HOME LIVING DEMITOLOGISASI NOMMENSEN DAN KRITIK … filenilai estetika ini dibuat dari koran bekas....

1
FOTO-FOTO: DOK. PAPERFURNITURE H OME & LIVING | SABTU, 26 MARET 2011 | HALAMAN 13 DEMITOLOGISASI NOMMENSEN DAN KRITIK TERHADAP KOZOK Buku Utusan Damai di Kemelut Perang: Peran Zending dalam Perang Toba memang sungguh mengganggu kalangan masyarakat Batak. Jendela Buku, Hlm 16 Memanfaatkan kembali Perabot Tua Bentuk kreasi ini sepintas mirip anyaman rotan. Siapa sangka kerajinan yang fungsional tanpa mengabaikan nilai estetika ini dibuat dari koran bekas. WENDY MEHARI T UMPUKAN koran bekas mungkin tidak berarti bagi sebagian orang. Namun, dengan kreativitas, koran bekas pun jadi barang fungsional di dalam rumah. “Kami mempro- duksi functional handicrafts seperti basket , tempat pensil, mangkuk, tempat majalah, dan lain-lain. Terakhir kami juga memproduksi furnitur dari kertas koran. Anda bisa lihat di www.paperfurniture.net,” kata Harso Susanto, pendiri Paperfurniture di Yogyakarta, dalam surat elektroniknya untuk Media Indonesia, Selasa (22/3). Produk yang dihasilkan Harso bersama rekan- rekannya berasal dari kertas koran yang dipilin menggunakan lem kanji. Ia menjelaskan, selain berfungsi sebagai perekat, lem kanji juga berperan sebagai pelicin agar pada saat dipilin, kertas ko- ran tidak robek. “Pilinan itu kemudian ditata satu-satu di atas mal (atau cetakan) untuk memenuhi bentuk yang di- inginkan,” tutur Harso lagi. Barang-barang produksinya sepintas mirip susunan rotan. Mulai keranjang berbentuk silinder, tempat majalah, hingga furnitur termasuk meja dan kursi. Selain kertas ko- ran, material yang dilibatkan ialah tepung kanji, lem kayu, cat interior berbasis air, dan cat tembok. “Untuk produk furnitur, kami menggunakan koran, kanji, lem kayu, dan cat interior berbasis air. Tidak ada kayu atau besi untuk kerangka, tapi furnitur ini bisa menahan beban sampai sekitar 130 kilogram,” tambah Harso. Yang penting, kata dia, teknik joining-nya tepat. Desain tiap-tiap elemen di- ambil dari hasil riset di internet, yang kemudian disesuaikan dengan bahan dasar kertas ko- ran. “Karena tidak semua item bisa dibuat dengan bahan dan pengolahan seperti yang kami lakukan,” jelas dia. Produksi Paper- furniture menca- pai 500 barang dalam satu bu- lan, tergantung jenis pesanan. Barang-barang yang boleh di- kategorikan daur ulang ini juga diekspor ke Amerika dan Prancis lewat pengumpul, tapi masih dalam jumlah ke- cil. Selebihnya, tambah Harso, dipasarkan di Yogyakarta, Ja- karta, Surabaya, dan Bali. Manfaatkan sampah Tampilan kerajinan yang apik, jauh dari kesan rong- sokan---mengingat bahan dasarnya kertas koran yang sering dianggap sampah tan- pa guna--membuat produk- produk ini bisa ditempatkan sebagai elemen fungsional di dalam rumah. Warna yang ditawarkan di- dominasi warna alami seperti cokelat. Dengan teknik pilinan yang disusun menjadi keran- jang, misalnya, tampilannya jadi berkesan etnik. Memang, gagasan awal Har- so dalam membuat kerajinan unik ini ialah penggunaan sampah. “Yang paling mungkin dilakukan saat ini ialah kertas, lebih spesik lagi, kertas koran, karena ada di hampir setiap jengkal tempat kita tinggal,” kata dia. Tahun 2006, bersama empat orang rekan yang sehari-hari hidup di jalanan, Harso mendi- rikan tempat kerja yang mem- proses kertas menjadi kerajinan. Awalnya kerajinan sederhana dari kertas bekas. “Kemudian berkembang, khusus meman- faatkan koran yang diolah dengan cara tertentu menggu- nakan kanji, karena di pasaran produk ini belum ada,” tambah Harso. Setelah 8 bulan bereksperi- men, ia pun menghasilkan ke- rajinan seperti yang sekarang diproduksi. Selain mendaur ulang kertas koran bekas, produk kreatif ini juga diupaya- kan agar berpihak pada alam. Seperti dikatakan Harso lagi, “Sebisa mungkin menghindari materi minyak atau resin. Se- mua bahan berpengencer air.” Unik, pasti. Karena itu, sang penggagas yakin produknya punya pasar tersendiri. Masalah paling rumit, kata dia, ialah meyakinkan masyarakat bah- wa produk dari kertas koran ini bisa bertahan lama. Anak jalanan Keunikan elemen interior ini tak hanya dari bahan dasarnya. Kerajinan ini juga dirintis Harso dengan melibatkan anak-anak jalanan. “Terus terang, pasar memang belum saya garap serius. Fokus sekarang adalah mengelola anak-anak jalanan yang bekerja di tempat saya supaya terbiasa dan mau lebih belajar,” tutur laki-laki yang mengaku aktif bermain ber- sama anak-anak jalanan sejak 1991 itu. Sekarang, produksi elemen kerajinan ini dibantu dua pe- kerja yang juga berasal dari kehidupan jalanan. “Mereka sudah settled, yang lain bisa sampai lima orang, datang un- tuk kerja beberapa hari, terus ngilang, terus datang lagi,” kata Harso. Ia pun menerapkan prinsip bisnis dan disiplin kerja bagi anak-anak jalanan yang datang, termasuk masalah waktu kerja dari pukul 08.30 hingga 16.30, dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 dan 13.00. “Yang belum terbiasa, jam 10 (pagi) baru datang, jam tiga (sore) sudah pulang. Tapi saya mem- beri ruang untuk yang seperti ini, supaya paling tidak me- reka belajar bekerja, sambil diberi motivasi pelan sekali,” terangnya. Saat dimintai saran agar bisa menempatkan kerajinan ini sebagai bagian dari interior yang harmonis, Harso malah tertawa. “Hihihi, saya bodoh untuk hal ini. Yang ada, malah saya minta saran untuk desain produk yang lebih marketable, Mbak,” kata dia. Memilih dan menempatkan elemen dalam interior yang har- monis memang sering bergan- tung pada selera. Yang jelas, pi- lihan Anda untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam interior rumah baru saja bertambah satu. (M-1) miweekend@ mediaindonesia.com MI/PANCA SYURKANI dari Furnitur Kertas Koran BANYAK cara untuk menerap- kan gaya hidup ramah ling- kungan di rumah, selain mengkreasikan barang baru dari bahan daur ulang seperti kertas koran yang dijadikan furnitur. Salah satunya dengan memfungsikan kembali be- berapa perabot di rumah yang sudah tua. Jangan buru-buru melem- parnya ke tempat sampah karena beberapa furnitur tua bisa difungsikan kembali. Beri- kut beberapa kiat diambil dari Ehow.com: Lihat-lihat dulu bagaimana kondisi furnitur lama Anda. Masih bisa digunakan tapi cacat di beberapa titik, sekadar ada noda di beberapa bagian- nya, atau rusak berat hingga tidak dapat digunakan sama sekali? Untuk furnitur yang masih bisa digunakan, gosok kem- bali dengan cairan pembersih furnitur untuk mengembalikan warna kilapnya. Jika perlu, ampelas dan dempul ulang, lalu dicat lagi. Kain pelapis sofa atau kursi bisa diganti jika memang sudah rusak atau robek di sana-sini. Ganti busa pelapisnya jika su- dah kempis. Kain pelapis sofa yang berbeda akan membawa nuansa yang berbeda pula di dalam interior rumah. Furnitur tua yang dibuat dari kayu solid biasanya sa- ngat awet. Untuk furnitur antik macam ini, cukup dibersihkan permukaannya, atau diberi nishing ulang. Ada pula furnitur yang hanya membutuhkan hard- ware baru. Misalnya engsel, rel laci, atau pegangan pada pintu lemari. Barang-barang ini bisa Anda beli di toko-toko material untuk dipasang lagi sehingga furnitur bisa diguna- kan kembali. Jika keseluruhan furnitur terlalu lapuk untuk digunakan kembali, coba periksa bagian- bagiannya, mungkin masih ada yang bisa dimanfaatkan. Misalnya, lemari tua yang dilengkapi cermin sudah tidak lagi dapat digunakan, maka Anda dapat mengambil cer- minnya saja untuk digantung. Anda dapat membuatkan bing- kai di sekeliling cermin agar tampilannya lebih rapi. Ambalan-ambalan kayunya bisa dilepas dan difungsikan kembali untuk dibuat sebagai meja. (Wey/M-1) Kertas koran dipilin menggunakan lem kanji agar kuat saat dibentuk. Pilinan itu kemudian ditata satu-satu di atas mal (atau cetakan) untuk memenuhi bentuk yang diinginkan. Saat pengerjaan furnitur meja.

Transcript of HOME LIVING DEMITOLOGISASI NOMMENSEN DAN KRITIK … filenilai estetika ini dibuat dari koran bekas....

Page 1: HOME LIVING DEMITOLOGISASI NOMMENSEN DAN KRITIK … filenilai estetika ini dibuat dari koran bekas. WENDY MEHARI T ... dipasarkan di Yogyakarta, Ja-karta, Surabaya, ... Awalnya kerajinan

FOTO-FOTO: DOK. PAPERFURNITURE

HOME & LIVING| SABTU, 26 MARET 2011 | HALAMAN 13

DEMITOLOGISASI NOMMENSEN DAN KRITIK TERHADAP KOZOKBuku Utusan Damai di Kemelut Perang: Peran Zending dalam Perang Toba memang sungguh mengganggu kalangan masyarakat Batak. Jendela Buku, Hlm 16

Memanfaatkan kembali Perabot Tua

Bentuk kreasi ini sepintas mirip anyaman rotan. Siapa sangka kerajinan yang fungsional tanpa mengabaikan nilai estetika ini dibuat dari koran bekas.

WENDY MEHARI

TUMPUKAN koran bekas mungkin tidak berarti bagi sebagian orang. Namun, dengan

kreativitas, koran bekas pun jadi barang fungsional di dalam rumah.

“Kami mempro-d u k s i f u n c t i o n a l

handicrafts seperti basket, tempat pensil,

mangkuk, tempat majalah, dan lain-lain. Terakhir kami juga memproduksi furnitur dari kertas koran. Anda bisa lihat di www.paperfurniture.net,” kata Harso Susanto, pendiri Paperfurniture di Yogyakarta, dalam surat elektroniknya untuk Media Indonesia, Selasa (22/3).

Produk yang dihasilkan Harso bersama rekan-

rekannya berasal

dari kertas koran yang dipilin menggunakan lem kanji. Ia menjelaskan, selain berfungsi sebagai perekat, lem kanji juga berperan sebagai pelicin agar pada saat dipilin, kertas ko-ran tidak robek. “Pilinan itu kemudian ditata satu-satu di atas mal (atau cetakan) untuk

memenuhi bentuk yang di-inginkan,” tutur Harso

lagi.Barang-barang

p r o d u k s i n y a se pintas mirip susunan rotan.

Mulai keranjang berbentuk silinder,

tempat majalah, hingga furnitur termasuk meja

dan kursi. Selain kertas ko-ran, material yang dilibatkan

ialah tepung kanji, lem kayu, cat interior berbasis air, dan cat tembok.

“Untuk produk furnitur, kami menggunakan koran, kanji, lem kayu, dan cat interior berbasis air. Tidak ada kayu atau besi untuk kerangka, tapi furnitur ini bisa menahan beban sampai sekitar 130 kilogram,” tambah Harso. Yang penting, kata dia, teknik joining-nya tepat.

Desain tiap-tiap elemen di-ambil dari hasil riset di internet, yang kemudian disesuaikan dengan bahan dasar kertas ko-ran. “Karena tidak semua item bisa dibuat dengan bahan dan

pengolahan seperti yang kami lakukan,” jelas

dia.Produksi Paper-

furniture menca-pai 500 barang dalam satu bu-lan, tergantung jenis pesanan. Barang-barang yang boleh di-kategorikan daur ulang ini juga diekspor

ke Amerika dan Pranc is l ewat

pe ngumpul, tapi masih dalam jumlah ke-

cil. Selebihnya, tambah Harso,

dipasarkan di Yogyakarta, Ja-karta, Surabaya, dan Bali.

Manfaatkan sampahTampilan kerajinan yang

apik, jauh dari kesan rong-sokan---mengingat bahan dasarnya kertas koran yang sering dianggap sampah tan-pa guna--membuat produk-produk ini bisa ditempatkan sebagai elemen fungsional di dalam rumah.

Warna yang ditawarkan di-dominasi warna alami seperti cokelat. Dengan teknik pilinan yang disusun menjadi keran-jang, misalnya, tampilannya jadi berkesan etnik.

Memang, gagasan awal Har-so dalam membuat kerajinan unik ini ialah penggunaan sam pah. “Yang paling mungkin dilakukan saat ini ialah kertas, lebih spesifi k lagi, kertas koran, karena ada di hampir setiap jengkal tempat kita tinggal,” kata dia.

Tahun 2006, bersama empat orang rekan yang sehari-hari hidup di jalanan, Harso mendi-rikan tempat kerja yang mem-proses kertas menjadi kerajinan. Awalnya kerajinan sederhana dari kertas bekas. “Kemudian berkembang, khusus meman-faatkan koran yang diolah dengan cara tertentu menggu-nakan kanji, karena di pasaran produk ini belum ada,” tambah Harso.

Setelah 8 bulan bereksperi-men, ia pun menghasilkan ke-rajinan seperti yang sekarang diproduksi. Selain mendaur ulang kertas koran bekas, produk kreatif ini juga diupaya-kan agar berpihak pada alam. Seperti dikatakan Harso lagi, “Sebisa mungkin menghindari materi minyak atau resin. Se-mua bahan berpengencer air.”

Unik, pasti. Karena itu, sang penggagas yakin produknya punya pasar tersendiri. Masalah paling rumit, kata dia, ialah meyakinkan masyarakat bah-wa produk dari kertas koran ini bisa bertahan lama.

Anak jalananKeunikan elemen interior ini

tak hanya dari bahan dasarnya. Kerajinan ini juga dirintis Harso dengan melibatkan anak-anak jalanan. “Terus terang, pasar memang belum saya garap serius. Fokus sekarang adalah mengelola anak-anak jalanan yang bekerja di tempat saya supaya terbiasa dan mau lebih belajar,” tutur laki-laki yang mengaku aktif bermain ber-sama anak-anak jalanan sejak 1991 itu.

Sekarang, produksi elemen kerajinan ini dibantu dua pe-kerja yang juga berasal dari kehidupan jalanan. “Mereka sudah settled, yang lain bisa sampai lima orang, datang un-tuk kerja beberapa hari, terus ngilang, terus datang lagi,” kata Harso.

Ia pun menerapkan prinsip bisnis dan disiplin kerja bagi anak-anak jalanan yang datang, termasuk masalah waktu kerja dari pukul 08.30 hingga 16.30, dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 dan 13.00. “Yang belum terbiasa, jam 10 (pagi) baru datang, jam tiga (sore) sudah pulang. Tapi saya mem-beri ruang untuk yang seperti ini, supaya paling tidak me-reka belajar bekerja, sambil diberi motivasi pelan sekali,” terangnya.

Saat dimintai saran agar bisa menempatkan kerajinan ini sebagai bagian dari interior yang harmonis, Harso malah tertawa. “Hihihi, saya bodoh untuk hal ini. Yang ada, malah saya minta saran untuk desain produk yang lebih marketable, Mbak,” kata dia.

Memilih dan menempatkan elemen dalam interior yang har-monis memang sering bergan-tung pada selera. Yang jelas, pi-lihan Anda untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkung an dalam interior rumah baru saja bertambah satu. (M-1)

[email protected]

MI/PANCA SYURKANI

dariFurnitur

Kertas Koran

BANYAK cara untuk menerap-kan gaya hidup ramah ling-kungan di rumah, selain mengkreasikan barang baru dari bahan daur ulang seperti kertas koran yang dijadikan furnitur. Salah satunya dengan memfungsikan kembali be-

berapa perabot di rumah yang sudah tua.

Jangan buru-buru melem-parnya ke tempat sampah karena beberapa furnitur tua bisa difungsikan kembali. Beri-kut beberapa kiat diambil dari Ehow.com:

Lihat-lihat dulu bagaimana kondisi furnitur lama Anda. Masih bisa digunakan tapi cacat di beberapa titik, sekadar ada noda di beberapa bagian-nya, atau rusak berat hingga tidak dapat digunakan sama sekali?

Untuk furnitur yang masih bisa digunakan, gosok kem-bali dengan cairan pembersih furnitur untuk mengembalikan warna kilapnya. Jika perlu,

ampelas dan dempul ulang, lalu dicat lagi.

Kain pelapis sofa atau kursi bisa diganti jika memang sudah rusak atau robek di sana-sini. Ganti busa pelapisnya jika su-dah kempis. Kain pelapis sofa yang berbeda akan membawa nuansa yang berbeda pula di dalam interior rumah.

Furnitur tua yang dibuat dari kayu solid biasanya sa-ngat awet. Untuk furnitur antik macam ini, cukup dibersihkan permukaannya, atau diberi fi nishing ulang.

Ada pula furnitur yang hanya membutuhkan hard-ware baru. Misalnya engsel, rel laci, atau pegangan pada

pintu lemari. Barang-barang ini bisa Anda beli di toko-toko material untuk dipasang lagi se hingga furnitur bisa diguna-kan kembali.

Jika keseluruhan furnitur terlalu lapuk untuk digunakan kembali, coba periksa bagian-bagiannya, mungkin masih ada yang bisa dimanfaatkan. Misalnya, lemari tua yang dilengkapi cermin sudah tidak lagi dapat digunakan, maka Anda dapat mengambil cer-minnya saja untuk digantung. Anda dapat membuatkan bing-kai di sekeliling cermin agar tampilannya lebih rapi.

Ambalan-ambalan kayunya bisa dilepas dan difungsikan kembali untuk dibuat sebagai meja. (Wey/M-1)

Kertas koran dipilin menggunakan lem kanji agar kuat saat dibentuk.

Pilinan itu kemudian ditata satu-satu di atas mal (atau cetakan) untuk memenuhi bentuk yang diinginkan.

Saat pengerjaan furnitur meja.