Histologi Cavum Nasi

12
A. Histologi Cavum Nasi Rongga hidung terdiri atas dua struktur yang berbeda : vestibulum externa dan fosa nassal interna. 1. Vestibulum Vestibulum adalah bagian yang paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Kulit luar hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam vestibulum. Pada permukaan dalam nares terdapat banyak sebasea dan kelenjar keringat, selain itu terdapat rambut tebal pendek atau vibrisa, yang menahan dan menyaring partikel- partikel besar yang ikut udara inspirasi. Epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi khas sebelum memasuki fosa nasal. 2. Fosa Nasal Di dalam tengkorak terdapat dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari dinding lateral menonjol tiga tonjolan bertulang mirip rak, yang telah disebutkan di atas yaitu concha. Dari concha superior, media dan inferior, hanya concha media dan inferior yang dilapisi oleh epitel respirasi, epitel silindris berlapis-semu bersilia dengan ketebalan biasa, yang mengandung banyak sel goblet. Sedangkan concha superior ditutupi oleh epitel olfactorius khusus. Epitel olfactorius mengandung kemoreseptor untuk penghidu, terletak di atap hidung dengan luas kurang lebih 10 cm 2 , dengan tebal 100 µm. inilah epitel bertingkat silindris yang terdiri atas tiga jenis sel. Yaitu sel penyokong, sel basal dan diantaranya terdapat sel olfactorius yaitu

Transcript of Histologi Cavum Nasi

Page 1: Histologi Cavum Nasi

A. Histologi Cavum Nasi

Rongga hidung terdiri atas dua struktur yang berbeda : vestibulum externa dan fosa

nassal interna.

1. Vestibulum

Vestibulum adalah bagian yang paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung.

Kulit luar hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam

vestibulum. Pada permukaan dalam nares terdapat banyak sebasea dan kelenjar

keringat, selain itu terdapat rambut tebal pendek atau vibrisa, yang menahan dan

menyaring partikel-partikel besar yang ikut udara inspirasi. Epitelnya tidak berlapis

tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi khas sebelum memasuki fosa nasal.

2. Fosa Nasal

Di dalam tengkorak terdapat dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi

oseosa. Dari dinding lateral menonjol tiga tonjolan bertulang mirip rak, yang telah

disebutkan di atas yaitu concha. Dari concha superior, media dan inferior, hanya

concha media dan inferior yang dilapisi oleh epitel respirasi, epitel silindris berlapis-

semu bersilia dengan ketebalan biasa, yang mengandung banyak sel goblet.

Sedangkan concha superior ditutupi oleh epitel olfactorius khusus. Epitel olfactorius

mengandung kemoreseptor untuk penghidu, terletak di atap hidung dengan luas

kurang lebih 10 cm2, dengan tebal 100 µm. inilah epitel bertingkat silindris yang

terdiri atas tiga jenis sel. Yaitu sel penyokong, sel basal dan diantaranya terdapat sel

olfactorius yaitu neuron bipolar dengan apex melebar dan bersilia. Silia-silia ini

dipandang sebagai reseptor penghidu dan memperluas permukaan reseptor.

Page 2: Histologi Cavum Nasi

Celah-celah sempit yang terjadi akibat adanya concha mempermudah penyiapan

udara inspirasi dengan memperluas permukaan oleh epitel respirasi, dan

menimbulkan turbulensi udara, yang berakibat peningkatan kontak udara respirasi

dengan lapisan mukosa. Di dalam lapisan propia concha terdapat plexus venosa besar

yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies). Setiap 20-30 menit, badan

pengembang badan pengembang pada satu sisi fosa nasal akan penuh terisi darah,

Page 3: Histologi Cavum Nasi

sehingga membengkakkan mukosa concha dan mengurangi aliran udara. Sementara

ini, aliran udara yang lebih banyak dialirkan melalui fosa nasal disebelahnya. Interval

penutupan periodik ini mengurangi aliran udara, sehingga epitel respirasi dapat pulih

dari kekeringan.

Rongga hidung memiliki sistem vaskular yang rumit dan luas. Pembuluh-pembuluh

besar membentuk lengkungan kisi-kisi rapat dekat dengan periosteum, dan dari situ

meluas cabang-cabang permukaan. Pembuluh-pembuluh kecil bercabang dari

pembuluh lengkung ini dan berjalan tegak lurus terhadap permukaan. Pembuluh-

pembuluh yang kecil ini membentuk membentuk dasar kapiler luas di bawah epitel.

Darah mengalir ke depan dari belakang ke masing-masing fosa. Pada setiap

lengkungan, aliran darah berlawanan arah dengan aliran udara. Akibatnya, udara

yang masuk secara efisien dihangatkan oleh sistem aliran vena.

B. Patologi Tumor

1. Definisi Tumor

Secara patologi tumor identik dengan neoplasma. Secara klinik istilah tumor

digunakan untuk semua tonjolan/pembengkakan baik karena radang, perdarahan

ataupun neoplasma. Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Menurut

definisi Willis, “neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya

berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta

terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti.

Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor

pengendali pertumbuhan yang normal. Oleh karena itu neoplasma merupakan

penyakit pertumbuhan sel. Regenerasi epitel dan pembentukan jaringan granulasi juga

merupakan kumpulan sel baru yang sedang tumbuh, tetapi bukan merupakan

neoplasma karena pertumbuhannya sesuai dengan jalur pertumbuhan normal.

2. Metabolisme Sel dan Inti Sel Tumor

a. Metabolisme Sel Normal

Sel normal mempunyai dua tugas utama, yaitu bekerja yang tergantung pada

aktivitas sitoplasma dan berkembang biak yang tergantung pada aktivitas inti.

Unsur-unsur sitoplasma yang terlihat pada mikroskop elektron sebagai berikut :

1) Partikel-pertikel besar (mitokondria) merupakan pabrik energi sel untuk

aktivitas anabolik sel. Pada sel tumor jumlah mitokondria berkurang.

2) Partikel-partikel kecil (mikrosom, ergatoplasma, endoplasmik retikulum)

merupakan saluran, ruangan yang mengandung ribosom RNA

Page 4: Histologi Cavum Nasi

dipermukaannya untuk pembentukan asam amino. Pada sel tumor, ruangan

melebar, jumlah berkurang sehingga fungsi berkurang atau hilang sama

sekali.

3) Zat terlarut

b. Metabolisme Sel Tumor

1) Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari glikolisis anaerob karena

kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang

lengkap untuk oksidasi.

2) Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak

yang membutuhkan energi untuk anabolisme daripada untuk berfungsi

menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.

3) Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk pembentukan

protoplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat

mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut

sehingga pada tumor ganas stadium akhir akan terjadi kaheksia.

c. Inti Sel Tumor

1) Tampak lebih besar karena jumlah sitoplasma berkurang

2) Hiperkromatik, karena pada pemulasan jumlah nukleoprotein yang mengikat

hematoksilin jumlahnya meningkat

3) Nukleolus (anak inti) lebih besar dari normal.

4) Banyak gambaran mitosis, pada keadaan ganas dijumpai mitosis yang

abnormal.

3. Derajat Keganasan Tumor

Diferensiasi tumor merupakan petunjuk keganasan dan kecepatan pertumbuhan

tumor. Diferensiasi merujuk pada perubahan sifat fisik dan fungsi sel sewaktu sel

berproliferasi dari embrio untuk membentuk struktur dan organ tubuh yang berbeda-

beda. Derajat keganasan tumor menentukan prognosis. Derajat keganasan tumor

dapat ditentukan dengan :

a. Gambaran makroskopis

b. Gambaran makroskopis

c. Keadaan klinis

d. Klasifikasi TNM oleh UICC (union internationale centre le cancer)

Adapun perbedaan tumor ganas dan tumor jinak disajikan oleh tabel dibawah ini.

Page 5: Histologi Cavum Nasi

Keadaan Tumor Tumor Ganas Tumor Jinak

Sifat Tumbuh

Infiltratif, bercabang-cabang

menyebuk ke dalam jaringan

sekitar, seperti jari-jari

kepiting (cancer) sehingga

tumor ganas sering disebut

cancer.

Ekspansif, mendesak

jaringan sehat sekitar

sehingga jaringan yang

terdesak membentuk

simpai/kapsul. Karena

sifat pertumbuhan

ekspansif ini, tumor jinak

mudah digerakkan dari

dasarnya.

Residivitas

Setelah diangkat/disinar,

sering tumbuh lagi karena ada

sel-sel tumor yang tertinggal

yang kemudian tumbuh dan

membesar membentuk tumor

ditempat yang sama.

Karena bersimpai, mudah

dikeluarkan seluruhnya

sehingga tidak ada yang

tinggal dan tidak

menimbulkan residif.

Metastasis/Anak

Sebar

Umumnya sanggup

bermetastesis ke tempat lain

melalui pembuluh darah atau

pembuluh getah bening.

Tidak bermetastasis

Kecepatan

Tumbuh

Tumbuh cepat sehingga secara

klinis cepat membesar, secara

mikroskopis tampak banyak

gambaran mitosis baik normal

maupun

abnormal/atipik/multipolar.

Tumbuh lambat, secara

klinis tidak cepat

membesar dan secara

mikroskopis tidak

ditemukan mitosis

abnormal.

Perubahan Inti Perbandingan inti : sitoplasma Masih seperti asal

Page 6: Histologi Cavum Nasi

berubah dari keadaan normal

(1:4) menjadi 1:2 atau 1:1.

pleomorfik, hiperkromatik,

bizzare dan sel datia tumor.

Kadang-kadang inti yang

multipel dikelilingi zona halo

sehingga gambarannya seperti

mata burung hantu (owl eye).

Diferensiasi

Berdiferensiasi buruk, karena

tumor sudah banyak berbeda

dari sifat sel asal/normal.

Bersifat anaplasia yang berarti

hilangnya diferensiasi. Makin

anaplastik suatu tumor, makin

ganas tumor itu.

Berdiferensiasi baik, yang

berarti sel-sel tumor masih

menyerupai sel-sel

jaringan asal/normal.

Polaritas Hilang polarita, susunan

sudah tidak teratur lagi.

Polaritas masih baik

Mortalitas

Jika tidak diobati, meskipun

letaknya pada organ tak vital

dapat menyebabkan kematian.

Biasanya tidak

menyebabkan kematian

bila letaknya tidak pada

alat tubuh yang vital.

4. Cara Penyebaran dan Pertumbuhan Tumor

a. Penyebaran Tumor Jinak

Penyebaran setempay/lokal, merupakan penjalaran sel-sel tumor induk ke

jaringan sehat sekitarnya secara ekspansif.

b. Penyebaran Tumor Ganas

1) Penyebaran setempat

Penjalaran sel-sel tumor dari tumor induk ke jaringan sehat sekitarnya secara

infiltratif, massa sel tumor berhubungan dengan tumor induknya.

2) Penjalaran jauh/metatasis

Page 7: Histologi Cavum Nasi

Pelepasan sel-sel tumor dari tumor induk, diangkut oleh aliran darah atau

getah bening ke tempat jauh, membentuk pertumbuhan baru atau anak sebar

atau metastase. Massa tumor anak sebar tak berhubungan dengan massa

tumor induk.

Syarat terjadinya metastasis pada tumor ganas :

a) Adanya pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup otonom

b) Adanya jalan penyebaran

Melalui pembuluh darah (hematogen)

Melalui saluran limfe (limfogen)

Melalui tranplantasi langsung

c) Adanya lingkungan yang memungkinkan untuk hidupnya sel-sel tumor di

tempat baru.

5. Karsinogenesis

Semua atau hampir semua kasus kanker disebabkan oleh mutasi atau aktivasi

abnormal gen sel yang mengendalikan pertumbuhan dan mitosis sel. Gen abnormal

tersebut disebut onkogen. Di dalam semua sel juga ditemukan anonkogen, yang

menekan aktivasi onkogen tertentu. Sebenarnya, hanya sejumlah kecil dari sel yang

bermutasi dalam tubuh pernah menyebabkan kanker. Ada beberapa alasan untuk

keadaan ini, yaitu sebagai berikut :

a. Pertama, sebagian sel yang bermutasi kurang memiliki kemampuan hidup jika

dibandingkan dengan sel normal, dan oleh karena itu akan sel tersebut akan mati.

b. Kedua, sebagian besar sel yang mengalami mutasi masih memiliki umpan balik

normal yang mencegah pertumbuhan yang berlebihan.

c. Ketiga, sel-sel yang berpotensi menjadi kanker, seringkali dihancurkan oleh

sistem imunitas tubuh sebelum sel tersebut tumbuh menjadi kanker.

d. Keempat, biasanya diperlukan beberapa onkogen aktif yang berbeda secara

simultan untuk menimbulkan kanker. Sebagai contoh, satu gen mungkin memicu

pertumbuhan sel dengan cepat, tetapi tidak terjadi kanker karena tidak ada gen

mutan simultan untuk membentuk pembuluh darah yang diperlukan.

Semata-mata, hanya kesempatanlah yang diperlukan untuk terjadinya mutasi yang

menyebabkan kanker. Namun kemungkinan mutasi dapat ditingkatkan berkali-kali

lipat oleh faktor-faktor tertentu. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan mutasi dan

dapat menimbulkan kanker adalah sebagai berikut :

Page 8: Histologi Cavum Nasi

a. Faktor lingkungan

b. Faktor usia

c. Faktor herediter

d. Faktor gangguan praneoplastik didapat

e. Faktor Radiasi ionisasi

f. Faktor kimia

g. Faktor bahan iritan fisik

h. Faktor infeksi virus

Prinsip mendasar faktor-faktor diatas dapat menyebabkan kanker adalah sebagai

berikut :

a. Kerusakan genetik nonletal merupakan hal sentral dalam karsinogenesis.