hlmn bwh.doc

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor sekolah kepada individu agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya, serta dapat menyesuaikan dan mengarahkan diri pada lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan banyak pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua siswa maupun segala elemen yang ada di sekloah. Sedangkan persepsi merupakan proses menafsirkan informasi yang diterima oleh alat indra manusia. Dalam proses bimbingan dan konseling tidak lepas dari persepsi pihak yang bersangkutan. Persepsi dari berbagai pihak ini berpengaruh terhadap keberhasilan proses konseling. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan persepsi yang terjadi dalam bimbingan dan konseling di sekolah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1

Transcript of hlmn bwh.doc

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan

oleh konselor sekolah kepada individu agar individu dapat memahami dirinya,

lingkunganya, serta dapat menyesuaikan dan mengarahkan diri pada lingkungan

untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Bimbingan dan konseling di

sekolah melibatkan banyak pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua siswa maupun

segala elemen yang ada di sekloah.

Sedangkan persepsi merupakan proses menafsirkan informasi yang diterima oleh

alat indra manusia. Dalam proses bimbingan dan konseling tidak lepas dari persepsi

pihak yang bersangkutan. Persepsi dari berbagai pihak ini berpengaruh terhadap

keberhasilan proses konseling.

Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan persepsi yang

terjadi dalam bimbingan dan konseling di sekolah.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan persepsi?

2. Apakah pengertian bimbingan dan konseling di sekolah?

3. Bagaimana persepsi siswa dalam bimbingan dan konseling di sekolah?

1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan persepsi.

2. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling di sekolah

3. Untuk mengetahui persepi siswa dalam bimbingan dan konseling di sekolah.

1

1.4 Manfaat PenulisanDengan mempelajari persepsi dalam bimbingan dan konseling di sekolah,

maka kita dapat mengetahui proses persepsi yang terjadi pada berbagai pihak yang

berkaitan dalam proses konseling tersebut.

2

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Persepsi2.1.1 Konsep Persepsi Diri dan Persepsi Sosial

Berikut adalah pengertian persepsi menurut beberapa ahli:

Menurut Walgito (2010: 99), persepsi merupakan proses yang didahului oleh

proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti

begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan

proses persepsi.

Desiderato yang dikutip oleh Rahmat (Sugiyo, 2005: 33) mengemukakan

persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Calhoun dan Acocella (dalam Sugiyo, 2005: 33-34) mengemukakan bahwa

persepsi mempunyai tiga dimensi yaitu (a) pengetahuan tentang pribadi orang lain,

(b) pengharapan yaitu gagasan kita tentang orang itu, (c) evaluasi yaitu kesimpulan

kita tentang seseorang didasarkan pengharapan kita.

Zanden (dalam Sugiyo, 2005: 34) mengemukakan bahwa persepsi sebagai

penafsiran pesan atau informasi yang diperoleh.

Sugiyo (2005: 34) menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diperoleh melalui alat indra.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan

proses menafsirkan atau menyimpulkan informasi dari objek atau peristiwa yang

diterima melalui alat indra.

Menurut Sugiyo (2006: 32), persepsi dibagi menjadi 2, yaitu persepsi diri dan

persepsi sosial. Persepsi diri merupakan persepsi yang timbul dari stimulus yang

dating dari individu yang bersangkutan. Sedangkan persepsi sosial merupakan suatu

proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan, dan mengevaluasi orang

3

lain tentang sifat-sifatnya, kualitas dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang

lain tersebut.

2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2010: 102) proses terjadinya persepsi berawal dari objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses

stimulus mengenai alat indra ini disebut dengan proses kealaman/fisik. Stimulus yang

diterima alat indra diteruskan oleh syaraf sensorik ke otal. Proses ini disebut sebagai

proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran

sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang

diraba yang disebut dengan proses psikologis.

DeVito (dalam Sugiyo 2006: 29-30) mengemukakan bahwa proses persepsi

melalui tiga tahap, yaitu: (a) stimulasi sensori terjadi, proses ini merupakan proses

sensori yang diterima melalui alat indra, (b) stimulasi organisasi terorganisasi, tahap

ini merupakankelanjutan dari tahap pertama dan pada tahap ini akan memperoleh

pemahaman tertentu dengan prinsip-prinsip: kedekatan dan kesamaan/kemiripan, (c)

stimulasi sensori diinterprestasikan, maksudnya bahwa apa yang telah diterima

melalui sensori diberi makna atau ditafsirkan.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Menurut Walgito (2010: 101) ada 3 faktor yang berperan dalam persepsi,

yaitu sebagai berikut:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam diri individu. Namun, sebagian

besar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping

itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang

diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

Sebagai alat untuk melakukan respon diperlukan syaraf motoris.

4

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka

mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh

aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Jamaludin Rahmat (dalam Sugiyo 2006: 35-37) faktor yang

mempengaruhi persepsi diantaranya:

1. Faktor Situasional

Faktor situasional yang mempengaruhi persepsi orang antara lain sebagai berikut:

2. Deskripsi verbal

Deskripsi verbal menyatakan bahwa rangkaian kata sifat mempengaruhi

persepsi orang lain. Kata sifat yang dikatakan dari orang lain (misalnya pandai,

cantik, humoris, dan lain-lain) akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap orang

yang diberi kata sifat tersebut.

3. Petunjuk Proksemik

Prosemik merupakan studi tentang jarak penggunaan jarak/ruang dan waktu

dalam menyampaikan pesan. Petunjuk proksemk menyatakan bahwa jarak/ruang dan

waktu mempengaruhi persepsi seseorang. Misalnya, dua orang yang kerap bersama

akan dipersepsi bahwa mereka memiliki hubungan dekat.

4. Petunjuk Kinestik

Perunjuk kinestik adalah suatu petunjuk dalam mempersepsi orang lain

berdasarkan gerakan orang tersebut, misalnya bertopang dagu berarti bosan.

5. Petunjuk Wajah

Petunjuk wajah biasanya menimbulkan persepsi yang universal artinya semua

orang akan memberikan persepsi yang sama dan konsisten terhadap petunjuk wajah

yang dierikan orang lain. Misalnya, tersenyum berarti kebahagiaan, dan lain

sebagainya.

5

6. Petunjuk Paralinguistik

Petunjuk paralinguistic berdasarkan bagaimana cara orang mengucapkan

lambang-lambang verbal. petunjuk ini berupa kata-kata yang diucapkan misalnya

nada suara, dalam penekanan kata-kata tertentu, dan memberikan saat-saat behenti

dalam kalimat.

7. Petunjuk Artifaktual

Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan tubuh, kosmetik yang

dipakai, baju, tas, pangkat, dan atribut – atribut lain.

8. Faktor Personal

Faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi

diantaranya adalah pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan

untuk menarik kesimpulan.

2.2Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (2004: 99) bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,

baik anak-anak, ramaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan

kekuatan individudan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-

norma yang berlaku.

Sedangkan konseling menurut Prayitno (2004: 107) adalah proses

memberikan bantuan yang dilakukan melaluin wawancara konseling oleh seseorang

ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah

(disebut konselor) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Ada beberapa bidang konseling, diantaranya dalah konseling pranikah,

konseling perkawinan, konseling keluarga, dan konseling pendidikan. Konseling

pranikah, pkonseling perkawinan, dan konseling keluarga hanya bisa dilakukan oleh

6

konselor yang mengambil program profesi konselor. Namun, apabila konseling

pendidikan dapat dilakukan oleh konselor yang telah menempuh pendidikan sarjana

dan bergelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.). konseling pendidikan umumnya dilakukan

di sekolah.

Bimbingan dan konseling menurut Anas Salahudin (2012:16) adalah suatu

proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang

dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan

tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat

mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan

potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan

masyarakat.

Bimbingan konseling di sekolah adalah proses pemberian batuan yang

diberikan konselor kepada siswa. Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu

kepada pola 17 plus yang terdiri dari wawasan bimbingan dan konseling (konsep

dasar, fungsi, landasan, dan asas), 6 bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir,

keluarga, keagamaan), 9 layanan bimbingan (orientasi, informasi, penempatan dan

penyaluran penguasaan konten, konseling perorangan, konseling kelompok,

konsultasi, dan mediasi), dan 6 kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi,

himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus, dan tampilan

kepustakaan).

2.2.2 Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Heru Mungiarso (2010: 10-11) menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam

kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan bimbingan dan

penyuluhan pendidikan dan layanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam

kurikulum yang mencangkup:

1. Wilayah Managemen dan Kepemimpinan

Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan

pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan

7

managemen sekolah seperti perencanaan, pengadaan, dan pengembangan staf,

prasarana, dan sarana fisik dan pengawasan.

2. Wilayah Pembelajaran yang Mendidik

Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan

pelaksanaan pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan,

keterampilan sikap, dan keterampilan komunikasi peserta didik.

3. Wilayah Bimbingan dan Konseling yang Memandirikan

Wilayah ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada

pelayanan kesiswaan serta individual agar masing-masing peserta didik dapat

berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan tahap-tahap perkembangannya.

2.2.3 Komponen Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Berikut adalah pihak-pihak yang berperan dalam bimbingan dan konseling di

sekolah:

1. Kepala Sekolah bersama Wakil Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan pada satuan

pendidikan secara keseluruhan, termasuk penanggungjawab dalam membuat

kebijakan pelayanan bimbingan dan konseling. Sedangkan wakil kepala sekolah

bertugas membantu kepala sekolah dalam mengkoordinir, wakil kepala sekolah

dibagi menjadi empat, yaitu: kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, dan hubungan

masyarakat.

2. Koordinator Guru Pembimbing (Konselor)

Koordinator guru pembimbing (konselor) bertugas mengkoordinir konselor,

guru mata pelajaran, maupun staff lain demi kelancaran proses bimbingan dan

konseling di sekolah.

3. Guru Pembimbing (Konselor)

Guru pembimbing (konselor) merupakan pihak yang secara langsung

memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

8

4. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran membantu konselor sekolah dalam memperhatikan siswa

serta memberikan informasi tertentu kepada konselor demi kelancaran proses

konseling.

5. Wali Kelas

Wali kelas bertugas menghimpun data dan bertanggungjawab terhadap murid

binaannya. Wali kelas juga berperan membantu konselor dalam memberikan

informasi tertentu dan ikut dalam memperhatikan peserta didik.

6. Staff Tata Usaha/Administrasi

Staff tata usaha/administrasi membantu konselor dalam menghimpun data

siswa demi kelancaran proses bimbingan dan konseling.

7. Siswa

Siswa merupakan objek khusus dari lalayan bimbingan dan konseling di sekolah.

8. Komite Sekolah dan Wali Murid

Komite sekolah bertindak sebagai pengawas seluruh kegiatan sekolah termasuk

kegiatan bimbingan konseling. Sedangkan wali murid merupakan komponen yang

penting karena berkaitan langsung dengan peserta didik dan biasanya memiliki ikatan

emosional yang tinggi dengan peserta didik.

2.3Persepsi Siswa dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah 2.3.1 Persepsi Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling setiap siswa pasti memiliki

persepsi yang berbeda-beda baik sebelum, ketika, maupun setelah proses bimbingan

dan konseling. Persepsi ini bermacam-macam, mulai dari persepsi terhadap konselor

sekolah hingga persepsi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Persepsi siswa terhadap konselor bermacam-macam. Persepsi tersebut dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif

adalah ketika siswa menganggap konselor sekolah adalah orang yang menyenangkan,

9

baik hati, ramah, dan hal-hal positif lainnya. Sedangkan persepsi negatif menganggap

bahwa konselor adalah orang yang menyebalkan, pemarah, tidak menyenangkan, dan

hal negatif lainnya.

Persepsi siswa terhadap konselor ini dapat berubah tergantung pada sikap

konselor dan pendapat dari masing-masing siswa itu sendiri. Selain itu, persepsi juga

dapat berubah seiring dengan berjalanannyaa proses bimbingan dan konseling itu

sendiri. Misalnya, pada aw alnya siswa mempersepsi bahwa konselor sekolah (guru

bimbingan dan konselingnya) jahat dan pemarah. Namun, setelah dia melakukan

proses konseling, dia mulai menyadari bahwa konselor tersebut ternyata ramah,

periang, dan baik hati, sehingga persepsinya berubah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Willi Purwanti, dkk menunjukkan

bahwa persepsi siswa terhadap konselor dalam pelaksanaan asas kerahasiaan layanan

konseling perorangan adalah negatif. Lain lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh

Vera Muthiah, menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap konselor dalam layanan

bimbingan kelompok adalah positif. Dari beberapa penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa persepsi siswa terhadap masing-masing layanan bimbingan dan konseling

berbeda-beda, tergantung pada jenis layanan dan bagaimana konselor melakukan

layanan itu sendiri.

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa di Sekolah

2.3.1.1 Faktor Situasional

1. Deskripsi Verbal

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi

oleh cerita-cerita dari teman-temannya. Misalnya setelah melakukan proses konseling

temannya bercerita bahwa Bu Anni (guru bimbingan dan konseling) menyenangkan,

baik hati, ramah, dan dapat membantunya menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu

persepsi terhadap Bu Anni akan baik.

2. Petunjuk Proksemik

Peserpsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi oleh

penggnaan jarak/waktu dalam menyampaikan pesan. Misalnya, Andi melihat bahwa

10

Toni, seorang pengurus OSIS selalu melaporkan temannya yang melanggar kepada

guru bimbingan dan konseling, sehingga teman-temannya mendapatkan sangsi. Hal

ini menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling sebagai polisi

sekolah hanya mau dekat dengan siswa dari pengurus OSIS.

a. Petunjuk Kinestik

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi

oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh konselor. Misalnya, ketika mengahadapi

murid yang terlambat guru bimbingan dan konseling selalu melipat tangannya

pertanda marah. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling

merupakan polisi sekolah yang marah ketika menjumpai siswanya yang terlambat.

b. Petunjuk Wajah

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi

oleh raut muka yang ditunjukkan konselor. Misalnya, ketika bertemu konselor selalu

tersenyum, hal ini menimbulkan persepsi bahwa konselor tersebut ramah.

c. Petunjuk Paralinguistik

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi

oleh bagaimana intonasi konselor dalam berbicara. Misalnya, ketika menjumpai

murid yang terlambat konselor cendrung berbicara dengan nada yang tinggi. Hal ini

menimbulkan persepsi bahwa guru bimbingan dan konseling merupakan polisi

sekolah yang marah ketika menjumpai siswanya yang terlambat.

d. Petunjuk Artifaktual

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling sekolah dapat dipengaruhi

oleh bagaimana cara konselor berpenampilan. Siswa akan lebih merasa nyaman

berkonsultasi dengan konselor yang berpenampilan rapi dari pada yang

berpenampilan serampangan.

2. Faktor Personal

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi oleh

keadaan dari masing-masing individu. Apabila siswa dapat berpikiran lebih postif

11

maka akan mempersepsi dengan pikiran yang positif, sebaliknya apabila siswa

berpikiran negatif, maka akan timbul persepsi yang negatif pula.

Persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling di sekolah sebenarnya

sangat mempengaruhi kelancaran dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling

itu sendiri. Apabila persepi siswa positif, maka pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling akan berjalan baik dan lancar, namun apabila persepsi siswa negatif, maka

pelaksanaan bimbingan dan konseling cenderung terhambat.

2.3.2 Cara Miningkatkan Persepsi Siswa yang Baik

2.3.2.1.Strategi Mengurangi Ketidakpastian

Menurut Charles Berger dan James Bradac (dalam Sugiyo 2005: 47-48)

terdapat 3 macam strategi, yaitu:

a. Passive strategies

Passive strategies yaitu mengoservasi orang lain tanpa mereka sadari.

Konselor dapat melihat tingkah laku siswanya, memperhatikan tingkah laku

kesehariaanya. dengan begitu konselor akan mengetahui karakteristiknya. Dengan

mengetahui karakteristik siswanya tersebut konselor dapat mendekati siswa yang

bersangkutan sehingga dapat timbul persepsi yang baik dari siswa tersebut.

b. Active strategies

Active strategies yaitu secara aktif mencari informasi tentang orang lain tanpa

mereka sadari. Koselor mencari-cari informasi tentang siswa yang bersangkutan

dengan teman, guru, atau keluarganya sehingga mengetahui karakter dan sifat siswa

yang bersangkutan. Dengan begitu, konselor dapat mendekati siswa tersebut sehingga

dapat timbul persepsi yang baik dari siswa yang bersangkutan.

c. Interactive strategies

Interactive strategies yaitu berinteraksi dengan orang lain untuk belajar

memahami tentang mereka. Konselor disini berinteraksi secara langsung dengan

siswa, memahami siswanya, dan membantu siswa untuk mengembangkan potensi

yang dimilikinya. Apabila siswa merasa nyaman dengan hal tersebut maka akan

timbul persepsi yang baik dari siswa.

12

2.3.2.2 Meningkatkan Ketepatan dalam Mempersepsi

Meningkatkan ketepatan dalam mempersepsi dengan jalan mencari berbagai

macam petunjuk memformulasi hipotesis dari petunjuk yang kontradiktif menunda

untuk memformulasi kesimpulan menghindari pemakaian perasaan terlalu dalam

2.3.2.3. Empati

Empati adalah melihat dan merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain.

Sikap empati hendaknya dimiliki oleh konselor. Dengan empati konselor akan dapat

mendengarkan secara efektif, mampu memahami dunia orang lain sehingga dapat

membantu untuk meningkatkan kecermatan dalam persepsi antar pribdi.

13

BAB III

PENUTUP3.1 Simpulan

Persepsi siswa dalam bimbingan dan konseling disekolah ada dua, yaitu persepsi

siswa terhadap konselor sekolah (guru bimbingan dan konseling) dan persepsi siswa

terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Persepsi siswa tersebut timbul

dari berbagai macam faktor, baik faktor situasional maupun faktor personal. Proses

bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan lancar apabila baik siswa

maupun konselor memiliki persepsi yang positif terhadap satu sama lain.

3.2 SaranKonselor sekolah hendaknya menunjukkan sikap yang positif dan dapat

memberikan layanan bimbingan dan konseling yang maksimal agar persepsi siswa

menjadi positif dan proses bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik.

Penulis meminta maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai

macam kekurangan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi

kelancaran penulisan makalah dikemudian hari.

14