HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

download HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

of 15

Transcript of HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    1/40

    1

    Manual Desain

    Perkerasan Jalan

    Gorontalo, Pebruari 2014

    Manual Desain Pekerasan Jalan(Nomor 02/M/BM/2013) (1)

    4 Tantangan telah diakomodasi   Beban Berlebih

     Penggunaan Vehilce Damage Factor yang lebih sesuai

      Temperatur Perkerasan Tinggi  Penggunaan modulus yang lebih sesuai

      Curah Hujan Tinggi  Faktor drainase & daya dukung tanah dasar

      Tanah Lunak   Penanganan tanah dasar & dampaknya

    Tantangan ke-5 :   Mutu Konstruksi

     Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan

    Manual Desain Pekerasan Jalan(Nomor 02/M/BM/2013) (2)

     Bagian I – Struktur Perkerasan Baru  Bagian II – Rehabilitasi Perkerasan

    Bagian I – StrukturPerkerasan Baru

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    2/40

    2

    Struktur Perkerasan Baru1. Umur Rencana

    2. Pemilihan Struktur Perkerasan3. Lalu Lintas4. Traffic Multiplier  Lapisan Aspal5. Zona Iklim6. Modulus Bahan7. Drainase Bawah Permukaan8. Desain Pondasi Jalan9. Tanah Dasar Lunak 10.Desain Perkerasan11.Masalah Pelaksanaan yang Mempengaruhi Desain12.Prosedur Desain

    Prosedur Desain   Perkerasan Lentur

      Perkerasan Kaku

      Pedoman desain perkerasan yang ada :  Pd T-01-2002-B (Perkerasan Lentur)  Pd T-14-2003 (Perkerasan Kaku)  Pd T-05-2005 (Overlay)  Pedoman No.002/P/BM/2011 (RDS update)

    tidak dapat digunakan jika tidak konsisten denganpersyaratan dalam Manual ini.

    Perkerasan Lentur

    Perkerasan Lentur1.   Umur Rencana2.   CESA 43.   Traffic Multiplier (TM)4.   CESA 5= TM x CESA 45.   Jenis Perkerasan (discounted whole of life cost )

    6.   Homogenous Section & Daya Dukung TanahDasar7.   Struktur Pondasi Jalan8.   Struktur Perkerasan9.   Kecukupan Struktur relatif thd  Pd T-01-2002-B?10.Standar Drainase Bawah Permukaan11.Kebutuhan Bahu Jalan Berpenutup

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    3/40

    3

    1. Umur Rencana (UR) Jalan Baru

      Kapasitas Jalan selama Umur Rencana harus

    mencukupi

      Perkerasan Lentur  Lapisan Aspal & Lapisan Berbutir : 20 tahun  Pondasi Jalan, Daerah yg tidak dioverlay Underpass,

    Jembatan & Terowongan : 40 tahun  Cement Treated Base (CTB) : 40 tahun

      Perkerasan Kaku  Semua jenis lapisan : 40 tahun

      Jalan Tanpa Penutup  Semua jenis lapisan : 10 tahun

    2011 – 2020 > 2021 – 2030

    arteri dan perkotaan (%) 5 4

    kolektor rural (%) 3,5 2,5

     jalan desa (%) 1 1

    2. CESA 4   (1)(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 4)

      Traffic Counting 

      Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-B: Lampiran A1  Hasil survei sebelumnya

     Tabel 4.4 perkiraan lalin  khusus untuk LHR rendah

      Klasifikasi jenis kendaraan   Tabel 4.5

      Faktor Pertumbuhan Lalin  R = ((1+0,01i)UR -1)/0,01i

     Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut:

    Deskripsi Jalan LHRT

    dua

    arah

    Kend

    berat

    (%

    dari

    lalu

    lintas)

    Umur 

    Renc

    ana

    (th)

    Pertum

    buhan

    Lalu

    Lintas

    (%)

    Faktor 

    Pertumb

    uhan lalu

    lintas

    Kelompok

    Sumbu/

    Kendaraan

    Berat

    Kumulatif 

    HVAG

    ESA/HVAG

    (overloaded)

    Lalin

    desain

    Indikatif 

    (Pangkat 4)

    Overloaded

    Jalan desa

    minor dng

    akses

    kendaraan

    berat terbatas

    30   3 20 1 22 2 14.454 3,16   4,5 x 104

    Jalan kecil 2arah

    90   3 20 1 22 2 21.681 3,16   7 x 104

    J al an l ok al 5 00   6 20 1 22 2,1 252.945 3,16   8 x 105

    Akses lokaldaerah industri

    atau quarry

    500   8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16   1,5 x 106

    Jalan kolektor 2000   7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16   5 x 106

    Tabel 4.4 Perkiraan Lalin untuk Jalan dng Lalin Rendah

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    4/40

    4

    JenisKendaraan

    Uraian

    Konfigur 

    asi

    sumbu

    Muatan2 yang

    diangkut

    Kelom

    pok

    sumbu

    Distribusitipikal (%) Faktor Ekivalen

    Beban (VDF)

    (ESA/ kendaraan)

    Semua

    kendaraan

    bermotor 

    Semua

    kendaraan

    bermotor 

    kecuali

    sepeda

    motor 

    Klasifi

    kasi

    Lama

    Alterna

    tif   VDF4

    (Pangkat

    4)

    VDF5(Pangkat

    5)

    1 1 Sepeda Motor 1.1 2 3 0,4

    2, 3, 4 2,3, 4 Sedan/Angkot/pickup

    /stationwagon

    1.12 51,7 74,3

         K     E     N

         D     A     R     A     A     N

         N     I     A      G     A

    5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2

    5b 5 b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0

    6 a. 1 6 .1 T ru k 2 s um bu - c a rg o

    ringan

    1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2

    6a.2 6.2 T ruk 2 sumbu - ri ngan 1. 2 tanah, pas ir, besi, PC 2 0,8 0,8

    6 b 1.1 7 .1 Tru k2 sumb u -ca rg o

    sedang

    1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7

    6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1. 2 tanah, pas ir, besi, PC 2 1,6 1,7

    6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1. 2 m uatan um um 2 3,8 5.50 0,9 0,8

    6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1. 2 tanah, pas ir, bes i, PC 2 7,3 11,2

    7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ri ngan 1.22 m uatan um um 3 3,9 5,60 7,6 11,2

    7a 2 9 .2 Tr uk 3 sum bu - s edang 1 .2 2 ta na h, p as ir, b es i, P C 3 2 8, 1 6 4, 4

    7a3 9.3 Truk 3 sumbu -berat 1 .1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2

    7b 10   Truk2 sumbu &gandengan 2 sumbu

      1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 9 0,4

    7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0

    7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2

    7c2.2 1 3 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7

    7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7

    Tabel 4.5 Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) BakuTabel 4.5 Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku

    2. CESA 4   (2)(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 4)

      Pengalihan Lalin (Traffic Diversion )

     Analisis menurut jaringan jalan   Distribusi Lajur & Kapasitas Lajur

     Kapasitas pada lajur desain < kapasitas lajur selamaumur rencana

     Permen PU No.19/PRT/M/2011 :

    RVK (V/C) arteri & kolektor ≤ 0,85 & RVK (V/C) jalanlokal ≤ 0,9

     Tabel Distribusi Lajur

    Jumlah Lajur 

    setiap arah

    Kendaraan niaga pada lajur desain

    (% terhadap populasi kendaraan niaga)

    1 100

    2 80

    3 60

    4 50

    2. CESA 4   (3)(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 4)

      Perkiraan Faktor Setara Beban (VDF) 1. Survei penimbangan khusus pada jalan yg didesain2. Survei penimbangan sebelumnya yg dianggap

    mewakili3. Tabel 4.54. Data WIM Regional oleh Bintek 

    Spesifikasi PenyediaanPrasarana Jalan

    Sumber Data Beban LaluLintas

    Jalan Bebas Hambatan 1 atau 2 (utk jalan baru)

    Jalan Raya 1 atau 2 atau 4

    Jalan Sedang 1 atau 2 atau 3 atau 4

    Jalan Kecil 1 atau 2 atau 3 atau 4

    2. CESA 4   (4)(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 4)

      Pengendalian Beban Sumbu  s/d 2020 : beban aktual untuk desain

     setelah 2020 : beban sumbu nominal 12 ton

      Muatan Sumbu Terberat (MST)  Beban sumbu yg diijinkan 10 ton, namun formula

    tetap menggunakan beban sumbu standar 8,16 ton

      Kumulatif Beban Sumbu Standar ESA = (Σ  jenis kendaraan LHRT x VDF x Faktor Distribusi)  CESA = ESA x 365 x R 

     R = ((1+0,01i)UR -1)/0,01i

      Perkiraan Lalin untuk Jalan dng Lalin Rendah  Jika tidak ada data, gunakan Tabel 4.4

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    5/40

    5

    2. CESA 4   (5)(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 4)

      Faktor Ekivalen Beban

      ESA 4 = (Lij /SL)4   Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu

     SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok sumbu, mengikuti Pd T-05-2005 (hanya diadopsibeban standarnya saja), untuk STRT = 5,4 ton, STRG= 8,16 ton, STdRG = 13,75 ton & STrRG = 18,45 ton

    3. Traffic Multiplier (TM)

     Kerusakan akibat lalin dalam ESA 4 memberikan hasil< kerusakan akibat kelelahan lapisan aspal (asphaltfatigue) akibat overloading yg signifikan. Traffic multi-plier (TM) digunakan untuk mengoreksi ESA 4 akibatkelelahan lapisan aspal

      ESA 5 = TM   lapisan aspal  x ESA 4  TM untuk kondisi beban berlebih di Ind :  1,8 - 2.

     TM dapat diperoleh dari lembar VDF calculator (Excel)

     LHRT ( AADT ) diisi sesuai data survei

     ESA/lane/day (at date of traffic count)  dalam kolomini adalah untuk jalan 2 lajur 2 arah

     TM = CESA 5 / CESA 4

    2 lane roads

    Project

    Section

    Date of trafficcount

    Date

    1   0 0

    2 ,3, 4   0 0

    5a   0 0

    5b   0 0

    6a.1 general   0 0

    6a.2 earth , sand, steel   0 0

    6b1.1 general   0 0

    6b1.2 earth , sand, steel   0 0

    6b2.1 general   0 0

    6b2.2 earth , sand, steel   0 0

    7a1 general   0 0

    7a2 earth , sand, steel   0 0

    7a3 all   0 0

    7b all   0 0

    7c1 all   0 0

    7c2.1 all   0 0

    7c2.2 all   0 0

    7c3 all   0 0

    ESA/lane /day(atdate of traffic count)   -

    #DIV/0!

    14 6-axle truck - trailer 41.6 93.7

    TRAFFIC DAMAGEPARAMETERSFOR 2LANE ROADSFOR

    USEIN PAVEMENTDESIGN TMasphalt

    12 5-axle truck - trailer 19 33.2

    13 5-axle truck - trailer 30.3 69.7

    1 0 2 -a xl e t ru ck a nd 2 a xl e t ow ed t ra il er 3 6. 9 9 0.4

    11 4-axle truck - trailer 13.6 24

    9.2 3-axle truck 28.1 64.4

    9.3 3-axl e tru ck twi n s teer axle, 28.9 62.2

    8.2 2-axle truck - heavy 7.3 11.2

    9.1 3-axle truck 7.6 1 1.2

    7.2 2-axle truck - medium 1.6 1.7

    8.1 2-axle truck - heavy 0.9 0.8

    6.2 2-axle truck - light 0.8 0.8

    7.1 2-axle truck - medium 0.7 0.7

    Heavy bus 1 1

    6.1 2-axle truck - light 0.3 0.2

    2 ,3, 4 Sedan / Angkot / pi ckup / s tati on wago 0 0

        C    O    M    M    E    R    C    I    A    L    V    E    H    I    C    L    E    S

    5a Light bus 0.3 0.2

    5b

    calculated

    VDF4 *AADT

    calculated

    VDF5 *AADT

    1 m o to r b ik e   0 0

    DGH Proposed?   4th

    p ow er 5th

    power AADTby

    vehicle type

    VEHICLEDAMAGEPARAMETER CALCULATOR

    vehicle type

    vehicle description transportedgoods

    characteristic vehicle

    damage factor 

    (VDF= ESA/vehicle)PROJECTDATA

    4. CESA 5(Cumulative Equivalent Single Axle – Pangkat 5)

      Faktor Ekivalen Beban   ESA 5 = (Lij /SL)

    5

      Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu

     SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok sumbu, mengikuti Pd T-05-2005 (hanya diadopsibeban standarnya saja), untuk STRT = 5,4 ton, STRG

    = 8,16 ton, STdRG = 13,75 ton & STrRG = 18,45 ton   Kumulatif Beban Sumbu Standar

    ESA = (Σ  jenis kendaraan LHRT x VDF x Faktor Distribusi)  CESA = ESA x 365 x R 

     R = ((1+0,01i)UR -1)/0,01i

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    6/40

    6

    5. Jenis Perkerasan(discounted whole of life cost )

      Pemilihan Jenis Perkerasan

     Gunakan Tabel 3.1  CESA untuk 20 tahun menggunakan pangkat 4

      Bagan Desain (Design Chart) dalam Manual iniberdasarkan CESA 4 & CESA 5 yg sesuai  Pangkat 4 digunakan untuk bagan desain pelaburan

    tipis (Burda) dan perkerasan tanpa penutup

     Pangkat 5 digunakan untuk  perkerasan lentur

     Nilai TM dibutuhkan hanya untuk desain dng CIRCLY 

    Struktur Perkerasan  Bagan

    Desain

    CESA4 20 tahun (juta)(pangkat 4 kecuali disebutkan lain)

    0 – 0 .5 0 .1 – 4 4 - 1 0 1 0 – 3 0 > 3 0

    Perkerasan kaku dengan lalu lintas berat   4   2 2 2

    Perkerasan kaku dengan lalu lintasrendah (desa dan daerah perkotaan)

      4A   1, 2

     AC WC modifikasi atau SMA modifikasidengan CTB   3 2

     AC dengan CTB 3   2

     AC tebal ≥ 100 mm dengan lapis pondasiberbutir 

      3A   1, 2

     AC tipis atau HRS diatas lapis pondasiberbutir 

      3   1, 2

    Burda atau Burtu dng LPA Kelas AatauKerikilAlam

    Gambar 53   3

    Lapis Pondasi Soil Cement   Gambar 6   1   1

    P er ke ra sa n t an pa p en ut up G amb ar 7   1

    Tabel 3.1 Pemilihan Jenis Perkerasan

    Solusi yang lebih diutamakan (lebih murah)

     Alternatif – l ihat catatan

    Catatan : Tingkat Kesulitan :

    ① Kontraktor kecil - medium

    ② Kontraktor besar dengan sumber daya yang memadai

    ③Membutuhkan keahlian dan tenaga ahli khusus – dibutuhkan kontraktor spesialis Burda

    III III

    III

    III

    II

    III

    I

    I

    III

    III

    II

    6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar   (1)

      Iklim akan mempengaruhi :  Temperatur lapisan aspal dan nilai modulusnya  Kadar air pada tanah dasar dan perkerasan berbutir

      Zone Iklim untuk Indonesia :  Zone 1 (kuning) berhubungan dengan Tabel

    Perkiraan Nilai CBR Tanah Dasar

    Zona  Uraian

    (HDM 4 types)  Lokasi

      Curah hujan

    (mm/tahun)

    I

    tropis, kelembaban

    sedang dengan musim

    hujan jarang

    SekitarTimor dan Sulawesi

    Tengah seperti yang

    ditunjukkan gambar 

    3000

    Zona Iklim untuk Indonesia

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    7/40

    7

    LHRT

    1000 mm di atas

    muka tanah asli

    Semua galian kecuali

    terindikasi lain seperti

    kasus 3 dan timbunan

    tanpa drainase

    sempurna dan FSL<

    1000 mm diatas muka

    tanah asli

    Galian di zona iklim

    1 dan semua

    timbunan dengan

    drainase sempurna

    (m ≥ 1 ) dan FSL >

    1000 mm di atas

    muka tanah asli

    1 2 3 4 5 6

    Posisi

    muka air 

    tanah

    rencana

    (Tabel 15)

    Dibawah standar 

    desain minimum

    (tidak direko-

    mendasikan)

    standar 

    desain

    minimum

    ≥1200 mm di bawah

    tanah dasar 

    Dibawah

    standar 

    desain

    minimum

    standar 

    desain

    minimum

    ≥1200 mm di

    bawah tanah dasar 

    Jenis

    Tanah  IP   CBR Perkiraan (%)

    Lempung

    subur   50 – 70 2 2 2 2 2 2

    Lempung

    kelanauan

    40 2,5 2,7 3 2,5 2,6 3

    30 3 3,3 4 3,5 3,6 4

    Lempung

    kepasiran

    20 4 4,3 5 4,5 4,8 5,5

    10 4 4,3 5 4,5 5 6

    Lanau 1 1,3 2 1 1,3 2

    Catatan dalam kasus 2,3,4 atau 6 nilai digunakan untuk desain perlu disesuaikan dengan faktor penyesuaian “m”.FSL : finished surface level (sampai dengan bagian teratas perkerasan)

    BAGAN DESAIN 1 : PERKIRAAN NILAI CBR TANAH DASAR (tidak dapat digunakan untuk tanah alluvial jenuh atau tanah gambut)

    6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar   (2)

      Daya Dukung untuk Tanah Normal :

      CBR  rendaman 4 hari dari permukaan tanah aslipada elevasi tanah dasar untuk semua area.   Nilai konservatif untuk material permukaan tanah

    asli sebesar 3% pada tahap desain kecualisampel yg mewakili dapat diambil dari elevasiakhir tanah dasar pada galian.

      Perhatian khusus seperti: lokasi dengan muka airtanah tinggi; lokasi banjir (tinggi banjir 10tahunan harus ditentukan); daerah yang sulitmengalirkan air/drainase yang membutuhkanfaktor koreksi “m” ; daerah yang terdapat aliranbawah permukan/rembesan (seepage ); daerahdengan tanah bermasalah seperti tanah alluviallunak/tanah ekspansif/tanah gambut.

    6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar   (3)

      Penentuan Segmen Tanah Dasar Yg Seragam :   Data pengujian ≥ 16 per segmen, formula

    CBR karakteristik = CBR rata2  – 1.3 x SDKoefisien variasi = SD / nilai rata-rata = 25-30%.

      Data pengujian < 16, nilai terkecil digunakansebagai CBR dari segmen jalan. Nilai yg rendahyg tidak umum dapat menunjukkan daerah tsb

    membutuhkan penanganan khusus, sehinggadapat dikeluarkan.   CBR karakteristik untuk desain adalah nilai min.

    sebagaimana ditentukan diatas untuk data yangberlaku dari:   Data CBR laboratorium rendaman 4 hari, atau   Data DCP yg disesuaikan dng musim

    (dikalibrasi lebih dulu), atau   CBR yg ditentukan dng Bagan Desain 1

    6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar   (4)

      Alternatif Pengukuran Daya Dukung :   DCP hanya dapat digunakan secara langsung

    untuk memperkirakan nilai CBR bila saat peng-ujian kadar air tanah mendekati kadar air maks

      Jika pengujian selama musim hujan tidak dapatdilaksanakan, maka digunakan hasil uji CBR lab.rendaman dari contoh lapangan, kecuali :

      Tanah rawa jenuh sulit dipadatkan. CBR lab.tidak relevan. DCP yg disesuaikan dng musim(dikalibrasi) memberikan hasil yg lebih handal

      Lapisan lunak dng kepadatan rendah (umum-nya 1200 – 1500 kg/m3) yg terletak di bawahlapisan keras yang terletak di bawah mukatanah dasar rencana. Kondisi ini sering terjadipada daerah alluvial kering terkonsolidasi & harus diidentifikasi dengan pengujian DCP.

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    8/40

    8

    MusimFaktor Penyesuaian

    Minimum utk CBR daripengujianDCP

    Faktor PenyesuaianMinimum Pengukuran

    Lendutan

    Musim Hujan dan Tanah Jenuh 0,90 1

    Peralihan 0,80 1,15

    Musim Kering 0,70 1,13

    6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar   (5)

      Data lendutan dapat digunakan untuk menentu-kan modulus tanah dasar.

      Faktor penyesuaian dapat digunakan sebagainilai minimum. Survei sebaiknya dilaksanakansetelah musim hujan yang panjang.

      Nilai desain (CBR/lendutan) = (hasil bacaan DCPatau data lendutan) x faktor penyesuaian

      Pendekatan umum untuk desain pondasi harusdiambil konservatif, yg mengasumsikan kondisiterendam pada tingkat pemadatan yg disyarat-kan.

    7. Struktur Pondasi Jalan   (1)   Prosedur Desain dengan 4 Kondisi Tanah:

     A.  Kondisi tanah dasar normal, CBR > 3% & dapatdipadatkan secara mekanis, kondisi normal inilahyang sering diasumsikan oleh desainer.

    B.   Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan ren-dah (< 3m) diatas tanah lunak aluvial jenuh . CBR lab. tidak dapat digunakan, karena optimasi kadarair dan pemadatan secara mekanis tidak mungkindilakukan di lapangan. Kepadatan dan daya dukungtanah asli rendah sampai kedalaman yang signifikansehingga diperlukan prosedur stabilisasi khusus.

    C.   Sama dng kondisi B namun tanah lunak aluvialdalam kondisi kering. CBR lab. memiliki validitasyang terbatas karena kepadatan tanah yg rendahdapat muncul pada kedalaman pada batas yg tidak dapat dipadatkan dengan peralatan konvensional.Kondisi ini membutuhkan prosedur stabilisasi khusus

    D.  Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut

    Periksa data proyek dan

    gambar,dan bagilah

    dalam seksi-seksi yang

    homogen dengan daya

    dukung pondasi yang

    hampir sama

    Tanahnya

    alluvial

    dengan

    kepadatan

    rendah ?

    Tanahnya

     jenuh atau

    berpotensi

     jenuh ?

    Metode Desain A

    (prosedur subgrade

    standar)

    Metode Desain B

    (tanah alluvial

     jenuh)

    Metode Desain C

    (tanah alluvial

    kering)

    YES

    YESNO

    NO

    7. Struktur Pondasi Jalan   (2)   Metoda A (tanah normal) :

      Kondisi A1 : tanah dasar bersifat  plastis atau berupalanau, tentukan nilai batas-batas Atterberg (PI),gradasi, potensi pengembangan (potential swelling),letak muka air tanah, zona iklim, galian atautimbunan dan tetapkan nilai CBR dari Bagan Desain1atau dari uji laboratorium perendaman 4 hari

      Kondisi A2 : tanah dasar bersifat  berbutir atau tanahresidual tropis (tanah merah, laterit), nilai desaindaya dukung tanah dasar harus dalam kondisi  4 hariperendaman, pada 95% kepadatan kering modifi-kasi.

      Untuk kedua kondisi, pilih tebal perbaikan tanahdasar dari Bagan Desain 2

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    9/40

    9

    CBR Tanah Dasar   Kelas Kekuatan Tanah

    Dasar 

    Prosedur 

    Desain

    Pondasi

    Uraian Struktur 

    Pondasi Jalan

    Lalu Lintas Lajur Desain

    Umur Rencana 40 tahun

    (juta CESA5)

    < 2 2 - 4 > 4

    Tebal minimum peningkatan

    tanah dasar 

    ≥ 6 SG6 Perbaikan tanah dasar 

    meliputi bahan

    stabilisasi kapur atau

    timbunan pilihan

    (pemadatanberlapis

    ≤200 mm tebal lepas)

    Tidak perlu peningkatan5 SG5 100

    4 SG4 A 100 150 200

    3 SG3 150 200 300

    2.5 SG2,5 175 250 350

    Tanah ekspansif ( potential swell  > 5%) AE 400 500 600

    Perkerasan lentur diatas

    tanah lunak5  SG1 aluvial1 B

    Lapis penopang

    (capping layer )  (2)(4)  1 00 0 11 00 1 200

     Atau lapis penopang

    dan geogrid   (2)(4)  6 50 750 850

    Tanah gambutdengan HRS atau perkerasan Burda

    untuk jalan kecil (nilai minimum – peraturan lain

    digunakan)

    D  Lapis penopang

    berbutir (2)(4)  1 00 0 1 25 0 1 500

    1. Nilai CBR lapangan. CBR rendaman tidak relevan  (karena tidak dapat dipadatkan secara m ekanis).

    2. Diatas lapis penopang harus diasumsikan memiliki nilai CBR ekivalen tak terbatas 2,5%.

    3. Ketentuan tambahan mungkin berlaku, desain harus mempertimbangkan semua isu kritis.

    4. Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asli dipadatkan (tanah lunak kering pada saat konstruksi.

    5. Ditandai oleh kepadatan yang rendah dan CBR lapangan yang rendah di bawah daerah yang dipadatkan

    BAGAN DESAIN 2 : SOLUSI DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM3

    7. Struktur Pondasi Jalan   (3)   Metoda B (tanah aluvial jenuh) :

      Lakukan survei DCP (kalibrasi terlebih dahulu) atausurvei resistivitas dan karakterisasi tanah untuk mengidentifikasi sifat dan kedalaman tanah lunak & daerah yg membutuhkan perbaikan tambahan

      Jika tanah lunak  < 1 m, tinjau efektitas biayanya jika opsi  pengangkatan semua tanah lunak . Jikatidak, tetapkan tebal lapisan penopang (capping layer ) & perbaikan tanah dasar dari Bagan Desain 2.

      Tetapkan waktu perkiraan awal pra-pembebanandari Tabel 10.2. Sesuaikan waktu perkiraan awaltersebut (umumnya primary settlement time ) jikadibutuhkan untuk memenuhi ketentuan jadwalpelaksanaan melalui analisis geoteknik dan pengu-kuran seperti beban tambahan (surcharge ) atauvertikal drain

    7. Struktur Pondasi Jalan   (4)   Tabel 10.2 Perkiraan Waktu Pra-pembebanan

    Timbunan diatas Tanah Lunak 

      Jika waktu pra-pembebanan berlebihan atauterdapat batas ketinggian timbunan (misal padakasus pelebaran jalan eksisting atau untuk jalandibawah jembatan, maka bisa digunakan metodestabilisasi lainnya misal cakar ayam, pemacanganatau pencampuran tanah dalam.

    Kedalaman sampai

    CBR lapangan 2% (m)

    Ketinggian Timbunan Final (m)

    < 2 2 – 2.5 > 2.5

    Waktu pra-pembebanan (bulan)

    < 1,5   3 4 5

    1,5 – 2,0   5 6 9

    2,0 – 2,5   8 10 13

    2,5 – 3,0   12 14 19

    7. Struktur Pondasi Jalan   (5)   Metoda C (tanah aluvial kering) :

      Umumnya kekuatannya sangat rendah (misal CBR <2%) di bawah lapis permukaan kering yang relatif keras. Kedalaman berkisar antara 400 – 600 mm.Identifikasi termudah untuk kondisi ini adalahmenggunakan uji DCP. Umumnya terdapat padadataran banjir kering dan area sawah kering

      Daya dukung yang baik  dapat hilang akibat penga-ruh dari lalin konstruksi dan musim hujan.Penanganan pondasi harus sama denganpenanganan pada tanah aluvial jenuh, kecuali jikaperbaikan lanjutan dilakukan setelah pelaksananpondasi jalan selesai pada musim kering, jika tidak perbaikan Metode B harus dilakukan.

      Metode perbaikan lanjutan tersebut adalah:

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    10/40

    10

    7. Struktur Pondasi Jalan   (6)   Jika lapis atas dapat dipadatkan menggunakan

    pemadat pad foot roller, maka tebal lapis

    penopang dari Bagan Desain 2 dapat  dikurangisebesar 200 mm (keterangan ini harus dimasuk-kan dalam Gambar Rencana)

      Digunakan metode pemadatan yang lebih dalamterbaru seperti High Energy Impact Compaction (HEIC) atau pencampuran tanah yg lebih dalamdapat mengurangi kebutuhan lapis penopang.

    7. Struktur Pondasi Jalan   (7)   Tanah Ekspansif :

      Tanah dengan Potensi Pengembangan (Potential Swell ) > 5%, diuji dengan SNI No.03-1774-1989pada OMC dan 100% MDD. Persyaratan tambahanuntuk desain pondasi jalan diatas tanah ekspansif (prosedur AE pada Bagan Desain 2) adalah sbb :   Tebal lapisan penopang minimum seperti dalam

    Bagan Desain 2. Bagian atas dari lapis penopangatau lapis timbunan pilihan harus memiliki  per-meabilitas rendah atau seharusnya merupakanlapisan yang distabilisasi

      Variasi kadar air tanah dasar harus  diminimasi.Opsinya termasuk  lapis penutup untuk bahu

     jalan, saluran dng pasangan, saluran penangkap(cut off drains ), penghalang aliran. Drainasebawah permukaan digunakan jika dapat meng-hasilkan penurunan variasi kadar air

    7. Struktur Pondasi Jalan   (8)   Tanah Gambut :

      Konstruksi harus dilaksanakan bertahap utk meng-akomodasi terjadinya konsolidasi sebelum pengham-paran lapis perkerasan beraspal. Perkerasan kaku(tidak termasuk cakar ayam &  micropile slab ) tidak boleh dibangun diatas tanah gambut.

      Jika dibutuhkan timbunan tinggi, seperti  oprit jem-batan, extended structure  harus digunakan atautimbunan harus dipancang untuk  mengurangi beban

    lateral pada tiang pancang jembatan. Kemiringantimbunan tidak boleh lebih curam dari  1:3 kecualiterdapat bordes (berm ).

      Jika pengalaman yg lalu dari kinerja jalan akibat lalindiatas tanah gambut terbatas, maka timbunan per-cobaan harus dilaksanakan. Timbunan percobaanharus dipantau untuk memeriksa stabilitas timbun-an, waktu pembebanan & data lainnya. Tidak bolehada pelaksanaan pekerjaan sebelum percobaan sele-sai (ket. ini harus dimasukkan dalam Gbr Rencana)

    7. Struktur Pondasi Jalan   (9)   Perbaikan Tanah Dasar dengan Stabilisasi :

      Termasuk : material timbunan pilihan, stabilisasikapur, atau stabilisasi semen. Pelebaran perke-rasan pada area galian sering terjadi pada dae-rah yg sempit atau tanah dasar yg dibentuk tak teratur, yg sulit untuk distabilisasi. Dalam hal ini,timbunan pilihan lebih diutamakan.

      Daya dukung material stabilisasi yg digunakanuntuk desain harus diambil konservatif dan tidak lebih dari nilai terendah dari :   Nilai CBR laboratorium rendaman 4 hari   < 4 x daya dukung material asli yg digunakan

    untuk stabilisasi   < nilai yg diperoleh dari formula :

    CBR  lapis atas tanah dasar distabilisasi =CBR   tanah asli x 2^

     (tebal tanah dasar stabilisasi/150)

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    11/40

    11

    Kelas Jalan   Tinggi tanah dasar diatas muka air 

    tanah (mm)

    Tinggi tanah dasar diatas

    muka air banjir (mm)

    Jalan Bebas

    Hambatan

    1200 (jika ada drainase bawah

    permukaan di median)

    500 (banjir 50 tahunan)

    1700 (tanpa drainase bawah

    permukaan di median)

    Jalan Raya   600 (jika ada drainase di median)Jalan Sedang   600   500 (banjir 10 tahunan)

    Jalan Kecil   400   Tidak digunakan

    7. Struktur Pondasi Jalan   (10)   Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan

    Muka Air Banjir :

    Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir

    Tanah Lunak   (1)  Umum :

      Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah terkonso-lidasi normal (normally consolidated) atau  terkonso-lidasi sedikit over yang biasanya lempung atau lem-pung kelanauan. CBR lapangan tanah ini < 3% dankuat geser (qc)< 7,5 KPa hingga kedalaman 1 – 5 m

      Tanah lunak mempunyai rasio terkonsolidasi overmendekati 1, mengindikasikan tidak adanya konso-lidasi sebelumnya selain tekanan tanah permukaaneksisting. Setelah lapis kerak permukaan, nilai qcmeningkat linier seiring kedalaman. Konsolidasinormal biasanya ditemukan pada daerah dataranalluvial Indonesia

      Metode biasa dengan memadatkan permukaannyadan mengadopsi nilai CBR laboratorium tidak berlaku

    Tanah Lunak   (2)   Pemilihan Penanganan Pondasi Tanah Lunak :

      Bila kedalaman tanah lunak (CBR 3% dng DCPpukulan tunggal) < 1 m, pembuangan seluruh tanahlunak sebaiknya dipertimbangkan.

      Jika kedalaman tanah lunak  > 1 m, penanganan dnglapis penopang harus dipertimbangkan.

      Jika tanah lunak memerlukan waktu pra-pembeban-

    an yg panjang, drainase vertikal dengan bahan strip(wick drain ) hendaknya dipertimbangkan. Lapisanlempung kelanauan setebal 1,5 m bisa memerlukanwaktu pra-pembebanan selama 4 bulan, lapisansetebal 3 m membutuhkan ≥ 16 bulan.

      Jika lapis penopang (capping layer)  tidak dapatdigunakan, beban timbunan tambahan sementara(surcharge) , drainase vertikal dng bahan strip (wick drain ), cakar ayam atau micro pile   hendaknyadigunakan (di luar Manual ini)

    Tanah Lunak   (3)   Lapis Penopang :

      Pemadatan yg tercapai < 95% MDD pada bagianbawah lapis penopang. Pemadatan maks. yg dapatdicapai sangat penting untuk  perkerasan kaku untuk mengurangi retak akibat penurunan tanah yg berbe-da setelah konstruksi. Pemadatan dng high impactenergy harus dipertimbangkan.

      Proof rolling harus dilakukan untuk mengidentifikasi

    bagian-bagian setempat yg lunak & membutuhkanpenanganan lebih lanjut. Lendutan dari benkelmanbeam sebesar 2,5 mm akibat sumbu ganda 14,5 tondng tekanan roda 450 kPa menunjukkan dukunganlapis penopang yang memadai.

      Separator Geotekstil :   Dipasang pada antar muka dari tanah asli dan tanah

    lunak jika permukaan tanah asli telah jenuh atauakan mengalami kejenuhan dalam masa layan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    12/40

    12

    8. Struktur Perkerasan   (1)   Modulus Lapisan Aspal :

     Modulus lapisan aspal ditetapkan berdasarkan tempe-ratur udara 24˚C - 34˚C  dan Temperatur PerkerasanTahunan Rata-rata (MAPT) 410C.

     Jika MAPT berbeda maka faktor penyesuaian teballapis beraspal dapat digunakan

      Pengembangan Bagan Desain (Design Chart ):  Modulus Lapisan Aspal dng MPAT 41˚C   Modulus Lapisan Berbutir tergantung dari tegangan

    yg bekerja, nilainya menurun jika tebal & kekakuanlapisan aspal diatasnya meningkat

      Parameter K (kelelahan) tergantung Vb (vol. aspal)

    Temperatur perkerasan

    tahunan rata-rata (MAPT) (˚C)3 4 - 38 3 9 - 43 4 4 - 48

    Fak to r ko re ks i te ba l as pa l 0, 91 1, 00 1, 09

    Jenis Bahan Modulus Tipikal  Koefisien

    Relatif (a1)

    Rasio Poisson’s

    HRS-WC 800 MPa   0,28

    0,40

    HRS-Base 900 MPa   0,28

     AC-WC 1100 MPa   0,31

     AC-BC (lapis lebih a tas) 1200 MPa   0,31

     AC-Base at au AC-BC

    (sebagai lapis bawah)

    1600 MPa   0,31

    Bahan Bersemen 500 MPa retak 0,20 (mulus)

    0,35 (retak)

    Tanah Dasar 

    (disesuaikan musiman)

    1 0xCBR ( MPa) 0, 45 (k oh es if)

    0,35 (non kohesif)

    8. Struktur Perkerasan   (2) MPAT 41˚C

     Koefisien Relatif  (a1) bukanlah 0,40 – 0,44

    8. Struktur Perkerasan   (3)   Solusi pekerasan yg banyak dipilih berdasarkan

    pada pembebanan dan pertimbangan biayaterkecil yang diberikan dalam :  BAGAN DESAIN 3: Desain perkerasan lentur aspal

    (opsi biaya minimum termasuk CTB)  BAGAN DESAIN 3A: Desain perkerasan lentur

    alternatif : lapis beraspal dan lapis pondasi berbutir

     BAGAN DESAIN 5: Desain perkerasan kerikil denganpelaburan aspal tipis  BAGAN DESAIN 6: Desain perkerasan soil cement  BAGAN DESAIN 7: Desain perkerasan kerikil tanpa

    penutup dan perkerasan kerikil dengan pelaburanaspal tipis

    8. Struktur Perkerasan   (4)   Aspal Modifikasi dan Inovasi Lainnya

      Untuk  aspal modifikasi atau SMA  dapat menggunakanbagan desain 3 atau 3A .

     Manfaat utama dari aspal modifikasi adalah untuk meningkatkan durabilitas dan  ketahanan terhadapalur (rutting )

      Manfaat & sifat material khusus harus didukung:  Sertifikat manufaktur  Pengujian menyeluruh oleh laboratorium yg disetujui  Analisis desain mekanistik dengan menggunakan

    prinsip – prinsip dalam Manual ini  Pengujian lapangan jika diminta Bina Teknik   Bukti bahwa transportasi dan penyimpanan aspal, alat

    pencampuran dan penghamparan sesuai dengancampuran beraspal modifikasi yang digunakan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    13/40

    13

    STRUKTUR PERKERASAN

    F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

    Lihat Bagan Desain 5 & 6 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif > murah3

    Pengulangan beban

    sumbudesain 20 tahun

    terkoreksi di lajur desain

    (pangkat 5) (106 CESA5)

    < 0 ,5 0 ,5 - 2 ,0 2 ,0 - 4, 0 4, 0  - 3 0 3 0 - 5 0 5 0 - 1 00 1 00 - 2 00   200 - 500

    Jenis permukaanberpengikat

    HRS, SS,Pen Mac

      HRS   ACkasar atau AC halus   AC  kasar 

    Jenis lapis Pondasi dan

    lapis Pondasi bawah  Lapis P ondasi B er butir A Cem ent Tr eated B as e ( CTB )

    KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)

    HRS WC 30 30 30

    HRS Base 35 35 35

     AC WC 40   4 0 40 50 50

    Lapisan ber aspal A C B C5 135 155 185 220   280

    CTB atau

    LPA Kelas A

    CTB4 150   150   150 150   150

    LPA Kelas A2 150 250 250 150 150 150 150 150

    LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam

    atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%  150 125 125

    Catatan :1. Ketentuan-ketentuan strukturPondasi Bagan Desain 2 juga berlaku2. Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 –150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 –150 mm3. Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cyclecost  yang rendah4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan

    pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.5. AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA.

    Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif 

    BAGAN DESAIN 3 DESAIN PERKERASAN LENTUR(opsi biaya minimum termasuk CTB)1

    STRUKTUR PERKERASAN

    FF1 FF2 FF3 FF4

    ESA 5 (juta) untuk UR 20 tahun di lajur desain0,8 1 2   5

    TEBAL LAPIS PERKERASAN (mm)

     AC WC 50 40 40 40

     AC BC lapis 1 0 60 60 60

     AC BC lapis 2/ AC Base 0 0 80 60

     AC BC lapis 3/ AC Base 0 0 0 75

    LPA Kelas A lapis 1 150 150 150 150

    LPA Kelas A lapis 2/ LPA Kelas B 150 150 150 150

    LPA Kelas A , LPA Kelas B atau kerikil

    alam atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%   150 150 0 0

    Bagan Desain 3A: Desain Perkerasan Lentur  Alternatif 

    Catatan : Bagan Desain 3Ahanya digunakan  jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan , namun untuk desain

    perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Bagan Desain 3.

    STRUKTUR PERKERASAN

    FF1 FF2 FF3 FF4 FF5 FF6 FF7 FF8 FF9

    Solusi yang dipilih Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 3

    Pengulangan beban

    sumbudesain 20

    tahun di lajur rencana

    (pangkat 5)(106 CESA5)

    1 - 2 2 - 4 4 – 7 7 - 10 10 - 2 0 20 - 30 30 - 5 0 50 - 10 0 1 00 - 2 00

    KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)

     AC WC 40 40 40 40 40 40 40 40 40

     AC BC 60 60 60 60 60 60 60 60 60

     AC Base 0 70 80 105 145 160 180 210 245

    LPA 400 300 300 300 300 300 300 300 300

    Catatan 1 1 2 2 3 3 3 3 3

    Alternatif  Bagan Desain 3A:

    Desain Perkerasan Lentur - Aspal dng Lapis Pondasi Berbutir (Solusi untuk Reliabilitas 80% Umur Rencana 20 Tahun)

    Catatan Bagan Desain 3A:1. FF1 atau FF2 harus lebih diutamakan daripada solusi F1 dan F2 atau dalam situasi jika HRS berpotensi rutting

    2. FF3 akan lebih efektif biaya relatif terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu3. CTB dan pilihan perkerasan kaku (Bagan Desain 3) dapat lebih efektif biaya tapi dapat menjaditidak praktis jika

    sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia. Solusi dari FF5 - FF9 dapat lebih praktis daripada solusi Bagan Desain

    3 atau 4 untuk situasi konstruksi tertentu. Contoh jika perkerasan kaku atau CTB bisa menjaditidak praktis :

    pelebaranperkerasan lentur eksisting atau diatas tanah yang berpotensi konsolidasi atau pergerakan tidak seragam(pada perkerasan kaku) atau jika sumber daya kontraktor tidak tersedia.

    4. Faktor reliabilitas 80% digunakan untuk solusi ini.5. Bagan Desain 3A digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk diimplementasikan

    STRUKTUR PERKERASAN

    SD1   SD2 SD3 SD43 SD53

    Beban sumbu 20 tahun pada lajur desain CESA4x106)

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    14/40

    14

    STRUKTUR PERKERASAN

    SC1 SC2 SC3

    Beban Sumbu 20 tahun pada lajur 

    desain (CESA4x106)

    3%. Ketentuan Bagan Desain 2 tetap

    berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.

    2. Stabilisasi satu lapis  lebih dari 200 mm sampai 300 mm   diperbolehkan jika disediakan peralatan stabilisasi

    yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller  kapasitas berat statis minimum 18 ton.

    3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain 6 boleh dipasang

    dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan Desain 2 sampai  maksimum 300 mm.

    4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30 mm jika dihamparkan

    dengan lapisan kurang dari 150 mm.

    5. Hanya kontraktor  berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan Burda atau

    pekerjaan Stabilisasi.

    6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan menggunakan Bagan

    Desain 8 yang diberikan Lampiran C.

    BAGAN DESAIN 6 - PERKERASAN TANAH SEMEN (SOIL CEMENT)(diijinkan untuk area dengan sumber agregat atau kerikil terbatas)

    Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30%Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30% dan PI 4-12%

    Tebal

    material

    berbutir 

    (mm)

    Lalu Lintas Desain (ESA4)

    BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS TIPIS BURDABagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk semua kerikil alam,

    batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat ataupun dengan lapis tipis Burda.

    Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam Lampiran C.

    Sumber :Autroads

    9. Kecukupan Struktur relatif thdPd T-01-2002-B (1)

      Modulus Lapisan Aspal :  Modulus lapisan aspal ditetapkan berdasarkan tempe-

    ratur udara 24˚C - 34˚C  dan Temperatur PerkerasanTahunan Rata-rata (MAPT) 410C.

     Koefisien Relatif  (a1) adalah 0,31 bukanlah 0,40-0,44

      Pd T-01-2002-B :

     Formula AASHTO 1993 :   log(W18) = ZR  x SO + 9,36 x log(SN+1) - 0,20 +[log{∆IP / (4,2 – 1,5)} / {0,4 + 1094 / (SN+1)^5,19}]+ 2,32 x log(MR ) – 8,07

      SN = a1D1  + a2D2m2 + a 3D3m3   D*1 ≥ SN1  / a1   dan SN*1  = a1D1 ≥ SN1   D*2 ≥ (SN2  – SN*1) / a2m2   dan SN*1  + SN*2 ≥ SN2   D*3 ≥ [SN3  – (SN*1  + SN*2) / a 3m3]

    di mana :

    9. Kecukupan Struktur relatif thdPd T-01-2002-B (2)

    •   a1, a2, a 3  = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan

    •   D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan(dalam inch)

    •   m2, m3  = koefisien drainase

    •   W18 = perkiraan jumlah beban sumbu standarekivalen 18kip

    •   ZR    = deviasi normal standar

    •   SO  = gabungan standard error untuk perkiraan lalulintas dan kinerja

    •   SN = Structural Number atau Indeks TebalPerkerasan (dalam inch)

    •  ∆IP = selisih antara initial design serviceability index(IPo) dan design terminal index, (IPt)

    •   MR  = Modulus Resilien

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    15/40

    15

    9. Kecukupan Struktur relatif thdPd T-01-2002-B (3)

     DEFAULT PARAMETER    Realiabilitas (R) = 95%   Nilai Penyimpangan Normal Standar (ZR ) = - 1,645   Deviasi Standar (So) = 0,4   Koefisien Drainase (mi) = 1,0

      Selisih Indeks Permukaan Awal & Akhir ( ∆IP) = 4,2 –2,5 = 1,7

      Koefisien Kekuatan Relatif (a) :•   a1 untuk AC= 0,31•   a2 untuk Kelas A (CBR 90%) = 0,138•   a3 untuk Kelas B (CBR 60%) = 0,127

      Hasil mana yang digunakan ?  Diperlukan Engineering Adjustment

    10. Standar Drainase BawahPermukaan   (1)

      Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi:   Seluruh lapis sub base harus dapat mengalirkan air.  Pelebaran harus menjamin tersedianya drainase dari

    lapisan berbutir terbawah pada perkerasan eksisting  Lihat Gbr 3, sub-base lebih rendah dari permukaan

    tanah maka drainase bawah permukaan diperlukan & ditempatkan di samping saluran U dng suling-suling

     Lihat Gbr 4, berm > 500mm (Gbr tertulis > 500m),drainase dari sub-base ke saluran bawah permukaan

     Lihat Bgr 5, berm > 500mm maka “m” = 0,7, jikaberm ≤ 500mm maka “m” = 0,9

    Lihat Gbr 6, muka air tanah ≤ 60 cm dari permukaantanah dasar maka tebal setiap lapisan berbutirdisesuaikan dengan faktor “m”  (diambil 0,4)

     Faktor “m” (koefisien drainase) diadopsi dari AASHTO

    Koefisien Drainase   Kualitas Drainase : hilangnya kadar air dari struktur

    perkerasan, AASHO Road Test dalam 1 minggu

      Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif untuk material base dan subbase tanpa pengikat padaperkerasan lentur (mi) : tergantung dari “% waktustruktur perkerasan terekpos oleh tingkat kadar air yang

    mendekati jenuh (selama setahun)” K ua lita s Dra inase Air H ilang dalam

    Baik sekali 2 jam

    Baik 1 hari

    Sedang 1 minggu

    Jelek 1 bulan

    Jelek sek ali A ir t id ak a ka n m en ga lir

    Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatanrelatif untuk material base dan subbase tanpa

    pengikat pada perkerasan lentur

    KualitasDrainase

    % waktu struktur perkerasan terekpos olehtingkat kadar air yang mendekati jenuh

    < 1 % 1 – 5 % 5 – 25 % > 25 %

    Baik sekali 1,40 – 1,30 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20

    B aik 1, 35 – 1, 25 1, 25 – 1, 15 1, 15 – 1, 00 1, 00

    Sedang 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05   1,00 – 0,80 0,80Jelek 1,15 – 1,05 1,05 – 0,80 0,80 – 0,60 0,60

    Jelek sekali 1,05 – 0,95 0,95 – 0,75 0,75 – 0,40 0,40

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    16/40

    16

    10. Standar Drainase BawahPermukaan   (2)

    Kelandaian drainase bawah permukaan ≥ 0,5% &titik kontrol pembuangan ≤ 60m

     Elevasi titik pembuangan drainase bawah permukaanharus lebih tinggi dari muka air banjir rencana

     Koefisien drainase “m” > 1 tidak boleh digunakankecuali ada keyakinan bahwa kualitas pelaksanaanyang disyaratkan dapat terpenuhi

     Jika koefisien drainase “m” < 1, maka tebal lapisberbutir harus dinaikkan dengan rumus:Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagandesain) / “m” 

    .

    1. Galian dengan drainase sub soil,

    terdrainase sempurna

    2. Timbunan dg lapis pondasi bawahmenerus sampai bahu (day-lighting)

    3. Diatas permukaan tanah dengandrainase sub soil, medan datar 

    Kondisi Lapangan(digunakan untuk pemilihan

    nilai m yang sesuai)

    nilai 'm'utk desain

    Detail Tipikal

     Aggregate base B

    Geotekstil

    1.2

    1.2

    1.0

    J al ur L al u L in ta s B ah u

    Lapis Pondasi agregat kelas BDrainasesub soil

    (keluaran drainase sub soil

    selalu diatas muka banjir 

    (tidak terkena banjir)

    Terkadang drainase sub soil dibawah

    Jalur Lalu Lintas   Bahu

    Jalur Lalu Lintas   Bahu

    Drainasesub soil

    Lapis Pondasi agregat kelas B

    .4. Timbunan dengan tepi permeabilitas

    rendah dan lapis pondasi bawah

    5. Galian, pada permukaan tanah, atautimbunan tanpa drainase subsoil dan

    6. Tanah dasar jenuh secara permanen

    selama musim hujan dan tidak ter-

    alirkan. Tanpa titik keluar utk sistem

    sub soil. Aturan lapis penutup

    capping juga berlaku.   Agregat kelas B tanah dasar jenuh

    >500

    0.9

    0.7

    0.4

    Rounding

    Tepi dengan permeabilitasrendah

    Muka air tanah tinggi

    tepi dg permeabilitas rendah > 500mm

    Jalur Lalu Lintas   Bahu

    Lapis Pondasi agregat kelas B Geotekstil

    Jalur Lalu Lintas   Bahu

    Lapis Pondasi agregat kelas B

    boxed. Tepi jalur drainase lebih dari

    Jalur Lalu Lintas   Bahu

    500 m. solusi alternatif dengan drai-nase melintang dari sub base pada

     jarak < 10 m atau pada titik terendah.

    Kondisi Lapangan(digunakan untuk pemilihan

    nilai m yang sesuai)

    nilai 'm'utk desain

    Detail Tipikal

    11. Kebutuhan Bahu JalanBerpenutup   (1)

      Tebal Lapisan Berbutir:  Tebal lapisan berbutir bahu harus sama dengan tebal

    lapisan berbutir perkerasan untuk memudahkanpelaksanaan

      Bahu Tanpa Pengikat (Kelas C):  Tebal lapis permukaan bahu = tebal lapisan beraspal

     jika tebalnya > 125 mm, jika tidak maka tebal lapis

    permukaan bahu min. 125 mm   Bahu Berpengikat:

     Jika terdapat kerb  Gradien Jalan > 4%  Sisi yg lebih tinggi pada tikungan bersuperelevasi  LHRT > 10.000  Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan  Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    17/40

    17

    11. Kebutuhan Bahu JalanBerpenutup   (2)

      Material bahu berpengikat dapat berupa:  Penetrasi makadam   Burda  Beton aspal (AC)   Beton  Kombinasi dari tied shoulder beton 500 – 600 mm

    dan bahu dengan pengikat aspal

      Lalu Lintas Desain untuk Bahu Berpengikat:  Lalu lintas desain untuk bahu berpengikat ≥ 10% lalu

    lintas desain untuk lajur jalan yg bersampingan atausama dng perkiraan lalu lintas yg akan menggunakanbahu, diambil yg terbesar. Umumnya digunakanBurda atau Penetrasi Makadam yg dilaksanakan dngbaik 

    Perkerasan Kaku

    Perkerasan Kaku1. Umur Rencana harus 40 tahun kecuali ditentukan lain2. Kelompok sumbu kendaraan niaga desain yg lewat

    selama umur rencana3. Daya dukung efektif tanah dasar4. Struktur Pondasi Jalan5. Lapisan Drainase & Lapisan Subbase6. Jenis Sambungan, biasanya Ruji (Dowel )7. Jenis Bahu Jalan8. Tebal Lapisan Pondasi dari solusi yg diberikan dalam

    Bagan Desain 49. Detailed Desain meliputi demensi slab, penulangan

    slab, posisi anker, ketentuan sambungan dsb10. Kebutuhan daya dukung tepi perkerasan

    1. Umur Rencana (UR) Jalan Baru

      Perkerasan Kaku  Semua jenis lapisan : 40 tahun

    Kapasitas Jalan harus mencukupi selama UR 

      Alternatif Umur Rencana  discounted whole of life cost   yang terendah

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    18/40

    18

    2. Kelompok sumbu kendaraanniaga desain yg lewat selama UR 

      Distribusi Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga  Untuk Perkerasan Kaku, Pd T-14-2003: Lampiran A   Heavy Vehicle Axle Group (HVAG)  &  bukan CESA 

    Bebankelompok

    Sumbu

    JenisKelompok Sumbu KendaraanNiaga

    STRT STRG STdRT STdRG STrRG

    (kN) Kelompoksumbusebagaipersendarikendaraanniaga10 - 20 7,6

    20 - 30 16,5 0,230 - 40 18,4 0,5

    40 - 50 11,8 1,150 - 60 19,0 2,2

    60 - 70 7,6 4,970 - 80 10,2 7,4

    80 - 90 0,7 6,990 - 100 1,1 2,6100 - 110 1,8 1,8110 - 120 1,6 0,3

    120 - 130 3,0 0,1130 - 140 3,3 1,8 0,4140 - 150 1,5 1,8 0,7150 - 160 0,3 1,8 1,0

    160 - 170 3,6 1,1170 - 180 0,1 1,1

    180 - 190 0,5190 - 200 1,6200 - 210 0.4 2,7 0,13210 - 220 2.4 0,8

    220 - 230 0.1 1,0230 - 240 0.1 0,9240 - 250 0,7250 - 260 0,3

    260 - 270 1,9270 - 280 1,0280 - 290 1,2

    290 - 300 0,13 00 - 31 0310 - 320 0,7 0,13

    320 - 330 0,4 0,133 30 - 34 0

    Catatan :

    STRT : Sumbu tunggal roda tunggal

    STRG :Sumbu tunggal roda ganda

    STdRT : Sumbu tandem roda tunggal

    STdRT : Sumbu tandem roda ganda

    STrRG : Sumbu tridem roda ganda

    Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga  (1)

    untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)

    Bebankelompok

    Sumbu

    JenisKelompok Sumbu KendaraanNiaga

    STRT STRG STdRT STdRG STrRG

    (kN) Kelompoksumbusebagaipersendarikendaraanniaga

    3 40 - 3 50

    350 - 360 0,4

    3 60 - 3 70

    370 - 380 0,9 0,13

    380 - 390 0,4

    390 - 400 0,26

    400 - 410 0,26

    410 - 420 0,13

    4 20 - 4 30

    4 30 - 4 40

    440 - 450 0,40

    450 - 460 0,13

    4 60 - 4 70

    470 - 480 0,13

    4 80 - 4 90

    4 90 - 5 00

    5 00 - 5 10

    510 - 520 0,13

    5 20 - 5 30

    5 30 - 5 40

    5 40 - 5 50

    550 - 560 0,13

    ProporsiSumbu

      55.8% 26.4% 4.3% 12.2% 1.3%

    Catatan:

    • Berlaku untuk perhitungan desain

    ketebalan pelat perkerasan kaku.

    • Sumber data RSDP3 Activity #201

    studi sumbu kendaraan niaga di

    Demak, Jawa Tengah Tahun 2011

    (PANTURA)

    Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga  (1)

    untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku) 3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (1)

      Pondasi Perkerasan Kaku Diatas Tanah Lunak :   Pengangkatan dan penggantian tanah lunak, atau   Lapis penopang dng CBR desain tanah dasar < dari

    yg ditentukan dalam Gambar 10-1. Lapis penopangharus diberikan beban awal untuk membatasipergerakan tak seragam setelah konstruksi, atau

      Pondasi khusus seperti cakar ayam untuk mendu-

    kung lapis pondasi   Daya Dukung Efektif Tanah Dasar :

      Metode-metode yg dipakai saat ini melibatkan   Penentuan daya dukung ekivalen bagi 1 m

    pertama tanah dasar atau   Penentuan modulus reaksi tanah dasar dari

    plate bearing test .

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    19/40

    19

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (2)

      Metode ketiga yg diajukan yaitu daya dukungekivalen yg menghasilkan tingkat tegangan maks

    yg sama pada dasar pelat perkerasan kaku diatas tanah lunak yg diberi lapis penopang(capped ) dibandingkan terhadap tanah dasar ygseragam dng kedalaman tak terbatas yg mempu-nyai daya dukung yg sama. Analisa multilayer(CIRCLY) digunakan untuk memperoleh matrikssolusi. Gambar 10-1 menunjukkan solusi untuk struktur perkerasan umum yg ditunjukkan dalamGambar 10-2.

    CBR efektif tanah dasar 

    Untuk perkerasan kaku (%)

    Tinggi timbunan (mm)

     Asumsi umum

    Solusi analisa mekanistik

    GAMBAR 10-1CBR Maksimum Tanah Dasar untuk Permukaan Tanah Lunak yang diberi Lapis Penopang

    Catatan :

    1. Tinggi timbunan ditentukan dari  platform permukaan tanah lunak   sampai   dasar dari lapis

    pondasi Lean Mix Concrete

    2. CBR efektif untuk desain perkerasan kaku ditentukan dari Gambar 10-1 sangatlah sensitif 

    terhadap tinggi timbunan dan nilainya lebih rendah dari pada nilai yang dihasilkan dari sebagian

    besar metode-metode lainnya untuk tinggi timbunan < 3 m.

    Tinggi Timbunan untukmasuk ke Gambar 10-1

    Pelat beton tebal bervariasi

    Lapisan LMC tebal bervariasiLapis PondasiAgregat KelasA dengan tebal bervariasi

    (perkerasan beton semen) atau permukaantimbunan biasa atau

    pilihan (perkerasan lentur)

    Lapis Penopang dan timbunan tebal bervariasi, materialtimbunan – timbunan pilihan (mungkin termasuk lapisan

    geotekstil atau geogrid)

    Tanah asli: tanah lunak terkonsolidasi normalsebelum dibebani

    Tanah Dasar Desain

    Gambar 10-2

    Struktur perkerasankaku yang digunakandalam analisa Gambar 10.1(kasus perkerasan kaku)

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (3)

      Deformasi Plastis Tanah Dasar akibat Beban Dinamis   Deformasi plastis di bawah sambungan perkeras-

    an kaku bersamaan dng erosi material tanahdasar melalui sambungan, menyebabkan ronggayg mungkin memerlukan undersealing  /mud 

     jacking .   Besarnya deformasi plastis pada lapisan-lapisan

    tanpa pengikat (unbound ) di bawah sambungan

    dapat diestimasi. Gambar 10.3 menggambarkandampak tinggi timbunan terhadap jumlah repetisibeban yang menyebabkan kegagalan sambungan

      Timbunan rendah pada tanah lunak rentanmengalami kegagalan dini. Pondasi beton sebaik-nya termasuk  tulangan distribusi retak  jika tinggitimbunan < yg ditunjukkan Gambar 10.3. Untuk alinyemen baru, jika dimungkinkan, timbunandipasang > yg ditunjukkan Gambar 10.3

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    20/40

    20

    GAMBAR 10-3Tinggi minimum dari permukaan akhir sampai batas deformasi plastis

    permukaan tanah lunak asli dibawah sambungan pelat

    Tinggi permukaan akhir di atas permukaan tanah asli lunak (m)

    Jumlah lintasan bebansumbu per lajur per 

    arah (Kumulatif ESA

    pangkat 4)

    Catatan :

    1. Tinggi timbunan yang ditentukan dari Gambar 10-1 dan 10-2 adalah nilai minimum.Level garis kontrol harus

    dinaikkan relatif terhadap nilai dari Gambar 10-1 atau 10-3 untuk membuat kemiringan melintang atau

    superelevasi atau untuk variasi pelaksanaan.

    2. Persyaratan deformasi plastis berlaku untuk pelat beton dengan sambungan. Kondisi ini tidak berlaku bagi:

    a. Beton bertulang menerus,

    b. Beton pratekan pasca penegangan ( post-tension)

    c. Beton bersambungan yang diperkuat oleh micro pile atau cakar ayam

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (4)

      Penurunan terkait Kegagalan pada Tanah Lunak    Batas-batas lendutan akibat total settlement

    membantu memastikan bahwa mutu pengenda-raan (riding quality ) perkerasan tetap memadaidan perkerasan kaku tidak mengalami keretakanberlebihan.

      Pengurangan batas-batas ini  diperbolehkanuntuk jalan perkerasan  lentur dengan volumelalu lintas rendah.

      Batas-batas ini tidak berlaku bagi perkerasantanpa penutup aspal (unsealed ).

      Bila dilakukan konstruksi perkerasan bertahapdan tahap pertama adalah perkerasan lentur,batas-batas ini dapat dikurangi namun harusdipenuhi pada tahap konstruksi akhir  dan umurrencana sisa. Jika ada pekerjaan overlay yangterjadwal, batas-batas ini berlaku pada umurrencana antara overlay

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (5)

      2 bentuk penurunan yang berbahaya akibat kon-solidasi tanah : perbedaan penurunan pada se-mua daerah &  penurunan total dekat  bangunanstruktur.

      Penurunan total dekat bangunan struktur adalahyg paling kritis. Setiap jenis penurunan dapatdikurangi dng pra pembebanan. Penurunanpasca konstruksi yg cukup besar (penurunansetelah dimulainya pelaksanaan lapis perkerasan)menyebabkan kerusakan struktural danhilangnya kualitas berkendara dan karena ituharus dipertimbangkan

      Batas-batas penurunan (settlement ) bagitimbunan pada tanah lunak dalam Tabel 10.1berikut ini

    J en is p en ur un an K el as J al an U ra ia n  Batas yang

    diijinkan

    Penanganan pencegahan

    tipikalKasus Umum Total

    Penurunan

    Semua jalan nasional,

    propinsidan kolektor 

    Penurunan mutlak

    setelah dimulainya

    pelaksanaan perkerasan

    (setara dengan di

    sampingbangunan

    struktur)

    Total 100 mm a) Pra-pembebanansebelum

    pelaksanaan perkerasan (pra

    pembebanan pada oprit

    struktur,sebesar periode

    konsolidasiprimermungkin

    dibutuhkankecuali

    penanganan tambahan

    diberikan)

    b) wick drain  atau beban

    timbunantambahan

    sementara (surcharge)b ila

    diperlukanuntuk

    mempercepatkonsolidasi

    c) penggantian tanah atau

    pemancanganpada bagian

    oprit struktur 

    Perbedaan Penurunan

    dan Penurunan Total jika

    bersampingandenganbangunan struktur 

    Jalanbebas hambatan

    atau jalan raya dengan

    kecepatan rencana 100 -120 km/j

    Di antara setiap dua titik

    secara memanjangdan

    melintangtermasuk yangbersampingandengan

    struktur tertanam dan

    atau pada  relief slab

    abutmentjembatan

    0,003:1

    (perubahan

    kemiringan0,3%)

    Seperti untuk total settlement

    0,006:1(0,6%)(nilai

    antarabisa dipakai

    untuk kecepatan

    rencana lainnya)

    Seperti di atasJalanraya atau jalan kecil

    dengan kecepatan rencana

    60 kpj atau lebih rendah

    Penurunan Rangkak

    (Creep Settlement)

    akibatbeban dinamis

    dan statis

    Jalanbebas hambatan

    atau jalan raya dengan

    kecepatan rencana 100 -

    120 km/j

    Digunakanpada

    perkerasan kaku dengan

    sambungan

    4 mmd i

    sambungan

    Tinggi timbunanmi nimums esuai

    Gambar7, atau dukungan dari

    micro pile  dan cakar ayam atau

    tulanganmenerus.

    Jalanraya atau jalan kecil

    dengan kecepatan rencana

    60 km/j atau lebih rendah

    8 mmd i

    sambungan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    21/40

    21

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (6)

      PERHATIAN   Beton bertulang hendaknya digunakan ketika

    salah satu dari kondisi berikut ini  tidak bisadipenuhi: a) batas-batas perbedaan penurun-an yg diuraikan dalam Tabel 10.1, b) tinggitimbunan yg disyaratkan pada Gambar 10.3.

      Beton bertulang menerus hendaknya diguna-kan pada alinyemen baru ketika kondisi-kondisi tsb di atas tidak dapat dipenuhi atau

     jika dinilai lebih murah. JRCP (PerkerasanBeton Bertulang Dengan Sambungan)digunakan di lokasi lainnya

      Perkerasan kaku harus ditunjang oleh micro pile  atau cakar ayam jika tinggi min timbunanatau periode pra-pembebanan min tidak ter-capai. Kondisi ini terjadi pada pelebaran ataurekonstruksi pada alinyemen perkerasaneksisting. Plat beton perlu diberi tulangan

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (7)

      Total Settlement pada Oprit Jembatan danBerdampingan dengan Struktur Tertanam   Batasan penurunan didefinisikan dalam Tabel

    10.1.   Penanganan-penanganannya termasuk 

    penggantian tanah, pemadatan berenergitinggi, kolom batu, pencampuran tanah dsb.Penggunaan perkerasan lentur pada oprit

     jembatan hendaknya dipertimbangkansekaligus dng penjadwalan overlay  padaoprit, untuk mengurangi penanganan tanahlebih lanjut yg diperlukan

      Penanganan yang dibutuhkan seharusnyaditentukan oleh ahli geoteknik 

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (8)

      Waktu Pra-Pembebanan pada Tanah Lunak    Timbunan pada tanah lunak harus dihampar dng

    waktu > yg ditentukan dalam Tabel 10.2 sebe-lum perkerasan dihamparkan. Waktu aktualditentukan oleh ahli geoteknik menggunakanPanduan Geoteknik (Pt T-08-2002-B). Waktupra-pembebanan bisa dipersingkat dng pembe-banan sementara (surcharging)  atau denganpenggunaan drainase vertikal dng bahan strip(wick drain ). Untuk perkerasan lentur, waktunyabisa diubah dng konstruksi bertahap. Kondisipra-pembebanan agar diaplikasikan denganseksama untuk konstruksi perkerasan kaku

    Kedalaman sampai CBR lapangan 2% (m)

    Ketinggian timbunan final (m)

    < 2 2 – 2.5 > 2.5

    Waktu pra-pembebanan (bulan)

    < 1,5 3 4 5

    1,5 – 2,0 5 6 9

    2,0 – 2,5 8 10 13

    2,5 – 3,0 12 14 19

    Tabel 10.2 Perkiraan Waktu Pra-pembebanan Timbunan diatas Tanah Lunak

    Catatan :

    1. Wick drain, surcharge, konsolidasi vakum atau penanganan lainnya agar 

    dipertimbangkan untuk mengurangi waktu pra-pembebanan  sehubungandengan waktu yang tersedia untuk pra-pembebanan yang terbatas.

    2. Penilaian geoteknik dibutuhkan untuk menentukan waktu pra-pembebanan

    yang sebenarnya.

    3. Timbunan > 3 m diatas tanah lunak membutuhkan penyelidikan geoteknik

    menyeluruh terutama untuk stabilitas lereng.

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    22/40

    22

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (9)

      Tinggi Minimum Timbunan untuk Mendukung Perke-rasan Kaku diatas Tanah Lunak Tanpa Perbaikan   Setiap faktor berikut ini sebaiknya dipenuhi

    untuk timbunan diatas tanah lunak padapermukaan tanah asli.   Tinggi minimum keseluruhan timbunan untuk 

    perkerasan kaku hendaknya sesuai denganGambar 10.1 agar dapat menahanpergerakan berlebihan dari pembebanandinamis untuk umur desain pondasi 40 tahun.

      Tinggi minimum lapisan penopang untuk menahan alur (rutting ) pada tanah dasarakibat lalu lintas konstruksi hendaknya sesuaiBagan Desain 2.

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (10)

      Tinggi-tinggi tersebut merupakan nilai minimum.Tinggi tambahan harus ditambahkan pada nilai

    alinyemen vertikal yang ditunjukkan dalamGambar untuk mengantisipasi:   Penurunan pasca konstruksi.   Perbedaan superelevasi atau lereng melintang

    dari titik rendah ke garis kendali alinyemenvertikal, termasuk untuk desain pelebaran.

      Contoh : jalan raya, tanah lunak jenuh padapermukaan tanah asli, tidak ada galian, lalin 40tahun 200 juta ESA, muka air tanah efektif dipermukaan (tipikal daerah persawahan), banjir10 tahunan 500 mm di atas muka tanah, super-elevasi 5%, lebar perkerasan 7000 mm, perke-rasan beton.Diambil tinggi 2100 mm sebagai tinggi minimumtimbunan yang memenuhi 4 kondisi di bawah ini:

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (11)

      Timbunan minimum untuk tanah dasar meme-nuhi ketentuan lantai kerja  (Bagan Desain 2).   Timbunan min. 1200mm   Struktur perkerasan 520mm   Perbedaan elv. akibat superelevasi 350 mm   TOTAL 2070 mm

      Timbunan total minimum untuk  menahan defor-masi plastis pada tanah asli (Gambar 10.3)   Timbunan min. 1750 mm   Penyesuaian untuk superelevasi 350 mm   TOTAL 2100 mm

    3. Daya Dukung Efektif TanahDasar   (11)

      Tinggi min utk  ruang bebas dari muka air tanah   Muka air tanah (Tabel 9.1) 600 mm   Perkiraan penurunan stlh konstruksi 100 mm   Struktur perkerasan 520 mm   Lapis pemisah (filter) 100 mm   Tinggi bebas superelevasi 350 mm   TOTAL 1670 mm

      Tinggi minimum untuk  ruang bebas air banjir   Perkiraan penurunan stlh konstruksi 100 mm   Muka air banjir 500 mm   Ruang bebas banjir tanah dasar 500 mm

    (Tabel 9.1)   Struktur perkerasan 520 mm   Perbedaan tinggi superelevasi 350 mm   TOTAL 1970 mm

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    23/40

    23

    4. Struktur Pondasi Jalan   Prosedur Desain dengan 4 Kondisi Tanah:

     A. Kondisi tanah dasar normal,

    B. Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan ren-dah (< 3m) diatas tanah lunak aluvial jenuh.

    C. Sama dng kondisi B namun tanah lunak aluvialdalam kondisi kering.

    D. Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut   Lihat lembar pada Perkerasan Lentur sebelum-

    nya

    5. Lapisan Drainase & LapisanSubbase   Tebal lapisan diperoleh dari Bagan Desain 4   Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi:

      Seluruh lapis sub base harus dapat mengalirkan air. Kelandaian drainase bawah permukaan ≥ 0,5% &

    titik kontrol pembuangan ≤ 60m  Elevasi titik pembuangan drainase bawah permukaan

    harus lebih tinggi dari muka air banjir rencana  Lihat Drainase Bawah Permukaan pada Perkerasan

    Lentur

    6. Menetapkan Jenis Sambungan(umumnya Dowel )   (1)

      Lihat ketentuan-ketentuan dari Pd T-14-2003   Sambungan :

      Tujuan   Membatasi tegangan & pengendalian retak akibat

    penyusutan, lenting dan beban lalu lintas   Memudahkan pelaksanaan   Mengakomodasi gerakan pelat

      Jenis Sambungan   Sambungan memanjang   Sambungan melintang   Sambungan isolasi   Mengakomodasi gerakan pelat

    Semua sambungan harus ditutup dng joint sealer kecualisambungan isolasi diisi dulu dng joint filler

    6. Menetapkan Jenis Sambungan(umumnya Dowel )   (2)

      Sambungan Memanjang dng Batang pengikat(Tie Bar ) :   Dimensi dan jarak batang pengikat :

     A t = 204 x b x h & l = (38,3 x Φ) + 75, dimana:   A t = luas penampang tulangan / m pjg sambungan   b = jarak terkecil antar sambungan atau jarak 

    sambungan dng tepi perkerasan (m)   h = tebal pelat (m)   l = panjang batang pengikat Φ = diamater batang pengikat (mm)   Batang harus ulir, mutu min. BJTU 24, Φ 16 mm   Jarak yang umumnya digunakan adalah 75 cm

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    24/40

    24

    6. Menetapkan Jenis Sambungan(umumnya Dowel )   (3)

      Sambungan Susut Memanjang :   Dilakukan dengan :

      Menggergaji atau   Membentuk selagi plastis dengan 1 /3 kedalaman.

      Sambungan Susut Melintang & SambunganPelaksanaan Melintang   Tegak lurus sumbu memanjang & tepi perkerasan   Untuk mengurangi beban dinamis, dipasang dengan

    kemiringan 1 : 10

    6. Menetapkan Jenis Sambungan(umumnya Dowel )   (4)

      Sambungan Susut Memanjang :   Penggergajian ¼ tebal untuk perkerasan dng lapis

    pondasi berbutir dan  1 /3  tebal untuk  bersemen   Jarak sambungan susut melintang pada perkerasan :

      beton bersambung tanpa tulangan : 4 – 5 m   beton bersambung dng tulangan : 8 – 15 m   beton menerus dng tulangan sesuai kemampuan

    pelaksanaan   Sambungan dilengkapi ruji (dowel )

      Batang polos 45 cm, jarak  30 cm, lurus dan dapatbebas bergerak  saat beton menyusut

      ½ panjang ruji polos dilumuri bahan anti lengket, Φ ruji tergantung tebal pelat, tak dapat disubstitusi

    No. Tebal Pelat Beton, h(mm)

    Diameter Ruji(mm)

    1 125 < h ≤ 140 20

    2 140 < h ≤ 160 24

    3 160 < h ≤ 190 28

    4 190 < h ≤ 220 33

    5 220 < h ≤ 250 36

    6. Menetapkan Jenis Sambungan(umumnya Dowel )   (5)

     Diamater Ruji

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    25/40

    25

    7. Jenis Bahu Jalan   Bahu Berpengikat:

     Jika terdapat kerb  Gradien Jalan > 4%  Sisi yg lebih tinggi pada lengkungan superelevasi  LHRT > 10.000  Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan  Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor

      Material bahu berpengikat dapat berupa:  Penetrasi makadam   Burda  Beton aspal (AC)   Beton  Kombinasi dari tied shoulder beton 500 – 600 mm

    dan bahu dengan pengikat aspal

    8. Tebal Lapisan Pondasi dari solusi ygdiberikan dalam Bagan Desain 4

      Tebal Lapisan diperoleh dari Bagan Desain 4

    9. Detailed Desain meliputi dimensipelat beton, penulangan, posisianker, ketentuan sambungan, dsb   (1)

     Tebal pelat beton dari Bagan Desain 4 & 5A    Ketentuan tentang penulangan, angker panel & 

    sambungan diperoleh dari Pd T-14-2003:   Sambungan Pelaksanaan Melintang :

      Sambungan pelaksanaan melintang yang :   tidak direncanakan (darurat) harus menggunakan

    batang pengikat berulir   direncanakan harus menggunakan batang

    pengikat polos di tengah-tengah pelat   Batang pengikat polos :

    h ≤ 17 cm, Φ 16 mm, panjang 69 cm, jarak 60 cm h > 17 cm, Φ 20 mm, panjang 84 cm, jarak 60 cm

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    26/40

    26

    Struktur Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5

    Kelompok sumbu kendaraan berat(overloaded)11

     

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    27/40

    27

    9. Detailed Desain meliputi dimensipelat beton, penulangan, posisi anker,ketentuan sambungan, dsb   (4)

      Pola Sambungan :  Usahakan sepersegi mungkin, rasio maks 1,25

     Jarak sambungan memanjang maks. 3 – 4 m

     Jarak sambungan melintang maks. 25 h, maks. 5m

     Sambungan susut sampai kerb, kedalaman sesuai

     Antar sambungan bertemu di  1 titik 

     Sudut antar sambungan < 60° dihindari  Sambungan diatur tegak lurus dengan bangunan

    pelengkap berbentuk bulat. Bangunan segi empat,sambungan pada sudutnya atau di antara 2 sudut

     Celah sambungan isolasi 12 mm.

     Anyaman tulangan pada Panel  0,15% area beton

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    28/40

    28

    9. Detailed Desain meliputi dimensipelat beton, penulangan, posisi anker,ketentuan sambungan, dsb   (5)

      Penutup Sambungan :  Mencegah masuknya air atau benda lain ke dalam

    sambungan

     Jika kemasukan benda-benda lain maka timbulkerusakan (gompal) atau saling menekan ke atas(blow up) 

      Perkerasan Beton Semen untuk Kelandaianyang Curam :  Jika kelandaian > 3%, perencanaan mengacu pada

    butir 6 dan ditambah dengan angker panel  (panel anchored)  dan angker blok  (anchor block) 

     Angker melintang harus seluruh lebar pelat

    Kemiringan (%) Angker Panel Angker Blok  

    3 – 6 Se ti ap pan el  ketiga   Pada bagian awal  kemiringan

    6 – 1 0 Se ti ap pan el kedua   Pada bagian awal  kemiringan

    >10   Setiap panel Pada  bagian awal  kemiringan danpada setiap interval 30 m   berikutnya

    Penggunaan Angker Panel dan Angker Blok padaJalan dengan Kemiringan Memanjang yang Curam

    10. Kebutuhan Daya Dukung TepiPerkerasan   (1)

      Daya dukung tepi perkerasan sangat diperlukan,terutama bila terletak pada tanah lunak atautanah gambut (peat ). Ketentuan minimum :  Setiap jenis lapisan pekerasan harus dipasang sampai

    lebar yg ≥ nilai min. dalam Gambar 12.1 di bawah ini  Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR <

    2%) atau tanah gambut (peat ) harus dipasang padakemiringan tidak lebih curam dari 1V : 3H

     Lapis penopang dan peningkatan daya dukung tanahdasar harus diperpanjang di bawah median sebagai-mana dalam Gambar 12.1. Area median harusterdrainase baik atau diisi dengan lean mix concereteatau dengan bahan pengisi kedap untuk menghindaripengumpulan air yg merusak tepi perkerasan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    29/40

    29

    P

    Tepiluar 

    P+S+C

     .

     .

    Tempat keluarnya

    air (daylight ) melalui

    lapisan rembesan yg

    lebih bawah

    10. Kebutuhan Daya Dukung TepiPerkerasan   (2)

      Tempat keluarnya air (daylight ) melalui lapisanrembesan yang lebih bawah

    10. Kebutuhan Daya Dukung TepiPerkerasan   (3)

      Drainase bawah permukaan pada segmen superelevasi

    Bagian II –Rehabilitasi Perkerasan

    Manual Desain Pekerasan Jalan(Nomor 02/M/BM/2013) (3)

      Bagian II – Rehabilitasi Perkerasan1. Level Desain dan Pemicu Penanganan

    2. Lalu Lintas

    3. Analisis Perkerasan Existing

    4. Modulus Bahan

    5. Drainase Bawah Permukaan

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah (Overlay)7. Desain Tebal Lapis Pondasi Dengan Stabilisasi

    8. Pemilihan Struktur Perkerasan

    9. Masalah Pelaksanaan dan Kinerja Perkerasan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    30/40

    30

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (1)

      2 Tahap Dalam Analisis & Penanganan :   Tahap Perencanaan Pemrograman (Level Jaringan)

      pemilihan calon ruas secara luas & penangananglobal

      Tahap Desain (Level Proyek)   pengujian dengan interval pendek & penanganan

    terinci untuk segman-segmen yg seragam

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (2)

      Garis Besar Proses Pemilihan Penanganan :   Hitung CESA 

    4/10   Tentukan UR sesuai Tabel 2-1

    Kriteria Beban Lalin

    (juta ESA5)

    30

    Umur Rencana

    Perkerasan Lentur 

    seluruh pena-

    nganan – 10

    tahun

    rekonstruksi – 20 tahun

    overlay struktural – 15 tahun

    overlay non struktural – 10 tahun

    penanganan sementara – sesuai

    kebutuhan

    Pemicu tahap

    perencanaan

    pemrograman (level

     jaringan)

    - IRI

    - visual

    - IRI

    - visual

    - interval lendutan

    500 m

    - IRI

    - visual

    - interval lendutan

    ≥ 500 m

    -   core atau test pit

    pada 5000 m

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (2)

      Pilih penanganan yang paling optimum dng :

      Tabel 2-2 Deskripsi Pemicu (Trigger )

      Tabel 2-3 Jenis Penanganan < 1 juta CESA 4/10   Tabel 2-4 Jenis Penanganan 1 - 30 juta CESA 4/10   Tabel 2-5 Jenis Penanganan > 30 juta CESA 4/10   Tabel 2-6 Pemicu IRI utk Overlay & Rekonstruksi

      Tabel 2-7 Pemicu Lend. utk Overlay& Rekonstruksi   Hitung Tebal Alt. Aktual dng Bag. I dari Manual ini & 

    SDPJL

      Jika diperoleh lebih dari satu solusi, pilihlah solusi ygterefektif dng menggunakan  discounted whole of life 

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (2)

      Tabel 2-2 Deskripsi Pemicu (Trigger )Deskripsi P engukuran Tujuan

    Pemicu

    Lendutan1

    Lendutan BB

    (lendutan FWD terkoreksi

    dapat digunakan)

    Titik dimana dibutuhkan overlay struktural.

    Pemicu

    Lendutan2

    Titik dimana rekonstruksi  lebih murah dari padaoverlay.

    Pemicu IRI 1   N il ai I RI Ti ti k d ima na d ib ut uh ka n overlay non struktural.Pemicu IRI 2   Titik dimana dibutuhkan overlay struktural, tapi lebih

    diutamakan pemicu lendutan 1.

    Pemicu IRI 3  Titik dimana rekonstruksi lebih murah dari pada

    overlay, tapi lebih diutamakan pemicu lendutan 2.Pemicu Kondisi 1   Kedalaman alur > 30 mm,

    visual: retak, pelepasanbutir, pengelupasan, atau

    indeks ketidak-rataan > 8,

    atau kendala ketinggian.

    Tidak dibutuhkan rekon-

    struksi.

    Titik dimana pengupasan (milling) untuk memper-

    baiki bentuk sebelum overlay diperlukan.

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    31/40

    31

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (3)

      Gambar 2-1 Pemicu Konseptual untuk PenangananPerkerasan

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (4)

      Tabel 2-3 Jenis Penanganan < 1 juta CESA 4/10Penanganan Pemicu untuk Setiap Segmen yang Ser agam

    1 Hanya pemeliharaanrutin preventif 

    IRI di bawah Pemicu IRI 1, luas kerusakan serius < 5% terhadap totalarea

    2 Penambalan berat

    (Heavy Patching )

    Lendutan melebihi Pemicu Lendutan 2 atau permukaan rusak parah

    dan luas area dari seluruh segmen jalan yang membutuhkan  heavy  patching   tidak lebih dari 30% total area (jika lebih besar lihat 5 atau 6)

    3   Kupas dan ganti mate-

    rial di area tertentu

    dibutuhkan jika elevasi harus sama dengan elevasi struktur atau

    kereb, dll, jika kondisi perkerasan eksisting memiliki alur cukup dalam

    dan retak cukup parah.

    4   Lapis tambah/overlay   Pemicu IRI 1 dilampaui.

    5   Rekonstruksi   Lendutan Pemicu 2 dilampaui, tebal lapisan aspal < 10 cm, atau

    heavy patching  lebih dari 30% total area, atau dinilailebih dipilih atau

    lebih murah daripada daur ulang.6   Daur ulang   Lendutan di atas Lendutan Pemicu 2, lapisan aspal > 10 cm atau

    heavy patching   lebih dari 30% total area.

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (5)

      Tabel 2-4 Jenis Penanganan 1-30 juta CESA 4/10Penanganan Pemicu untuk Setiap Segmen yang Ser agam

    1  Hanya pemeliharaan

    rutin

    Lendutan dan IRI di bawah Pemicu 1, luas kerusakan serius < 5%

    terhadap total area

    2   Heavy Patching 

    Lendutan melebihi Pemicu Lendutan 2 atau atau permukaan rusak

    parah dan luas area dari seluruh segmen jalan yang membutuhkanheavy patching   lebih dari 30% total area (jika lebih besar lihat 6 atau 7)

    3  Kupas dan ganti mate-

    rial di area tertentu

    Retak buaya yang luas, atau alur >30 mm atau IRI > Pemicu IRI 2 dan

    hasil pertimbangan teknis

    4   Overlay non strukturalLendutan kurang dari Pemicu Lendutan 1, indeks ketidak-rataan lebihbesar dari pemicu IRI1

    5   Overlay strukturalLebih besar dari Pemicu Lendutan 1 dan kurang dari Pemicu Lendutan

    2

    6   Rekonstruksi   Lendutan di atas Pemicu Lendutan 2, lapisan aspal 10 cm

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (6)

      Tabel 2-5 Jenis Penanganan > 30 juta CESA 4/10Penanganan Pemicu untuk Setiap Segmen Yang Ser agam

    1 Hanya pemeliharaan

    rutin

    Lendutan dan IRI < Pemicu 1, luas kerusakan serius < 5% terhadap

    total area

    2   Heavy patching    Lendutan > Pemicu Lendutan 2 atau atau permukaan rusak parah dan

    luas area dari seluruh segmen jalan yang membutuhkan heavy 

     patching  lebih dari 30% total area  (jika lebih besar lihat 6 atau 7)

    3   Kupas dan ganti mate-

    rial area tertentu

    Retak buaya yang luas, atau alur > 30 mm atau ketidak-rataan >

    pemicu IRI 24   Overlay non struktural   Lendutan < Pemicu Lendutan 1, indeks ketidak-rataan > Pemicu IRI 1

    5   Overlay struktural   Lendutan > Pemicu Lendutan 1 dan < Pemicu Lendutan 2. Tipe dan

    tebal penanganan ditentukan dari hasil analisis test pit.

    6   Rekonstruksi atau

    daur ulang

    Lendutan > Pemicu Lendutan 2. Tipe dan tebal penanganan

    ditentukan dari hasil analisis test pit.

    7   Daur ulang vs

    rekonstruksi

     Analisis biaya selama umur pelayanan harus dilakukan terhadap

    semua opsi yang layak,  termasuk daur ulang, rekonstruksi perkerasan

    lentur dan rekonstruksi perkerasan kaku.

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    32/40

    32

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (7)

      Tabel 2-6 Pemicu ketidak-rataan untuk Overlaydan Rekonstruksi

      Tabel 2-7 Lend. Pemicu utk Overlay & Rekonstruksi2 Di bawah nilai-nilai ini tidak perlu overlay kecuali untuk 

    memperbaiki bentuk atau jika terdapat kerusakanpermukaan.

    3 Faktor koreksi diterapkan untuk pembacaan FWD4 Faktor koreksi diterapkan untuk pembacaan FWD.

    LHRT

    (kend/jam)

    Pemicu IRI 1

    untuk Overlay

    Non-Struktural

    Pemicu IRI 2 untuk Overlay Struktural(Lalin < 1 juta ESA4) atau Pengupasan

    (untuk lalin > 1 juta ESA4  harus digunakan

    Pemicu Lendutan)

    Pemicu IRI 3

    untuk Investigasi

    Rekonstruksi

    < 200 6,75

    8 12> 200 - 500 6,5

    >5 00 - 7 50 0 6 ,2 5

    >7500 6

    Lalu lintas

    untuk 10Tahun

    (juta ESA /

    lajur)

    Jenis Lapis

    Permukaan

    Lendutan Pemicu untuk Overlay2

    (LendutanPemicu 1)

    Lendutan Pemicu untuk Inves-

    tigasi untuk Rekonstruksi atauDaur Ulang (Lendutan Pemicu 2)

    Lendutan Karak-

    teristik Benkel-

    man Beam (mm)3

    Lengkungan

    FWDD0-D200(mm)

    Lendutan Karak-

    teristik Benkel-

    man Beam (mm)4

    Lengkungan

    FWDD0-D200(mm)

    2,3 Tidak digunakan>3,0

    Tidak digunakan0,1 – 0,2 HRS >2,1 0,63

    0,2 – 0,5 HRS >2,0 0,48 >2,7

    0,5 - 1 HRS >1,5 0,39 > 2,5 0,66

    1 - 2 HRS >1,3 0,31 0,54

    2 - 3 AC >1,25 0,28 0,46

    2 - 5 AC >1,2 0,23 0,39

    5 - 7 AC >1,15 0,21 0,35

    7 - 10 AC >1,1 0,19 0,31

    10 - 30 AC >0,95 0,13 1,35 0,180

    30 - 50 AC / perkerasan kaku >0,88 0,11 1,2 0,175

    50 - 100 AC / perkerasan kaku >0,8 0,091 1,0 0,170

    100 - 200 AC / perkerasan kaku >0,75 0,082 0,9 0,160

    1. Level Desain & PemicuPenanganan   (8)

      Tabel 2-7 Lend. Pemicu utk Overlay & Rekonstruksi

    2. Lalu Lintas

      Merujuk pada Manual Desain Bagian I :   Umur Rencana Tabel 2-1

      Analisa Lalu Lintas & VDF

      dsb

    3. Analisa Perkerasan Eksisting   (1)

     Umum :   CBR karakteristik = CBR rata-rata – 1,3 SD

      Ketebalan Sisa Pekerasan Eksisting = Ketebalan Sisarata-rata – 1,3 SD

      Koef. Variasi = (SD dari CBR / CBR rata-rata) < 0,3

     Analisa Test Pit untuk Lalin > 10 juta CESA :

      Modulus material eksisting sesuai Tabel 5.1   Analisa Dinamis untuk  tanah lunak  memerlukan riset

    tersendiri. Untuk  perkiraan awal, CBR tanah dasardiatas tanah lunak atau gambut dapat diambil dariCBR maks dari Manual Desain Bag. I - Bab. 10, CBR timbunan atau penopang tidak boleh digunakan.

      Jika diperlukan rekonstruksi untuk lalin > 30 jutaCESA, perkerasan kaku perlu dipertimbangkan

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    33/40

    33

    3. Analisa Perkerasan Eksisting   (2)   Perkerasan kaku pada pondasi jalan diatas tanah

    lunak , perkerasan harus dibangun dng lebar penuh

      Sambungan memanjang antara perkerasan kaku & lentur dng timbunan rendah diatas tanah lunak  sulitdipelihara

      Jika lalin 10 – 30 juta CESA maka Aspal Modifikasi SBS(styrene butadiene styrene ) perlu dipertimbangkan

      Jika kedalaman tanah lunak > 2m & bukti historismenunjukkan kerusakan yg meluas pada perkerasaneksisting maka metoda pendukung seperti cakar ayanatau  micro-pile  yg diikat dng poer diperlukan

    4. Modulus Bahan

      Lampiran F digunakan untuk :   Rehabilitasi dng lalin > 10 juta CESA 

      Menggunakan material inovatif 

      Menggunakan bagan desain dalam Manual ini

      Tabel 5.1 Karakteristik modulus bahan berpengikatdigunakan untuk pengembangan bagan desain danuntuk desain mekanistik 

      Stablilisasi dng bitumen foam = 600 MPa

      Campuran aspal yg mengelupas (dibuang) = 300MPa

      Campuran aspal yg retak = 600 MPa

      Nilai lainnya diambil dari Bag. I Manual Desain ini

      Program CIRCLY, Elsym, Shell, atau finite element

    5. Drainase Bawah Permukaan

      Mengikuti Bag. I dari Manual Desain ini

     Gambar 6-1 – Contoh Drainase BawahPermukaan untuk Berbagai Kondisi Lapangan

    Permukaan beraspaldnglebar penuh RetakRetak

    Lapis pondasi &permukaantidak kedap

    Tanah dasarkedaptidaksensitifair 

    Tanah dasarkedap

    Lapis pengalirharusdpt mengalirbebas

    Bahutanpa penutupaspal kurangkedap

    Gambar 3(a): Infiltrasi permukaan perkerasan dng tanah dasar segi-empat (Gerke 1987)

     Aliranbawah

     Aliranbawah

    Lapispondasi& permukaankedap

    Mengalir bebas/lapis pengalir 

    Gambar 3(b): Drainase pada timbunan samping terbuka (Gerke 1987)

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    34/40

    34

    .

    Mukaair tanah yangd iturunkan

    Mukaairtanah asli

    Lapis penyaringtidak kedap

    Mukaairtanah asli

    Tanah dasarti dakkedap

    Mukaair tanah

    Lapis pondasi& permukaantidak kedap

    Kapile-risasi

    Lapisank edap

    Gambar 3(c): Drainase untuk menurunkan muka air tanah (Gerke 1987)

    4% 4%Mukaair tanah

    Gambar 3(d): Lapis penyaring tidak kedap untuk menurunkan muka air tanah (Gerke 1987)

    Aliranbawah

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (1)

    Lalin ≤ 105 CESA :   Cukup dng lendutan karena bukan kinerja fatigue

     Lalin > 105 CESA & ≤ 107 CESA:   Ambil terbesar dari 3 kriteria di bawah ini

      Perbaikan bentuk akibat IRI dari Tabel 7-1   Perbaikan bentuk akibat lereng melintang atau

    superelevasi   Kebutuhan akibat lendutan maks dari Gambar 7-2

      Tebal yg diperoleh (tanpa koreksi temperatur) diatas& besarnya lendutan desain dimasukkan dalamGambar 7-1, diperoleh nilai CESA 5 (garis hijau)

      Tebal overlay diperoleh dari garis coklat  (Gambar 7-1)   Aspal Mod. SBS 6%, ketahanan fatigue 3x, t = 65mm

    (Gambar 7-7).

    IRI rata-rata Tebal overlay minimum (mm) untuk mencapai IRI = 3 setelah overlay

    4 30

    5 45

    6 50

    7 55

    8 60

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (2)

      Tabel 7-1 Tebal Ovl. Min. utk Perbaikan Ketidak-rataan

      Tabel 7-2 Umur Fatigue untuk Aspal ModifikasiDeskripsi Bahan

    Pengikat Aspal Modifikasi

    Penyesuaian Modulus

    Relatif terhadap AspalPen 60/70

    Faktor Penyesuaian Fatigue

    (pendekatan toleransi fatigue untukcampuran beraspal vs aspal standar)

    Modifikasi Asbuton menjadi Pen 40   1,35 1,00

    SBS 6%   0,70   3,00SBS 5% 0,75 2,50

    SBS 3% 0,80 1,50Multi grade 1,00 1,00

    EVA 5% 1,50 1,00

    EVA 6% 1,50 1,00

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (3)

      Gambar 7-2 Solusi Overlay Berdasarkan Lendutan

    Benkelman Beam untuk WMAPT 41oC

    Tebal Overlay

     Aspal (mm)

    WMAPT 41˚C

    Beban Lalin

    Desain (ESA)

    Lendutan Karakteristik Sebelum Overlay (mm)

    Sumber: Austroads

  • 8/20/2019 HO Manual Desain Perkerasan 2013 (Gorontalo).pdf

    35/40

    35

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (4)

      Gambar 7-1 Tebal Overlay Aspal untuk Mencegah

    Retak Fatigue  pada MAPT > 35oCTebal overlay untuk umur 

    rencana setara 3x106ESA5

    Contoh : umur rencana 3x106 ESA5

    Lengkungan rata-rata D0 - D 200 = 0,42mm

    Tebal min untuk perbaikan bentuk 60 mm

    Keruntuhan  fatigue

    pada 106ESA5  untuk

    kasus tebal min.

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (5)

      Gambar 7-7 Umur Fatigue Lapis Tambah Beraspal dng

    WMAPT > 35oC

     Aspal Modifikasi SBS 6%

    Umur Rencana = 3  x Nilai

    Gambar 7-7 = 3x106 ESA

    6. Desain Ketebalan Lapis Tambah(Overlay)   (6)

     Lalin > 107 CESA :   Gunakan Lampiran F (Prosedur Desain Mekanistik)

      Tabel 7.2 Umur Fatigue untuk Aspal Modifikasi   Faktor Penyesuaian Fatigue terhadap Aspal Pen.60/70

    > 1  hanya untuk  Aspal Modifikasi dng SBS   Meski Aspal Modifikasi jenis lainnya mempunyai Faktor

    Penyesuaian Modulus > 1, namun Faktor Penyesuaian

    Fatigue terhadap Aspal Pen.60/70  dianggap = 1   Kor