HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL...

74
i HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS IV MI MIFTAKHUL AKHLAQIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Annie Qodriyah NIM. 093111142 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL...

i

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH

AKHLAK SISWA KELAS IV MI MIFTAKHUL

AKHLAQIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana

dalam Ilmu Pendidikan Islam

Annie Qodriyah

NIM. 093111142

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM WALISONGO

SEMARANG

2011

ii

NOTA PEMBIMBING Semarang, September 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan,

arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Hubungan antara Gaya Belajar dengan Hasil

Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa

Kelas IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Beringin

Ngaliyan Semarang

Nama : Annie Qodriyah

NIM : 093111142

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan

kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam

sidang munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Dr. Hj. Sukasih, MPd

NIP.195202021992032032001

iii

iv

ABSTRAK

Judul : Hubungan antara Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV MI Miftakhul

Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang

Nama : Annie Qodriyah

NIM : 093111142

Skripsi ini membahas tentang hubungan gaya belajar dengan hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa MI Miftakhul Akhlaqiyah. Kajian ini dilatarbelakangi oleh

banyaknya gaya belajar siswa di madrasah tersebut sehingga ada dugaan

berpengaruh terhadap nilai belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk

mengetahui gaya belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI

Miftakhul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang, 2) untuk mengetahui hasil

belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Miftakhul

Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang, dan 3) untuk mengetahui hubungan

antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak kelas

IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang. Jenis penelitian ini

termasuk penelitian kuantitatif dengan teknik analisis statistik product moment.

Pengumpulan data diperoleh melalui angket, interview, dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar siswa kelas IV MI

Miftakhul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang dapat diketahui bahwa

meannya adalah 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar siswa adalah

dalam kategori baik yakni berada pada interval 64-70. Sedangkan hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftakhul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan

Semarang juga diketahui bahwa meannya adalah 77,03. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil belajar Aqidah Akhlak siswa adalah dalam kategori baik yakni

berada pada interval 74-79.

Berdasarkan perhitungan dalam analisis, ternyata diketahui bahwa kualitas

kedua variabel sama-sama dalam kategori baik. Dengan kata lain, tingginya gaya

belajar siswa diikuti pula dengan tingginya hasil belajar Aqidah Akhlak siswa

kelas VI MI Miftakhul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang. Hipotesis

penelitian ini telah terjawab, yakni “adanya hubungan positif antara gaya belajar

siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftakhul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.” Setelah dilakukan perhitungan melalui

analisis product moment yang menghasilkan nilai sebagai berikut. Berdasarkan

konsultasi tabel ternyata setelah diolah dengan analisis perbandingan antara ro

dengan rt diperoleh ro > rt (ro lebih besar dari rt) 10,43311526 > 1,70 (dalam taraf

signifikansi 5%) dan 10,43311526 > 2,75 (dalam taraf signifikansi 1%).

Berdasarkan perhitungan ini, hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi tidak ada

hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa

ditolak dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ada hubungan yang positif antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa diterima. Hal ini

berarti bahwa, gaya belajar siswa dapat menentukan tingkat prestasi/hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa.

v

MOTTO

Artinya : Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Beriralah

kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah

kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat)

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan (QS: Al Mujadalah: 11).1

1 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemahnya, Bandung: PT. Sygma Examedia

Arkanleema, 2009, hlm.543.

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Ayahku, yang selalu mendoakan semua

putra-putrinya, agar kelak menjadi orang

yang berguna bagi nusa, bangsa dan

agamanya.

2. Suamiku tersayang, yang selalu memberi

semangat dan dorongan, agar tidak

gampang menyerah dan putus asa

dengan berbagai macam cobaan.

3. Anak-anakku yang selalu menjadi

inspirasiku.

4. Sahabat-sahabatku di mana pun berada

vii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Annie Qodriyah

NIM : 093111142

Jurusan /Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil

penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk

sumbernya.

Semarang, September 2011

Saya yang menyatakan

Annie Qodriyah

NIM 093111142

materai

viii

KATA PENGANTAR

Sungguh segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw berserta keluarga dan sahabat-

sahabatnya yang telah meneruskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Sudja’i, M.Ag, sekalu Dekan yang telah memberikan

pengarahan kepada penulis.

2. Dr. Hj. Sukasih, M.Pd selaku pembimbing yang dengan ikhlas

membimbing dan memberi petunjuk, arahan pada penulis dalam

menyelesaikan sekripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan-karyawati yang secara

langsung ikut berpartisipasi.

4. Kepala MI Miftakhul Akhlaqiyah Bringin Tambakaji Ngaliyan Semarang.

5. Bapak dan ibu serta segenap keluarga yang selalu memberikan doa

restunya kepada penulis.

6. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah Swt segala sesuatu dikembalikan, semoga tulisan

ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumnya kepada para pembaca. Kritik

dan saran dari siapapun sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Semarang, September 2011

Penulis

Annie Qodriyah

NIM 093111142

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ………………….…………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .……………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN………….....................………………………. vi

ABSTRAK PENELITIAN ......................……………………………………. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xi

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Definisi Operasional……………………………………………… 5

C. Rumusan Masalah …………………………………………….. 6

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7

E. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 7

BAB II : GAYA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR ……………… 8

A. Deskripsi Teori ………………………………………………… 8

1. Gaya Belajar Siswa …………………………………………. 8

a. Pengertian Gaya Bahasa …………………………………. 8

b. Macam-macam Gaya Bahasa ...……………..…………… 11

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar …..…… 15

2. Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ……………… 17

a. Pengertian Hasil Belajar ………………………………… 17

b. Macam-macam hasil Belajar ……………………………. 21

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 23

d. Faktor-faktor Yang Menghambat Hasil Belajar …………. 26

e. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ……………………………. 27

x

3. Hubungan Gaya Belajar dan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Aqidah Akhlak …………………………………………….. 28

B. Kajian Penelitian yang Relevan ..……………………………….. 29

C. Pengajuan Hipotesis ……………….…………………………….. 31

BAB III: METODE PENELITIAN …………………………………………. 32

A. Metode Penelitian …………………………….………………… 32

B. Waktu dan Penelitian …………………………………………… 33

C. Variabel Penelitian ……………………………………………… 33

D. Populasi dan Sampel …………………………………………… 34

E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 34

F. Teknik Analisa Data ……..……………………………………… 35

BAB : IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .………………… 38

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .………………………………… 38

1. Gaya Belajar Siswa …………………………………………… 38

2. Hasil Belajar Aqidah Akhlak ………………………………… 39

B. Analisis Pendahuluan ……………….………………………….... 40

1. Skor Hasil Angket Gaya Belajar ……………………………… 41

2. Skor Hasil Belajar Siswa Aqidah Akhlak Siswa ……………. 43

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………. 48

D. Keterbatasan Penelitian …………………………………………. 49

BAB V : PENUTUP ………………………………………………………… 50

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 50

B. Saran-saran ………………………………………………….. …. 51

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran.

Pendidikan dan pembelajaran ini dapat diberikan sejak ia masih kecil hingga

tumbuh menjadi anak-anak, remaja dan dewasa. Setiap mereka akan berkembang

sesuai dengan pengalaman yang diberikan kepadanya.

Setiap anak merupakan individu yang unik, masing-masing akan melihat

dunia dengan “caranya“ sendiri. Meskipun melihat satu kejadian pada waktu yang

bersamaan, tidak menjamin beberapa anak melaporkan hal yang sama. Seringkali

yang menjadi pergumulan dalam dunia pendidikan bukan pada masalah “apakah

anak dapat belajar?”, tetapi pada masalah ”bagaimana mereka secara alami belajar

dengan cara terbaiknya?”

Seorang peneliti bidang psikologi Herman Witkin, melalui studi risetnya

mengemukakan dua macam karateristik gaya belajar yang dimiliki seseorang

yaitu: gaya belajar global dan gaya belajar analitik. Gaya belajar ini melihat anak

dalam berfikir dan memahami sesuatu secara menyeluruh atau melihat gambar

yang besar dan bagian demi bagian. Sedangkan anak yang belajar analitik

cenderung memandang sesuatu masalah secara bertahap dan memfokuskan diri

pada bagian-bagian yang membentuk gambar secara urut dan terperinci.

Kecenderungan gaya belajar ini akan mempengaruhi anak dalam banyak hal,

seperti: cara dia medengarkan, memperhatikan, menyimpan informasi, dan cara

menggunakan cara informasi tersebut.

Setiap anak memiliki lebih dari satu gaya belajar yang dipakai dalam

usaha mencapai tujuan belajarnya. Apabila seorang guru dapat mengidentifikasi

2

kencenderungan gaya belajar siswa maka hal ini akan bermanfaat sekali dalam

mengembangkan proses belajar mengajar.1

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditujukan sebagai

bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada

pada individu yang belajar.2

Setiap orang yang belajar akan tampak dari hasil belajarnya itu setelah

dilaksanakan proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Howard Kingsley

membagi tiga macam hasil belajar, yakni: a) keterampilan dan kebiasaan, b)

pengetahuan dan pengertian, c) dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima

kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelek, strategi

kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.3

Untuk mencapai tujuan belajar di madrasah atau sekolah, setiap siswa

akan selalu berusaha supaya tujuan belajarnya tercapai yaitu dengan belajar tekun.

Gaya belajar siswa yang beraneka macam bertujuan agar siswa dapat belajar

dengan nyaman, dengan demikian diharapkan tujuan belajar bisa tercapai dengan

baik.

Keberhasilan belajar siswa tidaklah lepas dari beberapa faktor yang

mempengaruhi, di antaranya karena faktor guru maupun faktor siswa. Guru

merupakan pengelola belajar atau yang disebut pembelajar.4 Dengan

kedudukannya, guru mempunyai peran vital dalam kelancaran berlangsungnya

proses belajar siswa di madrasah atau sekolah. Selain guru, faktor siswa juga

berpengaruh sekali, sebab siswa merupakan subyek belajar. Terdapat tiga faktor

1 www.pepak/pustaka/gaya belajar global dan analitik.com/16012010

2 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar

Baru Algensido, 1996), hlm. 5 3 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 107

4 Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen

Dikdasmen, Depdiknas, 2003), hlm. 4.

3

yang bisa mempengaruhi belajar siswa di antaranya faktor internal (faktor dalam

siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan belajar.5

Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan

menjadi dua yaitu: pertama faktor intern, di antaranya dipengaruhi faktor

jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Kedua faktor ekstern, di antaranya

dipengaruhi: faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat, faktor

lingkungan.6

Untuk mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar yang telah ditetapkan

dalam interaksi atau proses belajar mengajar diperlukan penilaian atau evaluasi.

Menurut Ngalim Purwanto, untuk mengevaluasi hasil belajar seorang guru dapat

menggunakan dua macam tes, yaitu melalui:

1. Tes yang telah distandarkan (standardized test)

Suatu tes yang telah mengalami proses standardisasi, yaitu proses

validasi yaitu suatu proses validasi yang benar-benar mampu menilai apa yang

dinilai, dan keadaan (reability) yaitu tes tersebut menunjukkan ketelitian

pengukuran yang berlaku untuk setiap orang yang diukur dengan tes (soal)

yang sama.

2. Tes buatan guru sendiri (teachermade test)

Suatu tes yang dibuat oleh guru dengan isi dan tujuan-tujuan khusus

untuk sekolah atau sekolah tempat guru mengajar.7

Tes buatan guru sebagaimana tersebut di atas, dapat dibagi menjadi dua

golongan, yakni: tes lisan (oral test) atau tes tertulis (writes test). Tes tertulis

dapat dibagi menjadi dua macam, yakni: tes obyektif dan tes essai.8 Tes semacam

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 132 6 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), hlm. 54-71 7 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evasluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja

Rasdakarya, 2001), hlm. 33-35 8 Ibid., hlm. 35.

4

inilah yang biasa dipakai setiap guru di madrasah untuk mengukur keberhasilan

siswa.

Sekolah atau madrasah umumnya memprioritaskan pelajaran umum yang

diujikan secara nasional yang dapat menentukan kelulusan, sehingga kadangkala

pendidikan agama agak dikesampingkan atau dianggap sebagai mata pelajaran

pelengkap. Namun banyak pula sekolah atau madrasah yang juga aktif

melaksanakan pembelajaran agama, terutama sekolah atau madrasah yang

merupakan sekolah berbasis agama seperti: Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah

Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan sekolah-sekolah lain yang

berbasis agama.

Mata pelajaran aqidah akhlak merupakan satu dari beberapa mata

pelajaranan agama yang ada di madrasah atau atau di sekolah. Pelajaran ini

penting dalam menjadikan siswa yang berakhlak mulia dan peduli terhadap

sesama manusia. Selain itu juga membantu dalam memberikan bekal dan

menyiapkan siswa dalam hidup bermasyarakat di tempat tinggalnya. Jadi tidak

hanya mata pelajaran umum saja yang dikedepankan, melainkan juga pelajaran

agama seperti mata pelajaran aqidah akhlak dan mata pelajaran agama yang lain.

Berawal dari uraian di atas, ada beberapa alasan yang mendorong peneliti

untuk memilih judul “Hubungan antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VI MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang”, antara lain:

Peneliti ingin mengetahui berbagai macam gaya belajar siswa dalam

proses belajar baik di rumah maupun di madrasah, sehingga diharapkan akan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dalam hal ini mata pelajaran aqidah

akhlak. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan positif antara gaya belajar

siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak MI Miftahul

Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang.

Dari sedikit uraian yang telah peneliti paparkan di atas, dapat diketahui

bahwa prestasi belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks

5

dan bisa dikatakan sistematik. tidak boleh menganggap sepele salah satu faktor

tersebut, karena antara faktor satu dengan faktor lainnya saling berhubungan.

Dengan demikian harus dapat mengusahakan dan menciptakan suasana yang

kondusif agar tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.

B. Definisi Operasional

Agar penelitian skripsi ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang

diharapkan, maka perlu adanya definisi operasional untuk menghindari

kesalahpahaman.

1. Gaya Belajar

Menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang

konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau

informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.9 Sedangkan

menurut Adi W. Gunawan, gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam

melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.10

Hasil riset menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan

menggunakan gaya belajar yang dominan, saat mengerjakan tes, akan

mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar

dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.11

2. Hasil Belajar/Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya.12Penilaian terhadap

hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran,

9 Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2009), hlm. 94. 10 Adi Gunawan, Genius Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 139. 11 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahas

Arab, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 1. 12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003),

cet. V, hlm. 22.

6

inilah yang disebut prestasi belajar. Menurut Muhibbin, prestasi belajar

merupakan hasil evaluasi belajar yang dilakukan guru untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada siswa yang mencerminkan dimensi cipta, rasa

dan karsa. Aspek prestasi belajar merupakan perpaduan dari aspek kognitif,

aspek efektif dan aspek psikomotoris dari siswa.13

Adapun Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang diajarkan di

Madrasah Ibtidaiyah sebagai bagian atau pengembangan dari mata pelajaran

pendidikan agama Islam (PAI).

Pada penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar Aqidah Akhlak

adalah nilai akhir semester genap mata pelajaran Aqidah Akhlak tahun 2011

siswa kelas VI MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.

3. MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang

Madrasah Ibtidaiyah ini adalah merupakan lembaga pendidikan

madrasah setingkat sekolah dasar (SD) yang menyelenggarakan pendidikan

keagamaan di bawah kurikulum Kemenag dan juga sekaligus kurikulum

sekolah dasar (SD) dari Kemendiknas. MI tersebut terletak di Jl. Bringin Kel.

Tambakaji Kec. Ngaliyan Kota Semarang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:

Bagaimana hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar mata

pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan

Semarang?

13Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 213-214.

7

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI

Miftahul Akhlaqiyah Beringin Ngaliyan Semarang

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung

tentang perbedaan gaya belajar masing-masing siswa, sehingga para guru

dapat menerapkan metode yang tepat untuk melakukan pendekatan

pembelajaran sesuai dengan perbedaan tersebut dengan lebih kreatif dan

inovatif, khususnya pada pembelajaran Akidah Akhlak.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi belajar mereka

masing-masing sesuai dengan gaya belajar mereka. Oleh karena itu

diharapkan hasil belajar mereka dapat meningkat dengan mengetahuinya gaya

belajar masing-masing.

3. Bagi MI Miftakhul Akhlaqiyah, hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan positif untuk pengembangan pembelajaran mata pelajaran Aqidah

Akhlak khsusnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.

8

BAB II

GAYA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

A. Deskripsi Teori

1. Gaya Belajar Siswa

a. Pengertian Gaya Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya adalah tingkah

laku, gerak gerik dan sikap.1 Sedangkan belajar adalah menuntut ilmu.2

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses aktif untuk menuju

satu arah tertentu yang dapat meningkatkan perbuatan, kemampuan atau

pengertian baru. Menurut rumusan Gathrie and Brown;….“learning is

always a case of improving same perfornce or gaining same new ability

or understanding”.3 Lebih lanjut Ernest R. Hilgard, merinci rumusan

belajar sebagai berikut; ”learning is the process by which an activity

originates or is changes through training procedures wheter in the

laboratory or in the natural environment distinguished from changes by

faktors not attributabel to training “.4

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat ditarik suatu pengertian

bahwa belajar adalah sesuatu yang dapat meningkatkan perbuatan,

kemampuan, atau pengertian baru. Belajar juga dapat diartikan suatu

proses yang dapat menghasilkan suatu aktivitas baru melalui pelatihan di

laboratorium maupun di lingkungan alam, yang hasil tersebut berbeda

dengan hasil yang diperoleh tanpa adanya proses latihan. Tokoh-tokoh

pendidikan lain yang memaknai belajar sebagai proses perubahan

perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Belajar

adalah suatu proses latihan menuju perubahan yang akan menghasilkan

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 46. 2 Ibid., hlm. 15. 3 Edwin Gathrie and Francis F. Brown, Educational Psychology, (New York: Press

Company, 1950), hlm. 145. 4 Ernest R Hilgard, Theories of Learning, (New York: Appleton Century CroftsInc, 1968),

hlm. 5.

9

sesuatu yang dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan, karena proses latihan tersebut telah melalui tahapan-tahapan

sistematis yang telah dipersiapkan sebelumnya melalui uji coba secara

ilmiah.

Perubahan dalam rumusan pengertian belajar tersebut dapat

menyangkut semua aspek kepribadian individu, yang di dalamnya

menyangkut penguasaan, pemahaman, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan,

minat, apresiasi dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman; ini

berkenaan dengan segala bentuk membaca, melihat, mendengar,

merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan,

melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, dan sebagainya.5

Sementara itu, P. De Cecco William crow ford dalam bukunya

The Psychology of Learning and Instruction mendefinisikan belajar

adalah Learning is a relatively permanent change in a behavioral

tendentcy and is the result of reinforced praktice,6 Artinya “Belajar

adalah perubahan yang relatif tetap dalam suatu kecenderungan

tingkah laku sebagai hasil dari praktek penguatan”.

Ws. Wingkel mendefinisikan belajar adalah “Suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.7

Sementara menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar

adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam

menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

memecahkan soal.8

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm. 156. 6 John P. De Cecco William Crow Ford, The Psychology of Learning and Instruction,

(India: Ofset Press, 2001, cet. IV, hlm. 170. 7 Ws. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), Cet. V, hlm. 54 8 Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2009), hlm. 94.

10

Sedangkan menurut Adi W. Gunawan Pengertian gaya belajar

adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir,

memproses dan mengerti suatu informasi.9.

Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan

menggunakan gaya belajar yang dominan, saat mengerjakan tes, akan

mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka

belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.10

Ajaran Islam mewajibkan umatnya untuk belajar, salah satu di

antara dimensi ajaran Islam yang paling menonjol adalah perintah

untuk menuntut ilmu pengetahuan. Belajar sebagaimana yang

diperintah oleh Allah Swt di dalam Quran adalah belajar untuk

membaca (Iqro’) seperti pada wahyu yang pertama kali turun. yaitu

surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

. مركألا كبرو أرقإ. قلع نم انسنإلا قلخ. قلخ يالذ كبر ماسب أرقإالذي لعملقالب م .لعإلا منانس ا ملم يلعم

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq: 1-5). 11

Para peneliti menemukan adanya berbagai macam gaya belajar

pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu,

dengan kesimpulan bahwa:

a) Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut dengan

gaya belajar.

b) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu

9 Adi Gunawan, Genius Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 139. 10 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran

Bahas Arab, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 1. 11 A. Hafidz Dasuki dkk, Quran dan Terjemahannya, (Surabaya: CV. Jaya Sakti, 2002),

cet. V, hlm. 1080.

11

c) Kesesuaian gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.12

Dengan demikian siswa yang mempunyai keragaman gaya

belajar yang variatif dan untuk diharapkan akan dapat tercipta suasana

belajar yang kondusif.

b. Macam-macam Gaya Belajar

Gaya belajar yang dimiliki siswa banyak sekali macamnya dan

unik bila dilihat. Macam-macam gaya belajar di antaranya:

1. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar macam ini berhubungan dengan masalah

pendengaran siswa. Hal ini ada kaitannya dengan proses belajar

menghafal, membaca maupun matematika dalam mengerjakan soal

cerita.

Ciri-ciri dalam gaya belajar Auditorial, antara lain:

a) Mudah ingat dari apa yang didengarkannya

b) Tidak bisa belajar dalam suasana atau berisik

c) Senang dibacakan atau mendengarkan

d) Lebih menyukai diskusi atau juga cerita

e) Bisa mengulangi apa yang dengarkannya.

Kendala dalam gaya belajar auditorial ini adalah anak

sering lupa apa yang dijelaskan guru. Sering keliru apa yang

disampaikan oleh guru, dan juga sering lupa membuat tugas yang

diperintahkan melalui lisan. Siswa yang menyukai gaya belajar

auditorial umumnya tidak suka membaca buku petunjuk. Dia lebih

suka bertanya untuk mendapatkan informasi yang diperlukannya.13

2. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar macam ini berhubungan dengan masalah

penglihatan siswa. Hal ini kaitannya dengan proses belajar seperti

matematika (Geometri), bahasa mandarin dan arab, atau yang

12 www.pengertianhasilbelajar<<techonly13’5blog.htm/16012010 13 Ibid.

12

berkaitan dengan simbol-simbol atau letak simbol. Ciri-ciri dalam

gaya belajar visual, antara lain:

a) Lebih mudah mengingat dengan cara melihat

b) Tidak terganggu oleh suara ribut atau berisik

c) Lebih suka membaca

d) Suka mendemonstrasikan sesuatu daripada penjelasan.

Kendala dalam gaya belajar visual seperti terlambat

menyalin pelajaran di papan tulis, dan tulisannya berantakan

sehingga tidak mudah terbaca. Siswa yang mempunyai gaya belajar

visual umumnya lebih suka melihat daripada mendengarkan,

umumnya mereka cenderung teratur, rapi dan berpakaian indah.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar macam ini berhubungan dengan masalah

gerak siswa. Hal ini kaitannya dengan proses belajar seperti

pelajaran olah raga, menari dan percobaan-percobaan sains.

a) Kalau menghafal sesuatu dengan cara berjalan atau melihat

langsung

b) Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi (trik, peraga)

c) Banyak gerak fisik dan punya perkembangan otot yang baik.14

Kendala dalam gaya belajar kinestetik seperti anak cenderung

tidak bisa diam. Siswa yang dengan gaya belajar seperti ini

tidak dapat belajar di sekolah-sekolah yang bergaya

konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk diam.

Siswa akan lebih cocok berkembang bila di sekolah dengan

sistem active learning, di mana anak banyak terlibat dalam

proses belajar. Siswa yang menyukai gaya belajar kinestetik

umumnya lebih suka bergerak dan tidak betah duduk lama serta

sering menundukkan kepala saat mendengarkan.

14www.pepak/pustaka/gaya belajar global dan analitik.com/1/16/2010<<techonly13’

5blog.htm/16012010

13

4. Gaya Belajar Global

Anak yang memiliki gaya belajar global cenderung melihat

segala sesuatu secara menyeluruh, dengan gambaran yang besar,

namun demikian mereka dapat melihat hubungan antara satu

bagian dengan bagian yang lain. Anak global juga dapat melihat

hal-hal yang tersirat, serta menjelaskan permasalahan dengan kata-

katanya sendiri. Mereka dapat melihat adanya banyak pilihan

dalam mengerjakan beberapa tugas sekaligus.

Anak dengan gaya belajar global dapat bekerja sama

dengan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan fleksibel.

Mereka senang bekerja keras untuk menyenangkan hati orang lain,

senang memberi dan menerima pujian, bahkan anak global

cenderung melupakan lebih banyak dorongan semangat dalam

memulai mengerjakan sesuatu. Mereka menerima kritikan secara

pribadi. Mereka akan mengalami kesulitan bila harus menjelaskan

sesuatu tahap demi tahap.

Orang gaya belajar global dominan biasanya kurang

memiliki kerapian, walau sebenarnya mereka memiliki keinginan

besar untuk membersihkan tempat belajarnya. Namun sering kali

keinginannya kurang terlaksana, akhirnya kertas-kertas tetap

berantakan. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya orang global belajar

untuk menyederhanakan sistemnya dengan menyediakan map-map

berwarna dengan kategori tertentu untuk menyiapkan kertas-kertas

yang menumpuk.

Pikiran anak global dominan tidak pernah bisa fokus pada

suatu masalah, pikirannya memikirkan banyak hal sepanjang

waktu. Apabila orang global mengerjakan tugas kedua meskipun

tugas pertamanya belum selesai, untuk mengatasi keadaan ini

sebaiknya mereka bekerja sama dengan orang lain, dengan janji

saling menolong dalam menyelesaikan tugas sebelum mengerjakan

14

yang lain, mereka akan mudah berkonsentrasi bila ada seseorang

yang bekerja bersamanya

5. Gaya Belajar Analitik

Anak yang memiliki gaya belajar analitik dalam

memandang sesuatu cenderung lebih terperinci, spesifik dan

teratur. Namun mereka kurang bisa memahami masalah secara

menyeluruh.

Dalam mengerjakan tugas analitik akan mengerjakan

tugasnya secara teratur, dari satu tahab ke tahab berikutnya.

Mereka memiliki kecenderungan untuk mengerjakan satu tugas

dalam satu waktu, dan mereka belum akan mengerjakan tugas lain

sebelum tugas pertamanya selesai. Mereka membutuhkan waktu

yang cukup untuk menyelesaikan tugas mereka, karena mereka

tidak ingin ada satu bagian yang terlewatkan.

Anak yang memiliki cara berfikir secara analitik seringkali

memikirkan sesuatu berdasarkan logika. Selain itu mereka menikai

fakta-fakta yang terjadi melebihi perasaannya. Mereka dapat

menemukan fakta-fakta namun seringkali mereka tidak mengetahui

gagasan utamanya. Sehingga kadang dia tidak mengerti maksud

dan tujuan dia dalam mengerjakan sesuatu.

Anak yang memiliki gaya belajar analitik sangat sulit

belajar karena biasanya pikirannya hanya terfokus pada satu

masalah saja. Untuk mengatasi keadannya ini, sebaiknya seorang

analitik belajar sendirian, baru bergabung dengan temannya untuk

bersosialisasi setelah selesai belajar.

Anak analitik dapat bekerja maksimal bila ada metode yang

konsisten dan pasti dalam mengerjakan sesuatu, apabila dia bisa

menciptakan sistem sendiri dalam belajar. Untuk itu jadwal harian

sangat membantu anak analitik merasakan adanya struktur dan hal-

15

hal yang bisa diramalkan, sehingga mereka dapat menentukan dan

memenuhi sasaran yang jelas.15

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Gaya belajar yang digunakan merupakan kunci untuk

mengembangkan kinerja dalam belajar. Perlu disadari bagaimana

orang yang satu dengan yang lain menyerap dan menggali informasi,

dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan

gaya sendiri.

Pada beberapa sekolah dasar lanjutan di Amerika, para guru

menyadari cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru.

Mereka memahami bahwa beberapa siswa perlu diajarkan cara-cara

yang lain dari metode mengajar standar. Jika siswa-siswa ini diajar

dengan metode standar kemungkinan kecil mereka dapat memahami

apa yang diberikan. Mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah

membantu para guru di mana pun untuk dapat mendekati semua atau

hampir semua siswa hanya dengan menyampaikan informasi dengan

gaya yang berbeda-beda.16

Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah

menemukan banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar siswa.

Faktor-faktor tesebut antara lain:

1. Faktor fisik

2. Faktor emosional

3. Faktor sosiologis

4. Faktor lingkungan.17

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian siswa dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang,

15 Bobbi De Porter, Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan, (Quantum Learning: Unleashing The Genius In You), (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 10.

16 Ibid., hlm. 110. 17 www.ut.ac/html/strategi-bjj/gay2.htm/16/01/2010

16

sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada siswa

yang belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain lagi

memilih adanya figur yang otoriter seperti orang tua atau guru, yang

lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi

mereka. Sebagaian orang memerlukan musik sebagai iringan belajar,

sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam keadaan

ruangan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan kerja yang

teratur dan rapi, tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala

sesuatunya supaya dapat dilihat.

Ketika belajar siswa perlu berkosentrasi dengan baik. Untuk

bisa berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang

mendukung belajar siswa. Faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi konsentrasi belajar siswa antara lain:

1. Suara

Tiap siswa mempunyai reaksi yang bebeda-beda terhadap

suara, ada yang menyukai belajar dengan mendengarkan musik

lembut, keras ataupun nonton televisi. Ada juga yang menyukai

belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar

dalam suasana ramai dalam belajar kelompok.

2. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang kurang pengaruhnya

kurang dirasakan dibandingkan pengaruh suara. Hal ini dapat

diatur dengan mudah dan pencahayaan yang dibutuhkan siswa agar

dapat berkosentrasi dalam belajar.

3. Temperatur

Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada

yang suka tempat sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang

hangat.

4. Desain belajar

Desain belajar ada dua macam, yaitu desain belajar formal

dan belajar desain belajar tidak formal. Desain formal contohnya

17

belajar di meja belajar lengkap dengan alat-alatnya, sedang desain

tidak formal belajar dengan santai, duduk di lantai, duduk di sofa

ataupun sambil tiduran.18

2. Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah akhlak

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam kamus Bahasa Indonesia hasil adalah pendapat. Sesuatu

yang diciptakan sukses.19 Sementara belajar adalah menuntut ilmu.20

Elisabeth B. Hurlock mendefinisikan belajar adalah Learning Is

Development That Comes from Exercise and Eford. 21 Artinya “Belajar

adalah suatu bentuk perkembangan yang timbul dari latihan dan

usaha”. Sedangkan menurut Margareth “Belajar adalah proses

memperoleh berbagai kecakapan”. Keterampilan dan sikap. Sementara

Slameto mendefinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan” sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.22

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalamannya.23 Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk

mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran, inilah yang disebut

prestasi belajar. Seperti yang dikatakan Winkel, bahwa proses belajar

yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman, nilai, sikap dan Keterampilan.24 Adanya

18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit., hlm. 71 19 Ibid., hlm. 49. 20 Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (MC. Graw Hill Book Company, 2002),

hlm. 20. 21 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Rajawali Press,

2001), cet. V, hlm. 3. 22 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2005), hlm. 2. 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,

2003), cet. V, hlm. 22. 24 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gresindo, 2000), cet. III, hlm. 168.

18

perubahan yang tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan siswa

terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan guru.

Jadi, hasil belajar dalam konteks pembahasan ini sama artinya

dengan prestasi belajar. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang

masing-masing mempunyai arti yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal

dari bahasa Belanda “prestatie”,25 yang kemudian dalam bahasa

Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasi belajar. Dalam bahasa

pendidikan Islam dikenal dengan زKLMا atau achievement. Sedangkan

belajar adalah modifikasi atau mempertegas kelakuan melaui pengalaman

(Learning is defined as the modification or strengthening through

experiencing)26.

Belajar bisa diartikan sebagai suatu perubahan di dalam akal

pikiran seseorang pelajar yang dihasilkan atas pengalaman masa lalu

sehingga terjadilah di dalamnya perubahan yang baru. Menurut Morgan,27

belajar adalah:”Learning is any relatively permanent change in behavior

which accours as a result of practise or experience”. (belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau menetap yang

dihasilkan dari praktek atau pengalaman).

Prestasi belajar memiliki posisi penting dalam pendidikan, karena

sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran, sekaligus sebagai

bahan evaluasi bagi para pelaku pendidikan. Atau dapat dirumuskan

sebagai: 1) indikator kualitas dan kuantitas materi pelajaran yang telah

dikuasai peserta didik, 2) lambang hasrat ingin tahu peserta didik.

Artinya, semakin tinggi rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi

pelajaran yang ditunjukkan dengan giat mempelajari dan memahami serta

menguasai materi pelajaran, maka akan semakin tinggi prestasi yang

dicapai oleh peserta didik. 3) inovasi dan pendorong bagi peningkatan

25 Zaenal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991), hlm. 2. 26 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembebasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 36. 27 Morgan, T. Clifford, Introduction to Psychology, Sixth Edition, (New York: Mc. Grawhill

Book Company, Morgan, 1971), hlm. 112.

19

ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus berperan sebagai umpan balik

bagi peningkatan mutu pendidikan.28

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil pencapaian peserta

didik dalam mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran, melalui

penguasaan pengetahuan atau Keterampilan mata pelajaran disekolah

yang biasanya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.29 Untuk lebih kongkritnya dapat dirumuskan sebagai

berikut: 1) prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah,

2) prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata pelajaran berdasarkan

kemampuan peserta didik dalam aspek pengetahuan, ingatan, aplikasi,

sintesis dan evaluasi, 3) prestasi belajar adalah nilai yang dicapai oleh

peserta didik melaui ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru.30 Dapat

disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil belajar atau nilai mata pelajaran

yang dicapai oleh peserta didik melalui ulangan atau ujian yang diberikan

oleh guru.

Muhibbin menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

evaluasi belajar yang dilakukan guru untuk mengetahui perubahan

yang terjadi pada siswa yang mencerminkan dimensi cipta, rasa dan

karsa. Sehingga aspek prestasi belajar merupakan perpaduan dari aspek

kognitif, aspek efektif dan aspek psikomotoris dari siswa.31

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kondisional, artinya

terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu oleh sebab itu, pencapaian

hasil juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu, baik yang ada dalam

diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa.

Dalam mengevaluasi terhadap kegiatan belajar siswa atau hasil

belajar siswa hendaknya guru memperhatikan aspek-aspek psikologis

28 Zaenal Arifin, op.cit., hlm. 3. 29 Tulus Tu’u, Peran Disipiln pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Gramedia

Widiasarana, 2004), hlm. 47. 30 Ibid., hlm. 75. 31Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi,

(Bandung: Remaja Rasdakarya, 2002), hlm. 213-214.

20

siswa. Kondisi psikologis siswa sangat mempengarui aktivitas dan

hasil belajarnya.32

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman

agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan

derajat kehidupan bagi mereka. Hal ini dinyatakan dalam Al Quran

Surat Mujadalah ayat 11.

آأييا الهذين أمنذآ إوا قكل ليم فتسحوى الا فمافف سجالسحوفا ياهللا حس وا توأ نيذالو مكنا مونأم نيذال اهللا عفرا يوزشنا فاوزشان ليا قذإو, مكل .ريبخ نولمعا تمب اهللاو, جترد مللعا

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 33

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan hasil

usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan

dari kegiatan belajar dibidang akademik di madrasah/sekolah pada

jangka waktu tertentu yang meliputi aspek kognitif, aspek efektif dan

aspek psikomotoris dari siswa.

Hasil belajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam

proses pembelajaran. Proses penilaian hasil belajar dapat

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam

upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

32 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), hlm. 158. 33 Ibid., hlm. 55.

21

Untuk mengetahui keberhasilan belajar yang telah ditetapkan

dalam interaksi atau proses pembelajaran diperlukan penilaian atau

evaluasi. Menurut Ngalim Purwanto, untuk mengevaluasi hasil

belajar seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yaitu:

1) Tes yang telah distandarkan (standardizet test)

Suatu tes yang telah mengalami proses standarisasi, yakni

suatu proses validasi yaitu benar-benar mampu meniali apa yang

dinilai, dan keandalan (reability) yaitu tes tersebut menunjukkan

ketelitian pengukuran yang berlaku untuk setiap orang yang

diukur dengan tes (soal) yang sama.

2) Tes bantuan guru sendiri (teacher made test)

Suatu tes yang dibuat pleh guru dengan isi dan tujuan-

tujuan khusus untuk sekolah atau sekolah tempat mengajar.34

Tes bantuan guru sebagaimana tersebut diatas, dapat

dibagimenjadi dua golongan, yakni: tes lisan (oral test)atau tes

tertulis (writes test). Tes tertulis masih dapat di bagi menjadi dua

macam, yakni: tes obyektif dan tes essay.35 Tes semacam inilah

yang biasa dipakai setiap guru di Madrasah untuk mengukur

keberhasilan belajar siswa.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Pertanyaan pokok sebelum melakukan penelitian adalah apa yang

harus dinilai itu? Terhadap pertanyaan ini kembali kepada unsur-unsur

yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Ada empat unsur utama

proses belajar mengajar yaitu: tujuan, bahan, metode dan alat serta

penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada

hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat

dikuasi oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman

belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang

dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam

34 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:

Remaja Rasdakarya, 2002), cet. VI, hlm. 46-47. 35 Ibid., hlm. 47-48.

22

proses belajar mengajar agar sampai pada tujuan yang telah ditetapkan.

Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam

mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan

untuk mengetahui sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai

tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat

untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar dan hasil

belajar siswa.36

Klasifikasi tentang hasil yang paling populer dan dikembangkan

di dunia pendidikan Indonesia adalah klasifikasi hasil belajarnya

Benyamin S. bloom yang lebih dikenal “Taxonomi Bloom’. Beliau

membagi hasil belajar menjadi tiga ranah. Yakni ranah kognitif. Ranah

afektif dan ranah psikomotoriks.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasi belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

termasuk kognitif tingkat tinggi. Di antara sub ranah yang dimaksud

adalah pengertian, pemahaman, aplikasi, sintetis dan evaluasi.

Ranah afektif berkenaan dengan tujuan-tujuan pendidikan yang

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan

internalisasi.37

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

Keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

masuk dalam kategori ranah psikomotorik ini, yakni:

1) Gerakan refleks

2) Keterampilan gerakan dasar

3) Kemampuan perceptual

4) Keharmonisan atau ketepatan

36 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Rosada Karya,

2000), cet. IV, hlm. 22. 37 Ibid., hlm. 22.

23

5) Gerakan Keterampilan kompleks

6) Gerakan ekspresif atau interpretative,38

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar.

Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi

dua bagian:

1. Faktor intern, diantaranya dipengaruhi oleh:

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama

kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak

dalam kandungan sampai dengan lahir. Kondisi fisik normal ini

terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera dan

anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik, kondisi fisik

yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar. Didalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang

teratur olah raga serta cukup tidur.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan

belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan mental

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor

psikologis ini meliputi hal-hal berikut:

1) Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasa seseorang

2) Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu

keberhasilan belajar seseorang

38 Ibid., hlm. 23.

24

3) Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya

seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak

menentukan tinggi rendahnya kempampuan seseorang

dalam suatu bidang.

Menurut M. Umar dan Sartono,39 dalam aspek psikologis

selain intelligensi meliputi juga adanya “motif, minat, konsentrasi

perhatian, natural curioucity (keinginan untuk mengetahui secara

alami), balance personality (pribadi yang seimbang), self

confidense (kepercayaan pada diri sendiri). Self dicipline (disiplin

terhadap diri sendiri) serta ingatan”.

2. Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah

yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap

perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya

maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar.

Purwanto menyebutkan bahwa yang termasuk faktor

sosial adalah: “keluarga/keadaan rumah tangga, kalau anak berada

dalam sebuah keluarga yang harmonis, maka anak akan betah

tinggal dalam keluarga tersebut dan kegiatan belajarnya akan

terarah”. Dengan keadaan yang demikian maka prestasi belajar

anak akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika anak hidup

dalam keluarga yang kurang harmonis, penuh dengan

percekcokan, maka anak menjadi tidak betah tinggal dalam

keluarga. Keadaan demikian akan membuat anak malas belajar

sehingga prestasi belajarnya menurun.40

39 M. Umar Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 178. 40 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 102.

25

Menurut Thoha,41 lingkungan keluarga yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar anak adalah ”cara mendidik orang tua

terhadap anak ”sikap sosial dan emosional orang tua serta sikap

keagamaan orang tua”.

b) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk

menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, pelajaran, waktu di sekolah, tata tertib atau

disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Yang

turut mempengaruhi antar lain: metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah.

c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat

merupakan faktor intern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat.

Lingkungan yang dapat menunjang beberhasilan belajar

diantaranya adalah: lembaga-lembaga pendidikan non formal

seperti: kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja

dan lain-lain. Sedangkan menurut Slameto faktor dipengaruhi

oleh kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.42

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua

faktor yakni faktor dari diri dan faktor dari luar lingkungan.

Faktor yang datang dari diri siswa yaitu kemampuan yang

41 Chabib Thoha, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989),

hlm. 127. 42 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2003), hlm. 69-70.

26

dimilikinya, faktor kemauan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.43

d. Faktor yang Menghambat Hasil Belajar

Hasil belajar akan sulit tercapai, apabila seorang peserta didik

mengalami gangguan kesulitan belajar yang dapat dimaknai sebagai

hambatan dan gangguan dalam proses penyerapan materi pelajaran yang

disampaikan guru kepada peserta didik. Pada prinsipnya setiap peserta

didik mempunyai hak dan peluang yang sama untuk memperoleh atau

mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan.

Namun pada kenyataannya ada perbedaan kemampuan intelektual,

kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan

belajar, yang terkadang sangat mencolok antara peserta didik yang satu

dengan peserta didik lainnya (ada peserta didik yang sangat bodoh dan

ada peserta didik yang sangat pandai), sehingga perlu adanya perhatian

dan penanganan khusus terhadap keduanya sehingga tidak akan timbul

apa yang disebut dengan kesulitan belajar (learning difficult ).

Kesulitan belajar tidak hanya dapat menimpa peserta didik yang

berkemampuan rendah saja, akan tetapi juga dapat menimpa kepada

mereka yang berkemampuan tinggi. Ada dua faktor penyebab timbulnya

kesulitan belajar peserta didik.

Pertama, faktor intern peserta didik yang meliputi gangguan

psiko-fisik peserta didik, yang berkaitan dengan; a) aspek kognitif (ranah

cipta), dalam hal ini terkait dengan rendahnya kapasitas intelektual atau

intelegensi peserta didik, b) aspek afektif (ranah rasa), dalam hal ini

terkait dengan labilnya emosi dan sikap, c) aspek psikomaotor (ranah

karsa), dalam hal ini terkait dengan terganggunya fungsi panca indera

peserta didik. Disamping hal tersebut, karena adanya sindrom psikologis

43 Ahmad Sabari, Strategi Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005),

hlm. 48.

27

yang berupa ketidak mampuan belajar (learning disability), adanya

gangguan kecil pada otak (minimal brain disfunction).

Kedua, faktor ekstern peserta didik yang meliputi; a) lingkungan

keluarga, misalnya; ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan

ibu, rendahnya pendapatan ekonomi keluarga, b) lingkungan perumahan

atau masyarakat, misalnya; berada dalam lingkungan kumuh (slum area)

dan kelompok bermain yang nakal, c) lingkungan sekolah, misalnya; tata

letak sekolah yang kurang nyaman dan strategis (dekat pasar, dekat rel

kereta api, dekat terminal dan sebagainya), d) guru yang kurang memiliki

kompetensi dibidang mata pelajaran yang diampu, fasilitas belajar yang

kurang memadai dan sebagainya.44

e. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajar pada

jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam

segi akidah dan akhlaq. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan

bagian dari mata pelajaran agama Islam yang memberikan bimbingan

kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran

Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

Adapun mata pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk:

1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akherat

2) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta

akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai

ditanamkan dilingkungan keluarga.

3) Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik

dan sosial melalui aqidah akhlak.

4) Perbaikan dan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari

44 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakartra: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 165-167.

28

5) Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungan atau

dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

6) Pengajaran tentang informasi dalam pengetahuan keimanan dan

akhlaq.

7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada

jenjang pendidikan yang lebih penting.45

Sedangkan pengajaran aqidah akhlak bertujuan:

1) Agar peserta didik dapat memahami dan mengamalkan ajaran

Islam dan menggunakan sebagai pedoman hidup.

2) Membentuk manusia berakhlaq mulia sesuai dengan ajaran Islam

3) Membentuk individu peserta didik yang memiliki keyakinan dan

kepribadian yang teguh.46

3. Hubungan Gaya Belajar dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak

Gaya belajar siswa mempengaruhi keberhasikan belajar siswa.

Dengan adanya gaya anak akan meningkatkan pemahaman anak dalam

memahami materi yang disampaikan sehingga akan meningkatkan hasil

belajar mata pelajaran aqidah akhlak.

Gaya belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, untuk itu

disarankan agar sebelum melakukan sesuatu pengajaran diupayakan agar

lebih dahulu mengadakan tes awal yang menentukan gaya belajar siswa

agar bermanfaat dalam mengembangkan proses belajar mengajar.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perbahan

pada diri seseorang perubahan sebagai proses hasil belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, sikap

dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan kebiasaan, serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Setiap orang yang

belajar akan tampak hasil belajar seseorang tersebut setelah melaksanakan

45 Akhmad Sabari, op.cit., hlm. 48. 46 Nasrun Rusli, Materi Pokok Aqidah Akhlaq I PPG 12461/4SKS Modul 1-6, (Jakarta:

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Iskam, 2000), cet. VI, hlm. 3.

29

proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.

Mata pelajaran aqidah akhlak merupaka salah satu mata pelajaran

yang paling penting di sekolah/madrasah yang harus diajarkan kepada

siswa sejak usia dini, karena mata pelajaran itu akan membekasi siswa

untuk selalu dan terbiasa berlaku yang baik dilingkungan tempat

tinggalnya

Untuk mencapai tujuan belajar di sekolah, setiap siswa akan selalu

bersaha supaya belajarnya tercapai yaitu dengan belajar tekun. Dengan

adanya gaya belajar siswa yang beraneka ragam dan variatif bertujuan agar

siswa dapat belajar yang nyaman dan bebas sehingga akan kejenuhan dan

kebosanan siswa. Dengan demikian, jika tercipta suasana yang seperti itu

diharapkan tujuan belajar bisa tercapai dengan baik dan prestasi siswa bisa

meningkat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu

mempelajari beberapa skripsi yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini

dilakukan sebagai dasar acuan dan juga sebagai pembuktian empirik atas

teori-teori pendidikan yang telah mereka temukan antara lain:

1. Skripsi saudara Faridhoh dengan Nim. 10710421. Mahasiswa jurusan PAI

Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Walisembilan Semarang

Tahun 2009, dengan judul “Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq di

SMP Islam Al Islah Semarang Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa”.

Penelitian di atas memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian

yang akan dilaksanakan kali ini. Meskipun sama-sama membahas prestasi

belajar Aqidah Akhlak, namun memiliki fokus yang berbeda pada

kecerdasan emosional. Pada penelitian yang akan dilaksanakan lebih

terfokus pada hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar

mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang.

30

2. Skripsi saudari Esti Rahayu dengan Nim. 10710082. Mahasiswa jurusan

PAI Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Walisembilan

Semarang Tahun 2009, dengan judul “Korelasi Antara Hasil Belajar

Akidah Akhlaq dengan Moralitas Siswa MTs. Tarbiyatul Athfal Rejosari

Grobogan Tahun 2008/2009.

Penelitian saudari Esti Rahayu di atas juga mempunyai fokus yang

berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan kali ini. Meskipun

sama-sama membahas hasil belajar Aqidah Akhlak, namun memiliki fokus

yang berbeda pada moralitas siswa. Pada penelitian yang akan

dilaksanakan lebih terfokus pada hubungan antara gaya belajar siswa

dengan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.

3. Skripsi saudara Wawan Irawan Nurkholis dengan Nim. 10710453.

mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

Walisembilan Semarang Tahun 2009, dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Khoeriyah I

Kelas VI Semarang”.

Penelitian saudara Wawan Irawan Nurkholis di atas juga

mempunyai fokus yang berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan

kali ini. Meskipun sama-sama membahas hasil belajar, namun memiliki

fokus yang berbeda pada pendidikan dan hasil belajar secara umum. Pada

penelitian yang akan dilaksanakan lebih terfokus pada hubungan antara

gaya belajar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak kelas

IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.

Ketiga hasil penelitian di atas seluruhnya mempunyai fokus yang

berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan kali ini. Meskipun sama-

sama memiliki kesamaan dalam hal tertentu, namun memiliki fokus yang

berbeda. Pada penelitian yang akan dilaksanakan lebih terfokus pada

hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran aqidah

akhlak kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.

31

C. Pengajuan Hipotesis

Hipotetis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.47

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotetis sebagai

berikut: ”Adanya hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar

mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang”.

47 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hlm. 64.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah suatu proses pengumpulan yang sistematis dan analisa yang

logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Sedangkan, metode penelitian

(seringkali disebut metodologi) adalah cara atau strategi menyeluruh untuk

menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.1 Menurut Noeng Muhadjir,

metodologi penelitian merupakan konsep teoritik sebagai metode, kelebihan dan

kelemahannya, dan biasanya dilanjutkan dengan pemilihan metode yang

dipergunakan.2

Ketika melakukan penelitian, seseorang dapat menggunakan berbagai

metode dan rancangan penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian masalah

yang akan diteliti serta berbagai alternatif yang digunakan. Dengan demikian

penelitian ini diharapkan dapat terarah dan mendapatkan hasil yang valid.

Terkait dengan metodologi penelitian ini maka akan diuraikan secara rinci

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Meliputi: tujuan

penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, metode penelitian,

populasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sebagai

tambahan adalah validitas dan reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda suatu tes.

A. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses

penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan

sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran.2 Dengan demikian

metode penelitian adalah cara seseorang merangkai dan melaksanakan

kegiatan ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan.

1Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. 1,

hlm., 9.

2 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 2002), Cet.

2, hlm., 3. 2 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

cet. V, hlm. 25

33

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan teknik analisis korelasional, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

mencari hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih. Adapun

pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang

mendasarkan pada pertimbangan angka-angka atau statistik dari suatu variabel

untuk dapat dikaji secara terpisah-pisah kemudian dihubungkan.

Dalam penelitian ini peneliti ingin menggali informasi tentang adakah

pengaruh antara gaya belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran

Aqidah Akhlak di MI Miftahul Akhlaqiyah Beringin Kecamatan Ngaliyan

Kota Semarang

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkupnya meliputi:

1. Waktu penelitian: Penelitian yang peneliti lakukan dimulai sejak awal

penulisan skripsi dan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga bulan

yaiti dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011

2. Tempat penelitian: penelitian ini dilakukan di MI Miftahul Akhlaqiyah

Beringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek yang diselidiki3 atau variabel adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatau penelitian.4

Dalam penelitian ini peneliti menentukan variabel sebagai berikut.

1. Variabel bebas (Variabel Prediktor) dari judul penelitian ini adalah gaya

belajar siswa dengan indikator:

a. Gaya belajar Auditorial

b. Gaya belajar Visual

c. Gaya belajar Kinestetik

d. Gaya belajar Global

3 Sutrisno Hadi, Statistik, jilid 1, (Yogyakarta:Andi,2001), Cet. XXI, hlm.4 4 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi V,

(Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), hlm. 96

34

e. Gaya belajar Analitik

2. Variabel terikat: Dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran

aqidah akhlaq dengan indikator nilai ulangan akhir semester genap mata

pelajaran aqidah akhlak tahun 2011.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.5 Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI

MI Miftahul Akhlaqiyah Beringin Kecamatan Ngaliyan Kota

Semarang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi

yang menjadi sampel adalah siswa kelas VI MI Miftahul Akhlaqiyah

Beringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Pengambilan sampel

tersebut berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa “apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sedangkan jika

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 atau 20-25 %”.6

Populasi dalam penelitian ialah seluruh siswa kelas VI MI

Miftahul akhlaqiyah yang berjumlah 20 siswa. Karena populasi dalam

penelitian ini berjumlah kurang dari 100, maka seluruh populasi

dijadikan sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka diperlukan

beberapa teknik atau metode pengumpulan data dengan cara sebagai

berikut:

5 Ibid., hlm. 108 6 Ibid., hlm. 107

35

a. Angket

Angket atau kuesionar adalah sejumlah pertsanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui.7 Begitu juga menurut Sutrisno Hadi, metode angket adalah

metode yang digunakan dengan memberi suatu daftar pertanyaan atau

pernyataan tentang topik tetentu yang diberikan kepada subyek baik

secara individual atau kelompok, untuk mendapat informasi tertentu

baik secara langsung maupun tidak langsung.8

Angket pada penelitian ini diberikan siswa untuk mengetahui

berbagai macam gaya belajar siswa, menggunakan empat alternatif

jawaban yaitu a dengan skor 4, b dengan skor 3, c dengan skor 2 dan d

dengan skor 1.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan

cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.9 Dalam teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

tentang jumlah siswa dan nilai ulangan akhir semester Aqidah Akhlak

MI Miftahul Akhlaqiyah Beringin Kec. Ngaliyan Kota Semarang.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian

yang bersifat kualitatif ini, maka peneliti menggunakan analisis statistic

dengan langkah sebagai berikut:

1. Analisis Pendahuluan

Pada tahap ini digunakan analisis statistik deskriptif, yang

bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian

7 Ibid., hlm. 128 8 Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 9. 9 Ibid., hlm. 135

36

berdasarkan tujuan data dari variabel yang diperoleh dan kelompok subjek

yang diteliti.10 Yang termasuk dalam analisis data statistik adalah

penyajian data melalui tabel distribusi frekuensi, tabel histogram, mean

dan skor deviasi. Dalam analisis ini, data dari masing-masing variabel

akan ditentukan, di antaranya:

a) Penskoran

Pada penskoran ini, langkah yang ditempuh adalah

memasukkan data-data angket yang telah diperoleh kemudian

menjumlahkan masing-masing jawaban yang diberikan responden

dalam angket penelitian yakni dengan memberi nilai pada setiap item

jawaban pada angket untuk responden dengan ketentuan berikut:

1) Alternatif jawaban a dengan nilai 4

2) Alternatif jawaban b dengan nilai 3

3) Alternatif jawaban c dengan nilai 2

4) Alternatif jawaban d dengan nilai 1.

b) Menentukan Kualifikasi dan Interval Nilai

(1) Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.11

R = NT- NR

(2) Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan

starges yaitu banyak kelas = 1 + (3,3) log n.12

(3) Menentukan panjang kelas interval P, ini secara ancer-ancer

ditentukan oleh aturan:

P =K

R 13

c) Menentukan tabel frekuensi

d) Menentukan histogram

e) Mencari nilai rata-rata (mean) dari Variabel (X), dan Variabel (Y).

10Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.

126. 11 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), hlm. 7.

12 Ibid., hlm. 4.

13 Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Jilid I, hlm. 37.

37

- Untuk variabel (X), Mx =Nx .

- Untuk variabel (Y), My = Ny .

Dengan rumus M = M’ + i

∑N

x'

2. Analisis Hipotesis

Pada tahap ini digunakan analisis statistik inferensial, dimaksudkan

untuk mengambil kesimpulan dengan pengujian hipotesis statistik

inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi

product moment, di mana:

∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )()(

))((

YyNxXN

yxxyNrxy

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

x = Nilai variabel x

y = Nilai variabel y

xy = Jumlah perkalian antara x dan y

x2 = Kuadrat nilai x

y2 = Kuadrat nilai y

N = Jumlah responden

∑ 2y = Jumlah perkalian antara x dan y. 14

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Gaya Belajar Siswa

Untuk mengetahui nilai kuantitatif tentang gaya belajar siswa,

maka disusunlah tabel atau tabulasi frekuensi jawaban angket yang telah

diberikan kepada setiap responden dengan menggunakan kriteria

kuantifikasi setiap alternatif jawaban sebagaimana pada bab I, sehingga

nilai hasil angket tentang Gaya Belajar Siswa dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel I

Rekapitulasi Hasil Angket Gaya Belajar Siswa

No res Jawaban Nilai

Jumlah a b c d 4 3 2 1

1 7 5 8 - 28 15 16 - 59

2 11 4 5 - 44 12 10 - 66

3 9 2 9 - 36 6 18 - 60

4 9 1 10 - 36 3 20 - 59

5 9 7 4 - 36 21 8 - 65

6 15 - 5 - 60 - 10 - 70

7 12 5 2 1 48 15 4 1 68

8 10 2 8 - 40 6 16 - 62

9 13 - 6 1 52 - 12 1 65

10 10 1 9 - 40 3 18 - 61

11 7 5 8 - 28 15 16 - 59

12 16 1 2 1 64 3 4 1 72

13 9 3 8 - 36 9 16 - 61

14 14 5 1 - 56 15 2 - 73

15 10 - 9 1 40 - 18 1 59

39

16 6 5 9 - 24 15 18 - 57

17 6 2 12 - 24 6 24 - 54

18 13 - 7 - 52 - 14 - 66

19 8 1 10 1 32 3 20 1 56

20 13 2 4 - 52 9 8 - 69

21 5 3 12 1 20 6 24 1 51

22 10 - 10 - 40 - 20 - 60

23 19 - 1 - 76 - 2 - 78

24 12 3 4 1 48 9 8 1 66

25 14 4 2 - 56 12 4 - 72

26 14 - 6 - 56 - 12 - 68

27 11 3 6 - 44 9 12 - 65

28 5 5 10 - 20 15 20 - 55

29 10 6 4 - 40 18 8 - 66

30 11 3 6 - 44 9 12 - 65

Jumlah 1907

2. Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa

Hasil Belajar Aqidah Akhlak ini diwujudkan dalam bentuk nilai

belajar yang diambil dari raport semester genap, nilai rapot tersebut

merupakan hasil dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk lebih

jelasnya tentang Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel II

Nilai Hasil Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV

MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang

No. Resp Nilai No. Resp Nilai

1 70 16 67

2 80 17 64

3 71 18 80

40

4 70 19 70

5 75 20 80

6 80 21 70

7 80 22 70

8 72 23 80

9 75 24 80

10 70 25 82

11 70 26 80

12 80 27 75

13 71 28 65

14 80 29 76

15 70 30 75

Dari tebel tersebut diketahui bahwa nilai tertinggi Hasil Belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan

Semarang adalah 82 dan nilai terendah adalah 64.

B. Analisis Pendahuluan

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau korelasi antara Gaya

Belajar Siswa dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang, penulis akan menyusun tabel

distribusi jawaban lembar penilaian yang disajikan dengan menggunakan

analisis kualitatif.

Data tersebut diambil dari angket yang dijawab oleh responden (siswa

kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang) sebanyak 30

orang, tentang Gaya Belajar Siswa, sedangkan nilai hasil belajar Aqidah

Akhlak siswa, penulis ambilkan dari nilai yang ada di raport masing-masing

siswa. Adapun penilaian terhadap angket tersebut dengan kriteria sebagai

berikut:

- Untuk alternatif jawaban a, diberi nilai / skor 4

- Untuk alternatif jawaban b, diberi nilai / skor 3

41

- Untuk alternatif jawaban c, diberi nilai / skor 2

- Untuk alternatif jawaban d, diberi nilai / skor 1

Dalam membuktikan ada tidaknya serta untuk mengetahui diterima

tidaknya hipotesis yang penulis ajukan, maka di sini akan dibuktikan

dengan mencari koefisien korelasi antara variabel X yaitu tentang Gaya

Belajar Siswa dengan variabel Y yaitu Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa.

Kemudian langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Skor Hasil Angket Gaya Belajar Siswa

Untuk mengetahui nilai rata-rata dari skor nilai hasil angket

Gaya Belajar Siswa, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III

Skor Hasil Angket Gaya Belajar Siswa

MI Mifatahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Kota Semarang

No X F FX MEAN

1 78 1 78 M = ∑XF

N

= 1907

30

= 63,57

2 73 1 73

3 72 2 144

4 70 1 70

5 69 1 69

6 68 2 136

7 66 4 264

8 65 4 260

9 62 1 62

10 61 2 122

11 60 2 120

12 59 4 236

13 57 1 57

14 56 1 56

15 55 1 55

16 54 1 54

42

17 51 1 51

Total 30 1907

Simbol N ∑fX

Keterangan:

X : Score hasil angket tentang Gaya Belajar Siswa

F : Frekuensi responden yang memiliki nilai sama

∑fX : Hasil perkalian F dan X

Berdasarkan hasil hitungan dalam tebel dapat diketahui bahwa nilai

rata-rata untuk variabel Gaya Belajar Siswa adalah 63,57. Pertanyaan yang

muncul adalah, apakah angka tersebut secara kualitatif termasuk dalam

kategori baik sekali, baik, cukup, kurang?. Untuk menjawab pertanyaan ini

maka diperlukan langkah berikutnya yaitu, menentukan nilai rata-rata

tersebut ke dalam 4 kategori dengan menggunakan interval nilai. Adapun

untuk menentukan interval nilai tersebut adalah dengan cara, nilai tertinggi

dikurangi nilai rendah. Hasil pengurangan dibagi dengan 4 kategori

tersebut, atau dapat dijelaskan sebagai berikut:

= 78 – 51

4

= 27

4

= 6,75

Selanjutnya nilai 6,75 dijadikan sebagai patokan dalam

pembuatan interval nilai angket Gaya Belajar Siswa dengan ketentuan

berikut:

Nilai Interval Kualifikasi

71 – 78 Baik Sekali

64 – 70 Baik

57 – 63 Cukup

50 – 56 Kurang

43

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat Gaya Belajar

Siswa yang memiliki rata-rata 63,57 setelah dihitung dengan penilaian

interval ternyata termasuk dalam kategori baik.

2. Skor Nilai Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa

Tabel IV

Skor Nilai Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV

MI Mifatahul Akhlaqiyah

No X F FX MEAN

1 82 1 82 M = ∑XF

N

= 2311

30

= 77,03

2 81 1 81

3 80 10 800

4 76 1 76

5 75 4 300

6 72 1 72

7 71 2 144

8 70 8 560

9 67 1 67

10 65 1 65

11 64 1 64

Total 30 2311

Simbol N ∑fX

Untuk mengetahui Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa

termasuk dalam kategori baik sekali, baik, cukup atau kurang, maka

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Nilai Interval Kualifikasi

80 – 85 Baik Sekali

74 – 79 Baik

68 – 73 Cukup

62 – 67 Kurang

44

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai Hasil Belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang Tahun pelajaran 2010/2011 setelah dihitung

dengan penilaian interval berskala 4 dan kemudian dikonsultasikan ke

dalam tabel interval ternyata termasuk dalam kategori baik, dengan

nilai rata-rata 77,03.

Untuk memperjelas data tentang Gaya Belajar Siswa dan Hasil

Belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah

Bringin Ngaliyan Semarang tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat

pada diagram Histogram berikut ini:

Gambar 1

Histogram Gaya Belajar Siswa

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

78 73 72 70 69 68 66 65 62 61 60 59 57 56 55 54 51

East

Gambar 2

Historgam Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa

0

2

4

6

8

10

82 81 80 76 75 72 71 70 67 65 64

East

45

Tabel V

Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Gaya Belajar Siswa dan

Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah

No Responden X Y X2 Y

2 XY

1 59 70 3481 4900 4130

2 66 80 4356 6400 5280

3 60 71 3600 5041 4260

4 59 70 3481 4900 4130

5 65 75 4225 5625 4875

6 70 80 4900 6400 5600

7 68 80 4624 6400 5440

8 62 72 3844 5184 4464

9 65 75 4225 5625 4875

10 61 70 3721 4900 4270

11 59 70 3481 4900 4130

12 72 80 5184 6400 5760

13 61 71 3721 5041 4331

14 73 80 5329 6400 5840

15 59 70 3481 4900 4130

16 57 67 3249 4489 3819

17 54 64 2916 4096 3456

18 66 80 4356 6400 5280

19 56 70 3136 4900 3920

20 69 80 4761 6400 5520

21 50 70 2500 4900 3500

22 60 70 3600 4900 4200

23 78 80 6084 6400 6240

24 66 80 4356 6400 5280

25 72 82 5184 6724 5904

26 68 80 4624 6400 5440

27 65 75 4225 5625 4875

28 55 65 3025 4225 3575

46

29 66 76 4356 5776 5016

30 65 75 4225 5625 4875

Total 1906 2228 122250 166276 142415

∑X ∑Y ∑X2

∑Y2

∑XY

Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa:

N = 30

∑X = 1906

∑Y = 2228

∑X2 = 122250

∑Y2 = 166276

∑XY = 142415

Setelah data tentang korelasi variabel X dan Y, maka

selanjutnya adalah memasukkan ke dalam rumus korelasi product

moment dengan angka kasar sebagai berikut:

∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )()(

))((

YyNxXN

yxxyNrxy

89185,0

374,29020

25882

)871,155).(182,186(

25882

)24296)(34664(

25882

)49639844988280)(36328363667500(

42465684272450

)2228(166276.30()91906122250.30(

2228.1906142415.30

22

=

=

=

=

−−

−=

−−

−=

47

Setelah dilakukan penghitungan dengan rumus korelasi product

moment, maka diketahui bahwa r0 = 0,361, sedangkan koefisen korelasi

determinasi r02

=0,795396422.

Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel X (gaya

belajar siswa) dengan variabel Y (hasil belajar Aqidah Akhlak), kemudian

dilakukan uji t sebagai berikut:

43311526,10

45233127,0

719224275,4

204603578,0

2915,5.89185,0

795396422,01

23089185,0

1

2

2

=

=

=

−=

−=

r

nrt

Korelasi

antara

Koefisien

korelasi

Koefisin

Determinasi

r-hitung T-hitung

ttabel

Signifikansi

1% 5% 1% 5%

X dan Y 0,89185 0,7954 0,463 0,361 10,433 1,70 2,75

Thitung signifikan karena thitung lebih besar daripada ttabel

Selanjutnya menurut Sutrisno Hadi, jika nilai r yang diperoleh dari

hasil penelitian sama, atau lebih besar dari nilai r yang ada pada tabel r

product moment berarti signifikan. Sebaliknya, bilai nilai r yang diperoleh

dari hasil penelitian lebih kecil dari nilai r tabel, berarti non signifikan.

Berdasarkan konsultasi tabel tersebut ternyata setelah diolah

dengan analisa perbandingan antara ro dengan rt diperoleh ro > rt (ro lebih

besar dari rt) 0,892 > 1,361 (dalam taraf signifikansi 5%) dan 0,892 >

0,463 (dalam taraf signifikansi 1%).

48

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

berbunyi “diduga ada hubungan positif antara gaya belajar dan hasil

belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang tahun pelajaran 2010/2011” dapat diterima.

Sedangkan hipotesis nihil (ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan positif

antara gaya belajar dan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI

Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang tahun pelajaran

2010/2011” ditolak. Hal ini berarti bahwa gaya belajar dapat menentukan

hasil belajar Aqidah Akhlak siswa.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan ini ditafsirkan hasil analisis uji hipotesis yang telah

diajukan yaitu: “ada hubungan positif antara gaya belajar dan hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan

Semarang tahun pelajaran 2010/2011”. Setelah diadakan pengujian hipotesis,

ternyata hipotesis yang diajukan diterima atau menunjukkan signifikan. Hal

ini berarti bahwa ada korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar Aqidah

Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang

tahun pelajaran 2010/2011.

Terkait dengan hal itu, maka untuk mengetahui sejauh mana hubungan

kedua variabel tersebut (hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul Akhlaqiyah) telah dilakukan

analisis melalui teknik analisis product moment yang hasilnya menunjukkan

bahwa:

1. Variabel bebas (X): Gaya Belajar Siswa

Berdasarkan distribusi gaya belajar siswa kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang sebagaimana di atas, dapat

diketahui bahwa meannya adalah 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa gaya

belajar siswa adalah dalam kategori baik yakni berada pada interval 64-70.

2. Variabel terikat (Y): Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa

49

Berdasarkan distribusi hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV

MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang sebagaimana di atas,

dapat diketahui bahwa meannya adalah 77,03. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil belajar Aqidah Akhlak siswa adalah dalam kategori baik yakni

berada pada interval 74-79.

3. Setelah diketahui hasil dari masing-masing variabel di atas, kemudian

dilakukan perhitungan melalui analisis product moment yang

menghasilkan nilai sebagai berikut:

Berdasarkan konsultasi tabel ternyata setelah diolah dengan analisa

perbandingan antara ro dengan rt diperoleh ro > rt (ro lebih besar dari rt)

10,43311526 > 1,70 (dalam taraf signifikansi 5%) dan 10,43311526 > 2,75

(dalam taraf signifikansi 1%).

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya

belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI

Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang tahun pelajaran

2010/2011.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian pasti terjadi banyak

kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan, namun

terjadi karena keterbatasan dalam melakukan penelitian. Sehubungan dengan

tidak terjangkaunya waktu, tenaga dan biaya, maka penulis dalam melakukan

penelitian hanya mengambil sampel di MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang yang menjadi objek penelitian.

Begitu pula dengan pembahasan masalah, dalam hal ini penulis

membatasinya pada hubungan antara gaya belajar siswa dengan prestasi

belajar aqidah akhlak siswa kelas VI MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin

Ngaliyan Semarang.

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang hubungan

gaya belajar siswa terhadap tingkat hasil belajar aqidah akhlak siswa di MI

Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

Setelah dilakukan analisis pada bab IV di atas, ternyata diketahui

bahwa kualitas kedua variabel sama-sama dalam kategori baik. Dengan kata

lain, tingginya gaya belajar siswa diikuti pula dengan tingginya hasil belajar

Aqidah Akhlak siswa kelas VI MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan

Semarang, kemudian dilakukan perhitungan melalui analisis product moment.

Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel, dan

ternyata setelah diolah dengan analisa perbandingan antara ro dengan rt

diperoleh ro > rt (ro lebih besar dari rt) 10,43311526>1,70 (dalam taraf

signifikansi 5%) dan 10,43311526 > 2,75 (dalam taraf signifikansi 1%).

Oleh karena itu, maka hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi tidak ada

hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa

ditolak, dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ada hubungan yang positif

antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa diterima.

Hal ini berarti bahwa, gaya belajar siswa dapat menentukan tingkat

prestasi/hasil belajar Aqidah Akhlak siswa.

Dengan demikian, secara tegas dapat dikemukakan bahwa semakin

tinggi gaya belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar Aqidah

Akhlak siswa. Sebaliknya, semakin rendah gaya belajar siswa, maka akan

semakin rendah pula hasil belajar Aqidah Akhlak siswa. Jadi, hipotesis

penelitian ini telah terjawab, yakni “adanya hubungan positif antara gaya

belajar siswa dengan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang.”

51

B. Saran-Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, dapat diajukan saran yang

diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi Para Guru

a. Hendaknya meningkatkan gaya belajar siswa mereka masing-masing

melalui berbagai aktifitas yang cocok dan sesuai dengan karakter

belajarnya sendiri.

b. Dengan keunikan gaya belajar masing-masing siswa itulah, maka guru

harus memahami kondisi demikian, yang selanjutnya memberikan

solusi peningkatan cara belajar siswa mereka masing-masing.

2. Bagi Para Orangtua

a. Hendaknya meningkatkan pemahaman, pengawasan, perhatian dan

segala hal yang mendukung peningkatan gaya belajar siswa masing-

masing

b. Hendaknya tidak memaksakan kepada anak tentang gaya belajarnya,

karena mereka memiliki gaya masing-masing, sehingga perlu

dikembangkan sesuai dengan karakter individu.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Dasuki, A. Hafidz dkk, Al Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: CV. Jaya Sakti,

2002, cet. V.

DePorter, Bobbi, Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan, Quantum Learning: Unleashing The Genius

In You, Bandung: Kaifa, 2002.

Ford, John P. De Cecco William Crow, The Psychology of Learning and

Instruction, India: Ofset Press, 2001, cet. IV.

Gunawan, Adi, Genius Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Gredler, Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali Press,

2001, cet. V.

Hadi, Sutrisno, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, 9.

_______, Statistik, jilid 1, Yogyakarta:Andi,2001, Cet. XXI.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembebasan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, 36.

Hilgard, Ernest R, Theories of Learning, New York: Appleton Century CroftsInc,

1968.

Hurlock, Elisabeth B. , Child Development, McGraw Hill Book Company, 2002.

Machmudah, Umi, dan Rosyidi, Abdul Wahab, Active Learning dalam

Pembelajaran Bahas Arab, Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,

2002, cet. V.

Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002,

Cet. 2.

Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2009.

Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, cet. VI.

______, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1990.

______, Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2001.

Rusli, Nasrun, Materi Pokok Aqidah Akhlaq I PPG 12461/4SKS Modul 1-6,

Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2000, cet. VI.

Sabari, Ahmad, Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Quantum Teaching,

2005.

Sartono, M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi,

Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

______, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2005.

Santoso, Ananda dan AR. Al Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:

Alumni, 2007.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995,

Cet. 1.

Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,

Bandung: Sinar Baru Algensido, 1996.

______, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003,

cet. V.

______, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: Rosada Karya,

2000, cet. IV.

______, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003,

cet. V.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2003.

Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen

Dikdasmen Depdiknas, 2003.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

______, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002

Thoha, Chabib, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005.

Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia

Widiasarana, 2004.

Wingkel, WS., Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grasindo, 2004, Cet. V.

______, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gresindo, 2000, cet. III.

www.pepak/pustaka/gaya belajar global dan analitik.com/16012010

Lampiran : 1 Rekapitulasi Hasil Angket Gaya Belajar Siswa

REKAPITULASI HASIL ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

No res Jawaban Nilai

Jumlah a b c d 4 3 2 1

1 7 5 8 - 28 15 16 - 59

2 11 4 5 - 44 12 10 - 66

3 9 2 9 - 36 6 18 - 60

4 9 1 10 - 36 3 20 - 59

5 9 7 4 - 36 21 8 - 65

6 15 - 5 - 60 - 10 - 70

7 12 5 2 1 48 15 4 1 68

8 10 2 8 - 40 6 16 - 62

9 13 - 6 1 52 - 12 1 65

10 10 1 9 - 40 3 18 - 61

11 7 5 8 - 28 15 16 - 59

12 16 1 2 1 64 3 4 1 72

13 9 3 8 - 36 9 16 - 61

14 14 5 1 - 56 15 2 - 73

15 10 - 9 1 40 - 18 1 59

16 6 5 9 - 24 15 18 - 57

17 6 2 12 - 24 6 24 - 54

18 13 - 7 - 52 - 14 - 66

19 8 1 10 1 32 3 20 1 56

20 13 2 4 - 52 9 8 - 69

21 5 3 12 1 20 6 24 1 51

22 10 - 10 - 40 - 20 - 60

23 19 - 1 - 76 - 2 - 78

24 12 3 4 1 48 9 8 1 66

25 14 4 2 - 56 12 4 - 72

26 14 - 6 - 56 - 12 - 68

27 11 3 6 - 44 9 12 - 65

28 5 5 10 - 20 15 20 - 55

29 10 6 4 - 40 18 8 - 66

30 11 3 6 - 44 9 12 - 65

Jumlah 1907

Lampiran : 2 Nilai Hasil Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV

MI Miftahul Akhlaqiyah Bringin Ngaliyan Semarang

NILAI HASIL HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS IV

MI MIFTAHUL AKHLAQIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG

No. Responden Nilai No. Resp Nilai

1 70 16 67

2 80 17 64

3 71 18 80

4 70 19 70

5 75 20 80

6 80 21 70

7 80 22 70

8 72 23 80

9 75 24 80

10 70 25 82

11 70 26 80

12 80 27 75

13 71 28 65

14 80 29 76

15 70 30 75

Lampiran : 3 Skor Hasil Angket Gaya Belajar Siswa MI Mifatahul Akhlaqiyah

Bringin Ngaliyan Kota Semarang

SKOR HASIL ANGKET GAYA BELAJAR SISWA

MI MIFATAHUL AKHLAQIYAH BRINGIN NGALIYAN KOTA

SEMARANG

NO X F FX MEAN

1 78 1 78 M = ∑XF

N

= 1907

30

= 63,57

2 73 1 73

3 72 2 144

4 70 1 70

5 69 1 69

6 68 2 136

7 66 4 264

8 65 4 260

9 62 1 62

10 61 2 122

11 60 2 120

12 59 4 236

13 57 1 57

14 56 1 56

15 55 1 55

16 54 1 54

17 51 1 51

Total 30 1907

Simbol N ∑fX

Lampiran : 4 Skor Nilai Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV

MI Mifatahul Akhlaqiyah

SKOR NILAI HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS IV

MI MIFATAHUL AKHLAQIYAH

No X F FX MEAN

1 82 1 82 M = ∑XF

N

= 2311

30

= 77,03

2 81 1 81

3 80 10 800

4 76 1 76

5 75 4 300

6 72 1 72

7 71 2 144

8 70 8 560

9 67 1 67

10 65 1 65

11 64 1 64

Total 30 2311

Simbol N ∑fX

Lampiran : 5 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Gaya Belajar Siswa dan

Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas IV MI Miftahul

Akhlaqiyah

TABEL KERJA KOEFISIEN KORELASI ANTARA GAYA BELAJAR SISWA DAN

HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS IV MI MIFTAHUL

AKHLAQIYAH

No Responden X Y X2 Y

2 XY

1 59 70 3481 4900 4130

2 66 80 4356 6400 5280

3 60 71 3600 5041 4260

4 59 70 3481 4900 4130

5 65 75 4225 5625 4875

6 70 80 4900 6400 5600

7 68 80 4624 6400 5440

8 62 72 3844 5184 4464

9 65 75 4225 5625 4875

10 61 70 3721 4900 4270

11 59 70 3481 4900 4130

12 72 80 5184 6400 5760

13 61 71 3721 5041 4331

14 73 80 5329 6400 5840

15 59 70 3481 4900 4130

16 57 67 3249 4489 3819

17 54 64 2916 4096 3456

18 66 80 4356 6400 5280

19 56 70 3136 4900 3920

20 69 80 4761 6400 5520

21 50 70 2500 4900 3500

22 60 70 3600 4900 4200

23 78 80 6084 6400 6240

24 66 80 4356 6400 5280

25 72 82 5184 6724 5904

26 68 80 4624 6400 5440

27 65 75 4225 5625 4875

28 55 65 3025 4225 3575

29 66 76 4356 5776 5016

30 65 75 4225 5625 4875

Total 1906 2228 122250 166276 142415

∑X ∑Y ∑X2

∑Y2

∑XY

ANGKET

TENTANG GAYA BELAJAR SISWA

Nama : ……………………..

No. Absen : ……………………..

Kelas :……………………...

Petunjuk pengisian:

A. Tulislah nama, nomor absen, dan kelas sebelum mengerjakan soal

B. Pilihlah salah satu jawaban paling sesuai dengan keadaan kamu. Kemudian

berilah tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban a, b, c dan d.

C. Jika kamu merasa ragu-ragu dengan jawabanmu, kemudian ingin memilih

jawaban lain, maka lingkarilah jawaban pertama, kemudian berilah tanda

silang pada alternatif jawaban yang kedua.

Contoh:

A B C D

DAFTAR PERTANYAAN

AUDITORIAL 1. Apabila mendengar materi yang disampaikan secara lisan oleh guru, apakah

kamu lebih mudah mengingatnya?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

2. Apakah kamu tidak bisa belajar nyaman, apabila suasana gaduh dan brisik?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

3. Ketika disampaikan pelajaran, apakah kamu lebih senang mendengar materi

yang dibacakan oleh guru?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

4. Pada saat pelajaran Akidah Akhlak, apakah kamu lebih suka dengan metode

diskusi dan cerita?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

5. Apabila mendengar materi yang disampaikan secara lisan oleh guru, apakah

kamu dapat mengulanginya dengan mudah?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

VISUAL 6. Apabila melihat secara langsung materi yang disampaikan oleh guru, apakah

kamu lebih mudah mengingatnya?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

7. Apakah kamu tetap bisa belajar nyaman, apabila suasana gaduh dan brisik?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

8. Ketika belajar, apakah kamu lebih senang membaca materinya secara

mandiri?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

9. Pada saat pelajaran Akidah Akhlak, apakah kamu lebih suka

mendemonstrasikan daripada menjelaskan kepada kawan-kawan?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

10. Ketika belajar sedang berlangsung, apakah kamu selalu berpakaian rapi dan

tetap merapikan tempat duduk?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

KINESTETIK 11. Apabila menghafal materi pelajaran, apakah kamu lebih mudah dengan

berjalan atau melihat langsung?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

12. Apakah kamu lebih suka belajar dengan menggunakan alat peraga dan melihat

secara langsung materi yang diajarkan?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

13. Ketika belajar, apakah kamu lebih senang dengan gerakan fisik?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

14. Pada saat pelajaran Akidah Akhlak, apakah kamu lebih suka

mendemonstrasikan daripada menjelaskan kepada kawan-kawan?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

15. Ketika belajar sedang berlangsung, apakah kamu lebih suka menggunakan

kerja kelompok dan praktik langsung?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

GLOBAL 16. Apabila melihat secara langsung peristiwa atau materi pelajaran, apakah kamu

lebih mudah menjelaskan dengan kata-katamu sendiri?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

17. Ketika memahami materi pelajaran, apakah kamu lebih mudah dibahas secara

umum dan menyeluruh?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

18. Apakah kamu merasa nyaman apabila belajar dengan berkelompok dan

kerjasama?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

19. Ketika belajar sedang berlangsung, apakah kamu sering tidak sadar bahwa

tempat duduk dan pakaianmu jarang rapi?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

ANALITIK 20. Ketika memahami suatu pelajaran, apakah kamu lebih mudah membahasnya

secara terperinci?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

21. Apabila kamu diberikan suatu tugas, apakah kamu akan terfokus pada satu

permasalahan sampai tuntas dan tidak akan melanjutkan pada tugas yang lain?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

22. Apakah kamu membutuhkan suatu jadwal terperinci dan pasti untuk memandu

belajarmu agar lebih terarah?

a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

BIODATA PENULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Annie Qodriyah

NIM : 093111142

Tempat/tgl. Lahir : Kudus, 11 Nopember 1961

Alamat : Jl. Bukit Beringin Asri IX/A-91 RT. 01 RW. VI

Kel. Gondoriyo Kec. Ngaliyan Kota Semarang

1. SD Negeri Ketoyan Lulus th 1974

2. PGAP Boyolali Lulus th 1978

3. MAN Boyolali Lulus th 1981

4. D. III Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Lulus

th 1986

5. Masuk Program S.1 Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang tahun 2011

Demikian daftar Riwayat Hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya,

dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, September 2011

Yang membuat

ANNIE QODRIYAH

NIM 093111142