasah
bisa menjadi bentuk pendidikan alternatif bagi masyarakat Islam, karena memadukan
pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara seimbang.
Sekilas sejarah singkat Madrasah Aliyah Negeri Cililin Sebelum menjadi MAN
Cililin, sekolah ini awalnya bernama PGA Muslimin, pada tahun 1967 PGA Muslimin
berubah status menjadi negeri dengan nama PGA Negeri Cililin. Pada tahun 1978
terjadi perubahan status dari PGA Negeri Cililin menjadi Madrasah Aliyah Negeri
Cililin sampai sekarang. Madrasah Aliyah Negeri Cililin ini merupakan Madrasah
Aliyah Negeri Pertama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Saat ini
10
Madrasah Aliyah Negeri Cililin membina lebih dari 40 Madrasah Aliyah Swasta yang
tergabung dalam kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM’ 01) MAN CILILIN .
Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mendalami
tentang model pembelajaran di lingkungan Madrasah Aliyah dengan judul :”Pengaruh
Kompetensi Guru Geografi terhadap Hasil Belajar Peseta didik di Lingkungan
Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kabupaten Bandung Barat.”
B. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan identifikasi masalah maka dirumuskan masalah yang dijadikan
sebagai landasan penelitian lebih lanjut sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualifikasi akademik guru Geografi Madrasah Aliyah se-KKM 01
Cililin Kab.Bandung Barat ?
2. Sejauhmanakah pengaruh Kompetensi guru Geografi terhadap hasil belajar siswa
Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana
pengaruh kompetensi guru geografi dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah se-
Kabupaten Bandung Barat. Kondisi yang akan diteliti adalah kualifikasi guru geografi
terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat.
11
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh strategi pembelajaran yang
efektif dan efisien sehingga Guru Geografi di Lingkungan Madrasah Aliyah memiliki
kompetensi dan meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di
sekolah. Serta diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi berbagai
pihak :
1. Guru, dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, serta
menjadi bahan renungan (refleksi) dalam upaya memperbaiki
profesionalisme dan kompetensi guru.
2. Secara Praktis, menjadi referensi yang dapat dipakai untuk
mengembangkan program-program pemberdayaan ke depan, baik yang
dilaksanakan oleh MGMP, LPTK, LPMP, Dinas pendidikan, Kementrian
Agama dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam
kebijakan kependidikan secara umum.
3. Kepala Sekolah, dapat mengembangkan suasana kondusif bagi
proses pembelajaran.
4. Bagi kegiatan penelitian, untuk menjadi informasi dan dasar
pengembangan penelitian selanjutnya.
12