Hofstede's Cultural Dimensions

5
Nama : I Gusti Agung Malyani Ratnantari NIM : 1315351171 No. Abesen : Kelas : Bisnis Internasional (H2) EKU414 Program S1 Ekstensi HOFSTEDES CULTURAL DIMENSIONS Geert Hofstede (Gerard Hendrik Hofstede) lahir pada 2 oktober 1928 di Haarlem, Belanda. Beliau merupakan peneliti Belanda yang berpengaruh di bidang studi organisasi dan budaya organisasi lebih konkrit, ekonomi budaya dan manajemen. Beliau merupakan pelopor terkenal dengan penelitiannya “lintas-budaya kelompok dan organisasi” dan memainkan peran utama dalam mengembangkan kerangka kerja sistematis untuk m,enilai dan membedakan budaya nasional dan organisasi. Karyanya yang paling terkenal yakni “Cultural Dimension Theory” yang menyebutkan kelompok-kelompok budaya nasional dan regional mempengaruhi prilaku masyarakat dan organisasi. Adapun dimensi yang dimaksud teori tersebut yakni : 1. Power Distance/Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam kekuasaan. Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam kekuasaan. Jarak kekuasaan merupakan suatu ukuran dimana anggota dari suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini mempengaruhi perilaku anggota masyarakat yang kurang berkuasa dan

description

Bisnis Internasional

Transcript of Hofstede's Cultural Dimensions

Nama: I Gusti Agung Malyani RatnantariNIM: 1315351171No. Abesen:Kelas : Bisnis Internasional (H2) EKU414 Program S1 Ekstensi

Hofstedes Cultural DimensionsGeert Hofstede (Gerard Hendrik Hofstede) lahir pada 2 oktober 1928 di Haarlem, Belanda. Beliau merupakan peneliti Belanda yang berpengaruh di bidang studi organisasi dan budaya organisasi lebih konkrit, ekonomi budaya dan manajemen. Beliau merupakan pelopor terkenal dengan penelitiannya lintas-budaya kelompok dan organisasi dan memainkan peran utama dalam mengembangkan kerangka kerja sistematis untuk m,enilai dan membedakan budaya nasional dan organisasi.Karyanya yang paling terkenal yakni Cultural Dimension Theory yang menyebutkan kelompok-kelompok budaya nasional dan regional mempengaruhi prilaku masyarakat dan organisasi. Adapun dimensi yang dimaksud teori tersebut yakni :1. Power Distance/Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam kekuasaan. Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam kekuasaan. Jarak kekuasaan merupakan suatu ukuran dimana anggota dari suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini mempengaruhi perilaku anggota masyarakat yang kurang berkuasa dan yang berkuasa. Orang-orang dalam masyarakat yang memiliki jarak kekuasaan besar menerima tatanan hirarkis dimana setiap orang mempunyai suatu tempat yang tidak lagi memerlukan justifikasi. Orang-orang dalam masyarakat yang berjarak kekuasaan kecil menginginkan persamaan kekuasaan dan menuntut justifikasi atas perbedaan kekuasaan. Isu utama atas dimensi ini adalah bagaimana suatu masyarakat menangani perbedaan diantara penduduk ketika hal tersebut terjadi. Hal ini mempunyai konsekuensi jelas terhadap cara orang-orang membangun lembaga dan organisasi mereka. Jarak kekuasaan akan mempengaruhi setara atau tidaknya setiap orang. Misalnya, di Indonesia sendiri budaya senioritas menunjukkan bahwa ada jarak kekuasaan yang tinggi, yang menyebabkan tidak setaranya setiap orang dalam organisasi.

2. Individualism/Individualisme vs Collectivism/Kolektivisme menyangkut ikatan di masyarakat. Kolektivisme menyangkut ikatan di masyarakat. Individualisme berarti kecenderungan akan kerangka sosial yang terajut longgar dalam masyarakat dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri mereka sendiri dan keluarga dekatnya. Kolektivisme berarti kecenderungan akan kerangka sosial yang terajut ketat dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak. Isu utama dalam dimensi ini adalah derajat kesaling-tergantungan suatu masyarakat diantara anggotaanggotanya. Hal ini berkait dengan konsep diri masyarakat : "saya atau "kami". Pada masyarakat yang individual setiap pihak diharapkan mengurus dirinyasendiri dan keluarganya secara mandiri. Misalnya di Indonesia ada budaya gotong royong yang berbeda hingga nantinya dalam organisasi memudahkan pemberian tugas dalam organisasi.

3. Masculinity/Maskulin vs Femininity/Feminin yang menyangkut perbedaan gaya antara jenis kelamin. Pada budaya maskulin yang ditonjolkan adalah ketegasan dan kompetitif, sedangkan pada wanita adalah kesopanan dan perhatian. Di Indonesia sendiri maskulinitas sangat kental terlihat. Terbukti kebanyakan perusahaan di Indonesia memiliki pimpinan kaum laki-laki.

4. Uncertainty Avoidance/ Penghindaran Ketidakpastian yang menunjukkan rasa nyaman suatu budaya terhadap ketidakpastian. Penghindaran Ketidakpastian yang menunjukkan rasa nyaman suatu budaya terhadap ketidakpastian.Penghindaran ketidakpastian merupakan tingkatan dimana anggota masyarakat merasa tak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga yang melindungi penyesuaian. Masyarakat yang memiliki penghindaran ketidakpastian yang kuat menjaga kepercayaan dan perilaku yang ketat dan tidak toleran terhadap orang dan ide yang menyimpang. Masyarakat yang mempunyai penghindaran ketidakpastian yang lemah menjaga suasana yang lebih santai dimana praktek dianggap lebih dari prinsip dan penyimpangan lebih dapat ditoleransi. Isu utama dalam dimensi ini adalah bagaimana suatu masyarakat bereaksi atas fakta yang datang hanya sekali dan masa depan yang tidak diketahui. Apakah ia mencoba mengendalikan masa depan atau membiarkannya berlalu. Seperti halnya jarak kekuasaan, penghindaran ketidak pastian memiliki konsekuensi akan cara orang-orang mengembangkan lembaga dan organisasi mereka. Contohnya, Wirausaha merupakan pekerjaan yang menuntut kita untuk dapatmenghadapi ketidakpastian. Di Indonesia sendiri, khususnya bali Wirausaha kurang diminati oleh kaum pribumi karena budaya yang takut akan resiko dan ketidakpastian.

5. Long-term Orientation/ Orientasi Jangka Panjang menyangkut pola pikir masyarakat. Orientasi Jangka Panjang menyangkut pola pikir masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama orang asia yang harus menjalin hubungan kekeluargaan sebelum nantinya membicarakan kerjasama bisnis. Ini disebabkan karena orang asia lebih berorientasi ke masa depan/jangka panjang. Beda dengan orang Eropa yang memiliki semboyan time is money yang berarti mereka ingin secepatnya melakukan kerjasama agar lebih cepat mendapat keuntungan.