House of Quality - alippurnomo.files.wordpress.com file · Web viewA. PENDAHULUAN. Metaphor yang...
Transcript of House of Quality - alippurnomo.files.wordpress.com file · Web viewA. PENDAHULUAN. Metaphor yang...
HOUSE OF QUALITY
A. PENDAHULUAN
Metaphor yang biasa digunakan untuk menggambarkan TQ adalah House
of quality. Ada tiga komponen utama dalam House of quality, yaitu (1) bagian atap
atau superstructure, (2) empat tiang penopang atau the four pillars, dan (3) empat
fondasi dan batu landasan atau four foundation and cornerstones.
Usaha dalam menerapkan TQ sering kali gagal karena
manajemen/manajer tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Mereka
tidak dapat mengenali pentingnya sistem pemikiran dan tidak memiliki tujuan dan
proses yang jelas. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, Deming
menyatakan bahwa ada 10 panduan dasar manajemen yang merupakan bagian
dari proses implementasi/pelaksanaan, yaitu:
1. mengenali peningkatan kualitas sebagai suatu system
2. Mendefinisikannya sehingga dapat dikenali
3. Menganalisis perilaku kegiatannya
4. Bekerja sama untuk meningkatkan system tersebut
5. Mengukur kualitas sistem
6. Mengembangkan kemajuan pada sistem kualitas
7. Mengukur perolehan dari kualitas jika ada dan mengaitkannya dengan
keinginan pelanggan dan perbaikan kualitas
8. Mengambil langkah-langkah untuk menjamin pendapatan tersebut
9. Berusaha untuk memperbanyak kemajuan di bidang-bidang lain dari sistem
10.Beritahukan kepada yang lain mengenai pelajaran yang didapat.
1
Gambar. House of Total Quality
Jika dijalankan dengan baik, maka langkah diatas dapat menjamin
kesuksesan karena pengaruhnya berdampak pada semua aspek dalam suatu
perguruan tinggi dan universitas. Hal ini juga tercermin dalam House of quality,
yang mengilustrasikan keseragaman dari prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur
utama untuk menjalankan TQ.
A. SYSTEM-SYSTEM DAN TOTAL QUALITY
Bagian Atap atau Superstructure terdiri atas tiga system yang berbeda.
Diskusi mengenai masalah diatas telah mengungkapkan bahwa manajer
seharusnya mampu menghadapi TQ sebagai tiga sistem yang terpisah, yaitu
sistem sosial, sistem teknis, dan sistem manajemen.
2
TQM
Technical System
Management System
Social System
STRATEGY MANAGEMENT
PROCESS MANAGEMENT
PROJECT MANAGEMENT
INDIVIDUAL TASK
MANAGEMENT
STRATEGIC PLANNING
OPERATION PLANNING
PROJECT PLANNING
QUALITYPLANNING
CUSTEMER
SATI SFACTION
CONTINUOUS
IMPROVEMENT
SPEAKING
WITH
FACTS
RESPECT
FOR
PEOPLE
Sistem Sosial
Manajemen harus bertanggung jawab terhadap perubahan dari sistem
sosial, yang merupakan budaya dari organisasi. Sistem sosial inilah yang
mempunyai dampak terbesar pada kerja tim, motivasi, kreativitas dan kemempuan
untuk berani mengambil resiko. Bagaimana orang bereaksi terhadap satu sama
lain dan dalam pekerjaannya tergantung pada cara manajer memimpin. Sistem
sosial menurut Douglas McGregor termasuk struktur pemberian hadiah, simbol
kekuasaan, hubungan antar individu dan antar grup, kemampuan dan gaya,
politik, pembentukan norma dan nilai-nilai serta ”sisi kemanusiaan dari
perusahaan lainnya”.
Untuk mencapai TQ, sistem sosial harus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan akan pencapaian kepuasan pelanggan, perbaikan yang berkelanjutan,
manajemen yang berdasarkan atas kenyataan dan rasa hormat akan semua
orang yang terkait. Sesuai dengan diagram tulang ikan, terdapat sedikitnya 6
bagian dari strategi yang harus dilaksanakan apabila menghendaki perubahan
budaya organisasi menjadi organisasi yang berbasiskan kualitas, yaitu: (1)
lingkungan, (2) produk atau jasa, (3) metode, (4) orang, (5) struktur organisasi,
dan(6)tujuan yang terpusat pada perbaikan TQ.
Sistem Teknis
Menurut Tribus, sistem teknis termasuk semua alat dan mesin, praktek dari ilmu
kualitas dan aspek kuantitatif dari kualitas. Jika dapat diukur, tentu hal ini dapat
pula di jabarkan dan mungkin dapat ditingkatkan dengan menggunakan
pendekatan sistem teknis. Sistem teknis di sebagian besar organisasi
mengandung beberapa elemen inti sebagai berikut:
Akumulasi ilmiah dari teknologi
Standarisasi
Alur kerja, materi dan spesifikasi
3
Definisi pekerjaan dan tanggung jawab
Mesin/individu
Jumlah dan tipe langkah-langkah kerja
Ketersediaan dan penggunaan informasi
Proses pembuatan keputusan
Alat pemecahan masalah dan proses
Pengaturan peralatan, perlengkapan dan individu
Keuntungan yang dapat diperoleh dari analisis dan peningkatan sistem
teknis adalah (1) meningkatnya kepuasan pelanggan, (2) eliminasi kesia-siaan, (3)
eliminasi variasi, (4) peningkatan pembelajaran, (5) penghematan waktu dan
uang, (6) peningkatan kontrol pegawai, (7) pengurangan tingkat stres dan frustasi,
(8) eliminasi gangguan dan waktu tenggang, (9) peningkatan kecepatan dan
respons, (10) peningkatan kualistas dan keamanan alur kerja.
Sistem Manajemen
Sistem yang ketiga adalah sistem manajemen, yang merupakan puncak.
Sistem inilah yang mempengaruhi kedua sistem lainnya, termasuk didalamnya
cara kerja, prosedur, protokol, dan kebijakan yang diterapkan dan dijalankan.
Sistem ini juga merupakan pemimpin dalam sistem organisasi dan sistem
pengukurannya dapat menginformasikan manajemen dan pegawainya mengenai
bagaimana semuanya berjalan. Ada empat aspek utama dalam sistem ini, yaitu:
Manajemen strategi: Tujuannya adalah untuk menetapkan visi, misi dan
garis-garis besar panduan yang dapat mendorong pekerja untuk fokus dan
maju ke arah yang dituju.
Manajemen proses: Tujuannya adalah untuk menjamin keharmonian
semua proses yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan pelanggan
dan memaksimalkan efektivitas operasional.
4
Manajemen proyek: Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem untuk
efektifitas rencana, pengaturan, implementasi dan kontrol semua aktivitas
serta sumber daya yang diperlukan untuk kesuksesan proyek.
Manajemen aktivitas individu: Tujuannya adalah untuk menyediakan
metode implementasi untuk perbaika secara kontinu bagi pekerja.
B. Empat Tiang Penopang atau the four pillars
Manajemen TQ di berbagai organisasi didukung oleh empat kekuatan
pendorong atau tiang penopang yang menggerakkan organisasi ke arah
penerapan TQ secara total. Keempat tiang penopang tersebut yaitu:
1. Melayani pelanggan (pilar pertama)
Menurut Voehl, Schmidt and Finnigan (1992), ada dua pertanyaan
yang mendasari seluruh organisasi, baik umum maupun swasta, yaitu apa
misi kita dan siapa pelanggan kita. Setiap perguruan tinggi dan universitas
memiliki misi, namun hanya sedikit sekali yang menyadari siapa yang
mereka layani, dan bahkan lebih sedikit lagi yang menyadari bahwa mereka
melayani pelanggan.
Siapa sebenarnya pelanggan bagi pendidikan tinggi, dan lebih
tepatnya siapa sebenarnya siapa saja pelanggan pendidikan tinggi?. Untuk
menjawab hal ini, adalah dengan memandangnya dari tiga perspektif
berbeda, yaitu (a). pelanggan internal, termasuk didalamnya mahasiswa,
program, fakultas, dan departemen yang mempengaruhi jurusan atau
program tertentu; (b) pelanggan eksternal langgung, termasuk di dalamnya
pekerja/pegawai, perguruan tinggi dan universitas lain yang menerima jasa
atau mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut, persediaan dimana
perguruan meperoleh mahasiswanya, seperti sekolah tinggi, dan lain-lain;
(c) pelanggan eksternal tidak langsung, termasuk di dalamnya masyarakat
sekitar, alumni, pemberi dana, dan lain-lain.
5
Perguruan tinggi dan universitas yang berpegang teguh pada
pencapaian kepuasan pelanggan menjadi sukses karena apa yang mereka
lakukan dan siapa yang mereka layani. Seperti yang dikemukakan oleh
Roger Enrico (presiden dari Pepsico) “Jika kamu benar terfokus pada
pelanggan dan kamu telah menyampaikan jasa sesuai dengan keinginan
pelanggan, maka yang lainnya akan mengikuti”.
Seymor turut menyatakan “Mengembangkan rasa bahagia dan puas
pelanggan, baik itu mahasiswa maupun orang tua siswa, alumni, professor
atau pihak industri harus menjadi tujuan utama dalam pencapaian kualitas
di pendidikan tinggi ”
2. Perbaikan yang berkelanjutan (pilar kedua)
Perbaikan yang berkelanjutan merupakan komitmen dan juga
proses. Bahasa Jepang dari pilar kedua ini adalah KAIZEN dan menurut
Imai merupakan konsep pertama dan terpenting dalam sistem manajemen
Jepang. Komitmen dalam pencapaikan kualitas dijabarkan dengan
pernyataan dan dedikasi untuk berbagi misi, visi dan dorongan yang sama
dari seluruh pihak.
Perbaikan yang berkelanjutan tergantung pada dua elemen penting,
yaitu pembelajaran proses yang sesuai, peralatan dan keterampilan dan
mempraktekkan keterampilan baru tersebut pada proyek kecil yang
sekiranya dapat tercapai. Proses untuk perbaikan yang berkelanjutan
seperti yang telah dikemukakan oleh Shewhart dan yang telah
diimplementasikan oleh Deming adalah Plan, Do, Check and Act (PDCA)
3. Menangani sesuai fakta
Seringkali suatu manajemen atau proyek didasarkan pada intuisi,
pengeruh-pengaruh dari pihak tertentu dan tebakan (untung-untungan).
6
Namun untuk dapatb menjalankan proses manajemen yang efektif ,
diperlukan berbagai alat yang didesain untuk mengumpulkan dan
menganalisis data serta membuat keputusansesuai dengan fakta-fakta
yang ada. Tujuh alat dasar yang biasa digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas adalah: diagram tulang ikan (diagram sebab-akibat),
cheksheet (lembar cheklist), control chart (tabel kontrol), histogram,
diagram pareto, run chart dan scatter diagram (diagram acak). Namun
selain ketujuh alat diatas, masih banyak lagi alat yang dapat digunakan
utuk mengukur tingkat kualitas.
Untuk dapat menangani sesuai dengan fakta yang ada diperlukan
dua hal, yaitu mengumpulkan data-data yang bersifat objektif sehingga
data-data tersebut valid, dan yang kedua adalah kapanpun memungkinkan
atur segala sesuatu sesuai dengan data tersebut, jangan berdasarkan
insting, atau faktor-faktor lain yang tidak objektif.
4. Menghargai orang (pilar ketiga), dan
Untuk memperoleh TQ tidak hanya pelanggan saja yang harus
diperhatikan, namun masing-masing individu yang bekerja harus pula
menyadari arti dan pentingnya keberadaan mereka dalam suatu organisasi.
Setiap pekerja harus sepenuhnya ikut serta dan berkembang, sehingga
diperoleh individu-individu yang termotivasi (sumber daya yang bernilai
lebih) dengan loyalitas yang tinggi terhadap program, tim dan seluruh
perguruan tinggi. Sikap menghargai ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Menciptakan rasa memiliki tujuan di tempat kerja sehingga pegawai
merasa termotivasi untuk melakukan yang terbaik
Informasikan dan tunjukkan bahwa mereka merupakan bagian dari
seluruh sistem tersebut
7
Mendidik dan mengembangkan mereka mereka menjadi individu-
individu yang ahli dan terbaik di bidangnya
Membantu mereka berkomunikasi dengan baik sehingga mereka
dapat menunjukkan hasil kerja mereka secara efektif dan
Delegasikan tanggung jawab serta kekuasaan ke bawah sehingga
mereka tidak hanya melakukan apa yang diperintahkan, namun juga
memiliki inisiatif untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Namun hal tersebut saja tidaklah cukup, Deming dan Baldrige
menyatakan bahwa masih terdapat beberapa hal lain yang harus
diterpakan untuk memperoleh TQ dalam hubungannya dengan menghargai
orang lain, yaitu:
Pendidikan dan pelatihan bagi semua
Tujuan yang dapat membantu mereka menggunakan prosedur,
teknik dan mesin serta sumber daya lain untuk melakukan pekerjaan
yang lebih baik
Menyingkirkan rasa takut sehingga dapat bekerja dengan lebih
efektif
Merubuhkan pembatas/penghalang antar depertemen dan program
serta antar fakultas, administrasi, staf serta siswa sehingga dapat
bekerja bersama sebagai tim untuk pencapaian yang maksimal
Dan lain-lain
C. Empat fondasi dan batu landasan atau four foundation and
cornerstones .
Atap dan pilar dari House of quality berdiri di atas suatu fondasi dan batu
landasan yang terdiri atas empat manajerial dan empat proses. Atap dari House of
quality adalah bagian yang paling teoritis, dengan prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan panduan untuk menjalankan system, namun tidak membuatnya bersifat
8
operasional. Semuanya kembali bergantung pada proses manajerial dan
perencanaan sehingga panduan-panduan tersebut dapat terlaksana untuk
mengaktualisasikan proses peningkatan kualitas. Sehingga jelaslah bahwa
gambaran yang diberikan House of quality menggambarkan proses perencanaan
dan manajerial sebagai fondasi dan batu landasan. Fondasi dan batu landasan
tersebut antara lain:
Manajemen strategi dan perencanaan kualitas adalah level/bagian
manajerial yang terluas. Bagian inilah yang menetapkan strategi dan kerangka
kerja TQM bagi organisasi. Bersifat Top-down strategy, yaitu ditetapkan oleh
manajemen senior/atas dan dikembangkan oleh seluruh individu yang ada dalam
organisasi melalui berbagai macam aktivitas seperti konsensus, brainstorming,
dan team-building. Hasilnya adalah perencanaan untuk tiga sampai lima tahun,
yang termasuk di dalamnya visi, misi, sasaran, dan tujuan organisasi.
Manajemen proses dan perencanaan operasi memastikan bahwa semua
kunci bagi proses kerja berjalan sesuai dengan misi dan memenuhi kebutuhan
serta harapan dari pelanggan dengan cara memaksimalkan efektivitas
operasional. Hasil yang diperoleh adalah proses dan bahasa yang dapat
digunakan untuk mendokumentasikan dan mengkomunikasikan aktivitas dan
keputusan, serta untuk mewujudkan keberhasilan dalam menghapus rintangan,
kesia-siaan dan waktu antara.
Manajemen proyek dan perencanaan proyek menetapkan sistem untuk
perencanaan yang efektif, mengorganisasi, mengimplementasikan dan
mengontrol seluruh sumber daya dan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
sukses dalam program kualitas. Pada tahap inilah tim-tim dibentuk untuk
memecahkan dan menjalankan proses serta kebijakan yang telah ditetapkan.
Tim-tim inilah yang kemudian mengembangkan critical success factors (faktor
keberhasilan), seperti: sistem kontrol, jadwal, mekanisme pelacakan, indikator
kinerja, dan analisis kemampuan. Hasilnya adalah tercapainya misi dari proyek
9
yang dijalankan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan tepat waktu dan sesui
denga anggaran yang tersedia.
Manajemen personal dan perencanaan kualitas personal menyediakan
alasan bagi para pekerja untuk menerapkan perbaikan yang berkelanjutan.
Masing-masing individu dituntun untuk mengembangkan diri sejalan dengan visi
dan misi perusahaan, serta melalui analisa tentang bagaimana tanggungjawab
mereka atas pekerjaan mampu menyelesaikan visi dan misi tersebut. Hasilnya
adalah terkomunikasikannya visi dan misi organisasi, sehingga para pekerja
termotivasi untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah, kepuasan kerja yang lebih tinggi,
meningkatnya komunikasi dan sistem kerja yang lebih baik.
10
MANAJEMEN STRATEGI
Strategi adalah kerja terbaik dan utama dari organisasi. Dalam situasi hidup dan mati, hal tersebut merupakan langkah untuk dapat bertahan dari kepunahan.
Pelajaran mengenai strategi ini tidak boleh diabaikan
Apa itu strategi?
Kamus besar Webster menjabarkan strategi sebagai ilmu perencanaan dan
pengarahan operasi militer berskala besar. Di Cina, selama periode peperangan,
Sun Tzu menuliskan manual mengenai Seni dari strategi. Seiring waktu, konsep
dari strategi mulai diaplikasikan pada bidang-bidang lain diluar bidang militer,
pertama pada bidang usaha swasta, lalu kemudian pada organisasi-organisasi
non-profit dan umum. Dalam konteks ini, kata strategi diartikan sebagai lngkah
yang diambil untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Tregoe and Zimmerman
mendefinisikan strategi sebagai “kerangka kerja yang dapat memandu pilihan-
pilihan yang ada dalam menentukan arah dan cara kerja suatu organisasi”. Pada
akhirnya, inti dari strategi adalah menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan dengan baik.
Manajemen Strategi: Menyusun dan Mempertahankan Arah
Tujuan dari manajemen strategi adalah untuk menetapkan strategi
perbaikan kualitas yang berkelanjutan dalam organisasi dan penggunaan
infrastruktur yang dapat meningkatkan semangat pekerja untuk lebih terfokus
pada kualitas dan bergerak ke arah yang diharapkan. Komponen utama dari
upaya manajemen strategi adalah misi, visi, sasaran dan tujuan, dan budaya
(nilai, norma/ketentuan, perilaku dan sikap).
Lima fungsi yang penting untuk menyusun dan mempertahankan arah
sesuai dengan prinsip TQM dan perbaikan yang berkelanjutan adalah (1)
mengimplementasikan kepemimpinan untuk kualitas, (2) mengembangkan misi
11
organisasi untuk peningkatan kualitas, (3) menciptakan visi yang dapat
menginspirasi setiap orang untuk memperoleh kualitas dalam setiap aspek
pekerjaan mereka, (4) mengembangkan budaya yang dapat mendorong usaha
peningkatan kualitas pada berbagai level , (5) menetapkan tujuan dan sasaran
yang sesuai dan sejalan dengan prinsip TQ dan perbaikan yang berkelanjutan.
1. Kepemimpinan
Terdapat dua hal penting yang harus diingat saat membicarakan
kepemimpinan, pertama konsep kepemimpinan merupakan prinsip utama dari
peningkatan kualitas. Kepemimpinan merupakan katalis untuk perubahan yang
bersifat positif dan usaha pencapaian manajemen kualitas memerlukan perubahan
yang positif. Kedua, terdapat perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen
(yang sering kali disebut sebagai administrasi dalm pendidikan tinggi). Bennis
merangkum perbedaan-perbedaan antara manajemen dengan kepemimpinan,
yaitu:
No Manajer Pemimpin
1. Administrator (pengawas/pengatur) Inovator (pencipta)
2. Merupakan duplikat Asli/original
3. Mempertahankan Mengembangkan
4. Terfokus pada sisten & struktur Terfokus pada orang
5. Bergantung pada kontrol Membangun kepercayaan
6. Memiliki pandangan yang sempit &
pendek
Memiliki perspektif yang luas &
panjang
7. Bertanya bagaimana dan kapan Bertanya apa dan bagaimana
8. Memandang akan hal-hal tertentu saja Memandang secara keseluruhan
(luas)
9. Meniru dari yang asli Menciptakan
10. Menerima status quo Menantang status quo
11. Tipe pejuang yang klasik Memiliki pribadi yang independen
12. Melakukan sesuatu dengan benar Melakukan dengan benar segala
sesuatunya
Kedua-duanya sangat penting untuk memproduksi dengan efektif dan
efisien. Sebagian besar manajer memiliki setidaknya kemampuan untuk
12
memimpin, dan sebagian besar pemimpin memiliki setidaknya kemampuan
manajemen. Kepemimpinan harus dimiliki oleh mereka yang menempati posisi
manajemen utama.
Kepemimpinan itu sendiri perlu diukur (dapat diukur dengan menggunakan
kuisioner) untuk mengetahui data dasar yang nantinya dapat diakses untuk
mencapai perbaikan kualitas dari institusi.
Dewan Kualitas
Salah satu bagian yang penting dalam suatu perguruan tinggi dan
universitas adalah dewan kualitas, yang terdiri dari pemimpin-pemimpin utama
organisasi dan bertanggung jawab dalam menetapkan dan mengkordinasikan
strategi usaha perbaikan kualitas. Voehl menyatakan bahwa peran utama dari
dewan kualitas adalah mengembangkan cara berfikir TQ dalam perusahaan
dengan:
Menciptakan rasa memiliki antar anggota organisasi mengenai kebutuhan
mengadaptasi pendekatan TQ
Memacu, dan mendorong anggota-anggota organisasi
Mendemonstrasikan komitmen personal untuk prinsip-prinsip dan upaya TQ
Mengimplementasikan sistem pengukuran untuk membantu memastikan
sistem umpan balik bagi pembuatan keputusan
Mengenali dan menghargai anggota organisasi untuk usaha mereka dalam
meningkatkan kualitas,
2. Mengidentifikasikan Misi
Misi suatu organisasi merupakan alasan dasar mengapa organisasi
tersebut ada. Langkah awal yang paling utama dalam menyusun dan
mempertahankan arah perguruan tinggi dan universitas adalah dengan
13
mengembangkan misi institusional. Pengembangan strategi yang sukses
sangatlah bergantung pada misi organisasi, namun banyak pihak yang berfikir
bahwa perguruan tinggi dan universitas tidak mampu membuat misi yang jelas
dan spesifik.
Pertanyaan yang penting sehubungan dengan status misi institusional
(misi institusional harus dapat menjawab semua pertanyaan berikut) antara lain:
Apakah pernyataan misi dari perguruan tinggi dan universitas tersebut
jelas?
Apakah misi tersebut telah diberitahukan kepada seluruh anggota institusi?
Apakah anggota institusi mengetahui mengenai pernyataan misi tersebut?
(dapatkah mereka menjelaskannya apabila diminta?)
Apakah konsensus dari misi institusional telah dilakukan?
Apakah perilaku anggota institusi dipengaruhi oleh misi tersebut?
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas perancangan misi
hendaknya dibuat oleh perwakilan dari seluruh bagian yang terdapat dalam
institusi. Misi hendaknya jelas, singkat, dan dapat mewakili institusi sehingga
semua individu dalam institusi dapat mengidentifikasikan misi tersebut untuk
mengembangkan proses, proyek dan tugas-tugas mereka dalam institusi.
3. Menciptakan Visi
Langkah ketiga yang perlu dilakukan institusi adalah menciptakan visi. Visi
suatu institusi merupakan gambaran akan apa yang dapat dicapai institusi di masa
yang akan datang. Pernyataan visi suatu institusi haruslah jelas, positif, kredible,
dapat dipertahankan, menantang dan merupakan gambaran akan keinginan
institusi di masa yang akan datang.
Konsep visi sangatlah sulit untuk dimengerti sebagian orang. Untuk
mengatasi hal ini, Nanus mengidentifikasikan enam hal yang bukan visi, yaitu:
14
Visi adalah mengenai apa yang dapat dicapai di masa datang, bukan
ramalan (meski mungkin terlihat demikian)
Visi bukanlah misi. Untuk menyatakan bahwa suatu organisasi memiliki
misi sama dengan menyatakan bahwa organisasi tersebut memiliki tujan,
bukan arah
Visi bukanlah kenyataan yang terjadi, visi belumlah nyata, namun mungkin
saja nyata
Visi tidak bisa dibenarkan atau disalahkan. Namun dapat dievaluasi secara
relatif sesuai dengan arah organisasi
Visi tidaklah (setidaknya tidak boleh) statis, yang selalu sama sepanjang
masa
Visi bukanlah halangan/hambatan, kecuali bagi yang tidak konsisten
terhadapnya.
Keuntungan dari visi yang jelas, positif, kredible, dapat dipertahankan,
menantang dan merupakan gambaran akan keinginan institusi di masa yang akan
datang antara lain:
Kejelasan arah yang dapat memberikan kerangka kerja bagi pembuatan
keputusan organisasi
Kesatuan tujuan dan aksi
Potensi yang lebih besar untuk desentralisasi
Dan lain-lain
4. Budaya Organisasi
Jika visi menentukan arah organisasi, maka sisanya tergantung budaya
organisasi itu sendiri untuk meningkatkan TQ. Budaya organisasi harus
merupakan cara berfikir dan bertingkah laku dalam organisasi. Dimensi dari
budaya organisasi antara lain sistem dan struktur, aksi, peranan, perilaku, sikap,
norma dan nilai yang mendasari asumsi serta perilaku anggota organisasi.
15
Jika perubahan budaya organisasi diperlukan, maka diperlukan pula
rencana untuk mencapai perubahan tersebut. Carr and Littman mengemukakan
sembilan langkah utama dalam proses perubahan budaya organisas:
Merencanakan perubahan budaya
Menyusun dasar-dasar budaya
Melatih manajer dan tenaga kerja lain
Manajemen mengadopsi dan menggunakan model perilaku yang baru
Membuat perubahan organisasional dan perencanaan yang mendukung
aksi kualitas
Merancang ulang sistem pemberian hadiah sehingga mencerminkan TQM
Mengubah kegiatan keuangan
Memberi penghargaan bagi perubahan yang bersifat positif, dan
Menggunakan sistem komunikasi untuk menguatkan prinsip-prinsip TQM
5. Menetapkan Sasaran dan Tujuan
Menetapkan sasaran dan tujuan dari perguruan tinggi dan universitas
menyediakan jaring penghubung diantara fokus makro, yaitu misi, visi, dan
budaya dengan aktivitas operacional dari organisasi. Keuntungan dari
menetapkan sasaran dan tujuan yang kuat antara lain adalah:
Dari segi operasional, dengan menetapkan sasaran dan tujuan maka dapat
diperoleh spesifikasi yang diperlukan untuk operasionalisasi misi dan visi
perguruan tinggi dan universitas
Menetapkan masa depan yang diharapkan. Sasaran dan tujuan dapat
menentukan arah yang hendak dicapai dimasa yang akan datang dan
membantu semua pihak mempersiapkan diri untuk perubahan
Perilaku yang mengarah pada tujuan
Motivasi dan keterikatan. Sasaran dan tujuan yang baik dan
terkomunikasikan dengan baik dapat memotivasi pekerja untuk mencapai
visi yang diharapkan guna memperoleh tujuan yang diinginkan
16
Kerangka kerja. Sasaran dan tujuan dapat menyediakan kerangka kerja
yang umum, atau gambaran yang lebih luas yang dapat menyatukan
seluruh bagian organisasi dan memfokuskan usaha mereka demi visi dan
misi organisasi.
Secara keseluruhan terdapat lima langkah penting dalam menyusun
strategi organisasi, yaitu:
Pastikan visi
Identifikasikan sasaran dari strategi yang hendak dijalankan
Tentukan tujuan
Memilih aktivitas dan mengembangkan proyek, serta
Memilih input
17