Histo_Analisis-Pembangunan_Ekonomi_Pada_Masa_Orde_Baru_dibawah_Rezim_Soeharto (1).pdf

4
 Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru dibawah Rezim Soeharto oleh : Dede Yusuf Pendidikan Sejarah 2011-Universitas Pendidikan Indonesia Mafia-mafia Barckeley yang biasa lazim disebut ini, memang menjadikan Indonesia ketika pada masa Orde Baru dihiasi oleh roda l aju perkembangan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan hal ini dilihat oleh mata dunia Internasional. Seluruhnya bertumpu pada teori lepas landas dari Rostow, yang dimana terjadi perbedaan sistem penerpan pada masa Orde Lama oleh Soekarno yang cenderung kepada ekonomi kerakyatan dan koprasi dengan Orde Baru yang cenderung liberal dengan adopsi sistem perkonomian dari Amerika yang dibawa oleh lulusan-lulusan dari Barckeley yang dimana lulusan-lulusan tersebut adalah Soemitro, seorang tokoh yang pernah diasingkan ketika Indonesia berada dibawah rezim Soekarno. A. Perkemban gan Awal Ekonomi Orde Baru Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat. Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur,dll. Saat permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama  pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga  pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang l ebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan  pemerintah. Di Indonesia, teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan  pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5 tahunan , yang terkenal dengan pembangunan 5 tahun. Dengan demikian, implementasi teori Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow yaitu: masyarakat tradisional, persyaratan untuk lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan yang terakhir masa konsumsi tinggi. Menurut Rostow pembangunan ekonomi suatu masyarakat tradisional menuju masyarakat modern merupakan sebuah proses yang berdimensi banyak. (Sadono, 2010, hal. 167) Masa Orde Baru ini bisa dikatakan sebagai tonggak dari perkembangan ekonomi Indonesia, karena pada masa ini dihiasi oleh roda laju perkembangan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Pada masa awal Orde Baru, pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat. Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dll. Saat permulaan

Transcript of Histo_Analisis-Pembangunan_Ekonomi_Pada_Masa_Orde_Baru_dibawah_Rezim_Soeharto (1).pdf

  • Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru dibawah Rezim Soeharto

    oleh :

    Dede Yusuf

    Pendidikan Sejarah 2011-Universitas Pendidikan Indonesia

    Mafia-mafia Barckeley yang biasa lazim disebut ini, memang menjadikan Indonesia

    ketika pada masa Orde Baru dihiasi oleh roda laju perkembangan pertumbuhan ekonomi yang

    signifikan dan hal ini dilihat oleh mata dunia Internasional. Seluruhnya bertumpu pada teori

    lepas landas dari Rostow, yang dimana terjadi perbedaan sistem penerpan pada masa Orde

    Lama oleh Soekarno yang cenderung kepada ekonomi kerakyatan dan koprasi dengan Orde

    Baru yang cenderung liberal dengan adopsi sistem perkonomian dari Amerika yang dibawa

    oleh lulusan-lulusan dari Barckeley yang dimana lulusan-lulusan tersebut adalah Soemitro,

    seorang tokoh yang pernah diasingkan ketika Indonesia berada dibawah rezim Soekarno.

    A. Perkembangan Awal Ekonomi Orde Baru

    Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat. Mulai

    dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur,dll. Saat permulaan Orde

    Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama

    pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan

    kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga

    pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu

    menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan

    pemerintah.

    Di Indonesia, teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan

    pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5

    tahunan , yang terkenal dengan pembangunan 5 tahun. Dengan demikian, implementasi teori

    Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow yaitu: masyarakat tradisional, persyaratan untuk

    lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan yang terakhir masa konsumsi

    tinggi. Menurut Rostow pembangunan ekonomi suatu masyarakat tradisional menuju

    masyarakat modern merupakan sebuah proses yang berdimensi banyak. (Sadono, 2010, hal.

    167)

    Masa Orde Baru ini bisa dikatakan sebagai tonggak dari perkembangan ekonomi

    Indonesia, karena pada masa ini dihiasi oleh roda laju perkembangan pertumbuhan ekonomi

    yang signifikan. Pada masa awal Orde Baru, pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat.

    Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dll. Saat permulaan

  • Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional

    terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan

    pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah itu, dikeluarkan ketetapan MPRS

    No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan,

    yang kemudian diteruskan oleh Kabinet AMPERA yang membuat kebijakan mengacu pada

    Tap MPRS tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: mendobrak kemacetan

    ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan; debirokratisasi

    untuk memperlancar kegiatan perekonomian; dan berorientasi pada kepentingan produsen

    kecil. Sedangkan tindak lanjut dari pemerintah adalah dengan melakukan Pola Umum

    Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang

    disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).

    1. Pelita I (1 April 1969 31 Maret 1974)

    Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan

    prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I

    lebih menitikberatkan pada sektor pertanian. Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:

    Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.

    Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.

    Perbaikan jalan raya.

    Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.

    Semakin majunya sektor pendidikan.

    Menurut teori Rostow, perkembangan ekonomi pada Pelita I ini masuk ke dalam

    tahap masyarakat tradisional. Dimana awalnya, sistem ekonomi yang mendominasi

    masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional.

    Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan

    berikutnya. Produksi masih sangat terbatas, dan cenderung bersifat statis (kemajuan berjalan

    sangat lamban).

    2. Pelita II (1 April 1974 31 Maret 1979)

    Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan,

    sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II

    berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan

    dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan

    jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

  • Pelita II telah menunjukkan adanya peningkatan dari Pelita I, walupun belum terlihat

    secara signifikan. perkembangan ekonomi berada pada tahap transisi, yakni dari tahap

    masyarakat tradisional menuju tahap persyaratan untuk lepas landas.

    3. Pelita III (1 April 1979 31 Maret 1984)

    Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan di

    tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja,

    kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan

    perumahan,dll.

    Pada Pelita III ini, masyarakat sedang mencoba menjajaki tahap pra-lepas landas,

    walaupun belum sepenuhnya berada pada tahap perkembangan tersebut.

    4. Pelita IV (1 April 1984 31 Maret 1989)

    Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada

    pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil

    yang dicapai pada Pelita IV antara lain adanya Swasembada Pangan. Pada tahun 1984

    Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil

    swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan

    dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.

    Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk

    keluarga.

    Pada Pelita IV, perkembangan ekonomi masyarakat telah benar-benar berada pada

    tahap pra-lepas landas, dimana selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan

    hal itu memulai sebuah pembangunan yang dinamis. Perkembangan ekonomi pada Pelita IV

    ini dipengaruhi oleh adanya revolusi industri. Pada tahap ini, masyarakat berada pada masa

    transisi, dimana mereka mulai mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas

    kekuatan sendiri (self-sustainable growth).

    5. Pelita V (1 April 1989 31 Maret 1994)

    Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk

    memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta

    menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang

    tahap pertama.

    Pada tahap inilah Indonesia benar-benar berada pada tahap pra-lepas landas, dimana

    perkembangan ekonominya dititik beratkan pada produksi pertanian dan industri. Tujuan

    utama dari Pelita V ini memang untuk memantapkan dan memaksimalkan apa yang telah

    berhasil dicapai pada Pelita IV.

  • 6. Pelita VI

    Setelah adanya Pelita V, lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu

    dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas

    Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri, demi menuju terwujudnya

    masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

    Pelita VI yang merupakan awal pembangunan jangka panjang kedua ini pada

    akhirnya membuat Indonesia menapaki tahap-tahap perkembangan selanjutnya, yakni tahap

    menuju kedewasaan dan tahap era konsumsi tinggi. Tahap menuju kedewasaan ini ditandai

    dengan mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau

    industri listrik. Kedewasaan dimulai ketika perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi

    teknik-tiknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi, misalnya saja ekspor

    dan impor batik di Indonesia. Sedangkan tahap yang terakhir dari perkembangan ekonomi

    pada masa Orde Baru, yakni tahap era konsumsi tinggi, ditandai dengan sebagian besar

    masyarakat hidup makmur. Pada tahap ini perhatian masyarakat sudah lebih menekankan

    pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan

    lagi kepada masalah produksi. Contohnya: pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih

    banyak dibandingkan mobil, dimana setiap kenaikan satu juta kiloliter berarti menambah

    subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu, pemerintah akan mengarahkan kebijakan penghematan

    subsidi BBM bagi pengendara sepeda motor.

    Sumber:

    M.C. Ricklef. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi

    Poesponegoro, M.D. dan Notosusanto, N. 1981. Sejarah Nasional Indonesia .

    Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

    Sadomo, Sukirno. 2010. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana