Hubungan Aliran Tekanan Darah
-
Upload
barnis-lady-mentari-alamdani -
Category
Documents
-
view
425 -
download
11
Transcript of Hubungan Aliran Tekanan Darah
Hubungan Aliran, Tekanan dan Resistensi
dan
Bagian – Bagian Tekanan Darah
Hubungan Aliran, Tekanan dan Resitensi
Aliran darah ialah jumlah darah yg mengalir melalui pembuluh, organ, atau sirkulasi pada waktu tertentu. Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah pada dinding pembuluh darah di suatu area tertentu. Resistensi ialah ukuran tanahan/oposisi atau daya yang diberikan pembuluh untuk menahan aliran darah; ditentukan oleh viskositas darah, panjang, dan diameter pembuluh darah. Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh dua faktor yaitu :
1. Perbedaan tekanan darah di antara kedua ujung pembuluh, kadang-kadang juga
disebut “gradien tekanan” di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang mendorong
darah melalui pembuluh.
2. Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh, yang disebut resistensi pembuluh
darah.
Aliran
Secara sederhana, aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik
tertentu di sirkulasi dalam periode waktu terentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam
milimeter per menit atau liter per menit, tetapi dapat juga dinyatakan dalam milimeter per
detik atau setiap satuan aliran lainnya.Secara keseluruhan aliran darah pada sirkulasi total
orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah sekitar 5000 ml/menit. Aliran darah ini disebut
curah jantung karena merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap
menitnya.
Untuk mempertahankan hemostasis, organ perekondisi menerima aliran darah
melebihi kebutuhan mereka sendiri. Darah terus – menerus mengalami rekondisi sehingga
posisinya relatif konstan meskipun bahan – bahannya terus dikuras untuk menunjang
aktivitas metabolik dan selalu mendapat tambahan zat sisa dari jaringan. Organ – organ yang
merekondisi darah normalnya menerima jauh lebih banyak darah daripada yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan darah
tambahan untuk mencapai homeostasis.
Gradien Tekanan
Gradien tekanan adalah perbedaan tekanan antara awal dan akhir suatu pembuluh.
Darah mengalir dari daerah tekanan lebih tinggi ke daerah dengan tekanan lebih rendah
mengikuti penurunan gradien tekanan, kontraksi jantung menimbulkan tekanan pada darah,
yaitu gaya dorong utama bagi aliran melalui suatu pembuluh. Karena gesekan/ resistensi,
tekanan turun sewaktu darah menyusuri panjang pembuluh. Karena itu, tekanan lebih awal
daripada di akhir pembuluh, membentuk gradien tekanan untuk aliran maju darah melalui
suatu pembuluh, semakin besar laju aliran melalui pembuluh tersebut
Aliran yang keluar dari ujung selang kecil, karena tekanana pada awal selang hanya
sedikit lebih tinggi daripada akhir selang. Jika anda membuka keran lebar – lebar makan
gradien tekanan sangat meningkat sehingga air mengalir melalui selang jauh lebih cepatt dan
menyembur dari ujung selang. Perhatikan bahwa perbedaan tekanan antara dua ujung
pembuluh, dan bukan tekanan absolut di dalam pembuluh yang menentukan laju aliran.
Resistensi
Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran melalui suatu pembuluh adalah resistensi,
yaitu ukuran tahanan atau oposisi terhadap aliran darah yang melalui suatu pembuluh, akibat
gesekan (friksi) antara cairan yang bergerak dan dinding vaskular yang diam. Seiring dengan
meningkatnya resistensi, darah menjadi semakin sulit melewati pembuluh sehingga laju
aliuran akan berkurang (selama laju gradien tidak berubah). Jika resistensi meningkat maka
gradien tekanan harus meningkat secara proposional agar ;laju aliran tetap. Karena itu, jika
pembuluh darah membentuk resistensi yang lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi
yang adekuat.
Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor: (1) kekentalan
(viskositas) darah, (2) panjang pembuluh, dan (3) jari-jari pembuluh, yaitu faktor terpenting.
Kata viskositas merujuk pada friksi yang terbentuk antara molekul – molekul cairan sewaktu
seling bergeser saat cairan mengalir. Semakin besar viskositas semakin besar resistensi
terhadap aliran. Secara umum, semakin kental cairan, semakin besar viskositasnya. Sebagai
contoh, gula cair mengalir lebih lambat daripada air, karena gula cair memiliki viskositas
lebih besar. Viskositas darah ditentukan terutama oleh jumlah sel darah merah yang beredar.
Dalam keadaaan normal, faktor ini relatif konstan dan karenanya kurang begitu penting
dalam mengontrol resistensi. Namun, kadang viskositas darah dan resistensi terhadap aliran
berubah karena kelainan jumlah sel darah merah. Jika sel darah merah jumlahnya berlebihan
maka aliran darah menjadi lebih lambat daripada normal.
Karena darah “bergesekan” dengan lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir maka
semakin luas permukaan pembuluh yang berkontak dengan darah, semakin besar resistensi
terhadap aliran. Luas permukaan ditentukan baik oleh panjang (L) maupun jari-jari (r)
pembuluh. Pada radius tetap semakin panjang pembuluh di tubuh tidak berubah maka hal ini
bukan merupakan faktor variabel dalam kontrol resistensi vaskular.
Karena itu, penentu utama resistensi terhadap aliran adalah jari – jari pembuluh.
Cairan lebih mudah mengalir melalui suatu pembuluh besar daripada pembuluh kecil.
Penyebabnya adalah bahwa volume tertentu darah berkontak dengan luas permukaan yang
jauh lebih besar pada pembuluh berjari – jari kecil daripada pada pembuluh pembuluh berjari
– jari besar sehingga resistensi menjadi besar.
Sejarah yang menyebabkan disimpulkannya bahwa pembuluh darah membentuk suatu
sistem tertutup, lihatlah fitur penyerta dalam boks, Konsep, Tantangan, dan Kontroversi.
Rangkaian vaskular ini masing – masing terdiri dari kontinum jenis pembuluh darah berbeda
yang berawal dari dan berakhir di jantung. Pada sirkulasi sistemik, arteri, yang membawa dari
jantung ke organ, bercabang membentuk “pohon” pembuluh darah yang semakin kecil
dengan berbagai cabang menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh. Ketika mencapai
organ yang tididarahinya, arteri kecil bercabang - cabang membentuk banyak arteriol.
Volume darah yang mengalir melalui suatu organ dapat disesuaikan dengan mengatur kaliber
(garis tengah internal) arteriol organ tersebut. Arteriol kemudian bercabang – cabang di
dalam organ menjadi kapiler, pembuluh terkecil, tempat terjadinya pertukaran antara darah
dengan sel sekitarnya. Pertukaran di kapiler ini adalah tujuan utama sistem sirkulasi; semua
aktivitas lain sistem ditujukan untuk menjamin distrubsi darah ke kapiler untuk pertukaran
dengan semua sel. Kapiler – kapiler menyatu kembali membuat venula kecil, yang lebih lanut
menyatu membentuk vena kecil yang keluar dari organ. Vena – vena kecil secara progresif
menyatu atau berkonvergensi untuk membentuk vena besar yang akhirnya mengalir isinya ke
jantung. Arteriol, kapiler, dan venula secara kolektif disebut sebagai mikrosirkulasi, karena
pembuluh – pembuluh ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Pembuluh mmikrosirkulasi
semuanya terletak di dalam organ. Sirkukasi paru terdiri dari tipe – tipe pembuluh yang sama,
kecuali bahwa semua darah dalam sistem ini mengalir antara jantung dan paru. Jika
disambung dari ujung ke ujung maka seluruh pembuluh darah di tubuh dapat mengelilingi
bumi dua kali. Dalam membahas jenis – jenis pembuluh darah di bab ini, kita anak merujuk
kepada peran masing – masing dalam sirkulasi sistemik, di mulai dari arteri siskemik.
Tekanan Darah
Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur di tubuh, bukan
tekanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan di bagian lain
pohon vaskular. Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sistolik dan diastolik
arteri, yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan arteri rerata. Nilai
ambang terkini untuk tekanan darah normal yang di tentukan oleh National Institutes of
Health (NIH) adalah kurang dari 120/80 mm Hg.
Faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Tekanan darah diatur dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan
volume darah. Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang mengalirkan darah
ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini
harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai, tanpa tekanan ini,
otak dan organ lain tidak akan menerima aliran yang memadai, apapun penyesuaian lokal
yang dilakukan dalam aspek resistensi arteriol yang mendarahi organ – organ tersebut.
Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan tambahan kerja bagi jantung
dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh
darah halus.
Penentu Tekanan Arteri Rerata
Mekanisme – mekanisme yang terlihat dalam memadukan kerja berbagai komponen
siskulasi dan sistem tubuh lain sangat penting untuk mengatur tekanan arteri rerata
Perubahan setiap faktor di atas yang mempengaruhi tekanan darah akan mengubah
tekanan darah, kecuali jika terjadi perubahan kompensasi di variabel lain yang menjaga
tekanan darah kosntan. Karena tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan
derajat vasokonstriksi arteriol, maka jika arteriol – arteriol di satu organ melebar, maka
arteriol – arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk mempertahankan tekanan darah
arteri yang adekuat. Tekanan yang memadai diperlukan untuk menghasilkan gaya
vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang bergantung pada aliran darah yang konstan. Karena itu
variabel – variabel kardiovaskular harus terus – menerus diatur untuk mempertahankan
tekanan darah yang konstan meskipun kebutuhan akan darah dari masing – masing organ
kerubah – ubah.
Tindakan kontrol jangka pendek dan jangka panjang
Tekanan arteri rerata secara terus – menerus dipantau oleh baroreseptor (reseptor
tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Ketika terdeteksi adanya menyimpang dari normal maka
berbagai respons refleks
Refleks Baroreseptor
Refleks Baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek penting untuk mengatur
tekanan darah. Setiap perubahan pada tekanan arteri rerata memicu suatu refleks baroreseptor
otomatis yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah
jantung dan resistensi parifer total dalam upaya untuk memulihkan tekanan darah ke normal.
Seperti semua refleks, refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi,
jalur eferen, dan organ efektor.
Reseptor terpenting yang terlibat dalam regulasi terus – menerus tekanan darah, sinus
karotis dan baroreseptor arkus aorta, adalah mekanoreseptor yang peka terhadap
perubahan pada tekanan arteri rerata dan tekanan nadi. Respon sivitas reseptor – reseptor ini
terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan sensivitas mereka sebagai sensor tekanan,
karena perubahan kecil tekanan sistol atau diastoi dapat mengubah tekanan nadi tanpa
mengubah tekanan rerata. Baroreseptor ini memiliki letak strategis untuk memberi informasi
penting tentang tekanan arteri di pembuluh – pembuluh yang menuju ke otak (baroreseptor
sinus karotis) dan di trunkus arteri utama sebelum pembuluh ini bercabang – cabang untuk
mendarahi bagian tubuh lainnya (baroreseptor arkus aorta).
Baroreseptor secara terus – menerus memberi informasi tentang terus – menerus
memberi informasi tentang tekanan arteri rerata; dengan kata lain, sensor ini selalu
menghasilkan potensial aksi sebai respon terhadap tekanan di dalam arteri. Ketika tekanan
rerata maupun nadi meningkat, potensial baroreseptor ini meningkat sehingga kecepatan
lepas muatan di neuron – neuron aferen terkait meningkat. Sebaliknya, penurunan tekanan
arteri rereta memperlambat kecepatan lepas muatan yang dibentuk di neuron aferen oleh
baroreseptor.
Selain refleks baroreseptor, yang fungsi satu – satunya adalah mengatur tekanan
darah, beberapa refleks dan respon lain juga mempengaruhi sistem kardiovaskular meskipun
mereka terutama mengatur fungsi tubuh lain. Sebagian dari pengaruh ini menyebabkan
tekanan darah menjauh dari nilai normalnya secara temporer, mengalahkan refleks
baroreseptor untuk mencapai tujuan terutama. Faktor – faktor ini mencakup sebagai berikut :
1. Reseptor volume atrium kiri dan osmoreseptor hipotalamus terutama penting dalam
keseimbangan air dan garam dalam tubuh; karena itu, keduanya mempengaruhi
regulasi jangka panjang tekanan darah dengan mengontrol volume plasma.
2. Kemoreseptor yang di arteri karotis dan aorta, berkaitan erat dengan tetapi berbeda
dari baroreseptor, peka terhadap kadar O2 yang rendah atau asam yang tinggi di dalam
darah.
3. Respons kardiovaskular yang berkaitan dengan perilaku dan emosi tertentu
diperantarai melalui jalur korteks serebri hipotalamus dan tampaknya telah
terprogram.
4. Perubahan kardiovaskular mencolok yang menyertai olahraga, termasuk peningkatan
substansial aliran darah otot rangka, peningkatan signifikan curah jantung, penurunan
resistensi perifer total (karena vasodilatasi luas di otot rangka meskipun terjadi
vasokonstriksib arteriol generalisata di sebagian besar organ), dan peningkatan sedang
tertekan arteri rerata.
5. Kontrol hipotalamus terhadap arteriol kulit untuk tujuan pengaturan suhu lebih
didahulukan daripada kontrol pusat kardiovaskular terhadap pembuluh yang sama
untuk tujuan pengaturan tekanan darah.
6. Bahan – bahan vasoaktif yang dibebaskan dari sel endotel ikut berperan dalam
mengatur tekanan darah. Sebagai contoh, NO dalam keadaan normal menimbulkan
efek vasodilatasi
Meskipun terdapat berbagai tindakan kontrol di atas namun kadang tekanan darah tidak
dapat dipertahankan pada tingkat yang sesuai.
Hipertensi
Hipertensi adalah kelainan tekanan darah. Hipertensi adalah masalah kesehatan
masyarakat yang serius, tetapi penyebab umumnya tidak diketahui. Catatan klinis, kadang –
kadang mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfungsi dengan benar atau tidak mampu
secara sempurna mengompensasi perubahan – perubahan yang terjadi. Tekanan darah dapat
terlalu tinggi (hipertensi jika diatas 140/60mm Hg) atau terlalu rendah (hipotensi jika di
bawah 100/60 mm Hg). Hipotensi dalam bentuk ekstrimnya adalah syok sirkulasi. Pertama –
tama kita akan membicarakan tentang hipertensi, yaitu kelainan tekanan darah yang paling
sering dijumpai. Terdapat dua golongan besar hipertensi, hipertensi sekunder dan hipertensi
primer.
Hipertensi Sekunder
Kausa pasti hipertensi hanya dapat ditemukan pada 10% kasus. Hipertensi yang
terjadi akibat masalah primer lain disebut hipertensi sekunder. Contoh – contoh hipertensi
sekunder :
1. Hipertensi ginjal. Sebagai contoh; lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen
suatu arteri renalis atau penekanan eksternal pembuluh ini oleh suatu tumor dapat
mengurangi aliran darah ke ginjal.
2. Hipertensi endoktrin. Sebagai contoh; feokromositoma adalah suatu tumor medula
adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan norepinfrin secara berlebihan. Peningkatan
abnormal kedua hormon ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan
vasokonstriksi perifer generalisata, di mana keduanya berperan menyebabkan
hipertensi khas pada penyakit ini.
3. Hipertensi neurogenik. Salah satu contohnya, adalah hipertensi yang disebabkan oleh
kesalahan kontrol tekanan darah karena defek di pusat kontrol kardiovaskular.
Hipertensi Primer
Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui. Hipertensi semacam
ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau idiopatik). Hipertensi primer adalah suatu
kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam penyebab
yang tidak diketahui. Perhatikan berbagai kemungkinan potensial bagi hipertensi primes yang
saat ini sedang diteliti.
1. Gangguan penanganan garam oleh ginjal.
2. Asupan garam berlebihan
3. Diet yang kurang mengandung buah, sayuracn, dan produk susu.
4. Kelainan membran plasma
5. Variasi dalam gen yang menyandi angiotensinogen
6. Bahan endogen mirip digitalis
7. Kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia vasoaktif lokal lainnya
8. Kelebihanvasopresin
Apapun penyebab yang mendasari, sekali berbentuk hipertensi tampaknya akan terus
berlanjut. Pajanan terus menerus ke tekanan yang tinggi menyebabkan dinding pembuluh
mudah mengalami aterosklerosis, yang semakin meningkatkan tekanan darah.
Referensi :
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia: dari sel ke jaringan(ed 6). Jakarta:
EGC
Pearce, Evelyn.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT
Gramedia.
Kuntarti, Skp. PPT: Fisiologi Pembuluh Darah.