HSE.docx

94
TUGAS MATA KULIAH KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN LIGKUNGAN (K3LL)

Transcript of HSE.docx

Page 1: HSE.docx

TUGAS MATA KULIAHKESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN

LIGKUNGAN (K3LL)

Page 2: HSE.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. ii

BAB I : KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA................................................................................................1

1.1 MACAM-MACAM AREA BERBAHAYA......................................................................................1

1.2 KLASIFIKASI LOKASI BAHAYA................................................................................................2

1.3 SISTEM DETEKSI AREA BERBAHAYA.....................................................................................3

1.4 SISTEM PERLINDUNGAN AREA BERBAHAYA.........................................................................5

BAB II : KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA (BAGIAN II).............................................................................6

2.1 SISTEM PERLINDUNGAN KEBAKARAN DAN LEDAKAN...........................................................6

2.2 PRAKTEK KERJA AMAN..........................................................................................................7

2.3 LANGKAH PANDUAN KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA........................................................14

2.4 DAMPAK KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA...........................................................................15

BAB III : PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN..............................................................18

3.1 PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA.......................................................18

3.2 PEMESANAN DAN PEMILIHAN BAHAN BERBAHAYA.............................................................24

3.3 PEMAKAIAN DAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA.......................................................25

BAB IV : PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (BAGIAN II)...........................................27

4.1 PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA....................................................................................27

4.2 PEMINDAHAN BAHAN BERBAHAYA......................................................................................31

4.3 TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA...........................................................................33

BAB V : ALAT PELINDUNG DIRI (APERDI).............................................................................................36

5.1 MACAM-MACAM APERDI.......................................................................................................36

5.2 FUNGSI APERDI....................................................................................................................37

5.3 PERLINDUNGAN KEPALA, MUKA DAN MATA........................................................................38

5.5 PERLINDUNGAN TELINGA.....................................................................................................40

5.6 PERLINDUNGAN TANGAN, LENGAN DAN BADAN.................................................................40

5.7 PERLINDUNGAN KAKI...........................................................................................................41

5.8 PERLINDUNGAN PERNAFASAN............................................................................................41

BAB VI : SURAT IJIN KERJA AMAN (SIKA).............................................................................................43

6.1 PEDOMAN SIKA.....................................................................................................................43

6.2 MACAM-MACAM SIKA...........................................................................................................44

6.3 TATA CARA PELAKSANAAN SIKA.........................................................................................47i

Page 3: HSE.docx

6.4 KOMPONEN PELAKSANAAN SIKA, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB....................................48

6.5 POTENSI KESALAHAN UMUM IMPLEMENTASI SIKA..............................................................49

BAB VII : LINGKUNGAN KERJA AMAN..................................................................................................51

7.1 DISAIN LINGKUNGAN KERJA AMAN......................................................................................51

7.2 FAKTOR OPERASIONAL........................................................................................................51

7.3 HOUSEKEEPING....................................................................................................................56

7.4 LANGKAH MENUJU LINGKUNGAN AMAN..............................................................................57

ii

Page 4: HSE.docx

BAB I : KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA

1.1 MACAM-MACAM AREA BERBAHAYA

Hazardous Area atau area berbahaya merupakan area dimana terdapat atau mungkin

terdapat explosive atmosphere sehingga dibutuhkan persyaratan khusus pada saat konstruksi, pemasangan dan

penggunaan peralatan listrik.

Menurut The Petroleum Rules, 1976. Suatu Area dianggap Hazardous Area, bila :

1. Terdapat hidrokarbon dengan flash point < 650C, atau terdapat konsentrasi inflammable uap atau gas pada

konsentrasi yang bisa terjadi pembakaran.

2. Pengolahan, penyimpanan, dan pencampuran Hidrokarbon atau inflammable uap atau gas dengan

temperatur sama atau diatas temperatur flash point -nya.

Di daerah Amerika Utara, NEC (National Electric Code), yang dikembangkan oleh NFPA (National Fire

Protection Association), mendefinikan lokasi berbahaya sebagai daerah dimana api atau ledakan mungkin terjadi

karena adanya gas atau uap, cairan, debu dan fiber yang dapat terbakar. Ketika berhadapan dengan lokasi

berbahaya atau beracun, hasil yang diinginkan adalah menghilangkan kemungkinan terjadi api dan ledakan.

Kemungkinan terjadinya api dan ledakan adalah karena tersedianya ketiga elemen dalam segitiga pemicu

terjadinya api dalam waktu yang bersamaan, yaitu :

Gambar : Segitiga api

Jika salah satu elemen diatas tidak ada, maka api tidak mungkin terjadi. Dalam lokasi yang berbahaya,

adanya oxidizer dan fuel dalam operasional maka diperlukan mengontrol lokasi pemicu api.

1

Page 5: HSE.docx

1.2 KLASIFIKASI LOKASI BAHAYA

Di Amerika, sistem untuk menyatakan lokasi berbahaya dan material disekitar lokasi

tersebut dibagi dalam 3 area utama, yakni :

1. Class 2. Division 3. Group

Classes

Perbedaan tipe material yang beracun dibagi dalam 3 kelas. Perbedaan kelas ini dikarenakan oleh

bahaya kandungan material yang ada didalamnya, dibagi atas :

Class I : Uap atau Gas yang dapat terbakar (Flammable vapor or gases)

Class II : Debu yang dapat terbakar (combustible dust)

Class III : Fiber atau partikel yang tersuspensi dalam udara yang mudah terbakar (easily ignitable fibers or lyings)

Division

Lokasi berbahaya dibagi dalam 2 divisi yang berbeda tergantung kemungkinan terjadinya ledakan dalam

kondisi :

Divisi I : Kondisi Operasi Normal (Normal Operating Condition)

Divisi II : Kondisi Operasi yang Tidak Normal (Abnormal O.C.)

Groups Material yang beracun dibagi dalam berbagai group tergantung karakteristik dan level ledakan yang bisa

disebabkannya (level of explosive hazard). Gas atau uap beracun dibagi dalam 4 group yang dinamakan A,B,C

dan D. Group A terdiri dari material yang sangat mudah meledak atau terbakar, dan Group D terdiri dari Material

yang sangat sulit untuk meledak atau terbakar. Sementara untuk debu yang dapat terbakar dibagi dalam 3 group,

yaitu : Group E berupa debu-debu dari metal atau logam, Group F adalah debu-debu dari karbon (black carbon),

batubara (coal), kokas (coke dust), etc. , dan Group G berupa tepung, kanji, butiran (flour, starch, grain dust,

etc.). dan fiber atau serat yang dapat terbakar tidak dikelompokkan dalam beberapa group, melainkan dalam satu

groups seperti serat katun, wol, rami, etc.

Klasifikasi dalam lingkup International Area Di luar Amerika, sistem klasifikasi yang lain dipakai. Sistem ini dikembangkan oleh IEC (Iternational

Electrotechnical Commision). IEC sistem membagi area dalam klasifikasi yang berbeda dalam lingkup Zona dan

Groups sebagai pembagian utamanya.

2

Page 6: HSE.docx

Zones (Zona) Dibagi dalam 3 zona utama dimana campuran fluida yang dapat meledak hadir.

Zone 0 : fluida tersebut hadir atau tetap terkandung atau akan terkandung dalam waktu yang lama pada kondisi

operasi.

Zone 1 : Fluida tersebut hadir dalam kondisi operasi normal (sama dengan standar Divisi 1 yang dipakai di

Amerika dan Canada, yang telah disebutkan sebelumnya).

Zone 2 : Hanya hadir atau terkandung dalam waktu yang singkat dan tidak mungkin ada dalam kondisi operasi

abnormal.

Groups Sistem IEC, menempatkan gas ke dalam 3 group tergantung kandungan atau kondisi sifatnya, seperti

Auto Ignition Temperature (AIT), Minimum Igniting Current (MIC), etc. Group ini adalah (dalam contoh pembagian

gas) :

Group IIC : Asetilen, Hidrogen (eksklusif)

Group IIB : Etilen, Etil Eter, Butadiena, Siklopropana

Group IIA : Propana, Etana, Butana, Benzena, Etil Alkohol, Metil Etil Keton

Lebih lanjut untuk hal ini dapat melihat attachment terkait dengan hal ini.

Kode Temperatur Klasifikasi untuk daerah Amerika Utara, Eropa, Australia dan bagian dunia yang lain, lokasi berbahaya

juga perlu ditetapkan dalam lingkup tempertaur permukaan suatu benda yang bisa mendekati kondisi yang salah.

Setiap tipe gas, uap, dan debu mempunyai AIT yang berbeda dimana pada AIT fluida tersebut akan secara

spontan terbakar bukan disebabkan sumber lain di luar fluida tersebut, karena itu kode temperatur dapat

membatasi penggunaan alat tertentu. Sebagai contoh, gas yang mempunyai AIT 392 degF, harus dianggap

masuk dalam kode temperatur peralatan dalam notasi temperatur T3. Semakin tinggi rating T, semakin rendah

temperatur permukaan yang dibolehkan.

1.3 SISTEM DETEKSI AREA BERBAHAYA

Sistem deteksi area berbahaya adalah suatu sistem yang mempunyai fungsi untuk mengetahui sejak

dini adanya suatu pertanda muncul suatu bahaya seperti adanya kebakaran atau ledakan. Beberapa tanda yang

dapat dijadikan suatu indikator adanya ledakan atau kebakaran yaitu adanya panas yang abnormal dan

berlebehin, muncunya asap, dan lain-lain. Dengan mengetahui sejak dini seperti munculnya api yang masih

dalam ukuran tentunya bahaya terjadinya kebakaran akan lebih terkendali.

Salah satu sistem deteksi yang biasa dipasang di area berbahaya adalah sistem deteksi kebakaran.

Berikut beberapa contoh alat atau sistem yang harus ada dalam area berbahaya :

1. Smoke Detector

Smoke Detector adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya gumpalan asap. Smoke

detector biasanya dipasang pada area yang terdapat mesin di dalamnya, gudang dan panel listrik. Sehingga jika

terjadi kerusakan pada mesin atau konsleting pada listrik dan menimbulkan asap dapat diantisipasi secara

langsung. Selain itu, Smoke Detector juga ideal untuk ruangan yang bebas asap, seperti ruang meeting,

3

Page 7: HSE.docx

ruangan kantor yg bertuliskan "NO Smoking". Smoke detector seharusnya ada pada setiap gedung perkantoran

untuk mencegah terjadinya kebakaran besar.

2. Heat Detector

Hampir sama dengan smoke detector, heat detector adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi

adanya peningkatan suhu (panas) dalam ruangan. Heat detector digunakan untuk mengantisipasi terjadinya

kebakaran dengan variabel panas. Panas akibat pembakaran akan terdeteksi oleh heat detector yang

selanjutnya mengirim sinyal pada panel sehingga langsung dapat diketahui lokasi kebakaran. Penempatannya

biasanya di area parkir, koridor, ruang panel, ruang genset, dapur dan ruang service.

3. Fire Alarm

Fire alarm digunakan sebagai penanda terjadinya kebakaran. Jika fire alarm diaktifkan maka alarm akan

berbunyi nyaring sebagai tanda terjadinya kebakaran di lokasi terdekat. Dengan pemberitahuan dari fire alarm ini

kemudian seluruh manusia dapat diungsikan menjauhi lokasi dan dengan segera kebakaran dapat diatasi oleh

tim pemadam kebakaran. Fire alarm secara terintegrasi dihubungkan dengan panel yang dapat memperlihatkan

lokasi terjadinya kebakaran.

4. APAR

APAR atau Alat Pemadan Api Ringan adalah alat pemadaman yang bisa dibawa / dijinjing dan

gunakan / dioperasikan oleh satu orang dan berdiri sendiri. Apar merupakan alat pemadam api yang

pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api berada. Apar dikenal

sebagai alat pemadam api portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal

kebakaran, selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran.

Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat

tertentu sehingga memudahkan didalam penggunaannya.

5. Hydrant

Hidran pemadam kebakaran adalah alat yang dihubungkan dengan sumber air melalui jaringan pipa

yang gunanya untuk mengalirkan air yang dibutuhkan untuk pemadaman kebakaran. Hidrant sebaiknya

diletakkan dibeberapa lokasi strategis yang berpotensi menimbulkan kebakaran.

6. Lampu Darurat (Emergency)

Ketika terjadi kebakaran, otomatis listrik akan padam agar tidak semakin berbahaya. Keadaan tanpa

listrik akan membuat keadaan semakin gelap dan mencekam. Maka dari itu perlu lampu darurat di setiap

ruangan dan jalan searah dengan jalur evakuasi. 

7. SOP (Standar Operasional Prosedur)Dari keseluruhan peralatan tersebut perlu dirangkai menjadi sebuah sistem yang dapat dijalankan

dengan mudah oleh seluruh penghuni. Seluruh penghuni gedung pun wajib paham tentang sistem ini. Sehingga

ketika kebakaran terjadi tidak menimbulkan kepanikan yang justru merugikan. 4

Page 8: HSE.docx

1.4 SISTEM PERLINDUNGAN AREA BERBAHAYA

Berbagai macam metoda proteksi atau perlindungan yang ada yang biasa digunakan dalam kondisi

yang aman pada area yang berbahaya adalah “intrinsically safe” dan “explosion proof”.

Intrisically Safe

Peralatan listrik yang berlabel instrisically safe dan desain penggabungan satu sama lain dengan kabel

diharapkan tidak dapat melepaskan energi listrik atau energi panas dalam kondisi normal atau abnormal yang

dapat menyebabkan pembakaran atau pengapian dalam konsentrasi pengapiannya. Dalam sistem ini, pengaman

(safety barrier) harus digunakan. Safety barrier adalah alat yang dihubungkan dan diletakkan di luar area

berbahaya (hazardous area) yang membatasi voltase dan arus yang dialirkan pada alat tersebut selama kondisi

normal atau abnormal. Sistem ini lebih banyak diadopsi di Eropa.

Explosion Proof (flame proof dinyatakan di Eropa) Alat ini terdiri dari pagar (enclosure) yang mampu menahan ledakan internal dari gas atau uap fluida

proses di dekatnya. Enclosure ini juga harus dapat mencegah pengapian (ignition) dari gas/uap yang menyelimuti

enclosure karena adanya ‘spark’, ‘flashes’, atau ledakan oleh uap/gas itu sendiri. Alat ini harus beroperasi pada

temperatur luar yang menyelimuti atmosfir dimana alat ini tidak akan terbakar.

When an explosion occurs, the surrounding hazardous environment is not exposed to hot gases or hot surfaces.

Non Indecive Alat yang berlabel ini hanya dibolehkan dalam Divisi II atau Zona II, berdasarkan anggapan bahwa alat

ini tidak akan menyebabkan ‘spark’ atau panas selama kondisi normal dan terbuat dari konstruksi minimum

dalam kondisi tersebut.

BAB II : KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA (BAGIAN II)

5

Page 9: HSE.docx

2.1 SISTEM PERLINDUNGAN KEBAKARAN DAN LEDAKAN

 

Proteksi terhadap bahaya kebakaran dan ledakan dapat dibagi menjadi proteksi primer dan proteksi

sekunder.

Proteksi primer mengacu pada semua tindakan untuk mencegah terbentuknya explosive atmosphere,

misalnya melalui :

menghilangkan penggunaan bahan mudah meledak (replacement technologies) deaktivasi (misalnya, penambahan nitrogen, carbon dioxide) membatasi konsentrasi bahan pengaturan ventilasi, baik alami maupun buatan

Jika seluruh atau sebagian bahaya ledakan tidak dapat dihilangkan dengan proteksi primer, maka dapat

dilakukan mencegah adanya pemicu terhadap explosive atmosphere. Konsepnya adalah membagi zona bahaya

lokasi berbahaya, berdasarkan kemungkinan terbentuknya explosive atmosphere.

Konsep proteksi kebakaran dapat dilihat dalam Gambar di atas. Di Amerika Utara (Amerika Serikat dan

Kanada), area berbahaya diklasifikasikan menjadi Class dan Division, sedangkan di Uni Eropa diklasifikasikan

sesuai Group. Peralatan yang akan digunakan dalam area berbahaya harus disesuaikan dengan Kelas/Divisi

atau Grup-nya.

Area tersebut dibagi dalam beberapa zona yang harus diproteksi dari sumber percikan dengan

melakukan pemilihan peralatan dan sistem proteksi untuk memenuhi persyaratan

6

Page 10: HSE.docx

2.2 PRAKTEK KERJA AMAN

Berikut adalah Praktek Kerja yang Aman sehingga semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman

dan risiko cedera pada pekerja atau kerusakan pada peralatan dapat di minimalkan.

1. Pelatihan.

Para pekerja harus dilatih mengikuti praktek keselamatan kerja dan lindungan lingkungan sesuai kondisi

di tempat kerja/lokasinya, Pelatihan mencakup pencegahan blow-out; P3K; penanganan bahan kimia, pelindung

pernafasan, dll. Rambu-rambu dan label keselamatan kerja harus dipasang untuk menandai keamanan di

tempat kerja.

2. Sertifikat Kompetensi

Peraturan perundangan mempersyaratkan operator untuk pekerjaan atau peralatan tertentu wajib

memiliki sertifikat kompetensi atau lisensi yang masih berlaku, contohnya operator forklift, inspektur rig, sertifikat

tukang / juru las dsb. Operator wajib mempunyai sertifikat atau lisensi yang masih berlaku sebelum memulai

pekerjaan. Peralatan milik perusahaan tidak diperkenankan untuk dipergunakan tanpa izin dari Pengawas di

lokasi. Kontraktor yang bekerja di lokasi harus diawasi dan telah menerima pelatihan yang memadai yang

berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

3. Bahaya Gas dan Bahan Mudah Terbakar / Meledak.

Ledakan timbul karena terkumpulnya campuran gas dan udara pada konsentrasi tertentu. Konsentrasi

tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume campuran gas dan udara yang akan terbakar atau meledak

jika suhu pembakaran tercapai.

Persentase terendah dinyatakan dengan Titik Ledak Rendah / Lower Explosive Limits (LEL) dan

persentase tertinggi dinyatakan dengan Titik Ledak Tertinggi / Upper Explosive Limits (UEL).

Indikator gas harus dipakai untuk mengetahui konsentrasi gas yang dapat terbakar/meledak. Indikator

tersebut dapat menunjukkan konsentrasi gas yang mudah terbakar mulai konsentrasi yang rendah hingga

konsentrasi yang tinggi. Pekerjaan yang menggunakan api atau sejenisnya jangan dilaksanakan dimana terdapat

campuran gas yang dapat terbakar atau meledak. Apabila terdapat kemungkinan campuran gas yang dapat

terbakar atau meledak, lokasi tersebut harus diperiksa dengan sebaik-baiknya dan ditandai, kemudian diikuti

dengan dibuatkannya Prosedur Ijin Bekerja yang aman (Safe Work Permit Procedure).

4. Minuman Beralkohol dan Obat-obatan.

Dilarang keras memiliki dan mengkonsumsi minuman beralkohol atau narkoba di tempat kerja.

Pengobatan terhadap pekerja yang akan mempengaruhi kinerja pekerja tersebut di lokasi harus diinformasikan

kepada pengawas pekerjaan. Pengawas yang bertugas di lapangan harus memastikan bahwa peraturan tersebut

diatas dipatuhi oleh para pekerja di lapangan.

5. Merokok.

Merokok hanya diijinkan di tempat-tempat yang telah ditentukan di tempat kerja/lokasi kerja.

6. Senjata Tajam.

Memiliki atau menyimpan berbagai jenis senjata dan senjata tajam dilarang dengan keras di lokasi /

tempat kerja, kecuali kalau diberikan ijin secara tertulis oleh petugas yang berwenang.

7. Peraturan Berpakaian.

7

Page 11: HSE.docx

Para pekerja disarankan agar tidak mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan sintetis. Pakaian kerja

yang terbuat dari bahan yang lamban menyala harus dipakai pada operasi di lapangan dan pemakaian celana

panjang wajib dipakai di tempat kerja. Perhiasan-perhiasan seperti cincin, gelang, jam tangan tidak boleh

dikenakan pada saat bekerja terutama di tempat-tempat dimana perhiasan-perhiasan tersebut dapat tersangkut

pada peralatan yang berputar (contoh : mesin).

8. Alat Pelindung Diri (APD).

APD agar dikenakan apabila di tempat kerja mensyaratkan untuk dipenuhi dan Perusahaan harus

menyediakan seluruh APD bagi para pekerjanya.

Pemakaian topi keselamatan (safety helmet) diharuskan dipakai di tempat kerja. Topi

keselamatan kerja ini harus memenuhi persyaratan dan ketentuan Standar Industri Indonesia

(SII) atau Standar Assosiasi Internasional (Z 94.1).

Pemakaian sepatu keselamatan kerja diharuskan bagi setiap orang yang bekerja, mengawasi

dan memeriksa di lapangan. Sepatu keselamatan kerja ini harus memenuhi persyaratan dan

ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi Internasional (Z 195).

Kacamata keselamatan, pelindung muka atau peralatan pelindung lainnya harus dipakai oleh

para pekerja saat dibutuhkan untuk menangani jenis pekerjaan tertentu. Peralatan pelindung

mata dan muka harus memenuhi persyaratan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar

Assosiasi Internasional (Z 94.3) dan untuk kacamata keselamatan harus memenuhi SII atau Z

87.1.

Menyemprotkan udara bertekanan terhadap pakaian kerja untuk tujuan membersihkan kotoran

atau membersihkan dengan minyak ataupun bahan yang dapat menimbulkan iritasi kulit, sama

sekali tidak diperbolehkan.

Peralatan pelindung telinga disediakan dan dipakai oleh pekerja di lapangan/lokasi yang

mensyaratkan penggunaan pelindung telinga.

Tabung alat bantu pernafasan agar disediakan di lokasi kerja dimana dimungkinkan terdapat gas

atau uap beracun. Hal ini menjadi tanggung jawab pengawas di lokasi untuk memastikan bahwa

peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik. Semua pekerjaan yang membutuhkan

penggunaan masker udara atau alat bantu pernafasan harus ada 2 (dua) orang yang

mengoperasikannya.

9. Rambut Muka.

Persyaratan mengenai rambut muka para pekerja di lapangan dan para tamu perusahaan yang ingin

memasuki tempat kerja, harus mematuhi persyaratan antara lain :

Jenggot (seperti jenggot kambing atau seperti jenggot orang Manchuria) tidak dapat diijinkan

untuk mencegah terlilitnya rambut saat menggerakkan peralatan (rotating equipment). Selain itu,

Jenggot tersebut juga dapat mengganggu penggunaan masker udara atau peralatan bantu

pernafasan.

8

Page 12: HSE.docx

Cambang tidak dapat diijinkan, hal ini dapat mengganggu penggunaan masker udara atau

peralatan bantu pernafasan.

Kumis, dapat dibentuk dan dipastikan bahwa masker udara atau peralatan bantu pernafasan

terpasang dengan baik bila digunakan.

10. Penanggulangan Kebakaran (Fire Safety).

Minimalkan bahaya kebakaran dengan menerapkan good housekeeping dan segera beritahukan

Pengawas Pekerjaan jika terdapat kondisi yang berpotensi menimbulkan kebakaran.

Alat pemadam kebakaran agar disediakan dalam jumlah yang cukup dan dirawat untuk menanggulangi

bahaya kebakaran di lokasi / tempat kerja.

Perusahaan bertanggung jawab terhadap pemeriksaan peralatan pemadam kebakaran secara berkala.

Pemadaman kebakaran dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) hanya diperbolehkan jika

keadaan memungkinkan. APAR hanya dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran kecil atau sebagai alat

penolong untuk melaksanakan evakuasi.

11. House-keeping.

Para pekerja harus merawat lingkungan kerjanya secara terus menerus. Peralatan harus dijaga dalam

keadaan baik dan tersimpan dengan rapi pada saat tidak digunakan.Jalur evakuasi, tangga dan pintu keluar

keadaan darurat harus bersih dari barang-barang yang dapat menghalangi kegiatan evakuasi.Membiasakan diri

meninggalkan tempat kerja dalam keadaan yang rapi.

12. Pengelolaan Lingkungan

Perusahaan bertanggung jawab terhadap seluruh limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan.

Setiap ceceran harus ditampung dalam tempat penampungan Limbah tidak boleh dibuang ke dalam saluran

drainase. Apabila terdapat pencemaran lingkungan, segera informasikan kepada Pengawas Pekerjaan.

Tumpahan harus dibersihkan sesegera mungkin tetapi hanya jika aman untuk dilakukan. Tindakan pencegahan

penyebaran tumpahan harus segera dilakukan. Tumpahan Bahan Berbahaya Beracun (B3) harus dikelola

dengan metode yang benar sesuai prosedur dalam MSDS dan Peraturan Perundangan. Material bekas dan

material yang dapat didaur ulang harus dibuang dalam tempat tersendiri. Barang berbahaya dan B3 tidak boleh

dibuang dalam tempat sampah biasa.

13. Ijin Keselamatan Kerja.

Sebelum memulai pekerjaan yang berhubungan dengan fasilitas produksi minyak dan gas dan tempat

kerja lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya haruslah mendapatkan Ijin Keselamatan Kerja. Pengawas di

lapangan harus memastikan bahwa prosedur tersebut diatas telah dilaksanakan sebelum memulai

pekerjaannya.

14. Preosedur Kerja / Job Safety Analysis (JSA)

Setiap pekerjaan yang beresiko tinggi harus dilengakpi dengan Jobs Safety Analysis (JSA). JSA dibuat

oleh pengawas pelaksana kerja, ditelaah oleh pengawas area dimana pekerjakan akan dilakukan dan disyahkan

oleh atasan pengawas area. Contoh format Jsa dan tata cara pembuatan JSA terlampir.

15. Rapat Keselamatan (Safety Meeting).

Rapat keselamatan dilaksanakan untuk membicarakan pekerjaan yang akan dan sudah dikerjakan serta

memastikan bahwa semua pekerja mengerti persyaratan keselamatan kerja dan potensi bahaya di lapangan.

9

Page 13: HSE.docx

Para pekerja harus memahami pentingnya mengambil suatu tindakan pencegahan terjadinya

kecelakaan dan memastikan semua peralatan keselamatan yang dibutuhkan tersedia dan mengetahui

bagaimana cara menggunakannya. Informasi mengenai jalur evakuasi, pintu keluar darurat dan tempat aman

berkumpul harus diketahui oleh seluruh pekerja maupun tamu di lokasi kegiatan.

Pengawas di lokasi memastikan pelaksanaan rapat keselamatan untuk membahas tindak lanjut

permasalahan yang penting.

16. Pekerjaan Panas.

Pastikan lingkungan sekitar lokasi pekerjaan terbebas dari gas, cairan maupun bahan lain yang mudah

terbakar. Lokasi pekerjaan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, jika perlu gunakan blower untuk membantu

sirkulasi udara. Tabung gas LPG dan acetylene yang digunakan harus dalam posisi berdiri dan dirantai untuk

mencegah jatuh. Alat pemadam yang sesuai dan memadai harus tersedia di lokasi kegiatan.

17. Pekerjaan Elektrikal / Listrik.

Isolasikan sirkuit power dan control pada switchboard peralatan elektrikal yang sedang dikerjakan.

Semua sirkuit yang diisolasi harus ditandai dan dimatikan, sirkuit hanya boleh diaktifkan kembali oleh pekerja

yang melakukan isolasi. Jangan membuka pelindung tahan api kecuali aliran listrik telah diisolasi. Jangan

memulai pekerjaan jika diketahui adanya kebocoran bahan bakar minyak atau gas.

18. Pekerjaan di Ketinggian.

Apabila bekerja di ketinggian, area dibawahnya agar dibatasi dengan tali pengaman atau mengambil

langkah-langkah pengamanan lainnya untuk melindungi pekerja. Rambu keselamatan yang bertuliskan “Bahaya,

Ada Orang Bekerja di Ketinggian” agar dipasang dan diletakkan di tempat yang mudah terbaca. Apabila

diperlukan, dapat ditugaskan seorang pekerja untuk menjaga areal tersebut untuk memperingatkan orang-orang

di sekitar lokasi kerja.

Peralatan penahan jatuh harus dipakai oleh pekerja yang bekerja di ketinggian 3 m (tiga meter) atau

lebih tinggi diatas permukaan tanah.

Pakaian penyelamat ini harus memenuhi persyaratan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standard Z

259-.

19. Perancah atau Tangga.

Semua tangga atau perancah yang dipergunakan untuk pemasangan, perawatan, pemindahan

peralatan-peralatan kerja agar dibangun dan dipelihara sesuai ketentuan.

Pengujian beban terhadap perancah atau tangga agar dilaksanakan dengan baik dan benar.

20. Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Space)

Tali penyelamat harus dipasangkan pada semua orang yang bekerja didalam suatu ruangan seperti di

tangki atau vessel dan diluar harus ada orang/petugas yang memonitor.

21. Pekerjaan Penggalian.

Sebelum dimulai pekerjaan penggalian atau pembuatan parit/drainase, pekerja harus memastikan

bahwa tidak terdapat jalur pipa atau jalur kabel listrik pada jarak 6 meter dari lokasi kerja.

Untuk pekerjaan penggalian yang dalamnya lebih dari 1,5 meter, para pekerja harus terlindung dari

runtuhan :

10

Page 14: HSE.docx

Pemasangan struktur pelindung sementara pada galian.

Dinding galian pada kemiringan tidak lebih dari 30.

22. Bahan Radiasi

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang oleh karenanya harus menggunakan bahan radioaktif sebagai alat

bantu untuk menghasilkan suatu data, maka harus memenuhi Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang

Ketenaganukliran dan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap

pemanfaatan radiasi pengion.

23. Bahan Peledak.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan peledak, Perusahaan harus memiliki prosedur

tertulis dan perijinan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

24. Peralatan dan Perlengkapan kerja.

Semua peralatan dan perlengkapan kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan harus

tersedia dalam kondisi baik. Pengawas Lapangan harus memastikan semua peralatan dan perlengkapan kerja

sesuai yang dipersyaratkan.

25. Keselamatan Berkendara.

Semua kendaraan yang digunakan di lokasi kegiatan harus dioperasikan dengan baik dan benar.

Semua rambu-rambu batas kecepatan harus dipatuhi dengan baik. Apabila rambu-rambu tidak ada,

maka batas maksimum kecepatan :

Dalam Kompleks 25 km / jam

Di Lokasi-Lokasi 40 km / jam

Di Jalan Raya 80 km / jam

Di Jalan Berdebu 30 km / jam

Semua pengemudi kendaraan yang digunakan di lokasi kegiatan harus memiliki Surat Ijin Mengemudi

(SIM) dari Kepolisian dan Perusahaan.

Sabuk pengaman harus digunakan setiap saat kendaraan berjalan.

Semua kendaraan harus memiliki jaminan asuransi.

Semua pengemudi kendaraan harus mempunyai bukti pemeriksaan mata dalam waktu 12 bulan

terakhir.

Semua kendaraan harus dilakukan pemeriksaan keselamatan yang mencakup :

Kotak P3K

Sabuk pengaman

Lampu besar

Lampu belakang

Lampu belok

Lampu rem

Klakson

Kaca depan; belakang; samping

Kipas kaca depan

Kondisi ban

Ban cadangan

Rem kaki

Rem tangan

Kaca spion

Knalpot

Pendingin ruangan

Kunci roda & dongkrak

Kondisi kendaraan secara umum

11

Page 15: HSE.docx

Speedometer

Pengemudi kendaraan harus memeriksa kendaraannya setiap hari untuk memastikan kendaraan

tersebut layak beroperasi dan dalam kondisi aman.

Tidak satupun kendaraan diperkenankan untuk mengangkut orang dengan cara yang tidak aman.

Semua personil harus duduk dengan aman dan menggunakan sabuk pengaman yang disediakan.

Jumlah maksimum penumpang sesuai kapasitas untuk setiap jenis kendaraan dan tidak diperkenankan

memuat beban berlebihan di kendaraan.

Kendaraan tidak diperkenankan untuk mengangkut penumpang selain pekerja, tanpa ada ijin dari

petugas yang berwenang.

Keselamatan dan prosedur mengemudi yang aman diberikan kepada semua pengemudi di lapangan.

26. Penguncian dan Label (Lock-out & Tag-out).

Perusahaan harus memiliki dan menerapkan prosedur penguncian dan pelabelan yang sesuai

persyaratan kerja. Prosedur tertulis penguncian dan label harus dipasang di tempat kerja.

27. Bahan Kimia.

Keterangan mengenai bahaya bahan kimia terhadap kesehatan pekerja harus tersedia di lokasi kerja.

Perusahaan harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam penanganan bahan kimia. Para pekerja di

lapangan diwajibkan untuk membaca dan memahami pedoman yang tertulis dalam Material Safety Data Sheet

(MSDS).

Pengawas di lapangan harus memastikan para pekerjanya telah mengikuti pelatihan penanganan bahan

kimia.

28. Tabung Gas Bertekanan.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian terhadap tabung gas bertekanan :

Semua tabung gas agar segera dikembalikan ke tempat penyimpanan setelah dipergunakan dan

dijaga agar tidak bertebaran di tempat kerja. Pada saat tabung gas tidak dipakai atau sedang

diangkut, tutup pengaman tabung harus dipasang diatas valve.

Tabung gas agar dijauhkan dari panas; api; logam cair atau kabel listrik.

Tabung gas agar disimpan dengan posisi berdiri dan aman dari benda-benda yang bergerak.

Tabung acetylene atau gas cair tidak boleh digunakan pada posisi horizontal, dikarenakan

tekanan yang ada dapat memaksa cairan keluar melalui selang, sehingga bisa timbul kebakaran

atau meledak.

Mesin las harus dilengkapi dengan tabung Nitrogen kapasitas 30 lbs bersuhu rendah dan alat

pemadam api ringan (dry chemical fire extinguisher) sebelum melakukan pekerjaan di lokasi / di

tempat kerja. Semua pekerja di lapangan harus dilatih bagaimana cara dan kapan menggunakan

alat pemadam api tersebut.

29. Rencana Tindakan Darurat.

Setiap lokasi kegiatan mempunyai prosedur dan Petugas yang bertanggung jawab terhadap

penanggulangan keadaan darurat. Ikuti petunjuk dari Petugas jika terjadi keadaan darurat atau selama evakuasi

berlangsung. Selama terjadi keadaan darurat

12

Page 16: HSE.docx

Isolasi instalasi dan peralatan jika keadaan memungkinkan.

Segera tinggalkan lokasi kegiatan melalui jalur terdekat dan paling aman

Tetap tinggal di tempat aman berkumpul kecuali Petugas memberi petunjuk lain

Jangan memasuki lokasi kembali sebelum Petugas menginformasikan bahwa keadaan telah

aman

Perusahaan harus meyakinkan bahwa rencana tindakan terhadap bahaya dan prosedur tertulis sudah

disosialisasikan kepada seluruh pekerja di lapangan.

30. Pelaporan Kecelakaan / Kejadian.

Kecelakaan atau hampir celaka di lokasi / tempat kerja yang mengakibatkan luka / cidera sekecil apapun

harus segera dilaporkan dan dicatat dalam formulir laporan kecelakaan / kejadian. Perusahaan bertanggung

jawab terhadap penyelidikan terjadinya kecelakaan / hampir celaka dan mengadakan tindakan korektif untuk

mencegah terulangnya kejadian / kecelakaan yang serupa. Laporan harus benar dan berdasarkan fakta yang

ada di lapangan.

31. Makanan dan Minuman

Semua makanan dan minuman yang disuplay ke fasilitas-fasilitas dalam lingkungan PT Pertamina EP

harus memenuhi standar kesehatan.

Persiapan makanan, semua aktipitas yang berkaitan dengan persiapan makanan harus mengikuti

standar hygiene.

Penyimpanan makanan, temperatur ”chiller dan freezer” hraus dijaga pada temperatur yang

diinginkan. Makanan yang dimasak dan tidak dimasak harus dipisahkan dengan benar.

Memproses makanan, gunakan alat yang berbeda untuk jenis makanan yang berbeda.

Penyajian makanan, gunakan ”salad bar dan bain maries hots” untuk mencegah tempartur makan

turun secara signifikan dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

Hanya makan yang belum kedaluarsa yang boleh digunakan.

Makanan harus diberi label.

Air minum harus diperiksa secara berkala oleh laboratorium yang terakredasi.

32. Bertanyalah Sebelum Memulai pekerjaan.

Apakah ada bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan di lokasi / tempat kerja (panas,

tekanan, bahan beracun, listrik, peralatan, lingkungan, dll) ?

Apa yang dapat dilakukan (dan seharusnya dilakukan) untuk menghindari bahaya tersebut) ?

Jika bahaya tersebut tidak dapat dihindari, peralatan pengaman macam apa yang diperlukan ?

Apa yang salah dan tindakan apa yang harus diambil jika sesuatu ada yang salah ?

Apakah semua pertanyaan dan jawaban telah dibicarakan dengan semua orang yang terlibat

dalam pekerjaan tersebut ?

Apakah ada prosedur tertulis ? (jika tidak, harus diadakan).

Apakah tindakan yang dilakukan menyimpang dari prosedur ? (jika ya, apa sebenarnya

penyimpangan tersebut)

13

Page 17: HSE.docx

Apakah penyimpangan tersebut mempengaruhi operasi perusahaan ? (Apakah rencana kerja

yang baru itu diperlukan ?)

2.3 LANGKAH PANDUAN KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA

Jika sebuah daerah berbahaya harus diklasifikasikan, pilihan kelas dan kelompok dapat menjadi latihan:

memilih kelas dan mencari group dalam tabel 2-1 dari NFPA 497 untuk gas dan uap dan table 2-5 dari NFPA 499

untuk debu . Kompleksitas dan kebingungan dalam bidang klasifikasi seringkali terletak pada penentuan

kemungkinan keberadaan bahan yang mudah terbakar.

Proses klasifikasi mempertimbangkan fakta bahwa semua sumber bahaya (misalnya, gas, uap, debu)

memiliki sifat pemicu pembakaran yang berbeda akan menghasilkan efek ledakan yang berbeda pula jika terjadi

ledakan. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pemilihan klasifikasi suatu area dijelaskan di bawah ini.

FLASH POINT:

Suhu di mana suatu material yang mampu menguapkan jumlah yang cukup uap untuk terbakar/meledak

ketika terkena sumber pengapian.

AUTO IGNITION TEMPERATURE:

Suhu di mana suatu material akan secara spontan menyala ketika terkena udara tanpa memerlukan

sumber penyalaan eksternal.

EXPLOSIVE LIMITS:

Batas-batas konsentrasi campuran bahan yang mudah terbakar di udara, yang diukur dalam persen

berdasarkan volume pada suhu kamar, di mana campuran dapat dinyalakan. Batas yang diberikan dalam hal

Flammability Lower Limit (LFL) dan Upper Flammability Limit (UFL).

VAPOR SPECIFIC GRAVITY

Rasio dari berat volume uap murni berat volume yang sama dengan udara kering.

LEAK SOURCES

Lokasi dalam proses atau wadah memegang bahan-bahan yang mudah terbakar dimana bahan yang

mudah terbakar bisa keluar, seperti flenges, sambungan ,dan packing valve.

VENTILATION

Dalam kasus-kasus di mana bahan mudah terbakar pelepasannya lambat, seperti melalui kebocoran

kecil di packing valve, akumulasi campuran yang mudah terbakar dapat diatasi dengan ventilasi, baik melalui

cara alami atau ventilasi mekanis

2.4 DAMPAK KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA

Dampak dari klasifikasi area bahaya adalah perlu adanya seleksi peralatan listrik untuk daerah

berbahaya. Peralatan listrik yang digunakan di area berbahaya berpotensi sebagai sumber ignition yang dapat

untuk menimbulkan kebakaran atau ledakan. Untuk itu, persyaratan standar proteksi harus menjadi rujukan

dalam tahapan desain dan pada saat penggantian peralatan listrik di area berbahaya.

14

Page 18: HSE.docx

Hal ini harus dipertimbangkan pada tahapan desain dan pada saat penggantian peralatan di area

berbahaya.

Standar proteksi yang berlaku secara internasional bagi peralatan listrik yang digunakan dalam area

explosive atmosphere adalah sebagai berikut :

1. ATEX/CENELEC, yang diterbitkan dan diberlakukan di Uni Eropa

ATEX : ATmospheres EXplosibles

CENELEC : European Committee of Electrotechnical Standards

2. NEC, CEC, yang diterbitkan dan diberlakukan di Amerika Serikat dan Canada

NEC : National Electrical Code

CEC : Canadian Electrical Code

Peraturan Uni Eropa bagi peralatan yang digunakan pada explosive atmosphere mulai diberlakukan

pada tanggal 1 July 2003, yaitu :

Directive 94/9 CE yang mengatur kewajiban pabrikan untuk menawarkan produk ATEX kepada

pelanggannya terhitung sejak 30 Juni 2003. Directive 94/9 EC menentukan persyaratan minimum yang

diperlukan untuk memperbaiki proteksi, dalam hal keselamatan dan kesahatan pekerja yang terekspos

potensi bahaya dari explosive atmosphere. Persyaratan ini berlaku bagi peralatan listrik dan nonlistrik

yang didesain untuk digunakan di lokasi berbahaya sebagai akibat adanya gas atau debu. Terhitung

sejak tanggal 1 July 2003, semua peralatan listrik yang digunakan di area explosive atmosphere di

kawasan Uni Eropa harus disertifikasi ATEX dan mencantumkan logo ATEX pada peralatannya.

Directive 99/92 CE yang mengatur kewajiban semua pengguna (specifier, investor, OEM atau

distributor) peralatan untuk area dimana explosive atmospheres potensial berada. Kewajiban pengguna

mencakup analisis risiko ledakan, klasifikasi area berbahaya (atau zone), pelatihan pekerja dan validasi

terhadap kesesuaian instalasi, prosedur perawatan terhadap instalasi dan prosedur peringatan jika

terjadi bahaya.

Pemilihan peralatan berdasarkan standar ATEX/CENELEC dilakukan berdasarkan jenis gas mudah

meledak yang akan digunakan dalam instalasi, yaitu :

Grup I : gas metan

Grup II : selain gas metan, yang dibagi lagi menjadi Group IIA, IIB dan IIC sesuai jenis gasnya

Langkah berikutnya adalah menentukan zona bahaya di mana peralatan tersebut akan digunakan.

Klasifikasi zona bahaya, berdasarkan explosive atmosphere (Gas atau Debu) sesuai dengan standar ATEX

adalah sebagai berikut :

Gas Zone 0 : lokasi di mana campuran udara-gas yang mudah meledak akan selalu terjadi atau terjadi dalam

jangka waktu yang lama

Zone 1 : lokasi di mana campuran udara-gas yang mudah meledak dapat terjadi dalam kondisi operasi

normal; dan

Zone 2 : lokasi di mana campuran udara-gas yang mudah terbakar tidak akan terjadi pada kondisi

normal, dan jika terjadi, hanya dalam waktu yang singkat.

15

Page 19: HSE.docx

Debu Zone 20 : lokasi dimana dalam kondisi operasi normal, debu combustible akan selalu ada dan

membentuk konsentrasi combustible atau ignitable dengan udara

Zone 21 : lokasi yang tidak diklasifikasikan sebagai zone 20, dimana debu combustible mungkin terjadi

dalam kondisi operasi normal

Zone 22 : lokasi yang tidak diklasifikasikan sebagai zone 21, dimana debu combustible sangat jarang

terjadi, atau jika terjadi hanya dalam waktu yang singkat

Klasifikasi peralatan sesuai dengan klasifikasi zona gas (G) dan debu (D) yang diatur dalam standar IEC

60079-10 dan ATEX dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel – Klasifikasi Peralatan menurut IEC 60079-10 dan ATEX.

Sedangkan berdasarkan standar NEC/CEC yang berlaku di Amerika Utara (Amerika Serikat dan

Kanada), peralatan diklasifikasikan berdasarkan jenis material, yaitu :

Class I : jika jenis materialnya adalah Gas mudah meledak

Class II : jika jenis materialnya adalah Debu mudah meledak

Class III : jika jenis materialnya adalah Fiber mudah meledak

Kemudian menentukan Divisi peralatan, sesuai dengan area di mana peralatan tersebut akan digunakan

Klasifikasi peralatan sesuai dengan jenis material yang menjadi explosive atmosphere, gas (G) dan

debu (D) atau Fiber (F) yang diatur dalam standar NEC/CEC dapat dilihat dalam tabel.

Tabel – Klasifikasi Peralatan menurut NEC/CEC

16

Page 20: HSE.docx

Walaupun standar proteksi yang dipersyaratkan oleh ATEX/CENELEC atau NEC/CEC adalah

kompatibel, tetapi tetap diperlukan sertifikasi bagi peralatan sesuai dengan standar masing-masing negara.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka IEC (International Electrotechnical Commission) kemudian menerbitkan

skema “IECEx scheme”. Skema tersebut bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan internasional bagi peralatan

listrik yang akan digunakan di explosive atmosphere (Ex Equipment). Peralatan yang telah disertifikasi dibubuhi

IECEx Mark.

BAB III : PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

3.1 PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 26 November 2001 Tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang terutama

bidang industri dan perdagangan, terdapat kecenderungan semakin meningkat pula penggunaan bahan

berbahaya dan beracun; Sampai saat ini terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur

pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, akan tetapi masih belum cukup memadai terutama untuk mencegah

terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup; Untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat

merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya diperlukan pengelolaan bahan

berbahaya dan beracun secara terpadu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap

lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam

lingkup Peraturan Pemerintah ini adalah pengelolaan bahan radioaktif, bahan peledak, hasil produksi tambang

serta minyak dan gas bumi dan hasil olahannya, makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan

lainnya, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika, bahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika, dan

prekursornya serta zat adiktif lainnya, senjata kimia dan senjata biologi.

Menyadari bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang terutama di bidang

industri dan perdagangan, terdapat kecenderungan semakin meningkat pula penggunaan bahan berbahaya dan

beracun. Walaupun saat itu sudah terdapat beberapa peraturan yang mengatur pengelolaan bahan berbahaya

17

Page 21: HSE.docx

dan beracun, akan tetapi masih dirasakan belum cukup memadai terutama untuk mencegah terjadinya

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang akan berdampak pada kesehatan manusia, dan

makhluk hidup lainnya maka Pemerintah masih merasa perlu untuk menetapkan Peraturan Pemerintah tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang dapat digunakan sebagai arahan dalam pengelolaan bahan

berbahaya dan beracun sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terkait dengan permasalahan ini sebenarnya kita pun telah memilikiregulasi yang terkait dengan

pengendalian penggunaan barang-barang berbahaya ini, diantaranya adalah:

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup

2) Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan

3) berbahaya dan beracun (B3)

4) Permen LH No 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perijinan Pengelolaan

5) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ;

6) Permen LH No 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perijinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan

Berbahaya dan

7) Beracun Oleh Pemerintah Daerah.

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta

cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa

golongan diantaranya sebagai berikut adalah :

1) Bahan Kimia Beracun (Toxic)

bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian

apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.Pada umumnya

zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-

organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati,

paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau

cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari

dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

2) Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan

jaringan tubuh atau bahan lain.Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran

pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi

amat peka terhadap bahan kimia).

3) Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi

kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

4) Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat

menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan

18

Page 22: HSE.docx

kerusakan disekelilingnya.Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau

tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene

(TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5) Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang

dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

6) Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang

mudah terbakar.

7) Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah

terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8) Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang

dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9) Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis

lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang

mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

Tabel : Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB

Klas PenjelasanKlas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu dan

mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan merusak sekeliling

Klas II (Cairan mudah terbakar) 1. Gas mudah terbakar2. Gas tidak mudah terbakar3. Gas beracun

Klas III (Bahan mudah terbakar) 1. Cairan : F.P <23oC2. Cairan : F.P >23oC

( F.P = flash point)Klas IV (Bahan mudah terbakar

selain klas II dan III)1. Zat padat mudah terbakar2. Zat yang mudah terbakar dengan sendirinya3. Zat yang bila bereaksi dengan air dapat

mengeluarkan gas mudah terbakar

Klas V (Zat pengoksidasi) 1. Oksidator bahan anorganik2. Peroksida organik

Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun2. Zat menyebabkan infeksi

Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/gKlas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak

19

Page 23: HSE.docx

.

20

Page 24: HSE.docx

Identifikasi Bahan Berbahaya

Idetifikasi Bahan Berbahaya untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang

tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian

untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu

Permissible Exposure Limit (PEL) dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus didata dalam

HDSs.

Ketika kita melakukan upaya identifikasi bahan kimia, apakah cukup sebenarnya melihat penampilannya

saja? Tentu tidak! Karena secara umum banyak sekali penampilan bahan kimia yang sama, seperti berwujud cair

tidak berwarna, berwarna kuning pucat, berwarna putih atau gas tanpa warna. Penampilan bahan kimia jarang

memberi identifikasi yang pasti terhadap identitasnya. Maka saat kita menghadapi bahan kimia, diperlukan

informasi-informasi lain yang mendukung agar lebih dapat mengidentifikasi bahan kimia seperti apakah yang

sedang kita hadapi dan bagaimana penanganannya. Karena pada prinsipnya semua bahan kimia adalah

berbahaya dan faktor keselamatan petugas sangatlah penting. Informasi yang membantu dalam identifikasi

bahan kimia dapat kita dapatkan dari :

1. Penandaan kontainer dan label Penandaan kontainer dan label pada kemasan dapat membantu

mengidentifikasi bahan kimia. Pada kontainer atau label biasanya terdapat simbol B3, nama dagang

(terkadang dilengkapi dengan nama kimia), sifat fisik/kimia (walaupun tidak detail), sifat bahaya dan lain-

lain. Label adalah setiap keterangan mengenai B2 yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya

atau bentuk lain yang memuat informasi tentang B2 dan keterangan perusahaan serta informasi lainnya

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, yang disertakan pada produk, dimasukkan ke dalam,

ditempatkan pada atau merupakan bagian kemasan.

21

Page 25: HSE.docx

2. Tanda Bermanfaat dalam Penamaan Bahan Kimia

Nama bahan kimia dapat memiliki banyak sinonim, dan itu adalah sah atau dibenarkan, seperti

methanal = formaldehida = formalin (formalidehid dalam larutan air ± 37%). Dipasaran, formalin

diperdagangkan dengan nama yang beda, yaitu : Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl

oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan,

Methyleneglycol, Paraforin,Polyoxy, methylene, glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan

Trioxane. Sebaga petugas bea dan cukai, sepertinya tidak mungkin harus menghafalkan berbagai nama

suatu bahan kimia yang dimungkinkan lebih dari satu. Tetapi ada beberapa tanda penamaan yang

22

Page 26: HSE.docx

bersifat lebih spesifik dan unik yang dapat kita gunakan sebagai alat untuk identifikasi bahan kimia, yaitu

:

a. CAS Number (CAS #)

1) CAS singkatan dari Chemical Abstract Services, merupakan sistem indeks atau registrasi

senyawa kimia yang diadopsi secara internasional, sehingga memungkinkan untuk

mengidentifikasi setiap senyawa kimia secara spesifik.

2) Bersifat unik untuk bahan kimia tunggal dan beberapa campuran. Jutaan bahankimia terdaftar

dan merupakan pengidentifikasi yang tidak akan ambigu.

3) Nomor CAS berisi 5-9 digit dipisahkan menjadi tiga kelompok dengan tanda hubung. Memiliki

formula (XXXX)XX-XX-X, dimana X adalah angka 0-9. Kelompok pertama, mulai dari kiri,

memiliki hingga enam digit, kelompok kedua selalu memiliki dua digit, dan kelompok ketiga

selalu memiliki satu digit.

Misalnya, nomor CAS # CFC-12 adalah 75-71-8, CAS# Tiodiglikol = 111-48-8.

4) Biasanya ditemukan pada kemasan dalam (label kontainer) atau pada dokumen. Tidak selalu

ditandai sebagai “Nomor CAS”, jika demikian carilah pola (XXXX)XX-XX-X.

5) Dengan mengetahui CAS number untuk suatu bahan kimia (walau kita tida mengetahui nama

kimia bahan tersebut), kita dapat mencari tahu nama bahan kimia yang sedang kita hadapi

dan sifat-sifatnya. Pencarian dapat dilakukan di literatur bahan kimia atau mesin pencari

“Google” , dengan key word : CAS #.....

b. EC- Number (EINECS #)

1. Merupakan registrasi Eropa;

2. Bersifat unik;

3. Formula : YYY-YYY-Y, dimana Y adalah angka 0-9. Contoh Tiodiglikol = 203-874-3; 1,2-

dichlorobenzene = EINECS# 202-425-9

c. UN-Number (UN #)

1) Merupakan nomor PBB untuk bahan kimia berbahaya.

2) Formula : UN-ZZZZ, dimana Z adalah angka 0-9. Misal : Tiodiglikol = UN-

3334,isocyanate = UN 3080.

3) Tidak selalu unik, nomor UN yang sama dapat diaplikasikan kepada lebih dari satu

bahan kimia. Misalnya nomor Tiodiglikol tidak unik.

4) Biasanya ditemukan pada kemasan luar dan dokumen (seperti di kotak,truk tanki,

kemasan besar lain, atau dokumen transportasi barang berbahaya)

3. Lembar data keselamatan bahan (MSDS) dan lembar spesifikasi Lembar data keselamatan bahan (Material

Safety Data Sheet = MSDS) merupakan pengidentifikasi dan informasi keselamatan yang sangat terperinci.

Format tidak seragam dan kadang tidak selalu disertakan (berdasarkan permintaan pelanggan) namun

dapat sangat membantu. Merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia, jenis

bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus dalam keadaan darurat. Lembar

23

Page 27: HSE.docx

spesifikasi merupakan laporan kualitas suatu bahan dan kadang memuat CAS Number . Di bawah ini

merupakan cuplikan/bagian dari lembar spesifikasi dan lembar MSDS.

4. Laboratorium

Analisis bahan kimia oleh laboratorium sangat membantu dalam upaya identifikasi, karena di laboratorium

akan dilakukan berbagai tes untuk identifikasi bahan kimia tersebut. Tentu hal ini memerlukan waktu, namun

analisis oleh laboratorium akan lebih mendekati yang sebenarnya.

3.2 PEMESANAN DAN PEMILIHAN BAHAN BERBAHAYA

Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemesanan bahan kimia :

1. Buat Rencana Pemesanan Bahan Kimia.

Buatlah daftar nama bahan kimia yang digunakan, jumlah perkiraan penggunaan ( quarter,

semester, atau tahunan), type yang digunakan dan stok bahan kimia yang ada.

Direkomendasikan untuk melakukan pemesanan bahan kimia minimal per 3 bulan sekali. Jangan

melakukan pemesanan bahan kimia hanya jika bahan kimia sudah habis

Jangan tergoda membeli bahan kimia lebih dari yang dibutuhkan, walaupun harga yang ditawarkan sangat menarik.

2. Buat Program pemesanan bahan kimia yang tersentralisasi.

Jika perusahaan anda mempunyai banyak laboratorium, cobalah untuk menyatukan pembeliannya

dalam satu manajemen.

Selain bisa mendapatkan harga yang lebih baik, perusahaan juga bisa mengoptimalkan jumlah

pemakaian pada bahan – bahan kimia yang digunakan dalam jumlah minimal.

Perusahaan anda juga bisa melakukan pemesanan secara ekslusif selamat setahun untuk

mendapatkan harga yang terbaik dengan ketersediaan yang terjaga.

3. Latih personel penerimaan barang, penyimpanan bahan untuk metoda penerimaan dan

penanganan bahan kimia secara benar.

Pelatihan yang benar tentang cara penerimaan, penyimpanan dan penanganan bahan kimia akan

membuat bahan kimia tidak cepat rusak.

Penyimpanan yang baik dan benar juga dapat menghindari perusahaan dari terjadinya bahaya

bahaya yang terkait, misalnya kerusakan ruangan, kebakaran, dll.

3.3 PEMAKAIAN DAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA

Pemakaian dan penggunaan B3 dalam industri merupakaan aspek keselamatan yang penting

khususnya dalam industri nuklir karena dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bila terjadi kecelakaan

kerja yakni kontaminasi dan paparan radiasi. Hal ini dimungkinkan karena dalam industri nuklir banyak digunakan

B3 sebagai pelarut, aditif maupun bahan penunjang dalam analisis kendali kualitas. Bila terjadi kecelakaan

24

Page 28: HSE.docx

seperti ledakan/ kebakaran yang ditimbulkan oleh B3, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi

paparan/kontaminasi radiasi sebagai akibat penyebaran zat radio aktif ke lingkungan.

Faktor manusia merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya kecelakaan. Pembinaan rasa tanggung

jawab, sikap disiplin dalam bekerja serta peningkatan pengetahuan memegang peranan penting dalam

mencegah kecelakaan khususnya yang berkaitan dengan B3.

Secara Umum B3 terdiri dari bahan beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak, reaktif terhadap

air/asam, dan gas bertekanan. Bahan ini dapat berpengaruh dan berdampak pada manusia/pekerja maupun

lingkungan seperti keracunan, ledakan, kebakaran, dan iritasi.

Prinsip utama dalam sistem manajemen B3 meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengendalian yang berupa pengawasan.

Pengadaan B3 perlu perencanaan yang baik dan benar untuk menghindari penumpukan dan

penggunaan yang tidak benar yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan. Pengadaan B3 harus disesuaikan

dengan kebutuhan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, selain itu harus memperhatikan stok yang masih

ada. Untuk itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol dalam menyusun rencana kebutuhan bahan

kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada. Selain itu juga dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang

akan diadakan sehingga dalam pengelolaan maupun penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang telah

ditentukan.

Pengelola harus terkualifikasi dan ditetapkan sesuai dengan tugas dan wewenangnya dalam

pengorganisasian B3. Hal ini sangat perlu karena dengan adanya wewenang dan tanggung jawab akan

memudahkan penelusuran jika terjadi sesuatu yang tidak dinginkan, yakni siapa pelaku dan siapa yang harus

bertanggung jawab. Penetapan kualifikasi personel sangat dibutuhkan karena untuk dapat menangani bahan

berbahaya dan beracun dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan dasar yang memadahi mengenai B3 yakni

sifat fisik, kimia, dan bahayanya dari bahan-bahan tersebut.

Dalam pelaksanaannya, prosedur pengelolaaan B3 harus ditetapkan dan penempatan/penggudangan

yang baik harus memenuhi persyaratan. Hal ini sangat penting karena penggudangan yang tidak memenuhi

persyaratan dan kegiatan pemakaian/ penggunaan tanpa adanya prosedur sering menimbulkan kecelakaan

kerja. Selain itu dalam penanganan B3 perlu adanya instruksi kerja dan rekaman serta mendapatkan

pengawasan melalui inspeksi, audit dan pengujian oleh organisasi yang berwewenang ataupun oleh manajemen

yang lebih tinggi agar bila terjadi sesuatu dapat tertlusur. Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani

bahan kimia berbahaya adalah faktor penyimpanan. Banyak sekali kebakaran dan ledakan berasal dari tempat

penyimpanan. Untuk dapat memahami cara penyimpanan yang aman, maka selain harus mengetahui sifat-sifat

berbagai jenis bahan kimia berbahaya, juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang

disimpan. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan. Untuk zat tertentu seperti Eter,

parafin cair, dan olefin membentuk peroksida jika berkontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan

semakin besar jumlah peroksida yang terbentuk. Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi satu tahun , kecuali

ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama 6 bulan.

Prinsip utama dalam menangani bahan-bahan berbahaya tersebut adalah mendapat informasi sebanyak

mungkin lebih dahulu sebelum menanganinya. Tidaklah mungkin dapat mengenal cara penanganan dari semua

jenis bahan kimia, bukan saja tidak praktis tetapi masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Cara penanganan

25

Page 29: HSE.docx

yang tepat untuk setiap bahan kimia, hanya dapat diperoleh dari pabrik atau pemasok yang memang telah

berpengalaman dengan bahan tersebut. Informasi spesifikasi bahan juga dapat dilihat melalui Material Safety

Data Shet (MSDS) Dalam MSDS terdapat keterangan mengenai suatu bahan yaitu identitas, sifat, penanganan

dan lain-lain yang berkaitan dengan keselamatan. Untuk itu sebelum bahan kimia tersebut diterima, disimpan dan

digunakan, maka keterangaan yang ada dalam MSDS tersebut harus dipahami. Menangani bahan berbahaya

tanpa mengetahui informasi tersebut di atas dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja.

BAB IV : PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (BAGIAN II)

26

Page 30: HSE.docx

4.1 PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA

Cara penyimpanan didasarkan atas: sifat-sifat dari bahan-bahan kimia. Reaksi akibat INTERAKSI

bahan kimia dalam penyimpanan

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga

tempat / ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan

kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan

gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat

berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk,

tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat

dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.

Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk

dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air.

Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga

manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk

mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati,

dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan

diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan

korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada

tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena

bahan tersebut.

27

Page 31: HSE.docx

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan

bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat

berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti

meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada

waktu ada uap dari bahan bakar dan udara

b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan

diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api

c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya

d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi

panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat

laun menjadi panas

e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai

f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan

g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok

h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap

atau api otomatis dan diperiksa secara periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak

minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan,

agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan

tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang

baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus

dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar

tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,

gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.

Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar,

ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam

keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen,

sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat

penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya

harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang

memiliki titik api rendah. Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan

kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator

menyediakan oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

28

Page 32: HSE.docx

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-

gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan

bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan

janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah

menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber

penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang

bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang

yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau

dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau

diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas

dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.

Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi

kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau

kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan

sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek

somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya

diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung

radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang

terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari

BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak

dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus

mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan

perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :

Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi

Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber

Radiasi lainnya

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif.

Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan

ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

29

Page 33: HSE.docx

Gambar : Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

a. Gudang tempat penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dibuat sedemikian rupa hingga

aman dari pengaruh Alam dan Lingkungan sekitarnya :

b. Memiliki system sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.

c. Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap saat.

d. Aman dari berbagai gangguan biologis ( Tikus, Rayap dll ).

e. Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut :

i. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari adanya bahaya reaktivitas.

ii. Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan manufactur untuk

menghindari roboh ( ambruk ) hingga tidak mengakibatkan kerusakan dan mudah

pembongkaran serta kelihatan rapi.

iii. Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun, jika perlu buatkan

garis pembatas lintasan alat angkat dan angkut.

iv. Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan agar ditempatkan pada

tempat yang teduh, tidak lembab dan aman dari sumber panas seperti ( listrik, api

terbuka dll ).

f. Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodic dan berkesinambungan yang

meliputi : Kebersihan, Kerapihan dan Keselamatan.

g. Sarana K3 haruslah disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.

h. Seiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang penyimpanan Bahan

Kimia Berbahaya dan setiap pekerja yang memasuki gudang harus memakai APD yang

disyaratkan.

30

Page 34: HSE.docx

i. Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur/periodic yang meliputi

pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan, bahan, peralatan dan system. Segera

amankan/laporkan jika menemukan kondisi tidak aman kepada atasan.

j. Pada setiap penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dilengkapi dengan LABELING

( Label isi, safety, resiko bahaya ) beserta uraian singkat Pencegahan, Penanggulangan dan

Petolongan Pertama.

k. Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk/pedoman K3 yang berkaitan dengan

Penyimpanan BKB.

l. Setiap Pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan Bahan Kimia Beracun.

m. Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera hubungi dokter/tim medis

atau bawa korban ke Rumah Sakit untuk mendapatka perawatan lebih lanjut.

4.2 PEMINDAHAN BAHAN BERBAHAYA

Bahan kimia memiliki sifat sangat bervariasi sekali. Banyak bahan memiliki kegunaan untuk

dimanfaatkan manusia, tetapi secara alamiah bahan tersebut sebagian besar memiliki risiko bahaya. Bahaya ini

dapat sebagai bahaya terhadap kesehatan, bahaya untuk terbakar, bahaya terhadap stabilitas bahan tersebut,

bahaya terhadap lingkungan, bahaya radiasi ataupun bahaya lainnya. Bahaya bahan kimia dapat muncul karena

sifat bahan yang memang memiliki potensi untuk menimbulkan efek merugikan itu. Dalam jumlah kecil mungkin

ada bahan yang tidak berpotensi bahaya namun sering juga dalam jumlah kecil sudah menimbulkan bahaya.

Informasi bahaya bahan kimia dapat diketahui dari informasi yang tertera pada label bahan atau dari dokumen

material safety data sheet (MSDS).

Dalam prakteknya pengelolaan bahan kimia harus dikontrol secara baik mulai dari saat bahan kimia

diproduksi, disimpan, dipindahkan, digunakan maupun saat dibuang. Proses pemindahan bahan kimia dilakukan

dengan menggunakan sistem pelabelan dan penyimpanan bahan secara benar dan aman. Terlebih apabila

dilakukan dalam jumlah yang cukup besar. Untuk bahan kimia untuk keperluan industri maka dilakukan harus

memenuhi standar pengamanan yang baik. Dengan demikian maka risiko terjadinya kecelakaan akibat situasi

yang tidak diinginkan saat transportasi bahan kimia dapat dihindari.

Bahan kimia berbentuk padatan umumnya dilakukan dalam wadah kemasan tong dengan bahan yang

menyesuaikan seperti tong plastik atau drum yang disegel khusus. Untuk bahan cairan umumnya menggunakan

botol atau jerigen yang kuat. Khusus untuk bahan cairan dapat juga diangkut dalam jumlah besar menggunakan

sarana lain. Sebagai contoh bahan bakar minyak dapat diangkut menggunakan tangki yang diangkut dengan truk

atau kereta api, selain itu bahkan ada juga yang diangkut dengan menggunakan kapal tanker khusus. Truk tangki

juga ada yang digunakan untuk mengangkut bahan bakar gas atau pun bahan kimia cair lain.

31

Page 35: HSE.docx

Truk Silinder Pengangkut Oksigen.

Penyimpanan Gas

Salah satu standard yang bias digunakan adalah NFPA 55, Standard for the Storage, Use, and

Handling of Compressed and Liquefied Gases in Portable Cylinders, yaitu mensyaratkan pemisahan gas yang

mudah terbakar, tidak bisa terbakar dan oxidizer dengan jarak sekitar 20 ft atau 6.1 m atau dengan dinding tahan

api minimum ½ jam atau 30 menit

Penyimpanan Bahan Cair

Untuk penyimpanan bahan cair baik dalam jumlah kecil maupun besar, dapat menggunakan NFPA 30,

Flammable and Combustible Liquids Code sedangkan untuk sistem proteksinya acuannya NFPA 11, Standard

for Low-Expansion Foam.

32

Page 36: HSE.docx

4.3 TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA

Respon terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin mengandung banyak kegiatan

yang berbeda dan mungkin terkait dengan syarat peraturan yang bermacam-macam. Kegiatan dan prosedur

respon juga tidak akan terduga tergantung dari sifat alamiah dan jumlah bahan yang terbuang. Bila perusahaan

menyimapan bahan kimia dalam jumlah besar yang dikirim dengan tempat yang besar (truk tanker atau kereta),

maka harus disiapkan tindakan untuk merespon insiden atas bahan dalam jumlah besar. Bahan yang terbuang

dalam jumlah besar mungkin memerlukan evakuasi perusahaan, tempat tumpahan, dan pembersihan dan

pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah kecil mungkin hanya memerlukan

sedikit persiapan lanjutan.

Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan kimia yang disimpan dalam

tangki besar atau digunakan secara luas di perusahaan, dengan persyaratan terdapat semua pelaporan

peraturan yang spesifik pada saat terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya yang akut, walaupun

dalam jumlah kecil. Apakah insiden mengandung tumpahan bahan berbahaya atau terbuangnya gas atau uap,

koordinasi masyarakat merupakan hal yang kritis bila terbuangnya bahan kimia mungkin memiliki dampak keluar

perusahaan. Karenanya, perusahaan yang mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi

berdampak keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan peringatan dini yang

memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat. Menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan

kimia yang tepat dapat membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan kimia.

Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia berbahaya dapat menjadi

ancaman bagi karyawan perusahaan,masyarakat, dan lingkungannya. Persiapan-persiapan ini harus menjamin

bahwa prosedur yang efektif dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan kimia

ini. Rencana ini memberikan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi bahaya bahan kimia di perusahaan dan

menjamin cara-cara yang tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi darurat.

Rencana ini juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan untuk mengembangkan prosedur tanggapan

darurat atas bahan kimia. Saat mengembangkan prosedur-prosedur ini, perusahaan harus memperhatikan

peraturan setempat yang mungkin mengharapkan kegiatan respon khusus dan pemberitahuan pada lembaga

setempat yang berwenang. Prosedur yang mungkin perlu dikembangkan oleh perusahaan mungkin berbeda

tergantung dari bahan kimia yang digunakan.

Pengendalian bahaya-bahaya bahan kimia menyangkut manajemen resiko dan prosedur tanggap

darurat. Kegiatan manajemen resiko memainkan peran penting dalam pencegahan kecelakaan terlepasnya dan

keadaan darurat bahan kimia.

A. PERSYARATAN

Kecelakaan atau lepasnya bahan kimia dapat menimbulkan situasi yang mengancam karyawan,

masyarakat, dan lingkungan. Persyaratan yang mengarah pada bahaya kimia merupakan cerminan dari bahan

kimia yang digunakan di perusahaan. Suatu proses dua langkah harus dilakukan untuk menggambarkan bahaya

bahan kimia:

(1) Identifikasi dan evaluasi bahan kimia dan

33

Page 37: HSE.docx

(2) Menjamin adanya peralatan untuk mengendalikan bahaya bahan kimia. Penggambaran ini akan

membantu perusahaan dalam mempersiapkan dan menanggapi dengan benar keadaan darurat yang

melibatkan bahaya bahan kimia.

B. EVALUASI BAHAYA BAHAN KIMIA

Semua bahan kimia di perusahaan harus dievaluasi untuk menentukan beragamnya efek bahan –

bahan tersebut dalam kondisi buruk, seperti suatu keadaan darurat atau tumpahan/buangan. Untuk mengerjakan

evaluasi bahaya bahan kimia, perusahaan pertama kali harus menentukan bahan apa yang ada didalamnya.

Kemudian, harus diidentifikasikan bahaya yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya

bahan kimia harus dievaluasi dengan membandingkan kuantitas dan potensi resiko dari suatu keadaan darurat

akibat bahan kimia tersebut. Metode ini akan membantu perusahaan untuk mencapai target aktivitas

perencanaan keadaan darurat bahan kimia.

Perusahaan pertama kali harus mengembangkan Daftar Bahan Kimia Yang Disetujui, yang memuat

daftar bahan kimia yang sedang digunakan atau disimpan di perusahaan. Untuk setiap bahan kimia pada Daftar

Bahan Kimia Yang Disetujui, Formulir Identifikasi dan pelacakan Bahan Kimia harus diisi yang

mengidentifikasikan nama bahan kimia, lokasi penggunaan atau penyimpanan, perkiraan kuantitas, dan kelas

bahan kimia (seperti mudah terbakar, korosif, radioaktif, beracun, dan lain-lain. Formulir ini termasuk informasi

bahaya bahan kimia dan respon terhadap bahan kimia.

Perusahaan harus menggunakan lembar data keselamatan bahan (MSDS) yang berlaku dan pelabelan

bahan kimia untuk menentukan bahaya yang terkait dengan setiap bahan kimia. Lembar data keselamatan

bahan (MSDS) harus mudah dijangkau oleh karyawan sebagai acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan

kimia. Semua wadah bahan kimia (seperti tangki, drum, botol, pipa, dll.) harus diberi label dengan benar. Label-

label ini harus diberi nama bahan kimia dan peringatan akan bahaya yang cepat. Identifikasi wadah dan

peringatan yang benar merupakan kesatuan dari tanggap darurat atas buangan bahan kimia.

C.P3K ATAS KERACUNAN

Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang terkena bahan toksik, secara

garis besar adalah sebagai berikut :

Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan dengan udara bersih.

Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air mengalir terus menerus selama 5-10 menit.

Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi zat kimia dengan cara adsorpsi.

Meminumkan air untuk pengenceran.

Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau basa kuat dan fenol.

Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun maka dapat diberikan garam laksania (hanya boleh

dilakukan oleh Paramedis!!!) (MgSO4, Na2SO4) yang akan merangsang peristaltik dari seluruh saluran

pencernaan sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air dan membuat racun terencerkan.

Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat muntah untuk mengosongkan lambung, dengan

pemberian larutan NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang masih

pingsan atau keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen, Xylene), CCl4.

Segera bawa ke klinik.

34

Page 38: HSE.docx

BAB V : ALAT PELINDUNG DIRI (APERDI)

5.1 MACAM-MACAM APERDI

Gambar : macam-macam aperdi

Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari

bahaya.

a. Alat Pelindung Mata dan Muka

Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi.

35

Page 39: HSE.docx

APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.

b. Alat Pelindung Telinga

Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.

APD: ear plug, ear muff, canal caps.

c. Alat Pelindung Kepala

Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.

APD: helm, bump caps.

d. Alat Pelindung Pernapasan

Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).

APD: respirator, breathing apparatus

e. Alat Pelindung Tubuh

Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari

tekanan yang bocor dan penetrasi benda tajam.

APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.

f. Alat Pelindung Tangan dan Lengan

Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia,

infeksi kulit.

APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

g. Alat Pelindung Kaki

Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair,

aberasi.

APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

5.2 FUNGSI APERDI

1. Alat Pelindung Mata dan Muka

Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah untuk melindungi mata dan muka dari :

a) Percikan bahan korosif

b) Kemasukan debu atau pertikel-partiekl yang melayang diudara.

c) Lemparan benda-benda kecil.

d) Panas dan pancaran cahaya.

e) Pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata.

f) Radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun tidak mengion.

g) Benturan atau pukulan benda keras atau tajam.

2. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap :

a) Kebisingan atau tekanan.

b) Percikan api atau logam-logam yang panas.

36

Page 40: HSE.docx

3. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

a) Melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka

tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda-benda jatuh, melayang dan meluncur.

b) Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim

c) Mencegah rambut rontok karena terkena bagian mesin yang berputar.

4. Alat Pelindung Pernapasan

Alat ini dipakai secara rutin atau berkala dengan tujuan inspeksi, untuk melindungi pernafasan dari resiko

paparan gas, uap , debu atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan.

Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu

mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

5. Alat Pelindung Tubuh

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya

temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajananapi dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan

kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,tergores,

radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

bakteri dan jamur.

6. Alat Pelindung Tangan dan Lengan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-

jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,

bahan kimia, benturan,pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

7. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atauberbenturan dengan benda-benda

berat, tertusuk benda tajam, terkena cairanpanas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim,

terkena bahan kimiaberbahaya dan jasad renik, tergelincir.

8. Alat Pelindung Lainnya

Fungsi Alat Pelindung Lainnya, alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar

tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang

diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh

sehingga tidak membentur lantai dasar.

5.3 PERLINDUNGAN KEPALA, MUKA DAN MATA

1. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari :

a) Topi Pelindung atau Tudung Kepala (Safety Helmets)

Topi pelindung ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan

kepala, terjatuh dan terkena arus listrik.

Topi pelindung dapat terbuat dari berbagai bahan, misalnya plastik (Bakelite) dan gelas (fiberglass). Topi

pengaman yang terbuat dari plastik (Bakelite) enak dipakai karena ringan, dan topi ini mempunyai daya

37

Page 41: HSE.docx

tahan terhadap benturan atau pukulan benda-benda keras yang sangat tinggi, serta tidak menyalurkan

listrik. Topi yang terbuat dari bahan campuran fiberglass dengan plastik, sangat tahan terhadap asam dan

basa kuat.

Bagian dalam dari topi pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk

menyerap keringat, kelenturan dan mengatur pertukaran udara.

b) Tutup Kepala

Tutup kepala ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup

kepala ini biasanya terbuata dari asbestos, kain tahan api atau korosi, kulit atau kain tahan air dan logam.

c) Topi (Hats atau Cap)

Topi ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran atau debu dan mesin yang berputar.

Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.

Tenaga kerja wanita dengan rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat

dalam mesin yang berputar. Dalam hal ini topi (hair guard) terbuat dari kain dapat mencegah kecelakaan.

2. Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari :

a) Kacamata dengan atau tanpa pelindung samping (sidle shield)

Kacamata merupakan alat pelindung mata yang paling nyaman untuk dipakai dan digunakan untuk

melindungi mata dari partikel kecil yang melayang di udara serta radiasi gelombang elektromagnetik.

b) Goggles (cut type atau box screen)

Goggles terutama digunakan untuk melindungi mata dari bahaya gas-gas, uap-uap, larutan bahan kimia

korosif dan debu-debu. Oleh karena bahaya-bahaya tersebut selain berbahaya bagi mata juga bagi alat

pernapasan dan kulit muka, pemakaian kacamata pengaman perlu juga dilengkapi dengan pemakaian

respirator atau memakai kerudung kepala (hood) yang melindungi seluruh bagian kepala dan leher.

Goggles umumnya kurang diminati oleh pemakainya, oleh karena selain tidak nyaman juga alat ini

menutup mata terlalu rapat sehingga tidak terjadi ventilasi di dalamnya dengan akibat lensa mata sudah

mengembun. Untuk mengatasi hal ini, lensa dilapisi dengan bahan hidrofil atau goggles dilengkapi dengan

lubang-lubang ventilasi.

Lensa kacamata maupun goggles dapat dibuat dari berbagai jenis bahan yaitu plastik (polikarbonat,

selulose asetat) yang transparan atau kaca. Polikarbonat adalah jenis plastik yang mempunyai daya tahan

paling besar terhadap benturan.

Untuk melindungi mata dari bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi (sinar infra merah,

ultra violet), lensa dilapisi dengan kobalt dan diberi warna biru atau hijau yang selain mengurangi radiasi

juga berfungsi mengurangi kesilauan. Kemampuan filter untuk menyerap panjang gelombang tertentu

selain tergantung kepada bahan kimia penyusunnya. Terhadap radiasi gelombang elektromagnetik yang

megion misalnya sinar x, lensa dibuat dari kaca yang dilapisi timah hitam.

c) Tameng Muka (Face shield atau face screen)

Ada dua benruk tameng muka, yaitu :

1. Tameng muka dengan pegangan, biasanya dipakai oleh pekerja yang bekerja dengan hanya

menggunakan satu tangan.

38

Page 42: HSE.docx

2. Tameng muka yang ditaruh dikepala, biasanya dipakai dengan cara ditaruh dikepala untuk pekerjaan

yang menggunakan dua tangan. Tapi jika dipakai terlalu lama akan menyebabkan pusing kepala.

5.5 PERLINDUNGAN TELINGA

Secara umum alat pelindung telinga ada dua jenis, yaitu :

a. Sumbat Telinga (Ear Plug)

Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam (wax), plastik karet alami dan sintetik. Ukuran dan bentuk

saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda. Untuk itu

ear plung harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya.

Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan

tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Alat ini dapat mengurangi

suara sampai 20 dB.

b. Tutup Telinga (Ear Muff)

Tutup telinga terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa

cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang

cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai

akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit.

Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga

dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

Faktor-faktor yang mengurangi efektivitas alat pelindung telinga yaitu kebocoran udara, peralatan

gelombang suara melalui bahan alat pelindung, vibrasi alat itu sendiri, dan konduksi suara melalui tulang dan

jaringan.

5.6 PERLINDUNGAN TANGAN, LENGAN DAN BADAN

Jenis pelindung tangan terdiri dari :

Jenis Bahaya Macam sarung tangan

Bahaya listrik Sarung tangan karet

Bahaya radiasi mengion Sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi Pb

Benda-benda

tajam/kasar

Sarung tangan kulit atau sarung tangan yang dilapisi dengan Krom atau

sarung tangan dari PVC.

Asam dan basa korosif Sarung tangan karet (alami)

Benda-benda panas Sarung tangan kulit, asbes, PVC atau “Gaunlet Gloves”39

Page 43: HSE.docx

Jenis alat pelindung tubuh antara lain :

a) Apron

Alat pelindung tubuh yang berupa celemek yang hanya menutupi sebagian tubuh pemakainya saja, mulai dari

dada sampai lutut.

b) Overalls

Alat pelindung tubuh yang berupa pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh

5.7 PERLINDUNGAN KAKI

Sepatu pengaman menurut jenis pekerjaan, yaitu :

1) Sepatu yang digunakan pada pekerjaan pengecoran baja (Foundry Leggings) dibuat dari bahan kulit yang

dilapisi krom atau asbes dan tinggi sepatu kurang lebih 35 cm. Pada sepatu ini, tepi sampingnya terbuka

untuk memudahkan pipa celana dimasukkan ke dalam sepatu kemudian ditutup dengan gesper atau tali

pengikat.

2) Sepatu khusus untuk keselamatan kerja di tempat-tempat kerja yang mengadung bahaya peledakan.

Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api.

3) Sepatu karet anti elektostatik digunakan untuk melindungi pekerja-pekerja dari bahaya listrik hubungan

pendek sepatu ini harus tahan terhadap arus listrik 10.000 volt selama 3 menit.

4) Sepatu bagi pekerja bangunan dengan resiko terinjak benda-benda tajam, kejatuhan benda-benda berat

atau terbentur benda-benda keras, dibuat dari kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujungnya untuk

melindungi jari-jari kaki.

5.8 PERLINDUNGAN PERNAFASAN

1) Hal-hal yang perlu diketahui antara lain :

a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagai bentuk

kontaminan tersebut.

b. Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c. Nilai Ambang Batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.

d. Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit.

e. Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak dan lain-lain.

2) Alat pelindung penafasan dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Air Purifying Respirator

40

Page 44: HSE.docx

Digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya pernafasan oleh debu, kabut uap logam, asap,

dan gas. Menurut cara kerjanya dan bentuk kontaminan Air Purifying Respirator dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu :

(1) Chemical Respirator

Untuk kontaminan bentuk gas dan uap. Merupakan cartridge respirator terkontaminasi gas dan

uap dengan tiksisitas rendah. Cartridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silika gel.

Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

(2) Mechanical Filter Respirator

Untuk partikel zat padat, debu-debu, kabut uap logam dan asap, serta Cartridge/Canister

Respirator yang dilengkapi filter yang berfungsi untuk menangkap debu dank abut dengan kadar

kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini

terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintesis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan

pada partikel.

(3) Breathing Apparatus

Tidak dilengkapi dengan filter maupun Cartridge melainkan alat ini mensuplai pemakaiannya

dengan udara kompresi atau udara bebas (tabung oksigen).

Macam-macam Breathing Apparatus yaitu :

(a) Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)

(b) Open Sircuit SCBA

Terdiri dari tabung bertekanan, saluran udara, alat pengatur tekanan dan penutup muka.

(c) Closed Circuit SCBA

Udara ekhalasinya digunakan kembali setelah CO2 diabsorbsi oleh absorben yang terdapat dalam

respirator ini.

b. Airline Respirator

Airline Respirator mensuplai udara dari silinder atau kompresor udara yang bertekanan pada

pemakaiannya setelah tekanannya terlebih dahulu diatur oleh suatu alat pengatur tekanan yang dipakai

oleh pemakainya dan pada respirator ini oksigen tidak boleh digunakan.

c. Hosk Mask Respirator

Hose Mask Respirator mensuplai udara kepada pemakainya melalui saluran udara penghubung (hose)

yang berdiameter lebih besar dari air line alat ini dapat dilengkapi dengan blower dengan tujuan

menambah kecepatan aliran udara dalam hose berkecepatan maksimum alirnya dapat mencapai 150

L/menit.

41

Page 45: HSE.docx

BAB VI : SURAT IJIN KERJA AMAN (SIKA)

6.1 PEDOMAN SIKA

Pengertian Sistem Ijin Kerja Aman adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk

melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah

pencegahan yang harus dilakukan. Dokumen ini merupakan persyaratan awal pelaksanaan pekerjaan secara

aman dengan lebih dahulu mempertimbangkan bahaya yang ada dan semua langkah pengamanan ditentukan

dan dilaksanakan dalam urutan yang tepat. Tenaga Kerja Risiko kecelakaan kerja merupakan salah satu risiko

yang menjadi perhatian utama.

Dalam American Institut of Chemical Engineer (1995), Untuk implementasi sistem ijin kerja harus

berdasarkan pada dasar aturan yang kuat seperti tersebut dibawah ini :

1) Jika pekerjaan dilakukan dalam lingkup sistem ijin kerja harus telah sah sebelum pekerjaan dimulai.

2) Ijin kerja dikeluarkan oleh kelompok yang bertanggung jawab langsung terhadap peralatan atau area kerja.

3) Beberapa organisasi memperbolehkan ijin dikeluarkan oleh pemberi ijin seperti tersebut diatas, organisasi lain

oleh level yang lebih tinggi.

4) Pada saat pekerjaan yang akan di laksanakan pada peralatan dimana penanggung jawab area langsung tidak

diterangkan dengan jelas, ijin dikeluarkan oleh level berikutnya atau personil yang mewakilinya.

5) Jika tanggung jawab untuk peralatan atau area yang terkait dalam ijin kerja melibatkan dua atau lebih unit

operasi (departemen), ijin harus di tanggulangi oleh wakil masing- masing departemen.

6) Pada umumnya, karyawan yang melaksanakan pekerjaan menerima ijin dan menandatanganinya, pada

keadaaan/kasus lain supervisor menerima dan menandatangani ijin.

7) Salinan ijin harus berada pada tempat kerja.

8) Ijin harus sesuai untuk periode waktu tertentu ( contoh : dari waktu pengeluaran sampai akhir shift)

9) Jika pekerjaan tidak dimulai, atau berheti karena keadaan, kontrol, atau prosedur yang diperlukan tidak tentu

atau tetap, ijin harus dibatalkan dan ijin baru dikeluarkan, setelah evaluasi ulang sebelum pekerjaan dimulai.

10) Jika pekerjaan berhenti atau ditunda untuk alasan lain, cara lain yang tepat atau sesuai harus di beritahukan,

dan ijin untuk melanjutkan pekerjaan harus didapat.

11) Bila pekerjaan diperpanjang melebihi periode yang di tetapkan, pekerjaan harus dihentikan sementara

setelah evaluasi ulang, ijin tetap diperpanjang atau ijin baru dikeluarkan.

42

Page 46: HSE.docx

12) Pada saat pekerjaan selesai, atau akhir hari kerja, ijin harus dikembalikan kepada pemberi ijin, dinilai untuk

mengindikasi status pekerjaan, dan di tandatangani oleh pelaksana atau personil.

6.2 MACAM-MACAM SIKA

Jenis atau macam surat ijin kerja dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Surat Ijin Kerja Panas (Hot Work Permit).

Surat Ijin Kerja Panas diperlukan untuk setiap jenis pekeijaan yang berkaitan dengan penggunaan

sumber penyalaan setempat yang dapat meyalakan bahan yang mudah menyala. Surat ijin kerja panas ini

diberikan untuk pekerjaan yang memerlukan api terbuka, pekerjaan yang menimbulkan panas atau bunga api,

peng'gunaan peralatan tertentu atau mesin yang dapat menimbulkan bunga api.

Kerja panas di Instalasi/Depot dapat meliputi :

1. Pengelasan atau pembakaran dengan Oxy-Acetylene.

2. Pengelasan listrik.

3. Penggerindaan

4. Penyolderan

5. Penyemprotan dengan pasir (Sand Blasting).

6. Pemakaian alat-alat listrik dan lainnya yang mungkin menimbulkan bunga api.

7. Pemotretan memakai lampu atau memakai alat-alat yang tidak tertutup rapat.

8. Pemecahan dan pembobokan beton.

9. Pemakaian mesin-mesin yang dijalankan dengan kompresor.

Format surat ijin kerja panas disiapkan oleh bagian K3LL atas permintaan pelaksana kerja. Petugas

K3LL dan pengawas pekerjaan atau wakilnya memeriksa lokasi kerja dan peralatannya. Setelah diyakini aman

untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, pengawas pekerjaan (teknik atau Pabrikasi) mengisi pertanyaan-

pertanyaan yang ada dalam form ijin kerja dan menanda tangani. Petugas K3LL memeriksa ulang, mengisi hasil

pemeriksaannya dan membubuhkan parafnya, kemudian pengawas K3LL mengesahkan dengan

menandatangani ijin kerja tersebut yang selanjutnya lembar asli diberikan kepada pelaksana pekerjaan. Ijin kerja

hanya berlaku pada jam kerja yang telah ditentukan, diluar jam tersebut harus dibuat surat ijin kerja lembur yang

disetujui oleh pengawas kerja terkait, keamanan dan K3LL. Selama pekerjaan berlangsung, pengawas (mandor)

pelaksana pekerjaan atau wakilnya harus selalu ada di tempat kerja. Pengawas pekerjaan panas di area terbatas

yang termasuk aman, diperiksa secara insidentil oleh petugas K3LL. Untuk pekerjaan di daerah I atau 2 diawasi

secara terus menerus oleh petugas K3LL dan petugas pengawas pekerjaan.

2. Surat Ijin Kerja Dingin (Cold Work Permit).

Surat ijin kerja dingin diperlukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi

dengan ketentuan bahwa dalam pekerjaan tersebut tidak dimungkinkan timbulnya bunga api. Kerja dingin ini

dapat meliputi:

1. Pekerjaan membuat beton

2. Pengecatan

3. Perbaikan bangunan, jalan, parit

43

Page 47: HSE.docx

4. Perbaikan pipa termasuk bongkar pasang stick

5. Melepas flange dan baut, membuka as, kopling, memasang kembali packing pada gland kerangan dan

lain-lain

6. Membuka semua jenis tangki dan filter

7. Pekerjaan penggalian tanah dan mengebor tanah

8. Menggunaan isotop zat-x (x-ray) diluar tempat yang telah ditentukan. Prosedur pemberian surat ijin kerja

dingin ini sama dengan prosedur pemberian ijin kerja panas. Pelaksanaan pengawasannya oleh petugas

K3LL dan petugas pengawas pekerjaan dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu saja/insidentil.

3. Surat Ijin Penggalian ( Digging Permit).

Surat ijin penggalian ini diperlukan untuk setiap pekerjaan penggalian atau pemancangan. Denah

dimana pekerjaan tempat penggalian akan dilakukan sangat penting sebagai kelengkapan pengajuan Surat ijin

penggalian, karena disitu memuat/ menggambarkan letak jalur bawah tanah, seperti kabel-kabel, pipa-pipa,

saluran pembuangan, parit-parit, pondasi dan lain-lain. Jika akan memasuki lubang penggalian yang melebihi

kedalaman 1,3 meter Surat ijin masuk juga diperlukan.

Ijin penggalian dapat meliputi:

1. Penggalian saluran kabel listrik, telepon, pipa, saluran lain didalam tanah.

2. Pemancangan.

3. Pekerjaan penggalian lainnya di area terbatas.

4. Pekerjaan penggalian tanah dan mengebor tanah.

4. Surat Ijin Masuk Kedalam Tangki Dan Ruang Tertutup (Entry Permit).

Pada dasarnya surat ijin masuk kedalam tangki dan ruang tertutup diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan

yang memerlukan masuk kedalam ruang tertutup atau tangki. Surat ijin masuk sangat penting apabila seseorang,

baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk kedalam ruangan tertutup seperti : tangki, lubang galian

kedalaman lebih dari 1,3 meter ataupun tempat-tempat lain yang dirasa terdapat gas, debu, uap yang berbahaya.

Tidak ada pengecualian untuk ketentuan diatas, karena Surat ijin masuk hanya berfungsi untuk memberi ijin

memasuki ruangan tertutup dan tempat-tempat lain yang terdapat debu dan gas yang berbahaya. Surat ijin

masuk tidak dapat mengganti Surat ijin panas, dingin ataupun Surat ijin lainnya. Ijin masuk tersebut dapat

meliputi :

1. Memasuki tangki timbun BBM baik yang diatas tanah, bawah tanah, RTW atau masuk kedalam tongkang/

lighter.

2. Memasuki tangki timbun Non BBM.

Tempat lain yang dianggap mengadung gas, debu dan uap yang berbahaya. Petugas K3LL bersama

dengan petugas pengawas pekerjaan memeriksa tempat yang akan dimasuki dan menentukan persyaratan

keselamatan yang dibutuhkan. Petugas pemeriksa harus menjamin bahwa ditempat tersebut benar-benar aman

untuk orangbekerja. Prosedur pemberian ijin dan pengawasannya sama dengan prosedur ijin kerja dingin.

5. Surat Ijin Pekerjaan Listrik.

Surat ijin pekerjaan listrik merupakan surat pernyataan yang ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang, yang disesuaikan dengan definisi / istilah pada peraturan pemerintah mengenai kelistrikan. Seorang

yang diberl tugas melaksanakan pekerjaan perbaikan listrik ataupun peralatannya, haruslah seorang yang diberi

44

Page 48: HSE.docx

kuasa dan wewenang. Untuk itu ia harus diberi informasi secara detail dan jelas mengenai peralatan listrik yang

dimasud dalam surat ijin kerja. Begitu juga mengenai pemutusan aliran, isolasi dan pentanahan yang dilakukan

sehingga aman bagi pekerja untuk bekerja, juga harus dinyatakan dengan jelas. Surat ijin hanya mencakup

aspek pekerjaan listrik saja, sedangkan pekerjaan-pekerjaan lain seperti pekerjaan dingin, panas, memasuki

ruang tertutup dan penggalian harus dilengkapi dengan surat ijin yang sesuai. Pekerjaan pengisolasian aliran

listrik yang diperlukan sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan pada suatu peralatan listrik (seperti motor listrik

harus diisolasi sebelum perbaikan pompa) tidak termasuk dalam lingkup surat ijin pekerjaan listrik, tetapi harus

dimasukkan pada saat menandatangani surat ijin kerja, baik panas, dingin, masuk dalam ruang tertutup ataupun

penggalian, yang sesuai dengan pekerjaan mekanik tersebut.

6. Surat Ijin Pekerjaan Radioaktif.

Pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan X-Ray atau sumber zat radioaktif, harus

dilengkapi dengan surat ijin. Peraturan tentang pekeijaan radioaktif mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 11

Th 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi dan Keputusan Diren BATAN No.24/DJ/11 /1983 tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

Pemisahan Jenis Pekerjaan.

Sering terjadi diperlukan beberapa surat ijin kerja yang melakukan satu pekerjaan secara menyeluruh.

Hal ini sangat penting, karena satu ijin kerja hanya dikeluarkan untuk satu jenis pekerjaan tertentu saja, seperti

surat ijin masuk hanya merupakan ijin memasuki ruangan tertutup saja, sedangkan untuk pekerjaan lainnya

harus dilengkapi dengan ijin kerja yang sesuai pula.

Pekerjaan Rutin Yang Tidak Termasuk Kategori Diatas.

Ada beberapa kelompok pekerjaan biasa yang rutin, dimana sistim surat ijin kerja seperti tersebut diatas

tidak diperlukan. Mengingat tidak mungkin untuk memberikan daftar lengkap dari setiap jenis pekerjaan, maka

contoh-contoh seperti tersebut dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk pekerjaan-pekerjaan rutin yang

tidak memerlukan surat ijin kerja

1. Mengencangkan Flange pipa dan sambungan.

2. Menyetel semua mesin dan kerangan.

3. Menukar/mengganti filter dan bola lampu.

Perusahaan Diluar Daerah Terbatas. Asset

Ada lokasi diluar daerah terbatas (Instalasi/Depot/DPPU/ SPBU) yang karena sifat konstruksi

instalasinya ataupun isinya mudah terbakar, maka pengawasan perlu dilakukan didaerah tersebut. Perluasan

aspek pengawasan ini sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya kebakaran yang serius, seperti pada tempat

penimbun yang berada di luar daerah terbatas atau pekerjaan yang dilakukan pada jaringan pipa diluar pagar

(Instalasi/Depot/DPPU/SPBU). Dalam hal ini penafsiran manajemen berdasarkan pada perhitungan sumber

bahaya khusus untuk setiap jenis persoalan.

6.3 TATA CARA PELAKSANAAN SIKA

Menurut Syukri Sahab (1997), prosedur ijin kerja adalah sebagai berikut:

1) Proses ijin kerja

45

Page 49: HSE.docx

Untuk pekerjaan yang memerlukan ijin kerja terlebih dahulu dibuatkan rencana kerja. Dalam membuat

rencana ini pengawas pelaksana perlu berkonsultasi dengan bagian keselamatan kerja dan personalia yang

bertanggung jawab terhadap lokasi pelaksanaan pekerjaan. Untuk setiap pekerjaan dinyatakan jumlah pekerja,

jenis peralatan yang digunakan, dan lama waktu pelaksanaan. Sebelum ijin di proses personalia yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan harus telah mengatur segala sesuatu yang

berkaitan dengan pekerjaan termasuk jenis pekerjaan yang akan digunakan. Dalam persiapan lapangan ia harus

sudah mengisolasi lokasi.

Setelah pengisolasian, personalia pelaksana melaporkan kepada pusat pengendali operasi yang akan

memeriksa kebenaran laporan tersebut, baru ijin kerja dapat di proses.

2) Pelaksanaan sistem ijin kerja

Bagaimana pelaksanaan sistem ijin kerja tergantung pada kompleksitas operasi perusahaan serta

tingkat resiko yang ada. Tidak ada model standar yang bisa diberlakuan di semua tempat kerja. Karena itu

bagaimana sistem yang akan di terapkan di desain oleh manajemen perusahaan. Dalam membuat desain sistem

ini yang yang perlu di ingat adalah memuat prinsip umum namun cukup fleksibel atau luwes sehingga dapat di

terapkan pada semua jenis pekerjaan yang berbahaya.

Berikut ini adalah langkah dasar pelaksanaan ijin kerja :

a) Pekerjaan yang akan dilaksanakan harus dirinci secara spesifik.

b) Bahaya yang ada dalam pekerjaan agar di cantumkan. Sebaiknya disediakan cheklist.

c) Isolasi yang perlu dilakukan, hubungan yang harus diputuskan serta pengujian ditentukan dan di cantumkan

dengan jelas dalam ijin.

d) Peringatan yang perlu dicantumkan dalam ijin, serta pengujiannya bisa digunakan cheklist.

e) Batas waktu pengerjaan ditentukan dan penanggungjawab pelaksana dilengkapi dengan jam tangan.

f) Setelah semua di laksanakan dan penanggungjawab puas dengan segala persiapan yang tercantum dalam ijin,

maka pejabat yang diberi kewenangan menandatangani ijin.

3) Serah terima tanggungjawab

a) Penanggungjawab pelaksanaan pekerjaan harus memastikan bahwa ijin benar-benar sudah lengkap, dan

mengerti betul pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tindakan berjaga-jaga

yang perlu dilakukan.

b) Penanggungjawab pekerjaan menandatangani ijin kerja.

c) Melakukan pengechekan untuk memastikan bahwa semua peralatan keselamatan yang perlu sudah tersedia

dan tindakan berjaga-jaga yang telah ditentukan sudah dilaksanakan.

d) Bila pekerjaan harus dilanjutkan pada akhir giliran kerja dan bila perlu memperpanjang ijin kerja di

konsultasikan pada pejabat yang memberi ijin. Berdasarkan ini, ijin lama dapat di perpanjang atau ijin baru

dikeluarkan.

4) Penyelesaian pekerjaan

a) Penanggungjawab pekerjaan setelah pekerjaan selesai menandatangani surat ijin kerja sebagai bukti bahwa

pekerjaan telah selesai, semua pekerjaannya telah keluar dari lokasi dan semua pengaman telah terpasang

secara efektif kembali.

b) Apabila pelaksanaan lebih dari satu kelompok, maka setiap pemimpin kelompok menandatangani ijin kerja.

46

Page 50: HSE.docx

c) Mesin dan peralatan diserahterimakan kembali kepada bagian produksi, dan penanggungjawab bagian yang

bersangkutan menandatangani ijin sebagai tanda penerima tangngungjawab. Ijin kerja dianggap selesai dan

kembali kepada kerja biasa.

5. Kontrol Ijin Kerja

Untuk memastikan sistem ijin kerja aman pada tempat kerja sebagaimana terdapat pada aturan-aturan

ijin kerja, adanya kontrol ijin kerja sangat di anjurkan (British Petroleum Chemical, 1995). Kontrol ijin kerja dpat

dilakukan dengan audit ijin kerja, dengan audit

ijin kerjadapat diketahui kelemahan pada sistem ijin kerja sehingga dapat dilakukan langkah

perbaikannya secara dini. Audit ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses, internal auditor

perusahaan atau eksternal auditor (American Institute of Chemical Engineer, 1995).

6.4 KOMPONEN PELAKSANAAN SIKA, TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB

Pelaksanaan pemberian ijin kerja melibatkan unsur pelaksana pekarjaan yaitu

1. Pihak Perusahaan dalam hal ini bagian operasi.

a. Memberikan petunjuk/keterangan yang diperlukan tentang keadaan lokasi setempat.

b. Menunjuk pengawas yang sesuai dalam pelaksanaan pekerjaan dilokasi setempat.

c. Memberikan persetujuan surat ijin kerja yang telah diperiksa petugas yang ditunjuk (bagian teknik dan

K3LL).

d. Memberikan saran dan rekomendasi yang diperlukan.

2. Pihak ketiga/Kontraktor.

Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengawas pekerjaan bagian teknik

a. Menunjuk petugas yang dianggap mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang teknik.

b. Memberikan persetujuan surat ijin kerja.

4. K3LL.

a. Memeriksa tempat kerja/lokasi pekerjaan sebelum dan selama pekerjaan dilaksanakan.

b. Memberikan saran dan rekomendasi tentang pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran.

c. Mempersiapkan alat pencegah dan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran.

d. Memberikan persetujuan surat ijin kerja.

e. Pencemaran.

Semua petugas yang ikut dalam menandatangani surat ijin kerja harus melakukan pemeriksaan sendiri

di tempat/lokasi dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan, hal ini untuk memastikan kondisi dan syarat kerja

telah dipenuhi seperti yang dinyatakan dalam surat ijin kerja. Tanggal dan waktu berlakunya surat ijin kerja harus

selalu dinyatakan dengan jelas. Setiap saat masa berlakunya surat ijin kerja dapat dibatalkan oleh bagian operasi

atau pengawas setempat bila kondisi tempat kerja dianggap sudah tidak aman lagi oleh petugas K3LL. Selama

masa berlakunya surat ijin kerja, bagian operasi atau pengawas setempat dan K3LL bertanggung jawab untuk

menjamin bahwa kondisi dan syarat yang telah ditentukan telah dipenuhi sebagaimana mestinya.

47

Page 51: HSE.docx

6.5 POTENSI KESALAHAN UMUM IMPLEMENTASI SIKA

1. Rasio kejadian fatal berdasarkan aktifitas dan kategori.

Analisa berdasarkan aktifitas bisnis mengindikasikan bahwa pada rata-rata kegiatan aggregates, concrete

dan asphalt (ACA) memiliki rasio kejadian fatal yang sama atau sedikit di bawah aktifitas produksi. Saat ini CSI

sebagai langkah awalmemfokuskan diri pada aktifitas , data terakhir untuk aktifitas ini memiliki tingkat probabilitas

yang lebih tinggi, walaupun terlihat memiliki rasio kejadian fatal yang lebih rendah. Kejadian fatal berdasarkan

kategori umur, jam, hari dan bulan, pekerjaan :

Kecelakaan fatal karyawan tertinggi terjadi pada usia 30-40 an

Kecelakaan fatal kontraktor tertinggi terjadi pada usia 40-50 an

Kecelakaan fatal pihak ketiga tertinggi terjadi pada usia belasan

Data yang terkumpul memperlihatkan :

Waktu kejadian fatal tertinggi pada jam 10 pagi sampai tengah hari.

Kejadian fatal lebih banyak terjadi pada hari Senin dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam

seminggu.

Tingkat cidera tertinggi terjadi bulan January dan Maret, mungkin berhubungan dengan kondisi cuaca

dingin.

Pengemudi mencapai kontribusi hampir 50 % dari kejadian fatal

2. Kejadian fatal berdasarkan Wilayah

Analisa secara regional mengindikasikan bahwa resiko yang jauh lebih tinggi terjadi pada wilayah

Negara berkembang seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Resiko kontraktor menonjol di Eropa Barat dan

Timur Jauh serta Afrika, sementara resiko pihak ketiga menonjol di Asia. Rasio kejadian fatal dibandingkan

dengan industri lainnya Dibandingkan dengan industri lainnya, rasio kejadian fatal pada industri semen secara

keseluruhan lebih tinggi dari kebanyakan yang lain. Efek ini utamanya karena rasio kejadian fatal kontraktor yang

tinggi sementara rasio kejadian fatal karyawan agak sedikit di atas rata-rata dari industri yang sejenis. Aturan

Keselamatan yang digunakan oleh salah satu Perusahaan :

Seseorang yang bekerja pada/dengan peralatan yang mempunyai bagian yang

bergerak harus mempunyai prosedur yang secara personal menjamin peralatan tersebut telah ditiadakan

enerjinya, diisolasi dan di lock out /tag out.

Tidak seorangpun boleh menghentikan atau melakukan by pass suatu proses interlock safety- baik

secara mekanis maupun elektrikal.

Seseorang yang bekerja pada posisi dengan potensi terjatuh dari ketinggian 1,8 meter atau lebih harus

menggunakan peralatan pelindung diri dari terjatuh.

Seseorang yang melakukan pengelasan, pemotongan atau brazing lebih dari 6 meter dari bahan yang

mudah terbakar harus mendapatkan ijin hot work dan menerapkan persyaratan kerjanya.

Seseorang yang memasuki ruang tertutup/confined space harus mendapatkan

ijin masuk yang sesuai dan menerapkan persyaratan kerjanya.

APD yang ditentukan harus selalu dipakai saat menjalankan proses pekerjaan

48

Page 52: HSE.docx

atau melakukan pekerjaan dengan sistem yang terbuka (mis. Pembersihan sumbatan material, pekerjaan

elektrikal, dll).

Pengunaan obat-obat terlarang benar-benar dilarang di lokasi kerja manapun

dan tidak diperbolehkan mengkonsumsi alkohol/obat legal lainnya yang dapat

mempengaruhi konsentrasi secara personal.

Penyebab kejadian fatal dan pencegahan mengikhtisarkan pada resiko kejadian fatal yang tinggi, penyebab

utama dan strategi pencegahan yang terkait. Adalah penting bahwa Manajemen menerapkan strategi

pencegahan ini dan mematuhinya secara konsisten dalam mengelola kegiatan di lokasi sehari-hari. Kategori

resiko Tinggi Pencegahan :

Kontraktor – Manajemen keselamatan kontraktor.

Karyawan tidak tetap yang masih muda – Induksi K3 secara khusus Penyebab langsung.

Lalu lintas & peralatan bergerak (43%) - Pelatihan bagi pengemudi.

Jatuh dari ketinggian atau kejatuhan - Prosedur keselamatan untuk bekerja di obyek dari ketinggian

( 21%) ketinggian dan pelindung dari kejatuhan.

Terjepit pada peralatan yang - Prosedur isolasi peralatan. bergerak (15%)

BAB VII : LINGKUNGAN KERJA AMAN

7.1 DISAIN LINGKUNGAN KERJA AMAN

Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja melakukan kegiatan yang ada hubungannya

dengan kegiatan perusahaan.

Menurut Mondy dan Noe (2005) perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat

dengan cara menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang

berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan

semakin efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menimbulkan manfaat. Menurut Mondy dan Noe

(2005) manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat antara lain.49

Page 53: HSE.docx

1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.

3. Menurunnya biaya-baya kesehatan.

7.2 FAKTOR OPERASIONAL

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti yang dikemukakan Sedarmayanti

(1996:5), yaitu:

1. Penerangan

Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor penerangan, begitu pula untuk menunjang

kondisi kerja penerangan memberikan arti yang sangat penting.Salah satu faktor yang penting dari lingkungan

kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik.Karyawan yang terlibat

dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap ketegangan mata yang disertai dengan keletiah mental,

perasaan marah dan gangguan fisik lainnya.Dalam hal penerangan di sini tidak hanya terbatas pada penerangan

listrik tetapi juga penerangan matahari. Penerangan yang baik dapat memberikan kepuasan dalam bekerja dan

tentunya akan meningkatkan produktivitas, selanjutnya penerangan yang tidak baik dapat memberikan ketidak

puasan dalam bekerja dan menurunkan produktivitas. Hal ini disebabkan karena penerangan yang baik tentunya

akan memudahkan para karyawan dalam melakukan aktivitas.

Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (1993:31) adalah sebagai berikut:

a. Sinar cahaya yang cukup.

b. Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan.

c. Tidak terdapat kontras yang tajam.

d. Cahaya yang terang.

e. Distribusi cahaya yang merata.

f. Warna yang sesuai.

2. Suhu Udara

Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor

yang memberikan andil adalah suhu udara.Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor yang

harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan menggunakan seluruh

kemampuan sehinggan menciptajkan hasil yang optimal.

Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga.Bila sirkulasi udara baik maka

udara kotor yang ada dalam ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan.

Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian yaitu kelembaban,

suhu udara dan sirkulasi udara.Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas para

pekerja.Bagaimana seorang staf administrasi dapat bekerja secara optimal bila keadaan udaranya sangat gerah.

Hal tersebut akhirnya dapat menurunkan semangat kerja karena dipengaruhi oleh turunnya konsentrasi dan

tingkat stress karyawan. Mengenai kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara dijelaskan oleh Sritomo

Wignosubroto (1989:45) sebagai berikut:

a. Kelembaban

50

Page 54: HSE.docx

Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban ini sangat

berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan di mana temperatur udara sangat panas

dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran.

b. Suhu Udara

Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem

tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh

tersebut. Produktivitas manusia akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27ºC.

c. Sirkulasi Udara

Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di dalam udara tersebut telah berkurang

dan bercampur gas-gas lainnya yang membahayakan kesehatan tubuh.Hal ini diakibatkan oleh perputaran udara

yang tidak normal.

Kotoran udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan. Ini tidak boleh dibiarkan,

karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan cepat membut tubuh kita lelah. Sirkulasi udara dengan

memberikan ventilasi cukup akan membantu penggantian udara kotor dengan udara bersih.

3. Bising

Untuk meningkatkan produktivitas kerja suara yang mengganggu perlu dikurangi. Di lingkungan Call

Center Telkomsel suasana tenang sangat diperlukan karena pada saat officer online melayani pelanggan harus

terbebas dari suara lain yang bisa terdengar oleh pelanggan. Suara bising ditimbulkan dari suara para officer

yang online pada saat bersamaan dalam satu ruangan bisa mengganggu konsentrasi officer itu sendiri pada saat

bekerja.

Bunyi bising dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja, untuk itu suara-suara ribut harus

diusahakan berkurang.Turunya konsentrasi karena ditimbulkan oleh suara bising dapat berdampak pada

meningkatnya stres karyawan.

Menurut Sedarmayanti (1996:26) ada tiga aspek yang menentukan kualitas suara bunyi yang bisa

menimbulkan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu:

a. Lama bunyi

Lama waktu bunyi terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar kebisingan maka semakin buruk

akibatnya bagi pendengaran (tuli).

b. Intensitas kebisingan

Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukan besarnya arus energi

persatuan luas dan batas pendengaran manusia mencapai 70 desibel.

c. Frekuensi

Frekuensi suara menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai de telinga kita

setiap detik yang dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (HZ).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa telinga manusia memiliki batasan dalam pendengaran.

Batas pendengaran manusia mencapai 70 desibel, jika suara yang didengar manusia melebihi batas tersebut

maka konsentasi manusia akan mudah kabur. Gangguan-gangguan seperti ini hendaknya dihindari agar

semangat kerja tetap stabil dan produktivitas kerja menjadi optimal.

51

Page 55: HSE.docx

4. Penggunaan Warna

Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja dan semangat para karyawan.Warna ini

berpengaruh terhadap kemampuan mata melihat objek dan memberi efek psikologis kepada para karyawan

karena warna mempuyai pengaruh besar terhadap perasaan seseorang.Sifat dan pengaruh warna kadang-

kadang menimbulkan rasa senang, ceria atau sumpek dan lain-lain.

Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka perusahaan harus memperhatikan penggunaan warna

agar dapat mempengaruhi semangat dan gairah kerja para karyawannya.Untuk ruang kerja hendaknya dipilih

warna-warna yang dingin atau lembut, misalnya coklat, krem, putih, hijau muda dan sebagainya.Sebagai contoh

adalah warna putih, warna putih dapat memberikan kesan ruangan yang sempit menjadi tampak leluasa dan

bersih.

Sebenarnya bukan warna saja yang harus diperhatikan tapi komposisinya juga harus diperhatikan.Hal

ini disebabkan komposisi warna yang salah dapat mengganggu pemadangan sehingga menimbulkan rasa

kurang menyenangkan atau bosan bagi yang melihat.Rasa menyenangkan atau bosan dapat mempengaruhi

semangat kerja karyawan.

Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito (1996:1120), terdiri dari:

a. Warna primer (merah, biru, kuning).

Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan

yang lain sehingga tidak sedap dipandang.

b. Warna sekunder (oranye, hijau, violet).

Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis, sedap dipandang mata.

c. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang berada dihadapannya akan

menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata.

d. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang terdapat disampingnya akan merusak

salah satu dari warna tersebut dan akan terkesan suram.

Komposisi warna sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja. Bila komposisi warna kurang pas

bisa menimbulkan rasa jenuh dan sumpek sehingga mengurangi kenyamanan dalam bekerja sehingga semangat

kerja akan menurun yang dapat mengganggu produktivitas kerja.

Menurut Sedarmayanti (1996:29), membagi warna berdasarkan pengaruhnya terhadap perasaan

manusia, yaitu:

a. Warna merah

Bersifat dinamis dan merangsang, berpengaruh menimbulkan semangat kerja.

b. Warna kuning

Bersifat keanggunan, terang dan leluasa.Berpengaruh menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat

syaraf mata.

c. Warna biru

Bersifat tenang, tentram dan sejuk.Berpengaruh mengurangi tekanan dan keteganggan.

5. Ruang Gerak

52

Page 56: HSE.docx

Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan

keamanan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan yang bekerja di dalamnya.Barang-barang yang

diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan

terhadap para karyawan.

Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu-lalang para karyawan hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan

barang-barang yang tidak pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan tempat sampah sehingga

kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga.

Ruang kerja hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi para

karyawan.Untuk itu ruangan kerja harus ditata mengacu kepada aliran kerja sehingga meningkatkan efesiensi

dan memudahkan koordinasi antar para karyawan. Perusahaan yang baik akan selalu menyediakan berbagai

sarana yang memadai, hal ini dimaksudkan agar para karyawan merasa senang dan betah di ruangan kerja.

Menurut Sofyan Assauri mengemukakan bahwa: “Agar para karyawan dapat leluasa bergerak dengan

baik, maka ruangan gerak para karyawan perlu diberikan ruangan yang memadai. Terlalu sempit ruang gerak

akan menghambat proses kerja para karyawan. Sebaliknya ruangan kerja yang besar merupakan pemborosan

ruangan” (Assauri, 1993:33).

Dari pendapat di atas mengenai ruang gerak yang ideal adalah ruang yang leluasa sehingga dapat

membantu kelancaran kerja para karyawan. Ruangan yang sempit akan mengakibatkan lalu-lintas di tempat

kerja menjadi semrawut, sehingga karyawan akan kehilangan semangat dalam bekerja. Perusahaan yang

memiliki ruang kerja belum tentu mampu meningkatkan gairah para karyawannya, karena tanpa tata ruang yang

baik akan menghambat proses kerja.

6. Keamanan Bekerja

Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan pemeliharaan karyawan dengan baik,

namun keamanan bekerja ini tidak bisa diciptakan oleh pimpinan perusahaan. Keamanan bekerja akan tercipta

bila semua elemen yang ada di perusahaan secara bahu-membahu menciptakan kondisi keamanan yang stabil.

Keamanan kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan baik itu untuk keamanan terhadap

peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat

keamanan dari orang-orang yang berniat jahat dan ruangan kerja yang aman dari aktivitas tamu dan pergerakan

umum.

Tentang keselamatan kerja ini sudah ada peraturannya, yang harus dipatuhi oleh setiap

perusahaan.Artinya setiap perusahaan menyediakan alat keselamatan kerja, melatih penggunaanya.Hal ini

dimaksudkan agar karyawan dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.

Alex S Nitisemito (1996:11) berpendapat bahwa “Apabila perusahaan dapat memberikan jaminan

keamanan, ketenangan dalam bekerja maka akan timbul semangat kerja dan gairah kerja”.

Pendapat mengenai keamanan bekerja di atas menggambarkan bahwa perusahaan bertanggung jawab

akan kondisi karyawannya. Dorongan psikologis para karyawan dalam berkerja yang berupa rasa aman dan

nyaman sangat mempengaruhi konsenntrasi dalam bekerja. Konsentrasi yang tidak mendukung akan

mengakibatkan semangat dan gairah menurun sehingga mengurangi produktivitas kerja.

Syarat-syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman dan nyaman mengandung dua

faktor utama yaitu faktor fisik dan non fisik. Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa: “Segala sesuatu yang

53

Page 57: HSE.docx

yang menyangkut faktor fisik yang menjadi menjadi kewajiban serta tanggung jawab perusahaan adalah tata

ruangan kerja. Tata ruangan kerja yang baik adalah yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan

keselamatan bagi karyawan.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian

rupa sehingga dapat dihindarkan gangguan yang ditimbulkan terhadap karyawan” (Saksono, 1998:105).

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan

diharapkan akan memberi semangat tersendiri bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi

lingkungan kerja yang buruk, gelap dan lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan semangat dan

produktivitas dalam bekerja.

7.3 HOUSEKEEPING

Definisi Housekeeping

Menurut Gandamiharja (2002) Housekeeping adalah Pendekatan praktis yang dikembangkan dalam

melaksanakan perbaikan tempat kerja oleh setiap pegawai agar lingkungan menjadi aman dan nyaman.

Umumnya good housekeeping berkaitan dengan aktivitas “5R” yaitu tindakan yang diambil orang dan sesuatu

yang dilakukan orang dalam bentuk rangkaian tahapan kegiatan “Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin”. Sehingga

housekeeping sering dianggap sebagai bagian dari kegiatan yang bersifat preventive dan sekaligus juga sebagai

upaya pengendalian. Implementasi housekeeping yang kurang benar dapat mengakibatkan kerugian baik harta

maupun raga.

Manfaat Housekeeping

1. Mengurangi biaya operasi

Apabila suatu fungsi sudah melaksankan good housekeeping, hal ini akan menghemat waktu dalam

memelihara kebersihan lingkungan kerja.

2. Meningkatkan produksi

Seluruh kelebihan material, peralatan yang tidak terpakai dan penghambat proses produksi telah disingkirkan.

Pekerjaan dan metode kerja yang teratur dapat berjalan lancar dan berfungsi dengan baik tanpa ada

hambatan.

3. Meningkatkan kontrol atas produksi

Material dan suku cadang tidak akan hilang atau tercampur dengan yang lain sehingga pekerjaan

pemeriksaan, dan mencatat/mendata barang-barang akan lebih mudah dan terkontrol

4. Meningkatkan produksi

Karena peletakan material yang rusak tidak jadi satu dengan yang terpakai maka tidak terjadi kerusakan

karena material yang tertumpuk.

5. Menghemat waktu produksi

Tidak perlu memerlukan waktu yang lama dalam mencari peralatan, suku cadang dan material yang

diperlukan.

6. Ruang, lantai dipergunakan lebih efektif

Dengan ruangan yang teratur rapi, memberikan ruang gerak yang nyaman bagi operator dan orang yang

bekerja memperbaiki mesin-mesin serta peralatan lainnya sehingga diperoleh kerja yang efektif.

7. Gang terbuka luas

54

Page 58: HSE.docx

Karena tidak ada peletakan barang yang semerawut di gang membuat lalu lintas pekerja lancar , tidak terjadi

tumburan maupun hambatan

8. Ventilasi dan penerangan yang baik

Karena sirkulasi uadra atau pengatur suhu yang cukup dan cahaya matahari/penerangan yang cukup di

ruang kerja.

9. Mengurangi bahaya kebakaran

Kebakaran sering terjadi karena tercecernya oli atau majun/kain bekas yang terkena minyak dan ditaruh

dekat mesin atau kabel listrik terkupas isolasinya dengan memelihara good housekeping akan

mengurangi/mencegah terjadinya kebakaran.

10. Menurunkan/mengurangi jumlah kecelakaan

Lingkungan dan tempat kerja yang bersih, rapi, tertatata dan tidak semerawut dapat mencegah terjadinya

kejadian seperti tersandung, tergelincir, tertimpa benda jatuh yang berarti menurunkan angka kecelakaan.

7.4 LANGKAH MENUJU LINGKUNGAN AMAN

Hampir 8 jam dalam sehari kita menghabiskan waktu di tempat kerja. Hal ini berarti sepertiga waktu

sehari kita berada di lingkungan kerja dan tentunya hal ini sangatlah berpengaruh bagi kesehatan kita.

Lingkungan kerja yang baik akan memastikan kita tetap dalam kondisi sehat baik secara jasmani ataupun rohani.

Bagaimana h sebenarnya lingkungan kerja yang baik tersebut? Point point berikut ini paling tidak bisa

memberikan gambaran kepada kita mengenai lingkungan yang baik dan sehat tersebut :

Kualitas Udara

Kandungan udara yang segar haruslah mencukupi dan terbebas dari segala pencemaran termasuk

debu ataupun uap. Adanaya jendela yang dapat dibuka dan ditutup juga harus diperhatikan. Menerapkan aturan

dilarang merokok di lingkungan kerja sangatlah disarankan karena hal ini tidak hanya berbahaya dari segi

perokoknya saja tetapi juga berbahaya untuk perokok pasif atau untuk menghindari bahaya pada perokok pasif

tersebut buatlah suatu ruangan khusus untuk merokok. Jika di dalam ruangan menggunakan suatu AC maka

perhatikan juga tidak ada arus udara dari outlet, memeriksa keberadaan bakteri legionella serta tingkat

kebisingan dari AC itu sendiri.

Kualitas Cahaya

Tingkat cahaya ini tentunya harus cukup terang sehingga tidak menimbulkan ketegangan pada mata

karyawan. Jalur yang digunakan untuk pejalan kaki haruslah juga memadai dari segi pencahayaan. Harus

dicegah adanay cahaya yang terpusat yang dapat menyilaukan karyawan, jika perlu gunakan tirai untuk

mencegah kesilauan tersebut.

Kebersihan

Hal ini merupakan suatu yang terkadang kita lalaikan meskipun sangat besar manfaatnya. Bagi

perusahaan yang telah menerapkan 5R tentu sudah merasakan manfaat dari penerapan keberihan ini.

Ruang Kerja yang memadai

Berbicara tentang ruang tentu berhubungan dengan ukuran. Idealnya setiap orang mempunyai volume

ruang kerja 11 meter persegi. Perhitungkan juga adanay ruangan yang ditempati oleh instrument atau alat ukur

yang besar ukurannya.

55

Page 59: HSE.docx

Temperatur

Kondisi suhu rungan haruslah memadai bagi pekerja. Suhu yang terlalu panas dan terlalu dingin tentu

menyebankan pekerja kurang merasa nyaman. Saat ini banyak sekali jam dinding yang sudah terintegrasi

dengan alat pengukur suhu dan kelembapan ruangan. Hal ini tentu bisa kita manfaatkan sebagai pengganti jam

dinding yang biasa kita gunakan.

Kebisingan

Didalam suatu kantor, laboratorium, perpustakaan, batas kebisingan yang diperbolehkan adalah 40 dB.

Dengan adanya lingkungan kerja yang aman dan sehat tentu akan menciptakan atmosfer kerja yang dapat

mendukung produktifitas suatu perusahaan dan selalu mendorong karyawan untuk bekerja lebih dan lebih baik

lagi.

56