hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CANDISARI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Oleh : Suprapto S820809032 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

Page 1: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN

DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI DESA CANDISARI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN 2010

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Oleh :

Suprapto

S820809032

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN

DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI DESA CANDISARI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN 2010

Disusun oleh :

Suprapto

S820809032

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004

ii

Dewan Pembimbing

Jabatan

Nama

Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. NIP 19590201 198503 2 002

…………..... ..………

Pembimbing II

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004

…………….. ..………

Page 3: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN

DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI DESA CANDISARI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN 2010

Disusun oleh :

Suprapto

S820809032

Telah disetujui oleh Tim Penguji

iii

Jabatan

Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U.

…………..... ………

Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.

…………….. ………

Anggota Penguji 1. Prof.Dr.Siswandari, M.Stats.

…………….. ………

2. Prof.Dr. Sigit Santoso, M.Pd.

…………….. ………

Mengetahui

Ketua Program Studi PKLH

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP. 19500930 197603 1 004

…………….. ………

Direktur Program Psacasarjana

Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004

…………….. ………

Page 4: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

ABSTRACT

Suprapto, S820809032. 2010. The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010. Thesis: Magister Program of Sebelas Maret University Surakata.

The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the

education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.

Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.

The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.

Page 5: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

ABSTRACT

Suprapto. S820809032. "The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010". Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. Supervisor II: Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. Thesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Magister Program, Sebelas Maret University, 2010.

The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the

education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.

Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.

The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.

Key word: Correlation, Education Level, Earnings, Attitude of Family Heads, Managing Domestic Garbage

Page 6: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

ABSTRAK

Suprapto, S820809032. 2010. Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2.

Page 7: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

ABSTRAK

Suprapto. S820809032. ”Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010”. Pembimbing I: Prof. Dr. Siswandari,M.Stats. Pembimbing II: Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. Tesis. Surakarta : Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2. Kata Kunci : Hubungan, Jenjang Pendidikan, Pendapatan, Sikap Kepala

Keluarga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Desa Candisari, Kabupaten Grobogan, Tahun 2010

Page 8: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia pada hakekatnya senantiasa tergantung pada

lingkungannya. Untuk membina kesejahteraan hidup manusia diperlukan empat

macam kebutuhan hidup yakni pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan

hidup manusia selalu meningkat seirama dengan meningkatnya kebutuhan

masyarakat dan budayanya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia

memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya.

Bersamaan dengan meningkatnya pembangunan dan usaha manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, produksi sampah dan limbah hasil aktivitas manusia

juga semakin meningkat. Usaha yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah

bagaimana cara membuang dan memusnahkan sampah tersebut. Akan tetapi di

kemudian hari timbul masalah baru, karena lahan tempat pembuangan sampah

semakin sempit. Perlu disadari bahwa sampah adalah hasil aktivitas manusia, dan

yang perlu dipikirkan dengan secara cermat adalah bagaimana manusia penghasil

sampah dapat mengendalikannya, sehingga sampah tidak mengganggu kehidupan

dan kesehatan manusia.

Sampah yang paling sulit diatasi adalah sampah yang tidak dapat membusuk

karena penanganannya harus dibakar ataupun didaur ulang (recycling). Sampah

yang dapat didaur ulang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi sehingga

bermanfaat bagi umat manusia. Untuk penanganan daur ulang sampah diperlukan

Page 9: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

teknologi dan biaya yang cukup tinggi.

Pengelolaan masalah sampah rumah tangga berkaitan erat dengan kesadaran

masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Keikutsertaan seseorang yang

berpartisipasi dalam menanggulangi sampah karena sampah memiliki kesamaan

dengan virus penyakit yang ditimbulkan setiap hari, dan ini dipengaruhi oleh faktor

keadaan masyarakat sosial ekonomi (Yuli Soemirat Slamet, 2002:154). Faktor sosial

ekonomi masyarakat dapat berbentuk jenjang pendidikan seseorang dan besar

pendapatan perbulan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang

terhadap penanganan sampah yang ada di lingkungannya.

Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang turut mempengaruhi sikap

orang tersebut terhadap pengelolaan sampah. Jenjang pendidikan seseorang yang

tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan

bahaya sampah. Misalnya orang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) hanya

mengetahui sebatas bahaya yang ditimbulkan dari sampah. Sedangkan orang yang

berpendidikan lebih tinggi berdasarkan pengalaman biasanya telah mengetahui

tentang sampah seperti jenisnya, asalnya, karakteristiknya dan juga bagaimana

upaya penanganannya. Berdasarkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya

orang akan lebih aktif dalam melakukan upaya penanggulangan pengelolaan

sampah, bahkan tidak hanya memikirkan sampah di rumahnya sendiri tetapi juga

berfikir untuk kepentingan yang lebih luas.

Tingkat pendapatan keluarga dapat memberikan pengaruh yang besar

terhadap kegiatan penanganan sampah. Orang yang memiliki pendapatan rendah,

cenderung melakukan penanganan sampah untuk ditangani sendiri secara sangat

Page 10: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

sederhana, maka penanganan sampah yang dilakukan hanya sebatas kemampuan

kerjanya. Sedangkan orang yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan

penanganan masalah sampah menggunakan sarana peralatan yang lebih baik dengan

meminta bantuan orang lain (pembantu). Mereka akan menyediakan tempat sampah

di dalam maupun di luar rumah serta membayar orang lain untuk menangani sampah

di sekitarnya. Maka penanganan sampah yang dilakukan dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan dana yang dimilikinya untuk membayar jasa orang lain

serta menggunakan sarana peralatan yang diperlukan dalam penanganan sampah

rumah tangga.

Berkaitan dengan faktor sosial ekonomi tersebut dapat diketahui tentang

sikap kepala keluarga terhadap penanganan sampah. Sikap seseorang terhadap

sampah merupakan kepedulian untuk penanganan sampah selanjutnya. Sikap dari

orang yang mengerti bahaya sampah akan berbeda terhadap orang yang belum

mengerti bahaya sampah. Orang yang telah mengerti tentang bahaya sampah dalam

kehidupannya cenderung melakukan penanganan membersihkan dan membuang

sampah dari lingkungannya dengan segera. Sebaliknya orang yang belum dan

kurang mengerti bahaya sampah akan cenderung menimbun sampah walaupun pada

akhirnya akan membuang dan memusnahkannya.

Sesuai yang dikemukakan oleh Widodo dan Haryono (2000:4) bahwa

pengelolaan limbah rumah tangga merupakan cara untuk menciptakan kondisi

rumah tangga yang bersih, sehat dan indah.

Mengenai pengelolaan sampah rumah tangga ini belum semua anggota

masyarakat sadar dan tahu. Seperti halnya dengan sebagian masyarakat di Desa

Page 11: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang pendidikannya

menengah ke bawah, pendapatannya kurang dari cukup maka sikap di dalam

pengelolaan sampah rumah tangga kurang baik (banyak sampah-sampah yang

menumpuk di pekarangan dan berceceran di sekitar rumah serta saluaran air).

Supaya mereka dapat menerima dan mau mengelola sampah dengan baik dan

benar maka menuntut kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah

tangga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk

membahas hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap

kepalakeuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga

terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten

Grobogan tahun 2010?

2. Adakah hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga dalam

pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun

2010?

3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-

sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga

di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

Page 12: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan kesadaran terhadap kesehatan / sanitasi lingkungan khususnya

pengelolaan sampah rumah tangga merupakan persoalan yang sangat komplek,

karena menyangkut sikap kepedulian seseorang atau kelompok masyarakat yang

berhubungan dengan jenjang pendidikan dan pendapatan.

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji

dapat terarah dan tidak terlalu luas maka masalah-masalah yang diteliti dibatasi

sebanyak tiga variabel, yaitu:

1. Jenjang pendidikan kepala keluarga. Jenjang pendidikan adalah tingkat

pendidikan yang dicapai kepala keluarga yang meliputi pendidikan dasar (tidak

tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar), pendidikan menengah (SLTP, SLTA),

pendidikan tinggi (Diploma. Sarjana, Magister, Doktor).

2. Pendapatan kepala keluarga. Pendapatan kepala keluarga adalah penghasilan

kepala keluarga yang berbentuk uang tunai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

Pendapatan kepala keluarga berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan.

3. Sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sikap adalah

merupakan kesediaan dan kehendak keluarga untuk bereaksi terhadap obyek

tertentu (pengelolaan sampah rumah tangga). Sikap seseorang (anggota

masyarakat) dapat teratur dalam bentuk perasaan (afektif), pemikiran (kognitif)

dan tindakan (konatif). Hasil reaksi seseorang (anggota masyarakat) terhadap

obyek tertentu dapat bersifat mendukung atau tidak mendukung secara sukarela

atau secara terpaksa, secara positip atau negatip menerima atau menolak, setuju

atau tidak setuju.

Page 13: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang akan diteliti maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala

keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010?

2. Adakah hubungan antara besarnya pendapatan kepala keluarga dengan sikap

kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010?

3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala

keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun

2010?

E. Tujuan Penelitian

Sebelum mengadakan suatu penelitian atau penyelidikan ilmiah terlebih

dahulu peneliti menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Fungsi dari penetapan

tujuan ini adalah untuk memberikan arahan terhadap penelitian tentang apa yang

nantinya akan diperoleh. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di

atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan

sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa

Page 14: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap

kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dan

pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga

terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten

Grobogan tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Permasalahan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan masalah yang

sangat kompleks yang menuntut setiap warga masyarakat untuk dapat memahami

dan mengelola atau menanganinya dengan baik dan tepat. Oleh karena itu dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuaan dan teknologi khususnya dalam pengelolaan sampah domestik

(sampah rumah tangga) yang baik, sehingga:

a. Timbulnya sumber sampah rumah tangga (domestik) dapat diminimalkan atau

dikurangi.

b. Dapat dihindarkan dampak negatif dari sampah rumah tangga.

c. Dapat digunakan digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti

berikutnya.

Page 15: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Desa Candisari: memberikan sumbangan informasi bagi

Kepala Desa Candisari Kabupaten Grobogan dalam hal penanganan sampah

rumah tangga.

b. Bagi lembaga-lembaga terkait: sebagai bahan masukan kepada lembaga-

lembaga terkait terhadap kebersihan dan kesehatan, khususnya pengelolaan

sampah rumah tangga dalam rangka memperbaiki lingkungan hidup di Desa

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sehingga tercipta

kondisi lingkungan yang baik, bersih, dan sehat bagi masyarakat desa.

c. Bagi peneliti: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan

sampah rumah tangga sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat

dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.

Page 16: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS

A. Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya (Sudarjo BW,1994:4). Lingkungan hidup di

sini merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam

nonhayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lainnya.

Menurut Prabang Setyono (2008: 1-2) pengertian lingkungan dijelaskan

bahwa lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan

tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau

komunitas organism hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan

dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat

darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.

Page 17: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing.

Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama.

Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme,

juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan

mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena

itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan

penggolongan faktor-faktor dari lingkungan tersebut.

Penggolongan faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu (Zoer’aini Jamal Irwan,1984 dalam Prabang Setyono, 2008):

(1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfir, hara mineral, air,

tanah, api. (2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar

lingkungan abiotik.

Faktor lingkungan biotik dan abiotik / fisik saling berhubungan yang

disebut sebagai suatu ekosistem. Apabila komponen-komponen dalam

lingkungan hidup dalam keadaan seimbang, maka akan membentuk suatu

ekosistem lingkungan hidup yang seimbang pula. Konsep penelilian lingkungan

berarti merupakan suatu usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan menjaga

kemampuan lingkungan hidup agar dapat mendukung kehidupan manusia secara

berkesinambungan, pada tingkat kehidupan yang lebih baik.

2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu

Page 18: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,

pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Sudarjo BW,1994:4).

Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :

a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup

sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;

b. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

c. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup;

d. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan

generasi sekarang dan mendatang;

e. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang

menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

(Sudarjo BW,1994:4).

Menurut Otto Sumarwoto (2001: 95) ruang lingkup pengelolaan

lingkungan hidup meliputi : (1) Pengelolaan rutin. (2) Perencanaan dini terhadap

pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi

perencanaan pembangunan. (3) Perencanaan lingkungan hidup berdasarkan

perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat suatu proyek

pembangunan yang sedang direncanakan. (4) Perencanaan pengelolaan

lingkungan hidup untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan,

baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Manusia secara

rutin mengelola lingkungannya. Pembuangan sampah dan pembuatan saluran

pembuangan sampah dari dapur dan kamar mandi merupakan contoh kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi lingkungan

hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) lingkungan memberikan ruang

untuk hidup, sebagai tempat tinggal dan melakukan fungsi kehidupan. 2)

lingkungan merupakan sumber daya hayati dan non hayati, baik yang dapat

Page 19: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui, 3) Lingkungan sebagai

penyedia dan pendukung kehidupan organisme lain.

3. Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan menurut Sudarjo BW (1994:5) dapat

didefinisikan sebagai berikut: ”Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam

lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau

proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya”.

Lingkungan tidak mengenal batas. Pada prinsipnya, lingkungan (air,

udara, tanah, sosial, dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak

mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem. Misalnya

air tidak dapat dipisahkan dengan nyata dari udara, karena di dalam udara

terdapat uap-uap ataupun bintik-bintik air. Begitu pula terdapat gas-gas yang

terlarut di dalam air. Udarapun terdapat di dalam tanah. Karenanya, apabila udara

mengandung sulfur dioxida, maka bila hujan turun, maka air hujan akan bersifat

asam, dan air permukaan menjadi asam pula (Yuli Soemirat Slamet, 2002:36).

Pencemaran lingkungan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan

makhluk hidup. Pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pencemaran

lingkungan menimbulkan perubahan terhadap kualitas dan fungsi lingkungan

yang kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan keperuntukannya.

Page 20: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4. Macam-macam Pencemaran lingkungan

a. Berdasarkan Tempat Terjadinya

Berdasarkan lingkungan atau tempat yang mengalami pencemaran,

secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi

pencemaran air, tanah, dan udara.

1) Pencemaran Air

Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan

penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di

samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang,

industri, dan masih banyak lagi.

Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara

tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan

mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat

buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah

persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan

akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang

disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga,

paku air, dan enceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan

perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan.

Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat

berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi

berkurang.

Page 21: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Pengertian pencemaran air dalam Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/I/1988, Bab I

Pasal 1 disebutkan bahwa:

”Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke

dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh

proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya”.

(Sudjoko,dkk, 2008: 3.27)

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa air tercemar adalah air

yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang

telah ditetapkan sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk

keperluan tertentu, misalnya untuk air minum, pertanian, perikanan, dan

lain-lain.

Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran

air dapat dibedakan antara lain :

a) Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau

pupuk organik. Insektisida dapat mematikan makhluk hidup di sungai.

Jika makhluk hidup di sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau

manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk

mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum

sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable

Page 22: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai

dengan aturan. Hendaknya tidak membuang sisa obat ke sembarang

tempat. Adapun pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan

lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan

tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan

mengancam kelestarian bendungan. Bendungan akan cepat dangkal,

pertumbuhan serta perkembangbiakan makhluk hidup air akan terganggu

dan akhirnya mati karenanya.

b) Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari rumah

tangga. Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran

air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan

organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan

manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai dan

akhirnya kelaut. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik,

alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun

menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain

dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit

penyakit, bakteri, dan jamur.

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian

dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis

sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat,

kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.

Page 23: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya

pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota,

air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di

dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri

dan jamur.

c) Limbah Industri

Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh industri yang tidak disertai

dengan pengolahan limbah sebelumnya. Limbah industri ini disebabkan

karena adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air tanpa

diolah terlebih dahulu. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada

jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan

anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang

mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air

menjadi panas).

Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan

pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus

diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi

pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena

bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah

menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu

karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.

Page 24: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d) Penangkapan Ikan Menggunakan Racun

Penduduk yang tinggal dipingiran pantai banyak

menggantungkan hidupnya melalui laut. Para nelayan tersebut ada yang

menggunakan tuba (racun dari tumbuhan) atau potas (racun) untuk

menangkap ikan di laut. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan

dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian

racun yang disebarkan akan memusnahkan berbagai jenis makluk hidup

yang ada di dalam air. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut

mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan

sumber daya perairan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air

antara lain: terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya

kandungan oksigen, terjadinya ledakan populasi ganggang dan

tumbuhan air (eutrofikasi), pendangkalan dasar perairan, punahnya biota

air.

2) Pencemaran tanah

Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan

makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang

karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan

berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan

limbah padat yang mencemari tanah.

Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah

tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut

jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah

Page 25: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti

dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik

biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.

Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral,

gas, dan air, sehingga terbentuklah humus dari sampah organik. Sampah-

sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan sampah

anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik,

sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga

puluahn bahkan ratusan tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita

buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh

anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sebaiknya, sampah yang

akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah yang

terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat

dijadikan kompos. Kedua adalah sampah yang tak terurai, dapat

dimanfaatkan ulang (penggunaan ulang = reuse). Misalnya, kaleng bekas

kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas digunakan

untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air

minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah

dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga beban

lingkungan menjadi berkurang. Pencemaran tidak mungkin dihilangkan,

yang dapat kita lakukan adalah mencegah dampak negatif dan

mengendalikannya. Selain penggunaulangan dan pendaurulangan, masih

ada lagi upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan pengurangan

Page 26: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

bahan atau penghematan (reduce), dan melakukan pemeliharaan (repair).

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain:

terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam

tanah), berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik

untuk pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi keseimbangan ekologi.

3) Pencemaran Udara

Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-

unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam,

ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.

Pencemaran udara banyak disebabkan oleh asap buangan, misalnya

gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.

a) CO2

Pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara dengan

polutan atau zat-zat yang dihasilkan dari kegiatan manusia maupun alam

itu sendiri. Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin

meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari

pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil seperti

batubara, minyak bumi, juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan

pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera

diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh

dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat

mengakibatkan efek rumah kaca.

Page 27: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b) CO

CO atau karbonmonoksida dapat mencemari lingkungan disekitar

rumah. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup.

Jika proses pembakaran di dalam mesin tidak sempurna, maka proses

pembakaran itu menghasilkan gas CO yang keluar memenuhi ruangan.

Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di dalam garasi tersebut.

Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan

tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke

dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.

c) CFC

CFC atau biasa disebut dengan gas chloro fluoro carbon

merupakan salah satu gas yang berbahaya dalam pencemara udara. Gas

CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak

berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini digunakan misalnya

untuk pembuatan busa kursi, untuk AC atau freon, pendingin pada

almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang

membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon

(O3). Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan

ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai

“lubang” ozon. Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari

pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi

cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian

Page 28: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik,

menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Karena itu

penggunaan zat CFC harus dibatasi dan digunakan sebaik mungkin.

d) SO, SO2

Gas belerang atau SO dan gas belerang oksida atau SO2 di udara

dihasilkan oleh pembakaran fosil baik minyak maupun batubara. Gas

tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang

menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.

Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati.

Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan

kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula

bangunan gedung dan jembatan juga cepat rusak.

e) Asap Rokok

Zat yang mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan

manusia adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan

pencemar yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru,

mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan

lainnya. Perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan

perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok secara

langsung. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi

menghirup asap rokok di suatu ruangan. Baik perokok aktif maupun

perokok pasif, keduanya memiliki resiko yang tinggi. Jadi, merokok di

Page 29: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat

mengganggu kesehatan orang lain. Akibat yang ditimbulkan rokok

adalah terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit

pernapasan (bronkhitis, asma, dan kemungkinan kanker paruparu).

b. Berdasarkan Macam Bahan Pencemarnya

Pencemaran lingkungan menurut macam bahan pencemarnya,

dibedakan menjadi berikut ini:

1) Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan

radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.

2) Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba

coli, Salmonella thyposa.

3) Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.

4) Pencemaran Suara : kebisingan.

c. Berdasarkan Tingkat Pencemaran

Pencemaran lingkungan berdasarkan tingkat pencemarannya,

pencemaran dibedakan menjadi:

1) Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan

gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.

2) Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis.

3) Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.

Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang

didalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.

Page 30: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5. Dampak Pencemaran Lingkungan

Dampak pencemaran bagi manusia secara menyeluruh dapat terjadi

apabila kadar CO2 di udara naik akibat pembakaran bahan bakar minyak,

batubara, dan kebakaran hutan. Gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer bumi.

Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari

bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi.

Akibatnya, suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah

kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek

rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal

dari pembusukan kotoran hewan.

Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik

secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global (global warming).

Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut

menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil

menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan

ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.

Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan

asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah,

danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan

dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini akan

mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.

Dampak pencemaran lingkungan secara khusus antara lain adalah:

Page 31: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Punahnya Spesies

Sebagaimana telah diuraikan di atas, polutan berbahaya bagi biota air

dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati.

Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka,

ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka

terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal

terhadap bahan pencemar, adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi,

harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas

tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.

b. Peledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena

predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.

c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam

suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi

menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur

materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.

d. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat

menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat

menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan

Page 32: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.

d. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar

dapat mengalami keracunan. Ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami

kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan

ada yang menyebabkan cacat pada keturunannya.

e. Pemekatan Hayati

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk

dikenal sebagai pemekatan hayati, dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai

biomagnificition.

f. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca

Terbentuknya lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan

permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini

disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak

di tempat lain.

6. Beberapa Upaya Dalam Menanggulangi Pencemaran Lingkungan

Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui

penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil

jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Page 33: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu

bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran

lingkungan, diantaranya sebagai berikut:

a. Membuang sampah pada tempatnya

Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran

airnya terhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk.

Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan

menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, dapat

meyebabkan banjir pada musim hujan.

Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah

tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-

sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik.

Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi

kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat

didaur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.

b. Penanggulangan limbah industri

Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia,

sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi

bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar

yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan

sehingga tidak mengganggu ekosistem.

Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari

Page 34: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk

dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.

c. Penanggulangan pencemaran udara

Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor

dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi

pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif

bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik.

Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan

bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan

terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor.

d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar

Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya

jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap

kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa

mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke

atmosfer.

e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai

Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian.

Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk

ke perairan. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak negatif yang

ditimbulkan oleh pupuk buatan yang masuk ke perairan. Begitu juga dengan

Page 35: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

penggunaan obat anti hama tanaman. Jika penggunaannya melebihi dosis yang

ditetapkan akan menimbulkan pencemaran. Selain dapat mencemari

lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya organisme tertentu yang

dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang membantu

penyerbukan tanaman. Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah

satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem

pertanian.

f. Pengurangan pemakaian CFC

Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar

ratusan tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi

penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan

penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga

dapat mengurangi pemanasan global.

B. Sampah Rumah Tangga

1. Pengertian Sampah

Para ahli telah banyak mengemukakan tentang pengertian sampah. Untuk

dapat memahami arti sampah dapat ditelaah dari beberapa pengertian sampah dari

beberapa ahli dan sumber.

”Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan

limbah padat” (Gumbira Sa’id, 1987: 9). Sampah yang dihasilkan dalam kegiatan

setiap hari di rumah oleh kepala keluarga dan anggota keluarga adalah sampah

rumah tangga yang umumnya berbentuk keadaan limbah padat. Yuli Soemirat

Page 36: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Slamet (2002:152) memberikan batasan bahwa sampah adalah segala sesuatu

yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. ”Sampah (waste)

adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa

bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa

proses industri” (Wied Harry Apriadji, 2000 : 1). Bahar (1986:5) menyatakan

bahwa sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik refuse)

biasanya berupa sisa-sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai

lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus,

bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain sebagainya. Dari beberapa

pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa barang

yang berbentuk padat yang telah digunakan manusia yang tidak berguna lagi dan

jika tidak segera diatasi dapat mengganggu kehidupan manusia.

”Sampah ialah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan

binatang yang merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga

dibuang sebagai barang yang tidak berguna” (Anonim, 1987: 21).

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa sampah adalah hasil kegiatan

manusia dan binatang tidak digunakan lagi, misalnya kegiatan manusia dalam

pembuatan bungkus makanan dari plastik, daun atau kertas, potongan-potongan

dan sisa plastik, daun atau kertas yang tidak digunakan dibuang sebagai sampah.

Hasil kegiatan binatang yang tidak digunakan misalnya sisa-sisa makanan

binatang seperti rumput, jerami dan kotoran binatang dibuang sebagai sampah.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang dimaksud dengan

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang

Page 37: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

berbentuk padat (Anonim,2008). Pengertian sampah menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa pengertian sampah adalah

limbah padat yang berasal dari lingkungan pemukiman, bukan bahan berbahaya

dan beracun, yang dianggap tidak berguna lagi.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah satu-

satunya penghasil sampah, karena sampah dapat dihasilkan oleh proses secara

alamiah yang terjadi di muka bumi. Selanjutnya bahan yang berbahaya dan

beracun tidak termasuk dalam kategori sampah.

2. Pengertian Rumah Tangga

Pengertian rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga terdiri dari:

a. Suami, isteri, dan anak.

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf (1) karena hubungan darah, perkawinan,

pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga.

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut.

Rumah tangga dalam ilmu sosial didefinisikan sebagai bagian terkecil

dari masyarakat. Rumah tangga merupakan bagian yang sangat penting

pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.

3. Pengertian Sampah Rumah Tangga

Pengertian sampah rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dalam rumah tangga, tidak

Page 38: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

termasuk tinja dan sampah spesifik yang berasal dari kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosisal, fasilitas umum, dan/atau

fasilitas lainnya. Adapun yang dimaksud sampah spesifik meliputi :

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

c. Sampah yang timbul akibat bencana;

d. Puing bongkaran bangunan;

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau

f. Sampah yang timbul secara tidak periodik (Anonim,2008:4)

Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa yang

dimaksud sampah rumah tangga adalah sampah yang timbul akibat kegiatan yang

dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga .

4. Jenis-Jenis Sampah

Yuli Soemirat Slamet (2002:152) menyatakan bahwa sampah dibagi

menjadi dua yaitu sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk. Sampah

yang tidak membusuk adalah plastik, kertas, logam, karet, bahan bangunan bekas,

dan kaca. Sedangkan sampah yang membusuk seperti sayuran, daging, daun, dan

zat-zat organik yang tidak terpakai lainnya.

Sampah dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimia sebagai berikut :

a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian dan lainnya.

b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan

lainnya.

Page 39: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Sampah yang berupa debu/abu, dan

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah berasal dari

industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Menurut Azrul Azwar (1996 : 54) menjelaskan bahwa macam sampah

dikenal beberapa cara pembagian : (1) Jenis sampah berdasarkan zat pembentuk

yakni : Sampah organik dan, Sampah anorganik. (2) Jenis sampah berdasarkan

atas dasar sifat yakni : Sampah yang mudah membusuk, Sampah yang tidak

mudah membusuk, Sampah yang mudah terbakar, Sampah yang tidak mudah

terbakar.

5. Sumber Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 bahwa yang dimaksud

dengan ”sumber sampah adalah asal timbulnya sampah” (Anonim,2008:2).

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa sumber sampah segala

sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya sampah.

Sampah perlu diketahui sumber atau asalnya karena sebagai upaya

untuk melakukan penanganan secara terprogram. Ada beberapa sumber atau asal

sampah antara lain :

a. Sampah domestik yaitu sampah yang berasal dari tempat pemukiman,

biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu rumah atau bangunan perumahan. Sampah

yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, dan

bekas pembungkus yang berbentuk sampah basah (garbage) dan sampah

kering (rubbish).

Page 40: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat. Sarana pelayanan masyarakat

adalah tempat-tempat : hiburan umum, parkir, pelayanan kesehatan, gedung

pertemuan, pantai sebagai tempat rekreasi dan jalan umum. Sampah yang

dihasilkan pada tempat-tempat tersebut biasanya berupa sampah anorganik dan

organik.

c. Sampah dari tempat umum. Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan

banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan, seperti pasar, toko,

tempat penginapan, warung/ restoran/ kafe. Jenis sampah yang dihasilkan

misalnya sisa sayuran, sisa makanan, sisa pembungkus makanan, dan sampah

kering seperti sisa bahan bangunan dan abu.

d. Sampah alami yaitu sampah yang dihasilkan dari akbiat bencana alam, seperti

sampah yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan.

e. Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Jenis

sampah industri tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Misalnya pada

industri keramik maka sampah yang dihasilkan adalah potongan atau pecahan-

pecahan keramik.

6. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang baik tidak akan berdampak negatif pada

kesehatan lingkungan yang merugikan bagi kehidupan manusia serta tidak

menjadi tempat perantara perkembangbiakan penyakit dan juga tidak mencemari

udara, air dan tanah. Namun sering dijumpai sampah tidak pada tempatnya

sehingga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah yang tidak

dikelola secara baik dapat berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya

Page 41: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mikroorganisme, yang dapat menimbulkan bau busuk dan dampak negatif pada

kesehatan lingkungan.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistemis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah” (Anonim, 2008: 2).

Definisi Pengelolaan sampah menurut Yuli Soemirat Slamet (2002:156)

dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Untuk

mencegah terjadinya penyakit, Konservasi sumber daya alam, Mencegah

gangguan estetika (keindahan), Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan

kembali, Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.

Dijelaskan oleh Yuli Soemirat Slamet bahwa Kenyataan yang ada pada

saat sekarang sampah sulit dikelola oleh karena beberapa hal antara lain:

”Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan

masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan;

meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan

pengetahuan tentang persampahan; meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan

konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; kebiasaan

pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan

pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah

yang turun kadar estetiknya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus;

kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga

ketidakmampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun

produk manufaktor yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi

sampah; semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akan

sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan

sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan sampah;

Page 42: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan, Sulitnya menyimpan sampah

sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas; sulitnya mencari

partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara

kebersihan; pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa hingga saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah; pengelolaan sampah di

masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor-faktor non teknis, seperti

partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

(Yuli Soemirat, 2002: 156).

Pengelolaan sampah dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu lingkungan

yang bersih, sehat dan aman serta semua faktor-faktor lingkungan berfungsi

sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan

menggunakan tenaga kerja dan biaya sedikit tanpa mengganggu atau merugikan

faktor-faktor lingkungan. Hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan

sumber yang terbatas. Sumber atau sarana yang digunakan misalnya : tenaga

kerja (man), biaya (money), pelayanan (service), waktu (time), bahan-bahan

pokok (materials), peralatan atau mesin (machine), dan cara kerja (method).

Dalam pengelolaan sampah diperlukan adanya manajemen personalia

yang baik. Yang dimaksud dengan manajemen personalia menurut Edwin Flippo

bahwa:

”Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan,

kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan

sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan , organisasi dan

masyarakat” (Flippo, 1996 : 5).

Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan

Page 43: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sampah yang baik diperlukan perencanaan dan pengorganisasian secara

terintegrasi oleh pemerintah bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat

untuk mencapai tujuan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan nyaman.

Selanjutnya di dalam buku yang berjudul ”Pembuangan Sampah” yang

diterbitkan oleh Proyek Pembangunan Pendidikan Tenaga Sanitase Pusat Jakarta

disebutkan bahwa:

”Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang

berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan sementara,

pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan

sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari

kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam

(conservation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya

dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat” (Anonim, 1987 : 30).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam

pengelolaan sampah hendaknya dilakukan pengaturan kegiatan-kegiatan:

(1) Penimbunan sampah, (2) Penyimpanan sampah sementara, (3) Pengumpulan

sampah di bak sampah atau container, (4) Pemindahan atau pengangkutan

sampah, (5) Pemrosesan dan pembuangan sampah, (6) Pemusnahan sampah.

Keenam tahapan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan suatu

cara yang terbaik bagi kesehatan masyarakat dengan mempetimbangkan prinsip-

prinsip: (1) Ekonomis, (2) Teknik yang dapat digunakan, (3) Perlindungan alam,

(4) Keindahan, (5) Sikap masyarakat.

7. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

Page 44: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan

penanganan sampah (Anonim, 2008 :10).

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pengelolaan sampah

rumah tangga pada intinya meliputi dua kegiatan pokok yaitu kegiatan untuk

mengurangi sampah dan kegiatan untuk menangani sampah.

a. Pengurangan Sampah

Kegiatan pengurangan sampah dimaksudkan agar jumlah atau

kuantitas pertambahan timbulnya sampah dapat ditekan atau diperkecil.

Dengan kata lain bahwa kegiatan pengurangan sampah bertujuan untuk

memperlambat atau mengurangi frekuensi timbulnya sampah. Kegiatan

pengurangan sampah meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu :

1). Pembatasan timbulan sampah

Sampah yang timbul pada setiap hari dapat dikurangi dengan cara

meminimalisasikan barang atau material yang dipergunakan. Semakin

sedikit barang atau material yang kita gunakan maka akan semakin sedikit

pula sampah yang dihasilkan.

2). Pendaurulangan sampah

Yang dimaksud pendaurulangan sampah adalah memanfaatkan

barang-barang yang sudah tidak berguna untuk diolah menjadi barang-

barang baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan kata lain bahwa

kegiatan pendaurulangan ini bertujuan untuk mengurangi sampah dengan

cara mengolah sampah menjadi barang baru lain yang dapat dimanfaatkan

kembali oleh manusia, misalnya sampaah dari ember plastik yang sudah

Page 45: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

rusak dapt diolah kembali menjadi ember plastik baru atau barang baru

lain yang dapat dimanfaatkan kembali.

3). Pemanfaatan kembali sampah

Dalam penelitian ini yang dimaksud pemanfaatan kembali sampah

adalah memanfaatkan atau menggunakan suatu barang lebih dari satu kali,

misalnya botol minuman aqua yang airnya sudah habis dapat digunakan

kembali sebagi tempat air minum. Air yang dimasukkan ke dalam botol

ini disebut sebagai air isi ulang. Dengan melakukan isi ulang botol air,

maka dapat diperoleh setidaknya dua keuntungan. Keuntungan pertama

dapat mengurangi timbulnya sampah. Keuntungan yang kedua harga air

lebih murah.

b. Penanganan Sampah

Kegiatan penanganan sampah dimaksudkan untuk menangani

keberadaan sampah yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya

waktu. Kegiatan penanganan sampah bertujuan agar sampah yang timbul di

lingkungan rumah tangga tidak mengganggu kesehatan dan kehidupan

manusia sehari-hari. Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan:

1). Pemilahan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan atau sifat

sampah.

2). Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara.

3). Pengangkutan sampah dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan

atau tempat penampungan sementara ke tempat pemrosesan terakhir.

Page 46: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4). Pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karakteristik dan komposisi

serta jumlah sampah.

5). Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau

residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman bagi

manusia dan lingkungan.

8. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Umum

Sistem operasional pengelolaan sampah mencakup juga sub sistem

pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap

langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta

keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian

maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh skala ekonomis atau ”economies of

scale”, maka dalam perencanaan dan implementasinya hendaklah mengupayakan

peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya.

Sistem pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di

Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukkan pilihan pemrosesan

dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat

dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan pemukiman atau perumahan, perusahaan

atau industry, tempat-tempat umum maupun di Tempat Pembuangan Akhir

(TPA). Sebagaimana terlihat dalam bagan berikut, mulai dari tahap awal yaitu

pengumpulan atau pewadahan sampah dilakukan pengolahan dan pemrosesan

sampah, sehingga sampah yang akan diurug ke dalam tanah dapat diminimalkan.

Bagan di bawah ini menggambarkan pengembangan atau pergeseran sistem

pengelolaan persampahan.

Page 47: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta

masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal

investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola

pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan

komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomis, misalnya bila

diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai

ekonomis ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih

mengedepankan prinsip agar sistem yang dipilih dapat berkesinambungan.

Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah di Desa

Candisari adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai

Bagan 1. Pergeseran Pola Pengelolaan Persampahan (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Pola Eksisting

Pengumpulan / Pewadahan

Pemindahan/ Pengangkutan

Pemusnahan/ Pengurugan

Pola Yang Sebaiknya Diterapkan

Pemindahan/ Pengangkutan

Lokasi TPA

Pengolahan Pemrosesan

Pengolahan Pemrosesan

Pemusnahan/ Pembuangan

Residu

Pengumpulan/ Pewadahan

Page 48: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sampah organik. Jenis sampah dengan prosentase organik yang tinggi sangat

cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang

komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga

cukup potensial seperti plastik, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan

kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah

dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.

9. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu

Sistem pengelolaan sampah secara terpadu merupakan perpaduan dan

pengembangan dari sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh

masyarakat secara umum. Sampah yang berasal dari sumber timbunan sampah

dipilah atau dipisahkan menurut jenis dan karakterisitik sampah atau source

reduction. Selanjutnya pada tahap pengumpulan sampah juga dilakukan

pemilahan sampah sesuai jenis dan karakteristik sampah. Pemilahan sampah

juga dilakukan setelah sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan dan

pemrosesan akhir. Pengolahan dan pemrosesan akhir meliputi kegiatan daur

ulang, pengomposan atau composting, pemusnahan residu daur ulang dan

pengoposan di sanitary landfill dan incenerator. Hasil pemusnahan di sanitary

landfill dan icenerator berupa abu dapat digunakan sebagai campuran kompos

dan pembuatan barang baru atau produk lain misalnya batako. Hasil industri

daur ulang, komposting, dan batako dapat diamanfaatkan oleh konsumen.

Sistem pengelolaan sampah terpadu seperti dijelaskan pada uraian

tersebut di atas, secara konseptual dapat digambarkan seperti pada bagan

berikut.

Page 49: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Bagan 2. Skema Konseptual Pengelolaan Sampah Terpadu (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara

terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga

memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik. Untuk

mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah

dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan

berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan

sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan

peningkatan dalam mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang

dikembangkan harus sensitif dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan

Sumber Timbunan Sampah (Terjadi Pemilahan/ Source Reduction)

Bahan Daur Ulang

Industri Daur Ulang

Pembuatan Produk Lain

Misal: Batako

Residu

Pengumpulan (Ada Pemilahan)

Sanitary Landfill (SLF)

Dan Insinerator

Pengangkutan

Konsumen Pemilahan

Residu

Komposting

Sebagai Bahan Campuran Kompos

Abu

Page 50: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang.

Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah

(waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang

tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah

menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.

Sebagian besar sampah sebetulnya belum cocok dikatakan sampah,

karena nilai gunanya belumlah betul-betul habis. Sebagai contoh sebagian besar

sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik bagi

tanaman. Contoh lain misalnya plastik bekas juga dapat didaur ulang menjadi

barang plastik lainnya.

Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas

diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:

”(1) Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis

berdasarkan jenisnya. (2) Pemadatan sampah (baling). (3) Pemotongan sampah.

(4) Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan

rekayasa. (5) Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio. (6) Pembakaran

dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan energi panas”.

(http//wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Secara teknis keberhasilan cara-cara meminimalisasikan sampah tersebut

banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini

mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah

dipisah, gerobak sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta

truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju

Page 51: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini konsep meminimalisasikan dinilai kurang

begitu efisien.

Melihat komposisi sampah di Desa Candisari yang sebagian adalah sisa-

sisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat

membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam mini.

Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk

pengomposan atau biogasifikasi. Di Desa Candisari, dengan kondisi temperatur

udara yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan seresah dari pepohonan dapat

mudah kering dan hancur. Pengomposan merupakan salah satu teknik

pengolahan limbah organik (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat

disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas

dari bakteri, serta tidak berbau yang tidak enak. Alasan utama kegagalan

pengomposan selama ini adalah pemasaran.

Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya

penggunaan komposter individual. Sampah-sampah dapur ditampung ke dalam

sebuah bak penampung atau container yang mampu menampung sampah dalam

kurun waktu yang cukup lama. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos

yang perlu penanganan lebih lanjut. Sampah juga merupakan sumber biomassa

sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing. Khususnya untuk pakan

cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang

berasal dari dapur.

10. Pengeloalan Sampah Berbasis Peran Serta Masyarakat

Pihak swasta umunya berperan dalam mengelola sampah yang telah

Page 52: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan dari unsur

masyarakat, pada umumnya masyarakat hanya berperan pada sektor

pengumpulan sampah di sumber sampah, padahal penanganan sampah juga

memerlukan kepedulian dari masyarakat untuk menjaga lingkungan dan

swadaya pengelolaan sampah berbasis peran serta masyarakat. Untuk

menerapkan paradigma tersebut, perlu disosialisasikan penanganan sampah

dengan menggunakan prinsip-prinsip produksi bersih yang sering dikenal

dengan prinsip 4R, yaitu:

a. Reduce (Mengurangi);

Reduce adalah usaha untuk mengurangi timbulnya sampah dengan

cara mengurangi atau meminimalisasi barang atau material yang kita

pergunakan. Semakin banyak manusia menggunakan barang atau material,

semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.

b. Reuse (Menggunakan kembali);

Reuse atau penggunaan kembali adalah menggunakan kembali suatu

barang lebih dari sekali. Sebisa mungkin dipilih barang-barang yang bias

dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai

(disposable). Hal ini mencakup penggunaan kembali secara konvensional

yang memakai kembali barang dengan fungsi yang sama maupun

penggunaan kembali barang dengan fungsi yang berbeda. Contoh klasik

penggunaan kembali secara konvensional adalah botol galon air mineral

yang bisa diisi ulang.

Page 53: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Manfaat Penggunaan Kembali (reuse): (1) Menghemat bahan mentah

dan energi selama barang yang digunakan kembali dapat menggantikan

barang baru yang dapat diproduksi industri. (2) Mengurangi kebutuhan akan

tempat sampah dan biaya. (3) Dapat memberikan lapangan pekerjaan yang

berkelanjutan. (4) Bermanfaat bagi konsumen dengan menghemat uang

karena barang yang dipergunakan kembali pada umumnya dijual dengan

harga yang reltif lebih murah dibandingkan dengan barang baru.

Kerugian Penggunaan Kembali (reuse): (1) Terkadang membutuhkan

proses pembersihan dan transportasi yang mengorbankan lingkungan juga.

(2) Beberapa barang mungkin berbahaya jika dipakai kembali, misalnya

beberapa jenis plastik yang membentuk kemasan makanan, tidak

direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang

berdifusi ke dalam makanan. (3) Barang yang dipergunakn kembali haruslah

lebih tahan lama. Hal ini berarti bahwa dalam proses produksi awal, barang

tersebut akan membutuhkan lebih banyak material. (4) Mensortir dan

mempersiapkan barang untuk dipergunakan kembali membutuhkan waktu

lama, yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi konsumen dan

mengorbankan uang.

c. Recycle (Mendaur Ulang);

Terdapat perbedaan arti antara kata penggunaan kembali (reuse)

dengan daur ulang (recycle). Penggunaan kembali (reuse) adalah

menggunakan kembali suatu barang lebih dari sekali. Arti Recycle adalah

memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi untuk diolah

Page 54: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

menjadi barang yang dapat dimanfaatkan kembali. Sebisa mungkin

diusahakan agar barang-barang yang sudah tidak berguna dapat didaur ulang.

Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri

swasta dan industri rumah tangga yang memanfaatkan dan mengolah sampah

menjadi barang lain.

d. Replace (Mengganti);

Replace atau mengganti merupakan usaha pengelolaan sampah

dengan mengganti barang-barang yang hanya sekali pakai dan cepat rusak

dengan barang-barang yang lebih tahan lama dan lebih ramah lingkungan.

Hal ini bermanfaat untuk mengurangi sirkulasi dan jumlah timbulnya

sampah.

11. Pemusnahan Sampah

Bentuk dan bahan tempat sampah rumah tangga bermacam-macam

tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penampungan sampah (refuse

storage) dari keluarga. Kemudian sampah dikumpulkan pada suatu tempat

tertentu yang disebut tempat pengumpulan sampah sementara (refuse

collegtion). Selanjutnya sistem pembuangan sampah adalah langkah yang

terakhir di mana sampah dimusnahkan dengan bermacam-macam cara

tergantung pada kepentingan dari pihak yang memusnahkan, tahap akhir

pemusnahan sampah ini disebut pembuangan sampah (refuse disposal). Dari

uraian tersebut maka pembuangan dan pemusnahan sampah merupakan satu

kesatuan kegiatan dalam pengelolaan sampah, karena sampah yang dibuang

Page 55: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

tanpa dimusnahkan maka keberadaan sampah akan tetap ada dan bertambah

banyak jumlahnya serta menambah masalah baru dalam kehidupan.

Menurut Azrul Azwar (1996 : 59) metode pembuangan sampah yang

lazim dipergunakan adalah : a. Hog feeding yaitu penggunaan sampah jenis

garbage untuk makanan hewan (babi); b. Inceneration yaitu pembakaran

sampah secara besar-besaran melalui fasilitas (pabrik) yang khusus dibangun

untuk itu; c. Sanitary land fill yaitu pembuangan sampah dengan cara

menimbun sampah dengan tanah, yang dilakukan lapis demi lapis sedemikian

rupa sehingga sampah tidak berada di alam terbuka; d. Composting yaitu

pengolahan sampah jadi pupuk, yakni dengan terbentuknya zat-zat organik yang

bermanfaat untuk menyuburkan tanah; e. Discharge to sewers yaitu sampah

dihaluskan dan dibuang ke dalam saluran pembuangan air bekas; f. Dumping

yaitu pembuangan sampah dengan meletakkan begitu saja di tanah; g. Dumping

in water yaitu pembuangan sampah dengan dibuang ke dalam air; h. Land fill

adalah pembuangan sampah di tanah rendah, tanpa ditimbun dengan lapisan

tanah; i. Individual incineration yaitu pembakaran sampah yang dilakukan

secara perorangan di rumah tangga; j. Recycling yaitu pengolahan sampah

dengan maksud pemakaian kembali hal-hal yang masih kita pakai; k. Reduction

yaitu menghancurkan sampah menjadi jumlah yang kecil dan hasilnya

dimanfaatkan; l. Salvaging adalah pemanfaatan beberapa macam sampah yang

dipandang dapat dipakai kembali.

Dari Beberapa metode pembuangan sampah tersebut di atas ada yang

baik bagi manusia dan ada yang tidak baik bagi kehidupan pada umumnya.

Page 56: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Metode pembuangan sampah yang baik menurut penulis adalah dengan metode

composting, inceneration, sanitary land fill, recycling.

Composting atau pengomposan adalah merupakan metode pembuangan

dan pemusnahan sampah yang baik karena dalam proses pemecahan bahan-

bahan organik dari sampah terjadi secara biokimia, yang dapat memproduksi

hasil akhir bahan- bahan sejenis humus yang digunakan untuk mengatur kondisi

tanah pertanian dan berfungsi sebagai pupuk tanaman.

Inceneration atau pembakaran adalah metode pembuangan dan

pemusnahan sampah dengan membakar sampah dan alat yang digunakan

dilengkapi dengan peralatan yang dapat menghindari terjadinya polusi udara

akibat pembakaran sampah, seperti debu, gas-gas yang bersifat korosif terhadap

logam.

Sanitary Landfill adalah metode pembuangan sampah dengan

membuang sampah ke tempat-tempat rendah dan ditutup dengan tanah untuk

memenuhi persayaratan- persyaratan sanitasi. Sanitary landfill merupakan cara

pembuangan dan pemusnahan sampah yang paling mudah dan murah dibanding

cara-cara lain.

Recycling adalah cara pembuangan dan pemusnahan sampah dengan

proses daur ulang dengan cara mengolah sampah tersebut menjadi barang baru.

12. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sampah

Kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai

kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Yuli Soemirat Slamet (2002:154)

menyatakan beberapa faktor yang penting dalam sampah adalah :

Page 57: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

a. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah

inipun terpacu dengan laju perlambatan penduduk.

b. Keadaan ekonomi sosial. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi

masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.

Kualitas sampahnya semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,

peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan

persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan

konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasipun

bertambah, dan produk pertanian, industri, dan lain-lain akan bertambah

dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualilas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara

pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

Secara umum pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi dampak yang langsung dan tidak langsung. Yang

dimaksud dengan dampak langsung adalah dampak yang disebabkan karena

hubungan langsung dengan sampah. Adapun yang dimaksud dampak tidak

langsung adalah pengaruh yang dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.

C. Jenjang Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai

berikut:

Page 58: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Anonim, 2003: 4).

Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kebutuhan

pendidikan bagi suatu bangsa tumbuh dari dalam diri bangsa itu sendiri yang

menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi individu, masyarakat, bangsa dan

Negara. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan

usaha dan rencana untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif dan

kreatif serta inovatif guna mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan

spiritual keagamaan,pengedalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, maupun

bangsa dan Negara.

Ki Hajar Dewantara dalam Soejono (1993:46) mengemukakan tentang

pengertian pendidikan yaitu pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang

bertujuan memberi tuntutan dalam perkembangan hidup jiwa raga anak.

Diharapkan agar anak kelak dalam garis kodrat pribadinya dan dengan pengaruh

segala keadaan yang mengelilingi dirinya, dapat berkembang dalam hidupnya

lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan.

Dari kutipan di atas dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pendidikan

merupakan budi daya manusia untuk member tuntunan dalam perkembangan

jasmani dan rohani peserta didik. Tujuan akhir dari pendidikan adalah agar

peserta didik berbekal kemampuan yang ada di dalam dirinya dan hasil belajar

Page 59: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dari lingkungannya dapat berkembang secara optimal kehidupan jasmani dan

rohaninya menuju kehidupan manusia yang beradab.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokrartis serta bertanggungjawab” (Anonim, 2003:7)

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan

pendidikan antara lain menjadikan seseorang agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa keapada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang

mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada kehidupan bermasyarakat

dan berbangsa. Jika seseorang tidak memiliki bekal yang telah di sebutkan di

atas maka ia akan tertinggal dalam persaingan dalam menukupi kebutuhan

hidupnya.

3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia

”Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan” (Anonim, 2003: 5).

Definisi tersebut menegaskan bahwa jenjang pendidikan seseorang atau

Page 60: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

peserta didik didasarkan pada tingkat perkembangan, kemampuan, keluasan dan

kedalaman bahan pengajaran. Jika seseorang belum mencukupi tingkat

perkembangan, kemampuan, keluasan dan kedalamannya dalam mencerna

bahan pengajaran tentu ia tidak dapat melanjutkan atau melangkah pada tingkat

/ jenjang yang lebih tinggi.

Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal pernah

ditempuh seseorang tersebut atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang.

Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah

sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah Pasal 14 Undang - Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa ”jenjang pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”

(Anonim, 2003: 11).

Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,

baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Dalam

pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:

a. Pendidikan Formal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan

formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

(Anonim, 2003: 5).

Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya

pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan

Page 61: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:

1) Pendidikan umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan

pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan

SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA.

2) Pendidikan kejuruanan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program

bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksankan

oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah

Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau

spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informatika dan

Komputer, akutansi, listrik.

3) Pendidikan luar sekolah

Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang

menyandang kelainan fisik dan atau mental, misalnya pendidikan SLB.

4) Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan

atau lembaga pendidikan non departemen, misalnya prajabatan, sepala,

sepadya.

5) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menurut penguasaan

Page 62: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

khusus tentang ajaran agama, misalnya Madarasah Ibtidaiyah(MI),

Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Alliyah (MA). Pendidikan

tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementerian Agama Republik

Indonesia.

b. Pendidikan Nonformal

Yang dimaksud pendidikan Nonformal menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Anonim, 2003:5).

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat (Long life education).

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life

skills), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis

taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan

diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,

keterampilan, kecakapan hidup (life skills),dan sikap untuk mengembangkan

diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan

Page 63: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan nonformal ini tercipta karena adanya desakan kepentingan

masyarakat yang secara terus-menerus membelajarkan dirinya guna

membekali diri dalam persaingan yang semakin ketat. Pendidikan nonformal

ini secara nyata dapat berwujud kursus, pelatihan, penataran, program

magang dan sebagainya. Pendidikan nonformal dapat dikatakan sebagai

pelengkap pendidikan formal yang berupa pengalaman praktis yang langsung

dapat digunakan.

c. Jalur Pendidikan Informal

Pendidikan informal sering disebut pendidikan keluarga karena

berlangsung di dalam keluarga. Sanapiah Faisal dan Abdillah (1981:46)

menyatakan bahwa pendidikan informal, adalah apa yang dipelajari

seseorang dalam seluruh kehidupannya yang diterima melalui pengalaman

dan interaksi keseharian dengan orang-orang tertentu di lingkungan sosial

maupun pekerjaannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan (Anonim,2003: 6).

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal

dilakukan oleh keluarga dan lingkungannya secara mandiri. Pendidikan

informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dan orang yang lebih

muda di lingkungan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Page 64: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

D. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur tingkat ekonomi keluarga secara lebih spesifik dapat

diketahui dari pendapatan keluarga. Pengertian pendapatan keluarga menurut

Wolf-Birkenbihil dalam Bambang Riyanto (2001:9) menyatakan bahwa :

”pendapatan adalah hasil yang didapat berbentuk uang riil dari usaha-

usaha untuk menyediakannya. Pendapatan dari setiap keluarga berasal dari

sumber yang berbeda dan selalu berubah sesuai dengan kesempatannya terhadap

musim, waktu, pasar tenaga di setiap waktu”.

Pengertian pendapatan menurut Mulyanto Soemardi (1982: 35) bahwa:

”pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek

ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan

dari pekerjaan,pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha

perseorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari sektor sub sistem.

Pendapatan sub sistem adalah pendapatan yang diterima dari usaha-usaha

tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga”.

Lieffman dalam Bambang Riyanto (2001:9) memberikan definisi yang

lebih maju dengan menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi uang dan barang

(yang dapat dinilai dengan uang) yang mana hasil dari usaha untuk menyediakan

uang sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah

nilai uang riil yang didapat dari usaha-usaha penyediaan dana oleh seseorang.

Pendapatan yang diterima keluarga, baik itu rendah, cukup, atau tinggi adalah

ukuran relatif. Hal ini tergantung dari kebutuhan masing-masing keluarga dalam

Page 65: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

mengkonsumsi pendapatannya.

2. Pengertian Keluarga dan Kepala Keluarga

Keluarga diartikan sebagai sesuatu satuan sosial terkecil yang memiliki

manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi

(Munandar Soeleman, 2001: 115).

Dengan kata lain dapat dikatakan keluarga adalah sekumpulan orang

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang hidup dalam ikatan hubungan

pernikahan yang sah menurut peraturan agama maupun peraturan negara.

Bentuk keluarga pada umumnya terdiri dari seorang suami, seorang istri

dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama atau biasanya

disebut keluarga inti.

Besar kecilnya keluarga ditentukan oleh banyak sedikitnya anggota

keluarga. Besar kecilnya keluarga ikut menentukan besar kecilnya kegiatan dalam

sub sistem dan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan konsumsi.

Menurut Rozy Munir (1987: 18-20) mengemukakan bahwa :

”Kepala Keluarga adalah seorang pemimpin dari keluarga yang

dibangun dengan kehendak bersama bukan karena paksaan antara sepasang suami

istri dan anak-anaknya. Kepala keluarga biasanya adalah suami, dan dapat

digantikan oleh istri jika suami sudah meninggal atau keluarga tersebut

melakukan perceraian”.

Dari uraian di atas maka yang dimaksud kepala keluarga dalam

penelitian ini adalah seorang laki-laki yang dalam pernikahan berstatus sebagai

Page 66: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

suami. Jika suami meninggal atau terjadi proses perceraian maka kepala keluarga

dapat digantikan oleh seorang istri.

3. Pengertian Pendapatan Keluarga

Pada umumnya tingkat pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor

penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut Soemitro

(1985: 21) bahwa tinggi rendahnya taraf hidup seseorang tergantung pada tinggi

rendahnya penghasilan seseorang, makin banyak penghasilan seseorang makin

tinggi taraf hidupnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa tingkat pendapatan adalah

pendapatan yang diperoleh kepala keluaraga beserta anggota keluarganya yang

bersumber dari sektor formal, sektor informal, dan sektor sub sistem dalam waktu

satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah (Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter

Evers, 1982: 8). Salah satu cara menghitung besarnya pendapatan atau

penghasilan menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 292)

dapat dihitung berdasarkan tiga sumber utama yaitu : a. Pendapatan tetap

(formal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok;

b. Pendapatan tidak tetap (informal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan sampingan; c. Pendapatan sub sistem: yaitu pendapatan yang tidak

dengan uang atau tanpa menukar barang.

Menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 227) besar

pendapatan keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Golongan berpenghasilan sangat rendah (lowest income group).

b. Golongan berpenghasilan rendah (low income group)

c. Golongan berpenghasilan sedang (moderate income group)

Page 67: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

d. Golongan berpenghasilan rata-rata atau golongan menengah (middle income

group)

e. Golongan berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan di atas rata-rata (high

income group).

Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan lebih singkat dan jelas bahwa

pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga beserta

anggota keluarganya selama satu bulan yang dinilai dengan satuan ukuran uang

(rupiah) setelah dikurangi biaya hidup keluarga.

4. Faktor-faktor Pendapatan

Faktor penting dalam pendapatan menurut Van Home dalam Bambang

Riyanto (2001:10) adalah: a. untuk mencukupi kebutuhan dan investasi; b. cara

melakukan usaha untuk mendapatkan pendapatan; c. kepuasan mendapatkan

imbalan yang sesuai dengan usaha.

Menurut Heidrachman dan Suad Husnan (1990:139) faktor penting yang

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang adalah: a. Kebutuhan dan

permintaan tenaga kerja suatu organisasi pemerintah ataupun swasta;

b. Kemampuan orang yang bekerja dan yang membayar upah; c. Produktivitas;

d. Biaya hidup orang yang bekerja; e. Kebijaksanaan pemerintah.

Selain beberapa faktor yang diuraikan tersebut di atas maka penulis

dapat tambahkan bebrapa faktor lain yang mempengaruhi pendapatan keluarga

sebagai berikut:

a. Jumlah orang yang bekerja dalam suatu keluarga.

Semakin banyak orang yang bekerja dalam suatu keluarga maka

Page 68: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

investasi yang diperoleh dalam keluarga akan semakin besar.

b. Jumlah orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga

Semakin banyak orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga maka

beban hidup yang ditanggung oleh keluarga tersebut akan semakin tinggi atau

besar. Sehingga sisa investasi yang diperoleh dari hasil bekerja tinggal sedikit.

Dengan demikian maka pendapatan bersih keluarga menjadi kecil.

c. Sikap dan jiwa kewirausahaan.

Seseorang yang memiliki sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi

akan mampu menumbuhkembangkan dan menciptakan sikap mental yang

kreatif, inovatif, professional, bertanggungjawab, serta berani menggung

resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk

meningkata berani menggung resiko dalam mengelola potensi diri dan

lingkungannya sebagai bekal untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas

hidupnya.

d. Jenis ketrampilan dan pekerjaan

Orang yang memiliki ketrampilan rendah maka penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaannya akan rendah pula. Sebaliknya semakin tinggi

ketrampilan seseorang maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya

akan semakin tinggi. Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai sekretaris

perusahaan yang mampu mengoperasikan komputer atau laptop akan

mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada orang yang bekerja sebagai

petugas kebersihan (cleaning service).

Page 69: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Keluarga yang sejahtera dan bahagia merupakan dambaan setiap orang.

Penilaian kesejahteraan penduduk dapat dilihat atau diukur dari aspek dan sangat

bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan ekonomi, ada pula yang

menggunakan pendekatan sosial.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa

Tengah (1994: 4) disebutkan bahwa keluarga sejahtera dikelompokkan atas 5

(lima) tahap atau kategori dilihat dari segi tahapan pencapaian kesejahteraannya,

yaitu:

a. Keluarga Pra Sejahtera

1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya;

2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari;

3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,

bekerja, sekolah dan bepergian;

4) Bagian terluas dari rumah berlantai tanah;

5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama;

2) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;

3) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/

sekolah dan bepergian;

4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah

5) Anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana

kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera Tahap II

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama secara

teratur;

2) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging, ikan/telur;

Page 70: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

3) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel

pakaian baru;

4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni;

5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat

melaksanakan tugas/ fungsi masing-masing;

6) Ada anggota keluarga umur15 tahun ke atas berpenghasilan tetap;

7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis

8) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi.

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

1) Berupaya meningkatkan pengetahuan agama;

2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung;

3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan

dimanfaatkan untuk berkomunikasi;

4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal;

5) Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan;

6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah;

7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat.

e. Keluarga Sejahtera tahap III Plus

1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materiil

untuk kegiatan sosial;

2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan /

institusi masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin sejahtera maka

keluarga tersebut semakin banyak dapat melakukan aktivitas untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya.

E. Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah

1. Pengertian Sikap

Page 71: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

”Sikap adalah suatu predisposisi untuk melakukan perbuatan, suatu

keadaan siap untuk bertindak dengan cara tertentu. Sikap adalah keadaan umum

pada individu yang mengacu keberbagai cara bertingkah laku. Dengan kata lain,

tingkah laku seseorang adalah konsisten dengan sikapnya, seperti menyukai,

berteman, membantu, menghormati, dan sebagainya”. (Oemar Hamalik, 1993:

110).

Dari kutipan tersebut di atas dapat diartikan bahwa sikap merupakan

proses oreintasi, yakni proses yang memungkinkan seseorang berinteraksi

secara selektif dengan lingkungannya. Dengan sikap itu maka seseorang akan

berorientasi untuk melakukan suatu perbuatan yang selaras dengan sikapnya.

Sikap sebagai suatu inferensi, artinya sikap itu sendiri tak dapat diamati

secara langsung. Yang dapat diamati adalah tingkah laku. Berdasarkan tingkah

laku teramati itu, dapat ditafsirkan, ditentukan sikapnya. (Oemar Hamalik,

1993: 110).

Sikap, menurut Nasution (1992:27) diartikan sebagai perhatian yang

kemudian bertindak yang mengandung perasaan. Sikap sebagai satu faktor

tingkah laku dan perasaan seseorang, merupakan faktor phsycis non intelectual

dan berpengaruh terhadap semangat bertindak.

Pendapat yang lain menurut Winkel (1978:18) arti sikap adalah

kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang--

bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Dalam kehidupan sehari-hari masalah sikap berkaitan erat dengan

aktivitas dalam segala hal. Secara umum Suharsimi Arikunto (1998:103)

mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima atau

Page 72: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

menolak suatu kegiatan. Pengertian ini menitik beratkan pada kecenderungan

manusia untuk menerima atau menolak suatu kegiatan saja, akan tetapi jika

ditinjau lebih lanjut sikap seseorang tidak hanya terhadap sesuatu kegiatan

tetapi dapat juga terhadap benda, manusia, atau suasana tertentu.

Jadi sikap seseorang dalam pengelolaan sampah adalah suatu aktivitas

seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan dorongan

perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut atau sikap dalam penguasaan

ilmu pengetahuan.

2. Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap dijelaskan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya yang

berjudul “Psikologi Manajemen” sebagai berikut:

a. Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subyek dan obyek.

Sikap dihubungkan dengan obyek, orang, tempat, peristiwa, gagasan yang

abstrak, dan konsep-konsep dalam lingkungan seseorang. Hal ini

menyebabkan keperbedaan antara seorang dengan yang lainnya.

b. Sikap memiliki arah tertentu.

Sikap terarah dan berorientasi kearah obyek: orang, tempat, atau gagasan.

c. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas.

Sesuatu sikap mnegandung kekuatan atau kelemahan. Sikap yang

intensitasnya tinggi akan tampak pada tingkah lakunya kuat pula.

d. Sikap itu diperoleh.

Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan

generalisasi. Dengan kemampuan itu, seseorang dapat menfasirkan dan

mereaksi terhadap stimuli lingkungannya.

e. Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi.

Kestabilan dan keserasian sutu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi

Page 73: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

terhadap lingkungannya. (Oemar Hamalik, 1993: 110)

Dari uraian kutipan di atas dapat dirangkum bahwa cirri-ciri sikap adalah

adanya hubungan antara subyek dan obyek, memiliki arah tertentu, dan adanya

factor intensitas, diperoleh bukan bawaan, ditandai oleh stabilitas dan

konsistensi.

3. Pembentukan Sikap

Untuk mempelajari sikap bukan semata-mata melalui usaha coba-coba,

melainkan difasilitasi melalui proses imitasi (peniruan) dan proses identifikasi.

a. Tingkah Laku Imitasi (Peniruan)

Proses imitasi adalah proses di mana seseorang memperoleh pola-pola

tingkah laku orang lain dengan cara menirunya.

b. Proses Identifikasi

Proses identifikasi adalah proses di mana seorang individu terlibat secara

psikologis di dalam dan menerima pola-pola tingkah laku orang lain.

4. Pengaruh Kelompok Terhadap Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap individu dipengaruhi oleh sikap-sikap dalam

kelompok yang bersangkutan.

a. Keanggotaan kelompok dan kelompok referensi

Kedua konsep ini berbeda dengan yang lainnya. Keanggotaan

kelompok, adalah suatu kelompok di mana seorang individu berperan secara

formal dalam kelompok di mana dia dianggap sebagai seorang anggota.

Kelompok referansi, adalah suatu kelompok yang mempengaruhi sikap-sikap

Page 74: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

seorang individu sebab dia beridentifikasi dengan kelompok itu kendatipun

tidak menjadi anggota kelompok secara formal.

b. Situasi kelompok dan tingkah laku sosial

Situasi kelompok memberikan dua pengaruh yakni meningkatkan

rasa persaingan dan motivasi di satu sisi, dan meningkatkan kecerdasan dan

distraksi di sisi lain.

5. Perubahan Sikap

Sikap tumbuh dari pengalaman. Jika sikap berubah maka individu

tersebut pasti memiliki pengalaman baru yang relevan dengan perubahan sikap

yang diinginkannya. Selain itu perubahan sikap juga dapat terjadi melalui

komunikasi antara individu dengan orang-orang lainnya. Perubahan sikap

menurut Oemar Hamalik (1993: 114) terjadi karena beberapa faktor, ialah:

a. Predisposi yang dimiliki oleh individu yakni sikap yang dimilikinya yang

membawanya ke situasi dalam proses komunikasi atau belajar;

b. prinsip-prinsip belajar sehingga diperolehnya konsep, prinsip, fakta, dan ide;

c. peran serta individu dalam kegiatan komunikasi itu, misalnya keaktifan

dalam diskusi;

d. barangkali faktor kepribadian juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan

sikap kendatipun faktor tersebut agak krusial sifatnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap pada diri

seseorang dapat terjadi karena pengalaman, komunikasi, proses dan hasil

belajar, peranserta individu dalam kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian

seseorang.

Page 75: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

F. Penelitian Yang Relevan

Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara sikap

kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan jenjang

pendidikan dan pendapatan keluarga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan

belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian yang berhubungan dengan masalah

sampah telah dilakukan oleh beberapa orang di daerah lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Sri Sulestri (2001) dalam penelitian

yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Rumah Tangga

dengan Pengelolaan Sampah Domestik di Kartosuro”. Hasil penelitian adalah

terdapat hubungan positip dan signifikan antara tingkat pendidikan dan

pengelolaan Sampah domestik di Kartosuro. r hitung > r tabel atau 0,783 >

0,153 pada tarap signifikansi 5%.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutoto (2002) dalam penelitian yang

berjudul ”Sikap dan Partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di

Perumahan (Studi Komparatif di Perumahan Baturan dan Songgolangit)”. Hasil

dari penelitian adalah ada perbedaan antara sikap masyarakat dalam pengelolaan

sampah di Baturan dan Perumahan Songgolangit. Tingkat sikap responden

antara dua perumahan dengan perbedaan keberhasilan dalam pengelolaan

sampah di perumahan Baturan 68,75 dan di perumahan songgolangit 64,70

(pada tingkat signifikansi 5%) nilai t tabel = 2,032 dan t hitung 3,243.

G. Kerangka Berpikir

Bahwa lingkungan sosial budaya merupakan bagian yang tidak dapat

Page 76: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

terpisahkan dari makhluk hidup. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,

manusia melakukan usaha untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan. Selain

itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diwajibkan untuk belajar atau

menuntut ilmu baik secara formal, informal maupun nonformal.

Menurut pendapat peneliti bahwa sikap seseorang dalam pengelolaan

sampah ada hubungannya dengan jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan.

Jenjang pendidikan yang berupa pendidikan formal dapat mempengaruhi sikap

seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga. Sebaliknya, semakin rendah jenjang pendidikan

seseorang maka semakin rendah pula sikap kepedulainnya terhadap pengelolaan

sampah rumah tangga.

Pendapatan merupakan besarnya penghasilan seseorang yang diperoleh

setiap bulan yang dapat diukur dengan nilai uang. Besar kecilnya pendapatan

seseorang berbeda-beda atau tidak sama tergantung dari jenis pekerjaan dan jumlah

jam kerja yang ditekuni. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin

tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dapat

mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan seseorang maka akan semakin

tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah urmah tangga.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan

atau skema, sebagai berikut:

Page 77: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Bagan 3. Skema kerangka berpikir penelitian tentang hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010.

Lingkungan Sosial Budaya

Jenjang Pendidikan Formal: · Tidak Tamat SD · SD · SLTP · SLTA · Perguruan Tinggi

Pendapatan Keluarga: · Kurang dari Rp 500.000 · Rp 501.000 - Rp 1.000.000 · Rp 1.001.000 - Rp 1.500.000 · Rp 1.501.000 - Rp 2.000.000 · Lebih dari 2.000.000

Sikap Kepala Keluarga Dalam Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga

Penyimpanan Sampah

Sementara

Pengumpulan sampah

Pembuangan/ Pemusnahan

sampah

Kondisi Lingkungan Hidup yang Bersih, Sehat, dan Nyaman

Pemindahan/ Pengangkutan

sampah

Makhluk Hidup

Page 78: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dari skema kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tak lepas dengan sampah. Karena

sampah adalah barang sisa-sisa yang merupakan kotoran dari aktivitas manusia.

Untuk melakukan penanganan masalah sampah orang cenderung pada pola pikirnya

dan masalah dana yang dikeluarkan untuk penanganannya.

Sikap seseorang dalam hal ini kepala keluarga dalam pengelolaan sampah

dipengaruhi oleh jenjang pendidikannya dan pendapatan yang diperolehnya. Jenjang

pendidikan merupakan faktor yang mengandung unsur kognitif, afektif dan konatif

terhadap seseorang untuk bertindak. Sedangkan besar pendapatan merupakan faktor

yang dilihat dari ekonomi seseorang. Dengan pendapatan itu seseorang dapat

bersikap apatis terhadap sampah tetapi dapat pula bersikap aktif memerangi sampah.

Berdasarkan dari hal tersebut di atas dapat dilakukan kajian sikap kepala

keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga ditinjau dari jenjang pendidikan

dan pendapatan.

1. Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga

terhadap pengelolaan sampah rumah tangga

Jenjang pendidikan yang terdapat pada pendidikan formal / sekolah

adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan

peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan

(Anonim, 2003:5).

Jenjang pendidikan kepala keluarga kemungkinan erat hubungannya

dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan

seseorang maka cenderung semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang

Page 79: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

diperolehnya sehingga semakin tinggi pula dukungannya terhadap lingkungan

khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

2. Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga

Pendapatan kepala keluarga dimungkinkan memiliki hubungan erat

dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Pendapatan kepala keluarga yang berupa pendapatan pokok dan pendapatan

tambahan merupakan penghasilan keluarga yang berbentuk uang dalam jangka

waktu satu bulan. Dengan demikian semakin besar pendapatan kepala keluarga

maka cenderung semakin besar kesempatan dan kemampuan yang diperoleh

sehingga semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya

dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

3. Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap

kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga

Jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga diduga mempunyai

hubungan erat dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang dan semakin besar

pendapatan kepala keluarga, maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh

dan semakin banyak kesempatan dan kemampuan yang diperoleh sehingga

semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam

pengelolaan sampah rumah tangga.

Page 80: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis sehagai berikut:

1. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala

keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010.

2. Ada hubungan yang positip antara besarnya pendapatan keluarga dengan sikap

kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobogan tahun 2010.

3. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga

secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

Page 81: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan alasan karena permasalahan

ini belum pernah diteliti di tempat ini. Selain itu harapan peneliti dapat

memperoleh data dengan mudah dan akurat, serta dapat memberikan kontribusi

yang positip terhadap perkembangan dan kemajuan pembangunan di Desa

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

2. Waktu Penelitian

Jangka waktu penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yaitu dimulai

pada awal bulan Maret 2010 sampai akhir bulan September 2010, terhitung mulai

disusunnya proposal sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian.

Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penelitian dapat diselesaikan dalam

waktu yang lebih cepat atau lebih lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang

ada. Rencana waktu penelitian tersusun dalam jadwal kegiatan penelitian (Time

schedule) dalam Tabel 1 pada lampiran 1 halaman 126.

Page 82: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

B. Metode Penelitian

Menurut Consuelo G. Sevilla (1993:2) dijelaskan bahwa penelitian (riset)

berarti pencarian teori, pengujiaan teori atau pemecahan masalah. Ini berarti bahwa

masalah itu telah ada dan telah diketahui bahwa pemecahan masalah tersebut sangat

diperlukan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah

suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan pencarian teori,

pengujian teori untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian dapat diadakan

penelitian ilmiah yang tergolong jenis penelitian deskriptif korelasi yang akan

mencari apakah ada hubungan atau tidak di antara variabel dalam penelitian ini.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruan

obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Krajan

yang terdiri dari 2 RW (Rukun Warga) dan 14 RT (Rukun Tetangga), Dusun

Candi Dukuh yang tersiri dari 2 RW dan 12 RT, serta Dusun Kebonagung yang

terdiri dari 2 RW dan 13 RT. Secara keseluruhan Desa Candisari terdiri dari 6 RW

dan 39 RT. Jumlah penduduk Desa Candisari sebanyak 4.980 jiwa, yang terdiri

dari 2.511 jiwa laki-laki dan 2.469 jiwa perempuan, yang terbagi dalam 1.553

kepala keluarga (KK).

Page 83: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. Sampel

Sanafiah Faisal (1994:113) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian

populasi yang diambil sebagai representatif atau wakil dari populasi yang

bersangkutan.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak

sederhana (random sampling). Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120) apabila

subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat

diambil antara 10 – 15% atau 20-25 % atau lebih sebagai sampel penelitian. Pada

penelitian ini diambil sampel sebanyak 156 (seratus lima puluh enam) Kepala

Keluarga (KK) atau 10% dari keseluruhan jumlah populasi. Sampel sebanyak 156

tersebut menyebar di tiga Dusun, yaitu di Dusun Cadisari Krajan ( RW I dan II)

sebanyak 51 (lima puluh satu) responden, di Dusun Kebon Agung (RW III dan

VI) sebanyak 53 (lima puluh tiga) responden, dan di Dusun Candi Dukuh (RW IV

dan VI) sebanyak 52 (lima puluh dua) responden. Dengan jumlah responden yang

menyebar secara merata di seluruh wilayah Desa Candisari diharapkan sampel

sebesar 10% dari jumlah kepala keluarga tersebut dapat mewakili seluruh populasi

kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi tahun 2010.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik random sampling atau sampel acak. Teknik pengambilan sampel dengan

mencampur subyek-subyek di dalam populasi, sehingga subyek-subyek di dalam

Page 84: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

populasi dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak kepada setiap

subyek untuk memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sampel

(Suharsimi Arikunto, 1998: 120).

Dalam penelitian ini masing-masing kepala keluarga di Desa Candisari

diambil secara acak dengan menggunakan undian, untuk memperoleh kesempatan

menjadi anggota sampel.

D. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 91), variabel adalah merupakan obyek

penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian

ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

1. Variabel Bebas (Variabel Prediktor)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenjang

pendidikan (X1) dan pendapatan keluarga (X2).

2. Variabel Terikat (Variabel Kriterium)

Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y).

Skema hubungan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan

sebagai berikut.

Page 85: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Bagan 4. Skema Hubungan Variabel Penelitian.

E. Batasan Operasional Variabel Penelitian

Batasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenjang Pendidikan (X1)

Adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dimiliki atau dicapai oleh

kepala keluarga yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi

(PT).

2. Pendapatan (X2)

Yang dimaksud pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh oleh kepala

keluarga dalam jangka waktu satu bulan yang dinilai dengan uang tunai dari

pendapatan pokok dan pendapatan tambahan.

X1= Jenjang Pendidikan

X2= Pendapatan

Y = Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah rumah Tangga

Page 86: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3. Sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga (Y)

Adalah merupakan suatu perbuatan yang berdasarkan suatu pendirian,

pendapat atau keyakinan seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan

sampah rumah tangga dengan dorongan perubahan tingkah laku pada diri orang

tersebut. Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala likert melalui

pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu atau ragu-ragu (TT), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) terhadap suatu permasalahan yang

disajikan dalam bentuk pernyataan angket penelitian.

F. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

responden dengan memberikan pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam

bentuk daftar pertanyaan atau angket mengenai data yang akan dianalisis kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber lain berupa

arsip, buku-buku, monografi yang ada di kantor Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai pelengkap dan

konfirmasi data yang telah didapatkan dari data primer.

Page 87: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dengan lebih

mudah, diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah untuk diolah. Untuk meneliti ketiga variabel (jenjang

pendidikan, pendapatan, dan sikap kepala keluarga) digunakan instrumen penelitian

berupa dokumentasi, angket, observasi dan angket.

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,

catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1998:148). Dokumentasi yang diambil

dalam penelitian ini adalah Buku Monografi Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai data pendukung

peneliti untuk mengetahui deskripsi di tempat penelitian seperti luas dan letak

tempat penelitian, jumlah dan komposisi penduduk serta keadaan fisik tempat

penelitian.

2. Metode Observasi

Metode pengamatan atau metode observasi meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera

(Suharsimi Arikunto, 1998: 145). Dalam penelitian ini metode observasi

digunakan peneliti untuk mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Obyek

Page 88: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

yang diteliti meliputi keadaan sanitasi rumah penduduk, saran tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah rumah tangga serta perilaku

penduduk dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

3. Metode Angket

Oleh Sanapiah Faisal (1981: 2), dijelaskan bahwa angket adalah sejumlah

daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan

informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang (responden).

Metode angket atau kuesioner ini digunakan untuk mmeperoleh data primer yaitu

data tentang jenjang pendidikan, besarnya pendapatan, dan sikap kepala keluarga

dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Langkah-langkah dalam penyusunan dan penggunaan metode angket atau

kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Menentukan jenis angket

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberi

tanda pada jawaban yang dipilih sesuai dengan fakta-fakta yang dikuasai oelh

responden.

b. Menyusun kisi- kisi angket

Sebelum mneyusun angket, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket ynag

mencakup tiga variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu jenjang

Page 89: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pendidikan, pendapatan dan sikap warga masyarakat dalam pengelolaan

sampah rumah tangga. Kisi-kisi angket seperti terlihat pada lampiran …

c. Menentukan Skor Angket

Untuk penilaian atau skor angket penelitian digunakan angka dari nilai

yang terendah sampai yang tetinggi untuk positip, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5.

Sedangkan untuk negatip dibalik yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1. Nilai tersebut

didasarkan pada rangking kualitas masing-masing jawaban dari yang

terendah sampai yang tertinggi. Rangking jawaban terendah diberi skor 1 dan

rangking tertinggi diberi skor 5, skor angket penelitian pada setiap variabel

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Variabel X1 = Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan hanya terdiri dari satu pertanyaan berdasarkan

pernyataan pendidikan formal dengan cara penilaian sebagai berikut:

a) Tidak Sekolah dan Tidak tamat SD = Skor 1

b) Tamat SD = Skor 2

c) Tamat SLTP = Skor 3

d) Tamat SLTA = Skor 4

e) Tamat Perguruan Tinggi dan Akademi = Skor 5

Jumlah butir angket penelitian untuk jenjang pendidikan sebanyak

satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.

Page 90: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

2) Variabel X2 = Pendapatan Kepala Keluarga

Besarnya pendapatan kepala keluarga (X2) termasuk dalam ukuran

interval yang angka-angkanya mengandung pengertian tingkatan dan

mempunyai jarak yang sama dengan mengurutkan obyek yang terendah ke

obyek yang tertinggi. Cara penilaian pendapatan kepala keluarga adalah

sebagai berikut:

a) Kurang dari Rp 500.000 = Skor 1

b) Rp 501.000 – Rp 1.000.000 = Skor 2

c) Rp 1.001.000 – Rp 1.500.000 = Skor 3

d) Rp 1.501.000 – Rp 2.000.000 = Skor 4

e) Lebih dari Rp 2.000.000 = Skor 5

Sebagai dasar dan alasan penulis dalam menentukan interval

besarnya pendapatan kepala keluarga adalah hasil observasi yang

dilakukan penulis di lapangan terhadap masyarakat Desa Candisari

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 yang dapat

dideskripsikan sebagai berikut. Warga Desa Candisari yang bekerja

karyawan toko di kota Purwodadi mengatakan bahwa gaji karyawan toko

di kota Purwodadi di antara Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah) sampai dengan Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) setiap

bulan, tergantung jenis pekerjaan, ketrampilan, dan pengalaman pekerja.

Warga masyarakat Desa Candisari yang bermata pencaharian sebagai

petani yang menggarap sawah seluas satu per empat bahu (sekitar 1.600

meter kubik / satu per enam hektar) setiap bulan berpenghasilan di antara

Page 91: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 900.000,00

(Sembilan ratus ribu rupiah) tergantung jenis tanaman dan luas sawah yang

digarapnya. Sebagian besar masyarakat petani dan buruh tani di Desa

Candisari mengerjakan sawah seluas satu per enam hektar. Bagi warga

masyarakat yang berprofesi sebagai tenaga serabutan, tukang batu, tukang

kayu, kepala tukang batu memiliki penghasilan antara Rp 1.050.000,00

(satu juta lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.500.000,00 (satu

juta lima ratus ribu rupiah). Upah tenaga serabutan adalah Rp 35.000,00

(tiga puluh lima ribu rupiah) setiap hari. Untuk upah tukang kayu maupun

tukang batu sebesar Rp 45.000,00 (empat puluh lima ribu rupiah) setiap

hari. Sedangkan upah kepala tukang setiap harinya sebesar Rp 50.000,00

(lima puluh ribu rupiah). Bagi warga masyarakat yang berprofesi sebagai

PNS golongan II dan III memiliki penghsailan di antara Rp 1.500.000,00

(satu juta lima ratus ribu rupiah) sampai Rp 2.000.000,00 (dua juta ribu

rupiah) per bulan sesuai masa kerja dan golongan ruangnya. Bagi PNS

golongan IV penghasilannya lebih dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat dijadikan sebagai

pedoman atau patokan bagi penulis dalam menentukan kelas interval dan

penilaian mengenai besarnya pendapatan kepala keluarga di Desa

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 seperti

yang telah disusun tersebut di atas.

Jumlah butir angket penelitian untuk pendapatan kepala keluarga

sebanyak satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.

Page 92: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

3) Variabel Y = Sikap kepala keuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga

diteliti dengan beberapa pertanyaan yang dapat dilihat dalam instrument

angket penelitian. Untuk mengukur sikap warga masyarakat dalam

pengelolaan sampah rumah tangga digunakan skala likert. Untuk

pertanyaan yang bernilai positif, cara memberi skor penilaiannya adalah

sebagai berikut: SS (sangat setuju) = Skor 5, S (setuju) = Skor 4,

TT (tidak tahu) = Skor 3, TS (tidak setuju) = Skor 2, STS (sangat tidak

setuju) = Skor 1.

Sebaliknya jika pertanyaannya bernilai negatif, maka cara memberi skor

penilaiannya adalah sebagai berikut : SS (sangat setuju) = Skor 1,

S (setuju) = Skor 2, TT (tidak tahu) = Skor 3, (tidak setuju) = Skor 4, STS

(sangat tidak setuju) = Skor 5.

Berdasarkan jumlah angket penelitian tentang sikap kepala

keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga sebanyak 30 item

angket, maka skor tertinggi adalah 150 dan skor terendah adalah 30.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 158). Suatu

instrumen yang sahih atau valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya

Page 93: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk

mengukur validitas dalam penelitian ini digunakan rumus teknik korelasi

Product Moment dari Pearson sebagai berikut:

NΣXY – (ΣX)(ΣY)

rxy = {N(ΣX2) – (ΣX2)}{N(ΣY2) – (ΣY)2}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y,dua variabel yang

korelasikan

N = Jumlah responden penelitian

ΣX = Jumlah skor X(item)

ΣY = Jumlah skor Y (total) (Suharsimi Arikunto, 1998:138)

b. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui hasil reliabilitas angket, maka digunakan rumus

dari Spearman Brown sebagai berikut:

2 r ½ ½ r11 = (1+ r ½ ½) Keterangan:

R11 = reliabilitas instrument

r ½ ½) = rxy yang disebut indeks korelasi antara dua belahan instrument.

Page 94: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dengan teknik Spearman Brown tersebut akan diperoleh nilai atau angka

koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas terbesar adalah 1 (satu). Semakin

besar koefisien reliabilitas akan menunjukkan semakin reliabel alat ukur

tersebut.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan indeks korelasi

sebagai berikut:

- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup

- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah

- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah

(Suharsimi Arikunto,1998: 221)

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data.

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi

linier ganda, yaitu suatu cara atau teknik khusus untuk mencari atau mengetahui

berapa besar hubungan dari masing-masing variabel bebas/prediktor terhadap

variabel terikat/ kriterium. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah:

3. Uji Prasyarat

Sebelum data dianalisis, maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu

Page 95: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

terhadap data tersebut. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui

normalitas residu dilakukan dengan membuat plot antara residu versus

ordered-normal (skor normal dari residu yang bersangkutan). Jika residu

berdistribusi normal maka plot yang diperoleh akan tampak sebagai garis

lurus (Siswandari, 2009: 45).

Y

Residu X Skor Normal Residu Gambar 1. Plot Residu Versus Skor Normal

b. Uji Linearitas

Untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara variabel X dan Y

dapat dilakukan melalui uji linier. Dalam penelitian ini uji linier dilakukan

melalui kegiatan Plot antara residu versus Y-top. Jika plot yang bersangkutan

menggambarkan suatu scatter diagram (diagram pencar) dalam arti tidak

Page 96: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

berpola maka dapat dikatakan tidak terjadi misspesifikasi pada fungsi garis

regresi. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel X dan Y adalah linear

(Siswandari,2009: 35).

Residu

Y-topi (Ŷ) Gambar 2. Plot antara Residu Versus Y-topi (Ŷ)

4. Uji Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan dalam uji analisis data dengan menggunakan

teknik analisis regresi linier ganda adalah:

a. Menentukan persamaan regresi linier ganda dengan rumus:

Ŷ = a0 + a1X1 + a2X2

Koefisien a0, a1, dan a2 dapat dihitung dengan rumus:

a0 = Y - a1X1 – a2X2

(ΣX2

2) (ΣX1Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y) a1 =

(ΣX12) (ΣX2

2) - (ΣX1X2)2

(ΣX1

2) (ΣX2Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y) a2 = (ΣX1

2) (ΣX22) - (ΣX1X2)

2

Page 97: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

b. Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y

Menurut Sudjana (1996: 47) untuk menghitung koefisien korelasi

sederhana antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

1) Koefisien korelasi X1 dengan Y

nΣX1Y – (ΣX1)(ΣY) ry1 = {n(ΣX1

2) – (ΣX12)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}

Apabila dari hasil perhitungan ry1 > r tabel, maka dapat diartikan

bahwa antara X1 dan Y ada hubungan yang berarti.

2) Koefisien korelasi antara X2 dengan Y dengan rumus:

nΣX2Y – (ΣX1)(ΣY) ry2 = {n(ΣX2

2) – (ΣX22)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}

Apabila dari hasil perhitungan ry2 > r tabel, maka dapat diartikan

bahwa antara X2 dan Y ada hubungan yang berarti. (Sudjana: 1996: 47)

c. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda

Dalam Sudjana (1996: 385) dijelaskan bahwa untuk menghitung

koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan prediktor X2 dengan Y

Page 98: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dapat digunakan rumus sebagai berikut:

ry1

2 + ry22 – 2.ry1.ry2.r12

ry(1,2) = 1 – r12

2

Dimana:

ry(1,2) = koefisien korelasi antara Y dan X1 dan X2

ry1 = koefisien korelasi antara Y dan X1

ry2 = koefisien korelasi antara Y dan X2

r1,2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2

(Sudjana,1996: 385)

d. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi

Untuk melakukan uji signifikansi korelasi antara kriterium dengan

prediktor-prediktornya dapat digunakan rumus:

R2 / k F =

(1-R2) / (n – k – 1)

Keterangan:

K = menyatakan banyaknya variabel bebas

n = menyatakan ukuran sampel

(Sudjana, 1996: 385)

Page 99: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Uji signifikansi dilakukan dengan maksud untuk memeriksa keberartian

regresi, apakah regresi (berbentuk linier) yang didapat bias dipergunakan

untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan sejumlah variabel yang

sedang dipelajari. Jika F hitung > F tabel, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis

alternatif diterima dan koefisien korelasi adalah berarti atau signifikan.

Page 100: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB IV

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Umum

a. Lokasi Penelitian

Secara administrasi Desa Candisari termasuk wilayah Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Jarak Desa

Candisari ke ibu kota Kabupaten Grobogan kira-kira 8 km. Adapun batas-

batas wilayah Desa Candisari adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi

Sebelah Timur : Desa Genuksuran Kecamatan Purwodadi

Sebelah Selatan : Desa Sugihan Kecmatan Toroh

Sebelah Barat : Desa Pengkol Kecamatan Penawangan

Luas wilayah Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan adalah 539 hektar, yang terdiri dari 3 Dusun, 6 Rukun Warga

(RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT).

b. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi menurut

jenis kelamin terdiri dari 2.511 orang penduduk laki-laki dan 2.469 orang

penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.553

kepala keluarga (KK).

Page 101: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Berdasarkan buku monografi Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan diperoleh data jumlah penduduk menurut kelompok

umur adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0 – 4 tahun

5 – 9 tahun

10 – 14 tahun

15 – 19 tahun

20 – 24 tahun

25 – 29 tahun

30 – 34 tahun

35 – 39 tahun

40 – 44 tahun

45 – 49 tahun

50 – 54 tahun

55 – 59 tahun

60 tahun +

233

281

284

282

242

243

173

164

118

115

96

90

190

243

298

294

292

217

212

278

175

109

105

91

90

165

476

579

578

574

459

455

351

339

227

220

187

180

355

Jumlah 2.511 2.469 4.980

Sumber: Data Monografi Desa Candisari

c. Agama dan Pendidikan

Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan menurut agama adalah 4.980 orang beragama Islam. Dengan kata

Page 102: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

lain dapat dikatakan bahwa semua penduduk Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah beragama Islam.

Sarana pendidikan yang ada di Desa Candisari terdiri dari tiga Sekolah

Dasar Negeri (SD Negeri), satu SMP Negeri, dua Taman Kanak-Kanak (TK),

satu Kelompok Bermain (Play Group), dan tiga Taman Pendidikan Al Qur’an

(TPQ). Adapun komposisi penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Jenjang Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase

1 2 3 4 1

2

3

4

5

6

7

Belum/tidak Sekolah

Belum Tamat SD

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA

Tamat Akademi/

Perguruan Tinggi

516

621

1.428

1.385

566

378

86

10,36

12,47

28,67

27,81

11,37

7,59

1,73

Jumlah 4.980 100

Sumber: Data Monografi Desa Candisari

Dari data pada tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Desa Candisari Kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan yang tidak tamat

Page 103: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

SD adalah paling besar yaitu 1.428 jiwa atau 28,67 %, sedangkan yang

berpendidikan tamat SD sebanyak 1.385 jiwa atau 27,81 %.

d. Mata Pencaharian

Data jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase

1 2 3 4 1

2

3

4

5

6

7

8

9

PNS

TNI / POLRI

Karyawan (Swasta)

Wiraswasta

Tani

Pertukangan

Buruh Tani

Pensiunan

Pemulung

78

32

32

67

1.605

52

748

13

15

2.95

1,21

1,21

2,54

60,75

1,97

28,31

0,49

0,57

Jumlah 2.642 100

Sumber: Data Monografi Desa Candisari

Jika dilihat dari lapangan pekerjaan, maka penduduk Desa Candisari

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian besar adalah sebagai

petani dan buruh tani.

Page 104: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

e. Keadaan Tanah

Data statis mengenai keadaan tanah di Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan secara keseluruhan terdiri dari tanah sawah

dan tanah kering seperti dalam tabel berikut:

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan Tahun 2010

No. Uraian Jumlah (Hektar)

1 2 3

1.

2.

Tanah Sawah

1.1. Irigasi Teknis

1.2. Irigasi ½ teknis

1.3. Irigasi Sederhana

1.4. Tadah Hujan

Tanah Kering

2.1. Pekarangan / bangunan

2.2. Tegalan / kebun

314

-

-

2

136

47

Sumber: Monografi Desa Candisari tahun 2010.

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan

di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian

besar merupakan tanah irigasi teknis dan tanah pekarangan / bangunan. Tanah

irigasi teknis yang ada di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan, sumber pengairannya berasal dari bendungan Waduk

Kedungombo.

Page 105: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

2. Deskripsi Data Khusus

Deskripsi data khusus dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas

mengenai hasil penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 156

kepala keluarga yang berdomisili di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan tahun 2010. Variabel dalam penelitian terdiri dari dua

variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama adalah Jenjang

Pendidikan kepala keluarga (X1), variabel bebas kedua adalah besar pendapatan

kepala keluarga (X2). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y). Dari

ketiga variabel tersebut dapat diuraikan dalam deskripsi data sebagai berikut :

a. Jenjang Pendidikan (X1)

Data tentang jenjang pendidikan diperoleh melalui angket. Cara

pemberian nilai skor tentang jenjang pendidikan yaitu responden yang tidak

sekolah dan tidak tamat SD diberi skor 1, responden yang tamat SD diberi

skor 2, skor 3 diberikan kepada responden yang tamat SLTP (SMP dan MTs),

nilai skor 4 diberikan kepada responden yang pendidikannya tamat SLTA

(SMA,SMK, Madarasah Aliyah), dan nilai skor 5 untuk responden dengan

jenjang pendidikan akademi dan perguruan tinggi. Berdasarkan angket

penelitian diperoleh data tentang jenjang pendidikan kepala keluarga

sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut.

Page 106: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1)

Kelas Interval

(Ki)

Frekuensi (f)

f (%) Kumulatif

f f (%)

1 2 3 4 5 1

2

3

4

5

10

87

24

24

11

7

56

15

15

7

10

97

121

145

156

7

63

78

93

100

JUMLAH 156 100

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156

orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu akdemi dan Perguruan Tinggi,

dan yang paling rendah 1 yaitu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD. Nilai

rata-rata atau mean = 2,610, median = 2,000, modus = 2,000, variansi = 1,104

standar deviasi = 1,051. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa lebih

dari 50% responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD).

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam

bentuk grafik histogram sebagai berikut :

Page 107: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5

Gambar 3. Grafik Histogram Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1)

b. Pendapatan Kepala Keluarga (X2)

Untuk mendapatkan data tentang pendapatan kepala keluarga dapat

diperoleh melalui angket atau kuesioner. Dari data angket yang disebarkan

kepada responden sebanyak 156 KK, diperoleh skor tingkat pendapatan KK

tertinggi adalah 5 yang menunjukkan pendapatan sebesar lebih dari Rp.

2.000.000,00 (dua juta rupiah). Sedangkan yang terendah adalah 1 yaitu

pendapatan di bawah Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Berdasarkan angket penelitian diperoleh data tentang pendapatan

kepala keluarga sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel

distribusi frekuensi sebagai berikut.

Kelas Interval

Page 108: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2)

Kelas Interval

(Ki)

Frekuensi (f)

f (%) Kumulatif

f f (%)

1 2 3 4 5 1

2

3

4

5

72

60

9

6

9

46

38

6

4

6

72

132

141

147

156

46

84

90

94

100

JUMLAH 156 100

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156

orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu berpendapatan lebih dari

Rp 2.000.000,00 dan yang paling rendah 1 yaitu berpendapatan kuranag dari

Rp 500.000,00. Nilai rata-rata atau mean = 1,850, median = 2,000, modus =

1,000, variansi = 1,176 standar deviasi = 1,085, kuartil 1= 2, artinya 75%

dari responden berpendapatan Rp 1.000.000,00 ke bawah. Kuartil 2 = 2,

artinya 50% dari responden memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00. Kuartil ke

3 = 1, artinya 25% responden berpendapatan kurang dari Rp 500.000,00.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam

bentuk grafik histogram sebagai berikut :

Page 109: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Gambar 4. Grafik Histogram Pendapatan Kepala Keluarga (X2)

c. Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

(Y)

Data tentang sikap Kepala Keluarga terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga diperoleh melalui angket. Dari data angket tersebut

menunjukkan bahwa jumlah responden 156, mean = 117,29, median =

117,000, mode = 112, standar deviasi = 9,121, variance = 83,190, minimum

= 91, maximum = 141. Kuartil 1 = 124,000 artinya 25 % dari responden

memiliki nilai > 124,000 kuartil 2 = 117,000, artinya 50% dari responden

memiliki nilai > 117,000, kuartil 3 = 111,00 artinya 75% dari responden

memiliki nilai > 111,000.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

Kelas Interval

Page 110: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7. sebagai berikut :

Tabel 7. Deskripsi Variabel

Uraian X1 X2 Y

1 2 3 4 N

Valid

Missing

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Percentiles

25

50

75

156

156

0

2,610

0,084

2,000

2,000

1,051

1,104

4,000

1,000

5,000

407,000

2,000

2,000

3,000

156

156

0

1,850

0,087

2,000

1,000

1,085

1,176

4,000

1,000

5,000

288,000

1,000

2,000

2,000

156

156

0

117,290

0,730

117,000

112,000

9,121

83,190

50,000

91,000

141,000

18.298,000

111,000

117,000

124,000

Sumber : Analisis Data Primer

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum data penelitian dianalisis maka data tersebut harus dilakukan

pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu.

Page 111: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: Y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

1. Uji Normalitas (Pendekatan Grafis)

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi

normal atau tidak. Berdasarkan hasil normalitas residu dengan cara membuat

plot antara residu versus ordered normal (skor normal dari residu yang

bersangkutan diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 5. Plot Antara Residu Ordered Normal

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa plot antara residu

versus N score cenderung membentuk garis lurus setinggi residu berdistribusi

normal. Dengan kata lain Predicted value (p-value) > 1,46 yaitu 117,29 > 1,46,

maka hipotesis nol tidak ditolak dengan demikian disimpulkan bahwa residu

Page 112: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Studentized Residual

-3.00000

-2.00000

-1.00000

0.00000

1.00000

2.00000

3.00000

Sta

nd

ard

ize

d R

es

idu

al

Dependent Variable: Standardized Residual

Scatterplot

berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas (Pendekatan Grafis)

Uji linieritas diperlukan untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara

variabel X dan Y. berdasarkan uji linieritas dengan cara membuat plot antara

residu (e) versus Y-topi diperoleh basil sebagai berikut:

Gambar 6. Plot Antara Residu Versus Y-topi

Berdasarkan gambar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model

hubungan antara variabel bebas dan terikat adalah linier dan plot antara residu

Page 113: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dan Y-topi membentuk diagram pencar atau tidak berpola, sehingga dapat

dikatakan bahwa variansi residu konstan dan model hubungan antara X dan Y

adalah konstan.

3. Uji Konstan Variansi

Berdasarkan hasil perhitungan uji konstan variansi diketahui bahwa

korelasi antara e2 dengan Y-topi sebesar 0,952. Hasil perhitungan tesebut

kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi

5% dan N = 156 diperoleh hasil sebesar 0,159. Sehingga rhitung > rtabel atau 0,952

> 0,159 maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi residu adalah

tidak konstan.

4. Uji lndepedensi

Uji independensi digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

antar variabel bebas X1 dan X2. Berdasarkan hasil perhitungan uji independensi

dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r x1x2 = 0,575.

Selanjutnya nilai hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan tabel r

product moment pada taraf signifkansi 5% dan N= 156 diperoleh hasil sebesar

0,159. Karena rhitung > rtabel atau 0,575 > 0,154 maka dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan signifikan antara variabel X1 dan X2 namun demikian angka 0,575

ini menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 258) termasuk tidak berkorelasi tinggi

yakni dibawah 0,80.

Page 114: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

5. Uji Non Otokorelasi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Durbin-Watson

Statistic diperoleh nilai sebesar 1,946. Nilai hasil perhitungan tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan tabel Durbin Watson pada taraf signifikansi 5% dan N

156 diperoleh nilai sebesar 1,60. Karena DWhitung > Dwtabel atau 1,946 > 1,60

maka antar residu tidak saling berkorelasi.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian perlu

dilakukan uji coba instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang telah selesai

disusun kemudian diujicobakan terlebih dahulu untuk mengukur tingkat validitas

dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 136). Uji

coba instrumen dilakukan pada tanggal 27 Juli 2010 dengan melibatkan 40

responden yang merupakan kepala keluarga dari penduduk di Desa Candisari

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus r product moment

dari Pearson dengan bantuan program komputer pengolahan data statistik SPSS

versi 12.0 for windows. Berdasarkan pengolahan data statistik diperoleh hasil

perhitungan validitas instrument sebagai berikut.

Page 115: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)

No. Instrumen r-hitung r-tabel Keterangan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

0,382 0,425 0,353 0,489 0,417 0,374 0,384 0,391 0,611 0,342 0,403 0,598 0,461 0,413 0,437 0,425 0,361 0,380 0,542 0,370 0,656 0,750 0,475 0,407 0,569 0,643 0,480 0,346 0,532 0,466

0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.317 0,312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui ketetapan atau

Page 116: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

keajegan hasil apabila digunakan berulang-ulang pada kelompok subyek yang

sama. Kriteria pengujian reliabilitas instrumen adalah, jika r11 > rtabel, maka

instrumen dinyatakan reliabel. Dalam penelitian ini digunakan responden

sebanyak 40, maka diperoleh rtabel = 0,312. Interpretasi dari koefesien reliabilitas

dapat diperhatikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 9. Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya nilai r Interpretasi

0,800 < r < 1,000

0,600 < r < 0,800

0,400 < r < 0,600

0,200 < r < 0,400

0,000 < r < 0,200

Tinggi

Cukup

Agak rendah

Rendah

Sangat rendah

Sumber: Sutrisno Hadi (2001:275)

Untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan

nimus Alpha, dengan bantuan-bantuan program komputer pengolahan data

statistik SPSS versi 12.0 for windows. Pada Variabel Sikap Kepala Keluarga

Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) diperoleh hasil r11 hitung

sebesar 0,874 sehingga r11 hitung > rl1 tabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa

reliabilitas angket penelitian dapat diterima dan dapat digunakan untuk

pengukuran dalam pengumpulan data penelitian. Hasil keluaran program

komputer untuk penghitungan reliabilitas variabel ini dapat dilihat pada

lampiran 5.

Page 117: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

hipotesis yang dirumuskan dapat terbukti kebenarannya atau tidak terbukti. Uji

hipotesis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan dan

Pendapatan Kepala Keluarga. Variabel terikat terdiri dari satu variabel yaitu Sikap

Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi

dengan Product Moment dan regresi ganda.

1. Pengujian Hasil Analisis Data

Berdasarkan pengujian hasil analisis data yang diperoleh dari hasil

perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan rumus Product Moment dan

regresi ganda, maka hipotesis yang telah dirumuskan dapat terjawab sebagai

berikut:

a. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dengan Sikap Kepala

Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)

Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif

antara Jenjang Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan

tahun 2010 digunakan teknik analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan analisis korelasi product moment, diperoleh nilai rx1Y =

0,297. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel r

Page 118: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

product moment dengan N = 156 dan pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan

hasil konsultasi dengan tabel r product moment diperoleh r tabel = 0,159

sehingga r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,297 > 0,159.

b. Hubungan antara Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dengan Sikap

Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)

Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif

antara Pendapatan Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 digunakan teknik analisis

korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis

korelasi product moment, diperoleh rX2Y = 0,230. Hasil perhitungan uji

dikonsultasikan dengan tabel nilai r product moment dengan N = 156 dan

taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,159 sehingga rhitung lebih besar dari

rtabel atau 0,230 > 0,159.

c. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala

Keluarga (X2) dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y)

Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif

antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersama-

sama dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun

2010 digunakan teknik analisis korelasi. Perhitungan analisis korelasi

digunakan rumus sebagai berikut.

Page 119: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

ry12 + ry2

2 – 2. ry1 . ry2 . r12 ry(1,2) = 1 – r12

2

0,2972 + 0,2302 – 2.0,297.0,230.0,575 ry(1,2) = 1 – 0,5752

0,062553 ry(1,2) = 0,669375

ry(1,2) = 0,093449

ry(1,2) = 0,305694

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh r y(1,2) = 0,305694. Angka

ini jika dibulatkan menjadi 0,3057. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan komputer program SPSS versi 12.0 for windows

diperoleh angka sebesar 0,305. Hasil perhitungan ini kemudian

dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N = 156 dan pada

taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,159 dengan demikian r hitung lebih

besar dari atau 0,305694 > 0,159. Dari hasil uji F diperoleh Freg = 7,872

dengan p-value = 2,876 maka F hitung > F tabel atau 7,872 > 2,876. Persamaan

Page 120: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

garis regresi ganda atau model hubungan antara X1 dan X2 dengan Y adalah:

Ŷ = 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis yang telah dilakukan,

maka dapat ditafsirkan bahwa:

a. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,297 menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan Y.

b. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,230 menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X2 dan Y.

c. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y sebesar 0,3057

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan

X2 dengan Y.

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data dan penafsiran pengujian hipotesis

tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang

Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan r hitung lebih besar dari rtabel atau

0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%.

b. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Pendapatan

Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah

Page 121: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Rurnah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan rhitung lebih besar dari rtabel atau

0,230 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%.

c. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang

Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersama-sama dengan

Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 dapat

diterima r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,3057 > 0,159 pada tingkat

signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil signifikansi atau keberartian korelasi ganda

diperoleh Freg = 7,872 kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel F

dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 150 pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil tabel diperoleh Ftabel = 3,06 sehingga F hitung > atau 7,872 >

3,06 maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi tersebut berarti atau

signifikan.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan

pembahasan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa

variabel Jenjang Pendidikan ikut menentukan Sikap Kepala Keluarga dalam

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan

yang positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau

0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel Jenjang Pendidikan (X1) turut

Page 122: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

menentukan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga karena dengan adanya Jenjang

Pendidikan yang tinggi pada Kepala Keluarga berarti mencerminkan pula kepedulian

mereka akan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2) juga turut mendukung Sikap

Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Dukungan pendapatan

kepala keluarga tersebut ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif antara

pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan

sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau 0,230 > 0,159

pada tingkat signifikansi 5%. Semakin tinggi Pendapatan Kepala Keluarga maka

akan semakin tinggi pula sumbangan positif yang diberikan pada Sikap Kepala

Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Berdasarkan perhitungan menggunakan teknik analisis korelasi product

moment, kedua variabel secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif

dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga sebesar

0,3057. Sedangkan menurut perhitungan teknik analisis regresi ganda, variabel X1

dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan variabel Y sebesar

7,872. Ini berarti bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan kepala

keluarga maka sikap kepedulian kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga akan semakin tinggi pula.

Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga

dengan Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dapat

dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan hubungan positif yang diberikan oleh kedua

variabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Sikap Kepala Keluarga dalam

Page 123: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dipengaruhi oleh Jenjang Pendidikan dan

Pendapatan Kepala Keluarga.

Ringkasan hasil analisis data melalui perhitungan korelasi product moment

dan regresi ganda dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Data Korelasi Product Moment dan Regresi Ganda

No Variabel Uji Ringkasan

Keterangan Hasil Tabel

1 2 3 4 5 6 1

2

3

Hubungan

antara Xl

dengan Y

Hubungan

antara X2

dengan Y

Hubungan

antara X1

dan X2

dengan Y

Teknik

Analisis

Korelasi

Teknik

Analisis

Korelasi

Teknik

Analisis

Korelasi

dan

Regresi

rx1Y= 0,297

rx2Y=0,230

ry12= 0,3057

Fhit = 7,872

b1 = 2,137

b2 = 0,740

k =110,353

r tabel = 0,159

r tabel = 0,159

r tabel = 0,159

Ftabel = 3,06

N=156

Taraf signifikan 5%

r hitung > r tabel

0,297>0,159

Uji terbukti

N=156

Taraf signifikan 5%

r hitung>r tabel

0,230>0, 159

Uji terbukti

N=156

Taraf signifikan 5%

r hitung > r tabel

0,3057 > 0,159

Fhit > Ftabel

7,872>3,06

Model persamaan regresi

Y=

110,353+2,137X1+0,740X2

Signifikan secara statistik

Page 124: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian dilakukan berdasarkan pada kajian teoritik dan hasil

analisis data. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan

terhadap kepela keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan, dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara jenjang pendidikan dengan

sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi

jenjang pendidikan yang dimiliki oleh kepala keluarga maka akan semakin tinggi

pula dukungannya dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena dengan

pendidikan yang dimilikinya maka pengetahuan yang dimilikinya tinggi pula dan

mudah untuk menerima serta menyerap informasi baru hasil perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga kepala keluarga memiliki peningkatan

dukungan sikap yang positif dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan kepala keluarga

dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Pendapatan yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap apa yang

akan dikerjakan, begitu pula dengan kepala keluarga, karena pengelolaan sampah

rumah tangga memerlukan waktu, tenaga dan biaya serta sarana yang cukup

dalam pengelolaannya.

Page 125: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

3. Ada hubungan yang positif dan siginifikan antara jenjang pendidikan dan

pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga dalam

pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan dimilikinya jenjang pendidikan dan

pendapatan yang tinggi oleh kepala keluarga maka akan dapat memotivasi kepala

keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Model Persamaan garis

regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah teruji

kebenarannya dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan kepala

keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap kepala keluarga dalam pengelolaan

sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan tahun 2010. Hipotesis dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa

jenjang pendidikan dan pendapatan mempengaruhi sikap kepala keluarga dalam

pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan tahun 2010. Dengan adanya hubungan yang posistif

secara terpadu antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala

keluarga yang tinggi diharapkan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan

sampah rumah tangga dapat meningkat dan semakin baik, sehingga dapat

menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

Hasil penelitian mendukung teori tentang perubahan sikap yang

dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993: 121) sepeti dalam kutipan berikut.

Page 126: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

”perubahan sikap terjadi melalui komunikasi antara individu dan

orang-orang lainnya. Perubahan sikap disebabkan oleh faktor-faktor predisposisi

yang dimiliki oleh individu, prinsip-prinsip belajar, peran serta individu dalam

kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian”.

Berdasarkan kutipan tentang teori perubahan sikap tersebut di atas

maka dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan seseorang dapat mengubah

sikap orang tersebut terhadap suatu obyek tertentu. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa sikap seseorang atau individu berbeda-beda menurut jenjang

pendidikan yang dimiliki oleh individu tersebut. Semakin tinggi jenjang

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya

terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Hasil penelititan ini juga mendukung teori tentang perubahan sikap

yang menyatakan bahwa:

”Kedudukan kelompok juga berpengaruh pada derajat keakraban

kelompok. Terdapat kecenderungan di mana kelompok atas yang berada pada

status yang lebih tinggi memiliki derajat keakraban yang lebih tinggi pula

dibandingkan dengan kedudukan kelompok yang statusnya lebih rendah,

asalakan pembentukan kelompok-kelompok itu berdasarkan kemampuan

(abilitet) para anggota”. (Oemar Hamalik, 1993: 118).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa derajat sikap

kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh status sosial orang tersebut. Status

sosial seseorang antara lain ditentukan oleh jenjang pendidikan dan besarnya

pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut. Kaitannya dengan pengelolaan

sampah rumah tangga, maka orang yang memiliki pendapatan yang lebih besar

akan ia akan lebih akrab dengan lingkungannya. Dengan kata lain semakin

Page 127: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

c. Memperbaiki sikap dan kebiasaan yang kurang baik mengenai pengelolaan

sampah serta memberi contoh kepada seluruh anggota keluarga serta

masyarakat luas untuk bertindak ramah terhadap lingkungan guna

menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

d. Memberikan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa pengelolaan

sampah rumah tangga bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga dan

petugas kebersihan semata, tetapi menjadi tanggung jawab semua anggota

keluarga sebagai bagian dari kehidupan rumah tangga.

e. Masyarakat hendaknya aktif dalam mengikuti penyuluhan yang diadakan di

desa sehubungan dengan pengelolaan sampah seta kebersihan dan kesehatan

lingkungan.

f. Memilah sampah sesuai dengan jenis- jenis sampah, agar dapat daur ulang,

diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali.

g. Diusahakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dan menekan

timbulnya sampah yang lebih banyak dengan menggunakan peralatan yang

dapat digunakan secara berulang-ulang.

h. Sebaiknya setiap orang warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan berpendidikan yang lebih tinggi. Bagi warga

yang tidak mampu dan atau sudah berkeluarga dapat menempuh pendidikan

di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD,

paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang

setara dengan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA).

Page 128: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

besar pendapatan seseorang maka semakin besar pula derajat sikap

kepeduliannya terhadap pengelaolaan sampah rumah tangga.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa semakin tinggi

jenjang pendidikan kepala keluarga akan semakin tinggi pula tingkat

pemahaman dan pengembangan daya pikir serta untuk menentukan sikap dan

mengambil tindakan dalam menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat

dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Selain jenjang pendidikan yang dimiliki tak kalah pentingnya adalah

besarnya pendapatan yang dimiliki oleh kepala keluarga. Dalam penelitian ini

besarnya pendapatan kepala keluarga memiliki pengaruh positif terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga. Usaha menciptakan lingkungan hidup yang

bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga

akan lebih mudah tercapai jika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi.

Dengan adanya perpaduan dari jenjang pendidikan dan pendapatan

yang tinggi dari kepala keluarga akan dapat merangsang timbulnya sikap positif

bagi kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga guna

menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

Berdasarkan uraian di atas maka sebaiknya kepala keluarga

berpendidikan yang lebih tinggi dengan cara menempuh pendidikan di kelompok

belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara

dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara dengan jenjang

pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Page 129: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Selain itu guna menciptakan menciptakan sikap kepedulian kepada

masyarakat yang lebih tinggi terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,

sebaiknya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang

lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja

wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok keluarga maupun sebagai sumber

panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi

rumah tangga.

. C. Saran

Untuk mencegah meluasnaya dampak negatif yang ditimbulkan oleh

sampah rumah tangga di lingkungan pemukiman penduduk, maka pada kesempatan

ini penulis hendak memberikan saran yang bersifat membangun berdasarkan pada

teori-teori yang ada dan hasil di lapangan sebagai berikut.

1. Kepada masyarakat khususnya kepala keluarga di Desa Candisari

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

a. Di setiap depan rumah juga di dalam ruangan rumah perlu disediakan tempat

sampah. Diusahakan tempat sampah tersebut diberi tutup agar bau busuk

yang ditimbulkan oleh sampah tidak menyebar secara meluas.

a. Sampah yang sudah menumpuk sebaiknya ditutup tanah atau dipindahkan ke

Tempat Pembuangan Sampah (TPA).

b. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di selokan, parit, sungai, kolam

atau saluran air lainnya karena dapat menyumbat aliran air, menimbulkan bau

busuk yang mengganggu pernapasan dan sebagai sarang penyakit.

Page 130: hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

i. Sebaiknya semua warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan khususnya kepala keluarga berusaha keras untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif

menciptakan lapangan kerja wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok

keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan

hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

2. Kepada Pemerintah

a. Diharapkan mengangkat pegawai sebagai petugas untuk memilah-milah

sampah sesuai dengan jenis sampah agar dapat daur ulang, diolah menjadi

bahan lain atau digunakan kembali.

b. Diharapkan membangun penambahan tempat penampungan sampah

sementara di daerah-daerah serta menambah armada pengangkut sampah

rumah tangga ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

c. Diharapkan dapat memberi bantuan bak penampung sampah atau container

kepada rakyat agar dapat menampung sampah dalam waktu yang lama.

d. Diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan dengan biaya yang lebih

terjangkau oleh masyarakat luas agar dapat menempuh jenjang pendidikan

yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga lebih tinggi pula.

e. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pendapatan

yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah

rumah tangga lebih tinggi pula.