Hk Pidana Kontemporer

download Hk Pidana Kontemporer

of 17

Transcript of Hk Pidana Kontemporer

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    1/17

    Kontroversi Hukuman Rajam

    Diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Hukum Pidana Islam Kontemporer

    Dosen pengajar : Ocktoberinsyah

    Disusun oleh kelompok 4:

    1.Nurhasanah (10370013)2. Atik Ratnasari (10370020)3. Fahrudin Alfian (10370028)4. Muflihatul Khoiroh (10370046)5. Gunarto (10370050)

    JINAYAH SIYASAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2012

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    2/17

    Pendahuluan

    Dalam islam, diberlakukan tiga macam hukuman bagi seseorang yang melakukan

    perbuatan jarimah atau tindak pidana. Ketiga hukuman tersebut yaitu, hukuman hudud,

    qishas, dan tazir.Hudud adalah hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah dan tertera dalam

    Al-quran.Sedangkan hukuman qishas adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara,

    bedanya dengan hukuman hudud atau had adalah jika had merupakan hak Allah sedangkan

    hukuman qishas hak individu. Dan yang terakhir, hukuman ta;zir adalah hukuman yang

    belum ada dalam nash dan hukumannya ditetapkan oleh penguasa.

    Perzinahan merupakan suatu jarimah atau tindak pidana.Dalam surat An-Nur ayat 2

    dijelaskan bahwa hukuman bagi pelaku zina adalah dicambuk atau dera 100x.Pada zaman

    Nabi saw. hukuman bagi pelaku zina adalah dirajam hingga mati. Nah hukuman rajam inilah

    yang masih menjadi perdebatan para ulama.

    Bagi sebagian ulama, hukuman rajam sudah tidak sesuai untuk diterapkan dalam

    zaman sekarang.Selain itu hukuman rajam dianggap sebagai hukuman yang tidak

    manusiawi.Melanggar hak asasi si pelaku untuk merubah dirinya menjadi lebih baik.Tetapi

    beberapa ulama mendukung juka hukuman rajam diterapkan dalam konteks zaman modern

    ini.Karena menurutnya hukuman itu pantas diberikan bagi pelaku zina yang secara tidak

    langsung memberikan efek negative bagi orang-orang disekitarnya. Serta agar dapat

    dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan zina.

    Dalam perkembangannya hukuman rajam mengalami perdebatan yang

    menarik.Sebagai salah satu dalam kajiannya dalam hukum pidana Islam. Para ulama sampai

    sekarang masih ada yang mempertahankan hukuman rajam karena, hukuman ini sudah

    dilakukan pada masa nabi, sedangkan disisi lain. Hukuman rajam dirasa sangat kejam karena

    sudah melanggar hak hidup dan hak kemanusiaan.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    3/17

    Maka dari itu dalam era modern seperti sekarang ini, hukuman rajam banyak juga

    ditolak untuk diterapkan.terutama para fuqoha-fuqoha pembaharuan hokum islam karena

    dirasa sudah tidak efisien dan tidak sesuai lagi untuk diterapkan di zaman sekarang ini.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    4/17

    A.Pengertian

    Dari segi etimologi, adalah bentuk verbal noun atau masdar dari kata kerja

    rajama ( (yang berarti melempari batu. Terkadang rajam juga diartikan menerka,

    di dalam Al-Quran surah al-Kahfi ayat 22 rajam dalam ayat tersebut berarti menerka

    ( ), sedangkan dalam surat al-Muluk ayat 5 bermakna alat untuk melempar

    batu atau merajim.

    Dalam terminology fiqih, perkataan rajam berarrti melempari pezina mukhsan

    dengan batu atau semacamnya sampai menemui ajal.Dengan demikian rajam adalah

    hukuman mati bagi pezsina muhsan.

    Hukuman rajam ialah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu, dan

    yang dikenakan ialah pembuat zina muhshan (sudah menikah), baik laki-laki maupun

    perempuan.Hukuman rajam tidak tercantum dalam alQuran, dan oleh karena itu

    fuqaha-fuqaha khawarij tidak memakai hukuman rajam.Menurut mereka terhadap

    jarimah-jarimah zina dikenakan hukuman jilid saja, baik pelakunya sudah muhshan

    atau belum, dan dipersamakan atas keduanya.1

    B.Sejarah Hukuman RajamHukuman rajam sudah ada sebelum era umat Nabi Muhammad saw, yang

    diberlakukan pada kaum Yahudi dan Nasrani yang terdapat dalam kitab Taurat. Di

    Islam sendiri hukuman rajam pertama kali diterapkan sebelum terjadinya penaklukan

    Mekkah (fathul Mekkah), dan sebelum turunnya surat An-Nur ayat 2 tentang

    hukuman cambuk. Berdasarkan riwayat Ibn Majah bahwa seorang yang bernama

    Maiz mengadu dan mengaku kepada Rasulullah bahwa ia telah melakukan perbuatan

    1Ahmad Hanafi,Asas-asas Hukum Pidana Islam,1986, cet-3, Jakarta: PT Bulan Bintang, hlm 267-268.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    5/17

    zina. Namun Rasulullah tidak menghiraukan pengaduannya dan memalingkan muka

    darinya, hingga ia mendatangi dan mengulangi lagi pengakuannya kepada Rasul

    sampai empat kali, kemudian Rasul menyuruhnya untuk mencari empat orang saksi,

    setelah membawa empat orang saksinya Rasul bertanya apa kamu sudah gila?

    dijawab tidak. Kemudian Rasul bertanya lagi apa kamu sudah pernah menikah?

    dijawab ya, apakah kamu tau apa itu zina? ia menjawab tahu ya Rasulullah kalu

    begitu, bawalah orang ini dan rajamlah. Ketika hukuman dilaksanakan, tiba-tiba

    Muiz melarikan diri karena kesakitan, sehingga sebagian sahabat mengejar dan

    melempari lagi hingga meninggal, setelah itu mereka menghadap Rasulullah dan

    melaporkan kejadian tersebut namu Rasul bersabda mengapa tidak kalian biarka saja

    Maiz lari saja?.

    Walaupun hadis tersebut menyebutkan bahwa pelaku zina dihukum rajam

    tetapi Rasul tidak dengan mudahnya memutuskan dan menerapkan hukuman

    tesebut.Hukuman rajam merupakan suatu bentuk penyerahan diri dan bentuk taubat

    dari seorang hamba agar terbebas dari dosa besar.Hukuman rajam yang dilakukan

    pada zaman Rasul penangkapan pelaku hukuman rajam tidak dilakukan oleh lembaga

    Negara, melainkan karena ketulusan pelaku zina itu sendiri.

    C.Cara Pelaksanaan Hukuman RajamTujuan pengenaan hukuman yang tampaknya kejam sangat kejam ini adalah ia

    harus berfungsi sebagai suatu alat yang menjerakan bagi masyarakat. Tanggung jawab

    yang sangat besar terpikul di pundah qadhi/hakim sebelum dia memutuskan dirajam

    sampai mati bagi orang yang berdosa tersebut. Hukuman ini hanya diperkenankan bila

    ia terbukti tanpa keraguan sedikit pun melalui pembuktian dari empat orang saksi

    yang dapat dipercaya, Muslim yang shaleh dan diberikan pada saat yang bersamaan,

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    6/17

    bahwa mereka melihat si pendosa itu benar-benar melakukan pelanggaran. Jika ada

    keraguan walaupun sedikit dalam pernyataan kesaksian mereka maka ia akan

    meringankan si tertuduh. 2

    Sebelum menjatuhkan hukuman rajam, maka harus memenuhi beberapa syarat

    berikut :

    1. Si pelanggar dalam keadaan sehat pikiran.2. Dia seorang muslim3. Telah pernah menikah4. Telah mencapai usia puber5. Seorang yang merdeka, bukan budak belian

    Apabila memang telah terbukti melakukan jarimah zina, maka jika orang

    yang terkena hukuman adalah laki-laki maka hukuman dilaksanakan dengan berdiri

    tanpa dimasukkan kedalam lubang dan tanpa dipegang atau diikat. Didasrkan pada

    hadist Rasulullah saw. Ketika merajam Mais dan orang Yahudi

    :

    ........

    Dari Abi Said ia berkata : ketika Rasulullah swa memerintahkan kepada kami untuk

    merajam Mais bin Malik maka kami membawanya ke Baqi. Demi Allah kami tidak

    memasukkannya ke dalam lubang dan tidak pula dan tidak pula mengikatnya,

    melainkan ia tetap berdiri. Maka kami melemparinya dengan tulang.

    2Ahmad Hanafi,Asas-asas Hukum Pidana Islam,1986, cet-3, Jakarta: PT Bulan Bintang

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    7/17

    Bila ia melarikan diri dan pembuktiannya dengan pengakuan maka ia tidak

    perlu dikejar, tetapi bila pembuktiannya dengan persaksian maka ia harus dikejar dan

    hukuman dilanjutkan sampai ia mati.

    Apabila orang yang dirajam itu seorang wanita, menurut Imam Abu Hanifah dan

    Imam Syafii, ia boleh dipendam sampai batas dada., karena cara demikian itu lebih

    menutup auratnya. Menurut mazhab Maliki dan pendapat yang rajjih dalam mahab

    Hambali, wanita juga tidak dipendam sama seperti yang dilakukan laki-laki.

    Menurut Imam Abu Hanifah, lemparan pertama dilakukan oleh para saksi apabila

    pembuktiannya dengan saksi. Setelah itu dilanjutkan oleh imam atau pejabat yang

    ditunjuk kemudian diteruskan oleh masyarakat. Namun ulama yang lain tidak

    mensyaratkan hal demikian.

    Hukuman rajam boleh dilaksanakan kapan saja, karena hukuman tersebut akan

    berakhir pada kematian. Tetapi, apabila hukuman rajam dijatuhkan pada wanita hamil

    maka pelaksanaan hukumannya dilakukan setelah wanita itu melahirkan.Bila tetap

    dilakukan berarti menghukum juga bayi yang masih ada dalam kandungan.3

    D.Beberapa Pendapat Mengenai Hukuman RajamHukuman rajam menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk

    diperdebatkan.Banyak dari kalangan ulama yang menolak maupun menerima

    hukuman rajam ini.Dari golongan khawarij, Mutazilah dan sebagian fuqaha Syiah

    menyatakan, sanksi bagi pezina adalah hukum dera (cambuk). Adapun alasan mereka

    yang menolak hukum rajam:

    1. Hukum rajam dianggap paling berat di antara hukum yang ada dalam islamnamun tidak ditetapakan dalam al-quran. Seandainya Allah melegalkan

    hukum rajam mestinya ditetapkan secara definitif dalam nas.

    3Ahmad Wardi Muslih,Hukum Pidana Islam, 2005, cet-2, Jakarta: Sinar Grafika, hlm 57-58

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    8/17

    2. Hukuman bagi hamba sahaya separoh dari orang merdeka, kalau hukum rajamdianggap sebagai hukuman mati, apa ada hukuman separoh mati. Demikian

    juga ketentuan hukuman bagi keluarga Nabi dengan sanksi dua kali lipat

    apakah ada dua kali hukuman mati. Secara jelas ayat yang menolak adalah

    surat an-Nisa ayat 25:

    Artinya: dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk

    mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak

    yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang

    lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka

    menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan

    (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga

    diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo

    hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu,

    adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara

    kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu.dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    9/17

    Ayat di atas menggambarkan bahwa hukum rajam tidak dapat

    dilipatgandakan, yakni dua kali lipat.Jika diberlakukan hukuman dera 100 kali maka

    dua kali lipatnya adalah 200 kali.

    3. Hukum dera yang tertera dalam surat an-Nur ayat 2 berlaku umum, yaknipezina muhsan dan ghairu muhsan. Sementara hadis nabi yang menyatakan

    berlakunya hukum rajam adalah lemah.

    Masih dalam aliran ini, Izzudin bin Abd as-Salam sebagaimana dikutip oleh

    Fazlur Rahman, menyatakan bahwa hukum rajam dengan argumentasi seluruh materi

    yang bersifat tradisional bersifat non reliable, disamping tidak ditegaskan dalam al-

    quran juga warisan sejarah orang-orang Yahudi.

    Sementara Anwar Haryono menyatakan, bahwa hukum rajam pertama kali

    diterapkan dalam sejarah islam terhadap orang Yahudi dengan berdasarkan kitab

    mereka, yakni Taurat. Kejadian itu kemudian rujukan hukum, artinya siapa saja yang

    berzina dirajam. Demikian halnya dengan pendapat Hasbi ash-Shidieq, hukum rajam

    ada dan dipraktekan dalam islam, akan tetapi terjadi sebelum diturunkan surat an-

    Nur ayat (2).

    Artinya : perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari

    keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    10/17

    (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah

    (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

    Maka hukum yang muhkan sampai sekarang adalah hukum dera bagi pazina.

    Alangkah bijaksananya kalau tidak mengatakan hukum had itu tidak boleh

    dilaksanakan, kecuali telah sempurna perbuatan dosa seseorang, yakni terpenuhinya

    syarat, rukun dan tanpa adanya unsur subhat.

    Hukum rajam atau dera seratus kali bagi pezina bukanlah suatu kemutlakan.

    Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Syahrur dengan teorinya halah al-had

    al-ala, (batas maksimal ketentuan hukum Allah), bahwa hukum rajam (dera) bisa

    dipahami sebagai hukum tertinggi dan adanya upaya untuk berijtihad dalam kasus

    tersebut dapat dibenarkan. Demikian halnya pelaku yang tidak diketahui oleh orang

    lain, Islam memberikan peluang terhadapnya untuk bertobat. Sebagaimana Nabi

    menjadikan sarana dialog dalam kasus Maiz bin Malik, yang mengaku berzina dan

    minta disucikan kepada Nabi. Nabi berpaling dan bertanya berulang-ulang agar

    pengakuan dicabut dan segera bertaubat.

    Hukuman bagi pelaku zina yang belum menikah (ghairu muhsan) didasarkan

    pada ayat al-quran an, yakni didera seratus kali.Sementara bagi pezinah muhsan

    dikenakan sanksi rajam.Rajam dari segi bahasa berati melempari batu.Sedangkan

    menurut istilah, rajam adalah melempari batu. Sedangkan menurut istilah, rajam

    adalah melempari pezina muhsan sampai menemui ajalnya. Adapun dasar hukum

    dera atau cambuk seratus kali adalah firman Allah dalam surat an-Nur ayat 2

    Zina adalah perbuatan yang sangat tercela dan pelakunya dikenakan sanksi

    yang amat berat, baik itu hukum dera maupun rajam, karena alasan yang dapat

    dipertanggungjawabkan secara moral dan akal.Kenapa zina diancam dengan hukuman

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    11/17

    berat. Hal ini disebabkan karena perbuatan zina sanagt dicela oleh islam dan

    pelakunya dihukum dengan hukuman rajam (dilempari batu sampai meninggal

    dengan disaksikan oleh orang banyak), jika ia muhsan. Jika iaghairu muhsan, maka

    dihukum cambuk 100 kali. Ada perbedaan hukuman tersebut karena muhsan

    seharusnya bisa lebih menjaga diri untuk melakukan perbuatan tercela itu, apalagi

    kalau masih dalam ikatan perkawinan yang berarti menyakiti dan mencemarkan nama

    baik keluarganya, sementara ghairu muhsan belum pernah menikah sehingga nafsu

    syahwatnya lebih besar karena didorong rasa keingintahuannya. Namun keduanya

    tetap sangat dicela oleh Islam dan tidak boleh diberi belas kasihan.

    Adapun tindak pidana yang terkait denagn tindakan asusila, seperti pelaku

    lesbian dan homoseks, kebanyakan ahli hukum menyatakan bahwa si pelaku tidak

    dihukum hadd melainakn dengan tazir.Dalam hal kejahatan perkosaan, hanya orang

    yang melakukan pemaksaan saja (si pemerkosa) yang dijatuhi hukuman hadd.Namun

    ada sebagian pendapat yang menyatakan, bahwa hukuman si pemaksa dikategorikan

    sebagai hukuman yang sadis dan masuk dalam delikhirabah.Hal ini didasarkan pada

    lafadz wayas auna fi al-ard fasadan (orang yang membuat kerusakan di muka

    bumi).Kejahatan pemerkosa, sabotase, bahkan terorisme teermasuk dalam kategori

    jarimah perampokan (perampasan) yang pelakunya dikenai hukuman berat.

    E. Penerapan Hukuman Rajam di Berbagai NegaraAda 7 negara yang sampai saat ini masih menggunakan hukuman rajam, Negara-

    negra tersebut adalah:

    1. IranIran yang menerapkan hukum Islam, memberlakukan hukuman rajam bagi

    siapa saja yang melakukan perzinahan di Negara itu.Berdasarkan ketepan yang

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    12/17

    berlaku, tubuh pria pelaku perzinahan dibenamkan ke dalam bumi hingga setinggi

    pinggangnya dan tubuh wanita pelaku perzinahan dibenamkan hingga setinggi

    lehernya. Selanjutnya mereka dirajam hingga tewas. Namun pelaku perzinahan

    yang berhasil meloloskan diri dari lubang tempat mereka dibenamkan akan

    dianggap bebas dari hukuman. Hukuman yang tidak adil bagi perempuan karena

    dibenam lebih dalam yaitu sebatas leher sedangkan pria hanya sebatas pinggang.

    Contoh kasus: Pada bulan Juli 2008, hukuman rajam hingga mati diberikan

    kepada Sembilan pelaku zina dan prostitusi. Sedikitnya delapan wanita dan satu

    pria telah dijatuhi hukuman dilempar batu hingga mati atau rajam di Iran.

    Delapan wanita berusia berkisar dari 27 hingga 43 tahun itu mendapat hukuman

    karena terlibat prostitusi, hubungan sedarah dan perzinahan.Terpidana lainnya,

    seorang pria guru musik berusia 50 tahun, dihukum karena hubungan seks tidak

    sah dengan seorang siswa.

    2. Arab SaudiContoh kasus: TKW asal Banyuwangi yang bernama Lilik (40) terancam

    hukuman rajam. Kasus itu terjadi pada tahun 2007.Hal itu bermula dari

    pembunuhan yang menimpa TKW Indonesia lainnya yang dilakukan oleh pria

    asal Bangladesh.Tetapi saat polisi Arab memeriksa tempat kejadian mereka

    menemukan foto lilik sedang bermesraan dengan pria tersebut.dan polisi langsung

    menangkap Lilik. Walaupun hukuman rajam belum dilaksanakan, ini jelas bahwa

    Arab Saudi masih memberlakukan hukuman Rajam untuk pelaku zina ataupun

    yang mendekati zina.

    3. SudanPada 10 Juli 2012 pengadilan di ibukota Khartoum menjatuhi hukuman bagi

    seorang wanita Sudan, berusia 23 tahun, Laila Ibrahim Issa Jamool karena

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    13/17

    berzinah. Pengadilan menghukumnya mati dengan dirajam, dibawah pasal 146

    Hukum Pidana Sudan tahun 1991.

    4. PakistanMilitan Taliban diduga menghukum rajam seorang wanita sampai mati di

    Pakistan.Seorang wanita tergeletak diikat ke tanah dan sekelompok orang

    berkumpul sekelilingnya, berulang kali melempar batu padanya. Dia berulang kali

    berteriak memohon bantuan, tetapi meskipun dia menangis, mereka terus

    menghujaninya dengan batu padanya sampai ia terbaring diam.Eksekusi diduga

    berlangsung dua bulan yang lalu di daerah Orakzai.

    5. AfganistanContoh kasus: Para Taliban Afganistan melakukan hukuman rajam bagi

    pasangan lelaki dan perempuan itu dituduh telah berzina di kawasan distrik

    Dashte Archi di provinsi Kunduz Agustus silam.

    6. NigeriaContoh kasus: Amina Lawal, seorang perempuan Muslim, dijatuhi hukuman

    mati pada hari Jumat tanggal 22 Maret 2002 dengan cara dirajam hingga mati

    oleh Pengadilan Syariah di Bakori, Negara Bagian Katsina di Nigeria Utara.

    Beliau mengandung sementara menjanda dan menurut hukum Syariah,

    mengandung di luar pernikahan adalah bukti cukup bagi seorang perempuan untuk

    dituduh melakukan pelacuran.

    7. Somalia

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    14/17

    Contoh kasus: Mohamed Abukar Ibrahim, nama pria malang berusia 48 tahun

    itu, dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, hanya leher dan kepala yang masih

    di atas tanah, lalu dilempari batu hingga tewas.

    Suatu golongan mengatakan bahwa kedua orang itu mengaku telah melakukan

    masing-masing pembunuhan dan perzinahan.Untuk pasangan zinanya hakim telah

    menjatuhkan hukuman cambuk 100 kali karena belum menikah.

    F.Relevansi hukuman rajam dengan kemanusiaanKebanyakan orang memandang hukuman system dalam islam dianggap kejam

    dan tidak manusiawi.dalam system ini misalnya dikenal hukuman rajam bagi pelaku

    zina muhsan, hukuman cambuk 100x bagi pezina yang belum menikah. Hukuman

    balasan dalam hal penganiayaan dan pembunuhan, hukum potong tanggan bagi

    pencurian.

    Tetapi menurut M. Hasbi Ash-shidiqqi, dipandang wajar karena mereka

    dianggap gagal atau tidak mampu dalam menangkap ruh syariat islam. Sebetulnya

    hukum-hukum tersebut ada bukan untuk alas an balas dendam meleinkan hukuman

    tersebut memberikan ukuran konkrit tentang nilai keadilan. Dengan kata lain,

    hukuman tersebut dijatuhkan karena telah melebihi kesalahan atas dosa yang mereka

    lakukan.

    Muhammad Iqbal Sidiqqi melihat kritik yang dilontarkan bagi hukuman rajam bukan

    karena tidak suka terhadap ide hukuman fisik, tetapi lebih karena perasaan moral

    ,mereka yang belum terbangun seutuhnya. Menurut Iqbal bahwa hukuman rajam itu

    sangat kejam. Akan tetapi sesungguhnya nilai-nilai kemanusiaan yang disentuh oleh

    hukumanrajam adalah nilai kemanusiaan kolektif. Bahwa sesungguhnya martabat

    manusia itu terletak pada pembentukan suatu tatanan suatu masyarakat yang beradab

    dan manusiawi.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    15/17

    Martabat kemnusiaan inilah yang menjadi perhatian dan memang harus

    dipertahankan. Sehingga menusia tetap dipandang sebagai makhluk yang paling

    mulia, beradab, penuh dengan moralitas dan berbeda dari makhluk lain. Hukuman

    rajam dipandang sebagai bbentuk disiplin dan merupakan upaya untuk

    mempertahankan martabat dan moralitas manusia dalam lingkup yang luas.Sanksi

    seperti ini dalam kehidupan masyarakat lebih menekankan aspek represif dari kaidah

    hukum yang merupakan kaidah dari hukum pidana, dengan mendatangkan sanksi

    yang mendatangkan penderitaan bagi yang melanggar.

    Dalam hal ini kemanusiaan yang lebih besar dan menyangkut suatu tatanan

    masyarakat luas jauh lebih unggul dalam bandingan satu individu dalam

    masyarakat.Maka peradaban yang selayaknya terus ada dalam kehidupan manusia

    tetap mengiringi sejarah kemanusiaan, dan tidak jatuh ke derajat yang lebih rendah

    dari itu.

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    16/17

    Kesimpulan

    Hukuman rajam bukanlah suatu hukum mutlak yang diberikan kepada pelaku

    zina.Tetapi merupakan suatu alternative hukuman yang terberat dalam Islam dan bersifat

    insidentil.Artinya penerapannya lebih bersifat kasuistik.Karena hukuman mati dalam Islam

    harus melalui pertimbangan matang kemaslahatan individu maupun masyarakat dan

    diberlakukan bagi pelaku zina yang memang benar-benar memberikan efek yang sangat

    buruk bagi orang-orang disekitarnya.Rajam merupakan hukuman yang tidak manusiawi.

    Selain itu hukuman rajam merupakan peninggalan orang-orang Yahudi yang pada waktu

    Rasulullah saw. Hukuman rajam diberlakukan karena untuk menyesuaikan adat kebiasaan

    orang Yahudi agar hukum Islam dapat diterapkan.

    Selain itu hukuman rajam tidak disebutkan dalam alQuran baik mengenai tatacaranya

    maupun kewajibannya, alQuran hanya menerangkan bahwa hukuman bagi orang yang

    berbuat zina adalah dijilid 100 kali sesuai dengan surat an-Nur ayat 2. Ayat ini lah yang

    seharusnya menjadi hukuman yang layak bagi pelaku zina, karena sudah jelas diatur dalam

    alQuran. Adapun as-sunnah yang mengatur diberlakukannya hukuman rajam kemungkinan

    dilakukan sebelum turunnya surat an-Nur ini.

    Alangkah lebih baiknya jika hukuman rajam tidak lagi diberlakukan di zaman

    sekarang ini.Berilah kesempatan bagi para pelaku zina untuk bisa memperbaiki dirinya untuk

    menyadari bahwa perbuatannya itu salah.Toh perbuatan yang dilakukan pelaku itu adalah

    tanggungjawab antara dirinya dan Yang Maha Kuasa.Jika memang perbuatan yang dilakukan

  • 7/28/2019 Hk Pidana Kontemporer

    17/17

    tidak merugikan orang-orang disekitarnya. Contohnya jika perbuatan itu memang dilakukan

    karna dasar suka sama suka. Kita sebagai manusia juga tidak berhak untuk menghakimi

    perbuatan mereka, padahal tubuh dan jiwa kita ini masih banyak dosa.

    Daftar Pustaka

    Terjemahan dari Shariah the Islamic Law. Abdur Rahman. terjemahkan oleh

    Masturi, Hadi dan Iba Asghary, Basri.Tindak Pidana dalam Syariat Islam. PT

    Melton Putra. Jakarta : 1992

    Wardi Muslich, Ahmad.Hukum Pidana Islam. Sinar Grafika.Jakarta: 2005

    Hanafi, Ahmad.Asas-asas Hukum Pidana Islam, PT Bulan Bintang, Jakarta: 1986, cet-3,

    Munajat, Makhrus. Fikih Jinayah. Pesantren Nawasea Press. 2010.