TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan...

214
i PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG BERBASIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Oleh : Wendy Waldianto NIM. 156030101111015 MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan...

Page 1: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

i

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT YANG BERBASIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT DI

KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister

Oleh :

Wendy Waldianto

NIM. 156030101111015

MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ii

HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS

Judul Tesis : Perencanaan Pembangunan Perkebunan

Kelapa Sawit Yang Berbasis Sustainable

Development Di Kabupaten Kotawaringin

Timur

Nama Mahasiswa : Wendy Waldianto

NIM : 156030101111015

Program Studi : Administrasi Publik

Minat : Perencanaan Pembangunan Daerah

Tanggal UjianTesis : 22 Mei 2017

Komisi Pembimbing

Ketua : Prof. Dr. Soesilo Zauhar, MS

Anggota : Dr. Sarwono, M.Si

Tim Dosen Penguji

Dosen Penguji 1 : Dr.EndahSetyowati,S.Sos,M.Si

Dosen Penguji 2 : Dr. Hermawan, S.IP, M.Si

Page 3: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

iii

Page 4: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

iv

LEMBAR PLAGIASI

Page 5: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

v

“BerdoalahKamuKepadakuNiscahya Akan

AkuKabulkanPermohonanmu”(Al-Mukmin : 60)

KaryaIlmiahiniakupersembahkankepadasemuapihak

yang telahmemberikandukunganmorildanmateriil,

semogadapatmemberikanmanfaat.

KhususnyakepadakeduaorangtuakuAyahandatercinta

Abdul Kodrat, danIbundatercintaMistiani.

Akuakanselaluberusahamembahagiakan kalian.

Page 6: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

vi

RIWAYAT HIDUP

WENDY WALDIANTO, lahir di Sampitpada 7 November 1993,

merupakanputrabungsudaritigabersaudara, putradariBapak Abdul

KodratdanIbuMistiani.

PenulismengenyampendidikanSekolahDasarhinggaSekolahMenengahAtas di

Sampit, dan S1 di Malang.PenulismenamatkanpendidikanSekolahDasar di SDN 3

Sampitpadatahun 2005,

kemudianmenyelesaikanpendidikanSekolahMenengahPertama di SMPN 8

Sampitpadatahun 2008, dan lulus dari SMAN 1 Sampitpadatahun 2011.

Selanjutnyapenulismenempuhpendidikan S1 di Program

StudiIlmuPolitikFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitasBrawijayapadatahun

2011-2015.

Padatahun 2015,

penulismendapatkankesempatanuntukmeneruskanjenjangpendidikanpada Program

Magister IlmuAdministrasiPublikpadaFakultasIlmuAdministrasiUniversitasBrawijaya

Malang, kekhususanPerencanaan Pembangunan Daerah.

Malang, Mei 2017

Penulis

Page 7: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

vii

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

selesainya karya ilmiah ini kepada:

1. Rektor Universitas Brawijaya Malang, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri,MS.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Bapak Dr. Irwan Noor, MA Selaku Ketua Program Studi Administrasi Publik

Universitas Brawijaya

4. Bapak Prof. Dr. Soesilo Zauhar, MSselaku Ketua Komisi Pembimbing

5. Bapak Dr. Sarwono, M.SiAnggota Komisi Pembimbing

6. IbuDr. Endah Setyowati, S.Sos, M.Siselaku Dewan penguji 1

7. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Siselaku Dewan Penguji 2

8. BapakWim R.K

selakuKepalaBagianEkonomidanSumberdayaAlamSekertariat Daerah

KabupatenKotawaringinTimur

9. Bapak SanggulLumbanGaolselaku Kepala DinasKehutanandan

Perkebunan KabupatenKotawaringinTimur

10. BapakYudinselakuKepalaBidangBina Usaha Perkebunan

DinasKehutanandan Perkebunan KabupatenKotawaringinTimur

Page 8: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

viii

11. IbuEndahPrihatinselakuKepalaBidangAnalisaDampakLingkunganBadanLin

gkunganHidupKabupatenKotawaringinTimur

12. BapakAgusTaswinselakuKepalaBidangPelestariandanPemulihanLingkunga

nBadanLingkunganHidupKabupatenKotawaringinTimur

13. Bapak HelmyselakuKetuaUmum FOPELISDA

KabupatenKotawaringinTimur

14. Seluruh Dosen Dan Staf Program Magister Administrasi Publik Universitas

Brawijaya

15. Kepada kedua orang tua penulis AyahandatercintaAbdul Kodrat dan

IbundatercintaMistianiyang telah mendidik dan menyayangi dengan setulus

hati. dengan doa dan ridhomu jugaakuakanberusaha agar dapat

mewujudkan harapanmu menjadi anak yang berbakti kepada orang tua,

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

16. Kakak-kakakku, sertasaudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan

semangat dalam menyelesaikan program magister ini.

17. Semua Teman-TemanProgram Magister IlmuAdministrasiPublik Angkatan

2015/2016, mudah-mudahan kita dapat menyelesaikan

pendidikaninidenganbarokahdan kita tetapbisamenjagatalisilaturahmi yang

baiksampai kapan pun.

Penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari kekurangan begitu pula

dengan tesis ini. Namun demikian penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat

bagi pembaca serta dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengkajian

lebih lanjut.

Page 9: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ix

Malang, Mei 2017

Penulis

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP

RINGKASAN

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP. Program Magister Ilmu Administrasi

Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang. 2017.

“Perencanaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berbasis

Sustainable Development di Kabupaten Kotawaringin Timur”. Komisi

Pembimbing, Ketua : Prof. Dr. SoesiloZauhar, MS. , Anggota : Dr. Sarwono,

M.Si.

Pertanian merupakan sektor yang paling mendominasi Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kotawaringin Timur. Sub-sektor yang paling

memberikan sumbangsih paling besar dalam sektor pertanian tersebut adalah sub-

sektor perkebunan, dan komoditas perkebunan yang paling mendominasi adalah

perkebunan kelapa sawit. Sustainable Development dapat terwujud apabila suatu

pembangunan telah mewujudkan keberlanjutan pada tiga aspek yaitu : Ekonomi,

Sosial, dan Lingkungan. Sedangkan pada kenyataanya perkebunan kelapa sawit

hanya berkelanjutan pada aspek ekonomi saja, sedangkan aspek lingkungan dan

aspek sosial seringkali dikesampingkan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi

perencanaan untuk dapat mewujudkan pembangunan perkebunan kelapa sawit

yang berbasis Sustainable Development di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Tujuan penelitian tesis ini adalah untuk menjelaskan, dan menganalisis: 1)

ProgramperencanaandariPemerintahKabupatenKotawaringin

Timurdalammenanggulangidampaknegatifdaripembangunanperkebunankelapasawit,

2) Upayasustainable development yang

dilakukanolehketigapihakpadaperencanaanpembangunanperkebunankelapasawit di

KabupatenKotawaringin Timur, 3) Strategisustainable development yang

cocokditerapkanpadaperencanaanpembangunanperkebunankelapasawit di

KabupatenKotawaringin Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit

di Kabupaten Kotawaringin Timur hanya berkelanjutan pada aspek ekonomi dan

aspek sosial saja, sedangkan untuk aspek lingkungan masih belum berkelanjutan.

Untuk menangani hal tersebut strategi yang patut dilakukan adalah dengan

menggunakan tiga tahapan yaitu input-proses-output. Input merupakan identifikasi

Page 10: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

x

terhadap beberapa dokumen perencanaan, dan sejumlah pengaduan dari

masyarakat tentang permasalahan perkebunan kelapa sawit. Proses merupakan

kegiatan analisis dan pembahasan mengenai hasil identifikasi pada tahap input.

Output merupakan hasil pembahasan antara pemerintah, perusahaan, dan

masyarakat yang ditetapkan dalam sebuah program kegiatan pembangunan

perkebunan kelapa sawityang berwawasan Sustainable Development.

KataKunci : Perencanaan,Sustainable Development, Perkebunan Kelapa Sawit

SUMMARY

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP. Master of Public Administration, Faculty

of Administration Science, University of Brawijaya Malang. 2017.

“DevelopmentPlanning of Sustainable Palm Oil Plantation Based on

Sustainable Development in East Kotawaringin District”. Promotor : Prof. Dr.

SoesiloZauhar, MS. , Co-Promotor : Dr. Sarwono, M.Si.

Agriculture is the most dominant sector of Gross Regional Domestic Product

(PDRB) of East KotawaringinDistrict.The sub-sectors with the most contribution in

the agricultural sector are the plantation sub-sector, and the most dominant

plantation commodities are oil palm plantations.Sustainable Development can be

realized if a development has realized sustainability in three aspects, namely:

Economic, Social, and Environment.While in fact palm oil plantations only

sustainable on the economic aspects alone, while the environmental aspects and

social aspects are often set aside.Therefore, a planning strategy is needed to enable

the development of oil palm plantations based on Sustainable Development in East

KotawaringinDistrict.

The purpose of this thesis research is to explain and analyze: 1) Planning

program of East Kotawaringin District Government to overcome the negative impact

of oil palm plantation development, 2) Sustainable development effort by third parties

on planning of oil palm plantation development in East Kotawaringin District, , 3)

sustainable development strategy that is suitable to be applied in oil palm plantation

development planning in East KotawaringinDistrict.This research uses qualitative

method with descriptive approach.

The results showed that the development of oil palm plantations in East

Kotawaringin only sustainable on economic aspects and social aspects only, while

for the environment is still not sustainable.To handle this the strategy that should be

done is to use three stages of input-process-output.Input is an identification of

several planning documents, and a number of public complaints about oil palm

plantation issues.Process is an activity of analysis and discussion about the result of

identification at input stage.Output is the result of discussion between the

Page 11: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xi

government, the company, and the community set forth in a program of oil palm

plantation development activities that are Sustainable Development.

Keyword : Planning, Sustainable Development, Oil Palm Plantation

KATA PENGANTAR

Denganmemanjatkanpujidansyukurkehadirat Allah SWT,

ShalawatsertasalamdihaturkankepadajunjungankitaNabiBesar Muhammad SAW,

karenaataslimpahanrahmatdanhidayah-

Nyapenulisdapatmenyelesaikandanmenyajikantulisantesis yang berjudul

:Perencanaan Pembangunan Perkebunan KelapaSawit yang BerbasisSustainable

Development di KabupatenKotawaringinTimur.

Tesisinimembahasmengenaistrategiperencanaanpembangunanperkebunank

elapasawit agar dapatmewujudkanSustainableDevelopment dalamsetiap program

kegiatanperkebunankelapasawit di KabupatenKotawaringinTimur.Selainitu program

kegiatantersebutditujukanuntukmengatasiberbagaipermasalahan yang

berhubungandenganpembangunanperkebunankelapasawit.Sehinggadalamsetiappe

netapan program kegiatannyadapatmencakuptigaaspekSustainableyaitu :ekonomi,

lingkungan, dansosial.

Sangatdisadaribahwatesisinimemilikikekurangandanketerbatasan.Walaupuns

udahberusahadengansegalakemampuan yang dimiliki,

tetapitetapsajapenulismerasaadakekurangan.Olehkarenaitu, penulismengharapkan

saran sertamasukan yang membangundariparapembaca agar

Page 12: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xii

tesisinidapatbermanfaatbagi yang membutuhkan,

sertadapatdisempurnakanpadapenelitian-penelitianselanjutnya.

Malang, Mei 2017

Penulis

Wendy Waldianto, S.IP, M.AP

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………….................................................... i

HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS………………………………….. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS………………………………………….. iii

LEMBAR PLAGIASI……………………………………………………………….. iv

MOTTO………………………………………………………………………………. v

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………… vi

UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………………. vii

RINGKASAN……………………………………………………………………. ix

SUMMARY……………………………………………………………………… x

KATA PENGANTAR……….…………………………………………………… xi

DAFTAR ISI................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Permasalahan...................................................................... 14

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 14

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 16

2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................. 16

Page 13: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xiii

2.2 PerencanaanPembangunan Daerah………….......................................... 26

2.3 KonsepSustainable Development............................................................ 39

2.4 Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan…………………………………. 45

2.5 Perkebunan............................................................................................... 51

2.5.1 TanamanKelapa Sawit.............................................................. 54

2.5.2Perkebunan KelapaSawit........................................................... 57

2.6Perencanaan Pembangunan Perkebunan yang Berkelanjutan................ 60

2.7Green GDP (ProdukDometikBrutoHijau)………………………………... 66

2.8 Asumsi Peneliti......................................................................................... 69

BAB III ANALISA SOCIAL SETTING............................................................. 71

3.1 GambaranUmumKabupatenKotawaringinTimur.................................... 71

3.1.1 SejarahsertaVisidanMisiKabupatenKotawaringinTimur........ 71

3.1.2 KondisiGeografis, Administratif, danKondisiFisik..................... 73

3.1.3 KondisiDemografisKabupatenKotawaringinTimur................... 76

3.1.4 KondisiEkonomidanSosialKabupatenKotawaringinTimur...... 77

3.2BadanPerencanaan Pembangunan Daerah KabupatenKotim............. … 79

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................… 84

4.1 Jenis Penelitian......................................................................................... 84

4.2 Fokus Penelitian....................................................................................... 86

4.3 LokasidanObjek Penelitian...................................................................... 88

4.4 Sumber Data............................................................................................ 88

4.5 TeknikPengumpulan Data....................................................................... 90

4.6 TeknikAnalisis Data................................................................................. 92

4.5 UjiKeabsahan Data................................................................................. 97

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................… 99

5.1 Hasil Penelitian......................................................................................... 99

5.1.1 Program PerencanaandariPemerintahdalamMenanggulangi

DampakNegatifdari Pembangunan Perkebunan KelapaSawit.. 99

Page 14: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xiv

5.1.2 UpayadariPemerintah, Perusahaan,

danMasyarakatdalamMewujudkanSustainable

DevelopmentpadaPerencanaan..... 118

5.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah olehPemerintah

KabupatenKotawaringinTimur……………………… 118

5.1.2.2 RencanaPengelolaanLingkunganoleh

Perusahaan Perkebunan KelapaSawit……………... 123

5.1.2.3 PengaduanPermasalahanLingkungan, Sosial, dan

EkonomiolehMasyarakat……………………………. 135

5.1.3 StrategiSustainable Development padaPerencanaan

Pembangunan Perkebunan KelapaSawit di Kabupaten

KotawaringinTimur…………………………......………............. 139

5.2 Pembahasan…………………………………………………………………... 145

5.2.1 AnalisisTerhadap Program Perencanaan Pembangunan

Perkebunan KelapaSawit di KabupatenKotawaringinTimur… 145

5.2.1.1 AspekLingkungan………………………………………… 145

5.2.1.2 AspekSosial………………………………………………. 151

5.2.1.3 AspekEkonomi…………………………………………… 145

5.2.2Upaya dariPemerintah, Perusahaan, danMasyarakatdalam

MewujudkanSustainable DevelopmentpadaPerencanaan..... 162

5.2.4.1 Pemerintah Daerah KabupatenKotawaringinTimur… 163

5.2.4.2 Perusahaan Perkebunan KelapaSawit………………. 167

5.2.4.3 MasyarakatSekitar Perkebunan KelapaSawit……… 171

5.2.3StrategiSustainable Development pada Proses

Perencanaan Pembangunan Perkebunan KelapaSawit

diKabupatenKotawaringinTimur……………………………….. 176

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................… 182

6.1 Kesimpulan…........................................................................................ 182

6.2 Saran……….......................................................................................... 184

Page 15: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xv

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 185

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan

PerencanaanPembangunan Perkebunan yang Berbasis Sustinable

Development diKabupaten KotawaringinTimur......................... 22

Tabel 2.2 PerbedaanKaidah 5 PrinsipAntara Kota yang

KurangBerkelanjutandengan yang

SudahBerkelanjutan.............................................. 42

Tabel 5.1 Daftardan Status Perusahaan Perkebunan KelapaSawit di

KabupatenKotawaringinTimur……………………………………… 99

Tabel 5.2 Daftar Perusahaan yang TelahMenyediakanLahanKonservasi

Pada Areal Lahan Perkebunan KelapaSawitnya…………………. 105

Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Perkebunan KelapaSawitBerdasarkan

Grup Perusahaan di KabupatenKotawaringinTimur…………..... 106

Tabel 5.4 Program Perencanaan Pembangunan Perkebunan KelapaSawit. 116

Tabel 5.5 DaftarPermasalahan Pembangunan Berkelanjutan Yang

DiadukanOlehMasyarakatPadaSektor Perkebunan Kelapa

SawitTahun 2016…………………………………………………….. 138

Tabel 5.6 KesesuaianAntaraDokumenPerencanaandengan

KonsepSustainable Development……………………………….… 141

Page 16: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 PDRB Sub-SektorPertanianKabupatenKotimTahun 2010-2015..... 4

Gambar1.2 Luas Areal Perkebunan MenurutJenisTanaman di

KabupatenKotawaringinTimurTahun 2016

(Ha)............................................ 5

Gambar 2.1 Aspek-Aspek Sustainable……………………………..……………. 40

Gambar2.2 PrinsipDasar Sustainable Development....................................... 41

Gambar 4.1 Teknik Analisis Data Model Spiral................................................. 93

Gambar 5.1 Peta Perusahaan BesarSwasta Perkebunan KelapaSawit di

KabupatenKotawaringinTimur……………………………………….103

Gambar 5.2 Peta Status KawasanHutanKabupatenKotawaringinTimur……. 111

Gambar 5.3 Luas Status KawasanHutanKabupatenKotawaringinTimur…… 112

Gambar 5.4 AnalisisSpiral padaDokumenPerencanaandan Program

Pembangunan Perkebunan KelapaSawit……………………….... 140

Gambar 5.5 PersentasePengaduanMasyarakatPermasalahan Perkebunan

KelapaSawitBerdasarkan 3 AspekSustainable Development.... 174

Page 17: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

xvii

Gambar 5.6 StrategiPerencanaan Pembangunan Perkebunan

KelapaSawitBerbasisSustainable

Development…………………………………. 177

Page 18: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan ada sebagai upaya untuk

mengantisipasiketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif.Artinya

perubahan pada suatu keseimbangan awal dapat mengakibatkan perubahan

pada sistem sosial yang akhirnya membawa sistem yang ada menjauhi

keseimbangan awal. Perencanaan sebagai bagian daripada fungsi manajemen

yang bila ditempatkan pada pembangunan daerah akan berperan sebagai

arahan bagi proses pembangunan berjalan menuju tujuan di samping itu menjadi

tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilaksanakan.Menurut

Tjokroamidjojo (1992), perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah

suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu

cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang

ada supaya lebih efisien dan efektif.

Perencanaan ditingkatregional/daerah memiliki peran utama dalam

menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan

dengan tingkat regional. Peranan perencanaan tingkat regional pada satu pihak

adalah suatu perluasan dari perencanaan lokal, dan pada pihak lain

perencanaan regional adalah berkenaan dengan arus penduduk dan

kesempatan kerja inter-regional. Saat ini di Indonesia, Sektor pertanian dianggap

memiliki peranan yang penting dalam penyediaan lapangan kerja, penyediaan

pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Sektor

pertanian berperan besar bagi sektor industri karena menjadi pemasok bahan

Page 19: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2

baku.Sektor pertanian dikelompokkan menjadi beberapa sub sektor, yakni sub

sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sub sektor

kehutanan. Untuk sub sektor yang menjadi andalan utama bagi Indonesia dalam

menopang perekenomian Negara saat ini adalah sub sektor perkebunan.

Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya sub sektor perkebunan lebih

diarahkan untuk menunjang program peningkatan memperoleh devisa melalui

ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.Salah satu komoditi andalan di

sektor perkebunan adalah tanaman kelapa sawit.

Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas

primadona perkebunan yang memegang peranan dalam usaha meningkatkan

devisa negara dari sektor non migas. Hal ini disebabkan produk olahan kelapa

sawit seperti minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO) dan

minyak inti kelapa sawit mentah (Crude Palm Cemel Oil atau CPCO) mempunyai

pangsa pasar yang sangat terbuka baik dalam negeri maupun untuk ekspor.

Disamping itu, minyak kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak

goreng dan produk turunan lainnya yang banyak dipakai di seluruh dunia.Mulai

dari perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada

posisisebagai negara penghasil utama kelapa sawit di dunia. Disamping itu,

tuntutan akan kesejahteraanmasyarakat secara berkeadilan serta perhatian

terhadap kelestarian lingkungan perlu juga menjadi pertimbangan. Tugas ini

tentu sangat berat, dan untuk itu perlu dilakukan upaya yang tepat untuk

pengembangan agribinis kelapa sawit di Indonesia.

Page 20: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

3

Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merupakan kabupaten yang

mempunyai potensi sumberdaya lahan yang potensial, dimana sektor

perkebunan kelapa sawit adalah pemanfaat ruang terbesar bagi Perkebunan

Besar Swasta/Perusahaan Besar Negara maupun Perkebunan Rakyat. Kegiatan

yang mengandalkan pada suatu sektor tertentu merupakan ciri dari

perekonomian pasar yang diperankan oleh pihak swasta yang bersifat jangka

pendek dan homogen. Struktur perekonomian Kotim saat ini menunjukkan

bahwa usaha perkebunan menjadi salah satu pengungkit (leverage) dan

penggerak utama (prime mover) kemajuan daerah, oleh karena itu perlu

dilakukan revitalisasi agar kinerja pembangunan/usaha perkebunan di daerah ini

berwawasan berkelanjutan.Hal ini dikarenakan mayoritas perusahaan

perkebunan kelapa sawit tidak menerapkan prinsip sustainable dalam setiap

perkebunan kelapa sawit yang mereka bangun. Hal ini sejalan dengan yang di

ungkapkan Dina Harsono dalam hasil penelitiannya yang berjudul Analysis On

Indonesian Sustainable Palm Oil (Ispo):A Qualitative Assessment On The Success

Factors For ISPO, yang diterbitkan dalam Journal of Management and

Agribusiness. Industri kelapa sawit Indonesia memiliki beberapa masalah yang

sudah lama berkepanjangan seperti kepemilikan tanah, konflik sosial, dan

pekebun kecil & petani yang merupakan aktor terlemah dalam rantai nilai yang

membutuhkan dukungan yang kuat dari pemerintah dan aktor-aktor lain(Dina

Harsono, 2012:44).

Page 21: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

4

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Perkebunan Tanaman Bahan

Makanan

Perikanan Kehutanan Peternakan

Perkebunan

Tanaman Bahan Makanan

Perikanan

Kehutanan

Peternakan

Akan tetapisumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Kotim dalam 5 tahun terakhir (2010-2015) rata-rata 37,07% per

tahun. Dari angka tersebut, kontribusi sub sektor perkebunan menempati posisi

tertinggi pada sektor pertanian ini, dengan rata-rata 14,6% per tahun, sedangkan

sektor-sektor lain pada sektor pertanian adalah: Sub Sektor Tanaman Bahan

Makanan 6,90%, Sub Sektor Perikanan 5,10%, Sub Sektor Kehutanan 6,80%,

Sub Sektor Peternakan 3,70%.

Sumber : www.kotimkab.bps.go.id/ (data primer diolah)

Gambar 1.1 PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2010-2015

Page 22: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

5

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

Karet Kelapa Dalam

Kelapa Sawit

Kopi Lada Kakao Jambu Cengkeh

47219

12481

400145

178 5 0 0 0

Karet

Kelapa Dalam

Kelapa Sawit

Kopi

Lada

Kakao

Jambu

Cengkeh

Padahal berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kalimantan Tengah No. 08 tahun 2003

yang membagi atas kawasan hutan seluas 10.294.853,52 Ha (67,4%) dan

kawasan non hutan seluas 5.061.846,48 Ha (32,96%). Akan tetapi faktanya saat

ini di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat lahan sangat kritis seluas 2.383.923

Ha, kritis seluas 2.100.046 Ha, agak kritis seluas 2.786.880 Ha, dengan demikian

total lahan kritis 7.270.850 Ha.

Sumber : www.kotimkab.bps.go.id/ (data primer diolah) Gambar1.2 Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten

Kotawaringin Timur Tahun 2016 (Ha)

Page 23: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

6

Pembangunan berkelanjutan diupayakan melalui perbaikan teknis

budidaya, konservasi, pencegahan dan penyelesaian konflik, early warning

system terhadap bencana serta penyelesaian hukum. Hal itu, dapat dicapai

dengan meminimalisir masalah-masalah perkebunan seperti kerusakan akibat

serangan organisme pengganggu tanaman, kebakaran, tanah longsor,

kekeringan, penjarahan produksi, tumpang tindih lahan, dan gangguan usaha

lainnya. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang diharapkan

mengarah pada pencapaian kondisi menjadi lebih baik dari keadaan

sebelumnya. Pembangunan perkebunan merupakan bagian integral dari

pembangunan, dimana pembangunan perkebunan menyentuh langsung pada

masyarakat dan mampu menjadi penyokong bagi perekonomian pedesaan. Akan

tetapi pembangunan biasanya menyebabkan terjadinya perubahan kondisi fisik

geografis, sosial dan tatanan lingkungan. Pembangunan sektor Perkebunan

mengakibatkan adanya perubahan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi bagi

berbagai pihak. Perubahan kearah perbaikan pengembangan perkebunan dapat

terkendala oleh faktor teknis, alam dan permodalan yang dimiliki pelaku usaha

perkebunan.

Dampak yang langsung dirasakan saat ini di Kotim sehubungan dengan

adanya penataan, perencanaan dan proses investasi bidang perkebunan yang

kurang memperhatikan faktor lingkungan dan sosial, sehingga timbul konflik yang

berkepanjangan dan menjadi suatu hal yang bila terus dibiarkan akan menjadi

sumber persoalan di waktu yang akan datang. Sebagai akibat dari dampak-

dampak negatif tersebut adalah terganggunya kinerja Pemerintah, Perusahaan

dan kegiatan masyarakat. Untuk itu upaya-upaya yang dilaksanakan secara dini,

yang menyangkut regulasi yang disediakan oleh pemerintah, ketaatan

Page 24: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

7

administrasi oleh perusahaan dan keterlibatan masyarakat harus terus

diantisipasi dengan memadukan dan langkah-langkah yang sesuai dengan

perencanaan. Kebutuhan lahan untuk pengembangan sektor lain, terutama

perkebunan akan membutuhkan perluasan lahan yang semakin hari semakin

terbatas lahannya. Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Perkebunan

Kalimantan Tengah, lahan yang sesuai untuk pengembangan perkebunan

adalah seluas 3.139.500 Ha. Mengingat sebagian besar daratan Kabupaten

Kotim merupakan kawasan hutan dan areal yang berhutan, maka perluasan

kawasan perkebunan kelapa sawit tidak dapat dihindari dan akan menjangkau

wilayah kawasan hutan dan areal berhutan apabila sudah tidak tersedia lagi

areal yang memungkinkan untuk pengembangan budidaya perkebunan tersebut.

Di Kalimantan Tengah sendiri areal berhutan yang masih memungkinkan untuk

dilakukan konversi menjadi fungsi lain adalah di Kawasan Non Budi Daya

Kehutanan, seluas kurang dari 5 juta ha. Tetapi luasan tersebut belum dikurangi

dengan penggunaan lain, seperti infrastruktur jalan, pemukiman, dan lain-lain,

serta ijin-ijin sektor lain yang sudah dikeluarkan, yang diperkirakan akan melebihi

luasan 5 juta Ha.

Berdasarkan regulasi pemerintah masih dimungkinkan adanya konversi

areal berhutan dan kawasan hutan menjadi penggunaan sektor perkebunan,

tidak serta merta aspek lingkungan dan konservasi dapat diabaikan begitu saja.

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya Pasal 19,

mengamanatkan bahwa perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan

ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu.

Perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis,

Page 25: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

8

ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Yang dimaksud dengan ”berdampak penting dan cakupan yang luas serta

bernilai strategis”, adalah perubahan yang berpengaruh terhadap kondisi biofisik

seperti perubahan iklim, ekosistem, dan gangguan tata air, serta dampak sosial

ekonomi masyarakat bagi kehidupan generasi sekarang dan generasi yang akan

datang.

Perubahan areal hutan menjadi areal perkebunan akan menimbulkan

perubahan bentang alam yang drastis dan tiba-tiba, yang secara biofisik saja

akan sangat berbeda dengan kondisi awalnya. Beberapa ornop Lingkungan

menyatakan bahwa ekspansi besar-besaran telah mendorong terjadinya

deforestasi dan memperburuk kondisi beberapa spesies yang dalam ancaman

kepunahan, misalnya Orangutan, serta kehidupan masyarakat sekitar yang

hidupnya tergantung pada hutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Thomas Fairhurst dan David McLaughlin yang berjudul Sustainable Oil Palm

Development on Degraded Land in Kalimantan yang diterbitkan dalam jurnal

World Wildlife Fund (WWF) : Amerika Serikat, diungkapkan bahwa saat ini

terdapat48% struktur tanah di Kalimantan yang terdegradasi. Selain itu banyak

nilai keanekaragaman hayati yang hilang,serta terancam punahnya beberapa

spesies flora dan fauna setelah dilakukan konversi hutan menjadi areal untuk

tujuan pertanian/perkebunan (Thomas Fairhust dan David McLaughlin, 2009:29).

Apalagi jika upaya konversi tersebut dilakukan dengan tidak menggunakan cara-

cara manajemen pembukaan lahan yang benar dan baik, misalnya dengan

upaya pembakaran lahan. Persoalan lainnya adalah pembukaan lahan menjadi

perkebunan kelapa sawit sering menimbulkan konflik dengan masyarakat. Hal ini

Page 26: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

9

terjadi diakibatkan karena tidak adanya konsultasi mendalam dengan masyarakat

ketika lahan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit.

Kesadaran publik di tingkat lokal, nasional dan internasional sudah

menjadi semakin meningkat bahwa perubahan bentang alam dan biofisik, secara

cepat atau lambat akan mengurangi daya tahan hidup (survival) dari

keanekaragaman hayati dan kehidupan jangka panjang masyarakat sekitar hutan

yang tergantung pada hutan dan hasil hutan. Mempertimbangkan berbagai

kemungkinan dampak ekologis, serta berbagai sentimen negatif di dunia

internasional terhadap pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia,

maka Pemerintah Daerah Kabupaten Kotim harus mengambil langkah pro-aktif

yang bertujuan untuk memperbaiki citra negatif tentang pengelolaan perkebunan

kelapa sawit dan memperkenalkan pengelolaan kebun kelapa sawit yang

berwawasan lingkungan dan sosial yang berkelanjutan. Apalagi jika melihat

target Pemerintah Kabupaten Kotim yang menempatkan sektor perkebunan

sebagai sektor andalan penghasil devisa menggantikan sektor kehutanan, sejak

tahun 2005 hingga sekarang. Padahal berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi (RTRWP) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kalimantan

Tengah No. 08 tahun 2003 yang membagi atas kawasan hutan seluas

10.294.853,52 Ha (67,4%) dan kawasan non hutan seluas 5.061.846,48 Ha

(32,96%). Di sisi lain, kalangan industri berpendapat bahwa pembukaan besar-

besaran perkebunan kelapa sawit akan membuka lapangan pekerjaan yang luas,

pengembangan infrastruktur, membuka isolasi daerah, serta manfaat ekonomi

lainnya yang berdampak pada pengembangan perekonomian sektor-sektor lain

di Kabupaten Kotim.

Page 27: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

10

Untuk menuju pengelolaan pembangunan perkebunan sawit

berkelanjutan, perlu diperhatikan beberapa aspek kebijakan seperti : ekonomi,

sosial budaya, dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut merupakan bagian

terpenting dalam AMDAL, Klasifikasi Kebun, KBKT, KBDD dan Roundtable

Sustainable Palm Oil (RSPO). Ketiga aspek terbut harus benar-benar

diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur jika ingin

mewujudkan pembangunan berkelanjutan di bidang perkebunan kelapa

sawit.Saat ini yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur belum

menggambarkan adanya prinsip sustainable dalam setiap pembangunan

perkebunan kelapa sawit. Berikut ini merupakan keadaan yang terjadi saat ini

terkait tiga aspek sustainable development :

1) Jika dilihat dari aspek ekonomi yang saat ini terjadi, bagi

Pemerintah Daerah komoditas kelapa sawit memegang peran

yang cukup penting sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD) selain itu membuka peluang kerja yang besar bagi

masyarakat setempat yang berada disekitar lokasi perkebunan

yang dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di

Kalimantan Tengah tercatat 14 jenis tanaman, dengan karet dan

kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat, dan kelapa

sawit sebagai komoditi utama perkebunan besar yang dikelola

oleh pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar

Swasta Nasional/Asing ataupun PIR-Bun (perusahaan inti rakyat

perkebunan) dan KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk

Anggotanya).

Page 28: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

11

2) Sedangkan dari aspek sosial yang terjadi saat ini, pembangunan

perkebunan yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur

berdasarkan sistem pertanian modern merupakan cikal bakal

terjadinya perubahan dalam pola sosial budaya terutama dalam

kebiasaan masyarakat dalam bercocok tanam. Di lain pihak

budaya gotong royong dan kebersamaan yang telah terbangun

akan menjadi terancam menjadi individual dan partisan. Hal ini

yang mengakibatkan timbulnya konflik antara perusahaan

perkebunan dengan masyarakat, pada sisi lain, kita dihadapkan

dengan persoalan konflik antara pengusaha perkebunan sawit dan

masyarakat , serta persoalan - persoalan lingkungan hidup.

3) Selanjutnya dari aspek lingkungan yang terjadi saat ini, perluasan

perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan pemindahan lahan

dan sumberdaya, perubahan luar biasa terhadap vegetasi dan

ekosistem setempat. Lingkungan menjadi bagian yang sangat

rawan terjadi kerusakan. Rusaknya lingkungan biofisik yang

terdegredasi serta bertambahnya lahan kritis apabila perkebunan

kelapa sawit dikelola secara tidak bijaksana. Aspek lingkungan

mempunyai dimensi yang sangat luas pengaruhnya terhadap

kualitas udara dan terjadinya bencana alam seperti kebakaran,

tanah longsor, banjir dan kemarau akibat adanya perubahan iklim

global.

Terkait dengan rencana persiapan Rancangan Peraturan Daerah

(RAPERDA) tentang Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

di Kabupaten Kotim, maka selayaknya RAPERDA tersebut harus

Page 29: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

12

mengakomodasi berbagai hal yang menjadi isu utama, terkait dengan isu

lingkungan, dalam perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit,

maupun dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang mono-kultur.Dalam

perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut, pemerintah

nampaknya juga harus mempertimbangkan 8 (Delapan) strategi ISPO dalam

melakukan pembangunan kelapa sawit yang berkelanjutan. 8 (Delapan) strategi

ISPO tersebut diungkapkan oleh Beth Gingold di lembaga World Resources

Institute dalam penelitian yang berjudul How To Identify Degraded Land For

Sustainable Palm Oil In Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

1) Mendapatkan PengakuanInternational dari ISP

2) Pendekatan dan promosi yang kuat untuk memperoleh pasar baru

dan investor

3) Mengembangkan kuat kemitraan antara Negara, Swasta, dan

Masyarakat

4) Pemecahan dan pengelolaan masalah yang terjadi dalam industry

5) Berkolaborasi dengan daerah/negara lain untuk kampanye

Internasional on Sustainable Palm Oil

6) Memperkenalkan ISPO sebagai pelengkap untuk RSPO sebelum

mengembangkan ISPO sebagai sertifikasi Independen

7) Mengangkat ISPO ke Otoritas Tingkat Tinggi

8) Penelitian mengenai dampak peningkatan terhadap

pengembangan ISPO

Apabila dicermati dengan seksama maka perhatian, kekhawatiran, serta

hal-hal yang harus dipertimbangkan di atas, sejalan dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan yang selama ini menjadi landasan kebijakan

Page 30: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

13

pemerintah. Peran pemerintah dengan demikian sangat sentral dalam

memberikan arahan untuk pengembangan pembangunan perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotim untuk mengarahkan para pengelola perkebunan

kelapa sawit pada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Komitmen

dan konsistensi pemerintah akan tercermin dengan struktur dan kerangka kerja

kebijakan (policy framework) yang merupakan penerjemahan praktis prinsip-

prinsip tersebut. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di

Kotim dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk penyelesaian masalah secara

menyeluruh dalam penyelesaian konflik di tingkat lapangan. Untuk hal tersebut

perlu kerterlibatan semua pihak untuk mendukung kelancaran penelitian ini agar

menjadi salah satu acuan dalam penyelesaian pengelolaan kelapa sawit

kedepannya. Penelitian ini diharapkan merupakan awal yang baik guna

melakukan kerjasama dalam manajemen penanggulangan masalah yang

ditimbulkan antara pemerintah, pelaku usaha perkebunan dan

masyarakat/petani/pekebun. Melalui perencanaan yang terarah dengan

melibatkan pelaku-pelaku pembangunan perkebunan secara berjenjang (Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta dengan melibatkan masyarakat, diharapkan

masalah perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotim dapat dilakukan

penanggulangan dalam perencanaan dengan memahami perkembangan yang

ada untuk kemudian dijadikan sebagai dasar acuan langkah ke depan. Demi

tercapainya sebuah pembangunan berkelanjutan yang efektif dan efesien di

Kotawaringin Timur, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

konsep perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin

Timur yang berwawasan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan agar ditemukan

solusi yang tepat untuk menciptakan sebuah perencanaan pembangunan yang

Page 31: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

14

ideal di Kotawaringin Timur dalam beberapa tahun kedepan, tentunya yang

berperspektif sustainable.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan pada latar

belakang, selanjutnya perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan

pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut :

1. Bagaimana program perencanaan dari Pemerintah Kabupaten

Kotimdalam menanggulangi dampak negatif dari pembangunan

perkebunan kelapa sawit ?

2. Bagaimana upaya sustainable developmentyang dilakukan oleh ketiga

pihak yaitu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat pada perencanaan

pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotim ?

3. Strategisustainable development seperti apa yang cocok diterapkan pada

perencanaan pembangunanperkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotim?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian tersebut, maka peneliti telah

menetapkan beberapa tujuan penelitian agar penelitian ini tetap memperhatikan

tujuan-tujuan ini sebagai pedoman penelitian, adapun beberapa tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskanprogram perencanaan dari Pemerintah Kabupaten

Kotim dalam menanggulangi dampak negatif dari pembangunan

perkebunan kelapa sawit.

Page 32: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

15

2. Untuk menganalisisupayasustainable developmentyang dilakukan oleh

ketiga pihak yaitu pemerintah, perusahaan, dan masyarakatpada

perencanaan pembangunanperkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotim.

3. Untuk menganalisisstrategisustainable development yang cocok

diterapkan pada perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotim.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Secara Teoritis Dapat berguna sebagai bahan pemikiran khususnya dalam

lingkungan Ilmu Administrasi Publik, terlebih terhadap pertanyaan tentang upaya

penerapan pembangunan yang berkelanjutan pada sektor perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotim.

2) Secara Praktis Hasil dari penelitian ini penulis berharap dapat menjadi acuan

dari pertanyaan mengenai penerapan pembangunan yang berbasis sustainable

development pada sektor perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah.Serta

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Publik di

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Page 33: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Hingga proposal penelitian ini diajukan, dari penelusuran penulis belum

ada penelitian tentang perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit

yang berbasis sustainable development di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Secara umum penelitian mengenai perencanaan pembangunan perkebunan

kelapa sawit di Indonesia masih sangat terbatas. Namun demikian terdapat

beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit

dan pembangunan berkelanjutan, dibawah ini penulis telah meringkas beberapa

penelitian terdahulu diantaranya.

1) Penelitan terdahulu yang masih relevan adalah penelitian yang dilakukan

oleh Tommy H Pandiangan(2012) dengan judul Respon Masyarakat

Terhadap Operasional Pabrik Kelapa Sawit PT. Mustika Agung Sawit

Sejahtera Di Kelurahan Balai Raja Kecamatan Pinggir Kabupaten

Bengkalis, yang diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan di

Universitas Negeri Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

respon masyarakat Balai Raja terhadap operasional pabrik kelapa sawit

(PKS) PT. Mustika Agung Sawit Sejahtera. Analisis data yang dilakukan

untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah

secara kualitatif dengan dipaparkan secara deskriptif yaitu memberikan

gambaran mengenai keadaan masyarakat sebenarnya. Hasil penelitian

menunujukkan bahwa masyarakat yang merespon positif pendirian pabrik

lebih besar dari pada masyarakat yang merespon negatif. Masyarakat

Page 34: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

yang merespon positif terdapat 36 responden (70.50%), sedangkan yang

merespon negatif pendirian pabrik ada 15 responden (29.41%).

2) Penelitian lain dilakukan olehAlmasdi Syahza (2011), tentang Percepatan

Ekonomi Pedesaan Melalui Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit,

yang diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan di Universitas Riau

- Pekanbaru. Penelitian dilakukan melalui survei dengan metode deskriptif

(Descriptive Research). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak

pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap percepatan

pembangunan ekonomi masyarakat dalam upaya mengetaskan

kemiskinan di daerah pedesaan.Informasi diperoleh melalui pendekatan

Rapid Rural Appraisal (RRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kegiatan perkebunan kelapa sawit di pedesaan menciptakan angka

multiplier effect sebesar 3,03, terutama dalam lapangan pekerjaan dan

peluang berusaha. Indek kesejahteraan petani di pedesaan tahun 2003

sebesar 1,72. Berarti pertumbuhan kesejahteraan petani mengalami

kemajuan sebesar 172 persen. Pada periode tahun 2003-2006 indek

kesejahteraan petani 0,18 dan periode tahun 2006- 2009 juga mengalami

positif sebesar 0,12. Ini berarti kesejahteraan petani pada periode

tersebut meningkat sebesar 12 persen.

3) Daud Anthon Charles (2002) telah melakukan penelitian tentang Evaluasi

Proyek Pembangunan Perkebunan Di Kabupaten Kupang, yang

diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan di Universitas Gadjah

Mada - Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa walaupun terjadi

perubahan harga dengan asumsi sebesar10 persen, proyek pembanguna

perkebunan di Kabupaten Kupang tetap layak, karena tidak sensitif

Page 35: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

terhadap kemungkinan perubahan yang akan terjadi, dan tidak

menyebabkan proyek menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.

4) Atika Pambudhi (2010) telah melakukan penelitian tentang Potensi

Pendapatan Asli Daerah Dari Perkebunan Kelapa Sawit Dan Hutan

Bekas Tebangan Di Kalimantan Timur, yang diterbitkan dalam Jurnal

Ekonomi Pembangunan di Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa trend potensi pendapatan asli daerah

provinsi Kalimantan timur dari perkebunan kelapa sawit menunjukkan

grafik parabola yang cembung dengan persamaan Y= -53524X2 + 2E07X

– 4E07 dengan PAD maksimum pada tahun ke-17 yaitu sebesar

Rp97.377.324,-, setelah itu mulai menurun hingga pada tahun ke-25

mencapai Rp11.657.446,-. Tanaman sawit tidak dapat lagi berproduksi

setelah melewati tahun ke-25, sehingga mesti memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi pemerintah maupun bagi masyarakat, namun

perkebunan kelapa sawit kurang sesuai dengan konsep pembangunan

berkelanjutan.

5) Dewi Agustina (2014) telah melakukan penelitian tentangAnalisis

Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi Dalam Pengelolaan Perkebunan

Kelapa Sawit Berkelanjutan Berdasarkan Kriteria ISPOdi PT. TAPIAN

NADENGGAN, yang diterbitkan dalam Jurnal Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan Hidup di Institute Pertanian Bogor. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perusahaan masih belum maksimal dalam

melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk pengelolaan

perkebunan kelapa sawit didalam perusahaan tersebut, hal ini dilihat dari

aspek lingkungan, social, dan ekonomi yang masih belum terpenuhi.

Page 36: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

6) Dina Harsono (2012) melakukan penelitian tentangAnalysis On

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO): A Qualitative Assessment On

The Success Factors For ISPO, yang diterbitkan dalam Journal

Management and Agribusiness di Institute Pertanian Bogor. Hasil

penelitiannya memaparkan tentang Bentuk Penerapan Sustainable Palm

Oil Oleh Industri-Industri Dalam Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

Yang Ada Di Indonesia. Selain itu terdapat beberapa faktor-faktor sukses

yang mempengaruhi implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil

(ISPO), salah satunya adalah terintegrasinya hubungan antara

pemerintah dan perusahaan perkebunan kelapa sawit berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Artinya ketaatan yang

dilakukan oleh stake holder perkebunan kelapa sawit kepada peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang pembangunan

berkelanjutan.

7) Hayatul Muchni (2008) melakukan penelitian tentangPengaruh

Keberadaan PT. PMKS (Pabrik Minyak Kelapa Sawit) Talikumain

terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu, yang

diterbitkan dalam Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah di

Universitas Sumatera Utara - Medan. Penelitiannya berfokus pada

perkembangan wilayah terutama aspek ekonomi karena pengaruh Pabrik

Minyak Kelapa Sawit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

keberadaan Pabrik Minyak Kelapa Sawit memang memberikan dampak

yang positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan

perekonomian daerah karena tersedianya banyak lapangan pekerjaan.

Page 37: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

8) Almasdi Syahza (2005) melakukan penelitian tentangDampak

PembangunanPerkebunan Kelapa SawitTerhadap

Multiplier Effect Ekonomi PedesaanDi Daerah Riau,

yang diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi di Universitas Tarumanegara -

Jakarta. Hasil penelitiannya memang membuktikan bahwa pembangunan

perkebunan kelapa sawit mampu memberikan dampak yang positif

terhadap perekonomian desa, hal ini dibuktikan dengan terangkatnya

perekonomian perdesaan sejak dilakukannya pembangunan perkebunan

kelapa sawit didaerah tersebut.

9) Salampak Haris (2011) melakukan penelitian tentangKontribusi

Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap penyerapan Tenaga Kerja dan

Peningkatan Pendapatan Pekerja Lokal Kabupaten Gunung Mas, yang

diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan di Universitas Gadjah

Mada - Yogyakarta. Hasil penelitian dari judul tersebut memperlihatkan

bahwa pertumbuhan ekonomi didaerah Gunung Mas meningkat dari

tahun ke tahun. Salah satu faktor keberhasilan tersebut karena

penyerapan tenaga kerja yang maksimal, dan sektor yang mampu

melakukan penyerapan tenaga kerja paling banyak adalah sektor

pertanian dengan sub-sektor perkebunan kelapa sawit.

Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu tersebut

adalah sama-sama melakukan penelitian di bidang perkebunan kelapa

sawit.Namun bukan berarti antara penelitian ini dengan beberapa penelitian

terdahulu tersebut tidak memiliki perbedaan.Terdapat beberapa perbedaan

antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu tersebut.Beberapa

Page 38: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perbedaan tersebut juga menjadikan penelitian ini memiliki aspek kebaharuan

dalam dunia penelitian.Pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mayoritas

lebih memaparkan mengenai perkembangan wilayah terkait dengan kegiatan

ekonomi seperti industri, pembangunan perkebunan dan pabrik minyak kelapa

sawit. Perkebunan Kelapa Sawit pada penelitian terdahulu umumnya dikelola

tanpa memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini menyebabkan

salah satu aspek dari pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek lingkungan

menjadi semakin terancam kelestariannya.Sedangkan dalam penelitian ini,

mencoba untuk memaparkan seberapa pentingnya pola pembangunan

berkelanjutan jika diterapkan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Sehingga dampak positif yang dirasakan tidak hanya untuk aspek ekonomi yang

sudah terbukti mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah dan

perekonomian masyarakat, tetapi dampak positif juga harus diberikan kepada

aspek lingkungan dan aspek social karena syarat dari pembangunan

berkelanjutan harus memberikan keberlanjutan pada aspek lingkungan, sosial,

dan ekonomi.Maka dari itu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian terdahulu tersebut adalah menghadirkan pola penerapan

pembangunan berkelanjutan dalam setiap pembangunan perkebunan kelapa

sawit, khusunya yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur.Mayoritas

penelitian terdahulu hanya berfokuskepada pembangunan perkebunan kelapa

sawit dan pengaruhnya terhadap perekonomian di suatu daerah.Akan tetapi,

pada penelitian ini tidak hanya berfokus kepada pengaruh perekonomian saja,

tetapi juga pengaruh pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap aspek

sosial, dan kelestarian lingkungan di sekitar perkebunan kelapa sawit. Selain itu,

pada penelitian ini juga akan memunculkan model pembangunan perkebunan

Page 39: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kelapa sawit berkelanjutan yang cocok diterapkan di Kabupaten Kotim,

dandiharapkan bisa menjadi acuan juga untuk daerah-daerah lainnya dalam

mengembangkan perkebunan kelapa sawit.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Perencanaan

Pembangunan Perkebunan yang Berbasis Sustinable Development di

Kabupaten Kotawaringin Timur

NO JUDUL HASIL

1. Respon Masyarakat Terhadap

Operasional Pabrik Kelapa Sawit

PT. Mustika Agung Sawit Sejahtera

Di Kelurahan Balai Raja Kecamatan

Pinggir Kabupaten Bengkalis

Tommy H Pandiangan (2012).

Jurnal Ekonomi Pembangunan di

Universitas Negeri Padang

Masyarakat yang merespon positif

pendirian pabrik lebih besar dari pada

masyarakat yang merespon negatif.

Masyarakat yang merespon positif

terdapat 36 responden (70.50%),

sedangkan yang merespon negatif

pendirian pabrik ada 15 responden

(29.41%).

2. Percepatan Ekonomi Pedesaan

Melalui Pembangunan Perkebunan

Kelapa Sawit

Almasdi Syahza, (2011). Jurnal

Ekonomi Pembangunan di

Universitas Riau – Pekanbaru

Kegiatan perkebunan kelapa sawit di

pedesaan menciptakan angka multiplier

effect sebesar 3,03, terutama dalam

lapangan pekerjaan dan peluang

berusaha. Indek kesejahteraan petani di

pedesaan tahun 2003 sebesar 1,72.

Berarti pertumbuhan kesejahteraan

petani mengalami kemajuan sebesar 172

persen. Pada periode tahun 2003-2006

indek kesejahteraan petani 0,18 dan

periode tahun 2006- 2009 juga

mengalami positif sebesar 0,12. Ini

berarti kesejahteraan petani pada periode

tersebut meningkat sebesar 12 persen.

NO JUDUL HASIL

Page 40: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 2.1

Lanjutan Tabel 2.1

3. Evaluasi Proyek Pembangunan

Perkebunan Di Kabupaten Kupang

Daud Anthon Charles, (2002).

Jurnal Ekonomi Pembangunan di

Universitas Gadjah Mada –

Yogyakarta

Walaupun terjadi perubahan harga

dengan asumsi sebesar10 persen,

proyek pembanguna perkebunan di

Kabupaten Kupang tetap layak, karena

tidak sensitif terhadap kemungkinan

perubahan yang akan terjadi, dan tidak

menyebabkan proyek menjadi tidak layak

untuk dilaksanakan.

4. Potensi Pendapatan Asli Daerah

Dari Perkebunan Kelapa Sawit Dan

Hutan Bekas Tebangan Di

Kalimantan Timur

Atika Pambudhi, (2010). Jurnal

Ekonomi Pembangunan di

Universitas Gadjah Mada –

Yogyakarta

Trend potensi pendapatan asli daerah

provinsi Kalimantan timur dari

perkebunan kelapa sawit menunjukkan

grafik parabola yang cembung dengan

persamaan Y= -53524X2 + 2E07X –

4E07 dengan PAD maksimum pada

tahun ke-17 yaitu sebesar

Rp97.377.324,-, setelah itu mulai

menurun hingga pada tahun ke-25

mencapai Rp11.657.446,-. Tanaman

sawit tidak dapat lagi berproduksi setelah

melewati tahun ke-25, sehingga mesti

memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi pemerintah maupun bagi

masyarakat, namun perkebunan kelapa

sawit kurang sesuai dengan konsep

pembangunan berkelanjutan.

NO JUDUL HASIL

Page 41: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

5. Analisis Lingkungan, Sosial, dan

Ekonomi Dalam Pengelolaan

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Berdasarkan Kriteria

ISPO di PT. TAPIAN

NADENGGAN

Dewi Agustina, (2014). Jurnal

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup di Institute

Pertanian Bogor.

Perusahaan masih belum maksimal

dalam melaksanakan pembangunan

berkelanjutan untuk pengelolaan

perkebunan kelapa sawit didalam

perusahaan tersebut, hal ini dilihat dari

aspek lingkungan, social, dan ekonomi

yang masih belum terpenuhi.

6. Analysis On Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO): A Qualitative

Assessment On The Success

Factors For ISPO

Dina Harsono, (2012).Journal

Management and Agribusiness di

Institute Pertanian Bogor

Bentuk Penerapan Sustainable Palm Oil

Oleh Industri-Industri Dalam Pengelolaan

Perkebunan Kelapa Sawit Yang Ada Di

Indonesia. Selain itu terdapat beberapa

faktor-faktor sukses yang mempengaruhi

implementasi Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO), salah satunya adalah

terintegrasinya hubungan antara

pemerintah dan perusahaan perkebunan

kelapa sawit berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Artinya ketaatan yang dilakukan oleh

stake holder perkebunan kelapa sawit

kepada peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang pembangunan

berkelanjutan.

NO JUDUL HASIL

Page 42: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 2.1

Sumber : data primer diolah, 2016

2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah

7. Pengaruh Keberadaan PT. PMKS

(Pabrik Minyak Kelapa Sawit)

Talikumain terhadap

Pengembangan Wilayah di

Kabupaten Rokan Hulu

Hayatul Muchni, (2008).Jurnal

Perencanaan & Pengembangan

Wilayah di Universitas Sumatera

Utara – Medan

Keberadaan Pabrik Minyak Kelapa Sawit

memang memberikan dampak yang

positif terhadap perekonomian

masyarakat sekitar dan perekonomian

daerah karena tersedianya banyak

lapangan pekerjaan.

8. Dampak

PembangunanPerkebunan

Kelapa

SawitTerhadapEkonomi

PedesaanDi Daerah Riau

Almasdi Syahza, (2005). Jurnal

Ekonomi di

UniversitasTarumanegara–Jakarta

Pembangunan perkebunan kelapa sawit

mampu memberikan dampak yang positif

terhadap perekonomian desa, hal ini

dibuktikan dengan terangkatnya

perekonomian perdesaan sejak

dilakukannya pembangunan perkebunan

kelapa sawit didaerah tersebut.

9. Kontribusi Perkebunan Kelapa

Sawit Terhadap penyerapan

Tenaga Kerja Kabupaten Gunung

Mas

Salampak Haris, (2011). Jurnal

Ekonomi Pembangunan di

Universitas Gadjah Mada –

Yogyakarta

Pertumbuhan ekonomi didaerah Gunung

Mas meningkat dari tahun ke tahun.

Salah satu faktor keberhasilan tersebut

karena penyerapan tenaga kerja yang

maksimal, dan sektor yang mampu

melakukan penyerapan tenaga kerja

paling banyak adalah sektor pertanian

dengan sub-sektor perkebunan kelapa

sawit.

Page 43: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Menurut Tarigan (Tarigan, 2012:3) perencanaan dapat berarti mengetahui

dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor

non-controllable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas,

menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dpat dicapai, serta mencari

langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan menurut ahli

perencana kota, Conyers dan Hill (dalam Haryono 2010:5) menyebutkan bahwa

perencanaan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang menghasilkan

keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan tentang alternatif penggunaan sumber

daya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai suatu bagian dari

tujuan jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Keberhasilan

pembangunan memerlukan perencanaan yang baik, Tjokroamidjojo

(Tjokroamidjojo, 1994:12) merumuskan perencanaan sebagai berikut :

a) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya

terdapat pada tiap jenis usaha manusia.

b) Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-

baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efektif dan

efesien.

c) Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai, bagaimana,

bilamana, dan oleh siapa.

Tipologi perencanaan dibagi atas empat macam yang didasarkan pada

pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut (Fianstein dan Norman, 1991:39):

Page 44: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

a) Traditional planning (perencanaan tradisional). Pada jenis perencanaan ini

perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem

kota yang telah rusak. Biasanya pada konsep perencanaan ini membuat

kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada

perencanaan tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan

lingkungan perkotaan dengan menggunakan standar dan metode yang

professional.

b) User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna).

Konsep perencanaan ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk

mengakomodasi pengguna dari produk perencanaan tersebut, dalam hal ini

masyarakat kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan, harus

dilibatkan dalam setiap proses perencanaan (bottom-up).

c) Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi). Pada perencanaan ini berisikan

program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses

pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada

perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui

program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.

d) Incremental Planning (Perencanaan dukungan). Pada perencanaan yang

bersifat dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap

permasalahan-permasalahan perkotaan. Produk perencanaan ini bersifat

analisis yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan

dampak positif dan dampak negatif dari sebuah kebijakan.

Menurut Glasson (dalam Tarigan, 2005:93) menyebutkan bahwa tipe-tipe

perencanaan terdiri dari ; physical planning and economic planning, allocative

and innovative planning, multi or single objective planning, dan indicative or

Page 45: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

imperative planning. Selanjutnya di Indonesia juga dikenal beberapa jenis

perencanaan seperti : top-downand bottom-up planning, vertical and horizontal

planning, dan perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung dan

yang tidak melibatkan masyarakat sama sekali (Tarigan, 2005:95). Uraian

masing-masing jenis perencanaan tersebut dikemukakan sebagai berikut :

1) Perencanaan Fisik versus Perencanan Ekonomi. Pada dasarnya

pembedaan ini didasarkan atas isi atau master dari perencanaan. Namun

demikian, orang awam terkadang tidak bisa melihat perbedaan antara

perencanaan fisik dengan perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik

(physical planning) adalah perencanaan untuk mengubah atau

memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata

ruang atau tata guna, perencanaan jalur transportasi/komunikasi,

penyediaan fasilitas untuk umum, dan lain-lain. Perencanaan ekonomi

(economic planning) berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi

suatu wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat

kemakmuran suatu wilayah. Perencanaan ekonomi didasarkan atas

mekanisme pasar, sedangkan perencanaan fisik lebih didasarkan atas

kelayakan teknis. Perlu dicatat bahwa apabila perencanaan itu bersifat

terpadu, perencanaan fisik berfungsi untuk mewujudkan berbagai sasaran

yang ditetapkan di dalam perencanaan ekonomi. Akan tetapi, ada juga

keadaan di mana hasil perencanan fisik harus mempertimbangkan

perencanaan ekonomi, misalnya dalam hal tata ruang.

2) Perencanaan Alokatif versus Perencanaan Inovatif. Pembedaan ini

didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu antara

perencanaan model alokatif dan perencanaan yang bersifat inovatif.

Page 46: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Perencanaan alokatif (alocative planning) berkenaan dengan

menyukseskan rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih

tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Jadi, inti kegiatannya

berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai

tujuan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien sepanjang waktu.

Karena sifatnya, model perencanaan ini kadang-kadang disebut

regulatory planning (mengatur perencanaan). Dalam perencanaan inovatif

(innovative planning), para perencana lebih memiliki kebebasan, baik

dalam menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai

target tersebut. Artinya, mereka dapat menetapkan prosedur atau cara-

cara, yang penting target itu dapat dicapai atau dilampaui. Perencanaan

inovatif juga berlaku apabila ada kegiatan baru yang perlu dibuat

prosedur atau sistem kerjanya yang selama ini belum ada.

3) Perencanaan Bertujuan Jamak versus Perencanaan Bertujuan Tunggal.

Pembedaan ini didasarkan atas luas pandang (scope) yang tercakup,

yaitu antara perencanaan bertujuan jamak dan perencanaan tunggal.

Perencanaan dapat mempunyai dan sasaran tunggal atau jamak.

Perencanaan bertujuan tunggal apabila sasaran yang hendak dicapai

adalah sesuatu yang dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu

dan bersifat tunggal. Misalnya, rencana pemerintah untuk membangun

100 unit rumah di suatu lokasi tertentu. Perencanaan bertujuan ini tidak

mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain yang mungkin

ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian utama.

Perencanaan bertujuan jamak adalah perencanaan yang memiliki

beberapa tujuan sekaligus. Misalnya, rencana pelebaran dan

Page 47: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

peningkatkan kualitas jalan penghubung yang ditujukan untuk

memberikan berbagai manfaat sekaligus, yaitu agar perhubungan di

daerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya permukiman baru dan

mendorong bertambahnya aktivitas pasar di daerah tersebut. Terkadang

ada juga sasaran lain dengan dibukanya jalan baru yang bisa saja tidak

dinyatakan secara tegas dalam rencana itu sendiri. Misalnya, makin

lancarnya komunikasi sehingga masyarakat setempat makin terbuka

untuk pembaruan dan makin lancarnya perdagangan. Perencanaan

ekonomi umumnya bertujuan jamak sedangkan perencanaan fisik ada

yang bertujuan tunggal tetapi ada juga yang bertujuan jamak.

4) Perencanaan Indikatif Versus Perencanaan Imperatif. Pembedaan ini

didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat kewenangan

dari institusi pelaksana. Perencanaan indikatif adalah perencanaan di

mana tujuan yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk

indikasi, artinya tidak dipatok dengan tegas. Tujuan bisa juga dinyatakan

dalam bentuk indikator tertentu, namun indikator ini sendiri bisa konkret

dan bisa hanya perkiraan (indikasi). Tidak diatur bagaimana cara untuk

mencapai tujuan tersebut. Tidak diatur prosedur ataupun langkah-langkah

untuk mencapai tujuan tersebut, yang penting indikator yang dicantumkan

dapat tercapai. Dalam perencanaan itu mungkin terdapat petunjuk atau

pedoman, yaitu semacam nasehat bagaimana sebaiknya rencana itu

dijalankan, tetapi pedoman itu sendiri tidak terlalu mengikat. Pelaksana di

lapangan masih dapat melakukan perubahan sepanjang tujuan ingin

dicapai dapat dicapai atau dilampaui dengan besaran biaya tidak

melampaui yang ditentukan. Perencana imperatif adalah perencanaan

Page 48: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

yang mengatur baik sasaran, prosedur, pelaksana, waktu pelaksanaan,

bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk menjalankan

rencana tersebut. Itulah sebabnya mengapa perencanaan ini disebut

perencanaan komando. Pelaksana di lapangan tidak berhak mengubah

apa yang tertera dalam rencana. Hampir mirip dengan tipe perencanaan

di atas adalah yang menggunakan bentuk kombinasi lain, yaitu induced

planning versus imperative planning. Pembedaan dalam kombinasi

terakhir ini lebih didasarkan atas kewenangan dari institusi terlibat.

Induced planning adalah perencanaan dengan sistem rangsangan.

Perencanaan dengan sistem rangsangan, yaitu apabila pemerintah pada

level yang lebih tinggi memberi rangsangan kepada pemerintah yang

lebih rendah. Hal ini terjadi jika pemerintah pada level yang lebih rendah

mau melaksanakan program yang diinginkan oleh pemerintah pada level

yang lebih tinggi.

5) Top Down Versus Bottom Up Planning. Pembedaan perencanaan jenis ini

didasarkan atas kewenangan dari institusi yang terlibat. Perencanaan

model Top Down dan Bottom Up hanya berlaku apabila terdapat

beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan atau beberapa jenjang

jabatan di perusahaan yang masing-masing tingkatan diberi wewenang

untuk melakukan perencanaan. Perencanaan model top-down adalah

apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada institusi

yang lebih tinggi di mana institusi perencana pada level yang lebih rendah

harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi.

Rencana dari institusi yang lebih tinggi tersebut harus dijadikan bagian

rencana institusi yang lebih rendah. Umumnya yang terjadi adalah

Page 49: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kombinasi antara kedua model tersebut. Akan tetapi dari rencana yang

dihasilkan oleh kedua level institusi perencanaan tersebut, dapat

ditentukan model mana yang lebih dominan. Apabila yang dominan

adalah top-down maka perencanaan itu disebut sentralistik, sedangkan

apabila yang dominan adalah bottom-up maka perencanaan itu disebut

desentralistik.

6) Vertical Versus Horizontal Planning. Pembedaan ini juga didasarkan atas

perbedaan kewenangan antar institusi walaupun lebih ditekankan pada

perbedaan jalur koordinasi yang diutamakan perencana. Vertical planning

adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi antar berbagai

jenjang pada sektor yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan

sektoral, jadi menekankan pentingnya koordinasi antar berbagai jenjang

pada instansi yang sama. Tidak diutamakan keterkaitan antar sektor atau

apa yang direncanakan oleh sektor lainnya, melainkan lebih melihat

kepada kepentingan sektor itu sendiri itu bagaimana hal ini dapat

dilaksanakan oleh berbagai jenjang pada instansi yang sama di berbagai

daerah secara baik dan terkoordinasi untuk mencapai sasaran sektoral.

Horizontal planning menekankan keterkaitan antar berbagai sektor

sehingga berbagai sektor itu dapat berkembang secara bersinergi.

Horizontal planning melihat pentingnya koordinasi antar berbagai instansi

pada level yang sama, ketika masing-masing instansi menangani

kegiatan atau sektor yang berbeda. Horizontal planning menekankan

keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama. Antara

kedua model perencanaan itu harus terdapat arus bolak-balik sehingga

dihasilkan rencana yang baik.

Page 50: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

7) Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung Versus yang

tidak melibatkan masyarakat. Pembedaan ini juga didasarkan atas

kewenangan yang diberikan kepada institusi perencanaan yang sering

kali terkait dengan luas bidang yang direncanakan. Perencanaan yang

melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila sejak awal

masyarakat telah diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun

rencana tersebut. Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat adalah

apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan paling-paling hanya

dimintakan persetujuan dari DPRD untuk persetujuan akhir. Perencanaan

yang tidak melibatkan masyarakat misalnya apabila perencanaan itu

bersifat teknis pelaksanaan, bersifat internal, menyangkut bidang yang

sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut dengan kepentingan

orang banyak. Persetujuan DPRD pun umumnya tidak dimintakan untuk

perencanaan seperti itu. Perencanaan yang bersangkut paut dengan

kepentingan orang banyak mestinya melibatkan masyarakat tetapi dalam

prakteknya masyarakat hanya diwakili oleh orang-orang yang

dikategorikan sebagai tokoh masyarakat. Dalam praktiknya, kedua

pembagian di atas tidaklah mutlak. Artinya, perencanaan sering

mengambil bentuk diantara keduanya. Perencanaan yang melibatkan

masyarakat luas hanya mungkin untuk wilayah yang kecil, misalnya

lingkungan desa atau kelurahan, dan kecamatan. Untuk wilayah yang

lebih luas, biasanya hanya mungkin dengan cara mengundang tokoh-

tokoh masyarakat atau pimpinan organisasi kemasyarakatan. Seringkali

tokoh masyarakat atau organisasi kemasyarakatan hanya dilibatkan pada

diskusi awal untuk memberikan masukan dan pada diskusi akhir untuk

Page 51: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

melihat bahwa aspirasi mereka sudah tertampung. Perencanaan yang

menyangkut kepentingan masyarakat banyak harus mendapat

persetujuan DPRD sebagai perwakilan dari kepentingan masyarakat.

Sedangkan perencanaan Wilayah adalah suatu proses perencanaan

pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah

perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah,

dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau

mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi

yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi

dan Bratakusumah, 2003:48). Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah

yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan

wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori

pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses

input-output barang dan jasa maupun orang. Dalam sistem wilayah keluar masuk

orang atau barang dan jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala

nasional bersifat lebih tertutup (Riyadi dan Bratakusumah, 2003:53).

Perencanaan Pembangunan Wilayah adalah “Suatu usaha yang

sistematik dari berbagai pelaku (aktor) seperti : umum (publik/masyarakat),

pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang

berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik,

sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya dengan cara:

1) secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan

pembangunan daerah;

Page 52: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2) merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah;

3) menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi),

4) melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan” (Solihin 2005:25).

Menurut Archibugi (Archibugi, 2008:74) berdasarkan penerapannya, teori

perencanaan wilayah dapat dibagi atas empat komponen yaitu :

a) Physical Planning (Perencanaan fisik). Perencanan yang perlu dilakukan

untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan

perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota

dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik

simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub

bagian kota secara komprehensif. Dalam perkembangannya teori ini telah

memasukkan kajian tentang aspek lingkungan. Bentuk produk dari

perencanaan ini adalah perencanaan wilayah yang telah dilakukan oleh

pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam bentuk master plan (tata

ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan).

b) Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro). Dalam

perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah. Mengingat

ekonomi wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori

ekonomi makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi,

pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja,

produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi

makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan ekonomi wilayah guna

merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentuk produk dari

Page 53: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga keuangan,

kesempatan kerja, dan tabungan.

c) Social Planning (Perencanaan Sosial). Perencanaan sosial membahas

tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan

tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial

diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program

pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah

kebijakan demografis.

d) Development Planning (Perencanaan Pembangunan). Perencanaan ini

berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif

guna mencapai pengembangan wilayah.

Menurut GTZ (German Technical Cooperation) dalam LAN (2007:14)

mendefinisikan perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu yang

sistematik dari bebagai pelaku (actor), baik umum (public) , swasta maupun

kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi

saling ketergantungan aspek-aspek fisik, social-ekonomi dan aspek-aspek

lingkungan lainnya dengan cara : (a) secara terus-menerus menganalisis kondisi

dan pelaksanaan pembangunan daerah ; (b) merumuskan tujuan-tujuan dan

kebijakan-kebijakan pembangunan daerah ; (c) menyusun konsep strategi-

strategi bagi pemecahan masalah (solusi) ; dan (d) melaksanakannnya dengan

menggunakan sumber-sumber daya masalah sehingga peluang-peluang baru

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara

berkelanjutan.

Page 54: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

perencanaan pembangunan merupakan pemilihan cara atau pemilihan langkah

dalam mencapai tujuan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan

perubahan kea rah yang lebih baik dengan menggunakan sumber daya yang ada

secara efektif dan efesien. Perencanaan memang dibutuhkan ketika

akanmelakukan pembangunan. Hal ini dikarenakan dengan melakukan

perencanaan maka arah pembangunan kedepannya akan menjadi jelas.

Dalam konteks desentralisasi (otonomi daerah), Pemerintah Daerah

(Kabupaten/Kota) memiliki wewenang penuh untuk merencanakan dan

melaksanakan pembangunannya yang didasarkan pada kekayaan sumber daya

alam dan manusia yang dimilikinya. Perubahan dari system sentralisasi menjadi

desentralisasi menyebabkan terjadi perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan

politik yang sangat fundamental yang menuntut perlunya sistem perencanaan

pembangunan daerah yang komprehensif dan mengarah kepada perwujudan

kepemerintahan yang baik (good governance) yang antara lain adalah :

transparansi, akuntabilitas, demokrasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada

akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana

pembangunan yang semakin terbatas sehingga menjadi lebih efesien dan efektif

serta berkelanjutan. Dalam dinamika desentralisasi, ada suatu daerah yang

mampu memacu pembangunan secara cepat, sementara itu ada juga daerah

lainnya yang mengalami banyak masalah atau kendala dalam melaksanakan

pembangunannya. Laju pertumbuhan pembangunan daerah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain kemampuan untuk menggunakan kekuatan dan

peluang yang dimiliki serta kemampuan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan

maupun masalah dan ancaman yang dihadapi dalam proses pembangunannya.

Page 55: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Dalam proses perencanaan pembangunan daerah, kata kuncinya adalah

konsultasi publik. Untuk mematikan bahwa rencana pembangunan yang

dihasilkan searah dengan kebutuhan yang secara jelas dengan basis kenyataan

dilapangan melalui konsultasi publik. Dari perspektif hasil pembangunan,

perencanaan pembangunan daerah secara terpadu harus memenuhi syarat

berikut :

a) Memastikan penyediaan pelayanan yang berkelanjutan

b) Menumbuh-kembangkan penbingkatan kehidupan sosial dan

perekonomian.

c) Menumbuh-kembangkan lingkungan hidup yang sehat dan aman

d) Memprioritaskan kebutuhan dasar masyarakat

e) Merangsang partisipasi masyarakat

Selain itu, perencanaan pembangunan secara terpadu sekaligus

merangkum pula sistem pengelolaan pelaksanaan (performance management)

dan pengelolaan anggaran (performance budgeting). Tujuannya adalah untuk

memastikan bahwa pemerintah daerah telah secara memadai memprioritaskan

anggarannya sekaligus menunjukkan kemampuannya untuk memantau serta

menyusun laporan pertanggungjawaban pada akhir periode rencana.Laporan

pertanggungjawaban dibuat berdasarkan tolak ukur yang jelas atau eksplisit,

terperinci, dan telah disusun dan disepakati sejak tersusunnya rencana

pembangunan tersebut.

Page 56: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2.3 Konsep Sustainable Development

Keterkaitan antara permasalahan lingkungan dengan pertumbuhan

ekonomi dan sosial menjadi anomali dalam konsep „sustainable development‟

(Pembangunan Berkelanjutan). Konsep Sustainable Development memberikan

wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam di masa

depan, generasi yang akan datang “pembangunan yang memenuhi kebutuhan

sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri”. Dalam proses pembangunan

berkelanjutan terdapat proses perubahan yang terencana, yang didalamnya

terdapat eksploitasi sumberdaya, arah investasi orientasi pengembangan

teknologi, dan perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam keadaan

yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk

memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Demikian pula perkembangan

penduduk perlu diperhatikan dalam mencapai keberlanjutan pembangunan, dan

karenanya jumlah dan perkembangan penduduk haruslah dalam keseimbangan

dengan perubahan potensi produk ekosistem (Samodra Wijaya, 1991 : 4).

Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yakni ekonomi,

sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek

tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan

hubungan sebab – akibat. Hubungan ekonomi dan sosial diharapkan dapat

menciptakan hubungan yang adil ( equitable ). Hubungan antara ekonomi dan

lingkungan diharapkan dapat terus berjalan ( viable ). Sedangkan hubungan

antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan ( bearable ).

Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial , dan lingkungan akan menciptakan

Page 57: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kondisi berkelanjutan (sustainable) (Samodra Wijaya, 1991 : 7). Hubungan

ketiganya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Sumber :

www.academia.edu/8584936/Teori_Pembangunan_Kota_Berkelanjutan_Urban_

Sustainable_Development diakses pada 10/12/2015

Gambar 2.1Aspek-Aspek Sustainable Development

1. Keberlajutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlajutan

pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang

dapat merusak produksi pertanian dan industri.

2. Keberlajutan lingkungan diartikan sebagai sistem keberlanjutan secara

lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari

eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini

juga menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara,

dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber

ekonomi.

3. Keberlajutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang

mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan,

pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

Page 58: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sustainable akan tercapai bila ketiga pilar : ekonomi, lingkungan dan

sosial dilaksanakan secara bersamaan karena memang ketiganya saling

bersinergi. Kalau hanya dua pilar yang jadi fokus kita, maka hasil yang dicapai

hanya viable (hasil pelaksanaan antara lingkungan dan ekonomi), atau equitable

saja (bila yang dilaksanakan hanya sosial dan ekonomi), bahkan mungkin hanya

dapat nilai bearable bila pembangunan lingkungan dan sosial saja yang

dilaksanakan. Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut saat ini adalah

menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan sistem politik

dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga

pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud (Samodra Wijaya,

1991:11).

Menurut Research Triangle Institute, 1996 (dalam Budihardjo, 2009 : 142)

dalam mewujudkan kota berkelanjutan diperlukan beberapa prinsip dasar yang

dikenal dengan Panca E yaitu Environment (Ecology) , Economy (Employment),

Equity, Engagement dan Energy :

Sumber :

www.academia.edu/8584936/Teori_Pembangunan_Kota_Berkelanjutan_Urban_

Sustainable_Development diakses pada 10/12/2015

Gambar 2.2Prinsip Dasar Sustainable Development

Page 59: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Dari 5 prinsip dasar tersebut maka digambarkan secara rinci lima kaidah

prinsip dasar kota berkelanjutan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Perbedaan Kaidah 5 Prinsip Antara Kota yang Kurang

Berkelanjutan dengan yang Sudah Berkelanjutan

ASPEK PENDEKATAN KOTA

YANG KURANG

BERKELANJUTAN

PENDEKATAN KOTA

YANG

BERKELANJUTAN

EKONOMI

Pendekatan Kompetisi,industri besar,

retensi bisnis dan

ditarget,ekspansi

Kerjasama strategis,

peningkaan keahlian

pekerja, infrastruktur dasar

dan informasi

Hubungan antara

perkembangan sosial

dan ekonomi

Kesenjangan yang

bertambah,kesempatan

kerja terbatas dilihat

sebagai tanggung jawab

pemerintah

Penanaman modal

strategis pada tenaga

kerja dan kesempaten

kerja dilihat sebagai

tanggung jawab bersama

(pemerintah, swasta dan

masyarakat)

EKOLOGI (LINGKUNGAN)

Peraturan penggunaan

tanah

Penggunaan tertinggi

dan terbaik; penggunaan

lahan yang tunggal

(terpisah), kurang

terpadu dengan sistem

transportasi, pemekaran

kota tanpa kendala

Penggunaan lahan

campuran, koordinasi

dengan sistem

transportasi, menciptakan

taman,menetapkan batas

perkembangan/pemekaran

kota

Page 60: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 2.2

ASPEK PENDEKATAN KOTA

YANG KURANG

BERKELANJUTAN

PENDEKATAN KOTA

YANG

BERKELANJUTAN

EQUITY

(PEMERATAAN)

Disparitas Disparitas yang makin

meningkatkan antar

kelompok income dan

ras

Disparitas kurang dan

kesempatan yang

seimbang

ENGAGEMENT

(PERAN SERTA)

Partisipasi rakyat Diminimalkan Dioptimalkan

Kepemimpinan Isolasi dan fragmentasi Justifikasi jurisdiksi silang

Regional Kompetisi Kerjasama strategis

Peran pemerintah Penyedia jasa, regulator,

komando dan pusat

kontrol

Fasilitator pemberdayaan,

Negosiator dan menyaring

masukan dari bawah

ENERGI

Sumber energi Pengurasan Pengehematan

Sistem Transportasi Mengutamakan

kendaraan pribadi yang

boros energi

Mengutaakan transportasi

umum,massal,hemat

energi

Alternatif Alternatif energi terbatas Alternatif energi meluas

Bangunan Menggunakan

pencahayaan dan

penghematan artifisial

Mendayagunakan

pencahayaan dan

penghematan alami

Sumber : Research Triangle Institute, 1996 dalam Budihardjo Tahun 2009 (data

primer diolah)

Pembangunan berkelanjutan memerlukan perspektif jangka panjang.

Lebih lanjut secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pencapaian

keberlanjutan dalam hal (1) ekologis, (2) ekonomi, (3) sosial budaya, (4) politik,

dan (5) keberlanjutan pertahanan dan keamanan (Surya T, Djajadiningrat,

Page 61: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2005:123). Keberlanjutan ekologis merupakan prasyarat pembangunan demi

keberlanjutan kehidupan karena akan menjamin keberlanjutan eksistensi bumi.

Dikaitkan dengan kearifan budaya, masing-masing suku di Indonesia memiliki

konsep yang secara tradisional dapat menjamin keberlangsungan ekologis.

Keberlanjutan ekonomi yang terdiri atas keberlanjutan ekonomi makro dan

keberlanjutan ekonomi sektoral merupakan salah satu aspek keberlanjutan

ekonomi dalam perspektif pembangunan. Dalam keberlanjutan ekonomi makro

tiga elemen yang diperlukan adalah efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi

yang berkesinambungan dan peningkatan pemerataan dan distribusi

kemakmuran. Hal ini akan dapat tercapai melalui kebijaksaaan ekonomi makro

yang tepat guna dalam proses struktural yang menyertakan disiplin fiskal dan

moneter. Sementara itu keberlanjutan ekonomi sektoral yang merupakan

keberlanjutan ekonomi makro akan diwujudkan dalam bentuk kebijaksanaan

sektoral yang spesifik. Kegiatan ekonomi sektoral ini dalam bentuknya yang

spesifik akan mendasarkan pada perhatian terhadap sumber daya alam yang

bernilai ekonomis sebagai kapital. Selain itu koreksi terhadap harga barang dan

jasa, dan pemanfaatan sumber daya lingkungan yang merupakan biosfer

keseluruhan sumber daya. Dalam hal keberlanjutan sosial dan budaya, secara

menyeluruh keberlanjutan sosial dinyatakan dalam keadilan sosial. Hal-hal yang

merupakan perhatian utama adalah stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan

dasar manusia, pertahanan keanekaragaman budaya dan partisipasi masyarakat

lokal dalam pengambilan keputusan. Dibidang keberlanjutan politik terdapat

pokok pikiran seperti perhatian terhadap HAM, kebebasan individu, hak-hak

sosial, politik dan ekonomi, demokratisasi serta kepastian ekologis. Sedangkan

keberlanjutan di bidang pertahanan dan keamanan adalah keberlanjutan

Page 62: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dan

gangguan. Persoalan berikutnya adalah harmonisasi antar struktur (suprastruktur

dan infrastruktur) dalam menghadapi atau melaksanakan idealisasi

pembangunan yang berkelanjutan. Apabila selama ini terjadi ketimpangan, maka

yang terjadi adalah disharmonisasi yang berdampak pada hal yang lebih luas

yaitu yang menyangkut nasionalisme, rasa kebangsaan dan “pudarnya negara

bangsa”.

2.4 Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan

Penelitian ini menegaskan bahwa pentingnya mengembangkan strategi

keberlanjutan di tingkat daerah,dan memang untuk keberlanjutan ini paling efektif

dilakukan pada skala lokal atau regional.Dengan demikian, perencana

mengetahui makna keberlanjutan dalam perencanaan pembangunan untuk kota

dan penghuninya. Pada ideologi perencanaan modern tegas dinyatakan bahwa

perencanaan dilakukan dengan konservasi sumber daya alam dengan tujuan

universal.Efektivitas perencanaan dalam mempromosikan keberlanjutan adalah

hal yang terus ditekankan, oleh karena itu harus ditentukan dalam beberapa

bagian dengan pemahaman waktu, warisan, konservasi, kemajuan, dan masa

depan. Tiga aspek pembangunan berkelanjutan yang menguraikan daerah

substantif keberlanjutan, di mana perencana mencoba untuk mempertahankan 3

keseimbanganyaitu : perlindungan lingkungan, pembangunan ekonomi, dan

keadilan sosial. Campbell (1996:67) menunjukkan bahwa penambahan huruf "P"

untuk politik dan pemerintahan sangat penting untuk melengkapi model praktek

perencanaan berkelanjutan.

Page 63: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Oleh karena itu, perencanaan berkelanjutan mempertimbangkan implikasi

dari pengambilan keputusan pada sistem manusia dan memperkuat kemitraan

antara organisasi dan tokoh masyarakat yang diajak bekerjasama untuk masa

depan yang lebih berkelanjutan. Jenis usaha lintas disiplin yang membutuhkan

kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan mungkin memerlukan

pengembangan “matrix kebijakan" yang lebih mempromosikan keberlanjutan

daripada merusak upaya keberlanjutan daerah (Beatley & Manning,

1997:43).Mengingat pentingnya perencanaan dalam mencapai keberlanjutan,

maka diperlukan kekreatifanuntuk alat perencanaan local.Perencanaan terkait

erat dengan pembangunan berkelanjutan dalam hal prinsip dan persyaratan dari

intervensi professional, serta berhubungan erat dengan proses penting dalam

menyelesaikan konflik yang dihadapi dalam melaksanakan prinsip keberlanjutan.

Perencana harus mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekuatan perencanaan

dalam membawa perubahan yang berarti menuju keberlanjutan daerah.Untuk

menghadapi tugas-tugas tersebut, perencana harus melakukan perencanaan

penggunaan lahan dan pengendalian pembangunan menuju praktek

keberlanjutan yang berfokus pada masyarakat.Sudah jelas bahwa perencana

harus memeriksa kembali pendekatan mereka untuk keberlanjutan di tingkat

kelembagaan, meneliti hambatan politik untuk menerapkan rencana dan praktek-

praktek berkelanjutan. Berikut ini merupakan metode/cara dalam melakukan

perencanaan pembangunan yang berkelanjutan :

a) Mengidentifikasi keberlanjutan daerah

b) Metode untuk penciptaan indikator lingkungan

c) Perubahan analisis metode dengan data satelit

d) Klasifikasi daerah perkotaan dan pedesaan

Page 64: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

e) Metode untuk menciptakan indikator sosial-ekonomi

Dalam perkembangannyateori Sustainable yang mulaidiperkenalkan

tahun 1987, sudahmenjadi dasar pemikiran bagi ahli perencanaan kota. Namun

secara umum dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan terdapat

beberapa tingkatan dalam melakukan perencanaan pembangunan berkelanjutan,

mulai dari lingkup yang paling kecil sampai dengan lingkup yang besar. Berikut di

bawah inimerupakan beberapa tingkatan sustainability planning yang dimulai dari

tataran yang makro (negara/daerah) sampai dengan yang palingmikro

(komponen dan bangunan) yang dapat dilihat pada gambar berikut :

a) Sustainable Development

Konsep Sustainable Development termasuk dalam tataran urban

planning,berawal dari keprihatinan pemimpin dunia untuk memelihara planet

bumi, yangdirasakan semakin memprihatinkan sebagai dampak dari

pembangunan.Diawali denganStockholm Conference, yang dilaksanakan 5 Juni

1972, yang melahirkanunderlyingconcept of sustainable

development.Permasalahan semakin berkembang, karena banyak negara

mengembangkanindustrinya, dengan menggunakan sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui.Negara miskin dan berkembang semakin terpuruk akibat

eksploitasi yang tak terkendaliterhadap potensi sumber daya alamnya, hanya

diperuntukkan untuk membayar hutangluar negeri serta pembelian teknologi dari

negara maju yang cenderung mubazir.

Pada 1983 PBB membentukWorld Commission on Environment and

Development (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan) yang diketuai

olehNy. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia Komisi ini menyelesaikan

Page 65: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

tugasnya pada1987 denganmenerbitkanlaporan “Our Common Future” yang

dikenaldengan LaporanBrundtland. Temalaporan ini adalahsustainable

development.Komisi inimendefinisikanpembangunan berkelanjutan sebagai

suatu upaya yang mendorong tercapainyakebutuhan generasi kini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi mendatang untukmemenuhi

kebutuhannya.Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomitanpa

mengorbankan standar lingkungan yang tinggi.

b) Sustainable Cities

Sustainable Cities merupakan lingkup yang lebih sempit dari konsep

sustainable development, biasa disebut dengan eco-city, yaitu suatu kota yang

dirancang denganmempertimbangkan dampak lingkungan. Lingkup yang diatur

dalam suatucakupan kotadengan memperhatikan ekologi. Eco-city diperkenalkan

pertama kali olehRichard Register pada tahun 1987 dalam bukunya Ecocity

Berkeley: Building Cities for aHealthy Future. Konsep dasar dari teori ini adalah

tetap berpegang teguh padapemanfaatan sumber daya lingkungan secara

berkeadilan, meninggalkanecology foot print yang seminal mungkin. Dengan

hambatan tersebut sebuah kota harusmampu memfaatkan sebesar-besarnya

teknologi di dalam menggunakan sumber dayadan lingkungan di dalam

upayanya untuk tetap bertahan dan berdaya saing.

Sustainable Citiesmerupakan salah satu turunan dari konsep sustainable

development yang dikembangkan oleh PBB mulai tahun 1990-an. Konsep utama

dariprogram ini adalah menciptakan lingkungan kota yang efisien dan produktif

bagipertumbuhan ekonomi nasional untukmenghasilkan sumber daya

yangdibutuhkan bagi investasi publik danswasta dalam perbaikan

Page 66: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

infrastruktur,pendidikan dan kesehatan, kondisihidup yang lebih baik, dan

pengentasankemiskinan. Dalampengertian lainSustainable Citiesmerupakan

respon terhadap gayahidup modern yang menggunakansumber daya alam

terlalu banyak,mengotori atau menghancurkanekosistem, meningkatkan

kesenjangan sosial, menciptakan pulau-pulau panasperkotaan, dan

menyebabkan perubahan iklim.Teori tentang sustainable cities ini secara aplikatif

banyak digunakan di kota-kotabesar di dunia, karena jika dijalankan akan

bermanfaat dalam hal : pengurangan urban sprawl, perbaikan mode dan

infrastruktur transportasi, kemampuan menghemat dan menciptakan sumberdaya

energy serta penataan arsitektur bangunan yang pintar. Sehinggakota tidak

akanmenghadapi kendala di dalam pengembangannya.

c) Sustainable Communities

Sustainable communities pertama kali diperkenalkan di Inggris yang

merupakan salah satu agenda pemerintah Inggris pada tahun 2005, yaitu

dengan munculnya deklarasiBristol Accord, 6 –7 December 2005. Sustainable

communities mampu menjaminpemenuhan beragam kebutuhan warga yang ada

saat ini maupun di masa yang akandatang, sensitif terhadap kondisi lingkungan,

dan mampu meningkatkan kualitaskehidupan yang lebih tinggi. Sumberdaya

akan aman dan inklusif, terencana, terbangun dan terus tumbuh dengan konsep

kesetaraan yang menawarkan kesempatan dan pelayanan yang baik bagi

semua. Prinsip dasar dari teori ini adalah penataan sebuah lingkup kota yang

didasarkanpada suatu karakter yang unik dari suatu kelompok masyarakat

tertentu, yangdigunakan sebagai potensi utama di dalam pengembangan

perekonomian. Padadasarnya tidak ada bentuk baku di dalam perencanaan kota

seperti ini namun paling tidaksebuah kota harus memiliki masyarakat yang :

Page 67: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Active, Inclusive dan Save : toleran dan kohesif dengan budaya

local yang kuat dan mau melaksanakan kegiatan komunitas

bersama

Well Run : masyarakat yang efektif dan inklusif, partisipatif dan

memiliki jiwa kepemimpinan

Well Connected : dengan layanan komunikasi yang

menghubungkan antar fungsi yaitu pekerjaan, sekolah, kesehatan

dan layanan lainnya

Well Served : dengan pelayanan publik yang prima dan terbuka

baik bagi swasta, maupun komunitas sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

Environmental Sensitive :memiliki kepekaan sosial dan lingkungan

yang tinggi

Thriving: mampu mengembangkan ekonomi lokal, beragam dan

inovatif.

Fair for Everyone : Jujur dan terbuka dengan sesame anggota

masyarakat dan anggota komunitas lain baik sekarang maupun di

masa yang akan datang

d) Sustainable Neighbourhood

Sustainable Neighbourhood adalah sebuah lingkungan yangberkelanjutan

merupakan mix used area yangbercitarasakan kemasyarakatan yang kuat,

yaitusebuah tempat di mana orang ingintinggal dan bekerja, sekarang dan

dimasa yang akan datang.Pada tingkatan ini dikembangkan padatataran lingkup

yang semakinsempit, sebagai bagian dari upaya agar semakin mengerucut di

dalam penangananmasalah keberlanjutan suatu komunitas atau

Page 68: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

lingkungan.Teori ini dilatar belakangi pada konseppemahaman terhadap sesuatu

yang kecil,lingkungan binaan paling kecil yangdiberdayakan dengan

sebijaksanamungkin menggunakan kaidah-kaidahsustainability. Dengan

penerapan dilingkungan yang paling kecil akanmembentuk sebuah lingkungan

yangbebas bergerak, bebas beraktifitas, bebasdan mudah bersosialisasi,

denganmenggunakan energy dan sumber dayalocal yang lebih efisien.

e) Sustainable Architecture

Sustainable Architecturemerupakan tataran yang jauh lebih mikro,

yangmengatur tentang konsep keberlanjutan dari sisi single building.Arsitektur

dengandiwakili oleh bangunan, juga ikut andil di dalam menyumbang efek rumah

kaca.Gerakanini sudah dimulai dari 1967, oleh Ian Mcharg, dengan design with

nature, yang kemudianlebih dipertajam olehMalcolm B. Wellsdi dalam thesisnya

Gentle Architecture yang menunjukkan peran lingkungan sangat berpengaruh

didalam perilaku desain yangdilakukan terhadap suhu ruangan.Namun

seiringdengan perkembangan teknologi, arsitektur sekarang tidak hanya sekedar

teori Vitruviusyang hanya berpilar 3 :struktur-fungsi-estetika, namun juga

pelibatan teknologididalamnya.

2.5 Perkebunan

Perkebunan merupakan usaha pemanfaatan lahan kering dengan

menanam komoditi tertentu. Berdasarkan jenis tanamannya, perkebunan dapat

dibedakan menjadi perkebunan dengan tanaman musim, seperti perkebunan

tembakau dan tebu, serta perkebunan tanaman tahunan, seperti perkebunan

kelapa sawit, karet, kakao, kopi, cengkeh, dan pala. Berdasarkan

pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi :

Page 69: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh

rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaan

dalam skala yang terbatas luasnya.

2. Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh

perusahaan yang berbadan hukum dikelola secara komersial dengan areal

pengusahaan yang sangat luas. Perkebunan Besar terdiri dari Perkebunan Besar

Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) Nasional/Asing.

Fungsi perkebunan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004

tentang Perkebunan bahwa perkebunan mencakup tiga hal.Pertama, fungsi

secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta

penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional.Kedua, fungsi ekologi yaitu

peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan

penyangga kawasan lindung. Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai

pemersatu kesatuan bangsa.Secara spesifik tujuan perkebunan, antara lain.

(Syamsulbahri, 1996:23):

a. meningkatkan produksi komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas,

kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya dalam rangka mendorong

peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan baku

industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas;

b. meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja, dan modal;

c. meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan, dan

pengusaha perkebunan;

d. meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan;

Page 70: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

e. meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha;

f. ikut membantu program transmigrasi;

g. membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan

pertumbuhan ekonomi antar wilayah;

h. meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber

daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan

lingkungannya;

i. ikut memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan

nasional dan keamanan ketertiban masyarakat.

Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai

tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan

kondisi daerah atau kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang

baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan merupakan komoditi yang

ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu sumber untuk

meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan

dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai

komoditi perkebunan yang diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun

perkebunan rakyat tidak dapat dipungkiri selalu diarahkan untuk mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan

antara sektor ekonomi dan lingkungan.

Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi

diletakkan pada intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan

berwawasan diversifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi.

Page 71: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Prospek pengembangan tanaman perkebunan mengacu pada penggunaan

lahan, upaya meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada satu macam

komoditi, tetapi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap

wilayah. Di samping itu pula untuk menghindari kerugian yang fatal apabila

terjadi kegagalan panen maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan

dengan penanaman aneka komoditi tanaman perkebunan beresiko kerugian

akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan menentukan jenis

tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan memberikan

peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi

tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.Secara

keseluruhan, volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai

peluang besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang

mempunyai prospek pasar yang bersaing (Situmorang, 2010:53).

2.5.1 Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan penamaan

dari Nama Elais guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun

1763.Berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit tumbuh di Martinique,

kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah.Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,

sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa

sawit berasal dari Guinea (Afrika). Tetapi walaupun tanaman kelapa sawit

berasal dari Nigeria dan Brazil, tanaman ini juga dapat tumbuh subur di Negara

lainnya seperti Malaysia, Indonesia, Ghana, Thailand, Papua Nugini, dan lain-lain

(Fauzi Y, dkk, 2012:15). Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya

mencapai 25 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang

banyak, Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging

Page 72: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

buahnya padat, daging dan kulit buahnya melindungi minyak.Taksonomi

tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Angiospermae

Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales)

Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae)

Marga (Genus) : Elaeis

Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq

Tanaman kelapa sawit secara umum tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada

tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini di karenakan

kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit berbuah pada

usia 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun sebagai periode matang (the mature

periode), dimana pada periode tersebut mulai mengalami buah tandan segar

(Fresh fruit bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia 11-20 tahun mulai

mengalami penurunan produksi buah tandan segar dan terkadang pada usia 20-

25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati (Suyatno, 1994:36).

Tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh maskapai

dagang Belanda Vereneging Ost Indische Compagnie (VOC) dari Bourbon,

Mauitaniia yang terletak di benua Afrika pada sekitar tahun 1869.VOC membawa

empat batang bibit kelapa sawit ke Indonesia (yang waktu itu masih bernama

Hindia) dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Pengusahaan kelapa sawit secara

komersial dilakukan pada tahun 1991 oleh perusahaan Sungai Liput Cuultur

Maatschapappij di Sungai Liput, Aceh danHuilleres de Sumatera – RCMA di Pulu

Radja. Perusahaan yang dikelola oleh seorang pengusaha berkebangsaan

Page 73: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Belgia yang bernama Hallet.Selanjutnya berdiri perusahaan-perusahaan lain di

Sumatera seperti Oilpalmen Cuultur di Tanah Itam Ulu, Seumadam Cuultuur

Maatschappij, Palmbolmen Cuultuur Maatschappij di Tanjung Genteng, Medang

Ara Cuultuur Maatschappij dan Huilleries de Deli. Selanjutnya di pantai timur

Sumatera, khususnya di Deli yang kemudian menjadi sentra produksi kelapa

sawit (Chamim M, dkk, 2012:44).

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia mengalami pertumbuhan yang

cukup pesat sejak tahun 1970 terutama periode 1980-an. Pada tahun 1980 luas

lahan kelapa sawit mencapai 294.560 Ha (hektar). Semula pelaku perkebunan

kelapa sawit hanya terdiri atas Perkebunan Besar Negara (PBN), namun pada

tahun yang sama pula dibuka Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan

Rakyat (PR) melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan selanjutnya

berkembang dengan pola swadaya. Data terakhir dari Direktoral Jendral

Perkebunan (2012) menunjukkan luas areal perkebunan kelapa sawit di

Indonesia pada tahun 2012 adalah seluas 7.363.847 Ha, sedangkan pada tahun

2015 adalah seluas 9.074.621 Ha atau mengalami laju pertumbuhan sebesar

23,23% pertahun. Dengan luas areal tersebut, Indonesia merupakan negara

produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia mencapai 80%

dari total produksi. Negara tujuan utama ekspor kelapa sawit Indonesia adalah

India dengan pangsa pasar sebesar 33%, Cina sebesar 13% dan Belanda 9%

dari total ekspor kelapa sawit Indonesia (Sitepu, 2013:94). Kelapa sawit

menempati urutan pertama sebagai penghasil devisa negara setelah karet dari

12 komoditas primer perkebunan lainnya. Menurut data dari Direktoral Jendral

Perkebunan Kementerian Pertanian RI, eksport minyak sawit Indonesia pada

Page 74: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

tahun 2015 mencapai 18.850.800 ton atau senilai 18.601.200 US$. Volume

eksport tersebut mengalami kenaikan sebesar 14,69% dari tahun 2014 yaitu

sebesar 16.436.000 ton atau senilai 16.261.000 US$.

2.5.2 Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat mengalami

perkembangan pesat, dan yang saat ini menggeser kedudukan perkebunan karet

sebagai komoditas utama di Indonesia.Pergantian minat dari perkebunan karet

ke perkebunan kelapa sawit dilatarbelakangi suatu pertimbangan dari sektor

perekonomian.Pengelolaan perkebunan karet, hasil panennya membutuhkan

waktu yang panjang, sementara perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu

yang pendek.Secara proporsional, pada umumnya kelapa sawit baru

menghasilkan pada tahun ke-4, sehingga disebut TM (Tanaman Menghasilkan).

Umur ekonomisnya mencapai 25 tahun dengan total produksi TBS (Tanaman

Buah Segara) 552 ton atau rata-rata 24 ton TBS/ha/tahun atau setara 6 ton

crude palm oil (CPO)/ha/tahun. Dengan harga TBS Rp600/kg, nilainya Rp14,4

juta/ha/tahun. Kalau dalam bentuk CPO, harganya menjadi Rp4.300/kg, maka

nilainya sekitar 25,8juta/ha/tahun.Selain itu, pendapatan yang diperoleh dari

mengelola dan memanfaatkan perkebunan kelapa sawit hasilnya lebih banyak

dibandingkan dengan mengelola dan memanfaatkan perkebunan karet. Dengan

mengacu pada kondisi tersebut, pemerintah berusaha mendorong para

pengusaha atau pemilik modal untuk menanamkan investasi modalnya di bidang

perkebunan kelapa sawit tersebut, sehingga perkebunan kelapa sawit menjadi

penyumbang devisa terbesar untuk negara.

Page 75: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Dalam pasal 17 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, setiap

pelaku usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu atau

usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu

wajib memiliki izin usaha perkebunan (ayat(1)). Kewajiban memperoleh izin

usaha perkebunan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan

bagi pekebun (ayat(2)). Luasan tanah tertentu untuk usaha budi daya tanaman

perkebunan dan kapasitas pabrik tertentu untuk usaha industry pengolahan hasil

perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri

berdasarkan jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, dan modal (ayat (3)).Izin

usaha perkebunan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh

gubernur untuk wilayah lintas kabupaten/kota dan bupati/walikota untuk wilayah

kabupaten/kota (ayat (5)). Pelaku usaha perkebunan yang telah mendapatkan

izin usaha perkebunan wajib menyampaikan laporan perkembangan usahanya

secara berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kepada pemberi izin (ayat(6)).

Dalam laporan tulisan yang dimuat dalam Tabloid Agraria dengan judul

Bisnis Sawit Makin Melejit, dilaporkan bahwa total 11 juta Ha perkebunan kelapa

sawit didunia, seluas 5,6 juta Ha diantaranya terdapat di Indonesia. Apabila

kondisi ekonomi dan politik ini normal, perkebunan kelapa sawit akan terus

meluas dengan laju 200.000-300.000 Ha/tahun. Menurut Achmad Manggabarani

(Direktur Jendral Perkebunan) mengatakan bahwa, revitalisasi perkebunan

ditargetkan perluasan kebun sawit seluas 1,5 juta Ha khusus kebun rakyat.

Selain itu program perkebunan ke depan mencakup kegiatan peremajaan,

perluasan dan rehabilitasi untuk tiga komoditas (a) perkebunan kelapa sawit; (b)

perkebunan karet; (c) perkebunan kakao. Dengan harapan, luasnya selama 5

Page 76: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

tahun ke depan mencapai 2 juta Ha. Dari 2 juta Ha itu, dialokasikan untuk kelapa

sawit 1,5 juta Ha, karet 300.000 Ha, dan kakao 200.000 Ha.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Achmad Manggabarani di

atas, bahwa alokasi untuk membuka perkebunan kelapa sawit seluas 1,5 juta Ha

adalah suatu kebijakan yang baik, sebab salah satu komoditas unggulan yang

diharapkan oleh pemerintah untuk menaikkan pendapatan negara diluar minyak

dan gas adalah ekspor minyak kelapa sawit (CPO). Produksi perkebunan kelapa

sawit diharapkan mampu menopang pendapatan negara, selain pendapatan

negara yang bersumber dari minyak dan gas. Namun perlu pula disadari bahwa,

dengan meningkatnya harga minyak kelapa sawit akan memicu pula pemilik

modal untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit dengan kapasitas yang

lebih luas lagi. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan kapasitas

yang lebih luas, pada sisi perekonomian negara sangat menguntungkan karena

akan menambah pendapatan negara, sementara pada sisi lingkungan perlu

mendapat perhatian yang serius, karena perluasan perkebunan ini akan

memerlukan lahan yang tidak sedikit, apalagi jika pembukaan lahan perkebunan

tersebut dilakukan di kawasan areal hutan, hal ini akan menjadi masalah. Sebab,

diharapkan ke depan pembangunan lahan perkebunan dilaksanakan di lahan

yang tidak produktif lagi, misalnya : di bekas lahan yang telah ditinggalkan oleh

pengusaha hutan, lahan bekas tambang batui bara, tambang nikel, tambang

timah, dan lain-lain. Selain itu, pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat

pula dilaksanakan di semak belukar, di lahan ilalang yang sangat luas di

Indonesia. Oleh karena itu, dalam memacu dan memperluas perkebunan kelapa

sawit ke depan, pemerintah diharapkan memberikan izin pembukaan lahan

Page 77: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perkebunan kelapa sawit bukan hanya kepada hutan alam, dan hutan produksi

saja, tetapi harus diterapkan juga pada lahan yang tidak produktif.

2.6 Perencanaan Pembangunan Perkebunan yang Berkelanjutan

Dalam pembangunan perkebunan tumpuannya berpijak pada landasan

atau asas yang paling mendasar dari penyelenggaraan perkebunan yang

berintikan pada asa manfaat, dan asas keterpaduan. Hal ini sesuai ketentuan

dalam Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, perkebunan

diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan keberlanjutan,

keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan. Arah pembangunan

perkebunan disusun dan ditinjau kembali setiap kali penyusunan rencana

pembangunan perkebunan jangka menengah (5-10 tahun) yang merupakan

penjabaran dari rencana pembangunan pertanian jangka panjang (25 tahun).Visi

pembangunan perkebunanan jangka menengah 2015-2019 adalah

“Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman

perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

perkebunan” (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015).Untuk mecapai misi

tersebut disusun langkah-langkah atau dijabarkan sebagai misi pembangunan

perkebunan yang juga merupakan penjabaran dari misi pembangunan pertanian

di subsektor perkebunan.

Misi pembangunan perkebunan yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral

Perkebunan untuk melaksanakan pembangunan perkebunan jangka menengah

2015-2019 adalah :

1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman

perkebunan;

Page 78: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2) Memfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi ;

3) Memfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan gangguan usaha

perkebunan;

4) Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan

kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara

berkelanjutan ;

5) Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani serta

memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka

meningkatkan harmonisasi antar aspek ekonomi, social, dan ekologi ;

6) Memberikan pelayanan dibidang perencanaan, peraturan perundang-

undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan teknis

lainnya yang terkordinasi, efesien dan efektif.

Dalam rencana pembangunan perkebunan jangka menengah, Direktorat

Jendral Perkebunan juga menetapkan tujuan pembangunan perkebunan untuk

mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional dan tujuan

pembangunan pertanian. Tujuan pembangunan perkebunan jangka menengah

2015-2019 ditetapkan sebagai berikut (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015):

1) Meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing

perkebunan;

2) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan;

3) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara dari subsektor perkebunan;

4) Mendukung penyediaan pangan di wilayah perkebunan;

5) Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan

baku industry dalam negeri;

Page 79: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

6) Mendukung pengembangan bio-energi melalui peningkatan peran

subsector perkebunan sebagai penyedia bahan bakar nabati;

7) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya secara arif dan berkelanjutan

serta mendorong pengembangan wilayah;

8) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia perkebunan;

9) Meningkatkan peran subsector perkebunan sebagai penyedia lapangan

kerja;

10) Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.

Salah satu tujuan pembangunan perkebunan adalah mendorong

pengembangan wilayah.Pembangunan perkebunan selain berfokus pada

pengembangan agribisnis komoditas juga berorientasi kepada pembangunan

wilayah. Artinya usaha perkebunan di suatu wilayah tidak saja ditujukan untuk

meningkatkan produksi, nilai tambah dan ekspor komoditas sehingga

perusahaan perkebunan mengeruk laba dan berkembang pesat, melainkan juga

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat local,

memanfaatkan sumberdaya local, mengembangkan program kemitraan

perkebunan, meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia local, dan

menyediakan lapangan kerja terutama bagi masyarakat local. Dengan demikian

adanya usaha perkebunan akan memberikan multiplier effect yang mendorong

pengembangan wilayah. Apabila upaya luhur ini dilaksanakan maka wilayah

disekitar perusahaan perkebunan ikut tumbuh berkembang, desa-desa miskin di

sekitar perkebunan semakin berkurang, hubungan perusahaan dengan

masyarakat sekitar berjalan harmonis dan jauh dari konflik.Tidak ada konflik

perusahaan dengan masyarakat sekitar merupakan salah satu syarat sertifikasi

perkebunan berkelanjutan.

Page 80: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Pemerintah daerah sangat berkepentingan agar pemilik modal mau

membangun perkebunan di wilayahnya.Pemerintah memetakan dan

menyediakan lahan untuk membangun perkebunan. Hal ini antara lain karena

pembangunan perkebunan khususnya perkebunan besar akan dapat berperan

sebagai dinamisator pembangunan wilayah. Wilayah pelosok yang terpencil,

tertinggal, kurang produktif, didominasi oleh semak belukar diharapkan akan

lebih cepat berkembang dengan hadirnya investasi perkebunan besar. Disekitar

perkebunan akan tumbuh wilayah perkembangan baru yang ditandai dengan

pemekaran wilayah administrative yaitu tumbuh desa-desa baru, kecamatan

pemekaran, bahkan akan muncul kabupaten baru. Dari sudut pandang

pembangunan wilayah, perkebunan dapat berperan pada beberapa hal sebagai

berikut :

1) Mendorong pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan,

sehingga meningkatkan aksesibilitas wilayah, baik yang dibangun oleh

pemerintah, swasta, maupun swadaya masyarakat.

2) Mendorong pembangunan kelembagaan seperti pasar, bank, KUD,

sekolah, dan rumah sakit.

3) Meningkatkan kegiatan ekonomi wilayah, baik barang maupun jasa

seperti usaha perdagangan, industri, agribisnis, dan agrowisata.

4) Meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam seperti lahan, hutan, sungai,

flora dan fauna.

5) Mendorong mobilisasi sumberdaya manusia, yang berdatangan dari

dalam provinsi maupun luar provinsi bahkan warga negara asing sebagai

akibat dari meningkatnya aksesibilitas dan kegiatan ekonomi di wilayah

tersebut.

Page 81: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sementara itu, pada Pasal 4 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan

bahwa, perkebunan mempunyai fungsi : (a) ekonomi, yaitu peningkatan

kemakmuran dan kesejateraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah

dan nasional ; (b) ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap

karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung ; (c) social budaya,

yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Sejalan dengan ketentuan yang

termaktub dalam Pasal 4 tersebut, perkebunan sebagai komoditas unggulan

dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan pemasukan

devisa negara. Oleh karena itu, pemerintah diharuskan membuat perencanaan

yang matang dalam kaitannya dengan pembangunan perkebunan kedepan.

Dalam Pasal 6 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, perencanaan

perkebunan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan alat

pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan perkebunan. Perencanaan

perkebunan terdiri atas perencanaan nasional, perencanaan provinsi, dan

perencanaan kabupaten/kota, sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 3 ayat

(2) UU Nomor 18 Tahun 2004.

Sementara itu, perencanaan perkebunan merupakan perencanaan yang

dilakukan dengan pendekatan yang multi kompleks karena di dalamnya

melibatkan segala yang berkaitan dengan pembangunan perkebunan tersebut.

Misalnya rencana yang dikaitkan dengan pembangunan nasional, rencana yang

harus dikaitkan dengan pendekatan tata ruang dan lain sebagainya. Dalam Pasal

7 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, perencanaan perkebunan

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan berdasarkan : (a) rencana

pembangunan nasional ; (b) rencana tata ruang wilayah ; (c) kesesuaian tanah

dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha perkebunan ; (d) kinerja

Page 82: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

pembangunan perkebunan ; (e) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ;

(f) sosial budaya ; (g) lingkungan hidup ; (h) kepentingan masyarakat ; (i) pasar ;

dan (j) aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa dan

negara (ayat (1)). Perencanaan perkebunan mencakup : (a) wilayah ; (b)

tanaman perkebunan ; (c) sumberdaya manusia ; (d) kelembagaan ; (e)

keterkaitan dan keterpaduan hulu-hilir ; (f) sarana dan prasarana ; (g)

pembiayaan (ayat (2)). Dengan demikian perencanaan perkebunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 harus terukur, dapat

dilaksanakan, realistis dan bermanfaat serta dilakukan secara partisipatif,

terpadu, terbuka, dan akuntabel.

Semua asas dan misi yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut

perlu ditegakkan oleh semua pemangku kepentingan terutama pemerintah dan

perusahaan besar.Bahwa perkebunan dioperasikan agar semua pihak

mendapatkan manfaat, termasuk memberikan manfaat kepada warga

masyarakat di sekitar perkebunan yang terangkat penghidupannya dari

kemiskinan.Izin yang diberikan kepada perusahaan bukan untuk mengeksploitasi

sumberdaya alam dan keuntungannya dibawa ke luar negeri oleh pemilik modal

serta dinikmati oleh para petinggi dan karyawan perusahaan serta para pejabat

pemerintah.Asas dan misi pembangunan perkebunan berkelanjutan juga perlu

terus dikampanyekan dan ditegakkan. Selain menjaga produksi agar terus

berkelanjutan dan menguntungkan, perusahaan harus terus menjaga kelestarian

lingkungan termasuk menjaga sumberdaya lahan dan air, serta harus selalu

menjaga harmonisasi social agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat sekitar.

Asas dan misi keberlanjutan inilah yang merupakan amanat dari undang-undang

Nomor 18 Tahun 2004. Pembangunan perkebunan yang berkelanjutan mampu

Page 83: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

memberikan manfaat antara lain : 1) meningkatkan produksi perkebunan secara

moderat, stabil, dan berkesinambungan, 2) meningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani, 3) mengentaskan kemiskinan dan mengurangi

pengangguran di pedesaan, 4) meningkatkan pemerataan dan keadilan social, 5)

menciptakan kerja dan lapangan berusaha, 6) meningkatkan efesiensi

penggunaan sumber daya alam dan lingkungan, 7) meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis, serta 8) melestarikan kualitas

lingkungan untuk mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan (Saptana

dan Ashari, 2007:112). Dalam hal ini, peranan pemerintah dan instansi yang

terkait harus terintegrasi agar semua pembangunan perkebunan dapat sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah ditetapkan, serta

semua peraturan dan perundang-undangan agar dipatuhi oleh semua pihak.

Dengan demikian wilayah akan berkembang secara terencana dengan arah yang

benar sesuai dengan potensi dan daya dukung wilayah serta prinsip

pembangunan berkelanjutan.

2.7 Green GDP (Produk Domestik Bruto Hijau)

Pembangunan ekonomi dalam arti sempit dapat diukur dari pertum‐

buhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur dari pertambahan PDB (Produk

Domestik Bruto). Jika PDB meningkat maka dapat diartikan bahwa terjadi

pertumbuhan ekonomi. Upaya meningkatkan PDB tanpa memperhatikan

masalah lingkungan sering disebut sebagai PDB coklat atau (Brown GDP). Di

sebagian besar negara‐negara dunia ketiga pembangunan ekonomi masih sering

diukur dari PDB coklat ini.Jika tujuan akhir dari pembangunan adalah

kesejahteraan maka perlu dipertanyakan kembali apakah tujuan pembangunan

tersebut dapat dicapai dari peningkatan PDB saja. Peningkatan PDB berarti

Page 84: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kapasitas produksi nasional meningkat secara agregatif. Permasalahan apakah

peningkatan kapasitas produksi tersebut ternyata menimbulkanmasalah‐masalah

degradasi lingkungan dalam metode PDB coklat hal tersebut tidak

diperhitungkan.

PDB hijau adalah pengembangan lebihlanjut dari PDB coklat, PDB hijau

adalah koreksi dari konsep PDB coklat yang tidak mengakomodasi kegagalan

pasar. Model PDB coklat adalah representasi dari teori ekonomi pasar, produsen

harus membayar semua biaya material dan jasa yang digunakan untuk

memproduksi output termasuk pembuangan limbah(Suparmoko, 2006).Secara

sama konsumen yang membeli barang tersebut juga membayar semua biaya

tersebut termasuk pembuangan limbah. Dalam dunia nyata hal tersebut tidak

berlaku, pihak produsen maupun konsumen sama‐sama tidak mau menanggung

dampak dari tindakan ekonominya. Dalam teori ekonomi inilah yang disebut oleh

eksternalitas. Beberapa kelemahan PDB coklat dalam mengukur kesejahteraan

(Suparmoko, 2006): (1) Mengukur kegiatan ekonomi bukan kesejahteraan

ekonomi, (2) Biaya pencegahan kerusakan dan perbaikan lingkungan dihitung

sebagai pendapatan, (3) Berkurangnya sumber daya alam dan rusaknya

lingkungan tidak tampak, dan (4) Struktur perekonomian bersifat semu.

Berdasarkan hal tersebut PBB dan world bank telah membangun sebuah

alternatif indikator secara makro dari perubahan lingkungan dan pendapatan dan

output.Perubahan lingkungan pada Green GDP yang mengilustrasikan hubungan

antara lingkungan alamiah dan perekonomian.PDRB hijau merupakan suatu

instrumen yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar persentase dan

alokasi pembanguan terhadap lingkungan (hutan, sungai, dan wilayah lindung

lainnya).

Page 85: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

PDRB hijau menekankan dimensi lingkungan pada Pembangunan

Berkelanjutan. PDRB hijau kemudian perlu dimasukkan dalam konteks

pembangunan berkelanjutan. Secara umum, dimensi lingkungan dari

pembangunan berkelanjutan telah relatif diabaikan dibandingkan dengan dua

lainnya, alasannya yaitu lingkungan memiliki elemen pandangan yang lebih jauh.

Strategi PDRB hijau harus selaras dengan tujuan pembangunan lainnya. PDRB

hijau harus dilihat sebagai bagian integral dari konsep yang lebih luas

pembangunan berkelanjutan dan menekankan bahwa PDRB hijau harus selalu

berhubungan dengan agenda pembangunan lainnya. Tempatnya dalam konteks

perencanaan pembangunan dengan menjembatani kesenjangan antara agenda

pembangunan lainnya seperti Millenium Development Goals (MDGs) dan

Lingkungan atau modal alam. Dalam konteks ini, hutan mempunyai bermacam

fungsi dan manfaat, dikarenakan hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang

lainnya tidak dapat dipisahkan (UU 41 1999 tentang Kehutanan).

PDRB Hijau menekankan tentang konsep pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan ekonomi. Hal ini

sangat penting bagi pembangunan ekonomi daerah, karena persoalan

lingkungan kedepan semakin kompleks. Persoalan lingkungan merupakan

persoalan semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat pada

umumnya. Pembagian tugas dan wewenang tidak hanya pada pemerintah pusat,

tetapi juga terletak pada pemerintah daerah yang harus memperhatikan dan

melindungi lingkungan hidup melalui peningkatan PDRB yang berwawasan

kepada lingkungan.

Page 86: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2.8 Asumsi Peneliti

Berdasarkan beberapa penelitian dahulu dan teori yang peneliti gunakan,

maka peneliti memiliki asumsi sementara yang kiranya pantas untuk dituliskan

juga di dalam penelitian tesis ini.Asumsi ini sifatnya hanya sementara dan bukan

merupakan sebuah teori, karena kebenarannya juga belum terbukti secara valid

di lapangan.Meskipun begitu, asusmsi ini juga berguna bagi peneliti untuk

dijadikan sebagai sesuatu pegangan yang perlu dibuktikan ketika nanti sudah

melakukan tahapan penelitian di lapangan.Maka dari itu, asumsi yang peneliti

kembangkan adalah sebagai berikut.

Perkebunan kelapa sawit memang memberikan dampak yang sangat

positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, baik itu bagi pemerintah

daerahnya maupun bagi masyarakatnya.Selain itu pembangunan perkebunan

kelapa sawit juga dapat memberikan rangsangan positif terhadap

pengembangan wilayah disuatu daerah. Suatu daerah yang memiliki desa

terisolir kemudian di desa tersebut dilakukan pembangunan perkebunan kelapa

sawit maka desa tersebut akan terbebas dari isolir, karena dengan adanya

pembangunan perkebunan kelapa sawit maka secara otomatis akan membuka

akses transportasi dari desa tersebut menuju ke kota. Maka dari itu, dengan

adanya pembangunan perkebunan kelapa sawit disuatu daerah terisolir akan

membuka keterisoliran daerah tersebut. Akan tetapi, jika suatu daerah semakin

memperluas pembangunan perkebunan kelapa sawit maka kelestarian

lingkungan daerah tersebut akan semakin terancam. Diperlukan pengendalian

yang ketat dalam melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit agar tidak

melebihi batasan yang telah ditentukan.Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

juga berasumsi bahwa kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur saat ini

Page 87: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

hanya berkelanjutan pada aspek sosial dan aspek ekonomi, sedangkan untuk

aspek lingkungan masih belum berkelanjutan.

Ketiga pihak yaitu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dapat

berkordinasi secara bersama-sama untuk melakukan pembangunan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.Masing-masing pihak juga

melakukan tugasnya masing-masing dalam upayanya mewujudkan perencanaan

pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable

development.Pihak perusahaan dan masyarakat juga sudah dapat saling

berkordinasi dengan baik dalam mewujudkan kesejateraan sosial dan

ekonomi.Namun dalam hal pelestarian lingkungan, nampaknya pemerintah dan

perusahan belum begitu optimal dalam melakukan tugasnya.Untuk pihak

perusahaan masih banyak yang tidak mematuhi intruksi pemerintah untuk

penyediaan lahan konservasi.Sedangkan untuk pemerintah masih belum adanya

penetapan peraturan daerah yang mengatur khusus mengenai pemberian sanksi

kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tidak melakukan upaya

pelestarian lingkungan.

Oleh karena itu diperlukan sebuah strategi untuk mengatasi permasalah

tersebut, dan menurut asumsi peneliti strategi tersebut harus melibatkan ketiga

pihak yaitu: Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, perusahaan perkebunan

kelapa sawit, dan masyarakat. Strategi tersebut membahas mengenai

permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kegiatan perkebunan kelapa

sawit, baik itu permasalahan mengenai lingkungan, sosial, maupun ekonomi.

Semua permasalahan dibahas secara bersama-sama oleh ketiga pihak dan

dicarikan sebuah solusi yang berupa program kegiatan pembangunan

Page 88: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perkebunan kelapa sawit yang disesuaikan dengan beberapa dokumen

perencanaan yang berhubungan dengan perkebunan kelapa sawit.

Page 89: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

BAB III

ANALISA SOCIAL SETTING

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Timur

3.1.1 Sejarah serta Visi dan Misi Kabupaten Kotawaringin Timur

Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bagi masyarakat kalimantan lebih

dikenal dengan sebutan Sampit. Hal ini dikarenakan Sampit merupakan Ibukota

Kabupaten Kotim. Sementara itu asal-usul kata Sampit hingga sekarang masih

menjadi pertanyaan, menurut beberapa sumber kata sampit berasal dari bahasa

Cina yang berarti “31” (sam=3 dan it=1). Dikatakan 31 karena pada masa itu

yang datang kedaerah ini adalah rombongan 31 orang Cina yang kemudian

melakukan kontak dagang serta membuka usaha perkebunan (Masdipura,

2003).

Lebih lanjut, menurut Masdipura (2003) bahwa sejarah Kabupaten Kotim

sudah ada pada masa keemasan jaman kerajaan majapahit yang dipimpin oleh

Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatinya yang tersohor yaitu Gajah Mada.Hal ini

terlihat bahwa kata Sampit pernah disebut-sebut didalam buku kuno

Negarakertagama. Dalam buku kuno Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu

Prapanca pada tahun 1365 menjelaskan bahwa kerajaaan majapahit pernah

melakukan ekspedisi perjalanan nusantara dimana salah satu tempat yang

disinggahi adalah Sampit dan Kuala Pembuang.

Pada perkembangannya Sampit juga secara historis tidak terlepas dari

jaman pendudukan Hindia Belanda.Belanda datang ke Kalimantan pada tahun

1598 dan mulai berkuasa pada abad ke-17 ketika Inggris dan Belanda berusaha

untuk membuka jalur perdagangan. Kemudian, jaman kemerdekaan Republik

Indonesia, Sampit mengalami banyak perubahan dan menjadi Kabupaten Sendiri

Page 90: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dengan nama Kabupaten Kotim serta pada tanggal 7 Januari setiap tahunnya

ditetapkan sebagai hari jadi Kota Sampit.

Sementara itu jika dilihat dari historis Sampit maka dapat dipahami bahwa

pada jaman dahulu Sampit merupakan jalur perdagangan.Hal ini tentunya

menjadikan Sampit sebagai daerah yang memiliki penduduk pendatang yang

mendiami Sampit di antara penduduk asli Sampit.Namun saat ini, mayoritas

besar penduduk Sampit adalah penduduk suku Dayak.Hal ini juga yang

melandasi pemerintah Kabupaten Kotim dalam memiliki motto berupa “Habaring

Hurung” yang berasal dari bahasa Dayak dan dimaknai sebagai gotong royong

oleh rakyat Kabupaten Kotim.

Selain itu Kabupaten Kotim juga memiliki lambang daerah yaitu berbentuk

perisai segi empat dengan warna dasar hijau tua bergaris sisi dengan putih

didalam dan merah diluar.Didalam Telabang (perisai) terdapat bentuk Tajau

(belanga) yang dilingkari dengan tali yang bermata 59 (limapuluh sembilah) yang

didalamnya terdapat lingkaran padi dan kapas berbentuk bulat yang

melambangkan kebulatan tekat serta kesetiaan rakyat kepada pemerintah

sekaligus melambangkan kekayaaan rakyat di daerah Kabupaten Kotim.

Kemudian, berpijak pada makna lambing daerah yang menggambarkan

kekayaan rakyat Kabupaten Kotim, maka Pemerintah Kabupaten Kotim membuat

visi dan misi sebagai upaya untuk mengelola kekayaaan rakyat di Kabupaten

Kotim, baik berupa kekayaan alam maupun kekayaan sumber daya lainnya yang

berdampak pada kemajuan dan pembangunan daerah. Adapun visi dan misi

Kabupaten Kotim adalah sebagai berikut :

Visi : “Terwujudnya Masyarakat yang Madani, Dinamis, Mandiri,dan

Berdaya Saing dalam Suasana Religuis, Aman, dan Sejahtera”

Page 91: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sedangkan untuk mewujudkan visi terebut, maka ditetapkan misi

pembangunan Kabupaten Kotim adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang didasari penguasaan

IPTEK dan IMTAQ,

b) Mewujudkan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteran

rakyat,

c) Meningkatkan pembangunan lingkungan hidup untuk keberlanjutan dan

kelestarian pengelolaan sumberdaya alam, dan

d) Menyelenggarakan fungsi dan pelayanan pemerintahan yang aspiratif

dan efektif.

3.1.2 Kondisi Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten

Kotawaringin Timur

Kabupaten Kotim merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada

di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, dan beribukota di Sampit yang secara

astronomis terletak di antara 112º 7' 29" Bujur Timur sampai 113º 14' 22" Bujur

Timur dan 1º 11' 50" Lintang Selatan sampai 3º 18' 51" Lintang Selatan. Luas

wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur adalah 16.796 Km2 yang meliputi 17

Kecamatan dan 178 Desa/Kelurahan. Lebih lanjut, 17 kecamatan di Kabupaten

Kotim meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Teluk Sampit,

Kecamatan Pulau Hanaut, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan

Seranau, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan Telawang, Kecamatan Baamang,

Kecamatan Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean,

Kecamatan Tualan Hulu, Kecamatan Mentaya Hulu, Kecamatan Bukit Santuai,

Kecamatan Antang Kalang, Kecamatan Telaga Antang, dan Kecamatan Mentaya

Hilir Utara.

Page 92: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Kabupaten Kotim merupakan salah satu Kabupaten yang cukup maju di

Provinsi Kalimantan Tengah tentunya hal ini tidak terlepas dari posisi strategis

Sampit yang juga merupakan Ibukota Kabupaten Kotim.Sebagian besar wilayah

Kabupaten Kotim merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan

sampai bagian tengah, memanjang dari timur ke barat. Adapun batas-batas

wilayah administratif Kabupaten Kotim adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Katingan

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Katingan

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Seruyan

Sementara itu jika dilihat dari aspek geografis wilayah, kondisi fisik

Kabupaten Kotim sebagian besar merupakan dataran rendah 0-2% dengan

luasan 496.367,68 Ha yang meliputi bagian selatan dan di sepanjang sungai-

sungai utama. Kelas lereng 2-15% terdapat dibagian tengah, dibelakang wilayah

sungai-sungai besar dan di sepanjang sungai-sungai kecil dengan luas kawasan

lereng mencapai 503.331,89 Ha.Sedangkan kelas lereng 15-40% terdapat

dibagian utara, terutama di wilayah yang tidak dialiri sungai. Lebih lanjut kondisi

batimetri perairan laut umumnya dangkal dan memiliki gradiasi landai, dimana

garis isobaths 10 meter ditemui sekitar 10-20 km dari pantai. Kedalaman perairan

laut dangkal rata-rata pada kisaran 0,5-4 m. Kondisi batimetri yang paling dalam

hanya terdapat disekitar 70 km ke arah luar muara sungai Mentaya dengan

kedalaman sekitar 25 m. Gradiasi kedalaman pantai bagian timur tenggara-

selatan relatif sangat landai dibanding dengan bagian utara-barat, akibat

pengaruh tingkat sedimentasi ambang sungai Mentaya yang lebih besar. Pantai

dengan gradiasi relatif tajam terdapat di bagian timur (dekat mulut muara),

Page 93: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

sebagai akibat pengaruh gelombang laut Jawa dan arus muara sungai yang

menggeser sedimen transport ke arah lepas pantai Tunggang pasang surut

berkisar antara 47,35 cm di Tanjung Keluang (Tanjung Penghujan), hingga

321,54 cm di Teluk Sampit. Besaran salinitas pealiran Kabupaten Kotim berkisar

0,60-26,25.

Jenis Tanah

Jenis tanah yang terbentuk dari tepi pantai (hilir) sampai ke hulu

Kabupaten Kotim cukup beragam.Secara geologi daerah Kabupaten Kotim terdiri

dari 3 jenis tanah yang terbagi dalam 3 bagian geografis.Pertama, di bagian

selatan terdiri dari jenis tanah yang sebagian besar adalah Organosol dan Aluvial

Gleihumus, namun memiliki kandungan unsur hara yang baik. Sedangkan bagian

pesisir terdiri dari Aluvial Marin, yang memiliki kandungan unsur hara

rendah.Kedua, di bagian tengah sebagian besar jenis tanahnya adalah Podsol

air tanah, Podsolik kuning, dan Aluvial Gleihumus yang berada di sepanjang

sungai. Wilayah ini memiliki kendala pada drainase yang terhambat.Ketiga, di

bagian utara sebagian besar jenis tanahnya adalah jenis Podsolik merah kuning,

Regosol, dan Litosol. Wilayah ini terdiri dari batuan, sebagian bersifat masam,

memiliki kandungan hara yang rendah, dan berbukit-bukit.

Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur dibagi

menjadi penggunaan lahan hutan, pertambangan, pertanian, perkebunan,

permukiman, pertambangan, transmigrasi, rawa, semak/belukar, tubuh air dan

lain-lain. Hingga tahun 2015 penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Kotim

meliputi hutan sebesar 411.898 Ha atau 29,47% dari luas wilayah Kabupaten

Kotim dan semak belukar sebesar 372.713 Ha atau 22,59%. Penggunaan lahan

Page 94: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

untuk pemukiman masih sangat kecil yaitu hanya 4.148 Ha atau 0,25%, sawah

sebesar 39,762 Ha atau 2,41%. Sementara penggunaan lahan untuk

perkebunan sebesar 174.186 Ha atau 10,56%. Berdasarkan data tersebut maka

dapat dipahami bahwa penggunaan lahan untuk perkebunan di wilayah

Kabupaten Kotim sangat besar, bahkan besaran luasnya hampir setengah dari

luas hutan yang ada di Kabupaten Kotim.Setiap tahunnya ketersediaan lahan

hutan di Kabupaten Kotim semakin mengecil, sedangkan perluasan lahan untuk

perkebunan di Kabupaten Kotim semakin membesar.Hal ini menandakan bahwa

di Kabupaten Kotim terjadi perluasan lahan perkebunan secara pesat di setiap

tahunnya.

3.1.3 Kondisi Demografis Kabupaten Kotawaringin Timur

Kabupaten Kotim merupakan kabupaten yang penduduknya berasal dari

pendatang daerah lain, hal ini dikarenakan Kabupaten Kotim merupakan

kabupaten yang terletak pada posisi strategis jalur perdagangan di Provinsi

Kalimantan Tengah. Sementara itu, jika dilihat dari keadaan kependudukan

Kabupaten Kotim berdasarkan hasil estimasi penduduk menurut Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kotim bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kotim tahun 2015

sekitar 385.863 orang, yang terdiri dari 203.683 orang penduduk laki-laki atau

52,79% dan 182.180 orang penduduk perempuan atau 47,21%. Tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Kotim rata-rata sebanyak 22,97 orang per

kilometer persegi. Kecamatan yang memiliki penduduk paling padat adalah

Kecamatan Mentawa Baru Ketapang yaitu rata-rata 107,69 orang per kilometer

persegi dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Bukit Santuai yaitu

rata-rata 5,48 orang per kilometer persegi.

Page 95: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Kepadatan penduduk yang rendah dengan pola permukiman yang

tersebar sementara wilayah yang dilayani begitu luas menjadi kendala dalam

pengembangan wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jumlah penduduk

yang rendah menjadikan pemanfaatan sumberdaya alam oleh penduduk menjadi

kurang optimal, di mana hal ini antara lain dapat dilihat dari masih besarnya

potensi lahan pertanian yang belum tergarap oleh masyarakat sekitar, dan lahan

pertanian tersebut banyak digarap oleh perusahaan-perusahaan besar baik itu

milik Negara maupun milik swasta.

3.1.4 Kondisi Ekonomi dan Sosial Kabupaten Kotawaringin Timur

Perekonomian di Kabupaten Kotim didasarkan pada basis ekonomi

perdagangan, pertanian, perkebunan dan pertambangan.Sedangkan komoditas

unggulan di Kabupaten Kotim meliputi, komoditi pertanian, perkebunan,

peternakan, dan perikanan serta pertambangan. Adapun rincian komoditas

unggulan Kabupaten Kotim adalah sebagai berikut :

a. Komoditas pertanian yang dimiliki Kabupaten Kotim seperti palawija

(jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah serta kedelai),

buah-buahan (sawo, papaya, pisang, nanas, salak, cempedak, jambu,

durian, jeruk, mangga, duku dan rambutan), dan sayuran (bawang daun,

tomat, cabe, terong, sawi, kacang panjang, labu siam, timun, kangkung,

buncis dan bayam).

b. Komoditas peternakan yang dimiliki Kabupaten Kotim seperti peternakan

sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam potong,

dan itik.

c. Komoditas perikanan yang dimiliki Kabupaten Kotim seperti perikanan

laut, perikanan sungai, dan perikanan budidaya.

Page 96: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

d. Komoditas perkebunan yang dimiliki Kabupaten Kotim seperti perkebunan

karet, kopra, nilam, dan kelapa sawit.

e. Komoditas pertambangan yang dimiliki Kabupaten Kotim pada umumnya

seperti timah, biji besi, zircon, gambut, pasir uruk dan emas.

Struktur perekonomian Kabupaten Kotim dilihat dari PDRB atas dasar

harga konstan pada tahun 2015 didominasi oleh sektor pertanian yang

menyumbangkan 40,76% dari total PDRB. Kontribusi terbesar kedua adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,85% yang mengalami

kenaikansebesar 0,4% dibanding tahun sebelumnya. Sektor lain dengan

kontribusi di atas 10% adalah sektor industri pengolahan dan pengangkutan dan

komunikasi yaitu sebesar 17,71% dan 10,97%. Sektor dengan nilai terendah

adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya mencapai 0,47%. Dari

sembilan sektor yang ada, tiga sektor mengalami penurunan kontribusi dan enam

sektor mengalami kenaikan kontribusi terhadap PDRB.

PDRB sektor pertanian dari tahun 2013-2015 mengalami kenaikan

sebesar 6,81%, di mana kenaikan terbesar ada pada sub sektor perkebunan

yaitu sebesar 43,50%, sedangkan sub sektor kehutanan mengalami penurunan

yang cukup drastis yaitu sebesar 22,49%. Dilihat dari kontribusi sub sektor,

perkebunan memberikan kontribusi terbesar yaitu 27,17% dan peternakan

memberikan kontribusi terkecil yaitu 7,93%. Sub sektor yang mengalami

kenaikan kontribusi terbesar selama tahun 2013-2015 adalah sub sektor

perkebunan yaitu sebesar 6,94% (dari 20,23% pada tahun 2013 menjadi 27,17%

pada tahun 2015). Sub sektor kehutanan mengalami penurunan kontribusi

sebesar 7,70%, yaitu dari 28,08% pada tahun 2013 menjadi 20,37% pada tahun

2015.

Page 97: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1) Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

Jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Kotim

pada tahun 2015 memiliki prosentase terbesar yaitu sebesar 45,70% dari total

keseluruhan tenaga kerja di Kabupaten Kotim, mengalami peningkatan dibanding

tahun 2013 yang hanya sebesar 41,50%. Sektor perdagangan, hotel dan

restauran merupakan lapangan usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbesar

setelah pertanian yaitu sebesar 18,97% diikuti oleh sektor jasa-jasa dengan

penyerapan tenaga kerja sebesar 13,56%. Dengan jumlah penyerapan tenaga

kerja yang besar dan cenderung mengalami kenaikan, pengembangan sektor

pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya potensi ketersediaan tenaga kerja

ini.Dilihat dari grafik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, hanya ada 4

sektor yang mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja yaitu sektor pertanian,

listrik, gas dan air, pengangkutan dan komunikasi. Dari beberapa sektor yang

mengalami kenaikan tersebut, sektor pertanian mengalami kenaikan terbesar

yaitu 4,21%.

3.2 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan kepada daerah

kewenangan yang nyata, luas dan bertanggungjawab. Untuk itu maka

pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk merencanakan dan melaksanakan

pembangunan sesuai dengan potensi dan sumber daya setempat.Selain itu,

salah satu aspek penting dalam upaya peningkatan kinerja Pemerintah Daerah

adalah melalui kebijakan perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas

dan berkesinambungan. Hal ini didukung oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Page 98: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyebutkan

bahwa perencanaan pembangunan nasional maupun daerah terdiri dari

perencanaan pembangunan jangka panjang, perencanaan pembangunan jangka

menengah dan perencanaan pembangunan tahunan.

Fungsi dan peran Bappeda sebagai lembaga teknis daerah yang

bertanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan sebagaimana

diamanatkan dalam pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah adalah urusan Perencanaan dan Pengendalian

Pembangunan.Kewenangan Perencanaan Pengendalian tersebut kemudian

dipertegas kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sesuai dengan pasal 7 ayat

(2), BAPPEDA sebagai salah satu lembaga teknis daerah yang merupakan unsur

pendukung tugas kepala daerah, mengemban 3 (tiga) urusan wajib yang wajib

dilaksanakan, yaitu urusan Penataan Ruang, Perencanaan Pembangunan dan

Urusan Statistik.

a) Visi dan Misi

Visi merupakan gambaran abstrak dan merupakan pandangan jauh

kedepan yang memuat tujuan atau cita cita yang di ingin di capai dimasa yang

akan datang. Dengan memperhitungkan potensi yang di miliki serta kemungkinan

akan terwujudnya tujuan yang dicita-citakan.Sejalan dengan Visi Kabupaten

Kotim yang menempatkan manusia sebagai sumberdaya pembangunan dengan

kualitas dan tingkat kesejahteraan yang cukup tinggi, maka pada periode 2015-

2019 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotimmerumuskan

Page 99: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

visi sebagai berikut : “Terwujudnya Bappeda Sebagai Lembaga Yang

Handal Dan Profesional Untuk Mendukung Tercapainya Tujuan

Pembangunan Daerah”.

Untuk mencapai visi tersebut, maka misi Badan Perencanaan

Pembangunam Daerah Kabupaten Kotim adalah sebagai berikut :

1) Mengintegrasikan, menyelaraskan dan mensinergikan perencanaan

pembangunan lintas sektor baik dari tingkat Kabupaten, Provinsi dan

Pusat.

2) Menwujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

pengganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

3) Mengoptimalkan partisipasi pemangku kepentingan (stakeholder).

4) Terciptanya profesionalisme dan kreatifitas kerja.

Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, maka BAPPEDA Kabupaten Kotim

menetapkan 3 (tiga) tujuan yaitu :

1) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah jangka

panjang, jangka menengah dan jangka pendek;

2) Meningkatkan keharmonisan dan keterpaduan dalam perencanaan

pembangunan daerah lintas wilayah, lintas sektoral dan antar satuan

kerja perangkat daerah melalui kerja sama yang insentif; dan

3) Meningkatkan kapasitas intitusi perencanaan yang mengedepankan

profesionalisme dan kreativitas kerja di lingkungan Bappeda Kabupaten

Kotawaringin Timur

Page 100: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

b) Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Kotimdiatur dalam Keputusan Bupati Kotawaringin Timur Nomor 40

Tahun 2015 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotim. Dalam Bab II ayat (2)

menyatakan bahwa BAPPEDA Kotim mempunyai tugas pokok membantu Bupati

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah

dibidang perencanaan pembangunan daerah, pengendalian dan statistik,

penelitian dan pengembangan, tata ruang wilayah dan lingkungan serta penilaian

atas pelaksanaannya. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), BAPPEDA Kotim menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan pola perencanaan pembangunan daerah, menurut tingkatan

dan tahapan sesuai ketentuan yang berlaku;

2) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah

dan jangka pendek;

3) Penyusunan program tahunan sebagai pelaksanaan rencana

pembangunan daerah jangka menengah dalam bidang penelitian dan

pengembangan, bidang ekonomi, bidang pendidikan dan kesra, bidang

kependudukan dan pemerintahan, bidang fisik dan prasarana, bidang

pengendalian dan statistik, bidang penataan wilayah dan lingkungan;

4) Pengoordinasian dan kerjasama program penelitian dan pengembangan

di lingkungan pemerintah daerah kabupaten dan lembaga lain serta

kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah;

Page 101: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

5) Pengoordinasian perencanaan antar SKPD di lingkungan pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur maupun instansi lain;

6) Pelaksanaan, pemantauan, penilaian, pelaporan evaluasi dan

pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan jangka panjang,

menengah dan jangka tahunan;

7) Pelaksanaan tata usaha badan, dan pengoptimalisasian kinerja badan

untuk mencapai visi dan misi kabupaten;

Page 102: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka

pemecahan suatu permasalahan (Sugiyono, 2010:1). Metode penelitian menjadi

sangat penting keberadaanya dalam sebuah proses penelitian yang dilakukan

secara terencana dan sistematis, karena hanya melalui suatu metode penelitian

kita akan mendapatkan data-data yang valid. Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu.

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif,

dikarenakan data-data dan pembahasan yang diinginkan adalah sesuatu yang

bersifat mendalam, selain itu fokus permasalahan yang akan diteliti juga

memerlukan pengamatan dan penelitian secara mendalam. Penelitian kualitatif

merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Sugiyono, 2010:2). Artinya,

penelitian kualitatif berfokus pada interpretasi data yang pengumpulan datanya

berupa wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi. Penelitian kualitatif

tidak dapat digunakan pada scope penelitian yang besar, hal ini dikarenakan

pada scope penelitian yang besar hanya dapat dijelaskan oleh penelitian

kuantitatif. Maka dari itu metode penelitian kualitatif hanya dapat digunakan pada

ruang lingkup yang kecil, contohnya seperti : situasi sosial dan situasi budaya

pada suatu daerah/tempat. Selain itu, penelitian kualitatif mayoritas selalu

Page 103: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

bertolak dari data, dan kemudian memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan

penjelas/pendukung. Artinya, data merupakan hal yang paling utama jika

seseorang ingin melakukan penelitian dengan metode kualitatif.

Jenis penelitian yang akan digunakan merupakan jenis penelitian

deskriptif, jadi penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif sedangkan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Dengan

menggunakan jenis penelitian deskriptif, data-data yang didapatkan akan lebih

tajam dan mendalam. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-

apa saja yang saat ini berlaku, dimana didalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi

yang sekarang ini terjadi atau ada (Mardalis, 1999:26). Dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif, peneliti akan mampu membedah kejadian,

situasi, dan perilaku, serta bagaimana model yang tepat untuk pengelolaan

perekebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di Kabupaten Kotim. Selain itu,

dengan digunakannya metode penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini akan

lebih mampu mendeskripsikan fenomena-fenomena didalam pengelolaan

perkebunanan kelapa sawit yang sedang terjadi saat ini di Kabupaten Kotim,

apakah sudah berwawasan sustainable atau justru jauh dari kata sustainable.

Pada penelitian ini akan dijelaskan seperti apa kebijakan pengelolaan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotim. Selain itu, pada penelitian ini akan

memperhatikan juga aspek lingkungan dan ketersediaan hutan non-industri yang

tersisa di Kabupaten Kotawaringin Timur. Mengingat semakin banyaknya industri

perkebunan kelapa sawit yang terus membuka lahannya di Kabupaten Kotim, hal

ini menuntut perluasan lahan yang tak terhingga dan akan menyebabkan

ketersediaan hutan non-industri akan semakin menyempit. Kekhawatiran seperti

Page 104: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ini seharusnya bisa diatasi oleh ketegasan pemerintah Kabupaten Kotim dengan

menuangkannya didalam kebijakan yang mengatur tentang pembatasan

pembukaan lahan bagi industri-industri perkebunan kelapa sawit yang akan

membuka lahan. Dengan meneliti hal tersebut maka akan dapat terlihat

keseriusan pemerintah Kabupaten Kotim dalam mewujudkan pembangunan

perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang juga memperhatikan pelestarian

kawasan hutan di daerah Kalimantan Tengah khususnya Kabupaten Kotim.

4.2 Fokus Penelitian

Dalam merancang sebuah penelitian harus ada penjelasan mengenai

fokus penelitian, karena memalui fokus penelitian kita bisa membatasi

permasalahan penelitian agar tidak melenceng jauh dari pembahasan. Fokus

penelitian juga ditujukan agar penelitian ini bisa lebih terarah dan lebih terinci

serta tidak menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditetapkan diawal.

Berdasarkan uraian tersebut maka fokus dalam penelitian ini adalah pada

kebijakan pemerintah Kabupaten Kotim yang merepresentasikan konsep

sustaibanle development pada pembangunan perkebunan kelapa sawit, dan

konsep pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berwawasan sustainable di

Kabupaten Kotim. Melalui dua hal tersebut maka konsep sustainable

development dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit akan dapat

diwujudkan di Kabupaten Kotim. Lebih khususnya peneliti menggambarkan fokus

pada penelitian ini dalam bentuk point per point sebagai berikut :

Page 105: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1) Program Perencanaan dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur dalam Menanggulangi Dampak Negatif dari Pembangunan

Perkebunan Kelapa Sawit.

a) Program Perencanaan dari Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur dalam Menanggulangi Dampak Negatif

dari Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit.

2) Upaya PenerapanSustainable Developmentpada Perencanaan

Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin

Timur.

a) Upaya dari Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat dalam

mewujudkan Sustainable Development pada perencanaan

pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotawaringin Timur.

b) Peran dan kewajiban masing-masing pihak (Pemerintah,

Perusahaan,dan Masyarakat) dalam mewujudkan Sustainable

Development pada perencanaan pembangunan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.

3) StrategiSustainable Devepolment untuk Perencanaan Pembangunan

Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.

a) Analisis terhadap kondisi perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur yang dilihat dari 3 aspek

Sustainable Development (Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi)

b) StrategiSustainable Developmentdalam proses

perencanaanpembangunan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur.

Page 106: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

c) Analisis Spiral pada dokumen perencanaan pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.

4.3 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah suatu tempat atau wilayah yang dipilih dan

diharapkan akan memberikan data untuk penelitian, sedangkan objek penelitian

adalah sarana yang dijadikan sebagai unit pengamatan. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka sudah sewajarnya jika setiap penelitian membutuhkan lokasi dan

objek yang akan diteliti sebagai wadah sumber data. Lokasi dan objek penelitian

tersebut disesuaikan dengan fokus permasalahan yang sudah ditentukan dalam

penelitian ini. Berdasarkan pada fokus penelitian ini, maka peneliti memutuskan

untuk memilih informan pada beberapa instansi dan lembaga di Kabupaten

Kotim seperti berikut :

a) Kantor Dinas Kehutanan dan PerkebunanKabupaten Kotawaringin

Timur

b) Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur

c) Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

d) Kantor FOPELISDAKabupaten Kotawaringin Timur

e) Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin

Timur

4.4 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah :

1) Informan

Informan adalah orang yang berkaitan langsung dan paham dengan

pelaksanaan rencana pembangunan berkelanjutan pada perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotim.Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait fokus

Page 107: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

penelitian maka informan dipilih sengaja (purposivesampling) pada tahap awal.

Pada penelitian pelaksanaan rencana pembangunan berkelanjutan dengan

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, key informan adalah BAPPEDA yang

dinilai mengetahui, menguasai dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembangunan daerah. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan

menetapkan informan berikutnya. Beberapa informan dalam penelitian ini adalah:

a) Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur

b) Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur

c) Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam Sekertariat Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur

d) Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur

e) Ketua Umum FOPELISDA Kabupaten Kotawaringin Timur

f) Ketua Badan Penelitian perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

bersangkutan

2) Peristiwa

Sesuai dengan fokus pada penelitian ini, maka peristiwa yang diobservasi

adalah yang berkaitan dengan keberlanjutan aspek sosial, ekonomi dan

lingkungan pada pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotim.Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan hasil interaksi antara pemerintah

daerah, perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan masyarakat yang tinggal di

sekitar areal perkebunan kelapa sawit.

Page 108: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

3) Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan fokus penelitian. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD) Tahun 2005-2025,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2015-2020,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Renstra SKPD, serta data-data

lainnya yang terkait dan memeliki relevansi dengan fokus penelitian.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi

data primer dan data sekunder. Data primier adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan data sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2010:62). Serta pemilihan

informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan

informan yang didasarkan pada kebutuhan penelitian serta tujuan penelitian.

Sehingga informan-informan yang dipilih akan dapat merepresentasikan hal-hal

yang diharapkan oleh peneliti. Teknik yang akan digunakan untuk penelitian ini

antara lain sebagai berikut :

1) Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk

mengumpulkaninformasi terhadap sebuah permasalahan dari narasumber

secara langsung (Sudikan, 2007:100). Melalui wawancara, peneliti akan

mendapatkan data-data yang lebih mendalam dari informan, hal ini dikarenakan

percakapan antara peneliti dengan informan akan berlangsung secara dinamis.

Page 109: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Artinya, percakapan tersebut tidak semata-mata berdasar kepada pedoman

wawancara saja, tetapi peneliti bisa menanyakan hal-hal yang dianggap penting

meskipun pertanyaan tersebut tidak ada di dalam pedoman wawancara.

Wawancara terbagi kedalam dua lingkup besar yaitu wawancara berencana

(standardized interview) dan wawancara tak berencana (unstandarized

interview),perbedaannya terletak pada perlu atau tidaknya menyusun daftar

pertanyaan secara rinci yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

wawancara (Sudikan, 2007:100). Karena ini merupakan penelitian kualitatif,

maka teknik wawancara yang akan digunakan adalah secara langsung dengan

memberikan pertanyaan terbuka. Selain itu, Peneliti tidak begitu saja puas

terhadap apa yang dikatakan oleh informan, maka dari itu diperlukan

pengecekan ulang terhadap hasil wawancara atau mencari data lain melalui

informan dari sumber lain.

2) Studi Dokumentasi

Dalam sebuah penelitian kualitatif, data yang diperoleh kebanyakan

bersumber dari manuusia (human resources). Namun tidak menutup

kemungkinan untuk mendapatkan data-data yang bersumber bukan dari manusia

(non-human rsources) seperti data berupa dokumen, foto, atau bahkan berupa

data-data mengenai kondisi fisik lingkungan pada areal perkebunan kelapa sawit,

dan data-data mengenai industri perkebunan kelapa sawit yang terdapat di

Kabupaten Kotawaringin Timur.Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif

(Sugiyono, 2010:82). Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila

didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada

(Sugiyono, 2010:83).

Page 110: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

3) Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri

spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam,

dan responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010:83). Observasi

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipan dan non-partisipasi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi non-partisipan

dikarenakan peneliti berposisi sebagai pengamat. Observasi yang dilakukan oleh

peneliti adalah mengamati sejauh mana keseriusan Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur dalam mewujudkan sustainable development dibidang

perkebunan kelapa sawit.

4.6 Teknik Analisis Data : Spiral

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010:89). Analisis data

menurut Bogdan&Bilken (dalam Moleong 2005:248) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalanbekerjadengan data, mengkoordinasikan data, memilah-

milahnyamenjadisatuan yang dapatdikelola, mengsintesiskannya,

mencaridanmenemukanpola, menemukanapa yang pentingdanapa yang

dipelajari, danmemutuskanapa yang dapatdiceritakankepada orang lain.

Sedangkananalisa data menurutMoleong (Moleong 2005:280) adalah proses

Page 111: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

pengorganisasiandanmengurutkan data

kedalamkategoridansatuanuraiandasarsehinggadapatditemukantemadandirumus

kanhipotesiskerjaseperti yang disarankanoleh data.Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif yang data-datanya banyak diperoleh dari hasil uraian

wawancara dan studi kepustakaan. Oleh karena itu penelitian ini juga

memerlukan proses identifikasi dan analisis aspek pelaksanaan rencana

pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling terkait dan saling

melengkapi. Untuk itu diperlukan teknik analisis untuk menganalisis data-data

yang didapatkan tersebut.

Analisis data tidakhanyamenggambarkan data yang didapatkan(Dey

2005:31).Sering kali, apa yang

ingindilakukanlebihdarisebuahdeskripsiataupenjelasan.

Penulismenginterprestasikan, menjelaskan, memahami,

terkadangjugamemprediksi.Melaluianalisis, dapatdiperolehsudutpandang yang

barupada data yang

diperoleh.Analisisjauhlebihbaikbiladiterangkandalambentuksebuah spiral

daripadahanyasebuahgarislurus(Dey 2005:53).

Page 112: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sumber : Ian Dey (2005), Qualitative Data Analysis, New York: RNY. Hal 55

Gambar 4.1 Teknik Analisis Data : ModelSpiral

Spiral inidianalogikansepertimendakigunung,

dimanaperhatiankitalebihpadapemandangannyadantujuandalampendakiangunun

gadalahuntukmemperolehpemandanganitusendiri.Denganalur yang berputar-

putar, garissinggungdanputaran yang nyata, dancarapandang yang baru,

mencerminkankreatifitasdalam proses analisis. Garis utama dalam gambar spiral

menunjukkan analisis data spiral. Hal itu sepertiyang diilustrasikan pada gambar

4.1. Data kualitatif yang menggunakan pendekatan dataspiral dianalisis oleh

peneliti dengan model analisis lingkaran dengan proses bergerak beberbeda

dengan analisis data dengan menggunakan pendekatan linier tetap. Pengentrian

data dari teks dan gambar kemudian hasil terakhir berupa laporan dan

narasi.Setelah pengorganisasian dan seluruh data terkumpul. Kemudian penulis

mencatatatcatatan-catatan kecil di bawah gambar atau foto yang dipakai untuk

membantu ekplorasi awal data. Catatan-catatan tersebut merupakan langkah

Page 113: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

awal ide atau konsep kunci, setelah itudikelompokkan, dideskripsikan, kemudian

menafsirkan data berupa konteks dan perbandingan.

Terdapatlimakomponen utamadalamanalisis data kualitatif model spiral,

yaitu:

1) Data

Dalamhaliniberkaitandengansegalainformasi yang dikumpulkan di

lapanganberkaitandenganfenomena yang diamati.

2) Description

Deskripsiberkaitandenganmengungkapkanfenomenamelalui kata-kata,

menceritakankarakteristikdari orang, objek,

ataufenomena.Langkahpertamadalamanalisiskualitatifadalahmengemb

angkandeskripsifenomenasecarakomprehensif.Terdapattigaaspekdala

mdeskripsiyaitu:

a) Context. Mempunyaiperan yang

cukuppentingdalammemahamisituasisertamemahamilebihluas

terkaitaspek social dansejarah.

Dalamhaliniberupadeskripsisecaramendetailterkaitkondisi

social dimanafenomenaterjadi, organisasi, institusi,

budayaataumasyarakat, hubungansosial, dansebagainya.

b) Intentions. Seringkalipesanataupun data yang

diperolehditerjemahkanberbedaoleh orang-orang. Hal

iniberkaitandenganbagaimanaaktor yang

terlibatmendefinisikansituasidanmenjelaskan motif yang

mendorongadanyatindakan yang dilakukan.

Page 114: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

c) Process. Proses dalamhalini focus padafaktor-faktorkompleks

yang terlibat yang dapatmemberikanhasiltertentu. Proses

melibatkananalisisperubahanterus-

menerusdimanaperubahantersebutdapatdianalisisdarifase,

fenomena, dan faktor yang berkaitan.

3) Classification (Klasifikasi)

Klasifikasimerupakan proses untukmemudahkanpenelitimemilih data

yang sesuaidenganpenelitian.

Klasifikasijugaberkaitandenganbagaimanamembandingkan data-data

yang berbeda, memilih data yang

berkaitandanmenjadikannyafondasikonseptualdalamanalisis.

4) Connection (Hubungan)

Padasaatmengidentifikasihubunganantar substantive dariklasifikasi

data yang telahdilakukan,

penelitiperlumemahamidanmengidentifikasihubunganantar variable

atau data yang berbedatersebut.Ketika data telahdiklasifikasi,

makapenelitidapatmengujisecarateraturdanbervariasi.Penelitidapatmen

entukanapakahhubungan data yang adamemilikialasan yang

dapatdijadikankesimpulanatautidak.

5) Account

Accountdalamhalinimerupakanhasildarianalisis yang

dilakukanpeneliti.Accountmenjelaskankumpulancatatanterkaitmengapa

Page 115: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

fenomenatersebutterjadiataudapatdikatakankesimpulandari proses

analisiskualitatif.

Melalui teknik tersebut, data-data yang didapat dari sumber primer seperti

wawancara ataupun sumber sekunder seperti dokumen, dapat dianalisis sesuai

dengan langkah-langkah yang telah dijabarkan diatas agar kevalidan data tetap

terjaga.Tahapan analisis data penelitian dimulai dengan membaca dan

mempelajari data penelitian yang berhubungan dengan pembangunan

perkebunanan kelapa sawit dan data mengenai upaya pemerintah dalam

mewujudkan sustainable development didalamnya. Data lainnya yaitu hasil

wawancara mengenai pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan

di Kabupaten Kotim, yang informannya merupakan orang-orang yang memang

berkompeten dan mengetahui banyak informasi tentang proses pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotim. Semua data yang didapat tersebut

dipilah berdasarkan kebutuhan penelitian, artinya data-data yang dianggap

penting dan dibutuhkan harus dipertahankan dan dimasukkan ke dalam data

utama, sedangkan data-data yang dianggap tidak penting atau yang tidak ada

hubungannya dengan tujuan penelitian dapat dipisahkan dari data utama dan

tidak dimasukkan ke dalam hasil penelitian.

Kemudian langkah selanjutnya adalah mengolah data, pengolahan data

dimulai dengan hasil temuan mengenai upaya pemerintah Kabupaten Kotim,

pihak swasta dan masyarakat dalam berperan serta untuk mewujudkan

pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di Kabupaten Kotim.

Selanjutnya langkah terakhir adalah melakukan pemaknaan terhadap data-data

yang sudah diseleksi dan yang sudah diolah tersebut. Pemaknaan tersebut

berarti penarikan kesimpulan, maka akan semakin mudah untuk menarik

Page 116: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kesimpulan jika langkah pertama dan kedua telah dilakukan dengan tepat.

Penarikan kesimpulan tersebut dilakukan dengan menganalisis korelasi antara

kebijakan dari pemerintah Kabupaten Kotim yang merepresentasikan konsep

sustaibale development dengan pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang

berwawasan sustainable development. Sehingga pada akhir penelitian akan

didapatkan model sustainable development yang cocok diterapkan untuk

pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotim, yang tentunya

tetap memperhatikan keberlangsungan dari aspek lingkungan, sosial dan

ekonomi disekitar wilayah perkebunan kelapa sawit.

4.7 UjiKeabsahan Data

Untuk tetap menjaga validitas data, maka data yang tersedia harus diuji

keabsahannya.Untuk menguji keabsahan data, teknik yang digunakan adalah

teknik triangulasi.Teknik triangulasi digunakan untuk menjaga validitas data dan

menguji hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan (Sugiyono, 2010:71).

Jenis triangulasi yang dipilih oleh peneliti dalam menguji keabsahan data pada

penelitian ini adalah triangulasi sumber. Secara pengertian, triangulasi sumber

adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang saling berbeda dengan

menggunakan suatu metode yang sama (Sugiyono, 2010:71). Dengan kata lain,

teknik ini berusaha untuk memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan

sumber yang lain diluar sumber utama untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara

mencari sumber (informan) lain sebagai pembanding data yang diperoleh dari

narasumber utama. Pada dasarnya setiap manusia memiliki sudut pandang dan

pemikiran yang berbeda-beda, bahkan terkadang hal tersebut menimbulkan

Page 117: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perselisihan pendapat (Sugiyono, 2010:72). Oleh karena itu, membandingkan

perspektif antara satu orang dengan orang yang lain akan mampu memberikan

data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Page 118: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Program Perencanaan dari Pemerintah dalam Menanggulangi

Dampak Negatif dari Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Pertanian merupakan salah satu sektor penting karena menjadi

sumberpendapatan sebagaian besar penduduk dan memberi kontribusi yang

cukupbesar bagi Kabupaten Kotawaringin Timur. Sub sektor pertanian yang

paling menjadi andalan bagi Kabupaten Kotawaringin Timur adalah sub sektor

perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit, karena luas lahannya yang

sangat mendominasi di hampir seluruh wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Selain itu jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di

Kabupaten Kotawaringin Timur bisa dikategorikan sangat banyak, dan masing-

masing mempunyai luas lahan yang besar. Data dari Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur mencatatkan bahwa sampai dengan

tahun 2016 terdapat 58 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di

Kabupaten Kotawaringin Timur. Data mengenai jumlah perusahaan perkebunan

kelapa sawit yang beroperasi tersebut beserta luasan lahan masing-masing

perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Daftar dan Status Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur

No Nama Perusahaan Luas

Lahan (Ha)

Sustainable/Non

Sustainable

1 PT. FAJAR BUMI NABATI 6.391 Non Sustainable

2 PT. GEMILANG SUBUR MAJU 5.538 Non Sustainable

3 PT. TANAH TANI LESTARI

11.127 Non Sustainable

Page 119: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.1

No Nama Perusahaan Luas

Lahan (Ha)

Sustainable/Non

Sustainable

4 PT. BINTANG SAKTI LENGGANA 6.390 Non Sustainable

5 PT. LANGGENG MAKMUR

SEJAHTERA

5.325 Non Sustainable

6 PT. GADING SAWIT KENCANA 1.639 Non Sustainable

7 PT. PERCIE AGROLESTARI MAKMUR 422 Non Sustainable

8 PT. BORNEO SAWIT PERDANA 16.277 Non Sustainable

9 PT. DINAMIKA ALAM SEGAR 2.069 Non Sustainable

10 PT. ADHYAKSA DHARMA SATIA 7.000 Sustainable

11 PT. AGRO BUKIT 16.809 Sustainable

12 PT. AGRO WANA LESTARI 15.936 Sustainable

13 PT. BANGKIT GIAT USAHA MANDIRI 29.850 Sustainable

14 PT. BUANA ADITAMA 14.300 Sustainable

15 PT. BUMI SAWIT KENCANA 11.050 Sustainable

16 PT. DWI MITRA ADHI USAHA 1.350 Sustainable

17 PT. GLOBALINDO ALAM PERKASA 16.063 Sustainable

18 PT. HAMPARAN MASAWIT BANGUN 8.200 Sustainable

19 PT. HUTAN INDO AGRO LESTARI 8.250 Sustainable

20 PT. HUTAN SAWIT LESTARI 25.920 Sustainable

21 PT. INTIGA PRABHAKARA

KAHURIPAN

12.000 Sustainable

22 PT. KARUNIA KENCANA PERMAI 19.400 Sustainable

23 PT. KARYA MAKMUR ABADI 15.000 Sustainable

24 PT. KARYA MAKMUR BAHAGIA 17.500 Sustainable

25 PT. KARYA MAKMUR SEJAHTERA 13.000 Sustainable

26 PT. KALIMANTAN HIJAU SENTOSA 8.000 Sustainable

27 PT. KATINGAN INDAH UTAMA 28.290 Sustainable

28 PT. MAJU ANEKA SAWIT 33.138 Sustainable

29 PT. MANANJUNG HAYAK 2.000 Sustainable

30 PT. MENTAYA SAWIT MAS 15.500 Sustainable

Page 120: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.1

No Nama Perusahaan Luas

Lahan (Ha)

Sustainable/Non

Sustainable

31 PT. MENTENG JAYA SAWIT

PERSADA

5.893 Sustainable

32 PT. MUKTI SAWIT KAHURIPAN 4.210 Sustainable

33 PT. MULIA AGRO PERMAI 9.056 Sustainable

34 PT. NUSANTARA SAWIT PERSADA 19.422 Sustainable

35 PT. NABATINDO KARYA UTAMA 11.000 Sustainable

36 PT. SAPTA KARYA DAMAI 17.512 Sustainable

37 PT. SARANA PRIMA MULTI NIAGA 8.490 Sustainable

38 PT. SAWIT MAS PARENGGEAN 650 Sustainable

39 PT. SINAR CITRA CEMERLANG 8.000 Sustainable

40 PT. SUKAJADI SAWIT MEKAR 33.800 Sustainable

41 PT. SURYA INTI SAWIT KAHURIPAN 8.302 Sustainable

42 PT. SWADAYA SAPTA PUTRA 6.000 Sustainable

43 PT. TUNAS AGRO SUBUR KENCANA 45.856 Sustainable

44 PT. UNGGUL LESTARI 14.500 Sustainable

45 PT. UNI PRIMACOM 12.130 Sustainable

46 PT. WANAYASA KAHURIPAN INDO 1.500 Sustainable

47 PT. WINDU NABATINDO ABADI 11.900 Sustainable

48 PT. WINDU NABATINDO LESTARI 26.700 Sustainable

49 PT. WINDU NABATINDO SEJAHTERA 10.370 Sustainable

50 PT. AGRO INDOMAS 1.000 Sustainable

51 PT. AGRO KARYA PRIMA LESTARI 2.300 Sustainable

52 PT. KRIDATAMA LANCAR 17.500 Sustainable

53 PT. TEGUH SEMPURNA 17.500 Sustainable

54 PT. BUMI HUTAN LESTARI 17.500 Sustainable

55 PT. MUSTIKA SEMBULUH 21.500 Sustainable

56 PT. BUANA ARTHA SEJAHTERA 14.300 Sustainable

57 PT. TAPIAN NADENGGAN 6.837 Sustainable

Page 121: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.1

No Nama Perusahaan Luas

Lahan (Ha)

Sustainable/Non

Sustainable

58 PT. BISMA DHARMA KENCANA 15.000 Sustainable

JUMLAH 687.284 49 Sustainable / 9

Non Sustainable

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur,

2016

Dari data terebut dapat dilihat bahwa masing-masing perusahaan

perkebunan kelapa sawit memiliki luas lahan perkebunan yang diatas rata-rata.

Selain itu jika dilihat dari jumlah keseluruhan luas lahan dari semua perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur dapat

dikatakan bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur

hampir mencapai setengah dari total luas wilayah administratif Kabupaten

Kotawaringin Timur. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, disebutkan

bahwa luas wilayah administratif dari Kabupaten Kotawaringin Timur adalah

sebesar 1.679.600 Ha. Sementara itu berdasarkan data yang dapat dilihat diatas

bahwa jumlah keseluruhan luas lahan semua perusahaan perkebunan kelapa

sawit yang beroperasi di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah sebesar 687.284

Ha. Sampai dengan data tersebut diterbitkan, jumlah keseluruhan luas lahan

perkebunan kelapa sawit milik Perusahaan Besar Swasta (PBS) yang ada di

Kabupaten Kotawaringin Timur sudah mencapai 41% dari total luas wilayah

adminsitratif Kabupaten Kotawaringin Timur. Perbandingan luas keseluruhan

lahan perusahaan perkebunan kelapa sawit terhadap luas wilayah administratif

Kabupaten Kotawaringin Timur beserta persebaran perusahaan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat pada peta berikut :

Page 122: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sumber : Sekertariat Daerah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, 2016

Gambar 5.1 Peta Perusahaan Besar Swasta Perkebunan Kelapa Sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur

Page 123: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Luas lahan perkebunan kelapa sawit seperti yang dapat dilihat pada peta

diatas belum ditambahkan dengan luas perkebunan kelapa sawit yang berstatus

Perkebunan Rakyat (PR). Jika semua lahan perkebunan kelapa sawit

dijumlahkan luasnya baik yang berstatus Perkebunan Besar Swasta (PBS)

maupun Perkebunan Rakyat (PR) maka total luas lahannya akan mencapai

setengah dari luas wilayah administratif Kabupaten Kotawaringin Timur. Dengan

luas lahan tersebut tentu saja menjadikan sub sektor perkebunan kelapa sawit

sebagai primadona untuk menunjang perekonomian di Kabupaten Kotawaringin

Timur.Selain dapat menunjang perekonomian Pemerintah Daerah, perkebunan

kelapa sawit juga terbukti dapat menunjang perekonomian masyarakat lokal

sekitar perkebunan.Hal tersebut dapat dilihat dari penyediaan lapangan

pekerjaan di perusahaan perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat lokal.Selain

lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha untuk masyarakat lokal juga semakin

terbuka, khususnya bagi masyarakat yang bisa menyediakan jasa-jasa untuk

mempermuda kegiatan perkebunan kelapa sawit.

Akan tetapi hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah dari

aspek lingkungan.Berdasarkan data yang telah disajikan diatas, dapat dilihat

bahwa dari 58 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di

Kabupaten Kotawaringin Timur, masih terdapat 9 perusahaan perkebunan

kelapa sawit yang belum berkategori sustainable.Artinya 9 perusahaan tersebut

belum melaksanakan prinsip-prinsip sustainable yang telah ditetapkan oleh

IndonesianSustainable Palm Oil (ISPO).Karena belum melaksanakan prinsip-

prinsip yang telah ditetapkan oleh ISPO, maka 9 perusahaan tersebut

dikategorikan non sustainable oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Kotawaringin Timur.Salah satu prinsip sustainable yang tidak

Page 124: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dilakukan oleh 9 perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut adalah mengenai

penyediaan lahan konservasi didalam wilayah perkebunan kelapa sawit.Untuk

prinsip penyediaan lahan konservasi ini merupakan prinsip yang paling sulit

diwujudkan oleh sebagian besar perusahaan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur. Bukan hanya 9 perusahaan tersebut yang tidak

dapat memenuhi prinsip penyediaan lahan konservasi, akan tetapi hampir semua

perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur masih

belum mewujudkan secara maksimal penyediaan lahan konservasi ini.

Berdasarkan data yang didapat dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Kotawaringin Timur, sampai dengan tahun 2016 tercatat dari 58 perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang beroperasi hanya terdapat 6 perusahaan saja

yang telah tuntas dalam penyediaan lahan konservasi, daftar 6 perusahaan

tersebut dituliskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2 Daftar Perusahaan yang Telah Menyediakan Lahan Konservasi

Pada Areal Lahan Perkebunan Kelapa Sawitnya

No Nama Perusahaan Luas Lahan

Konservasi

Luas Lahan

Kebun

Lokasi Lahan

Konservasi

1 PT. Karunia Kencana

Permai Sejati

2.434 Ha 19.400 Ha Sungai di area HCV

2 PT. Mentaya Sawit Mas 5.799 Ha 15.500 Ha Sungai di area HCV

3 PT. Bumi Sawit Kencana 1.998 Ha 11.050 Ha Sungai di area HCV

4 PT. Mustika Sembuluh 1.646 Ha 21.500 Ha Sungai di area HCV

5 PT. Uni Primacom 213 Ha 12.130 Ha Sepanjang anak sungai

humbang

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, 2016

Dari 5 nama perusahaan yang telah melakukan penyediaan lahan

konservasi didalam wilayah perkebunan kelapa sawitnya, 4 diantaranya

merupakan perusahaan kelapa sawit yang masuk dalam group perusahaan yang

Page 125: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

sama yaitu PT.WILMAR GROUP. 4 perusahaan tersebut yang dinaungi oleh

PT.WILMAR GROUP diantaranya adalah :PT. Karunia Kencana Permai Sejati,

PT. Mentaya Sawit Mas, PT. Bumi Sawit Kencana, dan PT. Mustika Sembuluh.

Itu artinya semua anak perusahaan dari PT.WILMAR GROUP telah kooperatif

terhadap instruksi dari pemerintah mengenai penyediaan lahan konservasi.Hal ini

menjadikan PT. WILMAR GROUP merupakan satu-satunya grup perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang telah melakukan penyediaan lahan konservasi.

Sedangkan 1 perusahaan lainnya yang sudah melakukan penyediaan

lahan konservasi adalah PT. Uni Primacom yang merupakan perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang berdiri secara sendiri tanpa ada grup perusahaan

yang menaunginya.Serupa dengan 4 perusahaan yang telah melakukan

penyediaan lahan konservasi pada masing-masing lahan perkebunan kelapa

sawitnya, beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya yang belum

melakukan penyediaan lahan konservasi sebenarnya juga ada yang dinaungi

oleh sebuah grup perusahaan dan ada juga yang berdiri secara sendiri seperti

PT. Uni Primacom. Berikut ini data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Kotawaringin Timur yang menerangkan nama-nama perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang dinaungi oleh grup perusahaan dan yang berdiri

secara sendiri :

Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Berdasarkan Grup

Perusahaan di Kabupaten Kotawaringin Timur

No Nama Perusahaan dan Nama Grup Lokasi

Total

Luas

Lahan

1 ASAM JAWA GROUP :

PT. Sapta Karya Damai

PT. Dwi Mitra Abhi Usaha

PT. Mananjung Hayak

Mentaya Hilir Utara

Mentaya Hilir Utara

Mentaya Hilir Utara

20.852 Ha

Page 126: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.3

No Nama Perusahaan dan Nama Grup Lokasi

Total

Luas

Lahan

2 BUMI TAMA GUNA JAYA GROUP :

PT. Karya Makmur Bahagia

PT. Windu Nabatindo Lestari

PT. Windu Nabatindo Sejahtera

PT. Windu Nabatindo Abadi

PT. Bakti Kalimantan Sejahtera

Menyata Hulu

Cempaga Hulu

Cempaga

Cempaga Hulu

Cempaga

70.470 Ha

3 MAKIN GROUP :

PT. Intiga Phabakaran Kahuripan

PT. Katingan Indah Utama

PT. Mukti Sawit Kahuripan Indonesia

PT. Surya Inti Sawit Kahuripan

Cempaga Hulu

Kuala Kuayan

Parenggean

Cempaga

52.802 Ha

4 MINAMAS GROUP :

PT. Kridatama Lancar

PT. Teguh Sempurna

Mentaya Hulu

Mentaya Hulu

35.000 Ha

5 MUSIMAS GROUP :

PT. Sukajadi Sawit Mekar

PT. Globalindo Alam Perkaa

PT. Maju Aneka Sawit

PT. Unggul Lestari

Kota Besi

Kota Besi

Kota Besi

Antang Kalang

97.501 Ha

6 BUMI HUTAN LESTARI GROUP :

PT. Bumi Hutan Lestari

PT. Adhyaksa Dharma Satya

Cempaga Hulu

Parenggean

24.500 Ha

7 WILMAR GROUP :

PT. Mustika Sembuluh

PT. Karunia Kencana Permai Sejati

PT. Bumi Sawit Kencana

PT. Mentaya Sawit Mas

Mentaya Hilir Utara

Mentaya Hulu

Kota Besi

Mentaya Hulu

67.450 Ha

8 SINAR MAS GROUP :

PT. Mitratama Abadi Makmur

PT. Buana Artha Sejahtera

PT. Agro Karya Prima Lestari

Sebabi

Kota Besi

Paharingan

38.900 Ha

Page 127: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.3

No Nama Perusahaan dan Nama Grup Lokasi

Total

Luas

Lahan

9 BEST GROUP :

PT. Hamparan Masawit Bangun Persada

PT. Tunas Agro Subur Kencana

Kota Besi

Cempaga Hulu

54.056 Ha

10 HUTANINDO GROUP :

PT. Hutan Sawit Lestari

PT. Hutanindo Agro Lestari

Parenggean

Sebungsu

16.450 Ha

11 AGRO INDOMAS GROUP :

PT. Agro Wana Lestari

PT. Agro Bukit

PT. Agro Indomas

PT. Karya Makmur Sejahtera

Bagendang

Mentawa Baru Ketapang

Terawan

Mentaya Hulu

46.745 Ha

12 KUALA LUMPUR KEPONG GROUP :

PT. Menteng Jaya Sawit Persada

PT. Mulya Agro Permai

PT. Karya Makmur Abadi

Mentaya Hilir Utara

Telawang

Mentaya Hulu

29.949 Ha

13 Non Group :

PT. Bhisma Dharma Kencana

Cempaga Hulu

15.000 Ha

14 Non Group :

PT. Sinar Citra Cemerlang

Cempaga Hulu

8.000 Ha

15 Non Group :

PT. Bangkit Giat Usaha Mandiri

Antang Kalang

29.850 Ha

16 Non Group :

PT. Kalimantan Hijau Sentosa

Cempaga Hulu

8.000 Ha

17 Non Group :

PT. Sarana Prima Multi Niaga

Parenggean

8.490 Ha

18 Non Group :

PT. Fajar Bumi Nabati

- 6.391 Ha

19 Non Group :

PT. Gemilang Subur Maju

- 5.538 Ha

20 Non Group :

PT. Tanah Tani Lestari

- 11.127 Ha

Page 128: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.3

No Nama Perusahaan dan Nama Grup Lokasi

Total

Luas

Lahan

21 Non Group :

PT. Bintang Sakti Lenggana

- 6.390 Ha

22 Non Group :

PT. Langgeng Makmur Sejahtera

- 5.325 Ha

23 Non Group :

PT. Gading Sawit Kencana

- 1.639 Ha

24 Non Group :

PT. Percie Agro Lestari Makmur

- 422 Ha

25 Non Group :

PT. Borneo Sawit Perdana

- 16.277 Ha

26 Non Group :

PT. Dinamika Alam Segar

- 1.350 Ha

27 Non Group :

PT. Nusantara Sawit Persada

- 19.422 Ha

28 Non Group :

PT. Uni Primacom

- 12.130 Ha

29 Non Group :

PT. Tapian Nadenggan

- 6.837 Ha

30 Non Group :

PT. Nabatindo Karya Utama

- 11.000 Ha

31 Non Group :

PT. Sawitmas Parenggean

- 650 Ha

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur,

2016

Dari 58 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di

Kabupaten Kotawaringin Timur, baik itu yang dinaungi oleh grup perusahaan

maupun yang tidak dinaungi oleh grup perusahaan, intinya hanya ada 5

perusahaan yang melakukan penyediaan lahan konservasi. Kelima perusahaan

perkebunan kelapa sawit tersebut terdiri dari 4 perusahaan dengan 1 grup

Page 129: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perusahaan yang sama, dan 1 perusahaan non grup. Sementara masih ada 53

perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya yang belum melaksanakan intruksi

pemerintah daerah tentang penyediaan lahan konservasi.

Hal tersebut tentu menjadi sangat ironi, mengingat begitu pentingnya

penyediaan lahan konservasi disetiap perusahaan perkebunan kelapa sawit bagi

kelangsungan makhluk hidup yang bergantung kepada hutan.Selain itu

penyediaan lahan konservasi didalam wilayah perkebunan kelapa sawit juga

menjadi sangat penting karena dapat menjaga keanekaragaman flora dan fauna

yang ada didalamnya dari ancaman kepunahan.Berdasarkan peraturan

perundang-undangan, konservasi lahan dimaknai sebagai pengelolaan sumber

daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.Tujuan dari adanya aturan

penyediaan lahan konservasi disetiap perusahaan perkebunan kelapa sawit

adalah agar terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta

kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat mendukung upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.Untuk mewujudkan

tujuan tersebut, perlu dilakukan strategi dalam pelaksananya, dan salah satu

strategi tersebut adalah dengan dilakukannya kordinasi secara bersama-sama

oleh pemerintah, pihak perusahaan, dan juga masyarakat.

Sementara itu status kawasan hutan di Kabupaten Kotawaringin Timur,

kondisinya juga semakin mengkhawatirkan.Hal tersebut dikarenakan

ketersediaan hutan di Kabupaten Kotawaringin Timur semakin tahun semakin

berkurang. Berdasarkan data status lingkungan hidup yang diterbitkan oleh

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, hingga tahun 2016

Page 130: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, 2016

Gambar 5.2 Peta Status Kawasan Hutan Kabupaten Kotawaringin Timur

ketersediaan Hutan Lindung dan Hutan Produksi (Hutan Produksi Tetap dan

Hutan Produksi Terbatas) jumlah luasnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan

jumlah luas kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Di Konversi (HPK) dan

kawasan Areal Penggunaan Lain (APL). Untuk dapat membandingkan luas

kawasan yang bisa dialih fungsikan menjadi perkebunan dengan kawasan yang

tidak bisa dialih fungsikan menjadi perkebunan dapat dilihat pada peta berikut.

Page 131: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Data diatas juga serupa dengan data yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur tentang luas kawasan hutan di

Kabupaten Kotawaringin Timur.Data yang peneliti dapatkan dari Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur berbentuk tabel

yang menerangkan jumlah luas masing-masing kawasan hutan dalam

keterangan angka. Hal ini tentu saja akan memudahkan peneliti dalam

penelaahan peta diatas ketika luas lahannya sudah dijabarkan dengan

keterangan angka. Data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur,

2016

Gambar 5.3 Luas Status Kawasan Hutan Kabupaten Kotawaringin Timur

Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi merupakan kawasan hutan

yang fungsi lahannya tidak dapat dikonversi menjadi lahan pertanian khususnya

Page 132: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perkebunan kelapa sawit.Sedangkan untuk kawasan Hutan Produksi Yang Dapat

Di Konversi (HPK) dan kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) merupakan

kawasan hutan yang fungsi lahannya bisa dikonversi menjadi lahan pertanian

khususnya perkebunan kelapa sawit. Secara umum pengertian dari masing-

masing status kawasan hutan adalah sebagai berikut :

1. Hutan Produksi Tetap merupakan hutan yang dapat dieksploitasi dengan

perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.

2. Hutan Produksi Terbatas merupakan hutan yang hanya dapat

dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Bedanya dengan Hutan Produksi

Tetap adalah pada Hutan Produksi Terbatas merupakan hutan yang

dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas rendah, dan Hutan

Produksi Terbatas ini umumnya berada di wilayah pegunungan dimana

lereng-lereng yang curam.

3. Hutan Lindung merupakan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah.

4. Hutan Yang Dapat Di Konversi merupakan hutan yang secara ruang

dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan.

5. Areal Penggunaan Lain merupakan areal bukan kawasan hutan.

Pada umumnya perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di

Kabupaten Kotawaringin Timur banyak membuka lahan pada kawasan HPK dan

APL. Oleh karena itu pada kawasan APL dan HPK yang terdapat pada data

tersebut didalamnya sudah termasuk lahan perkebunan kelapa sawit, karena

mayoritas penggunaan kawasan APL dan HPK di Kabupaten Kotawaringin Timur

Page 133: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

memang di dominasi oleh lahan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi pada

prakteknya di lapangan, banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

mulai membuka lahan pada kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi.Hal ini

dilakukan dengan mekanisme pemutihan lahan serta membebaskan lahan dari

kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi, sehingga statusnya bisa berubah

menjadi kawasan APL atau HPK.Tetapi mekanisme pemutihan lahan tersebut

tidak dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, melainkan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang berhak untuk

memberikan persetujuan pemutihan lahan tersebut.Sehingga apabila ada

perusahaan yang menginginkan hal tersebut, maka harus melalui persetujuan

dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia terlebih

dahulu. Hal ini disampaikan langsung oleh Pak Sanggul Lumban Gaol selaku

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur, dalam

kutipan wawancara sebagai berikut :

“Sekarang perusahaan perkebunan kelapa sawit itu cuma bisa membuka

lahan di kawasan hutan yang statusnya APL sama HPK, tapi ada juga

perusahaan yang coba mengajukan pembukaan lahan di kawasan hutan

yang statusnya Hutan Produksi. Mereka pernah mengajukan ke kami tapi

kami tidak punya hak untuk memberikan izin pada kawasan tersebut,

karena untuk kawasan Hutan Produksi itu wewenangnya kementerian

pusat, dan prosedurnya pun harus lewat pemutihan lahan dulu biar jadi

kawasan APL atau HPK, setelah itu terpenuhi oleh kementerian pusat

baru kami bisa memberikan izin kepada perusahaan tersebut. Intinya

wewenang kami pemerintah daerah hanya di kawasan HPK dan APL,

selebihnya itu wewenang kementrian pusat” (Wawancara pada tanggal 16

Desember 2016 di Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Kotawaringin Timur).

Permohonan izin lokasi seringkali berkaitan dengan status kawasan hutan

dan non-kawasan hutan. Apabila lokasi yang diusulkan pemohon berada dalam

kawasan hutan maka urusan pelepasannya akan berhubungan dengan

Page 134: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Gubernur/Bupati sebagai otoritas yang masih memiliki kewenangan teknis dalam

perencanaan kehutanan. Izin-izin lain yang sifatnya tidak mengubah bentang

alam seperti izin jasa lingkungan dan izin pemungutan hasil hutan non-kayu juga

akan diserahkan ke Pemerintah Daerah.Ketentuan hukum kehutanan saat ini

menyebutkan bahwa yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah adalah

pada Hutan Produksi Konversi (HPK) dan kawasan hutan APL (Areal

Penggunaan Lain).

Kewenangan perizinan yang strategis di bidang kehutanan akan berada

di tangan Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK). Perizinan yang strategis adalah perizinan yang berkenaan

dengan perubahan bentangan alam kawasan hutan, misalnya KLHK masih

memegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam maupun

hutan tanaman. KLHK juga masih berwenang memberikan izin pinjam pakai

kawasan hutan untuk kepentingan non-kehutanan seperti kegiatan perkebunan.

Peran Pemerintah Pusat adalah mengontrol perencanaan yang diusulkan

Pemerintah Daerah dan mengawasi pelaksanaannya. Karena itu, sistem

perencanaan dan pemantauan pemanfaatan hutan pada skala makro tetap

berada pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sementara

usulan pemanfaatan dan pengelolaan di tingkat tapak akan menjadi bagian dari

kewenangan Pemerintah Daerah.Hasil pertimbangan dari Pemerintah Daerah

bersama dengan hasil pemeriksaan lapangan BPKH akan menjadi dasar bagi

Menteri LHK untuk mengeluarkan keputusanperubahan kawasan.

Untuk mengatasi beberapa dampak negatif dari pembangunan

perkebunan kelapa sawit tersebut, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

telah merumuskan beberapa program perencanaan pembangunan perkebunan

Page 135: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kelapa sawit dalam sebuah dokumen perencanaan.Program-program

perencanaan ini ditujukan untuk menanggulangi beberapa permasalahan dan

dampak negatif yang timbul dari adanya kegiatan pembangunan perkebunan

kelapa sawit.Berikut ini merupakan program perencanaan yang dirumuskan oleh

PemerintahKabupaten Kotawaringin Timur untuk menanggulangi beberapa

dampak negatif tersebut yang dituangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Tabel 5.4 Program Perencanaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

No Program/Kegiatan Instansi Pelaksana

A Perwujudan Kawasan Hutan Lindung

1 Penegasan batas hutan lindung Kemenhut

2 Reboisasi dan rehabilitasi hutan lindungyang

telah rusak

Kemenhut, Dishutbun

3 Menjaga kelestarian kawasan hutanlindung Kemenhut, Dishutbun

4 Pengamanan kawasan hutanlindung Kemenhut, Dishutbun

5 Sosialisasi kawasan hutan lindung di

Kabupaten Kotawaringin Timur

Kemenhut, Dishutbun

B Perwujudan Kawasan rawan kebakaran hutan/lahan

1 Pembuatan zona-zona kawasan rawan

kebakaran hutan/lahan secara detail &rencana

jalur evakuasi bencana

BPBD

2 Sosialisasi larangan membuka/membersihkan

lahan dengancara membakar

BPBD, BLH

3 Sosialisasi teknis upaya pencegahan dan

penanggulangan kebakaran lahan

kepadamasyarakat dan perusahaan

perkebunan kelapa sawit

BPBD

4 Identifikasi kawasan budidaya perkebunan

yang ada padakawasan rawan kebakaran

hutan/lahan, sera alternatif penanganan dan

pencegahannya

BPBD

Page 136: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.4

No Program/Kegiatan Instansi Pelaksana

5 Pemantauan kawasan rawan

kebakaranhutan/lahan pada lahan perkebunan

secara rutin & terpadu

BPBD

C Perwujudan Kawasan Peruntukan Perkebunan

1 Pemetaan kawasan perkebunan kelapa sawit

secara detail

Dishutbun

2 Inventarisasi & pemenuhan persyaratan

kawasan perkebunan yang berada

padakawasan hutan produksi

Dishutbun

3 Inventarisasi & evaluasi perijinan

perkebunan besar swasta

Dishutbun, Setda

4 Meniningkatkan peningkatan keterampilan

budidaya, dan pengolahanpasca panen

perkebunan kelapa sawit

Dishutbun

5 Menjaga, mengamankan, dan melindungi dari

kegiatan pemanfaatan hutan oleh perkebunan

kelapa sawit yang tidak sesuai ketentuan dan

peraturanyang berlaku

Dishutbun

6 Mengawasi dan evaluasi perijinankegiatan

perkebunan kelapa sawit yang terdapat pada

kawasan peruntukanhutan produksi

Dishutbun

9 Melakukan reboisasi pada kawasan

hutanyang kritis

Dishutbun, BLH

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur, 2016

Untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari adanya pembangunan

perkebunan kelapa sawit tersebut, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

mempunyai 3 (tiga) program perencanaan yang dituangkan dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015-2035. Tiga program

Page 137: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perencanaan tersebut sesuai dengan yang dituliskan dalam tabel diatas,

diantaranya adalah program perwujudan kawasan hutan lindung, program

perwujudan kawasan rawan kebakaran hutan/lahan, dan program perwujudan

kawasan peruntukan perkebunan. Secara umum ketiga program perencanaan

tersebut masih dalam tahap persiapan operasional, artinya ketiga program

sedang di persiapkan untuk pelaksanaan kegiatannya. Sehingga untuk

pelaksanaan semua program belum ada yang mencapai tahap optimal, bahkan

setengahnya sekalipun.Hal ini dikarenakan program-program ini baru memasuki

tahun pertama dalam pelaksanaannya, sehingga diperlukan penyesuaian terlebih

dahulu sebelum melakukan tahap pelaksanaan. Berikut ini merupakan laporan

pelaksanaan masing-masing program perencanaan yang telah berjalan dalam 1

tahun terakhir.

Pertama, program perwujudan kawasan hutan lindung. Dalam program ini

terdapat lima (5) kegiatan yang menunjang perwujudan program. Semua

kegiatan yang ada pada program ini dijalankan oleh Dishutbun yang bekerja

sama dengan Kemenhut. Diantara lima kegiatan tersebut, empat diantaranya

masih dalam persiapan untuk dilakukan pelaksanaan pada tahun berikutnya.

Sedangkan sudah ada satu kegiatan yang sedang berjalan hingga saat ini yaitu

kegiatan Sosialisasi kawasan hutan lindung di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Pada kegiatan sosialisasi ini sudah mencapai ke masyarakat pedalaman, hal ini

dikarenakan kegiatan ini merupakan kegiatan yang sama dengan RTRW

sebelumnya sehingga tinggal meneruskan saja. Sedangkan untuk kegiatan

lainnya juga ada yang sama dengan kegiatan pada RTRW sebelumnya,

diantaranya kegiatan pengamanan lingkungan dan kegiatan menjaga kelestarian.

Akan tetapi pelaksanaan dua kegiatan tersebut saat ini masih terhambat karena

Page 138: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masih dilakukan persiapan strategi untuk pelaksanaan kegiatannya. Hal ini

dilakukan agar pada pelaksanaan setiap kegiatannya bisa mencapai tahap

optimal. Sedangkan untuk satu kegiatan sisanya merupakan kegiatan yang baru

ditetapkan pada RTRW periode 2015-2035, yaitu kegiatan penegasan batas

hutan lindung. Untuk kegiatan ini juga masih dilakukan persiapan untuk

pelaksanaannya.

Kedua, program perwujudan kawasan rawan kebakaran hutan/lahan.

Dalam program ini terdapat lima (5) kegiatan yang menunjang perwujudan

program. Semua kegiatan yang ada pada program ini dijalankan oleh Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bekerja sama dengan BLH.

Diantara lima kegiatan tersebut, dua diantaranya masih dalam persiapan untuk

dilakukan pelaksanaan pada tahun-tahun berikutnya. Sedangkan sudah ada tiga

kegiatan yang sedang berjalan hingga saat ini diantaranya adalah : (1) kegiatan

sosialisasi larangan pembukaan lahan dengan cara membakar, (2) kegiatan

sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, (3) kegiatan

pemantauan kawasan rawan kebakaran hutan. Pada dua kegiatan sosialisasi

tersebut sudah mencapai ke masyarakat pedalaman, hal ini dikarenakan

kegiatan ini sama dengan kegiatan yang ada pada RTRW sebelumnya sehingga

tinggal meneruskan saja. Selanjutnya untuk kegiatan pemantauan kawasan

rawan kebakaran memang dari tahun ke tahun kegiatan ini sudah berjalan sejak

RTRW sebelumnya, sehingga tinggal melanjutkan kegiatannya saja. Sedangkan

untuk kegiatan lainnya juga ada yang sama dengan kegiatan pada RTRW

sebelumnya yaitu kegiatan pembuatan zona-zona rawan kebakaran hutan. Akan

tetapi pelaksanaan kegiatan tersebut saat ini masih terhambat karena sampai

saat ini masih dilakukan pemetaan terhadap zona-zona hutan yang memiliki

Page 139: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

potensi rawan kebakaran. Hal ini dilakukan agar pada pelaksanaan setiap

kegiatannya bisa mencapai tahap optimal. Sedangkan untuk satu kegiatan

sisanya yaitu kegiatan yang baru ditetapkan pada RTRW periode 2015-2035,

yaitu kegiatan identifikasi kawasan perkebunan yang berada pada zona rawan

kebakaran.Untuk kegiatan ini juga masih dilakukan persiapan agar bisa masuk

pada tahap pelaksanaannya.

Ketiga, program perwujudankawasan peruntukan perkebunan. Dalam

program ini terdapat sembilan (9) kegiatan yang menunjang perwujudan

program. Semua kegiatan yang ada pada program ini dijalankan oleh Dishutbun

yang bekerja sama dengan Setda dan BLH. Sebagian besar kegiatan yang ada

pada program ini merupakan kegiatan yang baru ditetapkan pada RTRW periode

2015-2035, sehingga hampir semua kegiatan yang ada pada program ini masih

disibukan pada tahap persiapan kegiatan. Diantara sembilan kegiatan tersebut,

delapan diantaranya masih dalam persiapan untuk dilakukan pelaksanaan pada

tahun-tahun berikutnya. Sedangkan sudah ada satu kegiatan yang sedang

berjalan hingga saat ini yaitu kegiatan reboisasi pada kawasan hutanyang kritis.

Kegiatan reboisasi hutan ini sudah dilaksanakan dari tahun ke tahun, tujuannya

adalah untuk melindungi hutan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal

ini dikarenakan kegiatan ini sama dengan kegiatan yang ada pada RTRW

sebelumnya, sehingga kegiatannya tinggal melanjutkan saja. Sedangkan untuk

delapan kegiatan sisanya merupakan kegiatan yang baru ditetapkan pada RTRW

periode 2015-2035. Untuk delapan kegiatan tersebut jugamasih dalam persiapan

untuk dilakukan pelaksanaannya.

Penjelasan mengenai laporan pelaksanaan dari tiga program

perencanaan RTRW tersebut senada dengan pernyataan yang di sampaikan

Page 140: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

oleh Ibu Siti Nurdianti selaku Kepala Bidang Tata Ruang dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai

berikut :

“Program kegiatan yang ada di RTRW itu masih banyak yang belum

dikerjakan. Kebanyakan masih dalam persiapan sih, tapi ada beberapa

program kegiatan aja yang sudah dijalankan. Itu pun rata-rata program

yang dulunya sudah pernah dijalankan pada RTRW sebelumnya, jadi

kami tinggal melanjutkan aja sih. Sedangkan untuk program kegiatan

tentang perkebunan di RTRW yang sekarang ini banyak didominasi sama

program kegiatan yang baru. Sedangkan untuk pelaksanaan program

kegiatan yang baru itu kami masih belum sama sekali, ini kami masih

mempersiapkannya. Soalnya itu kan RTRW nya masih baru jalan 1 tahun

terakhir ini, jadi beberapa program kegiatan baru itu kami masih

mempersiapkannya. Mungkin 1 atau 2 tahun ke depan kami baru bisa

merealisasikan program kegiatan yang baru itu. Kalo misalnya dihitung-

hitung dari 19 kegiatan dalam 3 program itu cuma ada 5 kegiatan yang

sudah berjalan pelaksanaannya. Nah berarti ada 14 kegiatan lagi itu yang

masih belum berjalan, rata-rata ya itu dari 14 kegiatan itu masih dalam

tahap persiapan sih sampai sekarang. 5 kegiatan yang sudah berjalan itu

diantaranya kegiatan sosialisasi kawasan hutan lindung, kegiatan

sosialisasi larangan pembukaan lahan dengan cara membakar, kegiatan

sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, kegiatan

pemantauan kawasan rawan kebakaran hutan, dan terakhir kegiatan

reboisasi pada kawasan hutanyang kritis.” (Wawancara via telepon pada

tanggal 2 Juni 2017).

Berdasarkan penjelasan beserta kutipan wawancara diatas maka dapat

disimpulkan bahwa dari 3 program 19 kegiatan perencanaan mengenai

perkebunan kelapa sawit yang ada pada RTRW, hanya terdapat 5 kegiatan yang

sudah berjalan sampai sekarang. Sedangkan untuk 14 kegiatan lainnya masih

dalam tahap persiapan karena memang sebagian besar dari 14 kegiatan

tersebut merupakan kegiatan baru pada RTRW, sehingga diperlukan proses

persiapan dan penyesuaian. Data dan penjelasan tersebut didapatkan oleh

peneliti melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Siti Nurdianti selaku

Kepala Bidang Tata Ruang dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Page 141: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

5.1.2 Upaya dari Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat

dalamMewujudkanSustainable Development pada Perencanaan

5.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah oleh Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kotawaringin Timur

adalah rencana mengatur struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten yang merupakan hasil dari kegiatan perencanaan tata ruang.Secara

umum konten dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin

Timur adalah tentang penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten

Kotawaringin Timur beserta strategi yang dirumuskan untuk mencapai setiap

kebijakannya.Tujuan penataan ruang Kabupaten Kotawaringin Timur adalah

untuk “mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang bersinergi dengan kawasan

hutan, dengan keseimbangan pemanfaatan ruang berkelanjutan yang

berbasiskan pengembangan pertanian, industri pengolahan dan pelayanan

transportasi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat, dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan

daya tampung lingkungan serta kelestarian sumberdaya alam”. Dari tujuan

penataaan ruangnya sudah dapat dilihat bahwa arah pembangunan dari

Kabupaten Kotawaringin Timur adalah kepada pengembangan industri pertanian

(khususnya perkebunan) yang berkelanjutan agar sumberdaya yang ada di

Kabupaten Kotawaringin Timur dapat terus digunakan, dan semua hal tersebut

dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Demi tercapainya

tujuan dari penataan ruang tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Page 142: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Timur menetapkan 7 kebijakan penataan ruang Kabupaten Kotawaringin Timur

sebagai berikut :

1) Pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan,

2) Pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang

berkelanjutandengan mempertimbangkan daya dukung dan daya

tampunglingkungan serta kelestarian sumberdaya alam,

3) Pengembangan pertanian dalam arti luas,

4) Pengembangan industri pengolahan,

5) Pengembangan pelayanan transportasi,

6) Pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi

danpeningkatan kesejahteraan masyarakat,

7) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanannegara.

Dari 7 kebijakan penataan ruang tersebut, 5 kebijakan diantaranya

bersentuhan langsung dengan pembangunan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur.Didalam masing-masing kebijakan tersebut

sudah ditetapkan juga beberapa strategi untuk mewujudkan setiap kebijakannya.

Staretegi dari 5 kebijakan penataan ruang untuk pembangunan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah sebagai berikut :

1) Pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan

Untuk mewujudkan kebijakan pensinergian kawasan hutan dan kawasan

non hutan, maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur merumuskan

strategi kebijakan sebagai berikut :

Page 143: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Memastikan dan menegaskan batas antara kawasan budidaya nonhutan

dengan kawasan hutan untuk memberikan kepastianrencana

pemanfaatan ruang dan investasi,

Mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkait rencanaprogram

pembangunan yang melewati atau berada dalam kawasanhutan,

Mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkaitpemanfaatan

ruang atau program pembangunan eksisting yangmelewati atau berada

dalam kawasan hutan,

Memanfaatkan secara optimal ketentuan yang berlaku padakawasan

hutan produksi agar bisa dikelola sendiri olehmasyarakat maupun

pemerintah daerah tanpa merusak danmerubah peruntukan hutan, dan

Menggalang kerjasama Regional, Nasional dan Internasional

dalamrangka pemulihan fungsi kawasan hutan terutama hutan lindung.

2) Pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutandengan

mempertimbangkan daya dukung dan daya tampunglingkungan serta

kelestarian sumberdaya alam

Untuk mewujudkan kebijakan pengaturan keseimbangan pemanfaatan

ruang yang berkelanjutandengan mempertimbangkan daya dukung dan daya

tampunglingkungan serta kelestarian sumberdaya alam, maka Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur merumuskan strategi kebijakan sebagai berikut :

Memastikan dan menegaskan batas antara kawasan yang mempunyai

fungsi lindung dan kawasan budidaya,

Memilih bentuk pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan kesesuaian

lahan dan kriteria teknis yang ditentukan,

Page 144: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Mengoptimalkan pemanfaatan ruang peruntukan budidaya yang telah ada

dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan,

Menjaga dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan,

Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup serta

pengendaliankerusakan dan pencemaran lingkungan akibat

kegiatanpemanfaatan ruang yang dilakukan, dan

Memilih penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang.

3) Pengembangan pertanian dalam arti luas

Untuk mewujudkan kebijakan pengembangan pertanian dalam arti luas,

maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur merumuskan strategi kebijakan

sebagai berikut :

Meningkatkan penggunaan teknologi dan intensifikasi pertanianuntuk

peningkatan produksi pertanian, khususnya pertaniantanaman pangan,

Mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan,

Menambah area baru untuk pengembangan pertanian denganmengacu

kesesuaian lahan dan kriteria teknis yang ditentukanpada lahan-lahan

yang belum dibudidayakan dalam kawasan non hutan, dan

Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan di

WilayahKecamatan Teluk Sampit dengan melengkapi

fasilitasperdagangan, pusat koleksi distribusi, dan infrastrukturpendukung.

4) Pengembangan industri pengolahan

Page 145: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Untuk mewujudkan kebijakan pengembangan industri pengolahan, maka

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur merumuskan strategi kebijakan

sebagai berikut :

Mengembangkan variasi produksi olahan dari komoditaspertanian,

Membatasi pengiriman bahan baku mentah produk komoditasperkebunan

dan pertambangan ke luar wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur

sebelum diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi,

Menetapkan suatu kawasan industri di Bagendang danmengalokasikan

semua kegiatan industri besar pada kawasantersebut,

Membentuk perusahaan daerah atau bekerjasama dengan investoruntuk

mengelola kawasan industri, dan

Memperlancar sirkulasi aliran barang dari kawasan perkebunandan

pertambangan menuju kawasan industri.

5) Pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi danpeningkatan

kesejahteraan masyarakat

Untuk mewujudkan kebijakan pemanfaatan ruang demi tercapainya

pertumbuhan ekonomi danpeningkatan kesejahteraan masyarakat, maka

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur merumuskan strategi kebijakan

sebagai berikut :

Meningkatkan produktivitas dan nilai jual hasil komoditasmasyarakat

dengan perluasan lahan pertanian dan pengembangankawasan industri,

Mengakomodir pengembangan kawasan budidaya dengan

tetapmemperhatikan ketentuan dan peraturan yang berlaku,

Page 146: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Memperkuat pemasaran hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,dan

pertambangan melalui pengembangan kawasan industri danagropolitan,

Melibatkan peran serta masyarakat lokal secara aktif dalamkegiatan

pemanfaatan ruang yang dilakukan, terutama olehpelaku usaha,

Meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana, dan

Meningkatkan peran pemerintah daerah untuk membuat regulasidan

terlibat secara aktif terkait pemanfaatan ruang yang dapatmeningkatkan

pendapatan asli daerah sehingga dapat digunakanuntuk kesejahteraan

masyarakat.

5.1.2.2Rencana Pengelolaan Lingkungan oleh Perusahaan

Perkebunan Kelapa Sawit

Setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di

Kabupaten Kotim wajib memiliki dokumen perencanaannya sendiri yang berupa

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL). Dokumen perencanaan ini

dimaksudkan untuk menentukan parameter lingkungan yang akan di pantau.

Selain itu maksud dari RPL ini untuk menjelaskan dampak penting yang timbul

akibat dari setiap kegiatan yang dilakukan terhadap komponen lingkungan,

sosial, dan ekonomi. Didalamnya juga terdapat langkah-langkah kegiatan untuk

menangani dan manggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak

positif yang terjadi dalam setiap kegiatan perkebunan kelapa sawit, sehingga

setiap kegiatan perkebunan akan berwawasan kepada lingkungan. Dokumen ini

menjadi salah satu rekomendasi alternative bagi pemerintah dalam melakukan

perencanaan pembangunan daerah khususnya di sektor perkebunan kelapa

sawit.

Page 147: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Dari 58 RPL perkebunan kelapa sawit yang beroperasi aktif di Kabupaten

Kotim, penulis mengambil salah satu RPL dari 58 perkebunan tersebut untuk

dijadikan sebagai hasil penelitian.RPL yang penulis ambil sebagai hasil

penelitian adalah RPL milik perkebunan kelapa sawit PT.WILMAR. Hal yang

melatarbelakangi penulis memilih RPL perkebunan kelapa sawit PT.WILMAR

adalah karena PT.WILMAR merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit

yang luas wilayahnya paling besar, serta umur perusahaanya merupakan yang

paling lama jika dibandingkan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit

lainnya yang beroperasi di Kabupaten Kotim.Secara umum RPL PT. WILMAR

dijabarkan dalam 3 tahap yaitu tahap pra kontruksi, tahap kontruksi, tahap

operasi.

Tahap Pra Kontruksi : Sosialisasi

Dampak yang dirasakan apabila tidak dilakukan sosialisasi adalah

keresahan masyarakat dan konflik sosial.Maka dari itu untuk tahapan sosialisasi

ini hubungannya sangat erat dengan aspek sosial yang ada pada konsep

sustainable development. Oleh karena itu bentuk rencana pengelolaan

lingkungan yang ditetapkan oleh PT.WILMAR pada tahapan sosialisasi adalah

sebagai berikut :Pertama, melakukan pendekatan kemasyarakatan dan

kelembagaan dalam penanganan parameter lingkungan khususnya sosialisasi

kegiatan yang jelas dan transparan kepada masyarakat, pendekatan tersebut

juga dapat dilakukan kepada tokoh masyarakat dengan mengedepankan prinsip

musrawarah mufakat. Kedua, menjalankan mekanisme pembebasan lahan yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku (misalnya menyangkut prosedur

pelaksanaan dan penetapan harga).Ketiga, menyusun program pemberdayaan

masyarakat sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat sekitar, serta

Page 148: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

melakukan evaluasi kembali terhadap program tersebut agar dapat dilakukan

penyempurnaan program secara berkala dengan menyaring aspirasi masyarakat

sekitar.Keempat, merekrut tenaga kerja utamanya tenaga kerja lokal serta

menerapkan sistem pengupahan tenaga kerja dengan standart UMR.Kelima,

melakukan proses inventarisasi terhadap lahan-lahan yang tumpang tindih

dengan masyarakat dengan melakukan pembebasan lahan, serta

mengupayakan pembangunan kebun plasma secara transparan dilahan tersebut

untuk menghindari terjadinya konflik sosial. Keenam, melakukan koordinasi

dengan dewan adat, camat, kepala desa, dan instansi terkait.Ketujuh,

melakukan sosialisasi secara terus menerus baik secara formal maupun non

formal yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang telah,

sedang, dan akan dilakukan oleh pihak perusahaan.

Bentuk pengelolaan lingkungan tersebut direncanakan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian untuk masing-

masing tahapnya. Secara umum indikator pencapaian yang telah ditetapkan

pada rencana pengelolaan lingkungan di tahapan sosialisasi, adalah sebagai

berikut : Pertama, mencegah dan mengurangi dampak negatif berupa keresahan

masyarakat dan menghindari terjadinya konflik. Kedua, menurunkan jumlah

pengaduan/klaim dari masyarakat terkait dengan program pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh PT. WILMAR, baik pengaduan yang

disampaikan secara langsung maupun melalui instansi terkait.Ketiga, tidak

terjadinya konflik sosial antara masyarakat dengan perusahaan selama proses

kegiatan pengadaan tenaga kerja, pembukaan lahan, pembangunan pabrik

pengolahan kelapa sawit, serta pembangunan yang lainnya.

Tahap Kontruksi : Penerimaan Tenaga Kerja

Page 149: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Tahapan penerimaan tenaga kerja ini erat kaitannya dengan aspek

ekonomi dalam konsep sustainable development. Secara umum dalam bentuk

rencana pengelolaannya PT. WILMAR mengisyaratkan bahwa perusahaan

tersebut membutuhkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan proyek yang

memiliki keterampilan khususnya pada bidang perkebunan serta bidang lain

yang sesuai dengan kebutuhan. Bentuk rencana pengelolaan lingkungan yang

ditetapkan oleh PT.WILMAR pada tahapan penerimaan tenaga kerja adalah

sebagai berikut: Pertama, mengoptimalkan pemilik lahan plasma sebagai tenaga

kerja dalam mengelola kebun plasma yang telah dibangun oleh perusahaan,

serta mengutamakan masyarakat dari desa sekitarkebun (lokal) untuk terlibat

dalam proses kegiatan perusahaan perkebunan. Kedua, mengatur komposisi

jumlah tenaga kerja dari desa sekitar dengan target 75% lokal dan 25% dari luar,

dengan tetap memperhatikan kualifikasi yang diperlukan. Ketiga, menjalin

kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka penertiban administrasi

kependudukan bagi tenaga kerja yang datang dari luar. Keempat,

menyampaikan informasi secara terbuka kepada masyarakat terkait dengan

proses penerimaan tenaga kerja. Kelima, menjalin kerjasama dengan instansi

terkait di Kabupaten Kotim untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) warga di desa sekitar kebun dengan cara melaksanakan pelatihan-

pelatihan keterampilan berbagai bidang usaha bagi masyarakat, sehingga

masyarakat dapat mempunyai keahlian di bidang perkebunan, pertanian, dll.

Keenam, membayar upah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang

berlaku di wilayah Kalimantan Tengah sebagai salah satu upaya untuk

peningkatan pendapatan para pekerja. Ketujuh, melaksanakan kemitraan usaha

dengan masyarakat yang ada di desa lokasi kegiatan dalam pemenuhan

Page 150: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kebutuhan perusahaan, penyediaan bahan pangan, dll.Kedelapan, melakukan

pembinaan kelembagaan ekonomi masyarakat khususnya KUD.

Bentuk pengelolaan lingkungan tersebut direncanakan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian untuk masing-

masing tahapnya. Secara umum indikator pencapaian yang telah ditetapkan

pada rencana pengelolaan lingkungan di tahapan penerimaan tenaga kerja,

adalah sebagai berikut : Pertama, meningkatnya jumlah peluang usaha yang

tercipta dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kebun dari adanya

kegiatan perkebunan kelapa sawit PT.WILMAR. Kedua, meningkatnya jumlah

tenaga kerja produktif yang berasal dari desa sekitar perkebunan yang totalnya

mencapai 75% dari total tenaga kerja.Ketiga, menghindari terbentuknya sikap

dan persepsi negatif dari masyarakat mengenai pelaksanaan kegiatan

pemutusan hubungan kerja. Keempat, tidak adanya keresahan masyarakat

dankonlik sosial yang terjadi selama proses penanganan tenaga kerja, sehingga

masyarakat dapat selalu mendukung semua rencana kegiatan yang akan

dilakukan oleh PT.WILMAR. Kelima, mengembangkan dampak positif dalam

peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga hal tesebut akan menunjang

pertumbuhan ekonomi daerah.

Tahap Kontruksi : Pembukaan Lahan

Pada tahapan pembukaan lahan ini hubungannya sangat erat dengan

aspek lingkungan yang terdapat dalam konsep sustainable development.

Pembukaan lahan pada umumnya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

rencana penenaman kelapa sawit pada blok-blok kebun. Pelaksanaan

pembukaan lahan di PT.WILMAR berpedoman pada Surat Keputusan Direktur

Jendral Perkebunan Nomor 38/KB.110/SK/Dj.BUN/05.95 Tahun 1995 tentang

Page 151: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan

Perkebunan. Tata laksana pembukaan lahannya juga mengacu pada surat

Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 540/753/Ek bahwa pembukaan lahan baru

dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku serta setelah

diperoleh izin pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan Republik

Indonesia. Kegiatan pembukaan lahan sangat berpotensi menyebabkan

hilangnya kawasan-kawasan yang harus dilindungi sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu sebelum melakukan

pembukaan lahan, PT.WILMAR terlebih dahulu mengin-ventarisasikan dan

memetakan kawasan lindung atau kawasan konservasi, agar nantinya tidak

terjadi pembukaan lahan dikawasan yang harusnya dilindungi.

Selain itu, sistem pembukaan lahan yang dilakukan oleh PT.WILMAR

adalah secara mekanis dengan tahapan pembukaan lahannya sebagai berikut :

a) Menebas

Penebasan semak dan pohon kayu yang berdiameter <10 cm sampai

rata dengan tanah. Penebasan dilakukan secara manual dengan

menggunakan parang atau kapak.

b) Menumbang

Pohon kayu yang berdiameter >10cm ditebang menggunakan kapak

atau gergaji rantai (chainsaw). Tinggi tunggul tebangan untuk pohon

berdiameter 10-49 cm, mendekati tanah dan pohon berdiameter >50

cm, 50 cm dari permukaan tanah.

c) Merencek

Merencek adalah pekerjaan memotong batang, dahan dan ranting-

ranting kayu yang sudah ditebang untuk memudahkan pekerjaan

Page 152: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

memerun/merumpuk. Batang dan dahan yang besar di potong-potong

hingga panjangnya tinggal 4-5 meter.

d) Merumpuk

Pekerjaan merumpuk dilakukan dengan menggunakan excavator.

Sebelum merumpuk, lebih dahulu dilakukan pekerjaan pemancangan

untuk menentukan letak rumpukan. Arah rumpukan mengarah timur-

barat dan jarak antar rumpukan disesuaikan dengan kondisi hasil imas

tumbangan. Bila hasil imas tumbang sedikit, maka dibuat jalur

rumpukan 4 : 1 (4 barisan tanaman, 1 rumpukan); tetapi bila terlalu

banyak, jarak antar rumpukan dibuat 2 :1 (2 barisan tanaman, 1

rumpukan), agar rumpukan tidak terlalu tinggi, maksimal 2 meter.

Secara umum dalam bentuk rencana pengelolaan lingkungannya, pada

tahapan pembukaan lahan PT.WILMAR sangat memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Semua proses pembukaan lahan oleh

PT.WILMAR selalu didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan pembukaan lahan. Maka dari itu, bentuk rencana pengelolaan

lingkungan yang ditetapkan oleh PT.WILMAR pada tahapan pembukaan lahan

adalah sebagai berikut: Pertama, menghindari kegiatan pembukaan lahan

dengan cara membakar lahan. Kedua, melakukan pembukaan lahan secara

terbatas dan bertahap untuk meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan juga

meminimalisir peningkatan erosi sedimentasi, serta tidak melakukan pembukaan

lahan pada kawasan yang dilindungi (sempadan sungai/anak sungai, sekitar

sumber mata air). Ketiga, membuat lobang-lobang penampak air pada setiap

blok yang berfungsi untuk meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah, selain

itu juga mengatur pembangunan saluran drainase sehingga air yang melimpas

Page 153: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dari blok kebun dapat tertampung dan tidak mengalir ke sungai dan anak-anak

sungai.Keempat, menanam tanaman subtitusi atau pengayaan tanaman di areal

sempadan sungai/anak sungai, sekitar sumber mata air dan areal HCV dengan

tumbuhan asli terutama pada areal dengan kerapatan tegakan jarang. Kelima,

Melakukan identifikasi terhadap kawasan yang bernilai konservasi tinggi (HCV),

serta kawasan-kawasan yang dilindungi/dikeramatkan oleh masyarakat.Keenam,

membuat papan larangan bahwa dilararang membabat, menebang pohon,

merusak tumbuhan yang terdapat pada kawasan sempadan sungai/anak sungai,

sekitar sumber mata air dan areal HCV. Ketujuh, memasang papan larangan

untuk tidak berburu atau menangkap satwa liar dalam areal perkebunan yang

ditempatkan di daerah-daerah yang strategis.Kedelapan, membuat papan

pengumuman pada lahan yang rawan kebakaran dan papan peringatan bagi

karyawan untuk berhati-hati dalam penggunaan api terutama pada saat musim

kemarau. Kesembilan, menyediakan sarana dan prasarana tanggap darurat

kebakaran lahan, misalnya membuat embung-embung air di sekitar kebun

sebagai sumber air untuk memadamkan api bilamana terjadi kebakaran, serta

membangun menara pengawas kebakaran lahan sebagai salah satu sarana

untuk mendukung deteksi dini kebakaran lahan.

Bentuk pengelolaan lingkungan tersebut direncanakan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian untuk masing-

masing tahapnya. Secara umum indikator pencapaian yang telah ditetapkan

pada rencana pengelolaan lingkungan di tahapan pembukaan lahan, adalah

sebagai berikut : Pertama, tidak ada terjadinya kejadian kebakaran lahan selama

proses pembukaan lahan berlangsung, baik karena disengaja atau karena

kelalaian di areal perkebunan PT.WILMAR, sehingga dampak negatif dari

Page 154: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kebakaran hutan dan lahan dapat dicegah dan ditanggulangi. Kedua, tidak

terjadinya keresahan masyarakat dan konflik sosial selama proses kegiatan

pembukaan lahan oleh PT.WILMAR. Ketiga, erosi dan sedimentasi memenuhi

kriteria berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000

tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.Keempat,

kualitas air permukaan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitasi Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kelima, kualitas tanah

memenuhi criteria berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150

Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi

Biomassa.Keenam, mencegah dan menekan dampak negatif kepunahan flora

dan fauna, sehingga dapat terjaganya habitat jumlah flora dan fauna di dalam

area perkebunan PT.WILMAR terutama flora dan fauna yang dilindungi.Ketujuh,

mencegah dan manggulangi penurunan kualitas iklim dan kualitas kesuburan

tanah, serta mengembangkan dampak positif dari adanya penanaman tanaman

subtitusi.

Kegiatan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit merupakan salah

satu sumber dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten

Kotawaringin Timur. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran

lahan tersebut, PT.WILMAR melakukan beberapa upaya, antara lain :

a. Pengembangan sistem deteksi dini melalui pembuatan menara pantau

pada lokasi yang memiliki areal lebih tinggi, pembentukan posko

pengendalian kebakaran, pembuatan sekat bakar vegetatif keliling kebun

dan pembuatan embung-embung atau waduk sebagai sumber air sesuai

kebutuhan.

Page 155: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

b. Pembuatan SOP pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan

kebun.

c. Pembentukan perangkat organisasi yang bertanggung jawab dalam

mencegah dan mengendalikan kebakaran lahan dan kebun, yaitu Tim

Serbu Api

d. Pelatihan pengendalian atau penanggulangan kebakaran lahan dan

kebun secara berkala, antara lain simulasi pemadaman kebakaran,

pembuatan sekat bakar dan apel siaga.

e. Penyediaan sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian

kebakran lahan dan kebun.

Tahap Operasi : Pemiliharaan Perkebunan

Tahap pemeliharaan perkebunan merupakan upaya PT.WILMAR dalam

mengelola keseluruhan aspek yang ada pada konsep sustainable development

agar tetap terjaga keseimbangannya ketika dilakukan kegiatan perkebunan

kelapa sawit didaerah tersebut, baik itu aspek lingkungan, sosial, maupun

ekonomi.Lingkungan lebih mengarah kepada pelestarian alam, sosial lebih

mengarah kepada kenyamanan masyarakat sekitar, dan ekonomi lebih

mengarah kepada profit yang diterima oleh perusahaan dan masyarakat lokal.

Oleh karena itu bentuk rencana pengelolaan lingkungan yang ditetapkan oleh

PT.WILMAR pada tahapan pemeliharaan perkebunan adalah sebagai berikut :

Pertama, membangun tempat penyimpanan sementara limbah B3 sesuai

dengan ketentuan teknis yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan, serta mengajukan permohonan izin

penyimpanan limbah B3 kepada instansi yang berwenang dan menyampaikan

laporan tentang pengelolaan limbah B3 kepada instansi tersebut. Kedua,

Page 156: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

memberikan simbol dan label kepada limbah bahan yang berbahaya dan

beracun, selain itu simbol dan label juga digunakan untuk masing-masing tong

sampah untuk pemilahan limbah. Ketiga, melakukan riset terhadap kebutuhan

pupuk yang optimum dan berdasarkan analisis tanah dan daun, selain itu

perusahaan juga mensosialisasikan kepada setiap karyawan kebun tentang

teknik pemupukan yang baik dan benar. Keempat, menyusun dan menerapkan

Standart Operating Procedure (SOP) pemeliharaan tanaman yang ramah

lingkungan, terutama dalam hal pengujian, aplikasi dan monitoring penggunaan

pupuk kimiawi dan pestisida dalam kegiatan pemeliharaan kebun, agar dapat

ditingkatkan efesiensi penggunaan pupuk dan pestisida dalam pemeliharaan

tanaman untuk mengurangi efek residu pupuk dan pestisida secara minimal yang

mungkin masuk pada badan air sungai. Kelima, melakukan kerjasama dengan

instansi terkait dalam rangka pemeliharaan lingkungan disekitar areal

perkebunan kelapa sawit PT.WILMAR. Keenam, memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai rencana angkutan Tandan Buah Segar (TBS) sehingga

masyarakat mengetahui kemungkinan adanya peningkatan debu, selain itu

perusahaan juga akan mengatur jadwal pelaksanaan pengangkutan TBS dan

kecepatan kendaraan pengangkut untuk menghindari akumulasi debu di

pemukiman penduduk yang akan dilewati oleh kendaraan pengangkut, serta

melakukan penyiraman pada saat musim kemarau guna mengurangi intensitas

debu. Ketujuh, membuat zona untuk area Ruang Terbuka Hijau (RTH) disekitar

perkebunan kelapa sawit dengan menanam jenis-jenis tanaman yang

mempunyai daya serap tinggi terhadap zat-zat polutan dari gas buang kendaraan

dan asap yang berasal dari pabrik, serta menanami dengan tanaman rerumputan

disela-sela antar pohon kelapa sawit dan menanami pepohonan dilahan yang

Page 157: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masih kosong agar menjaga tingkat kesuburan tanah. Kedelapan, melakukan

perkerasan pada jalan utama kebun dengan menggunakan material laterite,

serta memelihara rumput-rumput atau tanaman penutup di kiri dan kanan jalan

kebun. Kesembilan, mengutamakan masyarakat sekitar perkebunan untuk

dilibatkan dalam keseluruhan kegiatan perkebunan, mulai tenaga lapangan

sampai dengan tenaga kantoran agar dapat mengangkat perekonomian

masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit.

Bentuk pengelolaan lingkungan tersebut direncanakan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam indikator pencapaian untuk masing-

masing tahapnya. Secara umum indikator pencapaian yang telah ditetapkan

pada rencana pengelolaan lingkungan di tahapan pemeliharaan perkebunan,

adalah sebagai berikut : Pertama, tidak adanya keluhan atau pengaduan

masyarakat baik secara langsung maupun melalui instansi terkait yang

berkenaan dengan limbah B3, dan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, parameter air, tanah, dan

udara dapat selalu terjaga kualitasnya, karena hal tersebut merupakan amanat

dari peraturan perundang-undangan. Ketiga, tidak adanya kekhawatiran dan

keresahan masyarakat atas pencemaran sungai akibat operasional kegiatan PT.

WILMAR, sehingga respon masyarakat yang mendukung rencana kegiatan dari

PT. WILMAR akan terus meningkat. Keempat, meningkatnya jumlah peluang

usaha yang tercipta dan dapat di manfaatkan oleh masyarakat sekitar

perkebunan dari adanya kegiatan operasional perkebunan yang dilakukan oleh

PT. WILMAR. Kelima, mencegah dan mengurangi dampak negatif dari

peningkatan frekuensi dan intensitas potensi kecelakaan lalu lintas dan

kecelakaan kerja. Keenam, mengurangi dampak negatif dari penurunan

Page 158: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

kesehatan lingkungan. Ketujuh, mengembangkan dampak positif dari

peningkatan kualitas sifat kesuburan tanah.

5.1.2.3Pengaduan Permasalahan Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi

oleh Masyarakat

Selain kontribusi dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dan

perusahaan perkebunan kelapa sawit melalui masing-masing dokumen

perencanaannya. Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam

mewujudkan sustainable development dalam proses perencanaan pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur. Peran penting dari

masyarakat tersebut meliputi pengawasan dan pengaduan.Masyarakat yang

posisinya ada didalam atau diluar dari perusahaan dapat mengawasi segala

kegiatan yang ada di perusahaan perkebunan kelapa sawit.Selain masyarakat

yang mengawasi secara perorangan, ada juga masyarakat yang tergabung

dalam sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).Lembaga tersebut

bernama Forum Pemerhati Lingkungan dan Sumber Daya Alam (FOPELISDA)

Kabupaten Kotawaringin Timur.Masyarakat dan FOPELISDA ini merupakan

harapan dari pemerintah untuk mengawasi lingkungan di wilayah Kabupaten

Kotawaringin Timur. Hal ini dikarenakan masyarakat dan FOPELISDA

merupakan pihak pengawas netral yang bukan bagian integral dari perusahaan

perkebunan maupun dari pemerintah daerah. Karena posisinya yang tidak terikat

dengan pihak manapun, maka segala bentuk pengawasan dari masyarakat dan

FOPELISDA akan sangat membantu kinerja dari pemerintah dalam merumuskan

perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Page 159: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Kotawaringin Timur. Hal tersebut senada dengan pernyataan yang disampaikan

oleh Pak Helmy selaku Ketua Umum FOPELISDA Kabupaten Kotawaringin

Timur yang mengungkapkan bahwa :

“Kami disini hadir untuk mengawasi lingkungan hidup di sekitar Sampit,

segala bentuk pembangunan akan kami kaji lingkungannya melalui

amdal, Selain itu kami juga mengawasi setiap kegiatan yang

berhubungan dengan lingkungan dan sumber daya alam. Kami juga

berdirinya independen tidak ada suruhan dari pemerintah atau pihak

manapun, inisiatif dari teman-teman yang peduli sama lingkungan aja.

Setiap ada forum diskusi di Bappeda kami selalu di undang untuk ikut

serta dalam perencaaan di Bappeda. Ya alhamdulillah dalam setiap

diskusinya pendapat kami selalu didengar oleh pemerintah, dan kami

paling menyoroti pengelolaan lingkungan oleh perkebunan kelapa sawit,

pasti kami komentari terus dalam setiap diskusinya mengenai

pengelolaan lingkungannya, dan pemerintah juga kami kritisi dalam hal

pemberian izin pembukaan lahan kepada perusahaan perkebunan agar

mulai membatasi pemberian izin tersebut” (Wawancara pada tanggal 23

Desember 2016 di kediaman pak Helmy di Sampit).

Untuk membenarkan pernyataan dari Pak Helmy pihak pemerintah

daerah melalui Ibu Endah Prihatinselaku Kepala Bidang Analisa Dampak

Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur Juga

mempaikan penyataan yang senada, sebagai berikut :

“Kalau LSM yang bertugas mengawasi lingkungan di Sampit itu ada

FOPELISDA namanya mas. Lembaga FOPELISDA itu selalu di undang

sama Bappeda kalo lagi ada forum-forum diskusi perencanaan kayagitu.

Mereka diundang buat menyampaikan pendapat mengenai pengawasan

lingkungan. Apalagi mereka merupakan perwakilan dari masyarakat

Sampit kan, makanya mereka itu selalu di undang sama Bappeda mas,

karena mereka juga paham mengenai kondisi lingkungan yang ada di

Sampit ini” (Wawancara pada tanggal 19 Desember 2016 di Kantor

Badan Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat di pahami bahwa

peran aktif dari masyarakat dan FOPELISDA melalui pengawasan dan

Page 160: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

pengaduannya sangat dibutuhkan oleh pihak pemerintah dalam melakukan

perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit sehingga dapat

sustainable. Terutama pengawasan untuk daerah-daerah yang berada di wilayah

pedalaman hutan yang keberadaannya sulit diakses oleh pihak pemerintah,

sehingga pengawasan dari masyarakat akan sangat diharapkan oleh pihak

pemerintahuntuk kemudian hasil pengawasan tersebut akan disampaikan oleh

masyarakat dalam bentuk pengaduan ke Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur. Instansi pemerintah daerah yang bertugas untuk menerima pengaduan

dari masyarakat tersebut adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan bersama

dengan Badan Lingkungan Hiup Kabupaten Kotawaringin Timur.Selain itu

instansi pembantu yang dapat menerima pengaduan dari masyarakat adalah

kelurahan dan kecamatan. Bagi masyarakat yang tidak memungkinkan untuk

datang langsung ke kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan atau Badan

Lingkungan Hidup, masyarakat dapat menyampaikan pengaduannya melalui

kantor Kelurahan atau kantor Kecamatan terdekat, kemudian pihak Kelurahan

dan Kecamatan yang akan meneruskan pengaduan-pengaduan tersebut ke

Dinas Kehutanan dan Perkebunan atau Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Kotawaringin Timur. Selain itu masyarakat dapat juga menyampaikan

pengaduannya ke lembaga FOPELISDA yang kantor perwakilannya sudah

tersebar disemua kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal tersebut

dibenarkan oleh Pak Helmy selaku Ketua Umum FOPELISDA Kabupaten

Kotawaringin Timur yang memberikan pernyataan kepada peneliti sebagai

berikut :

“Sekarang kantor perwakilan kami sudah ada di setiap kecamatan di

Sampit ini.Jadi ini bisa memudahkan buat masyarakat yang mau

menyampaikan pengaduan mengenai permasalahan-permasalahan

lingkungan kepada kami.Bagi masyarakat yang mau menyampaikan

Page 161: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

pengaduan permasalahan lingkungan atau masyarakat yang mau

bergabung dengan FOPELISDA bisa langsung datang ke kentor

perwakilan kami yang ada di setiap kecamatan” (Wawancara pada

tanggal 23 Desember 2016 di kediaman pak Helmy di Sampit).

Sepanjang tahun 2016 ada berbagai permasalahan yang diadukan oleh

masyarakat kepada Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, permasalahan

tersebut meliputi permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan.Agar

pengaduan-pengaduan dari masyarakat tersebut dapat memberikan kontribusi

untuk perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotawaringin Timur, pemerintah daerah melakukan rekapitulasi kembali dengan

membuat daftar list permasalahan pembanguan berkelanjutan pada sektor

perkebunan kelapa sawit. Daftar list permasalahan yang dituliskan oleh

pemerintah dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten

Kotawaringin Timur ini merupakan kumpulan dari beberapa pengaduan yang

disampaikan oleh masyarakat. Bedasarkan data dari dokumen Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kotawaringin Timur, sepanjang tahun

2016 terdapat beberapa permasalahan pada sektor perkebunan kelapa sawit

yang telah diadukan oleh masyarakat, kemudian Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Kotawaringin Timur telah melakukan rekpitulasi dengan membuat

daftar list permasalahan sebagai berikut :

Tabel 5.5Daftar Permasalahan Pembangunan Berkelanjutan Yang Diadukan

Oleh Masyarakat Pada Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2016

No. Permasalahan

1 Tingginya alih fungsi lahan dari lindung ke fungsi lahan lainnya

2 Meningkatnya pembukaan lahan untuk perkebunan pada lahan dengan

tingkat kemiringan yang curam (lebih dari 45o)

3 Peningkatan lahan kritis

4 Rencana pengembangan lahan perkebunan 51 ribu hektar

Page 162: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.5

5 Ketidakseimbangan ketersediaan lahan potensial pertanian terhadap

jumlah penduduk (tenaga kerja di pertanian)

6 Ijin perkebunan kelapa sawit yang perlu di kaji ulang

7 Peningkatan pergeseran tata fungsi kepariwisataan menjadi perkebunan

(menimbulkan konflik sengketa lahan yang berpotensi kepariwisataan)

No. Permasalahan

8 Peningkatan pencemaran air sungai akibat sampah dari pemukiman buruh perkebunan

9 Hilangnya anak sungai

10 Pencemaran dan pendangkalan air sungai akibat kegiatan perkebunan

11 Penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan mengakibatkan kerusakan lingkungan

12 Masih tingginya tingkat kerentanan daerah terhadap kebakaran hutan yang mengakibatkan polusi udara

13 Semakin banyaknya lahan produktif milik masyarakat yang dijual kepada investor perkebunan kelapa sawit

14 Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akibat migrasi dan meningkatkan angka kemiskinan

15 Masih belum efesien dan efektifnya sistem administrasi pertanahan

16 Masih banyak terjadi penerbitan surat keterangan tanah yang belum tertata sistemnya dengan baik, terutama untuk daerah pedalaman

17 Kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan RPJP

18 Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit belum memperhatikan kebutuhan ruang akan RTH

19 Belum tersedianya data tata ruang yang dapat diakses oleh masyarakat

20 Peningkatan lahan kritis dan berpotensi bencana

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, 2016

5.2.1 Strategi Sustainable Development pada Perencanaan Pembangunan

Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur

Pada dasarnya program yang ditetapkan pada Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur harus mengikuti ketentuan pada

peraturan yang berada diatasnya.Dalam hal ini peraturan diatas yang menjadi

pijakan dari RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur adalah RPJMD Kabupaten

Kotawaringin Timur, dan RTRW Provinsi Kalimantan Tengah.Begitu juga ketika

Page 163: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ingin menetapkan sebuah program sustainable development pada perkebunan

kelapa sawit, harus melihat tujuan penataan ruang yang terdapat pada RTRW

Provinsi Kalimantan Tengah, dan juga visi misi RPJMD Kabupaten Kotawaringin

Timur.Kemudian program-program tata ruang dari RTRW Kabupaten

Kotawaringin Timur, harus memiliki sinkronisasi dengan tujuan penataan ruang

dari RTRW Provinsi Kalimantan Tengah, dan visi midi RPJMD Kabupaten

Kotawaringin Timur.Hal ini dilakukan agar program-program dan juga tujuan

penataan ruang dari RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur tidak bertentangan

dengan visi misi dari dokumen perencanaan yang ada diatasnya.Selain itu pada

analisis ini juga akan melihat pemuatan aspek pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development) pada tujuan penataan ruang RTRW Provinsi

Kalimantan Tengah, dan visi misi RPJMD Kabupaten Kotawaringin Timur. Ketika

semua hal tersebut sudah dapat dianalisis kesesuaiaannya maka akan dapat

terlihat program pembangunan seperti apa yang cocok untuk pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, tentunya program

pembangunan tersebut harus berdasarkan kepada aspek Sustainable

Development. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada penjelasan yang telah

digambarkan oleh peneliti dibawah ini :

Page 164: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sumber : Data Diolah Oleh Peneliti, 2016

Gambar 5.4 Analisis Spiral pada Dokumen Perencanaan dan Program

Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa setiap dokumen

perencanaan harus didasari olehSustainable Development dalam setiap

pembangunannya, tak terkecuali pembangunan pada sektor perkebunan kelapa

sawit. Menurut teori yang telah dikutip oleh peneliti pada bab tinjauan pustaka,

telah dijelaskan bahwa konsep Sustainable Development harus memenuhi

keberlanjutan pada ketiga aspek yaitu : ekonomi, sosial dan lingkungan.

Selanjutnya akan kita lihat kesesuaian antara tujuan penataan ruang dari RTRW

Provinsi Kalimantan Tengah, visi misi RPJMD Kabupaten Kotawaringin Timur,

dan tujuan penataan ruang RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur dengan

konsep Sustainable Development. Untuk melihat kesesuaiaan tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.6 Kesesuaian Antara Dokumen Perencanaan dengan Konsep

Sustainable Development

Dokumen

Perencanaan

TujuanPenataan Ruang Visi Misi

RTRW

Provinsi

Kalimantan

Tengah

Mewujudkan tatanan

ruang wilayah Kalimantan

Tengah berbasis

pertanian yang

berorientasi agribisnis dan

agroindustri, serta

sebagai lumbung energi

dan lumbung pangan

dengan tetap

mempertimbangkan daya

dukung dan daya

tampung lingkungan

hidup.

- -

Page 165: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.6

Dokumen

Perencanaan

TujuanPenataan Ruang Visi Misi

RPJMD

Kabupaten

Kotawaringin

Timur

- Terwujudnya

Masyarakat yang

Madani, Dinamis,

Mandiri,dan

Berdaya Saing

dalam Suasana

Religuis, Aman,

dan Sejahtera,

serta

Pembangunan

Pertanian

Berwawasan

Lingkungan Hidup

yang

Berkelanjutan.

a) Meningkatkan

kualitas sumber

daya manusia yang

didasari

penguasaan IPTEK

dan IMTAQ,

b) Mewujudkan

pembangunan

ekonomi dan

meningkatkan

kesejahteran

rakyat,

c) Meningkatkan

pembangunan

lingkungan hidup

untuk keberlanjutan

dan kelestarian

pengelolaan

sumberdaya alam,

dan

d) Meningkatkan

pembangunan

pertanian dengan

tetap

memperhatikan

kondisi lingkungan

Page 166: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Lanjutan Tabel 5.6

Dokumen

Perencanaan

TujuanPenataan Ruang Visi Misi

RTRW

Kabupaten

Kotawaringin

Timur

Mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang bersinergi dengan kawasan hutan, dengan keseimbangan pemanfaatan ruang berkelanjutan yang berbasiskan pengembangan pertanian, industri pengolahan dan pelayanan transportasi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kelestarian sumberdaya

alam.

- -

Sumber : Data Diolah Oleh Peneliti, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing dokumen

perencanaan telah memuat aspek pembangunan berkelanjutan didalam visi misi

maupun tujuan penataan ruangnya.Dari ketiga dokumen perencanaan tersebut,

dapat ditarik benang merah bahwa ketiga-nya menekankan kepada pelestarian

lingkungan hidup yang berkelanjutan dalam setiap pembangunannya.

Selanjutnya ketiga dokumen perencanaan tersebut memfokuskan pembangunan

pada sektor pertanian untuk meningkatkan perekonomian daerah, akan tetapi

harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan

Page 167: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kekonsistenan

antara satu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lain yang

berada diatasnya. Dalam hal ini dokumen perencanaan yang paling tinggi adalah

RTRW Provinsi Kalimantan Tengah yang didalam tujuan penataan ruangnyatelah

menjelaskan tentang tatanan ruang wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

yangdiarahkan pada sektor pertaniandengan tetap mempertimbangkan daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup.Selanjutnya dokumen perencanaan

yang ada dibawahnya adalah RPJMD Kabupaten Kotawaringin Timur yang juga

mempunyai visi misi yang senada dengan RTRW Provinsi Kalimantan

Tengah.Didalam visi misi RPJMD Kabupaten Kotawaringin Timur dijelaskan

bahwa meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pertanian

yang bewawasan pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam agar tetap

dapat berkelanjutan.Dan untuk dokumen perencanaan yang paling bawah adalah

RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur, dokumen ini juga menetapkan tujuan

penataan ruang yang sesuai dengan dokumen perencanaan yang ada diatasnya

yaitu RTRW Provinsi Kalimantan Tengah dan RPJMD Kabupaten Kotawaringin

Timur. Didalam tujuan penataan ruang RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur

dijelaskan juga bahwa pemanfaatan ruang di Kabupaten Kotawaringin Timur

akan diarahkan kepada pembangunan berkelanjutan yang berbasiskan

pengembangan industri pertaniandemi tercapainya pertumbuhanekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakatdengan tetapmemperhatikan kelestarian

lingkungan dan sumberdaya alam.

Didalam ketiga dokumen perencanaan tersebut, kata kunci yang sama-

sama terdapat pada masing-masing dokumen perencanaan adalah

„pembangunan pertanian‟ dan „kesejahteraan masyarakat, pembangunan

Page 168: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ekonomi, dan pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan‟. Untuk kata kunci

„kesejahteraan masyarakat, pembangunan ekonomi, dan pelestarian lingkungan

hidup berkelanjutan‟ ini merupakan ketiga aspek pembangunan berkelanjutan

yaitu : ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan kata lain aspek Sustainable

Development telah dimuat dalam masing-masing dokumen perencanaan baik itu

didalam visi misi maupun didalam tujuan penataan ruang. Selanjutnya kata kunci

„pembangunan pertanian‟ merupakan perwakilan dari perkebunan kelapa sawit,

karena pada sektor pertanian sub-sektor yang menjadi penyokong utamanya

adalah sub-sektor perkebunan, dan perkebunan yang paling dominan di Provinsi

Kalimantan Tengah khususnya Kabupaten Kotawaringin Timur adalah

perkebunan kelapa sawit. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kata kunci

„pembangunan pertanian‟mengarah kepada pembangunan perkebunan kelapa

sawit.Setelah semua dianalisis kesesuaiannya, baru dapat dilakukan penetapan

program pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin

Timur, tentunya setiap program yang ditetapkan harus yang berwawasan

Sustainable Development.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisis Terhadap Program Perencanaan Pembangunan Perkebunan

Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur

5.2.1.1 Aspek Lingkungan

Semakin meningkatnya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi fungsi

budidaya perkebunan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin

parah. Beralihnya fungsi kawasan lindung menjadi budidaya perkebunan juga

menyebabkan meningkatnya lahan kritis, hal tersebut dikarenakan

ketidaksesuaian peruntukan lahan sehingga menyebabkan meningkatnya resiko

Page 169: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

bencana.Dalam kategori lahannya, lahan yang digunakan untuk perkebunan

kelapa sawit merupakan lahan Hutan Produksi Tetap.Dalam setiap tahunnya,

Hutan Produksi Tetap untuk komoditi perkebunan kelapa sawit terus

meningkat.Peningkatan luas Hutan Produksi Tetap juga mengancam keberadaan

Hutan Produksi Terbatas.Perubahan jenis Hutan Produksi Terbatas menjadi

Hutan Produksi Tetap dapat memicu pemanfaatan hutan yang lebih luas yang

sering mengesampingkan fungsi ekologis dari hutan itu sendiri. Hutan Produksi

Terbatas hanya dapat dieksploitasi dengan perlakuan tebang pilih sedangkan

Hutan Produksi Tetap memilih opsi untuk melakukan eksploitasi dengan tebang

habis sehingga lebih tidak ramah lingkungan dan kelestarian flora dan fauna juga

akan terancam.

Konversi hutan alam masih terus berlangsung hingga kini bahkan

semakin menggila karena nafsu Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang

ingin menjadikan kelapa sawit sebagai sumber devisa utama bagi perekonomian

di Provinsi Kalimantan Tengah. Demi mencapai maksudnya tadi, pemerintah

banyak membuat program ekspnasi wilayah kebun meski harus mengkonversi

hutan. Apabila konversi hutan tersebut terus terjadi dan tidak dibatasi oleh

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, maka bisa dipastikan Kabupaten

Kotawaringin Timur akan mendapatkan ancaman hilangnya keanekaragaman

hayati dari ekosistem hutan, juga menyebabkan hilangnya budaya masyarakat di

sekitar hutan. Disamping itu praktek konversi hutan alam untuk pengembangan

areal perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan

konversi berubah menjadi lahan terlantar berupa semak belukar dan lahan kritis

baru, sedangkan realisasi pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak sesuai

Page 170: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dengan yang direncanakan. Selanjutnya dampak negatif yang terjadi pada aspek

lingkungan dari adanya aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranya :

1. Hilangnya keanekaragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi

alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan

penyakit.

2. Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan

land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.

3. Kerakusan dari tanaman kelapa sawit, dimana dalam satu hari satu

batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter. Di samping itu pertumbuhan

kelapa sawit harus dirangsang oleh berbagai macam zat pupuk seperti

pestisida dan bahan kimia lainnya yang berbahaya.

4. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan

dengan cara pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara

perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang

lama.

5. Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan

perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana

alam seperti banjir dan tanah longsor.

Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena

dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi

pada kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan

produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki

ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi.

Maraknya pembukaan lahan besar-besaran oleh perkebunan kelapa sawit juga

sangat berdampak pada lingkungan yang tidak sehat.Penggunaan pupuk kimia

Page 171: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dan pestisida yang diserap oleh tanah dan kemudian mengalir ke sungai-sungai,

hal ini sangat berdampak buruk pada masyarakat lokal yang hidup di bantaran

sungai karena masyarakat lokal mengkonsimsi air yang tidak sehat.Kurangnya

pengawasan lembaga-lembaga pemerintah untuk lingkungan yang sehat pun

menjadi hal yang penting dimana seharusnya pemerintah mengawasi dan

memperhatikan lingkungan yang baik dan sehat khususnya untuk masyarakat

sekitar perkebunan kelapa sawit.

Aktivitas lingkungan perkebunan kelapa sawit juga merupakan hal yang

menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal tersebut terjadi karena

pertumbuhan penduduk diarea perkebunan dan pembakaran hutan.

Pertumbuhan penduduk disekitar lingkungan perkebunan mengakibatkan

tekanan bagi lingkungan. Pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya

kebutuhan permukiman, sarana prasarana serta kebutuhan pangan yang apabila

tidak direncanakan akan dapat memberikan tekanan yang lebih besar terhadap

lingkungan. Permukiman di bantaran sungai yang tidak dilengkapi dengan sistem

pengelolaan sampah yang baik telah mencemari dan mengakibatkan

pendangkalan di sebagian sungai di Kotawaringin Timur. Hal tersebut dapat

dilihat dari peningkatan pencemaran air sungai dari rendah ke tinggi sehingga

menyebabkan semakin rentannya ikan yang berada di sungai tersebut terkena

hama dan penyakit. Selanjutnya, kebakaran hutan juga hal yang perlu

diperhatikan, mengingat pembakaran hutan tersebuut sebagian besar bertujuan

untuk membuka lahan sebagai pemukiman baru maupun aktivitas penduduk

lainnya seperti untuk kegiatan pertanian dan perkebunan sehingga kebakaran

hutan tersebut menyebabkan peningkatan polusi udara di kabupaten

Kotawaringin Timur. Pencemaran lingkungan ini diperparah lagi saatperkebunan-

Page 172: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perkebunan itu memiliki pabrik yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara

akibat asap pabrik dan pembuangan limbah pabrik baik di sekitar lingkungan

pabrik dan pemukiman maupun di saluran air dan sungai-sungai yang terdekat.

Tingginya laju kerusakan lingkungan akibat perkebunan kelapa sawit

tidak terlepas dari perspektif pemerintah yang telah meletakkan pondasi ekonomi

pada sektor perkebunan kelapa sawit ini.Dengan perspektif pertumbuhan

ekonomi, maka masuknya modal kapital dalam bentuk investasi menjadi syarat

utama. Salah satunya adalah dengan cara menarik masuk para investor

perkebunan untuk menanamkan modalnya melalui pembukaan dan ekspansi

besar-besaran di sektor perkebunan kelapa sawit. Dengan dalih untuk

mendorong laju pembangunan dan membuka lapangan kerja dengan harapan

untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan perekonomian warga, maka

eksploitasi hutan dan ekspansi perkebunan kelapa sawit merupakan pilihan yang

paling dianggap tepat dan mudah serta cepat menguntungkan terutama bagi

pemerintah.

Apabila ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit terus terjadi tanpa ada

batasan yang ditetapkan oleh pemerintah, maka dampak yang paling jelas

terlihat adalah terjadinyakerusakan lingkungan seperti yang sudah peneliti

jelaskan diatas bahwa kehadiran perusahaan-perusahaan perkebunan tersebut

menghancurkan hutan akibat adanya pembakaran hutan untuk pembukaan lahan

perkebunan kelapa sawit sawit,pencemaran air, timbulnya banjir, berkurangnya

sumber-sumber air yang disebabkan karena hilangnya kawasan hutan sebagai

daerah resapan air yang telah berubah menjadi kebun-kebun kelapa sawit

monokultur yang tak dapat menahan air.Akhirnya persediaan air bersih pun

semakin menipis, karena sumber air yang biasanya masyarakat dapatkan

Page 173: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dengan mudah di hutan tersebut pada musim kemarau sekarang sudah lenyap.

Persediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari hanyalah mengandalkan dari

tadahan air hujan.Petakanya lagi adalah saat musim hujan tiba, maka

masyarakat harus siap-siap menghadapi banjir. Sedangkan jika musim kemarau

datang, maka harus menghadapi kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan

untuk perluasan areal perkebunan kelapa sawit.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan tersebut maka

pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit harus dibatasi dan harus

dialihkan kepada fungsi komoditas lainnya yang hasil produksinya tidak kalah

dengan komoditas tanaman kelapa sawit, dan pastinya komoditas ini lebih ramah

lingkungan.Komoditas yang dimaksud disini adalah tanaman karet yang juga

merupakan komoditas unggulan dari Kabupaten Kotawaringin Timur.Secara

aspek ekonomi tanaman karet memang kalah dengan tanaman kelapa sawit, tapi

jika dari aspek lingkungan tanaman karet lebih ramah lingkungan daripada

tanaman kelapa sawit. Sehingga pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa

sawit akan dibatasi, dan penggunaan lahan yang tersisa akan dialihkan untuk

pembukaan tanaman karet. Begitu juga dengan masyarakat, pemerintah akan

mensosialisasikan kepada masyarakat untuk beralih kepada tanaman karet,

sehingga tidak hanya bergantung kepada tanaman kelapa sawit terus menerus.

Hal tersebut berdasarkan pada penyataan disampaikan oleh Pak Yudin selaku

Kepala Bidang Bina Usaha Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai berikut :

“Jadi kami ini sudah memberitahu masyarakat supaya lahan pertaniannya

diganti sama tanaman karet, karena karet ini dari segi lingkungan lebih

baik daripada kelapa sawit, dan tanaman karet ini juga tidak merusak

lingkungan, beda halnya dengan tanaman kelapa sawit yang bisa

merusak tanah dan lingkungan.Jadi ini merupakan strategi juga dari

pemerintah daerah buat mengurangi kerusakan lingkungan yang

Page 174: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

ditimbulkan oleh perkebunan kelapa sawit.Harapan kita masyarakat mau

mengganti tanamannya menjadi tanaman karet, karena selama ini

masyarakat hanya tergiur oleh harga jual buah sawit yang lebih mahal

dari harga jual karet” (Wawancara pada tanggal 16 Desember 2016 di

Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin

Timur).

5.2.1.2 Aspek Sosial

Rendahnya pengetahuan dan daya saing SDM di Kabupaten

Kotawaringin Timur perlu diantisipasi terutama dalam rangka mewujudkan

ketahanan pangan.Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya masyarakat

yang menjual lahannya kepada investor perkebunan kelapa sawit, tidak jarang

lahan yang dijual merupakan lahan pertanian yang sebelumnya merupakan

lahan produktif sehingga banyak masyarakat yang sebelumnya bermata

pencaharian sebagai petani ataupun buruh tani harus beralih menjadi pekerja

perkebunan kelapa sawit.Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan

konflik/sengketa dalam kepemilikan lahan yang sangat besar di Kabupaten

Kotim.Konflik tersebut terjadi antara masyarakat dengan perusahaan dan antar

perusahaan sebagai akibat dari belum efektif dan efesiennya sistem administrasi

pertanahan sehingga di lapangan banyak terjadi pelanggaran. Hal tersebut juga

berkaitan dengan banyaknya penerbitan surat keterangan tanah yang belum

tercatat sistemnya dengan baik khususnya untuk daerah pedalaman. Konflik

kepemilikan lahan tersebut berpotensi merugikan daerah dari segi sosial,

ekonomi, maupun lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, maka dilakukan

upaya penanganan untuk penyelesaian adanya konflik lahan antara masyarakat

dan pihak perusahaan tersebut, berikut ini merupakan upaya-upaya yang

dilakukan oleh pihak perusahaan apabila terjadi konflik tumpang tindih lahan :

Page 175: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1. Melakukan inventarisasi tanah-tanah adat milik bersama maupun

perseorangan dengan melibatkan Damang (kepala adat suku

dayak), dan tokoh masyarakat adat serta kepala desa yang masuk

di dalam lokasi rencana perkebunan kelapa sawit.

2. Melakukan verifikasi bersama dengan Damang atas tanah yang

dimiliki oleh masyarakat guna menghindari adanya tumpang tindih

antara tanah adat maupun lahan yang dimiliki oleh perseorangan.

3. Memetakan seluruh tanah-tanah adat yang telah diidentifikasi,

diinventarisir, dan telah diverifikasi.

4. Melakukan proses musyawarah dalam penyelesaian tumpang tindih

lahan.

5. Melaksanakan penyelesaian tumpang tindih lahan sesuai

kesepakatan bersama dan peraturan-peraturan yang berlaku.

6. Melakukan koordinasi secara rutin dengan Camat, Kepala Desa,

Damang dan tokoh masyarakat desa.

7. Mendokumentasikan seluruh proses ganti rugi tanah yang telah

dilaksanakan guna meminimalkan terjadinya klaim dikemudian hari.

Namun demikian, konflik sosial yang terjadi antara pihak perusahaan dan

masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Timur semakin tahun semakin menurun

intensitasnya, sebagian besar masyarakat sudah mulai bisa menerima

perusahaan perkebunan kelapa sawit dan sudah mulai berkerjasama dalam

pengeloaan perkebunan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh Pak Yudin selaku Kepala Bidang Bina Usaha Perkebunan Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai berikut:

“Sudah jarang hari ini pengaduan-pengaduan masyarakat yang menolak

kegiatan perkebunan kelapa sawit.Rata-rata masyarakat sudah bisa

Page 176: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

menerima keberadaaan perusahaan perkebunan itu. Bahkan hampir gak

ada sih penolakan-penolakan terhadap perusahaan, masyarakat sama

perusahaan sudah dapat bekerjasama dengan baik. Karena ya itu tadi,

masyarakat di iming-imingi penghasilan yang besar kalau bekerja di

perkebunan kelapa sawit” (Wawancara pada tanggal 16 Desember 2016

di Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin

Timur).

Selain itu, upaya lain dari pihak perusahaan untuk mengurangi intensitas

konflik sosial masyarakat adalah dengan menyediakan beberapa program

pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat pada kegiatan

perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah sebagai alat transformasi sosial

masyarakat dan sebagai wujud pelaksanaan dari Coorporate Social

Responsibility (CSR).Hal tersebut merupakan tanggung jawab dari perusahaan

perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat sekitar lokasi

perkebunan.Program pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam mengembangkan perekonomian, memperbaiki

sarana dan prasarana desa, sosial dan kesehatan serta partisipasi masyarakat

dalam pelestarian sumberdaya alam.Agar program pemberdayaan ini dapat lebih

diterima oleh masyarakat, perusahaan perkebunan kelapa sawit melakukannya

dengan musyawarah bersama lembaga desa, kecamatan, dan Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur agar program pemberdayaan tersebut tidak

tumpang tindih dengan program lainnya dari pemerintah. Sebagai contoh, berikut

ini merupakan beberapa aspek penting yang ditekankan dalam program

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT.WILMAR yaitu :

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah,

terutama pada tingkat desa, untuk meningkatkan status sosial-

ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar lokasi kegiatan melalui

pembangunan kebun plasma dan konservasi lingkungan.

Page 177: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.

3. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

bagi masyarakat dan pihak-pihak terkait yang berada disekitar

lokasi kegiatan melalui pembinaan dan pelatihan.

4. Mengembangkan dan meningkatkan sarana wilayah seperti

kesehatan, transportasi, pendidikan, olahraga, kesenian,

keagamaan, dan kepemudaan yang didasarkan atas skala prioritas

dan potensi wilayah.

5. Mendorong dan mengembangkan potensi kewirausahaan yang

didasarkan atas sumberdaya lokal.

6. Mengembangkan kelembagaan lokal disekitar lokasi kegiatan.

Kegiatan program pemberdayaan masyarakat menimbulkan dampak

pada kesempatan berusaha serta sikap dan persepsi masyarakat. Kesempatan

berusaha dari pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat akan dapat

memberikan manfaat langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Seluruh

program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat masyarakat juga akan

berpengaruh terhadap sikap dan persepsi masyarakat pada perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang bersangkutan. Selain itu kegiatan sosialisasi juga

akan mempengaruhi sikap dan persepsi masyarakat baik yang setuju maupun

yang tidak setuju. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana

pembangunan perkebunan sangat dipengaruhi dari pelaksanaan sosialisasi yang

dilakukan oleh perusahaan. Bilamana pada saat sosialisasi pihak manajemen

perusahaan tidak dapat memberikan informasi dan jawaban yang jelas atas

solusi kekhawatiran yang muncul di masyarakat saat ini secara transparan, maka

Page 178: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

diperkirakan persepsi masyarakat yang tidak setuju terhadap rencana kegiatan

perusahaan perkebunan tersebut akan semakin meningkat.

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan suatu perusahaan

perkebunan kelapa sawit merupakan akumulasi dari berbagai dampak yang

ditimbulkan selama beroperasinya perusahaan. Perusahaan perkebunan kelapa

sawit yang memiliki komitmen terhadap pengelolaan lingkungan serta

melaksanakan program pemberdayaan masyarakat secara baik dengn

melibatkan semua pihak, maka akan dinilai oleh masyarakat sebagai perusahaan

yang baik. Sementara perusahaan perkebunan yang hanya memiliki orientasi

keuntungan semata dan mengabaikan pengelolaan lingkungan serta tidak serius

dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat akan dinilai oleh

masyarakat sebagai perusahaan yang tidak baik. Sikap dan persepsi masyarakat

terhadap perusahaan sangat penting untuk menjadi perhatian, karena akan

menjadi perhatian, karena akan menjadi pemicu terjadinya konflik sosial antara

perusahaan dengan masyarakat.

5.2.1.3 Aspek Ekonomi

Luas lahan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar di

Kabupaten Kotawaringin Timur tentu saja menjadikan sub sektor perkebunan

kelapa sawit sebagai primadona untuk menunjang perekonomian di Kabupaten

Kotawaringin Timur.Selain dapat menunjang perekonomian Pemerintah Daerah,

perkebunan kelapa sawit juga terbukti dapat menunjang perekonomian

masyarakat lokal sekitar perkebunan.Hal tersebut dapat dilihat dari penyediaan

lapangan pekerjaan di perusahaan perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat

lokal.Selain lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha untuk masyarakat lokal

Page 179: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

juga semakin terbuka, khususnya bagi masyarakat yang bisa menyediakan jasa-

jasa untuk mempermuda kegiatan perkebunan kelapa sawit.Kegiatan

pembangunan perkebunan kelapa sawit berasal dari kegiatan pembangunan

infrastruktur dan sarana pendukung pada tahap kontruksi, kegiatan

pengangkutan TBS serta kegiatan pemberdayaan masyarakat pada tahap

operasi dapat memberikan peluang usaha. Kesempatan berusaha dari kegiatan

pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung, akan memerlukan tenaga

kerja lepas seperti tukang serta tenaga kerja lain yang diperuntukkan untuk

kerjaan pembangunan perumahan, kantor, serta prasarana kebun lainnya. Pada

umumnya perusahaan perkebunan kelapa sawit akan melakukan kontrak dengan

pihak ketiga untuk proses pembangunan infrastruktur kebun dan jaringan

pendukung, seperti kontrak untuk pembangunan jalan kebun, pembangunan

kantor dan perumahan dan lain sebagainya. Dalam syarat-syarat kontrak dengan

pihak ketiga tersebut diwajibkan menggunakan tenaga kerja lokal yang memiliki

keahlian dibidang pertukangan baik tukang kayu maupun tukang batu. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Pak Zainun selaku

Ketua Badan Penelitian PT.WILMAR Kantor Perwakilan Sampit, sebagai berikut:

“Kita memang mengutamakan tenaga kerja lokal yang tinggalnya disekitar

perkebunan ini mas, jadi kita dalam penerapannya sudah sesuai aturan

dan sesuai janji yang kita sampaikan kepada masyarakat lokal sini.

Dalam setiap struktur tenaga kerjanya pasti ada masyarakat lokalnya

mas, meskipun untuk jabatan assisten manager juga ada yang dari

masyarakat lokal mas.Kalo untuk tenaga kerja yang di lapangan seperti

tukang untuk membangun-bangun gitu kita pasti utamakan masyarakat

lokal mas” (Wawancara pada tanggal 22 Desember 2016 di Kantor

PT.WILMAR, Sembuluh).

Hal ini tentunya akan memberikan peluang kerja bagi masyarakat di

desa-desa yang ada diwilayah studi yang memiliki keahlian dibidang

pertukangan. Selain itu setiap perusahaan juga wajib mengutamakan

Page 180: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masyarakat dari desa sekitar kebun dalam perekrutan tenaga kerja perusahaan,

baik itu tenaga kerja yang berposisi dilapangan maupun tenaga kerja yang

berposisi dikantor. Akan tetapi dalam proses perekrutan tenaga kerja tersebut

tetap memperhatikan keterampilan dan kualifikasi pendidikan, hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Pak Zainun selaku Ketua Badan Penelitian

PT.WILMAR Kantor Perwakilan Sampit, sebagai berikut :

“Tapi meskipun kita mengutamakan masyarakat lokal dalam perekrutan

tenaga kerja, kita tetap memperhatikan keterampilan dan kualifikasi

pendidikan untuk pelamar tersebut.Khusus untuk jabatan-jabatan yang

sifat membutuhkan keahlian khusus seperti asisten manager atau yang

sifatnya di kantoran gitu, kita harus melihat kualifikasi pendidikannya.

Sesuai gak sama pendidikannya sama posisi yang akan ditempati, karena

ini akan mempengaruhi proses kinerjanya mas. Apabila ada masyarakat

lokal yang punya kualifikasi pendidikan yang kita butuhkan maka itu lebih

baik, dan itu lah yang kita prioritaskan terlebih dahulu mas” (Wawancara

pada tanggal 22 Desember 2016 di Kantor PT.WILMAR, Sembuluh).

Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit

terdiri dari tenaga kerja tetap, tenaga kerja tidak tetap, tenaga kerja harian lepas

atau buruh dan tenaga kerja kontrak, yang dapat didefinisikan sebagai berikut :

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai

karyawan tetap perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang

disepakati bersama. Diangkat jika sudah memenuhi persyaratan

dan criteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tenaga kerja

tetap bertanggung jawab atas kegiatan perkebunan, meliputi

Manajer Kebun, Supervisor, serta para pengawas di masing-

masing bagian, dan menerima upah/gaji bulanan.

Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang diangkat

sebagai karyawan tidak tetap perusahaan berdasarkan perjanjian

kerja yang disepakati bersama. Sebagai karyawan tidak tetap,

Page 181: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

maka masa kerja disesuaikan berdasarkan jenis kegiatan tertentu

dimana yang termasuk dalam kelompok ini adalah para karyawan

perusahaan yang dikontrak selama waktu tertentu untuk

melakukan pekerjaan langsung seperti operasi pengangkutan

Tandan Buah Segara (TBS), pembangunan sarana prasana

kantor dan mess karyawan dan lain sebagainya sesuai dengan

kontrak kerja yang disepakati. Sementara upah akan dibayarkan

borongan/upah dibayarkan berdasarkan hasil kerja yang telah

dilakukan.

Tenaga kerja harian lepas adalah buruh di lokasi perkebunan, dan

menerima upah harian.

Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang upahnya diberikan

berdasarkan hasil kerja yang telah dilakukan, meliputi operator

alat berat, pengemudi dum truck, whell loader, montir, dan lain-

lain. Sementara upah akan dibayarkan berdasarkan hasil kerja

yang telah dilakukan.

Keempat kriteria tenaga kerja tersebut juga diterapkan oleh pihak

perusahaan kepada masyarakat lokal yang ingin bekerja di perusahaan

perkebunan kelapa sawit. Di masing-masing kriteria tersebut juga di isi oleh

sebagian masyarakat lokal, namun ada juga tenaga kerja yang berasal dari luar

kota. Hal ini dikarenakan dalam penerimaan tenaga kerja untuk posisi-posisi

tertentu, pihak perusahaan tetap memperhatikan keterampilan dan kualifikasi

pendidikan, misalnya untuk posisi Manager dan Asisten Manager. Namun bagi

masyarakat lokal yang memenuhi kriteria dari perusahaan untuk mengisi posisi-

posisi tersebut tentu tetap akan mendapatkan prioritas. Sedangkan untuk

Page 182: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masyarakat lokal yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan, maka mereka

akanbanyak di prioritaskan dalam kriteria tenaga kerja harian lepas (buruh), dan

tenaga kerja tidak tetap. Meskipun begitu pihak perusahaan selalu membuka

kesempatan kerja, khususnya bagi diprioritaskan bagi masyarakat-masyarakat

lokal sekitar perkebunan.

Selain kesempatan kerja melalui keempat kriteria tenaga kerja diatas,

kesempatan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat

diperoleh melalui sistem kemitraan antara masyarakat dan pihak perusahaan

perkebunan kelapa sawit.Sistem kemitraan ini merupakan program yang

memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak, baik itu untuk masyarakat

maupun untuk pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dikarenakan

melalui sistem kemitraan, dampak yang dirasakan oleh masyarakat lokal sekitar

perkebunan adalah peningkatan pendapatan, sedangkan untuk pihak

perusahaan sebagai pembina diuntungkan dalam keberadaan lahan yang tidak

berstatus sengketa serta perusahaan juga dapat menekan pengeluaran untuk

proses pembukaan lahan ataupun pembelian lahan untuk perkebunan karena

lahan plasma telah disediakan masyarakat dan juga pada hakikatnya

perusahaan mendapatkan keuntungan financial dari program kemitraan

perkebunan kelapa sawit ini.

Keuntungan financial tersebut dikarenakan dengan adanya program

kemitraan maka masyarakat petani peserta akan menjual hasil tandon buah

segar mereka langsung ke pihak perusahaan pembina, tentunya karena hal ini

perusahaan pembina selalu mendapatkan pasokan buah kelapa sawit untuk

dijadikan bahan produksi. Selain itu, masyarakat sekitar perkebunan juga

diuntungkan dalam program kemitraan ini.Keuntungan yang diperoleh oleh

Page 183: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masyarakat tentunya beragam mulai dari tambahan pendapatan, peluang kerja

yang banyak, beragam fasilitas yang diberikan perusahaan dalam menunjang

kehidupan masyarakat.Pada dasarnya program kemitraan yang diterapkan oleh

perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat memberikan manfaat perbaikan

mutu hidup atau kesejahteraan masyarakat sekitar perkebuna kelapa

sawit.Perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan masyarakat tersebut dapat dilihat

dari peningkatan pendapatan masyarakat sekitar perkebunan melalui tahapan

pemberdayaan lahan.Sehingga pada akhirnya pendapatan masyarakat tersebut

dapat terus mengalami keberlanjutan (sustainable) seiring dengan perlakuan

pemberdayaan yang baik dan sesuai prosedur oleh perusahaan perkebunan

kelapa sawit.

Selanjutnya pihak Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga

mendapatkan keuntungan dengan adanya program kemitraan ini yaitu adanya

pembangunan yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur.Selain

pembangunan, dampak positif yang didapatkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur adalah meningkatnya perekonomian daerah yang disokong

oleh pembangunan sektor perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari 3 hal yaitu :

peningkatan PDRB Kabupaten Kotawaringin Timur, peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dari sektor perkebunan, dan penyerapan tenaga kerja yang

paling banyak pada sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan kelapa

sawit. Untuk peningkatan PDRB dapat dilihat pada data diatas yang

menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar untuk

PDRB Kabupaten Kotawaringin Timur dengan persentase 33%, dan sub sektor

yang paling dominan dalam sektor pertanian ini adalah sub sektor perkebunan

dengan total 14%.Selanjutnya untuk komposisi PAD Kabupaten Kotawaringin

Page 184: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Timur di dominasi oleh pendapatan dari sektor perkebunan khususnya

perkebunan kelapa sawit, hal ini dikarenakan produksi dari perkebunan kelapa

sawit selalu mengalami peningkatan yang stabil. Sementara untuk penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Kotawaringin Timur juga didominasi oleh sektor

pertanian khususnya sub sektor perkebunan kelapa sawit. Hal ini dikarenakan

setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit selalu membutuhkan tenaga kerja

dalam skala yang besar pada setiap tahunnya untuk mengelola perkebunan

kelapa sawit yang luas, sehingga penyerapan tenaga kerja pada sub sektor

perkebunan kelapa sawit ini pada setiap tahunnya selalu mendominasi dari

sektor-sektor lainnya.

Selanjutnya peneliti menguraikan manfaat dari adanya pembangunan

perkebunan kelapa sawit untuk aspek ekonomi di Kabupaten Kotawaringin Timur

sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan

masyarakat, jika produktifitas lahan hasil tendon buah segar perkebunan

meningkat maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat. Kedua,

meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku perkebunan kelapa sawit, nilai

tambah disini bisa dikatakan nilai tambah dalam bentuk penambahan financial

dan bisa juga dimaknai sebagai nilai tambah dalam pengetahuan tentang

perusahaan perkebunan kelapa sawit.Ketiga, meningkatkan pemerataan dan

pemberdayaan masyarakat.Keempat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi

pedesaan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit melalui

peningkatan produktifitas lahan yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan

ekonomi masyarakat lokal sekitar perkebunan.Kelima, membuka peluang

kesempatan kerja bagi masyarakat lokal sekitar perkebunan. Seperti pernyataan

yang disampaikan oleh Pak Wim R.K selaku Kepala Bagian Ekonomi dan

Page 185: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Sumber Daya Alam Sekertariat Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai

berikut :

“Hadirnya perkebunan kelapa sawit ini sudah pasti akan memberikan

dampak yang positif bagi masyarakat.Dampak positifnya itu adalah

terbukanya peluang kerja untuk masyarakat yang tinggal disekitar

perkebunan.Kan bagi masyarakat-masyarakat pelosok yang belum

mempunyai pekerjaan tetap, maka dengan adanya perkebunan kelapa

sawit dia bisa mendapatkan pekerjaan tetap di perusahaan tersebut, dan

pastinya mendapatkan penghasilan yang tetap juga” (Wawancara pada

tanggal 16 Desember 2016 di Kantor Pemertintah Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur).

Keenam, berupa peningkatan perekonomian daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur. Ketika pendapatan masyarakat lokal sekitar perkebunan

mengalami peningkatan maka secara langsung akan berdampak juga pada

peningkatan perkenomian Kabupaten Kotawaringin Timur.

5.2.2 Upaya dari Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat dalam

MewujudkanSustainable Development pada Perencanaan

Upaya dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat disini maksudnya

adalah tentang bagaimana masing-masing pihak tersebut menjalankan peran

dan kewajibannya dalam mewujudkan sustainable development pada

pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal

tersebut dilakukan agar tiga aspek : lingkungan, sosial, dan ekonomi dapat terus

berkelanjutan dalam setiap kegiatan perkebunan kelapa sawit. Peran dan

kewajiban masing-masing pihak dalam mewujudkansustainable development

pada pembangunan perkebunan kelapa sawit dilakukan tiga aktor/pihak. Tiga

aktor/pihak tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur,

perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan masyarakat. Pada umumnya setiap

pihak tersebut memiliki peran dan kewajiban yang saling bergantung antara satu

Page 186: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

sama lain. Pemerintah memiliki peran dan kewajiban untuk membuat kebijakan

(policy) secara umum dan regulasi perizinan serta kebijakan yang memihak pada

community, melakukan kerjasama antar daerah serta menjalankan dan

mengontrol pembangunan dalam rangka mewujudkan prinsip transparansi dan

akuntabilitas (Syahrir, 2004: 5). Sedangkan pihak swasta atau dalam hal ini

adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki peran dan kewajiban untuk

mewujudkan lingkungan yang kondusif, menjalankan kordinasi dengan

pemerintah daerah dan juga masyarakat, selain itu juga menjalankan prinsip-

prinsip sustainable yang telah ditetapkan oleh ISPO. Selain itu juga membuat

program yang terintegrasi dengan pemberdayaan masyarakat dengan cara

mmberikan pelatihan dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal.

Selanjutnya, yang terakhir adalah pihak masyarakat memiliki peran dan

kewajiban untuk melestarikan lingkungan, melakukan pengawasan lingkungan,

dan menyampaikan pengaduan apabila terjadi kerusakan lingkungan yang

dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Pada dasarnya ketika masyarakat lokal sekitar perkebunan

disejahterakan oleh pihak perusahaan perkebunan dan juga pihak pemerintah

daerah, maka secara tidak langsung tekanan atau konflik antara ketiga pihak ini

tidak akan terjadi dan suasana tentunya akan menjadi kondusif. Adapun peran

dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut akan dianalisis oleh peneliti

pada penjelasan di bawah ini :

5.2.2.1 Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

Hak dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur tentunya

tidak terlepas dari peran mengawasi atau melakukan controlling mengenai

kebijakan program pelestarian lingkungan, khususnya upaya sustainable

Page 187: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

development yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Selain

memberikan pengawasan controlling mengenai kebijakan sustainable

development, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga harus selektif

dalam memberikan izin untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, atau

bahkan bisa membatasi pembukaan lahan tersebut.Selain itu, untuk

melaksanakan program pelestarian lingkungan Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur wajib melakukan musyawarah bersama perusahaan

perkebunan kelapa sawit terkait. Hal ini dilakukan karena memang sudah

menjadi kewajiban dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur untuk

memberikan informasi, pengawasan, dan juga memfasilitasi berupa pembinaan

terhadap upaya sustainable development khususnya kepada setiap perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Pada faktanya Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur telah menjalankan

kewajibannya dalam upayanya melakukan pengawasan, pembinaan, dan

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang ikut terlibat dalam

program pelestarian lingkungan tersebut.

Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga memiliki hak

untuk memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang memberikan kerugian

ataupun yang tidak mendukung upaya sustainable development.Dalam analisis

yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ada beberapa tugas yang telah

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur namun ada juga yang

masih belum dilakukan. Tugas dan peran Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur dalam upaya sustainable development akan dipaparkan oleh peneliti,

sebagai berikut : Pertama, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki

tugas untuk memfasilitasi forum musyawarah yang membahas tentang upaya

Page 188: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

sustainable development dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit. Kedua,

penyiapan tugas pendamping dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur dengan cara penyiapan tim untuk melakukan pembinaan

pelestarian lingkungan kepada setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

beroperasi di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Ketiga, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur harus menerapkan

sanksi yang tegas bagi perusahaan perkebunan yang tidak melaksanakan

program pelestarian lingkungan, dan yang tidak mendukung upaya sustainable

development.Namun dalam faktanya dilapangan Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur masih belum bisa memberikan sanksi bagi perusahaan-

perusahaan perkebunan yang tidak melaksanakan upaya sustainable

development dalam operasional perkebunan kelapa sawitnya.Hal ini dapat dilihat

dari data diatas yang menunjukkan masih banyaknya perusahaan perkebunan

kepapa sawit yang tidak melakukan penyediaan lahan konservasi, dan masih

banyak juga perusahaan perkebunan yang berstatus non sustainable dalam

operasional perkebunan kelapa sawitnya.Hal yang menyebabkan Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur masih belum bisa memberikan sanksi yang tegas

kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tidak mendukung upaya

sustainable development, adalah karena belum adanya peraturan khusus yang

mengatur tentang sanksi bagi perusahan perkebunan kelapa sawit yang tidak

melakukan upaya sustainable development. Penyataan tersebut sesuai dengan

yang di sampaikan oleh PakAgus Taswin selaku Kepala Bidang Pelestarian dan

Pemulihan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur

Sebagai berikut :

“Salah satu penyebab masih banyaknya perusahaan perkebunan kelapa

sawit yang tidak menyediakan lahan konservasi adalah tidak ada

Page 189: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

peraturan yang mengatur tentang pemberian sanksi kepada

perusahaan.Makanya perusahaan bisa dengan bebas menyediakan atau

tidak lahan konservasi tersebut. Kami juga dari pemerintah sudah

berulang kali memberikan himbauan bahkan peringatan kepada

perusahaan-perusahaan itu tapi tidak digubris sama mereka. Hal ini juga

menyulitkan bagi kita jika tidak ada aturan yang mengatur tentang sanksi

tersebut.Makanya harapan kami pemerintah segera menetapkan aturan

tentang pemberian sanksi bagi perusahaan yang tidak taat” (Wawancara

pada tanggal 19 Desember 2016 di Kantor Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Kotawaringin Timur).

Keempat, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur bertugas untuk

memfasilitasi perijinan bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ingin

membuka lahan untuk membangun perkebunan kelapa sawit.Namun Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur harus memperhatikan secara serius ketersediaan

lahan dalam pemberiaan perijinan tersebut, selain itu juga harus dilakukan

pengkajian daya dukung dan daya tampung lahan. Hal tersebut dilakukan untuk

menjaga ketersediaan hutan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur agar

tidak semakin menipis keberadaanya, sehingga pembangunan yang dilakukan

akan terus berkelanjutan untuk masa depan baik dari segi lingkungan, sosial,

maupun ekonomi. Untuk tugas yang keempat ini, Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur sudah melakukannya dengan baik.Saat ini Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur melalui Sekertariat Daerah Bagian Ekonomi dan

Sumber Daya Alam sudah mulai membatasi dan bahkan cenderung tidak

mengeluarkan izin lagi bagi perusahaan baik yang ingin membuka lahan maupun

yang ingin memperlebar lahan perkebunan kelapa sawitnya. Bagi Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit

dinilai sudah cukup dan tidak perlu diadakan pembukaan lahan baru lagi.

Pemerintah akan memanfaatkan pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit

yang sudah ada sekarang, agar dapat memberikan dampak positif bagi

Page 190: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

lingkungan, perekonomian, dan masyarakat. Selanjutnya untuk lahan yang

tersisa akan digunakan untuk fungsi pembangunan yang lain dengan tetap

memperhatikan aspek keberlanjutan untuk masa depan. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan yang disampaikan oleh Pak Wim R.K yang menjabat sebagai

Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam Sekertariat Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur, berikut merupakan kutipanwawancaranya :

“Untuk saat ini kita sudah tidak lagi mengeluarkan izin untuk pembukaan

lahan perkebunan kelapa sawit, jadi bagi perusahaan yang mau

melebarkan lahan atau membuka lahan baru kita tidak memberikan izin

lagi kepada mereka. Soalnya kami rasa sudah cukup untuk

pembangunan perkebunana kelapa sawit di Kabupaten Kotim ini, dan

kami akan memanfaatkan lahan perkebunan yang ada saja. Dan untuk

sisa lahan lainnya akan kami pergunakan untuk fungsi pembangunan

lainnya selain perkebunan kelapa sawit” (Wawancara pada tanggal 16

Desember 2016 di Kantor Pemertintah Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur).

5.2.2.2 Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan perkebunan

kelapa sawit apabila ingin mewujudkan sustainable development, adalah dengan

melakukan pengelolaan perkebunan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

sustainable yang telah ditetapkan oleh ISPO.Prinsip-prinsip tersebut meliputi

pemeliharaan dan pelestarian lingkungan, program pemberdayaan masyarakat,

dan penyediaan lahan konservasi.Prinsip sustainable yang telah ditetapkan oleh

ISPO tersebut bertujuan untuk memelihara segala bentuk sumber daya alam baik

itu tanah, air maupun udara.Selain itu, prinsip sustainable tersebut juga bertujuan

untuk memelihara hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan

perusahaan perkebunan agar tidak terjadi konflik sosial ketika perusahaan

melakukan segala bentuk kegiatan perkebunan. Karena hal yang diinginkan dari

adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur,

Page 191: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

adalah agar terciptanya kesinambungan antara pihak-pihak seperti pemerintah,

perusahaan, dan masyarakat.

Prinsip ISPO pertama yang telah dilakukan oleh perusahaan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah pemeliharaan dan

pelestarian lingkungan.Berbagai upaya telah dilakukan oleh beberapa

perusahaan perkebunan kelapa sawit salah satunya adalah memelihara

lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Pemeliharaan

dan pelestarian tersebut dapat dilihat melalui upaya pemberdayaan lahan,

perawatan tanaman dan lingkungan, proses panen dan produksi, sampai dengan

penyediaan perkebunan plasma untuk masyarakat sekitar perkebunan. Untuk

pemberdayaan lahan pihak perusahaan berhasil menemukan cara untuk

menyuburkan kembali tanah yang telah ditanami kelapa sawit. Pada umumnya,

tanah yang ditanami kelapa sawit setelah berumur 25 tahun tanah tersebut akan

kehilangan tingkat kesuburannya, sehingga tidak dapat ditanami lagi oleh

tanaman lainnya. Hal ini dikarenakan sistem akar dari tanaman kelapa sawit

yang dapat merusak unsur hara dari tanah, sehingga tanah tidak dapat lagi

berproduksi. Jika hal tersebut terjadi tentunya akan membuat perusahaan

perkebunan kelapa sawit mencari lahan baru untuk ditanami kelapa sawit,

sedangkan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur sudah membatasi

pemberian ijin pembukaan lahan yang difungsikan untuk perkebunan kelapa

sawit. Maka dari itu perusahaan perkebunan kelapa sawit melalui sebuah

penelitian berusaha untuk menemukan cara agar tanah yang telah ditanami

kelapa sawit selama 25 tahun dapat digunakan lagi untuk penanaman kelapa

sawit sehingga perusahaan perkebunan tidak perlu membuka lahan baru.

Setelah melakukan penelitian, akhirnya perusahaan perkebunan berhasil

Page 192: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

menemukan cara untuk membuat tanah tersebut dapat digunakan kembali. Cara

yang digunakan adalah dengan mencabut pohon tanaman kelapa sawit yang

sudah berumur 25 tahun sampai ke akar-akar yang paling dalam.Karena yang

menyebabkan tanah tersebut tidak dapat berproduksi lagi adalah sistem akar

dari tanaman kelapa sawit sehingga akar dari tanaman tersebut juga harus

dicabut. Hal ini senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh PakZainun

selaku Ketua Badan PenelitianPT.WILMAR Kantor Perwakilan Sampit, sebagai

berikut:

“Kita pada tahun ini kemarin barusan melakukan penelitian mengenai

bagaiamana supaya tanah yang sudah ditanami kelapa sawit itu bisa

ditanami sehingga kita tidak perlu membuka lahan baru. Seperti yang kita

tau kan kalau tanah yang sudah ditanami kelapa sawit, setelah 25 tahun

tanah tersebut tidak lagi dapat digunakan alias sudah hilang

kesuburannya. Akan tetapi kami berhasil menemukan cara supaya tanah

itu bisa kembali subur walau habis ditanami kelapa sawit selama 25

tahun. Caranya adalah dengan mencabut tanaman kelapa sawit sampai

dengan akar-akarnya yang terdalam, karena yang merusak tanah itu kan

sebenarnya akar dari tanaman kelapa sawit ini. Cara ini masih akan kita

coba pada bulan-bulan ini, tapi kita sudah melakukan percobaan pada

beberapa pohon kelapa sawit yang umurnya sudah tua, dan cara itu

ternyata berhasil. Makanya kami akan coba untuk pohon-pohon lainnya

dalam jumlah skala yang lebih besar” (Wawancara pada tanggal 22

Desember 2016 di Kantor PT.WILMAR, Sembuluh).

Kedua, prinsip ISPO yang telah dilakukan oleh perusahaan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah program pemberdayaan

masyarakat.Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang sudah banyak

diterapkan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin

Timur adalah program kemitraan (plasma).Program ini ditujukan untuk membantu

masyarakat sekitar perkebunan yang memiliki lahan tetapi tidak memiliki modal

untuk mengelola lahan tersebut. Program ini sejalan dengan pendapat dari

Rachmat (2005: 38) bahwa pola inti plasma adalah perusahaan inti membina

Page 193: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

beberapa perusahaan plasma dalam satu wadah usaha, dimana usaha setiap

perusahaan plasma harus mendukung usaha terebut. Lebih lanjut Rachmat

menjelaskan bahwa pola inti plasma adalah pola pembiayaan kepada plasma

yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit sebagai perusahaan inti

dan melakukan kerjasama dengan koperasi sebagai plasma dengan maksud

untuk membantu dan membina secara bersama-sama kemajuan plasma.

Didalam inti plasma ini juga terdapat bantuan dana yang diberikan kepada

peserta plasma yang tujuannya sebagai berikut :

1. Untuk membiayai proyek utama yang mendukung usaha inti,

misalnya pembiayaan usaha kelapa sawit yaitu berupa

pembangunan lahan plasma.

2. Untuk menciptakan usaha baru yang terkait dengan aktifitas usaha

perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dengan kata lain pola inti

plasma akan menciptakan usaha baru berupa perkebunan rakyat

yang merupakan diluar perkebunan milik perusahaan dan dikelola

secara bersama-sama dengan koperasi dan masyarakat lokal

sekitar perkebunan.

Selanjutnya, prinsip ISPO yang ketiga adalah penyediaan lahan

konservasi.Untuk prinsip penyediaan lahan konservasi ini, peneliti menilai bahwa

keadaan dilapangan masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dilihat dari data Tabel

5.2 yang telah disajikan diatas yang menunjukkan bahwa masih banyak

perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur yang

belum melakukan penyediaan lahan konservasi pada lahan perkebunan kelapa

sawitnya. Tercatat hanya ada 5 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

sudah melakukan penyediaan lahan konservasi, sedangkan sebanyak 53

Page 194: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perusahaan lainnya belum menyediakan lahan konservasi pada perkebunan

kelapa sawitnya.Hal tersebut tentu menjadi sangat ironi, mengingat begitu

pentingnya penyediaan lahan konservasi disetiap perusahaan perkebunan

kelapa sawit bagi kelangsungan makhluk hidup yang bergantung kepada

hutan.Tujuan dari adanya aturan penyediaan lahan konservasi disetiap

perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah agar terwujudnya kelestarian

sumberdaya alam hayati serta kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan

manusia.Selain itu penyediaan lahan konservasi didalam wilayah perkebunan

kelapa sawit juga menjadi sangat penting karena dapat menjaga

keanekaragaman flora dan fauna yang ada didalamnya dari ancaman

kepunahan.

5.2.2.3 Masyarakat Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit

Selain Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dan perusahaan

perkebunan kelapa sawit, masyarakat juga mempunyai peran penting dalam

perwujudan sustainable development pada perencanaan pembangunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.Hal ini dikarenakan dalam pelestarian

lingkungan, tidak cukup jika hanya mengandalkan peran Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur dan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sebab kedua

pihak tersebut tidak akan dapat melakukan pengawasan dan pemantauan

lingkungan sampai kepada titik-titik lokasi terkecil di kawasan perkebunan. Untuk

melakukan hal tersebut membutuhkan peran serta dari masyarakat yang tersebar

di seluruh kawasan perkebunan, baik itu masyarakat yang bekerja di perusahaan

Page 195: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

perkebunan maupun masyarakat yang tidak bekerja untuk perusahaan

perkebunan tetapi permukimannya berada di sekitar wilayah perkebunan.

Sementara itu tenaga kerja dari masyarakat juga berperan untuk

menopang perekonomian, baik itu untuk perekonomian daerah maupun untuk

keberlangsungan perkenomian perusahaan perkebunan kelapa sawit. Hal

tersebut bisa dianalogikan sebagai berikut : jika masyarakat tidak memberikan

dukungan terhadap kegiatan perkebunan kelapa sawit, baik itu dukungan dalam

bentuk moriil (dukungan/penolakan) maupun dukungan dalam bentuk materiil

(tenaga kerja), maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dan perusahaan

perkebunan kelapa sawit tidak akan mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya

pembangunan perkebunan kelapa sawit. Jika hal tersebut terjadi, maka

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur tidak akan dapat meningkatkan

perekonomian daerah melalui PDRB dan PAD, sementara pihak perusahaan

perkebunan kelapa sawit juga tidak akan dapat menjamin keberlanjutan dari

kegiatan perusahaan perkebunannya.

Akan tetapi kondisi tersebut tidak terjadi di Kabupaten Kotawaringin

Timur, hal yang terjadi saat ini di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah

masyarakat memberikan dukungan terhadap segala kegiatan perkebunan kelapa

sawit karena berbagai program pemberdayaan yang diberikan oleh pihak

perusahaan perkebunan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka manfaat

ekonomi dari adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Kotawaringin Timur dapat dirasakan oleh ketiga pihak yaitu : masyarakat,

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, dan perusahaan perkebunan kelapa

sawit. Selain itu kerjasama dan kordinasi antara ketiga pihak ini akan terjalin

diberbagai aspek dengan harmonis tanpa ada konflik antara satu dengan yang

Page 196: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

lainnya. Saat hal tersebut terjadi maka konflik sosial antara masyarakat dengan

pihak perusahaan tidak akan terjadi, dan pemerintah juga dapat meminimalisir

pengaduan-pengaduan dari masyarakat mengenai perkebunan kelapa sawit.

Sementara pemerintah dan pihak perusahaan perkebunan dapat secara

bersama-sama menjaga kestabilan perekonomian daerah.

Ketika ketiga pihak sudah dapat berkordinasi dengan baik, maka ketiga

pihak tersebut dapat secara bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan.

Semua masyarakat dapat ikut memelihara lingkungan, dan dapat juga

menyampaikan pengaduan kepada pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup

apabila mendapati hal-hal yang dinilai dapat merusak lingkungan.Hal tersebut

merupakan suatu peran dan kewajiban dari masyarakat untuk dapat mewujudkan

sustainable development dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit. Peran

dan kewajiban masyarakat dalam melestarikan lingkungan sudah dilaksanakan

oleh masyarakat, hal tersebut dilakukan melalui beberapa pengaduan yang

disampaikan oleh masyarakat, dan secara tidak langsung masyarakat sudah

berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kotawaringin Timur.

Beberapa permasalah yang diadukan oleh masyarakat pun sudah

mencakup 3 aspek sustainable development (sosial, lingkungan, ekonomi).Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 5.5 yang menunjukkan bahwa diantara beberapa

pengaduan masyarakat yang telah di list oleh Badan Lingkungan Hidup

didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang mencakup aspek

lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi.Dari 20 permasalahan yang telah

di list oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, permasalahan yang

paling banyak diadukan oleh masyarakat adalah permasalahan yang berkaitan

Page 197: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

dengan aspek lingkungan. Berikut ini merupakan persentase permasalahan yang

dikategorikan berdasarkan 3 aspek sustainable development :

Sumber : Data Diolah Oleh Peneliti, 2016

Gambar 5.5Persentase Pengaduan Masyarakat Permasalahan Perkebunan

Kelapa Sawit Berdasarkan 3 Aspek Sustainable Development

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa masyarakat lebih banyak

memberikan pengaduan mengenai permasalahan lingkungan di perkebunan

kelapa sawit. Dari daftar list permasalahan yang peneliti dapatkan dari Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat bahwa terdapat

12 permasalahan yang masuk dalam kategori lingkungan, 4 permasalahan yang

masuk dalam kategori sosial, dan 4 permasalahan yang masuk dalam kategori

ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat juga menyadari terhadap

masih lemahnya aspek lingkungan dalam pembangunan perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur.Selain itu melalui data tersebut dapat

dilihat juga kepedulian masyarakat terhadap pengawasan lingkungan dan peran

sertanya dalam pelestarian lingkungan.Hal tersebut dapat dilihat dari

permasalahan lingkungan yang muncul adalah permasalahan-permasalahan

60%20%

20%

Lingkungan

Sosial

Ekonomi

Page 198: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

yang sensitif terhadap kerusakan lingkungan.Peran serta masyarakat seperti ini

lah yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam mewujudkan perencanaan

pembangunan perkebunan kelapa sawit yang sustainable. Karena hasil

pengaduan-pengaduan dari masyarakat tersebut akan memberikan referensi

tambahan bagi Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dalam merencanakan

program untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit. Sehingga program-

program yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan program yang akan

mewujudkan sustainable dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan

tetap memperhatikan 3 aspek : ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Selain melalui pengaduan-pengaduan tersebut, peran masyarakat juga

semakin diperkuat dengan hadirnya lembaga FOPELISDA yang bertugas untuk

mengawasi lingkungan beserta sumberdaya alam di Kabupaten Kotawaringin

Timur.Melalui lembaga FOPELISDA ini masyarakat dapat berperan langsung

dalam pembahasan rencana program pembangunan perkebunan kelapa sawit

yang diselenggarakan oleh Bappeda Kabupaten Kotawaringin Timur.Dalam

setiap forum musyawarah di Bappeda yang membahas tentang perencanaan

program pembangunan perkebunan kelapa sawit, lembaga FOPELISDA selalu

diikutsertakan kehadirannya dan selalu mendapatkan undangan dari Bappeda

Kabupaten Kotawaringin Timur.Hal ini dikarenakan dalam forum musyawarah

yang diselenggarakan oleh Bappeda tersebut, FOPELISDA dianggap merupakan

sebuah bentuk perwakilan dari suara masyarakat Kabupaten Kotawaringin

Timur.Selain itu FOPELISDA juga merupakan sebuah lembaga yang mempunyai

fungsi mengawasi lingkungan, sehingga pemerintah menganggap FOPELISDA

paham mengenai kondisi lingkungan di wilayah perkebunan Kabupaten

Kotawaringin Timur. Atas dasar tersebut maka pandangan serta pendapat dari

Page 199: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

FOPELISDA akan sangat diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur dalam menetapkan sebuah program pembangunan untuk perkebunan

kelapa sawit.

i. Strategi Sustainable Development padaPerencanaan Pembangunan

Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur

Menurut Tarigan, perencanaan dapat berarti mengetahui dan

menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor non-

controllable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan

tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-

langkah untuk mencapai tujuan tersebut(Tarigan, 2012:3). Sedangkan menurut

ahli perencana kota, Conyers dan Hill menyebutkan bahwa perencanaan

merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang menghasilkan keputusan-

keputusan, atau pilihan-pilihan tentang alternatif penggunaan sumber daya yang

memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai suatu bagian dari tujuan dengan

jangka waktu tertentu di masa yang akan dating(dalam Haryono 2010:5). Hal

tersebut dilakukan untuk menghadapi saling ketergantungan antara aspek sosial,

aspek ekonomi, dan aspek lingkungan, hal itu diwujudkan dengan cara :

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan

pembangunan daerah,

2. Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah,

3. Menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi),

4. Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan” (Solihin 2005:25).

Page 200: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli tersebut, maka peneliti

merumuskan sebuah proses perencanaan suatu program untuk mewujudkan

pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development

di Kabupaten Kotawaringin Timur. Proses perencanaan ini merupakan suatu

strategi untuk menetapkan sebuah kebijakan atau program yang dapat

memberikan keberlanjutan untuk tiga aspek yaitu : ekonomi, lingkungan, dan

sosial dalam setiap kegiatan perkebunan kelapa sawit. Pada proses

perencanaan ini, hal-hal yang mendasari adalah beberapa dokumen

perencanaan baik dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur maupun dari

perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dan tidak lupa juga beberapa

permasalahan perkebunan kelapa sawit yang telah diadukan oleh masyarakat

kepada pemerintah daerah. Untuk lebih jelasnya peneliti telah menggambarkan

alur proses perencanaannya pada bagan dibawah ini :

Sumber : BaganDiolah Olah Peneliti, 2016 Gambar 5.6 Strategi Perencanaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Berbasis Sustainable Development

INPUT PROSES OUTPUT

RPJMD Kab.

Kotim

RTRW Kab.

Kotim

RPL Perusahaan

Perkebunan

Permasalahan Perkebunan

Kelapa Sawit yang

diadukan masyarakat :

Masalah Lingkungan

Masalah Sosial

Masalah Ekonomi

Content Analysis

Analisis Akar

Masalah

Konsistensi Pembahasan

Program

Page 201: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Berdasarkan strategi yang telah peneliti gambarkan pada bagan diatas,

menunjukkan bahwa proses perencanaan pembangunan perkebunan kelapa

sawit yang mengarah ke perwujudan sustainable development dapat dilakukan

melalui tiga tahapan yaitu : input, proses, dan output. Melalui tiga tahapan

tersebut maka akan dapat ditemukan suatu solusi dalam penetapan program

kegiatan yang sesuai dengan harapan. Hal tersebut dikarenakan pada proses

perencanaan ini akan mensinkronkan antara regulasi dengan kondisi faktual

yang terjadi dilapangan. Kemudian hasil sinkronisasi antara kedua hal tersebut

akan dibahas secara transparan dan secara bersama-sama oleh Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur, perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan

perwakilan masyarakat. Pada proses perencanaan ini menuntut keikutsertaan

dari ketiga pihak yang terlibat dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit, sehingga

diharapkan akan muncul sebuah program pembangunan perkebunan kelapa

sawit yang akan memberikan dampak keberlanjutan pada tiga aspek yaitu

ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk lebih jelasnya akan peneliti jelaskan

pada masing-masing tahapan yaitu input, proses, dan output.

Pada tahapan input ini merupakan tahapan yang akan melihat beberapa

masukan yang terdiri dari beberapa dokumen perencanaan, dan beberapa

permasalahan mengenai perkebunan kelapa sawit yang telah diadukan oleh

masyarakat kepada pemerintah. Dokumen perencanaan dari Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdapat pada tahapan input ini diantaranya

adalah : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sedangkan dokumen perencanaan dari

perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RPL).Sementara dari pihak masyarakat diwakili oleh beberapa pengaduan

Page 202: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

masyarakat kepada pemerintah mengenai beberapa permasalahan yang

terdapat pada perkebunan kelapa sawit baik itu permasalahan lingkungan,

sosial, maupun ekonomi.

Pada tahapan selanjutnya adalah tahapan proses yang terbagi menjadi 2

kegiatan yaitu kegiatan analisis, dan kegiatan pembahasan. Kegiatan yang

pertama yaitu analisis yang merupakan kegiatan menganalis beberapa dokumen

perencanaan yang telah disebutkan diatas. Untuk dokumen perencanaan yang

berasal dari pemerintah, bagian yang akan dianalisis adalah konten dari

dokumen tersebut seperti visi dan misinya, serta beberapa program yang

berhubungan dengan perkebunan kelapa sawit. Sedangkan untuk dokumen

perencanaan yang berasal dari perusahaan perkebunan kelapa sawit, bagian

yang akan dianalisis adalah konten dari dokumen tersebut seperti program

pembangunan perkebunan kelapa sawit yang meliputi tiga tahap yaitu : tahap pra

kontruksi, tahap kontruksi, dan tahap operasional. Sementara untuk beberapa

permasalahan perkebunan kelapa sawit yang diadukan oleh masyarakat, hal

yang akan dianalisis adalah akar dari masalah tersebut sehingga dapat diketahui

sumber dari permasalahan tersebut agar lebih mudah untuk dicarikan sebuah

solusi. Kemudian, kegiatan kedua yang dilakukan pada tahapan proses adalah

pembahasan yang merupakan sinkronisasi antara hasil analisis beberapa

dokumen perencanaan dan hasil analisis akar permasalahan yang diadukan oleh

masyarakat. Dalam pembahasan hasil analisis ini harus mengikutsertakan tiga

pihak yaitu Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, perusahaan perkebunan

kelapa sawit, dan perwakilan dari masyarakat. Tiga pihak tersebut akan secara

bersama-sama melakukan pembahasan secara transparan dalam sebuah forum

musyawarah yang difasilitasi oleh PemerintahKabupaten Kotawaringin Timur

Page 203: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

melalui Bappeda Kabupaten Kotawaringin Timur. Kemudian hasil dari

pembahasan yang dilakukan oleh ketiga pihak tersebut nantinya akan menjadi

dasar pijakan pada tahapan output.

Tahapan terakhir pada proses perencanaan yang peneliti gambarkan

adalah tahapan output. Pada tahapan output ini merupakan tahapan finalisasi

dari semua kegiatan yang dilakukan selama proses perencanaan ini berjalan.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hasil pembahasan yang dilakukan

pada tahapan proses akan dijadikan sebuah dasar pijakan dalam menetapkan

sebuah program yang merupakan hasil dari tahapan output ini. Hasil dari

pembahasan yang dilakukan oleh ketiga pihak tersebut akan dilihat

konsistensinya terhadap beberapa program yang ada pada dokumen

perencanaan yang tingkatannya lebih tinggi. Kemudian setelah dinyatakan

konsisten dengan beberapa program yang ada pada dokumen perencanaan

lainnya yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit barulah ditetapkan

sebuah program yang berhubungan dengan pembangunan perkebunan kelapa

sawit. Tentunya program yang akan ditetapkan tersebut juga harus

mengakomodir beberapa permasalahan yang telah diadukan oleh masyarakat

kepada Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, sehingga permasalahan-

permasalahan tersebut secara tidak langsung akan ikut teratasi dengan

dilaksanakannya program tersebut.

Semua proses perencanaan diatas harus terus berlanjut dari tahun

ketahun sehingga seluruh lapisan masyarakat akan merasakan dampak

keberlanjutan untuk aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial pada pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur. Karena pada

dasarnya hal yang diinginkan dari adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit di

Page 204: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

Kabupaten Kotawaringin Timur, adalah agar terciptanya kesinambungan antara

pihak-pihak seperti pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Selain itu

program-program yang ditetapkan juga harus sama-sama menguntungkan ketiga

pihak tersebut, baik program yang tetapkan oleh pemerintah maupun program

dari perusahaan perkebunan kelapa sawit.Baik pemerintah maupun perusahaan

perkebunan dalam menetapkan sebuah program harus menitikberatkan kepada

kesejahteraan masyarakat, karena pada awal mulanya konsep sustainable

development diterapkan dengan tujuan untuk dapat memenuhi kesejahteraan

masyarakat. Ketika program-program tersebut dinilai bermanfaat oleh

masyarakat, maka dengan otomatis masyarakat juga akan mendukung segala

kegiatan perkebunan didaerah tersebut, karena dengan adanya kegiatan

perkebunan kelapa sawit masyarakat lokal akan mendapatkan lebih banyak

kesempatan kerja. Saat hal tersebut terjadi maka konflik sosial antara

masyarakat dengan pihak perusahaan tidak akan terjadi, dan pemerintah juga

tidak akan disibukkan dengan pengaduan-pengaduan dari masyarakat mengenai

perkebunan kelapa sawit. Sementara pemerintah dan pihak perusahaan

perkebunan dapat secara bersama-sama menjaga kestabilan perekonomian

daerah. Ketika ketiga pihak sudah dapat berkordinasi dengan baik, maka ketiga

pihak tersebut dapat secara bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan.

Semua masyarakat dapat ikut memelihara lingkungan, dan dapat juga

menyampaikan pengaduan kepada pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup

apabila mendapati hal-hal yang dinilai dapat merusak lingkungan.Sementara

untuk pihak perusahaan wajib mematuhi instruksi-instruksi pemerintah mengenai

pelestarian lingkungan, dan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawitnya

harus memperhatikan aspek pelestarian lingkungan.Dengan begitu, maka ketiga

Page 205: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

pihak seperti pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dapat terus berkordinasi

untuk menjaga aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan agar selalu

sustainable di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Page 206: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasrkan data-data mengenai pembangunan perkebunan kelapa sawit

di Kabupaten Kotawaringin Timur yang peneliti kumpulkan kemudia

menganalisisnya dalam bab pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

yang peneliti jabarkan dalam beberapa point sebagai berikut :

1. Program pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin

Timur saat ini hanya berkelanjutan pada aspek sosial dan aspek ekonomi,

sedangkan untuk aspek lingkungan masih belum berkelanjutan. Hal ini

dikarenakan masih belum patuhnya beberapa perusahaan perkebunan

kelapa sawit dalam upaya pelestarian lingkungan. Selain itu hal yang

membuat perusahaan perkebunan bisa bebes tidak mematuhi intruksi dari

pemerintah untuk upaya pelestarian lingkungan adalah karena Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur belum menetapkan peraturan daerah yang

khusus mengatur mengenai pemberian sanksi kepada perusahaan

perkebunan kelapa sawit yang tidak mematuhi intruksi upaya pelestarian

lingkungan hidup.

2. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sudah

dapat terkordinasikan secara baik untuk melakukan pembangunan

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur. Masing-masing

pihak juga melakukan tugasnya masing-masing dalam upayanya

mewujudkan perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang

berbasis sustainable development. Pihak perusahaan dan masyarakat juga

Page 207: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

sudah dapat saling berkordinasi dengan baik dalam mewujudkan

kesejateraan sosial dan ekonomi. Hal ini dilihat dari beberapa program

pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada

masyarakat lokal dengan tujuan dapat mengurangi konflik sosial, dan dapat

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal sekitar perkebunan.

Selain itu masyarakat juga melakukan tugasnya dalam upaya pelestarian

hutan dengan mengawasi dan melaporkan segala permasalahan lingkungan

kepada pemerintah. Sedangkan pemerintah sudah melakukan tugas

administratifnya secara baik. Namun dalam hal pelestarian lingkungan,

pemerintah dan perusahan belum begitu optimal dalam melakukan tugasnya.

Untuk pihak perusahaan masih banyak yang tidak mematuhi intruksi

pemerintah untuk penyediaan lahan konservasi. Sedangkan untuk

pemerintah masih belum adanya penetapan peraturan daerahyang mengatur

khusus mengenai pemberian sanksi kepada perusahaan perkebunan kelapa

sawit yang tidak melakukan upaya pelestarian lingkungan.

3. Strategi perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit agar dapat

Sustainable harus dilakukan melalui tiga tahapan yaitu input-proses-output.

Input merupakan hal yang mendasari perencanaan tersebut, input terdiri dari

beberapa dokumen perencanaan seperti RPJMD, RTRW, dan RPL serta

pengaduan dari masyarakat mengenai beberapa permasalahan

pembangunan berkelanjutan dalam perkebunan kelapa sawit. Proses

merupakan proses analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh ketiga

pihak yaitu Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, perusahaan

perkebunan kelapa sawit, dan masyarakat. Output merupakan hasil analisis

Page 208: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

yang berupa penetapan program-program pembangunan untuk mewujudkan

perkebunan kelapa sawit yang berbasis Sustainable Development.

6.2 Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian kemudian menganalisisnya dan

menulisnya dalam bentuk penelitian tesis, kemudian menyimpulkan beberapa

hasil penelitian seperti diatas. Maka peneliti memiliki saran-saran untuk semua

pihak yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perkebunan kelapa

sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, berikut beberapa saran tersebut :

1. Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur harus mengambil tindakan tegas

kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tidak mematuhi intruksi

pelestarian lingkungan. Tindakan tegas tersebut dengan menetapkan

peraturan daerah yang khusus mengatur tentang pemberian sanksi kepada

perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tidak mematuhi intruksi

pemerintah.

2. Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus kooperatif pada intruksi

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dalam hal pelestarian lingkungan.

Karena dalam hal ini hanya aspek lingkungan yang masih belum berkategori

berkelanjutan (Sustainable)

3. Masyarakat secara keseluruhan harus dilibatkan dalam proses perencanaan

pembangunan perkebunan kelapa sawit, artinya perencanaan untuk

perkebunan kelapa sawit agar dapat memenuhi ketiga aspek Sustainable

harus dilakukan secara Bottom-Up layaknya musrenbang, bukan seperti saat

ini yang hanya dengan perwakilan dari tokoh masyarakat atau sebuah

lembaga swadaya masyarakat, dan itupun hanya pada proses

pembahasannya saja.

Page 209: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin
Page 210: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

1

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Archibugi. 2008. Planning Theory From the Political Debate to the Methodological

Reconstruction.Cambridge University Press.

Baker, Susan. 2006. Theoritical and Conceptual Exploration of Sustainable

Development. Routledge : London.

Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto. 2009. Kota Berkelanjutan (Sustainable City).

PT. Alumni : Bandung.

Campbell, J.B. 1996. Introduction to Remote Sensing.Taylor &Francis : London.

Dey, Ian. 2005. Qualitative Data Analysis. Routledge : New York.

Djajadinigrat, Surya. 2005. Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan

dan Permasalahan Lingkungan”. ITB Press : Bogor.

Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan

Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit : Edisi Revisi. Penebar Swadanya : Jakarta

Hariyono, Paulus.2010. Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan

Paradigma.Pustaka Belajar : Yogyakarta.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Askara :

Jakarta.

Mardiyah, Chamim, dkk, 2012. Raja Limbung : Seabad Perjalanan Sawit di

Indonesia. Sawit Watch & Tempo Institute : Jakarta.

Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya :

Bandung.

Riyadi, Deddy dan Bratakusumah. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah:

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta.

Sitepu, Aswanto, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa

Sawit, Coklat, dan Karet.Departement Ilmu Tanah FP USU : Medan.

Situmorang. 2010. Analisis Data Penelitian; Menggunakan Program SPSS.

USU Press : Medan.

Solihin. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan

dan Proses. Diklat perencanaan Pembangunan Ekonomi : Jakarta.

Page 211: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

2

Sudikan, Setya Y. 2007. Ragam Metode Pengumpulan Data, dalam Metode

Penelitian Politik: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian

Kontemporer. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung.

Suparmoko. 2006. PDRB Hijau (Konsep Dan Metodologi). Jakarta

Suyatno, R. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Meningkatkan Produktivitas.

Kanisius : Yogyakarta

Syahrir. 2004.Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indonesia

dan Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.

Gadja Mada Press : Yogyakarta.

Tarigan, S. 2012. Perencanaan Pembangunan Wilayah Edisi Revisi. Bumi

Aksara : Jakarta.

__________. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara :

Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1994. Pengantar Administrasi pembangunan. LP3ES

: Jakarta.

Wijaya, Samodra. 1991. Pembangunan Berkelanjutan: Konsep dan Kasus. Tiara

Wacana : Yogyakarta.

JURNAL& PENELITIAN :

Almasdi, Syahza. 2005. Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Terhadap Multiplier Effect Ekonomi Pedesaan Di Daerah Riau. Jurnal

Ekonomi : Universitas Tarumanegara – Jakarta.

Almasdi, Syahza. 2011. Percepatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pembangunan

Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Ekonomi Pembangunan : Universitas

Riau.

Atika, Pambudhi. 2010. Potensi Pendapatan Asli Daerah Dari Perkebunan

Kelapa Sawit Dan Hutan Bekas Tebangan Di Kalimantan Timur. Jurnal

Ekonomi Pembangunan : Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.

Besri Nasrul, dkk. 2012. Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Pada Lahan Gambut di Provinsi Riau. Jurnal Agro

Teknologi, Vol. 1, No. 1.

Page 212: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

3

Daud, Anthon Charles. 2002. Evaluasi Proyek Pembangunan Perkebunan Di

Kabupaten Kupang. Jurnal Ekonomi Pembangunan : Universitas Gadjah

Mada – Yogyakarta.

Dewi Agustina, dkk. 2014. Analisis Lingkungan Sosial Ekonomi Pengelolaan

Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Berdasarkan Kriteria ISPO PT.

TAPIAN NADENGGAN. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan, Vol. 4, No. 1.

Dina Harsono, dkk. 2012. Analysis On Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO):

A Qualitative Assessment On The Success Factors For ISPO. Jurnal

Manajemen & Agribisnis, Vol. 9 : Bogor.

Fairhurst, Thomas and David McLaughlin. 2009. Sustainable Oil Palm

Development on Degraded Land in Kalimantan. Research from WWF :

United States of America.

Fianstein and Norman, 1991. City Planning and Political Value. Journal of Urban

Affairs Quarterly, Vol. 2, No.3.

Hayatul, Muchni. 2008. Pengaruh Keberadaan PT. PMKS (Pabrik Minyak Kelapa

Sawit) Talikumain terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan

Hulu. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah : Universitas

Sumatera Utara – Medan.

Jaya, Askar. 2004. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable

Development). Jurnal Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Mutiara Panjaitan, dkk. 2014. Analisis Hukum Terhadap Kewajiban Sertifikasi

ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) Dalam Kaitannya Dengan

Pertumbuhan Investasi Di Indonesia (Studi Pada PT Rea Kaltim

Plantation – Jakarta). USU Law Journal, Vol.2, No.2.

Salampak, Haris. 2011. Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap

penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pekerja Lokal

Kabupaten Gunung Mas, Jurnal Ekonomi Pembangunan : Universitas

Gadjah Mada – Yogyakarta.

Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

melalui Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang Pertanian.

Suwondo, dkk. 2010. Analisis Lingkungan Biofisik Lahan Gambut Pada

Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Hidrolitan, Vol. 1, No. 3.

Suwondo, dkk. 2012. Efek Pembukaan Lahan terhadap Karakteristik Biofisik

Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkalis. Jurnal

Natur Indonesia, Vol. 14, No. 2.

Page 213: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

4

Tommy H Pandiangan. 2012. Respon Masyarakat Terhadap Operasional Pabrik

Kelapa Sawit PT. Mustika Agung Sawit Sejahtera Di Kelurahan Balai Raja

Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Jurnal Ekonomi Pembangunan

di Universitas Negeri Padang.

Wibowo, Ari. 2011. Konversi Hutan Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Pada Lahan

Gambut: Implikasi Perubahan Iklim Dan Kebijakan. Jurnal Penelitian

Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 7, No. 4.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Sekretariat Negara :

Jakarta.

________________. 2004. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang

Perkebunan. Lembaran Negara RI Tahun 2004. Sekretariat Negara :

Jakarta.

________________. 2004. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Lembaran Negara RI

Tahun 2004. Sekretariat Negara : Jakarta.

________________. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Lembaran

Pemerintah Pusat Tahun 2007. Sekretariat Negara : Jakarta.

________________. 2014. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2014. Sekretariat

Negara : Jakarta.

Kalimantan Tengah. 2003. Peraturan Daerah Kalimantan Tengah Nomor 8

Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Lembaran

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2003 : Kalimantan Tengah.

Kotawaringin Timur. 2015. Keputusan Bupati Kotawaringin Timur Nomor 40

Tahun 2015 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur. Lembaran Kabupaten Kotawaringin Timur 2015 : Kotawaringin

Timur.

Page 214: TESISrepository.ub.ac.id/1108/1/Wendy Waldianto.pdf · 2020. 4. 26. · perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berbasis sustainable development di kabupaten kotawaringin

5

Kotawaringin Timur. 2015. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kotawaringin Timur. Lembaran Kabupaten Kotawaringin Timur 2015 :

Kotawaringin Timur

PUBLIKASI ELEKTRONIK

Anonim. 2010. Dalam situs

www.academia.edu/8584936/Teori_Pembangunan_Kota_Berkelanjutan_

Urban_Sustainable_Development

Anonim. 2015. Direktorat Jendral Perkebunan. Dalam situs

http://ditjenbun.pertanian.go.id/

Anonim. 2016. Badan Perencanaan Pemabngunan Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur. Dalam situs http://bappeda.kotimkab.go.id/

Anonim. 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur. Dalam situs

www.kotimkab.bps.go.id/

Masdipura, 2003. Selayang Pandang. Dalam situshttp://kotimkab.go.id/selayang-

pandang/sejarah-kotim.html