hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...
Transcript of hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN
DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
DI DESA CANDISARI KABUPATEN
GROBOGAN TAHUN 2010
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Oleh :
Suprapto
S820809032
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN
DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
DI DESA CANDISARI KABUPATEN
GROBOGAN TAHUN 2010
Disusun oleh :
Suprapto
S820809032
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004
ii
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. NIP 19590201 198503 2 002
…………..... ..………
Pembimbing II
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004
…………….. ..………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN
DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
DI DESA CANDISARI KABUPATEN
GROBOGAN TAHUN 2010
Disusun oleh :
Suprapto
S820809032
Telah disetujui oleh Tim Penguji
iii
Jabatan
Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U.
…………..... ………
Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
…………….. ………
Anggota Penguji 1. Prof.Dr.Siswandari, M.Stats.
…………….. ………
2. Prof.Dr. Sigit Santoso, M.Pd.
…………….. ………
Mengetahui
Ketua Program Studi PKLH
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP. 19500930 197603 1 004
…………….. ………
Direktur Program Psacasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
…………….. ………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
ABSTRACT
Suprapto, S820809032. 2010. The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010. Thesis: Magister Program of Sebelas Maret University Surakata.
The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the
education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.
Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.
The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
ABSTRACT
Suprapto. S820809032. "The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010". Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. Supervisor II: Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. Thesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Magister Program, Sebelas Maret University, 2010.
The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the
education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.
Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.
The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.
Key word: Correlation, Education Level, Earnings, Attitude of Family Heads, Managing Domestic Garbage
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
ABSTRAK
Suprapto, S820809032. 2010. Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
ABSTRAK
Suprapto. S820809032. ”Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010”. Pembimbing I: Prof. Dr. Siswandari,M.Stats. Pembimbing II: Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. Tesis. Surakarta : Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2. Kata Kunci : Hubungan, Jenjang Pendidikan, Pendapatan, Sikap Kepala
Keluarga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Desa Candisari, Kabupaten Grobogan, Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia pada hakekatnya senantiasa tergantung pada
lingkungannya. Untuk membina kesejahteraan hidup manusia diperlukan empat
macam kebutuhan hidup yakni pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan
hidup manusia selalu meningkat seirama dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat dan budayanya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia
memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya.
Bersamaan dengan meningkatnya pembangunan dan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, produksi sampah dan limbah hasil aktivitas manusia
juga semakin meningkat. Usaha yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah
bagaimana cara membuang dan memusnahkan sampah tersebut. Akan tetapi di
kemudian hari timbul masalah baru, karena lahan tempat pembuangan sampah
semakin sempit. Perlu disadari bahwa sampah adalah hasil aktivitas manusia, dan
yang perlu dipikirkan dengan secara cermat adalah bagaimana manusia penghasil
sampah dapat mengendalikannya, sehingga sampah tidak mengganggu kehidupan
dan kesehatan manusia.
Sampah yang paling sulit diatasi adalah sampah yang tidak dapat membusuk
karena penanganannya harus dibakar ataupun didaur ulang (recycling). Sampah
yang dapat didaur ulang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi sehingga
bermanfaat bagi umat manusia. Untuk penanganan daur ulang sampah diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
teknologi dan biaya yang cukup tinggi.
Pengelolaan masalah sampah rumah tangga berkaitan erat dengan kesadaran
masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Keikutsertaan seseorang yang
berpartisipasi dalam menanggulangi sampah karena sampah memiliki kesamaan
dengan virus penyakit yang ditimbulkan setiap hari, dan ini dipengaruhi oleh faktor
keadaan masyarakat sosial ekonomi (Yuli Soemirat Slamet, 2002:154). Faktor sosial
ekonomi masyarakat dapat berbentuk jenjang pendidikan seseorang dan besar
pendapatan perbulan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang
terhadap penanganan sampah yang ada di lingkungannya.
Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang turut mempengaruhi sikap
orang tersebut terhadap pengelolaan sampah. Jenjang pendidikan seseorang yang
tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan
bahaya sampah. Misalnya orang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) hanya
mengetahui sebatas bahaya yang ditimbulkan dari sampah. Sedangkan orang yang
berpendidikan lebih tinggi berdasarkan pengalaman biasanya telah mengetahui
tentang sampah seperti jenisnya, asalnya, karakteristiknya dan juga bagaimana
upaya penanganannya. Berdasarkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya
orang akan lebih aktif dalam melakukan upaya penanggulangan pengelolaan
sampah, bahkan tidak hanya memikirkan sampah di rumahnya sendiri tetapi juga
berfikir untuk kepentingan yang lebih luas.
Tingkat pendapatan keluarga dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap kegiatan penanganan sampah. Orang yang memiliki pendapatan rendah,
cenderung melakukan penanganan sampah untuk ditangani sendiri secara sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sederhana, maka penanganan sampah yang dilakukan hanya sebatas kemampuan
kerjanya. Sedangkan orang yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan
penanganan masalah sampah menggunakan sarana peralatan yang lebih baik dengan
meminta bantuan orang lain (pembantu). Mereka akan menyediakan tempat sampah
di dalam maupun di luar rumah serta membayar orang lain untuk menangani sampah
di sekitarnya. Maka penanganan sampah yang dilakukan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan dana yang dimilikinya untuk membayar jasa orang lain
serta menggunakan sarana peralatan yang diperlukan dalam penanganan sampah
rumah tangga.
Berkaitan dengan faktor sosial ekonomi tersebut dapat diketahui tentang
sikap kepala keluarga terhadap penanganan sampah. Sikap seseorang terhadap
sampah merupakan kepedulian untuk penanganan sampah selanjutnya. Sikap dari
orang yang mengerti bahaya sampah akan berbeda terhadap orang yang belum
mengerti bahaya sampah. Orang yang telah mengerti tentang bahaya sampah dalam
kehidupannya cenderung melakukan penanganan membersihkan dan membuang
sampah dari lingkungannya dengan segera. Sebaliknya orang yang belum dan
kurang mengerti bahaya sampah akan cenderung menimbun sampah walaupun pada
akhirnya akan membuang dan memusnahkannya.
Sesuai yang dikemukakan oleh Widodo dan Haryono (2000:4) bahwa
pengelolaan limbah rumah tangga merupakan cara untuk menciptakan kondisi
rumah tangga yang bersih, sehat dan indah.
Mengenai pengelolaan sampah rumah tangga ini belum semua anggota
masyarakat sadar dan tahu. Seperti halnya dengan sebagian masyarakat di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang pendidikannya
menengah ke bawah, pendapatannya kurang dari cukup maka sikap di dalam
pengelolaan sampah rumah tangga kurang baik (banyak sampah-sampah yang
menumpuk di pekarangan dan berceceran di sekitar rumah serta saluaran air).
Supaya mereka dapat menerima dan mau mengelola sampah dengan baik dan
benar maka menuntut kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk
membahas hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap
kepalakeuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten
Grobogan tahun 2010?
2. Adakah hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga dalam
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun
2010?
3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-
sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan kesadaran terhadap kesehatan / sanitasi lingkungan khususnya
pengelolaan sampah rumah tangga merupakan persoalan yang sangat komplek,
karena menyangkut sikap kepedulian seseorang atau kelompok masyarakat yang
berhubungan dengan jenjang pendidikan dan pendapatan.
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji
dapat terarah dan tidak terlalu luas maka masalah-masalah yang diteliti dibatasi
sebanyak tiga variabel, yaitu:
1. Jenjang pendidikan kepala keluarga. Jenjang pendidikan adalah tingkat
pendidikan yang dicapai kepala keluarga yang meliputi pendidikan dasar (tidak
tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar), pendidikan menengah (SLTP, SLTA),
pendidikan tinggi (Diploma. Sarjana, Magister, Doktor).
2. Pendapatan kepala keluarga. Pendapatan kepala keluarga adalah penghasilan
kepala keluarga yang berbentuk uang tunai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
Pendapatan kepala keluarga berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan.
3. Sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sikap adalah
merupakan kesediaan dan kehendak keluarga untuk bereaksi terhadap obyek
tertentu (pengelolaan sampah rumah tangga). Sikap seseorang (anggota
masyarakat) dapat teratur dalam bentuk perasaan (afektif), pemikiran (kognitif)
dan tindakan (konatif). Hasil reaksi seseorang (anggota masyarakat) terhadap
obyek tertentu dapat bersifat mendukung atau tidak mendukung secara sukarela
atau secara terpaksa, secara positip atau negatip menerima atau menolak, setuju
atau tidak setuju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang akan diteliti maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala
keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010?
2. Adakah hubungan antara besarnya pendapatan kepala keluarga dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010?
3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala
keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun
2010?
E. Tujuan Penelitian
Sebelum mengadakan suatu penelitian atau penyelidikan ilmiah terlebih
dahulu peneliti menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Fungsi dari penetapan
tujuan ini adalah untuk memberikan arahan terhadap penelitian tentang apa yang
nantinya akan diperoleh. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan
sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010.
3. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dan
pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten
Grobogan tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Permasalahan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan masalah yang
sangat kompleks yang menuntut setiap warga masyarakat untuk dapat memahami
dan mengelola atau menanganinya dengan baik dan tepat. Oleh karena itu dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuaan dan teknologi khususnya dalam pengelolaan sampah domestik
(sampah rumah tangga) yang baik, sehingga:
a. Timbulnya sumber sampah rumah tangga (domestik) dapat diminimalkan atau
dikurangi.
b. Dapat dihindarkan dampak negatif dari sampah rumah tangga.
c. Dapat digunakan digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Desa Candisari: memberikan sumbangan informasi bagi
Kepala Desa Candisari Kabupaten Grobogan dalam hal penanganan sampah
rumah tangga.
b. Bagi lembaga-lembaga terkait: sebagai bahan masukan kepada lembaga-
lembaga terkait terhadap kebersihan dan kesehatan, khususnya pengelolaan
sampah rumah tangga dalam rangka memperbaiki lingkungan hidup di Desa
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sehingga tercipta
kondisi lingkungan yang baik, bersih, dan sehat bagi masyarakat desa.
c. Bagi peneliti: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan
sampah rumah tangga sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat
dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS
A. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya (Sudarjo BW,1994:4). Lingkungan hidup di
sini merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam
nonhayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Menurut Prabang Setyono (2008: 1-2) pengertian lingkungan dijelaskan
bahwa lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau
komunitas organism hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan
dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat
darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing.
Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama.
Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme,
juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan
mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena
itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan
penggolongan faktor-faktor dari lingkungan tersebut.
Penggolongan faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu (Zoer’aini Jamal Irwan,1984 dalam Prabang Setyono, 2008):
(1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfir, hara mineral, air,
tanah, api. (2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar
lingkungan abiotik.
Faktor lingkungan biotik dan abiotik / fisik saling berhubungan yang
disebut sebagai suatu ekosistem. Apabila komponen-komponen dalam
lingkungan hidup dalam keadaan seimbang, maka akan membentuk suatu
ekosistem lingkungan hidup yang seimbang pula. Konsep penelilian lingkungan
berarti merupakan suatu usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan menjaga
kemampuan lingkungan hidup agar dapat mendukung kehidupan manusia secara
berkesinambungan, pada tingkat kehidupan yang lebih baik.
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Sudarjo BW,1994:4).
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :
a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup
sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;
b. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
c. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup;
d. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang;
e. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
(Sudarjo BW,1994:4).
Menurut Otto Sumarwoto (2001: 95) ruang lingkup pengelolaan
lingkungan hidup meliputi : (1) Pengelolaan rutin. (2) Perencanaan dini terhadap
pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi
perencanaan pembangunan. (3) Perencanaan lingkungan hidup berdasarkan
perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat suatu proyek
pembangunan yang sedang direncanakan. (4) Perencanaan pengelolaan
lingkungan hidup untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan,
baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Manusia secara
rutin mengelola lingkungannya. Pembuangan sampah dan pembuatan saluran
pembuangan sampah dari dapur dan kamar mandi merupakan contoh kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi lingkungan
hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) lingkungan memberikan ruang
untuk hidup, sebagai tempat tinggal dan melakukan fungsi kehidupan. 2)
lingkungan merupakan sumber daya hayati dan non hayati, baik yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui, 3) Lingkungan sebagai
penyedia dan pendukung kehidupan organisme lain.
3. Pencemaran Lingkungan Hidup
Pencemaran lingkungan menurut Sudarjo BW (1994:5) dapat
didefinisikan sebagai berikut: ”Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”.
Lingkungan tidak mengenal batas. Pada prinsipnya, lingkungan (air,
udara, tanah, sosial, dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak
mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem. Misalnya
air tidak dapat dipisahkan dengan nyata dari udara, karena di dalam udara
terdapat uap-uap ataupun bintik-bintik air. Begitu pula terdapat gas-gas yang
terlarut di dalam air. Udarapun terdapat di dalam tanah. Karenanya, apabila udara
mengandung sulfur dioxida, maka bila hujan turun, maka air hujan akan bersifat
asam, dan air permukaan menjadi asam pula (Yuli Soemirat Slamet, 2002:36).
Pencemaran lingkungan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan
makhluk hidup. Pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pencemaran
lingkungan menimbulkan perubahan terhadap kualitas dan fungsi lingkungan
yang kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan keperuntukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Macam-macam Pencemaran lingkungan
a. Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan lingkungan atau tempat yang mengalami pencemaran,
secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi
pencemaran air, tanah, dan udara.
1) Pencemaran Air
Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan
penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di
samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang,
industri, dan masih banyak lagi.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara
tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan
mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat
buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah
persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan
akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang
disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga,
paku air, dan enceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan
perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan.
Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat
berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi
berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pengertian pencemaran air dalam Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/I/1988, Bab I
Pasal 1 disebutkan bahwa:
”Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”.
(Sudjoko,dkk, 2008: 3.27)
Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa air tercemar adalah air
yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang
telah ditetapkan sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk air minum, pertanian, perikanan, dan
lain-lain.
Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran
air dapat dibedakan antara lain :
a) Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau
pupuk organik. Insektisida dapat mematikan makhluk hidup di sungai.
Jika makhluk hidup di sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau
manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum
sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai
dengan aturan. Hendaknya tidak membuang sisa obat ke sembarang
tempat. Adapun pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan
tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan
mengancam kelestarian bendungan. Bendungan akan cepat dangkal,
pertumbuhan serta perkembangbiakan makhluk hidup air akan terganggu
dan akhirnya mati karenanya.
b) Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari rumah
tangga. Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran
air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan
organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan
manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai dan
akhirnya kelaut. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik,
alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun
menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain
dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit
penyakit, bakteri, dan jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian
dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis
sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat,
kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya
pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota,
air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di
dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri
dan jamur.
c) Limbah Industri
Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh industri yang tidak disertai
dengan pengolahan limbah sebelumnya. Limbah industri ini disebabkan
karena adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air tanpa
diolah terlebih dahulu. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada
jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan
anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang
mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air
menjadi panas).
Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan
pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus
diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi
pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena
bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah
menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu
karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d) Penangkapan Ikan Menggunakan Racun
Penduduk yang tinggal dipingiran pantai banyak
menggantungkan hidupnya melalui laut. Para nelayan tersebut ada yang
menggunakan tuba (racun dari tumbuhan) atau potas (racun) untuk
menangkap ikan di laut. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan
dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian
racun yang disebarkan akan memusnahkan berbagai jenis makluk hidup
yang ada di dalam air. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut
mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan
sumber daya perairan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air
antara lain: terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya
kandungan oksigen, terjadinya ledakan populasi ganggang dan
tumbuhan air (eutrofikasi), pendangkalan dasar perairan, punahnya biota
air.
2) Pencemaran tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang
karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan
berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan
limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah
tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut
jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti
dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik
biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.
Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral,
gas, dan air, sehingga terbentuklah humus dari sampah organik. Sampah-
sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan sampah
anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik,
sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga
puluahn bahkan ratusan tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita
buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh
anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sebaiknya, sampah yang
akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah yang
terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat
dijadikan kompos. Kedua adalah sampah yang tak terurai, dapat
dimanfaatkan ulang (penggunaan ulang = reuse). Misalnya, kaleng bekas
kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas digunakan
untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air
minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah
dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga beban
lingkungan menjadi berkurang. Pencemaran tidak mungkin dihilangkan,
yang dapat kita lakukan adalah mencegah dampak negatif dan
mengendalikannya. Selain penggunaulangan dan pendaurulangan, masih
ada lagi upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan pengurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
bahan atau penghematan (reduce), dan melakukan pemeliharaan (repair).
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain:
terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam
tanah), berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik
untuk pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi keseimbangan ekologi.
3) Pencemaran Udara
Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-
unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam,
ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
Pencemaran udara banyak disebabkan oleh asap buangan, misalnya
gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.
a) CO2
Pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara dengan
polutan atau zat-zat yang dihasilkan dari kegiatan manusia maupun alam
itu sendiri. Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin
meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari
pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil seperti
batubara, minyak bumi, juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera
diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh
dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat
mengakibatkan efek rumah kaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) CO
CO atau karbonmonoksida dapat mencemari lingkungan disekitar
rumah. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup.
Jika proses pembakaran di dalam mesin tidak sempurna, maka proses
pembakaran itu menghasilkan gas CO yang keluar memenuhi ruangan.
Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di dalam garasi tersebut.
Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan
tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke
dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
c) CFC
CFC atau biasa disebut dengan gas chloro fluoro carbon
merupakan salah satu gas yang berbahaya dalam pencemara udara. Gas
CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini digunakan misalnya
untuk pembuatan busa kursi, untuk AC atau freon, pendingin pada
almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang
membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon
(O3). Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan
ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai
“lubang” ozon. Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari
pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi
cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik,
menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Karena itu
penggunaan zat CFC harus dibatasi dan digunakan sebaik mungkin.
d) SO, SO2
Gas belerang atau SO dan gas belerang oksida atau SO2 di udara
dihasilkan oleh pembakaran fosil baik minyak maupun batubara. Gas
tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang
menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.
Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati.
Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan
kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula
bangunan gedung dan jembatan juga cepat rusak.
e) Asap Rokok
Zat yang mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan
manusia adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan
pencemar yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru,
mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan
lainnya. Perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan
perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok secara
langsung. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi
menghirup asap rokok di suatu ruangan. Baik perokok aktif maupun
perokok pasif, keduanya memiliki resiko yang tinggi. Jadi, merokok di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat
mengganggu kesehatan orang lain. Akibat yang ditimbulkan rokok
adalah terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit
pernapasan (bronkhitis, asma, dan kemungkinan kanker paruparu).
b. Berdasarkan Macam Bahan Pencemarnya
Pencemaran lingkungan menurut macam bahan pencemarnya,
dibedakan menjadi berikut ini:
1) Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan
radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
2) Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba
coli, Salmonella thyposa.
3) Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
4) Pencemaran Suara : kebisingan.
c. Berdasarkan Tingkat Pencemaran
Pencemaran lingkungan berdasarkan tingkat pencemarannya,
pencemaran dibedakan menjadi:
1) Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan
gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2) Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.
3) Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.
Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang
didalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Dampak Pencemaran Lingkungan
Dampak pencemaran bagi manusia secara menyeluruh dapat terjadi
apabila kadar CO2 di udara naik akibat pembakaran bahan bakar minyak,
batubara, dan kebakaran hutan. Gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer bumi.
Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari
bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi.
Akibatnya, suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah
kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek
rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal
dari pembusukan kotoran hewan.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik
secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global (global warming).
Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut
menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil
menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.
Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan
asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah,
danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan
dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini akan
mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.
Dampak pencemaran lingkungan secara khusus antara lain adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Punahnya Spesies
Sebagaimana telah diuraikan di atas, polutan berbahaya bagi biota air
dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati.
Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka,
ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka
terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal
terhadap bahan pencemar, adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi,
harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas
tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.
b. Peledakan Hama
Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena
predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.
c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam
suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi
menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur
materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
d. Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat
menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat
menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.
d. Keracunan dan Penyakit
Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar
dapat mengalami keracunan. Ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami
kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan
ada yang menyebabkan cacat pada keturunannya.
e. Pemekatan Hayati
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk
dikenal sebagai pemekatan hayati, dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai
biomagnificition.
f. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca
Terbentuknya lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan
permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini
disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak
di tempat lain.
6. Beberapa Upaya Dalam Menanggulangi Pencemaran Lingkungan
Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui
penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil
jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu
bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan, diantaranya sebagai berikut:
a. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran
airnya terhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk.
Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan
menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, dapat
meyebabkan banjir pada musim hujan.
Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah
tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-
sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi
kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat
didaur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.
b. Penanggulangan limbah industri
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia,
sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi
bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar
yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan
sehingga tidak mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk
dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
c. Penanggulangan pencemaran udara
Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor
dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi
pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif
bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik.
Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan
bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan
terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor.
d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar
Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya
jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap
kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa
mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke
atmosfer.
e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai
Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian.
Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk
ke perairan. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak negatif yang
ditimbulkan oleh pupuk buatan yang masuk ke perairan. Begitu juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
penggunaan obat anti hama tanaman. Jika penggunaannya melebihi dosis yang
ditetapkan akan menimbulkan pencemaran. Selain dapat mencemari
lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya organisme tertentu yang
dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang membantu
penyerbukan tanaman. Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah
satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem
pertanian.
f. Pengurangan pemakaian CFC
Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar
ratusan tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi
penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan
penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga
dapat mengurangi pemanasan global.
B. Sampah Rumah Tangga
1. Pengertian Sampah
Para ahli telah banyak mengemukakan tentang pengertian sampah. Untuk
dapat memahami arti sampah dapat ditelaah dari beberapa pengertian sampah dari
beberapa ahli dan sumber.
”Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat” (Gumbira Sa’id, 1987: 9). Sampah yang dihasilkan dalam kegiatan
setiap hari di rumah oleh kepala keluarga dan anggota keluarga adalah sampah
rumah tangga yang umumnya berbentuk keadaan limbah padat. Yuli Soemirat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Slamet (2002:152) memberikan batasan bahwa sampah adalah segala sesuatu
yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. ”Sampah (waste)
adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa
bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa
proses industri” (Wied Harry Apriadji, 2000 : 1). Bahar (1986:5) menyatakan
bahwa sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik refuse)
biasanya berupa sisa-sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai
lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus,
bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain sebagainya. Dari beberapa
pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa barang
yang berbentuk padat yang telah digunakan manusia yang tidak berguna lagi dan
jika tidak segera diatasi dapat mengganggu kehidupan manusia.
”Sampah ialah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan
binatang yang merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga
dibuang sebagai barang yang tidak berguna” (Anonim, 1987: 21).
Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa sampah adalah hasil kegiatan
manusia dan binatang tidak digunakan lagi, misalnya kegiatan manusia dalam
pembuatan bungkus makanan dari plastik, daun atau kertas, potongan-potongan
dan sisa plastik, daun atau kertas yang tidak digunakan dibuang sebagai sampah.
Hasil kegiatan binatang yang tidak digunakan misalnya sisa-sisa makanan
binatang seperti rumput, jerami dan kotoran binatang dibuang sebagai sampah.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang dimaksud dengan
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berbentuk padat (Anonim,2008). Pengertian sampah menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa pengertian sampah adalah
limbah padat yang berasal dari lingkungan pemukiman, bukan bahan berbahaya
dan beracun, yang dianggap tidak berguna lagi.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah satu-
satunya penghasil sampah, karena sampah dapat dihasilkan oleh proses secara
alamiah yang terjadi di muka bumi. Selanjutnya bahan yang berbahaya dan
beracun tidak termasuk dalam kategori sampah.
2. Pengertian Rumah Tangga
Pengertian rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga terdiri dari:
a. Suami, isteri, dan anak.
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf (1) karena hubungan darah, perkawinan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga.
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut.
Rumah tangga dalam ilmu sosial didefinisikan sebagai bagian terkecil
dari masyarakat. Rumah tangga merupakan bagian yang sangat penting
pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.
3. Pengertian Sampah Rumah Tangga
Pengertian sampah rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dalam rumah tangga, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
termasuk tinja dan sampah spesifik yang berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosisal, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya. Adapun yang dimaksud sampah spesifik meliputi :
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. Sampah yang timbul akibat bencana;
d. Puing bongkaran bangunan;
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik (Anonim,2008:4)
Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa yang
dimaksud sampah rumah tangga adalah sampah yang timbul akibat kegiatan yang
dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga .
4. Jenis-Jenis Sampah
Yuli Soemirat Slamet (2002:152) menyatakan bahwa sampah dibagi
menjadi dua yaitu sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk. Sampah
yang tidak membusuk adalah plastik, kertas, logam, karet, bahan bangunan bekas,
dan kaca. Sedangkan sampah yang membusuk seperti sayuran, daging, daun, dan
zat-zat organik yang tidak terpakai lainnya.
Sampah dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimia sebagai berikut :
a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,
pertanian dan lainnya.
b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Sampah yang berupa debu/abu, dan
d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah berasal dari
industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.
Menurut Azrul Azwar (1996 : 54) menjelaskan bahwa macam sampah
dikenal beberapa cara pembagian : (1) Jenis sampah berdasarkan zat pembentuk
yakni : Sampah organik dan, Sampah anorganik. (2) Jenis sampah berdasarkan
atas dasar sifat yakni : Sampah yang mudah membusuk, Sampah yang tidak
mudah membusuk, Sampah yang mudah terbakar, Sampah yang tidak mudah
terbakar.
5. Sumber Sampah
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 bahwa yang dimaksud
dengan ”sumber sampah adalah asal timbulnya sampah” (Anonim,2008:2).
Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa sumber sampah segala
sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya sampah.
Sampah perlu diketahui sumber atau asalnya karena sebagai upaya
untuk melakukan penanganan secara terprogram. Ada beberapa sumber atau asal
sampah antara lain :
a. Sampah domestik yaitu sampah yang berasal dari tempat pemukiman,
biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu rumah atau bangunan perumahan. Sampah
yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, dan
bekas pembungkus yang berbentuk sampah basah (garbage) dan sampah
kering (rubbish).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat. Sarana pelayanan masyarakat
adalah tempat-tempat : hiburan umum, parkir, pelayanan kesehatan, gedung
pertemuan, pantai sebagai tempat rekreasi dan jalan umum. Sampah yang
dihasilkan pada tempat-tempat tersebut biasanya berupa sampah anorganik dan
organik.
c. Sampah dari tempat umum. Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan
banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan, seperti pasar, toko,
tempat penginapan, warung/ restoran/ kafe. Jenis sampah yang dihasilkan
misalnya sisa sayuran, sisa makanan, sisa pembungkus makanan, dan sampah
kering seperti sisa bahan bangunan dan abu.
d. Sampah alami yaitu sampah yang dihasilkan dari akbiat bencana alam, seperti
sampah yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan.
e. Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Jenis
sampah industri tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Misalnya pada
industri keramik maka sampah yang dihasilkan adalah potongan atau pecahan-
pecahan keramik.
6. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang baik tidak akan berdampak negatif pada
kesehatan lingkungan yang merugikan bagi kehidupan manusia serta tidak
menjadi tempat perantara perkembangbiakan penyakit dan juga tidak mencemari
udara, air dan tanah. Namun sering dijumpai sampah tidak pada tempatnya
sehingga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah yang tidak
dikelola secara baik dapat berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mikroorganisme, yang dapat menimbulkan bau busuk dan dampak negatif pada
kesehatan lingkungan.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistemis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah” (Anonim, 2008: 2).
Definisi Pengelolaan sampah menurut Yuli Soemirat Slamet (2002:156)
dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Untuk
mencegah terjadinya penyakit, Konservasi sumber daya alam, Mencegah
gangguan estetika (keindahan), Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan
kembali, Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.
Dijelaskan oleh Yuli Soemirat Slamet bahwa Kenyataan yang ada pada
saat sekarang sampah sulit dikelola oleh karena beberapa hal antara lain:
”Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan;
meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan; meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan
konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; kebiasaan
pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan
pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah
yang turun kadar estetiknya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus;
kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga
ketidakmampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun
produk manufaktor yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi
sampah; semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akan
sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan
sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan sampah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan, Sulitnya menyimpan sampah
sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas; sulitnya mencari
partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara
kebersihan; pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa hingga saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah; pengelolaan sampah di
masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor-faktor non teknis, seperti
partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
(Yuli Soemirat, 2002: 156).
Pengelolaan sampah dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu lingkungan
yang bersih, sehat dan aman serta semua faktor-faktor lingkungan berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan
menggunakan tenaga kerja dan biaya sedikit tanpa mengganggu atau merugikan
faktor-faktor lingkungan. Hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Sumber atau sarana yang digunakan misalnya : tenaga
kerja (man), biaya (money), pelayanan (service), waktu (time), bahan-bahan
pokok (materials), peralatan atau mesin (machine), dan cara kerja (method).
Dalam pengelolaan sampah diperlukan adanya manajemen personalia
yang baik. Yang dimaksud dengan manajemen personalia menurut Edwin Flippo
bahwa:
”Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan
sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan , organisasi dan
masyarakat” (Flippo, 1996 : 5).
Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sampah yang baik diperlukan perencanaan dan pengorganisasian secara
terintegrasi oleh pemerintah bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat
untuk mencapai tujuan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan nyaman.
Selanjutnya di dalam buku yang berjudul ”Pembuangan Sampah” yang
diterbitkan oleh Proyek Pembangunan Pendidikan Tenaga Sanitase Pusat Jakarta
disebutkan bahwa:
”Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang
berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan sementara,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan
sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari
kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam
(conservation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya
dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat” (Anonim, 1987 : 30).
Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam
pengelolaan sampah hendaknya dilakukan pengaturan kegiatan-kegiatan:
(1) Penimbunan sampah, (2) Penyimpanan sampah sementara, (3) Pengumpulan
sampah di bak sampah atau container, (4) Pemindahan atau pengangkutan
sampah, (5) Pemrosesan dan pembuangan sampah, (6) Pemusnahan sampah.
Keenam tahapan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan suatu
cara yang terbaik bagi kesehatan masyarakat dengan mempetimbangkan prinsip-
prinsip: (1) Ekonomis, (2) Teknik yang dapat digunakan, (3) Perlindungan alam,
(4) Keindahan, (5) Sikap masyarakat.
7. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan
penanganan sampah (Anonim, 2008 :10).
Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pengelolaan sampah
rumah tangga pada intinya meliputi dua kegiatan pokok yaitu kegiatan untuk
mengurangi sampah dan kegiatan untuk menangani sampah.
a. Pengurangan Sampah
Kegiatan pengurangan sampah dimaksudkan agar jumlah atau
kuantitas pertambahan timbulnya sampah dapat ditekan atau diperkecil.
Dengan kata lain bahwa kegiatan pengurangan sampah bertujuan untuk
memperlambat atau mengurangi frekuensi timbulnya sampah. Kegiatan
pengurangan sampah meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu :
1). Pembatasan timbulan sampah
Sampah yang timbul pada setiap hari dapat dikurangi dengan cara
meminimalisasikan barang atau material yang dipergunakan. Semakin
sedikit barang atau material yang kita gunakan maka akan semakin sedikit
pula sampah yang dihasilkan.
2). Pendaurulangan sampah
Yang dimaksud pendaurulangan sampah adalah memanfaatkan
barang-barang yang sudah tidak berguna untuk diolah menjadi barang-
barang baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan kata lain bahwa
kegiatan pendaurulangan ini bertujuan untuk mengurangi sampah dengan
cara mengolah sampah menjadi barang baru lain yang dapat dimanfaatkan
kembali oleh manusia, misalnya sampaah dari ember plastik yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
rusak dapt diolah kembali menjadi ember plastik baru atau barang baru
lain yang dapat dimanfaatkan kembali.
3). Pemanfaatan kembali sampah
Dalam penelitian ini yang dimaksud pemanfaatan kembali sampah
adalah memanfaatkan atau menggunakan suatu barang lebih dari satu kali,
misalnya botol minuman aqua yang airnya sudah habis dapat digunakan
kembali sebagi tempat air minum. Air yang dimasukkan ke dalam botol
ini disebut sebagai air isi ulang. Dengan melakukan isi ulang botol air,
maka dapat diperoleh setidaknya dua keuntungan. Keuntungan pertama
dapat mengurangi timbulnya sampah. Keuntungan yang kedua harga air
lebih murah.
b. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah dimaksudkan untuk menangani
keberadaan sampah yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya
waktu. Kegiatan penanganan sampah bertujuan agar sampah yang timbul di
lingkungan rumah tangga tidak mengganggu kesehatan dan kehidupan
manusia sehari-hari. Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan:
1). Pemilahan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan atau sifat
sampah.
2). Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara.
3). Pengangkutan sampah dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan
atau tempat penampungan sementara ke tempat pemrosesan terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4). Pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karakteristik dan komposisi
serta jumlah sampah.
5). Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau
residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
8. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Umum
Sistem operasional pengelolaan sampah mencakup juga sub sistem
pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap
langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta
keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian
maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh skala ekonomis atau ”economies of
scale”, maka dalam perencanaan dan implementasinya hendaklah mengupayakan
peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya.
Sistem pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di
Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukkan pilihan pemrosesan
dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat
dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan pemukiman atau perumahan, perusahaan
atau industry, tempat-tempat umum maupun di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Sebagaimana terlihat dalam bagan berikut, mulai dari tahap awal yaitu
pengumpulan atau pewadahan sampah dilakukan pengolahan dan pemrosesan
sampah, sehingga sampah yang akan diurug ke dalam tanah dapat diminimalkan.
Bagan di bawah ini menggambarkan pengembangan atau pergeseran sistem
pengelolaan persampahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta
masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal
investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola
pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan
komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomis, misalnya bila
diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai
ekonomis ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih
mengedepankan prinsip agar sistem yang dipilih dapat berkesinambungan.
Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah di Desa
Candisari adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai
Bagan 1. Pergeseran Pola Pengelolaan Persampahan (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)
Pola Eksisting
Pengumpulan / Pewadahan
Pemindahan/ Pengangkutan
Pemusnahan/ Pengurugan
Pola Yang Sebaiknya Diterapkan
Pemindahan/ Pengangkutan
Lokasi TPA
Pengolahan Pemrosesan
Pengolahan Pemrosesan
Pemusnahan/ Pembuangan
Residu
Pengumpulan/ Pewadahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sampah organik. Jenis sampah dengan prosentase organik yang tinggi sangat
cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang
komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga
cukup potensial seperti plastik, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan
kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah
dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.
9. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu
Sistem pengelolaan sampah secara terpadu merupakan perpaduan dan
pengembangan dari sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh
masyarakat secara umum. Sampah yang berasal dari sumber timbunan sampah
dipilah atau dipisahkan menurut jenis dan karakterisitik sampah atau source
reduction. Selanjutnya pada tahap pengumpulan sampah juga dilakukan
pemilahan sampah sesuai jenis dan karakteristik sampah. Pemilahan sampah
juga dilakukan setelah sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan dan
pemrosesan akhir. Pengolahan dan pemrosesan akhir meliputi kegiatan daur
ulang, pengomposan atau composting, pemusnahan residu daur ulang dan
pengoposan di sanitary landfill dan incenerator. Hasil pemusnahan di sanitary
landfill dan icenerator berupa abu dapat digunakan sebagai campuran kompos
dan pembuatan barang baru atau produk lain misalnya batako. Hasil industri
daur ulang, komposting, dan batako dapat diamanfaatkan oleh konsumen.
Sistem pengelolaan sampah terpadu seperti dijelaskan pada uraian
tersebut di atas, secara konseptual dapat digambarkan seperti pada bagan
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Bagan 2. Skema Konseptual Pengelolaan Sampah Terpadu (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)
Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara
terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga
memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik. Untuk
mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah
dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan
berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan
sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan
peningkatan dalam mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang
dikembangkan harus sensitif dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan
Sumber Timbunan Sampah (Terjadi Pemilahan/ Source Reduction)
Bahan Daur Ulang
Industri Daur Ulang
Pembuatan Produk Lain
Misal: Batako
Residu
Pengumpulan (Ada Pemilahan)
Sanitary Landfill (SLF)
Dan Insinerator
Pengangkutan
Konsumen Pemilahan
Residu
Komposting
Sebagai Bahan Campuran Kompos
Abu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang.
Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah
(waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang
tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah
menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.
Sebagian besar sampah sebetulnya belum cocok dikatakan sampah,
karena nilai gunanya belumlah betul-betul habis. Sebagai contoh sebagian besar
sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik bagi
tanaman. Contoh lain misalnya plastik bekas juga dapat didaur ulang menjadi
barang plastik lainnya.
Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas
diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:
”(1) Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis
berdasarkan jenisnya. (2) Pemadatan sampah (baling). (3) Pemotongan sampah.
(4) Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan
rekayasa. (5) Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio. (6) Pembakaran
dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan energi panas”.
(http//wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)
Secara teknis keberhasilan cara-cara meminimalisasikan sampah tersebut
banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini
mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah
dipisah, gerobak sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta
truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini konsep meminimalisasikan dinilai kurang
begitu efisien.
Melihat komposisi sampah di Desa Candisari yang sebagian adalah sisa-
sisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat
membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam mini.
Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk
pengomposan atau biogasifikasi. Di Desa Candisari, dengan kondisi temperatur
udara yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan seresah dari pepohonan dapat
mudah kering dan hancur. Pengomposan merupakan salah satu teknik
pengolahan limbah organik (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat
disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas
dari bakteri, serta tidak berbau yang tidak enak. Alasan utama kegagalan
pengomposan selama ini adalah pemasaran.
Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya
penggunaan komposter individual. Sampah-sampah dapur ditampung ke dalam
sebuah bak penampung atau container yang mampu menampung sampah dalam
kurun waktu yang cukup lama. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos
yang perlu penanganan lebih lanjut. Sampah juga merupakan sumber biomassa
sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing. Khususnya untuk pakan
cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang
berasal dari dapur.
10. Pengeloalan Sampah Berbasis Peran Serta Masyarakat
Pihak swasta umunya berperan dalam mengelola sampah yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan dari unsur
masyarakat, pada umumnya masyarakat hanya berperan pada sektor
pengumpulan sampah di sumber sampah, padahal penanganan sampah juga
memerlukan kepedulian dari masyarakat untuk menjaga lingkungan dan
swadaya pengelolaan sampah berbasis peran serta masyarakat. Untuk
menerapkan paradigma tersebut, perlu disosialisasikan penanganan sampah
dengan menggunakan prinsip-prinsip produksi bersih yang sering dikenal
dengan prinsip 4R, yaitu:
a. Reduce (Mengurangi);
Reduce adalah usaha untuk mengurangi timbulnya sampah dengan
cara mengurangi atau meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak manusia menggunakan barang atau material,
semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Menggunakan kembali);
Reuse atau penggunaan kembali adalah menggunakan kembali suatu
barang lebih dari sekali. Sebisa mungkin dipilih barang-barang yang bias
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai
(disposable). Hal ini mencakup penggunaan kembali secara konvensional
yang memakai kembali barang dengan fungsi yang sama maupun
penggunaan kembali barang dengan fungsi yang berbeda. Contoh klasik
penggunaan kembali secara konvensional adalah botol galon air mineral
yang bisa diisi ulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Manfaat Penggunaan Kembali (reuse): (1) Menghemat bahan mentah
dan energi selama barang yang digunakan kembali dapat menggantikan
barang baru yang dapat diproduksi industri. (2) Mengurangi kebutuhan akan
tempat sampah dan biaya. (3) Dapat memberikan lapangan pekerjaan yang
berkelanjutan. (4) Bermanfaat bagi konsumen dengan menghemat uang
karena barang yang dipergunakan kembali pada umumnya dijual dengan
harga yang reltif lebih murah dibandingkan dengan barang baru.
Kerugian Penggunaan Kembali (reuse): (1) Terkadang membutuhkan
proses pembersihan dan transportasi yang mengorbankan lingkungan juga.
(2) Beberapa barang mungkin berbahaya jika dipakai kembali, misalnya
beberapa jenis plastik yang membentuk kemasan makanan, tidak
direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang
berdifusi ke dalam makanan. (3) Barang yang dipergunakn kembali haruslah
lebih tahan lama. Hal ini berarti bahwa dalam proses produksi awal, barang
tersebut akan membutuhkan lebih banyak material. (4) Mensortir dan
mempersiapkan barang untuk dipergunakan kembali membutuhkan waktu
lama, yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi konsumen dan
mengorbankan uang.
c. Recycle (Mendaur Ulang);
Terdapat perbedaan arti antara kata penggunaan kembali (reuse)
dengan daur ulang (recycle). Penggunaan kembali (reuse) adalah
menggunakan kembali suatu barang lebih dari sekali. Arti Recycle adalah
memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi untuk diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menjadi barang yang dapat dimanfaatkan kembali. Sebisa mungkin
diusahakan agar barang-barang yang sudah tidak berguna dapat didaur ulang.
Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri
swasta dan industri rumah tangga yang memanfaatkan dan mengolah sampah
menjadi barang lain.
d. Replace (Mengganti);
Replace atau mengganti merupakan usaha pengelolaan sampah
dengan mengganti barang-barang yang hanya sekali pakai dan cepat rusak
dengan barang-barang yang lebih tahan lama dan lebih ramah lingkungan.
Hal ini bermanfaat untuk mengurangi sirkulasi dan jumlah timbulnya
sampah.
11. Pemusnahan Sampah
Bentuk dan bahan tempat sampah rumah tangga bermacam-macam
tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penampungan sampah (refuse
storage) dari keluarga. Kemudian sampah dikumpulkan pada suatu tempat
tertentu yang disebut tempat pengumpulan sampah sementara (refuse
collegtion). Selanjutnya sistem pembuangan sampah adalah langkah yang
terakhir di mana sampah dimusnahkan dengan bermacam-macam cara
tergantung pada kepentingan dari pihak yang memusnahkan, tahap akhir
pemusnahan sampah ini disebut pembuangan sampah (refuse disposal). Dari
uraian tersebut maka pembuangan dan pemusnahan sampah merupakan satu
kesatuan kegiatan dalam pengelolaan sampah, karena sampah yang dibuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
tanpa dimusnahkan maka keberadaan sampah akan tetap ada dan bertambah
banyak jumlahnya serta menambah masalah baru dalam kehidupan.
Menurut Azrul Azwar (1996 : 59) metode pembuangan sampah yang
lazim dipergunakan adalah : a. Hog feeding yaitu penggunaan sampah jenis
garbage untuk makanan hewan (babi); b. Inceneration yaitu pembakaran
sampah secara besar-besaran melalui fasilitas (pabrik) yang khusus dibangun
untuk itu; c. Sanitary land fill yaitu pembuangan sampah dengan cara
menimbun sampah dengan tanah, yang dilakukan lapis demi lapis sedemikian
rupa sehingga sampah tidak berada di alam terbuka; d. Composting yaitu
pengolahan sampah jadi pupuk, yakni dengan terbentuknya zat-zat organik yang
bermanfaat untuk menyuburkan tanah; e. Discharge to sewers yaitu sampah
dihaluskan dan dibuang ke dalam saluran pembuangan air bekas; f. Dumping
yaitu pembuangan sampah dengan meletakkan begitu saja di tanah; g. Dumping
in water yaitu pembuangan sampah dengan dibuang ke dalam air; h. Land fill
adalah pembuangan sampah di tanah rendah, tanpa ditimbun dengan lapisan
tanah; i. Individual incineration yaitu pembakaran sampah yang dilakukan
secara perorangan di rumah tangga; j. Recycling yaitu pengolahan sampah
dengan maksud pemakaian kembali hal-hal yang masih kita pakai; k. Reduction
yaitu menghancurkan sampah menjadi jumlah yang kecil dan hasilnya
dimanfaatkan; l. Salvaging adalah pemanfaatan beberapa macam sampah yang
dipandang dapat dipakai kembali.
Dari Beberapa metode pembuangan sampah tersebut di atas ada yang
baik bagi manusia dan ada yang tidak baik bagi kehidupan pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Metode pembuangan sampah yang baik menurut penulis adalah dengan metode
composting, inceneration, sanitary land fill, recycling.
Composting atau pengomposan adalah merupakan metode pembuangan
dan pemusnahan sampah yang baik karena dalam proses pemecahan bahan-
bahan organik dari sampah terjadi secara biokimia, yang dapat memproduksi
hasil akhir bahan- bahan sejenis humus yang digunakan untuk mengatur kondisi
tanah pertanian dan berfungsi sebagai pupuk tanaman.
Inceneration atau pembakaran adalah metode pembuangan dan
pemusnahan sampah dengan membakar sampah dan alat yang digunakan
dilengkapi dengan peralatan yang dapat menghindari terjadinya polusi udara
akibat pembakaran sampah, seperti debu, gas-gas yang bersifat korosif terhadap
logam.
Sanitary Landfill adalah metode pembuangan sampah dengan
membuang sampah ke tempat-tempat rendah dan ditutup dengan tanah untuk
memenuhi persayaratan- persyaratan sanitasi. Sanitary landfill merupakan cara
pembuangan dan pemusnahan sampah yang paling mudah dan murah dibanding
cara-cara lain.
Recycling adalah cara pembuangan dan pemusnahan sampah dengan
proses daur ulang dengan cara mengolah sampah tersebut menjadi barang baru.
12. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sampah
Kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai
kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Yuli Soemirat Slamet (2002:154)
menyatakan beberapa faktor yang penting dalam sampah adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah
inipun terpacu dengan laju perlambatan penduduk.
b. Keadaan ekonomi sosial. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.
Kualitas sampahnya semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.
Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,
peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan
persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan
konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasipun
bertambah, dan produk pertanian, industri, dan lain-lain akan bertambah
dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun
kualilas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.
Secara umum pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi dampak yang langsung dan tidak langsung. Yang
dimaksud dengan dampak langsung adalah dampak yang disebabkan karena
hubungan langsung dengan sampah. Adapun yang dimaksud dampak tidak
langsung adalah pengaruh yang dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
C. Jenjang Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Anonim, 2003: 4).
Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kebutuhan
pendidikan bagi suatu bangsa tumbuh dari dalam diri bangsa itu sendiri yang
menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi individu, masyarakat, bangsa dan
Negara. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan
usaha dan rencana untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif dan
kreatif serta inovatif guna mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengedalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, maupun
bangsa dan Negara.
Ki Hajar Dewantara dalam Soejono (1993:46) mengemukakan tentang
pengertian pendidikan yaitu pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang
bertujuan memberi tuntutan dalam perkembangan hidup jiwa raga anak.
Diharapkan agar anak kelak dalam garis kodrat pribadinya dan dengan pengaruh
segala keadaan yang mengelilingi dirinya, dapat berkembang dalam hidupnya
lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan.
Dari kutipan di atas dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pendidikan
merupakan budi daya manusia untuk member tuntunan dalam perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik. Tujuan akhir dari pendidikan adalah agar
peserta didik berbekal kemampuan yang ada di dalam dirinya dan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dari lingkungannya dapat berkembang secara optimal kehidupan jasmani dan
rohaninya menuju kehidupan manusia yang beradab.
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :
”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokrartis serta bertanggungjawab” (Anonim, 2003:7)
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan
pendidikan antara lain menjadikan seseorang agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa keapada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang
mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa. Jika seseorang tidak memiliki bekal yang telah di sebutkan di
atas maka ia akan tertinggal dalam persaingan dalam menukupi kebutuhan
hidupnya.
3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia
”Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan” (Anonim, 2003: 5).
Definisi tersebut menegaskan bahwa jenjang pendidikan seseorang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
peserta didik didasarkan pada tingkat perkembangan, kemampuan, keluasan dan
kedalaman bahan pengajaran. Jika seseorang belum mencukupi tingkat
perkembangan, kemampuan, keluasan dan kedalamannya dalam mencerna
bahan pengajaran tentu ia tidak dapat melanjutkan atau melangkah pada tingkat
/ jenjang yang lebih tinggi.
Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal pernah
ditempuh seseorang tersebut atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang.
Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah
sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah Pasal 14 Undang - Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa ”jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”
(Anonim, 2003: 11).
Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,
baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Dalam
pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:
a. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
(Anonim, 2003: 5).
Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya
pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:
1) Pendidikan umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan
pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan
SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA.
2) Pendidikan kejuruanan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program
bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksankan
oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah
Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau
spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informatika dan
Komputer, akutansi, listrik.
3) Pendidikan luar sekolah
Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan atau mental, misalnya pendidikan SLB.
4) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan
atau lembaga pendidikan non departemen, misalnya prajabatan, sepala,
sepadya.
5) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menurut penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
khusus tentang ajaran agama, misalnya Madarasah Ibtidaiyah(MI),
Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Alliyah (MA). Pendidikan
tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementerian Agama Republik
Indonesia.
b. Pendidikan Nonformal
Yang dimaksud pendidikan Nonformal menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Anonim, 2003:5).
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat (Long life education).
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life
skills), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup (life skills),dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan nonformal ini tercipta karena adanya desakan kepentingan
masyarakat yang secara terus-menerus membelajarkan dirinya guna
membekali diri dalam persaingan yang semakin ketat. Pendidikan nonformal
ini secara nyata dapat berwujud kursus, pelatihan, penataran, program
magang dan sebagainya. Pendidikan nonformal dapat dikatakan sebagai
pelengkap pendidikan formal yang berupa pengalaman praktis yang langsung
dapat digunakan.
c. Jalur Pendidikan Informal
Pendidikan informal sering disebut pendidikan keluarga karena
berlangsung di dalam keluarga. Sanapiah Faisal dan Abdillah (1981:46)
menyatakan bahwa pendidikan informal, adalah apa yang dipelajari
seseorang dalam seluruh kehidupannya yang diterima melalui pengalaman
dan interaksi keseharian dengan orang-orang tertentu di lingkungan sosial
maupun pekerjaannya.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan (Anonim,2003: 6).
Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal
dilakukan oleh keluarga dan lingkungannya secara mandiri. Pendidikan
informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dan orang yang lebih
muda di lingkungan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
D. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Dalam mengukur tingkat ekonomi keluarga secara lebih spesifik dapat
diketahui dari pendapatan keluarga. Pengertian pendapatan keluarga menurut
Wolf-Birkenbihil dalam Bambang Riyanto (2001:9) menyatakan bahwa :
”pendapatan adalah hasil yang didapat berbentuk uang riil dari usaha-
usaha untuk menyediakannya. Pendapatan dari setiap keluarga berasal dari
sumber yang berbeda dan selalu berubah sesuai dengan kesempatannya terhadap
musim, waktu, pasar tenaga di setiap waktu”.
Pengertian pendapatan menurut Mulyanto Soemardi (1982: 35) bahwa:
”pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek
ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan
dari pekerjaan,pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha
perseorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari sektor sub sistem.
Pendapatan sub sistem adalah pendapatan yang diterima dari usaha-usaha
tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga”.
Lieffman dalam Bambang Riyanto (2001:9) memberikan definisi yang
lebih maju dengan menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi uang dan barang
(yang dapat dinilai dengan uang) yang mana hasil dari usaha untuk menyediakan
uang sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah
nilai uang riil yang didapat dari usaha-usaha penyediaan dana oleh seseorang.
Pendapatan yang diterima keluarga, baik itu rendah, cukup, atau tinggi adalah
ukuran relatif. Hal ini tergantung dari kebutuhan masing-masing keluarga dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
mengkonsumsi pendapatannya.
2. Pengertian Keluarga dan Kepala Keluarga
Keluarga diartikan sebagai sesuatu satuan sosial terkecil yang memiliki
manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi
(Munandar Soeleman, 2001: 115).
Dengan kata lain dapat dikatakan keluarga adalah sekumpulan orang
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang hidup dalam ikatan hubungan
pernikahan yang sah menurut peraturan agama maupun peraturan negara.
Bentuk keluarga pada umumnya terdiri dari seorang suami, seorang istri
dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama atau biasanya
disebut keluarga inti.
Besar kecilnya keluarga ditentukan oleh banyak sedikitnya anggota
keluarga. Besar kecilnya keluarga ikut menentukan besar kecilnya kegiatan dalam
sub sistem dan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan konsumsi.
Menurut Rozy Munir (1987: 18-20) mengemukakan bahwa :
”Kepala Keluarga adalah seorang pemimpin dari keluarga yang
dibangun dengan kehendak bersama bukan karena paksaan antara sepasang suami
istri dan anak-anaknya. Kepala keluarga biasanya adalah suami, dan dapat
digantikan oleh istri jika suami sudah meninggal atau keluarga tersebut
melakukan perceraian”.
Dari uraian di atas maka yang dimaksud kepala keluarga dalam
penelitian ini adalah seorang laki-laki yang dalam pernikahan berstatus sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
suami. Jika suami meninggal atau terjadi proses perceraian maka kepala keluarga
dapat digantikan oleh seorang istri.
3. Pengertian Pendapatan Keluarga
Pada umumnya tingkat pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut Soemitro
(1985: 21) bahwa tinggi rendahnya taraf hidup seseorang tergantung pada tinggi
rendahnya penghasilan seseorang, makin banyak penghasilan seseorang makin
tinggi taraf hidupnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa tingkat pendapatan adalah
pendapatan yang diperoleh kepala keluaraga beserta anggota keluarganya yang
bersumber dari sektor formal, sektor informal, dan sektor sub sistem dalam waktu
satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah (Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter
Evers, 1982: 8). Salah satu cara menghitung besarnya pendapatan atau
penghasilan menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 292)
dapat dihitung berdasarkan tiga sumber utama yaitu : a. Pendapatan tetap
(formal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok;
b. Pendapatan tidak tetap (informal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil
pekerjaan sampingan; c. Pendapatan sub sistem: yaitu pendapatan yang tidak
dengan uang atau tanpa menukar barang.
Menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 227) besar
pendapatan keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Golongan berpenghasilan sangat rendah (lowest income group).
b. Golongan berpenghasilan rendah (low income group)
c. Golongan berpenghasilan sedang (moderate income group)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Golongan berpenghasilan rata-rata atau golongan menengah (middle income
group)
e. Golongan berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan di atas rata-rata (high
income group).
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan lebih singkat dan jelas bahwa
pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga beserta
anggota keluarganya selama satu bulan yang dinilai dengan satuan ukuran uang
(rupiah) setelah dikurangi biaya hidup keluarga.
4. Faktor-faktor Pendapatan
Faktor penting dalam pendapatan menurut Van Home dalam Bambang
Riyanto (2001:10) adalah: a. untuk mencukupi kebutuhan dan investasi; b. cara
melakukan usaha untuk mendapatkan pendapatan; c. kepuasan mendapatkan
imbalan yang sesuai dengan usaha.
Menurut Heidrachman dan Suad Husnan (1990:139) faktor penting yang
mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang adalah: a. Kebutuhan dan
permintaan tenaga kerja suatu organisasi pemerintah ataupun swasta;
b. Kemampuan orang yang bekerja dan yang membayar upah; c. Produktivitas;
d. Biaya hidup orang yang bekerja; e. Kebijaksanaan pemerintah.
Selain beberapa faktor yang diuraikan tersebut di atas maka penulis
dapat tambahkan bebrapa faktor lain yang mempengaruhi pendapatan keluarga
sebagai berikut:
a. Jumlah orang yang bekerja dalam suatu keluarga.
Semakin banyak orang yang bekerja dalam suatu keluarga maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
investasi yang diperoleh dalam keluarga akan semakin besar.
b. Jumlah orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga
Semakin banyak orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga maka
beban hidup yang ditanggung oleh keluarga tersebut akan semakin tinggi atau
besar. Sehingga sisa investasi yang diperoleh dari hasil bekerja tinggal sedikit.
Dengan demikian maka pendapatan bersih keluarga menjadi kecil.
c. Sikap dan jiwa kewirausahaan.
Seseorang yang memiliki sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi
akan mampu menumbuhkembangkan dan menciptakan sikap mental yang
kreatif, inovatif, professional, bertanggungjawab, serta berani menggung
resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk
meningkata berani menggung resiko dalam mengelola potensi diri dan
lingkungannya sebagai bekal untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas
hidupnya.
d. Jenis ketrampilan dan pekerjaan
Orang yang memiliki ketrampilan rendah maka penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaannya akan rendah pula. Sebaliknya semakin tinggi
ketrampilan seseorang maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya
akan semakin tinggi. Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai sekretaris
perusahaan yang mampu mengoperasikan komputer atau laptop akan
mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada orang yang bekerja sebagai
petugas kebersihan (cleaning service).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Keluarga yang sejahtera dan bahagia merupakan dambaan setiap orang.
Penilaian kesejahteraan penduduk dapat dilihat atau diukur dari aspek dan sangat
bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan ekonomi, ada pula yang
menggunakan pendekatan sosial.
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa
Tengah (1994: 4) disebutkan bahwa keluarga sejahtera dikelompokkan atas 5
(lima) tahap atau kategori dilihat dari segi tahapan pencapaian kesejahteraannya,
yaitu:
a. Keluarga Pra Sejahtera
1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya;
2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari;
3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,
bekerja, sekolah dan bepergian;
4) Bagian terluas dari rumah berlantai tanah;
5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama;
2) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;
3) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/
sekolah dan bepergian;
4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah
5) Anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana
kesehatan.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama secara
teratur;
2) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging, ikan/telur;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru;
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni;
5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas/ fungsi masing-masing;
6) Ada anggota keluarga umur15 tahun ke atas berpenghasilan tetap;
7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis
8) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
1) Berupaya meningkatkan pengetahuan agama;
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung;
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan
dimanfaatkan untuk berkomunikasi;
4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal;
5) Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan;
6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah;
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat.
e. Keluarga Sejahtera tahap III Plus
1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materiil
untuk kegiatan sosial;
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan /
institusi masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin sejahtera maka
keluarga tersebut semakin banyak dapat melakukan aktivitas untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
E. Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah
1. Pengertian Sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
”Sikap adalah suatu predisposisi untuk melakukan perbuatan, suatu
keadaan siap untuk bertindak dengan cara tertentu. Sikap adalah keadaan umum
pada individu yang mengacu keberbagai cara bertingkah laku. Dengan kata lain,
tingkah laku seseorang adalah konsisten dengan sikapnya, seperti menyukai,
berteman, membantu, menghormati, dan sebagainya”. (Oemar Hamalik, 1993:
110).
Dari kutipan tersebut di atas dapat diartikan bahwa sikap merupakan
proses oreintasi, yakni proses yang memungkinkan seseorang berinteraksi
secara selektif dengan lingkungannya. Dengan sikap itu maka seseorang akan
berorientasi untuk melakukan suatu perbuatan yang selaras dengan sikapnya.
Sikap sebagai suatu inferensi, artinya sikap itu sendiri tak dapat diamati
secara langsung. Yang dapat diamati adalah tingkah laku. Berdasarkan tingkah
laku teramati itu, dapat ditafsirkan, ditentukan sikapnya. (Oemar Hamalik,
1993: 110).
Sikap, menurut Nasution (1992:27) diartikan sebagai perhatian yang
kemudian bertindak yang mengandung perasaan. Sikap sebagai satu faktor
tingkah laku dan perasaan seseorang, merupakan faktor phsycis non intelectual
dan berpengaruh terhadap semangat bertindak.
Pendapat yang lain menurut Winkel (1978:18) arti sikap adalah
kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang--
bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Dalam kehidupan sehari-hari masalah sikap berkaitan erat dengan
aktivitas dalam segala hal. Secara umum Suharsimi Arikunto (1998:103)
mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menolak suatu kegiatan. Pengertian ini menitik beratkan pada kecenderungan
manusia untuk menerima atau menolak suatu kegiatan saja, akan tetapi jika
ditinjau lebih lanjut sikap seseorang tidak hanya terhadap sesuatu kegiatan
tetapi dapat juga terhadap benda, manusia, atau suasana tertentu.
Jadi sikap seseorang dalam pengelolaan sampah adalah suatu aktivitas
seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan dorongan
perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut atau sikap dalam penguasaan
ilmu pengetahuan.
2. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap dijelaskan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya yang
berjudul “Psikologi Manajemen” sebagai berikut:
a. Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subyek dan obyek.
Sikap dihubungkan dengan obyek, orang, tempat, peristiwa, gagasan yang
abstrak, dan konsep-konsep dalam lingkungan seseorang. Hal ini
menyebabkan keperbedaan antara seorang dengan yang lainnya.
b. Sikap memiliki arah tertentu.
Sikap terarah dan berorientasi kearah obyek: orang, tempat, atau gagasan.
c. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas.
Sesuatu sikap mnegandung kekuatan atau kelemahan. Sikap yang
intensitasnya tinggi akan tampak pada tingkah lakunya kuat pula.
d. Sikap itu diperoleh.
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan
generalisasi. Dengan kemampuan itu, seseorang dapat menfasirkan dan
mereaksi terhadap stimuli lingkungannya.
e. Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi.
Kestabilan dan keserasian sutu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
terhadap lingkungannya. (Oemar Hamalik, 1993: 110)
Dari uraian kutipan di atas dapat dirangkum bahwa cirri-ciri sikap adalah
adanya hubungan antara subyek dan obyek, memiliki arah tertentu, dan adanya
factor intensitas, diperoleh bukan bawaan, ditandai oleh stabilitas dan
konsistensi.
3. Pembentukan Sikap
Untuk mempelajari sikap bukan semata-mata melalui usaha coba-coba,
melainkan difasilitasi melalui proses imitasi (peniruan) dan proses identifikasi.
a. Tingkah Laku Imitasi (Peniruan)
Proses imitasi adalah proses di mana seseorang memperoleh pola-pola
tingkah laku orang lain dengan cara menirunya.
b. Proses Identifikasi
Proses identifikasi adalah proses di mana seorang individu terlibat secara
psikologis di dalam dan menerima pola-pola tingkah laku orang lain.
4. Pengaruh Kelompok Terhadap Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap individu dipengaruhi oleh sikap-sikap dalam
kelompok yang bersangkutan.
a. Keanggotaan kelompok dan kelompok referensi
Kedua konsep ini berbeda dengan yang lainnya. Keanggotaan
kelompok, adalah suatu kelompok di mana seorang individu berperan secara
formal dalam kelompok di mana dia dianggap sebagai seorang anggota.
Kelompok referansi, adalah suatu kelompok yang mempengaruhi sikap-sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
seorang individu sebab dia beridentifikasi dengan kelompok itu kendatipun
tidak menjadi anggota kelompok secara formal.
b. Situasi kelompok dan tingkah laku sosial
Situasi kelompok memberikan dua pengaruh yakni meningkatkan
rasa persaingan dan motivasi di satu sisi, dan meningkatkan kecerdasan dan
distraksi di sisi lain.
5. Perubahan Sikap
Sikap tumbuh dari pengalaman. Jika sikap berubah maka individu
tersebut pasti memiliki pengalaman baru yang relevan dengan perubahan sikap
yang diinginkannya. Selain itu perubahan sikap juga dapat terjadi melalui
komunikasi antara individu dengan orang-orang lainnya. Perubahan sikap
menurut Oemar Hamalik (1993: 114) terjadi karena beberapa faktor, ialah:
a. Predisposi yang dimiliki oleh individu yakni sikap yang dimilikinya yang
membawanya ke situasi dalam proses komunikasi atau belajar;
b. prinsip-prinsip belajar sehingga diperolehnya konsep, prinsip, fakta, dan ide;
c. peran serta individu dalam kegiatan komunikasi itu, misalnya keaktifan
dalam diskusi;
d. barangkali faktor kepribadian juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan
sikap kendatipun faktor tersebut agak krusial sifatnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap pada diri
seseorang dapat terjadi karena pengalaman, komunikasi, proses dan hasil
belajar, peranserta individu dalam kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian
seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
F. Penelitian Yang Relevan
Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara sikap
kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan jenjang
pendidikan dan pendapatan keluarga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan
belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian yang berhubungan dengan masalah
sampah telah dilakukan oleh beberapa orang di daerah lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Sri Sulestri (2001) dalam penelitian
yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Rumah Tangga
dengan Pengelolaan Sampah Domestik di Kartosuro”. Hasil penelitian adalah
terdapat hubungan positip dan signifikan antara tingkat pendidikan dan
pengelolaan Sampah domestik di Kartosuro. r hitung > r tabel atau 0,783 >
0,153 pada tarap signifikansi 5%.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutoto (2002) dalam penelitian yang
berjudul ”Sikap dan Partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di
Perumahan (Studi Komparatif di Perumahan Baturan dan Songgolangit)”. Hasil
dari penelitian adalah ada perbedaan antara sikap masyarakat dalam pengelolaan
sampah di Baturan dan Perumahan Songgolangit. Tingkat sikap responden
antara dua perumahan dengan perbedaan keberhasilan dalam pengelolaan
sampah di perumahan Baturan 68,75 dan di perumahan songgolangit 64,70
(pada tingkat signifikansi 5%) nilai t tabel = 2,032 dan t hitung 3,243.
G. Kerangka Berpikir
Bahwa lingkungan sosial budaya merupakan bagian yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
terpisahkan dari makhluk hidup. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia melakukan usaha untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan. Selain
itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diwajibkan untuk belajar atau
menuntut ilmu baik secara formal, informal maupun nonformal.
Menurut pendapat peneliti bahwa sikap seseorang dalam pengelolaan
sampah ada hubungannya dengan jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan.
Jenjang pendidikan yang berupa pendidikan formal dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga. Sebaliknya, semakin rendah jenjang pendidikan
seseorang maka semakin rendah pula sikap kepedulainnya terhadap pengelolaan
sampah rumah tangga.
Pendapatan merupakan besarnya penghasilan seseorang yang diperoleh
setiap bulan yang dapat diukur dengan nilai uang. Besar kecilnya pendapatan
seseorang berbeda-beda atau tidak sama tergantung dari jenis pekerjaan dan jumlah
jam kerja yang ditekuni. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah urmah tangga.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan
atau skema, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Bagan 3. Skema kerangka berpikir penelitian tentang hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010.
Lingkungan Sosial Budaya
Jenjang Pendidikan Formal: · Tidak Tamat SD · SD · SLTP · SLTA · Perguruan Tinggi
Pendapatan Keluarga: · Kurang dari Rp 500.000 · Rp 501.000 - Rp 1.000.000 · Rp 1.001.000 - Rp 1.500.000 · Rp 1.501.000 - Rp 2.000.000 · Lebih dari 2.000.000
Sikap Kepala Keluarga Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
Penyimpanan Sampah
Sementara
Pengumpulan sampah
Pembuangan/ Pemusnahan
sampah
Kondisi Lingkungan Hidup yang Bersih, Sehat, dan Nyaman
Pemindahan/ Pengangkutan
sampah
Makhluk Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari skema kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tak lepas dengan sampah. Karena
sampah adalah barang sisa-sisa yang merupakan kotoran dari aktivitas manusia.
Untuk melakukan penanganan masalah sampah orang cenderung pada pola pikirnya
dan masalah dana yang dikeluarkan untuk penanganannya.
Sikap seseorang dalam hal ini kepala keluarga dalam pengelolaan sampah
dipengaruhi oleh jenjang pendidikannya dan pendapatan yang diperolehnya. Jenjang
pendidikan merupakan faktor yang mengandung unsur kognitif, afektif dan konatif
terhadap seseorang untuk bertindak. Sedangkan besar pendapatan merupakan faktor
yang dilihat dari ekonomi seseorang. Dengan pendapatan itu seseorang dapat
bersikap apatis terhadap sampah tetapi dapat pula bersikap aktif memerangi sampah.
Berdasarkan dari hal tersebut di atas dapat dilakukan kajian sikap kepala
keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga ditinjau dari jenjang pendidikan
dan pendapatan.
1. Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
Jenjang pendidikan yang terdapat pada pendidikan formal / sekolah
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan
(Anonim, 2003:5).
Jenjang pendidikan kepala keluarga kemungkinan erat hubungannya
dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang maka cenderung semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
diperolehnya sehingga semakin tinggi pula dukungannya terhadap lingkungan
khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
2. Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga
Pendapatan kepala keluarga dimungkinkan memiliki hubungan erat
dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Pendapatan kepala keluarga yang berupa pendapatan pokok dan pendapatan
tambahan merupakan penghasilan keluarga yang berbentuk uang dalam jangka
waktu satu bulan. Dengan demikian semakin besar pendapatan kepala keluarga
maka cenderung semakin besar kesempatan dan kemampuan yang diperoleh
sehingga semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya
dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
Jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga diduga mempunyai
hubungan erat dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang dan semakin besar
pendapatan kepala keluarga, maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh
dan semakin banyak kesempatan dan kemampuan yang diperoleh sehingga
semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam
pengelolaan sampah rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sehagai berikut:
1. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala
keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010.
2. Ada hubungan yang positip antara besarnya pendapatan keluarga dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan tahun 2010.
3. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga
secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan alasan karena permasalahan
ini belum pernah diteliti di tempat ini. Selain itu harapan peneliti dapat
memperoleh data dengan mudah dan akurat, serta dapat memberikan kontribusi
yang positip terhadap perkembangan dan kemajuan pembangunan di Desa
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yaitu dimulai
pada awal bulan Maret 2010 sampai akhir bulan September 2010, terhitung mulai
disusunnya proposal sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian.
Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penelitian dapat diselesaikan dalam
waktu yang lebih cepat atau lebih lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada. Rencana waktu penelitian tersusun dalam jadwal kegiatan penelitian (Time
schedule) dalam Tabel 1 pada lampiran 1 halaman 126.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Metode Penelitian
Menurut Consuelo G. Sevilla (1993:2) dijelaskan bahwa penelitian (riset)
berarti pencarian teori, pengujiaan teori atau pemecahan masalah. Ini berarti bahwa
masalah itu telah ada dan telah diketahui bahwa pemecahan masalah tersebut sangat
diperlukan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah
suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan pencarian teori,
pengujian teori untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian dapat diadakan
penelitian ilmiah yang tergolong jenis penelitian deskriptif korelasi yang akan
mencari apakah ada hubungan atau tidak di antara variabel dalam penelitian ini.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruan
obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Krajan
yang terdiri dari 2 RW (Rukun Warga) dan 14 RT (Rukun Tetangga), Dusun
Candi Dukuh yang tersiri dari 2 RW dan 12 RT, serta Dusun Kebonagung yang
terdiri dari 2 RW dan 13 RT. Secara keseluruhan Desa Candisari terdiri dari 6 RW
dan 39 RT. Jumlah penduduk Desa Candisari sebanyak 4.980 jiwa, yang terdiri
dari 2.511 jiwa laki-laki dan 2.469 jiwa perempuan, yang terbagi dalam 1.553
kepala keluarga (KK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Sampel
Sanafiah Faisal (1994:113) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian
populasi yang diambil sebagai representatif atau wakil dari populasi yang
bersangkutan.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak
sederhana (random sampling). Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120) apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat
diambil antara 10 – 15% atau 20-25 % atau lebih sebagai sampel penelitian. Pada
penelitian ini diambil sampel sebanyak 156 (seratus lima puluh enam) Kepala
Keluarga (KK) atau 10% dari keseluruhan jumlah populasi. Sampel sebanyak 156
tersebut menyebar di tiga Dusun, yaitu di Dusun Cadisari Krajan ( RW I dan II)
sebanyak 51 (lima puluh satu) responden, di Dusun Kebon Agung (RW III dan
VI) sebanyak 53 (lima puluh tiga) responden, dan di Dusun Candi Dukuh (RW IV
dan VI) sebanyak 52 (lima puluh dua) responden. Dengan jumlah responden yang
menyebar secara merata di seluruh wilayah Desa Candisari diharapkan sampel
sebesar 10% dari jumlah kepala keluarga tersebut dapat mewakili seluruh populasi
kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi tahun 2010.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik random sampling atau sampel acak. Teknik pengambilan sampel dengan
mencampur subyek-subyek di dalam populasi, sehingga subyek-subyek di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
populasi dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak kepada setiap
subyek untuk memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sampel
(Suharsimi Arikunto, 1998: 120).
Dalam penelitian ini masing-masing kepala keluarga di Desa Candisari
diambil secara acak dengan menggunakan undian, untuk memperoleh kesempatan
menjadi anggota sampel.
D. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 91), variabel adalah merupakan obyek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian
ini variabel-variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel Bebas (Variabel Prediktor)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenjang
pendidikan (X1) dan pendapatan keluarga (X2).
2. Variabel Terikat (Variabel Kriterium)
Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y).
Skema hubungan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Bagan 4. Skema Hubungan Variabel Penelitian.
E. Batasan Operasional Variabel Penelitian
Batasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenjang Pendidikan (X1)
Adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dimiliki atau dicapai oleh
kepala keluarga yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi
(PT).
2. Pendapatan (X2)
Yang dimaksud pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh oleh kepala
keluarga dalam jangka waktu satu bulan yang dinilai dengan uang tunai dari
pendapatan pokok dan pendapatan tambahan.
X1= Jenjang Pendidikan
X2= Pendapatan
Y = Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah rumah Tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga (Y)
Adalah merupakan suatu perbuatan yang berdasarkan suatu pendirian,
pendapat atau keyakinan seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan
sampah rumah tangga dengan dorongan perubahan tingkah laku pada diri orang
tersebut. Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala likert melalui
pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu atau ragu-ragu (TT), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) terhadap suatu permasalahan yang
disajikan dalam bentuk pernyataan angket penelitian.
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
responden dengan memberikan pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam
bentuk daftar pertanyaan atau angket mengenai data yang akan dianalisis kepada
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber lain berupa
arsip, buku-buku, monografi yang ada di kantor Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai pelengkap dan
konfirmasi data yang telah didapatkan dari data primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dengan lebih
mudah, diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah untuk diolah. Untuk meneliti ketiga variabel (jenjang
pendidikan, pendapatan, dan sikap kepala keluarga) digunakan instrumen penelitian
berupa dokumentasi, angket, observasi dan angket.
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1998:148). Dokumentasi yang diambil
dalam penelitian ini adalah Buku Monografi Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai data pendukung
peneliti untuk mengetahui deskripsi di tempat penelitian seperti luas dan letak
tempat penelitian, jumlah dan komposisi penduduk serta keadaan fisik tempat
penelitian.
2. Metode Observasi
Metode pengamatan atau metode observasi meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera
(Suharsimi Arikunto, 1998: 145). Dalam penelitian ini metode observasi
digunakan peneliti untuk mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
yang diteliti meliputi keadaan sanitasi rumah penduduk, saran tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah rumah tangga serta perilaku
penduduk dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Metode Angket
Oleh Sanapiah Faisal (1981: 2), dijelaskan bahwa angket adalah sejumlah
daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang (responden).
Metode angket atau kuesioner ini digunakan untuk mmeperoleh data primer yaitu
data tentang jenjang pendidikan, besarnya pendapatan, dan sikap kepala keluarga
dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Langkah-langkah dalam penyusunan dan penggunaan metode angket atau
kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis angket
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih sesuai dengan fakta-fakta yang dikuasai oelh
responden.
b. Menyusun kisi- kisi angket
Sebelum mneyusun angket, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket ynag
mencakup tiga variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu jenjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pendidikan, pendapatan dan sikap warga masyarakat dalam pengelolaan
sampah rumah tangga. Kisi-kisi angket seperti terlihat pada lampiran …
c. Menentukan Skor Angket
Untuk penilaian atau skor angket penelitian digunakan angka dari nilai
yang terendah sampai yang tetinggi untuk positip, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5.
Sedangkan untuk negatip dibalik yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1. Nilai tersebut
didasarkan pada rangking kualitas masing-masing jawaban dari yang
terendah sampai yang tertinggi. Rangking jawaban terendah diberi skor 1 dan
rangking tertinggi diberi skor 5, skor angket penelitian pada setiap variabel
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Variabel X1 = Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan hanya terdiri dari satu pertanyaan berdasarkan
pernyataan pendidikan formal dengan cara penilaian sebagai berikut:
a) Tidak Sekolah dan Tidak tamat SD = Skor 1
b) Tamat SD = Skor 2
c) Tamat SLTP = Skor 3
d) Tamat SLTA = Skor 4
e) Tamat Perguruan Tinggi dan Akademi = Skor 5
Jumlah butir angket penelitian untuk jenjang pendidikan sebanyak
satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2) Variabel X2 = Pendapatan Kepala Keluarga
Besarnya pendapatan kepala keluarga (X2) termasuk dalam ukuran
interval yang angka-angkanya mengandung pengertian tingkatan dan
mempunyai jarak yang sama dengan mengurutkan obyek yang terendah ke
obyek yang tertinggi. Cara penilaian pendapatan kepala keluarga adalah
sebagai berikut:
a) Kurang dari Rp 500.000 = Skor 1
b) Rp 501.000 – Rp 1.000.000 = Skor 2
c) Rp 1.001.000 – Rp 1.500.000 = Skor 3
d) Rp 1.501.000 – Rp 2.000.000 = Skor 4
e) Lebih dari Rp 2.000.000 = Skor 5
Sebagai dasar dan alasan penulis dalam menentukan interval
besarnya pendapatan kepala keluarga adalah hasil observasi yang
dilakukan penulis di lapangan terhadap masyarakat Desa Candisari
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 yang dapat
dideskripsikan sebagai berikut. Warga Desa Candisari yang bekerja
karyawan toko di kota Purwodadi mengatakan bahwa gaji karyawan toko
di kota Purwodadi di antara Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah) sampai dengan Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) setiap
bulan, tergantung jenis pekerjaan, ketrampilan, dan pengalaman pekerja.
Warga masyarakat Desa Candisari yang bermata pencaharian sebagai
petani yang menggarap sawah seluas satu per empat bahu (sekitar 1.600
meter kubik / satu per enam hektar) setiap bulan berpenghasilan di antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 900.000,00
(Sembilan ratus ribu rupiah) tergantung jenis tanaman dan luas sawah yang
digarapnya. Sebagian besar masyarakat petani dan buruh tani di Desa
Candisari mengerjakan sawah seluas satu per enam hektar. Bagi warga
masyarakat yang berprofesi sebagai tenaga serabutan, tukang batu, tukang
kayu, kepala tukang batu memiliki penghasilan antara Rp 1.050.000,00
(satu juta lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.500.000,00 (satu
juta lima ratus ribu rupiah). Upah tenaga serabutan adalah Rp 35.000,00
(tiga puluh lima ribu rupiah) setiap hari. Untuk upah tukang kayu maupun
tukang batu sebesar Rp 45.000,00 (empat puluh lima ribu rupiah) setiap
hari. Sedangkan upah kepala tukang setiap harinya sebesar Rp 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah). Bagi warga masyarakat yang berprofesi sebagai
PNS golongan II dan III memiliki penghsailan di antara Rp 1.500.000,00
(satu juta lima ratus ribu rupiah) sampai Rp 2.000.000,00 (dua juta ribu
rupiah) per bulan sesuai masa kerja dan golongan ruangnya. Bagi PNS
golongan IV penghasilannya lebih dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat dijadikan sebagai
pedoman atau patokan bagi penulis dalam menentukan kelas interval dan
penilaian mengenai besarnya pendapatan kepala keluarga di Desa
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 seperti
yang telah disusun tersebut di atas.
Jumlah butir angket penelitian untuk pendapatan kepala keluarga
sebanyak satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3) Variabel Y = Sikap kepala keuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga
diteliti dengan beberapa pertanyaan yang dapat dilihat dalam instrument
angket penelitian. Untuk mengukur sikap warga masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga digunakan skala likert. Untuk
pertanyaan yang bernilai positif, cara memberi skor penilaiannya adalah
sebagai berikut: SS (sangat setuju) = Skor 5, S (setuju) = Skor 4,
TT (tidak tahu) = Skor 3, TS (tidak setuju) = Skor 2, STS (sangat tidak
setuju) = Skor 1.
Sebaliknya jika pertanyaannya bernilai negatif, maka cara memberi skor
penilaiannya adalah sebagai berikut : SS (sangat setuju) = Skor 1,
S (setuju) = Skor 2, TT (tidak tahu) = Skor 3, (tidak setuju) = Skor 4, STS
(sangat tidak setuju) = Skor 5.
Berdasarkan jumlah angket penelitian tentang sikap kepala
keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga sebanyak 30 item
angket, maka skor tertinggi adalah 150 dan skor terendah adalah 30.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 158). Suatu
instrumen yang sahih atau valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk
mengukur validitas dalam penelitian ini digunakan rumus teknik korelasi
Product Moment dari Pearson sebagai berikut:
NΣXY – (ΣX)(ΣY)
rxy = {N(ΣX2) – (ΣX2)}{N(ΣY2) – (ΣY)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y,dua variabel yang
korelasikan
N = Jumlah responden penelitian
ΣX = Jumlah skor X(item)
ΣY = Jumlah skor Y (total) (Suharsimi Arikunto, 1998:138)
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui hasil reliabilitas angket, maka digunakan rumus
dari Spearman Brown sebagai berikut:
2 r ½ ½ r11 = (1+ r ½ ½) Keterangan:
R11 = reliabilitas instrument
r ½ ½) = rxy yang disebut indeks korelasi antara dua belahan instrument.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dengan teknik Spearman Brown tersebut akan diperoleh nilai atau angka
koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas terbesar adalah 1 (satu). Semakin
besar koefisien reliabilitas akan menunjukkan semakin reliabel alat ukur
tersebut.
Koefisien reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan indeks korelasi
sebagai berikut:
- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup
- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah
(Suharsimi Arikunto,1998: 221)
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi
linier ganda, yaitu suatu cara atau teknik khusus untuk mencari atau mengetahui
berapa besar hubungan dari masing-masing variabel bebas/prediktor terhadap
variabel terikat/ kriterium. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
3. Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisis, maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
terhadap data tersebut. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui
normalitas residu dilakukan dengan membuat plot antara residu versus
ordered-normal (skor normal dari residu yang bersangkutan). Jika residu
berdistribusi normal maka plot yang diperoleh akan tampak sebagai garis
lurus (Siswandari, 2009: 45).
Y
Residu X Skor Normal Residu Gambar 1. Plot Residu Versus Skor Normal
b. Uji Linearitas
Untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara variabel X dan Y
dapat dilakukan melalui uji linier. Dalam penelitian ini uji linier dilakukan
melalui kegiatan Plot antara residu versus Y-top. Jika plot yang bersangkutan
menggambarkan suatu scatter diagram (diagram pencar) dalam arti tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
berpola maka dapat dikatakan tidak terjadi misspesifikasi pada fungsi garis
regresi. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel X dan Y adalah linear
(Siswandari,2009: 35).
Residu
Y-topi (Ŷ) Gambar 2. Plot antara Residu Versus Y-topi (Ŷ)
4. Uji Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan dalam uji analisis data dengan menggunakan
teknik analisis regresi linier ganda adalah:
a. Menentukan persamaan regresi linier ganda dengan rumus:
Ŷ = a0 + a1X1 + a2X2
Koefisien a0, a1, dan a2 dapat dihitung dengan rumus:
a0 = Y - a1X1 – a2X2
(ΣX2
2) (ΣX1Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y) a1 =
(ΣX12) (ΣX2
2) - (ΣX1X2)2
(ΣX1
2) (ΣX2Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y) a2 = (ΣX1
2) (ΣX22) - (ΣX1X2)
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
b. Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y
Menurut Sudjana (1996: 47) untuk menghitung koefisien korelasi
sederhana antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
1) Koefisien korelasi X1 dengan Y
nΣX1Y – (ΣX1)(ΣY) ry1 = {n(ΣX1
2) – (ΣX12)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}
Apabila dari hasil perhitungan ry1 > r tabel, maka dapat diartikan
bahwa antara X1 dan Y ada hubungan yang berarti.
2) Koefisien korelasi antara X2 dengan Y dengan rumus:
nΣX2Y – (ΣX1)(ΣY) ry2 = {n(ΣX2
2) – (ΣX22)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}
Apabila dari hasil perhitungan ry2 > r tabel, maka dapat diartikan
bahwa antara X2 dan Y ada hubungan yang berarti. (Sudjana: 1996: 47)
c. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda
Dalam Sudjana (1996: 385) dijelaskan bahwa untuk menghitung
koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan prediktor X2 dengan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
ry1
2 + ry22 – 2.ry1.ry2.r12
ry(1,2) = 1 – r12
2
Dimana:
ry(1,2) = koefisien korelasi antara Y dan X1 dan X2
ry1 = koefisien korelasi antara Y dan X1
ry2 = koefisien korelasi antara Y dan X2
r1,2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2
(Sudjana,1996: 385)
d. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi
Untuk melakukan uji signifikansi korelasi antara kriterium dengan
prediktor-prediktornya dapat digunakan rumus:
R2 / k F =
(1-R2) / (n – k – 1)
Keterangan:
K = menyatakan banyaknya variabel bebas
n = menyatakan ukuran sampel
(Sudjana, 1996: 385)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Uji signifikansi dilakukan dengan maksud untuk memeriksa keberartian
regresi, apakah regresi (berbentuk linier) yang didapat bias dipergunakan
untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan sejumlah variabel yang
sedang dipelajari. Jika F hitung > F tabel, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
alternatif diterima dan koefisien korelasi adalah berarti atau signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Umum
a. Lokasi Penelitian
Secara administrasi Desa Candisari termasuk wilayah Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Jarak Desa
Candisari ke ibu kota Kabupaten Grobogan kira-kira 8 km. Adapun batas-
batas wilayah Desa Candisari adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi
Sebelah Timur : Desa Genuksuran Kecamatan Purwodadi
Sebelah Selatan : Desa Sugihan Kecmatan Toroh
Sebelah Barat : Desa Pengkol Kecamatan Penawangan
Luas wilayah Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan adalah 539 hektar, yang terdiri dari 3 Dusun, 6 Rukun Warga
(RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT).
b. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi menurut
jenis kelamin terdiri dari 2.511 orang penduduk laki-laki dan 2.469 orang
penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.553
kepala keluarga (KK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Berdasarkan buku monografi Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan diperoleh data jumlah penduduk menurut kelompok
umur adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
0 – 4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14 tahun
15 – 19 tahun
20 – 24 tahun
25 – 29 tahun
30 – 34 tahun
35 – 39 tahun
40 – 44 tahun
45 – 49 tahun
50 – 54 tahun
55 – 59 tahun
60 tahun +
233
281
284
282
242
243
173
164
118
115
96
90
190
243
298
294
292
217
212
278
175
109
105
91
90
165
476
579
578
574
459
455
351
339
227
220
187
180
355
Jumlah 2.511 2.469 4.980
Sumber: Data Monografi Desa Candisari
c. Agama dan Pendidikan
Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan menurut agama adalah 4.980 orang beragama Islam. Dengan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
lain dapat dikatakan bahwa semua penduduk Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah beragama Islam.
Sarana pendidikan yang ada di Desa Candisari terdiri dari tiga Sekolah
Dasar Negeri (SD Negeri), satu SMP Negeri, dua Taman Kanak-Kanak (TK),
satu Kelompok Bermain (Play Group), dan tiga Taman Pendidikan Al Qur’an
(TPQ). Adapun komposisi penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Jenjang Pendidikan
No. Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase
1 2 3 4 1
2
3
4
5
6
7
Belum/tidak Sekolah
Belum Tamat SD
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi/
Perguruan Tinggi
516
621
1.428
1.385
566
378
86
10,36
12,47
28,67
27,81
11,37
7,59
1,73
Jumlah 4.980 100
Sumber: Data Monografi Desa Candisari
Dari data pada tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Desa Candisari Kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan yang tidak tamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
SD adalah paling besar yaitu 1.428 jiwa atau 28,67 %, sedangkan yang
berpendidikan tamat SD sebanyak 1.385 jiwa atau 27,81 %.
d. Mata Pencaharian
Data jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase
1 2 3 4 1
2
3
4
5
6
7
8
9
PNS
TNI / POLRI
Karyawan (Swasta)
Wiraswasta
Tani
Pertukangan
Buruh Tani
Pensiunan
Pemulung
78
32
32
67
1.605
52
748
13
15
2.95
1,21
1,21
2,54
60,75
1,97
28,31
0,49
0,57
Jumlah 2.642 100
Sumber: Data Monografi Desa Candisari
Jika dilihat dari lapangan pekerjaan, maka penduduk Desa Candisari
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian besar adalah sebagai
petani dan buruh tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
e. Keadaan Tanah
Data statis mengenai keadaan tanah di Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan secara keseluruhan terdiri dari tanah sawah
dan tanah kering seperti dalam tabel berikut:
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun 2010
No. Uraian Jumlah (Hektar)
1 2 3
1.
2.
Tanah Sawah
1.1. Irigasi Teknis
1.2. Irigasi ½ teknis
1.3. Irigasi Sederhana
1.4. Tadah Hujan
Tanah Kering
2.1. Pekarangan / bangunan
2.2. Tegalan / kebun
314
-
-
2
136
47
Sumber: Monografi Desa Candisari tahun 2010.
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan
di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian
besar merupakan tanah irigasi teknis dan tanah pekarangan / bangunan. Tanah
irigasi teknis yang ada di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan, sumber pengairannya berasal dari bendungan Waduk
Kedungombo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
2. Deskripsi Data Khusus
Deskripsi data khusus dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai hasil penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 156
kepala keluarga yang berdomisili di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan tahun 2010. Variabel dalam penelitian terdiri dari dua
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama adalah Jenjang
Pendidikan kepala keluarga (X1), variabel bebas kedua adalah besar pendapatan
kepala keluarga (X2). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y). Dari
ketiga variabel tersebut dapat diuraikan dalam deskripsi data sebagai berikut :
a. Jenjang Pendidikan (X1)
Data tentang jenjang pendidikan diperoleh melalui angket. Cara
pemberian nilai skor tentang jenjang pendidikan yaitu responden yang tidak
sekolah dan tidak tamat SD diberi skor 1, responden yang tamat SD diberi
skor 2, skor 3 diberikan kepada responden yang tamat SLTP (SMP dan MTs),
nilai skor 4 diberikan kepada responden yang pendidikannya tamat SLTA
(SMA,SMK, Madarasah Aliyah), dan nilai skor 5 untuk responden dengan
jenjang pendidikan akademi dan perguruan tinggi. Berdasarkan angket
penelitian diperoleh data tentang jenjang pendidikan kepala keluarga
sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1)
Kelas Interval
(Ki)
Frekuensi (f)
f (%) Kumulatif
f f (%)
1 2 3 4 5 1
2
3
4
5
10
87
24
24
11
7
56
15
15
7
10
97
121
145
156
7
63
78
93
100
JUMLAH 156 100
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156
orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu akdemi dan Perguruan Tinggi,
dan yang paling rendah 1 yaitu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD. Nilai
rata-rata atau mean = 2,610, median = 2,000, modus = 2,000, variansi = 1,104
standar deviasi = 1,051. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa lebih
dari 50% responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD).
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam
bentuk grafik histogram sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5
Gambar 3. Grafik Histogram Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1)
b. Pendapatan Kepala Keluarga (X2)
Untuk mendapatkan data tentang pendapatan kepala keluarga dapat
diperoleh melalui angket atau kuesioner. Dari data angket yang disebarkan
kepada responden sebanyak 156 KK, diperoleh skor tingkat pendapatan KK
tertinggi adalah 5 yang menunjukkan pendapatan sebesar lebih dari Rp.
2.000.000,00 (dua juta rupiah). Sedangkan yang terendah adalah 1 yaitu
pendapatan di bawah Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
Berdasarkan angket penelitian diperoleh data tentang pendapatan
kepala keluarga sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut.
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2)
Kelas Interval
(Ki)
Frekuensi (f)
f (%) Kumulatif
f f (%)
1 2 3 4 5 1
2
3
4
5
72
60
9
6
9
46
38
6
4
6
72
132
141
147
156
46
84
90
94
100
JUMLAH 156 100
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156
orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu berpendapatan lebih dari
Rp 2.000.000,00 dan yang paling rendah 1 yaitu berpendapatan kuranag dari
Rp 500.000,00. Nilai rata-rata atau mean = 1,850, median = 2,000, modus =
1,000, variansi = 1,176 standar deviasi = 1,085, kuartil 1= 2, artinya 75%
dari responden berpendapatan Rp 1.000.000,00 ke bawah. Kuartil 2 = 2,
artinya 50% dari responden memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00. Kuartil ke
3 = 1, artinya 25% responden berpendapatan kurang dari Rp 500.000,00.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam
bentuk grafik histogram sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 4. Grafik Histogram Pendapatan Kepala Keluarga (X2)
c. Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(Y)
Data tentang sikap Kepala Keluarga terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga diperoleh melalui angket. Dari data angket tersebut
menunjukkan bahwa jumlah responden 156, mean = 117,29, median =
117,000, mode = 112, standar deviasi = 9,121, variance = 83,190, minimum
= 91, maximum = 141. Kuartil 1 = 124,000 artinya 25 % dari responden
memiliki nilai > 124,000 kuartil 2 = 117,000, artinya 50% dari responden
memiliki nilai > 117,000, kuartil 3 = 111,00 artinya 75% dari responden
memiliki nilai > 111,000.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5
Kelas Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7. sebagai berikut :
Tabel 7. Deskripsi Variabel
Uraian X1 X2 Y
1 2 3 4 N
Valid
Missing
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
Percentiles
25
50
75
156
156
0
2,610
0,084
2,000
2,000
1,051
1,104
4,000
1,000
5,000
407,000
2,000
2,000
3,000
156
156
0
1,850
0,087
2,000
1,000
1,085
1,176
4,000
1,000
5,000
288,000
1,000
2,000
2,000
156
156
0
117,290
0,730
117,000
112,000
9,121
83,190
50,000
91,000
141,000
18.298,000
111,000
117,000
124,000
Sumber : Analisis Data Primer
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum data penelitian dianalisis maka data tersebut harus dilakukan
pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
1. Uji Normalitas (Pendekatan Grafis)
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan hasil normalitas residu dengan cara membuat
plot antara residu versus ordered normal (skor normal dari residu yang
bersangkutan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 5. Plot Antara Residu Ordered Normal
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa plot antara residu
versus N score cenderung membentuk garis lurus setinggi residu berdistribusi
normal. Dengan kata lain Predicted value (p-value) > 1,46 yaitu 117,29 > 1,46,
maka hipotesis nol tidak ditolak dengan demikian disimpulkan bahwa residu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual
-3.00000
-2.00000
-1.00000
0.00000
1.00000
2.00000
3.00000
Sta
nd
ard
ize
d R
es
idu
al
Dependent Variable: Standardized Residual
Scatterplot
berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas (Pendekatan Grafis)
Uji linieritas diperlukan untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara
variabel X dan Y. berdasarkan uji linieritas dengan cara membuat plot antara
residu (e) versus Y-topi diperoleh basil sebagai berikut:
Gambar 6. Plot Antara Residu Versus Y-topi
Berdasarkan gambar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model
hubungan antara variabel bebas dan terikat adalah linier dan plot antara residu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dan Y-topi membentuk diagram pencar atau tidak berpola, sehingga dapat
dikatakan bahwa variansi residu konstan dan model hubungan antara X dan Y
adalah konstan.
3. Uji Konstan Variansi
Berdasarkan hasil perhitungan uji konstan variansi diketahui bahwa
korelasi antara e2 dengan Y-topi sebesar 0,952. Hasil perhitungan tesebut
kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi
5% dan N = 156 diperoleh hasil sebesar 0,159. Sehingga rhitung > rtabel atau 0,952
> 0,159 maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi residu adalah
tidak konstan.
4. Uji lndepedensi
Uji independensi digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
antar variabel bebas X1 dan X2. Berdasarkan hasil perhitungan uji independensi
dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r x1x2 = 0,575.
Selanjutnya nilai hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan tabel r
product moment pada taraf signifkansi 5% dan N= 156 diperoleh hasil sebesar
0,159. Karena rhitung > rtabel atau 0,575 > 0,154 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan signifikan antara variabel X1 dan X2 namun demikian angka 0,575
ini menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 258) termasuk tidak berkorelasi tinggi
yakni dibawah 0,80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
5. Uji Non Otokorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Durbin-Watson
Statistic diperoleh nilai sebesar 1,946. Nilai hasil perhitungan tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan tabel Durbin Watson pada taraf signifikansi 5% dan N
156 diperoleh nilai sebesar 1,60. Karena DWhitung > Dwtabel atau 1,946 > 1,60
maka antar residu tidak saling berkorelasi.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian perlu
dilakukan uji coba instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang telah selesai
disusun kemudian diujicobakan terlebih dahulu untuk mengukur tingkat validitas
dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 136). Uji
coba instrumen dilakukan pada tanggal 27 Juli 2010 dengan melibatkan 40
responden yang merupakan kepala keluarga dari penduduk di Desa Candisari
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus r product moment
dari Pearson dengan bantuan program komputer pengolahan data statistik SPSS
versi 12.0 for windows. Berdasarkan pengolahan data statistik diperoleh hasil
perhitungan validitas instrument sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 8. Hasil Uji Validitas Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)
No. Instrumen r-hitung r-tabel Keterangan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0,382 0,425 0,353 0,489 0,417 0,374 0,384 0,391 0,611 0,342 0,403 0,598 0,461 0,413 0,437 0,425 0,361 0,380 0,542 0,370 0,656 0,750 0,475 0,407 0,569 0,643 0,480 0,346 0,532 0,466
0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.317 0,312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui ketetapan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
keajegan hasil apabila digunakan berulang-ulang pada kelompok subyek yang
sama. Kriteria pengujian reliabilitas instrumen adalah, jika r11 > rtabel, maka
instrumen dinyatakan reliabel. Dalam penelitian ini digunakan responden
sebanyak 40, maka diperoleh rtabel = 0,312. Interpretasi dari koefesien reliabilitas
dapat diperhatikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 9. Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya nilai r Interpretasi
0,800 < r < 1,000
0,600 < r < 0,800
0,400 < r < 0,600
0,200 < r < 0,400
0,000 < r < 0,200
Tinggi
Cukup
Agak rendah
Rendah
Sangat rendah
Sumber: Sutrisno Hadi (2001:275)
Untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan
nimus Alpha, dengan bantuan-bantuan program komputer pengolahan data
statistik SPSS versi 12.0 for windows. Pada Variabel Sikap Kepala Keluarga
Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) diperoleh hasil r11 hitung
sebesar 0,874 sehingga r11 hitung > rl1 tabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas angket penelitian dapat diterima dan dapat digunakan untuk
pengukuran dalam pengumpulan data penelitian. Hasil keluaran program
komputer untuk penghitungan reliabilitas variabel ini dapat dilihat pada
lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
hipotesis yang dirumuskan dapat terbukti kebenarannya atau tidak terbukti. Uji
hipotesis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan dan
Pendapatan Kepala Keluarga. Variabel terikat terdiri dari satu variabel yaitu Sikap
Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi
dengan Product Moment dan regresi ganda.
1. Pengujian Hasil Analisis Data
Berdasarkan pengujian hasil analisis data yang diperoleh dari hasil
perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan rumus Product Moment dan
regresi ganda, maka hipotesis yang telah dirumuskan dapat terjawab sebagai
berikut:
a. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dengan Sikap Kepala
Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif
antara Jenjang Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan
tahun 2010 digunakan teknik analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan analisis korelasi product moment, diperoleh nilai rx1Y =
0,297. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
product moment dengan N = 156 dan pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan
hasil konsultasi dengan tabel r product moment diperoleh r tabel = 0,159
sehingga r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,297 > 0,159.
b. Hubungan antara Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dengan Sikap
Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif
antara Pendapatan Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 digunakan teknik analisis
korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis
korelasi product moment, diperoleh rX2Y = 0,230. Hasil perhitungan uji
dikonsultasikan dengan tabel nilai r product moment dengan N = 156 dan
taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,159 sehingga rhitung lebih besar dari
rtabel atau 0,230 > 0,159.
c. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala
Keluarga (X2) dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif
antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersama-
sama dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun
2010 digunakan teknik analisis korelasi. Perhitungan analisis korelasi
digunakan rumus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
ry12 + ry2
2 – 2. ry1 . ry2 . r12 ry(1,2) = 1 – r12
2
0,2972 + 0,2302 – 2.0,297.0,230.0,575 ry(1,2) = 1 – 0,5752
0,062553 ry(1,2) = 0,669375
ry(1,2) = 0,093449
ry(1,2) = 0,305694
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh r y(1,2) = 0,305694. Angka
ini jika dibulatkan menjadi 0,3057. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan komputer program SPSS versi 12.0 for windows
diperoleh angka sebesar 0,305. Hasil perhitungan ini kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N = 156 dan pada
taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,159 dengan demikian r hitung lebih
besar dari atau 0,305694 > 0,159. Dari hasil uji F diperoleh Freg = 7,872
dengan p-value = 2,876 maka F hitung > F tabel atau 7,872 > 2,876. Persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
garis regresi ganda atau model hubungan antara X1 dan X2 dengan Y adalah:
Ŷ = 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis yang telah dilakukan,
maka dapat ditafsirkan bahwa:
a. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,297 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan Y.
b. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,230 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X2 dan Y.
c. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y sebesar 0,3057
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan
X2 dengan Y.
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data dan penafsiran pengujian hipotesis
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang
Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan r hitung lebih besar dari rtabel atau
0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%.
b. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Pendapatan
Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Rurnah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan rhitung lebih besar dari rtabel atau
0,230 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%.
c. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang
Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersama-sama dengan
Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 dapat
diterima r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,3057 > 0,159 pada tingkat
signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil signifikansi atau keberartian korelasi ganda
diperoleh Freg = 7,872 kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel F
dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 150 pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil tabel diperoleh Ftabel = 3,06 sehingga F hitung > atau 7,872 >
3,06 maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi tersebut berarti atau
signifikan.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan
pembahasan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa
variabel Jenjang Pendidikan ikut menentukan Sikap Kepala Keluarga dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan
yang positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau
0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel Jenjang Pendidikan (X1) turut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
menentukan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga karena dengan adanya Jenjang
Pendidikan yang tinggi pada Kepala Keluarga berarti mencerminkan pula kepedulian
mereka akan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.
Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2) juga turut mendukung Sikap
Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Dukungan pendapatan
kepala keluarga tersebut ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif antara
pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan
sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau 0,230 > 0,159
pada tingkat signifikansi 5%. Semakin tinggi Pendapatan Kepala Keluarga maka
akan semakin tinggi pula sumbangan positif yang diberikan pada Sikap Kepala
Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.
Berdasarkan perhitungan menggunakan teknik analisis korelasi product
moment, kedua variabel secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif
dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga sebesar
0,3057. Sedangkan menurut perhitungan teknik analisis regresi ganda, variabel X1
dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan variabel Y sebesar
7,872. Ini berarti bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan kepala
keluarga maka sikap kepedulian kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga akan semakin tinggi pula.
Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga
dengan Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dapat
dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan hubungan positif yang diberikan oleh kedua
variabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Sikap Kepala Keluarga dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dipengaruhi oleh Jenjang Pendidikan dan
Pendapatan Kepala Keluarga.
Ringkasan hasil analisis data melalui perhitungan korelasi product moment
dan regresi ganda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Data Korelasi Product Moment dan Regresi Ganda
No Variabel Uji Ringkasan
Keterangan Hasil Tabel
1 2 3 4 5 6 1
2
3
Hubungan
antara Xl
dengan Y
Hubungan
antara X2
dengan Y
Hubungan
antara X1
dan X2
dengan Y
Teknik
Analisis
Korelasi
Teknik
Analisis
Korelasi
Teknik
Analisis
Korelasi
dan
Regresi
rx1Y= 0,297
rx2Y=0,230
ry12= 0,3057
Fhit = 7,872
b1 = 2,137
b2 = 0,740
k =110,353
r tabel = 0,159
r tabel = 0,159
r tabel = 0,159
Ftabel = 3,06
N=156
Taraf signifikan 5%
r hitung > r tabel
0,297>0,159
Uji terbukti
N=156
Taraf signifikan 5%
r hitung>r tabel
0,230>0, 159
Uji terbukti
N=156
Taraf signifikan 5%
r hitung > r tabel
0,3057 > 0,159
Fhit > Ftabel
7,872>3,06
Model persamaan regresi
Y=
110,353+2,137X1+0,740X2
Signifikan secara statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian dilakukan berdasarkan pada kajian teoritik dan hasil
analisis data. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan
terhadap kepela keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan, dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara jenjang pendidikan dengan
sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi
jenjang pendidikan yang dimiliki oleh kepala keluarga maka akan semakin tinggi
pula dukungannya dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena dengan
pendidikan yang dimilikinya maka pengetahuan yang dimilikinya tinggi pula dan
mudah untuk menerima serta menyerap informasi baru hasil perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga kepala keluarga memiliki peningkatan
dukungan sikap yang positif dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan kepala keluarga
dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Pendapatan yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap apa yang
akan dikerjakan, begitu pula dengan kepala keluarga, karena pengelolaan sampah
rumah tangga memerlukan waktu, tenaga dan biaya serta sarana yang cukup
dalam pengelolaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
3. Ada hubungan yang positif dan siginifikan antara jenjang pendidikan dan
pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga dalam
pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan dimilikinya jenjang pendidikan dan
pendapatan yang tinggi oleh kepala keluarga maka akan dapat memotivasi kepala
keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Model Persamaan garis
regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah teruji
kebenarannya dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan kepala
keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap kepala keluarga dalam pengelolaan
sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan tahun 2010. Hipotesis dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa
jenjang pendidikan dan pendapatan mempengaruhi sikap kepala keluarga dalam
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan tahun 2010. Dengan adanya hubungan yang posistif
secara terpadu antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala
keluarga yang tinggi diharapkan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan
sampah rumah tangga dapat meningkat dan semakin baik, sehingga dapat
menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.
Hasil penelitian mendukung teori tentang perubahan sikap yang
dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993: 121) sepeti dalam kutipan berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
”perubahan sikap terjadi melalui komunikasi antara individu dan
orang-orang lainnya. Perubahan sikap disebabkan oleh faktor-faktor predisposisi
yang dimiliki oleh individu, prinsip-prinsip belajar, peran serta individu dalam
kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian”.
Berdasarkan kutipan tentang teori perubahan sikap tersebut di atas
maka dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan seseorang dapat mengubah
sikap orang tersebut terhadap suatu obyek tertentu. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa sikap seseorang atau individu berbeda-beda menurut jenjang
pendidikan yang dimiliki oleh individu tersebut. Semakin tinggi jenjang
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Hasil penelititan ini juga mendukung teori tentang perubahan sikap
yang menyatakan bahwa:
”Kedudukan kelompok juga berpengaruh pada derajat keakraban
kelompok. Terdapat kecenderungan di mana kelompok atas yang berada pada
status yang lebih tinggi memiliki derajat keakraban yang lebih tinggi pula
dibandingkan dengan kedudukan kelompok yang statusnya lebih rendah,
asalakan pembentukan kelompok-kelompok itu berdasarkan kemampuan
(abilitet) para anggota”. (Oemar Hamalik, 1993: 118).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa derajat sikap
kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh status sosial orang tersebut. Status
sosial seseorang antara lain ditentukan oleh jenjang pendidikan dan besarnya
pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut. Kaitannya dengan pengelolaan
sampah rumah tangga, maka orang yang memiliki pendapatan yang lebih besar
akan ia akan lebih akrab dengan lingkungannya. Dengan kata lain semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
c. Memperbaiki sikap dan kebiasaan yang kurang baik mengenai pengelolaan
sampah serta memberi contoh kepada seluruh anggota keluarga serta
masyarakat luas untuk bertindak ramah terhadap lingkungan guna
menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.
d. Memberikan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa pengelolaan
sampah rumah tangga bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga dan
petugas kebersihan semata, tetapi menjadi tanggung jawab semua anggota
keluarga sebagai bagian dari kehidupan rumah tangga.
e. Masyarakat hendaknya aktif dalam mengikuti penyuluhan yang diadakan di
desa sehubungan dengan pengelolaan sampah seta kebersihan dan kesehatan
lingkungan.
f. Memilah sampah sesuai dengan jenis- jenis sampah, agar dapat daur ulang,
diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali.
g. Diusahakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dan menekan
timbulnya sampah yang lebih banyak dengan menggunakan peralatan yang
dapat digunakan secara berulang-ulang.
h. Sebaiknya setiap orang warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan berpendidikan yang lebih tinggi. Bagi warga
yang tidak mampu dan atau sudah berkeluarga dapat menempuh pendidikan
di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD,
paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang
setara dengan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
besar pendapatan seseorang maka semakin besar pula derajat sikap
kepeduliannya terhadap pengelaolaan sampah rumah tangga.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa semakin tinggi
jenjang pendidikan kepala keluarga akan semakin tinggi pula tingkat
pemahaman dan pengembangan daya pikir serta untuk menentukan sikap dan
mengambil tindakan dalam menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat
dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Selain jenjang pendidikan yang dimiliki tak kalah pentingnya adalah
besarnya pendapatan yang dimiliki oleh kepala keluarga. Dalam penelitian ini
besarnya pendapatan kepala keluarga memiliki pengaruh positif terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga. Usaha menciptakan lingkungan hidup yang
bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga
akan lebih mudah tercapai jika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi.
Dengan adanya perpaduan dari jenjang pendidikan dan pendapatan
yang tinggi dari kepala keluarga akan dapat merangsang timbulnya sikap positif
bagi kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga guna
menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.
Berdasarkan uraian di atas maka sebaiknya kepala keluarga
berpendidikan yang lebih tinggi dengan cara menempuh pendidikan di kelompok
belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara
dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara dengan jenjang
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Selain itu guna menciptakan menciptakan sikap kepedulian kepada
masyarakat yang lebih tinggi terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,
sebaiknya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja
wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok keluarga maupun sebagai sumber
panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi
rumah tangga.
. C. Saran
Untuk mencegah meluasnaya dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah rumah tangga di lingkungan pemukiman penduduk, maka pada kesempatan
ini penulis hendak memberikan saran yang bersifat membangun berdasarkan pada
teori-teori yang ada dan hasil di lapangan sebagai berikut.
1. Kepada masyarakat khususnya kepala keluarga di Desa Candisari
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
a. Di setiap depan rumah juga di dalam ruangan rumah perlu disediakan tempat
sampah. Diusahakan tempat sampah tersebut diberi tutup agar bau busuk
yang ditimbulkan oleh sampah tidak menyebar secara meluas.
a. Sampah yang sudah menumpuk sebaiknya ditutup tanah atau dipindahkan ke
Tempat Pembuangan Sampah (TPA).
b. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di selokan, parit, sungai, kolam
atau saluran air lainnya karena dapat menyumbat aliran air, menimbulkan bau
busuk yang mengganggu pernapasan dan sebagai sarang penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
i. Sebaiknya semua warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan khususnya kepala keluarga berusaha keras untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif
menciptakan lapangan kerja wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok
keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan
hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga.
2. Kepada Pemerintah
a. Diharapkan mengangkat pegawai sebagai petugas untuk memilah-milah
sampah sesuai dengan jenis sampah agar dapat daur ulang, diolah menjadi
bahan lain atau digunakan kembali.
b. Diharapkan membangun penambahan tempat penampungan sampah
sementara di daerah-daerah serta menambah armada pengangkut sampah
rumah tangga ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
c. Diharapkan dapat memberi bantuan bak penampung sampah atau container
kepada rakyat agar dapat menampung sampah dalam waktu yang lama.
d. Diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan dengan biaya yang lebih
terjangkau oleh masyarakat luas agar dapat menempuh jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga lebih tinggi pula.
e. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pendapatan
yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga lebih tinggi pula.