HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku...

12

Click here to load reader

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN PERILAKU

PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI KECAMATAN KARANG TENGAH

KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013

Nanny Harmani, Dian Kholika Hamal

*) Pengajar FIKES UHAMKA

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit

DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan

subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik.

Berdasarkan uraian diatas membuat penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan

antara karakteristik Ibu dengan Perilaku Pencegahan Penyakit DBD di Kecamatan Karang

Tengah Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa barat Tahun 2013”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Hubungan antara karakteristik Ibu dengan Perilaku Pencegahan Penyakit

DBD

Hasil dari penelitian ini adalah Perilaku ibu dalam pencegahan penyakit DBD lebih dari

separuh responden baik yaitu sebanyak 378 responden (51,5%), untuk kelompok umur

responden mempunyai prosentase yang sama besar antara muda dan tua yaitu sebesaar 378

responden (51,5%). Sebagian besar responden 367 (50%) berpendidikan dasar dan sebagian

besar responden 639 (87,1%) tidak bekerja serta sebagian besar responden 448 (61%)

mempunyai pengetahuan bai Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, pekerjaan

dan pendidikan ibu dengan perilaku pencegahan penyakit DBD. Sedangkan untuk

pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pencegahan penyakit

DBB ((P value 0,006). Hasil risk estimate menunjukkan perhitungan Prevalensi Ratio

sebesar 1,232 kali berarti responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang

1232 kali dibandingkan dengan pengetahuan yang tidak baik terhadap perilaku ibu.

Disarankan bagi pihak kecamatan dan petugas kesehatan untuk lebih memotivasi masyarakat

agar melakukan pencegahan penyakit DBD secara rutin., meningkatkan komunikasi dan

informasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah penyakit DBD serta meningkatkan

monitoring dan evaluasi pencegahan penyakit DBD.Daftar Bacaan : 12 (1999 – 2011)Kata

Kunci : Umur, Pekerjaan, Pendidikan, Pengetahuan, Perilaku Pencegahan Penyakit

DBD.

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD)

merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk betina

Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

telah terinfeksi oleh virus dengue dari

penderita penyakit DBD sebelumnya.

Kedua nyamuk Aedes ini tersebar luas di

rumah-rumah dan tempat umum di seluruh

wilayah Indonesia, kecuali di tempat-

tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000

meter di atas permukaan air laut (Ginanjar,

2008).

Penyebaran penyakit DBD secara

pesat dikarenakan virus dengue semakin

mudah dan banyak menulari manusia

karena didukung oleh: 1) meningkatnya

mobilitas penduduk karena semakin

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

baiknya sarana transportasi di dalam kota maupun antar daerah, 2) kebiasaan

masyarakat menampung air bersih untuk

keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan

air bersih belum mencukupi kebutuhan

atau sumber yang terbatas dan letaknya

jauh dari pemukiman mendorong

masyarakat menampung air di rumah

masing-masing, 3) sikap dan pengetahuan

masyarakat tentang pencegahan penyakit

yang masih kurang (Soedarmo, 2005).

Hal tersebut juga disebabkan

karena tidak semua masyarakat melakukan

upaya pemberantasan vektor penular, dan

pemberantasan sarang nyamuk tidak

mungkin dapat tuntas dilakukan apabila

anggota masyarakat sampai ke lingkungan

yang terkecil yaitu rumah tangga tidak

mau melakukannya, oleh karena itu

keterlibatan masyarakat dalam pencegahan

DBD sangatlah diperlukan, Peran serta

masyarakat ini dapat berwujud

pelaksanaan kegiatan 3M (menutup

wadah-wadah penampungan air, mengubur

atau membakar barang-barang bekas yang

menjadi sarang nyamuk, dan menguras

atau mengganti air di tempat tampungan

air) di sekitar rumah dan melaksanakan

PSN pada lingkungannya.

Selain itu perbaikan kualitas

kebersihan (sanitasi) lingkungan juga

menekan jumlah populasi nyamuk Aedes

aegypti selaku vektor penyakit DBD, serta

pencegahan penyakit dan pengobatan

segera bagi penderita DBD adalah

beberapa langkah yang ditempuh. Namun,

yang harus diperhatikan adalah

peningkatan pemahaman dan pengetahuan,

kesadaran, sikap dan perubahan perilaku

masyarakat terhadap pencegahan penyakit

ini sangat mendukung percepatan dalam

upaya memutus mata rantai penularan

penyakit DBD (Nadesul, 2004; Koban,

2005; Ginanjar, 2008).

Kesadaran dan kepedulian

masyarakat merupakan kunci awal dari

menurunnya angka DBD di suatu daerah

atau wilayah. DBD dapat terjadi di

wilayah manapun, termasuk di wilayah

elit. Cara yang paling efekif adalah

menghindari gigitan nyamuk dengan cara

menurunkan populasi dengan kesadaran

akan pentingnya kebersihan lingkungan,

secara otomatis akan menghambat

perkembangan jentik, dengan adanya

kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya

memberantas DBD akan terealisasi,

sehingga dengan demikian tidak akan

memberikan kesempatan bagi nyamuk

untuk berkembang. Penyakit ini terjadi di

setiap tahun di berbagai wilayah di

Indonesia dan terutama terjadi pada musim

penghujan.

Di tingkat keluarga, orang tua

khususnya ibu memiliki peran untuk

mengelola rumah tangga sehingga

membutuhkan pengetahuan yang cukup

tentang penyakit DBD serta

pencegahannya. Penelitian yang dilakukan

oleh Koenraadt Constantianus J.M. di

Thailand membuktikan adanya hubungan

langsung antara pengetahuan tentang

pencegahan DBD terhadap tindakan

pencegahan DBD (Constantianus, 2006).

Demikian pula pada penelitian

yang dilakukan Benthem et al

menunjukkan adanya hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan upaya

pencegahan DBD, dimana masyarakat

yang memiliki pengetahuan yang baik

mengenai DBD memiliki upaya

pencegahan yang baik pula (Sutaryo,

2006). Namun, kendala yang masih sering

terjadi di masyarakat adalah ketidaktahuan

masyarakat mengenai penyakit dan

perilaku manusia yang belum konsisten

dalam melakukan program pencegahan

dan pemberantasan DBD (Sungkar, dkk.

2010).

Penelitian yang dilakukan Purwo

Atmodjo menyebutkan bahwa terdapat

perbedaaan pengetahuan mengenai DBD

antara wilayah endemis dan non endemis.

Hal ini disebabkan karena masyarakat

yang tinggal di wilayah endemis lebih tahu

dan lebih mudah mendapat informasi, dan

mempunyai pengalaman karena keluarga

maupun tetangganya pernah menderita

DBD (Pusat Data dan Surveilans

Epidemiologi, 2011).

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Cianjur, memperlihatkan bahwa

pada tahun 2011 ditemukan 273 kasus

DBD dengan IR 12,6. Kasus terbanyak

terjadi pada wilayah Puskesmas Karang

Tengah sebanyak 42 kasus, disusul

Puskesmas Muka 38 kasus dan Puskesmas

Cianjur sebanyak 36 kasus (Profil

Kesehatan Kabupaten Cianjur, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, perlu

dilakukan penelitian dengan tujuan

membuktikan hubungan antara

karakteristik ibu dengan perilaku

pencegahan penyakit DBD di Kecamatan

Karang Tengah Kabupaten Cianjur

Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.

Dalam tulisan ini akan dibahas

tentang hubungan antara karakteristik ibu

(umur, pekerjaan, pendidikan dan

pengetahuan) dengan perilaku pencegahan

penyakit DBD di Kecamatan Karang

Tengah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa

Barat.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini menggunakan data

primer dari masyarakat (dalam hal ini para

ibu) di wilayah Kecamatan Karang

Tengah, sedangkan data sekunder

didapatkan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Cianjur, Puskesmas Karang

Tengah, Puskesmas Ciherang dan

Kecamatan Karang Tengah. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

rumah tangga yang berdomisili di wilayah

Kecamatan Karang Tengah Kabupaten

Cianjur Provinsi Jawa Barat. Sampel

penelitian ini adalah sebagian ibu rumah

tangga yang berdomisili di wilayah

Kecamatan Karang Tengah Kabupaten

Cianjur Provinsi Jawa Barat. Teknik

pengambilan sampel dengan metoda

cluster, yakni dari tingkat RW lalu ke

tingkat RT, diambil secara acak dan

proposional untuk mendapatkan sampel

terpilih. Besar sampel dalam penelitian ini

adalah 734 responden.

Jenis Penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif observasional analitik

dengan rancangan “Cross Sectional

Study”, dengan pendekatan yang sifatnya

sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti

terus menerus dalam kurun waktu tertentu

(Notoatmodjo, 2002).

Untuk keperluan analisis data

dikelompokkan sebagai berikut : Perilaku

pencegahan

adalah kebiasaan ibu dalam melakukan 3 M

(menguras, menutup dan mengubur),

kebiasaan memeriksa jentik di Tempat

Penampungan Air maupun Non TPA,

dengan katagori baik ≥ median (18) dan

tidak baik < median (18). Umur Ibu adalah

tahun kelahiran ibu yang tercantum pada

KTP/tanda pengenal lainnya pada saat

penelitian dengan katagori muda ≤ median

(30 tahun) tua > median (30 tahun).

Pendidikan ibu jenjang pendidikan formal

terakhir yang berhasil diselesaikan telah

ditempuh oleh ibu yang dikategorikan

menjadi dasar ( ≤ SMP ) Lanjut ( > SMP ) (

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003).

Pekerjaan Ibu adala jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh ibu yang bertujuan untuk

memperoleh pendapatan dikategorikan

menjadi: tidak bekerja (Ibu rumah tangga)

dan bekerja (Guru, Pegawai Negeri, Buruh,

Pegawai Swasta, buruh). Pengetahuan

adalah wawasan tentang pencegahan

penyakit DBD ( bionomik nyamuk DBD,3

M, memeriksa jentik di TPA dan non TPA)

) dengan katagori baik ≥ median (4) tidak

baik < median (4).

HASIL

Hasil olah data penelitian dapat

dilihat pada tabel di halaman berikutnya :

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Tabel 1.

Distribusi Responden Berdasarkan KelompokUmur

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013.

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 734 responden yang diteliti didapatkan

responden yang digolongkan muda sama banyak dengan reponden yang digolongkan tua

yaitu sebanyak 367 responden (50%).

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Pendidikan

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013.

Dari tabel 2 diketahui bahwa dari 734 responden yang diteliti didapatkan responden

yang berpendidikan lanjut sebanyak 169 responden (23%), sedangkan yang berpendidikan

dasar sebanyak 565 responden (77%).

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Pekerjaan

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013.

Dari tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 734 responden yang diteliti didapatkan

responden yang tidak bekerja sebanyak 639 responden (87,1%), lebih banyak dari responden

yang bekerja sebanyak 95 responden (12,9%).

Tabel 4

Umur N %

Muda 367 50

Tua 367 50

Jumlah 734 100

Pendidikan N %

Dasar 565 77

Lanjut 169 23

Jumlah 734 100

Pekerjaan N %

Tidak bekerja 639 87,1

Bekerja 95 12,9

Jumlah 734 100

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Pengetahuan

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013.

Dilihat dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 734 responden yang diteliti,

diketahui gambaran pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang

pencegahan penyakit DBD sebanyak 448 responden (61%) dan yang memiliki pengetahuan

tidak baik tentang pencegahan penyakit DBD sebanyak 286 responden (39%).

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Perilaku

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013.

Perilaku N %

Baik 378 51,5

Tidak baik 356 48,5

Jumlah 734 100

Dilihat dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 734 responden yang diteliti,

diketahui gambaran perilaku responden yang memiliki perilaku baik tentang pencegahan

penyakit DBD sebanyak 378 responden (51,5%) dan yang memiliki perilaku tidak baik

tentang pencegahan penyakit DBD sebanyak 356 responden (48,5%).

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan hubungan Umur dengan Perilaku Ibu Di

Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013

Umur

Perilaku Ibu Total

Baik Tidak baik

N % N % N %

Muda 191 52 176 48 367 100

Tua 187 51 180 49 367 100

P value: 0,768

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa hubungan umur dengan perilaku ibu yang baik di

Kecamatan Karang Tengah yang berumur digolongkan muda yaitu 52% lebih banyak

dibandingkan dengan yang berumur digolongkan tua yaitu 51%. Hasil uji Chi Square

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur responden dengan prilaku

ibu (Pvalue 0,766).

Pengetahuan Ibu N %

Baik 448 61

Tidak baik 286 39

Jumlah 734 100

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan hubungan Pendidikan dengan Perilaku Ibu

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013

Pendidikan

Perilaku Ibu Total

Baik Tidak baik

N % N % N %

Lanjut 97 57,4 72 42,6 169 100

Dasar 281 49,7 284 50,3 565 100

P value:0,080

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan pendidikan dengan perilaku ibu di

Kecamatan Karang Tengah yang berperilaku baik tebanyak yaitu pendidikan lanjut sebanyak

57,4% dibandingkan dengan yang berpendidikan dasar sebanyak 49,7%. Hasil uji Chi

Square menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

perilaku ibu (Pvalue 0,080).

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Ibu

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013

Pekerjaan

Perilaku Ibu Total

Baik Tidak baik

N % N % N %

Tidak

bekerja 326 51 313 49 639 100

Bekerja 52 54,7 43 45,3 95 100

P value: 0,499

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa hubungan pekerjaan dengan perilaku ibu di

Kecamatan Karang Tengah yang berperilaku baik tetapi tidak bekerja sebanyak 51% dan

yang bekerja tetapi berperilaku baik sebanyak 54,7%. Hasil uji Chi Square menunjukkan

tidak adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan perilaku ibu (P value 0,499).

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu

Di Kecamatan Karang Tengah Tahun 2013

Pengetahuan

Perilaku Ibu Total

Baik Tidak baik

N % N % N %

Baik 249 55,6 199 44,4 448 100

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Tidak baik 129 45,1 157 54,9 286 100

P value : 0,006 PR = 1,232 (95% CI 1,058 – 1,435)

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu

di Kecamatan Karang Tengah yang berperilaku baik dan berpengetahuan baik sebanyak

55,6% sedangkan yanag berperilaku baik tetapi pengetahuannya tidak baik sebanyak 45,1%.

Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan perilaku ibu (P value 0,006). Hasil perhitungan risk estimate, prevalensi ratio

menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki peluang

1,232 kali dibandingkan dengan pengetahuan tidak baik terhadap perilaku ibu. (95%

confident interval 1,058-1,435).

PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan dalam pelaksanaan maupun

hasilnya, diantaranya :

1. Disain penelitian cross sectional

yang digunakan dalam penelitian

ini memiliki

keterbatasan karena pengumpulan data

dilakukan pada saat penelitian berlangsung

dengan mengambil sampel dari sebagian

populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Namun kemungkinan ada responden dari

masyarakat yang tidak terambil sebagai

sampel.

2. Untuk pengukuran variabel

perilaku pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue yang paling akurat

adalah dengan melakukan observasi

(pengamatan), namun dalam penelitian

ini peneliti melakukan wawancara

dengan menggunakan kuesioner. Hal ini

karena keterbatasan waktu untuk

mengamati perilaku pencegahan penyakit

Demam Berdarah Dengue pad

responden, sehingga peneliti melakukan

wawancara dengan menganggap

mewakili penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hubungan umur dengan perilaku

ibu yang baik di Kecamatan Karang

Tengah yang berumur digolongkan muda

yaitu 52% lebih banyak dibandingkan

dengan yang berumur digolongkan tua

yaitu 51%. Hasil uji Chi Square

menunjukkan tidak adanya hubungan yang

bermakna antara umur responden dengan

perilaku ibu (Pvalue 0,766).

Tidak selamanya semakin tua usia

maka pengetahuan semakin tinggi dan

perilaku seseorang semakin baik, karena

dengan pengaruh beberapa faktor seperti

banyak mendapatkan informasi tentang

cara pencegahan penyakit DBD dari

berbagai media elektronik dan cetak juga

petugas kesehatan, maka usia yang masih

muda pun dapat berperilaku baik. Hal ini

sejalan dengan Notoatmodjo (2003) bahwa

umur dapat mempengaruhi seseorang,

semakin cukup umur, tingkat kemampuan

dan kematangan seseorang akan lebih

tinggi dalam berpikir dan menerima

informasi. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang berumur lebih tua tidak

mutlak memiliki pengetahuan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan seseorang

yang lebih muda.

Dari 734 responden yang diteliti

didapatkan responden yang berpendidikan

lanjut sebanyak 169 responden (23%),

sedangkan yang berpendidikan dasar

sebanyak 565 responden (77%) Hal ini

berarti tingkat pendidikan responden

tergolong rendah. Rendahnya pendidikan

akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi,

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan

sehingga hal ini akan mempengaruhi

perilaku responden dalam melaksanakan

upaya pencegahan terhadap DBD. Namun

kenyataan di lapangan bahwa responden

yang berpendidikan dasar pun masih ada

yang berprilaku baik yaitu sebanyak

47.7%. hal ini disebabkan responden

sering mendapatkan informasi tentang

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

upaya-upaya pencegahan penyakit DBD

melalui petugas kesehatan, leaflet, broosur,

media cetak, televisi dan radio.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hubungan pendidikan dengan

perilaku ibu di Kecamatan Karang Tengah

yang berperilaku baik terbanyak yaitu

pendidikan lanjut sebanyak 57,4%

dibandingkan dengan yang berpendidikan

dasar sebanyak 49,7%. Hasil uji Chi

Square menunjukkan tidak adanya

hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan perilaku ibu (Pvalue

0,080). Hal tersebut mungkin karena di

dalam proses pembentukan dan atau

perubahan, perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam

dan luar individu itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut antara lain susunan saraf pusat,

persepsi, motivasi, emosi, proses belajar,

lingkungan dan sebagainya. Akan tetapi

hasil penelitian ini berbeda dengan teori

yang mengemukakan bahwa pendidikan

kesehatan berperan penting dalam

mengubah perilaku. Sebagaimana hasil

Hasil penelitian Akhmadi (2011) yang

menyatakan bahwa masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi

lebih berorientasi pada tindakan preventif,

mengetahui lebih banyak tentang masalah

kesehatan dan memiliki status kesehatan

yang lebih baik. Namun sejalan dengan

hasil penelitian Suherman (2007) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan

dengan tindakan pencegahan penyakit

DBD (P value 0,107).

Muhazam (1995) menyatakan

bahwa pendidikan formal pada dasarnya

akan memberikan kemampuan kepada

seseorang untuk berfikir rasional dan

objektif dalam menghadapi masalah hidup

terutama yang berkaitan dengan penyakit

DBD. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang diharapkan diikuti oleh semakin

tingginya tingkat pengetahuan dan

pemahaman seseorang. Demikian pula

dengan teori Grossman yang menyatakan

bahwa perbedaan tingkat pendidikan

menyebabkan perbedaan pengetahuan

dasar kesehatan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin mudah mereka

menerima serta mengembangkan

pengetahuan dan teknologi, sehingga akan

meningkatkan produktivitas yang akhirnya

akan meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan keluarga (Grossman,1999 ;

Folland, 2001).

Terbentuknya perilaku baru pada

seseorang dimulai dari seseorang tahu

dahulu terhadap stimuli yang berupa

materi atau obyek diluarnya sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada

seseorang tersebut. Pengetahuan responden

mengenai Demam Berdarah Dengue,

Vektor penyebabnya, dan cara pencegahan

penularan DBD sangat diperlukan. Karena

pengetahuan merupakan dasar untuk

terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hubungan pekerjaan dengan

perilaku ibu di Kecamatan Karang

Tengah yang berperilaku baik tetapi

tidak bekerja sebanyak 51% dan yang

bekerja tetapi berperilaku baik sebanyak

54,7%. Hasil uji Chi Square

menunjukkan tidak adanya hubungan

yang bermakna antara pekerjaan dengan

perilaku ibu (Pvalue 0,499). Pekerjaan

memiliki pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat

menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Contohnya, seseorang yang mempunyai

pekerjaan di bidang kesehatan

lingkungan tentunya akan lebih

memahami bagaimana cara menjaga

kesehatan di lingkungannya, termasuk

cara memberantas sarang nyamuk

demam berdarah jika dibandingan

dengan orang yang bekerja diluar bidang

kesehatan. (Notoatmodjo, 2003)

Selanjutnya diketahui bahwa lebih

banyak ibu yang menjadi ibu rumah tangga

sebanyak 639 responden (87,1%),

sedangkan ibu yang berkerja menjadi PNS

sebanyak 2 responden (0,3%). Hal ini tidak

sejalan dengan teori yang menyatakan

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

bahwa sebagai Ibu Rumah Tangga

tentunya mempunyai kesempatan lebih

banyak dalam mengurus rumah `tangga

termasuk melakukan kegiatan kebersihan

rumah yang diharapkan dapat mengurangi

dan mencegah DBD

Pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda-beda

(Notoatmodjo, 2005).

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hubungan pengetahuan dengan

perilaku ibu di Kecamatan Karang Tengah

yang berperilaku baik dan berpengetahuan

baik sebanyak 55,6% sedangkan yanag

berperilaku baik tetapi pengetahuannya

tidak baik sebanyak 45,1%. Hasil uji Chi

Square menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara pengetahuan

dengan perilaku ibu (Pvalue 0,006). Hasil

perhitungan risk estimate, prevalensi ratio

menunjukkan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan yang baik memiliki

peluang 1,232 kali dibandingkan dengan

pengetahuan tidak baik terhadap perilaku

ibu. (95% confident interval 1,058-1,435).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa ibu

rumah tangga di Kecamatan Karang

Tengah mempunyai pengetahuan yang

baik tentang DBD. Peneliti berpendapat

bahwa tingginya tingkat pengetahuan

responden disebabkan karena adanya

penyuluhan dari tenaga kesehatan. Upaya

yang dilakukan tenaga kesehatan tersebut

membuat ibu rumah tangga mendapatkan

informasi tentang DBD dan

pencegahannya yang secara langsung akan

meningkatkan pengetahuan ibu rumah

tangga tentang DBD.

Menurut Benjamin Bloom (1908),

perilaku seseorang digolongkan dalam tiga

ranah, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Ranah kognitif berkaitan

dengan pengetahuan, dimana pengetahuan

sangat berpengaruh dalam membentuk

tindakan seseorang. Ranah afektif

berkaitan dengan sikap yang merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu objek. Ranah

Psikomotor berkaitan dengan tindakan

yang merupakan aplikasi dari pengetahuan

dan sikap terhadap suatu objek. Seacra uji

statistik hasil penelitian ini sejalan dengan

pernyataan Bloom, dimana terdapat

hubungan yang signifikan (ρValue =

0,006) antara pengetahuan dengan perilaku

ibu dalam pencegahan demam berdarah.

Hasil penelitian ini sejalan pula dengan

penelitian Santosa dan Budiyanto yang

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan

responden dengan perilaku responden

dalam pencegahan demam berdarah (ρ =

0,0001).

Peran ibu rumah tangga yang tinggi

tetapi tidak didasari oleh pengetahuan, atau

pengetahuan yang tinggi tetapi tidak ada

kemauan (peran) dari ibu rumah tangga

dalam pengendalian demam berdarah

merupakan suatu fenomena yang mungkin

saja menjadi salah satu sumber penyebab

sulit tertanggulanginya masalah demam

berdarah selama ini.

Hasil wawancara terhadap

responden, banyak responden yang belum

mengetahui penyebab penyakit DBD yaitu

dari 734 responden, yang tahu hanya 81

(%) reponden dan tidak tahu sebesar 653

(%) responden. Bila responden tidak

mengetahui dengan jelas apa penyebab

penyakit DBD maka tidak dapat diambil

suatu tindakan yang tepat untuk

melakukan pencegahan terhadap penyakit

DBD. Dengan demikian pengetahuan lebih

mudah diperoleh jika semua indera yang

dimiliki seseorang bekerja sama, karena

pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2005). Oleh

karena itu kurangnya tingkat pengetahuan

responden tentang DBD dapat

menyebabkan peningkatan keberadaan

jentik Aedes aegypti sehingga terjadi

peningkatan angka kesakitan di Kecamatan

Karang Tengah Tahun 2013. Untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

maka perlu ditingkatnnya peranan tokoh

masyarakat, pemuka agama dan petugas

kesehatan dalam berbagai kegiatan yang

bersifat formil maupun non formil.

Menurut Notoatmodjo (2003)

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini

terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni: indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior). Karena dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Responden

yang mengetahui bahwa pencegahan DBD

itu diperlukan untuk memutus mata rantai

penularan penyakit Demam Berdarah akan

memiliki Perilaku yang baik dalam upaya

pencegahan DBD di Kecamatan Karang

Tengah.

Notoatmodjo (2003), juga

menyatakan bahwa tingkat Pengetahuan

memiliki 3 tingkatan pertama yaitu (1)

Tahu (know), (2) Memahami

(Comprehension), dan (3) Aplikasi

(Application). Ketika responden

mengetahui dan memahami penyebab

penyakit demam berdarah, maka

responden akan memiliki Perilaku untuk

melakukan pencegahan DBD. Hal ini bisa

dilihat pada uji bivariat bahwa responden

yang memiliki pengetahuan baik akan

memiliki perilaku yang baik pula dalam

upaya pencegahan DBD. Hasil penelitian

ini membuktikan teori Notoatmodjo yang

menyatakan bahwa Perilaku dipengaruhi

oleh 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern mencakup:

pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

motivasi dan sebagainya yang berfungsi

untuk mengolah rangsangan dari luar.

Sedangkan faktor ekstern meliputi

lingkungan sekitar, baik fisik maupun non

fisik seperti: iklim, manusia, sosial-

ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya

Menurut Green dalam buku

Notoatmodjo (1993) menganalisis bahwa

perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan dimana kesehatan ini

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni

faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor diluar perilaku (non behavior

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

terbentuk dari 3 faktor, yaitu: Faktor

predisposisi (predisposing factors),

merupakan factor antesenden

terhadap perilaku yang menjadi dasar

motivasi bagi pelaku. yang masuk dalam

faktor ini adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, dan nilai. Faktor

pemungkin (enabling factros), adalah

faktor antesenden terhadap

perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi atau aspirasi terlaksana. faktor ini

terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana

kesehatan, misalnya: puskesmas. Faktor

penguat (reinforcing factors), merupakan

faktor penyerta yang datang sesudah

perilaku, memberikan ganjaran intensif

atau hukuman atas perilaku dan berperan

bagai menetap atau lenyapnya perilaku itu.

termasuk dalam faktor ini adalah manfaat

sosial, jasmani, ganjaran nyata ataupun

tidak nyata yang diterima oleh pihak lain

(vicarious rewards).

Dari 734 responden yang diteliti,

diketahui gambaran perilaku responden

yang memiliki perilaku baik tentang

pencegahan penyakit DBD sebanyak 378

responden (51,5%) dan yang memiliki

perilaku tidak baik tentang pencegahan

penyakit DBD sebanyak 356 responden

(48,5%). Hal ini disebabkan masyarakat

sudah banyak mengetahui cara pencegahan

DBD baik dari petugas kesehatan, media

cetak dan elektronik serta brosur, leaflet

maupun spanduk dan baligo. Merekapun

menyadari pentingnya untuk mencegah

terjadinya penyakit DBD seperti dalam

hal menggunakan obat anti gigitan

nyamuk, menaburkan bubuk abate,

memeriksa jentik, menutup dan menguras

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

baik untuk TPA maupun Non TPA,

megubur barang yang tidak terpakai dan

menelungkupkan barang bekas. Sehingga

walaupun masih banyak responden yang

berpendidikan dan berpengetahuan rendah

namun perilaku mereka lebih dari separuh

sudah baik.

Perilaku ini tampak pada hasil

wawancara responden yang menyatakan

selalu menggunakan obat anti nyamuk 396

responden (54,8 %), sering menaburkan

bubuk abate 214 responden (29,2%),

sering menguras TPA 111 responden

(15,1%), sering memeriksa jentik di TPA

168 responden (22,9%), selalu menutup

TPA 213 responden (29%), selalu

mengubur barang bekas 318 responden

(43%), selalu menelungkupkan barang

bekas 280 responden (38,1%) dan selalu

memeriksa jentik di non TPA 283

responden (38,6%). Namun demikian

masih ada perilaku responden yang kurang

baik seperti 306 responden (41,7%) jarang

menguras TPA, 293 responden (39,9%)

tidak pernah menguras TPA serta 233

responden (31,7%) jarang memeriksa

jentik di TPA. Untuk itu perlu lebih

ditingkatkannya peranan dari petugas

kesehatan dan tokoh masyarakat setempat

baik dalam acara posyandu, penyuluhan,

dasa wisma maupun acara pengajian dan

arisan tentang pentingnya kebersihan

lingkungan guna mencegahan terjadinya

penyakit DBD.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dapat diambil beberapa

simpulan yaitu :

Perilaku ibu dalam pencegahan

penyakit DBD lebih dari separuh

responden baik yaitu sebanyak 378

responden (51,5%), untuk kelompok umur

responden mempunyai prosentase yang

sama besar antara muda dan tua yaitu

sebesaar 378 responden (51,5%). Sebagian

besar responden 367 (50%) berpendidikan

dasar dan sebagian besar responden 639

(87,1%) tidak bekerja serta sebagian besar

responden 448 (61%) mempunyai

pengetahuan baik.

Tidak ada hubungan antara umur

ibu dengan perilaku pencegahan penyakit

DBD di Kecamatan Karang Tengah

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat (P

value 0,766).

Tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan

penyakit DBD di Kecamatan Karang

Tengah Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa

Barat (P value 0,499).

Tidak ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan perilaku

pencegahan penyakit DBD di Kecamatan

Karang Tengah Kabupaten Cianjur

Provinsi Jawa Barat (P value 0,08).

Ada hubungan antara pengetahuan

ibu dengan perilaku pencegahan penyakit

DBD di Kecamatan Karang Tengah

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat (P

value 0,006). Hasil risk estimate

menunjukkan perhitungan Prevalensi Ratio

sebesar 1,232 kali berarti responden yang

memiliki pengetahuan baik memiliki

peluang 1232 kali dibandingkan dengan

pengetahuan yang tidak baik terhadap

perilaku ibu.

Referensi

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan. Tata

Laksana Demam BErdarah Dengue di

Indonesia. Jakarta, 2004

Departemen Kesehatan RI. Perkembangan

Kasus Demam Berdarah di Indonesia.

http://www.depkes.go.id. 2008.

Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK-UI,

Jakarta 1999

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN  · PDF fileinformasi terkait dengan perilaku Pencegahan penyakit DBD, meningkatkan penyuluhan

Inggrid K. Dengue Virus Infection:

Epidemiology, Pathogenesis,

Clinical Presentation, Diagnosis

and Prevention. J Pediatric. 1997

Indrawan, 2000. Metode Penelitian,

Gramedia, Jakarta,

Kementrian Kesehatan RI., Modul

Pengendalian Demam Berdarah

Dengue. Dirjen P2MPLP, Jakarta.

2011

Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan

Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Rineka Cipta, Jakarta 2003.

Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat

Ilmu & Seni. Rineka Cipta, Jakarta

2007

Notoatmodjo, Metode Penelitian

Kesehatan Edisi Revisi. Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor:

2269/Menkes/Per/XI/2011. Pedoman

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Menteri

Kesehatan RI, Jakarta 2011.

Purwanto Heri. Pengantar Perilaku

Manusia untuk Keperawatan.

Penerbit Buku Kedokteran,

Jakarta, 1999

Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Buletin Jendela

Epidemiologi Demam BErdarah

Dengue Volume 2. Jakarta, 2010.

Kementrian Kesehatan

http://www.depkes.go.id/downloads/

publikasi/buletin/BULETIN

DBD.pdf

Retno M, PENDAMPINGAN PERENCANAAN

DAN PELAKSANAAN PROGRAM

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS) DI TEMPAT PENGUNGSIAN

LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI

KABUPATEN MAGELANG JAWA

TENGAH, 2011